ANALISIS HUBUNGAN MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DAN KINERJA OPERASI MASA DEPAN: BUKTI DARI PENCAPAIAN EARNINGS BENCHMARK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS HUBUNGAN MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DAN KINERJA OPERASI MASA DEPAN: BUKTI DARI PENCAPAIAN EARNINGS BENCHMARK"

Transkripsi

1 ANALISIS HUBUNGAN MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DAN KINERJA OPERASI MASA DEPAN: BUKTI DARI PENCAPAIAN EARNINGS BENCHMARK Juliana Tarigan Sylvia Veronica Siregar Universitas Indonesia Abstrak The focus of this study is to analyze and to give an empirical result of real activities manipulation, meeting earnings benchmark, and future performance. The observation sample consists of manufacturing firms in Indonesia from This research aims to analyze whether firms meet their earning benchmark by engaging real activities manipulation, and how it influences the future performance. Real activities manipulation in this research includes decreasing discretionary SG&A expense, timing the sale of fixed assets to report gains, and overproduction reflecting an intention to cut prices or extend more lenient credit terms to boost sales and or overproduction to decrease COGS expense. The result of this study shows that manufacturing firms in Indonesia do not engage in real activities manipulation to meet their earnings benchmark. Besides, this research also finds that there is no significant consequence between meeting earning benchmark by engaging real activities manipulation on future performance. Keywords: Earnings Benchmark, Real Activities Manipulation, Future Operating Performance

2 1. Pendahuluan Untuk mengambil keputusan dalam suatu perusahaan, pelaku pasar modal memerlukan informasi dari laporan keuangan. Seringkali dalam melakukan pengukuran atas kinerja perusahaan, laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan menjadi sumber informasi utama. Salah satu cara yang dilakukan oleh manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan yang dapat mempengaruhi tingkat laba yaitu dengan manajemen laba (earnings management) yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai intervensi tujuan dalam proses pelaporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Beberapa studi sebelumnya (Hayn, 1995; Burgstahler, 1997; Degeorge et al., 1999) dalam Xu, Taylor, dan Dugan (2007) telah mengidentifikasi tiga tujuan dari manajemen laba, antara lain: untuk menghindari pelaporan kerugian perusahaan, keinginan untuk melaporkan peningkatan pada laba, dan untuk memenuhi ekspektasi laba yang dilakukan oleh analis. Manajemen laba dapat dilakukan dengan cara manipulasi akrual murni (pure accrual) yang tidak memiliki pengaruh terhadap arus kas secara langsung (Roychowdhury, 2006). Cara lain yang dapat dilakukan dalam manajemen laba ialah dengan memanipulasi aktivitas riil (real activities manipulation). Manipulasi aktivitas riil adalah kegiatan manajemen laba yang menyimpang dari praktik bisnis normal, yang diambil dengan tujuan utama pencapaian batas laba tertentu (Roychowdhury, 2006). Graham et al. (2005) menemukan bahwa manajer lebih memilih aktivitas manajemen laba riil dibandingkan dengan manajemen laba berdasarkan akrual. Menurut Roychowdhury (2006), keberadaan manipulasi aktivitas riil dapat dilacak dari penjualan yang meningkat secara abnormal yang tidak seiring dengan arus kas operasi yang rendah, rendahnya beban diskresioner yang abnormal relatif terhadap penjualan, seperti: beban riset dan pengembangan, beban iklan atau promosi, dan beban penjualan, umum, dan administratif. Selain itu, manipulasi aktivitas riil juga dapat dilihat dari rendahnya beban per unit persediaan, disebabkan adanya produksi berlebih, serta penjualan aset secara abnormal. Beberapa penelitian sebelumnya membuktikan bahwa perusahaan publik di Indonesia juga menerapkan praktik manipulasi aktivitas riil. Penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh Achmad, Subekti, dan Atmini (2007), Rahman (2007), dan Oktorina (2008). Terdapat pula beberapa penelitian di Indonesia yang menganalisis

3 dampak dari adanya manipulasi aktivitas riil. Beberapa dari penelitian tersebut diantaranya adalah penelitian yang meneliti hubungan antara manipulasi aktivitas riil dan kinerja pasar, seperti dalam penelitian Oktarina (2008), hubungan antara manipulasi aktivitas riil dan tingkat dividend payout (Vita dan Rachmawati, 2010), dan hubungan antara manipulasi aktivitas riil dengan kinerja masa mendatang (Afif, 2009). Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Gunny (2010), penelitian ini menguji apakah perusahaan yang berhasil memenuhi earnings tresholds terlibat dalam manipulasi aktivitas riil. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis kinerja operasional masa mendatang dari perusahaan yang berhasil memenuhi earnings tresholds dan secara bersamaan terlibat dalam manipulasi aktivitas riil. Penelitian ini menguji masing-masing jenis manipulasi aktivitas riil secara spesifik. Penelitian ini menguji secara spesifik perusahaan yang mencapai earnings benchmark, dan yang terlibat dalam manipulasi aktivitas riil dan hubungannya dengan kinerja di masa mendatang. Gunny (2010) dan Roychowdhury (2006) dalam penelitiannya juga berfokus pada perusahaan yang diduga kuat merupakan pelaku manipulasi aktivitas riil, yaitu perusahaan yang berada pada right immediate zero pada suatu interval laba. Tujuan dari fokus pada suspect firms ialah menghindari adanya bias interpretasi. 2. Pengembangan Hipotesis Aktivitas riil yang diteliti dalam penelitian ini ialah aktivitas yang terkait dengan kegiatan produksi berlebih, pengurangan beban diskresioner (beban penjualan, umum, dan administrasi), dan kegiatan penjualan aset dan investasi jangka panjang, seperti yang terdapat dalam penelitian Gunny (2010) dan Roychowdhury (2006). Penelitian yang dilakukan oleh Gunny (2010) menunjukkan bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang berhasil mencapai dan mengalahkan tolak ukur labanya (diukur dari kinerja perusahaan tahun lalu) terlibat dalam manipulasi aktivitas riil. Gunny (2010) menunjukkan bahwa literatur sebelumnya, seperti Hayn (1995); Burgstahler dan Dichev (1997); Degeorge, Patel, dan Zeckhauser (1999); Jacob dan Jorgensen (2007) telah terlebih dahulu menunjukkan bukti adanya diskontinuitas di sekitar laba nol dan laba tahun lalu. Adanya diskontinuitas di sekitar laba nol dan laba tahun lalu (zero and last year s earnings) ini diinterpretasikan sebagai bukti adanya manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.

4 Perusahaan yang memiliki diskontinuitas di sektitar laba nol (zero earnings) dan laba tahun lalu dinilai sebagai perusahaan yang memiliki insentif tinggi dalam melakukan manajemen laba. Oleh karena itu, penelitian ini mengajukan hipotesis pertama sebagai berikut: H1a : Perusahaan yang mencapai atau berhasil melampaui tolak ukur laba (zero earnings dan laba tahun lalu) menunjukkan bukti adanya manipulasi aktivitas riil melalui beban penjualan, umum, dan administrasi. H1b : Perusahaan yang mencapai atau berhasil melampaui tolak ukur laba (zero earnings dan laba tahun lalu) menunjukkan bukti adanya manipulasi aktivitas riil melalui penjualan aset. H1c : Perusahaan yang mencapai atau berhasil melampaui tolak ukur laba (zero earnings dan laba tahun lalu) menunjukkan bukti adanya manipulasi aktivitas riil melalui beban produksi. Gunny (2010) menguji kinerja perusahaan di masa mendatang dari perusahaan yang menggunakan manipulasi aktivitas riil untuk mencapai tolak ukur laba. Hubungan negatif antara pencapaian tolak ukur laba dengan manipulasi aktivitas riil dan kinerja mendatang perusahaan mendukung penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa manajemen bersifat oportunis dan menggunakan diskresi akuntansi dan operasional untuk mengelabui pemegang saham. Perusahaan yang melakukan manipulasi aktivitas riil juga memiliki kecenderungan mengabaikan arus kas masa depan guna meningkatkan laba saat ini (Graham, Harvey, dan Rajgopal, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Gunny (2005) menunjukkan adanya asosiasi negatif antara tindakan manipulasi aktivitas riil dengan kinerja masa mendatang, sementara dalam Gunny (2010) ditemukan bukti bahwa perusahaan yang terlibat dalam manipulasi aktivitas riil untuk mencapai earnings benchmark memiliki kinerja positif di masa mendatang. Asosiasi positif antara pencapaian tolak ukur laba dengan manipulasi aktivitas riil dan kinerja mendatang dapat dijelaskan melalui dua penjelasan. Pertama, tindakan pencapaian tolak ukur laba melalui manipulasi aktivitas riil dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan yang memungkinkan kinerja yang lebih baik pada masa mendatang. Penjelasan ini didukung oleh penelitian Bartov (1993) yang menunjukkan bukti adanya penjualan aset tetap oleh perusahaan dengan tujuan menghindari pelanggaran terhadap kontrak utang.

5 Penelitian lain oleh Bartov et al. (2002) menunjukkan manfaaat dari pencapaian ekspektasi laba termasuk untuk memaksimalkan harga saham, meningkatkan kredibilitas manajemen untuk memenuhi ekspektasi pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan, dan mengindari litigasi. Pendukung lain dari alasan ini ditemukan dalam penelitian Graham et al. (2005) yaitu 86,3% eksekutif yang disurvey yakin bahwa pencapaian tolak ukur laba dapat membangun kredibilitas perusahaan di pasar modal. Pemegang saham akan memperoleh manfaat yang lebih besar dari tindakan pencapaian tolak ukur laba dibanding dengan beban yang dihasilkan oleh manipulasi aktivitas riil. Pendekatan kedua yang menjadi penjelasan atas asosiasi positif antara praktik manipulasi aktivitas riil dan kinerja operasional mendatang perusahaan konsisten dengan pemberian sinyal atas kompetensi eksekutif atau kinerja mendatang perusahaan (Bartov et al. 2002; Lev 2003). Beberapa studi menemukan bahwa pencapaian tolak ukur laba dapat mendorong kredibilitas dan reputasi perusahaan bagi pemangku kepentingan perusahaan, seperti kreditor, supplier, dan konsumen (Burgstahler dan Dichev 1997). Selain itu Subramanyam (1996) dalam Gunny (2010) menemukan bukti adanya penggunaan diskresional akrual untuk meningkatkan nilai perusahaan. Gunny (2010) juga menyebutkan bahwa tidak adanya asosiasi antara pencapaian earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil dan kinerja masa mendatang konsisten dengan penelitian yang gagal menyimpulkan adanya manipulasi aktivitas riil. Hal ini dijelaskan dalam tiga penjelasan. Pertama, tidak adanya asosiasi konsisten antara suatu aktivitas operasi yang tidak optimal yang dikategorikan sebagai tindakan manipulasi aktivitas riil. Sebagai contoh, majaner yang memotong beban riset dan pengembangan dengan dasar proyeksi net present value negatif atas beban R&D tersebut. Dalam hal ini, terdapat kemungkinan kinerja perusahaan di masa mendatang berbeda dengan perusahaan dalam industri sejenis, namun hal ini tidak tepat disimpulkan sebagai tindakan manipulasi aktivitas riil. Penjelasan kedua atas tidak adanya asosiasi antara pencapaian earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil dan kinerja masa mendatang ialah adanya kemungkinan konsekuensi dari manipulasi aktivitas riil yang dilakukan hanya berdampak kecil, sehingga tidak dapat dideteksi. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Graham (2005) yang mendokumentasikan adanya keinginan dari direktur keuangan untuk melakukan manipulasi aktivitas riil sepanjang pengorbanan riil untuk melakukan manipulasi aktivitas riil tidak besar.

6 Penjelasan terakhir ialah bahwa dampak dari manipulasi aktivitas riil yang dilakukan oleh manajemen dengan tujuan oportunistik maupun memberikan sinyal pada pasar memberi dampak yang saling mengoffset satu sama lain. Adanya dua argumen yang berbeda ini mengarahkan kepada hipotesis sebagai berikut: H2a : Pencapaian earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil melalui beban penjualan, umum, dan administrasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja operasi (ROA) 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun mendatang. H2b : Pencapaian earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil melalui keuntungan penjualan aset berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja operasi (ROA) 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun mendatang. H2c : Pencapaian earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil melalui beban produksi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja operasi (ROA) 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun mendatang. H2d : Pencapaian earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil melalui beban penjualan, umum, dan administrasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja operasi (CFO) 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun mendatang. H2e : Pencapaian earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil melalui keuntungan penjualan aset berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja operasi (CFO) 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun mendatang. H2f : Pencapaian earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil melalui beban produksi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja operasi (CFO) 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun mendatang. 3. Metode Penelitian Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Gunny (2010) dengan penyesuaian konteks Indonesia. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan regresi dari model pengukuran tiga manipulasi aktivitas riil. Penyimpangan dari nilai normal, yaitu nilai residual hasil output dari regresi model pengukuran manipulasi aktivitas riil melalui beban penjualan, umum, dan administrasi; beban produksi; keuntungan penjualan aset. Model pengukuran pertama mengukur tingkat normal beban penjualan, umum, dan administrasi.

7 Model pengukuran kedua mengukur tingkat normal keuntungan penjualan aset. Model pengukuran ketiga mengukur tingkat normal beban produksi dengan menggunakan model berikut: Variabel SGA A MV Q INT S DD GainA ASales ISales PROD ε Tabel 1. Keterangan Variabel Model Pengukuran Keterangan beban penjualan, umum, dan administrasi total aset natural log dari nilai pasar Tobin s Q pendanaan internal total penjualan bersih variabel indikator, bernilai 1 ketika penjualan mengalami penurunan antara t-1 hingga t, dan bernilai 0 jika dalam kondisi lain pendapatan yang berasal dari penjualan aset penjualan long- lived asset penjualan long-lived investment COGS ditambah perubahan pada persediaan error Model penelitian ini mengadaptasi model penelitian yang digunakan oleh Gunny (2010) yang merupakan acuan utama dari penelitian ini. Di dalam penelitian ini, terdapat dua model utama yang digunakan dalam menguji hipotesis. Model pertama akan digunakan untuk menguji hipotesis pertama, untuk melihat apakah perusahaan yang berhasil memenuhi tolak ukur laba menunjukkan adanya praktik manipulasi aktifitas riil. Model yang dibangun oleh Gunny (2010) adalah sebagai berikut: Model utama kedua dari penelitian ini mengukur hubungan / asosiasi antara penggunaan manipulasi aktivitas riil untuk memenuhi/ mencapai benchmark laba dan kinerja perusahaan masa mendatang. Dalam melakukan uji atas hipotesis kedua, Gunny (2010) menggunakan model berikut:

8 Tabel 2. Keterangan Variabel Model Penelitian Variabel Keterangan BENCH suatu variabel indikator yang bernilai satu jika (a) laba bersih dibagi total aset berada pada kisaran 0 dan 0.01, (b) perubahan nilai laba bersih dibagi total aset pada periode t-1 dan t berada pada kisaran nilai 0 dan 0.01, dan bernilai 0 jika dalam kondisi lain SIZE logaritma natural dari total aset MTB` Market to Book ratio ROA Return on Asset Error i 1,2,3 AdjROA ROA yang disesuaikan dengan industri (menggunakan perbedaan antara nilai ROA perusahaan dan nilai median ROA industri pada tahun yang sama) CFO CFO yang disesuaikan dengan industri (menggunakan perbedaan antara nilai CFO perusahaan dan nilai median CFO industri pada tahun yang sama) BENCH variabel indikator, bernilai 1 ketika (a) laba bersih dibagi total aset berada pada kisaran nilai 0 dan 0.01, (b) perubahan nilai laba bersih dibagi total aset pada periode t-1 dan t berada pada kisaran nilai 0 dan 0.01, dan bernilai 0 jika dalam kondisi lain BEAT variabel indikator, bernilai 1 ketika (a) laba bersih dibagi total aset bernilai lebih besar dari 0.01, (b) perubahan nilai laba bersih dibagi total asset pada periode t-1 dan t bernilai lebih besar dari 0.01, dan bernilai 0 jika dalam kondisi lain JUSTMISS variabel indikator, bernilai 1 ketika (a) laba bersih dibagi total aset bernilai lebih besar dan sama dengan namun lebih kecil dari 0, (b) perubahan nilai laba bersih dibagi total asset pada periode t-1 dan t bernilai lebih besar dan sama dengan namun lebih kecil dari 0, (c) BENCH atau BEAT tidak sama dengan satu, dan bernilai 0 jika dalam kondisi lain Return abnormal return perusahaan RM merupakan RM SGA variabel indikator, bernilai 1 ketika nilai residual dari model model pengukuran tingkat normal beban penjualan, umum, dan administrasi berada pada kuantil terendah, dan bernilai 0 jika dalam kondisi lain RM ASSET variabel indikator, bernilai 1 ketika nilai residual dari model pengukuran tingkat normal keuntungan penjualan aset dikalikan dengan (-1) berada pada kuantil terendah, dan bernilai 0 jika dalam kondisi lain RM PROD RM AGGRT variabel indikator, bernilai 1 ketika nilai residual dari model tingkat normal beban produksi dikalikan dengan (-1) berada pada kuantil terendah, dan bernilai 0 jika dalam kondisi lain variabel indikator, bernilai 1 ketika jumlah nilai residual dari model pengukuran tingkat normal beban penjualan, umum, dan administrasi,dan model tingkat normal beban produksi dikalikan dengan ( -1) berada pada kuantil terendah, dan bernilai 0 jika dalam kondisi lain

9 Adapun sampel dalam penelitian ini ialah seluruh perusahaan manufaktur menurut klasifikasi Bursa Efek Indonesia yang terdaftar dari tahun Eliminasi sampel berikutnya juga dilakukan untuk perusahaan yang memiliki tanggal akhir pelaporan akuntansi selain tanggal 31 Desember. Eliminasi sampel juga dilakukan ketika terdapat keterbatasan atau ketiadaan data yang dibutuhkan dalam operasionalisasi variabel. Masa penelitian dibatasi hingga masa tiga tahun mendatang. Hal ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Afif (2009) dan Bhojraj et al. (2009), sehingga hasil penelitian dapat dibandingkan. Perbedaan fokus waktu yaitu, masa t+1, t+2, dan t+3 berdampak jumlah sampel yang berbeda dalam tiga pengujian tersebut. Adapun model pengukuran atas manipulasi aktivitas riil yang berbeda-beda menyebabkan adanya jumlah sampel yang berbeda dalam tiap pengujian manipulasi aktivitas riil. Tabel 3 Ikhtisar Pemilihan Sampel Kriteria Jumlah Perusahaan Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek 125 Indonesia pada tahun 2008 hingga tahun 2010 Jumlah perusahaan yang menggunakan tanggal tutup buku selain 1 tanggal 31 Desember Perusahaan dengan data laporan keuangan yang tidak dapat 1 diakses dan tidak lengkap Perusahaan yang diambil menjadi sampel 123 Tahun Penelitian 3 Total 369 Perusahaan dengan data laporan keuangan yang tidak dapat 6 diakses dan tidak lengkap pada tahun 2007 Total Sampel Akhir Analisis Hasil dan Pembahasan Tabel 4 memberikan gambaran deskriptif data setelah dilakukan treatment winsorizing. Variabel imbal hasil atas aset yang sudah disesuaikan (AdjROA) di masa mendatang (ROA(t+1), ROA(t+2), ROA(t+3)) memiliki nilai rata- rata positif. Akan tetapi terdapat hasil yang berbeda pada kinerja operasional masa mendatang yang diukur melalui arus kas yang berasal dari kegiatan operasional yang sudah disesuaikan (AdjCFO), yang diproksi dengan CFO(t+1) CFO(t+2) CFO(t+3). Variabel AdjCFO memiliki nilai rata- rata yang positif pada Adj CFO(t+1), sementara pada (t+2), dan

10 (t+3), indikator kinerja operasional ini bernilai negatif. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pada periode (t+2), dan (t+3) lebih banyak perusahaan observasi yang memiliki nilai CFO yang lebih rendah dibanding dengan rata-rata CFO industri. Tabel 4 Deskriptif Model Utama Mean Median Std.Deviasi Minimum Maksimum AdjROA(t+1) 0, AdjROA(t+2) AdjROA(t+3) AdjCFO(t+1) AdjCFO(t+2) AdjCFO(t+3) RM SGA RM ASSET RM PROD Size 47,802, , ,545, ,680,542,000 MTB Return ROA(t+1) adalah kinerja operasi dinilai dari ROA 1 tahun mendatang; ROA(t+2) adalah kinerja operasi dinilai dari ROA 2 tahun mendatang; ROA(t+3) adalah kinerja operasi dinilai dari ROA 3 tahun mendatang; CFO(t+1) adalah kinerja operasi dinilai dari CFO 1 tahun mendatang; CFO(t+2) adalah kinerja operasi dinilai dari CFO 2 tahun mendatang; CFO(t+3) adalah kinerja operasi dinilai dari CFO 3 tahun mendatang; RM SGA adalah residual abnormal beban penjualan, umum, dan administrasi; RM ASSET adalah residual abnormal penjualan aset; RM PROD adalah residual abnormal beban produksi; Size adalah nilai total asset (dalam jutaan rupiah); MTB adalah Market to Book ratio; Return adalah nilai abnormal return perusahaan yang disesuaikan dengan pasar. Nilai masing- masing proksi manipulasi aktivitas riil (diukur dari nilai residualnya) menunjukkan adanya penyimpangan terhadap nilai nol. Hal ini menunjukkan bahwa pada periode 2008 hingga 2010, perusahaan manufaktur di Indonesia terlibat dalam manipulasi aktivitas riil melalui beban penjualan, umum, dan administrasi, keuntungan penjualan aset, dan beban produksi (SGA, ASSET, dan PROD). Variabel pengendali ukuran perusahaan diproksi dengan variabel SIZE, dan dihitung dengan menggunakan proksi logaritma natural dari total aset. Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rerata total aset ialah miliar rupiah dengan perusahaan observasi yang paling besar memiliki total aset sebesar miliar rupiah sedangkan perusahaan observasi dengan nilai ukuran total aset paling kecil sebesar 901 juta rupiah.. Pertumbuhan perusahaan dipertimbangkan sebagai suatu hal yang mempengaruhi kinerja operasional masa mendatang perusahaan, yang diproksi dengan variabel MTB. Nilai rerata MTB perusahaan manufaktur dalam penelitian ini ialah 2.17

11 dengan nilai maksimumnya ialah 31 dan nilai minimumnya sebesar -20. Hal ini berarti perusahaan manufaktur di Indonesia memiliki variasi yang cukup tinggi dalam hal tingkat potensi pertumbuhan. Imbal hasil atas saham, yang diproksi dengan variabel RETURN, menunjukkan nilai minimum pada angka -1.55, dengan nilai maksimumnya berkisar 3.3. Hal ini menunjukkan adanya volatilitas pada imbal hasil saham untuk perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil uji hipotesis penelitian 1 dalam penelitian ini menunjukkan secara konsisten bahwa tidak cukup bukti untuk menyimpulkan perusahaan yang berhasil memenuhi target laba (meet the earnings benchmark) terlibat dalam manipulasi aktivitas riil, baik melalui beban penjualan, umum, dan administrasi, penjualan aset, beban produksi, maupun manipulasi aktivitas riil melalui beban penjualan, umum, dan administrasi, dan beban produksi. Dari seluruh hipotesis yang dibangun dalam model penelitian pertama, seluruh hipotesis dalam penelitian ini ditolak. Sesuai dengan hasil penelitian Perez dan Hemmen (2010), untuk konteks Indonesia, yang menganut sistem hukum code law, manipulasi akuntansi cenderung menjadi pilihan manajemen. Dalam penelitiannya, Leuz et al., (2003) mengklasifikasikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat proteksi investor yang rendah. Leuz et al., (2003) mengemukakan bahwa perusahaan dengan tingkat perlindungan investor yang rendah memiliki tingkat manajemen laba akrual yang tinggi. Dengan demikian argumen yang bisa disimpulkan dari penelitian Leuz et al., (2003) ialah bahwa untuk Indonesia, perusahaan menggunakan manipulasi akrual untuk mencapai target laba.. Selain itu, terdapat kemungkinan bahwa manajemen melakukan manajemen laba yang melampaui indikator seperti yang ditetapkan pada penelitian ini, yaitu perusahaan yang termasuk dalam ukuran right immediate dari interval laba untuk memenuhi ekspektasi analis yang lebih tinggi. Hasil penelitian yang menemukan hubungan yang tidak signifikan antara perusahaan yang mencapai tolak ukur laba zero earnings dan last year s earnings sejalan dengan hasil penelitian Rahman (2007) terhadap perusahaan yang melakukan IPO di Indonesia, dan tidak dapat membuktikan adanya dugaan adanya manipulasi aktivitas riil. Penelitian Sahabu (2009) dalam Vita dan Rahmawati (2008) juga tidak dapat membuktikan adanya manipulasi aktivitas riil pada beban produksi dan beban diskresioner.

12 Variabe l Exp. Sign? Tabel 5 Hasil Regresi Model Penelitian Pertama Abnormal Abnormal Abnormal Abnormal (-1) (-1) (SGA + Prod(- 1)) Koef. Prob. Koef. Prob. Koef. Prob. Koef. Prob MTB ? Intercep t Prob (F-statistic) Signifikan pada α= 10%, Signifikan pada α= 5%, Signifikan pada α= 1% RM SGA adalah residual abnormal beban penjualan, umum, dan administrasi; RM ASSET adalah residual abnormal penjualan aset; RM PROD adalah residual abnormal beban produksi; RM AGGRT adalah residual abnormal agregat; BENCH adalah indikator keberhasilan perusahaan memenuhi tolak ukur laba tahun lalu; SIZE adalah ukuran perusahaan; MTB adalah Market to Book ratio; ROA adalah Return on ASSET. Tabel 6 Hasil Regresi Model Penelitian Kedua Panel A: Kinerja Operasi t+1 Model Kinerja Operasi Masa Depan yang diukur dengan AdjROA t+1 Variabel Exp. sign RM SGA RM ASSET RM PROD RM AGGRT Koef. Prob. Koef. Prob. Koef. Prob. Koef. Prob ? ? ? ? C F Statistic Prob (F Stat) R-squared

13 Model Kinerja Operasi Masa Depan yang diukur dengan AdjCFO t+1 Variabel Exp. sign RM SGA RM ASSET RM PROD RM AGGRT Koef. Prob. Koef. Prob. Koef. Prob. Koef. Prob ? ? ? ? C F Statistic NA 7.83 Prob (F Stat) R-squared NA Keterangan : Signifikan pada α= 10%, Signifikan pada α= 5%, Signifikan pada α= 1% adalah indikator keberhasilan melampaui target laba tahun lalu; adalah indikator kondisi hampir memenuhi target laba tahun lalu; indikator keberhasilan mencapai target laba tahun lalu; adalah proksi manipulasi aktivitas riil; adalah variabel manipulasi aktivitas riil dan keberhasilan memenuhi target laba tahun lalu; adalah kinerja operasional roa yang disesuaikan dengan industri pada t+1; adalah kinerja operasional roa yang disesuaikan dengan industri pada t; adalah ukuran perusahaan; market to book ratio ; adalah abnormal return; C adalah konstanta.

14 Panel B: Kinerja Operasi t+2 Model Kinerja Operasi Masa Depan yang diukur dengan AdjROA t+2 Variabel Exp. sign RM SGA RM ASSET RM PROD RM AGGRT Koef. Prob. Koef. Prob. Koef. Prob. Koef. Prob ? ? ? ? C F Statistic NA NA Prob (F Stat) R-squared NA NA Adjusted R-squared NA NA

15 Variabel Model Kinerja Operasi Masa Depan yang diukur dengan AdjCFO t+2 Exp RM SGA RM ASSET RM PROD RM AGGRT. sign Koef. Prob. Koef. Prob. Koef. Prob. Koef. Prob ? ? ? ? C F Statistic NA 7.83 Prob (F Stat) R-squared NA Keterangan : Signifikan pada α= 10%, Signifikan pada α= 5%, Signifikan pada α= 1% adalah indikator keberhasilan melampaui target laba tahun lalu; adalah indikator kondisi hampir memenuhi target laba tahun lalu; indikator keberhasilan mencapai target laba tahun lalu; adalah proksi manipulasi aktivitas riil; adalah variabel manipulasi aktivitas riil dan keberhasilan memenuhi target laba tahun lalu; adalah kinerja operasional roa yang disesuaikan dengan industri pada t+1; adalah kinerja operasional roa yang disesuaikan dengan industri pada t; adalah ukuran perusahaan; market to book ratio ; adalah abnormal return; C adalah konstanta.

16 Panel C: Kinerja Operasi t+3 Model Kinerja Operasi Masa Depan yang diukur dengan AdjROA t+3 Variabel Exp. sign RM SGA RM ASSET RM PROD RM AGGRT Koef. Prob. Koef. Prob. Koef. Prob. Koef. Prob ? ? ? ? C F Statistic NA Prob (F Stat) R-squared NA Adjusted R-squared NA

17 Variabel Model Kinerja Operasi Masa Depan yang diukur dengan AdjCFO t+3 Exp RM SGA RM ASSET RM PROD RM AGGRT. sign Koef. Prob. Koef. Prob. Koef. Prob. Koef. Prob ? ? ? ? C F Statistic Prob (F Stat) R-squared Keterangan : Signifikan pada α= 10%, Signifikan pada α= 5%, Signifikan pada α= 1% adalah indikator keberhasilan melampaui target laba tahun lalu; adalah indikator kondisi hampir memenuhi target laba tahun lalu; indikator keberhasilan mencapai target laba tahun lalu; adalah proksi manipulasi aktivitas riil; adalah variabel manipulasi aktivitas riil dan keberhasilan memenuhi target laba tahun lalu; adalah kinerja operasional roa yang disesuaikan dengan industri pada t+1; adalah kinerja operasional roa yang disesuaikan dengan industri pada t; adalah ukuran perusahaan; market to book ratio ; adalah abnormal return; C adalah konstanta. Hasil uji hipotesis kedua dalam penelitian menunjukkan secara konsisten bahwa tidak terdapat cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa perusahaan yang berhasil mencapai earnings benchmark dengan melakukan manipulasi aktivitas riil, baik melalui beban penjualan, umum, dan administrasi, melalui keuntungan penjualan aset, dan melalui beban produksi memiliki pengaruh terhadap kinerja masa mendatang perusahaan yang diukur dengan Return on Asset, dan Cash Flow from Operation pada masa satu tahun, dua tahun, dan tiga tahun mendatang. Pengecualian terdapat pada uji manipulasi aktivitas riil melalui beban penjualan, umum, dan administrasi pada pengujian dua tahun mendatang. Pengujian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kinerja masa mendatang yang

18 diukur dengan arus kas operasioanl perusahaan. Pada pengujian ini, meeting benchmark dengan manipulasi aktivitas riil melalui beban penjualan, umum, dan administrasi memberi pengaruh signifikan pada arus kas masa mendatang (t+2). Dengan demikian, manipulasi aktivitas riil ini dikategorikan efisien. Hasil yang tidak signifikan dalam hipotesis kedua, seperti halnya dijelaskan dalam Gunny (2010) dapat dijelaskan dengan beberapa alasan. Pertama, tindakan manipulasi aktivitas riil, yang diukur dalam penelitian ini, memiliki kemungkinan dilakukan oleh manajemen bukan karena adanya intensi manajemen laba, namun justru hanya karena pertimbangan ekonomis. Hal ini dapat mengakibatkan tiadanya asosiasi pengukuran manajemen laba dengan kinerja masa mendatang. Kemungkinan lainnya ialah dampak dari manipulasi aktivitas riil yang dilakukan oleh manajemen sangat kecil, sehingga sulit untuk dideteksi. Penjelasan akhir mengapa tidak ditemukan asosiasi antara pencapaian earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil dengan kinerja masa mendatang ialah karena adanya pengaruh saling offset, antara meeting earnings benchmark yang memberi sinyal positif pada pasar, dan tindakan manipulasi aktivitas riil yang oportunis. 5. Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran Pengujian pertama dalam penelitian ini menguji keterlibatan perusahaan yang memenuhi target laba pada dengan tindakan manipulasi aktivitas riil. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa tidak terdapat cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa perusahaan yang merupakan suspect firms, yaitu perusahaan yang berada pada tingkat immediate right zero dari interval last year s earnings terlibat dalam tindakan manipulasi aktivitas riil, baik melalui pengurangan beban penjualan, umum, dan administrasi, penyesuaian waktu penjualan aset, dan manipulasi beban produksi. Hasil yang konsisten juga ditemui pada manipulasi aktivitas riil melalui beban penjualan, umum, dan administrasi, dan manipulasi beban produksi secara bersamaan. Pengujian kedua dalam penelitian ini menganalisis konsekuensi dari adanya pencapaian earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil terhadap kinerja masa mendatang perusahaan. Hasil penelitian kedua dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa perusahaan yang mencapai target laba dengan melakukan manipulasi aktivitas riil bersifat oportunistik, maupun efisien. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara meeting benchmark dengan keterlibatan manipulasi aktivitas riil dengan kinerja di masa mendatang, baik

19 yang diukur dengan ukuran ROA, maupun CFO. Akan tetapi, terdapat pengecualian pada pengujian manipulasi aktivitas riil melalui beban penjualan, umum, dan administrasi dengan arus kas operasional pada masa dua tahun mendatang, yang menunjukkan pengaruh positif secara signifikan. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, terdapat keterbatasan data atas nilai beban riset dan pengembangan di Indonesia. Hal ini menyebabkan manipulasi aktivitas riil melalui beban riset dan pengembangan tidak diteliti dalam penelitian ini. Untuk penelitian berikutnya dapat dilakukan pengujian atas manipulasi aktivitas riil melalui pengurangan beban riset dan pengembangan apabila terdapat kesediaan data.kedua, perusahaan manufaktur Indonesia tidak lengkap dalam pengungkapan nilai keuntungan dari penjualan aset jangka panjang perusahaan, sementara mencantumkan nilai penjualan aset. Untuk mengatasi masalah data, maka penelitian ini memberi nilai nol bagi nilai keuntungan penjualan aset, pada perusahaan yang terlibat transaksi penjualan aset dan investasi jangka panjang, namun tidak mengungkapkan nilai keuntungan atas transaksi tersebut. Ketiga, penelitian ini tidak memasukkan variabel kontrol atas kemuungkinan probabilitas yang diproksi dengan Zscore. Variabel ini mengkontrol adanya kemungkinan kebangkrutan perusahaan dengan kinerja operasional mendatang (Gunny, 2010). Hal ini dikarenakan konteks Zscore dirasa kurang relevan untuk diaplikasikan pada perusahaan Indonesia. Untuk penelitian selanjutnya, dapat menggunakan variabel lain. Keempat, penelitian ini tidak memberikan perlakuan yang berbeda atas adanya subsektor industri manufaktur. Penelitian berikutnya dapat juga melakukan perlakuan atas subsektor industri, misal dengan melakukan penyesuaian atas nilai AdjROA, dan AdjCFO dengan nilai rata-rata subsektor untuk tiap tahunnya. Kelima, penelitian ini hanya mencakup masa penelitian dari tahun 2008 hingga tahun Penelitian dengan tahun pengujian yang lebih lama dapt dilakukan dalam penelitian selanjutnya.

20 Daftar Referensi Achmad, Subekti, dan Atmini. (2007). Investigasi Motivasi dan Strategi Manajemen Laba pada Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X. Afif, Rizqa. (2009). Analisis Pengaruh Manajemen Laba Melalui Aktivitas Riil terhadap Kinerja Operasi Masa Depan : Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Sarjana Program Studi Strata Satu Akuntansi FE UI. Bartov, E. (1993). The timing of asset sales and earnings manipulation. Accounting Review 68 (4): Bartov, E., D. Givoly, and C. Hayn. (2002). The rewards to meeting or beating earnings expectations. Journal of Accounting and Economics 33 (2): Bhojraj, S. et al.(2009). Making Sense of Cents: An Examination of Firms That Marginally Miss or Beat Analyst Forecasts. The Journal of Finance, 64(5), pp Burgstahler, D., and I. Dichev. (1997). Earnings management to avoid earnings decreases and losses. Journal of Accounting and Economics 24 (2): Degeorge, F., J. Patel, and R. Zeckhauser. (1999). Earnings management to exceed thresholds. Journal of Business 72 (1): Graham, J., R. Harvey, and S. Rajgopal. (2005). The economic implications of corporate financial reporting. Journal of Accounting and Economics 40 (1 3): Gunny, K. (2005). What are the consequences of real earnings management? Working paper. University of Colorado at Boulder. Gunny, Katherine A. (2010). The Relation Between Earnings Management Using Real Activities Manipulation and Future Performance: Evidence from Meeting Earnings Benchmarks. Contemporary Accounting Research, 27 (3), Hayn, C.(1995). The information content of losses. Journal of Accounting and Economics 20 (2): Jacob, J., and B. Jorgensen. (2007). Earnings management and accounting income aggregation. Journal of Accounting and Economics 43 (2 3): Leuz, C., Nanda, D. and Wysocki, P. D. (2003) Earnings management and investor protection: an international comparison. Journal of Financial Economics, 69(3), pp Lev, B. (2003). Corporate earnings: Fact and fiction. Journal of Economic Perspectives 17 (2): Oktorina, Megawati. (2008). Analisis Arus Kas dalam Mendeteksi Manipulasi Aktivitas Riil dan Dampaknya Terhadap Kinerja Pasar. Tesis Pascasarjana Program Studi Ilmu Akuntansi FEUI. Perez, Gonzalo Rodriguez e Hemmen, Stevan van. (2010). Debt, diversification and earnings management. Journal of Accounting Public Policy, Vol.29, pp Rahman, Annisaa.(2007) Earnings Management melalui Accrual dan Real Activities Manipulation pada Initial Public Offerings dan Kinerja Jangka Panjang : Studi

21 Empiris pada Bursa Efek Jakarta. Tesis Pascasarjana Program Studi Ilmu Akuntansi FEUI. Roychowdhury, S. (2006). Earnings management through real activities manipulation. Journal of Accounting and Economics 42 (3): Sahabu, Supardi. (2009). Manajemen Laba Melalui Akrual Dan Manipulasi Aktivitas Nyata dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Melakukan Right Issue. Tesis Yang Dipublikasikan. Schipper, K. (1989). Earnings management. Accounting Horizons 3 (1): Subramanyam, K. R. (1996). The pricing of discretionary accruals. Journal of Accounting and Economics 22 (1 3): Subramanyam, K. R. (1996). The pricing of discretionary accruals. Journal of Accounting and Economics 22 (1 3): Xu, Randall Z., Gary K. Taylor, and Michael T. Dugan. (2007). Review of Real Earnings Management Literature. Journal of Accounting Literature Vol.26:

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Perusahaan yang berada pada tahap growth-mature tidak memilih

Lebih terperinci

ANALISIS PRAKTIK REAL EARNINGS MANAGEMENT MELALUI MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DAN DAMPAKNYA TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO

ANALISIS PRAKTIK REAL EARNINGS MANAGEMENT MELALUI MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DAN DAMPAKNYA TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO JURNAL AKUNTANSI, MANAJEMEN BISNIS ISSN 1829 9857 DAN SEKTOR PUBLIK (JAMBSP) ANALISIS PRAKTIK REAL EARNINGS MANAGEMENT MELALUI MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DAN DAMPAKNYA TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO Arianie

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. (overproduction), dan penurunan discretionary expenses akan menyebabkan. semakin rendahnya arus kas operasi satu tahun ke depan.

BAB V PENUTUP. (overproduction), dan penurunan discretionary expenses akan menyebabkan. semakin rendahnya arus kas operasi satu tahun ke depan. BAB V PENUTUP Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh manipulasi aktivitas riil yang diproksikan dengan REM Index terhadap arus kas operasi satu tahun ke depan. Penelitian ini dilakukan pada 424

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen sebagai agent perusahaan dapat memilih berbagai cara alternatif dalam mencatat transaksi yang ada atau metode lainnya dalam perlakuan akuntansi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Priantinah (2008), Kontrak kerja dari pemilik/pemegang saham (principal) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Priantinah (2008), Kontrak kerja dari pemilik/pemegang saham (principal) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki kontrak kerja yang terjalin antara pihak eksternal perusahaan (para pemegang saham) dengan pihak internal perusahaan (para manajer

Lebih terperinci

PENGARUH MANIPULASI AKTIVITAS RIIL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA. Eka Hariyani

PENGARUH MANIPULASI AKTIVITAS RIIL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA. Eka Hariyani Jurnal SOROT Vol 8 No 2 Oktober hlm. 1 190 Lembaga Penelitian Universitas Riau PENGARUH MANIPULASI AKTIVITAS RIIL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA Jurusan Akuntansi Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN LABA MELALUI MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DAN DAMPAKNYA TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO

ANALISIS MANAJEMEN LABA MELALUI MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DAN DAMPAKNYA TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO ANALISIS MANAJEMEN LABA MELALUI MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DAN DAMPAKNYA TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO Nathalia Triandini. S Fachruzzaman Universitas Bina Nusantara, Jakarta, nathalia.triandini@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal semakin besar perannya sebagai salah satu pendukung gerak roda

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal semakin besar perannya sebagai salah satu pendukung gerak roda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal semakin besar perannya sebagai salah satu pendukung gerak roda dunia bisnis. Penyelenggaraan pasar modal akan mendorong percepatan aktivitas investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara pemilik perusahaan (principal), manajemen (agent), dan karyawan.

BAB I PENDAHULUAN. antara pemilik perusahaan (principal), manajemen (agent), dan karyawan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah kumpulan kontrak kerja sama antar berbagai pihak yaitu antara pemilik perusahaan (principal), manajemen (agent), dan karyawan. Berbagai pihak

Lebih terperinci

Equivalent Armando Aria Farahmita Universitas Indonesia

Equivalent Armando Aria Farahmita Universitas Indonesia MANAJEMEN LABA MELALUI AKRUAL DAN AKTIVITAS RIIL DI SEKITAR PENAWARAN SAHAM TAMBAHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN: STUDI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2001-2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. investor dapat melihat kinerja perusahaan. Informasi akuntansi berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. investor dapat melihat kinerja perusahaan. Informasi akuntansi berguna bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang terdaftar di BEI sangat banyak dimana masing-masing perusahaan telah mempublikasikan laporan keuangannya agar para calon investor dapat melihat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 7 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Manajemen Laba 2.1.1. Definisi Manajemen Laba Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil sesuai dengan harapan yaitu mendapatkan laba yang maksimal. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. hasil sesuai dengan harapan yaitu mendapatkan laba yang maksimal. Manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ini perusahaan-perusahaan di Indonesia semakin berkembang pesat, sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan kegiatan operasinya secara efisien atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memilih untuk go publik. Yang dimaksud dengan. dapat memperoleh dana yang besar untuk menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memilih untuk go publik. Yang dimaksud dengan. dapat memperoleh dana yang besar untuk menjalankan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memerlukan modal untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Untuk mendapatkan modal yang besar, banyak perusahaan yang memilih untuk go publik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu media penghubung dan penyalur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu media penghubung dan penyalur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan suatu media penghubung dan penyalur informasi yang bermanfaat baik bagi perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengungkapan yang sifatnya wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. pengungkapan yang sifatnya wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para investor, kreditur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dapat mendapatkan hasil yang akurat. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dapat mendapatkan hasil yang akurat. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di 38 BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin. Metode penelitian merupakan suatu panduan bagi peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna dalam pembuatan keputusan ekonomi (IAI, 2012). mengambil keputusan secara tepat adalah andal dan relevan.

BAB I PENDAHULUAN. pengguna dalam pembuatan keputusan ekonomi (IAI, 2012). mengambil keputusan secara tepat adalah andal dan relevan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan yang go public dan terdaftar di bursa efek berkewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan. Tujuan umum dari laporan keuangan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui. informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui. informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang

BAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan agent) umumnya mempunyai kepentingan yang berbeda. Hal ini menyebabkan munculnya hubungan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LABA MELALUI MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DISEKITAR PENAWARAN SAHAM TAMBAHAN DAN KINERJA PERUSAHAAN

MANAJEMEN LABA MELALUI MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DISEKITAR PENAWARAN SAHAM TAMBAHAN DAN KINERJA PERUSAHAAN JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI ISSN: 1410-9875 Vol. 17, No. 2, Desember 2015, Hlm. 103-111 http: //www.tsm.ac.id/jba MANAJEMEN LABA MELALUI MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DISEKITAR PENAWARAN SAHAM TAMBAHAN DAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu mengelola perusahaan miliknya sendiri, sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan jaman yang begitu pesat, banyak perusahaan yang sadar akan kondisi keuangannya. Pemilik maupun manajemen perusahaan giat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi pula dan dengan laba tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi pula dan dengan laba tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat laba merupakan salah satu faktor terpenting bagi perusahaan. Tingkat laba dapat disinyalir sebagai salah satu cerminan kinerja perusahaan. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan menyusun laporan keuangan sebagai bukti

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan menyusun laporan keuangan sebagai bukti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap perusahaan menyusun laporan keuangan sebagai bukti pertanggungjawaban atas kinerja perusahaan dalam suatu periode. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terdapat perbedaan dividen payout ratio perusahaan yang melakukan dan tidak

BAB V PENUTUP. terdapat perbedaan dividen payout ratio perusahaan yang melakukan dan tidak BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris apakah terdapat perbedaan dividen payout ratio perusahaan yang melakukan dan tidak melakukan manipulasi aktivitas riil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi / stakeholders. Laba adalah salah satu informasi

Lebih terperinci

DETEKSI PEWAKTUAN MANAJEMEN LABA MELALUI AKTIFITAS RIEL DAN KAITANNYA DENGAN PERSISTENSI LABA (Analisis Terhadap Laporan Keuangan Triwulanan)

DETEKSI PEWAKTUAN MANAJEMEN LABA MELALUI AKTIFITAS RIEL DAN KAITANNYA DENGAN PERSISTENSI LABA (Analisis Terhadap Laporan Keuangan Triwulanan) DETEKSI PEWAKTUAN MANAJEMEN LABA MELALUI AKTIFITAS RIEL DAN KAITANNYA DENGAN PERSISTENSI LABA (Analisis Terhadap Laporan Keuangan Triwulanan) Peneliti : Nining Ika Wahyuni 1 Mahasiswa Terlibat : - Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent), baik pihak principal maupun agent

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent), baik pihak principal maupun agent BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam perusahaan terdapat hubungan antara pihak pemilik perusahaan (principal) dan manajemen (agent), baik pihak principal maupun agent masing-masing mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pasar modal juga, investor dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar. kegiatan perusahaan semakin lebih kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pasar modal juga, investor dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar. kegiatan perusahaan semakin lebih kompleks. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri serta arus globalisasi yang semakin pesat menuntut perusahaan untuk mampu bergerak sejalan dengan perkembangan tersebut. Selain itu dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan alat yang digunakan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan hasil dari kinerjanya selama suatu periode kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Sri Sulistyanto (2008), teori sinyal digunakan untuk menjelaskan

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Sri Sulistyanto (2008), teori sinyal digunakan untuk menjelaskan BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory) Menurut Sri Sulistyanto (2008), teori sinyal digunakan untuk menjelaskan bahwa pada dasarnya laporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Landasan Teori Untuk mencapai sasaran studi diperlukan landasan teori sebagai dasar dalam melakukan penelitian. II.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Lebih terperinci

BAB I Investor asing yang berasal dari negara dengan label good governance dianggap

BAB I Investor asing yang berasal dari negara dengan label good governance dianggap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, kegiatan bisnis dan investasi semakin mudah untuk dilakukan oleh semua kalangan. Baik investasi yang dilakukan oleh para investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan praktisi maupun akademisi, khususnya peneliti akuntansi karena berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu

Lebih terperinci

DAMPAK MANAJEMEN LABA AKRUAL DAN MANAJEMEN LABA RIIL TERHADAP KINERJA PASAR. Koyuimirsa Surya Raharja S.E., M.Si, Akt ABSTRACT

DAMPAK MANAJEMEN LABA AKRUAL DAN MANAJEMEN LABA RIIL TERHADAP KINERJA PASAR. Koyuimirsa Surya Raharja S.E., M.Si, Akt ABSTRACT DAMPAK MANAJEMEN LABA AKRUAL DAN MANAJEMEN LABA RIIL TERHADAP KINERJA PASAR Koyuimirsa Surya Raharja S.E., M.Si, Akt ABSTRACT This research is a replication of the Oktorina s research (2008), by adding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu Negara dapat dilihat dari peningkatan pasar modalnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun terakhir bergerak menuju ke arah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai kepada seluruh pengguna yang berkepentingan. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai kepada seluruh pengguna yang berkepentingan. Sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan disusunnya laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang memadai kepada seluruh pengguna yang berkepentingan. Sehingga penyusunan laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaanperusahaan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaanperusahaan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4. 1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam rentang waktu

Lebih terperinci

SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN LABA

SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN LABA SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN LABA MANAJEMEN LABA PADA TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERMASUK DALAM INDEKS LQ-45 Isu / Fenomena Masalah Bagaimana pengaruh asimetri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) atas UKDW

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) atas UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor merupakan pihak yang menanamkan uangnya dalam bentuk modal pada perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) atas investasi yang dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk memenuhinya. Oleh sebab itu dibutuhkan pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk memenuhinya. Oleh sebab itu dibutuhkan pihak-pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang jika ingin tetap bertahan dan mampu memenangkan persaingan bisnis maka harus selalu melakukan inovasi. Inovasi menyebabkan perusahaan terus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari peneliti untuk melakukan pengujian kembali yaitu: 2.1.1. Nanda (2011) Penelitian ini menguji pengaruh kualitas

Lebih terperinci

Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 15, No. 1, Februari 2015:

Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 15, No. 1, Februari 2015: Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 15, No. 1, Februari 2015: 23-31 www.jab.fe.uns.ac.id (rahmaw2005@yahoo.com) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Penelitian ini dilakukan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Menurut Badan Pengawas Pasar Modal karakteristik utama kegiatan industri manufaktur adalah mengolah sumber daya menjadi barang jadi melalui suatu proses

Lebih terperinci

PRAKTEK MANAJEMEN LABA RIIL PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA

PRAKTEK MANAJEMEN LABA RIIL PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya Vol. 13, No. 2, Desember 2012 PRAKTEK MANAJEMEN LABA RIIL PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tedaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Semua data dapat diperoleh dari situs resmi

BAB III METODE PENELITIAN. tedaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Semua data dapat diperoleh dari situs resmi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Data dan Sampel Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang tedaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Semua data dapat diperoleh dari situs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajer yang bertanggung jawab atas pengelolaan perusahaan harus lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. Manajer yang bertanggung jawab atas pengelolaan perusahaan harus lebih banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajer yang bertanggung jawab atas pengelolaan perusahaan harus lebih banyak mengetahui informasi-informasi yang bermanfaat untuk kelangsungan hidup perusahaan, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan ringkasan dari aktivitas keuangan perusahaan yang mampu menggambarkan kinerja keuangan perusahaan tersebut (PSAK No.1 Paragraf

Lebih terperinci

BAB I perusahaan dan arus kas masa depan. Informasi laba harus terlihat baik guna

BAB I perusahaan dan arus kas masa depan. Informasi laba harus terlihat baik guna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi yang dipergunakan oleh banyak pihak untuk pembuatan keputusan ekonomi, baik untuk pihak internal maupun pihak eksternal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memerlukan sumber dana agar dapat mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Pendanaan perusahaan tidak hanya berasal dari aktivitas operasi

Lebih terperinci

Perilaku Manajemen Laba pada Perusahaan dengan Level EPS yang Berbeda

Perilaku Manajemen Laba pada Perusahaan dengan Level EPS yang Berbeda Perilaku Manajemen Laba pada Perusahaan dengan Level EPS yang Berbeda Abstract: This research is aimed to explain earnings management behavior on the different levels of firms EPS. Previous researches

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA MELALUI AKTIVITAS RIIL

PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA MELALUI AKTIVITAS RIIL PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA MELALUI AKTIVITAS RIIL Nico Radityo Boedhi Universitas Atma Jaya Yogyakarta Dewi Ratnaningsih Universitas Atma Jaya Yogyakarta nee_cor@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan Dan Leverage Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penilaian yang tepat terhadap perusahaan merupakan hal yang wajar bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian penilaian tersebut biasanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bagi manajeman meningkatkan nilai perusahaan sangatlah penting karena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bagi manajeman meningkatkan nilai perusahaan sangatlah penting karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi manajeman meningkatkan nilai perusahaan sangatlah penting karena untuk meningkatkan dan memakmurkan kesejahteraan pemilik, dan juga salah terciptanya tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Regresi Linear Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu harus menentukan nilai normal arus kas operasi, biaya produksi dan biaya diskresioner,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sektor penting dalam meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sektor penting dalam meningkatkan perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri merupakan sektor penting dalam meningkatkan perekonomian nasional. Namun di dalam pembangunan sektor industri pihak pengembang kurang memperhatikan

Lebih terperinci

Bab V. Penutup. perbedaan manajemen laba riil dengan pendekatan biaya produksi sebelum dan

Bab V. Penutup. perbedaan manajemen laba riil dengan pendekatan biaya produksi sebelum dan 57 Bab V Penutup 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris apakah ada perbedaan manajemen laba riil dengan pendekatan biaya produksi sebelum dan sesudah implementasi IFRS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laba telah menjadi indikator umum bagi pihak manajemen dan pihak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laba telah menjadi indikator umum bagi pihak manajemen dan pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba telah menjadi indikator umum bagi pihak manajemen dan pihak eksternal untuk menilai kinerja suatu perusahaan. Informasi laba ini dapat mempengaruhi investor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perusahaan umumnya memiliki tujuan untuk memaksimalkan kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perusahaan umumnya memiliki tujuan untuk memaksimalkan kemakmuran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan umumnya memiliki tujuan untuk memaksimalkan kemakmuran investor atau para pemegang sahamnya agar dapat meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan seringkali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dampak krisis ekonomi global yang terus berkelanjutan berdampak pada kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai berimbas pada Indonesia

Lebih terperinci

BAB II. Rerangka Teori dan Hipotesis. Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri

BAB II. Rerangka Teori dan Hipotesis. Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri BAB II Rerangka Teori dan Hipotesis 2.1 Teori Stakeholder Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka simpulan yang dapat dibuat ialah: 1) Manipulasi aktivitas riil berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. dilakukan oleh manajemen adalah manajemen laba (earnings management),

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. dilakukan oleh manajemen adalah manajemen laba (earnings management), 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan hal yang biasanya diperhatikan dengan serius oleh investor maupun kreditor untuk menilai kinerja suatu perusahaan maupun untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk. menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan dan ukuran kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk. menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan dan ukuran kinerja BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan dan ukuran kinerja perusahaan pada periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan juga semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan juga semakin meningkat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan pasar modal, kebutuhan akan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan juga semakin meningkat. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi penggunanya sebagai informasi akuntansi kepada pihak internal maupun pihak eksternal untuk pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi sebagai bentuk pertanggungjawaban atas wewenang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi sebagai bentuk pertanggungjawaban atas wewenang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaporan keuangan merupakan jenis ciri akuntansi yang menyajikan informasi berupa data-data kuantitatif atas semua transaksi yang telah dilakukan oleh perusahaan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dengan mengunduh laporan keuangan perusahaan non keuangan yang go

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal bagi perusahaan yang berada pada tahapan start up, karena pada tahapan

BAB I PENDAHULUAN. modal bagi perusahaan yang berada pada tahapan start up, karena pada tahapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan alternatif paling cepat untuk mendapatkan tambahan modal bagi perusahaan yang berada pada tahapan start up, karena pada tahapan ini perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan dan menjalankan perusahaan, sehingga perusahaan. membutuhkan laporan keuangan sebagai pegangan untuk mengetahui

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan dan menjalankan perusahaan, sehingga perusahaan. membutuhkan laporan keuangan sebagai pegangan untuk mengetahui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dan kemajuan teknologi di Indonesia yang semakin pesat membuat para pelaku bisnis semakin ketat dalam bersaing. Persaingan tersebut

Lebih terperinci

Pengaruh Manipulasi Aktivitas Riil terhadap Dividen Perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia

Pengaruh Manipulasi Aktivitas Riil terhadap Dividen Perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Jurnal SOROT Volume 11, Nomor 2, Oktober 2016: 87-99 Pengaruh Manipulasi Aktivitas Riil terhadap Dividen Perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Eka Hariyani * Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. melakukan kontrak dengan para manajer (agent) untuk mengelola bisnis

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. melakukan kontrak dengan para manajer (agent) untuk mengelola bisnis BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Keagenan Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu mengelola perusahaan miliknya sendiri, sehingga pemilik harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi keuangannya. Di samping itu laporan keuangan juga

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi keuangannya. Di samping itu laporan keuangan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan media yang digunakan perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangannya. Di samping itu laporan keuangan juga merupakan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk menampilkan performa terbaik dari perusahaan yang dipimpinnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang tinggi. Semakin tinggi nilai dari sebuah perusahaan, semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang tinggi. Semakin tinggi nilai dari sebuah perusahaan, semakin 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Nilai perusahaan merupakan sesuatu yang dianggap penting oleh investor. Dalam kegiatan investasinya, investor cenderung tertarik terhadap nilai perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pihak yang menjalankan dan mengendalikan jalannya perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pihak yang menjalankan dan mengendalikan jalannya perusahaan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam era ekonomi modern sekarang ini, khususnya pada perusahaan Go Public, terdapat pemisahan antara pihak manajemen dan pemilik. Manajemen adalah pihak

Lebih terperinci

Sila Ninin Wisnantiasri I Made Narsa. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

Sila Ninin Wisnantiasri I Made Narsa. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Wisnantiasri, Hubungan Manajemen Laba 297 HUBUNGAN MANAJEMEN LABA DENGAN MENGGUNAKAN MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DAN KINERJA OPERASI (Studi Empiris pada Perusahaan yang Melakukan Right Issue di Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif dalam penghimpunan dana selain sistem perbankan. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. alternatif dalam penghimpunan dana selain sistem perbankan. Selain itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya pertumbuhan perekonomian, maka peran pasar modal menjadi sangat penting sebagai sarana untuk menghimpun dana dari pelaku bisnis dan juga masyarakat.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh kondisi keuangan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh kondisi keuangan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh kondisi keuangan perusahaan terhadap manipulasi aktivitas riil. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penilaian yang tepat terhadap perusahaan merupakan hal yang wajar bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian penilaian tersebut biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan bentuk dari pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan bentuk dari pertanggungjawaban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan bentuk dari pertanggungjawaban manajemen yang memberikan informasi kinerja dari perusahaan. Laporan keuangan banyak digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2001), Rahmawati, dkk., (2007) dan Nasution dan Setiawan (2007). Hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (2001), Rahmawati, dkk., (2007) dan Nasution dan Setiawan (2007). Hasil penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, penelitian mengenai adanya indikasi laba di sektor perbankan konvensional telah dilakukan oleh banyak peneliti, antara lain Setiawati dan Na'im

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Peneltian ini merupakan penelitan yang lebih bersifat kausatif yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh beberapa varibel terhadap variabel lainnya.

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN LABA AKRUAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN INDEKS LQ 45)

PENGARUH MANAJEMEN LABA AKRUAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN INDEKS LQ 45) Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2016, pp. 70~74 PENGARUH MANAJEMEN LABA AKRUAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN INDEKS LQ 45) 70 Lina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menyesatkan stakeholder mengenai kinerja ekonomi perusahaan maupun

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menyesatkan stakeholder mengenai kinerja ekonomi perusahaan maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan sehingga menyesatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO)

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perusahaan go public di Indonesia dapat dilihat dari bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) setiap tahunnya. IPO merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi para pengguna laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi para pengguna laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan harus dapat mengungkapkan kondisi perusahaan yang sebenarnya, sehingga akan bermanfaat bagi para pengguna laporan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

BAB 2 LANDASAN TEORI Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi Laporan keuangan merupakan media informasi yang digunakan manajemen kepada pihak luar perusahaan. Informasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur BAB III METODE PENELITIAN 3..1. Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang ada di BEI pada tahun 2011 sampai 2013. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dengan para pengguna laporan keuangan. Kinerja keuangan, tanggungjawab

BAB II. LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dengan para pengguna laporan keuangan. Kinerja keuangan, tanggungjawab BAB II LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Pelaporan Keuangan Laporan keuangan berfungsi sebagai sarana komunikasi antara manajemen dengan para pengguna laporan keuangan. Kinerja keuangan,

Lebih terperinci

Bab III. Metode Penelitian

Bab III. Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah perusahaan perusahaan manufaktur (manufacturing companies) yang tercatat di Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai syarat mutlak apabila perusahaan tersebut telah go public untuk kepentingan investor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai syarat mutlak apabila perusahaan tersebut telah go public untuk kepentingan investor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi perekonomian dewasa ini yang penuh dengan perubahan dan semakin kompetitif, perusahaan dan lembaga keuangan dituntut dapat mempertahankan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan para stakeholdersnya. Kinerja keuangan, tanggungjawab manajer kepada

BAB I PENDAHULUAN. dengan para stakeholdersnya. Kinerja keuangan, tanggungjawab manajer kepada BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Laporan keuangan berfungsi sebagai sarana komunikasi antara manajemen dengan para stakeholdersnya. Kinerja keuangan, tanggungjawab manajer kepada pemilik perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, perekonomian pun turut berkembang dengan pesat. Hal tersebut juga membuat persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci