BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN KARIR. Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa remaja

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN KARIR. Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa remaja"

Transkripsi

1 12 BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN KARIR A. Kematangan Karir Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa remaja memiliki kesiapan dalam menentukan pilihan-pilihan karir yang tepat. Kesiapan individu dalam menentukan pilihan-pilihan karir tersebut dikenal sebagai kematangan karir. Super berpendapat bahwa penyelesaian tugas-tugas yang sesuai pada setiap tahapan merupakan indikasi kematangan karir (career maturity). Super (Salwa, 2008: 20) konsep kematangan karir menunjukkan tingkat perkembangan karir, tahap yang dicapai pada kontinum perkembangan karir dari tahap eksplorasi sampai tahap kemunduran. Kematangan karir dapat dipandang sebagai umur karir, yang secara konseptual sama dengan umur mental. Selain itu, kematangan karir juga merupakan konsep utama dari teori Super (Life Span Theory), dinyatakan dalam keberhasilannya menyempurnakan antara usia dan tahap-tahap dalam tugas perkembangan melewati rentang kehidupan. Kematangan karir sebagai bagian dari perkembangan karir adalah proses yang berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Kematangan karir dapat dilihat sebagai proses dan hasil. Kematangan karir sebagai proses mengacu kepada bagaimana individu menentukan, membuat pilihan atau keputusan dan bagaimana individu mengkombinasikan antara kondisi dirinya dengan lingkungan. Sedangkan kematangan karir sebagai hasil mengacu kepada apa yang telah dicapai individu, apakah dia mantap atau tidak dengan pilihan atau keputusan yang telah dipilihnya.

2 13 Dillard (1985: 32) menyatakan bahwa kematangan karir merupakan sikap individu dalam membuat keputusan karir yang ditampakkan oleh tingkat konsistensi pilihan karir dalam suatu periode tertentu. Supriatna (2009: 45) mengemukakan bahwa kematangan mempunyai arti kesiapan siswa untuk membuat keputusan-keputusan karir dengan tepat yang subtansinya mencakup dimensi kognitif dan non-kognitif. Dimensi kognitif terdiri dari aspek (1) pengetahuan tentang informasi dunia kerja (world-of-work information), (2) pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai (knowledge of preferred occupational group), dan (3) pengetahuan tentang membuat keputusan (decision making). Dimensi non-kognitif terdiri atas (1) perencanaan karir (career planning), (2) eksplorasi karir (career exploration), dan (3) realisme keputusan karir (realism). Dimensi-dimensi tersebut oleh Super dinamakan Career Development Inventory (CDI). Gribbons & Lohnes (Supraptono, 1994: 18) menjelaskan bahwa kematangan karir lebih luas dari sekedar pemilihan pekerjaan karena akan melibatkan kemampuan individu baik dalam membuat keputusan maupun aktivitas perencanaan. Westbrook, dkk (1967: 5) mengemukakan bahwa konstruk kematangan karir mencakup dimensi-dimensi perilaku baik dimensi afektif maupun kognitif. Dimensi afektif terdiri dari variabel keterlibatan, orientasi, kemandirian dan minat. Sementara dimensi kognitif terdiri dari variabel kemampuan memecahkan masalah, perencanaan, pemilihan informasi pekerjaan, pemahaman diri dan kemampuan menetapkan tujuan.

3 14 Crites (1981: 125) mengemukakan Inventori Kematangan Karir (Career Maturity Inventory/CMI) sebagai bagian dari studi longitudinal tentang kematangan karir. Inventori ini terdiri dari dua bagian, yakni dimensi sikap dan kompetensi. Skala sikap ditujukan untuk mengukur proses pilihan karir yang dipandang sebagai kecenderungan tanggapan disposisional bahwa individu terlibat secara utuh dalam suatu pembuatan keputusan. Lebih lanjut Crites menyebutkan bahwa dimensi sikap tersebut meliputi keterlibatan (involvement), kemandirian (independence), pengenalan (orientation), penentuan (desiveness), dan kompromi (compromise). Sedangkan dimensi kompetensi mengukur aspek pilihan karir yang sifatnya lebih kognitif, terdiri dari pengukuran diri (self-apraisal), informasi jabatan jabatan atau pekerjaan (problem-solving information), seleksi tujuan (goal setting), perencanaan (planning), dan pemecahan masalah (problem-solving). Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Crites, dapat disimpulkan kematangan karir mempunyai arti tingkat kesesuaian individu dengan pemilihan karir dalam mencapai tingkat tertentu sehingga individu mampu mengambil suatu keputusan tentang pemilihan karir yang mencakup dimensi-dimensi pendukungnya. Dimensi itu terdiri dari dimensi sikap dan kompetensi. Super (Sharf, 1992: 153) mendeskripsikan kematangan karir ke dalam lima komponen, yaitu: 1) Orientation to vocational choice, which deals with concern about career choice and using occupational nformation. 2) Information and planning about a prefererred occupation-that is, the spesific information that the individual has about the occupation he or she intend to enter.

4 15 3) Consistency of vocational preference, concerned not only with stability of an occupational choice over time, but also with its consistency within occupational fields and levels. 4) Crystallization of traits, including seven indexes of attitudes toward work. 5) The wisdom of vocatonal preference, which refers to the relationship between choice and abilities, activities, and interest. Super (Sharf, 1992: 153) mendeskripsikan kematangan karir ke dalam lima komponen, yaitu: 1) orientasi pilihan karir, berhubungan dengan tingkat kepedulian yang ditampilkan oleh individu dalam masalah karir dan keefektifannya dalam mengolah sumber informasi yang valid dalam kaitannya dengan tugas pembuatan keputusan karir, 2) informasi dan perencanaan karir, berhubungan dengan informasi yang dimiliki individu dengan pilihan karir, serta rencana pilihan karir yang lebih khusus, 3) konsistensi tentang pilihan karir, tidak hanya dikhususkan pada konsisten pilihan karir terakhir saja tetapi juga konsisten terhadap karir pada setiap tahapan, 4) kristalisasi sifat, mempunyai indikator minat karir dan kepeduliaan terhadap kompensasi karir, independensi karir, dan penerimaan tanggung jawab perencanaan karir dan 5) kebijaksanaan pilihan karir, menyangkut hubungan antara kemampuan dengan pilihan karir, minat dengan pilihan karir dan aktivitas dengan pilihan karir. Super (Winkel, 1997: 579) mengembangkan konsep kematangan karir yang menunjuk pada keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Dengan kata lain, individu yang berhasil menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada setiap tahapan cenderung mencapai tingkat kematangan yang lebih besar pada masa kehidupan selanjutnya. Crites (Alvarez, 2008: 753) compares a person's maturity with others who

5 16 differ in age, but are in the same stage of maturity, for example, students in the exploratory stage (15-21 years). Definisi ini diartikan sebagai perbandingan kedewasaan seseorang dengan orang lain yang memiliki perbedaan usia, tetapi berada pada tahap kematangan yang sama, seperti siswa yang berada pada tahap eksplorasi. Alvarez et al (Alvarez, 2008: 753) mengungkapkan kematangan karir as behaviors that a person manifest in the intent to carry out different career developmental task, appropriate to each stage of maturity. Definisi ini menekankan bahwa kematangan karir sebagai perwujudan perilaku seseorang untuk mencapai tugas-tugas perkembangan karir sesuai dengan tahapan kematangannya. Tabel 2.1 Perbandingan Kematangan Karir Menurut Super dan Crites Alvarez et al (Alvarez, 2008: 754) Super (1951, 1974) Crites (1965, 1971) Degree of career development: 1. Career planfulness: - Distant future - Intermediate future - Present 2. Career exploration: - Consultation - Resources - Participation 3. Information: - Education and instruction - Income requirements - Duties - Supply and demand - Conditions - Career advancement 4. Decision making: 4. Attitudes: 1. Consistency: - Field - Time - Level - Family - Independence 2. Realism: - Interest - Skills - Personality - Social class 3. Competencies: - Problem solving - Planning - Goal selection - Self-appraisal - Occupational information

6 17 - Principles - Practice 5. Reality orientation: - Self-knowledge - Realism - Consistency - Crystallization - Work experience - Orientation - Preferences - Commitment - Involvement Setelah mencermati pemaparan dari beberapa ahli mengenai kematangan karir di atas, yang dimaksud dengan kematangan karir yaitu kesuksesan individu dalam menyelesaian tugas-tugas perkembangan karir sesuai dengan tahapan tertentu dan kesiapan individu untuk membuat keputusan-keputusan karir dengan tepat. Beberapa ahli berpendapat berbeda mengenai dimensi-dimensi kematangan karir. Ada yang berpendapat bahwa dimensi kematangan karir meliputi dimensi kognitif dan non-kognitif seperti yang diungkapkan oleh Westbrook, dkk, serta dimensi sikap dan dan kompetensi (Crites). Dalam penelitian ini, hanya dibatasi pada dimensi sikap saja. Kematangan karir dalam aspek sikap dapat digambarkan dengan merespon pernyataan-pernyataan yang diungkapkan dari indikator kematangan karir yaitu 1) komitmen siswa dalam proses pemilihan kelanjutan studi dan pekerjaan, 2) keterlibatan siswa dalam proses pemilihan kelanjutan studi dan pekerjaan, 3) kemandirian dalam mengambil keputusan dan 4) penentuan keputusan kelanjutan studi dan pekerjaan yang diminati.

7 18 B. Konsep Karir dan Perkembangan Karir 1. Pengertian Karir Ketika berbicara mengenai karir, akan dikenal beberapa istilah seperti job, employment dan occupation. Istilah karir tidak sama dengan ketiga istilah yang telah disebutkan tetapi karir mempunyai makna yang lebih luas. Kata employment dan job lebih terfokus pada seseorang yang sibuk mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan imbalan yang dapat dihitung secara ekonomis atas kompensasi dari usaha dan waktu serta pengorbanannya, tanpa merasa terlibat secara psikologis dalam pekerjaannya tersebut. Sedangkan occupation lebih terfokus pada individu yang merasa terlibat dan memperoleh kepuasan dalam pekerjaannya, karena adanya persiapan untuk memegang pekerjaan namun keterlibatannya masih terbatas pada jam-jam bekerja. Sedangkan karir lebih menekankan aspek bahwa seseorang memandang pekerjaannya sebagai panggilan hidup yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan serta mewarnai seluruh gaya hidupnya (life style). Oleh karena itu, pemilihan karir lebih memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang daripada sekedar mendapat pekerjaan yang difatnya sementara waktu (Winkel, 1997: 571). Dillard (1985: 1) menyatakan bahwa job dapat diartikan sebagai pekerjaan yang tidak berkelanjutan. Job hanya menuntut kemampuan yang sangat minim dan tidak terlalu mensyaratkan untuk menempuh jenjang pendidikan tertentu. Berbeda dengan istilah karir yang yang memerlukan pelatihan, pendidikan, tertentu dan komitmen pada budaya pekerjaan. Karir merupakan kesuksesan pada apa yang telah dipilih oleh individu untuk melakukan pekerjaan dengan harapan

8 19 untuk mendapatkan keuntungan secara finansial dan juga memperoleh kebermaknaan dalam hidup. Super (Sharf, 1992: 122) karir dalam konteks life span merupakan perjalanan hidup yang bermakna. Kebermaknaan yang dimaksud dapat diperoleh oleh individu melalui integrasi peran, adegan kehidupan dan peristiwa yang melibatkan pengambilan keputusan, gaya hidup, komitmen dan dedikasi serta persiapan untuk menjalani dan mengakhiri kehidupan. Dapat disimpulkan bahwa karir dalam perspektif life span lebih dari sekedar mengerjakan sesuatu atau untuk bekerja pada suatu tempat, namun karir merupakan hasil manifestasi dari kehidupan individu itu sendiri. Gysbers (Rahmi, 2009: 22) menyatakan bahwa istilah karir dewasa ini cenderung memperoleh pengertian yang lebih luas dan mendalam. Istilah karir tidak hanya menggambarkan okupasi, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan seseorang yang meliputi : (1) peranan hidup (life-role) misalnya selaku dalam siswa, anak dan warga masyarakat; (2) lingkup kehidupan (life-setting) seperti dalam keluarga, sekolah atau bermasyarakat; (3) peristiwa kehidupan (life-events) seperti keluar sekolah, masuk peguruan tinggi atau belajar bekerja, dan sebagainya. Murray (Supriatna, 2009: 8) mengartikan karir sebagai suatu rentangan aktivitas pekerjaan yang saling berhubungan, dalam hal ini seseorang memajukan kehidupannya dengan melibatkan berbagai perilaku, kemampuan, sikap, kebutuhan, aspirasi, cita-cita sebagai suatu rentang hidupnya sendiri (the span of one s life).

9 20 Sementara itu, menurut Supriatna (2009: 10) karir didefinisikan sebagai perwujudan diri yang bermakna melalui serangkaian aktivitas dan mencakup seluruh aspek kehidupan yang terwujud karena adanya inner person. Perwujudan diri akan bermakna manakala ada kepuasan atau kebahagiaan diri dan lingkungan. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan karir dalam penelitian ini yaitu kegiatan-kegiatan siswa dalam mempersiapkan, memilih, mengidentifikasi, mempertimbangkan dan melanjutkan studi serta pekerjaannya. kegiatan-kegiatan itu meliputi memahami diri, memilih program studi di sekolah (IPA, IPS atau Bahasa), merencanakan dan memilih kelanjutan studi atau pekerjaan setelah lulus SMA. 2. Perkembangan Karir Berikut ini akan dijelaskan teori mengenai perkembangan karir menurut Ginzberg, Anne Roe dan Super. a. Teori Perkembangan Karir dari Ginzberg Ginzberg (Munandir, 1996: 90) membagi tahap perkembangan karir ke dalam tiga tahapan, yaitu (1) masa fantasi (mencakup usia sampai kira-kira sepuluh atau dua belas tahun), ciri utamanya adalah dalam memilih pekerjaan bersifat sembarangan artinya asal pilih saja dan hanya didasarkan pada kesan atau khayalan; (2) masa rentatif (usia tahun). Awalnya mempertimbangkan karir hanya berdasarkan kesenangan, ketertarikan atau minat, kemudian minatnya berubah-ubah, anak mulai menanyakan kepda diri sendiri tentang kapasitas (kemampuan) melakukan suatu pekerjaan dan apakah kemampuan itu sesuai dengan minatnya. Tahap selanjutnya anak mulai menyadari bahwa pekerjaan ada

10 21 yang terkandung nilai-nilai baik, nilai pribadi maupun nilai kemasyarakatan bahwa kegiatan yang satu lebih mempunyai nilai daripada lainnya. Kemudian anak memasuki masa transisi dimana anak mulai memadukan orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya (orientasi minat, kapasitas, nilai); (3) masa realistik (usia 18 tahun), masa realistik adalah masa usia anak mengikuti kuliah, atau mulai bekerja. Anak mulai melakukan eksplorasi dengan memberikan penilaian atau pengalaman kerjanya, memasuki lagi dunia kerja atau melanjutkan pendidikan. Ini disebut masa eksplorasi penilaian yang dilakukan terhadap pekerjaannya mengental dalam bentuk pola-pola vokasional yang jelas dan ia dapat mencapai keberhasilannya atau menemui kegagalan. Teori Ginzberg mempunyai tiga unsur, yaitu proses (bahwa pilihan pekerjaan itu suatu proses), irreversibilitas (bahwa pilihan pekerjaan itu tidak bisa diubah atau dibalik), dan kompromi (bahwa pilihan pekerjaan itu kompromi antara faktor minat, kemampuan dan nilai) (Munandir (1996: 92). b. Teori Pilihan Karir Anne Roe Anne Roe (Winkel, 1997: 576) menekankan unsur perkembangan dalam pilihan karir, lebih-lebih corak pergaulan dengan orang tua selama masa kecil dan pola pendidikan yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak kecil. Teori Roe memiliki tiga komponen penting, yaitu: pertama, pengalamanpengalaman pada masa anak-anak awal mungkin berhubungan dengan vokasional; kedua, pilihan vokasional dihubungkan dengan kebutuhan dasar individu sesuai teori Maslow; serta ketiga, adalah mengenai pengaruh genetik terhadap keputusan vokasional dan juga dalam perkembangan hirarki kebutuhan (Manrihu, 1992: 82).

11 22 c. Teori Super tentang Perkembangan Karier Super (Sharf, 1992: 121) mengemukakan Teori Life-Span tentang perkembangan karir pada masa remaja menggunakan dua konsep utama, yaitu life-role dan life-stage. Konsep peran-peran hidup (life roles) menggambarkan enam peran utama individu yaitu peran dalam keluarga (homemaker), pekerja (worker), warga negara (citizen), aktivitas di waktu luang (leisurite), siswa (student), dan anak (child). Teori Super didasari oleh pandangan konsep diri (self-concept) sehubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan dan jabatan yang akan dipegang (vocational self-concept). Ia berpendapat bahwa konsep diri dalam karir terbentuk setelah melalui beberapa tahap. Super dan Jordaan (Dillard, 1985: 19) menyimpulkan tahap-tahap perkembangan karir terdiri atas lima tahap, yaitu: 1) Tahap pertumbuhan (growth), yaitu antara usia 0-14 tahun. Pada tahap ini anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan, sikap, minat, dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur konsep diri. Konsep diri dibangun melalui proses identifikasi terhadap figur kunci baik di keluarga maupun di sekolah. Sub-sub tahap pada tahap pertumbuhan, yaitu: Sub tahap fantasi : usia 4-10 tahun Sub tahap minat: usia tahun Sub tahap kapasitas : usia tahun 2) Tahap eksplorasi (exploration), yaitu antara usia tahun. Pada tahap ini individu mulai menilai diri, mencoba peran, dan

12 23 mengekplorasi pekerjaan yang mungkin dimasuki setelah lulus sekolah, melakukan aktivitas di waktu luang, dan bahkan bekerja paruh waktu (part-time work). Sub-sub tahap pada tahap ekplorasi ialah: Sub tahap tentatif: usia tahun. Pada masa ini kebutuhan, minat, kapasitas, nilai, dan kesempatan dipertimbangkan. Pilihan tentatif dicoba melalui diskusi, kursus, bekerja dan lain sebagainya. Sub tahap transisi: usia tahun. Pertimbangan nyata mulai dilakukan dengan memasuki pekerjaan atau mengikuti pelatihan profesional. Sub tahap percobaan-sedikit komitmen: usia tahun. Mulai memegang satu peran pekerjaan. 3) Tahap pembinaan (maintenance), yaitu antara usia 45 sampai 64 tahun. Pada tahap ini individu sudah mulai dewasa untuk menyesuaikan diri dan menghayati terhadap jabatannya. 4) Tahap kemunduran (decline), yaitu usia 65 tahun ke atas. Pada tahap ini individu mulai memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru setelah melepaskan masa jabatannya. Apabila dilihat dari perkembangan karir menurut Super dan Jordaan, maka remaja dalam hal ini siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk ke dalam tahap eksplorasi pada tingkat tentatif. Pada tahap ini faktor-faktor yang diperhitungkan dalam pemilihan karir adalah kebutuhan, minat, kapasitas, nilainilai dan kesempatan.

13 24 Adapun tugas perkembangan karir pada masa eksplorasi adalah sebagai berikut: 1) Mengenal keterampilan membuat keputusan karir dan memperoleh informasi yang relevan untuk membuat keputusan karir. 2) Menyadari minat dan kemampuan dan menghubungkannya dengan kesempatan kerja. 3) Mengidentifikasi bidang dan tingkat pekerjaan yang cocok dengan minat dan kemampuan. 4) Memperoleh latihan untuk mengembangkan keterampilan dan mempercepat memasuki pekerjaan atau jabatan guna memenuhi minat dan kemampuannya (Supriatna, 2009: 22). Selanjutnya, Jordaan (Yusuf, 2006: 26) mengemukakan tugas-tugas perkembangan karir remaja tahap eksplorasi sebagai berikut : Tabel 2.2 Tugas Perkembangan Karir Remaja Tahap Eksplorasi Pengetahuan Aspek Profil Perilaku 1. Mengetahui program / tujuan sekolah 2. Mengetahui persyaratan/ tuntutan pekerjaan yang diminati 3. Mengetahui gaji dari pekerjaan yang diminati 4. Mengetahui tingkat kepuasan para pekerja dalam bidang pekerjaan yang diminati 5. Mengetahui proses kenaikan pangkat dalam pekerjaan yang diminati 6. Mengetahui tugas-tugas pokok yang harus dikerjakan 7. Mengetahui keterampilan atau keahlian yang dituntut / diperlukan

14 25 8. Mengetahui mata pelajaran pokok dalam program studinya 9. Mengetahui karakteristik pribadinya secara akurat 10. Mengetahui tentang cara-cara memperoleh pekerjaan yang diminati Mencari informasi 1. Membaca buku bahan-bahan bacaan lainnya yang berkaitan dengan informasi pekerjaan 2. Mendiskusikan pilihan-pilihan karir, baik dengan orang tua, guru maupun guru pembimbing 3. Berdiskusi dengan orang-orang yang berpengalaman dalam pekerjaan yang diminati 4. Mengikuti kursus yang mendukung pekerjaan yang diminati Sikap 1. Meyakini bahwa ia harus mengambil keputusan sendiri meskipun masih memerlukan nasihat orang lain 2. Mempercayai akan pentingnya pendekatan yang sistematis dalam merencanakan dan memecahkan masalah 3. Bertanggung jawab untuk memperoleh informasi 4. Meyakini bahwa memecahkan masalah sekolah dan perkerjaan merupakan Perencanaan dan pengambilan keputusan tanggungjawab sendiri 1. Mampu memilih salah satu alternatif pekerjaan dari berbagai pekerjaan yang beragam 2. Mampu mempertimbangkan berapa lama menyelesaikan sekolah 3. Dapat merencanakan apa yang harus dilakukan setelah tamat sekolah 4. Dapat memilih program studi yang sesuai dengan minat/kemampuannya 5. Dapat mengambil keputusan di tempat mana akan bekerja Keterampilan karir 1. Dapat menggunakan sumber-sumber informasi tentang karir 2. Dapat menjelaskan proses pengambilan keputusan 3. Dapat meningkatkan perolehan keterampilan akademik/non-akademik 4. Dapat menggunakan bahan-bahan untuk meningkatkan keterampilan 5. Dapat mengelola waktu secara efektif 6. Dapat mengomentari ke-sahih-an data tentang dirinya

15 26 7. Dapat melakukan kebiasaan bekerja yang efektif, seperti bekerja sama dengan orang lain Super (Santrock, 1996: 484) mengemukakan bahwa perkembangan karir terdiri dari lima fase berbeda, yaitu (1) fase kristalisasi berkembang sekitar usia tahun, individu membangun gambaran tentang kerja yang masih tercampur dengan konsep diri mereka secara umum yang telah ada, (2) fase spesifikasi berkembang sekitar usia tahun, individu sudah mulai mempersempit pilihan karir mereka dan mulai mengarahkan tingkah laku diri agar dapat bekerja pada bidang karir tertentu, (3) fase implementasi berkembang sekitar usia tahun, individu sudah menyelesaikan masa sekolah atau pelatihannya dan menapaki dunia kerja, (4) fase stabilisasi berkembang sekitar usia 25-35, pada tahap ini pengambilan keputusan karir tertentu dilakukan, dan (5) fase konsolidasi berkembang setelah usia 35 tahun, individu akan memajukan karir dan akan mencapai posisi yang lebih tinggi. Berdasarkan tahap kehidupan (life stages) yang dikemukakan Super, usia remaja (siswa SMA) berada pada fase kristialisasi, yaitu masa penggalian karir yang ditandai dengan tahapan crystallizing; penentuan pilihan karir dan spesifikasi karir. Pada masa ini terjadi transisi dalam perkembangan karir. Setelah mencermati penjelasan dari beberapa ahli mengenai perkembangan karir, maka perkembangan karir dalam penelitian ini mengacu pada konsep perkembangan karir menurut Super dan Jordaan. Dilihat dari perkembangan karir menurut Super dan Jordaan (Dillard, 1985: 20) remaja dalam hal ini siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) sudah masuk tahap eksplorasi pada tingkat

16 27 tentatif. Pada tahap ini masa remaja sudah mampu memfokuskan minat, nilai-nilai dan kapasitas dirinya dalam mengambil keputusan secara tepat, jelas dan terarah. 5) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karir Menurut Winkel (1997: 592), terdapat interaksi faktor-faktor internal dan eksternal pada individu, yang berpengaruh terhadap perkembangan karier. a. Faktor Internal Faktor-faktor internal terdiri atas: 1. nilai-nilai kehidupan (values), yaitu beberapa ideal yang dikejar oleh seseorang di mana-mana dan kapan juga. Nilai-nilai menjadi pedoman atau pegangan dalam hidup sampai tua dan sangat menentukan gaya hidup seseorang. Namun, belum dapat ditunjukkan kaitan langsung antara nilai-nilai kehidupan yang dianut seseorang dan aneka bidang pekerjaan; 2. taraf inteligensi, yaitu kemampuan berpikir untuk mencapai prestasi-prestasi; 3. bakat khusus, yaitu kemampuan yang menonjol di suatu bidang usaha kognitif, bidang keterampilan, atau bidang kesenian; 4. minat, yaitu kecenderungan yang relatif menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu;

17 28 5. sifat-sifat, yaitu ciri-ciri kepribadian yang bersama-sama memberikan corak khas pada seseorang, seperti: periang, ramah, halus, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, pesimis, atau ceroboh; 6. pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang-bidang pekerjaan dan diri sendiri secara akurat; dan 7. keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti tinggi badan, tampan, ketajaman penglihatan dan pendengaran, serta jenis kelamin. b. Faktor Eksternal Faktor faktor eksternal, terdiri atas: 1. masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana individu dibesarkan; 2. keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang lambat atau cepat; stratifikasi masyarakat; serta diversifikasi masyarakat atas kelompok yang terbuka atau tertutup bagi anggota dari kelompok lain; 3. status ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orang tua, tinggi rendahnya pendapatan orang tua, jabatan ayah dan ibu, daerah tempat tinggal dan suku bangsa; 4. pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar dan keluarga inti (genogram); 5. pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan

18 29 dan tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan tertentu, dan kesesuaian jabatan tertentu untuk anak laki-laki atau anak perempuan; 6. pergaulan dengan teman sebaya, yaitu beraneka ragam pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari; dan 7. tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan dan pada setiap program studi atau latihan, yang mempersiapkan seseorang untuk diterima pada jabatan tertentu dan berhasil didalamnya. C. Konsep Bimbingan Karir 1. Definisi Bimbingan Karir Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan. Bimbingan dan konseling yang dilaksanakan dengan baik akan memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Bimbingan dan konseling dilaksanakan sebagai upaya bantuan kepada siswa agar berkembang secara optimal, dapat menyesuaikan diri, dan dapat mengaktualisasikan kemampuan-kemampuannya. Layanan bimbingan dan konseling meliputi bimbingan belajar, bimbingan pribadi sosial, bimbingan karir dan bimbingan keluarga. Tujuan layanan bimbingan ialah agar siswa dapat : 1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang

19 30 akan datang; 2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; 3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; dan 4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja (Kartadinata dkk, 2007: 13). Solehuddin (2008: 13) sesuai dengan hakikat dan bidang garapannya, tujuan bimbingan di SMA dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) siswa memahami dan menghargai dirinya, khususnya berkenaan dengan potensi dan nilai-nilai yang dimilikinya, serta memahami dan menghargai orang lain; 2) siswa memahamai keadaan lingkungannya, terutama tuntutan-tuntutan dan kesempatan-kesempatan pendidikan dan pekerjaan yang relevan dengan bidang karir yang dicitacitakannya; 3) siswa memahami dan dapat mengidentifikasi kesulitan- kesulitan yang dialaminya (atau mungkin dialaminya), terutama berkenaan program pendidikan yang ditempuh dan rencana karir yang dicita-citakannya; 4) siswa menguasai cara-cara belajar yang baik, cara bergaul yang sehat, serta cara memecahkan masalah dan mengambil keputusan yang efektif; 5) siswa dapat menyesuaikan diri dengan kondisi diri dan lingkungannya, khususnya dengan tuntutan program sekolah dalam batas-batas potensi diri yang dimilikinya; 6) siswa dapat merencanakan masa depannya secara tepat dan bertanggung jawab serta memahami hubungan antara upaya-upaya yang ditempuhnya saat ini dengan kemungkinan pencapaian cita-cita karir yang direncanakannya. Bimbingan karir merupakan salah satu bagian dari layanan bimbingan dan konseling dapat digambarkan pada Bagan 2.1

20 31 Bimbingan belajar Bimbingan dan Konseling Bimbingan pribadi sosial Bimbingan karir Perkembangan peserta didik Bimbingan keluarga Bagan 2.1 Ragam Layanan Bimbingan dan Konseling Berdasarkan gambar di atas, jelaslah bahwa bimbingan karir merupakan bagian dari bimbingan dan konseling di sekolah. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian bimbingan karir menurut para ahli. Yusuf dan Nurihsan (2006: 11) menyebutkan bimbingan karir merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugastugas kerja, lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi. Gani (1986:11) mengemukakan bimbingan karir merupakan suatu proses bantuan, layanan dan pendekatan terhadap individu (siswa/remaja), agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja, merencanakan masa depannya dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, untuk menentukan plihannya, dan mengambil suatu keputusan bahwa keputusannya tersebut adalah yang paling tepat sesuai dengan keadaan dirinya

21 32 dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tuntutan pekerjaan/karir yang dipilihnya. Supriatna (2009: 11) mengemukakan bahwa bimbingan karir merupakan suatu proses bantuan, layanan, pendekatan terhadap individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan yang sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya sehingga mampu mewujudkan dirinya secara bermakna. Selanjutnya Winkel (1997: 139) menyatakan bahwa bimbingan karir adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki. Menurut Surya (Supriatna, 2009: 11) tujuan bimbingan karir yaitu agar siswa dapat mencapai kompetensi dalam hal pemahaman informasi pendidikan, pengenalan dunia kerja, orientasi dan informasi jabatan serta usaha, dan pengenalan konsep diri berkaitan dengan bakat dan kecenderungan pilihan jabatan serta arah pengembangan karir. Bimbingan karir tidak diarahkan semata-mata untuk memilih dan menentukan jenis pekerjaan, namun mencakup berbagai peran individu dalam kehidupan pada setiap tahap perkembangannya. Muslihudin, dkk (Sudrajat, 2008: 2) mengemukakan bahwa bidang bimbingan karir diarahkan untuk:

22 33 1. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang hendak dikembangkan. 2. Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya dan karir yang hendak dikembangkan khususnya. 3. Orientasi dan informasi karir terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 4. Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki tamatan SMA. 5. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan. 6. Khusus untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); pelatihan diri untuk keterampilan kejuruan khusus pada lembaga kerja (instansi, perusahaan, industri) sesuai dengan program kurikulum SMK yang bersangkutan. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah proses bantuan yang dilaksanakan oleh guru pembimbing kepada siswa agar siswa mampu memahami diri, mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan dan menentukan keputusan dengan mempertimbangkan keadaan diri dan lingkungannya. 2. Tujuan Bimbingan Karir Tujuan bimbingan karir di sekolah menurut para ahli sebagai berikut.

23 34 Kartadinata, dkk (2007: 13) mengemukakan bahwa tujuan bimbingan pada umumnya ialah agar siswa dapat : 1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; 2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; 3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; dan 4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. Gani (1986: 12) mengemukakan bahwa tujuan bimbingan karir agar para siswa: 1. Dapat menilai dan memahami dirinya terutama mengenai potensi-potensi dasar, minat, sikap dan kecakapan. 2. Mempelajari dan mengetahui tingkat kepuasan yang mungkin dapat dicapai dari suatu pekerjaan. 3. Mempelajari dan mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi dan minatnya. 4. Memiliki sikap yang positif dan sehat terhadap dunia kerja, artinya siswa dapat memberikan penghargaan yang wajar terhadap setiap pekerjaan. 5. Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada pada dirinya dan pada masyarakat. 6. Menemukan hambatan-hambatan yang ada pada diri dan lingkungannya, dan dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Sementara itu, Yusuf (2006: 43) mengemukakan tujuan bimbingan karir sebagai berikut:

24 35 1. Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait dengan pekerjaan. 2. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya dan sesuai dengan norma agama. 3. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja dan kesejahteraan masyarakat. 4. Memiliki kemampuan dan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan dan kondisi kehidupan sosial ekonomi. 5. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang siswa bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-ekgiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut. 6. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut. Berdasarkan pemaparan mengenai tujuan bimbingan karir tersirat bahwa bimbingan karir dilaksanakan kepada seluruh siswa agar mampu memahami diri,

25 36 mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan dan menentukan keputusan dengan mempertimbangkan keadaan diri dan lingkungannya. 3. Kegiatan Bimbingan Karir Supriatna (2009: 55) dan Winkel (1997: 636) mengemukakan bahwa ada banyak kegiatan bimbingan karir di sekolah, kegiatan ini dimaksudkan agar siswa mampu memahami diri, menentukan keputusan dalam memilih jurusan/prodi yang sesuai dengan kemampuan dan memilih bidang pekerjaan sesuai dengan kemampuan; dan pengenalan dunia kerja. Kegiatan itu diantaranya: 1. Menyelenggarakan bursa kerja Kegiatan bursa kerja merupakan pemberian informasi mengenai peluangpeluang karir yang dapat dipilih oleh siswa. Peluang karir ini contohnya informasi mengenai jenis pekerjaan, cara melamar pekerjaan, persyaratan dalam memasuki pekerjaan. 2. Mengadakan hari karir (career days) Melalui kegiatan career days ini siswa diharapkan dapat memperoleh informasi yang lebih lengkap dan dapat memahami tentang hal-hal yang menyangkut pekerjaan dan penghayatan suatu jabatan/pekerjaan. Pada kegiatan career days ini juga didatangkan narasumber atau ahli dari berbagai pilihan karir tertentu. Para siswa dapat berkonsultasi mengenai peluang karir yang bisa dipilihnya sesuai dengan bakat dan minatnya. 3. Kunjungan karir Kunjungan karir merupakan salah satu kegiatan untuk membuka peluang dan mengeksplorasi bidang karir tertentu secara mendalam. Fasilitator

26 37 dalam kegiatan ini bisa guru atau pemandu kunjungan karir yang menentukan lembaga atau instansi yang akan dikunjungi. Kemudian, guru atau pemandu kunjungan karir menjelaskan tentang kompetensi yang harus dimiliki siswa sesuai dengan syarat-syarat dan peluang karir di masa yang akan datang. Selanjutnya diadakan diskusi antara siswa dan lembaga yang dikunjungi tadi. 4. Program Bimbingan Karir Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah bergantung kepada bagaimana layanan tersebut dipersiapkan dan dilaksanakan secara sistematis, terarah dan terpadu. Bimbingan karir merupakan bagian integral dari program bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Agar layanan bimbingan karir berjalan efektif maka perlu adanya suatu program. Menurut Suherman (2007:59) mengemukakan bahwa program bimbingan dan konseling di sekolah merupakan serangkaian rencana aktivitas layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang selanjutnya akan menjadi pedoman bagi setiap personel dalam pelaksanaan dan pertanggungjawabannya. Program bimbingan dan konseling sekolah yang komperhensif di dalamnya akan tergambar visi, misi, tujuan, fungsi, sasaran layanan, kegiatan, strategi, personel, fasilitas dan rencana evaluasinya. Dengan demikian program bimbingan dan konseling yang komprehensif disusun untuk merefleksikan pendekatan yang menyeluruh bagi dasar penyusunan program, pelaksanaan program, sistem manajemen dan sistem pertanggungjawabannya.

27 38 Selain itu, program bimbingan dan konseling di sekolah dirancang untuk menjamin semua siswa memiliki hak yang sama untuk memperoleh manfaat program itu. Sehingga kenyataan yang sering muncul, yaitu aktivitas konselor sekolah yang menghabiskan banyak waktunya untuk memenuhi kebutuhan sebagian kecil siswa (secara khusus hanya mengurus kebutuhan siswa berprestasi rendah dan bermasalah) tidak terjadi lagi. Dengan demikian, secara mendasar program dan bimbingan di sekolah di rekomendasikan sebagai upaya pemberian layanan langsung bagi seluruh siswa, jadi setiap siswa menerima manfaat program tersebut. Winkel (1997: 143) mengemukakan program bimbingan yaitu suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu. Kartadinata, dkk (2007: 36) menyebutkan bahwa penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah dimulai dari kegiatan asesmen, atau kegiatan mengidentifikasi aspek-aspek yang dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program tersebut. Kegiatan aspek ini meliputi (1) asesmen lingkungan yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasi harapan sekolah dan masyarakat (orang tua peserta didik), sarana dan prasarana pendukung program bimbingan, kondisi dan kualifikasi konselor dan kebijakan pimpinan sekolah ; (2) asesmen kebutuhan atau masalah peserta didik, yang menyangkut karakteristik peserta didik, seperti aspekaspek kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasan belajar, minat-minatnya (pekerjaan, jurusan, oleh raga, seni dan keagamaan), masalah-masalah yang

28 39 dialami, dan kepribadian, dan tugas-tugas perkembangan, sebagai landasan untuk memberikan pelayanan bimbingan dan konseling. Sejalan dengan pendapat dari berbagai ahli, Munandir (1996: 249) menyebutkan bahwa ada dua pengertian dasar yang melandasi penyusunan program bimbingan karir, pertama program harus bertolak dari kebutuhan dan kedua program merupakan alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kebutuhan yang melandasi penyusunan program bimbingan karir terutama menyangkut pekerjaan, artinya kebutuhan untuk perencanaan dan pemecahan masalah karir. Analisis kebutuhan siswa dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen dari jenis laporan diri. Informasi yang didapat dari analisis kebutuhan siswa yaitu : 1) Menyangkut pekerjaan, seperti apakah siswa menghendaki: a. bahan informasi pekerjaan dan bantuan yang berkenaan dengan informasi itu b. bantuan untuk memilih, menyiapkan diri, dan mendapatkan pekerjaan untuk hidup kelak. c. bantuan untuk mengatasi masalah atau kerisauan umum pekerjaan d. bantuan untuk mengenali sifat ciri pribadi e. bantuan untuk melihat hubungan sifat, ciri dan kemampuan diri dengan pekerjaan pada umumnya, khususnya pekerjaan yang dipilih atau yang sedang dipertimbangkannya

29 40 f. bantuan untuk menguasai keterampilan memecahkan masalah, menyusun rencana, dan mengambil keputusan g. bantuan untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan khusus lain 2) Menyangkut pekerjaan, seperti apakah siswa menghendaki: a. bahan informasi atau bantuan untuk memilih jurusan atau program studi b. bahan informasi dan bantuan untuk menentukan apakah akan meneruskan pendidikan c. bahan informasi dan bantuan untuk memilih kegiatan ekstrakurikuler atau program muatan lokal d. bantuan untuk mempelajari pelajaran yang sulit e. bantuan untuk melihat hubungan pelajaran dengan pekerjaan pada umumnya, khususnya yang dipilih atau dipertimbangkan f. bantuan untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan khusus pelajaran g. bahan informasi atau bantuan untuk mengembangkan minat khusus, hobi, rekreasi, dan pengisi waktu luang (Munandir, 1996: 250). Adapun struktur program yang dikembangkan terdiri dari rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan layanan, sasaran layanan, pengembangan tema/topik, media dan alat pendukung serta tahapan atau langkah implementasi program sebagai upaya mengembangkan kematangan karir siswa.

30 41 D. Penelitian Terdahulu yang Relevan 1. M. Yunan Rauf (2006) Dalam penelitian Rauf (2006) yang berjudul Program Bimbingan untuk Mencapai Kematangan Karir Siswa SMA program IPA dan IPS di Pekanbaru menunjukkan bahwa gambaran umum tentang kematangan karir siswa di beberapa SMA Negeri di Pekanbaru yaitu kategori matang (28,57%), kurang matang (39,52%) dan tidak matang (11,90%), sedangkan pada program IPA : matang (25,83%), kurang matang (48,33%) dan tidak matang (25,83%), program IPS : matang 18,10%), kurang matang (54,31%) dan tidak matang (27,59%). Penelitian dilakukan dengan mengungkapkan aspek dan indikator yang serupa dengan yang diungkapkan Crites dalam CMI (Career Maturity Inventory) yaitu aspek sikap dan kompetensi. Aspek sikap diikuti dengan lima indikator; a) keterlibatan siswa; b) kemandirian siswa; c) orientasi siawa; d) komromi siswa dan; e) keputusan karir siswa, sedangkan pada aspek kompetensi adalah a) pengukuran diri; b) informasi jabatan dan pekerjaan; c) seleksi tujuan perencanaan; d) perencanaan pekerjaan; dan e) pemecahan masalah. 2. Trya Achdisty Oktaviana (2008) Hasil penelitian Oktaviana (2008) menunjukkan sebagian besar sampel yang mencapai tingkat kematangan karir yang tinggi (matang) yaitu sebesar 84,2%, sebanyak 7,4% siswa telah mencapai tingkat kematangan karir yang sangat tinggi (sangat matang), dan sisanya 8,4% berada pada kategori sedang (cukup matang). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah mencapai tingkat kematangan karir yang tinggi (matang).

31 42 Kesimpulan dari penelitian ini adalah siswa kelas XII program keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri se-kota Bandung telah memiliki tingkat kematangan karir yang tinggi (matang). Namun, pencapaian siswa tiap aspek beragam, hal ini menunjukkan siswa tersebut masih memiliki tingkat konsistensi pilihan karir yang cenderung berubah-ubah. Aspek dan indikator yang diungkap dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Keterlibatan dalam aktivitas-aktivitas perencanaan karir, yaitu dengan 1) mengetahui wawasan dan persiapan karir; 2) memahami pertimbangan alternatif pilihan karir; dan 3) memiliki perencanaan karir di masa depan. b. Adanya keinginan untuk menggali dan mendapatkan informasi karir, yaitu keinginan individu untuk mengumpulkan seluruh informasi karir dan memanfaatkan sumber-sumber tersebut untuk dapat menggali informasi tentang karir. c. Memiliki pengetahuan tentang membuat keputusan yang memadai yaitu dengan menggunakan pengetahuan dan pemikiran untuk membuat keputusan karir yang tepat. d. Memiliki pengetahuan tentang beberapa informasi pekerjaan dan dunia kerja yang ditandai oleh 1) pengetahuan tentang cara dan persyaratan memasuki dunia kerja; 2) berkaitan dengan pengetahuan tentang informasi pengahasilan dan situasi yang sering terfadi dalam dunia kerja; 3) pengetahuan mengenai cara meraih sukses dalam berkarir. 3. Iis Lathifah Nuryanto (2010) Hasil penelitian Nuryanto (2010) menujukkan sebagian besar sampel yang

32 43 mencapai tingkat kematangan karir dalam kategori sedang yaitu sebesar 91,32%, kategori tinggi 5,26% dan rendah sebesar 3,42%. Persentase ini menunjukan bahwa kematangan karir siswa SMK Negeri 1 Cimahi secara keseluruhan cenderung homogen, artinya secara umum dapat dikatakan mayoritas siswa SMK Negeri 1 Cimahi memiliki kematangan karir sedang. Indikator yang diungkap dalam dalam penelitian ini yaitu keterlibatan siswa dalam pemilihan dan menentukan pekerjaan yang diminati, kemandirian siswa dalam pemilihan dan menentukan pekerjaan yang diminati, orientasi siswa dalam pemilihan dan menentukan pekerjaan yang diminati, kompromi siswa dalam pemilihan dan menentukan pekerjaan yang diminati, dan penentuan keputusan pekerjaan yang diminati oleh siswa. Terdapat perbedaan capaian pada setiap indikator dan sub indikator dari keterlibatan pembicaraan pekerjaan, kemandirian menentukan pilihan pekerjaan, orientasi diri terhadap pekerjaan, kompromi siswa memilih pekerjaan dan penentuan keputusan pekerjaan yang berpengaruh pada keputusan karirnya di masa yang akan datang. 4. Marina Purnamasari (2012) Hasil penelitian Marina Purnamasari (2012) menunjukkan bahwa Secara umum Santri Pondok Pesantren Al-Falah 2 Nagreg Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran memiliki tingkat kematangan karir pada kategori sedang yaitu 73,9%. Penelitian dilakukan dengan mengungkapkan dimensi sikap dan kompetensi. Berdasarkan kedua dimensi tersebut, rata-rata persentase masing-

33 44 masing dimensi sikap mencapai 61.6%, sedangkan dimensi kompetensi mencapai tingkat pencapaian dengan persentase 56.6%. Dimensi dan indikator yang diungkap dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Dimensi sikap meliputi (1) keterlibatan dalam proses pemilihan karir; (2) orientasi terhadap pekerjaan; (3) kemandirian dalam pengambilan keputusan; (4) faktor pemilihan karir; dan (5) konsep pemilihan karir. b. Dimensi kompetensi meliputi (1) penilaian diri; (2) informasi pekerjaan; (3) seleksi tujuan; (4) perencanaan karir; dan (5) pemecahan masalah karir.

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai

Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak faktor. Faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. (Winkel & Hastuti, 2006: 633) kematangan karir adalah keberhasilan seseorang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. (Winkel & Hastuti, 2006: 633) kematangan karir adalah keberhasilan seseorang BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritis 1.1.1 Makna Kematangan Karir Kematangan karir merupakan bagian terpenting yang harus dimiliki oleh siswa guna menunjang keberhasilan perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian adalah sekolah SMK Negeri 1 Gorontalo, khususnya kelas X1 jurusan Administrasi Perkantoran Tahun Ajaran 2012/2013 dan waktu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karier merupakan sekuensi okupasi-okupasi di mana seseorang ikut serta di dalamnya;

TINJAUAN PUSTAKA. Karier merupakan sekuensi okupasi-okupasi di mana seseorang ikut serta di dalamnya; II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rencana Karier 1. Pengertian Karier Karier merupakan sekuensi okupasi-okupasi di mana seseorang ikut serta di dalamnya; beberapa orang mungkin tetap dalam okupasi yang sama sepanjang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. dengan kematangan karir (career maturity) yang merupakan tema sentral dalam teori

BAB II KAJIAN TEORETIS. dengan kematangan karir (career maturity) yang merupakan tema sentral dalam teori BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Konsep Kematangan Karir 2.1.1 Pengertian Kematangan Karir Dalam teori rentang hidup (life span) dari Super terdapat suatu konsep yang disebut dengan kematangan karir (career

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya, dimana proses kehidupan manusia terus berjalan dimulai sejak lahir (bayi),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Vokasional 1. Definisi Kematangan Vokasional Dali Gulo (1982) mengemukakan bahwa kematangan adalah proses atau pertumbuhan dan perkembangan fisik yang disertai dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menguraikan beberapa teori terkait dengan judul yang peneliti sampaikan diatas. Di dalam bab ini akan menguraikan teori mengenai kematangan karir, motivasi berprestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tolbert (dalam Suherman, 2000) mengatakan bahwa perkembangan karir merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari banyak pilihan, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cita-cita bangsa Indonesia yang disebutkan dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kematangan Karir Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten disebut kematangan karir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan dari kehidupan individu. Pada fase ini terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui, untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB II ORIENTASI KARIR DAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. istilah yang diberi nama Orientasi Karir (Carer Orientation).

BAB II ORIENTASI KARIR DAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. istilah yang diberi nama Orientasi Karir (Carer Orientation). 14 BAB II ORIENTASI KARIR DAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK A. Orientasi Karir 1. Pengertian Orientasi Karir Karir dapat dipilih dengan mengetahui berbagai pilihan karir yang ada. Untuk memilih karir tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam. perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan,

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam. perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan, merupakan tujuan utama dari perencanaan

Lebih terperinci

STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN KARIER DALAM MEMBANTU PENGEMBANGAN KEMATANGAN KARIER SISWA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH NGAWEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN KARIER DALAM MEMBANTU PENGEMBANGAN KEMATANGAN KARIER SISWA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH NGAWEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN KARIER DALAM MEMBANTU PENGEMBANGAN KEMATANGAN KARIER SISWA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH NGAWEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR

BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR 95 BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR A. Analisis tentang Pola Bimbingan Karir bagi Santriwati Pondok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurlela, 2015

BAB I PENDAHULUAN  A. Latar Belakang Penelitian Nurlela, 2015 BAB I PENDAHULUAN Bab satu membahas hal-hal yang berkenaan dengan inti dan keseluruhan arah penelitian. Pada bab ini dipaparkan empat hal yaitu pertama latar belakang penelitian, kedua rumusan masalah

Lebih terperinci

USAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh)

USAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh) Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Info Artikel: Diterima01/01/2013 Direvisi12/01/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 hlm. 310-316 USAHA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN BIMBINGAN KARIR BAGI SISWA SMA SEBAGAI PERSIAPAN AWAL MEMASUKI DUNIA KERJA 1 Oleh: Sitti Rahmaniar Abubakar 2

PELAKSANAAN BIMBINGAN KARIR BAGI SISWA SMA SEBAGAI PERSIAPAN AWAL MEMASUKI DUNIA KERJA 1 Oleh: Sitti Rahmaniar Abubakar 2 PELAKSANAAN BIMBINGAN KARIR BAGI SISWA SMA SEBAGAI PERSIAPAN AWAL MEMASUKI DUNIA KERJA 1 Oleh: Sitti Rahmaniar Abubakar 2 Abstrak: Bimbingan karir merupakan salah satu bentuk bimbingan yang terpadu pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peserta didik pada jenjang pendidikan menengah, yakni Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berada dalam tahapan usia remaja, yang

Lebih terperinci

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah

Lebih terperinci

ANALISIS KEMATANGAN KARIR PADA KELAS X1 JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN TAHUN AJARAN 2012/2013 SISWA SMK NEGERI 1 KOTA GORONTALO. Lia Novika ABSTRAK

ANALISIS KEMATANGAN KARIR PADA KELAS X1 JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN TAHUN AJARAN 2012/2013 SISWA SMK NEGERI 1 KOTA GORONTALO. Lia Novika ABSTRAK ANALISIS KEMATANGAN KARIR PADA KELAS X1 JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN TAHUN AJARAN 2012/2013 SISWA SMK NEGERI 1 KOTA GORONTALO Lia Novika Pembimbing I Pembimbing II : Dr. Wenny Hulukati, M.Pd : Irpan

Lebih terperinci

GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI

GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI Gambaran Kematangan Karir Siswa di SMK Musik Perguruan Cikini 137 GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI Vika Rusmania 1 Dra. Indira Chanum Chalik, M.Psi. 2 Herdi, M.Pd. 3 Abstrak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Karir 1. Pengertian Kematangan Karir Menurut (Hurlock, 1980) Pemilihan dan persiapan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan atau karir merupakan tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi sebagian orang dianggap sebagai status yang dapat menghidupkan atau mematikan seseorang. Karir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penulisan Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia

Lebih terperinci

KONSEP KARIER. Pengembangan Karir

KONSEP KARIER. Pengembangan Karir Pengembangan Karir Karier adalah keseluruhan pekerjaan baik yang digaji maupun yang tidak digaji, suatu proses belajar dan peran-peran yang disandang sepanjang hidup. Biasanya, istilah karier berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Persepsi mahasiswa akuntansi terhadap profesi akuntan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Persepsi mahasiswa akuntansi terhadap profesi akuntan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu 1. Persepsi mahasiswa akuntansi terhadap profesi akuntan Nauli (2009) meneliti tentang apakah ada perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi, sosial, budaya masyarakat dewasa ini semakin pesat. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Setiap aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Setiap aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam setiap rentang kehidupan, individu akan senantiasa berkembang menjadi lebih baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Setiap aktivitas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, banyak terjadi perubahan baik dalam bidang teknologi, ekonomi, sosial-budaya, dan tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Tentang Layanan Bimbingan Karir. 1. Pengertian Layanan Bimbingan Karir

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Tentang Layanan Bimbingan Karir. 1. Pengertian Layanan Bimbingan Karir BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Layanan Bimbingan Karir 1. Pengertian Layanan Bimbingan Karir Secara umum bimbingan adalah istilah yang mencakup pengertian umum proses layanan bantuan kemanusian.

Lebih terperinci

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR Nofianti Eka Permadi Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY KARIR DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 KARANGANYAR KAB.DEMAK

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY KARIR DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 KARANGANYAR KAB.DEMAK HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY KARIR DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 KARANGANYAR KAB.DEMAK Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 62 BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada Bab. III tentang Metode Penelitian ini akan diawali dengan pembahasan tentang metode penelitian, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai lokasi dan subjek penelitian,

Lebih terperinci

MATRIK DEVELOPMENTAL THEORIES

MATRIK DEVELOPMENTAL THEORIES MATRIK DEVELOPMENTAL THEORIES Aspek Teori Super s Development Self-Concept Theory of Vocational Behavior ( Teori Perkembangan Konsep Diri Super Akan Perilaku Vokasional) The Ginzberg, Ginsburg, Axelrad,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari seperempat angkatan muda Indonesia kini menganggur dan masih banyak lagi yang mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketrampilannya (underemployed)

Lebih terperinci

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun BAB I PENDUHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun 2003 tentang sistem

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini dipaparkan hal-hal yang berkenaan dengan simpulan dan rekomendasi penelitian. Simpulan penelitian dikemukakan secara sistematis sesuai dengan pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri guna memasuki masa dewasa. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, salah satu tugas

Lebih terperinci

PERENCANAAN KARIER DAN PENGEMBANGAN KOMITMEN PROFESIONAL

PERENCANAAN KARIER DAN PENGEMBANGAN KOMITMEN PROFESIONAL PERENCANAAN KARIER DAN PENGEMBANGAN KOMITMEN PROFESIONAL Oleh: MIF Baihaqi Disampaikan pada Kegiatan Career Planning Development/CPD untuk Mahasiswa Psikologi angkatan 2006 Di Gedung Perpustakaan UPI Sabtu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan seseorang. Kualitas kehidupan seseorang dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Demikian pentingnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kematangan karir. psikologi konseling dan karir bernama Donald Edwin Super. Dalam bahasa inggris istilah kematangan karir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kematangan karir. psikologi konseling dan karir bernama Donald Edwin Super. Dalam bahasa inggris istilah kematangan karir 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Kematangan Karir A. Kematangan Karir Kematangan karir merupakan konstruk psikologis yang mengalami banyak perkembangan. Konstruk ini pertama kali di ungkapkan oleh

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Peneliti menjelaskan mengenai simpulan, implikasi dan rekomendasi. Simpulan merupakan kombinasi dari temuan empiris dan kajian pustaka. Implikasi penelitian merupakan

Lebih terperinci

PEMBERIAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN KARIER MAHASISWA IKIP PGRI PONTIANAK

PEMBERIAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN KARIER MAHASISWA IKIP PGRI PONTIANAK ISSN 2407-5299 PEMBERIAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN KARIER MAHASISWA IKIP PGRI PONTIANAK Riki Maulana 1, Novi Wahyu Hidayati 2, Martin 3 1,2,3 Program Studi Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia dewasa. Pekerjaan yang dimiliki seseorang bukanlah mengenai pekerjaan apa yang dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kualitas tenaga kerja merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya bahwa kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Kesiapan Kerja 2.1.1 Pengertian kesiapan kerja Menurut Anoraga (2009) kerja merupakan bagian yang paling mendasar atau esensial dari kehidupan manusia. Sebagai bagian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan dan modal untuk menentukan masa depan bangsa. Pendidikan juga erat kaitannya dengan bagimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini disebabkan tidak sebandingnya lapangan pekerjaan yang tersedia dengan banyaknya orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana manusia menghadapi tantangan dalam berkembang pesatnya globalisasi. Indonesia sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peserta didik di SMA memasuki masa late adolescence yang berada pada rentang usia 15-18 tahun. Santrock (2007) menjelaskan, remaja mengalami berbagai perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memperoleh pekerjaan yang layak dan sesuai harapan, merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI LAYANAN PENGEMBANGAN PRIBADI MAHASISWA Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK

2014 EFEKTIVITAS KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembuatan keputusan karir dapat mengakibatkan seseorang mengalami gejala depresi (Walker & Gary, 2012). Gejala depresi muncul akibat disfunctional pemikiran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010).

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010). BAB II LANDASAN TEORITIS A. Happiness at Work 1. Definisi Happiness at Work Happiness at work dapat diidentifikasikan sebagai suatu pola pikir yang memungkinkan karyawan untuk memaksimalkan performa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan pada hakekatnya merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di desain untuk mengarahkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat dan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai harapan serta cita-cita sendiri yang ingin dicapai. Mencapai suatu cita-cita idealnya memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari masa pranatal, bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan masa tua. Masing-masing fase memiliki

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XI SMKN 8 JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XI SMKN 8 JAKARTA 31 HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XI SMKN 8 JAKARTA Iman Setiyanto 1) Dra. Louise B. Siwabessy, M.Pd 2) Dr. Gantina Komalasari, M.Psi 3) Abstrak Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN KARIR DALAM PENINGKATAN KEMATANGAN EKSPLORASI KARIR SISWA

LAYANAN BIMBINGAN KARIR DALAM PENINGKATAN KEMATANGAN EKSPLORASI KARIR SISWA LAYANAN BIMBINGAN KARIR DALAM PENINGKATAN KEMATANGAN EKSPLORASI KARIR SISWA Deasy Yunika Khairun 1, Melly Sri Sulastri 2, Anne Hafina 3 1 Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Bandung

Lebih terperinci

THE PROFILE OF CAREER INTEREST TEDENCY ELECTION BASED ON THE TYPE OF STUDENTS PERSONALITY AT CLASS OF XI SENIOR HIGH SCHOOL OF BENGKULU CITY

THE PROFILE OF CAREER INTEREST TEDENCY ELECTION BASED ON THE TYPE OF STUDENTS PERSONALITY AT CLASS OF XI SENIOR HIGH SCHOOL OF BENGKULU CITY TRIADIK, VOLUME 15, No.2, OKTOBER 2016: 30-42 PROFIL KECENDRUNGAN PEMILIHAN MINAT KARIR BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN SISWA SMA SE-KOTA BENGKULU Ambar Dewi Wulandari, I Wayan Dharmayana, Anni Suprapti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga berprestasi maka setiap siswa diharapkan untuk mempersiapkan diri agar dapat menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia mengalami permasalahan di bidang sosial, politik, ekonomi. Permasalahan yang paling umum dirasakan masyarakat adalah permasalahan ekonomi dan seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Setiap universitas berusaha bersaing untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas swasta terkemuka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri BAB II LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja 1. Pengertian Semangat Kerja Chaplin (1999) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1. Pengertian Karir Bekerja merupakan konsep dasar yang menunjuk pada sesuatu yang kita lakukan karena kita menginginkannya dengan harapan dapat kita nikmati.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa Remaja terkadang mereka masih belum memikirkan tentang masa depan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin bertambah, teknologi semakin canggih, serta ilmu pengetahuan semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. Individu senantiasa akan menjalani empat tahapan perkembangan, yaitu masa kanak-kanak, masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pekerjaan dan karier yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas mengenai latar belakang masalah; tujuan penelitian dan pengembangan; spesifikasi produk; pentingnya penelitian dan pengembangan; asumsi dan keterbatasan penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA tergolong ke anak remaja yang memiliki rentang usia 15-18 tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identitas diri ini mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat dewasa ini menuntut masyarakat untuk menyikapinya

Lebih terperinci

KEMATANGAN KARIR SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) CIKARANG

KEMATANGAN KARIR SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) CIKARANG Kematangan Karir Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cikarang 103 KEMATANGAN KARIR SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) CIKARANG Sri Mulyani 1 Th. I. Setiawan 2 Dede Rahmat Hidayat 3 Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode penelitian. A. Latar Belakang

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR SISWA SMK BINA SEJAHTERA 1 BOGOR

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR SISWA SMK BINA SEJAHTERA 1 BOGOR Faktor faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Karir Siswa... FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR SISWA SMK BINA SEJAHTERA 1 BOGOR Ahmad Mubarik 1 Dra. Endang Setiyowati

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Kesiapan Kerja Siswa. 1) Pengertian Kesiapan Kerja

BAB II KAJIAN TEORI Kesiapan Kerja Siswa. 1) Pengertian Kesiapan Kerja BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kesiapan Kerja Siswa 1) Pengertian Kesiapan Kerja Pengertian kesiapan kerja menurut Robert Brady (2009), berfokus pada sifatsifat pribadi, seperti sifat pekerja dan mekanisme pertahanan

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk SURVEI FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PERENCANAAN KARIR SISWA Ardiatna Wahyu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan tersisihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang semakin kompetitif seperti saat ini diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara sangat bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR MELALUI METODE CAREER PORTFOLIO PADA SISWA KELAS X MIA 1 DI SMA N 1 BOYOLALI SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR MELALUI METODE CAREER PORTFOLIO PADA SISWA KELAS X MIA 1 DI SMA N 1 BOYOLALI SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR MELALUI METODE CAREER PORTFOLIO PADA SISWA KELAS X MIA 1 DI SMA N 1 BOYOLALI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Mahasiswa adalah bagian dari generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dan mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan dalam hidup. Tuntutan-tuntuan itu tidak hanya pada satu aspek atau bidang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia terlibat dengan banyak hal, dari yang sepele sampai yang kompleks. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam

Lebih terperinci