Rencana Induk Penelitian. Institut Teknologi Bandung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rencana Induk Penelitian. Institut Teknologi Bandung"

Transkripsi

1 Rencana Induk Penelitian Institut Teknologi Bandung

2

3 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I PENDAHULUAN... 4 BAB II LANDASAN PENGEMBANGAN DAN ANALISIS SWOT RIP ITB MISI ITB VISI ITB LANDASAN KEBIJAKAN RIP ITB LANDASAN KEBIJAKAN LANDASAN PENDUKUNG IMPLEMENTASI MP3EI ANALISIS KONDISI SAAT INI RIWAYAT PERKEMBANGAN ITB*) KEMAJUAN PELAKSANAAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN ITB PERAN ITB POTENSI RISET, PENGABDIAN MASYRAKAT DAN INOVASI ITB KONDISI INTERNAL YANG MEMPENGARUHI KONDISI EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI BAB III GARIS BESAR RENCANA INDUK PENELITIAN TUJUAN DAN SASARAN PELAKSANAAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PETA STRATEGI PENGEMBANGAN ITB WCU FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN STRATEGI TUMBUH STRATEGI DIVERSIFIKASI PROGRAM DAN PENGUATAN SISTEM STRATEGI PENINGKATAN KEEFEKTIFAN PROGRAM DAN SISTEM STRATEGI PERBAIKAN DAN PENINGKATAN EFISIENSI STRATEGI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN ITB (RENSTRA ITB ) A. STRATEGI TUMBUH B.STRATEGI DIVERSIFIKASI PROGRAM DAN PENGUATAN SISTEM C.STRATEGI PENINGKATAN KEEFEKTIFAN PROGRAM DAN SISTEM D.STRATEGI PERUBAHAN DAN PENINGKATAN EFISIENSI BAB IV PROGRAM STRATEGIS, SASARAN DAN INDIKATOR KINERJA

4 4.1 PROGRAM IPTEKS UNTUK PENYELESAIAN MASALAH BANGSA SASARAN UMUM PROGRAM STRATEGIS IPTEKS UNTUK PENYELESAIAN MASALAH BANGSA INDIKATOR KINERJA PROGRAM IPTEKS UNTUK PENYELESAIAN MASALAH BANGSA PROGRAM STRATEGIS PROGRAM PENGUATAN ORGANISASI DAN INFRASTRUKTUR RISET SASARAN UMUM INDIKATOR KINERJA PROGRAM PENGUATAN ORGANISASI DAN INFRASTRUKTUR RISET PROGRAM STRATEGIS RENCANA IMPLEMENTASI PROGRAM INDIKATOR KINERJA PENELITIAN BAB V RENCANA PENDANAAN DAN PELAKSANAAN RENCANA INDUK PENELITIAN LAMPIRAN RENCANA PENDANAAN RENCANA IMPLEMENTASI RIP ITB SISTEM PENGELOLAAN PENELITIAN ITB LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM) LEMBAGA PENGEMBANGAN INOVASI DAN KEWIRAUSAHAAN (LPIK) KOMISI PENELITIAN, PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, INOVASI DAN KEWIRUSAHAAN (KOMISI PPMIK) BOARD OF REVIEWER ITB SISTEM INFORMASI PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT KOMISI INDIPENDEN PENGADUAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN ITB SEBAGAI PILAR INOVASI PENDUKUNG IMPLEMENTASI MP3EI*) ROADMAP PUSAT PENELITIAN ENERGI LAMPIRAN 2 ROADMAP PUSAT PENELITIAN PRODUK BUDAYA DAN LINGKUNGAN LAMPIRAN 3 ROADMAP PUSAT PENELITIAN TIK LAMPIRAN 4 ROADMAP PUSAT PENELITIAN PANGAN, KESEHATAN DAN OBAT-OBATAN

5 LAMPIRAN 5 ROADMAP PUSAT PENELITIAN MITIGASI BENCANA LAMPIRAN 6 ROADMAP PUSAT PENELITIAN INFRASTRUKTUR DAN WILAYAH LAMPIRAN 7 DOKUMEN PENDUKUNG LAMPIRAN 8 TIM PENYUSUN DAN TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENELITIAN

6 BAB I. PENDAHULUAN Rencana Induk Penelitian merupakan arahan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan dan pengembangan penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan inovasi dalam jangka waktu lima tahun mendatang dengan memperhatikan perkembangan ITB dan lingkungan strategisnya. Penyusunan Rencana Induk Penelitian periode tahun dilandaskan pada sejumlah kebijakan ITB, khususnya keputusan-keputusan Majelis Wali Amanat, keputusan-keputusan Senat Akademik,Rencana Induk Pengembangan ITB , Rencana Akademik ITB , Rencana Strategis ITB , kebijakan-kebijakan nasional dan daerah, serta Keputusan-keputusan Rektor. Rencana Induk Penelitian ITB disusun dengan melalui tahapan tahapan menetapkan identitas, mengembangkan rencana aksi untuk mencapai program strategis, serta implementasi dan monev. Rencana aksi dalam mencapai prioritas strategis secara rinci ditetapkan pada RENSTRA ITB , seperti pada diagram di Gambar 1.1. PHASE1: MENETAPKAN IDENTITAS ORGANISASIONAL ITB PHASE2: MENGEMBANGKAN RENCANA AKSI UNTUK MENCAPAI PRIORITAS STRATEGIS PHASE3: IMPLEMENTASI DAN MONEV RENCANA AKSI DALAM MENCAPAI PRIORITAS STRATEGIS WHO ARE WE FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL WHERE DO WE WANT TO BE MISI & VISI ISU KRITIKAL & PRIORITAS STRATEGIS HOW WILL WE GET THERE SASARAN & OUTCOME INISIATIF PENINGKATAN OPERASIONAL HOW WILL WE KNOW HOW WE ARE DOING PENGUKURAN KINERJA WHERE ARE WE SUMBER DATA RENSTRA Lap. Akademik ITB 2009 Lap. F/S 2009 Unit-unit kerja terkait FGD Scopus, dll RENIP SK-2 SA, MWA Terkait RENSTRA Analisis, FGD Acad. Plan V 5.2 RENIP RENSTRA FGD Acad. Plan V 5.2 Gambar 1. 1 Pendekatan Penyusunan Rencana Induk Penelitian ITB sesuai dengan Renstra ITB. Sebagai suatu lembaga akademik, ITB mengemban misi mencerdaskan bangsa dan mengembangkan kehidupan bangsa. ITB juga bercita-cita menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, ilmu sosial dan kemanusiaan yang unggul dengan menyelenggarakan pendidikan yang bermutu tinggi, melakukan penelitian dan pengembangan ilmu untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia dan kemaslahatan umat manusia (Harkat Pendidikan ITB). 4

7 ITB sebagai lembaga pendidikan tinggi, berkewajiban menghasilkan sumber daya berbudaya riset, yang dapat menjalankan sistem industri nasional serta infrastruktur pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, ilmu sosial dan kemanusiaan. ITB sebagai universitas berbasis riset, berkewajiban mengembangkan dan menerapkan teknologi yang mampu menciptakan nilai tambah maksimal untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dan bangsa Indonesia. ITB berkewajiban mengelola informasi riset dan pengembangan IPTEKS, yang secara strategis diperlukan untuk mendukung perekonomian dan pembangunan nasional, termasuk merancang program dan agenda riset dan melaksanakan manajemen program, mengelola hak perlindungan intelektual, mengelola pemasaran serta penyebarluasan teknologi dan mengelola jaringan interaksi dengan berbagai pihak (Kebijakan Pengembangan IPTEKS di ITB). 5

8 BAB II. LANDASAN PENGEMBANGAN DAN ANALISIS SWOT RIP ITB Landasan pengembangan ITB telah digariskan dalam Misi dan Visi ITB yang ditetapkan oleh Senat Akademik. Dalam implementasinya, penjabaran misi dan visi dilakukan dengan mempertimbangkan peran, tuntutan dan tanggung jawab ITB di tingkat regional,nasional dan lokal, dengan mengacu pada perundangan, peraturan, dan regulasi yang berlaku MISI ITB Misi atau pentingnya keberadaan ITB sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi dituangkan dalam Surat Keputusan Senat Akademik ITB 09/SK/I1-SA/OT/2011, yaitu: Menciptakan, berbagi dan menerapkan ilmu pengetahuan,teknologi, seni dan kemanusiaan serta menghasilkan sumberdaya insani yang unggul untuk menjadikan Indonesia dan dunialebih baik. Misi ITB mengutamakan sinergisme komponen misi menciptakan berbagi -menerapkan sebagai yang dijelaskan berikut ini: 1. Menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan ilmu kemanusiaan untuk memimpin perkembangan dan perubahan masyarakat secara etis melalui kegiatan tridarma perguruan tinggi yang inovatif, bermutu dan tanggap terhadapperkembangan dan tantangan baik lokal maupun global; 2. Berbagi ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan ilmu kemanusiaan melalui keunggulan program tridarma perguruan tinggi berkualitas dan bersama para pemangku kepentingan memperkaya dan menyebarkannya, untuk menyelesaikan permasalahan serta dapat meningkatkan daya saing bangsa Indonesia; 3. Menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan ilmu kemanusiaan untuk mewujudkan masyarakat kampus yang sejahtera dengan dukungan sumberdaya yang memadai; 4. Menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan ilmu kemanusiaan untuk melayani masyarakat, industri dan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan bangsa dan dunia secara berkelanjutan VISI ITB Untuk memandu arah pengembangan ITB, Senat Akademik (SA) ITB melalui Surat Keputusan No.09/SK/I1-SA/OT/2011 menetapkan Visi ITB adalah sebagai berikut: 6

9 Menjadi Perguruan Tinggi yang unggul, bermartabat, mandiri,dan diakui dunia serta memandu perubahan yang mampumeningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia dan dunia. 2.3 LANDASAN KEBIJAKAN RIP ITB Untuk penyusunan RIP ITB, semua pemangku kepentingan di ITB telah menyediakan hampir semua perangkat kebijakan yang dapat digunakan sebagai acuan, pertimbangan, batasan maupun kesempatan untuk mengawal program-program strategis ITB ke depan. Masukan dan pertimbangan dari berbagai pihak terkait, terutama yang menyangkut perundangan dan regulasi baru, sangat penting untuk kelengkapan penyusunan RIP. Berikut ini adalah landasanlandasan penting yang diacu untuk penyusunan RIP ITB Landasan Kebijakan Landasan Perundangan dan Regulasi VISI INDONESIA 2025 (MP3EI ) Agenda Reset Nasional RPJPD Jawa Barat Landasan Institusional Rencana Induk Pengembangan (RENIP) ITB Rencana Akademik ITB SK SA ITB No. 01/SK/K01-SA/2009 tentang ITB sebagai Universitas Riset SK SAITB No. 09/SK/I1-SA/OT/2011 tentang Visi Misi ITB Rencana Strategis (Renstra) ITB SK SA ITB No. 23/SK/K01-SA/2009 tentang Kategori Luaran Riset SK SA ITB No. 20/SK/K01-SA/2010 tentang Fokus Riset ITB SK Rektor No 024/SK/K01/PL/2011 tentang Panduan Kode Etik untuk Integritas Riset Landasan Operasional SK Rektor : 054/SK/I1.A/KP/2011 tentang Perubahan Nama Pusat Penelitian, Pemberhentian dan Pengangkatan Para Kepala Pusat Penelitian SK Rektor : 076/SK/I1.A/KP/2011 tentang Perubahan Pusat Mitigasi Bencana menjadi Pusat Penelitian Mitigasi Bencana, dan Pengangkatan Kepala Pusat Penelitian Mitigasi Bencana Pedoman Pengelolaan dan Pendirian Pusat dan Pusat Penelitian Pedoman Pengusulan Penelitian Riset ITB Landasan Pendukung Implementasi MP3EI Tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia serta dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap perubahan. Visi yang digariskan dalam MP3EI adalah bahwa pada tahun 2025 negara Indonesia masuk ke dalam kelompok 7

10 negara-negara yang berpendapatan tinggi. Pada tahun 2010, Indonesia berada di peringkat ke- 17 dengan pendapatan per kapita sekitar dolar AS, dan pada tahun 2025 Indonesia diprojeksikan mencapai peringkat ke-12 dengan pendapatan pe kapita berkisar pada sampai dolar AS. Untuk menjadi sebuah kekuatan ekonomi global, Indonesia harus sanggup menjawab tantangan dalam pengembangan infrastruktur, pengembangan potensi insani (human resources), perubahan iklim global dan urbanisasi. Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, MP3EI dijabarkan ke dalam tiga strategi utama, yaitu: (i) pengembangan potensi daerah melalui 6 (enam) Koridor Ekonomi; (ii) pengembangan konektivitas intra- dan inter-koridor, serta internasional; dan (iii) peningkatan kapasitas insani (SDM) serta iptek di dalam masing-masing Koridor Ekonomi. Berkenaan dengan strategi yang ketiga tersebut, digariskan pentingnya pengembangan Center of Excellence di setiap Koridor Ekonomi, dengan cara mendorong pengembangan potensi insani (SDM) dan iptek untuk peningkatan daya saing. Penetapan Koridor Ekonomi (KE) tersebut di atas didasarkan pada pertimbangan akan posisi geo-strategis Indonesia baik pada skala kawasan (regional) maupun global. Posisi geo-strategis tersebut menjadi basis bagi pengembangan keunggulan dan keunikan pulau-pulau besar di wilayah Nusantara, yang secara keseluruhan membentuk 6 KE sebagai suatu kesatuan ekonomi, yaitu: KE Sumatera, KE Jawa, KE Kalimantan, KE Sulawesi, KE Bali-Nusa Tenggara, dan KE Papua-Kep. Maluku. Pada tahapan implementasi, salah satu masalah yang perlu dijawab adalah pengembangan sistem inovasi, baik pada masing-masing KE maupun pada skala nasional. Sistem Inovasi Nasional adalah suatu jejaring rantai antara lembaga publik, lembagalembaga penelitian dan teknologi, universitas serta sektor swasta dalam suatu pengaturan kelembagaan yang secara sistemik dan berjangka panjang dapat mendorong, mendukung, dan mensinergikan kegiatan untuk menghasilkan, mendayagunakan, merekayasa inovasi-inovasi di berbagai sektor dan menerapkan serta mendisemenasikan hasilnya dalam skala nasional. Hal ini harus dilakukan agar manfaat nyata temuan dan produk inovatif dapat dirasakan masyarakat. Sistem inovasi nasional menyarankan bahwa lembaga-lembaga yang bergerak di sektor penelitian dan pengembangan iptek, sektor pendidikan tinggi, sektor ekonomi dan industri (serta sektor-sektor lainnya), saling berhubungan satu dengan yang lain dalam suatu kesatuan sistemik. Ciri dari kesatuan sistemik ini adalah adanya kesatuan objektif, kaidah dan norma, di samping adanya keragaman dan perbedaan. Adanya kesatuan dalam keragaman ini memungkinkan lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi untuk berinteraksi, saling bertukar pengetahuan dan sumber-sumber daya, dan menghasilkan peningkatan performa sistemik. Seorang pakar ekonomika perintis gagasan sistem inovasi nasional, Richard Nelson, merumuskan inti dari gagasan tersebut sebagai berikut: A set of institutions whose interactions determine the innovative performanceof national economies. Sistem inovasi nasional dapat dijabarkan ke dalam sistem-sistem inovasi wilayah (regional innovation sistems). Sebuah sistem inovasi wilayah berfungsi menopang pertumbuhan dan perluasan ekonomi dalam sebuah Koridor Ekonomi. Sebuah sistem inovasi wilayah terdiri atas perguruan-perguruan tinggi dan pemerintahan-pemerintahan daerah dalam sebuah KE, dan para perwakilan dunia usaha yang melakukan penanaman modal dalam KE tersebut. 8

11 Pengembangan sistem inovasi wilayah dalam sebuah KE dapat diawali dengan pertemuan antara perguruan-perguruan tinggi, Pemerintah-Pemerintah Daerah dan perwakilanperwakilan dunia usaha untuk menyusun agenda penelitian dan pengembangan iptek serta agenda pendidikan tinggi iptek, disesuaikan dengan prioritas pembangunan ekonomik pada KE tersebut. Penyelenggaraan pertemuan-pertemuan demikian secara berkala dan sinambung memungkinkan pemantauan perkembangan kebutuhan iptek yang dihadapi oleh industri dan perusahaan. ITB berperan penting untuk menjadi salah satu pilar sistem inovasi wilayah dan nasional. 2.4.ANALISIS KONDISI SAAT INI RIWAYAT PERKEMBANGAN ITB*) Institut Teknologi Bandung (ITB) yang pendiriannya dirintis sejak tahun 1920 sebagai De Techniche Hoogeschool (THS) dan diresmikan sebagai Institut Teknologi Bandung pada 2 Maret 1959, dalam perjalanan perkembangannya sebagai perguruan tinggi yang terkonsentrasi dalam bidang sains, teknologi dan seni telah mencetak ribuan lulusan yang berkarya di berbagai bidang dan merupakan pusat sains, teknologi dan seni terbaik di Indonesia. Tahun-tahun mendatang akan memberikan tantangan yang lebih besar bagi ITB untuk meningkatkan reputasinya sebagai lembaga pendidikan tinggi dan pusat sains, teknologi dan seni terkemuka dunia. Pemeringkatan perguruan tinggi kelas dunia telah memotivasi banyak perguruan tinggi untuk memacu perkembangan institusi mereka untuk memenuhi kriteria World Class Universities. Dalam pengembangannya, ITB seyogyanya dapat melepaskan keterpakuannya hanya pada upaya mencetak lulusan berkualifikasi tinggi dan mengembangkan sains, teknologi dan seni semata, namun perlu secara arif mengarahkan upayanya pada memberikan jawaban atas tantangan pembangunan yang dihadapi bangsa. Abad 21 memberikan tantangan yang sangat besar bagi perguruan tinggi. Perkembangan sains dan teknologi serta budaya yang sedemikian cepat, perubahan praktek kerja yang dipicu oleh revolusi teknologi informasi dan komputer serta perubahan ekosistem ekonomi memberikan tantangan baru bagi perguruan tinggi untuk berkontribusi dalam mencari solusi inovatif terhadap permasalahan kompleks yang berkembang. Tantangan kemajuan sains dan teknologi serta budaya tersebut tidak terlepas dari tantangan pembangunan. Pola pembangunan masa lalu yang cenderung boros energi dan sumberdaya alam telah berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup dan ketersediaan pangan, energi dan sumber bahan baku bagi industri dan perekonomian secara keseluruhan. Pola pembangunan boros energi dan sumber daya alam yang berkontribusi pada perubahan iklim global bukan merupakan pola pembangunan masa depan. "Teknologi hijau" (green technology) dan "industri hijau" (green industry) yang efisien, tanpa kesalahan (no error), tanpa 1 Dokumen Renstra ITB

12 buangan (no waste) dan tanpa kecelakaan (no accident), sistem industri daur ulang, serta pencegahan dan penanggulangan dampak perubahan iklim global merupakan tantangan pengembangan sains dan teknologi ke depan. Tantangan perkembangan sains, teknologi dan budaya serta tantangan pembangunan abad 21 tersebut akan semakin besar bagi perguruan tinggi di negara berkembang seperti Indonesia. Lingkaran setan kemiskinan (poverty vicious circle) atau ketertinggalan yang bersifat menguatkan (reinforcing) kondisi ketertinggalan telah menyebabkan jurang kemajuan antara negara maju dan negara berkembang semakin besar. Dalam posisi ketertinggalan, kekuatan tawar untuk mendapatkan pasokan energi dan bahan baku untuk kegiatan ekonomi menjadi terbatas. Populasi Indonesia yang besar (234,181juta pada tahun ) dengan tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi (1,27 persen rata-rata per tahun 3 ) berkontribusi pada penguatan kondisi ketertinggalan Indonesia. Tingkat pengangguran terbuka diperkirakan mencapai 8,14 persen dan tingkat setengah pengangguran mencapai 31,36 persen pada awal Di dalam konstelasi kompetisi pembangunan antar negara, daya saing bangsa menjadi kunci keberhasilan untuk mengejar ketertinggalan dan menciptakan masa kritikal untuk menggerakkan rantai kemajuan (virtuouscircle) secara berkelanjutan. ITB yang dipandang sebagai lembaga pendidikan tinggi terkemuka Indonesia harus berani mengambil tanggung jawab sebagai pelopor kemajuan bangsa melalui perannya dalam mencetak sumber daya insani berkualitas yang mampu menjadi pemimpin dalam menciptakan solusi inovatif serta menghasilkan kemajuan sains dan temuan teknologi dan produk baru untuk memecahkan masalah-masalah kompleks yang berkembang dalam proses membangun daya saing dan meningkatkan kesejahteraan bangsa. Dalam menjalankan perannya, ITB berfungsi sebagai Mesin Kemakmuran Bangsa (the engine of nation's prosperity). Guna dapat menjalankan perannya secara maksimal, ITB harus secara aktif menyampaikan gagasannya mengenai infrastruktur institusional perguruan tinggi dan bersama-sama dengan pemerintah dan kekuatan lain bangsa mengembangkan dan memperkuat infrastruktur institusional yang kokoh dan kondusif dalam mendukung berperannya ITB serta lembaga perguruan tinggi lainnya sebagai Mesin Kemakmuran Bangsa. Dalam sejarah perkembangannya ITB telah mengenal lima tahapan pertumbuhan: 1. Pada kurun waktu , ITB mulai membina dan melengkapi diri dengan kepranataan yang harus diadakan. Dalam periode ini dilakukan persiapan pengisian organisasi bidang pendidikan dan pengajaran serta melengkapi jumlah dan meningkatkan kemampuan tenaga pengajar dengan penugasan ke luar negeri. 2 BPS, Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia, Oktober Idem. 4 BPS, Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia, Oktober

13 2. Rencana Induk Pengembangan ITB merupakan Master Plan ITB yang pertama. Sasaran pengembangan dalam dasawarsa ini meliputi: Standar pendidikan yang baik. Kemampuan riset pengembangan teknologi madya. Meletakkan dasar kuat untuk merintis dan membina teknologi maju. 3. Rencana Induk Pengembangan ITB merupakan master Plan ITB yang kedua. Sasaran pengembangan dalam dasawarsa ini meliputi: Penggalangan dan pelipat gandaan tenaga ahli. Peningkatan kemampuan ilmiah. Peningkatan kapasitas penyebarluasan dan penerapan karya ilmiah. Menciptakan kehidupan akademik dan masyarakat kampus yang sehat, dinamis dan efektif. Memiliki ciri khas Indonesia. 4. Rencana Induk Pengembangan ITB merupakan Master Plan ITB yang ketiga. Sasaran pengembangan dalam dasawarsa ini meliputi: Menciptakan sistem ITB yang terpadu secara keilmuan, kelembagaan, misi dan kegiatannya. Meningkatkan mutu dan kemampuan ilmiah dengan menjadikan program pendidikan pascasarjana sebagai ujung tombak serta sebagai Research and Development University. Mengembangkan penelitian sesuai dengan kebutuhan nasional, penguasaan ilmuilmu dasar serta critical sciences and technologiesyang kuat, pengembangan program studi unggulan dan pengabdian kepada masyarakat yang tepat sasaran. Meningkatkan kerja sama keterkaitan perguruan tinggi, industri, dan lembaga pemerintahan serta kemasyarakatan. Menyelenggarakan otonomi perguruan tinggi serta mewujudkan kehidupan akademis yang mandiri, dinamis, maju, dan kreatif dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yaitu Pancasila. 5. Rencana Induk Pengembangan (RENIP) ITB merupakan Master Plan ITB yang keempat dengan arah arah pengembangan jangka panjang ITB adalah mewujudkan ITB sebagai perguruan tinggi riset dan pengembangan kelas dunia sebuah perguruan tinggi dengan kultur dan tradisi riset dan pengembangan yang unggul dalam sains, teknologi dan seni yang menjunjung sangat tinggi nilai-nilai sosial & kemanusiaan, yang bertaraf dunia yangbertumpu pada nilai luhur bangsa Indonesia. Objektif utama ITB 2025 adalah menjadikan ITB sebagai institusi pendidikan tinggi kelas dunia (World Class University). Penentuan arah pengembangan jangka panjang tersebut didasari oleh tiga pilar strategis ko-aksial (Gambar 2.1), yaitu: peran institusi (dinyatakan dalam visi dan misi institut) yang berhubungan dengan membangun berbagai peran ITB dalam berbagai pusat-pusat keunggulan untuk mewujudkan daya saing, infrastruktur (mencakup jaringan kerjasama internal dan eksternal) dalam berbagai bentuk kultur dan tradisi serta kekuatan ITB ke depan untuk menjalankan misi dan mewujudkan visinya, dan pengembangan institusi yang berhubungan dengan mewujudkan keunggulan ITB dalam organisasi, manajemen, dan pengembangan sumberdaya dan komunitas di dalam institusi ITB. 11

14 DAYA SAING DAN MARTABAT BANGSA ITB UNIVERSITAS KELAS DUNIA PENDIDIKAN: Lulusan berkualitas untuk menangani masalah kompleks dan dinamis, PENELITIAN & PENGEMBANGAN: Ipteks yang menjunjung sangat tinggi nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. PENGABDIAN PADA MASYARAKAT: Layanan pada bangsa untuk kemajuan ekonomi melalui diseminasi pengetahuan baru dan pemanfaatan teknologi. INFRASTRUKTUR:Jaringan kerjasama internal dan eksternal PENGEMBANGAN INSTITUSI:Organisasi, manajemen, sumberdaya dan VISI & MISI: Peran ITB dalam ikut berperan serta mewujudkan daya saing dan martabat bangsa KULTUR & TRADISI, DAN NILAI-NILAI ITB Gambar 2. 1 Model tiga pilar pembangunan Visi ITB 2025 Rencana pengembangan tersebut dibagi atas empat tahap lima-tahunan dan masingmasing tahapan menjadi dasar bagi ITB untuk menetapkan rancangan strategis maupun rancangan operasionalnya. Objektif dan arah pengembangan dari setiap tahapan peta jalan menuju Visi ITB 2025 terlihat pada Gambar Dalamusaha mencapai tujuannya, ITB menyadari bahwa hal tersebut perlu dilakukan bersama-sama dengan berbagai kekuatan bangsa lain untuk membawa kemajuan Indonesia dalam kemandirian ekonomi, kesejahteraan sosial, keluhuran budaya, dan kedaulatan politik atas wilayah nusantara. Terwujudnya institusi ITB yang sehat sebagai simpul jaringan kekuatan perguruan tinggi nasional yang membangun kemandirian ITB menjalankan misi dan mewujudkan visinya. OBJEKTIF: OBJEKTIF: OBJEKTIF: OBJEKTIF: Terwujudnya ITB sebagai inovator dan inkubator untuk kemandirian teknologi bagi industri strategis bangsa Indonesia. Terwujudnya ITB sebagai simpul jaringan perguruan tinggi internasional yang menjadikannya sebagai pemimpin kemandirian teknologi bangsa Indonesia. Terwujudnya ITB sebagai universitas terpandang secara regional (ITB sebuah Universitas Kelas Dunia) KATA KUNCI: KATA KUNCI: KATA KUNCI: KATA KUNCI: ITB Yang Sehat; Simpul Jaringan Nasional; Kemandirian ITB. ITB Inovator dan Inkubator; Kemandirian Teknologi Bangsa. Simpul Jaringan Internasional; Pemimpin Kemandirian Teknologi Bangsa. Universitas Kelas Dunia; Indonesia yang Mandiri; Indonesia yang Dihormati Gambar 2. 2Objektif dan Arah Pengembangan - RENIP ITB Kerangka pengembangan untuk setiap tahapan peta jalan menuju Visi ITB 2025 dijelaskan secara ringkas berdasarkan: Obyektif dan Arah pengembangan Visi ITB 2025, Profil Kultur & Tradisi ITB 2025, Ciri-ciri Ketercapaian Sasaran Kultur & Tradisi ITB 2025, Kondisi Yang Dibutuhkan Mewujudkan Obyektif Visi ITB 2025, Milestones 5 Rencana Induk Pengembangan ITB

15 Menuju Visi ITB 2025, dan Ciri-ciri Ketercapaian Sasaran Mewujudkan Milestones Menuju Visi ITB KEMAJUAN PELAKSANAAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN ITB RENIP ITB terbagi atas empat tahap lima-tahunan, di mana masing-masing tahap memiliki tonggak dan tolok ukur yang perlu dicapai secara berkesinambungan untuk menjaga keberlangsungan pengembangan di masing-masing tahapan. Hal tersebut menandakan bahwa ITB telah melewati tahap pertama ( ) dan akan memasuki tahapan kedua ( ). Sebelum memasuki tahapan kedua, capaian pada tahap pertama perlu dievaluasi kemajuannya untuk penyusunan strategi di tahap kedua. Gambaran perkembangan realisasi kelima tonggak 2010 sampai dengan saat ini terlihat pada Tabel 2.1. Tabel 2. 1Tonggak, Tolok Ukur dan Perkembangan Capaian 2010 TONGGAK (MILESTONES) 6 TOLOK UKUR PERKEMBANGAN Dilaksanakannya program akreditasi program studi, sarjana maupun pascasarjana, oleh lembaga akreditasi internasional. Terwujudnya infrastruktur dan program distance learning dengan muatan keilmuan yang memenuhi kebutuhan nasional. Program Pascasarjana sebagai inti pendidikan. Dibangunnya extended laboratories khususnya untuk riset program PS (kerjasama dengan industri maupun lembaga riset dalam negeri). Terwujudnya infrastruktur penelitian dan program technology parks, technology enterprises &incubators). Sistem organisasi dan manajemen baru, yang mampu mengelola semua bentuk aset ITB sekaligus memberikan semangat untuk tumbuh dan berkembang dari semua potensi pada komunitas beserta infrastruktur di dalamnya. 1. ABET Jumlah, macam dan predikat/kualitas program studi yang terakreditasi oleh badan akreditasi internasional yang ternama. 2. Jumlah serta keluasan dan kualitas/prestasi lembaga nasional di luar ITB yang mengakses program distance learning systems ITB. 3. Proporsi mahasiswa Program Pascasarjana. Jumlah program serta hasil dan kualitas/prestasi aktivitas riset yang didapat dari extended laboratory yang terbangun. 4. Jumlah dana yang diperoleh dari karya teknologi ITB yang dimanfaatkan oleh industri. 5. Organisasi yang sehat dan akuntabel. Belum terdapat program studi yang terakreditasi oleh badan akreditasi internasional. Persiapan sedang dilakukan untuk asesmen awal bagi satu program studi S1 untuk mendapatkan akreditasi ABET. Infrastruktur IT dan konten telah dikembangkan untuk memfasilitasi distance learning dan E-learning, tetapi belum menjamin keleluasan akses lembaga di luar ITB. Mahasiswa Program Sarjana masih merupakan bagian terbesar dari seluruh mahasiswa ITB (75,5% p) 7. Upaya penguatan Program Pascasarjana terus dilakukan, antara lain melalui program Fast Track untuk mendapatkan masukan mahasiswa Pascasarjana yang berkualitas. Kerjasama riset dengan industri telah dilakukan, tetapi masih lebih bersifat responsif dan belum tertata berdasarkan desain suatu roadmap koheren. Pemanfaatan teknologi ITB oleh industri belum terorganisasi dengan baik dan belum menjadi sumber pendanaan ITB. Sebagai cerminan akuntabilitas sistem pengelolaan keuangan ITB, pada tahun 2008 dan 2009 Laporan Keuangan ITB mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) secara berturut-turut. Kondisi ini masih perlu diimbangi dengan kualitas dan kecepatan sistem layanan manajemen yang dapat memberikan semangat untuk tumbuh dan berkembang dari semua potensi pada komunitas beserta infrastruktur di dalamnya. Berdasarkan hasil evaluasi, pada akhir 2010 tonggak-tonggak pengembangan ITB periode belum terwujud sepenuhnya, maka pengembangan ITB WCU pada lima tahun selanjutnya perlu mencakup pewujudan tonggak-tonggak tersebut. 6 Rencana Induk Pengembangan ITB Data dari Direktorat Pendidikan, 3 Mei

16 2.4.3.PERAN ITB Obyektif arah pengembangan ITB ditandai oleh terbangunnya pusat-pusat unggulan dalam pendidikan yang diakui secara nasional, baik yang dibangun ITB maupun yang dibangun bersama unsur-unsur kekuatan nasioal yang lain. Sebagai perguruan tinggi riset, terbangunnya pusat unggulan untuk pendidikan pascasarjana yang diakui secara nasional serta regional/internasional adalah sangat penting dan strategis. Pusat-pusat unggulan tersebut dapat berasal dari sejumlah extended laboratories yang berhasil dibangun pada periode pembangunan ITB sebelumnya. Keberhasilan dari ini ditunjukkan oleh pengakuan internasional atas pusat-pusat unggulan pendidikan yang dibangun, serta kontribusinya dalam mengantarkan bangsa Indonesia mewujudkan daya saing internasional. Milestone penting sebagai inovator dan inkubator teknologi adalah pusat-pusat unggulan untuk riset dan pengembangan teknologi bagi industri di Indonesia. Tanpa membatasi maksud untuk menjawab berbagai kebutuhan penting bangsa yang sukar diprediksi jauh kedepan, juga tanpa mengabaikan kemajuan yang telah dicapai, dianggap penting pada kurun waktu adalah unggulan riset maupun pusat riset dalam bidang: biotechnology & agriculture; medical & health care technology; hospital & health care center; pharmacy (obat-obatan); alternative energy (geothermal, solar, wind, wave, biofuel); water & sanitation; waste & emission (lingkungan); manufacture & process industry; material sciences; transportation. Salah satu indikator keberhasilan yang penting dari terwujudnya sasaran ini adalah diakuinya berbagai produk riset dan teknologi yang dihasilkan oleh pusat-pusat unggulan yang telah dibangun. Menjadi sasaran pula dalam perioda adalah terwujudnya suatu jaringan nasional untuk terlaksananya berbagai program riset maupun pendidikan yang mendukung terwujudnya program pemerintah dalam riset dan pendidikan. Jaringan yang dimaksud adalah yang melibatkan ITB serta berbagai kekuatan bangsa, yang mampu membangun tanggung jawab bersama untuk terwujudnya ekonomi yang kuat bagi bangsa Indonesia ke depan. Indikator penting dari terwujudnya sasaran ini adalah keluasan (widespectrum) bidang kerjasama tingkat nasional yang dapat diwujudkan. Indikator lainnya, dari kerjasama yang dapat dibangun, dapat diperoleh dana pendidikan maupun riset dari sumber non-mahasiswa, misalkan dari industri, dari lembaga riset nasional, maupun dana-dana kompetisi. Sasaran strategis yang lain dari arah pengembangan ITB adalah pembangunan jaringan kerjasama internasional, khususnya dalam berbagai program pendidikan pada tingkat pascasarjana. Salah satu indikator keberhasilan dari obyektif ini adalah terjadinya banyak program pertukaran mahasiswa maupun dosen pada tingkat internasional dalam berbagai program pendidikan pascasarjana yang diselenggarakan oleh ITB. Dari jaringan kerjasama yang dibangun dapat pula diperoleh dana pendidikan dari luar negeri, a.l. dalam bentuk beasiswa mahasiswa pascasarjana, yang tidak membebani masyarakat POTENSI RISET, PENGABDIAN MASYRAKAT DAN INOVASI ITB Potensi yang dimiliki ITB dalam penetapan tujuan dan penyusunan Rencana Induk Penelitian ITB, seperti yang telah dirinci pada RENSTRA ITB, meliputi berbagai aspek berikut 14

17 A. BIDANG RISET Pengembangan ITB menjadi universitas riset telah dirintis dengan mengembangkan budaya riset yang kokoh yang mendukung tumbuhnya sikap yang mencirikan budaya universitas riset. Salah satu instrumen kebijakan yang digunakan untuk mendorong pengembangan budaya riset adalah melalui penyediaan Dana Riset (Mandiri) ITB yang telah mulai diimplementasikan pada tahun 2004 dan terus berlanjut hingga saat ini dengan jumlah anggaran pada tahun 2011 mencapai Rp 10,75 milyar 8. Dengan dana Riset Mandiri tersebut ITB dapat mengarahkan dan mengendalikan kegiatan riset ITB untuk kepentingan strategis sesuai dengan prioritas ITB. Selama lebih dari enam tahun sejak program tersebut dijalankan, telah terlihat secara signifikan peningkatan budaya riset ITB, di antaranya: meningkatnya perolehan dana riset dari luar ITB, meningkatnya jumlah proposal yang diajukan, meningkatnya jumlah peneliti dan keikutsertaan mahasiswa dalam riset, meningkatnya publikasi dan sitasi dosen, serta tumbuhnya kesadaran untuk berkompetisi dan menjalankan penjaminan mutu riset. Kebijakan Senat Akademik dan Majelis Wali Amanat telah merumuskan jabaran arah dan kebijakan pengelolaan kegiatan penelitian ITB dalam bentuk Agenda Riset ITB sebagai landasan penyusunan rencana dan pelaksanaan program-program riset ITB. Program Riset ITB terdiri atas: 1. Program Riset Mandiri ITB, yaitu program riset yang didanai sendiri oleh ITB yang terdiri dari: a. Program Riset Unggulan Program Riset Unggulan (RU) adalah riset institusi yang dicanangkan untuk tujuh fokus riset seperti tertuang dalam Keputusan Senat Akademik nomor 20/SK/K01- SA/2010 tanggal 30 November 2010 yaitu: 1. Infrastruktur, Mitigasi Bencana, dan Kewilayahan; 2. Energi; 3. Teknologi Informasi dan Komunikasi; 4. Pangan, Kesehatan dan Obat-obatan; 5. Produk Budaya dan Lingkungan; 6. Teknologi Nano dan Kuantum; 7. Bioteknologi. Program ini bertujuan untuk mempercepat kemampuan ITB dalam menghasilkan karya-karya riset yang unggul (emerging) di tujuh fokus riset tersebut di atas. Riset Unggulan ini bersifat multidisiplin dan dapat melibatkan SDM di semua Kelompok Keahlian (KK) yang ada di ITB di bawah koordinasi Pusat Penelitian (PP) sesuai peta jalan (road map) PP masing-masing.untuk menjalankan misi tersebut ITB menganggarkan dana kurang-lebih sebesar 40% dari total dana penelitian yang dibiayai oleh ITB. b. Program Riset KK Program ini dikelola oleh KK melalui Fakultas/Sekolah, dengan maksud untuk memacu pertumbuhan penelitian berkualitas di masing-masing KK. Penelitian ini juga diharapkan dapat disinergikan dengan penelitian-penelitian pascasarjana (S2 dan S3) di masing-masing KK sehingga diharapkan dapat mendukung ITB sebagai universitas berbasis riset. Untuk itu penelitian ini juga harus sejalan dan mendukung pencapaian peta jalan (road map) KK di Fakultas/Sekolah masingmasing. Selain itu, Penelitian ini juga diharapkan mendorong kerja sama 8 Rencana Kerja dan Anggaran ITB

18 interdisiplin (antar KK dalam satu Fakultas/Sekolah maupun lintas Fakultas/Sekolah). c. Program Penguatan Riset Institusi Melalui program ini, Guru Besar atau Lektor Kepala yang sudah mempunyai kewenangan sebagai Promotor S3 diharapkan dapat meningkatkan peran sebagai role model dalam pembangunan budaya riset ITB dan sebagai ujung tombak dalam peningkatan produktifitas dan kualitas riset ITB. Dana untuk kegiatan penelitian ini diharapkan menjadi stimulasi bagi para peneliti di ITB untuk dapat meningkatkan perolehan dana kegiatan penelitian dari luar ITB. d. Program Riset Peningkatan Kapasitas Program Riset Peningkatan Kapasitas ITB merupakan program riset yang bertujuanuntuk meningkatkan jumlah dosen ITB yang terlibat aktif dalam kegiatan penelitian. Sasaran dari Program Riset Peningkatan Kapasitas adalah staf dosen ITB yang belum terlibat secara aktif dalam kegiatan penelitian. Dosen ITB yang dapat mengusulkan proposal untuk program ini sebagai Peneliti Utama adalah staf Dosen ITB yang selama 3 tahun terakhir tidak mendapatkan dana riset baik dari ITB maupun dari pihak lain baik sebagai peneliti utama maupun sebagai peneliti anggota. Program ini dicanangkan hanya untuk 2 atau 3 tahun saja. Setelah itu jumlah dosen yang terlibat dalam kegiatan penelitian diharapkan sudah meningkat secara signifikan. 2. Program Riset Bersponsor, yaitu program riset yang didanai oleh sponsor yang bekerja sama dengan sponsor yang terdiri dari: a. Hibah Penelitian DIKTI. Hibah Penelitian Dikti meliputi Hibah Bersaing, Penelitian Dasar, Hibah Pasca, Hibah RAPID, dan Hibah Riset Unggulan Strategis Nasional. Saat ini ITB telah dipercaya untuk diberi kewenangan desentralisasi untuk pengelolaan beberapa program hibah-hibah penelitian tersebut. Jumlah dana untuk program penelitian tersebut dialokasikan melalui DIPA ITB dan pada tahun 2009 jumlah dana yang diterima adalah Rp 9,83 Milyar. ITB juga mendapatkan dana dari Hibah Penelitian Dikti lain yang dikelola dan dikompetisikan secara terpusat oleh Dikti seperti Hibah Kompetensi,Hibah Kompetitif Penelitian Unggulan Strategis Nasional dan Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional. b. Riset Intensif Ristek. Tahun 2006 Kementrian Ristek mengeluarkan program baru Riset Insentif yang terkait dengan Kebijakan dan Agenda Riset Nasional. Dalam program ini ITB adalah institusi penerima hibah terbesar untuk program yang dilaksanakan tahun c. Hibah Riset dari institusi luar negeri ITB selama ini menempatkan program Riset Bersponsor sebagai program riset penting sebagai indikator pengakuan pihak luar terhadap ITB. Selama ini ITB telah 16

19 dipercaya untuk mendapatkan hibah luar negeri seperti Asahi, Osaka, Toray, SPIN- KNAW, L oreal-unesco, IDB, Canada, TWAS, Sanyo, dan lain lain. d. Hibah Riset dari institusi dalam negeri Selain dana penelitian dari DIKTI dan KMNRT, ITB juga dipercaya untuk mengelola dana penelitian dari institusi dalam negri lainnya baik swasta maupun pemerintah. Beberapa riset kompetisi dari lembaga pemerintah non-dikti dan swasta dalam negeri lainnya diperoleh ITB diantaranya dari Litbang Pertanian, Astra Agro Lestari, Indofood,Kementrian Keuangan, dan lain-lain. Mulai tahun 2008, ITB juga memperoleh bantuan dana penelitian dari Ikatan Alumni ITB dalam program HR-IA (Hibah Riset Ikatan Alumni). Dana yang dialokasikan untuk ITB dalam Program HR-IA 2011 adalah sebesar RP 1 Milyar yang digunakan untuk 19 judul penelitian untuk periode Juli 2011-Juni e. Riset Aplikatif. Dalam Riset Aplikatif yang ditujukan untuk pemecahan masalah bangsa, ITB telah lama menjadi salah satu mitra yang dipercaya, baik oleh berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah untuk melaksanakannya. Riset-riset ini terkait langsung pada solusi yang dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan yang timbul dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Profil dan Kapasitas Riset ITB Melalui kebijakan dan penawaran program-program riset tersebut, pada tahun 2010 tercatat sekitar 41 persen atau 440 dari dosen ITB aktif melakukan riset, baik di KK, laboratorium, PP atau Pusat. Dari jumlah tersebut termasuk diantaranya sebagai Ketua Peneliti sebanyak 350 orang atau sekitar 80% dari jumlah dosen yang meneliti. Data tersebut diatas merupakan angka partisipasi dosen dalam kegiatan penelitian yang tercatat melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM). Namun selain kegiatan penelitian yang tercatat melalui LPPM, jumlah dosen yang terlibat dalam kegiatan penelitian dengan dana penelitian atau pengembangan di fakultas/sekolah/unit lain juga cukup banyak. Hal tersebut ditunjukkan dengan keterlibatan para dosen dalam pembimbingan mahasiswa sarajana/magister/doktor dan dalam penulisan publikasi ilmiah. B. Bidang SDM Dosen Populasi dosen tetap ITB sampai dengan awal tahun 2010 berjumlah dibantu oleh 54 tenaga dosen tidak tetap. Berdasarkan tingkat pendidikan, struktur populasi dosen tetap ITB tergolong baik, dengan 715 orang atau 70,2 persen bergelar doktor dari berbagai universitas dalam dan luar negeri ternama, 264 orang atau 25,9 persen berpendidikan magister, dan 40 orang atau 3,9 persen berpendidikan sarjana 9. Berdasarkan jabatan akademik, maka struktur populasi dosen tetap ITB terdiri atas 102 atau 10,0 persen Guru Besar, 292 atau 28,7 persen Lektor Kepala, 402 atau 39,4 persen 9 Data dari Direktorat Kepegawaian ITB, 20 Mei

20 Lektor, 160 atau 15,7 persen Asisten Akademik, dan 63 atau 6,2 persen belum ada memliki jabatan akademik. Berbagai rumusan yang sangat baik tentang langkah jangka panjang maupun langkah strategis telah ditetapkan ITB untuk mencapai visi ITB. Meskipun demikian, terdapat beberapa kelemahan sekaligus tantangan dalam pengelolaan sumber daya manusia ITB khususnya dosen yang dapat menghambat peningkatan kualitas kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Persoalan tersebut menyangkut proses regenerasi staf pengajar, sistem jenjang karir dan penghargaan. Persoalan regenerasi staf pengajar terlihat dari komposisi umur dalam populasi staf pengajar yang didominasi oleh dosen dengan usia di atas 40 tahun yang mencakup 74,0 persen dan dosen dengan usia di bawah usia 30 tahun hanya mencakup 0,6 persen dari total populasi dosen ITB 10. Gambar 2. 4Struktur populasi dosen ITB berdasarkan usia Gambar 2. 3Struktur populasi dosen ITB berdasarkan tingkat pendidikan. Mahasiswa Kualitas akademik yang dimiliki oleh mahasiswa ITB, khususnya mahasiswa program Sarjana, sudah sangat baik. Hal ini terlihat dari proses penerimaan mahasiswa S1 yang melalui seleksi sangat ketat terhadap peminat yang berkualitas tinggi, baik dari SNMPTN maupun USM. Keketatan diukur berdasarkan rasio jumlah peminat terhadap jumlah yang diterima. Pada tahun 2009, tingkat keketatan SNMPTN adalah sebesar 12,79 sedangkan USM 12,00, dengan jumlah yang diterima pada proses SNMPTN adalah dan USM Keketatan tersebut ditambah dengan kualitas mahasiswa program Sarjana juga meningkat. Peningkatann ini dapat dilihat dari skor SNMPTN yang pada tahun 2009 yaitu 92,16 (Standar 100), naik dari 826,01 (Standar 1000) pada tahun Skor rata-rata SNMPTN tersebut merupakan yang tertinggi di Indonesia, diikuti Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan skor 88,,88, Universitas Indonesia (UI) 87,11, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 83,55 dan Universitas Airlangga (UNAIR) 83,36. Untuk mahasiswa yang diterima melalui USM juga terjadi perbaikan skor pada tahun 2009 yaitu 76, naik dari 73 pada tahun Kekayaan intelektual mahasiswa S2 dan S3 merupakan modal penting yang perlu diperhatikan dalam mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan ITB yang menjadi tujuan ITB. Sejumlah upaya untuk meningkatkan kualitas calon peserta pendidikan S2 dan S3 ITB sehingga dapat meningkatkan kekayaan intelektual ITB dalam bidang riset dan pengembangan. Salah satunya adalah melalui program Fast Track yang memungkinkan mahasiswa pada semester 7 dan 8 untuk mengikuti pendidikan S2 dan disertai penyediaan beasiswa biaya kuliah yang akan mempermudah dan menarik minat para calon. Jumlah mahasiswa baru program Magister meningkat dari tahun 2008 dengan jumlah mahasiswa baru meningkat dari Data dari Direktorat Kepegawaian ITB, 20 Mei Laporan Akademik ITB

21 Modal Intelektual tersebut, bila mampu dikelola dengan baik dan terarah oleh ITB semestinya mampu menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas tinggi, yaitu: karya-karya yang inovatif dan berkreativitas tinggi, serta mampu menghasilkan pengetahuan baru (novel knowledge). Jumlah mahasiswa program Sarjana yang diterima dalam 3 tahun terakhir sedikit melebihi setiap tahun. Jumlah ini telah mendekati batas kapasitas masukan, mahasiswa baru program Magister mahasiswa masih di bawah kapasitas, dan program Doktor 112 mahasiswa berarti masih jauh di bawah kapasitas. Komposisi jumlah mahasiswa aktif per tanggal 2 Januari 2009 adalah program Sarjana (78,15%), program Magister (18,20%), dan program Doktor 466 (2,54%). Lulusan Indikator kinerja pendidikan berupa waktu studi, jumlah lulusan tepat waktu, dan IP lulusan menunjukkan peningkatan dalam kurun lima tahun terakhir 12. Hal tersebut menandakan meningkatnya kinerja pendidikan sekaligus prestasi lulusan secara keseluruhan. Lulusan atau alumni ITB yang hingga tahun 2009 berjumlah lebih dari orang dengan peran nasional dan internasionalnya merupakan suatu potensi utama ITB untuk terus berkembang. Melalui kerjasama dan hubungan yang dibina secara khusus dengan alumni, ITB mengharapkan mendapatkan masukan bagi peningkatan kualitas pendidikan dan dukungan bagi pengembangan jumlah penerimaan dan lulusannya. Masukan yang dimaksud menyangkut dana maupun kerma-kerma yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan tridarma ITB. Jaringan (network) alumni terbentuk apabila hubungan dengan para alumni yang berada di berbagai bidang (pendidikan, industri, departemen, sektor, wirausaha) dapat dibina secara intensif dengan pemetaan profesi dan keterkaitan yang tepat. Jaringan alumni ini akan memudahkan pencarian dan peningkatan kerja sama antara ITB dan alumni maupun antar alumni. Sistem ini, yang dapat terbentuk melalui pembuatan database, dapat menjadi modal berharga ITB untuk menguatkan diri dalam persaingan nasional maupun internasional. 12 Laporan Akademik ITB

22 Jumlah Terima Jumlah Lulus Selisih Terima - Lulus Gambar 2. 5 Penerimaan dan Lulusan Mahasiswa ITB Tahun C. BIDANG SARANA & PRASARANA ITB secara resmi saat ini memiliki luas total lahan sebesar 37,09 ha dengan komposisi kampus utama di jalan Ganesha sebesar 28,68 ha (77,33%), kampus utara 2,81 ha (7,58%), kampus selatan 4,3 ha (11,59%), Kantor Rektorat 0,94 ha (7,58%), Kantor MWA dan SA 0,08 ha (0,97%) 13. Fasilitas yang terdapat diarea kampus mencakup ruang kuliah, laboratorium atau studio, perpustakaan, ruang seminar/lokakarya/diskusi, ruang dosen, ruang kegiatan ekstrakurikuler, ruang pusat komputer (bukan laboratorium komputer), dan ruang administrasi. Total luas ruang kuliah di Kampus Ganesha adalah ,62 m 2, sedangkan luas laboratorium dalam kampus mencakup ,29 m 214. ITB memiliki potensi untuk menerapkan konsep multikampus seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah provinsi Jawa Barat, yang terbukti melalui pemberian lahan baru untuk dikelola di Bekasi (40 ha) dan di area eks Kampus Universitas Winayamukti Jatinangor (57 ha). Selain itu terdapat rencana jangka panjang penambahan lahan kampus di Walini, Ciwidey dengan luas mencapai 300 ha. Proyeksi komposisi lahan ITB jangka panjang (2020) dapat dilihat pada Tabel 2.8. Tabel 2. 2 Proyeksi komposisi lahan ITB jangka panjang (2020) No. Bagian Kampus Luas (Ha) Proporsi (%) 1. Kampus Utama 28,68 6,61 2. Kampus Utara 2,81 0,65 3. Kampus Selatan 4,3 0,99 4. Rektorat 0,94 0,22 5. Kantor MWA dan SA 0,36 0,08 6. Kampus Jatinangor 57,00 13,13 7. Kampus Bekasi 40,00 9,21 8. Kampus Walini (2020) 300,00 69,11 TOTAL 434,09 100,00 13 Data Luas Lahan Kampus dari Direktorat Sarana & Prasarana Jan Data Sarana dan Prasarana Jan

23 Selain pengembangan lahan, ITB juga memberikan perhatian khusus dalam pengembangan sarana dan infrastruktur laboratorium riset dan pendidikan. ITB memperoleh bantuan dari DIKTI melalui Program Revitalisasi FMIPA senilai Rp. 12 M pada tahun 2009, dan melalui DIPA ITB senilai Rp. 75 M di tahun 2011 untuk pembelian peralatan laboratorium riset dan pendidikan. Selain itu, ITB juga mendapatkan bantuan dari JICA untuk pembangunan sarana pusat penelitian dalam kurun waktu sebesar USD 72 juta. D. BIDANGORGANISASI DAN MANAJEMEN Organisasi dan Manajemen Berkaitan dengan ditolaknya UU BHP oleh Mahkamah Konstitusi pada bulan Januari 2010,status organisasi ITB ditinjau dari sisi legal-formal organisasi, yaitu PP 155 dan Angaran Rumah Tangga ITB BHMN dipertanyakan. Pada saat penyusunan Rencana Induk Penelitianini dilakukan, ditetapkan kebijakan lokal oleh Rektor ITB bahwa untuk menjaga kesinambungan kerja kegiatan akademik maka ITB masih menganut aturan pengelolaan BHMN yang ada sampai adanya ketetapan baru. Keuangan Status otonom memberikan fleksibilitas dan memungkinkan ITB meningkatkan penerimaannya dari kurang-lebih Rp 250 milyar pada tahun 2001 menjadi Rp 650milyar pada tahun Realisasi penerimaan ITB pada tahun 2009 mencapai Rp 673,99 milyar dengan komposisi 33,03 persen bersumber dari DIPA ITB dan 66,97 persen bersumber dari Dana Masyarakat (DM) 15. Dana Lestari yang dihimpun dari kalangan pemegang kepentingan ITB yang dikelola melalui SKD ITB, sampai tahun 2009 telah mencapai Rp 37,36 milyar, dengan hasil investasi Rp 3,8 milyar. Selain itu terdapat perolehan Dana Donasi Bersyarat sebesar Rp 9,98 milyar. Kontribusi SKD ke Satuan Akademik (SAk) pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 2,76 milyar, terdiri dari penyaluran Hasil Investasi Dana Lestari Rp 12,37 juta dan Dana Donasi Bersyarat sebesar Rp 2,74 milyar KONDISI INTERNAL YANG MEMPENGARUHI A. KEKUATAN Terkait dengan penelitian dan pengabdian pada masyarakat, sejumlah kekuatan ITB masih merupakan potensi yang dapat terus dikembangkan menjadi kekuatan, yaitu: Meningkatnya minat dalam penelitian. Daya saing peneliti ITB yang tinggi dalam meraih dana kompetisi untuk penelitian. Akumulasi pengalaman dosen dalam layanan untuk masyarakat dalam bentuk pelatihan dan konsultasi. B. KELEMAHAN 15 Laporan Keuangan ITB Tahun Audited 16 Laporan Tahunan SKD ITB

24 Disamping kekuatan, sejumlah kondisi internal ITB masih merupakan kelemahan yang tidak mendukung upaya mewujudkan visi dan objektif pengembangan ITB Sejumlah kelemahan yang perlu mendapat perhatian serius mencakup kondisi-kondisi berikut. Penelitian Belum terpadunya program penelitian ITB (antar pusat penelitian, pusat, fakultas, kelompok keahlian, lab). Belum terbangunnya peta jalan kegiatan penelitian dan pengembangan secara konsisten; kegiatan penelitian dan pengembangan lebih bersifat reaktif terhadap permintaan sesaat. Lemahnya koordinasi kegiatan penelitian antar unit-unit penelitian. Belum terbangunnya komitmen SDM ITB pada kegiatan penelitian. Promosi dan diseminasi hasil penelitian dan pengembangan masih terbatas. Pengabdian pada Masyarakat Kebijakan dan sistem tata kelola bidang pengabdian pada masyarakat tidak mampu menarik proyek kerjasama secara maksimal. Alokasi sumber daya untuk program pengabdian pada masyarakat belum mempertimbangkan kegiatan pendidikan dan penelitian secara komprehensif. Inovasi dan Kewirausahaan Belum ada kebijakan maupun kelembagaan khusustentang inovasi dan kewirausaahanyang mengakibatkan belum terorganisirnyakegiatan inovasi unggulan ITB.Sejak 2010 baru mulai dirintis Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) Belum terbangunnya budaya inovasi dan kewirausahaan pada civitas academica ITB. Sejauh ini peneliti umumnya menghasilkan karya ilmiah yang berhenti di tahap publikasi KONDISI EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI A. PELUANG Sejumlah perkembangan kondisi eksternal berpotensi sebagai peluang atau ancaman bagi ITB untuk merealisasikan visi dan objektif pengembangan ITB Sejumlah kondisi eksternal yang berpotensi sebagai peluang antara lain adalah: Jumlah peminat pendidikan ITB (S1) sangat tinggi. Peminat mahasiswa S1 dari luar ITB untuk pindah ke ITB cukup besar (twining-program). Jumlah peminat mahasiswa asing meningkat. Terumuskan MP3EI yang mengarahkan peran ITB sebagai simpul jaringan inovasi nasional dan internasional Perhatian pemerintah daerah meningkat. Kerjasama dan kolaborasi dengan industri, pemerintah, universitas luar negeri, dan insititusi luar negeri. Pelimpahan hak pakai lahan oleh pemerintah daerah Jawa Barat di wilayah eks kampus Universitas Winayamukti. Jumlah dan potensi alumni sebagai jejaring ITB (beasiswa, endowment-funds, kolaborasi riset, investasi). 22

25 Perkembangan bidang-bidang baru yang merupakan potensi untuk pembukaan program studi baru, program pendidikan menerus dan belajar jarak jauh (distance learning). B. ANCAMAN Sejumlah kondisi eksternal yang berpotensi sebagai ancaman antara lain adalah: Ketidakpastian aspek legal status ITB yang menyebabkan ketidakpastian dalam sistem tata kelola dan pengembangan ITB. Persepsi masyarakat mengenai koomersialisasi pendidikan oleh PT BHMN. Komitmen pemerintah dalam mendukung program WCU (World Class University) tercermin pada pola alokasi dan jumlah anggaran yang pasti. Kegagalan pemerintah dalam memahami perguruan tinggi sebagai pilar penting daya saing bangsa yang berperan untuk mencetak SDM berkualitas untuk menangani masalahmasalah kompleks dan menghasilkan produk inovasi bernilai tambah tinggi. Upaya progresif perguruan tinggi luar negeri baik melalui penetrasi langsung ke pasar pendidikan tinggi Indonesia maupun melalui penawaran beasiswa untuk menarik talenta terbaik (mahasiswa dan dosen) Indonesia sehingga meningkatkan kompetisi dalam menarik talenta terbaik Indonesia untuk mendorong peningkatan program akademik ITB. Kemajuan sains dan teknologi yang demikian cepat yang menuntut alokasi sumber daya penelitian dan pengembangan secara intensif untuk mengejar ketertinggalan ITB. Globalisasi pasar tenaga kerja yang menarik banyak lulusan ITB sehingga mereka tidak dapat berperan secara langsung dalam menyelesaikan masalah dalam masyarakat secara langsung. Tawaran bagi dosen yang bereputasi untuk pindah ke universitas di luar negeri. Peningkatan kapasitas dan kualitas perguruan tinggi dalam negeri yang meningkatkan persaingan dalam kompetisi perolehan dana dari pemerintah. 23

26 BAB III. GARIS BESAR RENCANA INDUK PENELITIAN Rencana Strategis (RENSTRA) ITB telah mendeskripsikan secara lengkap rencana strategis riset ITB yang kemudian diacu dalam penyusunan program dan kegiatan riset. 3.1.TUJUAN DAN SASARAN PELAKSANAAN Memperhatikan analisis situasi baik internal dan eksternal maka visi bidang penelitian dan pengabdian masyarakat ITB pada 2016 diwujudkan melalui pencapaian sasaran berikut. 1. Secara berkelanjutan (dalam siklus peningkatan mutu menerus) meningkatkan kapasitas dan kualitas sistem, sumber daya dan tata kelola ITB dan menjamin keefektifan dan efisiensi internal organisasi ITB dalam menghadapi perubahan dan pengembangan ITB sebagai Universitas Kelas Dunia; 2. Memastikan bahwa kepemimpinan, inovasi, kewirausahawanan (enterpreneurship) dan pengabdian pada masyarakat merupakan karakter dari lulusan ITB; 3. Memastikan bahwa pengembangan sains, produk teknologi dan karya seni dan desain yang dihasilkan mampu menempatkan ITB sebagai rujukan di bidang sains, teknologi dan seni secara nasional dan internasional sehingga meningkatkan kemandirian dan daya saing bangsa; 4. Meningkatkan difusi produk sains dan teknologi, serta karya senidan desain, yang dihasilkan dengan mendorong pemanfaatannya dalam masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan bangsa; 5. Meningkatkan peran aktif institusi dan mewujudkan jaringan kolaborasi nasional dan internasional yang melibatkan perguruan tinggi, industri dan pemerintah dalam pengembangan sains, teknologi dan seni dan menjawab tantangan bangsa. Sejalan dengan meningkatnya kompleksitas tantangan yang dihadapi, upaya yang harus dilakukan oleh ITB dalam menjawab tantangan tersebut juga meningkat, baik dalam skala (kuantitas) maupun kualitasnya. Keberhasilan ITB dalam menjawab tantangan yang dihadapi sangat tergantung dari keberhasilannya dalam menyiapkan organisasi dan tata kelola ITB serta sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan perubahan dan peningkatan kinerja dalam mewujudkan Visi ITB sebagai Universitas Riset Kelas Dunia. Peningkatan sistem dan sumber daya ITB tercermin dari kepemimpinan akademik ITB yang mendukung ITB sebagai Universitas Riset Kelas Dunia, sistem tata kelola institusi yang sehat dan akuntabel, tersedianya kuantitas dan kualitas sumber daya (manusia, sarana dan prasarana, infrastruktur) yang mendukung ITB Kelas Dunia, tata kelola dan kepemimpinan yang memberikan tantangan dan semangat untuk maju, ITB yang 24

27 bersinergi (secara internal dan eksternal), suasana dan kualitas pembelajaran dan riset yang produktif, sistem penghargaan dan hukuman yang adil. Sejalan dengan Keputusan Senat Akademik No. 03/SK/K01-SA/2003 Tentang Penetapan Pendidikan Pascasarjana sebagai Ujung Tombak penyelenggaraan dan Pengembangan Inovasi dalam Pendidikan di ITB, maka peningkatan kualitas calon mahasiswa dan sistem penyelenggaraan program pascasarjana ITB perlu ditingkatkan secara drastis dalam periode lima tahun mendatang. Pengintegrasian program TPB, S1, S2 dan S3 melalui program fast track merupakan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan kualitas program pascasarjana ITB. Mempertahankan kekuatan yang ada dan meningkatkan kekurangan yang masih terkandung dalam sistem pengelolaan program sarjana ITB menjadi kunci keberhasilan peningkatan kualitas program pascasarjana ITB dan mewujudkan Visi ITB sebagai Universitas Riset Kelas Dunia. Lulusan ITB merupakan perpanjangan sumberdaya insani (extended human resources) ITB yang akan berperan dalam masyarakat untuk menjawab tantangan peningkatan daya saing bangsa dan kemajuan sains, teknologi dan seni. Untuk dapat menjalankan peran tersebut, maka lulusan ITB harus memiliki karakter kepemimpinan dengan daya intelektual dan sekaligus daya emosional yang baik, serta semangat inovasi, kewirausahawanan dan pengabdian pada masyarakat, sehingga bersama-sama kekuatan lain bangsa Indonesia dapat membangun kesejahteraan dan kemandirian bangsa. Terposisi dalam kondisi tertinggal, ITB harus mampu mengoptimasikan penggunaan kapasitas sistem dan sumberdaya yang terbatas dengan menentukan prioritas bidang dan skala upaya pengembangan sains, produk teknologi dan karya seni sehingga produk dan karya yang dihasilkan dapat menjawab tantangan kemajuan sains, teknologi dan seni dunia serta meningkatkan daya saing bangsa secara signifikan. Pengakuan terhadap kontribusi suatu perguruan tinggi dalam pemecahan masalah bangsa sebagai satu kriteria WCU memiliki implikasi akan pentingnya penguatan sistem diseminasi hasil penelitian dan pengembangan yang dihasilkan ITB. Peran nyata ITB melalui hasil penelitian dan pengembangan hanya akan terwujud jika hasil karya tersebut dapat didiseminasikan dan dimanfaatkan oleh masyarakat dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Difusi hasil penelitian dan pengembangan secara luas memiliki dampak pengali (multiplier) terhadap peningkatan kualitas dan kesejahteraan hidup masyarakat. Sebagai bagian penting dalam pengelolaan aktivitas penelitian dan pengembangan ITB, sistem diseminasi hasil penelitian dan pengembangan ITB harus dapat mengelola secara seimbang manfaat yang dihasilkan bagi ITB dan bagi masyarakat luas guna mendukung pertumbuhan berkelanjutan aktivitas institut dan masyarakat. Untuk menjawab tantangan perkembangan Ipteks dan masalah bangsa yang semakin kompleks serta target-target MP3EI, ITB WCU perlu berperan secara aktif sebagai simpul kerjasama nasional dan internasional untuk mensinergikan kekuatan-kekuatan lain lintas batas negara, organisasi, sektor dan bidang dalam jaringan kolaborasi nasional dan internasional. Dalam hal ini, ITB tidak lagi menjadi obyek kerjasama melainkan secara sadar berperan secara proaktif merancang dan mengembangkan jaringan kolaborasi yang 25

28 melibatkan perguruan tinggi, industri dan pemerintah untuk dapat secara efektif menjawab dinamika tantangan jaman STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN Rencana Induk Penelitian yang disusun merupakan hasil penurunan dari visi bidang penelitian, pengabdian masyarakat dan inovasi ITB lima tahun ke depan, di mana ITB akan memposisikan diri sebagai universitas riset yang terpandang di Asia yang berperan aktif dalam meningkatkan daya saing bangsa. Berdasarkan alur pengembangan yang telah dirumuskan sebelumnya telah disusun rincian program strategis dan indikator serta target yang dicanangkan oleh ITB Program dan indikator tersebut dijabarkan berdasarkan masing-masing bidang yang merupakan komponen-komponen yang bila disatukan secara sinergis maka akan membentuk sebuah bangunan utuh, yaitu ITB sebagai universitas kelas dunia PETA STRATEGI PENGEMBANGAN ITB WCU Mengacu Balanced Scorecard 17, indikator dan program terkait pengembangan ITB WCU dapat dikelompokkan menjadi empat berdasarkan perspektif finansial, perspektif stakeholders, perspektif proses bisnis internal ITB, dan perspektif perspektif belajar dan tumbuh yang mencakup sumber daya strategis. Sebagai organisasi nir laba, maka bukan indikator kinerja finansial yang menjadi tujuan akhir dari program pengembangan ITB, melainkan kontribusi output ITB terhadap kepentingan stakeholders-nya. Output yang akan dikontribusikan pada stakeholders dihasilkan oleh proses bisnis internal ITB yang memerlukan berbagai sumber daya untuk proses belajar (learning) dan tumbuh (growth) untuk maju dan berkembang. Kesemua itu pada akhirnya akan memerlukan dukungan kemampuan finansial ITB untuk penggalangan dana. Keterkaitan antar indikator kinerja membangun peta strategi pengembangan ITB WCU seperti ditampilkan pada Gambar 3.1. Untuk penyederhanaan Peta Strategi ITB WCU, maka indikator kinerja direpresentasikan Bidang (berdasarkan perspektif Stakeholders), Proses (berdasarkan perspektif Proses Bisnis Internal), Sumber Daya (berdasarkan perspektif Belajar dan Tumbuh), dan Dana (berdasarkan perspektif Finansial). 17 Robert S. Kaplan, dan David P. Norton, The Strategy-Focused Organization, Harvard Business School Press, 2001; Robert S. Kaplan, dan David P. Norton, Strategy Maps, Harvard Business School Press,

29 Gambar 3. 1Peta Strategi Pengembangan ITB WCU (RENSTRA ITB ) FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN Disamping kekuatan yang dimiliki, yang terbangun selama delapan dasawarsa perkembangannya, masih banyak kelemahan yang harus diperbaiki oleh ITB untuk dapat mendukung pewujudan cita-cita ITB sebagai universitas riset kelas dunia. Dari bahasan pada subbab terdahulu, dapat dilihat bahwa dalam menghadapi tantangan perkembangan ke depan, kelemahan internal ITB berpotensi menghambat terwujudnya cita-cita pengembangan ITB. Dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan ITB, dan perkembangan kondisi lingkungan eksternalnya, maka dalam upaya untuk terus berkembang dan mewujudkan ITB WCU, ITB harus mampu tumbuh melalui peran aktif dan komitmen komunitas ITB untuk meningkatkan kapasitas sistem dan sumber daya ITB, peningkatan keefektifan dan efisiensi organisasi dengan berlandaskan pada keberagaman kultur dan tradisi yang kondusif menuju kemandirian teknologi bagi industri strategis bangsa Indonesia. Secara singkat, strategi pengembangan penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan Inovasi ITB pada RENSTRA ITB adalah: "MAJU DAN BERKEMBANG MELALUI PERAN AKTIF DAN KOMITMEN KOMUNITAS ITB DENGAN BERLANDASKAN KEBERAGAMAN KULTUR AKADEMIK YANG PRODUKTIF DAN INOVATIF MENUJU KEMANDIRIAN BANGSA". 27

30 Strategi pengembangan ini selanjutnya dijabarkan dalam empat strategi, yaitu: 1. STRATEGI TUMBUH: pemanfaatan kekuatan internal ITB untuk meraih peluang yang ada. 2. STRATEGI DIVERSIFIKASI PROGRAM DAN PENGUATAN SISTEM: berdasar pada kekuatan internal ITB dan bersifat responsif untuk mengatasi ancaman yang dihadapi dalam proses pengembangan ITB ke depan. 3. STRATEGI PENINGKATAN KEEFEKTIFAN PROGRAM DAN SISTEM: upaya untuk mengatasi kelemahan ITB agar dapat memanfaatkan peluang yang ada. 4. STRATEGI PERUBAHAN DAN PENINGKATAN EFISIENSI: meminimumkan dampak ancaman terhadap eksistensi ITB dengan mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada. Strategi-strategi tersebut diharapkan mampu membangun fondasi bagi upaya pengembanganpenelitian di ITB pada periode-periode selanjutnya. Penjelasan keempat strategi pengembangan tersebut sebagai berikut. 1. STRATEGI TUMBUH Strategi tumbuh didasarkan pada pemanfaatan kekuatan internal ITB untuk meraih peluang yang ada. Secara garis besar, Strategi Tumbuh memiliki empat fokus, yaitu: a. Peningkatan KUALITAS, PRODUKTIVITAS dan pengembangan KARAKTER KEBANGSAAN (kekayaan lokal) seluruh bidang penelitian. b. Peningkatan KAPASITAS program yang ada, dilakukan secara selektif dengan fokus pada bidang penelitian dan pengabdian kepada masyrakat dengan minat/kebutuhan masyarakat yang tinggi. c. Perluasan TARGET SEGMEN MASYARAKAT program yang ada, dilakukan secara selektif dengan fokus pada bidang penleitian dan pengabdian masyarakt dengan kualitas dan produktivitas tinggi; d. Pengembangan PROGRAM BARU, dilakukan secara selektif untuk bidang peneliitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan misi strategis untuk berkontribusi pada pengembangan Ipteks dan pemecahan masalah bangsa. e. Pengembangan PROGRAM BARU untuk TARGET SEGMEN MASYARAKAT BARU, dilakukan dengan sangat selektif dan hati-hati dengan studi kelayakan yang baik. Selain strategi tumbuh dengan fokus pada peningkatan kualitas dan produktivitas, maka empat pola pertumbuhan ITB dapat dipetakan pada 4 kuadran berdasarkan dimensiprogram dan dimensi Segmen Masyarakat Baru(Gambar 3.4). Keempat 4 kuadran tersebut adalah: Kuadran 1: Peningkatan KAPASITAS program yang ada; Kuadran 2: Perluasan TARGET SEGMEN MASYARAKAT dari program yang ada; Kuadran 3: pengembangan PROGRAM BARU untuk target segmen masyarakat yang ada; Kuadran 4: pengembangan PROGRAM BARU dengan TARGET SEGMEN MASYARAKAT yang baru; Dari keempat kuadran pertumbuhan tersebut, risiko dan upaya tertinggi adalah Kuadran 4, yaitu pengembangan program akademik baru untuk target segmen masyarakat yang baru. 28

31 Kuadran 1 Gambar 3. 2 Matriks pertumbuhan ITB Kuadran 1 adalah kuadran pertumbuhan dengan tingkat upaya dan risiko kegagalan yang relatif rendah tetapi dengan dampak pertumbuhan relatif pendek. Kuadran 1 dapat dijadikan prioritas pertumbuhan dalam jangka pendek, satu sampai tiga tahun ke depan. Peningkatan kapasitas program penelitian, pengabdian kepada masyarakat yang ada saat ini difokuskan pada program-program penelitian, pengabdian kepada masyarakat dengan produktivitas dan kualitas output yang tinggi. Penentuan prioritas program penelitian, pengabdian kepada masyarakat dapat dilakukan dengan mempertimbangkan produktivitas dan kualitas produk Ipteks yang dihasilkan per unit organisasi penelitian, pengabdian kepada masyarakat (PP, Pusat, KK) atau per bidang penelitian, pengabdian kepada masyarakat, serta jumlah dana yang berhasil diperoleh dari sumber eksternal ITB untuk menjalankan kegiatan penelitian, pengabdian kepada masyarakat terkait 18. Produktivitas dapat diukur berdasarkan output kegiatan (publikasi, HaKI, dana yang dihasilkan dari koomersialisasi hasil penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan lain sebagainya, per periode tertentu). Kualitas dapat diukur berdasarkan penilaian suatu tim yang ditunjuk untuk menjalankan tugas penelitian. Jumlah dana yang berhasil diperoleh dari sumber eksternal dapat digunakan sebagai cerminan daya saing proyek/kegiatan penelitian, pengabdian kepada masyarakat beserta tim pelaksana kegiatan tersebut. Berdasarkan ketiga kriteria tersebut dapat dibuat portofolio program kegiatan penelitian, pengabdian kepada masyarakat yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan prioritas peningkatan kapasitas unit organisasi penelitian, pengabdian kepada masyarakat atau bidang terkait.gambar 3.3memetakan 5 Pusat Penelitian (PP) ITB berdasarkan skor kinerja yang mencakup penilaian terhadap produktivitas dan kualitas output serta jumlah dana yang 18 Untuk bidang-bidang PPM dapat dirujuk Rencana Akademik ITB

32 diperoleh pada tahun Pada peta tersebut dapat dilihat bahwa dari 5 PP yang membawa misi strategis untuk mengembangkan riset unggulan ITB yang berkinerja di atas rata-rata PP ITB adalah PP Teknologi Informasi dan Komunikasi, PP Energi Alternatif/Berkelanjutan, dan PP Pengelolaan Lingkungan, Wilayah dan Infrastruktur. Strategi pengembangan penelitian, pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan PP diharapkan mampu mendorong posisi PP ke kuadran kanan atas pada peta tersebut. Lebih lanjut, Gambar 3.4 memetakan posisi 18 Pusat atau Pusat Studi ITB pada Dari 18 Pusat/Pusat Studi, yang berkinerja di atas rata-rata hanya 3 Pusat, yaitu Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut, Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan, dan Pusat Kebijakan Keenergian. Strategi pengembangan penelitian, pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan Pusat/Pusat Studi diharapkan mampu mendorong posisi Pusat/Pusat Studi ke kuadran kanan atas pada peta tersebut ARAH PENGEMBANGAN PP TK SKOR KINERJA PP ITB PP PLWI ITB PP BIOTEK PP SRD PP EA/B RATA2 ITB ARAH PENGEMBANGAN RATA2 ITB (500) Keterangan: JUMLAH DANA (RP JUTA) PP TIK = PP Teknologi Informasi & Komunikasi; PP EA/B = PP Energi Alternatif/Berkelanjutan; PP PLWI = PP Pengelolaan Lingkungan, Wilayah dan Infrastruktur; PP BIOTEK = PP Bioteknologi; PP SRD = PP Seni Rupa dan Desain. Gambar 3. 3Peta Kinerja Pusat Penelitian ITB 2009 (Sumber: LPPM, Laporan Hasil Evaluasi Kegiatan Pusat Penelitian2009) 30

33 Kuadran2 SKOR KINERJA PUSAT/PUSAT STUDI PS-SPTG P-RI P-IH P-TKK ITB P-PJ P-IDS P-KPK PS-LH P-KE RATA2 ITB Keterangan: P-IH = Pusat Ilmu Hayati PS-SPTG = Pusat Studi Sarana Dan Prasarana Tahan Gempa P-PKPL = Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut P-RI = Pusat Rekayasa Industri P-TKK = Pusat Teknologi Kesehatan dan Keolahragaan P-KE = Pusat Kebijakan Keenergian P-PPK = Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan P-MB = Pusat Mitigasi Bencana P-PJ = Pusat Penginderaan Jauh PS-LH = Pusat Studi Lingkungan Hidup P-IDS = Pusat Infrastruktur Data Spasial P-KPK = Pusat Kebijakan Publik dan Kepemerintahan Gambar 3. 4Peta Kinerja Pusat dan Pusat Studi ITB 2009 (Sumber: LPPM, Laporan Hasil Evaluasi Kegiatan Pusat Penelitian2009) Kuadran 2 adalah kuadran pertumbuhan dengan memanfaatkan program-program akademik yang ada saat ini untuk disesuaikan dan ditawarkan pada target segmen baru. Kuadran pertumbuhan ini memiliki tingkat upaya dan risiko kegagalan yang relatif moderatdanmemiliki dampak pertumbuhan jangka panjang yang juga moderat. Kuadran2 dapat dijadikan prioritas pertumbuhan dalam jangka menengah, tiga sampai lima tahun ke depan. Analog dengan pertumbuhan pada Kuadran 1, program-program akademik yang akan dikembangkan untuk memenuhi target segmen baru harus melalui proses seleksi yang mempertimbangkan kinerja program dan unit kerja penyelenggaran dan pelaksana. Perangkat bantu dapat dikembangkan untuk mendukung proses seleksi tersebut secara obyektif dan komprehensif. Peningkatan bidang penelitian, pengabdian kepada masyarakat pada kuadran ini dapat didorong melalui kemitraan dengan pemerintah daerah, industri dan komunitas internasional. P-PPK P-PKPL P-MB ARAH PENGEMBANGAN (1.000) JUMLAH DANA (RP JUTA) RATA2 ITB Kuadran3 Kuadran3 adalah kuadran pertumbuhan melalui pengembangan program akademik baru untuk target segmen masyarakat saat ini. Pertumbuhan pada kuadran ini perlu didukung dengan pemahaman yang baik akan kebutuhan masyarakat terhadap program dan layanan akademik baru. Kuadran 3 memiliki tingkat upaya dan risiko kegagalan yang relatif moderatdanmemiliki dampak pertumbuhan yang juga moderat. Kuadran3 dapat dijadikan prioritas pertumbuhan dalam jangka menengah, tiga sampai lima tahun ke depan. Analog dengan pertumbuhan pada Kuadran 1 dan 2, program-program akademik baru yang akan dikembangkan harus melalui proses seleksi yang mempertimbangkan kinerja program dan unit kerja penyelenggaran dan pelaksana. Perangkat bantu dapat dikembangkan untuk mendukung proses seleksi tersebut secara obyektif dan komprehensif. 31

34 Untuk dapat berperan sebagai pilar daya saing nasional, maka ITB perlu segera mengembangkan program penelitian, pengabdian kepada masyarakat yang dapat memberikan solusi secara nyata pada masalah daerah dan nasional serta mengintegrasikan kekayaan bangsa dalam produk-produk Ipteks yang dihasilkan. Produk-produk Ipteks yang dihasilkan oleh ITB harus ditindaklanjuti dengan tahap inkubasi untuk mematangkan produk-produk tersebut secara teknis dan ekonomis untuk selanjutnya didiseminasikan melalui utilisasi secara komersial dalam kegiatan usaha, baik dilakukan secara langsung oleh ITB maupun oleh pihak lain melalui sistem lisensi. Hal ini mendorong terwujudnya ITB sebagai pusat inovator & inkubator untuk kemandirian teknologi bagi industri strategis bangsa Indonesia. Mengacu pada Rencana Akademik ITB , akan dikembangkan sedikitnya 3 pusat unggulan riset dan pengembangan, baik riset dasar maupun terapan, yang diwujudkan sebagai Pusat Penelitian. Pusat-pusat unggulan itu memiliki perhatian kuat dalam menggali nilai-nilai kemanfaatan sumber-sumber potensi alam dan budaya bangsa (potensi domestik). Dengan 5 Pusat Penelitian yang ada, maka pada lima tahun terdapat sedikitnya 8 Pusat Penelitian, yang terdiri atas: 1. PP Teknologi Informasi dan Komunikasi; 2. PP Energi (sebelumnya PP Energi Alternatif/Berkelanjutan); 3. PP Pengelolaan Lingkungan Wilayah, dan Infrastruktur; 4. PP Bioteknologi; 5. PP Produk, Budaya, dan Lingkungan (sebelumnya PP Seni Rupa dan Desain); 6. PP Pangan, Obat dan Kesehatan; 7. PP Nanoteknologi dan Rekayasa Kuantum; 8. PP Mitigasi Bencana. Kuadran 4 Kuadran 4 adalah kuadran pertumbuhan melalui pengembangan program akademik baru untuk targat segmen masyarakat yang baru. Kuadran 3 memiliki tingkat upaya dan risiko kegagalan yang tinggi dengan dampak pertumbuhan jangka panjang yang tinggi. Kuadran4dapat dijadikan prioritas pertumbuhan dalam jangka panjang, empat sampai delapan tahun yang akan datang. Analog dengan pertumbuhan pada kuadran-kuadran yang lain, program-program akademik baru untuk target segmen baru yang akan dikembangkan harus melalui proses seleksi yang mempertimbangkan kinerja program dan unit kerja penyelenggaran dan pelaksana. Perangkat bantu dapat dikembangkan untuk mendukung proses seleksi tersebut secara obyektif dan komprehensif. Pengembangan bidang penelitian, pengabdian kepada masyarakat diarahkan pada upaya mendorong peran produk Ipteks ITB untuk menjawab masalah daerah dan industri secara nyata dan menjawab tantangan pengembangan Ipteks secara global. Untuk mendukung hal ini, ITB harus dapat berperan sebagai simpul jaringan kerjasama nasional dan internasional yang menggalang kerjasama antar kekuatan nasional dan global untuk menghasilkan solusi nyata bagi permasalahan bangsa dan masyarakat dunia. 2. STRATEGI DIVERSIFIKASI PROGRAM DAN PENGUATAN SISTEM Strategi Diversifikasi Program dan Penguatan Sistem didasarkan pada kekuatan internal ITB dan bersifat responsif untuk mengatasi ancaman yang dihadapi dalam proses 32

35 pengembangan ITB ke depan. Strategi ini pada dasarnya merupakan strategi diversifikasi konsentrik (concentric diversification) 19 untuk mengungkit kemampuan teknis ITB untuk mendapatkan keunggulan-keunggulan yang diperlukan guna mengatasi ancaman yang ditimbulkan oleh faktor eksternal, termasuk oleh kebijakan pemerintah, strategi perguruan tinggi lain, persepsi atau penilaian masyarakat, dan sebagainya. Mengacu pada Matriks Pertumbuhan ITB pada Gambar 3.1, diversifikasi konsentrik menyerupai strategi pertumbuhan pada Kuadran 2, yaitu berbasis pada program akademik yang ada, dilakukan peningkatan dan pengemasan program akademik untuk disesuaikan dengan target segmen baru guna mengatasi ancaman persaingan, dinamika perkembangan Ipteks, persepsi dan penilaian negatif terhadap kemasan program akademik yang lama, dan penurunan dukungan pemerintah. Namun demikian, peningkatan dan pengemasan baru program-program akademik yang ada dengan target segmen masyarakat yang baru perlu disertai pengembangan bidang-bidang pendukung, yaitu organisasi dan manajemen, sumber daya, dan pendanaan yang diperlukan, terutama dalam mengkomunikasikan dan penyampaikan program-program baru tersebut secara efektif. 3. STRATEGI PENINGKATAN KEEFEKTIFAN PROGRAM DAN SISTEM Strategi Peningkatan Keefektifan Program dan Sistem merupakan upaya untuk mengatasi kelemahan ITB agar dapat memanfaatkan peluang yang ada. Mengacu pada cita-cita mewujudkan WCU, banyak kelemahan masih harus diatasi oleh ITB secara intensif. Dengan banyaknya kelemahan yang masih harus diatasi oleh ITB, maka strategi Peningkatan Kefektifan Program dan Sistem akan mendominasi strategi perkembangan ITB dalam lima tahun mendatang. Fokus strategi ini adalah pada peningkatan kinerjaproses, sistem dan prosedur tata kelola untuk meningkatkan keefektifan program dan sistem ITB. Perbaikan sistem pengelolaan kegiatan penelitian, pengabdian kepada masyarakat; Menentapkan fokus bidang penelitian unggulan ITB yang dibina dan dikembangkan secara konsisten; Peningkatan keterpaduan program penelitian ITB lemah (antar Pusat Penelitian, Pusat, Fakultas/Sekolah, Kelompok Keahlian, laboratorium); Peningkatan kolaborasi dengan berbagai kekuatan nasional dan global. 4. STRATEGI PERBAIKAN DAN PENINGKATAN EFISIENSI Strategi ini ditujukan untuk meminimumkan dampak ancaman terhadap eksistensi ITB dengan mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada. Hal ini dilakukan dalam bentuk kontraksi berupa penghentian program/kegiatan atau penutupan unit kerja yang tidak memberikan nilai tambah pada ITB dan kondolidasi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya ITB yang terbatas. Fokus strategi ini adalah pada peningkatan efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya ITB yang terbatas melalui perbaikan program, proses, kegiatan atau fungsi unit kerja dan reduksi program, proses, kegiatan, atau unit kerja yang tidak menjalankan misi strategis dan tidak memberikan nilai bagi ITB. 19 Kenny, G., Diversification Strategy: How to Grow a Business by Diversifying Successfully, Kogan Page,

36 Mengacu pada Rencana Akademik ITB , program-program yang mendukung keempat strategi tersebut secara sistematis diuraikan pada tabel-tabel dalam subbab berikut STRATEGI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN ITB (RENSTRA ITB ) A. STRATEGI TUMBUH A-1 Peningkatan PENINGKATAN KUALITAS, PRODUKTIVITAS dan PENGEMBANGAN KARAKTER KEBANGSAAN (Kekayaan Lokal) Program penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan inovasi pendukung strategi tumbuh melalui peningkatan kualitas, produktivitas dan pengembangan karakter kebangsaan sedikitnya mencakup program dan mekanisme berikut. 1. PENELITIAN R-1Peningkatan kualitas, kapasitas dan produktivitas penelitian ITB: a. Peningkatan produktivitas penelitian ITB dari segi kualitas dan kuantitias b. Peningkatan penelitian dengan unsur karakteristik lokal/kebangsaan c. Peningkatan kemampuan penelitian sumber daya manusia ITB d. Peningkatan keterlibatan mahasiswa pasca sarjana dalam penelitian e. Peningkatan pendanaan penelitian ITB. f. Peningkatan promosi program/hasil penelitian lewat publlikasi * Penguatan jaringan kerjasama dengan industri, pemerintah, universitas LN, dan Institusi LN. 2. PENGABDIAN PADA MASYARAKAT M-1 Pengembangan produk teknologi tepat guna untuk membangun kekuatan perekonomian nasional: a. Peningkatan jumlah teknologi yang diaplikasikan b. Action research 3. INOVASI DAN ENTREPRENEURSHIP I-1Peningkatan kualitas dan produktivitas inovasi ITB: a. Peningkatan produktivitas inovasi ITB b. Penguatan keorganisasian dan tata kelola bidang inovasi dan kewirausahaan di ITB c. Peningkatan kegiatan pengembangan inovasi dan kewirausahaan di ITB d. Peningkatan keterlibatan mahasiswa pasca sarjana dalam penelitian e. Promosi dan publikasi inovasi I-2 Program Pengembangan Ekosistem untuk tumbuhnya Inovasi dan Entrepreneurship di lingkungan ITB: a. Pemanduan terbentuknya wirausahawan baru, khususnya yang berbasis sains, teknologi, seni dan desain dengan nilai tambah yang tinggi. b. Peningkatan kegiatan entrepreneurship di setiap disiplin ilmu yang ada di ITB; c. Pengembangan kurikulum maupun extra-kurikulum yang mendukung terbentuknya karakteristik yang inovatif; d. Peningkatan kegiatanantar disiplin untuk mendukung terciptanya inovasi; e. Peningkatan kualitas kemitraan inovasi ITB dengan industri dan pemerintah. f. Pengembangan konsep technopark ITB sebagai upaya fasilitasi inovasi unggulan ITB dalam rangkan menginisiasi industri berbasis sains, seni, desain dan teknologi. I-3 Program Informasi dan Konsultasi Hak Kekayaan Intelektual: a. Peningkatan kuaitas layanan informasi dan konsultasi tentang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) kepada civitas academica b. Peningkatan kegiatan sosialisasi Hak Kekayaan Intelektual (HKI). c. Pemberdayaan kegiatan pendataan inovasi ITB d. Pemberdayaan kegiatan penelusuran informasi HKI/Paten. Keterangan: 34

37 Kode huruf dan angka pada program merujuk pada urutan program pada Rencana Akademik ITB :, R = Riset, M = Pengabdian pada Masyarakat, I = Inovasi dan Enterpreneruship; nomor: nomor urut penulisan program pada masingmasing bidang pada pada Rencana Akademik ITB Contoh: R-1: Program Riset nomor 1. A-2 Peningkatan KAPASITAS program yang ada Program penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan inovasi pendukung strategi tumbuh melalui peningkatan kapasitas program yang ada (dilakukan secara selektif dengan fokus pada program studi/bidang penelitian, pengabdian kepada masyarakat dengan minat/kebutuhan masyarakat yang tinggi) sedikitnya mencakup program dan mekanisme berikut. 1. PENGABDIAN PADA MASYARAKAT M-3Peningkatan Kapabilitas Pengabdian Masyarakat Peningkatan promosi program/hasil pengabdian masyarakat (PM) dan kepakaran ITB kepada masyarakat secara kontinyu. A-3 Perluasan TARGET SEGMEN MASYARAKAT program yang ada, dilakukan secara selektif dengan fokus pada Program Studi/Bidang penelitian, pengabdian kepada masyarakat dengan kualitas dan produktivitas tinggi. Program penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan inovasi pendukung strategi tumbuh melalui perluasan target segmen masyarakat dari program yang ada sedikitnya mencakup program dan mekanisme berikut. 2. PENGABDIAN PADA MASYARAKAT M-2 Peningkatan Kapabilitas Pengabdian Masyarakat Peningkatan kerjasama ITB dengan perguruan tinggi, institusi penelitian, industri di tingkat nasional dan internasional, serta pemerintah. M-3 Secara institusional meningkatan peran LPPM dalam pengembangan kerma Pengabdian Masyarakat untuk memberdayakan potensi masyarakat Pengembangan kerma Pengabdian Masyarakat dalam pemberdayaan potensi lokal A-4 Pengembangan PROGRAM BARU, dilakukan secara selektif untuk Program Studi/Bidang penelitian, pengabdian kepada masyarakat dengan misi strategis untuk berkontribusi pada pengembangan Ipteks dan pemecahan masalah bangsa. Program penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan inovasi pendukung strategi tumbuh melalui pengembangan program baru, dilakukan secara selektif untuk Program Studi/Bidang penelitian, pengabdian kepada masyarakat dengan misi strategis untuk berkontribusi pada pengembangan Ipteks dan pemecahan masalah bangsa sedikitnya mencakup program dan mekanisme berikut. 1. PENGABDIAN PADA MASYARAKAT M-5Peningkatan kandungan lokal/nasional dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat a. Menjadikan propinsi Jawa Barat dan Kota Bandung sebagai lokasi pilot project program pengabdian msyarakat. b. Kerja sama dengan potensi eksternal (Pemda) untuk membangun pusat unggulan pendidikan dan pengembangan teknologi. c. Menjadikan program peningkatan lalu litas perkotaan dan pengelolaan sumber daya air Kota Bandung dan sekitarnya sebagai salah satu fokus pengabdian masyarakat. 35

38 A-5 Pengembangan PROGRAM BARU untuk TARGET SEGMEN MASYARAKAT BARU Program penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan inovasi pendukung strategi tumbuh melalui pengembangan program baru untuk target segmen masyarakat baru yang dilakukan dengan sangat selektif dan hati-hati dengan studi kelayakan yang baik sedikitnya mencakup program dan mekanisme berikut. 2. PENGABDIAN PADA MASYARAKAT * Terbangunnya pusat-pusat unggulan pengembangan teknologi dan binaan dalam upaya pemberdayaan potesi masyarakat berbasis pada produk-produk penelitian dan pengembangan bidang keilmuan ITB. B.STRATEGI DIVERSIFIKASI PROGRAM DAN PENGUATAN SISTEM Untuk mendukung diversifikasi program dan penguatan sistem, maka program pengembangan bidang penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan inovasi sedikitnya mencakup programprogram berikut. 1. PENELITIAN R-3 Penguatan peran LPPM dalam proses promosi dan pendayagunaan riset maupun hasil riset ITB: a. Pengembangan pusat promosi produk sains, teknologi dan karya seni ITB; b. Pelaksanaan inovasi, transfer pengetahuan dan komersialisasi (technopreneurships); c. Prmosi kolaborasi berdampak tinggi dengan universitas terkemuka lain di dalam negeri dan luar negeri; d. Investasi dalam infrastruktur penelitian dan dukungan administrasi riset kelas dunia. 2. PENGABDIAN PADA MASYARAKAT M-4 PengembanganKnowledge Based System secara institusional dalam kegiatan pengabdian masyarakat: a. Pengembangan aplikasi ICT untuk menghimpun/mendokumentasikan kearifan lokal Indonesia; b. Pengembangan basis data sains dan teknologi nasional; c. Publikasi secara online semua karya ITB yang penting bagi masyarakat (pendidikan,penelitian, dan pengabdian pada masyarakat: materi kuliah, diktat, hasil penelitian dan lainnya). C.STRATEGI PENINGKATAN KEEFEKTIFAN PROGRAM DAN SISTEM Untuk mendukung peningkatan keefektifan program dan sistem, maka program pengembangan bidang penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan inovasi sedikitnya mencakup program-program berikut. 1. PENELITIAN R-2 Manajemen riset secara profesional yang dinamis dan kondusif a. Penciptaan lingkungan penelitian yang dinamis, menarik dan mempertahankan para peneliti terbaik serta nilai-nilai dan manfaat kontribusi mereka; b. Pengembangan sistem pendanaan penelitian kompetitif berbasis kompetensi dan mekanisme insentif; c. Peningkatan kinerja pusat-pusat penelitian unggulan sebagai penghela riset dan pengembangan; d. Pengintegrasian kegiatan berbagai pusat-pusat penelitian dan pusat ke fokus penelitian ITB. e. Integrasi dan peningkatan sinergi program pendidikan dengan program penelitian; f. Penyelenggaraan seminar Penelitian institusi sebagai media interaksi antar unit-unit pelaksana penelitian; g. Pengembangan sistem reward & punishment yang berorientasi riset; h. Penguatan fungsi Kantor Manajemen HaKI dalam mengelola dan mempromosikan hasil riset ITB. 2. PENGABDIAN PADA MASYARAKAT M-3 Peningkatan Kapabilitas Pengabdian Masyarakat a. Peningkatan akuntabilitas kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat pada tingkat KK,Fak/Sekolah,PP, 36

39 Pusat/Pusat Studi; b. Integrasi dan peningkatan sinergi program pendidikan dengan program pengabdian masyarakat; c. Penyelenggaraan seminar pengabdian masyarakat institusi sebagai media interaksi antar unit-unit pelaksana. 3. INOVASI DAN ENTERPRENEURSHIP P-5 Peningkatan kapasitas inovasi dan kewirausahawan ITB a. Pengembangan infrastruktur pusat inovasi dan kewirausahawanan ITB; b. Pengembangan model pengelolaan inovasi di ITB; c. Pengembangan model pengelolaan entrepreneur di ITB. D.STRATEGI PERUBAHAN DAN PENINGKATAN EFISIENSI Untuk mendukung perubahan dan peningkatan efisiensi, maka program pengembangan bidang penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan inovasi sedikitnya mencakup programprogram berikut. 1. PENELITIAN a. Program riset dan pengembangan unggulan dengan kandungan lokal/ nasional yang tinggi. b. Penetapan dan implementasi peta jalan riset dan pengembangan ITB dalam 5 tahun mendatang. c. Program penutupan pusat atau pusat penelitian yang berkinerja rendah, namun belum ada poinnya di program strategis. 2. PENGABDIAN PADA MASYARAKAT a. Program pengabdian pada masyarakat unggulan dan fokus 37

40 BAB IV. PROGRAM STRATEGIS, SASARAN DAN INDIKATOR KINERJA Universitas merupakan pelopor dalam melaksanakan leading edge research untuk menjamin keberlangsungan daya saing suatu negara. Tanggung jawab ini adalah merupakan tantangan global yang harus dihadapi. Menjawab kebutuhan global tersebut, sebagai institusi pendidikan yang memiliki kekuatan dalam sumber daya dan potensi riset, ITB telah berkomitmen memantapkan posisinyasebagai Universitas Riset. Senat Akademik melalui SK 01/SK/K01- SA/2009 telah mendiskripsikan pengertian dan cirri-ciri Universitas Riset yang dianut oleh Institut Teknologi Bandung berikut ini: a. Budaya riset yang ditunjukkan melalui sikap, perilaku dan etika masyarakat akademik dalam pelaksanaan riset b. Memiliki organisasi dan manajemen riset yang efektif dan ditunjang oleh anggaran dan peneliti dalam jumlah dan kualitas yang memadai c. Tersedianya sarana dan prasarana riset yang lengkap, mutakhir dan dalam jumlah yang memadai d. Menarik bagi best talents (mahasiswa, dosen, peneliti) dari dalam dan luar negeri e. Terselenggaranya kegiatan pembelajaran berbasis riset (research based learning) f. Berorientasi internasional untuk meningkatkan kualitas riset, cross culture dan berperan dalam pemecahan masalah bangsa g. Memiliki program yang bersifat antar-disiplin yang mensinergikan berbagai bidang sains, teknologi dan seni. Sebagaimana tertuang dalam misi ITB, dengan Strategi Pengembangan yang digariskan di Renstra, upaya untuk menjadi World Class Universitydimaksudkan untuk mendukung upaya peningkatan daya saing serta mengangkat nama baik bangsa Indonesia. Sejalan dengan misi ITB tersebut, bidang penelitian dan pengabdian masyarakat di ITB berharap dapat menjalankan peran berikut ini: Menciptakan dan menerapkan ipteks untuk melayani masyarakat, industri dan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan dan Penyelesaian Masalah bangsa dan dunia secara berkelanjutan. Untuk dapat menjalankan peran di atas secara maksimal, ITB bersama-sama dengan pemerintah dan kekuatan lain perlu secara aktif mengembangkan dan memperkuat infrastruktur institusional yang kokoh dan kondusif. 38

41 Mempertimbangkan peran ITB dan kebutuhan akan infrastruktur pendukung seperti yang dijelaskan di atas, maka upaya percepatan peningkatan kinerja riset di ITB akan diwujudkan melalui dua program strategis berikut ini: 1. Program Strategis IPTEKS untuk Penyelesaian Masalah Bangsa Program strategis ini akan diimplementasikan melalui dua pilar besar, yaitu: - Pilar penciptaan Ipteks Penciptaan Ipteks diarahkan pada : i. peningkatan kualitas penelitian di ITB ii. peningkatan jumlah publikasi internasional dosen ITB iii. peningkatan keterlibatan jumlah mahasiswa S3 dalam kegiatan riset dan publikasi di ITB serta iv. peningkatan kapasitas dan produktifitas riset ITB. - Pilar Penerapan Ipteks Penerapan Ipteks diarahkan pada : i. peningkatan jumlah produk produk riset unggulan ii. peningkatan peran kegiatan riset di ITB dalam menyelesaikan permasalahan bangsa, serta iii. sinergi pemberdayaan masyarakat di wilayah binaan ITB sebagai wujud implementasi hasil kegiatan penelitian di masyarakat. 2. Program Strategis Penguatan Organisasi dan Infrastruktur Riset Program strategis ini diarahkan pada : a. revitalisasi peran organisasi pelaksana dan pengelolan riset (pusat, pusat penelitian, fakultas dan LPPM) b. penyempurnaan Sistem Quality Assurance c. penetapan kebijakan dan Kode Etik Riset d. penyediaan sistem informasi dan peningkatan knowledge sharing, serta e. peningkatanperan Guru Besar. Gambar di bawah ini memperlihatkan kerangka pikir (framework) Penjabaran Rencana Strategis Bidang Penelitian di ITB. 39

42 Gambar 4.1. Kerangka Pikir Penjabaran Program Strategis Penelitian ITB Pada bagian selanjutnya dijelaskan secara lebih rinci deskripsi, sasaran, indicator kinerja serta rencana implementasi kedua program strategis ITB. 4.1 PROGRAM IPTEKS UNTUK PENYELESAIAN MASALAH BANGSA Tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang masih berkisar dalam masalah kebutuhan dasar, kemiskinan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan bencana alam. Pada lingkup global,institut Teknologi Bandung harus mendorong kegiatan dan program untuk memantapkan posisinya sebagai Universitas Riset dan melakukan upaya peningkatan secara terus menerus dalam rangka mensejajarkan diri dengann perguruan tinggi maju di tingkat internasional.kedua tantangan nasional dan global ini merupakan pijakan dalam menyusun kebijakan arah penelitian di ITB. Seperti yang telah digariskan pada SK SA01/SK/K01-SA/2009,riset merupakan kegiatan utama yang diperlukan untuk mencapai status World Class University. Kinerja penelitian ditentukan dari publikasi internasional, jumlah sitasi, pengakuan internasional berupa International Award, dan paten yang dihasilkan. Advanced Technology yang tepat dirancang untuk dapat menyelesaikan tantangan nasional dan dalam waktu yang bersamaan membuat lompatan untuk bisa mensejajarkan ITB dengan WCU, sehingga mempunyai tingkat standar yang sama (the same playing field) dengan World Class University. Merujuk kepada pemeringkat universitas dunia QS, ITB menduduki posisi sangat terpandang di Indonesia, khususnya dalam bidang engineering & IT (information technology), natural sciences, dan life sciences. Posisi terpandang di Indonesia juga disandang ITB berdasarkan pemeringkat yang lain seperti Webometrics & 4icu.org. Namun demikian, dibandingkan dengan universitas terpandang di dunia dan Asia secara umum serta beberapa perguruan 40

43 tinggi di Asia Tenggara secara khusus, ITB masih harus mengejar ketertinggalannya, khususnya dalam prestasi dan produk riset. Seperti yang tersirat di 01/SK/K01-SA/2009 tentang ITB sebagai universitas riset: Dalam menyikapi berbagai pemeringkatan yang ada, seyogyanya ITB tidak bersikap reaktif mengejar peringkat tinggi, tetapi peringkat tersebut perlu dipandang sebagai akibat dari suatu proses panjang untuk memperbaiki keadaan ITB menuju ke World Class University. ITB perlu mengamati peringkat/nilai pada masing-masing sub-score sebagai bahan introspeksi untuk menentukan langkah-langkah perbaikan. Berikut ini adalah indikator utama digunakan oleh Quacquarelli Symonds (QS) untuk menetapkan peringkat WCU. Tabel 4.1 Indikator QS untuk Peringkat World Class University No Indikator Bobot 1 Academic Reputation 40% (from Global Surveys) 2 Employer Reputation 10% (from Global Surveys) 3 Citation per faculty 20% (for Sci Verse Scopus) 4 Faculty Students Ratio 20% 5 Proportion of International faculty 5% 6 Proportion of International students 5% Dari enam indikator QS, Citations dengan bobot 20 % adalah indikator yang secara obyektif merepresentasikan reputasi riset universitas. Kategori riset diberikan dengan empat peringkat (Very High, High, Medium dan Low). Peringkat semua universitas besar di Indonesia untuk kategori riset berada di tingkat terbawah (LOW), dua tingkat di bawah empat universitas besar Malaysia (HIGH). Kondisi ini tersirat juga pada data publikasi internasional di Scopus, di mana produk riset universitas terbaik Malaysia lebih dari delapan kali produk universitas di Indonesia. Sebagai institusi yang telah menyatakan sebagai WCU, peringkat terendah di kategori riset tidaklah layak untuk dipertahankan. Strategi lompatan perlu dilakukan untuk mengejar ketertinggalan kita menjadi universitas yang terpandang di Asia. Tabel 4.2 World Class Ranking QS Tahun 2010 University Ranking THES ITB Research Category Publikasi di Scopus LO 1707 ( Sains & Tek) UI 236 LO

44 University Ranking THES Research Category Publikasi di Scopus UGM 321 LO 1049 IPB LO 706 UM 207 HI USM 309 HI UPM 319 HI 9550 UTM 365 HI 4689 MAHIDOL 228 HI IIT BOMBAY 187 VH NTU 74 VH NUS 31 VH Sebagaimana yang telah diamanatkan dalam visi ITB sebagai pelopor dalam melaksanakan leading edge research, program riset ITB harus berorientasi internasional untuk meningkatkan kualitas riset, cross culturedan berperan dalam pemecahan masalah bangsa Sasaran Umum Program Strategis IPTEKS untuk Penyelesaian Masalah Bangsa 1. Peningkatan jumlah produk produk riset unggulan. 2. Peningkatan peran kegiatan riset di ITB dalam menyelesaikan permasalahan bangsa. 3. Sinergi pemberdayaan masyarakat di wilayah binaan ITB sebagai wujud implementasi hasil kegiatan penelitian di masyarakat baik di tingkat lokal maupun nasional. 4. Peningkatan mutu kegiatan penelitian di ITB sehingga sejajar dengan mutu penelitian di tingkat internasional. 5. Peningkatan jumlah publikasi internasional dosen ITB. 6. Peningkatan keterlibatan jumlah mahasiswa S2 dan S3 dalam kegiatan riset dan publikasi di ITB. 7. Peningkatan kapasitas dan produktifitas riset ITB Indikator Kinerja Program IPTEKS untuk Penyelesaian Masalah Bangsa Indikator untuk program ini secara lebih rinci (dari Renstra ITB ) dapat dilihat melalui uraian tabel di bawah ini. Tabel 4.3 Indikator Kinerja Program IPTEKS untuk Penyelesaian Masalah Bangsa 42

45 No Indikator Kinerja Tahun Peringkat ITB di Dunia: a. ARWU (Academic Ranking of World University) b. QS (Quacquarelli Symonds) c. Webometrics 2 Jumlah publikasi internasional yang dihasilkan oleh KK/th Target Capaian a. ARWU: masuk dalam peringkat500 besar dunia b. QS : Mempertaha nkan peringkat 100 besar dunia dalam bidang Engineering & IT, peringkat 150 dalam natural sciences, memperbaiki peringkat 250 dalam bidang life sciences c. Webometrics : Terbaik nasional, 500 besar dunia Jumlah sitasi Scopus Persentase dosen bersitasi % 47% 50% 55% 60% 5 Jumlah IPR (paten, copy right, dll) yang dihasilkan 6 Jumlah produk teknologi, kebijakan, karya seni dan desain yang dihasilkan 7 Persentase produk teknologi, kebijakan, karya seni dan desain yang terimplementasikan di masyarakat 8 Persentase (%) penelitian yang melibatkan NA NA 15% 20% 25% 30% 35 % NA 50% 60% 70% 80% 90% 43

46 No Indikator Kinerja Tahun 2010 mahasiswa S2 & S3 9 Jumlah publikasi internasional yang dihasilkan Pusat dan Pusat Penelitian (PP) 10 Jumlah KK yang terlibat aktif dalam kolaborasi penelitian dan kerma dengan PP per tahun 11 Jumlah dana penelitian yang diperoleh dari luar ITB 12 Jumlah penelitian multidisiplin dengan dana > 500 juta per tahun 19 Publikasi /Pusat&PP 8 KK per PP/tahun NA Target Capaian Rp. 2M/PP Rp. 3M/PP Rp. 4M/PP Rp. 5M/PP Rp. 6 M/PP NR Program Strategis A. Program Hibah Peningkatan Kompetensi Riset Program ini ditujukan untuk meningkatkan mutu riset bertaraf internasional yang ditunjang oleh pendidikan Program Pascasarjana di ITB serta mengintegrasikan kegiatan penelitian dengan Program Pendidikan Pascasarjana dan mendukung penguatan program Riset Unggulan. Selain itu, program ini juga diharapkan dapat berkontribusi dalam peningkatan partisipasi dosen dalam riset, penguatan peta jalan riset di masing-masing KK dan peningkatan jumlah keterlibatan mahasiswa program pascasarjana dalam kegiatan penelitian dan publikasi hasil penelitian. Program ini terdiri dari 6 sub-program seperti yang diurakan dalam tabel berikut. Tabel 4.4 Rincian Program Hibah Peningkatan Kompetensi Riset No Program Sumber Dana Dana Maksimum/Proposal (Juta Rp) 1 Program Riset Maju (RM) DIKTI + ITB Program Riset dan Inovasi KK (RIK) ITB 50 3 Program Riset Peningkatan Kapasitas (RPK) ITB 30 4 Program Riset The Asahi Glass Foundation Asahi Glass Foundation 50 5 Program Riset The Osaka Gas Foundation Osaka Gas Foundation 50 6 Program Riset Ikatan Alumni (RIAITB) IA-ITB 50 44

47 Jenis luaran (output) utama yang dituntut dari program di atas harus ditampilkan dalam target capaian di proposal. Jenis output dan penilaian kualitas output diberikan pada tabel berikut. Tabel 4.5 Rincian Jenis Target Luaran (Output) Riset No Jenis Luaran Nilai Keluaran 1 Publikasi pada Jurnal Internasional 2 2 Publikasi pada Jurnal Nasional Ber-referee atau terakreditasi 1,5 3 Publikasi pada Prosiding Konferensi Internasional 1,5 4 Publikasi pada Prosiding Konferensi Nasional 1 5 Paten 2 6 Prototipe skala lab 1 7 Prototipe skala produksi 2 8 Karya Seni/Desain 2 9 Kebijakan yang potensial untuk diimplementasikan 2 10 Dana spin-off dari pihak luar ITB 1 per 25 juta Selain target output pada tabel di atas, untuk program Riset Maju, pengusul wajib melibatkan mahasiswa pasca sebagai anggota peneliti B Program Hibah Kemitraan Internasional Sasaran utama dari program ini adalah memfasilitasi dan meningkatkan kualitas peneliti yang sedang atau akan melaksanakan kerjasama penelitian dengan mitra di luar negeri khususnya dari negara-negara maju. Kerjasama ini ditujukan dengan target joint publications di jurnal internasional. 1. Luaran Luaran program penelitian ini adalah: a. Jejaring (network) penelitian dengan peneliti di perguruan tinggi/lembaga penelitian di luar negeri; b. Publikasi dalam jurnal internasional terindeks; c. Invensi frontier bagi para peneliti Indonesia yang kepemilikannya mengacu pada konvensi internasional. 2. Persyaratan a. Ketua peneliti mempunyai track record penelitian memadai yang ditunjukkan dalam curriculum vitae-nya; b. Mempunyai track record kerjasama riset dengan mitra di luar negri; c. Proposal disusun bersama dengan mitra; 3. Usulan Biaya Usulan biaya untuk Program Hibah Kemitraan Internasional adalah maksimum Rp. 150 juta/tahun 45

48 4.1.3.C. Program Riset Unggulan Senat Akademik telah menetapkan fokus riset yang diwadahi dalam program Riset institusi ITB yang ditentukan, dirancang, dilaksanakan dan dibiayai olehitb, atau oleh sumber dana dari luar ITB, atau kerjasama dengan mitra ITB secara institusional untuk merealisasikan visi,misi, asas sifat, ruang lingkup dan tujuan ITB, yang bercirikan: 1. Menghasilkan IPTEKS baru atau memberikan dampak/manfaat langsung yang seluasluasnya terhadap perkembangan, perubahan dan kesejahteraan masyarakat serta sekaligus memberikan benefit kepada ITB. Dalam hal pengembangan teknologi, kegiatan riset institusi berorientasi outcome di masyarakat dan menghasilkan multiproduk. 2. Dapat mengangkat posisi ITB dalam masyarakat ilmu pengetahuan dan umum dalam waktu dekat. 3. Mempunyai potensi dan dapat membuka peluang untuk dibiayai oleh mitra ITB. 4. Berorientasi pada kebutuhan IPTEKS dan masyarakat. 5. Dipilih IPTEKS strategis yang dapat memicu dan memacu perkembangan IPTEKS lainnya, serta memecahkan masalah pada masa yang akan datang. 6. Inovasi dan riset-riset yang dilaksanakan di laboratorium departemen dan pusat-pusat dan kelompok riset yang berkaitan dengan pendidikan S2, S3. Fokus riset tersebut diimplementasikan dalam Program Riset Unggulan ITB yang sudah berkelanjutan sejak 2002.Program Riset Unggulan (RU) adalah riset institusi yang dicanangkan untuk tujuh fokus riset seperti tertuang dalam Keputusan Senat Akademik nomor 20/SK/K01- SA/2010 tanggal 30 November 2010 yaitu: 1. Infrastruktur, Mitigasi Bencana, dan Kewilayahan 2. Energi 3. Teknologi Informasi dan Komunikasi 4. Pangan, Kesehatan dan Obat-obatan 5. Produk Budaya dan Lingkungan 6. Teknologi Nano dan Kuantum 7. Bioteknologi Program ini bertujuan untuk mempercepat kemampuan ITB dalam menghasilkan karya-karya riset yang unggul (emerging) di tujuh fokus riset tersebut di atas. Riset Unggulan ini bersifat multidisiplin dan dapat melibatkan SDM di semua Kelompok Keahlian (KK) yang ada di ITB dan bersifat top-down di bawah koordinasi Pusat Penelitian (PP) sesuai peta jalan (road map) PP masing-masing. Petajalan (roadmap) kegiatan penelitian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 sampai dengan lampiran Luaran Indikator luaran utama untuk Program Riset Unggulan adalah sebagai berikut. a. Indikator Eksternal Luasnya dampak dan kontribusi di masyarakatdan/atau di industri Dana pendukung yang dihasilkan Kontribusi IPTEKS 46

49 Kemampuan sinergi dengan berbagai jaringan terkait Pengakuan internasional/regional b. Indikator Internal Kemampuan manajerial pimpinan PP sebagai Center of Exellence and Relevance (CoER) PhD/Graduate students sebagai motor pendukung produktifitas dan kualitas Akuntabilitas dalam penyelenggaraan CoER Luaran Program Riset Unggulan juga dapat berupa antara lain: a. Proses dan produk ipteks berupa metode, blue print, prototipe, sistem, kebijakan atau model yang bersifat strategis dan berskala nasional; b. HKI; c. Teknologi tepat guna yang langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat; 2. Persyaratan Staf akademik di tiap KK yang berminat terlibat dalam skema program Riset Unggulan harus aktif menjalin komunikasi dan koordinasi dengan pimpinan PP terkait sejak awal. Proposal untuk skema ini diusulkan oleh sekelompok staf dosen ke masing-masing PP terkait, dengan mengacu pada TOR dan peta jalan PP. Proposal harus melalui evaluasi dan persetujuan PP sebelum evaluasi final dilakukan oleh ITB untuk didanai atau tidak. Dampak dan kontribusi Riset Unggulan di masyarakat dan/atau di industri harus terkait dengan permasalahan bangsa yang signifikan seperti yang tercantum di peta jalan Pusat Penelitian. 3. Usulan Biaya Alokasi biaya maksimum untuk Program Riset Unggulan adalah Rp. 300 juta/tahun D. Program Sinergi Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Binaan Perguruan tinggi pada umumnya, termasuk ITB masih dianggap sebagai menara gading oleh sebagian masyarakat. Tindakan nyata ITB secara insititusi dalam aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, terutama masyarakat kecil dinilai masih kurang optimal. Oleh karena itu ITB akan mencanangkan Program Sinergi Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Binaan, sebagai upaya untuk mengaplikasikan hasil kegiatan penelitian, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di wilayah tertentu terutama wilayah yang dinilai masih belum banyak tersentuh oleh perkembangan pembangunan. 1. Luaran Keluaran utama program ini adalah teknologi tepat guna yang diimplementasikan, model pemberdayaan masyarakat atau usulan kebijakan yang dapat diimplementasikan. 2. Persyaratan 47

50 Program Sinergi Pemberdayaan Masyarakat dapat diusulkan oleh sekelompok dosen baik yang berasal dari satu fakultas/sekolah maupun kelompok dosen yang berasal dari lintas disiplin ilmu. 3. Usulan Biaya Usulan biaya untuk Program Sinergi Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Binaan adalah maksimum Rp. 100 juta/tahun 4.2 PROGRAM PENGUATAN ORGANISASI DAN INFRASTRUKTUR RISET Sasaran Umum Sasaran umum dari program penguatan organisasi dan infrastruktur riset adalah: 1. Peningkatan kualitas, kapasitas dan produktivitas penelitian ITB 2. Peningkatan kinerja pusat-pusat penelitian unggulan sebagai penghela riset dan pengembangan 3. Penguatan peran institusi dalam mendukung pengembangan infrastruktur riset kelas dunia 4. Peningkatan sinergi program pendidikan dengan program penelitian 5. Pengembangan sistem reward & punishment yang berorientasi pada peningkatan kualitas dan produktifitas riset 6. Pengembangan Sistem Informasi PPM Indikator Kinerja Program Penguatan Organisasi dan Infrastruktur Riset Indikator kinerja untuk Program Penguatan Organisasi dan Infrastruktur Riset dapat dilihat melalui uraian tabel berikut ini. Tabel 4.6 Indikator Kinerja Program Penguatan Organisasi dan Infrastruktur Riset No Indikator Kinerja 1 Jumlah publikasi internasional yang dihasilkan Pusat dan Pusat Penelitian (PP) 2 Jumlah KK yang terlibat aktif dalam kolaborasi penelitian dan kerma dengan PP per tahun 3 Jumlah dana penelitian yang diperoleh dari Target Capaian Rp. 2M/PP Rp. 3M/PP Rp. 4M/PP Rp. 5M/PP Rp. 6M/PP 48

51 No Indikator Kinerja luar ITB 4 Jumlah penelitian multidisiplin dengan dana > 500 juta per tahun 5 Tingkat kepuasan peneliti terhadap pelayananan administrasi riset 6 Integrasi Sistem Informasi 7 Persentase Guru Besar yang terlibat dalam pembimbingan doktor dan penelitian. 8 Rata-rata publikasi internasional Guru Besar/th 9 Rata-rata publikasi internasional lulusan S3 10 Jumlah proceeding dan jurnal tersitasi oleh Scopus yang diterbitkan ITB 11 Investasi barang modal penelitian dan pengembangan (% dari dana yang diperoleh dari masyarakat) Target Capaian /PP 2/PP 2/PP 3/PP 4/PP 90% 100% 100% 100% 100% Terimplementasi 70% Terimplementasi 80% Terimplementasi 90% Terimplementasi 100% 70% 80% 90% 90% 0,5 1 1,5 2 Terimplementasi 90% 0,5 0,75 1 1,25 1, ,5% 1,7% 2% 2,5% 3% 90% 2, Program Strategis A Program Penguatan Manajemen Riset Program strategis dalam rangka penguatan manajemen riset di ITB adalah sebagai berikut. 1. Penguatan Quality Assurance kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat. 2. Revitalisasi Pusat-pusatPenelitian dan Pusat pusat. 3. Peningkatan kualitas manajemen jurnal dan peningkatan sitasi Scopus untuk jurnal-jurnal di lingkungan ITB. 4. Promosi ITB Journals di dalam dan di luar negeri. 49

52 5. Insentif publikasi internasional untuk dosen dan mahasiswa. 6. Pengembangan dan sosialisasi sitasi Scopus untuk jurnal-jurnal nasional. 7. Penetapan Kode Etik Riset. 8. Penguatan Sinergi Fakultas/Sekolah, Sekolah Pascasarjana, dan LPPM. 9. Penyediaan sistem informasi dan peningkatan knowledge sharing. 10. Peningkatan peran ke-guru Besar-an. 11. Pengembangan program dan indikator output kegiatan pengabdian pada masyarakat. Kegiatan di atas sepenuhnya didanai dari RKA ITB dan dikaji dan dievaluasi oleh Komisi Penelitian, pengabdian pada Masyarakat, Inovasi dan Kewirausahaan (Kom PPMIK). 4.3 RENCANA IMPLEMENTASI PROGRAM Rencana implementasi program program strategis tersebut di atas dapat dilihat melalui penjelasan tabel berikut ini. 50

53 Tabel 4.7 Rincian Program Strategis Rencana Induk Penelitian ITB No 1 Program Skala Internasioal SKALA JUDUL RISET SIFAT PELAKSANA RISET Skala Nasional Program Ipteks untuk Penyelesaian Masalah Bangsa I.1. Program Hibah Peningkatan Kompetensi Riset Skala Lokal Top Down Bottom Up Block Grant Kompetitif Pusat Penelitian Individu Riset Group I.2. Program Hibah Kemitraan Internasional I.3 Program Riset Unggulan I.4. Program Sinergi Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Binaan 2 Program Penguatan Organisasi dan Infrastruktur Riset Program Penguatan Manajemen Riset 51

54 No 1 Program Dana Desentralisasi SUMBER DANA KPI Managemen SKIM Mandiri PT Program Ipteks untuk Penyelesaian Masalah Bangsa Program Hibah Peningkatan Kompetensi Riset Kerjasama Luar negeri Sumber Lain Jurnal HKI Teknologi Tepat Guna S3 LPPM Fakultas Panduan Skim ITB Panduan Skim DP2M 1. 2 Program Hibah Kemitraan Internasional 1.3. Program Riset Unggulan 1.4. Program Sinergi Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Binaan 2 Program Penguatan Organisasi dan Infrastruktur Riset Program Penguatan Manajemen Riset 52

55 No 4.4 INDIKATOR KINERJA PENELITIAN Berikut ini adalah indikator kinerja Rencana Induk Penelitian ITB secara keseluruhan: Indikator Kinerja 1 Peringkat ITB di Dunia: d. ARWU (Academic Ranking of World University) e. QS (Quacquarelli Symonds) f. Webometrics 2 Jumlah publikasi internasional yang dihasilkan oleh KK/th Tahun 2010 Target Capaian a. ARWU: masuk dalam peringkat500 besar dunia b. QS : Mempertaha nkan peringkat 100 besar dunia dalam bidang Engineering & IT, peringkat 150 dalam natural sciences, memperbaiki peringkat 250 dalam bidang life sciences c. Webometrics : Terbaik nasional, 500 besar dunia Jumlah sitasi Scopus Persentase dosen bersitasi % 47% 50% 55% 60% 5 Jumlah IPR (paten, copy right, dll) yang dihasilkan 6 Jumlah produk teknologi, kebijakan, karya seni dan desain yang dihasilkan 7 Persentase produk teknologi, kebijakan, karya seni dan desain yang terimplementasikan di masyarakat 8 Persentase (%) penelitian yang melibatkan mahasiswa S2 & S NA NA 15% 20% 25% 30% 35 % NA 50% 60% 70% 80% 90% 53

56 No Indikator Kinerja 9 Jumlah publikasi internasional yang dihasilkan Pusat dan Pusat Penelitian (PP) 10 Jumlah KK yang terlibat aktif dalam kolaborasi penelitian dan kerma dengan PP per tahun 11 Jumlah dana penelitian yang diperoleh dari luar ITB 12 Jumlah penelitian multidisiplin dengan dana > 500 juta per tahun 13 Tingkat kepuasan peneliti terhadap pelayananan administrasi riset Tahun Publikasi /Pusat&PP 8 KK per PP/tahun Target Capaian NA Rp. 2M/PP Rp. 3M/PP Rp. 4M/PP Rp. 5M/PP NR Rp. 6 M/PP 90% 100% 100% 100% 100% 14 Integrasi Sistem Informasi Terimplementasi 70% Terimplementasi 80% Terimplementasi 90% Terimplemen-tasi 100% 15 Persentase Guru Besar yang terlibat dalam pembimbingan doktor dan 70% 80% 90% 90% penelitian. 16 Rata-rata publikasi internasionalguru 0,5 1 1,5 2 Besar/th 17 Rata-rata publikasi internasional lulusan S3 18 Jumlah proceeding dan jurnal tersitasi oleh Scopus yang diterbitkan ITB 19 Investasi barang modal penelitian dan pengembangan (% dari dana yang diperoleh dari masyarakat) 4 Terimplementasi 90% 0,5 0,75 1 1,25 1, % 1,5% 1,7% 2% 2,5% 3% 2,5 54

57 BAB V. RENCANA PENDANAAN DAN PELAKSANAAN RENCANA INDUK PENELITIAN 5.1 RENCANA PENDANAAN Ketersediaan dana penelitian dari pemerintah serta kemampuan ITB dalam memperoleh dana penelitian dari masyarakat, mitra industri dan dari luar negeri adalah pendukung utama dari keberlangsungan dan kinerja riset ITB. Berikut ini adalah rekapitulasi dana kegiatan penelitian ITB selama kurun waktu 2006 sampai dengan 2010 (dalam milyar rupiah). Tabel 5.1 Rekapitulasi Dana Penelitian ITB (dalam milyar rupiah) Sumber Dana DIKTI 2,63 2,52 5,96 30,79 18,81 Dana Mandiri ITB 10,28 10,5 10,5 10,71 14,26 Non DIKTI 20,96 39,48 30,41 24,03 39,10 Total Dana 33,87 52,50 46,87 65,54 72,18 Merujuk pada kinerja riset ITB dan target target yang telah diuraikan pada Bab IV, Rencana Pendanaan RIP ITB diperlihatkan melalui tabel berikut ini. Tabel 5.2 Rencana Pendanaan RIP (dalam milyar rupiah) Sumber Dana DIKTI Non DIKTI Total Dana

58 Dana DIKTI Non DIKTI TOTAL Gambar 5.1 Rencana Pendanaan RIP (dalam milyar rupiah) Alokasi dana tersebut ke dalam berbagai program strategis yang diuraikan pada Bab 4 diberikan dalam Tabel 5.3. Dari target keluaran publikasi terindeks yang meningkat secara eksponsial, maka dukungan penelitian untuk peningkatkan ranking universitas merupakan porsi besar dalam riset ITB dan pendanaannya terus ditingkatkan. Program riset yang ditujukan untuk penyelesaian masalah bangsa juga terus ditingkatkan pendanaanya seiring dengan penguatan Pusat-Pusat Penelitian. 56

59 Program Alokasi Dana DIKTI (dalam milyar Rp.) Tabel 5.3 Rincian Rencana Pendanaan RIP ITB Alokasi Dana Non DIKTI (dalam milyar Rupiah) Alokasi Dana DIKTI (dalam milyar Rp.) Alokasi Dana Non DIKTI (dalam milyar Rupiah) Alokasi Dana DIKTI (dalam milyar Rp.) Alokasi Dana Non DIKTI (dalam milyar Rupiah) Alokasi Dana DIKTI (dalam milyar Rp.) Alokasi Dana Non DIKTI (dalam milyar Rupiah) Alokasi Dana DIKTI (dalam milyar Rp.) Program Peningkatan Kompetensi dan Program Kemitraan Internasional Program Riset Unggulan Program Sinergi Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Binaan Sub Total Total Alokasi Dana Alokasi Dana Non DIKTI (dalam milyar Rupiah) 57

60 5.2 RENCANA IMPLEMENTASI RIP ITB Implementasi Program Rencana Induk Penelitian ITB secara rinci dibagi ke dalam tahapan tahapan sebagai berikut: 1. Penawaran Proposal Khusus untuk program yang bersifat bottom up, kegiatan pengelolaan program penelitian dimulai dengan penawaran proposal atau call for proposal. Pedoman serta format proposal yang telah disusun akan disosialisasikan kepada seluruh dosen ITB untuk dijadikan panduan dalam memasukan proposal penelitian. Untuk Program Unggulan, proposal dirancang oleh para Ketua Pusat Penelitian (PP) mengacu pada roadmap masing-masing PP. 2. Penerimaan Proposal Setelah penawaran diumumkan, dan para peneliti di ITB akan mengusulkan proposal melalui LPPM secara on - line. Seluruh kegiatan pengarsipan daftar proposal, penyusunan database proposal masuk dan pengarsipan dokumen proposal penelitian dilakukan oleh sistem informasi secara online. 3. Proses Review Proposal Setelah diterima di LPPM proposal penelitian tersebut direview. Pelaksanaan proses review akan dilakukan oleh Board of Reviewer ITB dan reviewer yang ditugaskan untuk masing masing proposal merupakan anggota Board of Reviewer dengan mempertimbangkan bidang/topik penelitian yang diajukan. Secara umu, ada 4 kriteria penilaian yang digunakan dalam mereview proposal yaitu Nilai Kecendekiawanan (Intelektualitas), Luasnya Dampak Penelitian, Target Keluaran, dan Rekam Jejak Tim Peneliti. 4. Penentuan Penerima Dana Melalui hasil review proposal, dapat ditentukan proposal yang dinyatakan layak untuk didanai. 5. Penandatanganan Kontrak Sebelum dilakukan penandatangan kontrak antara ITB dengan masing masing peneliti, terlebih dahulu dilakukan verifikasi target output (keluaran) hasil penelitian. Dalam setiap proposal penelitian yang diajukan, peneliti harus menyebutkan output (keluaran) apa yang akan dihasilkan dari kegiatan penelitian tersebut. Target output (kelurang) harus memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan untuk masing masing program. 6. Monitoring dan Evaluasi LPPM ITB bersama Komisi PPMIKakan melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan sebagai bagian dari quality assurance (QA) kegiatan penelitian di ITB. Mekanisme monitoring dan evaluasi terbagi kedalam dua jenis yaitu desk evaluation terhadapa laporan kemajuan kegiatan penelitian dan seminar hasil kemajuan penelitian. Melalui monitoring dan evaluasi kemajuan 58

61 penelitian ini dapat dilihat sejauh mana kegiatan penelitian tersebut sudah terlaksana. Dapat dilihat pula kendala yang dihadapi oleh para peneliti dalam melaksanakan penelitiannya serta masukan/saran bagi kelanjutan kegiatan penelitian. 7. Laporan Akhir Dalam laporan akhir, peneliti tidak hanya menjelaskan hasil penelitian yang sudah dilakukannya tapi juga menampilkan output penelitian yang sebelumnya disebutkan dalam proposal. Contohnya adalah dengan melampirkan draft publikasi yang dihasilkan dari kegiatan penelitian tersebut. 8. Evaluasi Dampak Hasil Riset Melalui Sistem Informasi PPM, setiap akhir semester LPPM mengeluarkan i. Update dokumen publikasi peneliti ITB yang tersitasi di Scopus dan distribusi perolehan per KK. ii. Laporan tahunan Kinerja Riset ITB. 5.3 SISTEM PENGELOLAAN PENELITIAN ITB Sistem pengelolaan penelitian ITB didukung oleh keberadaan LPPM, Komisi PPMIK, Board of Reviewer ITB, serta sistem informasi yang ada di ITB. Deskripsi singkat mengenai tugas dan fungsi masing masing dapat dilihat melalui uraian berikut ini Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Secara umum LPPM ITB berfungsi sebagai fasilitator yang menjadi jembatan antara kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat yang ada di ITB dengan mitra yang berasal dari luar ITB, baik mitra ITB dalam hal pendanaan maupun mitra ITB dalam kegiatan implementasi hasil penelitian dan pengabdian kepada masyaraka. Selain itu, kegiatan administrasi proposal dan pelaporan pelaksanaan penelitian serta keterlibatan dalam penjaminan kualitas penelitian juga merupakan peranan penting yang dipegang oleh LPPM Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) Pengembangan inovasi dan kewirausahaan di ITB untuk memacu budaya inovasi dan kewirausahaan civitas academika ITB agar berdampak langsung dan signifikan pada masyarakat. Peranan LPIK ITB diantaranya adalah: 1. Membangun budaya inovasi dan pengembangan kewirausahaan yang berdampak langsung pada masyarakat. 59

62 2. Memacu civitas academica ITB untuk menghasilkan inovasi yang berkualitas dan berkelanjutan. 3. Mendorong ITB untuk menghasilkan inovasi melalui peningkatan kualitas kemitraannya dengan industri, pemerintah dan berbagai pihak terkait lainnya. 4. Menjadikan ITB sebagai lembaga yang mampu mempromosikan inovasi unggulan untuk diterapkan bagi kemajuan bangsa dan negara. 5. Menjembatani ITB dengan industri dan pemerintah dalam rangka membangun ekosistem industri dan jejaring kewirausahaan Komisi Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Inovasi dan Kewirusahaan (Komisi PPMIK) Dalam rangka merumuskan penjabaran kebijakan induk penelitian, pengabdian kepada masyarakat, inovasi dan kewirusahaan, mulai tahun 2010 Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi membentuk Komisi Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Inovasi dan Kewirusahaan (Komisi PPMIK). Komisi tersebut merupakan penggabungan dari dua komisi sebelumnya yaitu Komisi Penelitian dan Komisi Pengabdian kepada Masyarakat, yang kemudian cakupannya diperluas meliputi bidang inovasi dan kewirausahaan. Secara umum, Komisi PPMIK bertugas untuk merumuskan kebijakan pengelolaan penelitian, menyusun pedoman umum quality assurance (QA), memantau dan mengevaluasi kegiatan penelitian, pengabdian masyarakat, inovasi dan kewirausahaan di ITB Board of Reviewer ITB Dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di ITB, LPPM menugaskan Komisi Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat untuk membentuk Board of Reviewer ITB. Board of Reviewer yang berada dibawah koordinasi Komisi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat ITB bertugas untuk melakukan seleksi terhadap proposal, monitoring dan evaluasi hasil program penelitian dan pengabdian masyarakat Sistem Informasi Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ITB memiliki beberapa dua sistem informasi utama yang berperan dalam pengelolaan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yaitu Sistem Informasi Pengelolaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (SIPPM) dan Sistem Online Program PPM. Sistem Informasi Pengelolaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (SIPPM) merupakan sistem informasi yang memfasilitasi proses administrasi keuangan. Sedangkan Sistem Online Program PPM merupakan sistem informasi yang memfasilitasi proses pengusulan proposal kegiatan, pelaporan kemajuan dan pelaporan hasil kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 60

63 Dengan dukungan kedua sistem informasi tersebut, kepuasan pengguna (dosen dan peneliti) terhadap pengelolaan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di ITB diharapakan terus meningkat dan ITB dapat mengelola administrasi kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat secara transparan dan akuntabel Komisi Indipenden Pengaduan dalam Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanannya, padasaatini LPPM sedang mengusulkankepada Rektor ITB untuk membentuk komite pengelolaan keluhan terkait penelitian (Research Complaints Management Committee) sebagai suatu unit independent yang dibentuk Rektor ITB dan berada di bawah koordinasi Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi. Pembentukan komite ini dimaksudkan untuk memroses secara independent ketidakpuasan yang disampaikan oleh para peneliti dan civitas akademika di lingkungan ITB baik yang berupa keluhan mengenai keputusan dan proses pengelolaan riset oleh LPPM-ITB maupun keluhan yang terkait pelaksanaan riset yang melibatkan partisipasi manusia. Keluhan dapat disampaikan secara formal kepada bagian penerimaan keluhan di LPPM ITB. Keluhan selanjutnya akan diproses oleh komite pengelolaan keluhan melalui suatu prosedur/mekanisme penanganan yang telah ditetapkan. Komite pengelolaan keluhan ini terdiri dari sejumlah perwakilan dari semua Fakultas/Sekolah di ITB, atau atau beberapa orang yang memiliki pengetahuan dalam bidang hukum yang relevan dengan penelitian terkait manusia, dan beberapa orang anggota senior sebagai perwakilan dari komunitas di ITB yang diharapkan dapat memberikan pandangan yang bijaksana dalam proses penanganan keluhan yang masuk. 5.4 ITB SEBAGAI PILAR INOVASI PENDUKUNG IMPLEMENTASI MP3EI*) Sistem inovasi nasional dapat dijabarkan ke dalam sistem-sistem inovasi wilayah (regional innovation sistems). Sebuah sistem inovasi wilayah berfungsi menopang pertumbuhan dan perluasan ekonomi dalam sebuah Koridor Ekonomi. ITB berperan penting untuk menjadi salah satu pilar sistem inovasi wilayah dan nasional. Untuk membentuk sistem inovasi wilayah dalam sebuah KE Jawa dan Nasional, ITB bertekad untuk turut aktif mengembangkan hubungan-hubungan antar-perguruan tinggi yang bersifat jejaring. Dalam jejaring ini, ITB berfungsi sebagai salah satu simpul yang menghubungkan perguruan tinggi lain di Indonesia. Hubungan jejaring antara perguruan-perguruan tinggi tersebut akan mempercepat dan memperluas diseminasi informasi iptek (mencakup skripsi, tesis dan disertasi) yang dimiliki oleh masing-masing perguruan tinggi. Informasi iptek yang dihasilkan dalam jejaring perguruan-perguruan tinggi tersebut harus dapat diakses oleh para pelaku dari lingkungan non-akademik yang mencakup para praktisi, pelaku usaha, perwakilan komunitas lokal, tokoh adat, dan lain-lain. Untuk membangun jejaring perguruan tinggi tersebut diperlukan pengembangan infrastruktur untuk menopang jejaring informasi antar-perguruan tinggi, koneksi antar-perpustakaan, serta kegiatan kolaborasi pengajaran/penelitian. Sebagian besar perguruan-perguruan tinggi di 61

64 daerah di luar Pulau Jawa memiliki kapasitas penelitian yang relatif terbatas. Sementara itu, sejumlah (kecil) perguruan tinggi di Pulau Jawa memiliki kemampuan penelitian bertaraf internasional. Kebanyakan perguruan tinggi di luar Jawa beroperasi pada skala daerah, sedangkan beberapa perguruan tinggi di Jawa beroperasi pada skala nasional dan memiliki kerjasama-kerjasama internasional yang intensif dalam bidang penelitian dan pengajaran. Dalam situasi demikian, diperlukan pembedaan peranan di antara perguruan-perguruan tinggi. Perguruan tinggi dengan kapasitas penelitian yang relatif tinggi dapat memiliki peranan ganda, yaitu: (i) menyelenggarakan penelitian dan pengembangan iptek yang berorientasi ke masa depan melalui kemitraan dengan perguruan-perguruan tinggi terkemuka di dunia; (ii) melakukan alih iptek untuk perguruan-perguruan tinggi daerah yang memiliki kapasitas penelitian relatif terbatas. Jadi, ITB sebagai perguruan tinggi dengan kapasitas penelitian yang relatif tinggi, berperan dalam menopang sistem inovasi wilayah di KE Jawa, dan secara secara nasional menopang sistem-sistem inovasi wilayah di KE-KE lainnya. Iptek yang tersedia tidak begitu saja dapat menciptakan nilai ekonomi/sosial. Nilai-nilai ekonomi/sosial tercipta melalui upaya-upaya penyerapan (absorption) iptek oleh para pengadopsi iptek (perusahaan/organisasi). Para pengadopsi iptek perlu memiliki kapasitas serap iptek, yaitu kapasitas untuk memahami, mengadopsi dan mengadaptasikan iptek ke dalam konteks-konteks praktis yang mereka hadapi. Kapasitas serap iptek tersebut dapat ditingkatkan melalui, antara lain: (i) penelitian dan pengembangan iptek secara kolaboratif antara perguruan tinggi dan industri/perusahaan swasta; (ii) penyelenggaraan pendidikan S2 dan S3 melalui program kemitraan antara perguruan tinggi dan industri/perusahaan swasta; dan (iii) penyelenggaraan program-program lifelong training untuk membentuk on-thejobstudents. Langkah-langkah ini semua akan mempererat interaksi antara para akademisi/peneliti dan para praktisi non-akademik. Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, memiliki peranan yang krusial bagi perkembangan sistem-sistem inovasi baik pada skala nasionalmaupun wilayah. ITB melalui berbagai kesempatan akan mendorong agar pemerintah dapat berkontribusi dalam penumbuhkembangan sistem-sistem inovasi dengan cara, antara lain: Memfasilitasi interaksi yang erat dan berkesinambungan antara perguruanperguruantinggi dan industri/organisasi swasta dan organisasi-organisasi social lain yang relevan; Menstimulasi permintaan (demand) atas hasil penelitian iptek dengan cara,misalnya: (i) memberikan prioritas pada produk-produk iptek nasional dalam belanja barang pemerintah maupun swasta; (ii) pengurangan pajak atas belanja untuk pengembangan iptek; (iii) pengurangan pajak atas pendapatan yang berasal dari pengembangan iptek baru; dan lain-lain; Meningkatkan kapasitas serap iptek dari pelaku-pelaku industri nasional melaluipeningkatan kompetensi tenaga kerja terlatih di perusahaan-perusahaan, terutama UMKM, serta penyediaan lembaga ventura sebagai sumber pendanaan bagi UMKM-UMKM berbasis iptek. Semua pilar ITB telah mencanangkan komitmen dalam menghadapi tantangan untuk mendukung implementasi MP3EI. Kesiapan ITB untuk berkontribusi terhadap visi Percepatan 62

65 dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia sangat dimungkinkan untuk disiapkan melalui dukungan Program DesentralisasiPenelitian DesentralisasiPen Perguruan Tinggi. Keterkaitan antara Fokus Riset ITB denga sasaran MP3EI disajikan pada diagram berikut ini. *) Pidato Rektor ITB Peringatan 91 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia 63

66 LAMPIRAN 1 ROADMAP PUSAT PENELITIAN ENERGI Road Map on Coal Upgrading Road Map on Solar Energy Road Map on Solar Energy Year 2009: CUT Pilot Plant (7 ton/h) Production Test: 64

67 Roadmap on Solar Energy Road Map on Biomassa/MSW 65

68 LAMPIRAN 2 ROADMAP PUSAT PENELITIAN BUDAYA DAN LINGKUNGAN PRODUK 66

69 LAMPIRAN 3 ROADMAP PUSAT PENELITIAN TIK 67

70 2012 Guru SD Papua 10 Klaster 2013 Guru SMP Minahasa dan Singaraja 2014 Guru SD dan SMP Aceh 2015 Awal replikasi Guru SD Nasional 2016 Awal replikasi Guru SMP Nasional Pilot Percontohan Komunitas Belajar 68

71 LAMPIRAN 4 ROADMAP PUSAT PENELITIAN PANGAN, KESEHATAN DAN OBAT-OBATAN A. Riset desain dan produksi vaksin Secara garis besar, riset desain dan produksi vaksin dapat dikelompokkan sbb : a) Produk vaksin yang dibuat untuk substitusi impor. Keluaran dari aktivitas riset ini adalah produk vaksin dan teknologi formulasi buatan ITB. Vaksin hepatitis merupakan prototipe biofarmasetik (digunakan HBsAg sebagai model) yang memiliki prospek dalam pengembangan vaksin subunit, yaitu vaksin yang didesain dari bagian sel mikroorganisme patogenik. Oleh karena vaksin yang ada sekarang merupakan hasil ekspresi dan produksi di ragi, maka untuk vaksin ini, ekspresi di ragi merupakan salah satu alternatif. Jadi dari hasil ekspresi ini sudah dapat dihasilkan antigen, yang merupakan produk yang dapat ditindaklanjuti dengan kajian komersial. Keluaran-1: Produk antigen potensial untuk vaksin. Sementara menjalankan riset vaksin subunit tersebut di atas, secara parallel dapat dilakukan riset formulasi sediaan biofarmasetik dengan menggunakan antigen (HBsAg) komersial, sambil menunggu hasil antigen murni. Keluaran-2: Teknologi formulasi untuk vaksin subunit. b) Produk vaksin yang biaya produksinya rendah. Jenis vaksin yang sudah diketahui dan banyak diperlukan oleh masyarakat perlu dikaji agar dapat berharga murah, salah satuny dengan metode molecular pharming, yaitu memproduksi antigen di dalam tanaman, dapat menggunakan antigen HBsAg sebagai model, dengan teknik ekspresi genetik yang dapat dilakukan secara transien. Riset pendahuluan untuk hal ini sudah dilakukan dengan menggunakan dana Riset Strategis Nasional, yaitu produksi L-HBsAg pada tanaman, meliputi klon L-HBsAg dan konstruksi plasmid, serta ekspresi genentik. Keluaran : teknologi ekspresi transien dan teknik pemurnian vaksin, hingga dapat dihasilkan edible vaccine (vaksin yang dapat dimakan). c) Produk vaksin DNA, yang pada saat ini merupakan front line research di dunia. Target riset ini adalah menghasilkan teknologi formulasi vaksin DNA dan vaksin DNA yang diproduksi oleh tubuh orang yang divaksinasi. Riset pembuatan vaksin DNA rekombinan dapat dilakukan waktunya bersamaan dengan produksi antigen, yang akan berlanjut ke teknologi formulasi dan uji imunogenesitas. Keluaran : DNA rekombinan yang dapat terekspresi di dalam tubuh manusia dan potensial sebagai vaksin DNA. Skema riset vaksin dapat dilihat pada gambar-gambar di halaman berikut. 69

72 Future Late stage of Basic Research Current and Future Vaccines Dengue Malaria New TB vaccine Typhoid Conj. Meningococcus Pneumococcus JE Etc. DNA Vaccines HIV/AIDS Stem Cell Cell-Based In Pipeline Sabin IPV Rotavirus (Oral) MR DTaP Pentavalent FD, Liq Seasonal Flu => P Flu Td => Licensing Fokus Kolaborasi Riset PP Biotek & Biofarma NEW VACCINES IN CORPORATE PLAN N0 VACCINES Td dan Seasonal Flu BUDGET IDR ap 6,5M S S X X X L L C C C C C C C C R P 4 Hib/ Pentavalent 15,5M X X L L L C C C C R P W W W 5 MR X X L L C C C C C R P 6 Rotavirus 7,9M X X X X X L L C L C C C C C R P W W W 7 Sabin IPV 16,8M X X X X L L L L C C C C C R P W W W 8 Pneumococ 3,5M X X X X L L L L L C C C C C C R P 9 Meningococ X X L L L L L C C C C C C R P 10 Avian Influenza S S S S X X X X L L L L C C C C R P 11 Hep C 3,0M X X X X X X L L L L C C C C C C C C C C 12 Swine Flu A (H1N1) 38,7M X X S S L C C C C P 13 New TB (PoC) 4,8M T X X X X X X X X L L C C C C C C S=seed; X=exp.lot; L=clinical lot; C=clinical trial; R=reg; P=production; W=pq-WHO 70

73 VAKSIN SUBUNIT : vaksin Hepatitis B sebagai model * Produksi dan formulasi HBsAg di Pichia pastoris untuk substitusi impor (khas Indo) * Produksi HBsAg tanaman, untuk ekspresi transient dan edible vaccine melalui pembentukan tanaman transgenik (front line) Gambar roadmap riset vaksi yang sudah berjalan selama ini di PP PKO ITB, status sedang menunggu dana untuk melanjutkan kegiatan. Vaksin DNA : front line Pembuatan DNA rekombinan DNA vaksin Formulasi DNA vaksin Uji pre klinik dan klinik 71

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 20/SK/K01-SA/2010 TENTANG FOKUS RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 20/SK/K01-SA/2010 TENTANG FOKUS RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 20/SK/K01-SA/2010 TENTANG FOKUS RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Menimbang : Mengingat : (a) bahwa

Lebih terperinci

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DOKUMEN FINAL RENCANA STRATEGIS INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2011-2015 2010 RENSTRA ITB 2011 2015 i DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv BAB I. PENDAHULUAN... 1 BAB II. LANDASAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 15/SK/K01-SA/2004 TENTANG KEBIJAKAN RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 15/SK/K01-SA/2004 TENTANG KEBIJAKAN RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 15/SK/K01-SA/2004 TENTANG KEBIJAKAN RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Menimbang : (a) bahwa Peraturan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS PENELITIAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS PENELITIAN PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS PENELITIAN Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional Oktober 2014 1 1 5 6 7 STRATEGI

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STIE MIKROSKIL

RENCANA STRATEGIS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STIE MIKROSKIL RENCANA STRATEGIS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STIE MIKROSKIL 2016-2020 PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STIE MIKROSKIL 2016 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 Tujuan... 1 Landasan dan

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN, Menimbang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG I. UMUM Institut Teknologi Bandung, pertama kali dideklarasikan oleh pemerintahan

Lebih terperinci

DRAFT RENCANA STRATEGIS

DRAFT RENCANA STRATEGIS DRAFT RENCANA STRATEGIS UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2012-2017 DISCLAIMER: Draft ini diedarkan dalam mailing list DosenUGM dalam rangka mensukseskan Pemilihan Dekan di lingkungan UGM Tahun 2012. Materi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 2) Kegiatan pengabdian pada masyarakat merupakan implementasi hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh civitas akademika.

KATA PENGANTAR. 2) Kegiatan pengabdian pada masyarakat merupakan implementasi hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh civitas akademika. KATA PENGANTAR Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pengabdian kepada masyarakat harus berperan dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 002/SK/MWA-UI/2008 TENTANG NORMA UNIVERSITAS RISET. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

KEPUTUSAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 002/SK/MWA-UI/2008 TENTANG NORMA UNIVERSITAS RISET. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa KEPUTUSAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 002/SK/MWA-UI/2008 TENTANG NORMA UNIVERSITAS RISET Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

4/11/2016 RIP ITENAS AGENDA. Pendahuluan. Masa depan Itenas. Itenas. masa kini. Sejarah. Itenas

4/11/2016 RIP ITENAS AGENDA. Pendahuluan. Masa depan Itenas. Itenas. masa kini. Sejarah. Itenas RIP ITENAS 2014-2030 RAPAT KERJA ITENAS 22 Desember 2014 H. Hilton - Bandung AGENDA PENDAHULUAN VISI ITENAS 2030 STRATEGI PENGEMBANGAN ITENAS 2014-2030 PROGRAM PENGEMBANGAN ITENAS 2014-2030 PROYEKSI POPULASI

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENELITIAN (RIP) kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENELITIAN (RIP) kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENELITIAN (RIP) Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional 1 RIP Institusi Topik danpeta

Lebih terperinci

Program Riset Desentralisasi DIKTI

Program Riset Desentralisasi DIKTI Panduan Pengajuan Proposal Program Riset Desentralisasi DIKTI 2013 Institut Teknologi Bandung Maret 2012 Daftar Isi Daftar Isi... 2 I. Latar Belakang... 3 II. Deskripsi Program Riset Desentralisasi DIKTI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tugas pokok dan fungsi yang harus dilaksanakan oleh setiap perguruan tinggi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tugas pokok dan fungsi yang harus dilaksanakan oleh setiap perguruan tinggi adalah 2016 1 2 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tugas pokok dan fungsi yang harus dilaksanakan oleh setiap perguruan tinggi adalah Tri Dharma Perguruan Tinggi, dimana salah satunya adalah pengabdian

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PENGABDIAN MASYARAKAT (RIPKM) PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN TAHUN

RENCANA INDUK PENGABDIAN MASYARAKAT (RIPKM) PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN TAHUN RENCANA INDUK PENGABDIAN MASYARAKAT (RIPKM) PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN TAHUN 2012-2017 UNIT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN Jl.

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STMIK MIKROSKIL

RENCANA STRATEGIS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STMIK MIKROSKIL RENCANA STRATEGIS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STMIK MIKROSKIL 016-00 PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STMIK MIKROSKIL 016 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

2 pengaruhnya. Pola baru ini melahirkan penyelenggaraan perguruan tinggi yang mengandalkan pengambilan keputusan berbasis kebijakan strategis, standar

2 pengaruhnya. Pola baru ini melahirkan penyelenggaraan perguruan tinggi yang mengandalkan pengambilan keputusan berbasis kebijakan strategis, standar TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Institut Teknologi Sepuluh November. Statuta. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 172). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Pengembangan dan Arah Kebijakan Penelitian di Institut Teknologi Bandung (ITB)

Pengembangan dan Arah Kebijakan Penelitian di Institut Teknologi Bandung (ITB) Pengembangan dan Arah Kebijakan Penelitian di Institut Teknologi Bandung (ITB) Di presentasikan oleh Dr. Irwan Meilano mewakili Ketua LPPM-ITB : Prof.Dr.Eng. Khairurrijal, pada workshop Penyusunan Roadmap

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA UNRAM YANG MAJU, RELEVAN DAN BERDAYA SAING

PROGRAM KERJA UNRAM YANG MAJU, RELEVAN DAN BERDAYA SAING PROGRAM KERJA 2017 2021 UNRAM YANG MAJU, RELEVAN DAN BERDAYA SAING 1 landasan pikir ProgramProfYusufAkhyarS2013 2 PRIORITAS NASIONAL RPJP (2005-2025) RPJM 1 (2005-2009) Menata Kembali NKRI, membangun Indonesia

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA BAKAL CALON REKTOR ITS Menuju. Kemandirian, Keunggulan dan Kesejahteraan by : Triwikantoro

PROGRAM KERJA BAKAL CALON REKTOR ITS Menuju. Kemandirian, Keunggulan dan Kesejahteraan by : Triwikantoro PROGRAM KERJA BAKAL CALON REKTOR ITS 2015 2019 Menuju Kemandirian, Keunggulan dan Kesejahteraan by : Triwikantoro Latar Belakang Visi ITS menjadi perguruan tinggi dengan reputasi internasional dalam ilmu

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP)

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) 2015-2028 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Rencana Induk Pengembangan (RIP) Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

Rencana Strategis Pengabdian Kepada Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIE Kusuma Negara 2016

Rencana Strategis Pengabdian Kepada Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIE Kusuma Negara 2016 Rencana Strategis Pengabdian Kepada Masyarakat 2016-2020 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIE Kusuma Negara 2016 Kata Pengantar Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan salah satu Tri

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA FAKULTAS

PROGRAM KERJA FAKULTAS PROGRAM KERJA FAKULTAS STRATEGI 2030 Untuk mewujudkan tujuan, Fakultas Pertanian IPB menyusun strategi dengan mempertimbangkan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Berkembangnya kompetensi dan komitmen staf

Lebih terperinci

Standar Pengabdian Masyarakat STIKES HARAPAN IBU

Standar Pengabdian Masyarakat STIKES HARAPAN IBU Standar Pengabdian Masyarakat STIKES HARAPAN IBU Halaman 2 dari 11 STANDAR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DAN KERJASAMA STIKES HARAPAN IBU KODE DOKUMEN : STD.MT.AK. 03/006/2017 REVISI : 0 TANGGAL : 7 Maret

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PkM) TAHUN

RENCANA STRATEGIS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PkM) TAHUN RENCANA STRATEGIS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PkM) TAHUN 2016-2021 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU 2016 Sambutan Ketua LPPM UMRI Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) hadir ditengah masyarakat dengan membawa

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2014-2019 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM) AKADEMI FARMASI SAMARINDA Jl. Brig. Jend. A. Wahab Sjahranie No. 226, Kel.

Lebih terperinci

Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pengabdian kepada masyarakat harus berperan dalam memajukan

Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pengabdian kepada masyarakat harus berperan dalam memajukan V Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pengabdian kepada masyarakat harus berperan dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain

Lebih terperinci

DIREKTORAT PENELITIAN. Heading UNIVERSITAS GADJAH MADA. Place your message here. For maximum impact, use two or three sentences.

DIREKTORAT PENELITIAN. Heading UNIVERSITAS GADJAH MADA. Place your message here. For maximum impact, use two or three sentences. DIREKTORAT PENELITIAN Heading UNIVERSITAS GADJAH MADA Place your message here. For maximum impact, use two or three sentences. UNIVERSITAS GADJAH MADA Berlokasi di Jantung Kebudayaan Jawa, Mendunia di

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENELITIAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENELITIAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENELITIAN 2014-2019 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM) AKADEMI FARMASI SAMARINDA Jl. Brig. Jend. A. Wahab Sjahranie No. 226, Kel. Air Hitam Telp. 0541-7777363

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA (PROGKER) PERIODE PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL

PROGRAM KERJA (PROGKER) PERIODE PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL PROGRAM KERJA (PROGKER) PERIODE 2015-2016 PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 PROGRAM KERJA (PROGKER) PERIODE 2015 2016

Lebih terperinci

Program Riset Desentralisasi DIKTI

Program Riset Desentralisasi DIKTI Panduan Pengajuan Proposal Program Riset Desentralisasi DIKTI 2012 Institut Teknologi Bandung September 2011 Daftar Isi Daftar Isi... 1 I. Latar Belakang... 2 II. Deskripsi Program Riset Desentralisasi

Lebih terperinci

Panduan Pengajuan Proposal

Panduan Pengajuan Proposal Panduan Pengajuan Proposal PROGRAM RISET PENINGKATAN KAPASITAS ITB 2010 Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Teknologi Bandung 1 Latar Belakang Berdasarkan data kegiatan penelitian

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara Senat Akademik

Universitas Sumatera Utara Senat Akademik Universitas Sumatera Utara Senat Akademik PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ORGAN USU Majelis Wali Amanat Senat Akademik Rektor DGB

Lebih terperinci

BAB I DESKRIPSI SWOT TIAP KOMPONEN

BAB I DESKRIPSI SWOT TIAP KOMPONEN BAB I DESKRIPSI SWOT TIAP KOMPONEN Laporan Evaluasi Diri Prodi Manajemen FE UNY 2016 1 KOMPONEN A VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN Program Studi (Prodi) Manajemen merupakan salah

Lebih terperinci

RISALAH RAPAT KOMISI KELEMBAGAAN (K II) SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

RISALAH RAPAT KOMISI KELEMBAGAAN (K II) SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Rapat Komisi Kelembagaan, Perencanaan dan Pengawasan (K II) Rapat / Sidang Senat Akademik ITB No. : 25/RK2 SA ITB/20160413 Hari / Tanggal Rabu 13 April 2016 Waktu Pkl 15.30 17.30 Tempat Peserta Ruang Rapat

Lebih terperinci

Panduan Pengajuan Proposal

Panduan Pengajuan Proposal Panduan Pengajuan Proposal PROGRAM PENGUATAN RISET INSTITUSI (PRI) 00 Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Teknologi Bandung Daftar Isi Daftar Isi... I. Latar Belakang... II. Tujuan...

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP)

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) 2015-2028 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Rencana Induk Pengembangan (RIP) Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

(RIP) POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

(RIP) POLTEKKES KEMENKES SURABAYA RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) POLTEKKES KEMENKES SURABAYA RIP 2010-2030 Rencana Induk Pengembangan Poltekkes Kemenkes Surabaya 1 Cita-cita Poltekkes Kemenkes Surabaya 1. Mengemban misi mencerdaskan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NORMATIF HUBUNGAN ANTARA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DENGAN ALUMNI DAN DENGAN IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEBIJAKAN NORMATIF HUBUNGAN ANTARA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DENGAN ALUMNI DAN DENGAN IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor: 26/SK/K01-SA/2008 TENTANG KEBIJAKAN NORMATIF HUBUNGAN ANTARA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DENGAN ALUMNI DAN DENGAN IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

FORMAT 1. PENILAIAN BORANG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI. Penilaian Dokumen Perorangan. Nama Perguruan Tinggi :... Nama Asesor :... Kode Panel :...

FORMAT 1. PENILAIAN BORANG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI. Penilaian Dokumen Perorangan. Nama Perguruan Tinggi :... Nama Asesor :... Kode Panel :... FORMAT 1. PENILAIAN BORANG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI Dokumen Perorangan Nama Perguruan Tinggi :... Nama Asesor :... Kode Panel :... Tanggal :... No. 1 1.1 2 1.2 3 1.3.1 4 1.3.2 5 2.1.1 6 2.1.2 7 2.1.3

Lebih terperinci

STANDAR PENGELOLAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT. 1. Visi dan Misi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta

STANDAR PENGELOLAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT. 1. Visi dan Misi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta 1. Visi dan Misi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta 2. Rasional Visi : Menjadi Institusi pendidikan tinggi kesehatan yang unggul, kompetitif dan bertaraf internasional tahun 2035 Misi

Lebih terperinci

Pandangan MGB mengenai Model Masyarakat Akademik dan Sistem Governance ITB

Pandangan MGB mengenai Model Masyarakat Akademik dan Sistem Governance ITB Pandangan MGB mengenai Model Masyarakat Akademik dan Sistem Governance ITB Dokumen ini berisi pandangan resmi MGB mengenai berbagai aspek pengelolaan ITB, meliputi Tantangan ITB, ITB Badan Hukum Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT EDISI X 1

BAB 1 PENDAHULUAN PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT EDISI X 1 BAB 1 PENDAHULUAN Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat disamping melaksanakan pendidikan sebagaimana diamanahkan oleh Undangundang Nomor 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : PERATURAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 003 /Peraturan/MWA-UI/2005 TENTANG KEBIJAKAN RISET UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA,

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN (AKAFARMA) YAYASAN HARAPAN BANGSA BANDA ACEH TAHUN

RENCANA OPERASIONAL AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN (AKAFARMA) YAYASAN HARAPAN BANGSA BANDA ACEH TAHUN RENCANA OPERASIONAL AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN (AKAFARMA) YAYASAN HARAPAN BANGSA BANDA ACEH TAHUN 2017 2020 Strategi: 1. Peningkatan relevansi melalui peningkatan kemampuan pengetahuan, keahlian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 37/SK/K01-SA/2006 TENTANG PEDOMAN EVALUASI KURIKULUM

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 37/SK/K01-SA/2006 TENTANG PEDOMAN EVALUASI KURIKULUM KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 37/SK/K01-SA/2006 TENTANG PEDOMAN EVALUASI KURIKULUM SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Menimbang : a. Bahwa pasal 35 ayat (1) butir (c)

Lebih terperinci

KERANGKA RENSTRA. Where Do We Want TO BE VISI / MISI SASARAN/OBJECTIVE TARGET

KERANGKA RENSTRA. Where Do We Want TO BE VISI / MISI SASARAN/OBJECTIVE TARGET Rencana Strategis Program Studi Pendidikan Dokter FKUB: KERANGKA RENSTRA Where Are We NOW HOW Do We Get There Where Do We Want TO BE EVALUASI DIRI VISI / MISI ANALISIS SWOT GRAND STRATEGY TUJUAN/GOAL RENSTRA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 46/SK/K01-SA/2008 TENTANG NORMA PENGEMBANGAN MULTI-KAMPUS ITB (EXTENDED ITB CAMPUS) Menimbang: SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1. bahwa

Lebih terperinci

Kebijakan Akademik UGM. Hardyanto Soebono Ketua Senat Akademik UGM

Kebijakan Akademik UGM. Hardyanto Soebono Ketua Senat Akademik UGM Kebijakan Akademik UGM Hardyanto Soebono Ketua Senat Akademik UGM Perjalanan Status UGM PTN BHMN BLU PTN-Bh PP 60/ 1999 PP 61 /1999 PP 153/ 2000 PP 66/ 2010 PP 67/ 2013 ~ 2000 2000-2011 2012-2013 2013

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PENELITIAN AKADEMI KEPERAWATAN PAMENANG TAHUN Oleh : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akper Pamenang

RENCANA INDUK PENELITIAN AKADEMI KEPERAWATAN PAMENANG TAHUN Oleh : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akper Pamenang RENCANA INDUK PENELITIAN AKADEMI KEPERAWATAN PAMENANG TAHUN 2015-2018 Oleh : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akper Pamenang AKADEMI KEPERAWATAN PAMENANG PARE KEDIRI 2015 Kata Pengantar Akademi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA NOMINE CALON REKTOR ITB MEMANDU ITB MENUJU THE CENTER OF EXCELLENCE II. PERSPEKTIF SEBAGAI NOMINE CALON REKTOR

RENCANA KERJA NOMINE CALON REKTOR ITB MEMANDU ITB MENUJU THE CENTER OF EXCELLENCE II. PERSPEKTIF SEBAGAI NOMINE CALON REKTOR RENCANA KERJA NOMINE CALON REKTOR ITB 2015-2019 MEMANDU ITB MENUJU THE CENTER OF EXCELLENCE Oleh : Indratmo Soekarno I. PENDAHULUAN Institut Teknologi Bandung mempunyai Visi : Menjadi lembaga pedidikan

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) AKADEMI KEPERAWATAN PAMENANG TAHUN

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) AKADEMI KEPERAWATAN PAMENANG TAHUN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) AKADEMI KEPERAWATAN PAMENANG TAHUN 2015-2018 Oleh : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akper Pamenang AKADEMI KEPERAWATAN PAMENANG

Lebih terperinci

SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 17/SK/K01-SA/2007 TENTANG KRITERIA DAN PERSYARATAN PENGANGKATAN DOSEN LUAR BIASA DENGAN JABATAN GURU BESAR SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

STRATEGIS DAN SASARAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS USU

STRATEGIS DAN SASARAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS USU STRATEGIS DAN SASARAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS USU A. Program Kerja Strategis FEB USU Tahun 2015-2019 Menindak lanjuti program kerja USU melakukan Program Aksi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU, terlebih

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN PROGRAM MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012-2017 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 34/SK/K01-SA/2004 TENTANG

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 34/SK/K01-SA/2004 TENTANG KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 34/SK/K01-SA/2004 TENTANG FUNGSI-FUNGSI JABATAN FUNGSIONAL AKADEMIK DOSEN DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG I. SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, disebutkan bahwa setiap Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyusun RPJPD

Lebih terperinci

R E N C A N A I N D U K P E N E L I T I A N INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

R E N C A N A I N D U K P E N E L I T I A N INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG R E N C A N A I N D U K P E N E L I T I A N INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2016-2020 2016 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I.... 3 PENDAHULUAN... 3 BAB II.... 5 LANDASAN PENGEMBANGAN DAN ANALISIS SWOT RIP ITB

Lebih terperinci

PERSYARATAN DAN PROSEDUR PENGUSULAN PEMBUKAAN PROGRAM STUDI BARU DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PERSYARATAN DAN PROSEDUR PENGUSULAN PEMBUKAAN PROGRAM STUDI BARU DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 41/SK/K01-SA/2003 TENTANG PERSYARATAN DAN PROSEDUR PENGUSULAN PEMBUKAAN PROGRAM STUDI BARU DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SENAT AKADEMIK INSTITUT

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DI PERGURUAN TINGGI

KEBIJAKAN MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DI PERGURUAN TINGGI KEBIJAKAN MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DI PERGURUAN TINGGI Mustangimah SUBDIREKTORAT PENINGKATAN KAPASITAS RISET DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN

Lebih terperinci

STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA Jl. Semolowaru 45 Surabaya 60118 STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

KESATUAN ITB DI ANTARA HARAPAN, TANTANGAN DAN KESEMPATAN Oleh: Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc. (Guru Besar dan Ketua Senat Akademik ITB)

KESATUAN ITB DI ANTARA HARAPAN, TANTANGAN DAN KESEMPATAN Oleh: Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc. (Guru Besar dan Ketua Senat Akademik ITB) KESATUAN ITB DI ANTARA HARAPAN, TANTANGAN DAN KESEMPATAN Oleh: Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc. (Guru Besar dan Ketua Senat Akademik ITB) HAKEKAT PERGURUAN TINGGI ITB adalah perguruan tinggi, sehingga harus

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PENGABDIAN KEPADA MASYARKAT (RIPkM) STKIP SEBELAS APRIL SUMEDANG

RENCANA INDUK PENGABDIAN KEPADA MASYARKAT (RIPkM) STKIP SEBELAS APRIL SUMEDANG RENCANA INDUK PENGABDIAN KEPADA MASYARKAT (RIPkM) 2012-2017 SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SEBELAS APRIL SUMEDANG 2012 RENCANA INDUK PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (RIPkM) TAHUN 2012-2017

Lebih terperinci

KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Tahun

KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Tahun KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI Tahun 2016-2020 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI TAHUN 2016-2020 KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI

BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI 3.1. Kekuatan 1. STMIK AMIKOM YOGYAKARTA saat ini telah meraih 6 penghargaan dalam bidang penelitian bertaraf internasional, yang dapat meningkatkan reputasi STMIK

Lebih terperinci

STANDAR II STANDAR NASIONAL PENELITIAN

STANDAR II STANDAR NASIONAL PENELITIAN STANDAR II STANDAR NASIONAL PENELITIAN Standar nasional penelitian adalah kriteria minimal tentang system penelitian pada perguruan tinggi yang berlaku di seluruh wilayah hokum Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI D-III KEPERAWATAN KAMPUS TUBAN

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI D-III KEPERAWATAN KAMPUS TUBAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI D-III KEPERAWATAN KAMPUS TUBAN RIP 2014-2020 Rencana Induk Pengembangan Prodi D-III Keperawatan Kampus Tuban Poltekkes Kemenkes Surabaya

Lebih terperinci

KETETAPAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 023/SK/K01-SA/2002 TENTANG HARKAT PENDIDIKAN DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KETETAPAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 023/SK/K01-SA/2002 TENTANG HARKAT PENDIDIKAN DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Menimbang KETETAPAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 023/SK/K01-SA/2002 TENTANG HARKAT PENDIDIKAN DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG : (a) bahwa pasal

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

INISIATIF INOVASI : 1-747

INISIATIF INOVASI : 1-747 INISIATIF INOVASI : 1-747 1% dari GDP per tahun Untuk menunjang program inovasi melalui skema 747 diperlukan dana R&D hingga 1% dari GDP per tahun s/d tahun 2014. Peningkatan tersebut dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

Kebijakan Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Kebijakan Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG Kebijakan Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG KEBIJAKAN MUTU AKADEMIK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG Universitas Islam Malang, 2015 All Rights Reserved 2 Kebijakan Mutu Akademik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN, Menimbang

Lebih terperinci

Standar Penelitian STIKES HARAPAN IBU

Standar Penelitian STIKES HARAPAN IBU Standar Penelitian STIKES HARAPAN IBU Halaman 2 dari 10 STANDAR PENELITIAN STIKES HARAPAN IBU KODE DOKUMEN : STD.MT.AK. 03/005/2017 REVISI : 0 TANGGAL : 7 Maret 2017 DIAJUKAN & DIKENDALIKAN OLEH : Ketua

Lebih terperinci

VISI MISI BAKAL CALON REKTOR UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO MASA JABATAN TEMA MERETAS KESETARAAN DAN KEBERSAMAAN UNTUK MENGEMBANGKAN UNG

VISI MISI BAKAL CALON REKTOR UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO MASA JABATAN TEMA MERETAS KESETARAAN DAN KEBERSAMAAN UNTUK MENGEMBANGKAN UNG VISI MISI BAKAL CALON REKTOR UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO MASA JABATAN 2014 2018 TEMA MERETAS KESETARAAN DAN KEBERSAMAAN UNTUK MENGEMBANGKAN UNG A. PENDAHULUAN Dalam UURI No. 12/2012 tentang Perguruan

Lebih terperinci

VISI, MISI DAN PROGRAM KERJA

VISI, MISI DAN PROGRAM KERJA VISI, MISI DAN PROGRAM KERJA Oleh Prof. Dr. Herri CALON DEKAN FEUA PERIODE TAHUN 2016-2020 Visi Menjadi Fakultas Ekonomi yang menghasilkan sumber daya insani yang kreatif, inovatif, profesional dan kompetitif,

Lebih terperinci

PIDATO KETUA SENAT AKADEMIK. Peran dan Tanggung Jawab Senat Akademik Menjembatani Retorika Pendidikan Tinggi dengan Realita

PIDATO KETUA SENAT AKADEMIK. Peran dan Tanggung Jawab Senat Akademik Menjembatani Retorika Pendidikan Tinggi dengan Realita PIDATO KETUA SENAT AKADEMIK Peran dan Tanggung Jawab Senat Akademik Menjembatani Retorika Pendidikan Tinggi dengan Realita Dies natalis Ke-46 Institut Teknologi Bandung Aula Barat, 2 Maret 2005 2 Pidato

Lebih terperinci

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2 ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERAN FORUM DOKTOR (FDPKSI) DALAM MENDUKUNG TRI DHARMA PERGURUAN

PERAN FORUM DOKTOR (FDPKSI) DALAM MENDUKUNG TRI DHARMA PERGURUAN PERAN FORUM DOKTOR (FDPKSI) DALAM MENDUKUNG TRI DHARMA PERGURUAN Di sampaikan dalam Pertemuan Konsultasi Nasional TINGGI Jakarta, 23 Maret 2017 DASAR PEMIKIRAN 1 2 3 Poltekkes Kemenkes aset bangsa Memiliki

Lebih terperinci

Panduan Pengajuan Proposal Program Riset SBM ITB 2015

Panduan Pengajuan Proposal Program Riset SBM ITB 2015 Panduan Pengajuan Proposal Program Riset SBM ITB 2015 Institut Teknologi Bandung Desember 2014 0 Daftar Isi Daftar Isi... 1 I. Latar Belakang... 2 II. Tujuan... 2 III. Deskripsi Program Riset SBM-ITB...

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR : 30/I/KEP/SA/2003. tentang KEBIJAKAN DASAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR : 30/I/KEP/SA/2003. tentang KEBIJAKAN DASAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR : 30/I/KEP/SA/2003 tentang KEBIJAKAN DASAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SENAT AKADEMIK INSTITUT

Lebih terperinci

TATA CARA PENGUSULAN, PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

TATA CARA PENGUSULAN, PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 11/SK/K01-SA/2009 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN, PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA MWA TEMU AWAL TAHUN Bandung, 15 Agustus 2008

SAMBUTAN KETUA MWA TEMU AWAL TAHUN Bandung, 15 Agustus 2008 SAMBUTAN KETUA MWA TEMU AWAL TAHUN 2008-2009 Bandung, 15 Agustus 2008 PROGRAM UTAMA 2008 MWA ITB 1. Pengembangan kerjasama eksternal untuk: a. meningkatkan pendapatan ITB. b. memperkuat landasan hukum.

Lebih terperinci

Program Riset dan Inovasi ITB

Program Riset dan Inovasi ITB Panduan Pengajuan Proposal Program Riset dan Inovasi ITB 2013 Institut Teknologi Bandung September 2012 Daftar Isi Daftar Isi... 1 I. Latar Belakang... 2 II. Tujuan... 2 III. Deskripsi Program Riset ITB...

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Assalamu alaikum Wr. Wb.

Kata Pengantar. Assalamu alaikum Wr. Wb. BUKU RENCANA INDUK PENELITIAN (RIP) LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA JAKARTA 2016 Kata Pengantar Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirobbil alamiin kami

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Koordinasi Dinas Olahraga dan Pemuda Provinsi Jawa Barat Dinas Olahraga dan Pemuda

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal,, Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Tinggi, ttd. Patdono Suwignjo NIP

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal,, Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Tinggi, ttd. Patdono Suwignjo NIP 1 KATA SAMBUTAN Dalam berbagai kesempatan Presiden Indonesia menjelaskan salah satu pilar pengembangan Sumber Daya Manusia adalah Pengembangan SDM berbasis vokasi. Hal ini sangat strategis mengingat tidak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

Panduan Pengajuan Proposal. Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Institut Teknologi Bandung 2016

Panduan Pengajuan Proposal. Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Institut Teknologi Bandung 2016 Panduan Pengajuan Proposal Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Institut Teknologi Bandung 2016 Institut Teknologi Bandung Mei 2016 Daftar Isi Daftar Isi... 2 I. Latar Belakang... 3 II. Deskripsi Penelitian

Lebih terperinci

2 pendidikan tinggi harus memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan pera

2 pendidikan tinggi harus memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan pera TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Universitas Diponegoro. Statuta. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 170). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA / LEMBAGA (RKA-KL) TAHUN 2017 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA / LEMBAGA (RKA-KL) TAHUN 2017 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA / LEMBAGA (RKA-KL) TAHUN 27 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG KAMPUS TERPADU UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG DESA BALUNIJUK KECAMATAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STKIP PGRI LUBUKLINGGAU

PEDOMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STKIP PGRI LUBUKLINGGAU PEDOMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STKIP PGRI LUBUKLINGGAU UNIT PELAKSANA TUGAS PENELITIAN PENGEMBANGAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2017 0 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

DASAR PERENCANAAN STRATEGIS

DASAR PERENCANAAN STRATEGIS DASAR PERENCANAAN STRATEGIS 1. Visi Program Studi Mewujudkan program studi Administrasi Negara yang mampu menciptakan lulusan yang unggul, mandiri, berbudaya, dinamis, kritis dan inovatif dalam bidang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN 2007-2012 Jakarta 2007 DAFTAR ISI Hal Judul i Daftar Isi.. ii Kata Pengantar.. iii Keputusan Senat Unika Atma Jaya... iv A. Pendahuluan

Lebih terperinci