PENINGGALAN ARKEOLOGI MASA AWAL HOLOSEN DI KAWASAN GUNUNG TUKUM LEMBAH BALIEM KABUPATEN JAYAWIJAYA
|
|
- Sudomo Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENINGGALAN ARKEOLOGI MASA AWAL HOLOSEN DI KAWASAN GUNUNG TUKUM LEMBAH BALIEM KABUPATEN JAYAWIJAYA Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura) Papua is the eastern end of Indonesia, who inhabited the coastal areas to the mountains with abundant diversity of archaeological remains, both from the Pleistocene to the Holocene. From the research that has been conducted by the Institute for Archaeology Jayapura, the cultural remains of Pleistocene danholosen in the Mountains High. These sites include the area in the district of Mount Tukum Jayawijaya. Research in the area surrounding Mount Tukum and there are a number of archaeological remains in the form of natural cave site, location of cutting pork, pork burning locations and there are a number of artifacts that human bones, handheld axe Baliem types I, II, pelandas stone materials, stone axe makers of materials quartz sand, stone and granite grindstones. Based on the survey to review the components of the environment there is still a gap which still has not found a review of biological components (ecofak) that characterizes the end of life plestosen. But characterize some of the artifacts found at the pattern of human life during the Holocene. Keywords: Culture Holocene, Mount Tukum, Stone axe Pendahuluan Papua berada di ujung timur Nusantara, memiliki keragaman tinggalan arkeologis yang berlimpah, baik dari masa Pleistosen sampai Holosen. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Balai Arkeologi Jayapura, mengenai tinggalan budaya Holosen di kawasan Pegunungan Tengah, ditemukan beberapa situs prasejarah di Gunung Tukum, Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya. Zaman Holosen adalah kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung mulai sekitar tahun radio karbon atau kurang lebih ± 130 tahun kalender yang lalu 1
2 (antara 9560 hingga 9300 SM). Holosen adalah kala keempat dan terakhir dari periode neogen. Namanya berasal dari bahasa Yunani ὅλος ( holos ) yang berarti keseluruhan dan καινή ( kai-ne ) yang berarti baru atau terakhir. Kala ini kadang disebut juga sebagai Kala Alluvium. Melihat kehidupan zaman Holosen, di wilayah Papua khususnya di daerah Pegunungan Tengah, Kabupaten Jayawijaya masih dapat kita jumpai dengan ditemukannya situs-situs yang bercirikan budaya Holosen. Untuk dapat mengetahui kehidupan yang bercirikan budaya holosen dengan cara merekontruksi kawasan Gunung Tukum dan wilayah sekitarnya. Merekonstruksi kawasan ini diperlukan data yang memenuhi komponen-komponen pokok yaitu komponen lingkungan (ekofak), komponen buatan (artefak), dan komponen sisa manusia (fosil hominid) (Soebroto, 2005). Salah satu komponen pokok yang penting yaitu komponen lingkungan, di sekitar Gunung Tukum, sehingga komponen - komponen lain seperti artefak akan terungkap. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Soejono (1994 : 24) dalam tulisannya Prasejarah Irian Jaya, pada buku Irian Jaya Membangun Masyarakat Majemuk. Soejono mengatakan bahwa untuk mengetahui asal mula orang Papua, perlu mempelajari sejarahnya, mulai dari zaman prasejarah, dan yang terpenting adalah membuat rekonstruksi dari sejarah perkembangan kebudayaan zaman prasejarah dengan memakai bekas-bekas benda kebudayaan yang tertinggal dalam lapisan-lapisan bumi sebagai sumber keterangan yang diperoleh dengan metode penggalian. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah tinggalan arkeologis apa saja yang ditemukan di wilayah Gunung Tukum, Lembah Baliem Kabupaten Jayawijaya? dan bagaimana pola budaya kehidupan awal Holosen di wilayah Gunung Tukum, Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya? Kerangka Pemikiran yang digunakan dalam penulisan ini, dalam buku: Sejarah Nasional Indonesia yang ditulis oleh Poesponegoro (1993 : 26-27). Dimana beliau mengatakan bahwa kehidupan awal Holosen, mencirikan kehidupan budaya dimana pada masa itu manusia hidup dalam kelompok-kelompok kecil dan hidup dengan cara yang sederhana dengan melakukan perburuan serta mengumpulkan bahan-bahan makanan sebagai mata pencaharian utama. Bukti-bukti hasil budaya pertama yang ditemukan di Indonesia berupa alat-alat batu jenis serpih bilah dan kapak-kapak perimbas serta beberapa alat dari tulang dan tanduk. Corak kehidupan pada masa ini menggantungkan diri kepada alam, mementingkan perburuan dan mengumpulkan bahan makanan (umbiumbian, kerang dan lain-lain). 2
3 Kerangka pemikiran yang ke dua dikatakan dalam Simanjuntak (1999 : 4) dalam tulisannya: Budaya Awal Holosen di Gunung Sewu dalam Berkala Arkeologi Tahun XIX Edisi No. 1/ Mei 1999, beliau mengatakan bahwa semenjak Kala Pleistosen-Holosen, manusia sudah mulai mengenal tempat tinggal dengan memanfaatkan gua-gua atau ceruk alam. Dari beberapa temuan gua dan ceruk yang pernah diteliti di Indonesia, terdapat berbagai indikasi kegiatan yang pernah dilakukan di tempat tersebut yaitu sebagai tempat; penguburan, perbengkelan (pembuatan peralatan untuk keperluan hidup), hunian/permukiman, dan kemungkinan ada juga yang berfungsi ganda: misalnya untuk hunian dan penguburan atau permukiman dengan perbengkelan (Prasetyo, 2004 : 51) juga subsistensi perburuan. Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui jenis-jenis tinggalan arkeologi yang ditemukan di wilayah Gunung Tukum, Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, serta untuk mengetahui pola budaya kehidupan Awal Holosen di wilayah Gunung Tukum dan Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskripsi dan eksplorasi. Yang dimaksud dengan deskripsi yaitu penelitian diarahkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci tentang data arkeologi. Eksplorasi yaitu menjajagi, mengenali, menemukan, dan menginventarisasi kemungkinan potensi data arkeologi. Dalam pelaksanaan penelitian dilakukan beberapa tahap, yaitu pengumpulan data dan pengolahan data. Proses penjaringan data dan informasi dalam penelitian ini menggunakan berbagai metode sebagai berikut: studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data tertulis yang berhubungan dengan situs yang diteliti, baik dari publisitas arkeologi maupun penelusuran data dari internet. Selain itu studi pustaka berarti mengadakan penelusuran yang bermanfaat untuk menggali teori-teori dasar dan konsep yang telah dikemukakan oleh para peneliti terdahulu, mengikuti perkembangan bidang yang diteliti, memperoleh orientasi yang lebih luas mengenai topik yang dipilih, memanfaatkan data sekunder, dan menghindari duplikasi penelitian. Survei adalah pengamatan tinggalan arkeologi disertai analisis yang dalam. Survei yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah survei permukaan tanah. Survei 3
4 permukaan tanah adalah kegiatan dengan cara mengamati permukaan tanah dari jarak dekat. Pengamatan tersebut dilakukan dengan pemetaan, pencatatan, dan pemotretan seluruh data maupun gejala arkeologis, penggambaran, serta pengambilan sampel yang representatif dari benda tinggalan arkeologis yang ditemukan. Wawancara secara selektif untuk memperoleh informasi dari penduduk mengenai artefak yang pernah ditemukan penduduk. Serta melakukan wawancara langsung dengan informan yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti, di kawasan Gunung Tukum dan Lembah Baliem Kabupaten Jayawijaya. Untuk mengetahui fungsi artefak dilakukan analisis artefaktual (analisis morfologi, analisis teknologi), dan analisis kontekstual yaitu analisis yang mempelajari konteks (hubungan) dengan ruang dimana artefak ditemukan, dan dengan benda-benda lain yang ditemukan bersama-sama dengan artefak. Pembahasan Penelitian yang dilakukan di sekitar Gunung Tukum berada pada titik koordinat S E (http : // foto. infospesial. net). Gunung Tukum tersebut berada di Lembah Baliem, Pegunungan Jayawijaya. Baliem adalah lembah yang sangat besar, dengan panjang kurang lebih 15 kilometer, dan lebar sekitar 10 kilometer. Lembah ini diairi Sungai Baliem yang bersumber di lereng Pegunungan Jayawijaya dan mengalir ke arah timur. Pada BT sungai ini membelok dan terjun ke selatan ke dalam Sungai Vriendschap, yang mengalir deras ke pantai selatan Papua (Soejono 1994 : 258). Lembah Baliem terletak di Kabupaten Jayawijaya yang beribukota Wamena, yang wilayah topografisnya bergunung-gunung, berbukit-bukit serta berlembah-lembah yang sangat luas dan subur dengan ketinggian yang berfariasi antara meter di atas permukaan laut. Dengan luas kilometer persegi dan terletak di garis meridian Bujur Timur BT dan Lintang Selatan LS. Lembah ini didiami oleh suku besar yaitu Suku Dani. Suku terbesar yang berdiam di Lembah Baliem adalah Suku Dani. Pemukiman Suku Dani di Lembah Baliem, umumnya berada di pungung-pungung bukit dan di lembah yang berada dekat dengan sumber air. Pada setiap pemukiman tradisional (osilimo) biasanya terdiri dari beberapa bangunan. Berupa bangunan rumah untuk pria (pilamo), rumah tidur untuk wanita (ebe-ai), dapur (hunila/ desela), kandang babi (wam dabula), 4
5 halaman umum (silimo) yang umumnya terdapat tempat bakar batu (bekte) dan halaman untuk babi (wam lalma) serta pekarangan rumah (hakiloma). Bangunan-bangunan dalam osilimo ini dihubungkan dengan pagar mini dan bagian luarnya dikelilingi pagar (leget) yang ditanami cukup rapat dengan memiliki satu pintu/ gapura (mokari) masuk- keluar osilimo (Maryone, 2006 : 23). Pada umumnya Suku Dani, menganut sistem kekerabatan patrilineal yang garis keturunannya diperhitungkan berdasarkan garis keturunan laki-laki. Mereka juga mengenal dua paroh besar dalam masyarakat yaitu: waya dan wita. Suku Dani umumnya bermata pencaharian sebagai petani dengan tanaman ubi jalar (hipere), talas, keladi, pisang, tebu, sayur-sayuran (gembili, bayam, kecipir, ketimun), berbagai macam labu serta mereka juga berternak babi, dan berburu. Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Jayawijaya meliputi tiga distrik terdiri atas Distrik Welelegama, Distrik Kurulu, dan Distrik Wamena Kota. Penelitian ini berhasil menemukan tinggalan arkeologis yang dapat diuraikan sebagai berikut: ditemukan empat gua, sebuah ceruk, tempat pemotongan babi, dan tempat pembakaran babi dan dua bukit, dua sumur alam dan satu sungai. Penelitian di Kampung Parema/ Wasaput, Distrik Wamena Kota, ditemukan dua gua yaitu Gua Parema I/Papah I, dan Gua Parema II/ Papah II (tidak ada temuan). Hasil penelitian di Kampung Siepkosi, Distrik Welelagama, ditemukan dua gua yaitu GuaIsuguaga (temuan berupa tulang manusia pada bagian lantai gua. Deposit tulang ini berupa: tulang paha/ femur, tulang lengan /humerus, dan tulang belakang/vetebrae lumbalis,) dan Gua Huam (tidak ada temuan). Serta sebuah ceruk yaitu Ceruk Watiwaga (temuan berupa: kapak genggam tipe Baliem I, kapak gengam tipe Baliem II, alat batu dari bahan pasir kuarsa dan batu pelandas (batu penumbuk) dan ditemukan batu granit di Sungai Mimil. Survei di Kampung Sopolebaga ditemukan dua buah sumur alam yaitu: Sumur Sopolebaga I, dan sumur Sopolebaga II. Kampung Yumigama ditemukan Bukit Balingga (temuan yaitu sebuah batu, bahan pembuat kapak lonjong yang terbuat dari batuan beku dengan jenis batuan andesit). Selanjutnya ditemukan tempat pembakaran babi Mawarek. Survei di Kampung Tulem, Distrik Kurulu, ditemukan Bukit Tulem dengan artefak berupa batu asah yang berfungsi untuk mengasah kapak batu, juga berfungsi untuk pembuat api. Hasil temuan-tumuan ini, dapat menjawab permasalahan penelitian yang kedua yaitu pola budaya kehidupan awal Holosen di wilayah Gunung Tukum. 5
6 Hasil survei yang dilakukan pada permukaan Gua Isuwaga terdapat deposit tulang manusia, berupa: tulang paha/ femur, tulang lengan /hemerus, dan tulang belakang/vetebrae lumbalis, dari temuan-temuan ini dapat diklasifikasikan sebagai gua penguburan. Gua ini tidak dapat ditinggali manusia sebab lantainya tidak rata, sempit, kurang mendapat sinar matahari dan sirkulasi udara dalam gua kurang dan juga gua ini jauh dari sumber air. Sistem penguburan di dalam Gua Isuguwaga di sekitar Gunung Tukum mengenal sistem penguburan sekunder. Dimana dalam tradisi mereka bahwa apabila kerabat meninggal, mayat tersebut akan diletakan di belakang honai pria, setelah beberapa lama, tulang g tersebut akan dikumpulkan dan dibawa ke gua-gua atau ceruk penguburan dan akan diletakan di dalam lantai gua. Tetapi di Kampung Wosiala, wilayah Kurulu ada perbedaan dalam sistem penguburannya, walaupun mereka masih dalam satu daerah kebudayaan Lembah Baliem. Tradisi penguburan di dalam gua tidak dikenal di Kampung Wosiala. Walaupun gua-gua yang pernah diteliti juga menyimpan sejumlah deposit tulang manusia. Hasil wawancara dengan masyarakat yang berada di sekitar situs Gua Kesik, Kurulu, bahwa deposit tulang ini bukan merupakan tulang dari kerabat, atau leluhur mereka yang meninggal tetapi, tulang ini merupakan tulang dari hasil mengayau/ perang (tulang para musuh perang) yang diletakan di belakang honai laki-laki, setelah daging terlepas dan tinggal tulang kemudian diletakan di dalam gua atau ceruk. Bila dibandingkan dengan tradisi penguburan di Tolikara dan Pegunungan Bintang walaupun mereka dalam satu wilayah kebudayaan daerah Pegunungan Tengah, tetapi tradisi penguburan antara satu daerah sangat berbeda sekali. Masyarakat Tolikara tidak mengenal adanya tradisi penguburan di dalam gua, tetapi mereka mengenal tradisi pembakaran mayat. Jika kerabat mereka ada yang meninggal maka, akan diadakan ritual pembakaran mayat. Kerabat dikumpulkan dan mereka akan memotong babi untuk dimasak dan makan bersama. Keluarga yang berduka akan diberi sejumlah barang oleh keluarga yang mengunjungi. Keluarga yang berduka akan menyanyi dan meratap, badan dan muka mereka akan dilumuri dengan lumpur tanda mereka sedang berada dalam suasana duka. Para perempuan yang berduka akan dipotong jarinya tanda ia berduka. Dalam prosesi pembakaran mayat, mereka akan menyiapkan sejumlah batu yang diatur rapi tersusun, mayat akan diletakan di atas batu-batu tersebut. Setelah itu mereka akan meletakan kayu di atas mayat dan selanjutnya mereka akan melakukan upacara pembakaran mayat. Upacara pembakaran mayat dilakukan di tengah-tengah halaman honai. Setelah pembakaran 6
7 mayat selesai, mereka akan memotong babi dan akan makan bersama, abu jenasah akan diletakkan di atas daun pisang dan abu ini ditaruh di belakang honai laki-laki. Sedangkan tradisi penguburan di Pegunungan Bintang sangat berbeda, yaitu tradisi penguburan di dalam gua/ceruk dan di dalam pohon-pohon yang besar yang dilubangi tengahnya. Tradisi penguburan di dalam gua masih berlangsung hingga kini, anggota keluarga yang meninggal mayatnya akan dibalut dengan kulit kayu dan setelah itu mayat akan diletakan di lantai gua/ ceruk. Bekal kubur berupa sebuah noken, yang diisi perlengkapan si mati semasa hidupnya. Dengan ditemukannya gua penguburan di situs Gua Isuguwaga memberikan gambaran tentang pendukung budaya awal Holosen di sekitar Gunung Tukum, Lembah Baliem. Tingkat budaya manusia pada masa itu oleh para ahli prasejarah dimasukan ke dalam tingkat budaya mesolitk yaitu tingkat budaya batu madya (Soejono, 1994). Sebab salah satu karakter budaya yang khas pada awal Holosen adalah pemanfaatan gua dan ceruk secara intensif, seperti yang ditemukan pada situs ini. Temuan alat batu di Ceruk Watiwaga, yaitu jenis kapak genggam tipe Baliem I, II terbuat dari batuan sedimen dari batuan sedimen jenis silicified tuff warna abu-abu kehitaman, kapak genggam tipe Baliem I terdentifikasi dari bekas dataran pukul di samping kanan serta permukaan batu, bagian belakang, di atasnya terlihat pengerjaan yang diberi tempat untuk mengenggam dengan ibu jari. Kapak genggam Baliem II teridentifikasi dari bekas dataran pukul yang meruncing di bagian permukaan batu, samping kiri dan kanan terlihat dataran pukulnya. Ada bagian untuk mengenggam berada di bagian atas, yang diberi tempat untuk memegang dengan ibu jari. Dari kedua batu yang ditemukan ini, bila dilihat dari bentuknya dapat terlihat ada bekas pengerjaannya yang di bagian belakang dan di atas batu yang sengaja dapat digenggam oleh ibu jari, sehingga penamaan dua batu ini adalah batu genggam tipe Baliem I dan II. Temuan batu pelandas/ penumbuk terbuat dari batuan beku dari jenis batu andesit. Batu pelandas ini terindentifikasi dari bentuk dan seluruh permukaan batu yang lebar, batu ini dipakai sebagai batu penumbuk yang digunakan untuk keperluan hidup seharihari dalam kelangsungan kehidupan mereka. Temuan alat batu, yang terbuat dari bahan batu pasir kuarsa, berwarna agak kecoklatan, seluruh bagian belum diasah halus dan tajamannya dibuat dengan mengasah bagian ujung permukaan bawah ke arah pinggir permukaan atas. Bagian belakangnya terlihat patah dengan penampang lintangnya berbentuk segi tiga dengan punggung yang 7
8 agak tinggi. Dengan ciri-ciri inilah maka kesimpulan sementara adalah alat batu yang ditemukan ini berasal dari masa neolitik. Temuan yang didapat pada halaman Ceruk Watiwaga, adalah: berbagai alat batu yaitu jenis kapak batu seperti kapak genggam tipe Baliem I, kapak gengam tipe Baliem II, alat batu dari bahan pasir kuarsa dan batu pelandas. Dengan ditemukannya sejumlah batu di Ceruk Watiwaga, maka Gua Watiwaga dapat diklasifikasikan sebagai ceruk tempat kegiatan industri menghasikan berbagai alat dari batu. Keberadaan batuan di sekitar Ceruk Watiwaga telah melahirkan teknologi alat batu yang menghasilkan berbagai jenis alat dari batu, yang berkembang sejak jaman Paleolitik sampai neolitik. Sebab salah satu karakter budaya yang khas pada akhir Holosen adalah pembuatan alat dari batu. Dari temuan kapak genggam I, II, batu pelandas berbahan batu pasir kuarsa, calon kapak lonjong dari bahan batuan beku jenis andesit didukung oleh ketersediaan bahan batu yang terdapat di Jayawijaya. Wilayah Pegunungan Tengah, Tolikara, Pegunungan Bintang/Ngalum, termasuk Jayawijaya sangat kaya akan berbagai jenis batu khususnya batuan sedimen dalam hal ini batu gamping, rijang, batuan beku serta batuan andesit. Hal inilah memungkinkan bagi manusia pendukung pada masa lalu di Lembah Baliem dalam membuat batu yang digunakan untuk memudahkan berbagai macam aktivitas mereka diantaranya berburu dan meramu makanan. Batu bahan pembuat kapak lonjong yang terbuat dari batuan beku dengan jenis batu andesit di Bukit Balingga, terindentifikasi pada bentuknya yang lonjong dan jenis batunya yang kasar dapat berfungsi sebagai batu untuk bahan pembuat kapak batu. Selain itu juga penemuan batu ini yang dekat dengan area perang, dapat juga difungsikan sebagai alat senjata dalam peperangan. Batuan beku jenis andesit ini banyak ditemukan di daerah sungai atau kali, dapat dibuktikan dengan keterdekatan bukit ini dengan kali/ sungai yang kami jumpai. Temuan di Bukit Tulem, berupa batu asah yang berfungsi untuk mengasah kapak batu, juga berfungsi untuk pembuat api, dapat terindentifikasi pada bentuknya yang tipis berwarna kecoklatan. Cara mengasahnya dengan mengambil kapak batu atau alat yang mau ditajamkan dengan menggosokan ke arah ketajaman dengan berulang-ulang. Sedangkan cara untuk membuat api adalah pertama-tama mengambil dua batu asah, kemudian menyiapkan pula rumput-rumput, daun-daun, atau kulit kayu yang kering. Dua buah batu asah tersebut digesek-gesek sehingga mengeluarkan percikan-percikan api, dari percikan-perikan api tersebut diletakan di atas daun, rumput, kulit kayu kering, 8
9 sehingga mengeluarkan api dan dapat dipergunakan untuk keperluan hidup manusia untuk memasak atau sebagai penerangan dan sebagainya. Ketersedian batu asah banyak dijumpai di Bukit Tulem juga difungsikan sebagai alat pembuat api. Manusia mulai mengenal api pada tingkat hidup berburu dan meramu. Keberadaan Bukit Tulem dan ketersediaan batu asah ini dapat menjawab kehidupan manusia pada masa Holosen. Salah satu karakteristik budaya pada masa Holosen adalah aktivitas perapiannya. Kondisi lingkungan alam Gunung Tukum dan sekitarnya mendukung kehidupan manusia yang hidup pada masa lalu, dengan dibuktikan ditemukannya dua buah sumur/ i hulelek yaitu Sumur Sopolebaga I, dan II. Ketersediaan air yang tersedia, membuktikan ada kehidupan di wilayah ini pada masa lalu. Sebab setiap makluk hidup/ manusia membutuhkan air bagi kelangsungan hidupnya. Keadaan kondisi air di Sumur Sopolebaga I dan II saat ini sudah kering, sehingga sumur ini beralih fungsi sebagai tempat jebakan bagi babi-babi liar. Hasil eksplorasi ditemukan tiga buah gua alam, ketiga gua alam tersebut merupakan data pelengkap saja, yaitu: Gua Parema I/Papah I, Gua Parema II/ Papah II, dan Gua Huam. Ketiga gua alam yang ditemukan ini tidak ditemukan sisa-sisa tinggalan manusia, seperti tulang hewan maupun artefak kapak batu. Tetapi Gua Parema II/Papah II kemungkinan besar pernah ditinggali manusia, ruangan gua ini cukup besar dan luas, lantai gua agak datar, gua ini dekat dengan aliran sungai/ aliran air. Kedua gua alam yang ditemukan yaitu Gua Perema I/Papah I, dan Gua Huam, kedua gua ini dapat dimasuki, tetapi tidak dapat ditinggali manusia sebab lantai gua digenangi oleh air, tetapi ada kemungkinan kedua gua ini pernah ditinggali manusia sebab kemungkinan pada waktu-waktu lalu gua ini kering. Tempat pemotongan babi yang terletak di Gunung Ukul Kabelet, merupakan tempat yang dikhususkan untuk memotong babi. Tempat ini berukuran panjang kurang lebih 1 m, lebar 1 m, tempat ini menyerupai kolam kecil yang digenangi oleh air, dan di sekitarnya ditumbuhi rumput-rumput. Letak tempat ini di bawah Gunung Ukul Kabelet. Tempat pemotongan babi ini hanya dikhususkan untuk acara kematian. Setelah pemotongan babi dilakukan, maka selanjutnya acara pembakaran babi, pada tempat pembakaran babi dikhususkan pula oleh masyarakat di Kampung Yumigama, yang diberi nama Mewarek. Tempat ini berada di antara pohon-pohon akasia yang rindang dan batu-batu besar. Tempat pembakaran ini diberi tanda lingkaran dengan abu yang diameternya kurang lebih 1 m, tempat ini merupakan tempat yang kering. Mereka akan makan daging babi bersama, 9
10 kemudian untuk menenangkan diri dari kesedihan, mereka akan naik ke puncak Gunung Sekan, kondisi lingkungan sekitar Gunung Sekan terdapat pohon-pohon yang padat dan rimbun, tradisi ini masih berlanjut sampai sekarang. Dari eksplorasi yang dilakukan, ditemukan sungai yang oleh masyarakat dinamakan Sungai Mimil, yang banyak ditemukan bebatuan kali, salah satu batu kali yang ditemukan adalah batu granit biotite. Batuan ini dapat dipergunakan manusia sebagai bahan alat batu. Sekitar Gunung Tukum sebagai suatu kesatuan geografis yang dicirikan oleh keberadaan bukit karst menampilkan sejarah kehidupan manusia yang khas sejak masa Holosen. Kesamaan geografis dengan kesamaan sumberdaya pokok yang dimiliki mendorong tumbuhnya budaya yang mengandalkan eksploitasi lingkungan. Penghuni awal Holosen adalah manusia mengeksploitasi berbagai relung alam, terutama untuk hunian, penguburan, dan kegiatan industri. Keberadaan jenis batuan membuka berkembangnya teknologi alat batu untuk menghasilkan alat batu. Eksplorasi ini tidak ditemukan teknologi untuk menghasilkan alat serpih bilah, hanya teknologi pembuatan berbagai alat batu yaitu jenis kapak batu seperti menyerupai kapak genggam, alat batu dari bahan pasir kuarsa dan batu pelandas (batu penumbuk). Keragaman sisa fauna pada gua-gua hunian menunjukan bahwa perburuan tidak terbatas pada suatu jenis tertentu, tetapi beragam binatang yang tersedia. Eksplorasi ini tidak ditemukan sisa-sisa tulang fauna di dalam gua dan ceruk, yang menjadi pengolahan binatang buruan sebagai bahan makanan. Tetapi tulang-tulang binatang yang dimanfaatkan untuk berbagai peralatan yang dijumpai di tengah-tengah masyarakat hanya terbatas pada tulang babi saja. Subsistensi perburuan didapatkan dalam penelitian adalah penangkapan ikan air tawar, terlihat dengan adanya Gua Parema I/Papah I yang dimanfaatkan sebagai areal menangkap ikan. Temuan batu di Ceruk Watiwaga menunjukkan budaya sekitar Gunung Tukum merupakan subkelompok budaya yang mempunyai wilayah eksploitasi di sekitar bukit kars. Unsur-unsur budaya yang dimiliki kekhasan tersebut banyak ditemukan budaya kontemporer dalam satuan- satuan perbukitan gamping lainnya di Pegunungan Tengah. Dilihat dari satuan geografis perbukitan karst, terdapat kesamaan budaya pokok, antara Pegunungan Bintang/ Oksibil. Kesamaan budaya pokok antara lain eksploitasi intensif sumberdaya alam, penguburan gua/ceruk menampakan kesamaan dipengaruhi oleh sumberdaya lingkungan yang tersedia, sistem penguburannya yang berbeda dengan 10
11 sistem penguburan yang berada di daerah lainnya di daerah Pegunungan Tengah yaitu penguburan di dalam gua, dan juga pembuatan alat-alat dari batu, yang dijumpai di kedua wilayah ini. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di wilayah Gunung Tukum dan sekitarnya, di Lembah Baliem Kabupaten Jayawijaya menunjukkan sejumlah tinggalan arkeologi berupa empat buah gua alam yaitu Gua Isuguwaga, Parema I/ Papah I, Gua Parema II/ Papah II, Gua Huam, sebuah yaitu Ceruk Watiwaga. Dua buah bukit yaitu Bukit Tulen dan Bukit Balingga. Satu lokasi tempat pemotongan babi, satu lokasi tempat pembakaran babi Mewarek. Dua buah sumur alam yaitu sumur Sopelebaga I dan II. Satu sungai yaitu Sungai Mimil. Terdapat sejumlah materi arkeologi berupa tulang manusia, kapak genggam, batu pelandas (batu penumbuk), bahan alat batu, pembuat kapak dari batu sedimen jenis andesit, batu asah dan batu granit. Berdasarkan hasil analisis lingkungan, bentuk dan konteks temuannya dapat disimpulkan Ceruk Watiwaga dapat diklasifikasikan sebagai ceruk tempat kegiatan industri menghasilkan berbagai alat dari batu, salah satu karakter budaya yang khas pada masa Holosen adalah pembuatan alat dari batu. Gua Isuguwaga sebagai gua penguburan memberi gambaran tentang pendukung budaya masa Holosen di sekitar Gunung Tukum. Sedangkan Bukit Tulem memberikan gambaran kehidupan manusia masa Holosen adalah aktivitas perapiannya. Sebagai data pelengkap bahwa: ketiga gua alam yang ditemukan yaitu Gua ParemaI/ papah I, Gua Parema II/ Papah II, dan Gua Huam, ketiga gua alam ini tidak ditemukan tinggalan arkeologi. Berdasarkan survei yang telah dilakukan pada tinjauan komponen-komponen lingkungan di sekitar Gunung Tukum masih ada celah yang kosong dimana masih belum ditemukannya komponen tinjauan biologis (ekofak) yang berupa fosil-fosil vetebrata dan komponen berupa alat (artefak) dari tulang binatang, cangkang moluska dan alat litik, yang mencirikan kehidupan akhir Pleistosen. Belum ditemukannya artefak ini apakah karena lingkungan kurang mendukung tersedianya bahan untuk menciptakan alat? atau memang belum ditemukan artefak ini, sehingga pola kehidupan manusia akhir Pleistosen di sekitar Gunung Tukum tidak dapat dijumpai, tetapi beberapa artefak yang ditemukan di sekitar wilayah Gunung Tukum mencirikan pola kehidupan manusia pada masa Holosen. 11
12 DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Jayawijaya dalam Angka. Deetz, James Invitation to Archaeology. New York: The Natural History Press. File///F:/Wamena nama kampung. Htm diakses 11 April 2012 pukul WIT. Infospesial. Net diakses 27 Februari 2012 pukul WIT. Maryone, Rini Berita Penelitian Arkeologi. Balai Arkeologi Jayapura. Noerwidi, Sofwan Mengarungi Garis Wallace: Awal Migrasi Manusia dari Paparan Sunda menuju Kawasan Wallacea, dalam Berkala Arkeologi edisi tahun XXXVIII November Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta. Poesponegoro, Djoened Marwati dan Nugraha Notosusanto Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Prasetyo, Bagyo Artefak Tulang Situs Gua (Kalimantan Selatan): Variasi Tipologis dan Teknologisnya. Balai Arkeologi Yogyakarta Religi pada Masyarakat Prasejarah Indonesia. Jakarta: Proyek Penelitian dan Pengembangan Arkeologi. Schiffer, Michael B Behavior Archaeology. New York: Academic Press. Simanjuntak, Truman Budaya Awal Holosen di Gunung Sewu. Berkala Arkeologi Tahun XIX Edisi No. 1/ Mei Balai Arkeologi Yogyakarta. Siswanto Komponen Lingkungan Pendukung Kehidupan Manusia Kala Pleistosen di Situs Patiayam, Kudus. Berita Penelitian Arkeologi. Yogyakarta. Balai Arkeologi Yogyakarta. Soebroto, Ph Kondisi Lingkungan pada Manusia Pleistosen dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Manusia Prasejarah di Jawa. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya- Universitas Gadjah Mada. 12
13 Lingkungan Masa Lalu dalam Perspektif Arkeologi. Artefak- Edisi XXVII/ September Yogyakarta. Soejono Prasejarah Irian Jaya dalam Irian Jaya Membangun Masyarakat Majemuk. Jakarta: Djambatan. 13
ALAT BATU DI PEGUNUNGAN TENGAH PAPUA
ALAT BATU DI PEGUNUNGAN TENGAH PAPUA Marlin Tolla (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract The discovery of stone tools in prehistoric sites in the central highlands of Papua, especially in the Pegunungan Bintang
Lebih terperinciJEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH
JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Humans and the environment are interrelated and inseparable. Environment provides everything and
Lebih terperinciTRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM
TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Burial in caves and niches on the Web is a
Lebih terperinciTEKNOLOGI ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH HONAI SUKU DANI PAPUA
1 TEKNOLOGI ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH HONAI SUKU DANI PAPUA A. Pendahuluan Secara umum, arsitektur tradisional suku-suku yang terdapat di Papua terbagi menjadi beberapa tipe bentuk hunian, yaitu: 1.
Lebih terperinciFUNGSI KAPAK BATU PAPUA DALAM MEMPERSATUKAN KERAGAMAN
FUNGSI KAPAK BATU PAPUA DALAM MEMPERSATUKAN KERAGAMAN Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura, balar_jpr@yahoo.co.id) Abstract Stone axe found at several prehistoric sites in Papua, shows the infl uence
Lebih terperinciPENGUBURAN MASA LALU DI KAMPUNG BAINGKETE DISTRIK MAKBON KABUPATEN SORONG
PENGUBURAN MASA LALU DI KAMPUNG BAINGKETE DISTRIK MAKBON KABUPATEN SORONG Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura, e-mail: maryonerini@gmail.com) Abstract Research on past burials conducted in Sorong is
Lebih terperinciRESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN
RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi
Lebih terperinciPOLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005.
POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA 2014 Indah Asikin Nurani Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005. A. Hasil Penelitian Sampai Tahun
Lebih terperinciTaufiqurrahman Setiawan (Balai Arkeologi Medan) Abstract
LOYANG 1 MENDALI SITUS HUNIAN PRASEJARAH DI PEDALAMAN ACEH Asumsi Awal Terhadap Hasil Penelitian Gua-gua di Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Taufiqurrahman Setiawan (Balai Arkeologi
Lebih terperinciPRASEJARAH INDONESIA
Tradisi Penguburan Jaman Prasejarah Di Liang Bua dan Gua Harimau E. Wahyu Saptomo Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta PRASEJARAH INDONESIA Prasejarah Indonesia dapat dibagi dua yaitu: - Prasejarah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Universitas Indonesia
BAB V PENUTUP Manusia prasejarah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam hal ini makanan, telah mengembangkan teknologi pembuatan alat batu. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan mereka untuk dapat bertahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Alat tulang merupakan salah satu jenis produk teknologi manusia. Alat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Alat tulang merupakan salah satu jenis produk teknologi manusia. Alat tulang digunakan sebagai alat bantu dalam suatu pekerjaan. Alat tulang telah dikenal manusia sejak
Lebih terperinciBENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI
BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Based on the research done, earthenware is found in Sentani Lake. The earthenware which is found in pieces,
Lebih terperinciPOLA OKUPASI GUA KIDANG, HUNIAN MASA PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA. Indah Asikin Nurani
POLA OKUPASI GUA KIDANG, HUNIAN MASA PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA A. Hasil Penelitian Selama Enam Tahap Indah Asikin Nurani Hasil penelitian sampai pada tahap keenam (2012), dapat disimpulkan beberapa
Lebih terperinciBAB III ZAMAN PRASEJARAH
79 BAB III ZAMAN PRASEJARAH Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari: A.
Lebih terperinciKarakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua
Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua Disusun Oleh : Ridha Chairunissa 0606071733 Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Daerah Aliran Sungai
Lebih terperinciMASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami
MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat disebabkan karena ada
Lebih terperinciKAJIAN TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN TERNAK BABI. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua 2
KAJIAN TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN TERNAK BABI Batseba M.W. Tiro 1 dan Paskalis Th. Fernandez 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,
Lebih terperinciBENTUK MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT PENDUKUNG SITUS GUNUNG SROBU (Prehistory Livelihood in the Srobu Site)
BENTUK MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT PENDUKUNG SITUS GUNUNG SROBU (Prehistory Livelihood in the Srobu Site) Erlin Novita Idje Djami Balai Arkeologi Jayapura, Jalan Isele, Kampung Waena, Jayapura 99358 Telepon
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi.
SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5 1. Kebudayaan Bascon Hoa bin adalah kebudayaan yang berasal dari wilayah Vietnam utara kemudian masuk ke Indonesia. Berikut
Lebih terperinciPENGARUH KENYAMANAN DAN KEAMANAN BERMUKIM TERHADAP BENTUK PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU DANI DI WAMENA KABUPATEN JAYAWIJAYA, PAPUA
PENGARUH KENYAMANAN DAN KEAMANAN BERMUKIM TERHADAP BENTUK PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU DANI DI WAMENA KABUPATEN JAYAWIJAYA, PAPUA M. Amir Salipu 1, Imam Santoso 2 1 Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti
Lebih terperinciTipe Hunian Gua dan Ceruk Arkeologis Masa Prasejarah di Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul (Sebuah Analisis Pendahuluan)
Tipe Hunian Gua dan Ceruk Arkeologis Masa Prasejarah di Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul (Sebuah Analisis Pendahuluan) Taufiqurrahman Setiawan The prehistoric hunter and gatherers have two type of cave
Lebih terperinciPOTENSI ARKEOLOGIS DAERAH ALIRAN SUNGAI KIKIM KABUPATEN LAHAT, SUMATERA SELATAN
POTENSI ARKEOLOGIS DAERAH ALIRAN SUNGAI KIKIM KABUPATEN LAHAT, SUMATERA SELATAN Sigit Eko Prasetyo (Balai Arkeologi Palembang) Abstract Archaeology is the study of human society, primarily through the
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Hubungan antara manusia dengan alam yang ada di sekitarnya merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Hubungan antara manusia dengan alam yang ada di sekitarnya merupakan hubungan yang sangat erat dan saling berakibat sejak awal kemunculan manusia. Kehidupan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
6 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Penelitian Secara administrasi, lokasi penelitian berada di Kecamata Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah timur Sebelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Artefak obsidian..., Anton Ferdianto, FIB UI, 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penelitian Pada awal abad ke 20, Pulau Jawa menjadi pusat penelitian mengenai manusia prasejarah. Kepulauan Indonesia, terutama Pulau Jawa memiliki bukti dan sejarah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Setiap kelompok sosial yang mendiami suatu wilayah memiliki sistem sosial dan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap kelompok sosial yang mendiami suatu wilayah memiliki sistem sosial dan sistem budaya yang unik. Sistem sosial dan sistem budaya inilah yang pada akhirnya membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kawasan karst pada saat ini telah menjadi objek penelitian arkeologi yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kawasan karst pada saat ini telah menjadi objek penelitian arkeologi yang menarik, karena kawasan karst menjadi bukti berlangsungnya kehidupan pada jaman prasejarah.
Lebih terperinciPEMANFAATAN TULANG SEBAGAI ARTEFAK DARI SITUS GUA KIDANG BLORA JAWA TENGAH KOLEKSI BALAR YOGYAKARTA. Michael Angello Winarko
1 PEMANFAATAN TULANG SEBAGAI ARTEFAK DARI SITUS GUA KIDANG BLORA JAWA TENGAH KOLEKSI BALAR YOGYAKARTA Michael Angello Winarko Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. purba yang mempunyai peran penting bagi dunia ilmu pengetahuan. Di situs ini
BAB IV KESIMPULAN A. KESIMPULAN Situs Manusia Purba Sangiran merupakan salah satu situs manusia purba yang mempunyai peran penting bagi dunia ilmu pengetahuan. Di situs ini ditemukan beragam jenis fosil
Lebih terperinciKebudayaan Ngandong. Di daerah sekitar Ngandong dan Sidorejo dekat Madiun, Jawa Timur, ditemukan
Kebudayaan Ngandong Di daerah sekitar Ngandong dan Sidorejo dekat Madiun, Jawa Timur, ditemukan peralatan-peralatan, seperti : a. Kapak genggam. b. Flake merupakan alat-alat serpih atau alat-alat kecil.
Lebih terperinciTanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala
Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
Lebih terperinciPEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah
PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH A.Pembentukan Tanah Pada mulanya, permukaan bumi tidaklah berupa tanah seperti sekarang ini. Permukaan bumi di awal terbentuknya hanyalah berupa batuan-batuan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO
BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo Kawasan outbound training di Kabupaten Kulon Progo merupakan kawasan pusat di alam terbuka yang bertujuan untuk mewadahi kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil Perusahaan PT. Cipta Kridatama didirikan 8 April 1997 sebagai pengembangan dari jasa penyewaan dan penggunaan alat berat PT. Trakindo Utama. Industri tambang Indonesia yang
Lebih terperinci28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec
BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciIV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN
16 IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1 Administrasi dan Geografis Secara administratif Pit Ata terletak di tiga desa yaitu Desa Batuharang, Desa Gunung Raya dan Desa Produksi. Ketiga desa ini terdaftar
Lebih terperinciPengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura
Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura Abstrak The packaging of archaeological remains is the way to advantage archaeological remains
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium BALAI BESAR KERAMIK Jalan Jendral A. Yani 392 Bandung. Conto yang digunakan adalah tanah liat (lempung) yang berasal dari Desa Siluman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Daerah Penelitian Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara geografis, daerah penelitian terletak dalam selang koordinat: 6.26-6.81
Lebih terperinciPENELUSURAN POTENSI ARKEOLOGIS DI KAWASAN KARST GOMBONG SELATAN
HUMANIORA Anggraeni, Penelusuran Potensi Arkeologis di Kawasan Karst Gombong Selatan VOLUME 17 No. 2 Juni 2005 Halaman 135-141 PENELUSURAN POTENSI ARKEOLOGIS DI KAWASAN KARST GOMBONG SELATAN Anggraeni*
Lebih terperinciCiri Budaya Prasejarah pada Sistem Bercocoktanam Masyarakat Suku Dani di Lembah Baliem
Ciri Budaya Prasejarah pada Sistem Bercocoktanam Masyarakat Suku Dani di Erlin Novita Idje Djami (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Prehistoric featured life is still found in Dani tribe society who inhabit
Lebih terperinciMACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI.
MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. Macam-macam Letak Geografi Untuk mengetahui dengan baik keadaan geografis suatu tempat atau daerah, terlebih dahulu perlu kita ketahui letak tempat atau daerah tersebut di permukaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman
Lebih terperinciTINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH
TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH A. Pendahuluan Maluku merupakan propinsi dengan sebaran tinggalan arkeologis yang cukup beragam. Tinggalan budaya ini meliputi
Lebih terperinciIII.1 Morfologi Daerah Penelitian
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur
Lebih terperinciPERENCANAAN INTERIOR AREA PAMER GEODIVERSITY, BIODIVERSITY & CULTUREDIVERSITY ETALASE GEOPARK GUNUNG SEWU - PACITAN
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI MUSEUM GEOLOGI LAPORAN PENGEMBANGAN DESAIN (AKHIR) PERENCANAAN INTERIOR AREA PAMER GEODIVERSITY, BIODIVERSITY & CULTUREDIVERSITY ETALASE GEOPARK
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia Tenggara menjelang akhir plestosen, yang didasarkan akan adanya kebutuhan manusia akan tempat yang
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi mum Daerah Penelitian ecara umum morfologi daerah penelitian merupakan dataran dengan punggungan di bagian tengah daerah
Lebih terperinci3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis
3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi
Lebih terperinciPola pemukiman berdasarkan kultur penduduk
Pola Pemukiman Terpusat Pola Pemukiman Linier Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Adanya pemukiman penduduk di dataran rendah dan dataran tinggi sangat berkaitan dengan perbedaan potensi fisik dan
Lebih terperinci1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gua Pawon dengan segala bentuk temuan prasejarah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan lingkungannya bila di kaitkan dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun
Lebih terperinciSTRATEGI SUBSISTENSI DAN PEMILIHAN LOKASI HUNIAN PRASEJARAH DI SITUS YOMOKHO SENTANI
STRATEGI SUBSISTENSI DAN PEMILIHAN LOKASI HUNIAN PRASEJARAH DI SITUS YOMOKHO SENTANI Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura, mbah_tho@yahoo.com) Abstract Research in the area of Lake Sentani done in Yomokho
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL
BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL 2.1. TINJAUAN UMUM Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya dibagi menjadi tiga mendala (propinsi) geologi, yang secara orogen bagian timur berumur lebih tua sedangkan bagian
Lebih terperinciIdentifikasi Jejak Hunian di Situs Song Agung: Kajian Awal atas Hasil Ekskavasi Bulan Maret 2002
Identifikasi Jejak Hunian di Situs Song Agung: Kajian Awal atas Hasil Ekskavasi Bulan Maret 00 Oleh: J. A. Sonjaya a. Latar Belakang Pada tanggal -3 Maret 00 telah dilakukan ekskavasi di situs Song Agung,
Lebih terperinciLongsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran
Lebih terperinciPENDALAMAN MATERI LETAK (ASTRONOMIS DAN GEOGRAFIS) SERTA DAMPAKNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL; EKONOMI; IKLIM DAN MUSIM
MODUL ONLINE 21.2 DAMPAK LETAK GEOGRAFIS, LETAK ASTRONOMIS DAN LETAK GEOLOGI INDONESIA PENDALAMAN MATERI LETAK (ASTRONOMIS DAN GEOGRAFIS) SERTA DAMPAKNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL; EKONOMI; IKLIM DAN MUSIM
Lebih terperinciKL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Bab GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI WILAYAHKECAMATAN REMBANG
BAB II DESKRIPSI WILAYAHKECAMATAN REMBANG A. Latar Belakang desa Rembang. A. Letak Geografis Sebelum masuk dalam pembahasan perkembangan Monumen dan Museum Jenderal Soedirman, penulis perlu mengenalkan
Lebih terperinciSOAL PRETEST Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar! 1. Gambar dinding yang tertera pada goa-goa mengambarkan pada jenis binatang yang diburu
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian berada pada kuasa HPH milik PT. Aya Yayang Indonesia Indonesia, yang luasnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dari asal katanya, geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30).
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen
SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1 1. Bangunan megalithikum yang berbentuk batu bertingkat berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang disebut...
Lebih terperinciSTRATEGI SUBSISTENSI DI SITUS GUA GEDE NUSA PENIDA PADA MASA PRASEJARAH Subsistence strategies in Gua Gede Site Nusa Penida in Prehistory Period
STRATEGI SUBSISTENSI DI SITUS GUA GEDE NUSA PENIDA PADA MASA PRASEJARAH Subsistence strategies in Gua Gede Site Nusa Penida in Prehistory Period Balai Arkeologi Denpasar Jl. Raya Sesetan No.80, Denpasar
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km
Lebih terperinciPada acara penyambutan tersebut Prof. Yo juga diperkenalkan dengan staf-staf di jajaran pemerintahan Kabupaten Tolikara.
Road Show ke Papua Pada tanggal 8 Februari 2009 Tim Surya Institute dan Prof. Yohanes Surya (Prof. Yo) berangkat roadshow ke Papua atas undangan WVI (Wahana Visi Indonesia). Tiba di Jayapura senin 9 Februari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang
Lebih terperinciKONDISI UMUM BANJARMASIN
KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT
1 BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN SITUS GUA PAWON DAN LINGKUNGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah negara yang kaya akan gunung api dan merupakan salah satu negara yang terpenting dalam menghadapi masalah gunung api. Tidak kurang dari 30
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah
Lebih terperinciberukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.
berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan
Lebih terperinciRINGKASAN LAPORAN INVENTARISASI EMISI GAS RUMAH KACA TAHUN 2014
RINGKASAN LAPORAN INVENTARISASI EMISI GAS RUMAH KACA TAHUN 2014 Dalam rangka pelaksanaan kebijakan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26% dari bussiness As UsuaIl (BAU) pada tahun 2020, Pemerintah
Lebih terperinciBAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH
3 GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1. Batas Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Sumba Tengah merupakan pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dibentuk berdasarkan UU no.
Lebih terperinciKONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja
KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bendung Kaligending terletak melintang di Sungai Luk Ulo, dimana sungai ini merupakan salah satu sungai yang cukup besar potensinya dan perlu dikembangkan untuk dimanfaatkan
Lebih terperinciPENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. SARI
PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. Oleh: Robert L. Tobing, Wawang S, Asep Suryana KP Bnergi Fosil SARI Daerah penyelidikan secara administratif terletak
Lebih terperinciTINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM. Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi
1 TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi Abstrak Archeology studies try to reconstruct human culture in the past
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, secara makro Kabupaten Sleman terdiri dari daerah dataran rendah yang subur pada bagian selatan,
Lebih terperinciKONDISI GEOGRAFIS CHINA
CHINA WILAYAH CINA KONDISI GEOGRAFIS CHINA Dataran tinggi di bagian barat daya China dengan rangkaian pegunungan tinggi yakni Himalaya. Pegunungan ini berbaris melengkung dan membentang dari Hindukush
Lebih terperinciBudaya Banten Tingkat Awal
XIX. Budaya Banten Tingkat Awal Penelusuran sejarah kebudayaan manusia sangat diperlukan sebagai rekam jejak untuk mengetahui tingkat peradaan suatu bangsa. Asal usul manusia yang tinggal di wilayah tertentu
Lebih terperinci4.1. Letak dan Luas Wilayah
4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara Geografis Sorong terletak pada kawasan persilangan empat penjuru
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara Geografis Sorong terletak pada kawasan persilangan empat penjuru yaitu di utara berhadapan dengan filipina, di selatan dengan Australia,di barat dengan pulau-pulau
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK
VOLUME 9 NO.2, OKTOBER 2013 IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS Farah Sahara 1, Bambang Istijono 2, dan Sunaryo 3 ABSTRAK Banjir bandang
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.
IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas
Lebih terperinciSALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT
SALINAN Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : Mengingat : a. bahwa kawasan kars yang merupakan sumberdaya
Lebih terperinciPETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan)
PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan) Geologi Regional Kuliah lapangan Geologi dilakukan pada hari Sabtu, 24 November 2012 di Perbukitan Jiwo, Kecamatan Bayat, yang terletak ±20 km di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik
Lebih terperinciBatuan beku Batuan sediment Batuan metamorf
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat Fisiografi Jawa Barat (Gambar 2.1), berdasarkan sifat morfologi dan tektoniknya dibagi menjadi empat bagian (Van Bemmelen, 1949 op. cit. Martodjojo, 1984),
Lebih terperinciBAB 1: SEJARAH PRASEJARAH
www.bimbinganalumniui.com 1. Studi tentang kebudayaan adalah suatu studi yang mempelajari... (A) Gagasan-gagasan untuk mewujudkan tindakan dan artefak (B) Kesenian (C) Karya sastra dan cerita rakyat (D)
Lebih terperinci