HUMAN RIGHT IN A GLOBALISED WORLD (HAM DALAM DUNIA YANG MENGLOBAL)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUMAN RIGHT IN A GLOBALISED WORLD (HAM DALAM DUNIA YANG MENGLOBAL)"

Transkripsi

1 HUMAN RIGHT IN A GLOBALISED WORLD (HAM DALAM DUNIA YANG MENGLOBAL) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia Dosen: Dr. EPI SUPIADI, M.Si Dra. SUSILADIHARTI, M.SW Oleh: HERU SUNOTO NRP: PROGRAM PASCASARJANA SPESIALIS-1 PEKERJAAN SOSIAL SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL (STKS) BANDUNG 2013 i

2 KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbil alamiin. Segala puji bagi Allah SWT sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ke-iii, membuat paper tentang Human Right in a Globalised World (HAM dalam Dunia yang Mengglobal) dengan referensi utama buku Jim Ife, Human Right and Social Work untuk mata kuliah Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan HAM bisa selesai, pertemuan ke-iv. Kajian ilmiah tentang HAM dan Peksos ini kami topang dengan beberapa referensi yang kami anggap layak, dengan harapan bisa menyempurnakan perspektif kita, praktisi peksos professional tentang HAM dan posisi kita terhadap isu-isu HAM, baik level mikro, mezzo, maupun makro. Terakhir, kami berharap ada masukan dan penyempurnaan dari sesama teman-teman Sp-1, dan lebih khusus lagi dosen kami. Bandung, 10 September 2013 Heru Sunoto ii

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi i ii BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3 Pekerjaan Sosial Pendekatan Dinamis HAM Apa itu HAM? Hak Asasi Antargenerasi Hak dan Kebebasan Hak Asasi Hewan Globalisasi Praktik Peksos Berbasis HAM BAB III. PEMBAHASAN 12 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN 15 DAFTAR PUSTAKA iii

4 BAB I PENDAHULUAN Pekerjaan social berkaitan erat dengan penyelesaian masalah kemanusiaan, fungsi social, peran Negara terhadap well-being individu, keluarga, kelompok, komunitas, maupun masyarakat, dan penguatan potensi-potensi. Pekerjaan Sosial menurut IFSW 1 (dalam Kode Etika BASW) didefinisikan sebagai berikut: The social work profession promotes social change, problem solving in human relationships and the empowerment and liberation of people to enhance well-being. Utilising theories of human behaviour and social systems, social work intervenes at the points where people interact with their environments. Principles of human rights and social justice are fundamental to social work. (profesi yang memperjuangkan perubahan social, penyelesaian masalah relasi manusia dan lingkungan, membebaskan manusia untuk meningkatkan kesejahteraan social, dengan menggunakan teori-teori perilaku dan system social, focus intervensi pada interaksi manusia dengan lingkungannya, prinsip-prinsip HAM dan keadilan social merupakan dasar bagi pekerjaan sosial). Berdasarkan definisi di atas, peksos selalu bersentuhan dengan problem-solving di semua level: mikro-mezzo-makro; prinsip-prinsip HAM dan keadilan social menjadi core pelayanannya; dan teori-teori pekerjaan social menjadi bajunya. 2 HAM dalam dunia yang mengglobal. Hal ini mengindikasikan bahwa betapapun penghormatan peradaban manusia terhadap HAM dan keadilan muncul, tumbuh, dan tinggi di abad sekarang, namun ketika kepentingan globalisasi segelintir orang, yakni kalangan borjuis muncul, maka dua hal itu terancam eksistensinya. Pernyataan ini bukan tidak berdasar. Sejarah revolusi industry di Eropa pada abad 18 hingga meluas ke Amerika dan melahirkan revolusi social adalah wujud ketamakan kaum borjuis, kaum pemodal sehingga menjadikan kaum proletar, kalangan buruh, hanya menjadi robot pemuas kepentingan. Globalisasi terkait erat dengan gerakan ekonomi yang melintas-batas Negara. Tidak ada loyalitas kepada Negara manapun. Pemodal hanya loyal pada uangnya; dimanapun ada Negara yang mendukung kepentingannya, maka disitulah modalnya akan ditanamkan. Negara tidak lagi menjadi kekuatan pelindung dan pensejahtera rakyatnya, melainkan alat legitimasi segelintir orang pemilik modal. 1 The Code of Ethics for Social Work, BASW; downloaded from: at August 29 th Susan C. Mapp, Human Right and Social Justice in a Global Perpective: an Introduction to Int l. Social Work, Oxford Univercity Press, 2008, p.v. 1

5 Korban globalisasi adalah murahnya ubah buruh, rendahnya kesejahteraan masyarakat, tidak adanya jaminan social, jaminan kesehatan, jaminan untuk pengangguran, orang-orang termarjinalkan. Sifat dasar globalisasi yang demikian, merupakan tantangan bagi pekerja social untuk eksis dalam perannya, yaitu sebagaimana definisi yang kami paparkan di atas. HAM dan keadilan social sebagai agenda penting seorang peksos untuk membantu klien, keluarga, kelompok, komunitas, dan bangsa dalam melaksanakan peran demi keselarasan dengan lingkungan yang berperadaban. *** 2

6 BAB II KAJIAN PUSTAKA HAM DALAM DUNIA YANG MENGLOBAL 3 Gagasan tentang HAM adalah satu diantara pembahasan tentang social dan politik kontemporer yang paling kuat. Topik ini didukung oleh banyak orang dari beragam latar belakang ideology dan budaya. Ia digunakan dalam tataran wacana untuk mendukung agenda kebinekaan, dan terkadang mengenai kasus-kasus konflik. Karena topic ini sangat menarik dan penuh retorika, terkadang juga digunakan secara bebas dan dapat memiliki makna yang berbeda-beda tergantung konteksnya. Meskipun yang menggunakan tema ini jarang berhenti untuk mempertimbangkan berbagai makna yang tercakup di dalamnya dan kontradiksinya. Kombinasi ini sangat menarik dan kontradiksi ini juga membuat gagasan tentang HAM patut untuk dipertimbangkan, khususnya bagi pekerja social dan HAM bagi profesi layanan kemanusiaan lainnya. PEKERJAAN SOSIAL Sejumlah pembahasan dalam buku ini tentang profesi dapat diaplikasikan pada seting profesi pelayanan kemanusiaan, semisal mengajar, medis, dan beberapa profesi kesehatan yang terkait. Maka focus utama buku ini adalah pada pekerjaan social. Untuk ini, pekerjaan social membutuhkan sejumlah penjelasan, sebab kata pekerjaan social pada beberapa Negara dan konteks budayanya memiliki makna yang berbeda-beda. (Tan dan Envall, 2000). Pada beberapa masyarakat, terutama Australia dan Amerika Utara, pekerja social didefinisikan sebagai kelompok pekerja yang memiliki kualifikasi profesi tinggi, termasuk di dalamnya pekerjaan lainnya dalam lapangan pelayanan kemanusiaan (Ife, 1997a; Leighninger and Midgley, 1997). Pada masyarakat lain, kata pekerjaan social memiliki seting aplikasi yang lebih luas, melingkupi pekerja layanan kemanusiaan dari satu jenis latar belakang dengan kualifikasi pendidikan yang berbeda-beda. Pada sejumlah masyarakat, semisal Inggris, pekerjaan social telah dipandang sebagai implementasi kebijakan Negara kesejahteraan melalui perundang-undangan, dengan sedikit peran dalam pengembangan komunitas atau pengubahan social. 3 Diringkas dari Jim Ife, Human Right and Social Work: Toward Right-Based Practice, Cambridge University Press, Revised Ed., 2008, hal

7 Pada masyarakat lainnya, semisal Amerika Latin (Aguilar, 1997; Cornely & Bruno, 1997), Querino, 1997), pekerja social memiliki banyak radikal atau konotasi aktivitas yang diarahkan untuk melakukan perubahan social, gerakan progresif untuk mencapai keadilan social dan HAM, serta oposisi untuk menyebarkan model birokrasi dan dominasi politik. Dalam beberapa konteks, semisal di AS, peran terapi individu oleh peksos sudah dominan. (Leighhinger dan Midgley, 1997), dimana pada konteks lain, bagian dari pembangunan dunia atau dunia bagian selatan, peksos sudah lebih kuat pada orientasi pengembangan masyarakat. Dengan menaruh perhatian pada membumikan peksos pada budaya manusia, social, dan konteks politik, maka sudah barang tentu bahwa pekerjaan sosial akan dimaknai secara beragam pada situasi/tempat yang berbeda pula. Hal ini akan banyak membawa keuntungan bagi peksos, karena ia bisa memilih minat dan praktik yang ia inginkan. PENDEKATAN DINAMIS HAM Cita-cita HAM itu sendiri adalah sangat alami, menyiratkan pencarian akan prinsip-prinsip universal yang digunakan oleh seluruh umat manusia, apapun perbedaan latar belakang budaya, system kepercayaan, usia, jenis kelamin, kemampuan, dan keadaannya. Memang, universalitas telah menghilang dari sejumlah pemahaman tentang HAM, sederhana karena tidak setiap orang merasa sebagai manusia. Diskusi tentang hak manusia dan pandangan tradisional oleh filosof yang beraliran patriarchal, semisal Locke, telah menjauhkan wanita dari definisi manusia dan dari pemahaman tentang apa implikasi dari HAM. Thomas Jefferson memperkirakan bahwa tidak ada konflik antara advokasi yang ia lakukan tentang HAM dengan kebebasan serta dengan ia memiliki budak. Universalitas HAM tidak harus dibingungkan bahwa ia bersifat statis, tidak bisa mengubah cita-cita HAM. Karena HAM harus dipandang sebagai sebuah tatanan, daripada keberadaan yang objektif, maka yang terpenting adalah bagaimana melakukan dialog, diskusi, dan bertukar fikiran tentang nilai-nilai yang universal. Pendapat siapa yang dinilai bagus dalam diskusi tentang HAM dan siapa yang tidak? Bagaimana pendapat lainnya bisa didengar, dan apakah ada jalan lain untuk menjelaskan konsep HAM? Apakah beberapa jenis HAM lebih bagus daripada yang lainnya? Dan apakah jalan yang telah kita pilih untuk menyatakan konsep nilai-nilai HAM memilih aksi manusia dan memarjinalkan yang lainnya? Ini dan beberapa pertanyaan lainnya akan kita kaitkan dengan bab berikutnya, yaitu bagaimana seorang peksos bisa menjadi bagian dari jalannya diskusi tentang HAM ini dan bagaimana menyusun ulang tentang ranah HAM dalam proses diskusi tersebut. 4

8 MENDEFINISIKAN APA ITU HAM? Untuk memahami HAM dalam arti yang dinamis dimana HAM tidak pernah statis, maka kita tidak akan pernah final untuk mendefinisikan apa itu HAM. Secara umum, HAM dapat didefinisikan sebagai hak-hak yang diklaim milik semua orang tanpa memandang negara, ras, suku, budaya, umur, jenis kelamin dan lain-lain. Hak-hak ini bersifat universal dan dapat diimplementasikan kepada siapapun dan dimanapun. Namun, tidak semua klaim tentang hak, terutama dari kelompok atau orang tertentu dapat disebut HAM. Sebagai contoh, tuntutan seorang dosen atas tambahan gaji atau perbaikan fasilitas kantornya tidak dapat disebut hak atau HAM jika tuntutan tersebut mengakibatnya menurunnya kualitas pendidikan mahasiswa. Dalam kasus ini, maka pendidikan yang diklaim sebagai HAM, yaitu bahwa hak mahasiswa atas pendidikan memiliki prioritas yang lebih tinggi ketimbang tuntutan dosen tersebut. Inilah dasar-dasar yang penting di dalam memahami sebuah pendekatan HAM. Dengan mendefinisikan sesuatu sebagai HAM, maka kita bisa meletakkan secara benar klaim kita bahwa hak tertentu lebih diutamakan daripada tuntutan hak lainnya. Dengan demikian, jika terjadi konflik yang diakibatkan oleh adanya klaim hak dari orang atau kelompok tertentu maka HAM diprioritaskan dan mengatasi setiap klaim yang ada. Sebuah klaim hak untuk kepentingan orang atau kelompok tertentu tidak boleh bertentangan dengan hak-hak fundamental yang dimiliki oleh setiap orang. Untuk mengklaim sesuatu sebagai HAM, maka ada beberapa hal yang harus terpenuhi: 1. Merealisasikan tuntutan hak adalah perlu, baik bagi individu, maupun kelompok sehingga eksistensi mereka sebagai manusia benar-benar optimal, selaras dengan orang lain; 2. Hak yang dituntut adalah dipandang oleh pihak lain sebagai upaya untuk memenuhi rasa kemanusiaan diri, dan ini artinya bahwa individu atau kelompok yang menuntut hak tersebut juga menginginkan hal tersebut dirasakan atau diterima oleh siapapun dan dimanapun; atau mereka sedang mengupayakan hak-hak mendasar bagi masyarakat atau kelompok yang termarjinalkan sehingga mereka bisa mencapai secara penuh potensi kemanusiaan mereka; 3. Ada consensus hak yang sangat substansial pada legitimasi tuntutan hak, ini tidak bisa disebut sebagai HAM kecuali jika ada dukungan yang luas kepada hak tersebut untuk melampaui budaya dan pembagian lain; 4. Bisa saja agar tuntutan dari para penuntut hak bisa direalisasikan secara lebih efektif. Ini tidak termasuk hak atas barang-barang yang tersedia secara terbatas. Misalnya hak untuk tinggal di perumahan dengan pemandangan panorama alam di sekitarnya, hak untuk memiliki chanel TV sendiri, ataupun hak untuk memiliki lahan yang luas. 5

9 5. Tuntutan hak tidak boleh kontradiksi dengan HAM orang lain. Hal ini berarti menolak sebagai HAM atas hak mengangkat senjata, hak memperbudak orang lain, hak lakilaki memukul/mengalahkan istri dan anak-anaknya, hak mengambil laba terlalu banyak dalam kemiskinan orang lain, dan lain-lain. Ini artinya bahwa HAM tidak bermakna seluruh hak yang ingin dituntut oleh semua orang, dan tuntutan HAM harus diuji secara cermat terlebih dahulu. HAM harus dilihat sebagai satu paket, universal and indivisible (universal dan tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain). Ini berdasarkan 5 kriteria di atas, karena HAM adalah harus dilaksanakan secara bersama-sama, ia harus konsisten dan tidak boleh ada konflik satu sama lain. Ini artinya dalam tataran lapangan HAM, memberikan prioritas kepada hak yang seharusnya tidak perlu. Semua item HAM harus dipandang sebagai penting semua, tidak boleh ada satu hak yang dianggap lebih penting daripada hak lainnya. Sebuah perpektif HAM mengatakan bahwa satu tuntutan hak harus dimaknai sebagai tuntutan HAM, diprioritaskan, dan didahulukan daripada tuntutan hak-hak lain. Dalam praktiknya, begaimanapun juga, benturan beragam tuntutan HAM selalu tidak sejalan, tentang hal ini akan dibahas pada bab berikutnya. Hak-hak tersebut harus diselesaikan, tetapi seringkali bisa diselesaikan dengan menggunakan 5 kriteria di atas. Bagi seorang peksos, perbedaan antara manusia dan hak orang lain, dan tuntutan bahwa HAM tersebut harus diprioritaskan, memiliki hubungan satu dengan lainnya. Ada sejumlah urusan dalam praktik peksos jika menghadapi konflik antara kenyataan hak dan HAM. Misalnya, permintaan manajer yang menginginkan seorang peksos untuk tidak mau memberikan layanan yang bisa dijustifikasi pada HAM yang mendasar. Hak manajer tentu saja tidak cocok dengan HAM sesuai dengan 5 landasan kriteria di atas, dan jika seorang peksos berada dalam posisi ini maka ia harus memprioritaskan HAM daripada permintaan manajer tersebut. Peksos secara moral seharusnya menghadapi manajemen yang menolak HAM dan jika perlu ia membuat satu kasus yang bagus untuk tidak tunduk pada perintah manajemen. Tentu saja ada sejumlah factor situasional dimana seorang peksos perlu untuk memperhitungkan ketika ia berkonfrontasi dengan majamemen, menyampaikan secara ilmiah dan bijak, dan ada beberapa pilihan aksi, semisal: Melakukan riset secara hati-hati terhadap dokumen pelanggaran HAM sebelum bergerak dan beraksi, Meminta ikatan profesi peksos untuk mengambil alih tanggungjawab tersebut daripada melaksanakannya secara pribadi, Berbicara dengan supervisor secara informal sehingga selesai masalahnya, dan lainlain. 6

10 Ketika HAM didiskusikan, maka HAM bermakna universal, terpadu, tidak bisa dicabut dari manusia, atau dihilangkan 4. Universalitas implikasinya adalah bahwa HAM diwujudkan dalam seluruh kesejahteraan manusia, dan keterpaduan implikasinya adalah bahwa HAM sebagai satu kesatuan paket, satu bagian tidak bisa diambil dan dipilih, diterima sebagian dan ditolak sebagian lainnya. Pernyataan bahwa HAM tidak bisa dicabut, implikasinya adalah ia tidak bisa dicabut dari satu orang pun. Di sini ada beberapa hal yang kontroversial, semisal pelaksanaan sanksi hukum pelanggar HAM. Misalnya, hak untuk bebas, hak berkumpul dan berserikat, kebebasan untuk bepergian yang ditolak karena narapidana menolak dipenjara. Tetapi, secara umum, kaidah HAM tidak bisa diambil/dicabut dari manusia selama ia hidup. Pernyataan bahwa HAM bersifat inabrogable (tidak bisa dihilangkan/dibubarkan), implikasinya adalah satu orang tidak bisa menyerahkan HAM-nya atau menjualnya demi menambahkan keistimewaan kepada yang lain, HAM tidak bisa ditukar dengan apapun. Kita mungkin saja memilih untuk tidak menggunakan hak kita secara bersamaan semuanya, akan tetapi kita masih tetap memilikinya, bahkan jika kita memilih untuk tidak mengunakannya, secara teori, kita selalu masih bebas untuk mengubah fikiran kita. Hak Asasi Antargenerasi Satu dari perubahan penting yang paling menonjol untuk mengambil posisi dalam diskursus tentang HAM pada beberapa decade terakhir telah memperluas pemahaman kita tentang tugas HAM di masa kini. Dahulu, banyak pelanggaran HAM terjadi, akan tetapi seiring berlalunya waktu meningkat pula kesadaran akan HAM; jika di masa lalu banyak pelanggaran HAM terjadi maka kini kita mesti menghargai HAM dan memperbaikinya, dan melakukan tindakan yang sesuai HAM untuk masalah-masalah yang serupa. Dan diskusi seputar NAZI memunculkan keuntungan dimana Bank Swiss akan memberikan santunan sebagai kompensasi korban holocaust yang masih selamat. Ini adalah satu contohnya. Contoh lain: kompensasi moneter sebagai satu contoh kasus, dimana pemerintah dengan kompensasi moneter-- melakukan permintaan maaf kepada orang-orang Indian korban yang mengalami salah perlakuan pemerintah Kanada (HREOC, 1997). Itu adalah cara sebagai rasa tanggung jawab terhadap pelanggaran HAM pemerintah atas kecerobohan dalam memperlakukan warganya secara tidak layak. Dan contoh-contoh lain. Apapun, seluruh isu tentang pelanggaran HAM di era lama adalah menjadi bagian penting bagi seorang peksos, jika ia menemui dan akan menyelesaikan ketidakadilan, penindasan, dan beragam pelanggaran HAM lainnya yang sudah lama terjadi dan mungkin sudah dialami masyarakat sejak lama. 4 Cassese 1990; Centre for Human Rights 1994; Jones 1994; Freeman 2002; O Byrne

11 Cara lain membahas panjang tentang HAM adalah dengan mengubah diskursus, yaitu dengan memperluas gagasan HAM dan dimasukkan dalam hak-hak generasi mendatang. Semua yang kita lakukan akan berpengaruh kepada dunia di waktu mendatang; pertanyaannya adalah apa yang akan kita perluas aksinya yang mesti kita tetapkan demi melindungi HAM pada generasi mendatang sehingga bisa baik sebagaimana saat ini? Hak dan Kebebasan Hak seringkali dikaitkan dengan kebebasan, atau beragam gagasan tentang kebebasan biasanya selaras dengan kata hak dan kemerdekaan. Di dunia Barat, karena hak dan kebebasan individu demikian kuat, tidak terelakkan, telah diabadikan dalam filsafat John Stuart Mill, seorang tokoh liberalism dan kebebasan individu (Mill, 1906). Hak Asasi Hewan Ketika kita membahas secara detail tentang HAM, maka kita perlu untuk mendiskusikan seputar hak asasi dari makhluk selain manusia, yaitu hewan. Hak asasi hewan (HAH) telah diterima selaras dengan meningkatnya minat atau perhatian dunia pada decade sekarang dan perspektif ekosentris 5 sebagai lawan dari perspektif antropocentris. Ia telah menuntut hak yang mesti diberikan tidak hanya kepada kesejahteraan manusia semata, bahkan kepada setiap makhluk hidup sebagai bagian dari kesatuan ekosistem. Akan tetapi buku ini tidak akan membicarakan isu-isu tentang HAH. Pendekatan diskursif untuk HAM diadopsi di sini dengan arti bahwa ada perbedaan yang sangat jelas antara HAM dan HAH, karena manusia bisa mengartikan dan memperdebatkan hak-hak asasi mereka, padahal untuk spesies lain tidak bisa. Oleh karena itu, setiap upaya manusia untuk mengartikan hak asasi spesies lain, maka itu akan menjadi bahan dalam mengartikan atau mendefinisikan hak asasi mereka sendiri; menjadi acuan bagaimana selayaknya manusia menyikapi dan bertindak kepada spesies lain. HAM, bagaimanapun juga, adalah berbeda, baik dalam cara mendefinisikan HAM tersebut untuk mereka sendiri, bertindak, berelasi, mengormati, melakukan perlindungan, dan merealisasikan hak-hak mereka. Tema HAM kali ini akan berguna bagi seorang peksos untuk memfasilitasi proses dimana klien mampu menyadari HAM-nya, dimana pada saat yang sama tidak bisa diterapkan untuk spesies lain. Treatment untuk spesies lain dalam tema hak, mesti ditangani secara berbeda, dan meski itu penting, berkaitan dengan kita mendefinisikan kemanusiaan kita sendiri dan mendasar bagi sebuah ekologi untuk memahami tempat kita di dunia ini. Ini semua di luar pembahasan buku ini. 5 Fox 1990; Eckersley

12 Globalisasi HAM telah memberikan relevansi yang ekstra-kontemporer dengan melakukan tekanan globalisasi. 6 Adalah penting untuk menguji tema globalisasi dalam beberapa penjelasan rinci, karena ia memberikan konteks/hubungan relevansi dengan praktik peksos pada awal abad 21; juga karena HAM merupakan representasi elemen penting bagi globalisasi dan sekaligus jawaban dan oposisi dari globalisasi itu sendiri. Sebuah ekonomi global bukanlah hal baru. Sejak dahulu, sudah ada perdagangan dunia selama berabad-abad, dan memang beberapa bentuk ekonomi global sudah ada sebelum munculnya negara, yang sekarang dianggap sebagai di bawah ancaman dari kekuatan globalisasi. Ini adalah diantara pemikiran yang telah menyebabkan beberapa penulis 7 berpendapat bahwa globalisasi adalah benar-benar bukan fenomena baru, namun diklaim sebagai barang baru, dan itu kita lihat sebagai keberlanjutan sejarah historis dan bukan suatu perubahan semata. Ini adalah kritik penting dan seperti yang akan disarankan di bawah ini, beberapa kontinuitas sejarah globalisasi terlalu mudah diabaikan. Tapi bisa juga dikatakan bahwa ada diskontinuitas penting, yang disebabkan oleh besarnya skala ekonomi global yang baru muncul dan kekuatan ekonomi sebagai pemain utama. Hingga saat ini, perdagangan global mungkin telah berkembang tapi masih di bawah kendali pemerintah, yang dapat mengatur persyaratan dan pembatasan perdagangan tersebut dan --dalam banyak kasus-- bisa menggunakan perdagangan dunia untuk kepentingan Negara sendiri. Namun, kini perdagangan dunia telah tumbuh begitu besar, dan perusahaan-perusahaan transnasional telah menjadi begitu kuat, hingga peran pemerintah untuk mengatur, atau menetapkan regulasi marjin perdagangan mulai justru terbatasi/terkurangi. Mayoritas negara, kalau tidak bisa dibilang seluruhnya, kini telah tunduk kepada kehendak pasar global. Mereka tidak lagi dapat mengambil kebijakan yang merugikan pasar, karena jika itu dilakukan maka modal-modal akan segera berpindah ke Negara lain yang berpihak kepada pemodal. Dan jika itu terjadi, maka akan terjadi krisis dan ekonomi pun akan goncang. 8 Dengan globalisasi ekonomi, pemerintah akhirnya hanya memiliki sedikit ruang untuk berperan dalam pengembangan kebijakan baru; pemerintah telah kehilangan kemampuan dalam membuat keputusan yang independen untuk mengatur Negara mereka sendiri, bahkan dalam menentukan masa depan ekonomi dan sosial mereka. 9 6 Brysk 2002; Monshipouri et al. 2003; de Feyter Hirst & Thompson 1996, Held et al. 1999; Meyer & Geschiere 1999; Mittelman Bauman 1998; Beck

13 Hal ini menyebabkan Negara kehilangan fungsi kontrol demokrasi yang efektif, yaitu fungsi pengambilan keputusan kebijakan yang strategis. Kebijakan kunci/strategis yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak akhirnya ditentukan oleh segelintir orang atau kelompok tertentu saja. Paradigma kebijakan konvensional yang dibingkai dalam batasbatas Negara, kini tidak lagi relevan, dan memerlukan upaya format ulang untuk mengantisipasi perubahan-perubahan global tersebut. Dan seorang peksos perlu memahami, mengerti, dan menerima globalisasi beserta dampak permasalahannya sehingga ia bisa mencari dan memberikan solusi-solusi baru. Praktik Peksos Berbasis HAM Beberapa pembahasan berikut, menjelaskan bagaimana HAM bisa digunakan seorang peksos untuk menjadi dasar praktiknya. Implementasi atau aktivasi HAM telah menjadi perhatian sejumlah penulis 10, dan buku ini berusaha untuk melakukan hal ini dalam konteks pekerjaan sosial, pelayanan/praktik kemanusiaan. Mungkin tampaknya sangat aksiomatis, bahwa peksos adalah berhubungan dengan HAM, meski ada beberapa formula lain tentang peksos yang tidak mengkaitkannya dengan HAM. Contohnya adalah Needs-based social work (peksos berbasis kebutuhan klien). Needsbased menekankan pada bagaimana seorang peksos mampu meng-assesment kebutuhan klien untuk kemudian melakukan proses mempertemukan kebutuhan tersebut dengan system sumber yang ada. Needs-based, tentu saja merupakan focus perhatian praktik peksos, meski saat ini juga dikritik. Beberapa penulis, semisal Illich 11 telah melakukan kritik kepada beberapa profesi, termasuk diantaranya kepada profesi peksos. Kritikannya adalah agar profesi ini mendefinisikan profesinya sebagai profesi yang menjawab kebutuhan masyarakat. Hal ini berakibat melemahkan posisi klien, sehingga klien tidak lagi bisa mendefinisikan kebutuhan mereka sendiri tetapi sebaliknya, kebutuhan mereka didefinisikan oleh peksos. Juga, ada sejumlah isu tentang praktik peksos berbasis kebutuhan, yaitu bahwa gagasan tentang kebutuhan manusia terkait erat dengan HAM. Praktik berbasis kebutuhan telah merepresentasikan formula alternative bagi seorang peksos daripada berbasis HAM. Hal ini turut mengadvokasi a right-based approach (pendekatan berbasis HAM) untuk menunjukkan apa kelebihan pendekatan ini daripada needs-based approach (pendekatan praktik berbasis kebutuhan klien). Formulasi alternative ke dua sebagai alternative pendekatan praktik peksos adalah justicebased approach (pendekatan praktik berbasis keadilan). Sebagian besar pekerja sosial, 10 Misalnya, lihat Porter & Offord Illich et al

14 jika diminta untuk menjelaskan secara ringkas nilai dasar praktik mereka, mungkin akan menggunakan istilah 'keadilan sosial' daripada 'hak asasi manusia'. Sebagaimana pendekatan sebelumnya, needs-based approach, maka untuk justice-based approach, juga bisa dikaitkan antara keadilan dan HAM. Namun demikian, ada dua masalah untuk diatasi, yaitu antara pendekatan keadilan murni dengan pendekatan HAM. Masalah pertama dengan keadilan adalah bahwa hal itu dapat berarti balas dendam sederhana. "Kami menuntut keadilan adalah seruan umum yang terdengar dari para pendukung hukuman mati, hukuman penjara dan sejenisnya. Hal ini menjadi sebab bagi sebagian besar pekerja sosial enggan untuk mendukung dan lebih cenderung untuk menentang. Penggunaan retorika keadilan yang begitu kuat, bagi seorang peksos, tidaklah progresif, dan hanya membantu melegitimasi politik balas-dendam. Masalah kedua adalah bahwa keadilan sering didefinisikan secara prosedural: untuk menjadi adil, atau untuk melakukan keadilan, adalah untuk menegakkan hukum secara adil, adil dan tidak memihak. Dan perundang-undangan itu sendiri meski sangat diskriminatif dan menindas bisa saja disebut system yang berkeadilan dapat berakibat pada peradilan yang efektif dari sebuah undang-undang yang tidak adil. Ini memang produk sejarah kolonialisme, dimana penindasan secara brutal bisa dibenarkan oleh system peradilan yang tidak bisa disuap. A human rights approach (Pendekatan praktik peksos berbasis HAM) seyogyianya tidak hanya dilihat sebagai jawaban atas kebutuhan klien akan kebutuhan dan keadilan yang tanpa makna bagi seorang peksos. Justru sebaliknya, ia punya posisi penting dalam penggambaran praktik pekerjaan sosial, dan ia adalah kata-kata yang beresonansi kuat dengan para praktisi peksos. Akan muncul masalah jika masing-masing kata itu difahami secara terpisah. Bahkan berdasarkan paparan di atas, praktik peksos yang berlandaskan pada HAM mampu memperkaya khasanah kebutuhan dan keadilan, lebih kontekstual, makin bermakna, dan makin bermanfaat. *** 11

15 BAB III PEMBAHASAN HAM DALAM DUNIA YANG MENGGLOBAL Manusia dan HAM ibarat dua sisi mata uang logam. Jika ada manusia, maka ada hak untuk dimiliki, siapapun dan kapanpun. Jim Ife menyatakan: The idea of human rights, by its very nature, implies the search for universal principles that apply to all humans, whatever their cultural background, belief system, age, sex, ability or circumstances. 12 (Gagasan tentang HAM itu sendiri adalah sangat alami, menyiratkan pencarian akan prinsip-prinsip universal yang digunakan oleh seluruh umat manusia, apapun perbedaan latar belakang budaya, system kepercayaan, usia, jenis kelamin, kemampuan, dan keadaannya). Satu kalimat dari Jim Ife di atas menjadi kata kunci bahwa HAM adalah kebutuhan dan milik semua orang. Karena manusia hidup dari zaman ke zaman yang berbeda, maka HAM juga mengalami pasang naik dan surut. Terjadi pergesekan kepentingan antar anggota masyarakat, baik masyarakat perdesaan maupun perkotaan, agraris maupun industry, memunculkan masalah HAM. Dalam konteks global, maka masalah HAM tersebut menjadi agenda serius yang harus diselesaikan. Keinginan si kaya untuk tetap kaya, memestikan kalangan buruh menjadi tetap miskin, berpenghasilan rendah, tidak ada jaminan social, jaminan kesehatan, pengangguran pada bagian masyarakat yang tidak punya ketrampilan kerja juga merupakan masalah lain. Jim Ife menyatakan: Understanding human rights as discursive means that human rights are not fixed or static, and therefore in that sense they cannot be fully defined. Untuk memahami HAM sebagai sesuatu yang dinamis, yaitu bahwa HAM adalah tidak tetap atau statis, oleh karena itu setiap kita tidak dapat sepenuhnya mendefinisikannya secara final. Schmitz and Sikkin (2002) 13 mendefinisikan HAM sebagai berikut: 12 Jim Ife, Human Right and Social Work: Toward Right-Based Practice, Cambridge Univercity Press, 2008, hal Derrick M. Nault and Shawn L. England, Globalization and Human Right in the Developing World, Palgrave Mac-Millan, Downloaded from: at August 29 th

16 Human right are a set of principles of ideas about the threatment to which individual are entitled by virtue of being human. The Human right discourse is universal in character and includes claims of equality and non-discrimination (p. 157). HAM adalah seperangkat prinsip gagasan yang tinggi/luhur tentang solusi apa yang ingin diwujudkan oleh manusia sehingga bisa menjadi manusia seutuhnya. HAM dalam banyak diskusi juga merupakan karakter yang sangat universal dan mencakup tuntutan kesetaraan dan non-diskriminasi (hal 157). Susan C. Mapp (2008) mengatakan: The rights it defines were intended to be universal and indivisible that is, all humans have the right to them regardless of culture, political system, ethnicity, or any other characteristic (universal), and a country cannot select which rights it should grant; all humans should have all rights (indivisible). Not all rights claimed by people can be regarded as human rights. By human rights we generally mean those rights which we claim belong to all people, regardless of national origin, race, culture, age, sex, or anything else. (p.17-18) Hak didefinisikan sebagai sesuatu yang universal dan tidak dapat dipisah-pisahkan, dimana setiap manusia memiliki hak mereka tanpa memperhatian budaya, system politik, suku, dan karakteristik apapun, dan sebuah Negara tidak dapat menentukan hak tertentu untuk diakui dan tidak diakui, setiap manusia memiliki semua hak tersebut tanpa terpisah-pisahkan. Namun, tidak setiap hak yang dituntut oleh orang bisa disebut sebagai HAM. Dengan HAM, kita biasanya mengartikannya sebagai hak yang kita anggap sebagai hak milik semua orang, terlepas dari perbedaan asal Negara, ras/warna kulit, budaya, suku, usia, jenis kelamin, dan sebagainya. (hal ) 14 PEKSOS DALAM ERA GLOBALISASI Dalam struktur atau pranata yang normal, setiap orang akan bisa menempatkan diri, peran dan fungsinya secara apik, selaras dengan lingkungan, optimal untuk diri dan sekitar. Sebaliknya, dalam tatanan yang tidak adil, tidak mengindahkan HAM, globalisasi yang berpihak pada pemilik modal, neo-liberalisme, maka ada sub-bagian masyarakat yang mesti diperhatikan. Seorang praktisi peksos mesti melakukan advokasi terhadap setiap pelanggaran terhadap HAM. 15 Susan C. Mapp (2008) mengatakan: 14 Susan C. Mapp, Human Right and Social Justice in a Global Perpective: an Introduction to Int l. Social Work, Oxford Univercity Press, Iain Ferguson et.al., Globalisation, Global Justice, and Social Work, Routledge, London & New York,

17 Social workers may find themselves in a bind trying to recognize both the right to one s culture as well as one s human rights. George (1999) argues that human rights cannot be both universal and culturally relevant and states that social workers have put themselves in a dilemma by arguing for both human rights and the right to one s own culture. For example, in some cultures women are treated as subordinate to men, yet the UNDR states that treating any person as less than another due to a characteristic is prohibited; it is discrimination. How can the traditional order of a society and the UNDR 16 both be respected? (p.20). Seorang peksos mungkin bisa menemukan eksistensi mereka di dalam mengkorelasikan diri dengan cara berusaha menghargai budaya setempat dan hak individu client. George (1999) menjelaskan bahwa HAM tidak dapat disejajarkan baik dalam aspek universal maupun budaya dan negara dimana peksos bekerja telah menempatkan diri dalam situasi dilemma antara memenuhi hak individu dan nilai budaya local. Misal, beberapa budaya local menempatkan wanita dalam peran sub-ordinat dari pria, sementara itu Deklarasi dunia tentang HAM universal tahun 1948 menyatakan itu sebagai terlarang, tidak boleh karena diskriminatif. Nah, bagaimana peran peksos dalam menghargai tata-nilai tradisi masyarat tersebut daan sekaligus mewujudkan HAM universal tersebut? (hal. 20). Lihatlah pula bagaimana Brenda L. DuBois dan Miley (2005) memaparkan eksistensi peksos ketika maraknya ketidakadilan di dunia Barat dan bagaimana peran-peran peksos itu menjadi semakin spesifik dengan spesifiknya permasalahan social dan ketidakadilan social. Peksos harus concern terhadap isu ketidakadilan. Apabila peksos apriori terhadap isu-isu ketidakadilan, maka ia akan kehilangan peran dan kemudian tidak dihargai oleh masyarakat. BASW 17 bahkan menetapkan salah satu nilai 18 yang dijadikan pegangan peksos dalam praktiknya adalah social justice (keadilan social) UNDR is Universal Declaration of Human Right. Deklarasi HAM Universal, ditetapkan pada 10 Desember 1948 di PBB. (Lihat: Susan C. Mapp, Human Right and Social Justice in a Global Perpective: an Introduction to Int l. Social Work, Oxford Univercity Press, 2008, hal. 17). 17 BASW adalah British Association of Social Workers (Ikatan Profesi Peksos Inggris). 18 Lima Value (nilai) Peksos dalam BASW adalah: (i) Nilai dan Martabat Manusia, (ii) Keadilan sosial, (iii) Pelayanan terhadap kemanusiaan, (iv) Integritas, dan (v) Kompetensi. 19 Paul Dugmore and Jane Pickfordy, Youth Justice and Social Work, Learning Maters Ltd., 2007.(hal. 5). 14

18 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan apa yang sudah kami kemukakan pada bab-bab terdahulu, dapat kami simpulkan hal-hal sebagai berikut: Pekerjaan social adalah profesi pertolongan yang difokuskan pada agenda hak asasi manusia (HAM) dan ketidakadilan social, penguatan peran dan fungsi; dilakukan dengan menggunakan teori-teori pekerjaan social, nilai dan etika, diimplementasikan dalam program dan kegiatan nyata. Dalam era yang mengglobal, maka eksistensi HAM terancam oleh kepentingan kapitalis dan neo-liberalisme. Mereka merupakan reinkarnasi dari zaman revolusi industry dalam baju baru; melanggengkan kekuasaan material atas kaum kecil, para buruh, dan marjinal. Fungsi Negara sebagai pelindung dan pensejahtera masyarakat tereduksi oleh segelitir orang atau kelompok ini. Merekalah yang menanamkan modal demi keuntungan mereka semata. Hal ini akan langsung atau tidak langsung bergesekan dengan HAM dan ketidakadilan social. Peksos harus bisa menerima bahwa dunia dengan globalisasi ekonomi akan berdampak kepada masalah social. Maka, peksos seyogyanya mampu mempersiapkan beragam alternative solusi bagi masalah yang akan muncul kemudian. SARAN 1. Peksos dituntut untuk selalu meng-update informasi dan pengetahuan tentang aspek-aspek HAM dan keadilan social serta dampak globalisasi untuk kemudian memberikan solusinya melalui pelayanan dengan pendekatan HAM; 2. Memperkuat jaringan profesi pekerjaan social untuk mengadvokasi pemerintah, legislative, dan dunia usaha untuk melahirkan peraturan yang mengindahkan HAM dan memberikan peran-peran peksos dalam semua permasalahan HAM; 3. Mengingatkan dunia usaha agar aware dengan permasalahan social sebagai dampak kegiatan ekonomi mereka. Kegiatan ekonomi mereka tidak semata-mata menumpuk kekayaan sebanyak-banyaknya, namun bagaimana mampu seimbang dan bermitra dengan semua komponen kehidupan. 15

19 DAFTAR PUSTAKA BASW, The Code of Ethics for Social Work ; downloaded from: upload/basw_ pdf, at August 29 th 2013 Brenda L. Dubois and Karla Krogsrud Miley, (1995): Social Work: an Empowering Profession; Derrick M. Nault and Shawn L. England, Globalization and Human Right in the Developing World, Palgrave Mac-Millan, Downloaded from: reader?file= &pg=1, at August 29 th 2013; IFSW, Definition of Social Work downloaded at August 29 th Iain Ferguson et.al., Globalisation, Global Justice, and Social Work, Routledge, London & New York, Jim Ife, Human Right and Social Work: Toward Right-Based Practice, Cambridge Univercity Press, 2008; Paul Dugmore and Jane Pickfordy, Youth Justice and Social Work, Learning Maters Ltd., 2007 Susan C. Mapp, Human Right and Social Justice in a Global Perpective: an Introduction to Int l. Social Work, Oxford Univercity Press,

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional. Definisi Global Profesi Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan

Lebih terperinci

PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI

PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI A. Manusia, Politik dan Moral. Manusia adalah mahluk yang bermoral. Hal ini menjadi sesuatu yang mulai kabur dan berubah dalam hal keilmuan,

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

HUMAN RIGHT : BEYOND TRADITIONAL FORMULATIONS (HAM: MELAMPAUI BATAS FORMULA TRADISIONAL) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk:

HUMAN RIGHT : BEYOND TRADITIONAL FORMULATIONS (HAM: MELAMPAUI BATAS FORMULA TRADISIONAL) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Paper ke-iv HUMAN RIGHT : BEYOND TRADITIONAL FORMULATIONS (HAM: MELAMPAUI BATAS FORMULA TRADISIONAL) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

ETHICS AND HUMAN RIGHTS (ETIKA DAN HAM) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia

ETHICS AND HUMAN RIGHTS (ETIKA DAN HAM) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia Paper ke-ix ETHICS AND HUMAN RIGHTS (ETIKA DAN HAM) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia Dosen: Dr. EPI SUPIADI, M.Si Dra. SUSILADIHARTI,

Lebih terperinci

RESPECTING HUMAN RIGHTS IN SOCIAL WORK PRACTICE

RESPECTING HUMAN RIGHTS IN SOCIAL WORK PRACTICE Paper ke-x RESPECTING HUMAN RIGHTS IN SOCIAL WORK PRACTICE (MENGHARGAI HAM DALAM PRAKTIK PEKSOS) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

CONCTRUCTING HUMAN RIGHTS FOR SOCIAL WORK PRACTICE (MENGKONSTRUKSIKAN HAM UNTUK PRAKTIK PEKSOS) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk:

CONCTRUCTING HUMAN RIGHTS FOR SOCIAL WORK PRACTICE (MENGKONSTRUKSIKAN HAM UNTUK PRAKTIK PEKSOS) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Paper ke-ix CONCTRUCTING HUMAN RIGHTS FOR SOCIAL WORK PRACTICE (MENGKONSTRUKSIKAN HAM UNTUK PRAKTIK PEKSOS) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak

Lebih terperinci

PROSPECTS for HUMAN RIGHTS PRACTICE (MASA DEPAN PRAKTIK PEKSOS YANG BERDASAR HAM )

PROSPECTS for HUMAN RIGHTS PRACTICE (MASA DEPAN PRAKTIK PEKSOS YANG BERDASAR HAM ) Paper ke-x PROSPECTS for HUMAN RIGHTS PRACTICE (MASA DEPAN PRAKTIK PEKSOS YANG BERDASAR HAM ) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Prinsip Dasar Peran Pengacara Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7

Lebih terperinci

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999 6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan Hak mendapatkan pengajaran Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat C. Konsep

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Saat ini, jaminan hak asasi manusia di Indonesia dalam tataran normatif pada satu sisi semakin maju yang ditandai dengan semakin lengkapnya

Lebih terperinci

TULISAN TENTANG MODEL BEKERJA BERSAMA MASYARAKAT:

TULISAN TENTANG MODEL BEKERJA BERSAMA MASYARAKAT: TUGAS INDIVIDU I TULISAN TENTANG MODEL BEKERJA BERSAMA MASYARAKAT: Telaah Singkat Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis pada Asset dan Berbasis pada Masalah MATA KULIAH: PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

Lebih terperinci

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 1 Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) merupakan konsep yang berkembang sebagai tandingan (opponent) terhadap konsep negarakesejahteraan

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana

BAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana BAB V KESIMPULAN Tidak dapat dipungkiri, setelah dianutnya gagasan hak asasi dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), masyarakat internasional sejak saat itu telah memiliki satu standar bersama dalam

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS DILIHAT DARI SUDUT PANDANG KARYAWAN DAN PERUSAHAAN

ETIKA BISNIS DILIHAT DARI SUDUT PANDANG KARYAWAN DAN PERUSAHAAN ETIKA BISNIS DILIHAT DARI SUDUT PANDANG KARYAWAN DAN PERUSAHAAN 1. Perusahaan Tidak Boleh Mempraktekkan Diskriminasi Diskriminasi muncul sebagai isu dalam etika bisnis setelah pertengahan abad 20. Isu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 2 Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Program Pengembangan Masyarakat (Community Development), seharusnya disesuaikan dengan persoalan yang terjadi secara spesifik pada suatu

Lebih terperinci

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI FOCUS GROUP DISCUSSION DAN WORKSHOP PEMBUATAN MODUL MATERI HAM UNTUK SPN DAN PUSDIK POLRI Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 17 18 Maret 2015 MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

ACHIEVING HUMAN RIGHTS THROUGH SOCIAL WORK PRACTICE (MENGGAPAI HAM MELALUI PRAKTIK PEKSOS) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk:

ACHIEVING HUMAN RIGHTS THROUGH SOCIAL WORK PRACTICE (MENGGAPAI HAM MELALUI PRAKTIK PEKSOS) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Paper ke-x ACHIEVING HUMAN RIGHTS THROUGH SOCIAL WORK PRACTICE (MENGGAPAI HAM MELALUI PRAKTIK PEKSOS) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

FIF 2315: FILSAFAT POLITIK SEMESTER GENAP 2014/2015 (18 Februari-18 Mei 2015) Kelas A: Senin. R.: B101, Waktu:

FIF 2315: FILSAFAT POLITIK SEMESTER GENAP 2014/2015 (18 Februari-18 Mei 2015) Kelas A: Senin. R.: B101, Waktu: FIF 2315: FILSAFAT POLITIK SEMESTER GENAP 2014/2015 (18 Februari-18 Mei 2015) Kelas A: Senin. R.: B101, Waktu: 07.30-09.10 Agus Wahyudi Kantor : R. 508, FISIPOL UGM Telepun : 901198 Email : awahyudi@ugm.ac.id

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-1

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-1 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-1 Konsep Hak dan Kewajiban asasi Manusia Apa itu HAK? Apa itu Kewajiban? HAK adalah suatu yang kita terima, dapat berupa

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA. : IRVAN AGUSTIAN PRATAMA NIM : Kelompok : C Program Studi : STRATA 1 : Teknik Informatika

HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA. : IRVAN AGUSTIAN PRATAMA NIM : Kelompok : C Program Studi : STRATA 1 : Teknik Informatika HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA Nama : IRVAN AGUSTIAN PRATAMA NIM : 11.11.4733 Kelompok : C Program Studi : STRATA 1 Jurusan : Teknik Informatika DOSEN PEMBIMBING : Drs. Tahajudin Sudibyo STIMIK AMIKOM

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media Bab IV Penutup A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media Keberadaan Pasal 28 dan Pasal 28F UUD 1945 tidak dapat dilepaskan dari peristiwa diratifikasinya Universal Declaration of Human Rights (UDHR) 108

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA Disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 9 Desember 1998 M U K A D I M A H MAJELIS Umum, Menegaskan kembalimakna penting dari ketaatan terhadap

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Ditetapkan September 2005 Direvisi April 2012 Direvisi Oktober 2017 Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Epson akan memenuhi tanggung jawab sosialnya dengan melaksanakan prinsip prinsip sebagaimana di bawah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI Nama : Devit Surtianingsih NIM : 11.01.2851 Kelompok : B Program Studi : Pancasila Jurusan : D3-TI Dosen : Irton. SE., M.Si STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007

Lebih terperinci

KOMENTAR UMUM 9 Pelaksanaan Kovenan di Dalam Negeri 1

KOMENTAR UMUM 9 Pelaksanaan Kovenan di Dalam Negeri 1 1 KOMENTAR UMUM 9 Pelaksanaan Kovenan di Dalam Negeri 1 A. Kewajiban untuk melaksanakan Kovenan dalam tatanan hukum dalam negeri 1. Dalam Komentar Umum No.3 (1990) Komite menanggapi persoalan-persoalan

Lebih terperinci

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Kode Etik Global Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Takeda Pharmaceutical Company Limited Pasien Kepercayaan Reputasi Bisnis KODE ETIK GLOBAL TAKEDA Sebagai karyawan Takeda, kami membuat keputusan

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika. KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi

Lebih terperinci

Pengembangan Budaya memiliki empat Konteks: 2. Melestarikan dan menghargai budaya

Pengembangan Budaya memiliki empat Konteks: 2. Melestarikan dan menghargai budaya SETYA ROHADI dan MULYANTO Globalisasi budaya telah mengikuti pola yang sama seperti globalisasi ekonomi. Televisi, musik, makanan, pakaian, film dan yang lainnya merupakan bentuk-bentuk budaya yang serupa

Lebih terperinci

BAB V A. KESIMPULAN. Praktik kloning selama ini selalu dikhawatirkan akan memberikan efek yang

BAB V A. KESIMPULAN. Praktik kloning selama ini selalu dikhawatirkan akan memberikan efek yang BAB V A. KESIMPULAN Praktik kloning selama ini selalu dikhawatirkan akan memberikan efek yang buruk terhadap seluruh aspek kehidupan manusia. Praktik kloning masih menjadi perdebatan. Manfaat yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) 1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA PASAL 1

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA PASAL 1 PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang tersebut

Lebih terperinci

Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap

Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap manusia dan bersifat Universal B. Jenis jenis HAM -Menurut

Lebih terperinci

Etika Bisnis dan Globalisasi

Etika Bisnis dan Globalisasi Etika Bisnis dan Globalisasi Globalization: the process by which the economic and social systems of nations are connected together so that goods, services, capital, and knowledge move freely between nations.

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

KEWARGANEGARAAN NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika KEWARGANEGARAAN Modul ke: NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan Pengertian dan

Lebih terperinci

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM HAK AZASI MANUSIA Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri Latar Historis dan Filosofis (1) Kepentingan paling mendasar dari setiap warga negara adalah perlindungan terhadap hak-haknya sebagai manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human rights atau Hak Asasi Manusia menjadi pembahasan penting setelah perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945. Istilah hak

Lebih terperinci

Materi Bahasan. n Pengertian HAM. n Generasi HAM. n Konsepsi Non-Barat. n Perdebatan Internasional tentang HAM.

Materi Bahasan. n Pengertian HAM. n Generasi HAM. n Konsepsi Non-Barat. n Perdebatan Internasional tentang HAM. Hak Asasi Manusia Cecep Hidayat cecep.hidayat@ui.ac.id - www.cecep.hidayat.com Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Materi Bahasan Pengertian HAM. Generasi

Lebih terperinci

PANCASILA PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA ABSTRACT Menjelaskan ideologi

Lebih terperinci

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) menyebut istilah basic human rights (hak-hak asasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

Teori Feminisme Dalam Kajian Komunikasi

Teori Feminisme Dalam Kajian Komunikasi Teori Feminisme Dalam Kajian Komunikasi Oleh; Agoes Moh. Moefad (NPM : 170130087012) Hamzah Turmudi (NPM : 170130087004) Zaenal Mukarom (NPM : 170230087001) Feminisme merupakan suatu gerakan emansipasi

Lebih terperinci

MODUL BAHAN AJAR TUGAS [ETIKA PROFESI] Modul 2. Dosen: Elyas Palantei, ST., M.Eng., Ph.D

MODUL BAHAN AJAR TUGAS [ETIKA PROFESI] Modul 2. Dosen: Elyas Palantei, ST., M.Eng., Ph.D MODUL BAHAN AJAR TUGAS [ETIKA PROFESI] Modul 2 Dosen: Elyas Palantei, ST., M.Eng., Ph.D PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 1 2

Lebih terperinci

PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekua

PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekua Hak Azazi Manusia 2012 PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin NEGARA = State (Inggris), Staat (Belanda),Etat (Perancis) Organisasi tertinggi

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original Tata Tertib Semua unit Misi KONE adalah untuk meningkatkan arus pergerakan kehidupan perkotaan. Visi kita adalah untuk Memberikan pengalaman terbaik arus pergerakan manusia, menyediakan kemudahan, efektivitas

Lebih terperinci

Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia

Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia Antonio Pradjasto Tanpa hak asasi berbagai lembaga demokrasi kehilangan substansi. Demokrasi menjadi sekedar prosedural. Jika kita melihat dengan sudut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat ketat, hal itu juga berdampak pada perubahan tingkat kesadaran masyarakat mengenai perkembangan

Lebih terperinci

Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. 09Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. 09Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Modul ke: HAK ASASI MANUSIA Fakultas 09Teknik Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Tujuan Instruksional Khusus 1. Mengetahui pengertian hak asasi manusia (HAM) 2. Memahami tujuan (HAM) 3. Memahami

Lebih terperinci

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Mukadimah Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

PANCASILA HAK ASASI MANUSIA. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

PANCASILA HAK ASASI MANUSIA. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen PANCASILA Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis HAK ASASI MANUSIA Dr. Achmad Jamil M.Si Program Studi S1 Manajemen Pengakuan Atas Martabat dan Hak-Hak Yang Sama Sebagai Manusia Sebagai bagian dari masyarakat

Lebih terperinci

UNIVERSALISME DAN RELATIVISME BUDAYA DALAM HAK ASASI MANUSIA

UNIVERSALISME DAN RELATIVISME BUDAYA DALAM HAK ASASI MANUSIA UNIVERSALISME DAN RELATIVISME BUDAYA DALAM HAK ASASI MANUSIA Materi Perkuliahan Hukum dan HAM ke-4 FH Unsri UNIVERSALISME ALL HUMAN RIGHTS FOR ALL HUMAN Hak Asasi Manusia untuk Semua hak asasi manusia

Lebih terperinci

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992

Lebih terperinci

KONTRUKSI SOSIAL DARI TEORI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL. Oleh : Dr. Purwowibowo, M.Si

KONTRUKSI SOSIAL DARI TEORI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL. Oleh : Dr. Purwowibowo, M.Si KONTRUKSI SOSIAL DARI TEORI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Oleh : Dr. Purwowibowo, M.Si Pendahuluan Saat ini, dimanapun di dunia ini, klien berjuang di dalam berbagai lembaga untuk menemui pekerja sosial. Barangkali

Lebih terperinci

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA MUKADIMAH Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI 189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Modul ke: PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Fakultas 10FEB Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si Program Studi MANAJEMEN PANCASILA SEBAGAI ETIKA BERNEGARA Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Sistem

Lebih terperinci

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN A. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women 1. Sejarah Convention on the Elimination of All Discrimination Against

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter sebuah peradaban dan kemajuan yang mengiringinya. Tanpa pendidikan, sebuah bangsa atau

Lebih terperinci

A. Pengertian Pancasila

A. Pengertian Pancasila PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI A. Pengertian Pancasila Istilah nilai dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya keberhargaan atau kebaikan. Di samping itu juga untuk menunjuk kata kerja yang

Lebih terperinci

John Rawls dan Konsep Keadilan. Muhammad Luthfi

John Rawls dan Konsep Keadilan. Muhammad Luthfi John Rawls dan Konsep Keadilan Muhammad Luthfi John Rawls adalah salah satu pemikir politik liberal kontemporer yang memberikan warna baru pada spektrum liberalisme global saat ini. Magnum Opus Rawls yang

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB NEGARA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORASI

TANGGUNG JAWAB NEGARA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORASI TANGGUNG JAWAB NEGARA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORASI KURSUS HAM ELSAM - BOGOR, 16 JANUARI 2015 NUR KHOLIS Special Rapporteur on Human Rights and Business INDONESIAN NATIONAL COMMISSION ON HUMAN RIGHTS

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SOSIOLOGI PENDIDIKAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF STRUKTURAL KONFLIK TOKOH PEMIKIR ANTARA LAIN: 1. KARL MARX (1818-1883) 5. JURGEN HABERMAS 2. HEGEL 6. ANTONIO GRAMSCI 3. MAX HORKHEIMER (1895-1973) 7. HERBERT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya

Lebih terperinci

Negara Hukum. Manusia

Negara Hukum. Manusia Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia Negara hukum / Rule of Law / Rechtsstaat yang bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di Eropa Negara demokrasi adalah negara hukum, namun negara hukum belum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia umumnya, atau pendidikan

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 3 Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) berkembang sebagai kritik terhadap pendekatan kesejahteraan (welfare approach) atau pendekatan

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012. Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012. Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa disusun oleh : EVI LISTYANINGRUM 11.02.7998 KELOMPOK A PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

MEDIA ECONOMICS Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan penyebab isi media yang ditargetkan pada khalayak atau konsume

MEDIA ECONOMICS Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan penyebab isi media yang ditargetkan pada khalayak atau konsume EKONOMI MEDIA MATA KULIAH EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL Universitas Muhammadiyah Jakarta Aminah, M.Si MEDIA ECONOMICS Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan penyebab isi

Lebih terperinci

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO Membangun kembali fundamental ekonomi yang sehat dan mantap demi meningkatkan pertumbuhan, memperluas pemerataan,

Lebih terperinci

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya (Konvensi Migran 1990) KOMNAS PEREMPUAN KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Mengenal

Lebih terperinci

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20%

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20% Kode Perilaku 2 Vesuvius / Kode Perilaku 3 Pesan dari Direktur Utama Kode Perilaku ini menegaskan komitmen kita terhadap etika dan kepatuhan Rekan-rekan yang Terhormat Kode Perilaku Vesuvius menguraikan

Lebih terperinci

MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA

MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA Pengertian Hak Azazi Manusia Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara universal Dasar-dasar HAM tertuang dalam

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS INTERNASIONAL. Week 5

ETIKA BISNIS INTERNASIONAL. Week 5 ETIKA BISNIS INTERNASIONAL Week 5 Bisnis Internasional Bisnis internasional yakni bisnis yang kegiatannya melewati batas-batas negara. Definisi ini termasuk perdagangan internasional, pemanufakturan diluar

Lebih terperinci

Tujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945:

Tujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945: Jakarta 14 Mei 2013 Tujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945: a. Pertama, dimensi internal dimana Negara Indonesia didirikan dengan tujuan untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

Lebih terperinci

Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara. Masih ingatkah Anda, apa yang dimaksud dengan ideologi? Mungkin

Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara. Masih ingatkah Anda, apa yang dimaksud dengan ideologi? Mungkin Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara 1. Konsep Pancasila sebagai Ideologi Negara Masih ingatkah Anda, apa yang dimaksud dengan ideologi? Mungkin Anda pernah membaca atau mendengar

Lebih terperinci

PENDIDIKAN HAK ASASI MANUSIA. Oleh. Abas Yusuf. (IP, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Kata kunci: Sikap, persuasi, model pendidikan HAM.

PENDIDIKAN HAK ASASI MANUSIA. Oleh. Abas Yusuf. (IP, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Kata kunci: Sikap, persuasi, model pendidikan HAM. 98 PENDIDIKAN HAK ASASI MANUSIA Oleh Abas Yusuf (IP, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak: Deklarasi universal Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilancarkan PBB pada tahun 1948 telah mendapat pengakuan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

Makna Pancasila Sebagai Sistem Etika

Makna Pancasila Sebagai Sistem Etika Modul ke: Makna Pancasila Sebagai Sistem Etika Fakultas TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id Makna Pancasila Sebagai Sistem Etika Dan Karakter Bangsa Pancasila

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. mendeliberasikan ide-ide mengenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang

BAB 5 PENUTUP. mendeliberasikan ide-ide mengenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang 97 BAB 5 PENUTUP A. KESIMPULAN PENELITIAN Studi ini memiliki hipotesa awal bahwa arena yang cukup esensial dalam mendeliberasikan ide-ide mengenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang publik,

Lebih terperinci

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Humanities English Department Strata 1 Program 2012 MAIDS' RESISTANCE THROUGH THE BOOK TO EQUALIZE THE RIGHTS AS POTRAYED IN "THE HELP" MOVIE (2011)

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum pernah ditulis di penelitian-penelitian di Kajian Wanita Universitas Indonesia.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) Mukadimah Menimbang, bahwa pengakuan atas martabat alamiah

Lebih terperinci