Komputasi Penghamburan dan Penyerapan Gelombang EM Oleh Titik Hujan Dalam Bentuk Realistik (Prolate Spheroid)
|
|
- Widya Hartanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Komputasi Penghamburan dan Penyerapan Gelombang EM Oleh Titik Hujan Dalam Bentuk Realistik (Prolate Spheroid) Alladina Hapsery Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Surabaya Abstrak- Dalam propagasi gelombang elektromagnetik terdapat beberapa permasalahan yang cukup penting, salah satunya adalah redaman hujan. Redaman hujan dapat menimbulkan penghamburan dan penyerapan gelombang elektromagnetik. Dampak yang timbul dari fenomena ini adalah menurunnya kualitas komunikasi yang dapat berbentuk melemahnya penerimaan sinyal, gangguan antar saluran pada sistem polarisasi ganda, atau gangguan dari sistem komunikasi lain yang menggunakan daerah spectrum frekuensi yang sama. Dari semua gangguan sistem komunikasi tersebut, redaman adalah hal yang paling berpengaruh pada kualitas komunikasi terutama pada penggunaan micro wave dan millimeter wave. Pada tugas akhir ini dilakukan simulasi sebuah titik hujan dengan asumsi prolate spheroid dengan permitivitas real yang ditembakkan gelombang elektromagnetik. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai dari bistatic scattering. Pada kegiatan awal dilakukan simulasi dengan asumsi titik hujan spherical. Yang kemudian akan divalidasi dengan hasil dari Van de Hulst. Selanjutnya dilakukan simulasi dengan bentuk prolate spheroid. Analisis dilakukan dengan membandingkan hasil bistatic scattering yang didapat dari penelitian ini dengan hasil dari penelitian Shoji Asano. Pada tahap akhir digunakan permitivitas kompleks untuk bentuk titik hujan prolate spheroid, sehingga nilai etinction cross section dapat diperhitungkan. Berdasarkan analisa hasil komputasi didapatkan hasil bahwa pada frekuensi yang sama dengan nilai permitivitas air absolut 1,33, semakin besar ukuran partikel titik hujan, semakin besar pula bistatic scatteringnya. Dan pada ukuran partikel titik hujan yang sama dengan nilai permitivitas air absolut 1,33, didapat bahwa semakin besar frekuensi yang digunakan, semakin besar pula bistatic scattering-nya. Program simulasi dari penelitian ini valid untuk bentuk titik hujan spherical. Untuk simulasi bentuk titik hujan prolate spheroid program ini belum valid. Karena grafik hasil perbandingan memiliki pola yang berbeda. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Kata kunci : Redaman Hujan, Scattering dan absorption, Bistatic Scattering, Prolate Spheroid. I. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi telekomunikasi berkembang dengan sangat cepat termasuk dalam komunikasi nirkabel (wireless). Hal ini ditandai dengan penggunaan frekuensi tinggi sampai dalam orde GHz. Gelombang ini dapat mengirimkan data informasi dengan bit rate tinggi. Dengan tersedianya komunikasi kecepatan tinggi tersebut layanan highspeed internet, digital video, audio broadcasting dan video conference dengan kapasitas besar dan bandwidth yang lebar dapat bekerja dengan baik [1]. Pada komunikasi Ka-Band misalnya, dengan orde frekuensi mencapai 10 9 Hertz (GigaHertz) maka panjang gelombang menjadi semakin pendek dan hal itu membuat mudah terganggu oleh masalah dalam perjalananya termasuk hujan, sehingga masalah hujan menjadi masalah penting untuk diperhitungkan. Dampak yang timbul dari fenomena ini adalah menurunnya kualitas komunikasi yang dapat berbentuk melemahnya penerimaan sinyal, gangguan antar saluran pada sistem polarisasi ganda, atau gangguan dari sistem komunikasi lain yang menggunakan daerah spektrum yang sama. Diantara semua gangguan pada sistem komunikasi tersebut, redaman adalah hal yang paling berpengaruh pada kualitas komunikasi terlebih pada penggunaan micro wave dan millimeter wave. Pada penggunaan frekuensi diatas 10 GHz akibat dari redaman hujan menjadi hal yang cukup signifikan untuk diperhitungkan [2] Redaman hujan menimbulkan penghamburan dan penyerapan gelombang elektromagnetik. terlebih Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki tingkat curah hujan yang tinggi, berbeda dengan negara nontropis lainnya, Redaman ini akan menjadi permasalah yang cukup penting dalam propagasi gelombang elektromagnetik mengingat pada daerah tropis mempunyai curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi mengindikasikan bahwa titik hujan besar dan jarak antar titik hujan lebih rapat sehingga redaman yang ditimbulkan juga semakin besar. Di dalam studi terkait redaman hujan dikenal beberapa macam penghamburan diantaranya adalah single scattering dan multiple scattering. Pada penelitian sebelumnya telah dirumuskan metode estimasi redaman hujan dengan mempertimbangkan efek multiple scattering [3], namun hasil yang didapat pada perhitungan tersebut kurang akurat, karena asumsi bentuk titik hujan adalah bola spherical. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil redaman hujan yang lebih akurat, perlu dilakukan validasi awal yaitu 1
2 dengan asumsi bentuk titik hujan bukan bola yaitu prolate spheroid. II. TEORI PENUNJANG 2.1 Bentuk Titik Hujan Hujan adalah kejadian biasa yang sering terjadi. Rintik hujan terjadi bila uap air dari awan membungkus dirinya sendiri menjadi partikel kecil selama proses kondensasi (proses di mana gas berubah menjadi cairan). Salah satu parameter hujan yang dapat mempengaruhi besarnya redaman hujan adalah bentuk titik hujan. Adapun macam-macam bentuk titik hujan sebagai berikut : Bola Pengukuran fotografik dari bentuk curah hujan telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Yaitu dalam bentuk simple. Pengukuran ini menunjukkan bahwa titik hujan yang memiliki diameter > 1 mm mempunyai bentuk spheroidal (seperti bola) dengan dasar yang datar. Dimana jari jari semimayor dan semiminor memiliki besar yang sama.[3] pertama Prupacher-Pitter (PP) [10] dan Modified Prupacher Pitter (MPP) [11]. Berikut adalah persamaan jari-jari relatif untuk bentuk titik hujan teori PP Dimana nilai c n adalah koefisien deformasi. Sedangkan persamaan jari-jari titik hujan untuk bentuk titik hujan MPP yaitu [11]: Dimana nilai a, v 1, dan v 2 sebagai berikut Grafik perbandingan antara teori PP dan MPP dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 1. Bentuk titik hujan bola spherical [3] Prolate dan Oblate Spheroid Selanjutnya terdapat proses dimana titik hujan yang jatuh dan berada pada udara akan berbentuk oblate spheroid dan setelah jatuh diatas permukaan tanah akan berbentuk prolate spheroid. Bentuk titik hujan prolate yaitu bentuk titik hujan dengan jari-jari vertikal dan horizontalnya tidak sama, lebih besar jari-jari vertikal apabila asumsi sumbu-z vertikal pula. Sedangkan bentuk titik hujan oblate spheroid merupakan kebalikan dari bentuk titik hujan prolate, yaitu dengan asumsi jari-jari horisontal lebih besar dari pada vertikalnya. Gambar 3. Perbandingan teori PP (dash) vs MPP (solid) dalam beberapa nilai a 0 mulai dari a 0 = 1.1,2.0, 2.5, 3.0, 3.5, 4.0 (dari kiri ke kanan) dalam satuan mm. Gambar 2. Bentuk Titik Hujan : Prolate Spheroid. Oblate Spheroid [9] Realistik (mendekati kenyataan) Asumsi bentuk titik hujan lainnya yaitu bentuk realistik. Bentuk ini yang paling mendekati bentuk titik hujan sebenarnya. Terdapat 2 teori dari bentuk titik hujan ini. Yang 2.2 Hamburan Hamburan (scattering) adalah proses fisik yang umum dalam propagasi gelombang di mana pada radiasi, seperti cahaya, suara, atau partikel yang bergerak, dipaksa untuk menyimpang dari lintasannya oleh satu atau lebih partikel dalam medium yang dilewati. 2
3 Hamburan gelombang radio terjadi jika medium tempat gelombang merambat terdiri atas benda-benda (partikel) yang berukuran kecil jika dibandingkan dengan panjang gelombangnya dan jumlah per satuan volumenya cukup besar. Mekanisme hamburan akan menyebabkan gelombang menuju ke segala arah sehingga transmisi gelombang radio dengan mekanisme hamburan mempunyai efisiensi yang kecil. Berdasarkan banyaknya partikel penghambur, hamburan dibagi menjadi dua yaitu single scattering dan multiple scattering. Single Scattering terjadi ketika radiasi suatu gelombang hanya dihamburkan oleh satu partikel penghambur. Pada kenyataannya ketika gelombang elektromagnetik melewati sekumpulan partikel maka gelombang tersebut bisa terhambur berkali-kali, yang dikenal sebagai efek multiple scattering. Pada efek multiple scattering, interaksi hamburan secara acak terjadi dalam jumlah besar. Efek multiple scattering dapat menghasilkan hasil yang acak, terutama pada radiasi koheren. Masalah yang penting dalam penelitian terkait efek scattering adalah bagaimana memprediksi sistem yang menghamburkan radiasi, yang hampir selalu dapat dipecahkan dengan perhitungan daya pada suatu sistem [14]. Selain itu, terdapat konsep hamburan lainnya seperti bistatic, forward, dan backscattering. Bistatic Scattering adalah fenomena hamburan gelombang EM ke saat gelombang EM memapar suatu objek. Sedangkan Forward Scattering adalah fenomena ketika medan yang menabrak sebuah partikel diteruskan dengan sudut fase berkebalikan dengan sudut datang (sudut fase 180 dengan sudut datang). Selain bistatic scattering dan forward scattering, juga terdapat backscattering, yaitu fenomena ketika medan yang menabrak objek atau partikel kembali ke arah medan datangnya. [16]. Asumsi bentuk titik hujan spherical Komputasi Bistatic Scattering Validasi dengan Van de Huslt Asumsi bentuk titik hujan prolate spheroid Komputasi Bistatic Scattering Validasi dengan Shoji Asano dan Le Wei Li Perbandingan hasil komputasi bentuk titik hujan spherical dengan prolete spheroid Kesimpulan Gambar 4. Metodologi Penelitian 3.2. Analisa Medan Medan Datang Kita nyatakan medan elektromagnetik yang datang dalam sistem kordinat bola. Dari persamaan (1.2)-(1.4) kita dapatkan III. METODE KOMPUTASI 3.1. Metodologi Penelitian Tahap metodologi penelitian ini pada tahap pertama dilakukan asumsi bentuk titik hujan bola dan prolate spheroid. Berikutnya dilakukan komputasi bistatic scattering. Hasil dari komputasi akan divalidasi dengan hasil dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk bentuk bola akan divalidasi dengan Van de Hulst. Sedangkan untuk bentuk prolate spheroid akan divalidasi dengan Shoji Asano dan Le Wei Li. Untuk mendiskritisasi sistem dalam arah, kita gunakan ekspansi deret Fourier (1) (2) Koefisiennya dinyatakan dalam fungsi Bessel yaitu (3) Dalam bentuk vektor, dapat dinyatakan sebagai berikut (4) Kita anggap sumbu kedatangan dimana. sehingga persamaan(1.3) dan (1.4) menjadi dan (5) 3
4 3.2.2 Medan yang Terhambur di Luar Dielektrik Perkiraan fungsi gelombang untuk medan yang terhambur di luar dielektrik. Medan scattering dinyatakan (6) (7) Dimana vector spherical wave function (8) dengan (9) (10) Medan yang Terserap di Dalam Dielektrik Prakiraan fungsi gelombang untuk medan yang terhambur di dalam dielektrik Perkiraan fungsi gelombang untuk medan terhambur di dalam bentuk dielektrik dinyatakan (11) (12) dimana,. Dengan alasan yang sama, kita tuliskan koefisien dan dengan sederhana. Substitusi persamaan (9) dan (10) dengan persamaan (12) dan (13) kita peroleh (13) IV. HASIL SIMULASI DAN ANALISA Dilakukan simulasi dengan menggunakan software FORTRAN 77. Dengan berbagai macam parameter, disesuaikan dengan penelitian sebelumnya yang akan dibandingkan dengan hasil simulasi Validasi hasil bentuk titik hujan spherical dengan Van de Hulst (c) Gambar 5. Grafik perbandingan bistatic cross section spherical hasil simulasi dengan Van de Hulst k =1, k =2, (c) k=5 Dari pengamatan gambar di atas untuk k=1, grafik TM memiliki pola yang sama dengan grafik TM Van de Hulst tetapi berbeda signifikan pada sudut datang 93. Sedangkan untuk grafik TE memiliki pola yang sama dengan TE Van de Hulst relatif untuk setiap sudut datang. Untuk nilai k=2 grafik dari simulasi mempunyai pola yang sama dengan Van de Hulst baik untuk mode TE maupun TM. Begitu pula saat k=5, grafik dari simulasi mempunyai pola yang sama dengan Van de Hulst baik untuk mode TE maupun TM. 4
5 Berdasarkan analisa dari beberapa grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian ini valid untuk asumsi bentuk titik hujan spherical Validasi hasil bentuk titik hujan prolate spheroid dengan Shoji Asano dan Le Wei Li (c) Gambar 7. Grafik perbandingan bistatic cross section hasil simulasi dengan Shoji Asano dengan properties of shape a/b=5 k=1 k=2 dan (c) k=5 (c) Gambar 6. Grafik perbandingan bistatic cross section prolate spheroid hasil simulasi dengan Shoji Asano dengan properties of shape = 2 untuk k =1, k =2, (c) k=5 Dari pengamatan gambar 6, untuk k=1, baik mode TM maupun TE memiliki pola yang sama dengan mode TM Asano dan TE Asano untuk setiap sudut kedatangan, tetapi nilai dari grafik TE dan TM relatif lebih besar dari pada TE Asano dan TM Asano. Untuk nilai k=2 mode TM maupun TE mempunyai pola yang berbeda dengan TM Asano dan TE Asano. Begitu pula untuk nilai k=5, pola TM maupun TE memiliki pola yang berbeda dengan TM Asano dan TE Asano. Serupa dengan analisa dari gambar 6, dari pengamatan gambar 7, untuk k=1, baik mode TM maupun TE memiliki pola yang sama dengan mode TM dan TE Asano untuk setiap sudut kedatangan, tetapi nilai dari grafik TE dan TM relatif lebih besar dari pada TE dan TM Asano. 5
6 Untuk nilai k=2 mode TM maupun TE mempunyai pola yang tidak sama atau berbeda dengan TM dan TE Asano. Begitu pula untuk nilai k=5, pola TM maupun TE memiliki pola yang berbeda dengan TM dan TE Asano. Berdasarkan analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa simulasi ini belum valid untuk asumsi titik hujan berbentuk prolate spheroid dengan nilai properties of shape a/b = 2, maupun a/b =5. Langkah awal kita tentukan dulu nilai permitivitas kompleks untuk masing-masing frekuensi. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program simulasi. Dimana asumsi suhu =25 C. Kemudian simulasi dilakukan dengan menginputkan nilai permitivitas yang didapat dari simulasi program permitivitas [19]. Berikut adalah grafik perbandingan etinction cross section terhadap parameter ukuran titik hujan. Gambar 9. Grafik perbandingan etinction cross section terhadap parameter ukuran titik hujan prolate spheroid Dari pengamatan gambar 9, grafik menunjukkan bahwa tidak ada pola yang signifikan, hanya saja semakin besar frekuensi yang digunakan, maka nilai etinction cross section relatif lebih kecil. Dan semakin besar parameter ukuran titik hujan k semakin besar pula nilai etinction cross section yang diperoleh. Gambar 8. Grafik perbandingan bistatic scattering hasil simulasi dengan Le Wei Li dengan nilai k=1 dan properties of shape a/b=2, a/b=10 Dari pengamatan gambar 8, dapat dilihat bahwa untuk nilai a/b = 2. Grafik TE memiliki pola yang sama dengan grafik TE Le Wei Li, tetapi grafik TE memiliki nilai yang lebih besar. Sedangkan grafik TM memiliki pola yang berbeda dengan grafik TE Le Wei Li. Untuk nilai a/b=10 grafik TE maupun TM berbeda dengan TE Le Wei Li dan TM Le Wei Li. Dari analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa simulasi ini belum valid untuk asumsi titik hujan berbentuk prolate spheroid dengan nilai properties of shape a/b =2 dan 10 untuk nilai k= Hasil Komputasi Etinction Cross Section dengan Permitivitas Kompleks Berikutnya dilakukan simulasi dengan nilai permitivitas air kompleks untuk asumsi bentuk titik hujan prolate spheroid dan properties of shape a/b =2. Frekuensi yang digunakan antara lain 3, 30 dan 300 GHz. Simulasi ini dilakukan untuk mendapatkan nilai Etinction Cross Section untuk setiap frekuensi. V. KESIMPULAN Setelah melakukan analisis terhadap hasil simulasi, kesimpulan yang dapat diambil antara lain: 1. Untuk frekuensi yang sama dengan nilai permitivitas air absolut 1,33,didapat bahwa semakin besar ukuran partikel titik hujan, semakin besar pula bistatic scatteringnya. 2. Untuk ukuran partikel titik hujan yang sama dengan nilai permitivitas air absolut 1,33, didapat bahwa semakin besar frekuensi yang digunakan, semakin besar pula bistatic scatteringnya. 3. Untuk nilai permitivitas kompleks, tidak ada pola yang signifikan, tetapi untuk ukuran partikel > 3, pada frekuensi yang sama, semakin besar ukuran partikel semakin besar pula nilai etinction cross sectionnya. 4. Program simulasi dari penelitian ini valid untuk bentuk titik hujan spherical. 5. Untuk simulasi bentuk titik hujan prolate spheroid program ini belum valid, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA [1] Markis, Lince, Karakteristik Distribusi Ukuran Titik Hujan dan Penggunaannya dalam Prediksi Redaman Hujan pada Sistem Komunikasi Gelombang Milimeter. Tesis Jurusan Teknik Elektro ITS, [2] Kanellopoulos J.D, Koukolas S.G., Outage Performance Analysis of Route Diversity Systems of 6
7 Cellular Structure, Radio science Vol.26, Number 4, 1991, hal [3] 9Li, Le-Wei,dkk., 2002, Spheroidal Wave Function in Electromagnetic Theory, New York : John Wiley & Sons [4] 10Pruppacher, H. R. and R. L. Pitter, Semi-Empirical Determination of the Shape of Cloud and Rain Drops," J. Atomos. Sci., Vol. 28, No. 1, 86-94, 1971 [5] 11Li, Le-Wei,dkk., Microwave Attenuation by Realistically Distorted Raindrops: Part I-Theorys," IEEE Trans. Antennas Propagat., Vol. 43, No. 8, , [6] Ishimaru, A., Multiple Scattering Calculations of Rain Effects, Radio Science, Vol. 17, No. 6, , [7] Knott, Eugene, 1993, Radar Cross Section 2nd, London: Artech House [8] Setijadi, Eko, Scattering of electromagnetic plane wave by a dielectric body of revolution, Nov [9] H. C., Van de Hulst, 1957, Light Scattering by Small Particles, New York : Wiley [10] Asano, S. and G. Yamamoto, Light Scatering properties by spheroidal particles," Applied Optics., Vol. 18, No. 5, , 1979 [11] Liebe, H. J., G. A. Hufford, and T. Manabe, A Model for The Comple Permittivity of Water at Frequencies Below 1THz," Int. J. Infrared Millimeter Waves, Vol. 12, No. 7, , BIODATA PENULIS Alladina Hapsery dilahirkan di Pamekasan, 24 Oktober Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Barurambat Kota II Pamekasan dan lulus pada tahun 2002 kemudian melanjutkan ke SLTPN 1 Pamekasan. Dan melanjutkan jenjang pendidikan ke SMAN 1 Pamekasan pada tahun 2005 dan lulus pada tahun Setelah menamatkan SMA, penulis melanjutkan studinya ke Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya melalui jalur SNMPTN pada tahun Pada bulan Juni 2011 penulis mengikuti seminar dan ujian Tugas Akhir di Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS Surabaya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro. 7
KOMPUTASI PENGHAMBURAN DAN PENYERAPAN GELOMBANG EM OLEH TITIK HUJAN DALAM BENTUK REALISTIK (PROLATE SPHEROID)
KOMPUTASI PENGHAMBURAN DAN PENYERAPAN GELOMBANG EM OLEH TITIK HUJAN DALAM BENTUK REALISTIK (PROLATE SPHEROID) ALLADINA HAPSERY 2208100173 PEMBIMBING Eko Setijadi, ST. MT., Ph.D. Prof.Ir.Gamantyo Hendrantoro,
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Komputasi Bistatic Scattering dari Obyek dengan Asumsi Bentuk Titik Hujan Oblate Spheroid Evy Nur Amalina, Eko Setijadi dan Gamantyo Hendrantoro Jurusan
Lebih terperinciAnalisis Komputasi Penyerapan Gelombang Elektromagnetik Oleh Titik Hujan Dengan Menggunakan Methods Of Moment
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 1 Analisis Komputasi Penyerapan Gelombang Elektromagnetik Oleh Titik Hujan Dengan Menggunakan Methods Of Moment Dika Oktavian P, Eko Setijadi,
Lebih terperinciKOMPUTASI BISTATIC SCATTERING DARI OBYEK DENGAN ASUMSI BENTUK TITIK HUJAN OBLATE SPHEROID
KOMPUTASI BISTATIC SCATTERING DARI OBYEK DENGAN ASUMSI BENTUK TITIK HUJAN OBLATE SPHEROID EVY NUR AMALINA 2208100077 PEMBIMBING Eko Setijadi, ST. MT., Ph.D. Prof.Ir.Gamantyo Hendrantoro, M.Eng., Ph.D.
Lebih terperinciVALIDASI MODEL REDAMAN HUJAN PADA DAERAH TROPIS DENGAN EFEK MULTIPLE SCATTERING MENGGUNAKAN UKURAN TITIK HUJAN BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN WEIBULL
VALIDASI MODEL REDAMAN HUJAN PADA DAERAH TROPIS DENGAN EFEK MULTIPLE SCATTERING MENGGUNAKAN UKURAN TITIK HUJAN BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN WEIBULL FIKIH FIDDIN A 2207100108 PEMBIMBING Prof.Ir.Gamantyo
Lebih terperinciDIKA OKTAVIAN PRASETYA PEMBIMBING Eko Setijadi, ST. MT., Ph.D. Prof.Ir.Gamantyo Hendrantoro, M.Eng., Ph.D.
DIKA OKTAVIAN PRASETYA 2208100174 PEMBIMBING Eko Setijadi, ST. MT., Ph.D. Prof.Ir.Gamantyo Hendrantoro, M.Eng., Ph.D. Semakin meningkatnya perkembangan teknologi telekomunikasi Curah hujan di indonesia
Lebih terperinciKomputasi Penghamburan dan Penyerapan Gelombang Elektromagnetik karena Titik Hujan dengan Metode Analitis pada Frekuensi diatas 10 GHz
A-433 Komputasi Penghamburan dan Penyerapan Gelombang Elektromagnetik karena Titik dengan Metode Analitis pada Frekuensi diatas 0 GHz M Yahya Batubara, Eko Setijadi dan Gamantyo Hendrantoro Jurusan Teknik
Lebih terperinciVALIDASI MODEL REDAMAN HUJAN PADA DAERAH TROPIS DENGAN EFEK MULTIPLE SCATTERING MENGGUNAKAN UKURAN TITIK HUJAN BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN WEIBULL
VALIDASI MODEL REDAMAN HUJAN PADA DAERAH TROPIS DENGAN EFEK MULTIPLE SCATTERING MENGGUNAKAN UKURAN TITIK HUJAN BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN WEIBULL Fikih Fiddin A 7 1 18 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Lebih terperinciANALISA TENTANG DISTRIBUSI DIAMETER TITIK HUJAN DAN PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA GELOMBANG RADIO. Achmad Mauludiyanto
ANALISA TENTANG DISTRIBUSI DIAMETER TITIK HUJAN DAN PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA GELOMBANG RADIO Achmad Mauludiyanto Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih Sukolilo,
Lebih terperinciPERHITUNGAN REDAMAN HUJAN PADA KANAL GELOMBANG MILIMETER UNTUK DAERAH MEDAN
PERHITUNGAN REDAMAN HUJAN PADA KANAL GELOMBANG MILIMETER UNTUK DAERAH MEDAN Candra V. Tambunan (1), Naemah Mubarakah (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. broadband seperti high speed internet, digital video, audio broadcasting dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan teknologi komunikasi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat di berbagai belahan dunia. Perkembangan teknologi layanan broadband seperti high speed
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci : Redaman hujan, GSTAR, VARIMA.
Pemodelan Multivariate untuk Curah Hujan dan Redaman Hujan di Surabaya Indra Subrata 2207 100 628 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro Kampus ITS Sukolilo,
Lebih terperinciSTUDI PENYESUAIAN IMPEDANSI PADA ANTENA ULTRA WIDEBAND
National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 16 Oktober 216 ISSN:2541-111x STUDI PENYESUAIAN IMPEDANSI PADA ANTENA ULTRA WIDEBAND
Lebih terperinciPengukuran dan Pemodelan Konstanta Dielektrik Air Hujan pada Frekuensi Gelombang Mikro
Pengukuran dan Pemodelan Konstanta Dielektrik Air Hujan pada Frekuensi Gelombang Mikro Fify Triana, Eko Setijadi, M. Aries Purnomo Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus
Lebih terperinciSeminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 Id paper: SM142
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 335 Desain Antena Mikrostrip Omnidireksional menggunakan Material Polimida untuk Komunikasi Video pada PUNA (Pesawat Udara Nir
Lebih terperinciOPTIMASI LINTAS LAPISAN PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF DI DALAM GEDUNG
1/6 OPTIMASI LINTAS LAPISAN PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF DI DALAM GEDUNG Bayu Sampurna 2206 100 180 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro Kampus
Lebih terperinciPEMODELAN ARIMA INTENSITAS HUJAN TROPIS DARI DATA PENGUKURAN RAINGAUGE DAN DISDROMETER
1 PEMODELAN ARIMA INTENSITAS HUJAN TROPIS DARI DATA PENGUKURAN RAINGAUGE DAN DISDROMETER Muhammad Zainuddin Fanani, Achmad Mauludiyanto Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Lebih terperinciSimulasi Pengaruh Kombinasi Slot Horisontal dan Slot Vertikal Pada Antena Microstrip 2.4 GHz
Simulasi Pengaruh Kombinasi Slot Horisontal dan Slot Vertikal Pada Antena Microstrip 2.4 GHz Jeffri Parrangan1,a), Yono Hadi Pramono1,b), Wahyu Hendra Gunawan1,c) 1 Laboratorium Optoelektronika dan EM
Lebih terperinciPerancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB)
Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB) Fitria Kumala Trisna, Rudy Yuwono, ST.,MSc, Erfan Achmad Dahlan,Ir, MT Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciPENGARUH BAHAN DIELEKTRIK DALAM UNJUK KERJA WAVEGUIDE
PENGARUH BAHAN DIELEKTRIK DALAM UNJUK KERJA WAVEGUIDE Lince Markis Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang Kampus Unand Limau Manis Padang E-mail: lincemarkis@yahoo.com ABSTRAK Makalah ini menyajikan
Lebih terperinciKinerja Sistem Komunikasi Satelit Ka-Band Menggunakan Site Diversity di Daerah Tropis
Kinerja Sistem Komunikasi Satelit Ka-Band Menggunakan Site Diversity di Daerah Tropis A-84 Krisnatianto Tanjung, Gamantyo Hendrantoro, dan Achmad Mauludiyanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciSimulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-13 Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga Vimala Rachmawati dan Kamiran Jurusan
Lebih terperinciDesain Antena Helix Dan Loop Pada Frekuensi 2.4 GHz Dan 430 MHz Untuk Perangkat Ground Station Satelit Nano
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 212) ISSN: 231-928X A-13 Desain Antena Helix Dan Loop Pada Frekuensi 2.4 GHz Dan 43 MHz Untuk Perangkat Ground Station Satelit Nano Muhammad Hasan Mahmudy, Eko Setijadi,
Lebih terperinciANALISIS ANTENA MIKROSTRIP SUSUN 2 ELEMEN PATCH SEGIEMPAT DENGAN DEFECTED GROUND STRUCTURE BERBENTUK SEGIEMPAT
ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP SUSUN 2 ELEMEN PATCH SEGIEMPAT DENGAN DEFECTED GROUND STRUCTURE BERBENTUK SEGIEMPAT Rinesia Citra Amalia Bangun (1), Ali Hanafiah Rambe (2) Departemen Teknik Elektro Fakultas
Lebih terperinciBAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik
BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 2.1 Umum elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik seperti yang diilustrasikan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Antena merupakan suatu bagian yang mutlak diperlukan dalam sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Antena merupakan suatu bagian yang mutlak diperlukan dalam sistem komunikasi radio. Dalam dunia telekomunikasi antena didefinisikan sebagai struktur yang berfungsi
Lebih terperinciDesain Antena Array Mikrostrip Tapered Peripheral Slits Pada Frekuensi 2,4 Ghz Untuk Satelit Nano
Seminar Tugas Akhir Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia 25 JUNI 2012 Desain Antena Array Mikrostrip Tapered Peripheral Slits Pada Frekuensi 2,4 Ghz Untuk Satelit Nano Oleh Widyanto Dwiputra Pradipta
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN EFISIENSI BAHAN PADA PEMBUATAN ANTENA HORN SEKTORAL BIDANG MEDAN LISTRIK (E)
STUDI PERBANDINGAN EFISIENSI BAHAN PADA PEMBUATAN ANTENA HORN SEKTORAL BIDANG MEDAN LISTRIK (E) Budi Aswoyo Dosen Teknik Telekomunikasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH FREKUENSI TERHADAP REDAMAN PADA KABEL KOAKSIAL
SINGUDA ENSIKOM ANALISIS PENGARUH FREKUENSI TERHADAP REDAMAN PADA KABEL KOAKSIAL Suryanto, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Lebih terperinciPropagasi gelombang radio atau gelombang elektromagnetik dipengaruhi oleh banyak faktor dalam bentuk yang sangat kompleks kondisi yang sangat
Propagasi gelombang radio atau gelombang elektromagnetik dipengaruhi oleh banyak faktor dalam bentuk yang sangat kompleks kondisi yang sangat bergantung pada keadaan cuaca dan fenomena luar angkasa yang
Lebih terperinciANALISA INTERFERENSI CO-CHANNEL PADA SISTEM KOMUNIKASI LMDS
ANALISA INTERFERENSI CO-CHANNEL PADA SISTEM KOMUNIKASI LMDS Sevy Nur Fauziah, Haniah Mahmudah, Ari Wijayanti Jurusan Teknik Telekomunkasi - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciPROPAGASI GELOMBANG RADIO (GELOMBANG ELEKTROMANETIK, GEM)
PROPAGASI GELOMBANG RADIO (GELOMBANG ELEKTROMANETIK, GEM) Pengertian GEM GEM merupakan gelombang transversal yang dihasilkan oleh perambatan serentak medan elektrik dan medan magnetic. Muka Gelombang (wave
Lebih terperinciBab 7. Penutup Kesimpulan
121 Bab 7. Penutup Disertasi ini termotivasi oleh keinginan untuk mengimplementasikan sistem komunikasi nirkabel pita lebar gelombang milimeter di daerah tropis, khususnya Surabaya, Indonesia. Sistem komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wireless dimana transmisi sinyal tanpa menggunakan perantara konduktor / wire.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi radio, pengiriman dan penerimaan data dilakukan melalui transmisi ruang udara bebas. Sistem ini disebut juga sebagai teknologi komunikasi wireless
Lebih terperinciKINERJA ADAPTIVE CODED MODULATION PADA SISTEM OFDM MENGGUNAKAN HYBRID SELECTION/EQUAL GAIN COMBINING DIVERSITY DI BAWAH PENGARUH REDAMAN HUJAN TROPIS
TUGAS AKHIR - RE 1599 KINERJA ADAPTIVE CODED MODULATION PADA SISTEM OFDM MENGGUNAKAN HYBRID SELECTION/EQUAL GAIN COMBINING DIVERSITY DI BAWAH PENGARUH REDAMAN HUJAN TROPIS Achmad Charis Fahrudin NRP 2204
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP SLOT RECTANGULAR DUAL-BAND (2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN PROXIMITY COUPLED
RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP SLOT RECTANGULAR DUAL-BAND (2, GHz DAN, GHz) DENGAN PENCATUAN PROXIMITY COUPLED Chandra Elia Agustin Tarigan, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen
Lebih terperinciANALISIS KINERJA TEKNIK DIFFERENTIAL SPACE-TIME BLOCK CODED PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF
1/6 ANALISIS KINERJA TEKNIK DIFFERENTIAL SPACE-TIME BLOCK CODED PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF I Gusti Putu Raka Sucahya - 2206100124 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Lebih terperinciSIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0
SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0 Hermanto Siambaton, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik
Lebih terperinciPENGGUNAAN ADAPTIVE CODED MODULATION DAN SELECTION COMBINING UNTUK MITIGASI PENGARUH REDAMAN HUJAN DAN INTERFERENSI PADA SISTEM LMDS
PENGGUNAAN ADAPTIVE CODED MODULATION DAN SELECTION COMBINING UNTUK MITIGASI PENGARUH REDAMAN HUJAN DAN INTERFERENSI PADA SISTEM LMDS OLEH: Shinta Romadhona 2208203201 PEMBIMBING: Prof.DR.Ir.Gamantyo Hendrantoro,
Lebih terperinciGELOMBANG ELEKTROMAGNETIK EKAWARNA: REFLEKSINYA PADA, DAN TRANSMISINYA MELINTASI PAPAK DIELEKTRIK
GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK EKAWARNA: REFLEKSINYA PADA, DAN TRANSMISINYA MELINTASI PAPAK DIELEKTRIK GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK EKAWARNA: REFLEKSINYA PADA, DAN TRANSMISINYA MELINTASI PAPAK DIELEKTRIK Program
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN REALISASI BANDPASS FILTER DENGAN METODE OPEN LOOP SQUARE RESONATOR UNTUK MICROWAVE LINK
Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: 286-9479 PERANCANGAN DAN REALISASI BANDPASS FILTER DENGAN METODE OPEN LOOP SQUARE RESONATOR UNTUK MICROWAVE LINK Naufal Rizki Rinditayoga 1 dan Dian
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL BAND (2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENGGUNAAN STUB
RANCANG BANGUN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL BAND (2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENGGUNAAN STUB Hadratul Hendra, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciPEMODELAN REDAMAN HUJAN MENGGUNAKAN STAR (SPACE-TIME AUTOREGRESSIVE) DI SURABAYA
PEMODELAN REDAMAN HUJAN MENGGUNAKAN STAR (SPACE-TIME AUTOREGRESSIVE) DI SURABAYA Abdu Rofi Darodjatul Walidaen, Gamantyo Hendrantoro, Achmad Mauludiyanto Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciAnalisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis Nezya Nabillah Permata dan Endroyono Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Lebih terperinciPROPAGASI. REFF : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
POPAGASI EFF : Freeman FAKULAS EKNIK ELEKO 1 edaman uang Bebas Daya diterima antenna dgn luas permukaan efektif A terletak pada permukaan bola : P P. A 4d 2 Sumber titik radiator isotropis A terletak di
Lebih terperinciMODEL STATISTIK FADING KARENA HUJAN DI SURABAYA
MODEL STATISTIK FADING KARENA HUJAN DI SURABAYA Febrin Aulia, Porman Hutajulu, Gamantyo Hendrantoro, Achmad Mauludiyanto Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik
Lebih terperinciPerancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Egg Dengan Slot Rugby Ball yang Bekerja pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB)
Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Egg Dengan Slot Rugby Ball yang Bekerja pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB) Fredrick Yohanes, Rudy Yuwono, ST.,MSc, Sigit Kusmaryanto,Ir, M. Eng. Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. global untuk komunikasi bergerak digital. GSM adalah nama dari sebuah group
Laporan Tugas Akhir-BAB I BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Global System for Mobile communication (GSM) adalah sebuah standar global untuk komunikasi bergerak digital. GSM adalah nama dari sebuah group
Lebih terperinciDASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng
DASAR TELEKOMUNIKASI Kholistianingsih, S.T., M.Eng KONTRAK PEMBELAJARAN UAS : 35% UTS : 35% TUGAS : 20% KEHADIRAN : 10% KEHADIRAN 0 SEMUA KOMPONEN HARUS ADA jika ada satu komponen yang kosong NILAI = E
Lebih terperinciDikumpulkan pada Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016 Jam di N107, berupa copy file, bukan file asli.
Nama: NIM : Kuis I Elektromagnetika II TT38G1 Dikumpulkan pada Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016 Jam 14.30 15.00 di N107, berupa copy file, bukan file asli. Kasus #1. Medium A (4 0, 0, x < 0) berbatasan
Lebih terperincigelombang tersebut dari pemancar ke penerima yang berdampak pada penurunan kualitas sinyal dalam sistem telekomunikasi (Yeo dkk., 2001).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perambatan gelombang elektromagnetik dalam suatu medium akan mengalami pelemahan energi akibat proses hamburan dan penyerapan oleh partikel di dalam medium tersebut.
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE FINITE DIFFERENCE TIME DOMAIN (FDTD) DALAM SIMULASI PHASED ARRAY ANTENNA
PENGGUNAAN METODE FINITE DIFFERENCE TIME DOMAIN (FDTD) DALAM SIMULASI PHASED ARRAY ANTENNA Hadi Teguh Yudistira 1, Hermawan K. Dipojono 2,3, Andriyan Bayu Suksmono 4 1 Program Studi Teknik Mesin, Institut
Lebih terperinciPEMODELAN ARIMA REDAMAN HUJAN DENGAN EFEK DETECTION OUTLIER DAN AKAIKE INFORMATION TEST
PEMODELAN ARIMA REDAMAN HUJAN DENGAN EFEK DETECTION OUTLIER DAN AKAIKE INFORMATION TEST Afif Arumahendra 2206 100 041 Email : mahe_354@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA MIKROSTRIP ULTRA WIDEBAND UNTUK DETEKSI KANKER PAYUDARA
PERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA MIKROSTRIP ULTRA WIDEBAND UNTUK DETEKSI KANKER PAYUDARA Maulida Yumnisari 1), Bambang Setia Nugroho 2), Pamungkas Daud 3) 1),2) Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas
Lebih terperinciEstimasi Kanal Mobile-to-Mobile dengan Pendekatan Polinomial untuk Mitigasi ICI pada Sistem OFDM
Estimasi Kanal Mobile-to-Mobile dengan Pendekatan Polinomial untuk Mitigasi ICI pada Sistem OFDM Nama : Mulyono NRP : 2210203007 Pembimbing : 1. Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, Ph.D 2. Ir. Titiek Suryani,
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2,3 GHz dan 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN PROXIMITY COUPLED
RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2,3 GHz dan 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN PROXIMITY COUPLED Fellix Deriko, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen
Lebih terperinciPENINGKATAN GAIN ANTENA MIKROSTRIP PATCH LINGKARAN MENGGUNAKAN PARASITIC SUBSTRAT PADA FREKUENSI 2,4 GHz UNTUK APLIKASI WiFi
PENINGKATAN GAIN ANTENA MIKROSTRIP PATCH LINGKARAN MENGGUNAKAN PARASITIC SUBSTRAT PADA FREKUENSI 2,4 GHz UNTUK APLIKASI WiFi Nuhung Suleman *, Yenniwarti Rafsyam Program Studi Teknik Telekomunikasi, Jurusan
Lebih terperinciDIKTAT KULIAH RADAR DAN NAVIGASI
DIKTAT KULIAH RADAR DAN NAVIGASI Disusun Oleh Wahyu Pamungkas,ST.MT Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra 011 DIKTAT KULIAH RADAR & NAVIGASI A. ELEMENTARY CONCEPTS Radar merupakan nama dari sebuah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Pengertian sistem jaringan komunikasi Radio Gelombang Mikro yang paling sederhana adalah saling berkomunikasinya antara titik A dan titik B dengan menggunakan perangkat
Lebih terperinciKEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp & Fax. (0341) 554 166 Malang-65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBILKASI HASIL PENELITIAN
Lebih terperinciPERANCANGAN PEMBANGKITAN FREKUENSI GANDA ANTENA MIKROSTRIP SEGITIGA SAMA SISI MENGGUNAKAN TEKNIK SAMBATAN ELEKTROMAGNETIK
78 MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 9, NO. 2, NOPEMBER 25: 786 PERANCANGAN PEMBANGKITAN FREKUENSI GANDA ANTENA MIKROSTRIP SEGITIGA SAMA SISI MENGGUNAKAN TEKNIK SAMBATAN ELEKTROMAGNETIK Indra Surjati 1, Eko Tjipto
Lebih terperinciKEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp & Fax. (0341) 554 166 Malang-65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBILKASI HASIL PENELITIAN
Lebih terperinciPERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX Eva Smitha Sinaga, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater,
Lebih terperinciTRANSMISI ANALOG DAN TRANSMISI TRANSMI DIGIT SI AL DIGIT
TRANSMISI ANALOG DAN TRANSMISI DIGITAL Data and Sinyal Biasanya menggunakan sinyal digital untuk data digital dan sinyal analog untuk data analog Bisa menggunakan sinyal analog untuk membawa data digital
Lebih terperinciPEMODELAN REDAMAN HUJAN BERBASIS ARIMA PADA LINTASAN RADIO 28 GHz UTARA-SELATAN
PEMODELAN REDAMAN HUJAN BERBASIS ARIMA PADA LINTASAN RADIO 28 GHz UTARA-SELATAN Valian Yoga Pudya Ardhana, Achmad Mauludiyanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Industri, ITS-Surabaya Sukolilo, Surabaya
Lebih terperinciDesain Antena Helix Dan Loop Pada Frekuensi 2.4 GHz Dan 430 MHz Untuk Perangkat Ground Station Satelit Nano
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., () -6 Desain Antena Helix Dan Loop Pada Frekuensi.4 GHz Dan 43 MHz Untuk Perangkat Ground Station Satelit Nano Muhammad Hasan Mahmudy (), Eko Setijadi (), dan Gamantyo Hendrantoro
Lebih terperinciSTUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TIPE POLARISASI MELINGKAR MENGGUNAKAN ANSOFT
STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TIPE POLARISASI MELINGKAR MENGGUNAKAN ANSOFT Denny Osmond Pelawi, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas
Lebih terperinciSNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.
SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR ANTENA. Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless,
BAB II TEORI DASAR ANTENA 2.1 Umum Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless, antena radio pertama dibuat oleh Heinrich Hertz yang tujuannya untuk membuktikan keberadaan gelombang
Lebih terperinciPERANCANGAN ANTENA ARRAY 1 2 RECTANGULAR PATCH DENGAN U-SLOT UNTUK APLIKASI 5G
PERANCANGAN ANTENA ARRAY 1 2 RECTANGULAR PATCH DENGAN U-SLOT UNTUK APLIKASI 5G Kevin Jones A S 1), Levy Olivia Nur 2), Budi Syihabuddin 3) 1),2),3 ) Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi
Lebih terperinciOptimasi Posisi Antena pada UAV Alap-Alap BPPT menggunakan Computer Simulation Technology
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 341 Optimasi Posisi Antena pada UAV Alap-Alap BPPT menggunakan Computer Simulation Technology Moh. Amanta K.S Lubis *), Yomi
Lebih terperinciSTUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH STACKED DUAL-BAND PADA FREKUENSI WiMAX (3,3 GHZ DAN 5,8 GHZ)
STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH STACKED DUAL-BAND PADA FREKUENSI WiMAX (3,3 GHZ DAN 5,8 GHZ) Franky, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas
Lebih terperinciSISTEM NIRKABEL TERDISTRIBUSI UNTUK MENINGKATKAN KUAT SINYAL WIFI PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL
SISTEM NIRKABEL TERDISTRIBUSI UNTUK MENINGKATKAN KUAT SINYAL WIFI PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL Cipto Prabowo,MT 1), Zurnawita, MT 2) 1) Teknik Komputer, Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Padang,
Lebih terperinciBAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP
BAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP 2.1 Umum Suatu informasi dari suatu sumber informasi dapat diterima oleh penerima informasi dapat terwujud bila ada suatu sistem atau penghubung diantara keduanya. Sistem
Lebih terperinciBAB II SALURAN TRANSMISI
BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak
Lebih terperinciANTENA DUAL-BAND BERBASIS METODE DUALl-SLOT
ORBITH VOL. 11 NO. 2 JULI 2015 : 126 131 ANTENA DUAL-BAND BERBASIS METODE DUALl-SLOT Oleh : Yenniwarti Rafsyam (1),Nuhung Suleman (2), Jonifan (3) (1) dan (2) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro, Politeknik
Lebih terperinciDESAIN ANTENA MIKROSTRIP RECTANGULAR GERIGI UNTUK RADAR ALTIMETER
DESAIN ANTENA MIKROSTRIP RECTANGULAR GERIGI UNTUK RADAR ALTIMETER Aries Asrianto Ramadian 1) 1) Magister Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti, Jakarta 1) aries.asrianto@gmail.com
Lebih terperinciMATA KULIAH KODE RUMPUN MK BOBOT (SKS) SEMESTER DIREVISI. Elektromagnetika DTH1K3 Telekomunikasi T =3 P = Juni 2016
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI FAKULTAS ILMU TERAPAN TELKOM UNIVERSITY MATA KULIAH KODE RUMPUN MK BOBOT (SKS) SEMESTER DIREVISI Elektromagnetika DTH1K3 Telekomunikasi
Lebih terperinciRadio dan Medan Elektromagnetik
Radio dan Medan Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat, Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa
Lebih terperinciSistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 6 Jalur Gelombang Mikro
TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 6 Jalur Gelombang Mikro Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas
Lebih terperinciTUGAS AKHIR TE Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz.
TUGAS AKHIR TE 091399 Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz. Tara Aga Puspita NRP 2207100070 Dosen Pembimbing Eko Setijadi,ST.,MT.,Ph.D Ir.Aries
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz
RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz Ramli Qadar, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Lebih terperinciPERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP WIDEBAND H-SHAPED PADA FREKUENSI GHz
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP WIDEBAND H-SHAPED PADA FREKUENSI 2.3-2.8 GHz Harry Natanael Mountana 1, Bambang Setia Nugroho 2, Yuyu Wahyu 3 Fakultas Teknik Elektro,Universitas Telkom Bandung Harrynael@yahoo.com
Lebih terperinciBAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel
BAB II PEMODELAN PROPAGASI 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Telekomunikasi data mobile saat ini sangat diminati oleh masyarakat karena mereka dapat dengan mudah mengakses data dimana saja dan kapan saja. Untuk mengimbangi kebutuhan
Lebih terperinciDesain Sistem Transfer Energi Nirkabel dengan Memanfaatkan Gelombang Radio FM
Desain Sistem Transfer Energi Nirkabel dengan Memanfaatkan Gelombang Radio FM Kandi Rahardiyanti 22715 Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO No Percobaan : 01 Judul Percobaan Nama Praktikan : Perambatan Gelombang Mikro : Arien Maharani NIM : TEKNIK TELEKOMUNIKASI D3 JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. Propagasi gelombang adalah suatu proses perambatan gelombang. elektromagnetik dengan media ruang hampa. Antenna pemancar memang
BAB II TEORI DASAR 2.1. PROPAGASI GELOMBANG Propagasi gelombang adalah suatu proses perambatan gelombang elektromagnetik dengan media ruang hampa. Antenna pemancar memang didesain untuk memancarkan sinyal
Lebih terperinciKOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T
Data dan Sinyal Data yang akan ditransmisikan kedalam media transmisi harus ditransformasikan terlebih dahulu kedalam bentuk gelombang elektromagnetik. Bit 1 dan 0 akan diwakili oleh tegangan listrik dengan
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ANTENA PLANAR MONOPOLE MIKROSTRIP UNTUK APLIKASI ULTRA WIDEBAND (UWB)
ISSN 1412 3762 http://jurnal.upi.edu/electrans ELECTRANS, VOL.13, NO.2, SEPTEMBER 2014, 139-146 RANCANG BANGUN ANTENA PLANAR MONOPOLE MIKROSTRIP UNTUK Indra Kusuma, Tommi Hariyadi, Mukhidin Departemen
Lebih terperinciFABRIKASI DAN KARAKTERISASI ANTENA MIKROSTRIP OMNI DIRECTIONAL BERSTRUKTUR LARIK GAP FOLDED DIPOLE
FABRIKASI DAN KARAKTERISASI ANTENA MIKROSTRIP OMNI DIRECTIONAL BERSTRUKTUR LARIK GAP FOLDED DIPOLE Yulia Dyah R 1), Yono Hadi P 2) Jurusan Fisika Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Lebih terperinciMetode Penyimpanan Data Secara Kolaboratif Dalam Jaringan Sensor
Metode Penyimpanan Data Secara Kolaboratif Dalam Jaringan Sensor M. Mufid Mas Udi 2205100010 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH UKURAN GROUND PLANE TERHADAP KINERJA ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT PADA FREKUENSI 2.45 GHz
ANALISIS PENGARUH UKURAN GROUND PLANE TERHADAP KINERJA ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT PADA FREKUENSI 2.45 GHz Haditia Pramuda Hrp, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik
Lebih terperinciStudi Parametrik Antena Vivaldi Slot dengan Pencatuan Mikrostrip
Studi Parametrik Antena Vivaldi Slot dengan Pencatuan Mikrostrip Tommi Hariyadi, Mukhidin Departemen Pendidikan Teknik Elektro Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung e-mail:
Lebih terperinciPENGUKURAN DAN PEMODELAN KONSTANTA DIELEKTRIK AIR HUJAN PADA FREKUENSI GELOMBANG MIKRO
PENGUKURAN DAN PEMODELAN KONSTANTA DIELEKTRIK AIR HUJAN PADA FREKUENSI GELOMBANG MIKRO Fify Triana 2209105005 Pembimbing : Eko Setijadi, ST, MT, Ph.D Ir. M. Aries Purnomo 1 Latar Belakang Komunikasi Frekuensi
Lebih terperinciBroadband Metamaterial Microstrip Filter
Broadband Metamaterial Microstrip Filter Triprijooetomo 1, Toto Supriyanto 2 1 Teknik Telekomunikasi, Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Jakarta, Depok 16425, Telepon : 021-7270036, 021-7270044.
Lebih terperinciRancang Bangun Antena Mikrostrip Dua Elemen Patch Persegi Untuk Aplikasi Wireless Fidelity
171 Rancang Bangun Antena Mikrostrip Dua Elemen Patch Persegi Untuk Aplikasi Wireless Fidelity M. Darsono Abstrak - Rancang bangun antena mikrostrip susun dua patch dikembangkan untuk mendukung system
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemantauan Padi dengan SAR Polarisasi Tunggal Pada awal perkembangannya, sensor SAR hanya menyediakan satu pilihan polarisasi saja. Masalah daya di satelit, kapasitas pengiriman
Lebih terperinciRay Tracing S1 Teknik Informatika
Ray Tracing S1 Teknik Informatika 1 Definisi Ray tracing adalah salah satu dari banyak teknik yang ada untuk membuat gambar dengan komputer. Ide dibalik ray tracing adalah bahwa gambar yang benar secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, rangkaian receiver dan transmitter dibuat dengan prinsip kerjanya menggunakan pantulan gelombang. Penggunaannya, rangkaian transmitter
Lebih terperinci