ETHICS AND HUMAN RIGHTS (ETIKA DAN HAM) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ETHICS AND HUMAN RIGHTS (ETIKA DAN HAM) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia"

Transkripsi

1 Paper ke-ix ETHICS AND HUMAN RIGHTS (ETIKA DAN HAM) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia Dosen: Dr. EPI SUPIADI, M.Si Dra. SUSILADIHARTI, M.SW Oleh: HERU SUNOTO NRP: PROGRAM SPESIALIS-1 PEKERJAAN SOSIAL SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG 2013 i

2 KATA PENGANTAR الحمد هلل رب العالمين والصالة والسالم على رسوله األمين وعلى آله وصحبه أجمعين وبعد... Segala puji bagi Allah SWT sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ke-vii, paper tentang Ethics and Human Rights (Etika dan HAM) dengan referensi utama buku Jim Ife, Human Right and Social Work Bab VII untuk mata kuliah Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan HAM bisa selesai, pertemuan ke-viii. Terakhir, kami berharap ada masukan dan penyempurnaan dari sesama teman-teman Sp-1, dan lebih khusus lagi dosen kami. Bandung, 03 Oktober 2013 Heru Sunoto ii

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi i ii BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2 Hak dan etika Etika dalam wacana konservatif-individualis Etika dalam modernis Etika dan HAM Praktik yang beretika BAB III. PEMBAHASAN 8 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN 11 DAFTAR PUSTAKA iii

4 BAB I PENDAHULUAN Ethics and Human Right (Etika dan HAM). Etika adalah sekumpulan pranata perilaku yang menunjuk pada baik-buruk, benar-salah. Etika lebih konkrit daripada Hak Asasi Manusia (HAM). HAM adalah gagasannya, sedangkan etika adalah bagaimana cara memperoleh hak tersebut secara manusiawi, tidak mengganggu kepentingan orang lain, dan sebagainya. Pada pertemuan kedua Kuliah Value, Ethics, and Human Right in social work, kita sudah membahas tentang apa itu nilai dan etika. Di sana dinukilkan penjelasan para ahli tentang apa itu etika. Diantaranya, yang dinukil oleh Brenda L. DuBois, dalam bukunya: Social Work: an Empowering Profession. Diantaranya, Levy, yang mendefinisikan bahwa etika berkaitan dengan standar perilaku yang menunjuk benar-salah, dan dalam etika profesi, maka etika adalah nilai dalam tindakan nyata. Perilaku yang etis, sebagaimana yang dijelaskan oleh DuBois, adalah perilaku yang mengindahkan standar moral yang tinggi yang berlaku, dalam ranah praktik profesi, maka perilaku yang etis adalah jika praktik profesi mengindahkan standar praktik yang ditetapkan oleh kode etik profesi. HAM adalah hak-hak yang melekat dan dimiliki manusia, siapapun, dan dimanapun tanpa melihat perbedaan identitas sosialnya. Apakah etika dan HAM sama? Dalam profesi, apakah etika harus dibakukan sebagai standar praktik? Apakah kode etik praktik statis? Terkait dengan perjuangan manusia dalam mendapatkan kembali haknya, maka etika dan HAM adalah penting. Apakah keduanya sama? HAM mengalami perkembangan dari generasi pertama, kedua, ketiga, hingga postmodernis. Apa implikasinya kepada etika profesi? Hal inilah yang akan kita bahas pada paper kita kali ini. *** 1

5 BAB II ETIKA DAN HAM 1 Salah satu karakteristik penting yang ada pada profesi adalah kode etik. 2 Pekerjaan social, sebagai salah satu profesi, memiliki kode etik yang menjadi pengarah dalam praktiknya. Diskusi tentang kode etik, bagi peksos berguna untuk (i) pengembangan kode etik, (ii) revisi kode etik, khususnya ketika berhadapan dengan isu-isu etika dalam tataran praktik. Dan ini merupakan salah satu bagian dari praktik peksos. 3 Kode etik, bagi pekerja social berfungsi untuk: (i) Memotivasi perilaku etis, (ii) Membantu peksos yang berhadapan dengan dilemma etik yang sangat sulit, (iii) Fungsi control dari perilaku yang tidak etis. Tentang ini, biasanya ada sanksi dari asosiasi profesi yang dijatuhkan kepada peksos yang berjalan tidak sesuai kode etik, dari misalnya, mencabut izin praktik, ataupun merekomendasikan untuk mengikuti pelatihan. 4 HAK DAN ETIKA Ada hubungan yang jelas antara kode etik dan gagasan HAM. 5 Oleh karena itu, terkadang kode etik dianggap sama dengan hak. Beragam prinsip dan praktik diletakkan pada kode etik pekerjaan social untuk menegaskan adanya hak, misalnya: hak klien atau hak kelompok, hak pegawai peksos, hak kawan seprofesi peksos, dan lain-lain. Dari penjelasan ini, etika adalah pernyataan tentang pentingnya hak-hak tersebut (i) untuk dijelaskan, (ii) bagaimana direalisasikan dan (iii) dilindungi. Sebaliknya, praktik peksos didasarkan pada gagasan fundamental dan HAM yang tidak dapat dicabut dari manusia yang menuntut perilaku etis dari peksos. Maka, hak dan etika dapat dilihat seperti dua sisi mata uang logam, saling berpengaruh dan terkait. Keduanya merupakan dua cara yang berbeda terhadap hal yang sama. Bahkan keduanya memiliki perbedaan yang penting tentang tekanan atau fokusnya. Salah satunya, disebut fungsi control kode etik profesi dan wacana tentang etika. Untuk wacana tentang hak, fungsi control kode etik memang terasa lemah, karena hanya mengikuti tuntan moral dan bukan 1 Diterjemahkan secara ringkas dari buku Human Right and Social Work, Bab VII, Jim Ife, revised ed, Corey et.al. Issues and ethics in the Helping Profesions, 5 th ed., Clarck, Social work ethics Politics, Principles, and Practice, MacMillan, London, Gaha, a Professional Code of ethics an imperfect regulator, A.C. Baier, Moral Prejudices: Essays on Ethics, Cambridge, Harvard Univ. Press,

6 karena takut sanksi. Meskipun, tentu saja ada sanksi pelanggaran HAM, misalnya, pengadilan, Komisi HAM, dan lain-lain. yang legal terhadap pelaku ETIKA SEBAGAI WACANA INDIVIDUALIS YANG KONSERVATIF Wacana tentang etika sebenarnya sangat individu. Etika adalah tentang seseorang yang membuat pilihan-pilihan etika untuk masalah tertentu. Hal ini cocok dengan ideology neoliberal dan dengan realitas praktik peksos, karena peksos sering digambarkan dalam praktik dengan individu dalam rangka membuat keputusan-keputusan yang juga buat individu. 6 Tekanannya justeru ada pada peksos dan keputusan yang harus diambil. Pada profesi lain, HAM sangat terkait dengan isu-isu kolektif, dimana hak bisa dilekatkan pada kelompok, meski pembuatan keputusan etis-nya ada pada bingkai pilihan individu. Wacara HAM juga telah bergeser perhatiannya, dari peksos ke individu atau ke kelompok dimana peksos berinteraksi. Singkatnya adalah, pembuatan keputusan secara etis ada pada peksos, sedangkan hak melekat pada klien. Ketika etika dan hak berlaku pada satu masalah yang sama, maka ada dua wacana berbeda yang mendorong kita untuk memahaminya dalam 2 cara berbeda: (i) Instrospektif dan refleksi diri, dan (ii) Fokus pada keadaan luar. Dilema peksos pada sisi etika adalah ia memiliki peran membuat keputusan. Ini tidak jelas bagi klien. Di sisi lain, menurut perspektif HAM, klien diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk aktif dalam proses pengambilan keputusan tentang dirinya. Ini yang pernah kita bahas pada bab terdahulu tentang pemandulan atau penguatan potensi klien. Ini bukanlah maksudnya untuk mengatakan bahwa peksos yang concern dengan pengembangan dan penguatan kode etika, tidak berarti tidak bekerja dari motivasi yang terbaik, namun praktik terkadang secara halus menguatkan konservatif dan melemahkan kerangka praktik peksos. Ini bisa terjadi, meski bukan itu yang diniatkan oleh peksos dalam praktik di lapangan. ETIKA SEBAGAI MODERNIS Sebuah kode etik ditetapkan dengan maksud untuk mengembangkan peran secara tepat bagi praktik profesi yang beretika, tentang (i) apa yang bisa dikerjakan dan (ii) apa yang tidak bisa diterima. Yang berbahaya dari pendekatan ini adalah, ia menjadi kebenaran bagi pekerjaan social. Kode etik adalah laksana satu model ideal tapi tunggal pada praktik 6 Clarck,

7 profesi, dan seorang peksos dipaksa (antara dorongan modal dan sanksi) untuk mengambil model ini. Ini merupakan pendekatan yang menyatukan beragam dan kompleksnya peran dan aksi peksos menjadi satu cara praktik ideal yang tunggal. 7 Ini artinya menyatukan segala hal yang bervariasi dan kompleks menjadi satu system. Tujuannya, agar mudah difahami dan dilaksanakan. Ini begitu menancap dalam modernitas, meski hampir dipertanyakan, kecuali bagi beberapa filosof yang gampang untuk menyisihkan dan menyebutnya keliru, hingga muncul sejumlah kritik yang menyebut sebagai proyek modernitas, oleh postmodernisme. 8 Postmodernisme menyatakan bahwa pencarian untuk menemukan otoritas tunggal atas segala hal adalah tidak mungkin tercapai/sia-sia, dan hasil dari penyisihan beragam suara yang menguasai pandangan dunia. Kritikan dari Postmodernisme, dalam beragam bentuknya, mungkin gampang dihargai dalam filsafat dan ilmu social. Namun, tidak selalu ditekankan pada konstruksi arus-utama fenomena social. Kebijakan sosial, misalnya, pada umumnya bertekad menemukan cara terbaik untuk menjalankan sistem jaminan sosial, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Dari perspektif postmodernis, pencarian tersebut akan selalu gagal, karena postmodernisme memandang kita bisa menempuh beragam cara yang benar untuk dilakukan, tergantung konteks, budaya, sejarah, dan konstruksi yang terus berubah dan gambaran kenyataan oleh orang-orang yang terlibat. Etik sebagian besar masih terjebak dalam paradigma modernis. Oleh karena itu, mulai disadari, peksos mulai menerima Postmodernisme 9, meskipun bagaimana hal ini bisa masuk dalam praktik, masih perlu dibahas kembali. Inilah tantangannya, yaitu merumuskan gagasan etika peksos menjadi sesuatu yang lebih konsisten dengan filsafat postmodern. Dunia postmodern ditandai oleh (i) kurangnya kepastian dan jaminan, (ii) keberagaman dan multi-realitas, dan bukan pernyataan kategoris benar-salah yang tersirat dalam banyak kode etik peksos. Cara lain dimana kode etik konvensional yang pada dasarnya modernis, adalah ia berupaya untuk menjangkau segala hal dan memberikan buku saku bagi pekerja sosial yang akan membantu klien dalam beragam situasi sulit. Siswa peksos, misalnya, sering diberi kode etik dan diminta untuk menggunakannya untuk memecahkan masalah. Asumsinya, jika kode etik digunakan dengan benar, maka akan memberikan jawaban yang benar, apapun masalahnya. Sekali lagi, keyakinan tersebut adalah modernitas klasik. Asumsi ini, menurut 7 Touraine 1995; Griffin 1996; Jenkins Harvey 1989; Seidman 1994; Kumar Howe 1994; Ife 1997b, Leonard 1997; Pease & Fook 1999; Healy

8 postmodernisme, tidak masuk akal. Praktek di dunia nyata jauh lebih rumit dan berantakan daripada kandungan kode etik modernis 10. Kritik berikutnya adalah mereka mampu melakukan fungsi control atas profesi dengan kode etik tersebut. Padahal, sebuah kode etik, pasti ditulis hanya oleh beberapa pekerja sosial, lalu diberlakukan kepada pekerja sosial lain. Oleh karena itu, timbul pertanyaan: siapa yang menulis kode etik, siapa yang menyetujuinya, siapa yang memberlakukan dan bagaimana. Semua ini pada dasarnya aktivitas politik yang mencerminkan ideologi praktek. Hal ini, memang diam-diam, diakui sehingga muncul kode etik alternatif: (i) Kode etik bagi pekerja sosial yang radikal, (ii) Kode etik untuk pekerja sosial pribumi, (iii) Kode etik untuk para pekerja sosial dalam banyak setting, dan sebagainya. 11 Ini artinya pekerjaan social tidak bisa hanya dibingkai oleh satu kode etik. Solusi dari postmodernisme adalah perlunya legitimasi kode etik yang multiply (bisa digunakan dalam beragam segmen), dengan cara menyusun dan kemudian disusun kembali, secara terus menerus, oleh beragam peksos sejalan meningkatnya kebutuhan. Ini, kayaknya, lebih mencerminkan praktik yang realistis. ETIKA DAN HAM Sesuatu yang penting tentang kode etik profesi bukanlah pada kode etik itu sendiri. Namun, apa muatan moral yang ada di dalamnya. Inilah moralitas pekerjaan social dan action peksos pada isu-isu yang dihadapinya. Kode etik sebagai alat ukur dan alat evaluasi. Moralitas harus dibedakan dengan kode etik. Berakhirnya masa kode etik tidak harus diikuti dengan berakhirnya moralitas. Etika adalah perwujudan dari moralitas, tapi tidak mesti hanya berupa satu jenis etika saja. Dan dalam postmodernisme, kita harus terus mencari melalui wacana tentang moral, sebagaimana kita mengupas HAM. 12 Seorang peksos akan dituntut akuntabilitasnya, tidak hanya dari parameter prinsip nilai dan prinsip moral profesi saja, tapi juga prinsip nilai, etika, dan moral klien, baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat. 13 HAM adalah cara dimana kita berusaha mendefinisikan tentang bagaimana hidup bersama dan menyediakan lingkungan yang kondusif bagi setiap anggotanya untuk 10 Parton & O'Byrne Loewenberg et.al, Hershock, Clark,

9 mewujudkan potensi kemanusiaannya. 14 Dari perspektif ini, prinsip moral peksos yang didasarkan pada HAM, bisa dinyatakan secara singkat dalam 2 hal: Melakukan sesuatu, ini untuk menegaskan dan merealisasikan HAM semua orang Tidak melakukan sesuatu, ini untuk membatasi, menolak, dan melanggar HAM orang lain. Jadi, mendefinisikan HAM dalam perspektif yang otoriter, tidak mungkin, dan secara modernis menjadi sesuatu yang baku, ini tidak berkembang. Tapi, gagasan tentang hak, yang dikonstruksikan melalui wacana, mampu membentuk alternative dasar dan pendekatan yang kuat bagi moralitas dalam praktik peksos. PRAKTIK YANG BERETIKA Meski penggunaan kode etik formal sudah mulai tidak relevan pada era postmodernisme, namun gagasan tentang etika tetap diperlukan. Penggunaan kode etik, di lapangan, cenderung untuk membatasi kekuatan yang sedang berkuasa, padahal fungsi peksos adalah juga harus concern dengan isu kekuasaan dan empowering, sehingga bisa membatasi keserakahan kekuasaan untuk kemudian membantu kelompok yang lemah. Secara khusus, bagi seorang peksos, gagasan etika profesi berimplikasi pada kekuatan profesi untuk berpraktik menyiksa. Maka, penting untuk mengatakan berpraktik yang beretika dapat difahami dalam praktik yang bermoral, menggunakan pemahaman HAM sebagai referensinya. Prinsip untuk membentuk landasan bagi koridor praktik yang beretika adalah selalu berusaha: (i) Memaksimalkan dalam merealisasikan HAM (ii) Perlindungan HAM (iii) Jangan pernah melanggar HAM orang lain. Fokus utama kode etik peksos adalah seorang peksos menghormati HAM siapapun. Ada level yang lebih tinggi bagi praktik peksos yang beretika, yaitu: (i) Memastikan pemenuhan HAM secara maksimal, (ii) Melihat HAM semua orang dan memastikan terpenuhi dan terlindungi. Tidak sekedar berusaha memberikan pelayanan yang sebaik mungkin. Hal-hal ini diletakkan pada segmen ekonomi, social, budaya, politik, dan sebagainya. 14 Czerny,

10 Piranti berikutnya sebagai pertimbangan praktik yang beretika, adalah pemahaman tentang hak kolektif (hak yang menjadi milik bersama). Hal ini perlu ditekankan, karena ranah praktik peksos tidak hanya individu dan keluarga --ini perspektif Barat. Pemahaman tentang hak kolektif, juga mengharuskan pemenuhan dan perlindungan terhadap hak-hak kolektif, melampaui hak-hak pribadi. Contoh: dalam perpektif kemiskinan, menolak pembangunan ekonomi mungkin akan berimplikasi kepada individu. Isu ini bisa disasar dengan pendekatan hak kolektif melalui: (i) Level masyarakat/komunitas, (ii) Pembuatan atau advokasi kebijakan, (iii) Aksi politik, (iv) Aksi social. Orang-orang yang hanya mencukupkan diri pada ranah casework, saja, adalah terlalu conservative dan tidak beretika. Jika hak kolektif kita perluas, maka peksos juga harus masuk pada isu lingkungan. Inilah perbedaan bentuk perhatian peksos, bahkan ada pandangan apabila peksos tidak masuk pada fokus ini, maka ia akan disebut berpraktik secara tidak beretika. Apa ukuran beretika dan tidak beretika? Perpektif HAM memiliki kerangka bagi peksos untuk mendesain ulang moralitas, mengubah dari mainset konservatif-individualis, praktik selama ini, dan berganti pada paradigm HAM. Hal ini setahap demi setahap memang harus dimulai, apalagi ketika terjadi krisis Negara, globalisasi dan beragam masalah yang mengharuskan peksos melihat isu global sebagai masalah manusia. Implikasi dari hal ini adalah: (i) Konstruksi beretika-tidak beretika, adalah dari fokus individual ke melibatkan pihak lain dalam penanganan masalah, semisal berorientasi pada komunitas. Jadi yang terfikir bukanlah apa yang harus saya lakukan, tapi dengan siapa saya bisa bekerja sama. (ii) Fokus ranah praktik pasti bergerak dari ranah individual ke HAM. Konsentrasi pada casework, direct-practice, therapy saja, tidak bisa mencapai tujuan praktik peksos, tapi harus didasarkan pada HAM. Peksos harus punya link dengan community-work, pengembangan kebijakan, aksi social, dan pendekatan makro lainnya. *** 7

11 BAB III PEMBAHASAN ETIKA DAN HAM Bagi manusia, ethics and human right (etika dan HAM) adalah dua sisi mata uang. Hal ini karena, manusia harus beretika ketika bergaul dengan sesame, ketika ia harus memenuhi kebutuhan hidupnya, dan mendapatkan hak asasinya sebagai manusia (HAM). Etika adalah sekumpulan pranata perilaku yang menunjuk pada baik-buruk, benar-salah. Etika lebih konkrit daripada Hak Asasi Manusia (HAM). HAM adalah gagasannya, sedangkan etika adalah bagaimana cara memperoleh hak tersebut secara manusiawi, tidak mengganggu kepentingan orang lain, dan sebagainya. Pada pertemuan kedua Kuliah Value, Ethics, and Human Right in social work, kita sudah membahas tentang apa itu nilai dan etika. Di sana dinukilkan penjelasan para ahli tentang apa itu etika. Diantaranya, yang dinukil oleh Brenda L. DuBois, dalam bukunya: Social Work: an Empowering Profession. Apa Kata Mereka Tentang Etika? Pada kelompok modernis, ada dua orang yang pertama berbicara tentang nilai dan etika serta bagaimana mengimplementasikannya. Keduanya adalah John Stuart Mill dan Jeremy Bentham. Etika, menurut keduanya, etika dibangun di atas landasan untuk meraih kebahagiaan. (Bentham, 1789, JH. Mill 1848, dalam Adam Bernard 15 ). Menurut Adam Bernard, ada empat ranah nilai dan etika pekerjaan sosial 16, yaitu: Yang pertama adalah bidang abstrak, yaitu filsafat moral. Ia menjadi latar belakang untuk memperdebatkan etika dalam pekerjaan sosial. Yang ke dua adalah undang-undang. Ia menciptakan konteks untuk praktek peksos, dan memberikan respon hukum untuk masalah peksos tertentu dan kasus. Yang ke tiga adalah ideologi politik. Cara ini terbentuk pada model peksos, metode dan praktik. Yang ke empat adalah pekerjaan sosial sebagai profesi dan perjuangan untuk memperoleh identitas profesional. Hal ini telah dilakukan oleh para pekerja sosial. Reamer, dalam bukunya, Social Work Values and Ethics 17, ketika menjelaskan sejarah munculnya nilai-nilai dasar dalam pelayanan sosial, mengatakan bahwa etika menjadi 15 Adam Barnard (2008): The Value Base of Social Work and Social Care, Mc.Graw-Hill Companies, hal Idem, hal 6. 8

12 pertimbangan apa yang harus dilakukan dalam misi peduli dengan sesama ; perkembangan nilai dan etika pekerjaan sosial mengalami empat tahap: Periode moralitas, Periode nilai; Periode teori etika dan periode pengambilan keputusan, dan Periode standar etika dan periode manajemen risiko. Etika adalah menunjuk pada perilaku yang pantas-tidak pantas. Etika bisa juga didefinisikan sebagai studi tentang benar-salah dan bagaimana seseorang mengambil keputusan dalam situasi yang dihadapinya terkait mana yang benar dan mana yang salah tersebut. 18 Diantaranya, Levy, yang mendefinisikan bahwa etika berkaitan dengan standar perilaku yang menunjuk benar-salah, dan dalam etika profesi, maka etika adalah nilai dalam tindakan nyata. 19 Levy menyatakan dalam penjelasan lain, the application of values to human relationships and transactions (pelaksanaan dari nilai sebagai akibat dari hubungan dan transaksi antar sesama manusia). 20 Perilaku yang etis, sebagaimana yang dijelaskan oleh DuBois, adalah perilaku yang mengindahkan standar moral yang tinggi yang berlaku. Dalam ranah praktik profesi, maka perilaku yang etis adalah jika praktik profesi mengindahkan standar praktik yang ditetapkan oleh kode etik profesi. Etika Profesi Etika profesi adalah aturan yang membimbing pekerja sosial atau profesional lainnya dalam pilihan yang mereka ambil dalam kapasitas profesionalnya. 21 Berdasarkan hal ini, etika profesi adalah penting. Penting dalam menjadi arahan perilaku sehingga aktivitas profesionalnya bisa sistematis, maksimal, dan akuntabel. Etika profesi, bagaimanapun sempurnanya saat ini, tetaplah ia merupakan etika. Dan etika, sebagaimana kita tahu adalah turunan dari nilai, yang pasti memiliki keterbatasan, baik ruang dan waktu. Maka, perlu untuk terus dilakukan diskusi dan kajian untuk selalu selaras dengan waktu dan kebutuhan terkini. Hal ini pasti karena bersinggungan dengan HAM. 17 Idem, hal Allan Edward Barsky (2010): Ethics and Value in Social Work, Oxford, hal Dubois, Social Work: an Empowering Profession. 20 Allan E. Barsky, hal Idem, hal 5. 9

13 Apa itu HAM? HAM adalah hak-hak yang melekat dan dimiliki manusia, siapapun, dan dimanapun tanpa melihat perbedaan identitas sosialnya. HAM sebagaimana kita pernah bahas, telah mengalami perkembangan. Perkembangan ini sebagai efek dari perjuangan merebut kembali hakya yang tercabut akibat beragam sikap dunia terhadap kalangan tertentu, baik yang tidak beruntung maupun termarjinalkan. Perkembangan HAM dari generasi pertama, kedua ketiga, hingga postmodernisme, menyiratkan bahwa hak asasi selalu meluas sejalan dengan perkembangan manusia, meski inti dari HAM itu adalah keluhuran martabat manusia. Implementasi dari keluhuran martabat manusia itulah core dari HAM. Kaitannya dengan etika, kode etik profesi, dan perilaku yang etis, serta perilaku profesi yang juga etis, maka HAM lebih luas daripada etika atau kode etik profesi. Ham adalah wacana tentang keluhuran martabat manusia, sedangkan etika adalah perwujudan dari HAM dalam bagaimana mengimlementasikannya agar harmonis dengan yang lain. Maka, etika pasti memiliki keterbatasan ruang dan waktu. Fokus pada etika profesi, yang diyakini sebagai piranti legal bagi profesi peksos untuk berperilaku dalam melayani 3 segmen layanan: mikro, mezzo, dan makro, harus kuat teryakini secara professional. Ini dengan tetap melakukan pencarian, diskusi, dan kajian tentang kemungkinan pengembangan etika profesi ke dalam kajian yang lebih luas dan menyempurna. Kode etik profesi peksos yang dimiliki IPSPI hanya merupakan copy-paste dari NASW yang jika ditilik secara zaman, maka itu sudah terlalu lama berlalu. Apalagi NASW sendiri pertama kali membuat kode etik adalah pada tahun 1960, 5 tahun setelah dibentuk 22. Dan beberapa kali memperbaharui kode etiknya, terakhir sepanjang yang saya tahu adalah pada tahun Kedua, kita juga butuh kode-etik yang sangat Indonesia. Maka, re-aktualisasi kodeetik peksos Indonesia adalah sangat perlu, mendesak dan darurat. Ketiga perkembangan kemanusiaan di Indonesia juga menuntut re-aktualisasi kode-etik, ranah peran, dan metodeteknik-pendekatan peksos. Benar sekarang sudah ada UU tentang HAM, tetapi itu adalah ranah yang sangat umum. Maka, berbagai lembaga terkait, semisal Kementerian Sosial sebenarnya sangat berkepentingan dalam pemajuan peksos, dalam hal ini memformat kode etik profesi peksos yang sangat Indonesia. Demikian juga berbagai lembaga NGO, IPSPI sendiri bahkan..*** 22 Frederick G. Reamer (1998): The Evaluation of Social Work Ethics, Rhode Island College 10

14 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan apa yang sudah kami kemukakan pada bab-bab terdahulu, dapat kami simpulkan hal-hal sebagai berikut: Etika adalah pranata perilaku, hasil dari bagaimana manusia berhubungan dengan sesama. Dalam konteks profesi, etika profesi adalah pranata perilaku yang wajib digunakan profesi, dalam hal ini peksos, untuk bekerja bersama klien. Klien dalam 3 segmen layanan, mikro, mezzo, dan makro, termask kebijakan dan politik. HAM adalah apa yang dipandang luhur oleh manusia sebagai penghargaan martabat manusia yang juga luhur. HAM sangat fundamental bagi manusia, ranah penting yang baru bagi pekerjaan social. Ia wujud perjuangan manusia meraih kembali hak-haknya. Etika profesi peksos harus next to date, bisa menjawab masalah yang akan datang, khususnya isu HAM. Meski penetapan kode etik profesi itu penting --alat ukur dan evaluasi praktik layanan tetapi tidak boleh eksklusif. Ia harus inklusif, bisa menerima kritik dan saran, bisa dikembangkan sejalan dengan ruang dan waktu. Inilah perlunya kaji ulang dan diskusi atas seluruh piranti peksos sebagai profesi. Klien memiliki HAM sebagaimana manusia pada umumnya. HAM itu harus dihargai pertama sekali oleh peksos sebelum ia membantunya. Diantara adalah dengan tidak memaksakan etika profesi yang ternyata sudah tidak selaras dengan isu-isu HAM. SARAN 1. Pekerja Sosial harus memahami etika, etika profesi, dan HAM beserta rinciannya pada satu sisi dan kewajiban manusia pada sisi lainnya, sehingga bisa secara proper dalam praktik. 2. Etika profesi sangat localized sedangkan HAM sangat universal, maka peksos disarankan untuk bisa melakukan korelasi mutualistic antara etika profesi dan agenda HAM yang menjadi hak klien dalam ranah mikro, mezzo, dan makro. 3. Para stakeholder, seperti Kementerian Sosial RI dan termasuk IPSPI, NGO-NGO, perlu untuk secara regular duduk bersama, melakukan re-definisi, dan re-aktualisasi etika profesi yang meng-indonesia sehingga next to date terhadap permasalahan yang akan datang, khususnya terkait isu-isu HAM.*** 11

15 DAFTAR PUSTAKA Jim Ife, Human Right and Social Work: Toward Right-Based Practice, Cambridge Univercity Press, 2008;, Human Right form Below, Cambridge University Press, UK, 2009 Brenda L. Dubois and Karla Krogsrud Miley, (1995): Social Work: an Empowering Profession; Lester Parrott, (2010): Value and Ethics in Social Work Practice, 2 nd Ed. Learning Matters Ltd.; Adam Barnard (2008): The Value Base of Social Work and Social Care, Mc.Graw-Hill Companies; Allan Edward Barsky (2010): Ethics and Value in Social Work, Oxford; Ben-Zion Cohen (1987): The Ethics of Social Work Supervision Revisited, NASW; Frederick G. Reamer (1998): The Evaluation of Social Work Ethics, Rhode Island College; Ian O Connor, et.all (2006): Social Work and Social Care, Sage Publication Kimberly Strom-Gottfried (2008): Comprehensive Handbook of Social Work and Social Welfare: Values and Ethics for Professional Social Work Practice, Wiley and Sons. Inc. *** 12

CONCTRUCTING HUMAN RIGHTS FOR SOCIAL WORK PRACTICE (MENGKONSTRUKSIKAN HAM UNTUK PRAKTIK PEKSOS) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk:

CONCTRUCTING HUMAN RIGHTS FOR SOCIAL WORK PRACTICE (MENGKONSTRUKSIKAN HAM UNTUK PRAKTIK PEKSOS) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Paper ke-ix CONCTRUCTING HUMAN RIGHTS FOR SOCIAL WORK PRACTICE (MENGKONSTRUKSIKAN HAM UNTUK PRAKTIK PEKSOS) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak

Lebih terperinci

PROSPECTS for HUMAN RIGHTS PRACTICE (MASA DEPAN PRAKTIK PEKSOS YANG BERDASAR HAM )

PROSPECTS for HUMAN RIGHTS PRACTICE (MASA DEPAN PRAKTIK PEKSOS YANG BERDASAR HAM ) Paper ke-x PROSPECTS for HUMAN RIGHTS PRACTICE (MASA DEPAN PRAKTIK PEKSOS YANG BERDASAR HAM ) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

PARTICIPATION IN THE HUMAN RIGHT DISCOURSE (PARTISIPASI DALAM WACANA HAM) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk:

PARTICIPATION IN THE HUMAN RIGHT DISCOURSE (PARTISIPASI DALAM WACANA HAM) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Paper ke-x PARTICIPATION IN THE HUMAN RIGHT DISCOURSE (PARTISIPASI DALAM WACANA HAM) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia Dosen: Dr.

Lebih terperinci

TULISAN TENTANG MODEL BEKERJA BERSAMA MASYARAKAT:

TULISAN TENTANG MODEL BEKERJA BERSAMA MASYARAKAT: TUGAS INDIVIDU I TULISAN TENTANG MODEL BEKERJA BERSAMA MASYARAKAT: Telaah Singkat Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis pada Asset dan Berbasis pada Masalah MATA KULIAH: PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

Lebih terperinci

RESPECTING HUMAN RIGHTS IN SOCIAL WORK PRACTICE

RESPECTING HUMAN RIGHTS IN SOCIAL WORK PRACTICE Paper ke-x RESPECTING HUMAN RIGHTS IN SOCIAL WORK PRACTICE (MENGHARGAI HAM DALAM PRAKTIK PEKSOS) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA SPESIALIS-1 PEKERJAAN SOSIAL

PROGRAM PASCASARJANA SPESIALIS-1 PEKERJAAN SOSIAL Paper ke-vii HUMAN RIGHTS AND HUMAN NEEDS (HAK ASASI MANUSIA DAN KEBUTUHAN MANUSIA) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia Dosen: Dr.

Lebih terperinci

HUMAN RIGHT : BEYOND TRADITIONAL FORMULATIONS (HAM: MELAMPAUI BATAS FORMULA TRADISIONAL) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk:

HUMAN RIGHT : BEYOND TRADITIONAL FORMULATIONS (HAM: MELAMPAUI BATAS FORMULA TRADISIONAL) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Paper ke-iv HUMAN RIGHT : BEYOND TRADITIONAL FORMULATIONS (HAM: MELAMPAUI BATAS FORMULA TRADISIONAL) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

PROFESI. Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.

PROFESI. Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. PROFESI PROFESI Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. PROFESI Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah

Lebih terperinci

MK Etika Profesi. Pertemuan 5 Ethics, Morality & Law

MK Etika Profesi. Pertemuan 5 Ethics, Morality & Law MK Etika Profesi Pertemuan 5 Ethics, Morality & Law Moralitas Definisi Descriptive: seperangkat aturan yang mengarahkan perilaku manusia dalam memilah hal yang baik dan buruk, contoh: nilai-nilai moralitas

Lebih terperinci

KONTRUKSI SOSIAL DARI TEORI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL. Oleh : Dr. Purwowibowo, M.Si

KONTRUKSI SOSIAL DARI TEORI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL. Oleh : Dr. Purwowibowo, M.Si KONTRUKSI SOSIAL DARI TEORI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Oleh : Dr. Purwowibowo, M.Si Pendahuluan Saat ini, dimanapun di dunia ini, klien berjuang di dalam berbagai lembaga untuk menemui pekerja sosial. Barangkali

Lebih terperinci

HUMAN RIGHTS AND OBLIGATIONS (HAK DAN KEWAJIBAN MANUSIA) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk:

HUMAN RIGHTS AND OBLIGATIONS (HAK DAN KEWAJIBAN MANUSIA) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Paper ke-viii HUMAN RIGHTS AND OBLIGATIONS (HAK DAN KEWAJIBAN MANUSIA) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia Dosen: Dr. EPI SUPIADI,

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI PART 3

ETIKA PROFESI PART 3 ETIKA PROFESI PART 3 The Business Ethics Program Responsible Business Conduct As Strategy Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Profesi Oleh : Kelompok 2 Azhar Nur Rachmat 121511040

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING

ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 Hak cipta Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Catharina Tri

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI Nama : Devit Surtianingsih NIM : 11.01.2851 Kelompok : B Program Studi : Pancasila Jurusan : D3-TI Dosen : Irton. SE., M.Si STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

MODUL BAHAN AJAR TUGAS [ETIKA PROFESI] Modul 2. Dosen: Elyas Palantei, ST., M.Eng., Ph.D

MODUL BAHAN AJAR TUGAS [ETIKA PROFESI] Modul 2. Dosen: Elyas Palantei, ST., M.Eng., Ph.D MODUL BAHAN AJAR TUGAS [ETIKA PROFESI] Modul 2 Dosen: Elyas Palantei, ST., M.Eng., Ph.D PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 1 2

Lebih terperinci

BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU

BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU Pada dasarnya kesepakatan yang dimaksudkan dalam bagian

Lebih terperinci

PUBLIC AND PRIVATE HUMAN RIGHT (HAM PADA SEKTOR PUBLIK DAN PRIVAT) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk:

PUBLIC AND PRIVATE HUMAN RIGHT (HAM PADA SEKTOR PUBLIK DAN PRIVAT) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Paper ke-v PUBLIC AND PRIVATE HUMAN RIGHT (HAM PADA SEKTOR PUBLIK DAN PRIVAT) Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas untuk: Mata Kuliah: Nilai, Etika Pekerjaan Sosial, dan Hak Asasi Manusia Dosen: Dr. EPI SUPIADI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, persaingan menjadi semakin ketat dan hanya mereka yang siap dan mempunyai bekal serta sikap profesionalisme yang memadai saja yang

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak

Lebih terperinci

Modul ke: ETIKA PROFESI. Prinsip-Prinsip Etika Humas. 07Fakultas KOMUNIKASI. Frenia Triasiholan A.D.S.Nababan. Program Studi Hubungan Masyarakat

Modul ke: ETIKA PROFESI. Prinsip-Prinsip Etika Humas. 07Fakultas KOMUNIKASI. Frenia Triasiholan A.D.S.Nababan. Program Studi Hubungan Masyarakat Modul ke: 07Fakultas KOMUNIKASI ETIKA PROFESI Prinsip-Prinsip Etika Humas Frenia Triasiholan A.D.S.Nababan Program Studi Hubungan Masyarakat Bagian Isi Prinsip Dasar Profesional Prinsip Dasar Etika Profesi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profesi Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu menegakkan diri dan diterima oleh masyarakat sebagai seorang yang memiliki ketrampilan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN HAK ASASI MANUSIA. Oleh. Abas Yusuf. (IP, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Kata kunci: Sikap, persuasi, model pendidikan HAM.

PENDIDIKAN HAK ASASI MANUSIA. Oleh. Abas Yusuf. (IP, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Kata kunci: Sikap, persuasi, model pendidikan HAM. 98 PENDIDIKAN HAK ASASI MANUSIA Oleh Abas Yusuf (IP, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak: Deklarasi universal Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilancarkan PBB pada tahun 1948 telah mendapat pengakuan

Lebih terperinci

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional. Definisi Global Profesi Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan

Lebih terperinci

Business Ethic & Good Governance

Business Ethic & Good Governance Modul ke: Business Ethic & Good Governance Philosophical Ethics and Business Fakultas PASCA Dr. Antonius Dieben Robinson Manurung, MSi Program Studi MANAGEMENT www.mercubuana.ac.id Utilitarianisme Dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan dalam mewujudkan peran aktif perusahaan dalam pembangunan

Lebih terperinci

TUGAS SOFTSKILL PENGERTIAN ETIKA DAN PROFESIONALISME DALAM BIDANG IT

TUGAS SOFTSKILL PENGERTIAN ETIKA DAN PROFESIONALISME DALAM BIDANG IT TUGAS SOFTSKILL PENGERTIAN ETIKA DAN PROFESIONALISME DALAM BIDANG IT Nama : Rahmat Arifin NPM : 45111778 Kelas : 3 DC 02 JURUSAN TEKNIK KOMPUTER (D3) UNIVERSITAS GUNADARMA 2013 Pengertian Etika, Profesi,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL TEORI ETIKA PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL Beberapa konsep yang memerlukan penjelasan, antara lain: perilaku moral (moral behavior), perilaku tidak bermoral (immoral behavior), perilaku di luar kesadaran

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Etika Profesi

Tinjauan Umum Etika Profesi ETIKA PROFESI IT Tinjauan Umum Etika Profesi 1.1. Norma Adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan sosialnya. Menurut Sony Keraf (1991) ada dua macam norma : Norma Umum (Universal)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana

BAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana BAB V KESIMPULAN Tidak dapat dipungkiri, setelah dianutnya gagasan hak asasi dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), masyarakat internasional sejak saat itu telah memiliki satu standar bersama dalam

Lebih terperinci

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 1 (CLASSROOM ACTION RESEARCH)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 1 (CLASSROOM ACTION RESEARCH) PENELITIAN TINDAKAN KELAS 1 (CLASSROOM ACTION RESEARCH) Oleh: Rudi Susilana 2 A. PENGANTAR Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu inovasi dalam kegiatan penelitian, khususnya penelitian dalam bidang

Lebih terperinci

Bu and Go a. b. c. d. e.

Bu and Go a. b. c. d. e. MODUL PERKULIAHAN Bu sinesss Ethic and Corporate Go overnance a. Introduction: Ethical Theories and Traditions b. Utilitarianism: Making Decision Based on Ethical Consequences c. Deontology: An Ethics

Lebih terperinci

Etika & Tanggung Jawab Sosial

Etika & Tanggung Jawab Sosial Manajemen Bisnis Internasional Etika & Tanggung Jawab Sosial Adhiatma Nanda Wardhana Irfan Dwi Nurfianto Etika itu apa ya? Studi atas proses pembelajaran yang melibatkan pemahaman moralitas, sementara

Lebih terperinci

Pertemuan 2 ETIKA PROFESI

Pertemuan 2 ETIKA PROFESI Pertemuan 2 ETIKA PROFESI Pembahasan 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme 5. Prinsip-prinsip yang menjadi tanggung jawab seorang Profesional I. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsisbilities atau CSR)

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsisbilities atau CSR) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring dengan perkembangan zaman, wacana mengenai peran etika dan tanggung jawab sosial perusahaan semakin marak diperbincangkan oleh para pelaku bisnis, organisasi

Lebih terperinci

01FEB. Template Standar Business Ethics and Good Governance

01FEB. Template Standar Business Ethics and Good Governance Modul ke: Fakultas 01FEB Template Standar Business Ethics and Good Governance Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah Oleh Kamalia Purbani Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran Dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia (Hamid

Lebih terperinci

Bioteknologi adalah teknik-teknik yang menggunakan organisme hidup atau substansi dari organisme-organisme tersebut untuk membuat atau mengubah

Bioteknologi adalah teknik-teknik yang menggunakan organisme hidup atau substansi dari organisme-organisme tersebut untuk membuat atau mengubah Bioteknologi adalah teknik-teknik yang menggunakan organisme hidup atau substansi dari organisme-organisme tersebut untuk membuat atau mengubah sebuah produk untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju mensyaratkan para pekerja yang cakap, profesional dan terampil.

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju mensyaratkan para pekerja yang cakap, profesional dan terampil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Problem tenaga kerja di Indonesia sangatlah kompleks. Salah satu penyebabnya adalah ketersediaan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang. Jumlah pertumbuhan

Lebih terperinci

Pembahasan. 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme. seorang Profesional

Pembahasan. 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme. seorang Profesional Pertemuan 2 Pembahasan 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme 5. Prinsip-prinsip yang menjadi tanggung jawab seorang Profesional I. Pengertian Profesi

Lebih terperinci

KODE ETIK, PELAKSANAAN DAN EFEKTIFITAS PENGAWASANNYA

KODE ETIK, PELAKSANAAN DAN EFEKTIFITAS PENGAWASANNYA 1 KODE ETIK, PELAKSANAAN DAN EFEKTIFITAS PENGAWASANNYA Oleh Ashadi Siregar ( 1 ) Kode etik suatu profesi dan pengawasan penerapannya dapat dibicarakan secara normatif, yaitu bertolak dari suatu standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada prakteknya di lapangan, keahlian khusus tidak menjamin. menunjang keberhasilan yaitu menerapkan suatu etika.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada prakteknya di lapangan, keahlian khusus tidak menjamin. menunjang keberhasilan yaitu menerapkan suatu etika. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti ini dimana seluruh dunia, khususnya di Indonesia sedang diperhadapkan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya

Lebih terperinci

BE ETHICAL AT WORK. Part 9

BE ETHICAL AT WORK. Part 9 BE ETHICAL AT WORK Part 9 POKOK BAHASAN An ethics framework Making ethical decisions Social responsibility An ethics framework Etika merupakan cabang filsafat yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL: Dewi Irawaty, MA, PhD

PENERAPAN PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL: Dewi Irawaty, MA, PhD PENERAPAN PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL: KENDALA DAN TANTANGANNYA Dewi Irawaty, MA, PhD PERSI, 10 November 2012 1 PERAWAT INDONESIA ADALAH PROFESI Disepakati dan dideklarasikan dalam Lokakarya Nasional

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR I. Pendahuluan Banyaknya kebijakan yang tidak sinkron, tumpang tindih serta overlapping masih jadi permasalahan negara ini yang entah sampai kapan bisa diatasi. Dan ketika

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 3 Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) berkembang sebagai kritik terhadap pendekatan kesejahteraan (welfare approach) atau pendekatan

Lebih terperinci

Penanaman Etika Moral Dalam Lingkungan Bisnis untuk Menjadi seorang Businessman Budiman

Penanaman Etika Moral Dalam Lingkungan Bisnis untuk Menjadi seorang Businessman Budiman Nama : Muhammad Noko Darpito NIM : 10.11.4466 Penanaman Etika Moral Dalam Lingkungan Bisnis untuk Menjadi seorang Businessman Budiman A. Abstraks Di era globalisasi sekarang ini merupakan era terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ETIKA PROFESI

PERKEMBANGAN ETIKA PROFESI PERKEMBANGAN ETIKA PROFESI Apa yang dimaksud dengan Etika? Etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) berarti karakter, watak kesusilaan atau dapat juga berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidahkaidah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN Modul ke: PANCASILA PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN Fakultas 13FEB Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si Program Studi MANAJEMEN Pancasila Sebagai Sumber Nilai dan Paradigma Pembangunan Pembahasan Meliputi:

Lebih terperinci

Pekerjaan Sosial PB :

Pekerjaan Sosial PB : Pekerjaan Sosial PB : Suatu bidang praktik profesi pekerjaan sosial dimana Peksos menggunakan keahlian khusus untuk membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melaksanakan peran sosial mereka

Lebih terperinci

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 1 Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) merupakan konsep yang berkembang sebagai tandingan (opponent) terhadap konsep negarakesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Terjadinya krisis multi dimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya etika untuk dilaksanakan. Etika menjadi kebutuhan penting bagi semua

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN CONTOH PENERAPAN ASPEK LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN ANESTESI. Disusun untuk Memenuhi Tugas Etika dan Aspek Legal

PENGERTIAN DAN CONTOH PENERAPAN ASPEK LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN ANESTESI. Disusun untuk Memenuhi Tugas Etika dan Aspek Legal PENGERTIAN DAN CONTOH PENERAPAN ASPEK LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN ANESTESI Disusun untuk Memenuhi Tugas Etika dan Aspek Legal Disusun oleh: Ardina Putri Herlina Tri Astuti Nissa Kurniasih (P071202140)

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK KELOMPOK 8 MUH. IDRUS AZHARIL RIDAWAN FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

Pertemuan ke-2. MK. Etika dan Profesi. Dr. I Wayan S. Wicaksana 02. Profesi (MK. Etika Profesi) 1

Pertemuan ke-2. MK. Etika dan Profesi. Dr. I Wayan S. Wicaksana 02. Profesi (MK. Etika Profesi) 1 PROFESI Pertemuan ke-2 MK. Etika dan Profesi Dr. I Wayan S. Wicaksana iwayan@staff.gunadarma.ac.id 02. Profesi (MK. Etika Profesi) 1 Topik Bahasan Definisi Ciri-ciri Prinsip Etika Profesi Syarat Profesi

Lebih terperinci

PROFESIONALITAS UMUM DAN PROFESIONALITAS KERJA NAMA : HADI DENGGAN OKTO (M1A114001)

PROFESIONALITAS UMUM DAN PROFESIONALITAS KERJA NAMA : HADI DENGGAN OKTO (M1A114001) PROFESIONALITAS UMUM DAN PROFESIONALITAS KERJA NAMA : HADI DENGGAN OKTO (M1A114001) THEOFILLUS P SITANGGANG GIANFRANCO MARVIN GERALD ESTHY ANGELIA (M1A114005) (M1A114007) (M1A114023) P E N G E R T I A

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI Nama : yatno subagyo NIM : 11.12.5804 Kelompok : Hak Asasi Program Studi : Pancasila Jurusan : S1-SI Dosen : Drs.

Lebih terperinci

BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA A. Pancasila Paradigma Pembangunan 1. Pengertian Paradigma Istilah paradigma menurut kamus Bahasa Indonesia, yaitu (1) daftar

Lebih terperinci

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR A. ASUMSI MODEL Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu konsep. Sebagai pendekatan, model dapat digunakan

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajemen. Manajemen Proyek

Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajemen. Manajemen Proyek Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajemen Manajemen Proyek Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah bentuk kepedulian perusahaan terhadap

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Modul ke: PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Fakultas 10FEB Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si Program Studi MANAJEMEN PANCASILA SEBAGAI ETIKA BERNEGARA Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi. BAB I 1.1 Pengantar PENDAHULUAN Tuntutan mengenai pengelolaan suatu organisasi berdasarkan sistem tata kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi organisasi di sektor pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di jaman era globalisasi ini, para pelaku profesi harus menjalankan profesinya secara profesional. Para pelaku profesi harus bekerja secara profesional untuk

Lebih terperinci

MAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL. Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si

MAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL. Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si INTERMEDIATE HUMAN RIGHTS TRAINING BAGI DOSEN HUKUM DAN HAM Hotel Novotel Balikpapan, 6-8 November 2012 MAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si

Lebih terperinci

otaknya pasti berbeda bila dibandingkan dengan otak orang dewasa. Tetapi esensi otak manusia tetap ada pada otak bayi itu, sehingga tidak pernah ada

otaknya pasti berbeda bila dibandingkan dengan otak orang dewasa. Tetapi esensi otak manusia tetap ada pada otak bayi itu, sehingga tidak pernah ada KESIMPULAN UMUM 303 Setelah pembahasan dengan menggunakan metode tiga telaah, deskriptif-konseptual-normatif, pada bagian akhir ini, akan disampaikan kesimpulan akhir. Tujuannya adalah untuk menyajikan

Lebih terperinci

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

Lebih terperinci

Kerangka Kompetensi Kepemimpinan Klinik

Kerangka Kompetensi Kepemimpinan Klinik Kerangka Kompetensi Kepemimpinan Klinik The Medical Leadership Competency Framework (MLCF) Dibuat atas dasar konsep kepemimpinan bersama di mana kepemimpinan tidak terbatas hanya pada pemimpin saja, dan

Lebih terperinci

Etika Profesional Komputer

Etika Profesional Komputer Kode Etik Profesional Komputer Dua Asosiasi besar komputer telah merumuskan kode etik bagi para profesional bidangnya IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) dan ACM (Association for Computing

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM Oleh Asep Mulyana Hak atas informasi atau right to know merupakan hak fundamental yang menjadi perhatian utama para perumus DUHAM. Pada 1946, majelis umum Perserikatan

Lebih terperinci

Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum.

Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum. POLITIK HUKUM BAB I TENTANG PERSPEKTIF POLITIK HUKUM OLEH: Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum. Politik Hukum Secara filosofis, berbicara hukum, berarti berbicara tentang pengaturan keadilan, serta memastikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era masa kini perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dan banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu persaingan yang semakin meningkat

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI PURWATI

ETIKA PROFESI PURWATI ETIKA PROFESI PURWATI PENGERTIAN ETIKA PROFESI Etika Profesi adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan

Lebih terperinci

Urgensi Pengembangan Indikator HAM

Urgensi Pengembangan Indikator HAM Urgensi Pengembangan Indikator HAM Oleh Pihri Buhaerah Pendahuluan Gerakan dan pegiat pembangunan sudah sejak lama mengembangkan indikator-indikator yang terarah dan terukur dalam mengevaluasi kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selama beberapa tahun terakhir ini. Banyak orang berbicara tentang CSR dan

BAB I PENDAHULUAN. selama beberapa tahun terakhir ini. Banyak orang berbicara tentang CSR dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang selanjutnya disebut CSR menjadi topik hangat yang sering dibicarakan selama beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

ETOS KERJA PELATIHAN OPERATOR WHEEL LOADER MODUL : WLO - 01 PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

ETOS KERJA PELATIHAN OPERATOR WHEEL LOADER MODUL : WLO - 01 PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI PELATIHAN OPERATOR WHEEL LOADER MODUL : WLO - 01 ETOS KERJA DEPARTEMEN DEPARTEMEN PEKERJAAN PEKERJAAN UMUM UMUM BADAN BADAN PEMBINAAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KONSTRUKSI DAN DAN SUMBER SUMBER DAYA DAYA MANUSIA

Lebih terperinci

PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU MELALUI KEGIATAN PPL KEPENDIDIKAN DENGAN PENDEKATAN LESSON STUDY. ( As ari Djohar )

PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU MELALUI KEGIATAN PPL KEPENDIDIKAN DENGAN PENDEKATAN LESSON STUDY. ( As ari Djohar ) PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU MELALUI KEGIATAN PPL KEPENDIDIKAN DENGAN PENDEKATAN LESSON STUDY. ( As ari Djohar ) 1. Permasalahan Guru Permasalahan yang dihadapi guru pada umumnya : a. Tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

PANCASILA PENDAHULUAN. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PENDAHULUAN. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PENDAHULUAN Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Pancasila PENDAHULUAN Kontrak perkuliahan, Rencana Pembelajaran, Deskripsi Perkuliahan,

Lebih terperinci

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI FOCUS GROUP DISCUSSION DAN WORKSHOP PEMBUATAN MODUL MATERI HAM UNTUK SPN DAN PUSDIK POLRI Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 17 18 Maret 2015 MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi hasil penelitian yang telah disajikan pada Bab IV, dapat ditarik kesimpulan dan rekomendasi penelitian sebagai berikut: A. Kesimpulan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran akuntan dalam penatalaksanaan keuangan negara meningkat seiring

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran akuntan dalam penatalaksanaan keuangan negara meningkat seiring PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran akuntan dalam penatalaksanaan keuangan negara meningkat seiring dengan kebijakan politik pemerintah untuk mendesentralisasi keuangan ke daerah sejak tahun 2001,dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan

Lebih terperinci

Etika di Sekolah : Sebuah Model Program Pemberantasan Korupsi di USA

Etika di Sekolah : Sebuah Model Program Pemberantasan Korupsi di USA Etika di Sekolah : Sebuah Model Program Pemberantasan Korupsi di USA Oleh Suradi Widyaiswara Madya Balai Diklat Keuangan Palembang Ringkasan Pendidikan Model Kode Etik, yang dirancang dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang berorientasi pada terbentuknya individu yang mampu memahami realitas dirinya dan masyarakat serta bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

RISET TINDAKAN Bahan fasilitasi lokakarya penelitian tindakan guru-guru SMP Darul Hikam Bandung

RISET TINDAKAN Bahan fasilitasi lokakarya penelitian tindakan guru-guru SMP Darul Hikam Bandung RISET TINDAKAN Bahan fasilitasi lokakarya penelitian tindakan guru-guru SMP Darul Hikam Bandung Penterjemah: Dharma Kesuma FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2008 Page 1 of 6 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika profesi menjadi topik pembicaraan yang sangat penting dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaksang Masalah Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu yang baru, sebab sebelumnya legitimasi legal formal peran serta masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati

BAB I PENDAHULUAN. manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya manusia

Lebih terperinci

ETIK UMB ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI (MATERI TAMBAHAN) Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi AKUNTANSI MANAJEMEN

ETIK UMB ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI (MATERI TAMBAHAN) Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi AKUNTANSI MANAJEMEN Modul ke: ETIK UMB ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI (MATERI TAMBAHAN) Fakultas FEB Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si Program Studi AKUNTANSI MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id INTRODUCTION Etika adalah refleksi

Lebih terperinci

ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO

ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO Beberapa Definisi Etika, dari bahasa Yunani ethos, artinya: kebiasaan atau watak Moral, dari bahasa Latin mos (jamak: mores), artinya: cara hidup atau kebiasaan /adat.

Lebih terperinci