BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian dan Tujuan Penggabungan Usaha

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian dan Tujuan Penggabungan Usaha"

Transkripsi

1 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Tujuan Penggabungan Usaha 1. Definisi Penggabungan Usaha Penggabungan usaha merupakan salah satu usaha pihak manajemen untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi perusahaan. Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya. Penggabungan usaha dapat berupa pembelian saham suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau pembelian aset neto suatu perusahaan. Penggabungan usaha dapat berupa pembentukan suatu badan usaha baru (new enterprise) untuk mengendalikan perusahaan yang bergabung, pengalihan aset neto dari satu atau lebih badan usaha yang bergabung kepada badan usaha lain atau pembubaran satu atau lebih badan usaha yang bergabung. Berikut ini beberapa pengertian penggabungan usaha, antara lain: a. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia Dimuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 22 Penggabungan usaha (business combination) adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aset dan operasi perusahaan lain.

2 7 b. Menurut Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh suatu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. 2. Tujuan Penggabungan Usaha Restrukturisasi perusahaan mencakup sebuah rentang dari beragam topik termasuk merger dan akuisisi, pembelian leveraged, rekapitalisasi leveraged, pelepasan (divestitures) dan spin-off (barang perusahaan yang berasal dari barang perusahaan lain). Merger dan akuisisi biasanya dijustifikasi oleh pihak manajemen yang menggabungkan perusahaan yang berbeda, oleh karenanya mengurangi resiko. Namun karena para pemegang saham dapat mendiversifikasikan secara personal dengan cara yang lebih mudah dan biaya yang lebih sedikit dengan membeli saham pada kedua perusahaan, maka pastilah ada alasan lain untuk merger jika memang untuk menambah nilai.

3 8 Tujuan penggabungan usaha adalah 1. Menciptakan kemakmuran melalui economies of scale atau penghematan operasi Misalnya biaya-biaya administratif termasuk akuntansi, pemrosesan data, atau biaya-biaya sederhana manajemen tingkat atas, mungkin akan turun dalam persentase dari total penjualan sebagai hasil dari pertanggungan bersama sumber-sumber ini. 2. Keuntungan-keuntungan pajak Penggabungan usaha diharapkan dapat menghasilkan pengurangan pajak. Hal ini dapat terjadi pada kasus perusahaan yang telah kehilangan uang dan oleh karenanya menyebabkan kredit pajak tapi pada saat tersebut tidak memiliki pendapatan yang memadai untuk menggunakan kredit pajak tersebut. Kerugian operasi mungkin berlangsung tiga tahun yang lalu dan secara total sepuluh tahun ke depan. Sebagai hasilnya, kredit pajak yang tidak dapat digunakan dan tidak memiliki nilai bagi sebuah perusahaan dapat bernilai ketika perusahaan tersebut dikuasai oleh perusahaan lain yang memiliki pendapatan yang cukup memadai untuk memakai kredit pajak tersebut. Penggabungan usaha juga mengizinkan aktiva-aktiva yang sebelumnya sudah didepresiasi untuk dinilai kembali. Kemakmuran tercipta dari keuntungan pajak yang timbul dari depresiasi yang meningkat dikaitkan dengan revaluasi aktiva.

4 9 3. Peningkatan produktivitas perusahaan Penanggungan bersama dari sumber daya juga dapat mengarah kepada peningkatan produktivitas perusahaan. Contohnya jika dua perusahaan yang menanggung bersama saluran distribusi yang sama bergabung, para distributor yang membawa suatu produk mungkin sekarang berkenan membawa produk yang lain, oleh karenanya meningkatkan toko-toko penjual produk tersebut. 4. Peningkatan kemampuan pemasaran karena pengurangan kompetisi 5. Efisiensi diferensial yang memberikan implikasi bahwa pimpinan suatu perusahaan tidak efisien dan aktiva perusahaan akan lebih produktif setelah merger. 6. Penghematan finansial Hal ini termasuk pula transaksi yang murah dan cakupan yang lebih baik berdasarkan analisis. Sesungguhnya motivasi utama dari penggabungan usaha ini adalah sinergi, yaitu kenaikan efektifitas yang diperoleh dari kombinasi kerja beberapa orang melebihi jumlah kerja yang dapat dicapai oleh mereka secara terpisah satu per satu. Sinergi seperti tersebut di atas akan meningkatkan penghasilan dan keuntungan strategis (strategic advantage), misalnya pengamanan pasokan bahan baku dan bahan pembantu, yang akhirnya dapat memaksimalkan kekayaan pemegang saham.

5 10 Selain hal-hal yang telah tersebut di atas, dari sisi manajerial, tujuan atau motivasi penggabungan usaha, antara lain sebagai berikut: 1. Memperbesar ukuran perusahaan sebagai akibat dari penghasilan, bonus, serta status yang terjadi akibat restrukturisasi perusahaan. 2. Menyusun kemampuan manajerial yang belum dimanfaatkan secara maksimal. 3. Mengurangi resiko dan meminimalkan tekanan biaya serta resiko kebangkrutan. 4. Menghindari pengambilalihan. Pada dasarnya secara umum, tujuan utama dari penggabungan usaha adalah untuk menghadapi persaingan global dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing, yang pada akhirnya akan berakibat pada meningkatnya laba atau keuntungan. Tetapi meskipun tujuan utama dari penggabungan usaha ini adalah meningkatnya profitabilitas, yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah memperoleh efisiensi operasi melalui integrasi operasi secara horizontal atau vertikal atau mendiversifikasikan resiko usaha melalui konglomerasi. B. Alasan-alasan Penggabungan Usaha Terdapat beberapa dasar pertimbangan bagi perusahaan untuk melakukan tindakan penggabungan usaha, yaitu:

6 11 1. Strategi Usaha Untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, perusahaan beroperasi dengan skala besar sehingga biaya per unitnya dapat menjadi lebih rendah sehingga pengembangan produk yang dihasilkan baik dari segi jenis maupun mutu, pengembangan pasar dan teknologi juga merupakan salah satu faktor yang mendukung perusahaan melakukan penggabungan usaha. 2. Efisiensi dan Sinergi Diharapkan dengan melakukan penggabungan usaha, perusahaan akan mampu melakukan efisiensi dan kerja sama dengan pihak lain dalam bidang operasi usaha, keuangan, perpajakan, manajemen dan tenaga kerja. 3. Nilai Usaha Dengan melakukan penggabungan usaha, diharapkan perusahaan mampu menjalin hubungan dengan pihak-pihak lain yang lebih kompeten dalam menangani perusahaan tersebut, misalnya mempunyai akses ke pasar modal, pasar uang, investor dan sekaligus meningkatkan nilai saham. Penggabungan usaha (business combination) atau yang biasa dikenal dengan konsolidasi atau merger merupakan salah satu bentuk tindakan restrukturisasi yang paling sering dipakai dibanding tindakan lainnya. Perluasan usaha merupakan sasaran utama dari perusahaan, dan jalan untuk memperluas usaha dilakukan dengan penggabungan usaha, bukan dengan melakukan konstruksi fasilitas-fasilitas baru dengan alasan, antara lain:

7 12 1. Manfaat Biaya (Cost Advantage) Lebih murah bagi perusahaan untuk memperoleh fasilitas yang dibutuhkan melalui penggabungan dibandingkan melalui pengembangan (ekspansi), terutama pada saat terjadi inflasi. 2. Resiko Lebih Rendah (Low Risk) Membeli lini produk dan pasar yang telah didirikan biasanya lebih kecil resikonya dibandingkan dengan mengembangkan produk baru dan pasarnya. 3. Berkurangnya Penundaan Operasi (Fewer Operating Delays) Fasilitas-fasilitas pabrik yang diperoleh melalui penggabungan usaha diharapkan dapat segera beroperasi dan memenuhi peraturan yang berhubungan dengan lingkungan dan peraturan pemerintah lainnya. 4. Mencegah Pengambilalihan (Avoidance of Takeovers) Beberapa perusahaan digabung untuk diakuisisi atau diambilalih oleh perusahaan lain, sebab perusahaan yang lebih kecil cenderung lebih mudah diserang untuk diambilalih, beberapa di antara mereka memakai strategi pembeli yang agresif sebagai pertahanan terbaik untuk melawan pengambilalihan oleh perusahaan lain. 5. Akuisisi Harta Tak Berwujud (Acquisition of Intangible Assets) Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak berwujud maupun berwujud. Oleh karena itu akuisisi atas hak paten, hak

8 13 atas mineral, database pelanggan, atau keahlian manajemen mungkin menjadi faktor utama yang menjadi alasan penggabungan usaha. Selain telah tersebut di atas, perusahaan-perusahaan mungkin lebih memilih penggabungan usaha untuk memperoleh manfaat dari sisi pajak, misalnya tax loss carryforwards, untuk manfaat pajak penghasilan orang pribadi, pajak bumi dan bangunan, dan untuk alasan-alasan pribadi. Ego manajemen perusahaan dan ahli pengambilalihan juga menjadi faktor penting pada penggabungan usaha. Meskipun pada dasarnya strategi penggabungan usaha yang dilakukan oleh beberapa perusahaan memberikan banyak manfaat, tetapi ada juga resiko yang harus ditanggung oleh perusahaan yang melakukan penggabungan usaha tersebut, salah satunya adalah resiko sumber daya manusia, sebab biasanya keputusan untuk melakukan penggabungan usaha akan menyebabkan perusahaan harus mengurangi jumlah karyawannya, akibatnya banyak orang yang kehilangan pekerjaan alias menjadi pengangguran. C. Faktor-faktor yang Harus Dipertimbangkan Dalam Penggabungan Usaha Sebelum melakukan penggabungan usaha dengan perusahaan lain, harus dilakukan pengkajian ataupun penyelidikan atau investigasi mengenai berbagai hal, antara lain:

9 14 1. Faktor Produksi Dengan adanya merger akan terjadi perpaduan antara dua sumber produksi, baik produksi yang sama, produksi produk satu jalur, ataupun produksi yang berbeda. Karena itu sehubungan dengan merger, untuk faktor produksi ini sebaiknya diperhitungkan hal-hal sebagai berikut: a. Sejauh mana penghematan production cost/biaya produksi dengan adanya merger. b. Sejauh mana riset dan pengembangan/development produk dapat digabung. c. Standar produk yang bagaimana yang diinginkan untuk mempersatukan dua produk dengan standar berbeda. d. Bagaimana knowhow dapat ditingkatkan dalam bidang produksi dapat ditingkatkan dengan adanya merger tersebut. e. Berapa besarnya perkiraan biaya yang diperlukan apabila tempat produksinya berbeda lokasi. f. Apakah diperlukan biaya ekstra untuk penyatuan pabrik-pabrik dan peralatan apabila diperlukan. g. Apakah terdapat masalah-masalah atau hambatan-hambatan yang tak tampak, misalnya produk yang dihasilkan berkualitas rendah, sehingga menimbulkan ancaman pengembalian produk yang berpotensi menimbulkan klaim atau gugatan di pengadilan.

10 15 2. Faktor Finansial Beberapa masalah finansial perusahaan yang harus diperhatikan dalam penggabungan usaha antara lain, kewajiban perusahaan, analisis laporan keuangan termasuk proyeksi untuk tahun depan, persediaan, laporan kredit dari bank, nilai aset, hak milik intelektual, tagihan kepada pihak lain (piutang), komitmen perusahaan, operasi perusahaan dan hak karyawan. 3. Faktor Pajak Harus dipertimbangkan pula berapa besarnya pajak yang harus, sudah atau akan dibayar oleh perusahaan, selain pajak untuk keuntungan yang diperoleh dari transaksi penggabungan usaha. 4. Faktor Hukum Perlu pula diselidiki apakah perusahaan yang akan melakukan penggabungan usaha memiliki masalah-masalah hukum, apakah asetasetnya aman secara hukum, serta perlu diperhatikan apakah perusahaan tersebut memiliki masalah lingkungan hidup atau hal-hal lain yang berhubungan dengan corporate social responsibility-nya yang berpotensi memerlukan biaya tinggi untuk mengatasinya.

11 16 D. Sifat dan Bentuk-bentuk Penggabungan Usaha 1. Sifat Penggabungan Usaha Hal yang harus diperhatikan dalam penggabungan usaha adalah memperoleh efisiensi operasi melalui integrasi operasi secara horizontal atau vertikal atau mendiversifikasikan resiko usaha melalui operasi konglomerasi. Di bawah ini merupakan sifat dari penggabungan usaha, yaitu a. Integrasi Horizontal Merupakan penggabungan perusahaan-perusahaan dalam lini usaha atau pasar yang sana. Salah satu contohnya adalah penggabungan usaha antara dua perusahaan retailer, yaitu Alfa Supermarket dengan Carrefour. b. Integrasi Vertikal Adalah penggabungan dua perusahaan atau lebih dengan operasi perusahaan yang berbeda secara berturut-turut, tahapan produksi dan/atau distribusi, contohnya adalah perusahaan tepung terigu dengan perusahaan produsen mie instant. c. Konglomerasi Konglomerasi adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dengan produk dan/atau jasa yang tidak saling berhubungan dan bermacammacam, salah satu contohnya adalah Grup Bakrie, yang memiliki usaha dari provider telepon selular, media elektronik (stasiun televisi) hingga pertambangan batubara. Biasanya perusahaan melakukan diversifikasi

12 17 usaha untuk mengurangi resiko yang ada pada lini usaha tertentu, atau untuk menstabilkan penghasilan yang berfluktuasi. 2. Bentuk-bentuk Penggabungan Usaha Penggabungan usaha terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: 1. Merger Terjadi ketika sebuah perusahaan mengambil alih semua operasi dari entitas usaha lain dan entitas yang diambil alih tersebut dibubarkan. Contohnya Perusahaan A membeli aktiva dari Perusahaan B secara langsung dari Perusahaan B secara tunai, dengan aktiva lainnya, atau dengan surat berharga Perusahaan A (saham, obligasi, atau wesel), dan Perusahaan B dibubarkan. PT A PT B PT A 2. Konsolidasi Konsolidasi terjadi ketika sebuah perusahaan yang baru dibentuk untuk mengambil-alih aktiva-aktiva dan operasi dari dua atau lebih

13 18 entitas yang terpisah, dan entitas-entitas yang terpisah tersebut dibubarkan. Contohnya, Perusahaan D, sebuah perusahaan yang baru dibentuk, memperoleh aktiva bersih dari Perusahaan E dan F dengan mengeluarkan saham secara langsung kepada Perusahaan E dan F, dan Perusahaan E dan F dibubarkan. PT E PT F PT D 3. Akuisisi Terjadi ketika perusahaan mengakuisisi saham berhak suara dari perusahaan lain dan kedua perusahaan tersebut tetap beroperasi sebagai entitas hukum yang terpisah, tetapi timbul hubungan indukanak (parent-subsidiary), dan Perusahaan E dan F dibubarkan. PT A PT A PT B PT B

14 19 E. Metode Penggabungan Usaha Metode akuntansi yang digunakan untuk penggabungan usaha adalah 1. Metode Penyatuan Kepemilikan (Pooling of Interest Methode) Dalam metode ini diasumsikan bahwa kepemilikan perusahaanperusahaan yang bergabung adalah satu kesatuan dan secara relatif tetap tidak berubah pada entitas akuntansi yang baru. Hal ini dikarenakan tidak ada salah satupun dari perusahaan-perusahaan yang bergabung dianggap telah memperoleh perusahaan-perusahaan yang bergabung lainnya, sebab tidak ada pembelian dan tidak ada harga pembelian, sehingga tidak ada dasar pertanggungjawaban yang baru. Pada metode ini, aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan yang bergabung dimasukkan dalam entitas gabungan sebesar nilai bukunya. Setiap goodwill pada buku masing-masing perusahaan yang bergabung akan dimasukkan sebagai aktiva pada buku entitas yang masih beroperasi (disatukan atau perusahaan hasil penggabungan). Saldo laba dari perusahaan-perusahaan yang bergabung juga akan dimasukkan dalam entitas yang disatukan. Demikian juga pendapatan dari entitas yang disatukan termasuk pendapatan dari perusahaan-perusahaan yang bergabung untuk seluruh tahun dengan mengabaikan tanggal penggabungan usaha dilakukan. Untuk pencatatan kewajiban, jumlah yang dicatat oleh masing-masing perusahaan dengan menggunakan metode akuntansi yang berbeda dapat disesuaikan menjadi dasar akuntansi yang sama apabila perubahan

15 20 tersebut diperlukan oleh perusahaan lainnya. Perubahan metode akuntansi untuk menyesuaikan metode masing-masing harus berlaku surut, dan laporan keuangan yang disajikan untuk periode-periode sebelumnya harus disajikan kembali (restated). 2. Metode Pembelian (Purchase Methode) Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan usaha merupakan transaksi yang memungkinkan suatu entitas memperoleh aktiva bersih dari perusahaan-perusahaan lain yang bergabung. Berdasarkan metode ini, perusahaan yang memperoleh atau membeli mencatat aktiva yang diterima dan kewajiban yang ditanggung sebesar nilai wajarnya. Biaya untuk memperoleh perusahaan atau biaya perolehan ditetapkan dengan cara yang sama seperti pada transaksi yang lain. Biaya ini dialokasikan pada aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi sesuai dengan nilai wajarnya pada tanggal penggabungan. Setiap kelebihan biaya perolehan atas nilai wajar aktiva bersih yang diperoleh dialokasikan ke goodwill dan diamortisasi selama maksimum 20 tahun, menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomoe 19. Goodwill diamortisasi dan dibukukan sebagai beban secara otomatis selama masa manfaatnya. Saldo laba dari perusahaan pengakuisisi mungkin berkurang sebagai akibat penggabungan usaha, tetapi saldo laba tersebut tidak pernah akan bertambah. Pendapatan dari perusahaan pengakuisisi terdiri dari pendapatannya sendiri untuk suatu periode ditambah pendapatan

16 21 perusahaan yang diakuisisi yang dihasilkan setelah tanggal penggabungan usaha. Penggunaan metode akuntansi yang berbeda oleh masing-masing perusahaan dalam penggabungan usaha bukan merupakan faktor relevan dalam mempertanggunjawabkan penggabungan sebagai pembelian, sebab semua aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang diakuisisi dicatat sebesar nilai wajarnya. F. Penggabungan Usaha Ditinjau dari Berbagai Pendekatan 1. Pendekatan menurut Manajemen a. Keuntungan Penggabungan Usaha Bagi pihak manajemen penggabungan usaha dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh sinergi perusahaan peserta penggabungan. Sehingga diharapkan dengan adanya penggabungan ini, perusahaan hasil penggabungan diharapkan dapat melakukan sinergi baik dalam penggunaan aset dan modal maupun dalam hal pemanfaatan sumber daya manusia serta diharapkan dapat beroperasi lebih efisien di masa depan. Kemakmuran dapat diciptakan dalam sebuah merger melalui economies of scale. Misalnya, biaya-biaya administratif termasuk akuntansi, pemrosesan data, atau biaya-biaya sederhana manajemen tingkat atas, mungkin akan turun dalam persentase dari total penjualan sebagai hasil dari pertanggungan bersama sumber-sumber ini. Sebuah penggabungan usaha mengizinkan aktiva-aktiva yang sebelumnya sudah

17 22 didepresiasi untuk dinilai kembali sehingga keuntungan diperoleh dari keuntungan pajak yang timbul dari depresiasi yang meningkat dikaitkan dengan revaluasi aktiva. Beberapa perusahaan tidak menghabiskan kapasitas utang mereka, sehingga jika perusahaan tersebut bergabung dengan perusahaan lain maka manajemen baru dapat meningkatkan pendanaan utang dan meraup keuntungan pajak sehubungan dengan utang yang meningkat. Penggabungan usaha terkadang juga merupakan harapan untuk mengawetmudakan sebuah perusahaan demi kinerja keuangan yang tangguh yang menyangkut manajemen perusahaan. Penggabungan usaha antara perusahaan dengan manajemen yang tidak efisien dapat diganti dengan manajemen baru perusahaan hasil penggabungan yang lebih efisien sehingga dapat menciptakan kemakmuran. Penggabungan dua perusahaan dapat dihasilkan dari peningkatan kekuatan pasar atau monopoli, dengan tujuan untuk mengurangi kompetisi. b. Penentuan Nilai Perusahaan Masalah utama dalam menganalisa penggabungan usaha melibatkan penempatan nilai dari perusahaan yang diperoleh. Nilai dari suatu perusahaan bergantung tidak hanya pada kemampuan menghasilkan arus kas, tetapi juga bergantung pada karakteristik operasional dan keuangan dari perusahaan yang diambil alih. Hasilnya bisa jadi tak satupun keuntungan yang tersedia bagi perusahaan. Bahkan mungkin suatu rentang

18 23 nilai yang ditentukan secara ekonomis akan dibenarkan untuk manajer yang berprospek. Harga akhir kemudian dinegosiasikan oleh dua manajemen dalam rentang ini. Untuk menentukan harga yang dapat diterima untuk sebuah perusahaan, beberapa faktor harus dievaluasi secara hati-hati. Tujuan dari perusahaan yang diakuisisi adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Sehingga untuk menghitung (quantifying) variabel relevan untuk tujuan ini adalah sulit. Contohnya, alasan utama suatu penggabungan usaha adalah mengambil bakat manajerial atau untuk melengkapi staf penjualan yang kuat dengan departemen produksi yang mengagumkan. Efek sinergis ini sangat sulit untuk dihitung bila menggunakan data historis dari perusahaan yang terlibat. Sehingga dalam menentukan nilai suatu perusahaan beberapa faktor sering kali dijadikan sebagai pertimbangan, antara lain: 1. Nilai buku perusahaan Nilai buku perusahaan secara keseluruhan adalah jumlah aktiva dari neraca dikurangi kewajiban yang ada atau dari modal pemilik. Nilai buku tidak menghitung nilai pasar dari suatu perusahaan secara keseluruhan karena ia berdasarkan data historis dari aktiva perusahaan. Sangat jarang suatu biaya dari perusahaan mempunyai hubungan dengan nilai dari suatu organisasi atau kemampuannya untuk memproduksi pendapatan (earnings). Nilai buku dapat

19 24 digunakan sebagai titik permulaan untuk dibandingkan dengan analisa yang lain. Lebih jauh lagi dalam suatu industri dimana kemampuan untuk menghasilkan earnings membutuhkan investasi yang besar seperti pada industry baja, semen, dan minyak, nilai buku akan menjadi faktor yang penting terutama di pabrik yang peralatannya relatif baru. 2. Nilai Appraisal Perusahaan Nilai appraisal suatu perusahaan dapat diperoleh dari perusahaan appraisal independen. Nilai appraisal dari suatu perusahaan akan bermanfaat sewaktu digunakan dalam penghubungan (conjunction) dengan metode penilaian yang lain. Nilai appraisal juga akan berguna dalam situasi tertentu, seperti dalam perusahaan keuangan, perusahaan sumber daya alam, atau bagi suatu organisasi yang beroperasi dalam keadaan rugi. Kegunaan nilai appraisal akan menghasilkan beberapa keuntungan. Nilai perusahaan yang berdasarkan appraiser independen juga akan mengizinkan pengurangan goodwill dengan meningkatkan harga aktiva perusahaan yang telah dikenal. Goodwill dihasilkan sewaktu nilai pembelian suatu perusahaan melebihi nilai buku dari aktivanya. Nilai appraisal menyediakan pengujian kelogisan (reasonableness) yang dicapai melalui metode yang berdasarkan atas metode going-concern. Appraiser juga dapat membuka

20 25 kelemahan dan kekuatan yang mungkin saja tidak dapat dikenali oleh perusahaan lain, seperti penilaian hak cipta, proses-proses rahasia, dan pengeluaran Litbang yang lengkap secara parsial. 3. Nilai pasar saham biasa perusahaan Nilai pasar saham dipakai untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis. Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas utama dan diperdagangkan secara luas, sebuah nilai pendekatan dapat dibangun berdasarkan nilai pasar. Pendekatan nilai pasar kemungkinan merupakan salah satu pendekatan yang paling sering digunakan untuk menentukan harga perusahaan. 4. Nilai chop-shop perusahaan Pendekatan ini menekankan untuk mengidentifikasikan perusahaan yang di bawah nilai akan bernilai lebih apabila dipisahkan menjadi bagian-bagian. Pendekatan ini mengkonseptualisasikan praktik penekanan untuk membeli aktiva di bawah harga penempatan mereka. Pendekatan ini menekankan nilai perusahaan dengan berbagai segmen bisnis mereka. Pendekatan chop-shop terdiri dari tiga tahap: Tahap 1 Mengidentifikasikan berbagai segmen bisnis perusahaan dan mengkalkulasikan rasio kapitalisasi rata-rata untuk perusahaan dalam industri tersebut.

21 26 Tahap 2 Mengkalkulasikan nilai pasar teoritis di atas setiap rasio kapitalisasi Tahap 3 Rata-ratakan nilai pasar teoritis untuk menentukan nilai chopshop perusahaan. 5. Nilai sekarang/present value dari arus kas bebas di masa yang akan datang/free cash flows Dengan menggunakan pendekatan arus kas untuk penilaian merger dimaksudkan agar dapat mengestimasikan arus kas bersih incremental yang tersedia untuk menawarkan (bidding farm) sebagai hasil dari merger atau akuisisi. Nilai sekarang dari arus kas ini kemudian akan ditentukan, dan ini akan menjadi jumlah maksimum yang harus dibayar oleh perusahaan yang ditargetkan (target firm). Pembayaran awal kemudian dapat dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari merger. 2. Pendekatan menurut Standar Akuntansi Keuangan Indonesia Penggabungan usaha dalam Standar Akuntansi Keuangan Indonesia diatur dalam:

22 27 1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 22: Akuntansi Penggabungan Usaha 2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 38: Akuntansi Restrukturisasi Sepengendali Kedua pernyataan ini teleh direvisi sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan per 1 September Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 22: Akuntansi Penggabungan Usaha Ruang Lingkup 01. Pernyataan ini harus diterapkan dalam akuntansi penggabungan usaha (business combination) 02. Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan, atau alasan lainnya. Penggabungan usaha dapat berupa pembelian saham suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau pembelian aktiva neto suatu perusahaan. Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan penerbitan saham atau dengan penyerahan kas, aktiva setara kas, atau aktiva lainnya. Transaksi dapat terjadi antar-pemegang saham perusahaan yang bergabung atau antara suatu perusahaan dengan pemegang saham perusahaan lain. Penggabungan usaha dapat berupa pembentukan suatu badan usaha baru

23 28 (new enterprise) untuk mengendalikan perusahaan yang bergabung, pengalihan aktiva neto dari satu atau lebih badan usaha yang bergabung kepada badan usaha lain atau pembubaran satu atau lebih badan usaha yang bergabung. Apabila substansi dari transaksi konsisten dengan definisi penggabungan usaha dalam Pernyataan ini, maka perlakuan akuntansinya harus mengacu pada Pernyataan ini, terlepas dari bentuk hukum yang dipilih dalam melakukan penggabungan usaha. 03. Penggabungan usaha dapat menyebabkan timbulnya hubungan induk dan anak perusahaan. Dalam keadaan demikian, induk perusahaan menerapkan Pernyataan ini dalam laporan keuangan konsolidasinya. Kepemilikannya pada anak perusahaan dicatat sebagai investasi (penyertaan) pada anak perusahaan. 04. Penggabungan usaha (business combination) dapat dilakukan melalui pembelian aktiva neto, termasuk goodwill, dari badan usaha lain dan bukan pembelian saham badan usaha lain tersebut. Penggabungan usaha tersebut tidak menyebabkan timbulnya hubungan induk dan anak perusahaan. Dalam keadaan tersebut, perusahaan pengakuisisi menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan

24 29 laporan keuangannya sendiri, serta dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi. 05. Penggabungan usaha (business combination) dapat mengakibatkan terjadinya legal merger. Suatu legal merger biasanya merupakan merger dua badan usaha melalui salah satu cara berikut: (a) aset dan kewajiban dari suatu perusahaan dialihkan ke perusahaan lain dan perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan; atau (b) aset dan kewajiban dari dua atau lebih perusahaan dialihkan ke perusahaan lain dan kedua perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan. Sifat Penggabungan Usaha 09. Dalam akuntansi penggabungan usaha, substansi dari suatu akuisisi berbeda dengan penyatuan kepemilikan dan substansi transaksi tersebut perlu direfleksikan dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, metode akuntansi yang berbeda digunakan untuk masing-masing jenis penggabungan usaha tersebut di atas. Akuisisi (Acquisition) 10. Pada dasarnya, pada semua penggabungan usaha, salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh kendali atas

25 30 perusahaan lain. Pengendalian (control) diasumsikan diperoleh apabila salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh lebih dari 50% hak suara pada perusahaan lain, kecuali apabila dapat dibuktikan sebaliknya bahwa tidak terdapat pengendalian walaupun pemilikan lebih dari 50%. Meskipun salah satu dari perusahaan yang bergabung tidak memiliki lebih dari 50% hak suara pada perusahaan lain, perusahaan pengakuisisi mungkin tetap dapat diidentifikasi apabila salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh: (a) kekuasaan (power) lebih dari 50% hak suara atas perusahaan yang lain tersebut berdasarkan perjanjian dengan investor lain; (b) kekuasaan (power) untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan lain tersebut berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian; (c) kekuasaan untuk mengangkat dan memberhentikan sebagian besar anggota pengurus perusahaan yang lain tersebut; (d) kekuasaan untuk mendapatkan hak suara mayoritas dalam rapat direksi perusahaan yang lain tersebut.

26 31 Penyatuan Kepemilikan (Unity of Interest) 13. Dalam keadaan tertentu, mungkin sulit sekali mengidentifikasi pengakuisisi. Tidak ada pihak dominan yang timbul dari penggabungan tersebut, akan tetapi para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersamasama mengendalikan seluruh (atau secara efektif seluruh) aktiva neto dan operasi. Di samping itu, manajemen perusahaan-perusahaan yang bergabung menjadi bagian dari manajemen perusahaan gabungan. Akibatnya, para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama-sama berbagi risiko dan manfaat atas perusahaan gabungan tersebut. Penggabungan usaha demikian diperlakukan sebagai penyatuan kepemilikan (uniting of interest). Akuntansi untuk Akuisisi 17. Penggabungan usaha melalui akuisisi harus dipertanggungjawabkan dengan menggunakan metode pembelian. 18. Penggunaan metode pembelian untuk akuisisi suatu perusahaan dibukukan seperti pembelian asset lainnya. Hal ini dilakukan karena dalam akuisisi terjadi transaksi pengalihan asset, timbulnya kewajiban, atau penerbitan

27 32 saham dalam rangka memperoleh kendali atas asset neto dan operasi perusahaan lain. Metode pembelian menggunakan biaya perolehan (cost) sebagai dasar untuk mencatat akuisisi tersebut. Penyatuan Kepemilikan 57. Suatu kepemilikan (uniting of interest) harus dibukukan dengan menggunakan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest method). 58. Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan yang bergabung untuk periode terjadinya penggabungan tersebut dan periode perbandingan yang diungkapkan harus dimasukkan dalam laporan keuangan gabungan, seolah-olah perusahaan tersebut telah bergabung sejak permulaan periode yang disajikan tersebut. Laporan keuangan suatu perusahaan tidak boleh memasukkan adanya penyatuan kepemilikan walaupun perusahaan tersebut adalah salah satu pihak yang bergabung, apabila penyatuan kepemilikan terjadi pada suatu tanggal setelah tanggal neraca terakhir yang disajikan.

28 33 2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 38: Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali Latar Belakang 01. Sejumlah entitas usaha di Indonesia memiliki karakteristik pemilikan mayoritas dan/atau pengendalian oleh pihak yang sama, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Entitas usaha yang memiliki karakteristik seperti ini disebut entitas sepengendali. Dalam transaksi restrukturisasi entitas sepengendali tidak terjadi perubahan substansi ekonomi pemilikan, walaupun bentuk hukum (legal form) pemilikan saham atau asset kewajiban atau instrumen kepemilikan lainnya berubah. Kriteria Terdapatnya Pengendalian 07. Pengendalian dianggap ada apabila ada pihak pengendali (induk perusahaan) memiliki lebih dari 50% (lima puluh persen) hak suara pada suatu perusahaan terkendali (anak perusahaan), baik secara langsung atau tidak langsung (melalui anak perusahaan lain). 08. Walaupun suatu perusahaan memiliki hak suara 50% (lima puluh persen) atau kurang (bahkan nol persen sekalipun), pengendalian tetap dianggap ada apabila dapat dibuktikan adanya salah satu kondisi berikut:

29 34 (a) mempunyai hak suara lebih dari 50% (lima puluh persen) berdasarkan perjanjian dengan investor lain; (b) mempunyai hak untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan lain tersebut berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian; (c) kekuasaan untuk mengangkat dan memberhentikan sebagian besar anggota pengurus perusahaan yang lain tersebut; atau (d) mampu menguasai suara mayoritas dalam rapat pengurus. Sifat Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali 09. Transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali, berupa pengalihan aset, kewajiban, saham, atau instrument kepemilikan lainnya dilakukan dalam rangka reorganisasi entitas-entitas yang berada dalam suatu kelompok usaha yang sama, bukan merupakan perubahan pemilikan dalam arti substansi ekonomi, sehingga transaksi demikian tidak dapat menimbulkan laba atau rugi bagi seluruh kelompok perusahaan ataupun bagi entitas individual dalam kelompok perusahaan tersebut. 11. Entitas sepengendali akan kehilangan sifat sepengendaliannya apabila:

30 35 (a) pihak sepengendali tersebut tidak lagi menjadi sepengendali karena restrukturisasi yang dimaksudkan tidak untuk sementara waktu (temporary); atau (b) aset, kewajiban, saham atau instrument kepemilikan lainnya yang dikuasai oleh entitas sepengendali dialihkan ke entitas yang tidak sepengendali. 13. Karena transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali tidak mengakibatkan perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aset, saham, kewajiban atau instrument kepemilikan lainnya yang dipertukarkan, maka aset maupun kewajiban yang pemilikannya dialihkan (dalam bentuk hukumnya) harus dicatat sesuai dengan nilai buku seperti penggabungan usaha berdasarkan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest). 14. Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan yang direstrukturisasi untuk periode terjadinya restrukturisasi tersebut dan untuk periode perbandingan yang disajikan, harus disajikan sedemikian rupa seolah-olah perusahaan tersebut telah tergabung sejak permulaan periode yang

31 36 disajikan tersebut. Laporan keuangan suatu perusahaan tidak boleh memasukkan adanya penyatuan kepemilikan walaupun perusahaan tersebut adalah salah satu pihak yang bergabung, apabila penyatuan kepemilikan terjadi pada suatu tanggal setelah tanggal neraca terakhir disajikan. 3. Pendekatan menurut Ketentuan Perpajakan a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Pada prinsipnya dalam penentuan harga perolehan atau harga penjualan dalam ketentuan perpajakan, khususnya berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan, setiap pengalihan harta yang dilakukan oleh Wajib Pajak harus menggunakan nilai pasar. Akan tetapi untuk menyelaraskan dengan kebijakan-kebijakan lain di bidang ekonomi, sosial, investasi, moneter serta kebijakan-kebijakan lainnya, khususnya dalam rangka penggabungan usaha, dalam hal ini merger dimungkinkan untuk menggunakan nilai lain dengan ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang Nomor Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

32 37 200, yaitu: Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan. b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.04/198 dan Peraturan Pelaksanaannya Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.04/1998 pengertian dari penggabungan usaha adalah penggabungan dari dua badan usaha atau lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu badan usaha dan melikuidasi badan usaha lainnya yang menggabung. Penggabungan usaha dapat berbentuk: a. Bentuk Umum Penggabungan Usaha (Basic Merger) 1) Semua aktiva, kecuali uang kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham yang tidak setuju, dan utang dari satu badan usaha atau lebih dialihkan kepada badan usaha lainnya; 2) Para pemegang saham dari badan usaha yang mengalihkan harta tersebut yang setuju dengan penggabungan usaha menjadi pemegang saham dari badan usaha yang menerima pengalihan harta;

33 38 3) Badan usaha yang mengalihkan harta tersebut menghentikan kegiatan usahanya dan digabung ke dalam badan usaha yang menerima pengalihan harta. b. Penggabungan ke Induk Perusahaan (Upstream Merger) 1) Sebelum penggabungan induk perusahaan telah memiliki saham pada anak perusahaan 2) Semua aktiva kecuali uang kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham yang tidak setuju, dan utang anak perusahaan dialihkan kepada induk perusahaan; 3) Para pemegang saham minoritas dari anak perusahaan dapat memilih menjadi pemegang saham dari induk perusahaan atau menukarkan sahamnya pada anak perusahaan dengan uang tunai; 4) Anak perusahaan menghentikan kegiatan usahanya dan digabung ke dalam induk perusahaan; 5) Induk perusahaan adalah badan penerima pengalihan dan anak perusahaan adalah badan usaha yang mengalihkan. c. Penggabungan Usaha ke Anak Perusahaan (Downstream Merger) 1) Sebelum penggabungan, induk perusahaan memiliki saham pada anak perusahaan;

34 39 2) Semua aktiva, kecuali uang kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham yang tidak setuju, dan utang perusahaan induk dialihkan kepada anak perusahaan; 3) Induk perusahaan menghentikan kegiatan usahanya dan digabung ke dalam anak perusahaan; 4) Induk perusahaan adalah badan usaha yang mengalihkan hartanya dan anak perusahaan adalah badan usaha yang menerima pengalihan. d. Penggabungan Usaha Horizontal (Brother-Sister Merger) 1) Sebelum penggabungan pemegang saham yang sama memiliki saham pada badan usaha yang menerima pengalihan harta dan pada badan usha yang mengalihkan harta. Kedua badan usaha tersebut merupakan badan-badan usaha yang setara tingkatannya; 2) Semua aktiva, kecuali uang kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham yang tidak setuju, dan utang dari badan usaha yang mengalihkan harta dialihkan kepada badan usaha yang menerima pengalihan harta (dengan atau tanpa penerbitan saham baru); 3) Badan usaha yang mengalihkan harta menghentikan kegiatan usahanya dan digabung ke dalam badan usaha yang menerima pengalihan harta.

35 40 c. Karakteristik Wajib Pajak yang Melakukan Penggabungan, Peleburan dan Pemekaran Usaha No. Bentuk Merger Aktiva Pemegang Saham Badan Usaha 1. Bentuk Umum Semua aktiva Pemegang saham Badan usaha Penggabungan kecuali uang dari Approving yang Usaha (Basic kas kepada Shareholders mengalihkan Merger) disapproving menjadi harta shareholders pemegang saham mengehntikan dan hutang dari badan usaha yang kegiatan transferor menerima digabung ke company pengalihan harta dalam badan dialihkan ke usaha yang acquiring menerima company pengalihan harta 2. Penggabungan Semua aktiva Pemegang saham Anak perusahaan usaha ke induk kecuali uang minoritas dari menghentikan perusahaan kas kepada anak perusahaan kegiatan usaha (Upstream disapproving dapat memilih gabung ke induk Merger) shareholders menjadi perusahaan dan uang anak dialihkan pemegang saham induk perusahaan

36 41 kepada induk atau menukarkan perusahaan sahamnya pada anak perusahaan dengan uang tunai 3. Penggabungan Semua aktiva Pemegang saham Induk usaha ke anak kecuali uang induk perusahaan perusahaan perusahaan kas kepada yang setuju menghentikan (downstream disapproving menjadi kegiatan usaha merger) shareholders pemegang saham gabung ke anak dan hutang anak perusahaan perusahaan induk dialihkan pada anak perusahaan 4. Penggabungan Semua aktiva Badan usaha usaha horizontal kecuali uang yang (brother-sister kas kepada mengalihkan merger) disapproving shareholders harta menghentikan dan hutang kegiatan usaha yang digabung ke

37 42 mengalihkan yang menerima harta kepada pengalihan harta yang menerima harta atau (dengan tanpa penerbitan saham baru) 5. Peleburan usaha Semua aktiva Pemegang saham Badan usaha (Consolidation) kecuali uang masing-masing yang kas kepada yang setuju mengalihkan disapproving shareholders (approving shareholders) harta menghentikan dan hutang dari menjadi kegiatan usaha transferor pemegang saham dilebur menjadi companies badan yang badan usaha dialihkan pada menerima yang baru acquiring pengalihan harta company 6. Pemekaran Usaha (Expansion) Induk perusahaan tetap melakukan

38 43 usahanya dengan harta tersisa, yang anak perusahaan melakukan usaha barunya dengan harta yang dialihkan d. Badan Usaha yang Melakukan Pengalihan Harta (Transferor Company) Perlakuan perpajakan terhadap badan usaha yang melakukan pengalihan harta (transferor company) adalah sebagai berikut: 1. Transferor company tidak memperoleh keuntungan atau kerugian sebagai akibat pengalihan harta. Badan usaha yang melakukan pengalihan harta tersebut tidak terutang PPh, termasuk PPh sebesar 5% atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan. 2. Atas pengalihan harta dalam rangka penggabungan atau peleburan usaha tidak terutang PPN, demikian juga tidak harus melunasi PPN yang ditunda pengenaannya berdasarkan fasilitas master list.

39 44 3. Apabila sebelum dilakukan penggabungan atau peleburan usaha antara transferor company dan acquiring company satu sama lainnya mempunyai hubungan hutang-piutang maka tidak ada penghasilan maupun biaya yang timbul sebagai akibat kompensasi timbal balik. 4. Tahun pajak terakhir bagi badan usaha yang melakukan pengalihan harta akan berakhir pada tanggal berlakunya penggabungan atau peleburan usaha. 5. Apabila transferor company mempunyai kerugian fiskal tahuntahun yang lalu pada tahun pajak terakhirnya, dan telah melakukan penilaian kembali aktiva tetapnya, atas sisa kerugian fiskal yang masih ada setelah diperhitungkan dengan penghasilan tahun pajak terakhir dapat dialihkan kepada acquiring company, sepanjang syarat sebagai berikut terpenuhi: a) Pada saat penggabungan atau peleburan usaha yang dilakukan transferor company masih aktif menjalankan usahanya. b) Sekurang-kurangnya untuk kurun waktu 2 tahun setelah penggabungan atau peleburan usaha acquiring company masih tetap aktif menjalankan kegiatan usahanya.

40 45 6. Kewajiban perpajakan transferor company akan dilakukan seperti berikut ini: a) Umumnya akan dilimpahkan kepada acquiring company. b) Apabila metode pembukuannya berbeda maka Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Pajak (DJP) akan menentukan metode pembukuan mana yang harus diikuti. c) Permohonan restitusi akan diakui oleh acquiring company dengan cara mengajukan kembali. d) Fasilitas perpajakan yang pernah diterima transferor company seperti izin pemusatan PPN dan PPh pasal 21, dan fasilitas untuk eksportir (KAPET, PET dan KB), NPWP, PKP tidak dipindahkan ke acquiring company. e) Semua kredit pajak dapat diperlakukan sebagai kredit pajak acquiring company. 7. Pemegang saham transferor company (kecuali pemegang saham yang tak setuju atau disapproving shareholders) hanya menerima saham dari acquiring company sehingga para pemegang saham tersebut tidak memperoleh keuntungan atau kerugian dengan mencatat harga saham baru yang diperolehnya sebesar nilai buku saham lama.

41 46 e. Badan usaha yang menerima pengalihan harta (Acquiring Company) Perlakuan perpajakan terhadap badan usaha yang menerima pengalihan harta (acquiring company) adalah sebagai berikut: 1. Acquiring company tidak memperoleh keuntungan atau kerugian sebagai akibat penerimaan harta dari transferor company. 2. Acquiring company dapat diberikan pengurangan BPHTB sebesar 100%. 3. Acquiring company harus mencatat nilai harta yang diterima berdasarkan nilai buku yang sama sebagaimana yang tercatat terakhir pada pembukuan transferor company. 4. Acquiring company tetap menyusut atau mengamortisasi aktiva tetapnya sepanjang sisa masa manfaat yang sama dengan transferor company seandainya tidak terjadi penggabungan atau peleburan usaha. Penyusutan atau amortisasi tahun terakhir sebesar prorate berdasar jumlah bulan yang tercakup. 5. Apabila setelah penggabungan atau peleburan, acquiring company mengalami penurunan penghasilan, maka dapat mengajukan pengurangan angsuran PPh pasal Acquiring company pada Brother-sister merger tidak menerbitkan saham baru. Nilai buku setiap lembar saham transferor company akan ditambahkan kepada setiap lembar saham baru acquiring company.

42 47 f. Penggabungan atau peleburan usaha dengan menggunakan nilai buku Tata cara untuk dapat melakukan penggabungan atau peleburan usaha dengan menggunakan nilai buku antara lain seperti berikut ini: 1. Wajib Pajak mengajukan kepada Direktorat Jenderal Pajak dan melunasi hutang pajak dari tiap badan usaha yang terkait. 2. Wajib Pajak yang melakukan penggabungan atau peleburan usaha dengan menggunakan nilai buku, tidak boleh mengalihkan kerugian/sisa kerugian badan usaha lama, kecuali: a) Wajib Pajak tersebut melakukan revaluasi aktiva tetapnya terlebih dahulu. b) Masih aktif menjalankan usahanya. c) Wajib Pajak yang menerima penggabungan usaha atau wajib pajak hasil peleburan usaha harus aktif menjalankan usaha sekurang-kurangnya sampai dengan 2 tahun setelah selesainya proses penggabungan atau peleburan usaha. 3. Jumlah angsuran pajak penghasilan pasal 25 yang dilakukan dalam tahun pajak berjalan tidak boleh lebih kecil dari jumlah angsuran yang wajib dibayar oleh pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan. 4. Pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan dari Wajib Pajak yang melakukan pengalihan harta dalam rangka

43 48 penggabungan atau peleburan usaha dengan menggunakan nilai buku, dikecualikan dari pengenaan PPh sebagaimana ketentuan PP nomor 48 tahun 1994 dan PP nomor 27 tahun 1996 tentang pembayaran PPh atas pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terpisah (PSAK 22, 2010). Baker, Lembke, dan King (2010) mendefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terpisah (PSAK 22, 2010). Baker, Lembke, dan King (2010) mendefinisikan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Merger dan Akuisisi Pada prinsipnya, merger dan akuisisi merupakan penggabungan atas pengendalian kepemilikan dua atau lebih perusahaan yang

Lebih terperinci

PERTEMUAN 1 PENGGABUNGAN USAHA

PERTEMUAN 1 PENGGABUNGAN USAHA PERTEMUAN 1 PENGGABUNGAN USAHA A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penggabungan usaha. Anda harus mampu menjelaskan: 1.1 Pengertian penggabungan usaha 1.2 Sifat penggabungan usaha

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisa Perlakuan Akuntansi pada Penggabungan Usaha

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisa Perlakuan Akuntansi pada Penggabungan Usaha BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Perlakuan Akuntansi pada Penggabungan Usaha 1. Bentuk Penggabungan Usaha Penggabungan usaha yang dilakukan oleh PT MB Tbk, PT KS, PT MS dan PT TS, merupakan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 1 & 2 PENGGABUNGAN USAHA

PERTEMUAN 1 & 2 PENGGABUNGAN USAHA PERTEMUAN 1 & 2 PENGGABUNGAN USAHA Penggabungan Usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha. Penggabungan entitas usaha yang terpisah adalah suatu alternatif perluasan secara internal melalui akuisisi

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERPAJAKAN AKUNTANSI PAJAK ATAS PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PEMEKARAN USAHA

AKUNTANSI PERPAJAKAN AKUNTANSI PAJAK ATAS PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PEMEKARAN USAHA AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id AKUNTANSI PAJAK ATAS PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PEMEKARAN USAHA Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,

Lebih terperinci

AKUISISI ANTARPERUSAHAAN DAN INVESTASI PADA ENTITAS LAIN

AKUISISI ANTARPERUSAHAAN DAN INVESTASI PADA ENTITAS LAIN AKUISISI ANTARPERUSAHAAN.. DAN INVESTASI PADA ENTITAS LAIN PERKEMBANGAN STRUKTUR USAHA KOMPLEKS Kompleksitas lingkungan usaha timbul karena: a. Perusahaan menjalankan usaha lintas negara b. Sistem hukum

Lebih terperinci

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 2. PENGAMPU Nugraeni

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 2. PENGAMPU Nugraeni AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 2 PENGAMPU Nugraeni PENGGABUNGAN USAHA DEFINISI Dalam PSAK No. 22 paragraf 8 disebutkan bahwa : Penggabungan usaha (Business Combination) adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN A. Kajian Pustaka 1. Restrukturisasi Perusahaan Menurut Williamson (2010), ada empat filsafat yang selalu dibahas beberapa akademisi mengapa melakukan tindakan

Lebih terperinci

Akuntansi Keuangan Lanjutan Dy Ilham Satria, SE,. M. Si

Akuntansi Keuangan Lanjutan Dy Ilham Satria, SE,. M. Si Modul Akuntansi Keuangan Lanjutan 2 2016, SE,. M. Si DAFTAR ISI BAB 1 Penggabungan Usaha 1 BAB 2 Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk & Anak 14 BAB 3 Laporan Keuangan Konsolidasi Dengan Metode

Lebih terperinci

ASPEK PERPAJAKAN DALAM RANGKA MERGER DAN AKUISISI

ASPEK PERPAJAKAN DALAM RANGKA MERGER DAN AKUISISI ASPEK PERPAJAKAN DALAM RANGKA MERGER DAN AKUISISI Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Perpajakan yang dibina oleh Bapak Nengah Oleh : Dio Rahadian Pam 115030400111003 Damayka Amandasari

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE BY PURCHASE DAN POOLING OF INTEREST DALAM RANGKA PENGGABUNGAN USAHA (BUSINESS COMBINATION) DAN EFEKNYA TERHADAP PAJAK PENGHASILAN

PENGGUNAAN METODE BY PURCHASE DAN POOLING OF INTEREST DALAM RANGKA PENGGABUNGAN USAHA (BUSINESS COMBINATION) DAN EFEKNYA TERHADAP PAJAK PENGHASILAN Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 1, No. 2, Nopember 1999: 132-143 132 PENGGUNAAN METODE BY PURCHASE DAN POOLING OF INTEREST DALAM RANGKA PENGGABUNGAN USAHA (BUSINESS COMBINATION) DAN EFEKNYA TERHADAP PAJAK

Lebih terperinci

PENGGABUNGAN BADAN USAHA (MERGER DAN AKUISISI)

PENGGABUNGAN BADAN USAHA (MERGER DAN AKUISISI) PENGGABUNGAN BADAN USAHA (MERGER DAN AKUISISI) DEFINISI PENGGABUNGAN BADAN USAHA usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomi, sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Akuisisi Akuisisi dalam terminologi bisnis diartikan sebagai proses pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau asset suatu perusahaan lain, dan dalam

Lebih terperinci

Merger dan Akuisisi Pengertian Merger dan Akuisisi Merger Akuisisi Jenis-jenis Merger dan Akusisi a. Merger b. Konsolidasi c.

Merger dan Akuisisi Pengertian Merger dan Akuisisi Merger Akuisisi Jenis-jenis Merger dan Akusisi a. Merger b. Konsolidasi c. 1 Merger dan Akuisisi Barangkali kegiatan yang memperoleh perhatian besar dari masyarakat adalah pada waktu suatu perusahaan mengambil alih (melakukan akuisisi) perusahaan lain, atau penggabungan (merger

Lebih terperinci

TERJEMAHAN DIKTAT AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN BAGIAN 1

TERJEMAHAN DIKTAT AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN BAGIAN 1 TERJEMAHAN DIKTAT AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN BAGIAN 1 PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2007 Bagian 1 PENGGABUNGAN

Lebih terperinci

PENGGABUNGAN BADAN USAHA (BUSINESS COMBINATION)

PENGGABUNGAN BADAN USAHA (BUSINESS COMBINATION) PENGGABUNGAN BADAN USAHA (BUSINESS COMBINATION) DEFINISI PENGGABUNGAN BADAN USAHA Konsep Akuntansi dari penggabungan usaha direfleksikan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 22, tentang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Aspek Akuntansi PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) dan PT Indosiar Karya Media (IDKM) menerapkan PSAK 38 (revisi 2012): Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Penggabungan Usaha. Menurut Floyd (2004), bahwa penggabungan usaha (business combination)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Penggabungan Usaha. Menurut Floyd (2004), bahwa penggabungan usaha (business combination) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Penggabungan Usaha Menurut Floyd (2004), bahwa penggabungan usaha (business combination) adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian dunia. Sebagai akibat dari kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian dunia. Sebagai akibat dari kemajuan teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan era kemajuan komunikasi, teknologi, dan informasi. Dimana kemajuan tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam perkembangan ekonomi saat ini, banyak perusahaan yang melakukan penggabungan perusahaan untuk meningkatkan kinerja dan keuntungan mereka. Penggabungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain atau lebih menjadi satu entitas akuntansi dan entitas yang baru tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain atau lebih menjadi satu entitas akuntansi dan entitas yang baru tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu kombinasi bisnis dapat terjadi apabila suatu perusahaan bergabung dengan satu perusahaan lain atau lebih menjadi satu entitas akuntansi dan entitas yang baru

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Penggabungan Usaha Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan menegmbangkan perusahaan. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENGARUH MERGER TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PT.PEMBANGUNAN JAYA ANCOL Tbk.

PENGARUH MERGER TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PT.PEMBANGUNAN JAYA ANCOL Tbk. PENGARUH MERGER TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PT.PEMBANGUNAN JAYA ANCOL Tbk. BIONARDI FERDIYANSAH. 20205233 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2009 ABSTRAKSI Penggabungan usaha dalam

Lebih terperinci

Ekspansi: Merger 1 BAB 12 EKSPANSI: MERGER

Ekspansi: Merger 1 BAB 12 EKSPANSI: MERGER Ekspansi: Merger 1 BAB 12 EKSPANSI: MERGER Ekspansi: Merger 2 EKSPANSI Ekspansi atau perluasan usaha dapat dilakukan secara internal atau eksternal. Perusahaan dikatakan melakukan ekspansi internal jika

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 PENGGABUNGAN USAHA

PERTEMUAN 2 PENGGABUNGAN USAHA PERTEMUAN 2 PENGGABUNGAN USAHA A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penggabungan usaha. Anda harus mampu menjelaskan: 2.1 Bentuk dan jenis penggabungan usaha 2.2 Persoalan yang

Lebih terperinci

03 Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:

03 Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: 0 PENDAHULUAN Latar Belakang Sejumlah entitas usaha di Indonesia memiliki karakteristik pemilikan mayoritas dan atau pengendalian oleh pihak yang sama, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Entitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat persaingan antar perusahaan pun semakin tinggi dan pada akhirnya menjadi suatu tuntutan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ketentuan Undang-Undang Dasar Koperasi harus diberi. yang seluas-luasnya dan ditingkatkan pembinaannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ketentuan Undang-Undang Dasar Koperasi harus diberi. yang seluas-luasnya dan ditingkatkan pembinaannya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Koperasi Koperasi merupakan salah satu bentuk usaha yang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945. Koperasi harus diberi kesempatan yang seluas-luasnya dan

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan Lanjutan TIMKEN COMPANY CASE. Christian Fernando Hesti Sri Budiastuti Ketut Sonya Adnyani M. Ariffudin Muchlis

Manajemen Keuangan Lanjutan TIMKEN COMPANY CASE. Christian Fernando Hesti Sri Budiastuti Ketut Sonya Adnyani M. Ariffudin Muchlis Manajemen Keuangan Lanjutan TIMKEN COMPANY CASE Christian Fernando Hesti Sri Budiastuti Ketut Sonya Adnyani M. Ariffudin Muchlis Bentuk Dasar Akuisisi Pada kasus The Timken Company ini, akuisisi lebih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

Bab 11 JOINT VENTURES (USAHA BERSAMA)

Bab 11 JOINT VENTURES (USAHA BERSAMA) Bab 11 JOINT VENTURES (USAHA BERSAMA) Untuk perusahaan asing di Indonesia yang ingin melakukan usaha bersama, maka dapat dilakukan dengan cara sbb : 1. Joint Operation; 2. Merger, Akuisisi dan Likuidasi;

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan Bank Perkreditan Rakyat

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERPAJAKAN DAMPAK TAX AMNESTY TERHADAP PELAPORAN KEUANGAN SESUAI DENGAN PSAK 70

AKUNTANSI PERPAJAKAN DAMPAK TAX AMNESTY TERHADAP PELAPORAN KEUANGAN SESUAI DENGAN PSAK 70 AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: DAMPAK TAX AMNESTY TERHADAP PELAPORAN KEUANGAN SESUAI DENGAN PSAK 70 Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,

Lebih terperinci

Bab 6 Mengukur dan Mengendalikan Aset yang Dikelola Dosen Pengampu: Dhyah Setyorini, M.Si., Ak.

Bab 6 Mengukur dan Mengendalikan Aset yang Dikelola Dosen Pengampu: Dhyah Setyorini, M.Si., Ak. Management Control Systems Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan Bab 6 Mengukur dan Mengendalikan Aset yang Dikelola Dosen Pengampu: Dhyah Setyorini, M.Si., Ak. 1 Tingkat pengembalian investasi (ROI)

Lebih terperinci

Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Investasi

Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Investasi LAMPIRAN 2 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE- 02 /PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002 Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan mempunyai harta (aktiva) untuk mendukung kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan mempunyai harta (aktiva) untuk mendukung kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan mempunyai harta (aktiva) untuk mendukung kegiatan usahanya. Aktiva itu dibagi menjadi dua yaitu: aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva

Lebih terperinci

PENERAPAN PSAK NO.4 SERTA RELEVANSI PSAK NO. 15 DAN 22 DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI

PENERAPAN PSAK NO.4 SERTA RELEVANSI PSAK NO. 15 DAN 22 DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI ISSN 0000-0000 PENERAPAN PSAK NO.4 SERTA RELEVANSI PSAK NO. 15 DAN 22 DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Akhmad Riduwan *) ABSTRAK Penyusunan laporan keuangan konsolidasi diatur dalam Pernyataan

Lebih terperinci

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASI Per (Tidak Diaudit) ASET 31 Desember 2010 ASET LANCAR Kas dan Setara Kas Piutang Usaha Pihak Ketiga Piutang Lainlain Pihak Ketiga Persediaan Bersih Biaya Dibayar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan, baik perusahaan dagang, industri,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan, baik perusahaan dagang, industri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiap perusahaan, baik perusahaan dagang, industri, maupun jasa mempunyai tujuan untuk memperoleh laba. Pengembangan perusahaan merupakan

Lebih terperinci

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK Copyright (C) 2000 BPHN PP 28/1999, MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK *36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

Lebih terperinci

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN MEMBACA LAPORAN KEUANGAN Denny S. Halim Jakarta, 31 Juli 2008 1 Outline Pengertian Akuntansi Proses Akuntansi Laporan Keuangan Neraca Laporan Rugi Laba Laporan Arus Kas Pentingnya Laporan Keuangan Keterbatasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. perusahaan. Pada pokoknya laporan keuangan ditujukan kepada pihak-pihak di

BAB II LANDASAN TEORITIS. perusahaan. Pada pokoknya laporan keuangan ditujukan kepada pihak-pihak di BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan perusahaan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dari suatu

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN. ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN (Skripsi) OLEH Nama : Veronica Ratna Damayanti NPM : 0641031138 No Telp :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejenis. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu memperbaiki kelemahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sejenis. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu memperbaiki kelemahan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah Perusahaan dalam melakukan kegiatannya pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utama suatu perusahaan adalah mencapai laba yang maksimal serta

Lebih terperinci

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK Pembukuan menurut UU Pajak Dalam Pasal 28 ayat (7) UU KUP disebutkan: Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Munawir (2010; 96) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi- transaksi tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2007:3) adalah semua aktivitas

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2007:3) adalah semua aktivitas BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2007:3) adalah semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Konsolidasi : Dengan Metode Ekuitas

Laporan Keuangan Konsolidasi : Dengan Metode Ekuitas Laporan Keuangan Konsolidasi : Dengan Metode Ekuitas Apabila saham perusahaan anak diperoleh, maka harga pokok perolehan saham ini dicatat dalam perkiraan investasi. Sesudah itu, perusahaan induk dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini. Pada awalnya, peristiwa akuisisi hanya terbatas pada kalangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini. Pada awalnya, peristiwa akuisisi hanya terbatas pada kalangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Akuisisi telah menjadi topik populer dalam beberapa tahun terakhir ini. Pada awalnya, peristiwa akuisisi hanya terbatas pada kalangan komunitas pelaku bisnis,

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. PENURUNAN NILAI AKTIVA Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Konsolidasi Pemilikan Anak Perusahaan

Laporan Keuangan Konsolidasi Pemilikan Anak Perusahaan Laporan Keuangan Konsolidasi Pemilikan Anak Perusahaan INVESTASI PADA PERUSAHAAN MELALUI PEMILIKAN SAHAM Perusahaan yang menguasai sebagai besar saham perusahaan lain (>50%) akan menduduki posisi kontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di semua sektor, baik sektor yang sama maupun sektor yang berbeda. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. di semua sektor, baik sektor yang sama maupun sektor yang berbeda. Kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi sekarang ini, kemajuan teknologi komputer dan komunikasi yang semakin canggih telah menciptakan persaingan yang ketat antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1. Definisi Aset Tetap Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 68), aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu strategi yang dapat dilakukan perusahaan dalam. yang dapat dilakukan baik dalam bentuk ekspansi internal maupun ekspansi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu strategi yang dapat dilakukan perusahaan dalam. yang dapat dilakukan baik dalam bentuk ekspansi internal maupun ekspansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era pasar bebas, persaingan usaha di antara perusahaanperusahaan yang ada semakin erat. Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA No.45, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Prospektus. Efek Bersifat Ekuitas. Bentuk dan Isi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6029) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Kosolidasi Perolehan Perusahaan Anak

Laporan Keuangan Kosolidasi Perolehan Perusahaan Anak Laporan Keuangan Kosolidasi Perolehan Perusahaan Anak Dalam bab sebelumnya membahas tentang kombinasi pengendalian dan kesatuan usaha melalui peleburan atau konsolidasi. Di samping itu, pengendalian melalui

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) MATA KULIAH: AKUNTANSI PERPAJAKAN (EKA 403)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) MATA KULIAH: AKUNTANSI PERPAJAKAN (EKA 403) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) MATA KULIAH: AKUNTANSI PERPAJAKAN (EKA 403) Oleh : Rahmat Kurniawan, SE, MA, Ak PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERISTAS ANDALAS RENCANA

Lebih terperinci

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) DAN PMK No. 79 TAHUN 2008 TENTANG ASET TETAP PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) DAN PMK No. 79 TAHUN 2008 TENTANG ASET TETAP PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) DAN PMK No. 79 TAHUN 2008 TENTANG ASET TETAP PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA Evi Maria Staf Pengajar Program Profesional - Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Teori Modigliani Miller (MM) Teori struktur modal modern dimulai pada tahun 1958, ketika Profesor Franco Modigliani dan Merton Miller (MM) menerbitkan apa yang

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI PENGENALAN ASET LANCAR aset lancar merupakan sumber daya atau klaim atas sumber daya yang langsung dapat diubah menjadi kas, biasanya dalam jangka waktu siklus operasi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap neraca dan laporan laba-rugi PT Astra Otoparts Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan sangat penting dalam semua jenis perusahaan, termasuk bank dan lembaga keuangan lainnya, serta perusahaan industri dan retail. Manajemen

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM RANGKA PEMBELIAN KREDIT OLEH BANK DARI BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kegiatan

Lebih terperinci

MANAGEMEN KEUANGAN USAHA Oleh: Endra Murti Sagoro

MANAGEMEN KEUANGAN USAHA Oleh: Endra Murti Sagoro 1 MANAGEMEN KEUANGAN USAHA Oleh: Endra Murti Sagoro Pendahuluan Managemen keuangan memiliki peran dalam kehidupan perusahaan ditentukan oleh perkembangan ekonomi kapitalisma. Pada awal lahirnya kapitalisma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu, dengan skripsi yang disusun oleh Sari (2007) pada PG Kebon Agung Malang. Kesimpulan yang didapat dari penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

PSAK 21 Akuntansi Ekuitas (Accounting for Equity)

PSAK 21 Akuntansi Ekuitas (Accounting for Equity) PSAK 21 Akuntansi Ekuitas (Accounting for Equity) Akuntansi Ekuitas 9. Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa seingga memberikan informasi mengenai sumbernya

Lebih terperinci

Materi 14 MERGER DAN AKUISISI RESTRUKTURISASI, REORGANISASI, DAN LIKUIDASI

Materi 14 MERGER DAN AKUISISI RESTRUKTURISASI, REORGANISASI, DAN LIKUIDASI Materi 14 MERGER DAN AKUISISI RESTRUKTURISASI, REORGANISASI, DAN LIKUIDASI 1 MERGER DAN AKUISISI INTERN MERGER & AKUISISI EKSPANSI USAHA Menambah Kapasitas Pabrik Menambah Unit Produksi Menambah Divisi

Lebih terperinci

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD SOSIALISASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU Jakarta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir suatu proses kegiatan pencatatan akuntansi yang merupakan suatu

Lebih terperinci

2017, No Peleburan, atau Pemekaran Usaha sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

2017, No Peleburan, atau Pemekaran Usaha sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.586, 2017 KEMENKEU. Penggabungan, Peleburan, Pemekaran, atau Pengambilalihan Usaha. Nilai Buku atas Pengalihan dan Perolehan Harta. Penggunaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-11 Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Arumsarri, Yoshe STIE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usaha Penggabungan usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha yang sebelumnya terpisah, meskipun tujuan utama penggabungan usaha adalah profitabilitas, penggabungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (Agency Theory) menyebutkan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk mencapai laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk mencapai laba BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aset Tetap Pada dasarnya tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk mencapai laba yang diinginkan dengan menggunakan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan. Untuk

Lebih terperinci

FITRI NILAM SARI B

FITRI NILAM SARI B PENGARUH PENGUMUMAN AKUISISI TERHADAP ABNORMAL RETURN SAHAM PERUSAHAAN PENGAKUISISI DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN

PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN Perusahaan dapat mengalami kesulitan keuangan karena berbagai sebab antara lain: 1. Mengalami kerugian operasi terus menerus 2. Kredit pelanggan yang mengalami kemunduran

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DAN PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM EFEK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dalam menjalankan kelangsungan hidup perusahaan, berikut beberapa pendapat mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah organisasi yang umumnya mempunyai kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang dibebankan kepadanya. Biasanya di samping mencari laba, tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Sesuai dengan Undang-Undang No.20 tahun 2008 pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan yang terus menerus (going concern) dan tanggung jawab sosial

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan yang terus menerus (going concern) dan tanggung jawab sosial 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laba atau profit merupakan salah satu tujuan utama berdirinya setiap badan usaha. Tanpa diperolehnya laba, perusahaan tidak dapat memenuhi tujuan lainnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Analisis Pengertian analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Yuniarsih dan Suwatno (2008:98) adalah: Analisis adalah penguraian suatu pokok atas

Lebih terperinci

INVESTASI JANGKA PANJANG. Rini Handayani, SE.,M.Si STIE Atma Bhakti Surakarta

INVESTASI JANGKA PANJANG. Rini Handayani, SE.,M.Si STIE Atma Bhakti Surakarta INVESTASI JANGKA PANJANG Rini Handayani, SE.,M.Si STIE Atma Bhakti Surakarta ORGANISASI BISNIS Perorangan Persekutuan Perseroan Toko Kelontong Pengrajin tempe Firma CV Sekt. Publik Sekt.Swasta PERSEORANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuisisi Berasal dari kata acquisition (Latin) dan acquisition (Inggris), makna harfiah akuisisi adalah membeli atau mendapatkan sesuatu atau obyek untuk ditambahkan pada sesuatu

Lebih terperinci

Sambutan Program Studi Magister Akuntansi (MAKSI) Universitas Indonesia vii. Kata Pengantar Penerbit xi. lg,ioft I '.ftcjohuluoft

Sambutan Program Studi Magister Akuntansi (MAKSI) Universitas Indonesia vii. Kata Pengantar Penerbit xi. lg,ioft I '.ftcjohuluoft AKUNTANSI '!!7 ~ Daftar lsi Sambutan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia v Sambutan Program Studi Magister Akuntansi (MAKSI) Universitas Indonesia vii Kata Pengantar ix Kata Pengantar Penerbit

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IKATAN AKUNTAN INDONESIA PSAK No. 38 Akutansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 38 tentang Akutansi Restrukturisasi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan PT MMS didirikan di Jakarta berdasarkan Akta No.14 tanggal 4 Oktober 1989 dari Notaris Winnie Hadiprojo, SH., notaris

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Munawir (2010:2) mengungkapkan bahwa: Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Pengertian Manajemen menurut James A.F. Stoner adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, keepemimpinan dan pengendalian upaya dari anggota organisasi

Lebih terperinci

MATERI KE 7 PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN

MATERI KE 7 PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN MATERI KE 7 PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN Perusahaan dapat mengalami kesulitan keuangan karena berbagai sebab antara lain: 1. Mengalami kerugian operasi terus menerus 2. Kredit pelanggan yang mengalami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori - teori 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi a. Pengertian Konvergensi Konvergensi dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menyatukan pandangan/ perspektif

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANGNOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi pada masa yang akan datang. Tujuan utama kegiatan investasi

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi pada masa yang akan datang. Tujuan utama kegiatan investasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan sejumlah dana selama periode tertentu dengan harapan memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii Peraturan Gubernur

Lebih terperinci

BAB 1 AKUNTANSI DAN LINGKUNGANNYA

BAB 1 AKUNTANSI DAN LINGKUNGANNYA 1.1.Jenis-Jenis Perusahaan BAB 1 AKUNTANSI DAN LINGKUNGANNYA Perusahaan adalah sebuah organisasi yang beroperasi dengan tujuan menghasilkan keuntungan, dengan cara menjual produk (barang dan Jasa) kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tiga tujuan utama yaitu kelanjutan hidup perusahaan (going concern),

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tiga tujuan utama yaitu kelanjutan hidup perusahaan (going concern), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada kebanyakan perusahaan yang merupakan organisasi bisnis umumnya memiliki tiga tujuan utama yaitu kelanjutan hidup perusahaan (going concern), laba dalam

Lebih terperinci