HUBUNGAN KONSUMSI IKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SEKOLAH DASAR SWASTA BRIGJEND KATAMSO II KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN KONSUMSI IKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SEKOLAH DASAR SWASTA BRIGJEND KATAMSO II KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN"

Transkripsi

1 HUBUNGAN KONSUMSI IKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SEKOLAH DASAR SWASTA BRIGJEND KATAMSO II KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN (The Relationship of Fish Consumption and Student Learning Achievement in Brigjend Katamso II Elementary School Medan Marelan Subdistrict Medan City) Mentari Christ Riyandini¹, Etti Sudaryati², Albiner Siagian 3 ¹Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU 2,3 Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU ABSTRACT Fish is a source of animal protein that has the advantage is high content of essential fatty acid to help the formation of brain cells in improving the academic achievement of school-age children. In 2013, the average fish consumption rate of the population of Indonesia is still at 35,14 kgs/capita/year. This study aims to determine the relationship of fish consumption withlearning achievement in elementary school children of Brigjend Katamso II with a cross-sectional study design and was conducted in November August The study population was all elementary students and samples were taken 68 students with proportional stratified random sampling. Primary data is the identity of respondents, fish consumption, weight and height of children. Secondary data is a general overview of the school and students grades monthly during the second semester of school year 2013/2014. The results showed that the type of fish consumed are marine fish and dairy (48,5%). Sufficient amount of fish consumption (69,1%) with an average of 12,6 g/day. The frequency of fish consumption occasionally (39,7 %) with an average of 4,55 times/week. Learning achievement is very good (57,4%) with an average of 82,67. There is a significant relationship between the amount of fish consumption and learning achievement (p=0,036) and the frequency of fish consumption and learning achievement (p=0,012). Suggested children's fish consumption should be increased quantity and frequency. Learning achievement needs to be maintained. The school is expected to cooperate with the government and deliver nutritional information through the school bulletin. Keywords: Fish Consumption, Learning Achievement PENDAHULUAN Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas manusia Indonesia di masa yang akan datang harus lebih baik dari sekarang. Kualitas manusia dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu segi sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan, kesehatan, dan lain-lain. Dari aspek gizi, kualitas manusia diartikan dalam dua hal pokok, yaitu: kecerdasan otak atau kemampuan intelektual dan kemampuan fisik atau produktivitas kerja (Supariasa, 2001). Pertumbuhan masa kanak-kanak (growth spurt I, umur 1-9 tahun) berlangsung dengan kecepatan lebih lambat daripada pertumbuhan bayi, tetapi kegiatan fisiknya meningkat. Oleh karena itu, dengan perimbangan terhadap besarnya tubuh, kebutuhan zat gizi tetap tinggi. Menyediakan pangan yang mengandung protein, kapur dan fosfor sangat penting (Baliwati & Retnaningsih, 2004). Indonesia dikenal sebagai Negara Bahari dimana wilayah lautnya mencakup tiga perempat luas Indonesia atau 5,8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang di dunia sebesar km, sedangkan luas 1

2 daratannya hanya 1,9 juta km 2. Perairan laut Indonesia memiliki sekitar jenis ikan (Bahar, 2006). Dengan potensi wilayah laut yang sangat luas dan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, sesungguhnya kelautan merupakan sektor yang mempunyai keunggulan komparatif dalam kiprah pembangunan nasional (Iriyandi, 2013). Rata-rata tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia pada tahun 2013 naik menjadi 35,14 kg/kapita/tahun dari sebelumnya 33,89 kg/kapita/tahun di 2012, 32,35 kg/kapita/tahun di 2011 dan 30,48 kg/kapita/tahun di Hingga tahun 2014, tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia ditargetkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan sebesar 38 kg/kapita/tahun, melihat perkembangannya terus meningkat sejak 2010 sebesar 5,33% per tahun (Ditjen P2HP KKP, 2014). Masih rendahnya tingkat konsumsi ikan perkapita di Indonesia antara lain karena kurangnya pemahaman manfaat mengkonsumsi ikan, kurangnya daya beli ikan dan masih mahalnya harga ikan bagi sebagian masyarakat yang mengkonsumsi ikan dan anggapan bahwa makan ikan menyebabkan kecacingan (Zulaihah & Widajanti, 2006). Padahal jika dikaji lebih lanjut, produk perikanan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh produk hewani/ternak lainnya, seperti: (1) variasi produk perikanan sangat banyak sehingga konsumen tidak akan pernah bosan (sesungguhnya) dengan mengkonsumsi hasil perikanan, (2) harga produk perikanan relatif lebih murah dibandingkan dengan produk peternakan seperti daging ayam, daging kambing, atau daging sapi, (3) dapat memenuhi kebutuhan protein hewani (Bahar, 2006). Protein ikan menyediakan lebih kurang 2/3 dari kebutuhan protein hewani yang diperlukan oleh manusia dan kandungan protein ikan relatif besar yaitu antara % per 100 gram daging ikan. Disamping menyediakan protein hewani yang relatif tinggi, ikan juga mengandung lemak (minyak ikan) antara 0,2 24 % terutama asam lemak esensial termasuk omega-3 (yang masuk dalam kelompok omega-3 adalah asam linolenat, Eicosa Pentaenoic Acid (EPA), dan Docosa Heksaenoic Acid (DHA). Ketiganya ini disebut asam lemak esensial karena sangat penting bagi pertumbuhan normal tubuh dan karena asam lemak esensial tidak dapat dibentuk di dalam tubuh maka harus dipenuhi dari diet. Ikan dengan kandungan omega-3 yang relatif tinggi seperti ikan salmon, gindara (cod), tuna, sardin, tenggiri (makarel)). Asam lemak esensial sangat diperlukan dalam pembentukan sel-sel otak untuk meningkatkan tingkat intelegensia (Danuri dalam Zulaihah & Widajanti, 2006). Berdasarkan observasi dan wawancara, didapatkan hasil bahwa SD Brigjend Katamso II adalah salah satu perguruan nasional yang baru diresmikan pada tahun 2012 dan terletak di kawasan utara Kota Medan yang berada tidak begitu jauh dari daerah penangkapan ikan dan dekat dengan pasar tradisional dimana ketersediaan ikan baik ikan laut maupun ikan air tawar selalu terjamin. Hasil wawancara dengan salah satu guru juga mengatakan, sekolah ini dilengkapi dengan fasilitas penyelenggaraan makanan dengan menu vegetarian. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II. Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan bagi peneliti, sebagai bahan informasi bagi pihak sekolah dan orang tua siswa SD Brigjend Katamso II serta masyarakat Kecamatan Medan Marelan tentang konsumsi ikan sebagai modal awal pendukung pertumbuhan dan perkembangan otak anaknya yang akan berdampak pada prestasi belajar anak sebagai jembatan ke masa depan si anak kelak, sebagai bahan informasi dan dasar untuk pengembangan teori dan penelitian selanjutnya tentang hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak usia sekolah. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei dengan desain cross-sectional (potong lintang). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa 2

3 SD Brigjend Katamso II Medan dari kelas I hingga kelas III berjumlah 229 siswa yang terdiri dari 102 orang siswa kelas I, 98 orang siswa kelas II dan 29 orang siswa kelas III. Sampel sebanyak 68 orang dipilih menggunakan teknik proportional stratified random sampling. Data primer yang dikumpulkan meliputi identitas responden, konsumsi ikan (menggunakan formulir Food Recall 24 jam (selama dua hari tidak berurutan) dan FFQ), berat badan dan tinggi badan anak. Data sekunder meliputi gambaran umum sekolah dan rapor bulanan selama semester genap T.A 2013/2014. Analisis data dilakukan dengan uji univariat dan chisquare. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sekolah Dasar Swasta Brigjend Katamso II berada di bawah naungan Yayasan Perguruan Nasional Brigjend Katamso II dan beralamat di Jl. Marelan Raya, Pasar III Lk. XII Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, sesuai dengan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan Nomor 420/11066.PPMP/2012, pada tanggal 11 Oktober 2012 tentang Izin Pendirian/Operasional Sekolah Swasta. Nomor Statistik Sekolah (NSS) adalah Visi Perguruan Nasional Brigjend Katamso II adalah mencerdaskan dan membangun karakter bangsa, dan misi Perguruan Nasional Brigjend Katamso harus menjadi sekolah unggulan/kelas utama dengan ciri khas pendidikan nilai-nilai kemanusiaan/budi pekerti, mendidik dan menghasilkan anak didik yang cakap intelek, stabil emosi, teguh moral, dan peka intuisi spiritual sehingga tercapai keunggulan kemanusiaan (human excellence). Gambaran Identitas Responden Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 52,94%. Kisaran umur dalam penelitian ini adalah 5 tahun sampai dengan 9 tahun dan sebagian besar berada pada kategori umur 7-9 tahun sebanyak 72,10%. Sebagian besar memeluk agama Islam sebesar 77,94%. Pekerjaan ayah sebagai karyawan sebesar 42,65%. Pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga sebesar 73,53%. Sekitar 85,29% anak tidak memiliki riwayat alergi terhadap ikan, hal ini tentunya dapat mendukung tingkat konsumsi ikan. Gambaran identitas responden selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Agama, Pekerjaan Ayah, Pekerjaan Ibu dan Riwayat Alergi di SD Brigjend Katamso II Identitas Responden N % Jenis Kelamin - Laki-laki 36 52,94 - Perempuan 32 47,06 Umur Tahun 19 27, Tahun 49 72,10 Agama - Islam 53 77,94 - Kristen 9 13,24 - Katolik 3 4,41 - Buddha 2 2,94 - Hindu 1 1,47 Pekerjaan Ayah - PNS 12 17,65 - Karyawan 29 42,65 - Wiraswasta 24 35,29 - Lain-lain 3 4,41 Pekerjaan Ibu - PNS 11 16,18 - Karyawan 3 4,41 - Wiraswasta 4 5,88 - Ibu Rumah Tangga 50 73,53 Riwayat Alergi - Ya 10 14,71 - Tidak 58 85,29 Total ,00 Gambaran Konsumsi Ikan Distribusi responden terbanyak pada kategori jenis ikan yang dikonsumsi adalah ikan laut dan yakni sebesar 48,5%, jumlah konsumsi protein ikan berada pada kategori cukup yakni sebesar 69,1% dengan rata-rata 12,6 gr/hari,dan frekuensi konsumsi ikan berada pada kategori kadang-kadang yakni sebesar 39,7%. Gambaran konsumsi ikan selengkapnya terdapat pada Tabel 2 3

4 Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Ikan di SD Brigjend Katamso II Konsumsi Ikan N % Jenis Ikan Ikan laut dan 33 48,5 Ikan air tawar dan 10 14,7 Keduanya 24 35,3 Tidak keduanya 1 1,5 Jumlah Ikan Cukup 47 69,1 Kurang 21 30,9 Frekuensi Konsumsi Ikan Sering 15 22,1 Kadang-kadang 27 39,7 Jarang 26 38,2 Sebanyak 48,5% anak-anak SD Brigjend Katamso mengonsumsi jenis ikan laut dan. Ikan laut yang dikonsumsi terbanyak adalah teri sebesar 22,06%, ikan air tawar yang dikonsumsi terbanyak adalah lele sebesar 19,12%. Teri merupakan ikan laut yang lebih disukai oleh anak-anak karena rasanya yang gurih dan tidak berduri. Ikan juga merupakan sumber kalsium,terutama pada ikan teri (Murdiati, 2013). Pada umumnya orang masih ragu dan bahkan jijik mengkonsumsi ikan lele karena mungkin pernah mendengar atau menyaksikan sendiri bagaimana keadaan ikan lele dipelihara di tambak-tambak, yang diberi makan seadanya bahkan kotoran manusia. Namun, lain halnya dengan anak-anak di SD Brigjend Katamso ini, anak-anak sering mengonsumsi ikan lele karena sudah dibiasakan oleh ibunya untuk mengonsumsi ikan lele sejak balita dan anak-anak menyukai rasanya yang gurih apabila digoreng kering. Kebiasaan pemberian makanan berbahan dasar ikan oleh ibu yang diawali sejak anak masih balita ini menjadi faktor penting dalam mendukung peningkatan konsumsi ikan. Sependapat dengan Khomsan (2002) yang menyatakan kebiasaan makan ikan sebagai produk bergizi harus diperkenalkan sejak dini terhadap anak-anak. Distribusi jenis ikan yang dikonsumsi selengkapnya terdapat dalam Tabel 3. Tabel 3. Distribusi Jenis Ikan yang Dikonsumsi oleh Anak-Anak di SD Brigjend Katamso II Jenis Ikan Jumlah Persentase (%) Ikan Laut Teri 17 25,00 Udang 14 20,59 Sardin 10 14,71 Kembung 10 14,71 Tongkol 10 14,71 Kakap 6 8,82 Cumi-Cumi 5 7,35 Selar 4 5,88 Bawal 4 5,88 Pari 3 4,41 Kerang 3 4,41 Kepiting 1 1,47 Ikan Air Tawar Lele 13 19,12 Nila 8 11,76 Gurame 5 7,35 Mas 3 4,41 Gabus 3 4,41 Mujair 2 2,94 Belut 2 2,94 Hasil Olahan Ikan Ikan Asin 4 5,88 Bakso Ikan 3 4,41 Kembung Pindang 1 1,47 Terasi 1 1,47 Sumbangan protein yang bersumber dari ikan saja diharapkan dapat memenuhi 60 % dari angka kecukupan protein. Sumbangan konsumsi ikan terhadap angka kecukupan protein berada pada kategori kurang (< 60 %) yaitu sebesar 97,1% dengan rata-rata 27,18%. Jumlah ikan yang dikonsumsi oleh anak-anak SD Brigjend Katamso II berada pada kategori cukup yaitu sebesar 69,1 % dengan rata-rata jumlah protein ikan adalah 12,6 gram/hari. Menurut Riskesdas (2010), rata-rata sumbangan protein dari ikan terhadap angka kecukupan protein pada anak-anak usia 0-9 tahun adalah 7,5 gram/hari atau sebesar 26,8%. Sumbangan konsumsi ikan terhadap angka kecukupan protein pada anak-anak SD Brigjend Katamso II masih tergolong kurang dengan rata-rata 27,18%. Padahal hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) merekomendasikan konsumsi protein hewani memberikan sumbangan sebesar 20% dari 4

5 angka kecukupan protein, dan dari angka tersebut ikan diharapkan memberikan sumbangan yang paling besar yaitu sebesar 60%. Sumbangan protein ikan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Sumbangan Protein Ikan di SD Brigjend Katamso II Sumbangan Protein Ikan N % Cukup 2 2,9 Kurang 66 97,1 Total ,0 Sebanyak 39,7% anak-anak SD Brigjend Katamso II berada pada kategori frekuensi konsumsi ikan kadang-kadang (4-6 kali/minggu), hanya sedikit selisihnya dibandingkan yang berada pada kategori jarang (38,2%). Hal ini sangat baik karena menurut Bahar (2006) mengonsumsi daging ikan minimal 2 kali/minggu sangat dianjurkan karena baik untuk kesehatan. Apabila dibandingkan dengan ikan, anak-anak lebih memilih mengonsumsi sumber protein hewani dari ayam dan telur setiap harinya. Alasan yang dikemukakan oleh para ibu sebagian besar adalah karena anak kurang menyukai bau amis dari ikan. Hal inilah yang menyebabkan masih hanya sekitar 22,1% anak-anak yang frekuensi konsumsi ikannya tergolong sering. Padahal menurut Saparinto (2006) jika bahan makanan dari ikan diolah dengan bumbu yang sesuai dengan teknik pemasakan yang tepat dan disajikan secara kreatif, dapat menggugah selera makan anakanak. Gambaran Prestasi Belajar Berdasarkan perolehan data sekunder SD Brigjend Katamso II, maka diperoleh data prestasi belajar seperti pada tabel berikut ini. Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi Belajar di SD Brigjend Katamso II Prestasi Belajar N % Sangat Baik 39 57,4 Baik 27 39,7 Cukup 2 2,9 Total ,0 Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa prestasi belajar anak tergolong sangat baik yakni sebesar 57,4%. Nilai rata-rata prestasi belajar sebesar 82,67 didapat berdasarkan rata-rata jumlah nilai rapor bulanan selama semester genap T.A 2013/2014 SD Brigjend Katamso II dari kelas I hingga kelas III meliputi mata pelajaran Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Bahasa Mandarin, Bahasa Inggris, Teknologi Informasi dan Komunikasi, serta Sempoa. Berdasarkan penilaian prestasi belajar, sebagian besar anak SD Brigjend Katamso II memiliki prestasi belajar yang sangat baik (nilai ) yaitu sebesar 57,4% dengan nilai rata-rata 82,67. Menurut Opit dan Thanthowi dalam Priyatno (2001), faktorfaktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar secara langsung dan tidak langsung adalah faktor internal (meliputi aspek fisik, gizi dan kesehatan, minat, motivasi, konsentrasi, keingintahuan, kepercayaan diri, serta intelegensi), dan faktor eksternal (meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat). Gambaran Status Gizi Berdasarkan hasil pengukuran langsung terhadap berat badan dan tinggi badan anak di SD Brigjend Katamso II, maka diperoleh data status gizi yang terdapat pada Tabel 6. 5

6 Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi di SD Brigjend Katamso II Status Gizi N % Gizi lebih 14 20,6 Normal 49 72,0 Gizi kurang 5 7,4 Total ,0 Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa anak-anak berada pada kategori status gizinormal yakni sebesar 72,0%. Rata-rata z- score dengan indeks antropometri IMT/U anak adalah -0,16 SD. Menurut WHO (2007) IMT/U merupakan indikator yang paling baik untuk menggambarkan keadaan status gizi masa lalu dan masa kini karena berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan, dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi yang diukur berdasarkan indikator IMT/U merupakan refleksi asupan energi secara keseluruhan yang berasal dari pangan sumber karbohidrat, lemak dan protein. Anak-anak dengan status gizi normal tidak mudah terkena penyakit infeksi, proses pertumbuhan dan perkembangan berjalan baik, dan memudahkan dalam menerima pendidikan dan pengetahuan. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar Hasil analisis hubungan konsumsi ikan (jenis, jumlah dan frekuensi) dengan prestasi belajar anak di SD Brigjend Katamso II diuraikan pada Tabel 7. Tabel 7. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II No. Konsumsi Ikan Jenis Ikan 1. Ikan laut dan 2. Ikan air tawar dan Prestasi Belajar Sangat Jumlah Baik Cukup (p.) Baik n % n % n % n % 18 54,5 1339,4 2 6, , , ,00, Keduanya 17 70,8 7 29, ,0 4. Tidak 1 100, ,0 keduanya Jumlah Ikan 1. Cukup 31 66,0 1429,8 2 4, ,0 0, Kurang 8 38,1 1361, ,0 Frekuensi Konsumsi Ikan 1. Sering 13 86,7 2 13, ,0 2. Kadangkadang 17 63,0 1037, ,00, Jarang 9 34,6 1557,7 2 7, ,0 Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 54,5% dari anak-anak yang mengonsumsi jenis ikan laut dan memiliki prestasi belajar yang sangat baik (80-100). Selain itu, sebanyak 70% dari anakanak yang mengonsumsi jenis ikan air tawar dan juga memiliki prestasi belajar yang baik (70-79). Sebagian besar anak-anak yang mengonsumsi kedua jenis ikan dan (70,8%) memiliki prestasi belajar yang sangat baik, tetapi 100% dari anak yang tidak mengonsumsi kedua jenis ikan tetap memiliki prestasi belajar yang sangat baik. Hasil uji statistik hubungan jenis ikan dengan prestasi belajar diperoleh p=0,243 > 0,05, maka H 0 diterima, artinya terbukti secara signifikan tidak ada hubungan antara jenis ikan dan prestasi belajar. Hal tersebut didukung oleh teori bahwa habitat ikan mempengaruhi kandungan gizi ikan. Jenis ikan laut memiliki kadar omega-3, vitamin dan mineral yang tinggi, sebaliknya ikan air tawar tinggi akan karbohidrat dan asam lemak omega-6, kedua jenis ikan tersebut merupakan sumber zat gizi yang bermutu dan disarankan secara bergantian mengonsumsi kedua jenis ikan tersebut agar 6

7 saling melengkapi kekurangan zat gizi lainnya yang mencukupi kebutuhan gizi agar tercapai prestasi belajar yang optimal (Harli dalam Meliala, 2009). Sebanyak 66,0% dari anak-anak yang jumlah konsumsi protein ikan tergolong cukup memiliki prestasi belajar yang sangat baik, sedangkan 61,9% dari anak-anak dengan jumlah konsumsi protein ikan tergolong kurang memiliki prestasi belajar baik. Hasil uji statistik hubungan jumlah konsumsi protein ikan dengan prestasi belajar diperoleh p=0,036 < 0,05, maka H 0 ditolak, artinya terbukti secara signifikan ada hubungan antara jumlah ikan dan prestasi belajar. Jumlah ikan yang dikonsumsi akan menyumbangkan zat-zat gizi seperti protein, asam lemak, vitamin dan mineral yang mencukupi kebutuhan gizi anak. Kecukupan protein dan asam lemak omega-3 inilah yang menjadi keunggulan ikan sebagai pendukung pencapaian prestasi belajar optimal bagi anak usia sekolah. Protein ikan mengandung semua asam amino esensial penting seperti halnya produk susu, telur dan daging yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi. Kandungan asam lemak tidak jenuh pada lemak ikan air tawar (± 70%) sedikit lebih rendah dari ikan laut (± 80%). Salah satu manfaat mengonsumsi produk ikan (yang kaya omega-3: asam linolenat, EPA, dan DHA) adalah menjaga kesehatan otak, selain manfaat lainnya yaitu menjaga kesehatan jantung, persendian, dan ginjal, menjaga keseimbangan emosional (mood), kekuatan dan stamina serta menstabilkan sistem kekebalan tubuh (Bahar, 2006). Berdasarkan penilaian prestasi belajar menurut frekuensi konsumsi ikan sebanyak 86,7% dari anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan yang tergolong sering memiliki prestasi belajar sangat baik. Sekitar 63,0% dari anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan yang tergolong kadang-kadang juga memiliki prestasi belajar sangat baik. Akan tetapi, 57,7% anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan tergolong jarang memiliki prestasi belajar yang baik. Hasil uji statistik hubungan frekuensi konsumsi ikan dengan prestasi belajar diperoleh p=0,012 < 0,05, maka H 0 ditolak, artinya terbukti secara signifikan ada hubungan antara frekuensi konsumsi ikan dan prestasi belajar. Hal ini didukung oleh teori bahwa ikan dapat meningkatkan kecerdasan anak dan meningkatkan kemampuan akademik (Pandit dalam Meliala, 2009). Konsumsi ikan minimal 2-3 kali dalam sehari efeknya dapat mencegah penyakit, menjadi cerdas dan sehat (Siswono dalam Meliala, 2009). Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi Hasil analisis hubungan konsumsi ikan (jenis, jumlah dan frekuensi) dengan status gizi di SD Brigjend Katamso II diuraikan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II No. Konsumsi Ikan Status Gizi Gizi Jumlah (p.) Lebih Normal Gizi Kurang n % n % n % n % Jenis Ikan 1. Ikan laut dan 7 21, ,7 2 6, ,0 2. Ikan air tawar dan ,0 2 20, ,00, Keduanya 6 25, ,8 1 4, ,0 4. Tidak keduanya 1 100, ,0 Jumlah Ikan 1. Cukup 10 21, ,2 4 8, ,0 0, Kurang 4 19, ,2 1 4, ,0 Frekuensi Konsumsi Ikan 1. Sering 5 33,3 8 53,3 2 13, ,0 2. Kadangkadang 6 22, , ,00, Jarang 3 11, ,9 3 11, ,0 Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa 72,7% dari anak-anak yang mengonsumsi jenis ikan laut dan, 80% anak yang mengonsumsi jenis ikan air tawar dan juga, 70,8% anak yang mengonsumsi kedua jenis ikan sama-sama berada pada status gizi normal. Akan tetapi, 100% anak yang tidak mengonsumsi kedua jenis ikan berada pada status gizi lebih. Hasil uji statistik hubungan jenis ikan dengan status gizi diperoleh p=0,184 > 0,05, maka H 0 7

8 diterima, artinya tidak ada hubungan antara jenis ikan dan status gizi. Jenis ikan yang dikonsumsi tidak memiliki hubungan dengan status gizi karena data hasil survei konsumsi tidak lengkap, hanya dari sumber ikan saja, padahal seseorang untuk mencapai status gizi yang baik harus mengonsumsi makanan yang lengkap (Zulaihah & Widajanti, 2006). Sebanyak 70,2% dari anak-anak dengan jumlah konsumsi protein cukup dan 76,2% anak-anak dengan jumlah protein kurang sama-sama memiliki status gizi normal. Hasil uji statistik hubungan jumlah konsumsi ikan dengan status gizi diperoleh p=0,825 > 0,05, maka H 0 diterima, artinya tidak ada hubungan antara jumlah ikan dan status gizi. Hal ini disebabkan karena status gizi seseorang terbentuk dari apa yang dikonsumsi dalam waktu yang cukup lama, sehingga jumlah konsumsi ikan yang di recall selama dua hari belum bisa menggambarkan status gizinya saat ini. Berdasarkan teori Almatsier bahwa kebiasaan makan (ikan) tidak mempengaruhi status gizi secara langsung, tetapi mempengaruhi utilisasi makanan terlebih dahulu yang meliputi pencernaan dan penyerapan serta metabolisme zat gizi (Almatsier, 2001). Sebanyak 53,3% anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan sering, 77,8% anakanak dengan frekuensi konsumsi ikan kadangkadang, dan 76,9% anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan jarang sama-sama berada pada status gizi normal. Hasil uji statistik hubungan frekuensi konsumsi ikan dengan prestasi belajar diperoleh p=0,163 > 0,05, maka H 0 diterima, artinya tidak ada hubungan antara frekuensi konsumsi ikan dan status gizi. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi ikan jika dilihat dari segi jenis, jumlah dan frekuensi masing-masing tidak memiliki hubungan dengan status gizi. Kebiasaan makan ikan yang baik umumnya dapat membentuk status gizi yang baik dan demikian pula sebaliknya, karena ikan mempunyai nilai tambah yaitu tinggi EPA dan DHA yang bisa mengatasi masalah gizi kurang (Pudjadi & Karyadi dalam Zulaihah & Widajanti, 2006). Apabila dihubungkan dengan hasil penelitian, teori tersebut tidak sesuai karena anak dengan frekuensi makan ikan sering/kadangkadang/jarang sama-sama berada pada status gizi normal. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Hasil analisis hubungan status gizi dengan prestasi belajar anak-anak di SD Brigjend Katamso II diuraikan pada Tabel 9. Tabel 9. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II Prestasi Belajar Status Sangat Jumlah Baik Cukup (p.) Gizi Baik n % n % n % n % Gizi 11 78,6 3 21, ,0 Lebih 0,055 Normal 25 51, ,9 1 2, ,0 Gizi 3 60,0 1 20,0 1 20, ,0 Kurang Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa 78,6% anak-anak yang berada pada status gizi lebih, 51,0% anak-anak yang berada pada status gizi normal, dan 60,0% anak-anak yang berada pada status gizi kurang sama-sama memiliki prestasi belajar yang sangat baik. Hasil uji statistik hubungan status gizi dengan prestasi belajar diperoleh p=0,055 > 0,05, maka H 0 diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar. Hal ini diasumsikan karena prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor status gizi saja akan tetapi dapat dipengaruhi faktor internal lainnya seperti aspek fisik, minat, motivasi, konsentrasi, keingintahuan, kepercayaan diri, dan intelegensi, serta faktor eksternal seperti lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Djamarah (2008) yang menyatakan status gizi yang normal akan meningkatkan prestasi belajar dan sebaliknya kesehatan yang kurang baik karena kurang gizi akan menjadi penyebab terjadinya kesulitan belajar pada anak didik. KESIMPULAN 1. Konsumsi ikan meliputi jenis, jumlah dan frekuensi konsumsi ikan. Jenis ikan yang dikonsumsi anak-anak SD Brigjend 8

9 Katamso II adalah ikan laut dan dengan jenis ikan yang terbanyak dikonsumsi adalah teri, lele dan ikan asin. Jumlah konsumsi protein ikan anak-anak SD Brigjend Katamso II termasuk dalam kategori cukup dengan rata-rata 12,6 gram/hari. Sumbangan konsumsi ikan terhadap angka kecukupan protein berada pada kategori kurang dengan rata-rata 27,18%. Frekuensi konsumsi ikan anakanak SD Brigjend Katamso II tergolong kadang-kadang dengan rata-rata 4,55 kali/minggu. 2. Prestasi belajar anak-anak SD Brigjend Katamso II tergolong sangat baik dengan rata-rata nilai rapor 82, Status gizi anak-anak SD Brigjend Katamso II berada pada kategori normal yaitu dengan rata-rata z-score IMT/U - 0,16 SD. 4. Ada hubungan yang signifikan antara jumlah dan frekuensi konsumsi ikan dengan prestasi belajar. 5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis ikan dengan prestasi belajar, konsumsi ikan dengan status gizi, dan status gizi dengan prestasi belajar. SARAN 1. Konsumsi ikan anak-anak di SD Brigjend Katamso II perlu ditingkatkan terutama dari segi jumlah dan frekuensi, dengan cara pemasakan yang tepat dan variatif agar menggugah selera makan ikan anakanak. 2. Prestasi belajar anak-anak di SD Brigjend Katamso II yang sudah sangat baik perlu dipertahankan. 3. Status gizi anak-anak di SD Brigjend Katamso II yang tergolong normal perlu dipertahankan agar tidak menjadi gizi lebih atau gizi kurang. 4. Pihak sekolah diharapkan dapat bekerja sama dengan pemerintah, baik puskesmas maupun Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan dalam mendukung program Gerakan Makan Ikan serta dapat menyampaikan informasi gizi mengenai hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak menggunakan media majalah dinding sekolah. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Jakarta. Bahar, B Panduan Praktis Memilih dan Menangani Produk Perikanan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Baliwati, Y.F, Khomsan, A dan Dwiriani,C.M Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya. Djamarah, S.B Psikologi Belajar. Banjarmasin: Rineka Cipta. Iriyandi, B Analisis Karakteristik Nelayan dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Nelayan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan [Tesis]. Medan: Fakultas Pertanian USU. Khomsan, A Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta: Gramedia Widiasarana. Meliala, E.R.S Konsumsi Ikan dan Kontribusinya terhadap Kebutuhan Protein pada Keluarga Nelayan di Lingkungan IX Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan [Skripsi]. FKM USU. Murdiati, A dan Amaliah Panduan Penyiapan Pangan Sehat untuk Semua. Edisi kedua. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group Priyatno, D Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Serta Pengetahuan Tentang Profesi Ahli Gizi dari Mahasiswa Akademi Gizi Depkes Semarang [Skripsi]. IPB Saparinto, C Gizi dan Aneka Masakan dari Bahan Ikan. Semarang: Dahara Prize. Supariasa, I.D.N; Bakri, B; Fajar, I Penilaian Status Gizi. Jakarta:EGC WHO The WHO Child Growth Standards. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 9

10 Zulaihah, S dan Widajanti, L Hubungan Kecukupan Asam Eikosapentanoat (EPA), Asam Dokosaheksanoat (DHA) Ikan dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Gizi Indonesia Volume 1 Nomor 2 Hal

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan fisik atau produktivitas kerja (Supariasa, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan fisik atau produktivitas kerja (Supariasa, 2001). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child Growth Standart didasarkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA KONSUMSI IKAN SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA KONSUMSI IKAN SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA KONSUMSI IKAN SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 060919 DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 Oleh : Asih Monica Putri 1, Jumirah 2, Albiner Siagian 2 1 Mahasiswa Departemen

Lebih terperinci

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3.

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. Ikan baik untuk tambahan diet karena

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECUKUPAN ASAM EIKOSAPENTANOAT (EPA), ASAM DOKOSAHEKSANOAT (DHA) IKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

HUBUNGAN KECUKUPAN ASAM EIKOSAPENTANOAT (EPA), ASAM DOKOSAHEKSANOAT (DHA) IKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Volume 1 Nomor 2 Juni 6 HUBUNGAN KECUKUPAN ASAM EIKOSAPENTANOAT (EPA), ASAM DOKOSAHEKSANOAT (DHA) IKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Zulaihah (1), L. Widajanti (2) ABSTRACT Background:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per kapita per tahun. Angka tersebut masih sangat jauh jika dibandingkan dengan konsumsi ikan di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi perikanan laut Indonesia yang tersebar pada hampir semua bagian perairan laut Indonesia yang ada seperti pada perairan laut teritorial, perairan laut nusantara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi dalam depkes RI adalah kondisi seseorang dinyatakan menurut jenis dan berat keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbanyak di dunia yang kaya akan sumber daya alam bahari. Indonesia pun dikenal sebagai salah satu negara penghasil ikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selain sebagai negara maritim juga sekaligus sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Artinya bahwa Indonesia merupakan negara yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state). Tiga perempat dari luas wilayah Indonesia atau sekitar 5.8 juta km² berupa laut. Garis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikan Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu, sehingga penilaian konsumsi

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI IKAN PADA ANAK BALITA DI NAGARI TARUANG-TARUANG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN RINA APRIANI

POLA KONSUMSI IKAN PADA ANAK BALITA DI NAGARI TARUANG-TARUANG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN RINA APRIANI POLA KONSUMSI IKAN PADA ANAK BALITA DI NAGARI TARUANG-TARUANG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN RINA APRIANI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia. Jumlah penderita kurang gizi di dunia mencapai 104 juta anak dan keadaan kurang gizi merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN ISSN : 1978-8843 (PRINT) Vol. 09 No. 01, 2018 : 1-5 THE ROLE OF INTAKE OF ENERGY, PROTEIN AND PARENTING WITH NUTRITION STATUS OF AGE 12-24 MONTHS IN SOUTHERN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumberdaya perikanan Indonesia sangat besar dimana luas perairan Indonesia sebesar 2 per 3 luas daratan. Luas wilayah daratan Indonesia mencakup 1.910.931,32

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas faktor gizi memegang

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMSI IKAN PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH PANTAI DAN BUKAN PANTAI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Nia Kurniawati

PERILAKU KONSUMSI IKAN PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH PANTAI DAN BUKAN PANTAI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Nia Kurniawati PERILAKU KONSUMSI IKAN PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH PANTAI DAN BUKAN PANTAI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nia Kurniawati PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN Naskah Publikasi diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan rendahnya asupan energi dan protein dalam makanan sehari hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan

Lebih terperinci

GAMBARAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KECUKUPAN SERAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI MEDAN SKRIPSI. Oleh ANGGI RARA NIM.

GAMBARAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KECUKUPAN SERAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI MEDAN SKRIPSI. Oleh ANGGI RARA NIM. GAMBARAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KECUKUPAN SERAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI 060870 MEDAN SKRIPSI Oleh ANGGI RARA NIM. 121021024 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Silaen P, Zuraidah R, Larasati TA. Medical Faculty

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Omega 3 Dari Makanan Berbahan Ikan Pada Ibu Hamil di Kota Tarakan

Pola Konsumsi Omega 3 Dari Makanan Berbahan Ikan Pada Ibu Hamil di Kota Tarakan Pola Konsumsi Omega 3 Dari Makanan Berbahan Ikan Pada Ibu Hamil di Kota Tarakan Nurasmi, Susanti, dan Yuni Retnowati FIKES Universitas Borneo Tarakan Phone: +62 551 5511158 Abstrak Di Indonesia terjadi

Lebih terperinci

BAB II MENGKONSUMSI IKAN MENCEDASKAN MANUSIA

BAB II MENGKONSUMSI IKAN MENCEDASKAN MANUSIA BAB II MENGKONSUMSI IKAN MENCEDASKAN MANUSIA 2.1 Ikan 2.1.1 Deskripsi Ikan Definisi ikan yang dapat dikutip dari FAO adalah makhluk hidup yang menghabiskan seluruh atau sebagian dari fase hidupnya didalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014 http://jurnal.fk.unand.ac.id 635 Artikel Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014 Selvi Indriani Nasution 1, Nur Indrawati Liputo 2, Mahdawaty

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DAN KONSUMSI SUSU DENGAN TINGGI BADAN ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SDN BALIGE

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DAN KONSUMSI SUSU DENGAN TINGGI BADAN ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SDN BALIGE HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DAN KONSUMSI SUSU DENGAN TINGGI BADAN ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SDN 173538 BALIGE (THE RELATIONSHIP BETWEEN FOOD AND MILK CONSUMPTION WITH BODY HEIGHT OF CHILDREN 6-12 YEARS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO. HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 1 KOTA MANADO. Puput Dewi Purwanti 1), Shirley E.S Kawengian 1), Paul A.T. Kawatu 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu sumber mineral mikro yang berperan sangat penting dalam proses metabolisme tubuh (Indira, 2015). Mineral mikro sendiri merupakan mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kekurangan konsumsi protein diduga sebagai salah satu penyebab gizi buruk di Indonesia. Hal ini yang diakibatkan oleh rendahnya taraf perekonomian sebagian besar masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakikatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA SUMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN MAKANAN JAJANAN PADA ANAK SD NEGERI NO KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2010 SKRIPSI

KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA SUMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN MAKANAN JAJANAN PADA ANAK SD NEGERI NO KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2010 SKRIPSI KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA SUMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN MAKANAN JAJANAN PADA ANAK SD NEGERI NO. 060822 KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh : SHINTYA SARI DEWI NST NIM : 051000123 FAKULTAS

Lebih terperinci

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013 FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN SARAPAN PAGI PADA ANAK DI SD ST.THOMAS 1 MEDAN TAHUN 2013 Rindika Christiani Siregar 1, Eddy Syahrial 2, Alam Bakti Keloko 2 1 Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Oleh karena itu setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Oleh karena itu setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah salah satu unsur penting yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Oleh karena itu setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi zat-zat gizi yang

Lebih terperinci

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG Dwi Novrianda Fakultas Keperawatan Universitas Andalas e-mail: dwinov_82@yahoo.co.id

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI OLEH HARAFANI IMANNANDA E10013238 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN JURNAL KESEHATAN TERPADU () : 25-29 ISSN : 2549-8479 TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN *Ni Putu Eny Sulistyadewi (), dan Dylla Hanggaeni

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Balita, Status gizi, Energi, Protein PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci : Balita, Status gizi, Energi, Protein PENDAHULUAN HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI ANAK -5 TAHUN DI POSYANDU LESTARI IV DESA KALIPUCANGWETAN KECAMATAN WELAHAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 24 Hana Listya Pratiwi, Vilda Ana Veria Setyawati

Lebih terperinci

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN :

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2337-9952 50 HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, PENGETAHUAN, PENDAPATAN DAN POLA ASUH DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA DI DESA MEUDHEUN KECAMATAN JAYA

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DAN KONSUMSI SUSU DENGAN TINGGI BADAN ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SDN BALIGE SKRIPSI

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DAN KONSUMSI SUSU DENGAN TINGGI BADAN ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SDN BALIGE SKRIPSI HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DAN KONSUMSI SUSU DENGAN TINGGI BADAN ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SDN 173538 BALIGE SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai golongan apapun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa Taman Kanak-Kanak merupakan awal dari pengenalan anak dengan suatu lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK sedang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut. Proporsi penduduk usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia adalah berkurangnya jumlah kadar Hb (sel darah merah) hingga dibawah nilai normal, kuantitas hemoglobin dan volume packed red blood cells ( hematokrit)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlimpah, salah satunya adalah perikanan laut. Tetapi soal mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. berlimpah, salah satunya adalah perikanan laut. Tetapi soal mengkonsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki segudang kuliner andalan yang bisa dibanggakan. Indonesia patut berbesar hati akan potensi yang luar biasa sebagai negara kepulauan yang memiliki

Lebih terperinci

KONSUMSI IKAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KEBUTUHAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN DI LINGKUNGAN IX KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN MARELAN

KONSUMSI IKAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KEBUTUHAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN DI LINGKUNGAN IX KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN MARELAN KONSUMSI IKAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KEBUTUHAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN DI LINGKUNGAN IX KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN MARELAN SKRIPSI Oleh : ENDANG RESTUINA S. MELIALA NIM : 061000262

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Correlation Of Energy Consumption Level, Protein and Food Consumerism With Nutritional Status

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014 POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014 Hetty Gustina Simamora Staff Pengajar STIKes Santa Elisabeth Medan ABSTRAK Pola

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG Correlation Of Satisfaction Level Of Food Quality With Energy And Macronutrient

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR Gizi memegang peranan penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh manusia guna memenuhi asupan gizi dan sebagai faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Salah satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG Oleh : TAN WEE YEN 110100464 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per

Lebih terperinci

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA PAPRINGAN KECAMATAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG. Nonce Nova Legi

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG. Nonce Nova Legi 321 GIZIDO Volume 4 No. 1 Mei 2012 Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Nonce N. Legi HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG Nonce Nova

Lebih terperinci

Mona Sylvia J. Manullang¹, Albiner Siagian², Arifin Siregar²

Mona Sylvia J. Manullang¹, Albiner Siagian², Arifin Siregar² GAMBARAN POLA KONSUMSI DAN STATUS GIZI BADUTA (BAYI 6-24 BULAN) YANG TELAH MENDAPATKAN MAKANAN TAMBAHAN TABURIA DI KELURAHAN KEMENANGAN TANI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2012 Mona Sylvia J. Manullang¹,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... ABSTRACT... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... ABSTRACT... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Bab KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN... iv vi vii viii x xii xiii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Identifikasi

Lebih terperinci

POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU 1 POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU Chintya Nurul Aidina¹, Zulhaida Lubis², Fitri Ardiani² ¹Mahasiswi Departemen Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini menghadapi berbagai permasalahan yang mendesak/akut, yang memerlukan penanggulangan dengan seksama

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI Media Gizi Pangan, Vol. X, Edisi, Juli Desember 00 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI A.Esse Puji ), Sri Satriani ), Nadimin

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT 1 POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN 060921 KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 Ratna Juwita Sari 1, Zulhaida Lubis 2, Jumirah 2 1 Mahasiswa Fakultas Kesehatan Gizi Masyarakat 2 Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 7 MANADO

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 7 MANADO HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 7 MANADO Mercy M. H. Momongan 1), Maureen I. Punuh 1), Paul A. T. Kawatu 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 Oleh : Nia Sylviana Junaz 1, Jumirah 2, Albiner Siagian 2 1 Alumni Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG The Association Beetween Energy and Protein Intake with Nutritional Status of Under Five Children in Tamamaung Village

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan keterbukaan untuk mendapatkan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN

HUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN HUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN Ahmad Faridi dan Rezanov Sagita Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Jurnal e-biomedik (ebm), Volume, Nomor 2, Mei-Agustus 205 HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Maya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, SARAN, DAN IMPLIKASI MANAJERIAL. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji faktor-faktor yang

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, SARAN, DAN IMPLIKASI MANAJERIAL. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji faktor-faktor yang BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, SARAN, DAN IMPLIKASI MANAJERIAL 5.1 Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah menguji faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mengkonsumsi ikan pada konsumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi baru pembangunan kesehatan direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi Indonesia Sehat 2010. Tahun 2010 dipilih dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDAPATAN, PENGETAHUAN GIZI IBU DENGAN KETERSEDIAAN IKAN TINGKAT RUMAH TANGGA DAERAH PERKOTAAN

HUBUNGAN PENDAPATAN, PENGETAHUAN GIZI IBU DENGAN KETERSEDIAAN IKAN TINGKAT RUMAH TANGGA DAERAH PERKOTAAN HUBUNGAN PENDAPATAN, PENGETAHUAN GIZI IBU DENGAN KETERSEDIAAN IKAN TINGKAT RUMAH TANGGA DAERAH PERKOTAAN S. Indriana (1), L. Widajanti (2) ABSTRACT Background: The role of fish as nutrients source is very

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Rasyid, 2003;

I. PENDAHULUAN. hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Rasyid, 2003; I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asam lemak omega 3 termasuk dalam kelompok asam lemak essensial. Asam lemak ini disebut essensial karena tidak dapat dihasilkan oleh tubuh dan hanya bisa didapatkan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia. Sektor Perikanan dan Kelautan adalah salah satu sektor andalan yang dijadikan pemerintah sebagai salah

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Pada Data Primer Kegiatan Praktek Kesehatan Masyarakat dengan melakukan penelitian / survei yang berjudul Gambaran Umum Status Gizi dan Kesehatan Baduta,

Lebih terperinci

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017 Volume. No APRIL 0 PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGGUNAAN KMS BERHUBUNGAN DENGAN PERTUMBUHAN ANAK 6- BULAN a Asweros U. Zogaraa Program Studi Gizi, Poltekkes Kemenkes Kupang, 85000 *Email : eroz.zogara@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia tersebut merupakan periode emas seorang anak dalam pertumbuhan dan perkembangan terutama fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara

Lebih terperinci