PROSPECTS for HUMAN RIGHTS PRACTICE (MASA DEPAN PRAKTIK PEKSOS YANG BERDASAR HAM )
|
|
- Sudomo Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Paper ke-x PROSPECTS for HUMAN RIGHTS PRACTICE (MASA DEPAN PRAKTIK PEKSOS YANG BERDASAR HAM ) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia Dosen: Dr. EPI SUPIADI, M.Si Dra. SUSILADIHARTI, M.SW Oleh: HERU SUNOTO NRP: PROGRAM PASCASARJANA SPESIALIS-1 PEKERJAAN SOSIAL SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL (STKS) BANDUNG 2013 i
2 KATA PENGANTAR الحود هلل رب العالويي والصالة والسالم علي رسول اهلل األهيي وآله وصحبه وهي تبعهن بإحساى إلى يوم الديي... Segala puji bagi Allah SWT sehingga kami bisa menyelesaikan tugas, paper tentang Prospects for Human Practice (Masa Depan Praktik Peksos yang Berdasarkan HAM) dengan referensi utama buku Jim Ife, Human Right and Social Work Bab XII untuk mata kuliah Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan HAM bisa selesai. Terakhir, kami berharap ada masukan dan penyempurnaan dari sesama teman-teman Sp-1, dan lebih khusus lagi dosen kami. Bandung, 29 Oktober 2013 Heru Sunoto ii
3 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi i ii BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB III. PEMBAHASAN 5 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN 8 DAFTAR PUSTAKA iii
4 BAB I PENDAHULUAN Pekerjaan sosial adalah profesi untuk menolong manusia. Kata menolong bisa pada level empowering sehingga klien diposisikan sebagai objek dan subjek yang dinamis. Bisa juga pada level kuratif-rehabilitatif dimana klien dalam posisi dilayani sebagaimana pasien. Maka, profesi pekerjaan sosial semakna dengan profesi lainnya yang perhatian pada isu-isu Hak Asasi Manusia (HAM). Sejarah panjang pekerjaan sosial dan pekerja sosial sudah lama kita ketahui, di banyak negara meski tidak disebut sebagai pekerja sosial. Namun, kalo kita mau melihat di Barat, maka peksos muncul sebagai respon terhadap ketidakadilan akibat Revolusi Industri di Eropa hingga meluas ke Amerika. Revolusi Industri tersebut eksesnya meluas hingga muncul revolusi sosial. Pekerjaan sosial di Barat, baik yang berbasis gereja maupun berbasis sekular berjalan memberikan layanan pada masalah-masalah hak sipil, hak warga negara, hak pribadi, dan masalah keluarga. Di Indonesia, pekerjaan sosial sebenarnya merupakan profesi yang sudah cukup lama ada. Profesi ini kemunculannya identik dengan sejarah Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, yaitu sejak tahun Dari kampus ini lahir ribuan peksos profesional dan lahir pula jurusan kesejahteraan sosial di berbagai universitas, baik yang di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun Kementerian Agama. Selama ini, praktik peksos sangat lekat dengan istilah profesi bantuan. Artinya menolong. Menolong artinya penyelesai masalah (problem solver). Namun, dalam perkembangannya, kesejahteraan sosial manusia tidak hanya pada menyelesaikan masalah. Ada pendekatan lain, baik needs-bases approach (pendekatan berbasis kebutuhan) maupun human rightbased approach (pendekatan berbasis HAM). Bagaimana prospek pekerjaan sosial di Indonesia dalam menjalankan praktiknya terutama dalam mengemban agenda HAM, baik dalam segmen mikro, mezzo, maupun makro? *** 1
5 BAB II MASA DEPAN PRAKTIK PEKSOS YANG BERBASIS HAM Ada dua pandangan yang bisa dilakukan pada saat ini tentang gagasan tentang HAM. Pandangan pertama, dan ini adalah ide yang saatnya kini telah tiba. Pandangan ini sebagai lawan dari globalisasi ekonomi, dan menegaskan adanya globalisasi model baru, yaitu globalisasi kewarganegaraan, ia didasarkan pada cita-cita HAM. Ia penting karena ada kesamaan cara antara hak sipil dengan pentingya negara. Ini menunjukkan bahwa wacana HAM adalah sumber harapan di masa depan yang didasarkan pada pemahaman kolektif tentang nilai-nilai kemanusiaan bersama, dan bukan keserakahan dan konsumsi individu. HAM dapat menjadi dasar untuk masa depan kemanusiaan, meski kini masih menjadi mimpi yang tampaknya mustahil. Pandangan kedua, adalah post-modernisme. Ia laksana sisa yang hilang akibat modernisme dan imperialisme Barat. Dengan post-modernisme, maka ada banyak suara, dan tamatlah wacana meta-naratif yang kaku, apalagi berkaitan dengan HAM. Karena dalam kaca mata modernis, HAM itu Western minded, ini tidak bermanfaat di masa mendatang, justeru akan merugikan dan tidak relevan. Dari ide-ide yang sudah kami bahas dalam buku ini, tak satu pun dari pandangan yang dapat dilaksanakan secara ekstrim. Kritik dari para post-modernis mengharuskan kita menolak gagasan yang statis tentang HAM universal. Maka, jika HAM harus bermanfaat ke depan, wacananya harus bebas dari batasan modernitas Masa Pencerahan. Gagasan HAM dibangun, berkembang, dan berubah, tapi tetap universal. Ia adalah tentang bagaimana kita membangun nilai-nilai bersama, tentang arti menjadi manusia, dan tentang implikasi dari persepsi kemanusiaan kita bersama, bagaimana menyikapi orang lain. Berikutnya, isu tentang suara siapa yang akan didengar dalam mengkonstruksi HAM, juga penting. Wacana umum ilmu pengetahuan sosial adalah wacana pembagian. Ia membagi orang ke dalam dua kelompok atau lebih, atas dasar kekuasaan, gender, kelas, ras, etnis, seksualitas, lokasi, atau kebangsaan. Analisis penindasan, dalam dimensi apapun, membagi manusia menjadi kelompok penindas dan kelompok tertindas. Analisis semacam itu tentunya sangat penting, jika kita ingin mengatasi penindasan dan ketidakadilan, dan ketidakadilan kita perlu fahami secara struktural. Wacana pembagian ini adalah warisan dari gerakan modernis. Ini berbahaya karena manusia terkotak-kotak dalam ranah menurut parameter tertentu. Padahal, jika ada dua orang berbeda bertemu, pasti ada satu hal yang 2
6 sama dan sangat kuat, yaitu kemanusiaan bersama. Hal ini keluar dari pemahaman kemanusiaan menurut rasisme, seksisme, kolonialisme yang semuanya kita kutuk dan kita kecam. Itu adalah diskriminasi dan penindasan, serta bertentangan dengan semangat HAM. Berbicara tentang wacana pembagian dan wacana kesatuan tentu akan menciptakan dualisme baru. Padahal, HAM bertugas menyatukan dua hal, perbedaan dan persamaan. Maka, wacana kesatuan perlu diletakkan bersama dengan wacana pembagian, bukan menggantikannya. Hanya dengan memahami kesatuan manusia dan perbedaannya, kita bisa mengembangkan praktik sosial dan praktik politik secara memadai. Ilmu pengetahuan sosial konvensional telah meletakkan dasar-dasar secara rapi bagi peksos tentang perbedaan dan pembagian segala sesuatu, dan perspektif HAM bisa melengkapinya dengan sesuatu yang bisa dicapai bersama. Ilmu pengetahuan sosial, khususnya post-modernisme, mengakui perbedaan dan spesialisasi, namun juga menghargai kemanusiaan bersama. Semuanya penting, tidak hanya bagi praktik peksos, tapi juga bagi masa depan ummat manusia. Perspektif HAM tidak meniadakan penghargaan terhadap perbedaan dan pembagian. Perspektif HAM hanya menolak diskriminasi perlakuan, karena itu adalah ketidakadilan dan penindasan. Perspektif HAM tetap mendukung nilai-nilai perbedaan: hak untuk berbeda, mendefinisikan kehidupan melalui cara yang berbeda, gaya hidup yang juga berbeda, itu semua HAM. Tapi memahami HAM juga artinya kita merayakan perbedaan dalam bingkai kesamaan kemanusiaan kita. HAM juga merupakan oposisi dari fundamentalisme ekonomi yang mengarah pada globalisasi. Pada titik ini, Perspektif HAM lebih dari sekedar gagasan yang baik. Ia merupakan dasar untuk mengkritik sekaligus alternatif solusi bagi struktur yang menindas dan merugikan. Peksos harus memahami lingkup HAM yang universal, dan bagaimana agenda HAM bisa diimplementasikan dalam praktik. Karena sifat dasar HAM dan juga implementasinya harus dikontekstualkan dengan budaya setempat, maka buku ini bukan jawaban atas permasalahan HAM. Buku ini hanya memberikan sugesti, mengidentifikasi untuk eksplorasi lebih lanjut. Peksos ketika berpraktik hendaknya berkolaborasi dengan pihak lain dan struktur kelembagaan lainnya, baik formal maupun informal. Dalam dekade mendatang, dialektika global-lokal kemungkinan akan tetap menjadi faktor utama tidak hanya bagi peksos, tetapi seluruh masyarakat global. Bagaimana hal ini diperankan, lokal dan global berhubungan, orang saling berhubungan, terhubung secara 3
7 sadar, dan bagaimana setiap hal itu dipahami, dan berpengaruh kepada kehidupan setiap orang di planet ini. Dalam konteks ini, wacana HAM menjadi sangat penting. HAM merupakan wacana global, mengingat keprihatinan mereka dengan ide-ide kemanusiaan bersama dan kewarganegaraan global, wacana HAM harus berlaku universal. Namun, harus segera diterjemahkan ke dalam konteks lokal, dan dalam bentuk kebutuhan. Wacana HAM dapat memberikan dasar untuk praktek yang kreatif, menghubungkan mereka melalui cara memberdayakan. Hal ini membuat nilai lebih para peksos berjuang untuk berpraktik di lingkungan globalisasi yang baru dan melemahnya struktur negara di mana peksos secara tradisional telah berada. Kapasitas pekerja sosial untuk menghubungkan lokal dan global dalam praktek kreatif memegang kunci untuk masa depan profesi. Mewujudkan dan melindungi HAM tidak akan tercapai tanpa perjuangan. Meskipun konsensusnya sudah jelas, yaitu pentingnya HAM. Itu karena kepentingan segelintir orang, terutama di negara-negara miskin. Sejarah HAM telah menjadi perjuangan, sering melawan rintangan, oleh orang-orang yang telah berdiri tegas dan berani di sisi kemanusiaan dan berani melawan kekuatan penindasan dan dominasi. Perjuangan, mau tidak mau, akan terus berlanjut. HAM tidak hanya didefinisikan, tapi harus diperjuangkan dengan susahpayah agar menang. Setelah itu, ada perjuangan untuk melindunginya. Perjuangan HAM adalah salah satu yang tidak akan pernah berakhir. Tapi mendefinisikan peksos sebagai profesi HAM, akan menempatkan praktek peksos untuk tegas dalam perjuangan berkelanjutan untuk menegaskan nilai-nilai kemanusiaan bersama. Wacana HAM adalah wacana tentang harapan. Ia tidak hanya bisa menyalahkan, tetapi juga memberikan solusi apa yang benar, dan bagaimana cara mencapainya. Kita mungkin saat ini tidak bisa menggapai semua cita-cita HAM, namun harus ada usaha ke sana. Praktik peksos merupakan inti dari profesi HAM, karena nilai dasar dan cakupan kerjanya pada seluruh ranah HAM. Maka, praktek peksos adalah posisinya unik dan berpotensi kuat untuk membantu membuat visi HAM menjadi nyata. *** 4
8 BAB III PEMBAHASAN MASA DEPAN PRAKTIK PEKSOS YANG BERBASIS HAM Perkembangan profesi pekerja sosial Indonesia, semakin hari kian membahagiakan. Dahulu, peksos hanya dikenal sebagai pemberi solusi sektor mikro, yaitu pribadi. Peksos hanya ada di habitat panti sosial milik Departemen Sosial RI. Mereka membantu klien untuk dilayani, atau direhabilitasi, ataupun diberdayakan. Semuanya berupa layanan rehabilitatif dan personal minded. Pendekatan ini adalah apa yang disebut Problems-based approach (PBA). Ini masa lalu. Perkembangan berikutnya, dan inilah yang kini sudah dan sedang dilaksanakan oleh peksos Indonesia, yaitu peksos berbasis kebutuhan atau needs-based approach (NBA). Pendekatan ini menjadikan peksos bekerja bersama klien dengan menerjemahkan masalah klien ke dalam apa yang disebut kebutuhan. Ini tentu lebih maju daripada yang pertama. Karena pelayanan tidak sekedar menyelesaikan masalah, jika tidak ada masalah maka tidak ada peran peksos. Tidak. Namun, bagaimana mendefinisikan masalah menjadi kebutuhan. Kemudian dikorelasikan dengan berbagai literatur tentang teori kebutuhan dan perundang-undangan tentang apa yang bisa di akses. Bila tidak ada, maka dilakukan upaya bagaimana agar kebutuhan tersebut terpenuhi, melalui saluran formal maupun informal. Perkembangan ke depan adalah peksos berbasis HAM. Artinya peksos tidak sekedar memberikan penyelesaian masalah, memberikan apa yang dibutuhkan oleh klien, tapi menutup mata dari masalah sesungguhnya yaitu hak. Dalam bingkai negara Indonesia yang dalam UUD 45 menyiratkan secara jelas welfare state, maka peran negara adalah pemberi hak, baik hak positif maupun hak negatif warga negara, pemberi kesejahteraan dan pelindung warga. Maka, pendekatan yang bisa diaplikasikan peksos adalah pelayanan sosial berbasis hak atau rights-based approach (RBA). 1 Penguatan pelayanan sosial yang berbasis hak ini mulai digencarkan, baik pada level kebijakan, pemberdayaan masyarakat, keluarga, maupun pribadi. Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) Prof. Dr. Haryono Suyono dalam acara Sosialisasi Perkembangan Pekerjaan Sosial Sosial Indonesia, 1 Edi Suharto, Ph.D., Analisis Kebijakan Publik, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2010, hal
9 di Gedung Aneka Bakti, Kemensos, tanggal 8 Maret 2012, di hadapan 500 orang lebih peserta, memaparkan secara tegas tujuan dari Undang-undang Nomor 11 tahun 2009 adalah rehabilitasi sosial, pemberdayaan, dan perlindungan. Pandangan masyarakat umum terkait rehabilitasi sosial, sampai saat ini pun, masih terstigma dengan diopininya masyarakat yang terlantar, korban bencana alam dan sebagainya oleh Dinas Sosial atau lembaga sosial. Sementara kalau kita lihat tujuan yang kedua, pemberdayaan, sesungguhnya inilah yang menjadi tantangan bagi pekerja sosial profesional. Memaknai orang miskin dipelihara oleh negara, bukan berarti dijadikan proyek. Dan pada akhirnya, proyek tersebut hilang dari peredaran. Tetapi bagaimana agar si miskin dapat keluar dari kemiskinannya, tegasnya. Menggarisbawahi soal perlindungan, Prof Haryono mengatakan, seluruh penduduk Indonesia mempunyai hak yang sama mendapatkan perlindungan. Perlindungan bukan diberikan kepada mereka yang terlantar atau disabilitas saja. Pendekatan bukan pada belas kasihan tetapi dengan mengedepankan hak-hak asasi manusia (HAM). Karena dengan 240 juta jumlah penduduk Indonesia serta 7 milyar penduduk dunia dan 1 milyarnya adalah lansia, disabilitas dapat terjadi sewaktu-waktu entah karena kecelakaan atau gangguan penyakit, jelasnya 2. Peksos HAM pada Ranah Privat Pada ranah privat, peran peksos HAM bisa dilakukan pada fungsi proteksi/pelindungan hakhak sipil dan hak berpolitik, ekonomi, social, budya, dan lingkungan. 3 Detail tentang hak sipil dan politik, ekonomi, social, budaya, dan lingkungan sudah kita bahas pada bab-bab terdahulu. Peksos HAM melalui Pemberdayaan Masyarakat. Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial dalam mengemban HAM dalam praktik mereka melalui metode Community Development, yaitu: 1. Bottom-up Development 2. Valuing Wisdom, Knowledge, and skill from below 3. Self-Reliance, Independence, and inter-dependence 4. Ecology ans sustainability 2 Majalah Gemari, ed. 135/Tahun VIII/April 2012, hal Dawn Oliver and Jorg Fedtke, Human Rights and the Private Sphere: A Comparative Study, Routledge, London and NY, 2007, hal
10 5. Diversity and inclusiveness 6. The Importance of process 7. Organic change 8. Participation 9. Concensus/co-operation and competition 10. Definition of need 11. The global and the local 12. Anti-colonialism. Dimensi pada Community Development Dimensi pada Community Development meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Social Development 2. Economic Development 3. Political Development 4. Cultural Development 5. Environmental Development 6. Spiritual Development 7. Survival-Based Development. Ketujuh dimensi tersebut tidak bisa dipisah-pisahkan namun harus dilaksanakan secara terintergasi. Atau dengan istilah lain Integrated-Based Development. 4 *** 4 Jim Ife, Human Right form Below: Achieving right throught Community Development, Cambridge Universitypress, UK, 2009, hal
11 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan apa yang sudah kami kemukakan pada dua bab terdahulu, dapat kami simpulkan hal-hal sebagai berikut: Prospek Praktik Peksos HAM di Indonesia harus diperjuangkan. Tidak ada cita-cita luhur yang bias diperoleh tanpa melalui perjuangan. Perjuangan tersebut, bisa dalam ranah field ataupun policy. Dalam ranah field, para praktisi peksos harus menunjukkan eksistensinya di tengah-tengah beragam profesi, manfaatnya buat masyarakat. Dalam ranah policy, maka prospek praktik peksos HAM bias eksis jika didukung oleh peraturan perundangan. Ada beragam teknik dan pendekatan yang bisa digunakan peksos jika akan berpraktik dalam ranah HAM. Bisa melalui sector privat maupun public, maupun pemberdayaan masyarakat. SARAN 1. Pekerja Sosial harus benar-benar aware dengan perspektif HAM, sehingga siap dengan rencana perjuangan menggapai posisi Praktik HAM. 2. Peksos harus unjuk kemampuan dalam setiap permasalahan HAM di masyarakat 3. IPSPI harus lebih kuat dalam membuat draft kebijakan yang bisa bisa menguatkan posisi peksos di ranah HAM. *** 8
12 DAFTAR PUSTAKA Dawn Oliver and Jorg Fedtke, Human Rights and the Private Sphere: A Comparative Study, Routledge, London and NY, Jim Ife, Human Right and Social Work: Toward Right-Based Practice, Cambridge Univercity Press, 2008; Jim Ife, Human Right form Below: Achieving right throught Community Development, Cambridge University-press, UK, Edi Suharto, Ph.D., Analisis Kebijakan Publik, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2010 Majalah Gemari, edisi 135/Tahun VIII/April *** 9
CONCTRUCTING HUMAN RIGHTS FOR SOCIAL WORK PRACTICE (MENGKONSTRUKSIKAN HAM UNTUK PRAKTIK PEKSOS) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk:
Paper ke-ix CONCTRUCTING HUMAN RIGHTS FOR SOCIAL WORK PRACTICE (MENGKONSTRUKSIKAN HAM UNTUK PRAKTIK PEKSOS) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak
Lebih terperinciETHICS AND HUMAN RIGHTS (ETIKA DAN HAM) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia
Paper ke-ix ETHICS AND HUMAN RIGHTS (ETIKA DAN HAM) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia Dosen: Dr. EPI SUPIADI, M.Si Dra. SUSILADIHARTI,
Lebih terperinciPrinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1
3 Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) berkembang sebagai kritik terhadap pendekatan kesejahteraan (welfare approach) atau pendekatan
Lebih terperinciKerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1
2 Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Program Pengembangan Masyarakat (Community Development), seharusnya disesuaikan dengan persoalan yang terjadi secara spesifik pada suatu
Lebih terperinciTULISAN TENTANG MODEL BEKERJA BERSAMA MASYARAKAT:
TUGAS INDIVIDU I TULISAN TENTANG MODEL BEKERJA BERSAMA MASYARAKAT: Telaah Singkat Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis pada Asset dan Berbasis pada Masalah MATA KULIAH: PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
Lebih terperinciDefinisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.
Definisi Global Profesi Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan
Lebih terperinciKonsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1
1 Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) merupakan konsep yang berkembang sebagai tandingan (opponent) terhadap konsep negarakesejahteraan
Lebih terperinciRESPECTING HUMAN RIGHTS IN SOCIAL WORK PRACTICE
Paper ke-x RESPECTING HUMAN RIGHTS IN SOCIAL WORK PRACTICE (MENGHARGAI HAM DALAM PRAKTIK PEKSOS) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia
Lebih terperinciPUBLIC AND PRIVATE HUMAN RIGHT (HAM PADA SEKTOR PUBLIK DAN PRIVAT) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk:
Paper ke-v PUBLIC AND PRIVATE HUMAN RIGHT (HAM PADA SEKTOR PUBLIK DAN PRIVAT) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia Dosen: Dr. EPI SUPIADI,
Lebih terperinciPARTICIPATION IN THE HUMAN RIGHT DISCOURSE (PARTISIPASI DALAM WACANA HAM) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk:
Paper ke-x PARTICIPATION IN THE HUMAN RIGHT DISCOURSE (PARTISIPASI DALAM WACANA HAM) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia Dosen: Dr.
Lebih terperinciPengembangan Budaya memiliki empat Konteks: 2. Melestarikan dan menghargai budaya
SETYA ROHADI dan MULYANTO Globalisasi budaya telah mengikuti pola yang sama seperti globalisasi ekonomi. Televisi, musik, makanan, pakaian, film dan yang lainnya merupakan bentuk-bentuk budaya yang serupa
Lebih terperinciRumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA
Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan 2016 2019 PUSKAMUDA Isu Strategis dalam Kerangka Strategi Kebijakan 1. Penyadaran Pemuda Nasionalisme Bina Mental Spiritual Pelestarian Budaya Partisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak asasi manusia (HAM) merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya. Orang lain tidak
Lebih terperinciALTERNATIF PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI ERA GLOBALISASI. Oleh: S U B I S U D A R T O ARTIKEL 22
ALTERNATIF PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI ERA GLOBALISASI Oleh: S U B I S U D A R T O ARTIKEL 22 Pembangunan masyarakat industri Barat telah menghasilkan perubahan yang pesat, namun perkembangan sosial, ekonomi
Lebih terperinciMENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
Lebih terperinciPemberdayaan KEKUASAAN (POWER)
1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap
Lebih terperinciPOKOK BAHASAN IX GOOD GOVERNANCE
POKOK BAHASAN IX GOOD GOVERNANCE A. Definisi dan Pengertian Tata pemerintahan yang baik (good governance) merupakan konsep yang kini sangat populer di Indonesia. Pembicaraan tentang good governance tidak
Lebih terperinciUJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) MATA KULIAH: PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN SOSIAL. DOSEN: Dr. AEP RUSMANA, M.Si EDI SUHARTO, Ph.D
Take Home Examination UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) MATA KULIAH: PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN SOSIAL DOSEN: Dr. AEP RUSMANA, M.Si EDI SUHARTO, Ph.D DISUSUN OLEH: HERU SUNOTO (13.01.003) PROGRAM PASCASARJANA
Lebih terperinciPembangunan Inklusi yang Memberdayakan, Sebuah Refleksi
Pembangunan Inklusi yang Memberdayakan, Sebuah Refleksi Selama lebih dari satu dekade ini, pembangunan yang mengacu pada Millenium Development Goals belum sepenuhnya memberikan perhatian ataupun concern
Lebih terperinciVII ANALISIS KETERKAITAN HASIL AHP DENGAN CVM
VII ANALISIS KETERKAITAN HASIL AHP DENGAN CVM Studi AHP menghasilkan prioritas utama teknologi pengomposan dan incenerator untuk diterapkan dalam pengolahan sampah di Jakarta Timur. Teknologi pengomposan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, memberi kekuatan hidup serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin
Lebih terperinciHUMAN RIGHT : BEYOND TRADITIONAL FORMULATIONS (HAM: MELAMPAUI BATAS FORMULA TRADISIONAL) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk:
Paper ke-iv HUMAN RIGHT : BEYOND TRADITIONAL FORMULATIONS (HAM: MELAMPAUI BATAS FORMULA TRADISIONAL) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia
Lebih terperinciPROGRAM PASCASARJANA SPESIALIS-1 PEKERJAAN SOSIAL
Paper ke-vii HUMAN RIGHTS AND HUMAN NEEDS (HAK ASASI MANUSIA DAN KEBUTUHAN MANUSIA) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia Dosen: Dr.
Lebih terperinciPrinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat
PENGANTAR PENGEMBANGAN MASYARAKAT Kuliah V dan VI : Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat Oleh : HeryBachrizalTanjung Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas
Lebih terperinciKONTRUKSI SOSIAL DARI TEORI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL. Oleh : Dr. Purwowibowo, M.Si
KONTRUKSI SOSIAL DARI TEORI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Oleh : Dr. Purwowibowo, M.Si Pendahuluan Saat ini, dimanapun di dunia ini, klien berjuang di dalam berbagai lembaga untuk menemui pekerja sosial. Barangkali
Lebih terperinciMovement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi
BAB IV KESIMPULAN Pemahaman masyarakat global terhadap istilah globalisasi dewasa ini didominasi oleh definisi-definisi yang merujuk pada pengertian globalisasi dari atas. Globalisasi dari atas merupakan
Lebih terperinciHotel Le Meridien Jakarta, 25 Juli 2011
PENGARUSUTAMAAN AKSES TERHADAP KEADILAN DALAM KEBIJAKAN DISABILLITIES Oleh: Diani Sadiawati Direktur Hukum dan HAM Bappenas Hotel Le Meridien Jakarta, 25 Juli 2011 Latar Belakang dari Pembuatan Akses terhadap
Lebih terperinciDisusun sebagai Pelaksanaan Tugas Mata Kuliah: Human Behavior and Social Environment (HBSE)
Paper MASA REMAJA: Hasil Observasi dan Wawancara kepada Responden Al dan Implikasi Praktik Pekerjaan Sosial serta Korelasinya dengan Teori Erik Herbert Erikson tentang Perkembangan Manusia Disusun sebagai
Lebih terperinciMateri Bahasan. n Pengertian HAM. n Generasi HAM. n Konsepsi Non-Barat. n Perdebatan Internasional tentang HAM.
Hak Asasi Manusia Cecep Hidayat cecep.hidayat@ui.ac.id - www.cecep.hidayat.com Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Materi Bahasan Pengertian HAM. Generasi
Lebih terperinciKerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia
Kerangka Acuan Call for Proposals 2016-2017: Voice Indonesia Kita berjanji bahwa tidak akan ada yang ditinggalkan [dalam perjalanan kolektif untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan]. Kita akan
Lebih terperinciHAK ASASI MANUSIA.
HAK ASASI MANUSIA www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN HAM yaitu hak dasar yg dimiliki manusia sejak lahir sebagai anugrah Tuhan YME Menurut Tilaar, hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tanpa hak-hak
Lebih terperinciGLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21
Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1
Lebih terperinciramah HAM? Era desentralisasi. Kuasa dan inisiatif Daerah membesar. Pemerintah Kota/Daerah lebih dekat dengan warganya tinimbang pemerintah Pusat
Kenapa kota ramah HAM? Tren kota sebagai habitat utama manusia. By 1990, less than 40% of the global population lived in a city, but as of 2010, more than half of all people live in an urban area. By 2030,
Lebih terperinciPELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Kesejahteraan sosial merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu baik yang bersifat kebutuhan jasmani, rohani maupun
Lebih terperinciPELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si
PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS 2017 Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si KOALISI PEREMPUAN INDONESIA Hotel Ambara, 19 Januari 2017 Pengertian Keadilan dan Kesetaraan Gender
Lebih terperinciMenurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah
Tinjauan Buku STUDYING CHRISTIAN SPIRITUALITY Jusuf Nikolas Anamofa janamofa@yahoo.com Judul Buku : Studying Christian Spirituality Penulis : David B. Perrin Tahun Terbit : 2007 Penerbit : Routledge -
Lebih terperinciMAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI
FOCUS GROUP DISCUSSION DAN WORKSHOP PEMBUATAN MODUL MATERI HAM UNTUK SPN DAN PUSDIK POLRI Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 17 18 Maret 2015 MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Acara Temu Muka dan
Lebih terperinciMENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER
l Edisi 001, Oktober 2011 Edisi 001, Oktober 2011 P r o j e c t i t a i g D k a a n MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER Ihsan Ali Fauzi 1 Edisi 001, Oktober 2011 Informasi Buku: Abdullahi Ahmed An- Na`im,
Lebih terperinciPENDIDIKAN PASCASARJANA DALAM PERSPEKTIF PERGURUAN TINGGI RISET
SAMBUTAN REKTOR ITB pada PERESMIAN PENERIMAAN MAHASISWA PASCASARJANA BARU ITB SEMESTER 2 TAHUN AKADEMIK 2013/2014 PENDIDIKAN PASCASARJANA DALAM PERSPEKTIF PERGURUAN TINGGI RISET Aula Barat, Kampus ITB,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana
BAB V KESIMPULAN Tidak dapat dipungkiri, setelah dianutnya gagasan hak asasi dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), masyarakat internasional sejak saat itu telah memiliki satu standar bersama dalam
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI
189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek
Lebih terperinciBAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK
BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK Untuk lebih mendalami hakekat pendidikan politik, berikut ini disajikan lagi beberapa pendapat ahli mengenai pendidikan politik. Alfian (1986) menyatakan pendidikan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan
Lebih terperinciBAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada saat ini ataupun nanti,dengan kematian seseorang akan berpisah dengan apa
BAB I PENDAHULUAN 1.LATAR BELAKANG Setiap manusia akan mengalami kematian tidak ada pengecualiannya, baik pada saat ini ataupun nanti,dengan kematian seseorang akan berpisah dengan apa yang di milikinya,keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam perspektif ilmu-ilmu sosial terutama filsafat dan sosiologi, oposisi diantara subjektivisme dan objektivisme merupakan bagian yang selama ini tidak
Lebih terperinciETIKA PROFESI ARSITEK Copyright Pembuat Materi Edy Saputra, ST. MT. IAI
ETIKA PROFESI ARSITEK Copyright 2016 Pembuat Materi Edy Saputra, ST. MT. IAI Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit. 1 PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban Negara serta tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat dalam memberikan perlindungan sosial
Lebih terperinciMAKALAH KEBIJAKAN KOMISI YUDISIAL UNTUK PENGADILAN YANG DAPAT DIAKSES
PENGUATAN KAPASITAS HAKIM DALAM PEMENUHAN HAK ATAS PERADILAN YANG FAIR BAGI PENYANDANG DISABILITAS DI INDONESIA Jogjakarta Plaza Hotel, 14-17 April 2014 MAKALAH KEBIJAKAN KOMISI YUDISIAL UNTUK PENGADILAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori
Lebih terperinciC. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999
6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan Hak mendapatkan pengajaran Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat C. Konsep
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang
BAB II KAJIAN TEORI A. KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang kebijakan nasional promosi kesehatan dan keputusan Menteri Kesehatan No. 114/MenKes/SK/VII
Lebih terperinciKATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS)
KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS) RASIONAL PROGRAM Layanan program PLS tumbuh subur dan tersebar luas di tengah masyarakat, baik program-program yang bersifat institusional, informasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang
Lebih terperinciTrend Dan Issue Dalam Keperawatan
Trend Dan Issue Dalam Keperawatan 2.1 Definisi Trend Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta. Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, mahasiswa menempati strata paling tinggi yang diharapkan mampu menjadi sumber daya manusia unggul untuk menjawab persoalanpersolan yang ada,
Lebih terperinciStruktur matakuliah program studi Ilmu Administrasi Negara meliputi :
STRUKTUR KURIKULUM Struktur matakuliah program studi Ilmu Administrasi Negara meliputi : No Kode MataKuliah Universitas SKS SMT 1 IAN110012 Agama 2 I 2 IAN110022 Pancasila 2 I 3 IAN110032 Bahasa Indonesia
Lebih terperinciPENGANTAR PERKOPERASIAN
PENGANTAR PERKOPERASIAN BAB V : NILAI-NILAI DASAR DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y PENTINGNYA IDEOLOGI Ideologi adalah keyakinan atas kebenaran dan kemanfaatan sesuatu, jika sesuatu
Lebih terperinciHak atas Informasi dalam Bingkai HAM
Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM Oleh Asep Mulyana Hak atas informasi atau right to know merupakan hak fundamental yang menjadi perhatian utama para perumus DUHAM. Pada 1946, majelis umum Perserikatan
Lebih terperinciBUDAYA DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
BUDAYA DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT 9/24/2012 Page 1 Kebudayaan dan COMDEV ISSUE-ISSUE di komunitas STRATEGI (MANAJEMEN) 9/24/2012 2Page 2 Issue issue keberagaman budaya dalam pengembangan masyarakat: Pendatang
Lebih terperinciPERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001
PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992
Lebih terperinciSilabus Perkuliahan. Sosiologi. Ekonomi
Silabus Perkuliahan 1. Pertemuan I : Pengertian Pembangunan 2. Pertemuan II : Paradigma Pembangunan 3. Pertemuan III : Teori Pembangunan Sosiologi 4. Pertemuan IV : Teori Pembangunan Ekonomi 5. Pertemuan
Lebih terperinciTATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto
TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK Hendra Wijayanto PERTANYAAN Apa yang dimaksud government? Apa yang dimaksud governance? SEJARAH IDE GOVERNANCE Tahap 1 Transformasi government sepanjang
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. mendeliberasikan ide-ide mengenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang
97 BAB 5 PENUTUP A. KESIMPULAN PENELITIAN Studi ini memiliki hipotesa awal bahwa arena yang cukup esensial dalam mendeliberasikan ide-ide mengenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang publik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Oka Nazulah Saleh, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses yang aktif, peserta didik sendiri yang membentuk pengetahuan. Pada proses belajar, peserta didik diharapkan mampu menyesuaikan konsep dan
Lebih terperinciBABV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
BABV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1. Visi Memajukan Kesejahteraan Umum merupakan amanat Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945, alinea IV, yang harus diupayakan secara optimal terwujud dalam pelaksanaan
Lebih terperinciDISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)
DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) JAKARTA, 3 APRIL 2014 UUD 1945 KEWAJIBAN NEGARA : Memenuhi, Menghormati dan Melindungi hak asasi
Lebih terperinciDeklarasi Dhaka tentang
Pembukaan Konferensi Dhaka tentang Disabilitas & Manajemen Risiko Bencana 12-14 Desember 2015, Dhaka, Bangladesh Deklarasi Dhaka tentang Disabilitas dan Manajemen Risiko Bencana, 14 Desember 2015 diadopsi
Lebih terperinciBAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK
BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Di dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, pada dasarnya telah dicantumkan hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang atau warga negara. Pada
Lebih terperinciRESUME PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
RESUME RESUME PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Apa latar belakang perlunya parameter gender dalam pembentukan peraturan perundangundangan. - Bahwa masih berlangsungnya
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan
BAB VI KESIMPULAN Penelitian ini tidak hanya menyasar pada perihal bagaimana pengaruh Kyai dalam memproduksi kuasa melalui perempuan pesantren sebagai salah satu instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi,
Lebih terperinciFILOSOFI KULIAH KERJA PROFESI (KKP) DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
FILOSOFI KULIAH KERJA PROFESI (KKP) DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Fredian Tonny Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Disampaikan dalam Kuliah Pembekalan Kuliah Kerja Profesi Institut Pertanian
Lebih terperinciMelipat Riset Untuk Nilai Tambah Perekonomian
Melipat Riset Untuk Nilai Tambah Perekonomian Jajang Yanuar Habib jajang@wdspcorp.org Abstrak Anggaran penelitian dalam pemerintahan Jokowi akan dilipatkan. Hasil-hasil riset seharusnya mendasari format
Lebih terperinciKementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2004 2009,
Lebih terperinciIslam dan Sekularisme
Islam dan Sekularisme Mukaddimah Mengikut Kamus Dewan:- sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan. Dan sekularisme pula bermakna faham, doktrin atau pendirian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia, sudah sepantasnya
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik
68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pemenuhan dasar tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep negara yang dianut oleh bangsa Indonesia sebagaimana pernyataan Jimly Ashiddiqie (dalam
Lebih terperinciPEKERJAAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
PEKERJAAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Aulia Hadi 1 Judul Buku : Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial) Pengarang
Lebih terperinciSambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripruna, Jakarta, 27 Oktober 2011 Kamis, 27 Oktober 2011
Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripruna, Jakarta, 27 Oktober 2011 Kamis, 27 Oktober 2011 SAMBUTAN PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA SIDANG KABINET PARIPURNA DI GEDUNG
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan
BAB V PENUTUP Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan melakukan kesimpulan dan mengusulkan saran, sebagai berikut: A. KESIMPULAN Indonesia adalah sebuah kata yang dapat
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM 231)
PENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM 231) Koordinator Matakuliah Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Website: http://skpm.fema.ipb.ac.id/
Lebih terperinciHUMAN RIGHTS AND OBLIGATIONS (HAK DAN KEWAJIBAN MANUSIA) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk:
Paper ke-viii HUMAN RIGHTS AND OBLIGATIONS (HAK DAN KEWAJIBAN MANUSIA) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia Dosen: Dr. EPI SUPIADI,
Lebih terperinciGrowth and poverty reduction in agriculture s three worlds. Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung
Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung Outline 1. Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds 2. The
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan
Lebih terperinciPENGANTAR KONVENSI HAK ANAK
Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Supriyadi W. Eddyono, S.H. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510 Telp
Lebih terperinci9 PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH): ANTARA PERLINDUNGAN SOSIAL DAN PENGENTASAN KEMISKINAN
9 PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH): ANTARA PERLINDUNGAN SOSIAL DAN PENGENTASAN KEMISKINAN Oleh: Syahputra Adisanjaya Suleman & Risna Resnawaty syahputraasuleman@yahoo.com; risna.resnawaty@unpad.ac.id ABSTRAK
Lebih terperinci*Fattah Hanurawan *) Program Studi Psikologi Universitas Negeri Malang
1 PERSPEKTIF PSIKOLOGI SOSIAL TERHADAP PENERAPAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN BERIMBANG UNTUK PENGEMBANGAN INDIVIDU, KELUARGA, DAN KOMUNITAS YANG SEHAT DAN BERKELANJUTAN *Fattah Hanurawan *) Program
Lebih terperinciSecara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:
PERENCANAAN SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS YANG INDEPENDEN PADA SEKTOR RELAWAN Pada tahun 1992, Dewan Perencanaan Sosial Halton bekerjasama dengan organisasi perencanaan sosial yang lain menciptakan Jaringan
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Modul ke: 09Fakultas Matsani EKONOMI DAN BISNIS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi & Rule of Law, SE.,MM. Program Studi AKUNTANSI PENGERTIAN HAM yaitu hak dasar yg dimiliki manusia sejak lahir sebagai
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIK
BAB II KERANGKA TEORITIK A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Secara konseptual pemberdayaan atau pemberkuasaan (Empowerment), berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan) keterangan. Ide utama
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, Selasa, 08 Desember 2009
Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, 8-12-09 Selasa, 08 Desember 2009 Â SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY DI GEDUNG MERDEKA,
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009
KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009 Tema: Perumahan dan Permukiman Indonesia: Masa Lalu, Kini dan Ke Depan I. LATAR BELAKANG Sarasehan ini merupakan
Lebih terperinci2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU
No.547, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DPR-RI. Kode Etik. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DENGAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan
338 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan hasil penelitian, pada akhir penulisan ini akan dijabarkan beberapa kesimpulan dan diajukan beberapa
Lebih terperinciPRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Materi ke 2
PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Materi ke 2 Program pascasarjana ITATS PRINSIP DASAR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pertama, pemerataan dan keadilan sosial. Harus menjamin adanya pemerataan untuk generasi
Lebih terperinci