BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, risiko terkena

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, risiko terkena"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Definisi Risiko, Perils dan Hazards Dalam kehidupan sehari-hari istilah risiko sering didengar. Berbagai macam risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, risiko terkena banjir di musim hujan, risiko hidup terlalu lama, risiko mati muda dan sebagainya. Semua risiko itu dapat menyebabkan kerugian yang besar jika tidak diantisipasi dari awal. Menurut Ayat (2012), dari berbagai definisi tentang risiko, yang paling sederhana dan paling sesuai untuk bidang perasuransian adalah seperti yang disampaikan oleh R.L. Carter yaitu: Risk is a change or probability of finacial loss...atau risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu kerugian yang dapat dihitung dalam satuan uang. Atau dengan kata lain, dalam dunia asuransi, setidaknya risiko itu harus mengandung unsur Ketidakpastian dan Kerugian dimana ketidakpastian itu bisa dalam hal waktu, tempat dan kepada siapa peristiwa tersebut terjadi sedangkan kerugian yang dimaksud adalah yang harus dapat dinilai dengan uang. Kematian dan sakit itu pasti terjadi dan dialami oleh setiap manusia, tapi kenapa bisa diasuransikan? Memang benar dua risiko tersebut pasti dihadapi oleh semua orang namun dua hal tersebut masih memiliki unsur ketidakpastian yaitu 13

2 14 kapan, dimana dan bagaimana risiko tersebut akan terjadi, hal inilah yang mendasari risiko ini dapat diasuransikan. Konsep lain yang berkaitan dengan risiko adalah sebagai berikut: a. Peril, yaitu sesuatu yang dapat menimbulkan terjadinya risiko, contohnya percikkan api atau arus pendek adalah peril bagi kebakaran bangunan dan barang-barang yang ada di dalam ruangan tersebut. b. Hazard, yaitu keadaan dan kondisi yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril. Hazard terdiri dari beberapa tipe, yaitu: 1. Physical Hazard, suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik secara fisik dari obyek yang dapat memperbesar terjadinya kerugian. Contohnya seperti konstruksi rumah yang terbuat dari kayu akan meningkatkan risiko kebakaran. 2. Moral Hazard, suatu kondisi yang bersumber dari orang yang berkaitan dengan sikap mental, pandangan hidup dan kebiasaan yang sifatnya negatif dan disengaja sehingga dapat memperbesar kemungkinan terjadinya peril. Contohnya, seseorang mengasuransikan pabriknya dan merancang kebakaran pabriknya untuk mendapatkan ganti rugi dari asuransi. 3. Morale Hazard, suatu kondisi dari orang yang merasa sudah memperoleh jaminan dan menimbulkan kecerobohan sehingga memungkinkan timbulnya peril. Contohnya karena sudah memiliki asuransi mobil, seseorang mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi pada waktu jalanan licin akibat hujan deras.

3 15 Tindakan tersebut merupakan tindakan yang kurang hati-hati dan dapat menyebabkan atau memperbesar peluang terjadinya risiko kecelakaan. 4. Legal Hazard, suatu kondisi pengabaian atas peraturan atau perundang-undangan yang bertujuan melindungi masyarakat sehingga memperbesar terjadinya peril. Contohnya, rumah atau bangunan yang tidak memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) akan meningkatkan risiko untuk digusur oleh pemerintah Jenis-Jenis Risiko Klasifikasi risiko dalam kaitannya dengan asuransi adalah sebagai berikut: 1. Pure Risk (Risiko Murni) adalah suatu risiko yang apabila terjadi akan menimbulkan kerugian dan bila tidak terjadi tidak akan menimbulkan kerugian atau keuntungan (No Loss, No Gain). Contoh : Kebakaran, Kebanjiran, Kecelakaan Diri dll. 2. Speculative Risk (Risiko Spekulatif) adalah suatu risiko untung-untungan yang apabila terjadi akan menimbulkan keuntungan, kerugian atau tidak rugi tidak untung (Gain, Loss or No Loss No Gain) Contoh : Risiko perdagangan, Risiko bermain saham dll 3. Particular Risk (Risiko Khusus) adalah suatu risiko yang baik penyebabnya maupun akibatnya hanya bersifat pribadi atau lokal (tidak meliputi kuantitas maupun kualitas yang sangat luas atau hanya sekelompok kecil masyarakat saja) Contoh : Pencurian, Kecelakaan lalu lintas dll.

4 16 4. Fundamental Risk (Risiko Fundamental) adalah suatu risiko yang kalau terjadi dampak kerugiannya bisa sangat luas atau bersifat katastropik. Contoh : Gempa bumi, Letusan gunung berapi, Tsunami dll. Klasifikasi atas risiko ini untuk menentukan : a. Apakah risiko itu dapat diasuransikan atau tidak? b. Apakah risiko itu ditanggung oleh pemerintah atau diserahkan seluruhnya kepada perusahaan asuransi? Risiko-Risiko yang Dapat Diasuransikan Tidak semua risiko bisa diasuransikan, untuk dapat diasuransikan suatu risiko harus memenuhi beberapa kriteria di bawah ini: 1. Harus merupakan risiko murni, dan juga termasuk risiko khusus. Contoh: Risiko Kebakaran, Risiko Kecelakaan Diri dll 2. Akibat dari risiko tersebut harus dapat dinilai atau diukur dengan uang, yang berarti bahwa risiko tersebut harus bersifat finansial bukan emosional. Contoh: Sering ada gurauan mengenai asuransi putus cinta, apakah risiko putus cinta bisa diasuransikan? Jawabannya tentu tidak bisa, karena kerugian yang terjadi sifatnya adalah emosional atau tidak dapat diukur dengan uang. Apakah benda seni bisa diasuransikan? Bisa diasuransikan namun harganya ditentukan atas kesepakatan pemilik benda tersebut dengan perusahaan asuransi dan tetap harus memenuhi kriteria ketiga yaitu harus ada risiko homogen dalam jumlah yang banyak.

5 17 3. Risiko yang homogen (sama) harus terdapat dalam jumlah banyak (The law of the large number) Contoh: Candi Borobudur, sulit diasuransikan karena jumlahnya hanya satu sehingga padanan untuk menilai berapa harga preminya tidak ada. Biasanya untuk risiko seperti rusaknya candi borobudur itu ditanggung oleh pemerintah. 4. Risiko tersebut harus terjadi secara kebetulan dan tidak disengaja. Contoh: Risiko kematian akibat peril bunuh diri tidak akan bisa diasuransikan karena sifatnya disengaja. 5. Apabila risiko tersebut terjadi tertanggung akan menderita kerugian, dalam arti bahwa tertanggung harus memiliki Insurable Interest (kepentingan untuk mengasuransikan) atas obyek yang dipertanggungkan. Contoh: Seorang Ayah mengasuransikan kesehatan anak dan istrinya karena ada hubungan keluarga yang sah di mata hukum. 6. Risiko tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan umum atau hukum yang berlaku. Contoh: Risiko mobil ditabrak karena melanggar lampu lalu lintas dikecualikan dalam klausul asuransi mobil karena perbuatan tersebut melawan hukum. 7. Pembebanan premi harus sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi. Contoh: Premi untuk rumah dengan kontruksi baja tentu lebih murah daripada premi untuk rumah yang berkonstruksi sebagian besar kayu karena risiko untuk terjadi kebakarannya lebih besar yang terbuat dari kayu.

6 Pengertian Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah suatu proses untuk melindungi pendapatan atau kekayaan individu atau perusahaan dengan cara meminimalisir akibat finansial atas suatu risiko melalui cara identifikasi, penilaian dan penanganan terhadap risiko yang dihadapi. Tujuan mengelola risiko adalah: a. Mengurangi kerugian potensial b. Memberikan rasa percaya diri dalam melakukan sesuatu karena yakin bahwa jika terjadi suatu risiko, dia telah siap menghadapinya. Pengelolaan risiko yang baik akan menimbulkan rasa aman dan nyaman (kesenangan dalam bekerja dan berusaha) yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi kerja (produktifitas) atau memperoleh tingkat kenyamanan hidup yang lebih tinggi Tahapan dalam Manajemen Risiko Dalam melaksanakan manajeman risiko ada beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut: 1. Identifikasi Risiko Identifikasi risiko adalah tindakan mencari temuan berbagai risiko yang mungkin dihadapi, dengan melihat pengalaman (risiko yang pernah

7 19 terjadi) pada masa lalu dan memperkirakan kemungkinan terjadi risiko yang sama di masa yang akan datang. Identifikasi Evaluasi Risiko Severity (Keparahan) Frequency (Frekuensi Pengendalian Risiko Secara Finansial Secara Fisik Ditanggung Ditransfer Dihindari Dikurangi Asuransi Non Asuransi Gambar 2.1 Proses Pengelolaan Risiko 2. Evaluasi/Analisa Risiko Melakukan evaluasi atau analisa risiko dari akibat yang mungkin ditimbulkan oleh risiko terhadap organisasi/pribadi dapat dilakukan secara: a. Analisa Kualitatif Analisa secara fisik terhadap potensi risiko yang ada tanpa memperhatikan nilai keuangan di dalamnya.

8 20 Misal: dari flow-chart dapat dievaluasi kualitatif efek dari terjadinya suatu peristiwa, cara ini dilakukan bila tidak adanya data yang cukup untuk dapat dihitung. b. Analisa Kuantitatif Analisa finansial terhadap akibat yang ditimbulkan oleh kerugian yang terjadi. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan statistik bila tersedia data yang cukup untuk dasar perhitungan. Misalnya, data produk gagal pada perusahaan tekstil. Dari data tersebut dapat dianalisa produk jenis apa yang paling banyak gagal diproduksi? atau bahan apa yang paling sedikit mengalami gagal produksi? Dari analisa tersebut, perusahaan dapat mengambil kebijakan yang paling tepat untuk meminimalkan gagal produksi. Dua faktor yang dianalisa adalah frekuensi terjadinya kerugian (Frequency) dan tingkat besarnya kerugian (Severity). Hubungan antara frekuensi dengan tingkat keparahan risiko dalam asuransi, menyatakan bahwa pada frekuensi tinggi, umumnya mempunyai nilai kerugian yang rendah sedangkan pada frekuensi rendah, umumnya memiliki nilai kerugian yang besar. Jadi, dapat dilihat bahwa hubungan antara frekuensi dengan nilai kerugian adalah hubungan terbalik. Contoh : a. High frequency High severity: Kebakaran pada rumah pada penduduk, kehilangan kendaraan bermotor di perkotaan

9 21 b. High frequency Low severity: Sakit ringan seperti flu atau demam saat pergantian musim, Lecet pada kendaraan bermotor karena benturan c. Low frequency High severity: Jatuhnya pesawat terbang. d. Low frequency Low severity: Tv yang rusak karena sambaran petir. 3. Pengendalian Risiko Ada 2 kategori pengelolan risiko yaitu, pengendalian risiko secara fisik (physical) dan pengendalian risiko secara finansial (financial) a. Pengendalian risiko secara fisik : Pengendalian risiko secara fisik dapat dilakukan dengan cara : 1) Menghindari Risiko (Risk Avoidance) Merokok dapat menimbulkan risiko terkena penyakit kanker paruparu atau jantung. Salah satu cara menghindari risiko terkena penyakit tersebut adalah dengan menjauhi bahan-bahan karsinogen (penyebabkan kanker) yang terkandung dalam rokok. 2) Mengurangi Risiko (Risk Reduction) Jika upaya menghindari risiko tidak mungkin dilakukan, manajemen risiko dapat dilakukan dengan cara mengurangi risiko. Contohnya, helm digunakan untuk mengurangi risiko geger otak saat pengendara motor mengalami kecelakaan lalu lintas.

10 22 b. Pengendalian risiko secara finansial : finansial, yaitu : Ada 2 cara yang dapat dilakukan dalam pengendalian risiko secara 1) Memindahkan Risiko (Risk Transfer) Beberapa risiko dapat dipindahkan atau ditransfer kepada pihak lain, bisa ke perusahaan asuransi atau ke non asuransi. Dengan membayar sejumlah premi, risiko yang ada pada tertanggung dapat dialihkan kepada perusahaan asuransi. Kemudian untuk contoh pemindahan risiko melalui mekanisme non asuransi adalah seperti penyataan yang sering ditemui pada bungkus rokok yaitu MEROKOK MEMBUNUHMU. Perusahaan rokok memiliki risiko harus bertanggung jawab atas tuntutan para perokok yang terkena penyakit kanker paru-paru atau jantung karena telah mengkonsumsi rokok yang mereka jual. Pernyataan MEROKOK MEMBUNUHMU bermaksud memindahkan risiko bertanggung jawab atas tuntutan tersebut kepada masing-masing orang yang membeli rokok, karena perusahaan sudah mengingatkan bahwa rokok itu bisa menyebabkan kanker, sehingga para perokok sendirilah yang harus bertanggung jawab atas penyakit yang mereka derita jika tetap bersikeras untuk tetap merokok. 2) Menanggung Risiko (Risk Retention). Menanggung risiko sebagian atau seluruhnya, dengan menyisihkan atau mencadangkan dana untuk pembiayaan apabila risiko tersebut terjadi. Misalnya, menyediakan dana cadangan untuk biaya sakit flu ringan.

11 Definisi Asuransi KUHD pasal 246 mendefinisikan asuransi atau pertanggungan sebagai suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. Kemudian, definisi tersebut disempurnakan kembali dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian yang menyatakan bahwa asuransi atau pertanggungan sebagai perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk: a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

12 24 Secara umum Otoritas Jasa Keuangan melalui situs resmi mereka ( mendefinisikan asuransi sebagai perjanjian antara penanggung dan tertanggung yang mewajibkan tertanggung membayar sejumlah premi untuk memberikan penggantian atas risiko kerugian, kerusakan, kematian, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi atas peristiwa yang tak terduga. Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dalam asuransi setidaknya terkandung 4 unsur, yaitu : a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi baik secara sekaligus atau berangsur-angsur kepada penanggung sebagai biaya atas penerimaan pengalihan risiko. b. Pihak penanggung (insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang ganti rugi atau santunan kepada pihak tertanggung, apabila risiko yang dijaminkan dalam polis asuransi terjadi. c. Risiko yang diasuransikan adalah suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya). d. Ada kepentingan keuangan (finacial interest) yang diakui secara hukum dari tertanggung kepada objek pertanggungan yang membuat tertanggung mengalami kerugian jika risiko yang dijamin polis terjadi Usaha-Usaha dalam Industri Perasuransian Usaha Perasuransian adalah segala usaha menyangkut jasa pertanggungan atau pengelolaan risiko, pertanggungan ulang risiko, pemasaran dan distribusi produk asuransi atau produk asuransi syariah, konsultasi dan keperantaraan asuransi,

13 25 asuransi syariah, reasuransi, atau reasuransi syariah, atau penilaian kerugian asuransi atau asuransi syariah. Berikut ini adalah beberapa pengertian dari usaha-usaha yang ada di industri perasuransian: a. Usaha Asuransi Umum adalah usaha jasa pertanggungan risiko yang memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti. b. Usaha Asuransi Jiwa adalah usaha yang menyelenggarakan jasa penanggulangan risiko yang memberikan pembayaran kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak dalam hal tertanggung meninggal dunia atau tetap hidup, atau pembayaran lain kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana. c. Usaha Reasuransi adalah usaha jasa pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi, perusahaan penjaminan, atau perusahaan reasuransi lainnya. d. Usaha Asuransi Umum Syariah adalah usaha pengelolaan risiko berdasarkan Prinsip Syariah guna saling menolong dan melindungi dengan memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan,

14 26 atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti. e. Usaha Asuransi Jiwa Syariah adalah usaha pengelolaan risiko berdasarkan prinsip Syariah guna saling menolong dan melindungi dengan memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggal atau hidupnya peserta, atau pembayaran Iain kepada peserta atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana. f. Usaha Reasuransi Syariah adalah usaha pengelolaan risiko berdasarkan Prinsip Syariah atas risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi syariah, perusahaan penjaminan syariah, atau perusahaan reasuransi syariah lainnya. g. Usaha Pialang Asuransi adalah usaha jasa konsultasi dan/atau keperantaraan dalam penutupan asuransi atau asuransi syariah serta penanganan penyelesaian klaimnya dengan bertindak untuk dan atas nama pemegang polis, tertanggung, atau peserta. h. Usaha Pialang Reasuransi adalah usaha jasa konsultasi dan/atau keperantaraan dalam penempatan reasuransi atau penempatan reasuransi syariah serta penanganan penyelesaian klaimnya dengan bertindak untuk dan atas nama perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan penjaminan, perusahaan penjaminan

15 27 syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah yang melalukan penempatan reasuransi atau reasuransi syariah. i. Usaha Penilai Kerugian Asuransi adalah usaha jasa penilaian klaim dan/ atau jasa konsultasi atas objek asuransi. j. Agen Asuransi adalah orang yang bekerja sendiri atau bekerja pada badan usaha, yang bertindak untuk dan atas narna Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah dan memenuhi persyaratan untuk mewakili Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah memasarkan produk asuransi atau produk asuransi syariah. k. Perusahaan Konsultan Akturia, adalah perusahaan yang memberikan jasa akturia kepada perusahaan asuransi dan dana pensiun dalam rangka pembentukan dan pengelolaan suatu program asuransi dan atau program pensiun Definisi Manajemen Keuangan Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2009) dapat diartikan sebagai, semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi manajemen keuangan menurut Halim (2007) terdiri dari tiga : 1. Keputusan Investasi (Investment Decision)

16 28 Kebutuhan investasi akan berusaha menjawab pertanyaan mengenai pada aset apa investasi tersebut dilakukan? apakah pada fixed asset ataukah pada working capital? keputusan invetasi yang ditetapkan efektif akan tercermin pada pencapaian tingkat imbalan hasil (rate of return) yang maksimal dengan melakukan investasi berarti perusahaan menggunakan dana dengan harapan mampu menghasilkan arus kas masuk (cash inflow) pada waktu waktu mendatang melebihi nilai investasi awal selama periode tertentu. 2. Keputusan Pembelanjaan (Financing Decision) Karena penggunaan dana merupakan arus kas keluar (Cash Outflow) maka keputusan investasi (investment decisions) yang layak dibiayai selanjutnya di carikan sumber dananya. Keputusan mengenai sumber dana yang akan digunakan (apakah sumber dana internal atau eksternal, jangka pendek atau jangka panjang) disebut keputusan pembelanjaan. (financing decisions). Keputusan pembelanjaan yang dikatakan efektif akan tercermin pada biaya dana (cost of fund) yang minimal. 3. Kebijakan Deviden (Deviden Policy) Pengambilan keputusan investasi dan keputusan pembelanjaan yang tepat diharapkan dapat menghasilkan laba yang tinggi. Kebijakan deviden pada prinsipnya menyangkut mengenai berapa persen dari laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden dan berapa persen yang akan ditahan dalam bentuk laba ditahan yang akan

17 29 guna pembiayaan investasi di masa mendatang. Apakah dividen dibayarkan sebesar-besarnya ataukah sekecil-kecilnya? Kebijakan dividen yang dikatakan optimal akan tercermin pada peningkatan harga saham. Dengan demikian, ketiga keputusan tersebut secara simultan akan turut menyumbang pencapaian tujuan perusahaan. Dalam penerapannya, manajemen keuangan tidak berdiri sendiri. Manajemen keuangan berkaitan erat dengan disiplin ilmu lain, seperti akuntansi, ilmu ekonomi mikro dan makro, metode kuantitatif dan sebagainya. Sementara itu, perusahaan yang dijalankan secara profesional harus menggeser paradigma yang selama ini berlaku, yaitu dari stockholder paradigma ke stakeholder paradigma. Dalam paradigma stockholder, orientasi manajemen tertuju kepada pemegang saham. Manajemen mendapatkan mandat dari pemegang saham untuk mengelola perusahaannya, karena itu ia harus bertanggung jawab kepada pemegang saham. Pemegang saham adalah segala-galanya bagi manajemen. Dalam paradigma stakeholder, manajemen dihadapkan pada banyak pihak yang masing-masing tidak dianggap sepihak. Stakeholder merupakan semua kelompok yang dapat dipengaruhi atau yang dapat mempengaruhi keputusan, kebijakan, dan kegiatan suatu organisasi yang merupakan lingkungan di mana perusahaan harus berinteraksi. Perusahaan harus berinteraksi dengan dua kelompok stakeholder. Pertama, stakeholder primer, meliputi: pemegang saham, pekerja, kreditor, pemasok, pelanggan, pesaing penyalur. Kedua, stakeholder sekunder, meliputi: masyarakat lokal, pemerintah domestik, pemerintah

18 30 asing, kelompok aktivis sosial, media massa, kelompok pendukung bisnis dan pendapat umum Analisis Kinerja Keuangan Fahmi (2003) menyatakan bahwa untuk memutuskan suatu badan usaha atau perusahaan memiliki kualitas yang baik maka ada dua penilaian yang paling dominan yang dapat dijadikan acuan untuk melihat badan usaha/perusahaan tersebut telah menjalankan suatu kaidah-kaidah manajemen yang baik. Penilaian ini dapat dilakukan dengan melihat sisi kinerja keuangan (financial performance) dan kinerja (non financial performance). Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan/badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi yang diperoleh pada balance sheet (neraca), income statement (laporan laba rugi), dan cash flow statement (laporan arus kas) serta hal-hal lain yang turut mendukung sebagai penguat penilaian financial performance tersebut. Maka, menurut Fahmi (2013) analisis kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Seperti dengan membuat suatu laporan yang telah memenuhi standar dan ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Premi Menurut Djojosoedarso (2003), premi asuransi adalah pembayaran dari tertanggung kepada penanggung, sebagai imbalan jasa atas pengalihan risiko kepada

19 31 penanggung. Penerimaan premi adalah jumlah pendapatan premi dari penjualan polis asuransi yang biasanya diukur dalam periode satu tahun. Kemudian menurut Amrin (2006), premi merupakan pembayaran sejumlah uang yang dilakukan pihak tertanggung kepada penanggung untuk mengganti suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan akibat timbulnya perjanjian atas pemindahan risiko dari tertanggung kepada penanggung (transfer of risk). Besaran premi ditentukan dari hasil seleksi risiko yang dilakukan underwriter atau setelah perusahaan melakukan seleksi risiko atas permintaan calon tertanggung. Dengan demikian calon tertanggung akan membayar premi asuransi sesuai dengan tingkat risiko atas kondisi masingmasing. Lalu, dalam UU No. 40 Tahun 2014 tentang perasuransian, premi didefinisikan sebagai sejumlah uang yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dan disetujui oleh Pemegang Polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian asuransi atau perjanjian reasuransi, atau sejumlah uang yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mendasari program asuransi wajib untuk memperoleh manfaat Komponen Premi Asuransi Di dalam premi yang dibayarkan oleh tertanggung kepada penanggung atas risiko yang dialihkan, terdapat beberapa komponen di dalamnya, antara lain :

20 32 1. Premi Dasar Premi yang dibebankan kepada tertanggung ketika polis dibuat atau dikeluarkan, yang perhitungannya didasarkan : a) Data dan keterangan yang diberikan oleh tertanggung kepada penanggung pada waktu penutupan asuransi yang pertama. b) Luasnya risiko yang dijamin oleh penanggung sesuai yang dikehendaki oleh tertanggung. Premi dasar biasanya terdiri dari 3 kelompok, yaitu: 1) Komponen premi untuk membayar kerugian yang mungkin terjadi. 2) Komponen premi untuk membiayai operasi perusahaan 3) Komponen sebagi bagian keuntungan perusahaan 2. Premi tambahan Untuk tambahan kepentingan keuangan yang diasuransikan atau perubahan dan penambahan risiko yang dijamin kepada tertanggung maka akan dikenakan tambahan premi (additional premiums, surcharge). Kemudian pada tahun 2013 yang lalu, Firdaus Djaelani, Kepala Eksekutif Industri Keuangan Non Bank Otoritas Jasa Keuangan (IKNB OJK) mengeluarkan Surat Edaran Nomor: SE-06/D.05/2013 tentang Penetapan Tarif Premi serta Ketentuan Biaya Akuisisi Pada Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor dan Harta Benda serta Jenis Risiko Khusus meliputi Banjir, Gempa Bumi, Letusan Gunung Berapi dan Tsunami tahun 2014, hal ini dilakukan untuk menjaga

21 33 kondusifitas persaingan tarif di industri asuransi umum. Berikut ini kami tampilkan tabel tarif untuk lini usaha Asuransi Kendaraan Bermotor. Tabel 2.1 Tarif Premi Pertanggungan Comprehensive Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (2013) Tabel 2.2 Tarif Premi Pertanggungan Total Loss Only Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (2013)

22 34 Tabel 2.3 Tarif Premi Perluasan Jaminan Asuransi Kendaraan Bermotor Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (2013) Penerapan tarif premi pada tabel 2.1, 2.2 dan 2.3 dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Tarif premi berdasarkan lokasi kendaraan bermotor beroperasi dengan pembagian sebagai berikut:

23 35 a. WILAYAH 1 : Sumatera dan Kepulauan di sekitarnya b. WILAYAH 2 : DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten c. WILAYAH 3 : Selain WILAYAH 1 dan WILAYAH 2 2. Perusahaan Asuransi Umum wajib mengenakan premi tambahan apabila : a. Usia kendaraan di atas 5 tahun dengan nilai sekurang-kurangnya sebesar 5% (lima per seratus) per tahun untuk jenis pertanggungan comprehensive. b. Memberikan perluasan jaminan seperti perluasan jaminan gempa bumi, banjir, risiko kerusuhan dan huru-hara, terorisme dan sabotase, tanggung jawab hukum pihak ketiga, kecelakaan diri pengemudi/penumpang, tanggung jawab hukum terhadap penumpang sesuai ketentuan Tabel 2.3. c. Memberikan fitur-fitur layanan tambahan seperti layanan darurat (emergency road assistance), mobil pengganti, penggunaan bengkel authorized, penggunaan bengkel khusus yang lebih mahal atau fitur tambahan lainnya. 3. Perusahaan Asuransi Umum wajib memberlakukan ketentuan risiko sendiri minimum sebesar Rp ,00 setiap kejadian. 4. Besaran premi serta syarat dan ketentuan (terms & conditions) untuk kendaraan yang memiliki profil khusus dengan portfolio dengan risiko yang lebih tinggi seperti kendaraan truk tangki, taksi, kendaraan dengan penggunaan komersial dan sejenisnya dapat ditentukan berdasarkan pertimbangan profesional underwriter.

24 Premi Bruto dan Pendapatan Premi Neto Premi bruto merupakan premi yang diperoleh dari tertanggung, agen, broker, maupun dari perusahaan asuransi lain dan perusahaan reasuransi. Premi bruto yang berasal pertanggungan langsung (direct business) dinamakan premi langsung. Sedangkan premi yang berasal dari pertanggungan tidak langsung (indirect business) yaitu premi yang diterima dari perusahaan asuransi lain atau reasuransi dinamakan premi tidak langsung. Premi neto diperoleh dari premi bruto yang dihitung berdasarkan unsur premi murni serta unsur biaya administrasi dan biaya umum lainnya. Pada Peraturan Menteri Keuangan No. 53/PMK.010/2012 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi, premi neto adalah premi bruto dikurangi komisi dan dikurangi premi reasuransi dibayar yang telah dikurangi komisi reasuransi diterima. Contoh perhitungan: Seandainya perusahaan menerima premi penutupan langsung Rp.1.000,- dengan komisi dibayar 20%. Dari penutupan langsung tersebut direasuransikan 50%- nya. Untuk itu perusahaan menerima komisi reasuransi sebesar 25% dari premi reasuransi yang dibayarnya. Di samping itu perusahaan menerima pula premi penutupan tidak langsung Rp. 300,- dengan komisi reasuransi dibayar sebesar 25% pula. Maka premi bruto dan premi neto sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut:

25 37 PENUTUPAN LANGSUNG : a. Premi diterima = Rp ,- b. Komisi keperantaraan dibayar (20% x a) = Rp. 200,- PENUTUPAN REASURANSI : c. Premi reasuransi dibayar (50% x a) = Rp. 500,- d. Komisi reasuransi diterima (25% x c) = Rp. 125,- PENUTUPAN TIDAK LANGSUNG : e. Premi diterima = Rp. 300,- f. Komisi dibayar (25% x e) = Rp. 75,- PREMI BRUTO = ( Premi penutupan langsung - Komisi penutupan langsung) + (Premi Penutupan tidak langsung Komisi penutupan tidak langsung) = [a - b] + [e f) = [Rp Rp 200] + [Rp Rp 75] = Rp 1.025,- PREMI NETO = PREMI BRUTO - (Premi Reasuransi dibayar - Komisi Reasuransi diterima) = Rp [Rp Rp 125] = Rp 650,-

26 38 Dalam laporan keuangan perusahaan asuransi, premi neto dibedakan dengan jumlah pendapatan premi neto, cara menghitung jumlah pendapatan premi neto adalah premi neto dikurangi kenaikan (penurunan) cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan (CAPYBMP). Penelitian ini menggunakan jumlah pendapatan premi neto sebagai variabel karena dapat menunjukkan keadaan sebenarnya dari keuangan perusahaan asuransi. Rasio yang dapat digunakan untuk melihat tingkat penerimaan pendapatan premi neto adalah rasio pendapatan premi neto terhadap ekuitas, sebab besarnya premi mencerminkan besarnya risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan asuransi sehingga perlu ekuitas yang cukup untuk mengantisipasi terjadinya risiko agar solvabilitas perusahaan tetap terjaga. Sesuai dengan pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan No.52/PMK.010/2012 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi, target rasio tingkat solvabilitas (Risk Base Capital) paling rendah adalah 120% dari modal minimum berbasis risiko. Namun, ekuitas bukanlah satusatunya indikator untuk menilai solvabilitas perusahaan, ada beberapa faktor lain yang perlu diperhitungkan seperti aset yang diperkenankan, liabilitas, kegagalan pengelolaan kekayaan dan sebagainya sesuai Peraturan Menteri Keuangan No.52/PMK.010/2012 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi. Sehingga, rasio pendapatan premi neto ini bukan untuk menilai solvabilitas namun untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan premi dibanding dengan ekuitas yang tersedia. Rasio ini dihitung dengan rumus: Pendapatan Premi Neto Rasio Pendapatan Premi Neto = x 100% Ekuitas

27 Beban Klaim Menurut Dhaniati (2011), klaim adalah beban yang harus dibayarkan oleh penanggung kepada pihak tertanggung apabila terjadi risiko yang dipertanggungkan. Umumnya, seseorang atau sistem yang menangani klaim akan menentukan apakah informasi yang diserahkan atas suatu klaim telah sesuai dengan pertanggungan yang tercantum dalam suatu polis yang berlaku atau tidak, sehingga orang atau sistem tersebut dapat mengambil keputusan untuk menyetujui atau menolak klaim. Sedangkan menurut Amrin (2006), klaim adalah pengajuan hak yang dilakukan oleh tertanggung kepada penanggung untuk mendapatkan haknya berupa pertanggungan atas kerugian berdasarkan perjanjian atau akad yang telah di buat. Dengan kata lain, klaim adalah proses pengajuan oleh peserta untuk mendapatkan uang pertanggungan setelah tertanggung melaksanakan seluruh kewajibannya kepada penanggung, yaitu berupa penyelesaian pembayaran premi sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Dalam PSAK No. 28 dikatakan bahwa, beban klaim bruto adalah klaim yang jumlahnya telah disepakati, termasuk biaya penyelesaian klaim. Kemudian untuk beban klaim neto (K) dihitung dengan rumusan sebagai berikut: Dimana: K = (BK - KR) + (CK akhir - CK awal) K BK = beban klaim neto = beban klaim bruto (termasuk biaya adjuster)

28 40 KR CK awal CK akhir = klaim reasuransi = cadangan klaim awal tahun = cadangan klaim akhir tahun Rasio yang dapat dipergunakan yaitu rasio beban klaim neto terhadap pendapatan premi neto. Rasio ini menggambaran pengalaman klaim (loss ratio) yang terjadi pada perusahaan asuransi dan menunjukkan kualitas usaha perusahaan asuransi untuk melakukan manajemen risiko terhadap semua risiko yang sedang ditanggung. Rasio ini dihitung dengan rumus: Beban Klaim Neto Rasio Beban Klaim Neto = x 100% Pendapatan Premi Neto Definisi Investasi Menurut Sula (2004), investasi adalah menanamkan atau menempatkan aset, baik berupa harta maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya di masa mendatang. Sedangkan investasi keuangan adalah menanamkan dana pada suatu surat berharga yang diharapkan akan meningkat nilainya di masa mendatang. Kemudian, menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accreation of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti, deviden dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan

29 41 perdagangan. Lalu, Martono (2005) juga menyatakan bahwa investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan kedalam suatu aset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan di masa yang akan datang. Dhaniati (2011) mengatakan bahwa investasi adalah penanaman uang untuk tujuan memperoleh keuntungan. Sedangkan hasil investasi pada dasarnya adalah penghasilan dari portofolio investasi aktiva perusahaan asuransi. Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi perusahaan asuransi untuk melakukan investasi atas aset-aset yang ada untuk mencukupi kebutuhan akan dana yang dikelola. Sebagian besar perusahaan asuransi mengandalkan hasil investasinya untuk menutupi kekurangan akan tarif premi yang diberikan kepada tertanggung. Rasio yang dapat digunakan untuk melihat kinerja hasil investasi adalah rasio antara hasil investasi dengan ekuitas sebab dana untuk melakukan investasi diambil dari ekuitas perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: Hasil Investasi Rasio Hasil Investasi = x 100% Ekuitas Aset yang Diperkenankan dalam Bentuk Investasi pada Perusahaan Asuransi Aset yang diperkenankan dalam bentuk investasi untuk perusahaan asuransi tercantum pada pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53/PMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, yaitu sebagai berikut:

30 42 a. Deposito berjangka pada Bank, termasuk deposit on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 (satu) bulan; b. Sertifikat deposito yang tidak dapat diperdagangkan (non negotiable certificate deposit) pada Bank; c. Saham yang diperdagangkan di bursa efek; d. Surat utang korporasi; e. Sukuk korporasi; f. Surat berharga yang diterbitkan oleh Negara Republik Indonesia; g. Surat berharga yang diterbitkan oleh negara selain Negara Republik Indonesia; h. Surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia; i. Surat berharga yang diterbitkan oleh lembaga multinasional yang Negara Republik Indonesia menjadi salah satu anggota atau pemegang sahamnya; j. Reksa dana; k. Efek beragun aset yang diterbitkan berdasarkan kontrak investasi kolektif efek beragun aset; l. Dana investasi real estate; m. Penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek);

31 43 n. Bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk investasi; o. Pembiayaan melalui mekanisme kerja sama dengan pihak lain dalam bentuk pembelian piutang (refinancing); p. Emas murni; dan/atau q. Pinjaman yang dijamin dengan hak tanggungan Beban Usaha Beban adalah berkurangnya nilai aktiva atau bertambahnya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak berhubungan dengan penarikan modal dan pembagian laba kepada penanam modal. Beban usaha adalah beban-beban yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan aktivitas usaha pokok perusahaan, yang termasuk beban usaha antara lain : (1) Harga Pokok Penjualan (2) Beban Penjualan = gaji pegawai, beban iklan, (3) Beban Administrasi = beban perlengkapan kantor, beban penyusutan gedung, beban peralatan kantor. Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur efektifitas jumlah beban usaha adalah rasio antara jumlah beban usaha dengan pendapatan premi neto. Dari rasio ini

32 44 akan dapat diketahui seberapa efektif beban usaha yang telah dikeluarkan untuk mendapatkan premi. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: Jumlah Beban Usaha Rasio Jumlah Beban Usaha = x 100% Pendapatan Premi Neto Definisi Laba Pengertian laba menurut Suwardjono (2008) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan di atas biaya (biaya total yang melekat kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa). Dalam situs Wikipedia, laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara yaitu laba dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan diantara keduanya adalah dalam hal pendefinisian biaya Fokus utama laporan keuangan adalah pertumbuhan laba. Laba merupakan hasil operasi suatu perusahaan dalam satu periode akuntansi. Informasi laba ini sangat berguna bagi pemilik dan investor. Laba yang mengalami peningkatan merupakan kabar baik bagi investor, sedangkan laba yang mengalami penurunan merupakan kabar buruk bagi investor (Wijayanti, 2005).

33 45 Laba (rugi) komprehensif dalam perusahaan asuransi umum adalah laba setelah pajak dikurangi dengan pendapatan komprehensif lain setelah pajak misalnya, selisih kurs penjabaran laporan keuangan dalam valuta asing, aset keuangan tersedia untuk dijual, keuntungan revaluasi aset tetap, bagian pendapatan komprehensif lain entitas asosiasi dan sebagainya. Menurut Ketua Dewan Juri Insurance Award 2014 sekaligus Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Ahmad Fauzie Darwis menjelaskan bahwa pertumbuhan laba komprehensif menunjukkan persistensi laba, yang sangat penting untuk pengambilan keputusan bagi stakeholder. Persistensi laba adalah laba yang dapat mencerminkan keberlanjutan laba (sustainable earning). Untuk melihat kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba, dapat digunakan rasio antara laba (rugi) komprehensif dengan ekuitas. Rasio ini dapat menggambarkan efektifitas kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan ekuitas yang tersedia. Rasio ini dapat dihitung menggunakan rumus: Laba (Rugi) Komprehensif Rasio Laba (Rugi) Komprehensif = x 100% Ekuitas

34 Penelitian Terdahulu Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Hasil Sabrina Analisis Pengaruh Independen Pendapatan premi dan Hawarin Pendapatan Premi Pendapatan Premi hasil investasi (2013) dan Hasil Investasi Hasil investasi berpengaruh signifikan terhadap Laba Dependen terhadap laba perusahaan Perusahaan Asuransi Umum di Laba perusahaan asuransi umum. Indonesia Tahun M. Agung Ali Fikri (2009) Pengaruh Premi, Klaim, Hasil Investasi, dan Underwriting Terhadap Laba Asuransi Jiwa (Studi Kasus : PT Asuransi Syariah Mubarakah) Independen Premi, Klaim, Hasil investasi, Underwriting Dependen Laba perusahaan Peningkatan laba perusahaan asuransi jiwa syariah dipengaruhi secara positif oleh hasil underwriting dan hasil investasi sedangkan variabel premi dan klaim memberikan nilai negatif Dian Astria (2009) Analisis Faktor- Faktor yang Memengaruhi Laba PT Asuransi Takaful Keluarga Independen Pendapatan premi, Hasil investasi, Beban klaim, Beban operasional, Dependen Perolehan laba Pendapatan premi dan hasil investasi berpengaruh positif. Sedangkan beban klaim dan beban operasional berpengaruh negatif. Berdasarkan hasil analisis, krisis moneter 1997 berpengaruh negatif terhadap laba yang diperoleh perusahaan dibanding sebelum krisis. Sumber : Data yang diolah penulis (2015)

35 Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran ini merupakan sintesis dari tinjauan teori dan tinjauan penelitian terdahulu serta alasan-alasan logis. Dalam penelitian ini lebih difokuskan pada kondisi pendapatan premi neto, beban klaim neto, jumlah beban usaha, hasil investasi dan laba (rugi) komprehensif, Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh pendapatan premi neto, beban klaim neto, jumlah beban usaha dan hasil investasi terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum. Hubungan atau keterkaitan antar variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: Pendapatan Premi Neto Ha 2 Beban Klaim Neto Jumlah Beban Usaha Ha 3 Ha 4 Laba (Rugi) Komprehensif Hasil Investasi Ha 5 Ha 1 Gambar 2.2 Rerangka Pemikiran

36 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan pada bab I dan rerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Ha 1 : Pendapatan premi neto, beban klaim neto, jumlah beban usaha dan hasil investasi secara simultan berpengaruh terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum 2) Ha 2 : Pendapatan premi neto berpengaruh terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum. 3) Ha 3 : Beban klaim neto berpengaruh terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum. 4) Ha 4 : Jumlah beban usaha berpengaruh terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum. 5) Ha 5 : Hasil investasi berpengaruh terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum.

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme asuransi atau pertanggungan. Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme asuransi atau pertanggungan. Undang-Undang Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Manusia selalu dihadapkan dengan berbagai risiko dalam kehidupan sehari-hari, seperti risiko

Lebih terperinci

PENETAPAN TARIF PREMI PADA LINI USAHA ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014

PENETAPAN TARIF PREMI PADA LINI USAHA ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014 PENETAPAN TARIF PREMI PADA LINI USAHA ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014 I. KETENTUAN UMUM 1. Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PT ASABRI (PERSERO) Per / Bulan... Tahun... (Alamat Perusahaan)

LAPORAN BULANAN PT ASABRI (PERSERO) Per / Bulan... Tahun... (Alamat Perusahaan) K e p a d a Yth. Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktorat Pengawasan Perasuransian Gedung Sumitro Djojohadikusumo, Lantai 14 Jl. Lapangan Banteng Timur 1-4 Jakarta - 10710 LAPORAN BULANAN PT ASABRI (PERSERO)

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PT ASKES (PERSERO) Per./ Bulan. Tahun.. (Alamat Perusahaan)

LAPORAN BULANAN PT ASKES (PERSERO) Per./ Bulan. Tahun.. (Alamat Perusahaan) K e p a d a Yth. Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktorat Pengawasan Perasuransian Gedung Sumitro Djojohadikusumo, Lantai 14 Jl. Lapangan Banteng Timur 1-4 Jakarta - 10710 LAPORAN BULANAN PT ASKES (PERSERO)

Lebih terperinci

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan III 2016 dan Per Tahun 2015

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan III 2016 dan Per Tahun 2015 Lampiran IIISEOJK Nomor: 2/SEOJK.05/2013Tanggal: 27 Agustus 2013Halaman 1 Uraian PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Rincian Saldo SAK Saldo SAP Saldo SAK Saldo SAP (4) (5)

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2017 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2017 TENTANG Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Reasuransi; di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG DASAR PENILAIAN ASET YANG DIPERKENANKAN DALAM BENTUK

Lebih terperinci

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank Lampiran IIISEOJK Nomor: 2/SEOJK.05/2013Tanggal: 27 Agustus 2013Halaman 1 PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Uraian Rincian Tahun 2015 Tahun 2016 Saldo SAK Saldo SAP Saldo

Lebih terperinci

, , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

, , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank Lampiran IIISEOJK Nomor: 2/SEOJK.05/2013Tanggal: 27 Agustus 2013Halaman 1 Uraian PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Rincian 2016 2015 Saldo SAK Saldo SAP Saldo SAK Saldo

Lebih terperinci

RENCANA KORPORASI PERUSAHAAN ASURANSI UMUM/PERUSAHAAN REASURANSI/PERUSAHAAN ASURANSI JIWA 1 Tahun...2 PT. XYZ. (alamat perusahaan) - 2 -

RENCANA KORPORASI PERUSAHAAN ASURANSI UMUM/PERUSAHAAN REASURANSI/PERUSAHAAN ASURANSI JIWA 1 Tahun...2 PT. XYZ. (alamat perusahaan) - 2 - LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.05/2014 TENTANG RENCANA KORPORASI DAN RENCANA BISNIS PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI, DAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

Triwulan IV , , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

Triwulan IV , , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank Lampiran IIISEOJK Nomor: 2/SEOJK.05/2013Tanggal: 27 Agustus 2013Halaman 1 Uraian PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Rincian Triwulan IV 2015 Saldo SAK Saldo SAP Saldo SAK

Lebih terperinci

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan II 2016 dan Per Tahun 2015

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan II 2016 dan Per Tahun 2015 Lampiran IIISEOJK Nomor: 2/SEOJK.05/2013Tanggal: 27 Agustus 2013Halaman 1 Uraian PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Rincian Triwulan II 2016 Tahun 2015 Saldo SAK Saldo SAP

Lebih terperinci

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan I 2016 dan Per Tahun 2015

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan I 2016 dan Per Tahun 2015 Lampiran IIISEOJK Nomor: 2/SEOJK.05/2013Tanggal: 27 Agustus 2013Halaman 1 Uraian PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Rincian Triwulan I 2016 Tahun 2015 Saldo SAK Saldo SAP

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Reasuransi; di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG DASAR PENILAIAN ASET YANG DIPERKENANKAN DALAM BENTUK

Lebih terperinci

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank Lampiran IIISEOJK Nomor: 2/SEOJK.05/2013Tanggal: 27 Agustus 2013Halaman 1 Uraian PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Rincian TW II 2017 Tahun 2016 Saldo SAK Saldo SAP Saldo

Lebih terperinci

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank Lampiran IIISEOJK Nomor: 2/SEOJK.05/2013Tanggal: 27 Agustus 2013Halaman 1 Uraian PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Rincian TW I 2017 Tahun 2016 Saldo SAK Saldo SAP Saldo

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /SEOJK.05/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /SEOJK.05/2017 Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Reasuransi, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /SEOJK.05/2017 TENTANG DASAR PENILAIAN ASET DALAM BENTUK INVESTASI

Lebih terperinci

RENCANA KORPORASI PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / PERUSAHAAN REASURANSI / PERUSAHAAN ASURANSI JIWA 1 Tahun 2

RENCANA KORPORASI PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / PERUSAHAAN REASURANSI / PERUSAHAAN ASURANSI JIWA 1 Tahun 2 Lampiran 7 Surat Edaran OJK Nomor.. Tanggal RENCANA KORPORASI PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / PERUSAHAAN REASURANSI / PERUSAHAAN ASURANSI JIWA 1 Tahun 2 PT. XYZ (alamat perusahaan) ¹ Tulis salah satu sesuai

Lebih terperinci

TENTANG PENETAPAN TARIF PREMI ATAU KONTRIBUSI PADA LINI USAHA ASURANSI HARTA BENDA DAN ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2016

TENTANG PENETAPAN TARIF PREMI ATAU KONTRIBUSI PADA LINI USAHA ASURANSI HARTA BENDA DAN ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2016 LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR TENTANG /SEOJK.05/2016 PENETAPAN TARIF PREMI ATAU KONTRIBUSI PADA LINI USAHA ASURANSI HARTA BENDA DAN ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2016 - 1 -

Lebih terperinci

Rin cia n , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

Rin cia n , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank Lampiran IIISEOJK Nomor: 2/SEOJK.05/2013Tanggal: 27 Agustus 2013Halaman 1 PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Uraian Rin cia n Triwulan III Triwulan IV Saldo SAK Saldo SAP

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah; dan 2. Direksi Perusahaan Reasuransi Syariah; di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG DASAR PENILAIAN ASET YANG DIPERKENANKAN

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah; dan 2. Direksi Perusahaan Reasuransi Syariah; di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG DASAR PENILAIAN ASET YANG DIPERKENANKAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Rin cian , , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau Bank

Rin cian , , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau Bank Halaman 1 PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Uraian Rin cian Saldo SAK Saldo SAP Saldo SAK Saldo SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) ASET Investasi Deposito Berjangka dan Sertifikat

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Desember 2013/ Triwulan IV Tahun 2013 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Desember 2013/ Triwulan IV Tahun 2013 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA Halaman i K e p a d a Yth. Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktorat Pengawasan Perasuransian Gedung Sumitro Djojohadikusumo, Lantai 14 Jl. Lapangan Banteng Timur 1-4 Jakarta - 10710 LAPORAN KEUANGAN / REASURANSI

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Maret 2014/ Triwulan I Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Maret 2014/ Triwulan I Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA Halaman i K e p a d a Yth. Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktorat Pengawasan Perasuransian Gedung Sumitro Djojohadikusumo, Lantai 14 Jl. Lapangan Banteng Timur 1-4 Jakarta - 10710 LAPORAN KEUANGAN / REASURANSI

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 Juni 2014/ Triwulan II Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 Juni 2014/ Triwulan II Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA Halaman i K e p a d a Yth. Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktorat Pengawasan Perasuransian Gedung Sumitro Djojohadikusumo, Lantai 14 Jl. Lapangan Banteng Timur 1-4 Jakarta - 10710 LAPORAN KEUANGAN / REASURANSI

Lebih terperinci

Rin cia n , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

Rin cia n , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank Halaman 1 PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Uraian Rin cia n Triwulan II Triwulan IV Saldo SAK Saldo SAP Saldo SAK Saldo SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) ASET Investasi Deposito

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PMK.010/2012 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PMK.010/2012 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PMK.010/2012 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /SEOJK.05/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /SEOJK.05/2017 Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah; 2. Direksi Perusahaan Reasuransi Syariah; 3. Direksi Perusahaan Asuransi yang Memiliki Unit Syariah; dan 4. Direksi Perusahaan Reasuransi yang Memiliki Unit

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 September 2014/ Triwulan III Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 September 2014/ Triwulan III Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA Halaman i K e p a d a Yth. Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktorat Pengawasan Perasuransian Gedung Sumitro Djojohadikusumo, Lantai 14 Jl. Lapangan Banteng Timur 1-4 Jakarta - 10710 LAPORAN KEUANGAN / REASURANSI

Lebih terperinci

Rin cian , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

Rin cian , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank Halaman 1 PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Uraian Rin cian Triwulan I 2015 Triwulan IV 2014 Saldo SAK Saldo SAP Saldo SAK Saldo SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) ASET Investasi

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Maret 2015/ Triwulan I Tahun 2015 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Maret 2015/ Triwulan I Tahun 2015 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA Halaman i K e p a d a Yth. Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktorat Pengawasan Perasuransian Gedung Menara Merdeka, Mailing Room Lantai 12 Jl. Budi Kemuliaan I No.2 Jakarta Pusat - 10710 LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Desember 2015/ Triwulan IV Tahun 2015 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Desember 2015/ Triwulan IV Tahun 2015 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA Halaman i K e p a d a Yth. Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktorat Pengawasan Perasuransian Gedung Menara Merdeka, Mailing Room Lantai 12 Jl. Budi Kemuliaan I No.2 Jakarta Pusat - 10110 LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

(Dalam jutaan Rp.) Februari Tahun Februari Tahun 2016

(Dalam jutaan Rp.) Februari Tahun Februari Tahun 2016 Periode 8 07 Periode 8 06 Laporan Neraca Dana Perusahaan 5 6 7 8 9 0 5 6 7 8 9 0 5 Kekayaan Investasi Deposito Saham Syariah Sukuk/ Obligasi Syariah SBSN Surat Berharga Syariah diterbitkan oleh Bank Indonesia

Lebih terperinci

ASURANSI. Prepared by Ari Raharjo

ASURANSI. Prepared by Ari Raharjo ASURANSI Prepared by Ari Raharjo Email: ariraharjo2013@gmail.com Definisi Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

Lebih terperinci

TENTANG PENETAPAN TARIF PREMI ATAU KONTRIBUSI PADA LINI USAHA ASURANSI HARTA BENDA DAN ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2017

TENTANG PENETAPAN TARIF PREMI ATAU KONTRIBUSI PADA LINI USAHA ASURANSI HARTA BENDA DAN ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2017 LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2017 TENTANG PENETAPAN TARIF PREMI ATAU KONTRIBUSI PADA LINI USAHA ASURANSI HARTA BENDA DAN ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2017 - 1

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Publikasi Bulanan PT Asuransi Syariah Keluarga Indonesia (ASYKI) Asyki Business Center, Jl. RE. Martadinata No. 2D Air Mancur Bogor

Laporan Keuangan Publikasi Bulanan PT Asuransi Syariah Keluarga Indonesia (ASYKI) Asyki Business Center, Jl. RE. Martadinata No. 2D Air Mancur Bogor Laporan Neraca Dana Perusahaan No, 5 6 7 8 9 0 5 6 7 8 9 0 5 Kekayaan Investasi Deposito Saham Syariah Sukuk/ Obligasi Syariah SBSN Surat Berharga Syariah diterbitkan oleh Bank Indonesia Surat Berharga

Lebih terperinci

(Dalam jutaan Rp.) Januari Tahun Desember Tahun 2016

(Dalam jutaan Rp.) Januari Tahun Desember Tahun 2016 Periode 07 Laporan Neraca Dana Perusahaan 5 6 7 8 9 0 5 6 7 8 9 0 5 Kekayaan Investasi Deposito Saham Syariah Sukuk/ Obligasi Syariah SBSN Surat Berharga Syariah diterbitkan oleh Bank Indonesia Surat Berharga

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI SISTEM INFORMASI ASURANSI Materi 1 PENGENALAN ASURANSI Dr. Kartika Sari U niversitas G unadarma Materi 1-1 Pengertian Asuransi Asuransi adalah: Suatu mekanisme pemindahan risiko dari tertanggung (nasabah)

Lebih terperinci

Surat Berharga yang Diterbitkan oleh Bank Indonesia Surat Berharga yang Diterbitkan oleh Lembaga 107 Multinasional

Surat Berharga yang Diterbitkan oleh Bank Indonesia Surat Berharga yang Diterbitkan oleh Lembaga 107 Multinasional Halaman 1 LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per. dan Per. Uraian Rinci an Triwulan Tahun Triwulan Tahun Saldo SAK Saldo SAP Saldo SAK Saldo SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) ASET Investasi Deposito Berjangka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA

PETUNJUK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA Hal. 1 PETUNJUK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA I. UMUM 1. Laporan keuangan ini dibuat khusus untuk kepentingan pembinaan dan pengawasan usaha perasuransian. Untuk itu, bentuk, isi,

Lebih terperinci

RENCANA KORPORASI PERUSAHAAN ASURANSI UMUM/PERUSAHAAN REASURANSI/PERUSAHAAN ASURANSI JIWA YANG MEMILIKI UNIT SYARIAH 1. Tahun... 2 PT.

RENCANA KORPORASI PERUSAHAAN ASURANSI UMUM/PERUSAHAAN REASURANSI/PERUSAHAAN ASURANSI JIWA YANG MEMILIKI UNIT SYARIAH 1. Tahun... 2 PT. LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.05/2014 TENTANG RENCANA KORPORASI DAN RENCANA BISNIS PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI, DAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi LPKJ_1 ASET Investasi Deposito Berjangka Sertifikat Deposito Aset Tetap Lain Aset Lain Jumlah Bukan Investasi JUMLAH ASET LIABILITAS DAN EKUITAS Liabilitas Utang Utang Klaim Utang Koasuransi Utang Reasuransi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,

Lebih terperinci

B. LAPORAN PERHITUNGAN SOLVABILITAS DANA PERUSAHAAN TRIWULAN III 2013 Per 30 September 2013

B. LAPORAN PERHITUNGAN SOLVABILITAS DANA PERUSAHAAN TRIWULAN III 2013 Per 30 September 2013 K e p a d a Yth. OTORITAS JASA KEUANGAN U.P. Direktorat IKNB Syariah Gedung Sumitro Djojohadikusumo Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta - 10710 B. LAPORAN PERHITUNGAN SOLVABILITAS TRIWULAN III

Lebih terperinci

B. LAPORAN PERHITUNGAN SOLVABILITAS DANA PERUSAHAAN TRIWULAN II Per 30 JUNI 2014

B. LAPORAN PERHITUNGAN SOLVABILITAS DANA PERUSAHAAN TRIWULAN II Per 30 JUNI 2014 K e p a d a Yth. OTORITAS JASA KEUANGAN U.P. Direktorat IKNB Syariah Gedung Sumitro Djojohadikusumo Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta - 10710 B. LAPORAN PERHITUNGAN SOLVABILITAS TRIWULAN II

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai

Lebih terperinci

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIIITahun 2017

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIIITahun 2017 LPKJ_1 ASET Investasi Deposito Berjangka Sertifikat Deposito Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi Gabungan Saldo SAK Saldo SAP Saldo SAK Saldo SAP Saldo SAK Saldo SAP Saldo SAK Saldo SAP 6,442,004.77

Lebih terperinci

PERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/

PERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/ PERUSAHAAN ASURANSI 1. PENGERTIAN USAHA DAN KARAKTERISTIK ASURANSI Definisi (UU no. 2 tahun 1992) Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan nama penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Asuransi Kerugian Dalam perkembangan dunia usaha tidak seorang pun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang secara tepat, setiap ramalan

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI YANG MENYELENGGARAKAN SELURUH USAHANYA DENGAN PRINSIP SYARIAH

Lebih terperinci

Surat Berharga yang Diterbitkan oleh Bank Indonesia Surat Berharga yang Diterbitkan oleh Lembaga 107 Multinasional

Surat Berharga yang Diterbitkan oleh Bank Indonesia Surat Berharga yang Diterbitkan oleh Lembaga 107 Multinasional Halaman 1 LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per. dan Per. Uraian Rin cia n Triwulan Tahun Triwulan Tahun Saldo SAK Saldo SAP Saldo SAK Saldo SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) ASET Investasi Deposito

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi Umum; dan 2. Direksi Perusahan Asuransi Umum Syariah, di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG PENETAPAN TARIF PREMI ATAU KONTRIBUSI

Lebih terperinci

B. LAPORAN PERHITUNGAN SOLVABILITAS DANA PERUSAHAAN TRIWULAN I Per 31 MARET 2015

B. LAPORAN PERHITUNGAN SOLVABILITAS DANA PERUSAHAAN TRIWULAN I Per 31 MARET 2015 K e p a d a Yth. OTORITAS JASA KEUANGAN U.P. Direktorat IKNB Syariah Gedung Menara Merdeka (OJK) Mailing Room Lantai 12 Jalan Budi Kemuliaan I No.2 Jakarta Pusat B. LAPORAN PERHITUNGAN SOLVABILITAS TRIWULAN

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 21/SEOJK.05/2015 TENTANG

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 21/SEOJK.05/2015 TENTANG Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi Umum; dan 2. Direksi Perusahan Asuransi Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 21/SEOJK.05/2015 TENTANG PENETAPAN TARIF PREMI ATAU

Lebih terperinci

PENETAPAN TARIF PREMI PADA RISIKO KHUSUS BANJIR UNTUK LINI USAHA ASURANSI HARTA BENDA DAN ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014

PENETAPAN TARIF PREMI PADA RISIKO KHUSUS BANJIR UNTUK LINI USAHA ASURANSI HARTA BENDA DAN ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014 PENETAPAN TARIF PREMI PADA RISIKO KHUSUS BANJIR UNTUK LINI USAHA ASURANSI HARTA BENDA DAN ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014 I. KETENTUAN UMUM 1. Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.337, 2014 EKONOMI. Asuransi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5618). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN DAN PERUSAHAAN REASURANSI

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN DAN PERUSAHAAN REASURANSI LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN DAN PERUSAHAAN REASURANSI YANG MENYELENGGARAKAN SELURUH USAHANYA DENGAN PRINSIP

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Metode Pengakuan Pendapatan. menggunakan metode accrual basis dimana sumber utama dari

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Metode Pengakuan Pendapatan. menggunakan metode accrual basis dimana sumber utama dari 1 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Metode Pengakuan Pendapatan Kebijakan yang diterapkan oleh PT. Prudential Life Assurance dalam metode pengakuan pendapatan dan beban perusahaan yaitu

Lebih terperinci

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi LPKJ_1 ASET Investasi Deposito Berjangka Sertifikat Deposito Saham Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi Gabungan Saldo SAK Saldo

Lebih terperinci

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIV Tahun 2017 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIV Tahun 2017 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi LPKJ_1 ASET Investasi Deposito Berjangka Sertifikat Deposito Aset Tetap Lain Aset Lain Jumlah Bukan Investasi JUMLAH ASET LIABILITAS DAN EKUITAS Liabilitas Utang Utang Klaim Utang Koasuransi Utang Reasuransi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.05/2016 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk mengatur bagaimana perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

RENCANA BISNIS PERUSAHAAN ASURANSI UMUM/ PERUSAHAAN REASURANSI / PERUSAHAAN ASURANSI JIWA 1 Tahun... 2 PT. XYZ. (alamat perusahaan) - 2 -

RENCANA BISNIS PERUSAHAAN ASURANSI UMUM/ PERUSAHAAN REASURANSI / PERUSAHAAN ASURANSI JIWA 1 Tahun... 2 PT. XYZ. (alamat perusahaan) - 2 - LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.05/2014 TENTANG RENCANA KORPORASI DAN RENCANA BISNIS PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI, DAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PT TASPEN (PERSERO) Per./ Bulan. Tahun.. (Alamat Perusahaan)

LAPORAN BULANAN PT TASPEN (PERSERO) Per./ Bulan. Tahun.. (Alamat Perusahaan) K e p a d a Yth. Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktorat Pengawasan Perasuransian Gedung Sumitro Djojohadikusumo, Lantai 14 Jl. Lapangan Banteng Timur 1-4 Jakarta - 10710 LAPORAN BULANAN PT TASPEN (PERSERO)

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 72 /POJK.05/2016 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

Lebih terperinci

2009 Catatan Piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa d,2g,

2009 Catatan Piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa d,2g, Neraca Konsolidasi 30 Juni 2009 dan 2008 ASET 2009 Catatan 2008 Investasi 2f,3 Deposito berjangka 147.379.881.024 2c,31 111.631.639.513 Obligasi dimiliki hingga jatuh tempo 4.000.000.000 1.000.000.000

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi, BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Seperti yang kita ketahui sebelumnya konvergensi IFRS hanya terdapat dua Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pola kehidupan manusia yang semakin maju pada saat ini akan mempengaruhi risiko yang akan terjadi pada kehidupan manusia itu sendiri. Risiko-risiko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Analisis Pengertian analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Yuniarsih dan Suwatno (2008:98) adalah: Analisis adalah penguraian suatu pokok atas

Lebih terperinci

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA INVESTASI PESERTA I. NERACA A. GABUNGAN SEMUA AKAD Per 30 September 2014 dan Triwulan II 2014

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA INVESTASI PESERTA I. NERACA A. GABUNGAN SEMUA AKAD Per 30 September 2014 dan Triwulan II 2014 PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA INVESTASI PESERTA I. NERACA A. GABUNGAN SEMUA AKAD Per 30 September 2014 dan Triwulan II 2014 No. URAIAN RINCIAN Triwulan III Triwulan II SAK SAP SAK SAP (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana untuk melakukan ekspansi, memperbaiki struktur modal, meluncurkan produk baru atau untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Umum Asuransi Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari kata Assurandeur yang berarti penanggung dan Geassurreerde

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Asuransi Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi. Dimana secara sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Hasil akhir dari proses pencatatan akuntansi disebut dengan laporan keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Manfaat Manajemen Keuangan Dalam Perusahaan. Manajemen Keuangan merupakan salah satu fungsi yang penting (strategik) bagi keberhasilan perusahaan. Hampir semua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 SAK merupakan pedoman pokok dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan, dana pensiun dan unit ekonomi lainnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Asuransi merupakan salah satu alternatif untuk mengalihkan dan mengendalikan risiko finansial dari hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh kar

PENDAHULUAN Asuransi merupakan salah satu alternatif untuk mengalihkan dan mengendalikan risiko finansial dari hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh kar ANALISIS PENGARUH RBC, RASIO UNDERWRITING, RASIO HASIL INVESTASI, RASIO PENERIMAAN PREMI, DAN RASIO BEBAN KLAIM TERHADAP LABA PERUSAHAAN ASURANSI (Studi Kasus Pada 9 Perusahaan Asuransi Kerugian Yang Terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian bisa

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap aspek kehidupan manusia yang menjadi kepentingan tidaklah selalu berada dalam keadaan aman, namun seringkali dikelilingi oleh berbagai macam bahaya yang

Lebih terperinci

Umum. I. KETENTUAN UMUM 1. Perusahaan adalah perusahaan asuransi,

Umum. I. KETENTUAN UMUM 1. Perusahaan adalah perusahaan asuransi, Umum Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Direksi Perusahaan Reasuransi; 4. Direksi Perusahaan Reasuransi Syariah; dan 5. Tim Likuidasi Perusahaan Asuransi dan

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin pemenuhan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/ TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALANG REASURANSI, DAN PERUSAHAAN PENILAI KERUGIAN ASURANSI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.05/2016 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.05/2016 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.05/2016 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA BISNIS PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / PERUSAHAAN REASURANSI / PERUSAHAAN ASURANSI JIWA YANG MEMILIKI UNIT SYARIAH 1 Tahun... 2 PT.

RENCANA BISNIS PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / PERUSAHAAN REASURANSI / PERUSAHAAN ASURANSI JIWA YANG MEMILIKI UNIT SYARIAH 1 Tahun... 2 PT. LAMPIRAN VI SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.05/2014 TENTANG RENCANA KORPORASI DAN RENCANA BISNIS PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI, DAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada laporan akuntansi DPLK AIAF, periode akuntasi (tahun buku) adalah 1 Januari sampai dengan 31 Desember. A. Jurnal Pencatatan Akuntansi Dana Pensiun Pencatatan Transaksi

Lebih terperinci

RENCANA BISNIS PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / PERUSAHAAN REASURANSI / PERUSAHAAN ASURANSI JIWA 1 Tahun 2. PT. XYZ (alamat perusahaan)

RENCANA BISNIS PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / PERUSAHAAN REASURANSI / PERUSAHAAN ASURANSI JIWA 1 Tahun 2. PT. XYZ (alamat perusahaan) Lampiran 16 Surat Edaran OJK Nomor.. Tanggal RENCANA BISNIS PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / PERUSAHAAN REASURANSI / PERUSAHAAN ASURANSI JIWA 1 Tahun 2 PT. XYZ (alamat perusahaan) ¹ Tulis salah satu sesuai bidang

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.05/2016 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.05/2016 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2016 TENTANG PROSEDUR DAN TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF DI BIDANG PERASURANSIAN DAN PEMBLOKIRAN KEKAYAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin pemenuhan

Lebih terperinci

Asuransi Jiwa

Asuransi Jiwa Bab 1: Pengantar Asuransi Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Asuransi Jiwa Asuransi Jiwa Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian risiko yang berupa perjanjian antara nasabah asuransi

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA Yth. Direksi Perusahaan Modal Ventura di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA Sesuai dengan amanat ketentuan Pasal

Lebih terperinci

- 2 - b. kualitas piutang pembiayaan; c. rentabilitas; dan d. likuiditas.

- 2 - b. kualitas piutang pembiayaan; c. rentabilitas; dan d. likuiditas. Yth. Direksi Perusahaan Pembiayaan di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN Sesuai dengan amanat ketentuan

Lebih terperinci