KEBERLANJUTAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty DI KECAMATAN BINAMU KABUPATEN JENEPONTO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBERLANJUTAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty DI KECAMATAN BINAMU KABUPATEN JENEPONTO"

Transkripsi

1 KEBERLANJUTAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty DI KECAMATAN BINAMU KABUPATEN JENEPONTO SUSTAINABILITY CULTIVATION OF Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty SEAWEED IN SUBDISTRICT BINAMU JENEPONTO Nur Rahmah Yusuf, 1 A. Niartiningsih 2,Chair Rani. 2 1 Bagian Manajemen Lingkungan, Pengelolaan Lingkungan Hidup, Universitas Hasanuddin, 2 Bagian Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Alamat Korespondensi: Nur Rahmah Yusuf, S.Si Pengelolaan Lingkungan Hidup Universitas Hasanuddin Makassar, HP: rahmahyusuf@gmail.com

2 Abstrak Kegiatan budidaya rumput laut di pesisir Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto berkembang dengan pesat seiring menurunnya hasil tangkapan dan budidaya yang mudah dengan biaya rendah. Untuk itu perlu dikaji tingkat keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut di Kecamatan Binamu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status dan indeks keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut di Kecamatan Binamu dari lima dimensi keberlanjutan. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juli 2012 di wilayah pesisir Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto yang terdiri dari lima Kelurahan yakni Kelurahan Biringkassi, Kelurahan Pabiringa, Kelurahan Monromonro, Kelurahan Sidenre dan Kelurahan Empoang Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan dan dokumen dari berbagai instansi terkait dengan penelitian. Sedangkan data primer didapatkan melalui observasi, pengukuran langsung di lapangan maupun analisa di laboratorium dan hasil pendapat para pakar (wawancara langsung). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut di Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto berada dalam kategori cukup berkelanjutan. Dimensi ekologi (58.56%), dimensi ekonomi (52.19%), dimensi sosial-budaya (52.85%), dimensi kelembagaan (57.45%) berada pada status cukup berkelanjutan, dimensi kelembagaan (48.02%) berada pada status kurang berkelanjutan. Atribut-atribut yang sensitif dan berpengaruh atau perlu diintervensi terhadap peningkatan indeks dan status keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut di Kecamatan Binamu sebanyak 14 atribut dari 35 atribut. Kata kunci: rumput laut, indeks keberlanjutan, status keberlanjutan Abstract Seaweed cultivation in coastal Binamu District of Jeneponto Regency grown rapidly with decreasing catches and aquaculture are easily at low cost. For it is necessary to study the level of sustainability of seaweed farming in Binamu. This study aims to analyze the status and sustainability index of seaweed farming activities in the District Binamu of the five dimensions of sustainability. This study was conducted in May-July 2012 in the coastal region Binamu District consists of five Sub-District namely, Biringkassi, Pabiringa, Monro-monro, Sidenre and Empoang Selatan Villages. The study used descriptive qualitative method. The data used are primary data and secondary data. Secondary data obtained through the study of literature and documents from various agencies associated with the research. While the primary data obtained through observation, measurement directly in the field or in the laboratory analysis and the results of the experts' (interview). The results showed that the level of sustainability of seaweed farming in the district Binamu Jeneponto are in the category of sustainable enough. Ecological dimension (58.56%), the economic dimension (52.19%), socio-cultural dimension (52.85%), the institutional dimension (57.45%) in this state is quite sustainable, institutional dimension (48.02%) are in less sustainable status. Attributes that are sensitive and should intervene to affect or increase the sustainability index and status of seaweed farming activities in the Binamu District many as 14 attributes of 35 attributes. Key words : seaweed, sustainability index, sustainability status

3 PENDAHULUAN Salah satu sumberdaya hayati laut yang cukup potensial adalah rumput laut atau dikenal dengan sebutan lain seaweeds, ganggang laut, atau agar-agar. Jenis rumput laut yang mempunyai nilai ekonomis dan sudah banyak dibudidayakan secara intensif di wilayah pesisir adalah jenis Kappaphycus alvarezii atau dikenal dengan Euchema cottonii. Hasil proses ekstraksi rumput laut banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan atau sebagai bahan tambahan untuk industri makanan, farmasi, kosmetik, tekstil, kertas, cat dan lain-lain. Selain itu digunakan pula sebagai pupuk hijau dan komponen pakan ternak maupun ikan (Sujatmiko, 2003; Ma ruf, 2005). Kecamatan Binamu merupakan salah satu dari 11 Kecamatan di Kabupaten Jeneponto yang secara geografis berbatasan langsung dengan Laut Flores, dan sebanyak 5 Kelurahan di Kecamatan ini merupakan daerah pesisir pantai sehingga masyarakat memanfaatkannya untuk budidaya rumput laut dan menjadikan Kabupaten Binamu sebagai penghasil rumput laut yang cukup potensial. Kegiatan budidaya rumput laut berkembang seiring dengan semakin menurunnya hasil tangkapan dan semakin mahalnya harga bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan untuk mencari hasil laut. Perkembangan budidaya rumput laut di Kecamatan Binamu bisa dilihat dengan luas areal budidaya dan jumlah produksi rumput laut yang terus meningkat, pada tahun 2009 luas areal budidaya 206 Ha dengan total produksi 1.316, 82 ton dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 3.392,3 ton (BPS, 2011). Saat ini kegiatan budidaya rumput laut bukan lagi hanya sekedar pekerjaan sampingan untuk mendapatkan penghasilan tambahan, akan tetapi telah menjadi salah satu mata pencaharian utama. Hasil penelitian Crawford (2002) di Sulawesi Utara dan Filipina, mendapatkan kegiatan budidaya rumput laut telah menjadi mata pencaharian alternatif bagi masyarakat pesisir dan nelayan skala kecil. Didukung dengan penelitian Aziz (2011) di Bantaeng kegiatan budidaya rumput laut bahkan menjadi tumpuan harapan baru untuk memperbaiki kondisi

4 ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan mereka yang selama ini identik dengan kemiskinan. Masyarakat di pesisir Kecamatan Binamu juga memanfaatkan setiap jengkal laut pesisir untuk budidaya rumput laut yang diduga tanpa memperhitungkan azas kesesuaian lahan dan daya dukung lingkungan. Apabila hal itu terus berlanjut, maka kemungkinan akan terjadi degradasi lingkungan yang bisa menurunkan produktivitas dan kualitas rumput laut yang dihasilkan. Sehingga kegiatan budidaya rumput laut ini yang menjadi tumpuan harapan baru bagi masyarakat pesisir di Kecamatan Binamu untuk meningkatkan kesejahteraannya bisa terancam keberlanjutannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status keberlanjutan wilayah pesisir dengan lima dimensi keberlanjutan yaitu dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya, dimensi teknologi dan dimensi kelembagaan serta mengindentifikasi faktor-faktor dan atribut-atribut yang sensitif berpengaruh terhadap keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut di Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto. BAHAN DAN METODE Bahan dan Rencana penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode eksploratif dengan melakukan survey dengan jenis kuantitatif untuk menganalisa data-data yang diperoleh dengan rumus dan metode kualitatif untuk menggambarkan kondisi kegiatan budidaya rumput laut serta pengukuran langsung dilapangan. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan dan dokumen dari beberapa instasi terkait dengan penelitian. Sedangkan, data primer didapatkan melalui observasi, pengukuran langsung dilapangan maupun analisa di laboratorium dan hasil pendapat para pakar (wawancara langsung). Beberapa pertimbangan dalam menentukan pakar yang akan dijadikan responden, menggunakan kriteria seperti berikut (Thamrin, 2007) : (a) mempunyai pengalaman yang kompeten sesuai dengan bidang yang dikaji; (b) memiliki reputasi, kedudukan/jabatan dalam kompetensinya dengan bidang yang dikaji; dan (c) memiliki kredibilitas yang tinggi, bersedia atau berada di

5 lokasi yang dikaji. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juli 2012 di wilayah pesisir Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto yang terdiri dari lima Kelurahan yakni Kelurahan Biringkassi, Kelurahan Pabiringa, Kelurahan Monromonro, Kelurahan Sidenre dan Kelurahan Empoang Selatan. Prosedur kerja Jenis dan sumber data Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan sesuai dengan tujuan, metode penelitian dan analisis yang digunakan. Teknik pengumpulan data Sesuai jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder, maka penulis menggunakan 3 (tiga) teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara (interview), pengamatan (observasi) yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang gejalagejala yang dialami dan teknik dokumentasi dengan melakukan pengumpulan data berdasarkan dokumen-dokumen yang ada, baik berupa laporan catatan, berkas, atau bahan-bahan tertulis lainnya yang merupakan dokumen resmi yang relevan dalam penelitian ini. Analisis data Keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut dianalisis secara statistic multivariate dengan pendekatan Multidimensional Scaling (MDS). Analisis keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut K. alvarezii ini ditujukan untuk mengetahui kemungkinan keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut K. alvarezii untuk pemanfaatan yang optimal. Keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut dianalisis dengan mengunakan metode RAPFISH (Rapid Assessment Techniques for Fisheries), untuk menilai status keberlanjutan budidaya rumput laut. Dalam pengunaan Rapfish dilakukan pemilihan atribut dari berbagai dimensi yang merupakan representasi terbaik bagi peluang keberlanjutan dari masing-masing dimensi yang menjadi fokus analisis (Adrianto et al, 2005; Pitcher et al, 2001).

6 Penilaian (scoring) setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap individu. Rapfish didesain secara objektif, transparan dan multidisiplin. Penyusunan indeks keberlanjutan berdasarkan indeks setiap dimensi dikategorikan menurut Kavanagh, et al (2004) sebagai berikut : (a) Nilai indeks 0 24,99 (kategori tidak berkelanjutan); (b) Nilai indeks 25 49,00 (kategori kurang berkelanjutan); (c) Nilai indeks 50 74,99 (kategori cukup berkelanjutan); (d) Nilai indeks (kategori berkelanjutan). Analisis sensitivitas dapat memperlihatkan atribut yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut dengan melihat perubahan bentuk Root Mean Square (RMS) ordinasi pada sumbu x. Semakin besar perubahan nilai RMS, maka semakin sensitif atribut tersebut dalam pengelolaan kegiatan budidaya rumput laut (Fauzi dkk, 2002). HASIL Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi Status keberlanjutan dimensi ini adalah cukup berkelanjutan (58.56%), atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi ekologi terdiri dari Sembilan atribut, yaitu (1) Keterlindungan, (2) fosfat, (3) Kecepatan arus, (4) kedalaman, (5) kecerahan, (6) nitrat, (7) mutu bibit, (8) Ketersediaan bibit, serta (9) Luasan areal yang sesuai untuk budidaya rumput laut. Dari Sembilan atribut tersebut berdasarkan analisis Leveraging, diperoleh hasil bahwa atribut yang cukup sensitif pada dimensi ini adalah (1) kecerahan, (2) fosfat dan (3) kedalaman dapat dilihat pada Gambar 1. Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi Status keberlanjutan pada dimensi ekonomi adalah cukup berkelanjutan dengan nilai indeks 52.19%. Atribut yang berpengaruh pada dimensi ini terdiri dari lima atribut yaitu (1) kelayakan budidaya rumput laut, (2) keuntungan budidaya rumput laut, (3) kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah, (4) rantai pemasaran rumput laut, serta (5) jumlah pasar. Adapun hasil dari analisis leveraging diperoleh tiga atribut yang paling sensitif mempengaruhi dimensi

7 ekonomi, yaitu (1) Kelayakan budidaya rumput laut, (2) keuntungan budidaya rumput laut, serta (3) kontribusi terhadap PAD dapat dilihat pada Gambar 2. Status Keberlanjutan Dimensi Sosial Budaya Nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi sosial budaya sebesar 52.85% dengan status cukup berkelanjutan. Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan dimensi sosial-budaya adalah (1) tingkat pendidikan, (2) jumlah rumah tangga pembudidaya rumput laut, (3) sistem sosial dalam pengelolaan budidaya rumput laut, (4) kemandirian petani, (5) partisipasi keluarga dalam kegiatan budidaya rumput laut, (6) sosialisasi pekerjaan, (7) Alternatif usaha selain menanam rumput laut, serta (8) tingkat pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan hasil analisis leveraging diperoleh tiga atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial-budaya, yakni (1) partisipasi keluarga dalam kegiatan budidaya rumput laut, (2) sosialisasi pekerjaan dan (3) jumlah RT petani rumput laut dapat dilihat pada Gambar 3. Status Keberlanjutan Dimensi Teknologi Status keberlanjutan dari enam atribut dimensi teknologi memberikan nilai indeks keberlanjutan sebesar 48,02% dengan status kurang berkelanjutan. Atribut yang memiliki peranan pada dimensi ini antara lain (1) dukungan sarana dan prasarana, (2) standarisasi mutu rumput laut, (3) tingkat penguasaan teknologi budidaya RL, (4) ketersediaan teknologi informasi, (5) ketersediaan industri pengolahan hasil RL, dan (6) ketersediaan basis data RL. Analisis leverage dilakukan untuk melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi, hasilnya diperoleh tiga atribut yang paling sensitif memberikan pengaruh antara lain (1) standarisasi mutu rumput laut, (2) tingkat penguasaan budidaya rumput laut, (3) Ketersediaan industri pengolahan hasil RL dapat dilihat pada Gambar 4. Status Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan Dimensi kelembagaan dengan tujuh atribut yang telah dianalisis menggunakan Rapfish menghasilkan nilai indeks keberlanjutan sebesar 57,45% dengan status cukup berkelanjutan. Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan dimensi kelembagaan adalah (1)

8 Ketersediaan lembaga kelompok tani rumput laut, (2) ketersediaan zonasi peruntukan lahan wilayah pesisir, (3) Ketersediaan perda, (4) Ketersediaan aturan adat dan agama/kepercayaan, (5) adanya tokoh panutan yang segani, (6) Ketersediaan lembaga keuangan/sosial, dan (7) Keberadaan balai penyuluh untuk budidaya rumput laut. Berdasarkan hasil analisis leveraging yang dilakukan untuk melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan pada dimensi kelembagaan diperoleh dua atribut yang paling sensitif diantaranya (1) ketersediaan perda, (2) Ketersediaan zonasi untuk lahan di wilayah pesisir dapat dilihat pada Gambar 5. PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan status cukup berkelanjutan untuk kegiatan budidaya rumput laut di Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto. Atribut yang sensitif pada dimensi ekologi yakni kecerahan, fosfat dan kedalaman pada hasil pengukuran dilapangan menunjukkan nilai yang sesuai untuk budidaya rumput laut, hanya ada beberapa lokasi yang mengalami sedikit kekeruhan dimana tingkat kecerahan berhubungan dengan kedalaman perairan dan tingkat kecerahan yang rendah berada pada kedalaman perairan yang dangkal sehingga pengadukan terjadi sampai ke dasar perairan. Untuk perbaikan kedua atribut di atas sebaiknya penanaman dilakukan pada kedalaman air pada saat surut terendah 0,40 meter (Anggadiredja, 2006) sehingga rumput laut yang ditanam tidak mengalami kekeringan. Kandungan zat hara pada suatu perairan selain berasal dari perairan itu sendiri juga tergantung pada keadaan sekelilingnya, seperti sumbangan dari daratan melalui sungai serta serasah mangrove dan lamun. Zat hara adalah zat-zat yang diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap proses dan perkembangan hidup organisme terutama zat hara fosfat dan nitrat. Kedua zat hara ini berperan penting terhadap sel jaringan jazad hidup organisme serta dalam proses fotosintesis (Ulqodry, 2010), sehingga mangrove yang tumbuh di pesisir pantai harus tetap dijaga, begitu pula limbah domestik sebaiknya tidak dibuang sembarangan karena akan mempengaruhi kualitas perairan.

9 Keuntungan kegiatan budidaya rumput laut merupakan atribut yang paling sensitif dari dimensi ekonomi, hasil perhitungan diperoleh pendapatan rata-rata responden dalam satu kali produksi adalah Rp , hal ini menggambarkan bahwa rata-rata petani pembudidaya rumput laut telah memiliki pendapatan yang sudah di atas ketentuan UMR sebesar Rp Rp tahun Sedangkan untuk kelayakan kegiatan budidaya rumput laut di pesisir Kecamatan Binamu didapatkan nilai Benefit Cost of Ratio (BCR) adalah 4,15, dimana BCR > 1, maka kegiatan budidaya rumput laut layak untuk dikembangkankan. Atribut sensitif lainnya dari dimensi ekonomi yaitu kontribusi terhadap PAD, kontribusi kegiatan budidaya rumput laut terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Jeneponto sampai saat ini masih rendah, karena tidak ada iuran yang dibebankan kepada pembudidaya atas lahan yang digunakan. Kegiatan budidaya rumput laut yang saat ini sudah cukup berkembang diharapkan memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah. Berdasarkan penelitian Azis (2011), atribut ini juga termasuk atribut yang paling sensitif pada pengelolaan sumberdaya rumput laut di Kabupaten Bantaeng. Kontribusi langsung kegiatan budidaya rumput laut hanya berupa retribusi lahan sebesar Rp /ha/tahun dan retribusi angkutan produksi rumput laut sebesar Rp /truk dan satu truk berisi ton rumput laut kering. Atribut sensitif pada dimensi sosial-budaya yakni partisipasi keluarga, dalam kegiatan budidaya rumput laut ini bisa dilihat dari kenyataan dilapangan bahwa kaum pria dalam keluarga seperti ayah dan anak laki-laki melakukan pekerjaan di laut seperti penyiapan lahan, pemeliharaan dan pemanenan, sedangkan kaum perempuan seperti ibu dan anak perempuan lebih banyak berperan pada pekerjaan di darat seperti pembuatan tali, pengikatan bibit dan menjemur rumput laut. Sedangkan sosialisasi pekerjaan selain dilakukan bersama keluarga juga dilakukan secara berkelompok atau bergotong royong perlu dipertahankan. Selain itu, bagi masyarakat pesisir tidak terlalu banyak pilihan pekerjaan yang bisa diperoleh untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecuali jika masyarakat pembudidaya rumput laut mencari pekerjaan diluar wilayahnya sehingga tingkat ketergantungan terhadap kegiatan budidaya rumput laut cukup

10 tinggi. Karena itu jumlah rumah tangga petani rumput laut setiap tahun semakin bertambah banyak. Hasil penelitian menunjukkan populasi RTP rumput laut lebih dari 75% dari komunitas penduduk wilayah pesisir. Pertambahan rumah tangga petani rumput laut ini harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan masalah dikemudian hari. Atribut yang paling sensitif pada dimensi teknologi adalah standarisasi mutu rumput laut, yang menurut penyuluh dari Dinas Kelautan dan Perikanan sudah diterapkan di Kabupaten Jeneponto. Akan tetapi para petani/pembudidaya tidak mengetahui dengan pasti perbedaan penampilan fisik rumput laut yang bermutu baik atau bermutu jelek dalam hal ini kandungan agar dan karaginan tetapi informasi yang mereka peroleh dari Dinas Perikanan setempat bahwa rumput laut yang dipanen pada masa pemeliharaan 45 hari lebih bagus mutunya dibandingkan pada masa pemeliharaan hari. Hal ini dikarenakan bagaimanapun kondisi atau kualitas rumput laut yang mereka hasilkan pedagang pengumpul tetap membeli dengan harga yang sama dan juga keinginan untuk memperoleh hasil yakni uang tunai untuk memenuhi kebutuhan hidup, Akibatnya pembudidaya rumput laut tidak terlalu mementingkan masa pemeliharaan dan cara penjemuran sehingga mutu produk yang dihasilkan bermutu rendah. Secara khusus, belum ada Perda di Kabupaten Jeneponto yang mengatur kegiatan budidaya rumput laut padahal kegiatan ini telah alam berkembang dan pesat sehingga perlu aturan-aturan agar kedepannya kegiatan budidaya rumput laut bisa berkembang dan berkelanjutan tanpa menimbulkan konflik yang bisa merugikan bukan hanya bagi masyarakat pembudidaya rumput laut tetapi juga masyarakat luas pada umumnya serta pemerintah secara keseluruhan. Begitu pula perda yang mengatur zonasi peruntukan perairan pesisir agar semua yang memanfaatkan perairan bisa mengakses perairan tersebut secara adil dan berkelanjutan, khususnya dalam pengelolaan kegiatan budidaya rumput laut. Tata letak unit budidaya rumput laut belum teratur, jalur-jalur untuk perahu nelayan dan untuk pembudidaya rumput laut sendiri belum ditata dengan baik.

11 KESIMPULAN DAN SARAN Kami menyimpulkan bahwa tingkat keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut di Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto berada dalam kategori cukup berkelanjutan. Dimensi ekologi, ekonomi, sosial-budaya dan kelembagaan berstatus cukup berkelanjutan, kecuali dimensi teknologi berada dalam status kurang berkelanjutan. Atribut-atribut yang sensitif berpengaruh atau perlu diintervensi terhadap status keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut di Kecamatan Binamu sebanyak 14 atribut dari 35 atribut. Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai penilaian serta penambahan dimensi dan atribut dalam analisis keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut jenis K. alvarezii agar dapat memberikan masukan rekomendasi pengelolaan yang lebih spesifik. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang permodelan kegiatan budidaya rumput laut di Kecamatan Binamu untuk mengetahui berapa lama kegiatan tersebut bisa terus berkelanjutan. UCAPAN TERIMA KASIH Tulisan ini merupakan laporan lengkap hasil penelitian analisis keberlanjutan budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty di Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto. Dalam pelaksanaan studi ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik dari perorangan ataupun instansi/lembaga baik swasta maupun pemerintahan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada komisi penasehat, instansi terkait dan teman-teman yang telah banyak memberikan petunjuk pengarahan dan bimbingan sejak dimulainya hingga pada akhir penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Adrianto L, Matsuda Y. and Sakuma Y. (2005). Assesing Local Sustainability of Fisheries System: A Multi-Criteria Participatory Approach With The Case of Yaron Island, Kagoshima Prefecture, Japan. Marine Policy 29:9-23

12 Anggadiredja, J. T., Zatnika, A., Purwoto, H. dan Istini, S. (2006). Rumput laut: Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta. Azis, H. Y. (2011). Optimasi Pengelolaan Sumberdaya Rumput Laut di Wilayah Pesisir Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan. Disertasi Institut Pertanian Bogor. Bogor. BPS (Biro Pusat Statistik) Sulawesi Selatan. (2012). Kecamatan Binamu Dalam Angka. BPS Provinsi Sulawesi Selatan. Crowford, B. (2002). Seaweed Farming: An Alternative Livelihood Small-Scale Fishers. Working Paper. Coastal Resources Center. University Of Rhode Island. Fauzi, A. dan Anna, S. (2002). Evaluasi Status Keberlanjutan Pembangunan Perikanan. Aplikasi Pendekatan Rapfish (Studi Kasus Perairan Pesisir DKI Jakarta). Jurnal Pesisir dan Lautan Volume 4 No. 3:43-54 Kavanagh, P. and Pitcher, T. J. (2004). Implementing Microsoft Excel Software For Rapfish: A Technique For The Rafid Appraisal Of Fisheries Status. Fisheries Centre Reports 12(2). University of British Columbia. Ma ruf, W. F. (2005). Alih Teknologi Industri Rumput Laut Terpadu. Pusat Riset Pengelolaan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Sujatmiko, W. Dan W.I. Angkasa. (2003). Teknik Budidaya Rumput Laut Dengan Metode Tali Panjang. Pengkajian Ilmu Kehidupan-BPPT. Jakarta. Thamrin. (2007). Analisis Keberlanjutan Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat- Malaysia Untuk Pengembangan Wilayah Agropolitan. Jurnal Agro Ekonomi Volume 25 No Ulqodry, T. Z, Yulisman, M. Syahdan dan Santoso. (2010). Karakteristik dan Sebaran Nitrat Fosfat dan Oksigen Terlarut di Perairan Karimunjawa. Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Sains Volume 13 Nomer 1(D) 13109, Pitcher, T. J. and Preikshot D. (2001). RAPFISH: a rapid appraisal technique to evaluate the sustainability status of fisheries. Fisheries Research 49:

13 Luas areal yang sesuai budidaya RL 1.88 Ketersediaan bibit 1.98 Mutu bibit 2.05 Nitrat 2.03 Atribut Kecepatan arus 0.31 Kecerahan 3.44 Fosfat 3.25 Kedalaman 2.95 Keterlindungan Perubahan Root Mean Square (RMS) Ketika Salah Satu Atribut Dihilangkan Gambar 1. Peran masing-masing atribut dimensi ekologi dalam keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut Kelayakan kegiatan budidaya RL 9.72 Rantai pemasaran 3.82 Atribut Pasar rumput laut 8.03 Kontribusi terhadap PAD Keuntungan kegiatan budidaya RL Perubahan Root Mean Square (RMS) Ketika Salah Satu Atribut Dihilangkan Gambar 2. Peran masing-masing atribut dimensi ekonomi dalam keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut Pemberdayaan masyarakat 2.91 Alternatif usaha selain menanam RL 5.16 Sosialisasi pekerjaan 6.32 Atribut Partisipasi keluarga dalam budidaya RL Kemandirian petani Sistem sosial dalam pengelolaan budidaya RL 3.42 Jumlah rumah tangga petani RL 6.07 Kualitas SDM tingkat pendidikan Perubahan Root Mean Square (RMS) Ketika Salah Satu Atribut Dihilangkan Gambar 3. Peran masing-masing atribut dimensi sosial budaya dalam

14 keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut Ketersediaan industri hasil RL 6.54 Tingkat penguasaan budidaya RL 7.65 Atribut Ketersediaan informasi RL Ketersediaan basis data RL Standarisasi mutu rumput laut 8.94 Dukungan sarana dan prasarana Perubahan Root Mean Square (RMS) Ketika Salah Satu Atribut Dihilangkan Gambar 4. Peran masing-masing atribut dimensi teknologi dalam keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut Keberadaan balai penyuluh 5.56 Ketersediaan lembaga keuangan/sosial 6.09 Adanya tokoh panutan yang disegani 6.84 Atribut Ketersediaan aturan adat dan agama/kepercayaan 4.16 Ketersediaan perda Zonasi peruntukan lahan/perairan budidaya Ketersediaan kelompok tani budidaya RL Perubahan Root Mean Square (RMS) Ketika Salah Satu Atribut Dihilangkan Gambar 5. Peran masing-masing atribut dimensi kelembagaan dalam keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kegiatan budidaya rumput laut telah berkembang dengan pesat di Kabupaten Bantaeng. Indikasinya dapat dilihat dari hamparan budidaya rumput laut yang

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 31 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Minapolitan Kampung Lele Kabupaten Boyolali, tepatnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA

ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA Iis Arsyad¹, Syaiful Darman dan Achmad Rizal² iis_arsyad@yahoo.co.id ¹Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

V. KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

V. KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT V. KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT 5.1 Kesesuaian Kawasan Budidaya Rumput Laut Keberhasilan suatu kegiatan budidaya rumput laut sangat ditentukan oleh faktor lahan perairan, oleh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 39 III. METODOLOGI KAJIAN 3. Kerangka Pemikiran Pengembangan ekonomi lokal merupakan usaha untuk mengoptimalkan sumberdaya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal, dan organisasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 51 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teori Selama ini, pengelolaan sumberdaya perikanan cenderung berorientasi pada pertumbuhan ekonomi semata dengan mengeksploitasi sumberdaya perikanan secara besar-besaran

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 133 VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 8.1. Pendahuluan Kabupaten Gowa mensuplai kebutuhan bahan material untuk pembangunan fisik, bahan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN ABSTRAK

ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN ABSTRAK BULETIN PSP ISSN: 251-286X Volume No. 1 Edisi Maret 12 Hal. 45-59 ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN Oleh: Asep Suryana

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 43 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di Kawasan Minapolitan Bontonompo yang mencakup 5 (lima) kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT, MALUKU

ANALISIS NILAI KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT, MALUKU ANALISIS NILAI KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT, MALUKU (Index Sustainability Analysis of Mangrove Forest Ecosystem Management in Western Part of Seram,

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan Judul : Analisis Keberlanjutan Usahatani Kedelai melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Kabupaten Jember Peneliti : Titin Agustina 1 Mahasiswa Terlibat : Dewina Widyaningtyas 2 Sumberdana :

Lebih terperinci

Governance of Dagho fishing port, Sangihe Islands Regency, Indonesia

Governance of Dagho fishing port, Sangihe Islands Regency, Indonesia Aquatic Science & Management, Vol. 1, No. 2, 188-192 (Oktober 2013) Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index ISSN 2337-4403 e-issn 2337-5000 jasm-pn00042

Lebih terperinci

ADAPTASI SOSIO-EKOLOGI BUDIDAYA RUMPUT LAUT (EUCHEUMA COTTONII) PADA MASYARAKAT PESISIR DI KELURAHAN LAMALAKA, KECAMATAN BANTAENG, KABUPATEN BANTAENG

ADAPTASI SOSIO-EKOLOGI BUDIDAYA RUMPUT LAUT (EUCHEUMA COTTONII) PADA MASYARAKAT PESISIR DI KELURAHAN LAMALAKA, KECAMATAN BANTAENG, KABUPATEN BANTAENG ADAPTASI SOSIO-EKOLOGI BUDIDAYA RUMPUT LAUT (EUCHEUMA COTTONII) PADA MASYARAKAT PESISIR DI KELURAHAN LAMALAKA, KECAMATAN BANTAENG, KABUPATEN BANTAENG Farhanah Wahyu 1, Andi Adri Arief 2, Djumran Yusuf

Lebih terperinci

STATUS KEBERLANJUTAN USAHA GARAM RAKYAT DI KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP

STATUS KEBERLANJUTAN USAHA GARAM RAKYAT DI KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP STATUS KEBERLANJUTAN USAHA GARAM RAKYAT DI KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP Abdul Rauf Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muslim Indonesia, Makassar, Sulawesi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA MALLASORO KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA MALLASORO KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA MALLASORO KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO Feasibility Analysis of Seaweed Farming in the Village Mallasoro Bangkala District Jeneponto Irmayani,

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii (Kasus Di Desapunaga Binaan Balai Budidaya Air Payau Takalar)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii (Kasus Di Desapunaga Binaan Balai Budidaya Air Payau Takalar) Jurnal Vokasi 2011, Vol.7. No.2 187-191 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii (Kasus Di Desapunaga Binaan Balai Budidaya Air Payau Takalar) SELISTIAWATI 1) & ANDI PUSPA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

2 KERANGKA PEMIKIRAN

2 KERANGKA PEMIKIRAN 2 KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan pada Bab Pendahuluan, maka penelitian ini dimulai dengan memperhatikan potensi stok sumber

Lebih terperinci

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: TATANIAGA RUMPUT LAUT DI KELURAHAN TAKKALALA, KECAMATAN WARA SELATAN KOTA PALOPO PROVINSI SULAWESI SELATAN MUHAMMAD ARHAN RAJAB Email : arhanuncp@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

MODEL PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN

MODEL PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN MODEL PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN Abstrak Penelitian model pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di Provinsi Sulawesi Selatan dilaksanakan di tiga kabupaten yakni

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi

METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah program pemerintah daerah yang diterapkan telah cukup mengandung aspek pembinaan dan penerapan kelestarian lingkungan. Wilayah yang

Lebih terperinci

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Kupang adalah salah satu kabupaten dengan ekosistem kepulauan. Wilayah ini terdiri dari 27 pulau dimana diantaranya masih terdapat 8 pulau yang belum memiliki

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2006 sampai bulan Oktober 2006. Penelitian dilakukan di Kabupaten Gunungkidul dan Bantul

Lebih terperinci

STATUS KEBERLANJUTAN DIMENSI EKOLOGI BUDIDAYA IKAN PATIN (PANGASIANODON HYPOPHTHALMUS) DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN

STATUS KEBERLANJUTAN DIMENSI EKOLOGI BUDIDAYA IKAN PATIN (PANGASIANODON HYPOPHTHALMUS) DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN STATUS KEBERLANJUTAN DIMENSI EKOLOGI BUDIDAYA IKAN PATIN (PANGASIANODON HYPOPHTHALMUS) DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN 1) Yoyo Wiramiharja 2) Eddy Supriyono 1,3) Ernik Yuliana 1) Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keyword : contribution, coal, income

ABSTRACT. Keyword : contribution, coal, income Kontribusi Usaha Pengumpulan Limbah Penambangan Batu Bara Bagi Pendapatan Rumah Tangga Nelayan (Studi Kasus: Kelurahan Pasar Bengkulu, Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu) Oleh Khairunnisa 1) Muhammad Ramli

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Penetapan lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan mempunyai potensi yang memungkinkan untuk

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UNTUK KEBERLANJUTAN EKOLOGI, SOSIAL, EKONOMI DAN BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK CIRATA. Aceng Hidayat, Zukhruf Annisa, Prima Gandhi

KEBIJAKAN UNTUK KEBERLANJUTAN EKOLOGI, SOSIAL, EKONOMI DAN BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK CIRATA. Aceng Hidayat, Zukhruf Annisa, Prima Gandhi Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 3 No. 3, Desember 2016: 175-187 ISSN : 2355-6226 E-ISSN : 2477-0299 http://dx.doi.org/10.20957/jkebijakan.v3i3.16250 KEBIJAKAN UNTUK KEBERLANJUTAN EKOLOGI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah rumput laut atau yang dikenal dengan sebutan ganggang laut atau alga laut. Beberapa diantaranya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR BERBASIS RUMPUT LAUT DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT ON SEAWEED CULTURE BASED COASTAL AREA DEVELOPMENT IN WEST SUMBAWA REGENCY

PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR BERBASIS RUMPUT LAUT DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT ON SEAWEED CULTURE BASED COASTAL AREA DEVELOPMENT IN WEST SUMBAWA REGENCY Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Hlm. 321-346, Juni 2015 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR BERBASIS RUMPUT LAUT DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT ON SEAWEED CULTURE BASED COASTAL AREA DEVELOPMENT

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN DI WADUK DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG (KJA) YANG BERKELANJUTAN

BUDIDAYA IKAN DI WADUK DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG (KJA) YANG BERKELANJUTAN BUDIDAYA IKAN DI WADUK DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG (KJA) YANG BERKELANJUTAN I. PENDAHULUAN Saat ini budidaya ikan di waduk dengan menggunakan KJA memiliki prospek yang bagus untuk peningkatan produksi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LAHAN BEKAS PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK USAHA BUDIDAYA IKAN YANG BERKELANJUTAN

PEMANFAATAN LAHAN BEKAS PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK USAHA BUDIDAYA IKAN YANG BERKELANJUTAN Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXIX Nomor Agustus 4 (9-98) P: ISSN 5-55 E: ISSN 549-796 PEMANFAATAN LAHAN BEKAS PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK USAHA BUDIDAYA IKAN YANG BERKELANJUTAN Utilization of Ex-Coal

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R Oleh : Andreas Untung Diananto L 2D 099 399 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

ASPEK EKONOMI IKAN CAKALANG DI KOTA BITUNG. Oleh : VALENCIA ANGELI KARUNDENG NIM : KERTAS KERJA

ASPEK EKONOMI IKAN CAKALANG DI KOTA BITUNG. Oleh : VALENCIA ANGELI KARUNDENG NIM : KERTAS KERJA ASPEK EKONOMI IKAN CAKALANG DI KOTA BITUNG Oleh : VALENCIA ANGELI KARUNDENG NIM : 222009012 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI KAWASAN PERBATASAN PULAU SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS KEBERLANJUTAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI KAWASAN PERBATASAN PULAU SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ANALISIS KEBERLANJUTAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI KAWASAN PERBATASAN PULAU SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Sustainability Analysis of Cocoa Smallholders in the Border Area of Sebatik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian mencakup kegiatan usahatani perkebunan, perhutanan, peternakan, dan perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan ragam. Dari sakala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan bagi masyarakat di Kabupaten Kubu Raya yang memiliki panjang garis pantai sekitar

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING INSANG TETAP DAN BUBU DI KECAMATAN MEMBALONG KABUPATEN BELITUNG

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING INSANG TETAP DAN BUBU DI KECAMATAN MEMBALONG KABUPATEN BELITUNG ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING INSANG TETAP DAN BUBU DI KECAMATAN MEMBALONG KABUPATEN BELITUNG Dwi Siskawati, Achmad Rizal, dan Donny Juliandri Prihadi Universitas Padjadjaran Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki 18 306 pulau dengan garis pantai sepanjang 106 000 km (Sulistiyo 2002). Ini merupakan kawasan pesisir terpanjang kedua

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

ABSTRAK 1. PENGANTAR 2. METODOLOGI

ABSTRAK 1. PENGANTAR 2. METODOLOGI Indeks Status Keberlanjutan Kota Batu Sebagai Kawasan Agropolitan Ditinjau dari Aspek Ekologi, Ekonomi, Sosial dan Infratruktur Ami Rahayu 1, Azis Nur Bambang 2, Gagoek Hardiman 3 1 Mahasiswa Program Magister

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2007 di pabrik gula baik yang konvensional maupun yang rafinasi serta tempat lain yang ada kaitannya dengan bidang penelitian.

Lebih terperinci

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 1 PENGUATAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN TANGKAP (PUMP-PT)

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 1 PENGUATAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN TANGKAP (PUMP-PT) NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 1 PENGUATAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN TANGKAP (PUMP-PT) RINGKASAN Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP PT) merupakan bagian

Lebih terperinci

SIDa F 24. Dr. Ir. Suhendar I Sachoemar, MSi Ir. Nenie Yustiningsih, MSc Wisnu Sujatmiko, APi, MS Dra. Jeni Hariyanti Drs. Dedy Roesmajadi, MM

SIDa F 24. Dr. Ir. Suhendar I Sachoemar, MSi Ir. Nenie Yustiningsih, MSc Wisnu Sujatmiko, APi, MS Dra. Jeni Hariyanti Drs. Dedy Roesmajadi, MM SIDa F 24 KAJIAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT SECARA BERKELANJUTAN DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA Dr. Ir. Suhendar I Sachoemar, MSi Ir. Nenie

Lebih terperinci

KAJIAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN BUDIDAYA IKAN BANDENG DI GRESIK Sustainbility Study of Milkfish Farming Management in Gresik

KAJIAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN BUDIDAYA IKAN BANDENG DI GRESIK Sustainbility Study of Milkfish Farming Management in Gresik KAJIAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN BUDIDAYA IKAN BANDENG DI GRESIK Sustainbility Study of Milkfish Farming Management in Gresik * Irwan Muliawan, Achmad Zamroni dan Fatriyandi Nur Priyatna Pusat Penelitian

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 1. Pangkep 4 33' ' ' ' 2, Takalar , Bulukumba

3 METODE PENELITIAN. 1. Pangkep 4 33' ' ' ' 2, Takalar , Bulukumba 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sulawesi Selatan mulai bulan Februari 2011 hingga Oktober 2011. Lokasi penelitian dilakukan di 3 kabupaten yaitu Kabupaten

Lebih terperinci

Pengukuran Indeks Keberlanjutan Industri Gula

Pengukuran Indeks Keberlanjutan Industri Gula Manajemen IKM, Februari ( - ) Vol. 1 No. ISSN 2085- http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/ Measurement of Sugar Industry Sustainability Index Hartrisari Hardjomidjojo *, Sapta Raharja, dan Muti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan kawasan Pesisir dan Laut Kabupaten Maluku Tenggara sebagai satu kesatuan wilayah akan memberikan peluang dalam keterpaduan perencanaan serta pengembangan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA 39 Buana Sains Vol 12 No 2: 39-44, 2012 ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA Asnah 1) dan L. Latu 2) 1)Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang

Lebih terperinci

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE 257 11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE 11.1 Pendahuluan Perikanan tangkap merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang sangat kompleks, sehingga tantangan untuk memelihara

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Marketing, Channel Marketing, Margin, Copra

ABSTRACT. Keywords: Marketing, Channel Marketing, Margin, Copra ABSTRACT Mega Artha Ilahude "614409029", 2013. Copra Marketing Systems Analysis in Gorontalo regency (A Study in District Limboto). Department of Agribusiness Faculty of Agricultural Sciences, State University

Lebih terperinci

Jurnal Pertanian Agros Vol.19 No. 1, Januari 2017: 21-28

Jurnal Pertanian Agros Vol.19 No. 1, Januari 2017: 21-28 Jurnal Pertanian Agros Vol.19 No. 1, Januari 2017: 21-28 ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI PADA LAHAN GAMBUT DI KECAMATAN BATAGUH KABUPATEN KAPUAS ANALYSIS OF SUSTAINABILITY FARMING IN PEATLANDS IN BAHATGUH

Lebih terperinci

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sumberdaya perikanan di Indonesia cukup besar, baik sumberdaya perikanan tangkap maupun budidaya. Sumberdaya perikanan tersebut merupakan salah satu aset nasional

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ini berasal dari kemampuan secara mandiri maupun dari luar. mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ini berasal dari kemampuan secara mandiri maupun dari luar. mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesejahteraan adalah mengukur kualitas hidup, yang merefleksikan aspek ekonomi, sosial dan psikologis. Dalam aspek ekonomi, maka kemampuan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA CATTONI) KECAMATAN MANDALLE KABUPATEN PANGKEP

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA CATTONI) KECAMATAN MANDALLE KABUPATEN PANGKEP ISSN 2302-4178 Jurnal Galung Tropika, 3 (3) September 2014, hlmn. 132-138 ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA CATTONI) KECAMATAN MANDALLE KABUPATEN PANGKEP The Analysis of Farming Seaweed (Eucheuma

Lebih terperinci

VI. STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI RAWA LEBAK SAAT INI

VI. STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI RAWA LEBAK SAAT INI Sumbu Y setelah Rotasi: Skala Sustainability Attribute VI. STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI RAWA LEBAK SAAT INI 6. Keberlanjutan Rawa Lebak Masing-masing Dimensi Analisis status keberlanjutan pemanfaatan

Lebih terperinci

MAKSIMISASI KEUNTUNGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

MAKSIMISASI KEUNTUNGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA e-j. Agrotekbis 1 (2) : 198-203, Juni 2013 ISSN : 2338-3011 MAKSIMISASI KEUNTUNGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA Profit Maximization Of Seaweed

Lebih terperinci

Bab V Kajian Keberlanjutan Penerapan Sistem Silvofishery dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Desa Dabung

Bab V Kajian Keberlanjutan Penerapan Sistem Silvofishery dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Desa Dabung Bab V Kajian Keberlanjutan Penerapan Sistem Silvofishery dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Desa Dabung V.1. Kajian keberlanjutan dengan Metode Ecological Footprint Seperti telah disebutkan sebelumnya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir dan laut merupakan daerah dengan karateristik khas dan bersifat dinamis dimana terjadi interaksi baik secara fisik, ekologi, sosial dan ekonomi, sehingga

Lebih terperinci

OLEH: MIRA CLENIA Peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

OLEH: MIRA CLENIA Peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2008, Hal. 31 38 ISSN: 1412-3126 Vol. 15, No.1 ANALISIS RASIO BIAYA SUMBERDAYA DOMESTIK USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI INDONESIA. OLEH: MIRA CLENIA Peneliti pada Balai

Lebih terperinci

PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE BERKELANJUTAN DI PESISIR KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN YULISTA NOVELIYANA

PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE BERKELANJUTAN DI PESISIR KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN YULISTA NOVELIYANA PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE BERKELANJUTAN DI PESISIR KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN YULISTA NOVELIYANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

Magister Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro 2

Magister Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro 2 STATUS KEBERLANJUTAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK KOMUNAL DI KECAMATAN KREMBANGAN KOTA SURABAYA SUSTAINABILITY STATUS OF DOMESTIC COMMUNAL WASTEWATER TREATMENT PLANT IN KREMBANGAN DISTRICT

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN AIR BAKU DAS BABON (Studi Kasus di Kota Semarang)

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN AIR BAKU DAS BABON (Studi Kasus di Kota Semarang) JRL Vol.7 No.2 Hal. 193-204 Jakarta, Juli 2011 ISSN : 2085.3866 No.376/AU1/P2MBI/07/2011 ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN AIR BAKU DAS BABON (Studi Kasus di Kota Semarang) Raymond, M 1, M.Yanuar. J.P

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN SOREANG KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN SOREANG KABUPATEN BANDUNG Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 2 (Agustus 2017): 107-113 ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN SOREANG KABUPATEN BANDUNG Sustainable of Rice Farming in

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub-sektor perikanan tangkap merupakan bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan yang bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

STATUS KEBERLANJUTAN IKAN LOMPA (THRYSSA BAELAMA) PADA KAWASAN SASI NEGERI HARUKU KABUPATEN MALUKU TENGAH

STATUS KEBERLANJUTAN IKAN LOMPA (THRYSSA BAELAMA) PADA KAWASAN SASI NEGERI HARUKU KABUPATEN MALUKU TENGAH STATUS KEBERLANJUTAN IKAN LOMPA (THRYSSA BAELAMA) PADA KAWASAN SASI NEGERI HARUKU KABUPATEN MALUKU TENGAH SUSTAINABILITY STATUS FISH LOMPA (THRYSSA BAELAMA) IN THE AREA OF STATE SASI HARUKU CENTRAL MALUKU

Lebih terperinci

Riyatus Shalihah (1), Zainol Arifin (2), Mohammad Shoimus Sholeh (3) Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura (3)

Riyatus Shalihah (1), Zainol Arifin (2), Mohammad Shoimus Sholeh (3) Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura (3) 135 STRATEGI USAHA RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR JUMIANG DI KELOMPOK USAHA BERSAMA MITRA BAHARI DESA TANJUNG KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN

Lebih terperinci

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya

Lebih terperinci

ANALISIS SUSTAINABILITAS USAHATANI PADI PADA LAHAN GAMBUT DI KABUPATEN KAPUAS ANALYSIS OF PADDY FARMING SUSTAINABILITY ON PEATLAND IN KAPUAS DISTRICT

ANALISIS SUSTAINABILITAS USAHATANI PADI PADA LAHAN GAMBUT DI KABUPATEN KAPUAS ANALYSIS OF PADDY FARMING SUSTAINABILITY ON PEATLAND IN KAPUAS DISTRICT Analisis Sustainabilitas Usahatani Padi pada Lahan Gambut (Jhon Wardie & Tri Yuliana Eka Sintha Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 SALATIGA 50711 - Telp.

Lebih terperinci

KAJIAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOWISATA BERBASIS DAERAH PERLINDUNGAN LAUT (DPL) DI PESISIR DESA BAHOI, MINAHASA UTARA, SULAWESI UTARA

KAJIAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOWISATA BERBASIS DAERAH PERLINDUNGAN LAUT (DPL) DI PESISIR DESA BAHOI, MINAHASA UTARA, SULAWESI UTARA KAJIAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOWISATA BERBASIS DAERAH PERLINDUNGAN LAUT (DPL) DI PESISIR DESA BAHOI, MINAHASA UTARA, SULAWESI UTARA Andronicus 1), Fredinan Yulianda 2), Achmad Fahrudin 3) Mahasiswa

Lebih terperinci

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN 8.1. Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove Pendekatan AHP adalah suatu proses yang dititikberatkan pada pertimbangan terhadap faktor-faktor

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang : a.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rawa merupakan sebutan bagi semua lahan yang tergenang air, yang penggenangannya dapat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Di Indonesia

Lebih terperinci

L PENDAHULUAN. Rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang penting, karena mudah dibudidayakan dan mempunyai kegunaan yang sangat

L PENDAHULUAN. Rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang penting, karena mudah dibudidayakan dan mempunyai kegunaan yang sangat L PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang penting, karena mudah dibudidayakan dan mempunyai kegunaan yang sangat has, yaitu untuk bahan makanan, industri

Lebih terperinci

Status Keberlanjutan Pengelolaan Perikanan Budidaya Di Pulau-Pulau Kecil Makassar

Status Keberlanjutan Pengelolaan Perikanan Budidaya Di Pulau-Pulau Kecil Makassar Status Keberlanjutan Pengelolaan Perikanan Budidaya Di Pulau-Pulau Kecil Makassar Sustainabiltiy Status of Aquaculture Fisheries Management at Makassar Small Islands Hasrat AS hasrat_ash@yahoo.com, John

Lebih terperinci

EVALUASI STATUS KEBERLANJUTAN AGROPOLITAN PONCOKUSUMO, MALANG, JAWA TIMUR A. Faruq Hamdani 1, Benny Joy 2, dan E.

EVALUASI STATUS KEBERLANJUTAN AGROPOLITAN PONCOKUSUMO, MALANG, JAWA TIMUR A. Faruq Hamdani 1, Benny Joy 2, dan E. EVALUASI STATUS KEBERLANJUTAN AGROPOLITAN PONCOKUSUMO, MALANG, JAWA TIMUR A. Faruq Hamdani 1, Benny Joy 2, dan E. Kusnadi Wikarta 2 1 ABSTRAK Kawasan Agropolitan Poncokusumo merupakan salah satu kawasan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan taraf hidup manusia tidak terlepas dari aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam (Bengen 2004). Peluang

Lebih terperinci

STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN SITU BERKELANJUTAN: STUDI KASUS SITU KEDAUNG, KECAMATAN PAMULANG, KOTA TANGGERANG SELATAN

STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN SITU BERKELANJUTAN: STUDI KASUS SITU KEDAUNG, KECAMATAN PAMULANG, KOTA TANGGERANG SELATAN LIMNOTEKPerairan Darat Tropis di Indonesia Vol. 23, No. 2, Tahun 2016 : 50-60 Strategi Kebijakan Pengelolaan Situ Berkelanjutan: Studi Kasus Situ Kedaung Url : https://www.limnotek.or.id Nomor Akreditasi

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT Yusuf 1 dan Rachmat Hendayana 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis existing condition pengelolaan rumpon di Barat Daya perairan Pelabuhanratu, Jawa Barat yang menggunakan aplikasi Rapfish

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN BIAYA DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TANI TEMBAKAU KASTURI, PADI DAN JAGUNG TRHADAP TOTAL PENDAPATAN USAHA TANI KELUARGA ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan Pembudidayaan Rumput Laut di Perairan Kampung Sakabu, Pulau Salawati, Kabupaten Raja Ampat

Evaluasi Lahan Pembudidayaan Rumput Laut di Perairan Kampung Sakabu, Pulau Salawati, Kabupaten Raja Ampat Evaluasi Lahan Pembudidayaan Rumput Laut di Perairan Kampung Sakabu, Pulau Salawati, Kabupaten Raja Ampat (Evaluation of Seaweed Culture Area in Waters of Kampung Sakabu, Salawati Island, Raja Ampat Regency)

Lebih terperinci

Fishermen's Perceptions About Business Fishing in The Kepenghuluan Parit Aman Bangko Subdistrict Rokan Hilir District Riau province ABSTRACT

Fishermen's Perceptions About Business Fishing in The Kepenghuluan Parit Aman Bangko Subdistrict Rokan Hilir District Riau province ABSTRACT Fishermen's Perceptions About Business Fishing in The Kepenghuluan Parit Aman Bangko Subdistrict Rokan Hilir District Riau province By Gita Rizanty 1) Kusai 2) and Lamun Bathara 3) ABSTRACT The research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Baru Bumi Serpong Damai, Provinsi Banten, serta di wilayah sekitarnya. Penelitian dilakukan pada bulan Mei September

Lebih terperinci

BAB V. kelembagaan bersih

BAB V. kelembagaan bersih 150 BAB V ANALISIS KEBERLANJUTAN 5.1 Analisis Dimensional Analisis keberlanjutan pengelolaan air baku lintas wilayah untuk pemenuhan kebutuhan air bersih DKI Jakarta mencakup empat dimensi yaitu dimensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam 10 tahun terakhir, jumlah kebutuhan ikan di pasar dunia semakin meningkat, untuk konsumsi dibutuhkan 119,6 juta ton/tahun. Jumlah tersebut hanya sekitar 40 %

Lebih terperinci

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province By Muhammad Syafii 1), Darwis 2), Hazmi Arief 2) Faculty of Fisheries

Lebih terperinci

USAHA PENGOLAHAN IKAN TAWES PRESTO DI PESISIR WADUK GAJAH MUNGKUR KABUPATEN WONOGIRI

USAHA PENGOLAHAN IKAN TAWES PRESTO DI PESISIR WADUK GAJAH MUNGKUR KABUPATEN WONOGIRI 117 Buana Sains Vol 8 No 2: 117-122, 2008 USAHA PENGOLAHAN IKAN TAWES PRESTO DI PESISIR WADUK GAJAH MUNGKUR KABUPATEN WONOGIRI Eri Yusnita Arvianti 1,2) dan Pandoyo 2,3) 1) PS Agribisnis, Fak. Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS

ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS SYARIF IWAN TARUNA ALKADRIE SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KEBERLANJUTAN SISTEM BUDI DAYA TERNAK SAPI PERAH PADA PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR

KEBERLANJUTAN SISTEM BUDI DAYA TERNAK SAPI PERAH PADA PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR KEBERLANJUTAN SISTEM BUDI DAYA TERNAK SAPI PERAH PADA PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR Dear Rahmatullah Ramadhan, Sri Mulatsih, dan Akhmad Arif Amin 51 KEBERLANJUTAN SISTEM BUDI DAYA TERNAK SAPI PERAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

KINERJA INFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS PADA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG

KINERJA INFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS PADA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG KINERJA INFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS PADA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG PERFORMANCE INFRASTRUCTURE STRATEGIC AREA AT REGIONAL INFRASTRUCTURE

Lebih terperinci