TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : Nim : Peminatan : Telekomunikasi Pembimbing : Ir. Said Attamimi, M.T.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : Nim : Peminatan : Telekomunikasi Pembimbing : Ir. Said Attamimi, M.T."

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR Perbandingan Low-Orde Moment dan High-Orde Moment untuk Memodelkan Distribusi Butiran Hujan dan Implikasinya bagi Perkiraan Attenuasi Gelombang Elektromagnetik oleh Hujan Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Petrina Nim : Jurusan : Teknik Elektro Peminatan : Telekomunikasi Pembimbing : Ir. Said Attamimi, M.T. PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009

2 LEMBAR PENGESAHAN Perbandingan Low-Order Moment dan High-Order Moment untuk Memodelkan Distribusi Butiran Hujan dan Implikasinya bagi Perkiraan Attenuasi Gelombang Elektromagnetik oleh Hujan Nama : Petrina Nim : Program Studi : Teknik Elektro Peminatan : Telekomunikasi Mengetahui, Pembimbing Koordinator TA/ Kaprodi Studi Teknik Elektro (Ir. Said Attamimi, M.T.) (Yudhi Gunardi, ST, MT.)

3 ABSTRAKS Perbandingan Low-Orde Moment dan High-orde Moment untuk Memodelkan Distribusi Butiran Hujan dan Implikasinya bagi Perkiraan Attenuasi Gelombang Elektromagnetik oleh Hujan Dalam telekomunikasi baik dengan satelit atau dengan system yang lain, attenusi atau pelemahan gelombang dapat dihitung dengan membandingkan antara sinyal yang dikirim dengan yang diterima. Butiran hujan akan sangat mempengaruhi gelombang elektromagnetik di atas 10 GHz. Oleh karena itu di dalam tugas akhir ini akan dianalisa pengaruh pemilihan metoda momen di dalam memperkirakan attenuasi oleh hujan untuk frekuensi 10 GHz, 15 GHz dan 20 GHz. Dimana dari berbagai simulasi didapatkan bahwa metode low orde momen lebih baik didalam memperkirakan attenuasi dibandingkan dengan High orde momen. Kata kunci : attenuasi, gelombang elektromagnetik iv

4 DAFTAR ISI Halaman Judul... i. Halaman Pernyataan.. ii. Halaman Pengesahan. iii. Abstraksi iv Kata Pengantar... v Daftar Isi vii Daftar Tabel. ix Daftar Gambar. x Daftar Grafik xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Penulisan Batasan Masalah Sistematika Penulisan... 2 BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 2.1 Pengertian Gelombang Elektromagnetik Perambatan Gelombang Elektromagnetik Arah Rambatan Gelombang Elektromagnetik Propagasi Jalannya Gelombang Amplitude Gelombang Panjang Gelombang Frekuensi Gelombang... 8 vii

5 BAB III RAINDROP SIZE DISTRIBUTION (DSD) 3.1 Pengertian DSD Pemodelan DSD Metode High Orde Moment Metode Low Orde Moment Attenuasi Gelombang Elektromagnetik oleh air hujan Aplikasi dalam prediksi attenuasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 DSD Simulasi Applikasi di dalam memprediksi attenuasi oleh hujan Attenuasi untuk (NT = 100) Attenuasi untuk (NT = 1000) BAB V PENUTUP 5.2 Kesimpulan Saran Daftar Pustaka Lampiran viii

6 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Indek bias butiran hujan untuk frekuensi GHz pada temperatur 25 o C ix

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 DSD yang disimulasikan dengan input parameter m = 2, λ = 6 dan jumlah butiran atau N T = 100 dan 1000 serta hasil fitting dari moment M 2 M 3 M 4 Halaman dan M 3 M 4 M Gambar 4.2 Memperlihatkan attenuasi untuk beberapa frekuensi yang diperoleh dari DSD tanpa fitting (attenuasi terukur) dan DSD dari fitting (attenuasi terhitung) untuk N T = Gambar 4.3 Memperlihatkan attenuasi untuk beberapa frekuensi yang diperoleh dari DSD tanpa fitting (attenuasi terukur) dan DSD dari fitting (attenuasi terhitung) untuk N T = x

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan seringnya musim hujan di Indonesia terutama untuk daerah Jakarta, maka di sini penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh hujan terhadap attenuasi gelombang elektromagnetik. Attenuasi gelombang elektromagnetik akan mempengaruhi penangkapan sinyal pada satelit di bumi seperti kebersihan sinyal televisi, sinyal hand phone dan lain-lain. Raindrop size distribution (DSD) atau dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan distribusi ukuran butiran hujan merupakan parameter utama untuk menggambarkan hampir semua parameter penjalaran gelombang mikro di dalam awan dan hujan khususnya pada frekuensi gelombang mikro yang sensitif terhadap partikel-partikel hujan (Sauvageout dan Lacaux, 1995; Willis dan Tattelman, 1989). Saat ini banyak model matematika yang sudah dikembangkan untuk memodelkan DSD diantaranya distribusi exponensial, gamma dan lognormal. Di dalam applikasi, distribusi gamma merupakan yang paling banyak digunakan, karena hasil pengamatan dari DSD di lapangan yang memperlihatkan bahwa DSD lebih cenderung mengikuti distribusi gamma dari pada exponensial. Beberapa teknik matematika sudah dikembangkan untuk menghitung parameter gamma dari DSD, diantaranya yang paling terkenal adalah moment method (metode pangkat). Metode ini sangat sederhana. Kozu dan Nakamura (1991) mengembangkan metode pangkat dengan menggunakan DSD pangkat 3 (M 3 ), pangkat 4 (M 4 ) dan pangkat 6 (M 6 ). Metode ini sudah dipergunakan secara luas di dalam menghitung parameter DSD. Seperti dijelaskan di atas, Kozu dan Nakamura (1991) menggunakan moment orde tinggi (high order moment) yang sangat tinggi biasnya (tingkat errornya) untuk memodelkan DSD. Oleh karena itu, di dalam tugas akhir ini penulis akan membandingkan dengan moment orde rendah (low-order moment).

9 2 Selanjutnya akan dilihat pengaruhnya dalam memprediksi attenuasi (pelemahan) gelombang elektromagnetik oleh air hujan. Air hujan akan sangat berpengaruh untuk frekwensi gelombang di atas 10 GHz. 1.2 Tujuan Penulisan Tugas akhir ini bertujuan untuk membandingkan antara moment method orde rendah dengan moment method orde tinggi yang dihitung dengan parameter DSD terhadap pengaruhnya pada pemodelan attenuasi gelombang. 1.3 Batasan Masalah Untuk mencapai tujuan penulis, dilakukan perbandingan antara metoda Low-Order Moment (moment orde rendah) dan metoda High-Order Moment (moment orde tinggi) untuk frekwensi 10 GHz 20 GHz. Setelah didapat hasilnya maka dilihat perbandingannya didalam penghitungan attenuasi gelombang elektromagnetik, dimana attenuasi gelombang elektromagnetik akan mempengaruhi penangkapan sinyal pada satelit di bumi (seperti kebersihan sinyal televisi, sinyal hand phone dan lain-lain). 1.4 Sistematika Penulisan Tahapan yang dilakukan dalam tugas akhir yang berjudul Perbandingan Low-Order Moment dan High-Order Moment untuk Memodelkan Distribusi Butiran Hujan dan Implikasinya Bagi Perkiraan Attenuasi Gelombang Elektromagnetik oleh Hujan ini adalah : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Tujuan Penulisan 1.3 Batasan Masalah 1.4 Sistematika Penulisan

10 3 BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 2.1. Pengertian Gelombang Elektromagnetik 2.2. Perambatan Gelombang Elektromagnetik 2.3. Arah Rambatan Gelombang Elektromagnetik 2.4. Propagasi 2.5. Jalannya Gelombang Amplitude Gelombang Panjang Gelombang Frekuensi Gelombang BAB III RAINDROP SIZE DISTRIBUTION (DSD 3.1. Pengertian DSD 3.2. Pemodelan DSD Metode High Orde Moment Metode Low Orde Moment 3.3. Attenuasi Gelombang Elektromagnetik oleh air hujan 3.4. Aplikasi dalam prediksi attenuasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. DSD Simulasi 4.3 Applikasi di dalam memprediksi attenuasi oleh hujan Attenuasi untuk NT = Attenuasi untuk NT = 1000 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan 5.2. Saran

11 BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 2.1 Pengertian Gelombang Elektromagnetik Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang terdiri dari medan listrik dan medan magnit yang satu sama lain saling tegak lurus. Sebuah pesawat pemancar akan bekerja dan memancarkan gelombang elektromagnetik secara terus menerus selama pesawat pemancar tersebut bekerja. Gelombang-gelombang elektromagnetik ini akan merambat ke segala arah jika ditransmisikan dengan type omnidirectonal antenna. Gelombang elektromagnetik dapat dipantulkan dari beberapa macam permukaan benda seperti halnya yang terjadi pada pemantulan cahaya oleh sebuah cermin. Benda yang mempunyai konductivitas listrik (kemampuan menghantar listrik) dan permukaan yang halus misalnya plat tembaga atau alumunium, adalah pemantul gelombang elektromagnetik yang baik. Permukaan bumi dapat juga menjadi pemantul yang baik. Di samping permukaan bumi, lapisan-lapisan ionosphere yang terdapat pada daerah atmosphere bumi yang paling tinggi juga merupakan pemantul yang baik. 2.2 Perambatan Gelombang Elektromagnetik Perambatan gelombang elektromagnetik sama dengan perambatan dari gelombang cahaya atau sinar, antara lain dalam rambatannya mengalami refleksi (pemantulan), refraksi (pembiasan) dan diffraksi (pembawuran atau pemecahan). Ada dua macam peristiwa yang terjadi pada gelombang elektromagnetik yang datang dari daerah yang kelistrikannya lebih kecil ke daerah kelistrikannya lebih besar yaitu jika gelombang elektromagnetik yang tiba di daerah perbatasan secara tegak lurus (dengan sudut datang 90 ), maka gelombang tersebut akan dipantulkan secara keseluruhan dan tegak lurus pada daerah perbatasan sehingga akan kembali melalui jalan semula.

12 5 Gelombang elektromagnetik yang tiba di daerah perbatasan dengan sudut datang lebih kecil dari 90, maka gelombang tersebut, sebagian akan dipantulkan dengan sudut datang sama dengan sudut pantul dan sebagian akan diteruskan. 2.3 Arah Rambatan Gelombang Elektromagnetik Medan listrik dan medan magnet berubah secara sinus dan mempunyai frekwensi seperti frekwensi getaran listrik yang dipancarkan oleh pesawat pemancarnya. Adapun arah rambatan dari gelombang elektromagnetik ini ditentukan oleh sebuah vektor P (Pointing) yang merupakan hasil kali secara silang dari vektor medan listrik (E) dengan vektor medan magnit (H), yang dapat ditulis sebagai berikut : Ρ = Ε Η (2.1) Perlu diketahui bahwa di dalam perhitungan secara vektor, hasil kali secara titik dari dua buah vektor tidak sama dengan hasil kali secara silang dari dua buah vektor tersebut. Yang terkecil arah putaran ke kanan, maka arah vektor P tegak lurus bidang E dengan H ke depan. Kalau E diputar ke H dengan melalui sudut yang terkecil arah putaran ke kiri, maka arah vektor P tegak lurus bidang E dengan H ke belakang. Di dalam sebuah pesawat pemancar getaran yang dibangkitkan oleh rangkaian osilator (pembangkit getaran) diperkuat, kemudian disalurkan ke antenna untuk dipancarkan ke udara yang terlebih dahulu dirubah menjadi getaran-getaran listrik. Getaran-getaran ini asal mulanya dapat berupa getaran suara, musik, getaran optis (pada TV), getaran mekanik dan lain-lain. Setelah getaran tersebut diolah dengan berbagai proses sehingga akhirnya siap dipancarkan melalui saluran.

13 6 2.4 Propagasi (Penjalaran) Propagasi merupakan proses pengiriman atau pemindahan tenaga dari satu tempat ke tempat lain dengan perantaraan gelombang elektromagnetik. Bila propagasi ini terjadi pada gelombang radio maka proses ini berlangsung sejak gelombang tersebut dipancarkan oleh antenna pemancar, sampai gelombang tersebut diterima oleh antenna penerima. Gelombang radio yang dipancarkan oleh antenna pemancar tersebut dapat berupa gelombang yang tidak dimodulasi maupun gelombang yang telah dimodulasi dengan gelombang pemodulasi. Di mana gelombang pemodulasi tersebut dapat berupa: a) Pulsa-Pulsa - pada radar. b) Getaran optis - pada televisi. c) Getaran suara - pada radio. d) Getaran mekanik - pada morse. Untuk mengetahui kualitas daripada propagasi gelombang radio dan menentukan akan baik buruknya hasil komunikasi yang dicapai, maka kualitas propagasi ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: a) Tergantung daripada waktu sepanjang tahun, bulan, hari. b) Tergantung daripada lintasan bumi terhadap matahari. c) Tergantung daripada frekuensi gelombang radio yang dipancarkan, antenna dan lain-lain. d) Tergantung dari macamnya polarisasi gelombang. e) Tergantung dari daerah.dimana pesawat pemancar dan penerima berada. Semua sistem ini menggunakan pemancar sebagai alat untuk menghasilkan sinyal yang disalurkan melalui saluran transmisi ke antenna pemancar dimana selanjutnya dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Dari sini dimulailah penjalaran gelombang serta perubahanperubahan yang terjadi sepanjang transmisi. Kemudian sinyal dikirim ke pesawat penerima dengan melalui saluran transmisi, untuk selanjutnya diubah menjadi bentuk kode, suara, gambar dan lain-lain, seperti bentuk semula.

14 7 Tenaga listrik dari sinyal, oleh antenna pemancar diubah menjadi tenaga gelombang elektromagnetik yang kemudian dipancarkan ke segala arah oleh jenis antenna omnidirectional. Sehingga kekuatan radiasi yang dipancarkan pada satu arah tertentu hanyalah sebagian kecil dari seluruh tenaga yang dipancarkan oleh antenna pemancar. 2.5 Jalannya Gelombang Jalannya gelombang elektromagnetik di udara banyak persamaan dengan jalannya ombak air yang berada di dalam bak atau kolam. Jika sebuah batu dijatuhkan ke dalam bak yang berisi air maka timbullah gelombang air dan gelombang tersebut berjalan dari titik dimana batu tersebut jatuh, terus menuju ke semua arah pada permukaan air, sehingga membentuk suatu lingkaran yang makin lama jari-jarinya makin membesar Amplitudo Gelombang Yang dimaksud dengan amplitudo gelombang adalah jarak antara puncak gelombang dengan permukaan rata. Dari pandangan kita adalah nampak jelas bahwa amplitudo dari gelombang di tempat jatuhnya batu tersebut adalah paling besar dibandingkan dengan amplitude-amplitude dari gelombang yang letaknya semakin jauh dari tempat jatuhnya batu tersebut. Semakin jauh gelombang tersebut dari tempat jatuhnya batu, semakin kecil pula amplitudonya Panjang Gelombang (λ). Meskipun amplitudo dari gelombang-gelombang tersebut makin jauh makin kecil, akan tetapi jarak antara puncak yang satu dengan yang lain adalah tetap sama. Jarak antara puncak yang satu ke puncak yang lain atau jarak dari lembah yang satu ke lembah yang lain inilah yang disebut panjang gelombang (λ). Pada gelombang elektromagnetik, gelombang dipancarkan terus-menerus selama pesawat pemancar bekerja. Pada gelombang air yang disebabkan oleh batu yang dijatuhkan ke dalam air, gelombang tersebut merambat secara radial dan amplitudonya makin lama makin kecil dan hilang.

15 Frekuensi Gelombang Banyaknya gelombang yang dipancarkan tiap satu detik disebut frekuensi, gelombang tersebut. Disingkat dengan huruf (f). Untuk mencari suatu panjang gelombang bisa digunakan rumus seperti dibawah ini : = c f λ (2.2) Dimana : λ adalah panjang gelombang (m) f adalah frekwensi dalam Hz c adalah konstanta ( m/s).

16 BAB III RAINDROP SIZE DISTRIBUTION (DSD) 3.1. Pengertian DSD Raindrop size distribution (DSD) merupakan distribusi butiran hujan untuk setiap ukuran tertentu per satuan volume pengamatan. DSD ini adalah sebuah parameter dasar daripada hujan, dimana semua parameter hujan merupakan fungsi daripada DSD. Karena attenuasi gelombang mikro oleh air hujan sebanding dengan DSD, maka pengetahuan akan DSD merupakan hal yang penting untuk memperbaiki keakuratan pemodelan attenuasi. 3.2 Pemodelan DSD Dalam permodelan DSD ini distribusi yang digunakan adalah fungsi gamma, dengan bentuk : m N ( D) N0D exp( ΛD) =, (3.1) Dimana : N(D) adalah DSD dalam mm -1 m -3 N 0 adalah intercept (mm -1-m m -3 ) m adalah shape D adalah diameter butiran hujan (mm) Λ adalah slope (mm -1 ), sebagai parameter (Ulbrich, 1983) Metode High Orde Moment Parameter untuk menghitung dengan metode momen orde tinggi (M3,M4, M6) adalah dengan nilai x 1 = 3, x 2 = 4, dan x 3 = 6. Parameter hujan dalam fungsi DSD sebagai distribusi gamma dapat ditulis sebagai berikut :

17 10 Dimana : M = 0 D x N( D) dd x, (3.2) M adalah metode yang digunakan yaitu High Orde Moment. x adalah nilai pangkat momen orde yaitu x 1 = 3, x 2 = 4, x 3 = 6 N(D) adalah fungsi gamma D adalah diameter butiran hujan (mm) Metode Low Orde Moment Parameter untuk menghitung dengan metode momen orde rendah (M2, M3, M4) dengan nilai x 1 = 2, x 2 = 3 dan x 3 = 4. Parameter hujan dalam fungsi DSD sebagai distribusi gamma dapat ditulis sebagai berikut : M = 0 D x N( D) dd x, (3.3) Dimana : M adalah Metode yang digunakan yaitu Low Orde Momen.. x adalah nilai pangkat momen orde yaitu x 1 = 2, x 2 = 3, x 3 = 4 N(D) adalah fungsi gamma D adalah diameter butiran hujan (mm) 3.3 Attenuasi Gelombang Elektromagnetik oleh air hujan Koefisen attenuasi oleh hujan menggunakan DSD dalam satuan decibels per kilometer digambarkan oleh persamaan berikut: -3 A = 4.343x 10 N( D) ext ( D, m, λ) dd 0 σ, (3.4)

18 11 Dimana : A adalah attenuasi gelombang (db/km) λ adalah panjang gelombang m adalah indek bias butiran air hujan. σ ext adalah extinction cross-section dari air (bundar) D (mm 2 ) adalah diameter butiran. N(D) adalah fungsi gamma Extinction cross-section dihubungkan dengan efficiencies for extinction sebagai berikut : 2 σ ext = Q ext. πa, (3.4) Dimana : σ ext adalah extinction cross-section dari air a adalah jari-jari partikel (butiran hujan). π = 3,14 Extinction cross-section di dalam penelitian ini akan dihitung dengan menggunakan Mie Sacttering calculator yang sudah tersedia online ( 3.4 Aplikasi dalam prediksi attenuasi. Kemampuan dari dua metode ini akan diuji bagaimana pengaruhnya di dalam memprediksi attenuasi oleh hujan. Di dalam tugas akhir ini akan dilihat attenuasi pada gelombang dengan frekuensi 10 GHz, 15 GHz dan 30 GHz.

19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 DSD Simulasi Pentingnya penelitian mengenai butiran hujan telah memotivasi banyak peneliti dan insinyur diberbagai bidang untuk mengembangkan alat untuk mengukur butiran hujan secara atraktif dan informatif. Di antara dua alat yang umum digunakan adalah: 1. Joss-Wadvogel Disdrometer; JWD; (Joss and Waldvogel (1969). 2. Video Disdrometer Dua Dimensi; 2DVD; (Schoenhuber et al. 1997). Secara sederhana prinsip semua alat yang ada adalah menghitung jumlah butiran hujan untuk setiap ukuran yang melewati daerah pengukuran (measuring area) dalam kurun waktu tertentu. Setelah semua butiran dalam berbagai ukuran terekam dengan sensor yang digunakan maka untuk mendapatkan DSD, butiran ini dikelompokkan ke dalam kelas tertentu sesuai dengan kelompok ukuran yang ditetapkan oleh pengguna alat yang bersangkutan, misalnya butiran dalam ukuran 0.0 D < 0.1 mm di kelompokkan ke dalam kelas pertama dan butiran dengan ukuran 0.1 D < 0.2 mm di kelompokkan dalam ukuran kedua, dan seterusnya. Dengan contoh ini berarti DSD yang dihasilkan memiliki lebar kelas 0.1 mm. Pada tugas akhir ini penulis tidak mempunyai akses data hasil pengukuran,oleh karena itu digunakan data butiran hujan yang disimulasikan dengan komputer. Seperti halnya data pengukuran, butiran yang secara acak disimulasikan mengikuti distribusi gamma dikelompokkan juga ke dalam kelas kelas dengan lebar kelas 0.1 mm. Ukuran butiran paling besar yang digunakan di adalah 8 mm. Input parameter dari DSD yang disimulasikan adalah : m = 2 λ = 6 N T atau jumlah butiran = 100 dan 1000.

20 13 N(D) (mm -3 m m -1 ) N T = 100 (simulasi) N T = 1000 (simulasi) M 2 M 3 M 4 (fiitting) M 3 M 4 M 6 (fitting) M 2 M 3 M 4 (fitting) M 3 M 4 M 6 (fitting) Diameter butiran(mm) Gambar 4.1 DSD yang disimulasikan dengan input parameter m = 2, λ = 6 dan jumlah butiran atau N T = 100 dan 1000 serta hasil fitting dari moment M 2 M 3 M 4 dan M 3 M 4 M 6.

21 14 Gambar 4.1 memperlihatkan perhitungan DSD dengan simulasi dan hasil fitting dengan moment M 2 M 3 M 4 dan M 3 M 4 M 6. Digunakan jumlah butiran hujan atau N T = 100 dan N T = Pada saat N T = 100 metode momen orde rendah (M 2 M 3 M 4 ) tampak lebih baik dalam memodelkan DSD ditunjukkan dengan kurva yang mendekati perhitungan DSD simulasi. Pada saat N T = 1000 metode momen orde rendah (M 2 M 3 M 4 ) juga memperlihatkan hasil yang mendekati perhitungan DSD simulasi khususnya pada diameter butiran yang kecil (< 0.5 mm). Sementara pada diameter butiran yang lebih besar (. 0.5 mm) memperlihatkan hasil cenderung sama Jadi terlihat bahwa dua DSD (N T = 100 dan N T = 1000), metode momen orde rendah (M 2 M 3 M 4 ) tampak lebih baik dalam memodelkan DSD, khususnya pada diameter butiran yang kecil (< 0.5 mm). Pada ukuran butiran yang besar, kedua metode memperlihatkan hasil yang hampir sama terutama pada DSD dengan jumlah butiran yang besar (1000). 4.2 Applikasi di dalam memprediksi attenuasi oleh hujan Di dalam telekomunikasi baik dengan satelit ataupun dengan sistem yang lain, attenuasi atau pelemahan gelombang dapat dihitung dengan membandingkan antara sinyal yang dikirim dan yang diterima. Butiran hujan akan sangat mempengaruhi gelombang elektromagnetik di atas 10 GHz. Oleh karena itu di dalam penelitian ini akan diteliti bagaimana pengaruh pemilihan metode momen di dalam memperkirakan attenuasi oleh hujan untuk beberapa frekuensi di atas 10 GHz. Attenuasi akan sangat dipengaruhi oleh indek bias dari butiran hujan. Indek bias butiran hujan dihitung dengan metode yang dikembangkan oleh Ray (1972). Indek bias terdiri atas bagian ril dan imajiner.

22 15 Tabel 4.1 memperlihatkan indek bias butiran hujan untuk frekuensi GHz pada temperatur 25 o C. Tabel 4.1 Indek bias butiran hujan untuk frekuensi GHz pada temperatur 25 o C. Frequency GHz) Bagian ril indek bias (n ) Bagian imajiner indek bias (n ) Penulis tidak menghitung parameter tersebut secara manual, akan tetapi dihitung dengan menggunakan Mie Scattering Calculator yang sudah tersedia secara online di internet ( Jadi tampang lintang butiran hujan dengan diameter maksimal 8 mm untuk setiap frekuensi pada Tabel 4.1 di atas dihitung dengan kalkulator online tersebut.

23 16 Setelah nilai-nilai fisis untuk menghitung attenuasi diperoleh, maka attenuasi siap dimodelkan dengan menggunakan DSD hasil simulasi (acuan tanpa fitting) dan DSD hasil fiitting dengan metode M 2 M 3 M 4 dan M 3 M 4 M Attenuasi untuk NT = 100 Dibawah ini adalah nilai attenuasi untuk jumlah butiran air hujan (NT) = 100 per menit. A ttenuasi terhitung (db /km ) A ttenuasi terhitung (db /km ) Attenuasi terhitung (db/km) (a) 10 GHz (b) 15 GHz M 2 M 3 M 4 M 3 M 4 M (c) 20 GHz Attenuasi terukur (db/km) Gambar 4.2

24 17 Memperlihatkan attenuasi untuk beberapa frekuensi yang diperoleh dari DSD tanpa fitting (attenuasi terukur) dan DSD dari fitting (attenuasi terhitung) untuk N T = 100. Gambar 4.2 memperlihatkan attenuasi untuk frekuensi 10 GHz, 15 GHz dan 20 GHz yang diperoleh dari DSD tanpa fitting (attenuasi terukur) dan DSD dari fitting (attenuasi terhitung). DSD pada gambar ini mengandung 100 butiran hujan Dapat kita lihat pada frekuensi 10 GHz nilai attenuasi untuk kedua metode masih kecil. Kemudian pada saat frekuensi 15 GHz nilai attenuasi semakin bertambah. Begitu juga pada saat frekuensi 20 GHz nilai attenuasinya semakin tinggi. Jadi jelas terlihat bahwa nilai attenuasi sebanding frekuensi yang kita gunakan. Secara umum attenuasi dari DSD yang dihitung dengan dua metode momen memperlihatkan korelasi yang baik. Dimana tingkat error pada saat penghitungan attenuasi N T = 100 sedikit. Oleh sebab itu untuk melihat lebih jauh pengaruh penggunaan metode momen terhadap tingkat error pada perhitungan attenuasi maka digunakan jumlah butiran air hujan yang lebih banyak yaitu N T = 1000.

25 Attenuasi untuk NT = 1000 Untuk DSD yang mengandung jumlah butiran lebih besar (NT=1000), nilai attenuasi diperlihatkan pada Gambar 4.3. Attenuasi terhitung (db/km) (a) 10 GHz Attenuasi terhitung (db/km) Attenuasi terhitung (db/km) (b) 15 GHz (c) 20 GHz M 2 M 3 M 4 M 3 M 4 M Attenuasi terukur (db/km) Gambar 4. 3.

26 19 Memperlihatkan attenuasi untuk beberapa frekuensi yang diperoleh dari DSD tanpa fitting (attenuasi terukur) dan DSD dari fitting (attenuasi terhitung) untuk N T = Seperti halnya pada gambar 4.2, di gambar 4.3 juga dapat kita lihat peningkatan nilai attenuasi seiring dengan peningkatan frekuensi yang digunakan. Sementara untuk NT = 1000 ini terlihat bahwa hasil perhitungan dengan metode M 3 M 4 M 6 tingkat error lebih tinggi. Sedangkan M 2 M 3 M 4 tingkat errornya sangat sedikit sekali Dan terlihat beberapa data dari metode momen M 3 M 4 M 6 sangat besar nilainya dari attenuasi terukur (tanpa fitting). DSD di alam biasanya mengandung butiran antara butiran/m 3 (Gordon and Marwitz (1984), oleh karena itu nilai attenuasi yang diperoleh di alam tentu lebih besar dari hasil model ini yang hanya membahas DSD dengan jumlah butiran 100 dan 1000 saja. Walaupun demikian, tujuan tugas akhir ini adalah untuk melihat pengaruh penggunaan metode momen dalam memodelkan DSD serta pengaruhnya dalam memprediksi attenuasi gelombang elektromagnetik oleh butiran hujan. Dan dapat kita lihat bahwa metode momen M 2 M 3 M 4 memberikan nilai yang lebih baik.

27 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setelah penulis melakukan penelitian yang berjudul Perbandingan Low- Order Moment dan High-Order Moment untuk Memodelkan Distribusi Butiran Hujan dan Implikasinya Bagi Perkiraan Attenuasi Gelombang Elektromagnetik oleh Hujan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada gambar 4.1 terlihat bahwa dalam memodelkan DSD, metode moment orde rendah (M 2 M 3 M 4 ) lebih baik dari metode moment orde tinggi (M 3 M 4 M 6 ), dimana metode M 2 M 3 M 4 hasilnya lebih mendekati ke hasil pengukuran (simulasi) dibandingkan dengan metode M 3 M 4 M Pada gambar 4.2 dan gambar 4.3 metode momen orde rendah (M 2 M 3 M 4 ) tingkat error didalam penghitungan attenuasi gelombang elektromagnetik lebih sedikit dari pada metode moment orde tinggi (M 3 M 4 M 6 ). 3. Pada gambar 4.2 dan 4.3 terlihat bahwa semakin besar nilai frekuensi yang digunakan maka attenuasi gelombang elektromagnetik yang dihasilkan akan semakin besar.

28 Saran Dari hasil penelitian ini penulis berharap di masa depan pemodelan DSD perlu diuji dengan data DSD hasil pengukuran di lapangan tidak hanya dengan membandingkan dari hasil DSD simulasi.

29 DAFTAR PUSTAKA C. F. Bohren and D. R. Huffman, Absorption and Scattering of Light by Small Particles, New York, USA: John Wiley & Sons, Inc, Kozu and K. Nakamura, Rainfall parameter estimation from dual radar measurements combining reflectivity profile and path-integrated attenuation, J. Atmos. Oceanic Technol., 8, pp , G. Marsaglia and W.W. Tsang, A simple method for generating gamma variables, ACM Transactions on Mathematical Software, Vol. 26, No. 3, Pages , September, Marshall, J. S. and W. Mck. Palmer, The distribution or raindrop with size, J. Meteor., Vol. 5, pp , august Ulbrich, C. W, Natural variations in the analytical form of the raindrop size distribution. J. Climate Appl. Meteor., 22,

30 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENELITIAN TERDAHULU Sebelumnya penelitian ini di kembangkan oleh mustofa, dkk. (2010). Penelitian terdahulu dilakukan untuk mencoba membuat alat komunikasi bawah air dengan

Lebih terperinci

TEORI MAXWELL Maxwell Maxwell Tahun 1864

TEORI MAXWELL Maxwell Maxwell Tahun 1864 TEORI MAXWELL TEORI MAXWELL Maxwell adalah salah seorang ilmuwan fisika yang berjasa dalam kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi yang berhubungan dengan gelombang. Maxwell berhasil mempersatukan penemuanpenumuan

Lebih terperinci

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 2.1 Umum elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik seperti yang diilustrasikan pada

Lebih terperinci

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK =================================================

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ================================================= Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ================================================= Bila dalam kawat PQ terjadi perubahan-perubahan tegangan baik besar maupun arahnya, maka dalam kawat PQ

Lebih terperinci

ANALISA TENTANG DISTRIBUSI DIAMETER TITIK HUJAN DAN PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA GELOMBANG RADIO. Achmad Mauludiyanto

ANALISA TENTANG DISTRIBUSI DIAMETER TITIK HUJAN DAN PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA GELOMBANG RADIO. Achmad Mauludiyanto ANALISA TENTANG DISTRIBUSI DIAMETER TITIK HUJAN DAN PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA GELOMBANG RADIO Achmad Mauludiyanto Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih Sukolilo,

Lebih terperinci

BAB 11 GETARAN DAN GELOMBANG

BAB 11 GETARAN DAN GELOMBANG BAB 11 GETARAN DAN GELOMBANG A. Getaran Benda Getaran adalah gerakan bolak balik terhadap titik keseimbangan. - Penggaris melakukan getaran dari posisi 1 2 1 3 1 - Bandul melakukan gerak bolak balik dari

Lebih terperinci

Radio dan Medan Elektromagnetik

Radio dan Medan Elektromagnetik Radio dan Medan Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat, Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS )

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

gelombang tersebut dari pemancar ke penerima yang berdampak pada penurunan kualitas sinyal dalam sistem telekomunikasi (Yeo dkk., 2001).

gelombang tersebut dari pemancar ke penerima yang berdampak pada penurunan kualitas sinyal dalam sistem telekomunikasi (Yeo dkk., 2001). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perambatan gelombang elektromagnetik dalam suatu medium akan mengalami pelemahan energi akibat proses hamburan dan penyerapan oleh partikel di dalam medium tersebut.

Lebih terperinci

Sistem Telekomunikasi

Sistem Telekomunikasi Sistem Telekomunikasi Pertemuan ke,6 Gelombang Elektromagnetik Taufal hidayat MT. email :taufal.hidayat@itp.ac.id ; blog : catatansangpendidik.wordpress.com 1 10/21/2015 Outline I Pengertian gelombang

Lebih terperinci

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik Teori gelombang elektromagnetik pertama kali dikemukakan oleh James Clerk Maxwell (83 879). Hipotesis yang dikemukakan oleh Maxwell, mengacu pada tiga aturan dasar listrik-magnet

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Komputasi Bistatic Scattering dari Obyek dengan Asumsi Bentuk Titik Hujan Oblate Spheroid Evy Nur Amalina, Eko Setijadi dan Gamantyo Hendrantoro Jurusan

Lebih terperinci

Telekomunikasi Radio. Syah Alam, M.T Teknik Elektro STTI Jakarta

Telekomunikasi Radio. Syah Alam, M.T Teknik Elektro STTI Jakarta Telekomunikasi Radio Syah Alam, M.T Teknik Elektro STTI Jakarta Telekomunikasi Radio Merupakan suatu bentuk komunikasi modern yang memanfaatkan gelombang radio sebagai sarana untuk membawa suatu pesan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO No Percobaan : 01 Judul Percobaan Nama Praktikan : Perambatan Gelombang Mikro : Arien Maharani NIM : TEKNIK TELEKOMUNIKASI D3 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Propagasi gelombang adalah suatu proses perambatan gelombang. elektromagnetik dengan media ruang hampa. Antenna pemancar memang

BAB II TEORI DASAR. Propagasi gelombang adalah suatu proses perambatan gelombang. elektromagnetik dengan media ruang hampa. Antenna pemancar memang BAB II TEORI DASAR 2.1. PROPAGASI GELOMBANG Propagasi gelombang adalah suatu proses perambatan gelombang elektromagnetik dengan media ruang hampa. Antenna pemancar memang didesain untuk memancarkan sinyal

Lebih terperinci

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. Oleh: DHELLA MARDHELA NIM: 15B08052

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. Oleh: DHELLA MARDHELA NIM: 15B08052 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK Oleh: DHELLA MARDHELA NIM: 15B08052 Apa itu Gelombang? Gelombang adalah getaran yang merambat Apakah dalam perambatannya perlu medium/zat perantara? Tidak harus! Berdasarkan ada/tidak

Lebih terperinci

- S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI

- S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI - S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI Dengan kemajuan teknologi, telekomunikasi menjadi lebih cepat, lebih andal dan lebih murah dibandingkan dengan metode komunikasi

Lebih terperinci

Transmisi Signal Wireless. Pertemuan IV

Transmisi Signal Wireless. Pertemuan IV Transmisi Signal Wireless Pertemuan IV 1. Panjang Gelombang (Wavelength) Adalah jarak antar 1 ujung puncak gelombang dengan puncak lainnya secara horizontal. Gelombang adalah sinyal sinus. Sinyal ini awalnya

Lebih terperinci

BAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH

BAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH BAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH. GELOMBANG MENENGAH Berdasarkan spektrum frekuensi radio, pita frekuensi menengah adalah gelombang dengan rentang frekuensi yang terletak antara 300 khz sampai 3 MHz

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gelombang Gelombang adalah gejala dari perambatan usikan (gangguan) di dalam suatu medium. Pada peristiwa rambatan tersebut tidak disertai dengan perpindahan tempat yang permanen

Lebih terperinci

Propagasi gelombang radio atau gelombang elektromagnetik dipengaruhi oleh banyak faktor dalam bentuk yang sangat kompleks kondisi yang sangat

Propagasi gelombang radio atau gelombang elektromagnetik dipengaruhi oleh banyak faktor dalam bentuk yang sangat kompleks kondisi yang sangat Propagasi gelombang radio atau gelombang elektromagnetik dipengaruhi oleh banyak faktor dalam bentuk yang sangat kompleks kondisi yang sangat bergantung pada keadaan cuaca dan fenomena luar angkasa yang

Lebih terperinci

Gelombang Transversal Dan Longitudinal

Gelombang Transversal Dan Longitudinal Gelombang Transversal Dan Longitudinal Pada gelombang yang merambat di atas permukaan air, air bergerak naik dan turun pada saat gelombang merambat, tetapi partikel air pada umumnya tidak bergerak maju

Lebih terperinci

Pertemuan 10 PRINSIP KOMUNIKASI LISTRIK. Dahlan Abdullah Website :

Pertemuan 10 PRINSIP KOMUNIKASI LISTRIK. Dahlan Abdullah   Website : Pertemuan 10 PRINSIP KOMUNIKASI LISTRIK Dahlan Abdullah Email : dahlan@unimal.ac.id Website : http://www.dahlan.web.id Pendahuluan Dalam setiap komunikasi salah satunya selalu diperlukan sumber informasi

Lebih terperinci

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah 1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah A. y = 0,5 sin 2π (t - 0,5x) B. y = 0,5 sin π (t - 0,5x) C. y = 0,5 sin π (t - x) D. y = 0,5 sin 2π (t - 1/4 x) E. y = 0,5 sin 2π (t

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Fakultas FIKOM Dasar- dasar Penyiaran AMPLITUDO MODULATON FREQUENCY MODULATON SHORT WAVE (SW) CARA KERJA PEMANCAR RADIO Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

Analisis Komputasi Penyerapan Gelombang Elektromagnetik Oleh Titik Hujan Dengan Menggunakan Methods Of Moment

Analisis Komputasi Penyerapan Gelombang Elektromagnetik Oleh Titik Hujan Dengan Menggunakan Methods Of Moment Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 1 Analisis Komputasi Penyerapan Gelombang Elektromagnetik Oleh Titik Hujan Dengan Menggunakan Methods Of Moment Dika Oktavian P, Eko Setijadi,

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Kumpulan Soal Fisika Dasar II http://personal.fmipa.itb.ac.id/agussuroso http://agussuroso102.wordpress.com Topik Gelombang Elektromagnetik Interferensi Difraksi 22-04-2017 Soal-soal FiDas[Agus Suroso]

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya 1. EBTANAS-06-22 Berikut ini merupakan sifat-sifat gelombang cahaya, kecuali... A. Dapat mengalami pembiasan B. Dapat dipadukan C. Dapat dilenturkan D. Dapat dipolarisasikan E. Dapat menembus cermin cembung

Lebih terperinci

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu.

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu. 1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu. 2. Sebuah gelombang transversal frekuensinya 400 Hz. Berapa jumlah

Lebih terperinci

Sinyal analog. Amplitudo : ukuran tinggi rendah tegangan Frekuensi : jumlah gelombang dalam 1 detik Phase : besar sudut dari sinyal analog

Sinyal analog. Amplitudo : ukuran tinggi rendah tegangan Frekuensi : jumlah gelombang dalam 1 detik Phase : besar sudut dari sinyal analog PHYSICAL LAYER Lapisan Fisik Fungsi : untuk mentransmisikan sinyal data (analog dan digital) Pada Lapisan Transmitter : menerapkan fungsi elektris, mekanis, dan prosedur untuk membangun, memelihara, dan

Lebih terperinci

KONSEP OPTIK DAN PERAMBATAN CAHAYA. Irnin Agustina D.A,M.Pd.

KONSEP OPTIK DAN PERAMBATAN CAHAYA. Irnin Agustina D.A,M.Pd. KONSEP OPTIK DAN PERAMBATAN CAHAYA Optika = llmu yang membahas tentang cahaya. Optik terbagi menjadi 2: optika geometris dan optika fisis. Optika Geometris membahas tentang pemantulan dan pembiasan. Sedangkan

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

Pertemuan ke-6 Sensor : Bagian 2. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM

Pertemuan ke-6 Sensor : Bagian 2. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM Pertemuan ke-6 Sensor : Bagian 2 Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM Agenda Pendahuluan : gelombang EM dan antena RF Parameter antena RF Penggunaan antena RF dalam metode geofisika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu media transmisi (Forouzan, 2007). transmitter, transmission system, receiver, dan media

BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu media transmisi (Forouzan, 2007). transmitter, transmission system, receiver, dan media BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Komunikasi Data Komunikasi data merupakan pertukaran data antara dua devicemelalui suatu media transmisi (Forouzan, 2007). 2.1.1. Komponen Komunikasi Data Komunikasi data terdiri

Lebih terperinci

Jenis dan Sifat Gelombang

Jenis dan Sifat Gelombang Jenis dan Sifat Gelombang Gelombang Transversal, Gelombang Longitudinal, Gelombang Permukaan Gelombang Transversal Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah pergerakan partikel pada medium (arah

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1 A. 5, 22 mm B. 5, 72 mm C. 6, 22 mm D. 6, 70 mm E. 6,72 mm 5 25 20 2. Dua buah vektor masing-masing 5 N dan 12 N. Resultan kedua

Lebih terperinci

INTERFERENSI GELOMBANG

INTERFERENSI GELOMBANG INERFERENSI GELOMBANG Gelombang merupakan perambatan dari getaran. Perambatan gelombang tidak disertai dengan perpindahan materi-materi medium perantaranya. Gelombang dalam perambatannya memindahkan energi.

Lebih terperinci

PROPAGASI UMUM PEMBAGIAN BAND FREKUENSI RADIO

PROPAGASI UMUM PEMBAGIAN BAND FREKUENSI RADIO PROPAGASI UMUM Apabila kita berbicara tentang propagasi maka kita menyentuh pengetahuan yang berhubungan dengan pancaran gelombang radio. Seperti kita ketahui bahwa apabila kita transmit, pesawat kita

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI COBA. Menurut medium perambatannya, gelombang

KISI-KISI SOAL UJI COBA. Menurut medium perambatannya, gelombang LAMPIRAN IV KISI-KISI SOAL UJI COBA No Indikator soal Teknik Bentuk Instrumen 1 Peserta didik menjelaskan karakteristik mekanik dan elektromagnetik Contoh Soal Menurut medium perambatannya, diklasifiikasikan

Lebih terperinci

5. Satu periode adalah waktu yang diperlukan bandul untuk bergerak dari titik. a. A O B O A b. A O B O c. O A O B d. A O (C3)

5. Satu periode adalah waktu yang diperlukan bandul untuk bergerak dari titik. a. A O B O A b. A O B O c. O A O B d. A O (C3) 1. Simpangan terjauh pada suatu benda bergetar disebut. a. Amplitudo c. Periode b. Frekuensi d. Keseimbangan 2. Berikut ini adalah sebuah contoh getaran. a. Roda yang berputar pada sumbunya b. Gerak buah

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI

BAB II SALURAN TRANSMISI BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak

Lebih terperinci

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII - 014 1. Dari besaran fisika di bawah ini, yang merupakan besaran pokok adalah A. Massa, berat, jarak, gaya B. Panjang, daya, momentum, kecepatan

Lebih terperinci

RANGKUMAN MATERI GETARAN DAN GELOMBANG MATA PELAJARAN IPA TERPADU KELAS 8 SMP NEGERI 55 JAKARTA

RANGKUMAN MATERI GETARAN DAN GELOMBANG MATA PELAJARAN IPA TERPADU KELAS 8 SMP NEGERI 55 JAKARTA RANGKUMAN MATERI GETARAN DAN GELOMBANG MATA PELAJARAN IPA TERPADU KELAS 8 SMP NEGERI 55 JAKARTA Getaran A. Pengertian getaran Getraran adalah : gerak bolak-balik benda secara teratur melalui titik keseimbangan.salah

Lebih terperinci

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT 4.1 Komunikasi Radio Komunikasi radio merupakan hubungan komunikasi yang mempergunakan media udara dan menggunakan gelombang

Lebih terperinci

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK Gelombang Elektromagnetik 187 B A B B A B 9 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK Sumber : penerbit cv adi perkasa Pernahkan kalian berfikir bagaimana gelombang radio dapat memancar dari pemancar radio menuju ke radio

Lebih terperinci

BAB II CAHAYA. elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x

BAB II CAHAYA. elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x BAB II CAHAYA 2.1 Pendahuluan Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s. Sifat-sifat cahaya adalah

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 Id paper: SM142

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 Id paper: SM142 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 335 Desain Antena Mikrostrip Omnidireksional menggunakan Material Polimida untuk Komunikasi Video pada PUNA (Pesawat Udara Nir

Lebih terperinci

Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal

Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal dua macam sumber informasi, yaitu ide-ide yang bersumber dari

Lebih terperinci

Scientific Echosounders

Scientific Echosounders Scientific Echosounders Namun secara secara elektronik didesain dengan amplitudo pancaran gelombang yang stabil, perhitungan waktu yang lebih akuran dan berbagai menu dan software tambahan. Contoh scientific

Lebih terperinci

Spektrum Gelombang Elektromagnetik

Spektrum Gelombang Elektromagnetik Spektrum Gelombang Elektromagnetik Gelombang elektromagnetik yang dirumuskan oleh Maxwell ternyata terbentang dalam rentang frekuensi yang luas. Sebagai sebuah gejala gelombang, gelombang elektromagnetik

Lebih terperinci

1. Perhatikan gambar di bawah ini! Jumlah getaran yang terbentuk dari k-l-m-no-n-m-l-k

1. Perhatikan gambar di bawah ini! Jumlah getaran yang terbentuk dari k-l-m-no-n-m-l-k 1. Perhatikan gambar di bawah ini! Jumlah getaran yang terbentuk dari k-l-m-no-n-m-l-k adalah... k A. 1 getaran l n B. ¾ getaran C. ½ getaran D. ¼ getaran 2. Perhatikan gambar soal nomor 1.Jika bandul

Lebih terperinci

GELOMBANG. Lampiran I.2

GELOMBANG. Lampiran I.2 GELOMBANG 1. Pengertian Gelombang Pernahkah kamu pergi ke pantai? Tentu sangat menyenangkan, bukan? Demikian indahnya ciptaan Tuhan. Di pantai kamu bisa melihat ombak. Ombak tersebut terlihat bergelombang

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

PENGERTIAN GELOMBANG RADIO

PENGERTIAN GELOMBANG RADIO PENGERTIAN GELOMBANG RADIO PENGERTIAN GELOMBANG RADIO Sebelumnya kita bahas tentang Pengertian Radio Terlebih Dahulu. Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara Radiasi dan

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin

Lebih terperinci

BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS

BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS.1 Karakteristik Kanal Nirkabel Perambatan sinyal pada kanal yang dipakai dalam komunikasi terjadi di atmosfer dan dekat dengan permukaan tanah, sehingga model perambatan

Lebih terperinci

: 1. KARAKTERISTIK GELOMBANG 2. PERSAMAAN GELOMBANG BERJALAN DAN GELOMBANG TEGAK

: 1. KARAKTERISTIK GELOMBANG 2. PERSAMAAN GELOMBANG BERJALAN DAN GELOMBANG TEGAK LAMPIRAN XV SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN MATERI POKOK KELAS/ SEMESTER PENELITI LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN TES : MAN 1 PADANG : FISIKA : 1. KARAKTERISTIK GELOMBANG 2. PERSAMAAN GELOMBANG BERJALAN DAN

Lebih terperinci

BAB I GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI

BAB I GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI BAB I GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI Kompetensi dasar : Memahami Konsep Dan Prinsip-Prinsip Gejala Gelombang Secara Umum Indikator : 1. Arti fisis getaran diformulasikan 2. Arti fisis gelombang dideskripsikan

Lebih terperinci

BAB I GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI

BAB I GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI BAB I GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI BAB I GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI Kompetensi dasar : Memahami Konsep Dan Prinsip Prinsip Gejala Gelombang Secara Umum Indikator Tujuan 1. : 1. Arti fisis getaran diformulasikan

Lebih terperinci

Optimasi Posisi Antena pada UAV Alap-Alap BPPT menggunakan Computer Simulation Technology

Optimasi Posisi Antena pada UAV Alap-Alap BPPT menggunakan Computer Simulation Technology Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 341 Optimasi Posisi Antena pada UAV Alap-Alap BPPT menggunakan Computer Simulation Technology Moh. Amanta K.S Lubis *), Yomi

Lebih terperinci

BAB 1 GEJALA GELOMBANG

BAB 1 GEJALA GELOMBANG BAB 1 GEJALA GELOMBANG 1.1 Deskripsi Gelombang Secara umum, gejala gelombang dapat didefinisikan sebagai peristiwa perambatan energi dari satu tempat ke tempat yang lain. Jika kita perhatikan, banyak kejadian

Lebih terperinci

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa

Lebih terperinci

2). Besaran Dasar Gelombang Y arah rambat ( v) A P T 0 Q S U. * Hubungan freakuensi (f) dengan pereode (T).f = n/t n = f.t dan T = t/n n = t/t

2). Besaran Dasar Gelombang Y arah rambat ( v) A P T 0 Q S U. * Hubungan freakuensi (f) dengan pereode (T).f = n/t n = f.t dan T = t/n n = t/t Modul Pembelajaran Fisika XII-IPA 1 BAB 1 GEJALA GELOMBANG A. Persamaan Dasar Gelombang 1). Pengertian Gelombang Gelombang adalah usikan yang merambat secara terus menerus. Medium yang dilalui gelombang

Lebih terperinci

DIKA OKTAVIAN PRASETYA PEMBIMBING Eko Setijadi, ST. MT., Ph.D. Prof.Ir.Gamantyo Hendrantoro, M.Eng., Ph.D.

DIKA OKTAVIAN PRASETYA PEMBIMBING Eko Setijadi, ST. MT., Ph.D. Prof.Ir.Gamantyo Hendrantoro, M.Eng., Ph.D. DIKA OKTAVIAN PRASETYA 2208100174 PEMBIMBING Eko Setijadi, ST. MT., Ph.D. Prof.Ir.Gamantyo Hendrantoro, M.Eng., Ph.D. Semakin meningkatnya perkembangan teknologi telekomunikasi Curah hujan di indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Pengertian sistem jaringan komunikasi Radio Gelombang Mikro yang paling sederhana adalah saling berkomunikasinya antara titik A dan titik B dengan menggunakan perangkat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Gelombang dan klasifikasinya. Gelombang adalah suatu gangguan menjalar dalam suatu medium ataupun tanpa medium. Dalam klasifikasinya gelombang terbagi menjadi yaitu :. Gelombang

Lebih terperinci

Mekanika (interpretasi grafik GLB dan GLBB) 1. Diberikan grafik posisi sebuah mobil terhadap waktu yang melakukan gerak lurus sebagai berikut: X

Mekanika (interpretasi grafik GLB dan GLBB) 1. Diberikan grafik posisi sebuah mobil terhadap waktu yang melakukan gerak lurus sebagai berikut: X Pengukuran, Besaran dan Satuan: 1. Besi mempunyai massa jenis 7,86 kg/m 3. Tentukan volume sepotong besi yang massanya 3,93 g. A. 0,5 cm 3 B. 0,5 m 3 C. 2,0 cm 3 D. 2,0 m 3 (hubungan besaran pokok dan

Lebih terperinci

sepanjang lintasan: i) A-B adalah 1/4 getaran ii) A-B-C-B-A adalah 4/4 atau 1 getaran iii) A-B-C-B-A-B adalah 5/4 atau 1,25 getaran

sepanjang lintasan: i) A-B adalah 1/4 getaran ii) A-B-C-B-A adalah 4/4 atau 1 getaran iii) A-B-C-B-A-B adalah 5/4 atau 1,25 getaran contoh soal dan pembahasan jawaban getaran dan gelombang, materi fisika SMP Kelas 8 (VIII), tercakup amplitudo, frekuensi, periode dari getaran dan gelombang, panjang gelombang, cepat rambat suatu gelombang

Lebih terperinci

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM)

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM) Disusun oleh : MIRA RESTUTI 1106306 PENDIDIKAN FISIKA (RM) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

PENGAMATAN PENJALARAN GELOMBANG MEKANIK

PENGAMATAN PENJALARAN GELOMBANG MEKANIK PENGAMATAN PENJALARAN GELOMBANG MEKANIK Elinda Prima F.D 1, Muhamad Naufal A 2, dan Galih Setyawan, M.Sc 3 Prodi D3 Metrologi dan Instrumentasi, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika UTS Fisika Latihan 2 Kelas 12 Doc. Name: AR12FIS02UTS Version: 2014-10 halaman 1 01. Gelombang transversal pada tali horizontal dengan panjang gelombang 8 m merambat dengan kelajuan

Lebih terperinci

Dikumpulkan pada Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016 Jam di N107, berupa copy file, bukan file asli.

Dikumpulkan pada Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016 Jam di N107, berupa copy file, bukan file asli. Nama: NIM : Kuis I Elektromagnetika II TT38G1 Dikumpulkan pada Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016 Jam 14.30 15.00 di N107, berupa copy file, bukan file asli. Kasus #1. Medium A (4 0, 0, x < 0) berbatasan

Lebih terperinci

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 6 Jalur Gelombang Mikro

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 6 Jalur Gelombang Mikro TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 6 Jalur Gelombang Mikro Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

MAKALAH FISIKA STATISTIK

MAKALAH FISIKA STATISTIK MAKALAH FISIKA STATISTIK Kelompok I Nama Kelompok : 1.Evi Dewi Sartika 2.Elvina Fauziah Siregar 3.Elvi Nora Sita Harahap Prodi : Pendidikan Fisika Semester : VI (enam) Dosen : Rahma Donni Reski Siregar

Lebih terperinci

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang 1. Grafik antara tekanan gas y yang massanya tertentu pada volume tetap sebagai fungsi dari suhu mutlak x adalah... a. d. b. e. c. Menurut Hukum Gay Lussac menyatakan

Lebih terperinci

Lokasi pengukuran dilakukan pada desa Cikancra kabupaten. Tasikmalaya. Lahan berada diantara BT dan LS

Lokasi pengukuran dilakukan pada desa Cikancra kabupaten. Tasikmalaya. Lahan berada diantara BT dan LS BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengukuran Insitu 4.1.1 Lokasi dan Persiapan Lokasi pengukuran dilakukan pada desa Cikancra kabupaten Tasikmalaya. Lahan berada diantara 1 0 20 1 0 25 BT dan 7 0

Lebih terperinci

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik BAB II ANTENA MIKROSTRIP 2.1 Pengertian Antena Antena merupakan salah satu dari beberapa komponen yang paling kritis dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik akan

Lebih terperinci

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA Tujuan Instruksional Umum Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perambatan gelombang, yang merupakan hal yang penting dalam sistem komunikasi serat optik. Pembahasan

Lebih terperinci

GETARAN DAN GELOMBANG. Gelombang. dibedakan berdasarkan. Gel. mekanik. contoh contoh contoh. Gel. air Gel. pada tali Gel. bunyi Gel.

GETARAN DAN GELOMBANG. Gelombang. dibedakan berdasarkan. Gel. mekanik. contoh contoh contoh. Gel. air Gel. pada tali Gel. bunyi Gel. n Getaran dan Gelombang Bab XXI GETARAN DAN GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Kamu dapat mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya. Peta Konsep Getaran terdiri atas - Frekuensi

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa 2 Metode yang sering digunakan untuk menentukan koefisien serap bunyi pada bahan akustik adalah metode ruang gaung dan metode tabung impedansi. Metode tabung impedansi ini masih dibedakan menjadi beberapa

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Gelombang Mekanik - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0198 Version: 2012-09 halaman 1 01. t = 0.4s Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D)

Lebih terperinci

Pertemuan 6 PROPAGASI GELOMBANG RADIO. DAHLAN ABDULLAH

Pertemuan 6 PROPAGASI GELOMBANG RADIO. DAHLAN ABDULLAH Pertemuan 6 PROPAGASI GELOMBANG RADIO DAHLAN ABDULLAH dahlan@unimal.ac.id APA DIPELAJARI?? Prinsip Umum Propagasi Ruang Bebas Propagasi Antar Dua Titik di Bumi Gelombang Permukaan Efek Ketinggian Antena

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng

DASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng DASAR TELEKOMUNIKASI Kholistianingsih, S.T., M.Eng KONTRAK PEMBELAJARAN UAS : 35% UTS : 35% TUGAS : 20% KEHADIRAN : 10% KEHADIRAN 0 SEMUA KOMPONEN HARUS ADA jika ada satu komponen yang kosong NILAI = E

Lebih terperinci

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI 425-890 MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 11 MICROWAVE ANTENNA. Gelombang mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik dengan frekuensi super

BAB 11 MICROWAVE ANTENNA. Gelombang mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik dengan frekuensi super BAB 11 MICROWAVE ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai antenna microwave desain, aplikasi dan cara kerjanya. Gelombang mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bidang telekomunikasi yang begitu pesat, semakin banyak pilihan yang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bidang telekomunikasi yang begitu pesat, semakin banyak pilihan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem transmisi data, media transmisi adalah jalur fisik antara pemancar dan penerima. Baik sinyal analog maupun digital dapat dipancarkan melalui media transmisi

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2016 tentang Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017, No Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2016 tentang Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1814, 2017 BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN. Sistem Komunikasi Pencarian dan Pertolongan. PERATURAN BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN NOMOR 19 TAHUN 2017

Lebih terperinci

Gelombang Bunyi. Keterangan: γ = konstanta Laplace R = tetapan umum gas (8,31 J/mol K)

Gelombang Bunyi. Keterangan: γ = konstanta Laplace R = tetapan umum gas (8,31 J/mol K) Gelombang Bunyi Bunyi termasuk gelombang mekanik, karena dalam perambatannya bunyi memerlukan medium perantara. Ada tiga syarat agar terjadi bunyi yaitu ada sumber bunyi, medium, dan pendengar. Bunyi dihasilkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perang ataupun sebagai bagian dari sistem navigasi pada kapal [1].

II. TINJAUAN PUSTAKA. perang ataupun sebagai bagian dari sistem navigasi pada kapal [1]. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Radio Detecting and Ranging (Radar) Radio Detecting and Ranging (Radar) adalah perangkat yang digunakan untuk menentukan posisi, bentuk, dan arah pergerakan dari suatu objek yang

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Gelombang - - GELOMBANG - GELOMBANG ------------------------------- 1 Gelombang Gelombang Berjalan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G Abdullah Habibi Lubis, Rahmad Fauzi Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci