FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA KONSUMSI IKAN SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015
|
|
- Hendra Makmur
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA KONSUMSI IKAN SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 Oleh : Asih Monica Putri 1, Jumirah 2, Albiner Siagian 2 1 Mahasiswa Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU 2 Dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia asihmonica@yahoo.co.id ABSTRACT Fish is a source of good protein for the growth. The lower of fish consumption of the student of elementary school is a problem caused by any factors. The objective of this research is to study factors related to the fish comsumption pattern of the student of elementary school of SD Negeri in subdistrict of Medan Sunggal The method of research is an analytic survey with cross sectional design. The sample is 44 students by purposive sampling method. The species of fish, the number of fish and frequency of fish consumption is indicated by using recall and food frequency questionnaire form. The factors related to the fish comsumption such as knowledge, social culture, economic and support of mother is indicated by using questionnaire form. The result indicated that as many as 15 persons (34,1%) student of elementary school consumed fish that lives in middle water, as many as 23 persons (52,3%) student the number of consumed fish is in good category and as many as 13 persons (29,5%) student frequency of fish consumption in medium category. The result of Chi Square test indicated that there is a correlation of the knowledge and the number of consumed fish (p=0,0001), social culture and the number of consumed fish (p=0,005), economic and the number of consumed fish (p=0,0001), and support of mother and the number of consumed fish (p=0,001). The school also suggested to build a matual cooperation with puskesmas at nutrition extension and Education office to build a matual cooperation with the Agricultural and Marine office of Medan to support the program of Fish Consumption. Keywords : fish consumption, social culture, student of elementary school Pendahuluan Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per kapita per tahun. Angka tersebut masih sangat jauh jika dibandingkan dengan konsumsi ikan di negara Jepang sebesar 120 kilogram per kapita per tahun (Ronny, 2013). Terjadinya peningkatan tumbuh kembang anak di negara Jepang dalam beberapa waktu terakhir, diasumsikan karena perubahan pola konsumsi kearah pola konsumsi ikan sebagai sumber protein hewani dan mengkonsumsi sumber laut lain yang berkaitan dengan berbagai zat gizi esensial. Menurut Wahyuni yang dikutip oleh Nilawati (2006) budaya makan ikan yang tinggi pada masyarakat Jepang telah membuktikan terjadinya peningkatan kualitas kesehatan dan kecerdasan anak-anak di Jepang. Dalam penelitian yang berbeda, orang tua di Jepang yang mengkonsumsi ikan dan sumber hasil laut lainnya memiliki resiko lebih rendah terkena penyakit jantung dan pembuluh darah. Beberapa faktor ditengarahi sebagai penyebab rendahnya konsumsi ikan di Indonesia, antara lain karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang
2 gizi dan manfaat protein ikan bagi kesehatan dan kecerdasan, rendahnya suplai ikan khususnya ke daerah-daerah pedalaman akibat kurang lancarnya distribusi pemasaran ikan, belum berkembangnya teknologi pengolahan/ pengawetan ikan sebagai bentuk keanekaragaman dalam memenuhi tuntutan selera konsumen dan sarana pemasaran serta distribusi masih terbatas baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Ronny, 2013). Peringatan Harkannas (Hari Ikan Nasional) bertema Ikan untuk Ketahanan Pangan dan Gizi Nasional pada tanggal 21 November 2014 yang digelar oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk pertama kalinya diadakan agar masyarakat mampu mengingat serta kembali melihat kelautan dan perikanan sebagai tumpuan dan harapan pembangunan nasional. Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARIKAN) juga upaya yang diinisisasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk membangun kesadaran gizi individu maupun masyarakat agar gemar mengkonsumsi ikan. Ikan merupakan salah satu sumber asam lemak tak jenuh dan protein hewani terbaik. Asam lemak yang paling banyak pada ikan terutama dibagian perutnya adalah asam lemak omega-3, terutama asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA) yang baik untuk kekebalan tubuh, menghambat pertumbuhan kanker, menurunkan kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kolesterol baik (HDL), menyehatkan jantung dan baik untuk perkembangan otak terutama pada balita. Kandungan asam lemak ini bervariasi, tergantung jenis ikannya. Pada umumnya ikan laut mengandung asam lemak tak jenuh rantai panjang yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan ikan air tawar (Murdiati, 2013). Ikan mengandung protein lebih tinggi dibandingkan dengan telur dan daging. Ikan sarden mengandung 21 gram protein, telur ayam mengandung 12,8 gram protein dan daging sapi mengandung 18,8 gram protein. Berdasarkan kampanye pada tanggal 29 November 2014 yang diadakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, individu termasuk kelompok usia sekolah menjadi sasaran kegiatan. Anak usia sekolah merupakan generasi penerus untuk melanjutkan pembangunan bangsa. Sudah seharusnya mereka memperoleh pembinaan dan peningkatan taraf kesehatan agar kelangsungan hidup dan perkembangan fisik maupun mental yang dikenal sebagai proses tumbuh kembang dapat berjalan secara optimal (Adriani, 2012). Dari survei awal yang dilakukan kepada beberapa siswa, rasa ikan yang tidak enak dan bau ikan yang amis menjadi penyebab anak tidak memilih ikan sebagai sumber protein hewani yang baik untuk kecerdasan otak pada masa pertumbuhan. Kondisi ekonomi masyarakat yang ratarata menengah ke bawah juga menjadi salah satu faktor rendahnya konsumsi ikan siswa Sekolah Dasar, padahal ketersediaan ikan di lingkungan sekitar cukup. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan pola konsumsi ikan siswa Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Medan Sunggal Tahun Metode Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian berupa survei yang bersifat analitik dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi ikan siswa Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Medan Sunggal Tahun Sampel yang diambil berjumlah 44 siswa dengan menggunakan teknik purposive sampling.
3 Hasil dan Pembahasan Sekolah Dasar (SD) Negeri berdiri di atas tanah seluas SD ini terletak di Jalan Setia Budi No. 6 Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Adapun sarana yang dimiliki sekolah ini adalah 6 ruangan kelas, 1 ruangan kepala sekolah dan 1 ruangan kantor yang digabung dengan tata usaha. Saat ini, kepala sekolah SD tersebut adalah Ibu Orni, S.Pd yang dibantu oleh 10 orang guru. Jumlah siswa yang belajar di sekolah tersebut pada tahun ajaran 2015/2016 berjumlah 117 orang yang terdiri dari 18 orang kelas I, 21 orang kelas II, 15 orang kelas III, 19 orang kelas IV, 23 orang kelas V, 21 orang kelas VI. Berdasarkan jenis kelamin siswa di SD tersebut terdapat 59 orang siswa laki-laki dan 58 orang siswa perempuan. Di sekitar lingkungan sekolah banyak pedagang yang menjual berbagai jenis makanan ringan, karena banyaknya makanan yang dijual di lingkungan sekolah pada jam istirahat berlangsung, menjadi alasan anak memilih untuk tidak membawa bekal dari rumah. Tabel 1 Distribusi Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 Karakteristik Siswa Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur 9-11 Tahun Tahun Jumlah Siswa ,7 52,3 72,7 27,3 Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa dari 44 orang siswa terdapat 21 orang siswa (47,7%) yang berjenis kelamin laki-laki dan 23 orang siswa (52,3%) yang berjenis kelamin perempuan. Jumlah siswa yang berada pada kelompok umur 9-11 tahun sebanyak 32 orang siswa (72,7%) dan yang berada pada kelompok umur tahun sebanyak 12 orang siswa (27,3%). Tabel 2 Distribusi Karakteristik Keluarga Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 Karakteristik Keluarga Pekerjaan Ayah PNS Karyawan Wiraswasta Tukang Bangunan/Buruh Tukang Becak Pekerjaan Ibu Wiraswasta Jumlah Siswa ,5 11,4 27,3 34,1 22,7 6,8 93,2 Ibu Rumah Tangga Ekonomi < , , , ,5 Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa pekerjaan ayah sebagai tukang bangunan/buruh sebesar 34,1% dan sebagai PNS sebesar 4,5%. Pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga sebesar 93,2% dan sebagai wiraswasta sebesar 6,8%. Kondisi ekonomi keluarga siswa sekolah dasar pada kategori < ,- sebesar 45,5% dan kondisi ekonomi keluarga siswa sekolah dasar pada kategori ,- sebesar 54,5%. Tabel 3 Distribusi Konsumsi Ikan Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 Konsumsi Jumlah Siswa No. Ikan 1. Ya 30 68,2 2. Tidak 14 31,8 Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa siswa SD yang mengonsumsi ikan sebanyak 30 orang siswa (68,2%) dan siswa SD yang tidak mengonsumsi ikan sebanyak 14 orang siswa (31,8%).
4 Tabel 4 Distribusi Jenis Ikan yang Dikonsumsi Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 No. Jenis Ikan yang dikonsumsi 1. Tidak Mengonsumsi Ikan Jumlah Siswa 14 31,8 2. Ikan Laut 12 27,3 3. Ikan Air Tawar 15 34,1 4. Hasil Olahan Ikan 3 6,8 Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 15 orang siswa (34,1%) mengonsumsi jenis ikan air tawar dan sebanyak 3 orang siswa (6,8%) mengonsumsi hasil olahan ikan. Ikan air tawar yang banyak dikonsumsi siswa seperti lele, mas, mujair dan hasil olahan ikan seperti ikan asin. Ikan teri merupakan jenis ikan laut yang banyak dikonsumsi oleh siswa SD karena rasanya yang gurih dan didukung oleh kebiasaan ibu dalam menyajikan masakan ikan teri di rumah. Ikan juga merupakan sumber kalsium, terutama pada ikan teri (Murdiati, 2013). Selain ikan teri, jenis ikan laut lain yang dikonsumsi oleh siswa SD adalah ikan tongkol, ikan sarden dan ikan kembung. Jenis ikan air tawar yang banyak dikonsumsi oleh siswa SD adalah ikan lele karena dagingnya yang lembut dan rasa daging ikannya yang tidak kalah enak dari jenis ikan air tawar lain menjadi alasan anak cenderung memilih ikan lele sebagai ikan yang banyak mereka konsumsi. Selain ikan lele, siswa SD juga mengonsumsi jenis ikan air tawar lainnya, yaitu ikan nila, ikan mas dan ikan mujair. Dibandingkan dengan ikan air laut, anak cenderung memilih jenis ikan air tawar untuk dikonsumsi. Dilihat dari segi gizi juga kandungan protein ikan air tawar tidak berbeda dengan ikan laut, tetapi kadar asam lemak omega-3 nya yang jauh lebih rendah (Khomsan, 2010). Selain jenis ikan laut dan jenis ikan air tawar yang dikonsumsi oleh siswa SD, ikan asin yang mengandung kadar garam tinggi yang merupakan hasil olahan ikan dengan cara digarami lalu dijemur juga menjadi pilihan jenis ikan yang dikonsumsi. Dari penelitian yang dilakukan dengan wawancara langsung, untuk mengetahui hasil olahan ikan yang dikonsumsi, diperoleh hasil bahwa semua siswa SD mengonsumsi ikan asin dalam satu minggu. Ketersediaan ikan asin di rumah dapat dipengaruhi oleh banyaknya ikan asin yang tersedia di pasar tradisional di lingkungan rumah. Tabel 5 Distribusi Jenis Ikan yang Dikonsumsi Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 Jenis Ikan Jumlah Siswa A. Ikan Laut 1. Teri 25 83,3 2. Sarden 19 63,3 3. Kembung 13 43,3 4. Tongkol 20 66,7 B. Ikan Air Tawar 1. Lele 27 90,0 2. Nila 16 53,3 3. Mas 13 43,3 4. Mujair 12 40,0 C. Hasil Olahan Ikan 1. Ikan Asin ,0 Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa untuk jenis ikan laut sebanyak 25 orang (83,3%) mengonsumsi ikan teri dan 13 orang (43,3%) mengonsumsi ikan kembung. Siswa yang mengonsumsi jenis ikan air tawar sebanyak 27 orang (90,0%) mengonsumsi ikan lele dan 12 orang (40,0%) mengonsumsi ikan mujair. Untuk jenis hasil olahan ikan sebanyak 30 orang (100,0%) mengonsumsi ikan asin.
5 Tabel 6 Distribusi Jumlah Ikan yang Dikonsumsi Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 No. Jumlah Ikan yang dikonsumsi 1. Tidak Mengonsumsi Ikan Jumlah Siswa N % 14 31,8 2. Kurang 7 15,9 3. Baik 23 52,3 Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa dari 44 orang siswa sebanyak 7 orang (15,9%) memperoleh jumlah ikan pada kategori kurang dan 23 orang (52,3%) memperoleh jumlah ikan pada kategori baik. Menurut Meliala (2009) ikan sangat baik untuk dikonsumsi karena kandungan proteinnya yang tinggi dan berguna untuk kesehatan tubuh terutama bagi anak-anak yang masih dalam tahap pertumbuhan karena akan sangat besar pengaruhnya bagi kecerdasan otak. Selain tinggi protein ikan juga mengandung zat gizi mikro seperti vitamin A, seng, selenium, kalsium dan yodium yang cukup baik. Dengan kandungan gizi makro dan mikro yang cukup tinggi ini, maka ikan mempunyai arti penting dalam menaggulangi berbagai masalah gizi (Khomsan, 2010). jarang, 13 orang (29,5%) memperoleh frekuensi konsumsi ikan pada kategori kadang-kadang dan 8 orang (18,2%) memperoleh frekuensi konsumsi ikan pada kategori sering. Penelitian lain yang dilakukan oleh Riyandini (2014) tentang frekuensi konsumsi ikan anak-anak SD Brigjend Katamso II diperoleh sebanyak 39,7% anak-anak berada pada kategori frekuensi konsumsi ikan kadang-kadang. Selain ikan, anak-anak mengonsumsi sumber protein lain seperti telur, tempe, tahu, dan daging ayam. Hal inilah yang menyebabkan masih hanya sekitar 18,2% siswa yang frekuensi konsumsi ikannya tergolong sering. Padahal menurut Saparinto yang dikutip dalam Riyandini (2014) jika bahan makanan dari ikan diolah dengan bumbu yang sesuai dengan teknik pemasakan yang tepat dan disajikan secara kreatif, dapat menggugah selera makan anak-anak, mengingat manfaat ikan yang baik untuk anak tertama pada masa pertumbuhan. Tabel 7 Distribusi Frekuensi Ikan Siswa Sekolah Dasar Negeri Di kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 No. Frekuensi Ikan yang dikonsumsi 1. Tidak Mengonsumsi Ikan Jumlah Siswa 14 31,8 2. Jarang 9 20,5 3. Kadang-Kadang 13 29,5 4. Sering 8 18,2 Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa dari 30 orang siswa sebanyak 9 orang (20,5%) memperoleh frekuensi konsumsi ikan pada kategori
6 Tabel 8 Distribusi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Konsumsi Ikan Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 Variabel Jumlah Siswa Pengetahuan a. Kurang 7 15,9 b. Sedang 20 45,5 c. Baik 17 38,6 Sosial Budaya a. Negatif b. Positif Ekonomi a. Rendah b. Tinggi Dukungan Ibu a. Tidak Baik b. Baik Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa dari 44 orang siswa sebanyak 7 orang (15,9%) memiliki pengetahuan kategori kurang, 20 orang (45,5%) memiliki pengetahuan kategori sedang dan 17 orang (38,6%) memiliki pengetahuan kategori baik. Berdasarkan kondisi sosial budaya sebanyak 16 orang ,4 63,6 45,5 54,5 38,6 61,4 (36,4%) dengan kategori negatif dan sebanyak 28 orang (63,6%) dengan kategori positif. Segi ekonomi keluarga sebanyak 20 orang (45,5%) dengan kategori rendah dan sebanyak 24 orang (54,5%) dengan kategori tinggi. Dukungan ibu kepada siswa dalam mengkonsumsi ikan sebanyak 17 orang (38,6%) dengan kategori tidak baik dan sebanyak 27 orang (61,4%) dengan kategori baik. Tabel 9 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Jumlah Ikan yang Dikonsumsi Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 Jumlah Ikan No. Pengetahuan Tidak Ada Kurang Baik 1. Kurang 1 14,3 3 42,9 3 42,9 2. Sedang 12 60,0 3 15,0 5 25,0 3. Baik 1 5,9 1 5, ,2 Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa hubungan pengetahuan dengan jumlah ikan yang dikonsumsi siswa SD yang memiliki pengetahuan kurang 42,9%, pada siswa SD yang memiliki pengetahuan pada sedang 15,0% sedangkan siswa SD yang memiliki pengetahuan baik sebesar 5,9%. p 0,0001 Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai p=0,0001 (p<0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan jumlah ikan yang dikonsumsi siswa SD. Hal tersebut didukung oleh teori bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan dapat terjadi
7 melalui pancaindra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012). Jika kita menghendaki agar masyarakat gemar makan ikan, maka diperlukan peningkatan pengetahuan, sehingga mereka mengetahui manfaat positif mengkonsumsi ikan bagi kesehatan (Khomsan, 2010). Daging ikan mempunyai beberapa manfaat yang sangat penting bagi tubuh diantaranya menjadi sumber energi yang sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari, membantu pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh dan mempertinggi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit serta memperlancar proses-proses fisiologis di dalam tubuh (Saparinto dalam Riyandini, 2014). Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung asam lemak tak jenuh berupa omega-3 dan omega-6 yang disarankan untuk dikonsumsi tidak kurang dari 2,4% dari total asupan omega-6 dan 0,5-1,0% dari total asupan omega-3 (Meliala, 2009). Tabel 10 Hubungan Sosial Budaya dengan Jumlah Ikan yang Dikonsumsi Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 Jumlah Ikan No. Sosial Budaya Tidak ada Kurang Baik p 1. Negatif 2 12,5 6 37,5 8 50,0 2. Positif 12 42,9 1 3, ,6 Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa siswa dengan kondisi sosial budaya pada kategori negatif mengonsumsi ikan dengan jumlah ikan pada kategori kurang yaitu 6 orang (37,5%), siswa dengan kondisi sosial budaya positif mengonsumsi ikan dengan jumlah ikan pada kategori kurang yaitu 1 orang (3,6%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai p=0,005 (p<0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara sosial budaya dengan jumlah ikan yang dikonsumsi siswa SD. Hasil penelitian yang dilakukan kepada siswa dengan wawancara langsung beberapa diantara mereka ada yang mengatakan bahwa mengonsumsi ikan menyebabkan alergi, beberapa diantara mereka juga mengeluhkan bau ikan yang amis dan rasanya yang tidak enak. Dari sudut pandang antropologi gizi diketahui mengubah pola (kebiasaan) makanan masyarakat sangat sulit karena kebiasaan makan diwariskan turun-temurun sejak kanak-kanak sampai dewasa. Kesadaran 0,005 masyarakat tentang pentingnya mengkonsumsi ikan untuk perbaikan gizi akan meningkatkan permintaan akan ikan. Oleh karena itu, upaya pemasaran sosial peningkatan konsumsi ikan perlu selalu digalakan. Bagi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah bukan pantai, tentu saja tidak mudah untuk mengakses ikan, sehingga budaya makan dikembangkan adalah budaya non ikan. Pada hakikatnya sifat kebudayaan adalah kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia dan kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu dan mencakup tindakan yang diterima dan ditolak maupun yang dilarang dan diizinkan (Soekanto, 2006). Ikan di mata masyarakat memang belum menduduki posisi sosial strategis. Hal ini berbeda dengan produk hewani asal ternak yang seringkali dapat digunakan sebagai indikator peningkatan kesejaterahan. Masyarakat kurang mampu dulunya jarang makan telur dan daging, setelah pendapatannya meningkat yang bertambah adalah konsumsi telur dan daging.
8 Fenomena ini tidak berlaku untuk ikan (Khomsan (2010). Tabel 11 Hubungan Ekonomi dengan Jumlah Ikan yang Dikonsumsi Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 Jumlah Ikan No. Ekonomi Tidak Ada Kurang Baik p 1. Rendah 10 50,0 6 30,0 4 20,0 0, Tinggi 4 16,7 1 4, ,2 Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa siswa dengan kondisi ekonomi pada kategori rendah ternyata mengonsumsi ikan dengan jumlah ikan pada kategori kurang yaitu 6 orang (30,0%), siswa dengan kondisi ekonomi pada kategori tinggi ternyata mengonsumsi ikan dengan jumlah ikan pada kategori kurang yaitu 1 orang atau (4,2%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai p=0,0001 (p<0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara ekonomi dengan jumlah ikan yang dikonsumsi siswa SD. Penelitian ini didukung oleh teori bahwa keadaan ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan makanan yang tersedia dalam keluarga (Supariasa, 2001). Tabel 12 Hubungan Dukungan Ibu dengan Jumlah Ikan yang Dikonsumsi Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 Jumlah Ikan No. Dukungan Ibu Tidak Ada Kurang Baik p 1. Tidak Baik 2 11,8 7 41,2 8 47,1 0, Baik 12 44,4 0 0, ,6 Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa siswa dengan dukungan ibu pada kategori tidak baik ternyata mengonsumsi ikan dengan jumlah ikan pada kategori kurang yaitu 7 orang (41,2%), siswa dengan dukungan ibu pada kategori baik ternyata mengonsumsi ikan dengan jumlah ikan pada kategori baik yaitu 15 orang (55,6%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai p=0,001 (p<0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan ibu dengan jumlah ikan yang dikonsumsi siswa SD. Penelitian ini didukung oleh teori bahwa untuk masa bayi dan kanak-kanak, mereka masih sangat tergantung pada orangtuanya. Makanan apa saja yang diberikan oleh orangtuanya, itulah yang dimakan. Apabila orangtua sejak awal tidak pernah memperkenalkan atau membiasakan anak-anaknya untuk mengkonsumsi ikan, maka sampai dewasa terbentuklah sikap atau pola makan non ikan (Nadesul, 1995). Kesimpulan 1. Hasil analisa statistik didapatkan bahwa siswa SD Negeri yang mengonsumsi ikan sebesar 79,8% dan yang tidak mengonsumsi ikan sebesar 37,2%. 2. Hasil frekuensi pola konsumsi ikan di SD Negeri didapatkan bahwa 29,5% siswa yang mengonsumsi ikan pada kategori kadang-kadang. 3. Pada hasil penelitian terdapat 4 faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi ikan siswa SD Negeri di Kecamatan Medan Sunggal yaitu,
9 pengetahuan, sosial budaya, ekonomi dan dukungan ibu dengan nilai p<0,05. Saran 1. Konsumsi ikan siswa Sekolah Dasar Negeri perlu ditingkatkan dibantu dengan informasi gizi yang diberikan oleh guru, karena masih ada siswa yang tidak mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein hewani yang baik untuk masa pertumbuhan. 2. Pihak sekolah diharapkan dapat bekerja sama dengan puskesmas dalam melakukan penyuluhan gizi kepada siswa Sekolah Dasar. 3. Dinas Pendidikan diharapkan dapat bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan dalam mendukung program Gerakan Makan Ikan. 4. Dari segi jenis ikan yang dikonsumsi diharapkan siswa lebih banyak mengkonsumsi jenis-jenis ikan laut mengingat kandungan gizinya yang lebih baik untuk masa pertumbuhan dan dari segi frekuensi ikan yang dikonsumsi diharapkan siswa mampu meningkatkan konsumsi ikan. Daftar Pustaka Adriani, M. dan Wirjatmadi, B., Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Kencana. Jakarta. Almatsier, Sunita., Prinsip Dasar Imu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Apriani, Rina., Pola Konsumsi Ikan Pada Anak Balita Di Nagari Taruang- Taruang Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang. Padang. Demanik, Harry M., Pola Makan dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di Desa Perbukitan dan Di Desa Tepi Danau Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan. Departemen Kesehatan., Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Diunduh dari tanggal 28 Maret Gober, Uwe., Mikro-Nutrien Penyelarasan Metabolik, Pencegahan, dan Terapi. Edisi I. Kencana Prenademedia Group. Jakarta. Ikawati., Peringatan Hari Ikan Nasional Perdana, KKP Ajak Tingkatkan Konsumsi Ikan. Diakses dari tanggal 28 Maret Ronny., Pemprov Sumbar Dorong Mastarakat Tingkatkan Konsumsi Ikan. Diakses dari tanggal 28 Maret Jurnal Warga., Walikota Ajak Siswa SD Gemar Makan Ikan. Diakses dari tanggal 10 Mei Khomsan, Ali., Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Meliala, Endang R.S., Konsumsi Ikan dan Kontribusinya Terhadap Kebutuhan Protein Pada Keluarga Nelayan Di Lingkungan IX Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Medan. Muhilal dan Damayanti., Gizi Anak dan Remaja. EGC. Jakarta. Murdiati, A. dan Amaliah., Panduan Penyiapan Pangan Sehat Untuk Semua. Edisi II. Kencana Prenademedia Group. Jakarta. Nadesul, H., Cara Sehat Mengasuh Anak. Puspa Swara. Jakarta. Nilawati, Nurul S., Hubungan Konsumsi Ikan Dengan Perkembangan Kognisi Anak Baduta (12-23 Bulan) Studi Di Kecamatan Gandus Kota Palembang Tahun Tesis. Pasca Sarjana Program Studi Magister Gizi Masyarakat. Universitas Diponegoro. Semarang.
10 Notoatmodjo, S., Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Riyandini, Mentari C., Hubungan Konsumsi Ikan Dengan Prestasi Belajar Anak Di Sekolah Dasar Swasta Brigjend Katamso II Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan. Simanjuntak, Betty Y., Sumbangan Protein Ikan Terhadap Konsumsi Total Protein Anak SD Keluarga Nelayan dan Bukan Nelayan pada SD Kelurahan Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan. Soekanto, Soerjono., Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Suhardjo, Kusharto C., Prinsip- Prinsip Ilmu Gizi. Kanisius. Yogyakarta. Supariasa, I D.N., Bakri B., & Fajar I., Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Zulaihah, S dan Widajanti, L Hubungan Kecukupan Asam Eikosapentanoat (EPA), Asam Dokosaheksanoat (DHA) Ikan dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Gizi Indonesia Volume 1 Nomor 2 Hal Zulfrida., Gambaran Pola Konsumsi Makanan Murid Sekolah Dasar Islam Terpadu Siti Hajar di Kota Medan Tahun Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan.
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per kapita per tahun. Angka tersebut masih sangat jauh jika dibandingkan dengan konsumsi ikan di negara
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA KONSUMSI IKAN SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA KONSUMSI IKAN SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 060919 DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 SKRIPSI OLEH ASIH MONICA PUTRI NIM : 111000278 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Lebih terperinciHUBUNGAN KONSUMSI IKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SEKOLAH DASAR SWASTA BRIGJEND KATAMSO II KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN
HUBUNGAN KONSUMSI IKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SEKOLAH DASAR SWASTA BRIGJEND KATAMSO II KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN (The Relationship of Fish Consumption and Student Learning Achievement
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan fisik atau produktivitas kerja (Supariasa, 2001).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child Growth Standart didasarkan
Lebih terperinciIkan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3.
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. Ikan baik untuk tambahan diet karena
Lebih terperinciPOLA KONSUMSI IKAN PADA ANAK BALITA DI NAGARI TARUANG-TARUANG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN RINA APRIANI
POLA KONSUMSI IKAN PADA ANAK BALITA DI NAGARI TARUANG-TARUANG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN RINA APRIANI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi dalam depkes RI adalah kondisi seseorang dinyatakan menurut jenis dan berat keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru
Lebih terperinciHubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA PAPRINGAN KECAMATAN
Lebih terperinciHubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru
Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Correlation Of Energy Consumption Level, Protein and Food Consumerism With Nutritional Status
Lebih terperinciGambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil
13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state). Tiga perempat dari luas wilayah Indonesia atau sekitar 5.8 juta km² berupa laut. Garis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi perikanan laut Indonesia yang tersebar pada hampir semua bagian perairan laut Indonesia yang ada seperti pada perairan laut teritorial, perairan laut nusantara
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 217 18 HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI Enggar Anggraeni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Direktorat Gizi Masyarakat adalah terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Untuk dapat mencapai masyarakat yang sehat, perlu ditanamkan pola
Lebih terperinciSTATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS
Journal of Pediatric Nursing Vol. 1(5), pp. 243-247, Januari, 2015 Available online at http://library.stikesnh.ac.id ISSN 2354-726X STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH
Lebih terperinciPola Konsumsi Omega 3 Dari Makanan Berbahan Ikan Pada Ibu Hamil di Kota Tarakan
Pola Konsumsi Omega 3 Dari Makanan Berbahan Ikan Pada Ibu Hamil di Kota Tarakan Nurasmi, Susanti, dan Yuni Retnowati FIKES Universitas Borneo Tarakan Phone: +62 551 5511158 Abstrak Di Indonesia terjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan penting bagi pembangunan nasional. Peranan sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah menghasilkan bahan pangan protein hewani,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang. Oleh karena itu setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah salah satu unsur penting yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Oleh karena itu setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi zat-zat gizi yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa Taman Kanak-Kanak merupakan awal dari pengenalan anak dengan suatu lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK sedang mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung dari pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan meningkatkan kualitas penduduk
Lebih terperinciDAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... ABSTRACT... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI Bab KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN... iv vi vii viii x xii xiii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Identifikasi
Lebih terperinciPOLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT
1 POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN 060921 KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 Ratna Juwita Sari 1, Zulhaida Lubis 2, Jumirah 2 1 Mahasiswa Fakultas Kesehatan Gizi Masyarakat 2 Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan sumber daya lautnya, salah satunya adalah ikan. Meskipun begitu, produksi ikan yang melimpah tersebut belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab dan pada usia ini sudah termasuk remaja. Keadaan kesehatan gizi anak sekolah tergantung
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperincidiketahui agar tercukupinya kebutuhan gizi anak sekolah, yaitu :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Sekolah Anak sekolah adalah anak yang berada pada usia sekolah yaitu antara 6-12 tahun. Pada usia ini anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil laut adalah makanan padat gizi yang sangat diperlukan oleh anak di masa pertumbuhannya. Ikan,terutama ikan laut kaya protein, vitamin, dan mineral serta asam lemak
Lebih terperinciHUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI SEIMBANG BAGI IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN PALMERAH TAHUN 2013
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI SEIMBANG BAGI IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN PALMERAH TAHUN 2013 Eka Mardiana Afrilia Universitas Muhammadiyah Tangerang Email : eka_afrilia@rocketmail.com
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan modal pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangan nya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN Mahdalena, Faridha BD (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT The purpose of this research is: knowing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumberdaya perikanan Indonesia sangat besar dimana luas perairan Indonesia sebesar 2 per 3 luas daratan. Luas wilayah daratan Indonesia mencakup 1.910.931,32
Lebih terperinciPERILAKU KONSUMSI IKAN PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH PANTAI DAN BUKAN PANTAI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Nia Kurniawati
PERILAKU KONSUMSI IKAN PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH PANTAI DAN BUKAN PANTAI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nia Kurniawati PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim
Lebih terperinciHUBUNGAN KECUKUPAN ASAM EIKOSAPENTANOAT (EPA), ASAM DOKOSAHEKSANOAT (DHA) IKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
Volume 1 Nomor 2 Juni 6 HUBUNGAN KECUKUPAN ASAM EIKOSAPENTANOAT (EPA), ASAM DOKOSAHEKSANOAT (DHA) IKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Zulaihah (1), L. Widajanti (2) ABSTRACT Background:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI OLEH HARAFANI IMANNANDA E10013238 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2017
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di zaman seperti sekarang ini masih banyak dijumpai orang-orang yang mengalami
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman seperti sekarang ini masih banyak dijumpai orang-orang yang mengalami kekurangan gizi. Masalah gizi pada masyarakat umumnya terjadi karena faktor ekonomi yang
Lebih terperinciKEBIASAAN MAKAN YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEGEMUKAN PADA REMAJA (Studi di SMP Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya)
KEBIASAAN MAKAN YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEGEMUKAN PADA REMAJA (Studi di SMP Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya) Arief 1) Hidayanti 2) Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Lebih terperinciKONSUMSI IKAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KEBUTUHAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN DI LINGKUNGAN IX KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN MARELAN
KONSUMSI IKAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KEBUTUHAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN DI LINGKUNGAN IX KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN MARELAN SKRIPSI Oleh : ENDANG RESTUINA S. MELIALA NIM : 061000262
Lebih terperinciDepartemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN SARAPAN PAGI PADA ANAK DI SD ST.THOMAS 1 MEDAN TAHUN 2013 Rindika Christiani Siregar 1, Eddy Syahrial 2, Alam Bakti Keloko 2 1 Mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciCARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG
CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Oleh:
Lebih terperinciPELUANG BISNIS TELOR ASIN ASLI BREBES
PELUANG BISNIS TELOR ASIN ASLI BREBES Disusun Oleh : Nama : Siska Febi Novitasari NIM : 11.11.5262 Kelompok : E Kelas : 11-S1TI-09 JURUSAN TENIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK
Lebih terperinciOLEH: RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN POLA KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2014 DI MEDAN TAHUN 2015 OLEH: RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG 12010017
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel
Lebih terperinciHUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG
HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG Nunung Nurjanah * Tiara Dewi Septiani** Keperawatan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi kurang menjadi salah satu masalah gizi utama di Indonesia sehingga pemerintah menekankan Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi mempunyai pengaruh
Lebih terperinciKONTRIBUSI ZAT GIZI MAKRO MAKAN SIANG TERHADAP STATUS GIZI DI SDIT Ar. RAIHAN, TRIRENGGO, BANTUL, YOGYAKARTA. NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI
1 KONTRIBUSI ZAT GIZI MAKRO MAKAN SIANG TERHADAP STATUS GIZI DI SDIT Ar. RAIHAN, TRIRENGGO, BANTUL, YOGYAKARTA. NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Gizi Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas didefinisikan sebagai penumpukan lemak yang berlebihan sehingga dapat menggangu kesehatan tubuh. (1) Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah
Lebih terperinciFaktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014
http://jurnal.fk.unand.ac.id 635 Artikel Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014 Selvi Indriani Nasution 1, Nur Indrawati Liputo 2, Mahdawaty
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup
Lebih terperinciPOLA MAKAN DAN KERAGAMAN MENU ANAK BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2005
HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN POLA MAKAN DAN KERAGAMAN MENU ANAK BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 25 Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU Jl. Universitas No. 21 Kampus
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Keadaan ini banyak diderita oleh kelompok balita yang merupakan generasi penerus bangsa.
Lebih terperinciKeywords: Anemia, Social Economy
HUBUNGAN ANTARA SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 5 KOTA MANADO *Angelia M. Sondey *Maureen I. Punuh *Dina V. Rombot Fakultas Kesehatan Masyarakat Abstrak Anemia pada umumnya
Lebih terperinciOleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari, M.Keb SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK
PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG POLA KONSUMSI MAKANAN IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012 Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini menghadapi berbagai permasalahan yang mendesak/akut, yang memerlukan penanggulangan dengan seksama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia. Sektor Perikanan dan Kelautan adalah salah satu sektor andalan yang dijadikan pemerintah sebagai salah
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN
HUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN Ahmad Faridi dan Rezanov Sagita Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan yang berbahaya dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup sehat telah menjadi trend baru masyarakat dunia. Masyarakat dunia semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan yang berbahaya dan makanan yang tidak sehat
Lebih terperinciHubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta
Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta Nanik Kristianti, Dwi Sarbini dan Mutalazimah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein hewani adalah harga produk yang tinggi atau daya beli masyarakat yang rendah. Sampai saat ini produk-produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia adalah berkurangnya jumlah kadar Hb (sel darah merah) hingga dibawah nilai normal, kuantitas hemoglobin dan volume packed red blood cells ( hematokrit)
Lebih terperinciGAMBARAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KECUKUPAN SERAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI MEDAN SKRIPSI. Oleh ANGGI RARA NIM.
GAMBARAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KECUKUPAN SERAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI 060870 MEDAN SKRIPSI Oleh ANGGI RARA NIM. 121021024 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia tersebut merupakan periode emas seorang anak dalam pertumbuhan dan perkembangan terutama fungsi
Lebih terperinciHUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL
HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL Rr. Dewi Ngaisyah INTISARI Kejadian stunting muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia. Jumlah penderita kurang gizi di dunia mencapai 104 juta anak dan keadaan kurang gizi merupakan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015
HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 Oleh : Nia Sylviana Junaz 1, Jumirah 2, Albiner Siagian 2 1 Alumni Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J
ARTIKEL ILMIAH GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU PERMATA DESA BAKI PANDEYAN KABUPATEN SUKOHARJO Disusun
Lebih terperinciTHE FACTORS ASSOCIATED WITH POOR NUTRITION STATUS ON TODDLERS IN THE PUSKESMAS PLERET BANTUL REGENCY YEARS Rini Rupida 2, Indriani 3 ABSTRACK
THE FACTORS ASSOCIATED WITH POOR NUTRITION STATUS ON TODDLERS IN THE PUSKESMAS PLERET BANTUL REGENCY YEARS 013 1 Rini Rupida, Indriani 3 ABSTRACK Background : one of the important elements of health is
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN PADA SALAH SATU DESA DI WILAYAH LAMPUNG TIMUR Damayanti*, Siti Fatonah* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk
Lebih terperinciAdequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan
Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Silaen P, Zuraidah R, Larasati TA. Medical Faculty
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu
Lebih terperinciPOLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU
1 POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU Chintya Nurul Aidina¹, Zulhaida Lubis², Fitri Ardiani² ¹Mahasiswi Departemen Gizi Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG
HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG The Association Beetween Energy and Protein Intake with Nutritional Status of Under Five Children in Tamamaung Village
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga
TINJAUAN PUSTAKA Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya
Lebih terperinci² Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ABSTRACT
HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER KETIGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DESA LALANG KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2013 Marissa Anggraini 1, Evawany Y Aritonang²,
Lebih terperinciPENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA
PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA Elfi Manya Sari *, Reni Asmara Ariga ** * Mahasiswa Fakustas Keperawatan USU ** Dosen Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu sumber mineral mikro yang berperan sangat penting dalam proses metabolisme tubuh (Indira, 2015). Mineral mikro sendiri merupakan mineral
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia.kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan investasi dan generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa dimasa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Kualitas anak sangat
Lebih terperinci