Implementasi Super Pairwise Alignment pada Global Sequence Alignment

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Implementasi Super Pairwise Alignment pada Global Sequence Alignment"

Transkripsi

1 Implementasi Super Pairwise Alignment pada Global Sequence Alignment Oleh: ARFAN PANTUA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2 Daftar Isi Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup

3 Pendahuluan Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Manfaat

4 Latar Belakang Salah satu pengenalan spesies pada bioinformatika yaitu melalui pensejajaran sekuens (sequence alignment). Solusi untuk pensejajaran sekuens dapat menggunakan program dinamik. Algoritma alignment berbasis program dinamik merupakan suatu algoritma yang seringkali digunakan untuk menyelesaikan permasalahan optimalisasi pada berbagai macam bidang. Beberapa algoritma program dinamik antara lain Needleman-Wunsch, Smith-Watherman. Kedua algoritma tersebut merupakan algoritma klasik dalam analisis sekuens.

5 Latar Belakang(2) Berdasarkan hasil penelitian, kedua metode tersebut memiliki beberapa kelemahan salah satunya adalah tingkat kecepatan komputasinya. Dari hasil penelitiannya, ditemukan metode baru yaitu Super Pairwise Alignment. Metode ini menggabungkan metode analisis kombinatorial dan probabilitas. Berdasarkan hasil penelitian ini cukup menarik untuk dikaji lebih jauh dengan tinjauan aspek matematis, biologi maupun dari segi komputasionalnya. Hal ini kemudian menjadi acuan bagi penulis untuk mengkaji lebih dalam metode super pairwise alignment dengan mengambil contoh kasus mutasi struktur sequence DNA dengan menggunakan metode super pairwise alignment.

6 Pendahuluan Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Manfaat

7 Rumusan Masalah Bagaimana mengimplementasikan metode Super Pairwise Alignment dalam mensejajarkan sekuens

8 Pendahuluan Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Manfaat

9 Batasan Masalah

10 Batasan Masalah Data yang digunakan adalah data DNA yang diperoleh dari database

11 Batasan Masalah Data yang digunakan adalah data DNA yang diperoleh dari database Pensejajaran dilakukan terhadap dua buah sekuen

12 Batasan Masalah Data yang digunakan adalah data DNA yang diperoleh dari database Pensejajaran dilakukan terhadap dua buah sekuen Sistem dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Java

13 Pendahuluan Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Manfaat

14 Tujuan Membuat perangkat lunak untuk mensejajarkan sekuen menggunakan metode Super Pairwise Alignment

15 Pendahuluan Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Manfaat

16 Manfaat sebagai dasar untuk menciptakan perangkat lunak sebagai tools alternatif dalam pensejajaran sekuens disamping tools JEmboss

17 Daftar Isi Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup

18 Dasar Teori Sequence Alignment Super Pairwise Alignment Peningkatan Algoritma untuk mengestimasi posisi mutasi Perancangan Sistem dengan Metodologi Berorientasi Objek

19 Sequence Alignment Hal yang sangat penting dalam sequence alignment adalah memutuskan pemindahan mutasi. Misalkan A, B adalah dua sequence yang didefinisikan

20 Sequence Alignment Hal yang sangat penting dalam sequence alignment adalah memutuskan pemindahan mutasi. Misalkan A, B adalah dua sequence yang didefinisikan A = (a 1,a 2,,a na ),B = (b 1,b 2,,b nb ),C = (c 1,c 2,,c nc ) (1)

21 Sequence Alignment Hal yang sangat penting dalam sequence alignment adalah memutuskan pemindahan mutasi. Misalkan A, B adalah dua sequence yang didefinisikan A = (a 1,a 2,,a na ),B = (b 1,b 2,,b nb ),C = (c 1,c 2,,c nc ) (1) Penyisipan symbol - ke dalam A,B bertujuan untuk membentuk dua sekuens baru, yaitu A dan B. Selanjutnya, elemen-elemen dari A dan B menjadi range dari V 5 = {0,1,2,3,4} = {a,c,g,t, } dengan V 4 adalah himpunan quaternary (himpunan yang terdiri dari 4 elemen) dan V 5 adalah himpunan yang terdiri dari 5 elemen.

22 Dasar Teori Sequence Alignment Super Pairwise Alignment Peningkatan Algoritma untuk mengestimasi posisi mutasi Perancangan Sistem dengan Metodologi Berorientasi Objek

23 Super Pairwise Alignment Super Pairwise Alignment SPA mengkombinasikan estimasi statistik dan analisis kombinatorik yang berhubungan dengan mutasi tipe insersi dan penghapusan antara string. Sekuens DNA atau RNA dapat dianggap independen dan secara identik distribusi barisan variable random. Berdasarkan model statistik, SPA memprediksi keberadaan insersi maupun penghapusan dan panjang insersi maupun penghapusan tersebut bergantung pada similaritas lokal sekuens input

24 Super Pairwise Alignment Langkah-langkah SPA Misalkan (A, B) adalah 2 sekuen yang diketahui. Setiap algoritma memiliki penaksiran nilai parameter pada mode mutasi T. Tanpa terkecuali SPA. Secara spesifik, terlebih dahulu tentukan nilai parameter yang penting, yaitu n, h, θ,θ,τ. Disini n dipilih berdasarkan kekonvergenan hukum perluasan nilai atau teorema limit pusat. Secara khusus, kita tentukan n = 20,50,80,100,dsb. θ,θ dipilih berdasarkan tingkat galat dari mutasi tipe I dan tipe II dan tingkat galat dari dua variabel bebas yang acak. Dengan demikian kita pilih 0 < θ < θ < 0,75. Untuk nilai parameter h,τ sebagai dua modifikasi lokal, kita pilih sebagai nilai proporsi dari n; yaitu τ = αn,h = βn,0 < α,β < 0.5

25 Langkah I Mengestimasi posisi mutasi pertama i 1 di T Tentukan i = j = 0 dan hitung w(a,b;i,j,n). Jika w(a,b;i,j,n) = w θ, maka misalkan î 1 = 0. Ini berarti mutasi shifting terjadi di awal interval [1,n]. Jika tidak dilanjutkan ke langkah ke(2). Pada langkah ke(1) jika w θ, yang berarti tidak ada mutasi shifting di [1,n],kita letakkan titik awal di depan dan misalkan i = j = n τ. Selanjutnya, kita hitung w(a,b;i,j,n). Jika w(a,b;i,j,n) = w θ,

26 maka misalkan i = j = 2(n τ)dan ulangi langkah (2) hingga w(a,b;i,j,n) > θ. Misalkan, k 1 adalah bilangan bulat yang memenuhi w(a,b;i,j,n) = w θ, jika i = j = k 1 (n τ), dan w(a,b;i,j,n) > θ jika i = j = (k 1 + 1)(n τ). Kemudian lanjutkan ke langkah 3 atau 4. Untuk i = j = (k 1 + 1)(n τ), jika w(a,b;i,j,n) > θ, maka tentukan î 1 = (k 1 + 1)(n τ). Jika tidak demikian, maka lakukan tahap (4). Mengikuti langkah 1-3, kita peroleh θ < w < θ jika i = j = (k 1 + 1)(n τ). Dengan demikian, untuk n yang sama, hitunglah w (A,B;i + h,j + h,n). Jika w > w,

27 hitung î 1 berdasarkan persamaan n 1 = h w w (3 w) (2) 4 Jika w w ulangi langkah 1-4 untuk nilai h dan n yang cukup besar hingga diperoleh w > w. Dengan demikian, melalui langkah-langkah di atas kita dapat mengestimasi î 1 dan i 1. Langkah II : Estimasi l 1 berdasarkan estimasi î 1 dari posisi mutasi pertama di T. Secara khusus, w(a,b;î 1 +l,î 1,n),w(A,B;î 1,î 1 +l,n),l = 1,2,3,... jika pasangan (î 1 + l,î 1 ) atau pasangan (î 1,î 1 + l) memenuhi w 0.3 atau 0.4, adalah fungsi sliding window yang berhubungan, maka l adalah panjang dari mutasi shiftingnya. Secara khusus:

28 Jika w(a,b;î 1 + l,î 1,n) < θ, kita catat bahwa ˆl1 = l dan kita masukkan l simbol maya ke dalam sekuen B mengikuti letak î 1, sementara sekuen A dipertahankan invariant. Jika w(a,b;î 1,î 1 + l,n) < θ, kita catat bahwa ˆl1 = l dan kita masukkan l simbol maya ke dalam sekuen A mengikuti letak î 1, sementara sekuen B dipertahankan invariant. Melalui penggunaan 2 tahap ini, kita dapat mengestimasi mode mutasi lokal T 1 = {(i 1,l 1 )}, dan kesejajaran seragam lokal (C 1,D 1 ) yang dijabarkan sebagai berikut: C 1 = (C 1,1,A 2,1 ),D 1 = (D 1,1,B 2,1 ) Misalkan panjang vektor C 1,1 dan D 1,1 adalah î 1 + l 1. Karena tidak terjadi mutasi pergeseran pada letak n pertama dari A 2,1,B 2,1, kita misalkan L = î 1 + l 1 + n

29 Jika w(a,b;î 1 + l,î 1,n) < θ, kita catat bahwa ˆl1 = l dan kita masukkan l simbol maya ke dalam sekuen B mengikuti letak î 1, sementara sekuen A dipertahankan invariant. Jika w(a,b;î 1,î 1 + l,n) < θ, kita catat bahwa ˆl1 = l dan kita masukkan l simbol maya ke dalam sekuen A mengikuti letak î 1, sementara sekuen B dipertahankan invariant. Melalui penggunaan 2 tahap ini, kita dapat mengestimasi mode mutasi lokal T 1 = {(i 1,l 1 )}, dan kesejajaran seragam lokal (C 1,D 1 ) yang dijabarkan sebagai berikut: C 1 = (C 1,1,A 2,1 ),D 1 = (D 1,1,B 2,1 ) Misalkan panjang vektor C 1,1 dan D 1,1 adalah î 1 + l 1. Karena tidak terjadi mutasi pergeseran pada letak n pertama dari A 2,1,B 2,1, kita misalkan L = î 1 + l 1 + n

30 adalah titik awal pada kesejajaran berikutnya. Langkah III : Setelah mendapatkan estimasi (i 1,l 1 ), kita lanjutkan untuk mengestimasi i 2 berdasarkan (C 1,D 1 ). Kita misalkan i = j = L 1 dan hitung w(a, B; i, j, n) dengan mengulangi langkah (I) langkah 1-4 untuk mendapatkan estimasi î 2 untuk i 2. Langkah IV : Langkah VI : Estimasi l 2 berdasarkan î 1, ˆl1,î 2. Disini kita menghitung w(c 1,D 1 ;î 2 +l,î 2,n),w(C 1,D 1 ;î 2,î 2 +l,n),l = 1,2,3,... kita ulangi langkah II untuk memperoleh ˆl2 dan kesejajaran lokal (C 2,D 2 ). Melanjutkan proses di atas, kita peroleh sekuen î k, ˆlk dan sekuen (C k,d k ) yang berhubungan

31 untuk setiap k = 1,2,3,... Proses akan berhenti pada suatu k 0 sedemikian sehingga C k0 = (C 1,k0,A 2,k0 ) dan D k0 = (D 1,k0,B 2,k0 ) memiliki mutasi pergeseran yang terjadi pada (A 2,k0,B 2,k0 ). Misalkan L k0 menotasikan panjang sekuen C 1,k0,D 1,k0 dan i = j = L k0. l yang berkaitan adalah panjang dari mutasi pergeseran jika pasangan ( ik0 ˆ + l, ik0 ˆ ) atau ( ik0 ˆ, ik0 ˆ + l) memenuhi w θ dan kemudian w(c k0,d k0 ;i,j,n ) θ dimana n panjang terpendek dari A 2,k0 dan B 2,k0. Langkah terakhir kita samakan panjang A 2,k0 dan B 2,k0. Dengan kata lain, jika panjang A 2,k0 lebih pendek dari pada B 2,k0, masukkan beberapa simbol maya diakhir A 2,k0 sehingga panjangnya sama dengan B 2,k0.

32 Dasar Teori Sequence Alignment Super Pairwise Alignment Peningkatan Algoritma untuk mengestimasi posisi mutasi Perancangan Sistem dengan Metodologi Berorientasi Objek

33 Peningkatan Algoritma untuk mengestimasi posisi mutasi Langkah-langkah Regresi Linear Posisi mutasi ŝ adalah variable acak, dan jarak antara dua posisi mutasi yang berdekatan i k dan i k+1 adalah juga variable acak. Operasi pada (2) tidak memiliki sifat yang dapat menyesuaikan diri. Dengan kata lain, tidak dapat secara otomatis mencari posisi mutasi dengan pemisahan yang berbeda. Untuk menyelesaikan dua masalah tersebut, kita gunakan algoritma pembeda pada analisis regresi sebagai berikut :

34 Pada langkah ini digunakan w k = 1 n 0 w(k,n 0 ) untuk mengestimasi posisi mutasi awal i 1 di T Tentukan k = 0 dan hitung w(k,n 0 ). Jika w k θ (θ (0.6,0.8)), maka misalkan î 1 = 0. Jika tidak lanjutkan ke langkah berikutnya. Jika w k θ(θ (0.3,0.5)), lanjutkan untuk menghitung w k+1 untuk setiap k = 0,1,2,... Jika terdapat beberapa k yang berhubungan sedemikian hingga w k θ,w k+1 < θ, untuk k = 0,1,...,k 1, kemudian lakukan analisis regresi pada titik-titik tersebut. Garis lurus yang berhubungan adalah garis horisontal dan Γ 1 : y = ρ 1, dimana nilai ρ 1 adalah solusi dari persamaan

35 maka k 1 k=0 (w k ρ 1 ) 2 = min σ 2 1 = 1 k adalah error dari regresi { k1 } (w k ρ) 2,ρ > 0 k=0 k 1 k=0 (3) (w k ρ 1 ) 2 (4)

36 Setelah garis lurus Γ 1 ditentukan, lanjutkan untuk menghitung w k,k = k 1 + 1,k 1 + 2,k 1 + 3,..., jika terdapat titik k 2,k 3 sedemikian hingga { θ < wk < θ untuk setiap k 2 < k < k 3, θ < w k untuk setiap k 3 < k. kemudian lakukan analisis regresi berdasarkan data: w k,k = k 2 +1,k 2 +2,...,k 3,k = k 3 +1,k 3 +2,k 3 +3,... (5) Garis lurus (pada analisis regresi) tersebut adalah

37 { Γ2 : y = ρ 2 x + ρ 2, Γ 3 : y = ρ 3, secara berurutan, yang memenuhi kondisi : { } k 3 k3 (w k ρ 2 k ρ 2) 2 = min (w k ρk ρ ) 2,ρ,ρ > 0, k=k 2 k=k 2 { } (6) n n (w k3 +k ρ 3 ) 2 = min (w k3 +k ρ) 2,ρ > 0, (7) k=1 k=1 dimana n 0 n < n a k 3. Kedua persamaan di (6) dan (7) dapat diselesaikan dengan metode kuadrat minimum.

38 Titik potong dari garis lurus Γ 2 dan Γ 3 adalah nilai ŝ yang kita butuhkan. Dengan menggantikan langkah (I) pada algoritma SPA dengan langkah (III) kita peroleh untuk meningkatkan algoritma SPA, yang merupakan algoritma pembeda pada analisis regresi.

39 Dasar Teori Sequence Alignment Super Pairwise Alignment Peningkatan Algoritma untuk mengestimasi posisi mutasi Perancangan Sistem dengan Metodologi Berorientasi Objek

40 Bahasa Pemrograman Java Tujuan pembuatan bahasa pemograman Java adalah untuk meningkatkan kemampuan bahasa pemograman C++ yang sebelumnya telah ada sehingga aplikasi-aplikasi (program komputer) yang dikembangkan dengan bahasa pemograman tersebut mampu berjalan di atas berbagai platform perangkat keras dan perangkat lunak (sistem operasi) yang berbeda.

41 Unified Modeling Language(UML) UML (Unified Modeling Language) adalah salah satu perkakas (tool) yang sangat bermanfaat untuk melakukan analisis dan perancangan sistem dalam konteks pemograman berorientasi objek. Para pakar di bidang perancangan perangkat lunak pada sekitar tahun mulai bekerja dengan bahasa pemrograman yang berorientasi objek (OOP [Object Oriented Programming]) seperti C++ dan Java. Dengan demikian, diperlukan metodologi dan tools yang lebih sesuai. Dalam hal ini, UML (Unified Modeling Language) merupakan metodologi yang sering digunakan saat ini untuk mengadaptasi maraknya penggunaan bahasa pemograman berorientasi objek(oop).

42 Daftar Isi Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup

43 Analisis Sistem

44 Perancangan Sistem Use Case Diagram

45 Perancangan Sistem Class Diagram

46 Daftar Isi Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup

47 Uji Coba Proses Data Sekuens E.co :ugccuggcggccguagcgcgguggucccaccugaccccaugccgaacucagaagugaaa B.st:ccuagugacaauagcggagaggaaacacccgucccaucccgaacacggaaguuaag

48 Uji Coba Proses Data Sekuens E.co :ugccuggcggccguagcgcgguggucccaccugaccccaugccgaacucagaagugaaa B.st:ccuagugacaauagcggagaggaaacacccgucccaucccgaacacggaaguuaag Parameter n = 20, θ = 0.4, θ = 0.6

49 k w k k w k k w k k w k k w k k w k

50 Percobaan Pertama Data Sekuens Necator americanus mitochondrion, complete genome Ancylostoma duodenale mitochondrion, complete genome

51 Percobaan Pertama Data Sekuens Necator americanus mitochondrion, complete genome Ancylostoma duodenale mitochondrion, complete genome Parameter n = 30, θ = 0.4, θ = 0.6

52 Percobaan Pertama Program Parameter Percobaan Super Pairwise Alignment n=30 length: θ = 0.4 similarity: (78.3) % θ = 0.6 gaps: 277 (2.0) % Jemboss a=10 Died: Sequences too big. b=0.5 EMBOSS a=10 length: b=0.5 similarity:11620 (83.1) % gaps: 648 (4.6) % skor:

53 Percobaan Kedua Data Sekuens Human papillomavirus type 129, complete genome Human papillomavirus type 130, complete genome

54 Percobaan Kedua Data Sekuens Human papillomavirus type 129, complete genome Human papillomavirus type 130, complete genome Parameter n = 150, θ = 0.4,θ = 0.6

55 Percobaan Kedua Program Parameter Percobaan Super Pairwise Alignment n=150 length: 7507 θ = 0.4 similarity: 3687 (49.1) % θ = 0.6 gaps: 310 (4.13) % Jemboss a=100 length: 7446 b=10 similarity:3922 (52.7) % gaps: 285 (3.8) % skor: 2384

56 Daftar Isi Pendahuluan Dasar Teori Analisis dan Perancangan Sistem Uji Coba Sistem Penutup

57 Penutup Kesimpulan Hasil pensejajaran dengan menggunakan algoritma Super pairwise Alignment, Necator americanus mitochondrion, complete genome dan Ancylostoma duodenale mitochondrion, complete genome diperoleh hasil similaritas sebesar 73.7%. Sedangkan tools JEmboss, yang tidak mampu melakukan proses pensejajaran terhadap pasangan sekuen ini dikarenakan memori yang dibutuhkan terlalu besar. Namun jika dibandingkan dengan Emboss maka hasil pensejajaran mendekati hasil yang diperoleh oleh tools Emboss yaitu 83.1 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa,

58 Penutup kebutuhan memori lebih rendah dibandingkan tools JEmboss. Pemilihan parameter dalam pensejajaran menggunakan metode SPA masih menjadi kendala. Hal ini dapat terlihat dari percobaan yang dilakukan, dimana untuk parameter n = 15, θ = 0.3,θ = 0.8 memiliki hasil pensejajaran yang berbeda dengan parameter n = 30, θ = 0.5,θ = 0.6. Sekalipun dalam Tugas Akhir ini metode untuk mengoptimalkan estimasi posisi mutasi yaitu metode regresi linear dimasukkan dalam pembuatan software.

59 Penutup Saran Ketepatan pemilihan parameter berpengaruh dalam optimalisasi hasil pensejajaran. Pada permasalahan berbeda, user harus menentukan parameter yang tepat dan tentu saja hal pemilihan banyaknya parameter menimbulkan kesulitan dan waktu cukup lama dalam proses pensejajaran. Permasalahan ini dapat diatasi dengan menggunakan modifikasi lokal pada pensejajaran sekuens

60 Terima Kasih! ya!

61 Terima Kasih! erhatiannya!

62 Terima Kasih! Atas Perhatiannya!

63 Terima Kasih! Atas Perhatiannya!

64 Terima Kasih! Atas Perhatiannya!

65 Terima Kasih! Atas Perhatiannya!

IMPLEMENTASI SUPER PAIRWISE ALIGNMENT PADA GLOBAL ALIGNMENT UNTUK SEKUENS DNA

IMPLEMENTASI SUPER PAIRWISE ALIGNMENT PADA GLOBAL ALIGNMENT UNTUK SEKUENS DNA IMPLEMENTASI SUPER PAIRWISE ALIGNMENT PADA GLOBAL ALIGNMENT UNTUK SEKUENS DNA Nama Mahasiswa : Arfan Pantua NRP : 1207100704 Jurusan : Matematika FMIPA-ITS Pembimbing : Prof. DR. Mohammad Isa Irawan, MT.

Lebih terperinci

PENJAJARAN LOKAL SEKUEN DNA MENGGUNAKAN ALGORITME SMITH-WATERMAN FARIZ ASHAR HIMAWAN

PENJAJARAN LOKAL SEKUEN DNA MENGGUNAKAN ALGORITME SMITH-WATERMAN FARIZ ASHAR HIMAWAN PENJAJARAN LOKAL SEKUEN DNA MENGGUNAKAN ALGORITME SMITH-WATERMAN FARIZ ASHAR HIMAWAN DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: DNA, bioinformatika, sekuens, Needleman-Wunsch, Lempel-Ziv, algoritma pensejajaran DNA, frase sempurna

ABSTRAK. Kata kunci: DNA, bioinformatika, sekuens, Needleman-Wunsch, Lempel-Ziv, algoritma pensejajaran DNA, frase sempurna ABSTRAK Ilmu Bioinformatika meneliti tentang perubahan yang dialami oleh DNA, serta membantu memberikan tanda terhadap mutasi genetika yang terjadi. Untuk membandingkan sekuens DNA dan mencari tahu bagaimana

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Program Dinamis pada Penyejajaran Sekuens dengan Algoritma Smith Waterman

Penerapan Algoritma Program Dinamis pada Penyejajaran Sekuens dengan Algoritma Smith Waterman Penerapan Algoritma Program Dinamis pada Penyejajaran Sekuens dengan Algoritma Smith Waterman Afif Bambang Prasetia (13515058) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii iv v vi viii xv xviii BAB I BAB II PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii iv v vi viii xiii xv BAB I BAB II PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENJAJARAN GLOBAL SEKUEN DNA MENGGUNAKAN ALGORITME NEEDLEMAN-WUNSCH AGUNG WIDYO UTOMO

PENJAJARAN GLOBAL SEKUEN DNA MENGGUNAKAN ALGORITME NEEDLEMAN-WUNSCH AGUNG WIDYO UTOMO PENJAJARAN GLOBAL SEKUEN DNA MENGGUNAKAN ALGORITME NEEDLEMAN-WUNSCH AGUNG WIDYO UTOMO DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv v vii xi xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teliti. Sehingga tidak terjadi bentrok baik antar mata pelajaran, guru, kelas

BAB I PENDAHULUAN. teliti. Sehingga tidak terjadi bentrok baik antar mata pelajaran, guru, kelas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan merupakan salah satu hal terpenting dalam suatu lembaga pendidikan, begitu juga untuk lingkup Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penjadwalan pelajaran pada

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 20 BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Adapun analisis dari Rancang dan Bangun Game Goldminer adalah dengan menggunakan desain dan ActionScript untuk bahasa pemograman

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Kebutuhan Sistem Tahap analisis sistem merupakan salah satu usaha mengidentifikasi kebutuhan dan spesifikasi sistem yang akan diciptakan. Di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan buatan merupakan sub-bidang ilmu komputer yang khusus ditujukan untuk membuat software dan hardware yang sepenuhnya bisa menirukan beberapa fungsi

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 PERANCANGAN SISTEM Untuk memudahkan pembuatan aplikasi sistem pakar berbasis website, maka akan dibuat model menggunakan UML (Unified Modeling Language). Perlu diketahui metode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 DAFTAR ISI Isi Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... INTISARI... ABSTRACT... i ii iii vi ix x xi xii BAB I

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang algoritma.

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang algoritma. BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang algoritma. 2.1. Microsoft Visual Studio Microsoft Visual Studio adalah sebuah software yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Polda (Kepolisian Daerah) merupakan lembaga milik negara Republik Indonesia yang memiliki tujuan melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat. Pada tingkatan kepolisian

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Berbagai pembangunan terus dilaksanakan di setiap wilayah di Indonesia,

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Berbagai pembangunan terus dilaksanakan di setiap wilayah di Indonesia, BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Latar Belakang Permasalahan Berbagai pembangunan terus dilaksanakan di setiap wilayah di Indonesia, khususnya Jakarta Selatan. Seperti diketahui, semakin berkembanganya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata,

Lebih terperinci

APLIKASI PREDIKSI PENJUALAN JERUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LINIER SEDERHANA DAN MOVING AVERAGE

APLIKASI PREDIKSI PENJUALAN JERUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LINIER SEDERHANA DAN MOVING AVERAGE APLIKASI PREDIKSI PENJUALAN JERUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LINIER SEDERHANA DAN MOVING AVERAGE (Studi Kasus UD. Buah Alam, Giwangan, Yogyakarta) ABSTRAK UD. Buah Alam merupakan sebuah usaha dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN MOTTO ABSTRAK ABSTRACK

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN MOTTO ABSTRAK ABSTRACK DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN MOTTO ABSTRAK ABSTRACK Halaman KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not DAFTAR ISI...i DAFTAR GAMBAR, GRAFIK, DIAGRAM... iv

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. implementasi serta pasca implementasi.(rizky, 2011:21). performasi dan fungsi yang diinginkan.

BAB II LANDASAN TEORI. implementasi serta pasca implementasi.(rizky, 2011:21). performasi dan fungsi yang diinginkan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1 Rekayasa Perangkat Lunak Rekayasa perangkat lunak atau software engineering adalah sebuah disiplin ilmu yang mencakup segala hal yang berhubungan dengan proses pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber pertama dan utama yang banyak memuat ajaran-ajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber pertama dan utama yang banyak memuat ajaran-ajaran yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Al-qur an dan hadits sebagai sumber pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam islam antara satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Al qur an sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Fuzzy Tidak semua himpunan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari terdefinisi secara jelas, misalnya himpunan orang miskin, himpunan orang pandai, himpunan orang tinggi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini : Pemilihan Sampel Polinomial

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini : Pemilihan Sampel Polinomial digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Tahapan yang dilakukan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini : Pemilihan Sampel Polinomial Penerapan Rumus Kuadrat, algoritma Cardano, Viete

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Puskesmas memiliki peranan penting sebagai instansi yang bergerak pada bidang pelayanan kesehatan. Puskesmas dinilai sebagai pusat kesehatan masyarakat yang lebih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah cara yang digunakan dalam memperoleh berbagai data untuk diproses menjadi informasi yang lebih akurat sesuai permasalahan yang akan diteliti.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Perancangan program aplikasi dalam skripsi ini menggunakan aturan linear

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Perancangan program aplikasi dalam skripsi ini menggunakan aturan linear BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Perancangan program aplikasi dalam skripsi ini menggunakan aturan linear sequential (Waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan, yaitu analisis, perancangan, pengkodean

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Ilmu komputer memiliki dua komponen utama yaitu model dan gagasan mendasar mengenai komputasi, serta teknik rekayasa untuk perancangan sistem komputasi. Teori bahasa dan automata merupakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Masalah Analisa masalah dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya dengan maksud mengidentifikasi

Lebih terperinci

MEMAHAMI PENGGUNAAN UML

MEMAHAMI PENGGUNAAN UML MEMAHAMI PENGGUNAAN UML Reza Kurniawan Reza.kurniawan@raharja.info Abstrak Saat ini sebagian besar para perancang sistem informasi dalam menggambarkan informasi dengan memanfaatkan UML diagram dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Analisis merupakan suatu tindakan untuk mengetahui lebih

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Analisis merupakan suatu tindakan untuk mengetahui lebih BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3. 1 Analisis Sistem Analisis merupakan suatu tindakan untuk mengetahui lebih jauh tentang obyek yang akan diteliti. Sehingga akan diperoleh gambaran mengenai analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dunia rekayasa perangkat lunak berkembang sangat pesat, termasuk dalam teknik pemrograman. Dari pemrograman yang tiap barisnya diinterpretasikan secara sekuens dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK VISUALISASI DUA DIMENSI WELL PRODUCTION FORECASTING DENGAN GENETIC ALGORITHM

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK VISUALISASI DUA DIMENSI WELL PRODUCTION FORECASTING DENGAN GENETIC ALGORITHM PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK VISUALISASI DUA DIMENSI WELL PRODUCTION FORECASTING DENGAN GENETIC ALGORITHM Danuri Teknologi Informasi Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih aktual dan optimal. Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih aktual dan optimal. Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat cepat telah membawa manusia memasuki kehidupan yang berdampingan dengan informasi dan teknologi itu sendiri. Yang berdampak pada

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal BAB III ANALISIS FAKTOR 3.1 Definisi Analisis faktor Analisis faktor adalah suatu teknik analisis statistika multivariat yang berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

Lebih terperinci

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari BAB III MODEL STATE-SPACE 3.1 Representasi Model State-Space Representasi state space dari suatu sistem merupakan suatu konsep dasar dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR LAMPIRAN... xiii

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR LAMPIRAN... xiii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan...

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Analisis Sistem Keylogger merupakan aplikasi yang digunakan untuk merekam segala aktifitas pada komputer yang berhubungan dengan fungsi keyboard, metode string matching

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI OPTIMALISASI PRODUKSI UNTUK MEMAKSIMALKAN LABA PADA PT.

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI OPTIMALISASI PRODUKSI UNTUK MEMAKSIMALKAN LABA PADA PT. UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda TEKNIK INDUSTRI SISTEM INFORMASI Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2005/2006 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI OPTIMALISASI PRODUKSI UNTUK MEMAKSIMALKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jadwal yang disusun tetap realistis untuk digunakan. berjalan sebagaimana mestinya. Agar praktikum berjalan dengan baik, kepala

BAB 1 PENDAHULUAN. jadwal yang disusun tetap realistis untuk digunakan. berjalan sebagaimana mestinya. Agar praktikum berjalan dengan baik, kepala 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan merupakan salah satu hal yang penting bagi sebuah lembaga pendidikan, mengingat bahwa dengan adanya penjadwalan yang baik maka sumber daya manusia, ruang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (b) Variabel independen yang biasanya dinyatakan dengan simbol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (b) Variabel independen yang biasanya dinyatakan dengan simbol BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Regresi Regresi adalah suatu studi statistik untuk menjelaskan hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk persamaan. Salah satu variabel merupakan variabel

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka yang akan digunakan untuk tesis ini, yang selanjutnya akan diperlukan pada bab 3. Yang akan dibahas dalam bab ini adalah metode bootstrap

Lebih terperinci

Unified Modelling Language (UML)

Unified Modelling Language (UML) Unified Modelling Language (UML) Tatik yuniati Abstrak Unified Modelling Language (UML) adalah sebuah bahasa yg telah menjadi standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Masalah Analisa masalah dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud mengidentifikasi

Lebih terperinci

Penyederhanaan Tata Bahasa Bebas Konteks dalam Bentuk Normal Chomsky Menggunakan PHP

Penyederhanaan Tata Bahasa Bebas Konteks dalam Bentuk Normal Chomsky Menggunakan PHP Penyederhanaan Tata Bahasa Bebas Konteks dalam Bentuk Normal Chomsky Menggunakan PHP 1 Rico Andrian, 2 Wamiliana dan 3 Ismail Indra Pratama 1 Jurusan Ilmu Komputer FMIPA Unila 3 Jurusan Ilmu Komputer FMIPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir manusia yang disebut sebagai artificial intelligence atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir manusia yang disebut sebagai artificial intelligence atau lebih BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan zaman tidak luput dari perkembangan teknologi informasi, Semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini sangat mempengaruhi pola pikir dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: nama bayi, Islami, Java 2 Standard Edition (J2SE) vii

ABSTRAK. Kata Kunci: nama bayi, Islami, Java 2 Standard Edition (J2SE) vii ABSTRAK Anak merupakan sebuah anugerah yang diberikan Tuhan kepada umat-nya. Setiap keluarga yang mendapatkan anugerah ini pasti bahagia. Tidak banyak keluarga yang sudah mempersiapkan sebuah nama untuk

Lebih terperinci

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS Hafid Hazaki 1, Joko Lianto Buliali 2, Anny Yuniarti 2

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Flowchart

Gambar 4.1 Flowchart BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1. Perancangan Algoritma Dalam merancang proses pada Sistem Informasi ini penulis menggunakan Flowchart dan UML sebagai case tool dalam merancang proses yang terjadi di dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR SIMBOL... xix

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR SIMBOL... xix DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR SIMBOL... xix BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Bab 3 Metoda dan Perancangan Sistem

Bab 3 Metoda dan Perancangan Sistem Bab 3 Metoda dan Perancangan Sistem Pada bab ini akan dibahas mengenai metode perancangan yang digunakan dalam membuat perancangan sistem aplikasi pendeteksian kata beserta rancangan design interface yang

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah program artificial inteligence ( kecerdasan buatan atau AI) yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah program artificial inteligence ( kecerdasan buatan atau AI) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem pakar merupakan sebuah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta dan teknik penalaran yang dimiliki manusia sebagai pakar yang tersimpan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Masalah Analisa masalah dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Berdasarkan hasil analisa penulis mengidentifikasi masalah muncul ketika suatu file citra menjadi aset yang sangat berharga yang tidak boleh dilihat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah PT. Mandiri Agung Sentosa masih menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel dalam proses pencatatan dan pengelolaan penyusutan aset tetap masih

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Bab I : Pendahuluan Bab II : Landasan Teori

DAFTAR ISI Bab I : Pendahuluan Bab II : Landasan Teori DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Halaman Pengesahan Dosen Penguji... iii Abstrak... iv Kata pengantar... v Daftar Isi... vii Daftar Tabel... xiv Daftar Gambar...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Clustering adalah proses di dalam mencari dan mengelompokkan data yang memiliki kemiripan karakteristik (similarity) antara satu data dengan data yang lain. Clustering

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. sebuah permainan yang membutuhkan kreasi dan kreatifitas dalam membuat

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. sebuah permainan yang membutuhkan kreasi dan kreatifitas dalam membuat BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Sistem. Sistem yang digunakan dalam perancangan game shooting balon adalah dengan menggunakan Macromedia Flash. Game shooting balon ini merupakan sebuah permainan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan tentang langkah-langkah yang digunakan untuk membahas permasalahan pada penelitian ini. Gambar berikut ini menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ini disebabkan oleh berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Ini disebabkan oleh berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dan adanya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi pegolahan data saat ini terus berkembang pesat. Ini disebabkan oleh berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dan adanya perangkat-perangkat

Lebih terperinci

I.2 Identifikasi Masalah... I-2. I.3 Rumusan Masalah... I-2. I.4 Tujuan... I-3. I.5 Manfaat... I-3. I.6 Batasan Masalah... I-3

I.2 Identifikasi Masalah... I-2. I.3 Rumusan Masalah... I-2. I.4 Tujuan... I-3. I.5 Manfaat... I-3. I.6 Batasan Masalah... I-3 viii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN... iii ABSTRACT... iv ABSTRAKSI... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL... xvi BAB I PENDAHULUAN... I-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang [1] [2] [3] [4] [5]

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang [1] [2] [3] [4] [5] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Algoritma adalah prosedur komputasi yang terdefinisi dengan baik yang menggunakan beberapa nilai sebagai masukan dan menghasilkan beberapa nilai yang disebut keluaran.

Lebih terperinci

3.2. Analisa Masalah 3-1.

3.2. Analisa Masalah 3-1. BAB 3. ANALISA SISTEM 3.1. Analisa Sistem Perusahaan PT Retail Department Store saat ini belum mempunyai sebuah sistem informasi yang terintegrasi. Ada banyak laporan-laporan yang diinput secara manual.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA MINIMAX PADA PERMAINAN TIC-TAC-TOE SKALA 9X9

IMPLEMENTASI ALGORITMA MINIMAX PADA PERMAINAN TIC-TAC-TOE SKALA 9X9 IMPLEMENTASI ALGORITMA MINIMAX PADA PERMAINAN TIC-TAC-TOE SKALA 9X9 Dicky Herman Firmansyah zudenks@yahoo.co.id Pembimbing I : Nana Juhana, S.T., M.T. Pembimbing II : Irfan Maliki, S.T. Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam penelitian ini, alat yang di gunakan adalah sebagai berikut: 1. Perangkat Keras (Hardware) a) Personal Computer (PC)/Laptop 32/64 bit architecture

Lebih terperinci

MODUL TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR

MODUL TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR MODUL 9 TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR. Pendahuluan Untuk menginginkan mengumpulkan populasi kita lakukan dengan statistik berdasarkan data yang diambil secara sampling yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1. Pengertian Manajemen Menurut James A.F. Stoner (2006) Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENSEJAJARAN GLOBAL SEKUENS DNA MENGGUNAKAN GSA TREE

IMPLEMENTASI PENSEJAJARAN GLOBAL SEKUENS DNA MENGGUNAKAN GSA TREE IMPLEMENTASI PENSEJAJARAN GLOBAL SEKUENS DNA MENGGUNAKAN GSA TREE Nama Mahasiswa : MOCHAMAD SAFI I NRP : 1207100051 Jurusan : Matematika FMIPA-ITS Pembimbing : Prof. DR. Mohammad Isa Irawan, MT. Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perangkat lunak sebagai media pembelajaran telah menjadi sebuah tren di kalangan masyarakat. Media merupakan alat saluran komunikasi. Kata media berasal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan secara sistematis langkah-langkah dalam perancangan sistem pendukung keputusan untuk mengestimasi biaya pembuatan prototipe mobil listrik. Adapun

Lebih terperinci

Studi dan Implementasi Integrasi Monte Carlo

Studi dan Implementasi Integrasi Monte Carlo Studi dan Implementasi Integrasi Monte Carlo Firdi Mulia - 13507045 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia

Lebih terperinci

BAB III KONSEP DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB III KONSEP DAN PERANCANGAN APLIKASI BAB III KONSEP DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Konsep Pada bab ini penulis akan membahas konsep mengenai perangkat lunak yang digunakan serta akan dibahas mengenai tujuan, kegunaan dan untuk siapa aplikasi

Lebih terperinci

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011 STMIK GI MDP Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011 PENERAPAN PENCARIAN KATA DENGAN VECTOR SPACE MODEL PADA APLIKASI TERJEMAHAN JUZ AMMA BERBASIS JAVA

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Shipping Direktorat Jenderal Imigrasi menunjukkan bahwasanya dalam akses

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Shipping Direktorat Jenderal Imigrasi menunjukkan bahwasanya dalam akses BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa Sistem Yang Sedang Berjalan Analisa sistem yang sedang berjalan pada sebuah program aplikasi On- Shipping Direktorat Jenderal Imigrasi menunjukkan bahwasanya dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan diuraikan teori-teori dasar yang dijadikan sebagai landasan dalam penulisan tugas akhir ini. 2.1 Ilmu Bioinformatika Bioinformatika merupakan kajian yang mengkombinasikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kompresi Data Kompresi data adalah proses mengubah sebuah aliran data input menjadi aliran data baru yang memiliki ukuran lebih kecil. Aliran yang dimaksud adalah berupa file

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu bentuk kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu bentuk kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) atau yang biasa dikenal masyarakat dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK I.1 Pendahuluan Teknologi informasi dalam segala bidang sangat dibutuhkan. Khususnya bidang pendidikan dalam pengembangan kemampuan berbahasa pemrograman. Media komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Ada beberapa masalah dalam pengenalan tulisan tangan matematika yang dapat

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Ada beberapa masalah dalam pengenalan tulisan tangan matematika yang dapat BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Permasalahan Ada beberapa masalah dalam pengenalan tulisan tangan matematika yang dapat didefinisikan sejauh ini, antara lain: Pengenalan karakter matematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahirnya teknologi informasi komputer dan fasilitas pendukungnya seperti layanan internet saat ini membuat perkembangan yang sangat luas. Segala informasi-informasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ARSITEKTUR PERANGKAT LUNAK DENGAN METODE UML PADA DISAIN PENAMPANG RANGKA BATANG BAJA. Kamaludin 1

PERANCANGAN ARSITEKTUR PERANGKAT LUNAK DENGAN METODE UML PADA DISAIN PENAMPANG RANGKA BATANG BAJA. Kamaludin 1 PERANCANGAN ARSITEKTUR PERANGKAT LUNAK DENGAN METODE UML PADA DISAIN PENAMPANG RANGKA BATANG BAJA Kamaludin 1 1 Program Studi Teknik Sipil, ITENAS - Bandung, Jl. PHH Mustofa 23 Bandung Email: kmldn@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini seiring dengan perkembangan zaman dan semakin majunya teknologi, untuk memberikan sarana hiburan bagi para penghobi dan pencinta louhan di tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam perusahaan atau instansi tentu nya memiliki data yang cukup besar, salah satunya adalah inventory. Suatu kegiatan dalam proses pengolahan data pada suatu gudang

Lebih terperinci

OPERATION RESEARCH-1

OPERATION RESEARCH-1 OPERATION RESEARCH-1 Prof.Dr.H.M.Yani Syafei,MT MATERI PERKULIAHAN 1.Pemrograman Linier (Linear Programming) Formulasi Model Penyelesaian dengan Metode Grafis Penyelesaian dengan Algoritma Simplex Penyelesaian

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam e-learning terutama yang berbasis web, terdapat dua konsep belajar yang berbeda, yaitu Virtual Learning Environment (VLE) dan Personal Learning Environment

Lebih terperinci

Jawaban Tugas Akhir Matrikulasi Semester Ganjil 2009/2010

Jawaban Tugas Akhir Matrikulasi Semester Ganjil 2009/2010 Jawaban Tugas Akhir Matrikulasi Semester Ganjil 2009/2010 Nama Mahasiswa : Susanto e-mail : ntbsanto@yahoo.com Mata Kuliah : Intro to Information Object Oriented SE (Pengantar SE Berorientasi Objek) Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat sistem operasi yang berkembang antara lain mobile phone

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat sistem operasi yang berkembang antara lain mobile phone 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era komputerisasi informasi telah berkembang dengan pesat. Terdapat sistem operasi yang berkembang antara lain mobile phone dan smartphone. Smartphone

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK) merupakan suatu lembaga penelitian yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Departemen Perindustrian Republik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempermudah pelaksanaan penelitian. Tahap-tahap penelitian dalam

BAB III METODE PENELITIAN. mempermudah pelaksanaan penelitian. Tahap-tahap penelitian dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengatur dan mempermudah pelaksanaan penelitian. Tahap-tahap penelitian dalam pengembangan aplikasi penyederhanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel Merupakan suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman serta

Lebih terperinci

Gambar Form input data proyek Gambar Tampilan data proyek Gambar Form edit data proyek Gambar 3.

Gambar Form input data proyek Gambar Tampilan data proyek Gambar Form edit data proyek Gambar 3. DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii PERNYATAAN KEASLIAN... iii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... iv LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vi MOTTO...

Lebih terperinci

Equipment Monitoring Control Manajemen System Berbasis Web Application

Equipment Monitoring Control Manajemen System Berbasis Web Application Equipment Monitoring Control Manajemen System Berbasis Web Application TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan Program Strata 1, Program Studi Teknik Informatika, Universitas Pasundan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. Perancangan program aplikasi dalam skripsi ini menggunakan aturan linear sequential

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. Perancangan program aplikasi dalam skripsi ini menggunakan aturan linear sequential BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Perancangan program aplikasi dalam skripsi ini menggunakan aturan linear sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan yaitu, analisis, perancangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masalah penjadwalan banyak ditemukan pada berbagai bidang, terutama yang memiliki sumber daya terbatas, sehingga perlu dilakukan suatu penjadwalan terhadap pemakaian

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Activity Diagram

DAFTAR ISTILAH. Activity Diagram DAFTAR ISTILAH Activity Diagram Actor Admin Adobe Dreamweaver AIX Analysis Apache Aplikasi ASP diagram yang digunakan untuk memodelkan aktivitas bisnis pada suatu sesuatu untuk mewakili peran yang dimiliki

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN PENGENALAN BAGIAN-BAGIAN OTAK MANUSIA

MEDIA PEMBELAJARAN PENGENALAN BAGIAN-BAGIAN OTAK MANUSIA MEDIA PEMBELAJARAN PENGENALAN BAGIAN-BAGIAN OTAK MANUSIA Ardiles Sinaga, M.T 1, Biduni Eliza Syebat Muryati.Putri 2 Program Studi Teknik Informatika, STMIK LPKIA BANDUNG Jln. Soekarno Hatta No. 456 Bandung

Lebih terperinci

Daftar Isi. Abstract... Abstrak... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Simbol... Daftar Lampiran...

Daftar Isi. Abstract... Abstrak... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Simbol... Daftar Lampiran... Daftar Isi Abstract... Abstrak..... Kata Pengantar.... Daftar Isi... Daftar Tabel.... Daftar Gambar.... Daftar Simbol...... Daftar Lampiran...... i ii iii vi ix x xii xvi Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang Al-Quran untuk memudahkan untuk mempelajarinya, yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. penunjang Al-Quran untuk memudahkan untuk mempelajarinya, yang bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat ini sudah banyak aplikasi penunjang Al-Quran untuk memudahkan untuk mempelajarinya, yang bisa disebut atau di artikan

Lebih terperinci