Pengaruh Ukuran Butir dan Struktur Kristal terhadap Sifat Kemagnetan pada Nanopartikel Magnetit (Fe 3 O 4 )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Ukuran Butir dan Struktur Kristal terhadap Sifat Kemagnetan pada Nanopartikel Magnetit (Fe 3 O 4 )"

Transkripsi

1 24 Muh. Pauzan, dkk/pengaruh Ukuran Butir dan Struktur Kristal terhadap Sifat Kemagnetan pada Nanopartikel Magnetit (Fe 3O 4) Pengaruh Ukuran Butir dan Struktur Kristal terhadap Sifat Kemagnetan pada Nanopartikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) Muh Pauzan 1, Takeshi Kato 2, Satoshi Iwata 2, dan Edi Suharyadi 1, * 1 Laboratorium Fisika Material dan Instrumentasi (Fismatel), Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia 2 Departement of Quantum Engineering, Nagoya University, Furo-cho chikusa-ku, Nagoya, Japan *corresponding author: esuharyadi@ugm.ac.id Abstrak -Telah dilakukan kajian sifat kemagnetan pada nanopertikel magnetit (Fe 3 O 4 ) dengan analisis kurva loop histerisis, dan ketergantungannya terhadap ukuran partikel dan maupun struktur kristal. Nilai magnetisasi saturasi (M s ) dipengaruhi oleh kehadiran fasa pengotor hematit (α Fe 2 O 3 ), kualitas kristalinitas dan tetapan kisi. Sedangkan medan koersif (H c ) berbanding lurus terhadap kenaikan diameter nanopartikel magnetit (Fe 3 O 4 ). Diperoleh nilai rasio (M r /M s ) semakin kecil seiring dengan kenaikan diameter nanopartikel magnetit (Fe 3 O 4 ). Kata kunci - kurva loop histerisis, ukuran partikel, struktur kristal, magnetisasi saturasi (M s ), medan koersif (H c ) Abstract-Magnetic properties of magnetite nanoparticles (Fe 3 O 4 ) have been analyzed by hysteresis loop, and its dependence on diameter and crystal structure. Saturation magnetization (M s ) is affected by the presence of an impurity phase hematite (α Fe 2 O 3 ), quality of crystallinity and lattice constant. Coercivity field (H c ) is linear with the diameter increase. Ratio (M r /M s ) is obtained smaller with the increase in the diameter of magnetite nanoparticles (Fe 3 O 4 ). Key words- hysteresis loop, diameter, crystal structure, saturation magnetization(m s ), coercivityfield (H c ) I. PENDAHULUAN Nanopartikel magnetik merupakan salah satu objek kajian yang banyak diminati. Peningkatan ketertarikan penelitian pada objek ini karena sifat fisis dan kimia yang dimiliki berbeda dengan sifat material bulknya.perbedaan sifat ini berkaitan dengan keberadaan efek ukuran kuantum (Quantum size effects) pada materialnya [1]. Sifat fisis yang unik dari nanopartikel magnetik adalah sifat kemagnetan yang dimilikinya. Magnetisasi (per atom) dan anisotropi magnetik nanopartikel berbeda dengan sifat material bulk, serta memiliki perbedaan suhu Curie (T c ) dan suhu Neel (T n ). Selain itu pada nanopartikel ditemukan sifat yang menarik seperti giant magnetoresistance (GMR), efek magnetokalorik yang besar, dan sebagainya [1]. Sifat lain yang istimewa pada nanopartikel magnetik yaitu bersifat superparamagnetik. Sifat superparamagnetik merupakan sifat yang muncul pada material berorde satu domain magnetik [2]. Ukurannya yang kecil menyebabkan material tersebut sangat reaktif terhadap medan magnet luar, namun jika medan magnet luar dihilangkan pengaruhnya secara perlahan-lahan maka sifatnya akan mirip dengan material paramagnetik[2]. Beberapa sifat istimewa tersebut menyebabkan nanopartikel magnetik telah luas digunakan dalam katalis, mineralogi (seperti pemilihan biji besi), informasi (data penyimpan), bidang lingkungan (konsentrasi polutan), dan lain-lain [3]. Berdasarkan pada sifatnya yang dapat dipengaruhi medan magnet, biokompatibel, biodegradabel, dan memiliki gugus fungsional, nanopartikel magnetik dapat dengan mudah dikonjugasi dengan banyak molekul fungsional seperti enzim, antibodi, sel, DNA, dan RNA [3]. Nanopartikel magnetik memiliki beberapa jenis seperti γ-fe 2 O 3, α-fe 2 O 3, danfe 3 O 4. Masing-masing jenis partikel tersebut memiliki sifat yang berbeda. Seperti γ-fe 2 O 3 memiliki struktur cubic closed-packed dengan kesetimbangan kimia yang baik, dan biasanya digunakan untuk perekaman dengan media magnet. α-fe 2 O 3 memiliki struktur rhombohedral, jenis ini merupakan jenis yang paling stabil akan tetapi bersifat anti-ferromagnetik di bawah suhu Neel (< 955 K). Sedangkan magnetit Fe 3 O 4 mempunyai struktur spinel terbalik pada suhu kamar. Sebelumnya pernah dilakukan sintesis Superparamagnetic Iron Oxide Nanoparticles (SPIONs) Fe 3 O 4 menggunakan metode kopresipitasi dari bahan FeCl 3.6H 2 O dan FeSO 4.7H 2 O dengan memvariasikan suhu dan memvariasikan konsentrasi NH 4 OH. Pada variasi suhu 30 o C, 60 o C, dan 90 o C, didapatkan ukuran partikel Fe 3 O 4 secara berturut-turut sebesar 12,9 nm, 14,4 nm, dan 14,8 nm. Pada variasi konsentrasi NH 4 OH 4%, 6%, dan 10% didapatkan ukuran partikel Fe 3 O 4 berturutturut 11,7 nm, 15,7 nm, dan 11,4 nm [4]. Dengan bahan sintesis dan metode sintesis yang sama, dilakukan penelitian nanopartikel magnetit (Fe 3 O 4 ) yang dicoating menggunakan polietilen glikol (PEG-4000). Hasil pengukuran vibrating sample magnetometer (VSM) menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran butir (diameter) nanopartikel Fe 3 O 4 maka semakin tinggi respon magnetik pada nanopartikel tersebut. Selain itu, semakin kecil diameter butir nanopartikel Fe 3 O 4 maka

2 Muh. Pauzan, dkk/pengaruh Ukuran Butir dan Struktur Kristal terhadap Sifat Kemagnetan pada Nanopartikel Magnetit (Fe 3O 4) 25 koersivitas nanopartikel tersebut juga semakin menurun [5]. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tersebut di atas, belum ada penjelasan dengan detail hubungan sifat kemagnetan nanopartikel magnetit (Fe 3 O 4 ) terhadap ukuran butir (diameter) dan struktur kristalnya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan sifat kemagnetan terhadap ukuran butir (diameter) dan struktur kristal Fe 3 O 4. II. METODE EKSPERIMEN Penelitian ini menggunakan bahan-bahan sebagai berikut: ferric chloride hexahydrate (FeCl 3.6H 2 O) 0.01 mol, dan ferrous sulphate heptahydrate(feso 4.7H 2 O) mol, larutan NH 4 OH, dan aquades sebagai bahan pencuci dan pelarut dalam metode kopresipitasi. Bahan lain yang digunakan sebagai pencuci peralatan yakni aseton. Secara garis besar dalam penelitian ini dilakukan sintesis nanopartikel magnetit Fe 3 O 4 menggunakan bahan dasar senyawa kompleks FeSO 4.7H 2 O dan FeCl 3.6H 2 O menggunakan metode kopresipitasi dengan perbandingan molaritas 1:2. Proses pembuatan dilakukan dengan menggunakan metode sintesis sebagai berikut ini: FeSO 4.7H 2 O sebanyak 4,1703 g dan FeCl 3.6H 2 O sebanyak 8,109 g ditimbang menggunakan timbangan digital, kemudian dilarutkan dalam 30 ml aquades lalu diaduk hingga homogen menggunakan magnetic stirrer. Setelah campuran homogen, diberi larutan NH 4 OH 10% (60 ml) sedikit demi sedikit supaya merata dengan tetap diaduk menggunakan magnetik stirrer pada suhu 60 o C selama 90 menit dan kecepatan pengadukan 450 rpm. Tahap selanjutnya setelah pengadukan selesai dilakukan, pada bagian bawah gelas beker diletakkan magnet permanen agar besi hidroksida yaitu Fe(OH) 2 dan Fe(OH) 3 dapat mengendap lebih cepat sehingga terpisah dari garam (NH 4 Cl) dan (NH 4 ) 2 SO 4. Bila sudah terdapat endapan pada dasar gelas, zat cair di dalamnya dibuang dengan penuangan secara hati-hati agar endapan tidak ikut terbuang. Endapan dicuci dengan aquades hingga beberapa kali pengulangan agar garam yang ikut terlarut semakin terminimalisir, dan kemudian endapan tersebut dikeringkan menggunakan furnace pada 80 0 C selama 120 menit hingga diperoleh nanopartikel Fe 3 O 4. Proses sintesis nanopartikel Fe 3 O 4 di atas dilakukan lagi untuk variasi suhu pengadukan 30 o C, 90 o C serta variasi lama pengadukan 30 menit, dan 150 menit. Dengan variabel terikat yaitu kecepatan pengadukan 450 rpm. Setelah itu dilakukan karakterisasi pada sampel menggunakan X-Ray Diffractometer (XRD), Transmission Electron Microscopy (TEM), dan pengukuran sifat kemagnetan menggunakan Vibrating Sample Magnetometer (VSM). III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil XRD Hasil uji XRD dengan menggunakan software Origin8 untuk pembuatan grafik terlihat pada Gambar 1. Berdasarkan hasil XRD di atas terdapat satu puncak yang bukan merupakan nanopartikel magnetit (Fe 3 O 4 ) yaitu puncak α-fe 2 O 3. Kemunculan puncak difraksi pada Gambar 1.Hasil XRD untuk tiap-tiap sampel. [4] kisaran sudut 2 ~32,28 o dalam sampel Fe 3 O 4 menunjukkan kehadiran fasa -Fe 2 O 3 di dalam bahan Fe 3 O 4 [6]. Hematit ( -Fe 2 O 3 )merupakan material antiferromagnetik selama berada di bawah suhu 950 K [1]. Kehadiran fasa hematit ( -Fe 2 O 3 ) yang berbentuk rhombohedral merupakan hal yang wajar terjadi karena pada prinsipnya partikel besi oksida (Fe 3 O 4 ) akan cepat mengalami oksidasi. Oksidasi selama melakukan sintesis Fe 3 O 4 tidak bisa dihindari, sehingga nanopartikel magnetit (Fe 3 O 4 )akan selalu terdapat oksida atau sub-oksida pada permukaannya. Persamaan (1) oksidasinya sebagai berikut: 4Fe O O 6Fe O 1 Selain itu, secara kualitatif dapat diprediksi bahwa keberadaan fasa -Fe 2 O 3 di dalam sampel Fe 3 O 4 hanya dalam kadar yang kecil karena sampel yang diperoleh dari proses sintesis ini didominasi oleh warna hitam pekat yang menunjukkan ciri khas bahan Fe 3 O 4 sedangkan - Fe 2 O 3 memiliki warna yang dicirikan dengan warna coklat [7]. Persamaan scherrer (2) untuk menghitung ukuran partikel adalah sebagai berikut: k D = λ β cosθ (2) K adalah tetapan mesin (k = 0,916), adalah panjang glombang tabung Cu K α 1,5406. adalah FWHM (full width at half maximum).tetapan kisisampel diperoleh dengan perhitungan menggunakan hukum Bragg. Persamaannya adalah: 2d sinθ = nλ (3) Dari persamaan (2)dan (3)di atas, diperoleh ukuran dan tetapan kisi nano partikel magnetit (Fe 3 O 4 ) sebagai Tabel 1. berikut: Tabel 1.Ukuran sampel yang diperoleh. Sampel Tetapan Kisi Ukuran Partikel A 0,836 11,9 B 0,840 12,1 C 0,835 13,0 D 0,839 14,1 E 0,839 14,7 Hasil TEM

3 26 Muh. Pauzan, dkk/pengaruh Ukuran Butir dan Struktur Kristal terhadap Sifat Kemagnetan pada Nanopartikel Magnetit (Fe 3O 4) Salah satu hasil karakterisasi TEM adalah pada sampel A dapat dilihat pada Gambar 2. (440) (511) (400) (311) (220) Gambar 2. Hasil karakterisasi menggunakan TEM. [4] Berdasarkan Gambar 2, ukuran partikel tidak merata namun perbedaannya tidak jauh antara ukuran satu dengan yang lain. Distribusi ukuran partikel paling banyak pada rentang 12 nm sampai dengan 16 nm. Hasil ini hampir sama dengan hasil XRD yaitu diperoleh ukuran partikel 11,9 nm.pada gambar bagian kanan terlihat adanya bentuk cincin-cincin.garis putus-putus pada pola cincin menunjukkan kristalinitasnya yang tinggi. Cincin-cincin terang tersebut menunjukkan terjadinya difraksi, sehingga dapat diidentifikasi indeks miller dari cincin paling dalam sampai terluar berturut-turut: (220), (311), (400), (511), (440). Hasil TEM ini sama seperti hasil indeks miller yang diperoleh melalui XRD. Hasil VSM Berdasarkan hasil VSM, diperoleh kurva loop histerisis untuk sampel A seperti pada Gambar 3, besar medan koersif sampel A sebesar 44,5 Oersted. Gambar 4. Kurva loop histerisis sampel B. Gambar 5. Kurva loop histerisis sampel C. Gambar 3. Kurva loop histerisis sampel A. Kurva loop histerisis sampel B dapat dilihat pada Gambar 4. Sampel B memiliki medan koersif sebesar 143,5 Oersted. Kurva loop histerisis sampel C dapat dilihat pada Gambar 5. Sampel C memiliki medan koersif sebesar 43,9 Oersted. Sampel D memiliki kurva loop histerisis seperti pada Gambar 6 di atas.sampel D memeiliki medan koersif sebesar 46,1 Oersted. Gambar 6. Kurvaloop histerisis sampel D. Sampel E memiliki kurva loop histerisis seperti pada Gambar 7. Sampel E memiliki medan koersif sebesar 154,7 Oersted.

4 Muh. Pauzan, dkk/pengaruh Ukuran Butir dan Struktur Kristal terhadap Sifat Kemagnetan pada Nanopartikel Magnetit (Fe 3O 4) 27 Gambar 7. Kurva loop histerisis sampel E. Dari kurva loop histerisis, dapat diperoleh informasi sifat kemagnetan dari nanopartikel magnetit (Fe 3 O 4 ), yaitu magnetisasi saturasi (M s ), dan medan koersif (H c ), serta rasio magnetisasi remanen terhadap magnetisasi saturasi (M r /M s ). Penjelasan masing-masing sebagai berikut: a. Magnetisasi Saturasi (M s ) Magnetisasi saturasi yang diperoleh dari tiap sampel dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Sampel Tabel 2.Magnetisasi saturasi tiap sampel. Tetapan Kisi Magnetisasi Saturasi (emu/g) Rasio Luasan ( -Fe 2 O 3 /Fe 3 O) A 0,836 51,59 0,310 B 0,840 58,99 0,280 C 0,835 88,48 0,264 D 0,839 70,74 0,261 E 0,839 52,69 0,298 Berdasarkan tabel di atas, magnetisasi saturasi (M s ) terbesar dimiliki oleh sampel C. Magnetisasi saturasi (M s ) yang dimiliki sampel C lebih kecil jika dibandingkan dengan magnetisasi saturasi (M s ) pada material bulk Fe 3 O 4. Magnetisasi saturasi material bulk sebesar M s 98 emu/g, sedangkan pada sampel C sebesar M s ~ 88,48 emu/g. Perbedaan ini ada kaitannya dengan permukaan sampel dimana spinnya tidak beraturan (spin disorder) karena disebabkan oleh Interaksi super exchange (SE) antara ion Fe yang dihubungkan oleh ion O 2- serta terjadinya koordinasi antar atom yang tidak lengkap pada permukaan. Sehingga magnetisasi nanopartikel magnetit Fe 3 O 4 lebih kecil daripada material bulk [8]. Berdasarkan tabel 2 di atas, magnetisasi saturasi tiap sampel berbeda-beda dan nilainya tidak terpengaruh ukuran sampel.pada kasus ini, yang menyebabkan magnetisasi saturasi kuat adalah karena keseragaman ukuran partikel dan penyebarannya merata (tidak terjadi penggumpalan/aglomerasi). Bervariasinya nilai magnetisasi pada sampel yang diuji sifat kemagnetannya juga dapat disebabkan oleh kemunculan fasa pengotor ( - Fe 2 O 3 ) di dalam sampel yang memiliki perbedaan sifat magnetik dengan Fe 3 O 4, derajat kristalinitas serta tetapan kisi[8]. Karena sifat magnetik fasa pengotor hematit ( -Fe 2 O 3 ) adalah antiferromagnetik pada suhu kamar, maka kemunculannya mempengaruhi magnetisasi saturasi sampel Fe 3 O 4. Artinya, makin banyak fasa pengotor ( - Fe 2 O 3 )maka makin kecil nilai magnetisasi saturasi pada sampel. Hal ini diperjelas pada tabel 2 di atas, rasio luasan ( -Fe 2 O 3 /Fe 3 O 4 ) paling kecil pada sampel D yaitu 0,261 berikutnya pada sampel C sebesar 0,264. Kecilnya nilai rasio luasan ( -Fe 2 O 3 /Fe 3 O 4 ) menunjukkan keberadaan fasa pengotor ( -Fe 2 O 3 ) makin kecil terhadap sampel Fe 3 O 4. Sehingga nilai magnetisasi saturasi pada sampel C dan sampel D merupakan nilai paling besar diantara sampel yang lain yaitu sebesar 88,48 emu/g dan 70,74 emu/g secara berturut turut. Sedangkan rasio luasan ( - Fe 2 O 3 /Fe 3 O 4 ) paling besar pada sampel A yaitu 0,310. Besarnya nilai tersebut sebanding dengan kecilnya magnetisasi saturasi yang dimiliki sampel A yaitu 51,59 emu/g dan merupakan magnetisasi saturasi terkecil diantara sampel yang lain. Hasil ini menunjukkan bahwa keberadaan fasa pengotor ( -Fe 2 O 3 ) paling besar pada sampel A. Semakin tinggi derajat kristalinitas dan semakin dekat nilai tetapan kisinya dengan material bulk, maka nilai magnetisasi saturasi akan semakin mendekati material bulknya. b. Medan Koersif (H c ) Medan koersif yang diperoleh dari tiap sampel dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3.Medan koersif tiap sampel. Sampel Ukuran Partikel Medan Koersif (Oe) A 11,9 44,5 B 12,1 143,5 C 13,0 43,9 D 14,1 46,1 E 14,7 154,7 Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat dilihat trennya bahwa semakin besar ukuran partikel maka akan makin besar medan koersif yang dimiliki. Hukum ini berlaku untuk partikel yang berukuran di bawah 40 nm.dengan makin kecilnya ukuran nanopartikel magnetit (Fe 3 O 4 ) maka terjadi penurunan energi barier (energi anisotropi) pada partikel tersebut[8].oleh karena itu, medan koersif (H c ) yang dimiliki akan semakin kecil, karena energi bariersemakin berkurang sehingga medan yang diperlukan semakin kecil untuk membuat magnetisasinya nol. Akan tetapi, terjadi penyimpangan pada sampel B dan sampel C, yaitu nilai medan koersifnya tidak linier terhadap kenaikan ukuran partikel Fe 3 O 4. Kasus ini diasumsikan disebabkan oleh adanya aglomerasi pada sampel B, sehingga dengan adanya aglomerasi (penggumpalan) maka akan berpengaruh terhadap arah momen magnet yang tidak bebas berfluktuasi. Dengan demikian dibutuhkan medan magnet luar yang lebih besar untuk membuat net magnetisasi menjadi nol. Selain itu, koersivitas sangat tergantung pada magnetokristalin anisotropi dan bentuk (shape) anisotropi. Persamaan yang menyatakan hubungan medan koersif terhadap manetokristalin anisotropi yakni sebagai berikut: 2 4 Berdasarkan persamaan (4), medan koersif berbanding terbalik dengan magnetisasi saturasi [9].Hal ini disebabkan oleh kesebandingan antara ukuran partikel dengan medan luar yang diberikan untuk membuar net

5 28 Muh. Pauzan, dkk/pengaruh Ukuran Butir dan Struktur Kristal terhadap Sifat Kemagnetan pada Nanopartikel Magnetit (Fe 3O 4) magnetisasinya nol. Karena makin banyak jumlah domain magnetiknya (energi barier besar) tentunya membutuhkan medan yang lebih besar untuk menyearahkannya. Sehingga penyimpangan pada sampel C di tabel 3 di atas dapat dijelaskan menggunakan persamaan (4). Jika melihat tabel 2, sampel C memiliki magnetisasi saturasi paling besar (88,48 emu/g). Nilai magnetisasi yang muncul tersebut dapat diklaim sebagai penyebab nilai medan koersif (H c ) pada sampel C rendah dan tidak sesuai dengan kelinearan kenaikan ukuran terhadap nilai medan koersif. c. Rasio (M r /M s ) Rasio magnetisasi remanen terhadap magnetisasi saturasi adalah sebagai Tabel 5.berikut: Tabel 5.Rasio (M r /M s ) tiap sampel. Sampel Rasio fasa - Rasio (M r /M s ) Fe 2 O 3 /Fe 3 O 4 A 0,836 0,086 B 0,840 0,087 C 0,835 0,085 D 0,839 0,056 E 0,839 0,050 Berdasarkan tabel 5 di atas, rasio (M r /M s ) bernilai kecil karena jika sifat suatu material makin mendekati sifat ferromagnetik maka rasio (M r /M s ) akan besar. Jika kurva loop histerisis menunjukkan sifat makin ferromagnetik maka nilai rasio (M r /M s ) akan makin besar [9]. Ini berarti bahwa rasio (M r /M s ) sangat tergantung pada permukaan nanopartikel itu sendiri. Jika pada permukaannya terjadi fluktuasi arah spin makin besar maka akan makin kecil rasio (M r /M s ) yang diperoleh. Sehingga berdasarkan tabel 5, secara berturut-turut dari sampel A sampai dengan sampel E bahwa makin besar fluktuasi arah spin yang terjadi pada permukaan partikelnya. IV. KESIMPULAN Kajian sifat kemagnetan nanopartikel magnetit (Fe 3 O 4 ) menggunakan kurva loop histerisis diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu: nilaimagnetisasi saturasi (M s ) dipengaruhi olehkehadiran fasa pengotor hematit ( α Fe 2 O 3 ),nilai medan koersif dipengaruhi oleh aglomerasi (penggumpalan) dan magnetokristalin anisotropi, serta rasio (M r /M s ) semakin kecil seiring dengan kenaikan diameter nanopartikel magnetit (Fe 3 O 4 ) DAFTAR PUSTAKA [1] Gubin, S.P., Koksharov, Y.A., Khomutov, G.B. dan Yurkov, G.Y., 2005, Magnetic nanoparticles: preparation, structure and properties, Russian Chemical Reviews, 6, [2] Wu, A., Ou, P. dan Zeng, L., 2010, Biomedical Applications of Magnetic Nanoparticles, NANO: Breif Reports and Reviews, 5, [3] D Agostino, P.S., Synthesis and biofunctionalization of nanoparticles for biosensing and biorecognition, Universitá degli Studi di Modena e Reggio Emilia, Italy. [4] Wati, D.L., 2012, Fabrikasi Superparamagnetic Iron Oxide Nanoparticles (SPIONs) Magnetit (Fe 3 O 4 ) dengan Metode Kopresipitasi, Skripsi, Jurusan Fisika FMIPA UGM, Yogyakarta. [5] Riyanto, A., 2012, Sintesis dan Analisis Potensi Nanopartikel Fe3O4 (Magnetit) sebagai Material Aktif pada Permukaan Sensing Biosensor Berbasis Surface Plasmon Resonance (SPR), Tesis, Jurusan Fisika FMIPA UGM, Yogyakarta. [6] Azhar, S., 2007, Synthesis of well defined hematite films and their use for sintering studies. Lulea University Of Technology. [7] Tartaj, P., Morales, M.d.P., Verdaguer, S.V., Carreno, T.G. dan Serna, C.J., 2003, The preparation of magnetic nanoparticles for applications in biomedicine, J. Phys. D: Appl. Phys., 36, R182-R197 [8] Barbeta, V.B., Jardim, R.F., Kiyohara, P.K., Effenberger, F.B., dan Rossi, L.M., 2010, Magnetic properties of Fe3O4 nanoparticles coated with oleic and dodecanoic acids, Journal of Applied Physics, 107, [9] Liang, X., Shi, H., Jia, X., Yang, Y., dan Liu, X., 2011, Dispersibility, Shape and Magnetic Properties of Nano- Fe 3 O 4 Particles, Scientific Research, 2, , TANYA JAWAB Perdamean Sebayan, LIPI? a. Kode sampul A, B, C dan E, apa bedanya? b. Mengapa pada suhu yang sama dan konsentrasi larutan berbeda menghasilkan partikel yang berbeda? a. Ukurannya, dari sampel A, B, C, D, E berturut-turut dari ukuran terkecil terbesar. b. Saya tidak focus untuk menyelidiki hal tersebut, mohon maaf saya tidak dapat menjawab. Ria Yustin,UGM? Penentuan faktor pengotor apa dilihat dari grafik atau bagaimana? Membandingkan dengan referensi/ jurnal. Kartika Sari,Fisika - UNSOED? Fe3O4 berasal dari pabrikan/ dibuat sendiri? Dibuat sendiri dengan campuran FeCl3. 6H2O dan FeSO4. 7H2O

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan nanoteknologi telah mendapat perhatian besar dari para ilmuwan dan peneliti. Nanoteknologi secara umum dapat didefinisikan sebagai teknologi perancangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu yang mempelajari fenomena dan manipulasi material pada skala atomik, molekular, dan makromolekular disebut sebagai nanosains. Hal ini diklasifikasikan sendiri

Lebih terperinci

Kajian Sifat Kemagnetan pada Nanopartikel Cobalt Ferrite (CoFe 2 O 4 ) yang dicoating dengan Polyethylene Glykol ( PEG-4000) dan Silika

Kajian Sifat Kemagnetan pada Nanopartikel Cobalt Ferrite (CoFe 2 O 4 ) yang dicoating dengan Polyethylene Glykol ( PEG-4000) dan Silika 103 Kajian Sifat Kemagnetan pada Nanopartikel Cobalt Ferrite (CoFe 2 O 4 ) yang dicoating dengan Polyethylene Glykol ( PEG-4000) dan Silika Sulanjari 1, Winda Noor Santi 1, Annisa Ayu Artanti 1, Edi Suharyadi

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI Santi Dewi Rosanti, Dwi Puryanti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia tidak dapat lepas dari teknologi, seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka seiring dengan hal itu juga kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan kebutuhan manusia disegala bidang selain membawa kemajuan terhadap kehidupan manusia, tetapi juga akan memberikan dampak negatif kepada lingkungan. Industrialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanomaterial memiliki sifat unik yang sangat cocok untuk diaplikasikan dalam bidang industri. Sebuah material dapat dikatakan sebagai nanomaterial jika salah satu

Lebih terperinci

Adsorpsi Logam Tembaga (Cu), Mangan (Mn) dan Nikel (Ni) dalam Artificial Limbah Cair dengan Menggunakan Nanopartikel Magnetit (Fe 3 O 4 )

Adsorpsi Logam Tembaga (Cu), Mangan (Mn) dan Nikel (Ni) dalam Artificial Limbah Cair dengan Menggunakan Nanopartikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2014) Vol.4 No.2 halaman 126 Oktober 2014 Adsorpsi Logam Tembaga (Cu), Mangan (Mn) dan Nikel (Ni) dalam Artificial Limbah Cair dengan Menggunakan Nanopartikel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanopartikel merupakan suatu partikel dengan ukuran nanometer, yaitu sekitar 1 100 nm (Hosokawa, dkk. 2007). Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena

Lebih terperinci

Pengaruh Konsentrasi Polyethylene glycol (PEG) pada Sifat Kemagnetan

Pengaruh Konsentrasi Polyethylene glycol (PEG) pada Sifat Kemagnetan Nanopartikel Magnetik PEG-Coated Fe 35 Pengaruh Konsentrasi Polyethylene glycol (PEG) pada Sifat Kemagnetan Nanopartikel Magnetik PEG-Coated Fe Seveny Nuzully 1, Takeshi Kato 2, Satoshi Iwata 2 Edi Suharyadi

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TERHADAP SIFAT MAGNETIK MAGHEMIT (γ-fe 2 O 3 ) YANG DISINTESIS DARI MAGNETIT BATUAN BESI (Fe 3 O 4 )

PENGARUH PENAMBAHAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TERHADAP SIFAT MAGNETIK MAGHEMIT (γ-fe 2 O 3 ) YANG DISINTESIS DARI MAGNETIT BATUAN BESI (Fe 3 O 4 ) PENGARUH PENAMBAHAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TERHADAP SIFAT MAGNETIK MAGHEMIT (γ-fe 2 O 3 ) YANG DISINTESIS DARI MAGNETIT BATUAN BESI (Fe 3 O 4 ) Muhammad Ikhsan*, Dwi Puryanti, Arif Budiman Jurusan Fisika

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel Cobalt Ferrite (CoFe 2 O 4 ) dengan Metode Kopresipitasi dan Karakterisasi Sifat Kemagnetannya

Sintesis Nanopartikel Cobalt Ferrite (CoFe 2 O 4 ) dengan Metode Kopresipitasi dan Karakterisasi Sifat Kemagnetannya ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2013) Vol.3 No.1 halaman 55 April 2013 Sintesis Nanopartikel Cobalt Ferrite (CoFe 2 O 4 ) dengan Metode Kopresipitasi dan Karakterisasi Sifat Kemagnetannya

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel Manganese Ferrite (MnFe 2 O 4 ) dengan Metode Kopresipitasi dan Karakterisasi Sifat Kemagnetannya

Sintesis Nanopartikel Manganese Ferrite (MnFe 2 O 4 ) dengan Metode Kopresipitasi dan Karakterisasi Sifat Kemagnetannya Sintesis Nanopartikel Manganese Ferrite (MnFe 2 O 4 ) dengan Metode dan Karakterisasi Sifat Kemagnetannya 1 Rosita Dewi Tawainella 1, Yuni Riana 1, Rusliana Fatayati 1, Amelliya 1, Takeshi Kato 2, Satoshi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material dan struktur fungsional dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi selalu dikaitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia maka kemajuan dibidang teknologi mutlak adanya guna menyokong kebutuhan manusia. Efek daripada hal tersebut kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan dunia industri saat ini dan masa yang akan datang menekankan pada peningkatan sistem otomatisasi, keamanan, kenyamanan akan sangat bergantung pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel Magnesium Ferrite (MgFe 2 O 4 ) dengan Metode Kopresipitasi dan Karakterisasi Sifat Kemagnetannya

Sintesis Nanopartikel Magnesium Ferrite (MgFe 2 O 4 ) dengan Metode Kopresipitasi dan Karakterisasi Sifat Kemagnetannya 178 Agung Hermawan / Sintesis dan Karakterisasi Sifat Kemagnetan Nanopartikel Magnesium Ferrite (MgFe 2O 4) Sintesis Nanopartikel Magnesium Ferrite (MgFe 2 O 4 ) dengan Metode Kopresipitasi dan Karakterisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dunia penelitian sains hari ini dapat dikatakan telah dan akan terus memberikan banyak perhatian pada bidang nanoteknologi. Karakternya yang unik membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini peran nanoteknologi begitu penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan kehidupan manusia. Nanoteknologi merupakan bidang

Lebih terperinci

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi Irfan Nursa*, Dwi Puryanti, Arif Budiman Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi terus mengalami perkembangan dengan semakin besar manfaat yang dapat dihasilkan seperti untuk kepentingan medis (pengembangan peralatan baru untuk

Lebih terperinci

PENGARUH PEG-2000 TERHADAP UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 YANG DISINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI

PENGARUH PEG-2000 TERHADAP UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 YANG DISINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI PENGARUH PEG-2000 TERHADAP UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 YANG DISINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI Dori Andani, Dwi Puryanti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang Kampus Unand Limau Manis, Pauh

Lebih terperinci

Analisis Struktur Kristal dan Sifat Magnetik pada Nanopartikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) sebagai Bahan Aktif Biosensor Surface Plasmon Resonace (SPR)

Analisis Struktur Kristal dan Sifat Magnetik pada Nanopartikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) sebagai Bahan Aktif Biosensor Surface Plasmon Resonace (SPR) 23 Analisis Struktur Kristal dan Sifat Magnetik pada Nanopartikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) sebagai Bahan Aktif Biosensor Surface Plasmon Resonace (SPR) Agus Riyanto, Desi Listiawati, Edi Suharyadi, dan Kamsul

Lebih terperinci

ENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNESIUM FERRITE (MgFe2O4) PADA ADSORPSI LOGAM Cu(II), Fe(II) DAN Ni(II) DALAM LIMBAH CAIR

ENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNESIUM FERRITE (MgFe2O4) PADA ADSORPSI LOGAM Cu(II), Fe(II) DAN Ni(II) DALAM LIMBAH CAIR ENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNESIUM FERRITE (MgFe2O4) PADA ADSORPSI LOGAM Cu(II), Fe(II) DAN Ni(II) DALAM LIMBAH CAIR Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pilihan Teknologi Nano Oleh : Nama : Dwi Tri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material Giant-Magnetoresistance (GMR) merupakan material yang sedang dikembangkan di berbagai negara. GMR pertama kali diselidiki oleh Baibich dkk (1988) dalam struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memicu terjadinya pencemaran lingkungan, seperti: air, tanah dan udara. Pencemaran lingkungan hidup, terutama logam berat

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI 130801041 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nano material memiliki sifat mekanik, optik, listrik, termal, dan magnetik yang unik. Sifat sifat unik tersebut tidak ditemukan pada material yang berukuran bulk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasir besi umumnya ditambang di areal sungai dasar atau tambang pasir (quarry) di pegunungan, tetapi hanya beberapa saja pegunungan di Indonesia yang banyak mengandung

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel Magnetite (Fe 3 O 4 ) dengan Template silika (SiO 2 ) dan Karakterisasi Sifat Kemagnetannya.

Sintesis Nanopartikel Magnetite (Fe 3 O 4 ) dengan Template silika (SiO 2 ) dan Karakterisasi Sifat Kemagnetannya. ISSN:289 133 Indonesian Journal of Applied Physics (21) Vol. No.1 Halaman 23 April 21 Sintesis Nanopartikel Magnetite (Fe 3 O 4 ) dengan Template silika (SiO 2 ) dan Karakterisasi Sifat Kemagnetannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan penelitian dan pengembangan teknologi pada level atom, molekul dan makromolekul, dengan rentang skala 1-100 nm. Nanoteknologi dikembangkan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode eksperimen. Eksperimen dilakukan di beberapa tempat yaitu Laboratorium Kemagnetan Bahan, Jurusan Fisika, FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi memiliki jangkauan keilmuan yang bersifat interdisipliner. Satu bidang kajian terkait dengan bidang kajian lainnya. Sebagai contoh, ilmu fisika terkait

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PADA PROSES SONIKASI TERHADAP MORFOLOGI PARTIKEL DAN KRISTALINITAS NANOPARTIKEL Fe 3 O 4

PENGARUH SUHU PADA PROSES SONIKASI TERHADAP MORFOLOGI PARTIKEL DAN KRISTALINITAS NANOPARTIKEL Fe 3 O 4 PENGARUH SUHU PADA PROSES SONIKASI TERHADAP MORFOLOGI PARTIKEL DAN KRISTALINITAS NANOPARTIKEL Fe 3 O 4 Hari Gusti Firnando, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang Kampus Unand Limau Manis,

Lebih terperinci

Pengukuran Tetapan Suseptibilitas pada Polyethylene Glycol (PEG- 4000) Coated- Nanopartikel Magnetik Cobalt Ferrite (CoFe 2 O 4 )

Pengukuran Tetapan Suseptibilitas pada Polyethylene Glycol (PEG- 4000) Coated- Nanopartikel Magnetik Cobalt Ferrite (CoFe 2 O 4 ) 50 Pengukuran Tetapan Suseptibilitas pada Polyethylene Glycol (PEG- 4000) Coated- Nanopartikel Magnetik Cobalt Ferrite (CoFe 2 O 4 ) Rizki Eka Siswanto dan Edi Suharyadi* Laboratorium Fisika Material dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil-hasil penelitian bidang nanoteknologi telah diaplikasikan diberbagai bidang kehidupan, seperti industri, teknologi informasi, lingkungan, pertanian dan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Riset bidang material skala nanometer sangat pesat dilakukan di seluruh dunia saat ini. Jika diamati, hasil akhir dari riset tersebut adalah mengubah teknologi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanopartikel magnetik adalah partikel yang bersifat magnetik, berukuran dalam kisaran 1 nm sampai 100 nm. Ukuran partikel dalam skala nanometer hingga mikrometer identik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi rekayasa zat dalam skala nano selalu menjadi daya tarik di kalangan peneliti. Hal ini dikarenakan nanoteknologi akan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

SINTESIS NANOPARTIKEL MgFe 2 O 4 DENGAN COATING PEG 6000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI SKRIPSI ADINDA SUCI PRATIWI SAPUTRA

SINTESIS NANOPARTIKEL MgFe 2 O 4 DENGAN COATING PEG 6000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI SKRIPSI ADINDA SUCI PRATIWI SAPUTRA SINTESIS NANOPARTIKEL MgFe 2 O 4 DENGAN COATING PEG 6000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI SKRIPSI ADINDA SUCI PRATIWI SAPUTRA 130801079 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL FE3O4

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL FE3O4 PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL FE3O4 Astuti, Aso Putri Inayatul Hasanah Jurusan Fisika. FMIPA. Universitas Andalas Email: tuty_phys@yahoo.com ABSTRAK Nanopartikel magnetik Fe 3O

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak dikembangkan penelitian tentang nanopartikel spinel ferrit. Hal ini dikarenakan bidang aplikasinya yang sangat luas yaitu dalam sistem penyimpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi adalah istilah untuk rentang teknologi, teknik dan proses yang menyangkut manipulasi materi pada tingkat molekul (kelompok atom), sistemsistem yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Fisika- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPF-LIPI) Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan nanoteknologi telah mendapat perhatian besar dari para ilmuwan dan peneliti. Nanoteknologi secara umum dapat didefinisikan sebagai teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer (Abdullah & Khairurrijal, 2009). Material

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Mineral Magnetik Alamiah Mineral magnetik di alam dapat digolongkan dalam keluarga oksida besi-titanium, sulfida besi dan oksihidroksida besi. Keluarga oksida besi-titanium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Guimaraes, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (Guimaraes, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah teknologi pembuatan dan penggunaan material yang memiliki ukuran nanometer dengan skala (1-100 nm). Perubahan ukuran bulk ke nanomaterial mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN BAB 3METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Pusat PenelitianPengembangan Fisika (P2F) Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia (LIPI) PUSPITEK, Serpong. 3.1.2 Waktu Penelitian

Lebih terperinci

θ HASIL DAN PEMBAHASAN. oksida besi yang terkomposit pada struktur karbon aktif.

θ HASIL DAN PEMBAHASAN. oksida besi yang terkomposit pada struktur karbon aktif. Intensitas 5 selama 24 jam. Setelah itu, filtrat dipisahkan dari sampel C, D, dan E dengan cara mendekatkan batang magnet permanen pada permukaan Erlenmeyer. Konsentrasi filtrat ditentukan menggunakan

Lebih terperinci

SINTESIS NANOPARTIKEL ZINC FERRITE (ZnFe2O4) DENGAN METODE KOPRESIPITASI DAN KARAKTERISASI SIFAT KEMAGNETANNYA

SINTESIS NANOPARTIKEL ZINC FERRITE (ZnFe2O4) DENGAN METODE KOPRESIPITASI DAN KARAKTERISASI SIFAT KEMAGNETANNYA SINTESIS NANOPARTIKEL ZINC FERRITE (ZnFe2O4) DENGAN METODE KOPRESIPITASI DAN KARAKTERISASI SIFAT KEMAGNETANNYA La Ode Asmin 1*), Mutmainnah 2, Edi Suharyadi 3 1 Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Gadjah

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel Nickel Ferrite (NiFe 2 O 4 ) dengan Metode Kopresipitasi dan Karakterisasi Sifat Kemagnetannya

Sintesis Nanopartikel Nickel Ferrite (NiFe 2 O 4 ) dengan Metode Kopresipitasi dan Karakterisasi Sifat Kemagnetannya Muflihatun / Sintesis Nanopartikel Nickel Ferrite (NiFe O ) dengan Metode Kopresipitasi dan Karakterisasi Sifat Sintesis Nanopartikel Nickel Ferrite (NiFe O ) dengan Metode Kopresipitasi dan Karakterisasi

Lebih terperinci

PENGARUH PEG-2000 TERHADAP POLA DIFRAKSI SINAR-X PARTIKEL Fe 3 O 4 YANG DISINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI

PENGARUH PEG-2000 TERHADAP POLA DIFRAKSI SINAR-X PARTIKEL Fe 3 O 4 YANG DISINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI PENGARUH PEG-2000 TERHADAP POLA DIFRAKSI SINAR-X PARTIKEL Fe 3 O 4 YANG DISINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI EFFECT OF PEG-2000 ON X-RAY DIFFRACTION PATTERNS OF Fe 3 O 4 PARTICLES WERE SYNTHESIZED WITH

Lebih terperinci

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xii INTISARI... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Nanoteknologi merupakan salah satu bidang yang menarik perhatian para peneliti dunia saat ini. Nanoteknologi adalah teknik rekayasa atau sintesis (kombinasi

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI PARTIKEL NANO Fe 3 O 4 DENGAN TEMPLATE PEG- 1000

SINTESIS DAN KARAKTERISASI PARTIKEL NANO Fe 3 O 4 DENGAN TEMPLATE PEG- 1000 SINTESIS DAN KARAKTERISASI PARTIKEL NANO Fe 3 O 4 DENGAN TEMPLATE PEG- 1000 Febie Angelia Perdana Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini difabrikasi nanopartikel magnetik cobalt ferrite (CoFe 2 O 4 ) menggunakan metode kopresipitasi dengan konsentrasi NaOH 1,5 M, suhu 80 C dan lama pengadukan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Larutan Garam Klorida Besi dari Pasir Besi Hasil reaksi bahan alam pasir besi dengan asam klorida diperoleh larutan yang berwarna coklat kekuningan, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb Oleh: Tahta A 1, Darminto 1, Malik A 1 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Magnet Magnet merupakan benda yang terbuat dari bahan tertentu dengan sifat mampu menarik bahan ferromagnetik dan ferrimagnetik. Nama magnet diambil dari nama daerah

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI Α-FE 2 O 3 BERBASIS LIMBAH BAJA MILL SCALE DENGAN ADITIF FeMo

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI Α-FE 2 O 3 BERBASIS LIMBAH BAJA MILL SCALE DENGAN ADITIF FeMo PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI Α-FE 2 O 3 BERBASIS LIMBAH BAJA MILL SCALE DENGAN ADITIF FeMo Eko Arief Setiadi 1, Santa Simanjuntak 2, Achmad M. Soehada 3), Perdamean Sebayang 4) 1, Pusat Penelitian Fisika,

Lebih terperinci

Analisa Magnetoresistance Berbasis Lapisan Tipis Giant Magentoresistance (GMR) pada Nanopartikel Cobalt (CoFe 2 O 4 ) dilapisi Polyethelyn Glicol

Analisa Magnetoresistance Berbasis Lapisan Tipis Giant Magentoresistance (GMR) pada Nanopartikel Cobalt (CoFe 2 O 4 ) dilapisi Polyethelyn Glicol Jurnal Fisika Indonesia Susanti dan Suharyadi Vol. 20 (2016) No. 1 p.6-13 ISSN 1410-2994 (Print) ISSN 2579-8820 (Online) ARTIKEL RISET Analisa Magnetoresistance Berbasis Lapisan Tipis Giant Magentoresistance

Lebih terperinci

ketebalan lapisan Cromium (Cr) sebagai lapisan coupling dengan menggunakan metode Current in line with Plane (CIP). Penelitian di bidang lapisan

ketebalan lapisan Cromium (Cr) sebagai lapisan coupling dengan menggunakan metode Current in line with Plane (CIP). Penelitian di bidang lapisan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi memungkinkan pengembangan instrumen yang murah, berkualitas dan otomatis. Salah satu jenis instrumen yang akhir-akhir ini menarik untuk dikembangkan

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK NANOKOMPOSIT Fe3O4 MONTMORILONIT BERDASARKAN VARIASI SUHU

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK NANOKOMPOSIT Fe3O4 MONTMORILONIT BERDASARKAN VARIASI SUHU SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK NANOKOMPOSIT Fe3O4 MONTMORILONIT BERDASARKAN VARIASI SUHU Pintor Simamora 1*), Krisna 1 1 Jurusan Fisika, Universitas Negeri Medan, Medan *) Email : pintor_fisika@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Pengaruh Ukuran Partikel dan Enkapsulasi Nanopartikel Magnesium Ferrite (MgFe 2 O 4 ) pada Adsorpsi Logam Cu(II), Fe(II) dan Ni(II) dalam Limbah Cair

Pengaruh Ukuran Partikel dan Enkapsulasi Nanopartikel Magnesium Ferrite (MgFe 2 O 4 ) pada Adsorpsi Logam Cu(II), Fe(II) dan Ni(II) dalam Limbah Cair 128 Dewi Setiawati / Pengaruh Ukuran Partikel dan Enkapsulasi Nanopartikel Magnesium Ferrite (MgFe 2O 4) pada Pengaruh Ukuran Partikel dan Enkapsulasi Nanopartikel Magnesium Ferrite (MgFe 2 O 4 ) pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Superkonduktor Bi2Sr2(Ca1,5Nd0,25Gd0,25)Cu3Oz, wet-mixing, nanopartikel, sintering, ferromagnetik, XRD, TEM, VSM.

ABSTRAK. Kata Kunci: Superkonduktor Bi2Sr2(Ca1,5Nd0,25Gd0,25)Cu3Oz, wet-mixing, nanopartikel, sintering, ferromagnetik, XRD, TEM, VSM. ABSTRAK Telah dilakukan sintesis mengenai optimasi waktu sintering pada pembentukan kristal nanopartikel Bi2Sr2(Ca1,5Nd0,25Gd0,25)Cu3Oz dengan metode wet-mixing. Proses sintesis dilakukan dengan melakukan

Lebih terperinci

polutan. Pada dasarnya terdapat empat kelas bahan nano yang telah dievaluasi sebagai bahan fungsional untuk pemurnian air yaitu nanopartikel

polutan. Pada dasarnya terdapat empat kelas bahan nano yang telah dievaluasi sebagai bahan fungsional untuk pemurnian air yaitu nanopartikel 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan mendasar bagi makhluk hidup. Namun, kualitas air terus menurun karena pertumbuhan penduduk maupun industrialisasi yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat seiring dengan perkembangan kehidupan manusia. Perkembangan tersebut diikuti dengan meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotokalisis adalah proses degradasi senyawa organik atau nonorganik menggunakan katalis dengan bantuan energi foton (Pang dkk., 2016). Fotokatalis sampai saat ini

Lebih terperinci

EFEK PENGADUKAN DAN VARIASI ph PADA SINTESIS Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI DENGAN METODE KOPRESIPITASI

EFEK PENGADUKAN DAN VARIASI ph PADA SINTESIS Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI DENGAN METODE KOPRESIPITASI EFEK PENGADUKAN DAN VARIASI ph PADA SINTESIS Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI DENGAN METODE KOPRESIPITASI Oleh : Darmawan Prasetia, Prof. Dr. Darminto, M.Sc Malik Anjelh Baqiya, M.Si Jurusan Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan. Banyak laporan yang memberikan fakta betapa berbahayanya pencemaran lingkungan terutama oleh logam berat pada

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Gambar 5.1. (a)proses sintesis nanopartikel Mg1-xNixFe2O4, (b) nanopartikel Mg1-

BAB V PEMBAHASAN. Gambar 5.1. (a)proses sintesis nanopartikel Mg1-xNixFe2O4, (b) nanopartikel Mg1- 34 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Hasil Sintesis Mg1-xNixFe2O4 Telah berhasil disintesis nanopartikel magnetik Mg1-xNixFe2O4 dengan metode kopresipitasi. nanopartikel magnetik yang dihasilkan berwarna hitam kecokelatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sensor magnetik berbasis teknologi Giant Magnetoresistance (GMR) pada saat ini menarik minat banyak peneliti. Hal ini dikarenakan material GMR memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknik surface plasmon resonance (SPR) merupakan teknik mengeksitasi surface plasmons oleh cahaya dengan menggunakan prinsip attenuated total reflection (ATR). Penurunan

Lebih terperinci

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Momen Magnet Sifat magnetik makroskopik dari material adalah akibat dari momen momen magnet yang berkaitan dengan elektron-elektron individual. Setiap elektron dalam atom mempunyai

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron

Pengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron 1 Pengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron Luthfi Fajriani, Bambang Soegijono Departemen Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL X-RAY DIFFRACTOMETER (XRD) Untuk menentukan besar kristalit dari unsur penyusun utama layer oksida DSSC maka dilakukan pengujian XRD. Pengujian dilakukan untuk material

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA) 10 1. Disiapkan sampel yang sudah dikeringkan ± 3 gram. 2. Sampel ditaburkan ke dalam holder yang berasal dari kaca preparat dibagi dua, sampel ditaburkan pada bagian holder berukuran 2 x 2 cm 2, diratakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penggunaan magnetic nanoparticles (MNPs) sebagai perangkat elektronik semakin banyak diminati. Hal ini didasarkan pada keunikan sifat kemagnetan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN iii PERNYATAAN iv PRAKATA v DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR TABEL xiii INTISARI xiv ABSTRACT xv BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19 KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19 NOER AF IDAH 1109201712 DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Darminto, MSc Pendahuluan: Smart magnetic materials Barium M-Heksaferit

Lebih terperinci

Studi Adsorpsi Logam Co(II), Cu(II), dan Ni(II) dalam Limbah Cair Buatan Menggunakan Adsorben Nanopartikel Magnetik Fe 3 O 4 dan ZnFe 2 O 4

Studi Adsorpsi Logam Co(II), Cu(II), dan Ni(II) dalam Limbah Cair Buatan Menggunakan Adsorben Nanopartikel Magnetik Fe 3 O 4 dan ZnFe 2 O 4 Jurnal Fisika Indonesia Wuryanti dan Suharyadi Vol. 20 (2016) No. 2 p.28-35 ISSN 1410-2994 (Print) ISSN 2579-8820 (Online) ARTIKEL RISET Studi Adsorpsi Logam Co(II), Cu(II), dan Ni(II) dalam Limbah Cair

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. XRD Uji XRD menggunakan difraktometer type Phylips PW3710 BASED dilengkapi dengan perangkat software APD (Automatic Powder Difraction) yang ada di Laboratorium UI Salemba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat. Keberadaan

Lebih terperinci

Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb

Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X B-81 Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb Tahta A, Malik A. B, Darminto Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),

Lebih terperinci

Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Pada Pembentukan Nanopartikel Fe 2 TiO 5 Dengan Metode Mechanical Alloying

Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Pada Pembentukan Nanopartikel Fe 2 TiO 5 Dengan Metode Mechanical Alloying JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1-5 1 Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Pada Pembentukan Nanopartikel Fe 2 TiO 5 Dengan Metode Mechanical Alloying Rizky Kurnia Helmy dan Rindang Fajarin

Lebih terperinci

Journal of Creativity Students

Journal of Creativity Students Journal of Creativity Students 1 (1) (2016) Journal of Creativity Students http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jcs Sintesis Nanopartikel Magnet Zn-Ferrite (Znfe2o4) Berbahan Dasar Pasir Besi Menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan baik udara, tanah, ataupun air banyak terjadi akibat dari aktivitas manusia. Menurut UU No.32 tahun 2009, yang dimaksud dengan pencemaran adalah

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA Astuti * dan Sulastriya Ningsi Laboratrium Fisika Material, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

Pengaruh Holding Time Kalsinasi Terhadap Sifat Kemagnetan Barium M-hexaferrite (BaFe 12-x Zn x O 19 ) dengan ion doping Zn

Pengaruh Holding Time Kalsinasi Terhadap Sifat Kemagnetan Barium M-hexaferrite (BaFe 12-x Zn x O 19 ) dengan ion doping Zn JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X B-25 Pengaruh Holding Time Kalsinasi Terhadap Sifat Kemagnetan Barium M-hexaferrite (BaFe 12-x Zn x O 19 ) dengan ion doping Zn Findah

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000 SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000 Peni Alpionita, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang Kampus Unand Limau Manis, Pauh Padang 25163 e-mail:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. 1.1 Latar Belakang Masalah Mineral besi oksida merupakan komponen utama dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas 39 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas Lampung. Analisis distribusi ukuran partikel dilakukan di UPT. Laboratorium

Lebih terperinci