BAB III PEMBAHASAN 3.1 PROSES PENJERNIHAN. Proses instalasi air minum terdiri dari: Penyediaan Air Baku Sarana Penyadap Air

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMBAHASAN 3.1 PROSES PENJERNIHAN. Proses instalasi air minum terdiri dari: Penyediaan Air Baku Sarana Penyadap Air"

Transkripsi

1 BAB III PEMBAHASAN Sumber air dalam sistem peyediaan air merupakan suatu komponen yang mutlak harus ada, karena tanpa sumber air sistem penyediaan air tidak akan berfungsi. Berdasarkan daur hidrologi, di alam ada berapa jenis sumber air dimana masingmasing mempunyai karakteristik yang spesifik. Dengan mengetahui karakteristik masing-masing sumber air serta faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik sumber air tersebut, diharapkan dapat membantu didalam pamilihan air baku untuk penyediaan air bersih, serta mempermudah langkah selanjutnya didalam pemilihan tipe dari pengolahan untuk menghasilkan air yang memenuhi persyaratan kualitas secara Fisik, Kimia, dan Bakteriologie dan terpenuhinya faktor 3K (Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas). 3.1 PROSES PENJERNIHAN Proses instalasi air minum terdiri dari: Penyediaan Air Baku Sarana Penyadap Air Proses Koagulasi Flokulasi Proses Sedimentasi 13

2 3.1.5 Proses Filterasi Proses Stabilisasi Proses Desinfeksi Air Baku Air baku pada instalasi waduk darma merupakan jenis air danau yang secara kuantitas sangat tergantung pada debit sumber air asal, luas dan sifat daerah tangkapan, presipitasi dan infiltrasi air ke dalam tanah dan secara kualitas atau sifat yaitu komposisi zat-zat tergantung dari asal zat dan kekeruhan dapat berubah tergantung pada musim, akibat adanya stratifikasi atau lapisan-lapisan yang disebabkan oleh perbedaan temperatur pada kedalaman air serta keadaan air yang relatif diam, meungkinkan proses fotosintesis berjalan dengan baik, sehingga mengakibatkan air pada permukaan banyak ditumbuhi lumut. Air baku tersebut dalam proses penjernihan ditangkap melalui sarana penyadap air (intace) Sarana Penyadap Air Sarana penyadap air adalah merupakan bagian terpenting dari seluruh sistem penyediaan air bersih sebab apabila bagian ini tidak berfungsi, maka keseluruhan sistem tidak dapat berfungsi. Fungsi dari sarana penyadap air adalah penyediaan air baku secara terus menerus untuk memenuhi 3 faktor pentiong yang harus dipenuhi oleh sistem penyediaan air yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Sarana penyadap air terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu: Kontruksi a. Bangunan Penyadap Air 14

3 b. Bak Pengumpul c. Stasiun Rumah Pompa Mekanik a. Pompa b. Pipa Transmisi Elektrik a. Sumber Daya Listrik b. Panel Air baku yang ditangkap melalui bangunan penyadap dialirkan melalui bangunan instalasi pengolahan dengan melalui proses koagulasi dan proses flokulasi Proses Koagulasi Flokulasi (Unit Pengaduk Cepat dan Lambat) Fungsi Pengaduk Cepat Pegadukan cepat pada proses koagulasi adalah penting untuk mendistribusikan segera koagulan secara merata kedalam air. Kotak pertama koagulan dengan air adalah periode waktu yang sangat kritis dari seluruh proses koagulasi, disebabkan oleh reaksi koagulan dengan air (reaksi hidrolisa) hanya terjadi dalam beberapa detik, oleh karena itu penyebaran koagulan harus dilakukan dengan cepat dengan tujuan destabilisasi muatan negatif partikel, oleh karena itu diperlukan pengadukan cepat sehingga koagulan yang dibutuhkan dapat menyebar secara merata dalam waktu yang singkat Fungsi Pengaduk Lambat Bahwa unit pengaduk lambat atau bisa disebut flokulator, berfungsi sebagai tempat dimana flok tumbuh menjadi ukuran yang lebih besar dan efektif untuk diendapkan pada unit sedimentasi, pada unit ini kecepatan waktu kontak antar flok memegang peranan penting. 15

4 Setelah air melalui proses koagulasi flokulasi (pengaduk lambat pengaduk cepat) dialirkan melalui sistem sedimentasi Proses Sedimentasi Tujuan dan Sasaran Tujuan proses sedimentasi (pengendapan) ini adalah pemisah air dan suspensi dimana air menjadi bentuk yang lebih jernih dan suspensi menjadi larutan menjadi yang lebih pekat Pengertian Sedimentasi Sedimentasi dan Flotasi adalah suatu proses penjernihan air, dimana air yang akan diolah berada pada suatu bak pada periode waktu yang dipertimbangkan. Proses sedimentasi adalah proses penghilangan sebagian besar padatan yang terkandung daloam air dengan pengendapan secara gravitasi dan dalam waktu tertentu. Dengan area panampang melintang pada unit sedimentasi, kecepatan aliran dirancang rendah, menimbulkan kondisi tanpa gerak, oleh itu pengaruh gaya gravitasi, partikel dengan densitas (berat jenis) lebih besar dari densitas cairan sekelilingnya akan bergerak ke bawah (mengendap) sedangkan partikel dengan densitas yang lebih kecil akan bergerak ke atas (flotasi). Dengan pengertian ini air baku akan bertahan baik pada lapisan busa dipermukaan atau pada lapisan endapan pada dasar bak. Pada akhirnya air meninggalkan bak ini berada dalam kondisi jernih. Air yang sudah melalui proses sedimentasi, maka air yang jernih akan masuk pada proses filterasi Filterasi Flitrasi Flitrasi dalam sistem pengolahan air bersih adalah proses penghilangan partikelpartikel/flok-flok halus yang lolos dari unit sedimentasi, dimana partikelpartikel/flok-flok tersebut akan tertahan pada media penyaring selama air melewati media tersebut. 16

5 Filter (Penyaring) Penyaring terdiri dari bak penyaring, media penyaring dan perlengkapan lain untuk operasional penyaringan Media Filter (Media Penyaring) Media filter adalah bahan yang digunakan untuk filtrasi dan merupakan bagian dari filter yang menyebabkan efek filtrasi. Media filter terdir dari material yang mengisi atau yang tersusun didalam filter, dimana media filter dipasang diantara aliran masuk (inlet) dan aliran keluar (outlet). Supaya air dapat melewati media filter, maka filter harus mempunyai sistem pori terbuka. Sistem pori itu disebut sebagai permukaan luar media filter. Sebagian dari pori-pori media filter diisi dengan air tidak mengalir, dimana bagian itu disebut permukaan dalam Lapisan Media Filter Semua partikel dan butiran yang ada didalam satu lapisan media filter tertentu dan berat jenis atau kerapatan tertentu disebut sebagai lapisan media filter. Komposisi Bidang Penyaring: - Antrasit : 0,6 s/d 1,6 mm dengan berat jenis 1,5 - Pasir Silika : 0,6 s/d 0,8 mm dengan berat jenis 2,6 - Kerikil : 2 s/d 3 mm dan 5 s/d 7 mm. Setelah air melewati proses filterasi dialirkan ke proses stabilisasi atau netralisasi Proses Stabilisasi Pengertian Stabilisasi/Netralisasi Adalah air yang diolah ditetapkan dari apakah air tersebut tersifat korosif atau membentuk kerak, dimana keadaan ini tergantungkepada karakteristik-karakteristik 17

6 kimiawi. Masalah-masalah yang ditimbulkan dari air yang tidak stabil tergantung kepada berbagai faktor material yang terlibat, karakteristik-karakteristik kimiawi dan biologis air serta karakteristik elektrik material dan lingkungannya. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan secara kompleks seperti halnya proses korosi atau penggerakan. Karakteristik-karakteristik tersebut perlu dimengerti untuk mengontrol stabilitas dan untuk memahami prinsip-prinsip dasar korosi dan pembentukan kerak untuk memudahkan pemilihan metode stabilisasi Tujuan dan Sasaran Tujuan proses stabilisasi adalah untuk mengontrol kecenderungan air bersih korosif atau membentuk kerak, sebelum air tersebut masuk ke jaringan pipa distribusi, untuk menghindari masalah-masalah yang ditimbulkannya. Air yang didistribusikan kalau tidak stabil akan menyebabkan masalah yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat, estetika dan ekonomi Prinsip Prinsip proses stabilisasi pada sistem penyediaan air bersih adalah upaya pencegahan korosi dan pencegahaan pergerakan pada perlengkapan instansi dan jaringan distribusi. Stabilisasi air yang diolah tergantung dari beberapa karakteristik kimiawi baik pada proses korosi maupun pembentukan kerak. Air setelah melalui proses stabilisasi dibubuhi bahan kimia kaporit Proses Desinfeksi Prinsip Kerja Mengalirkan larutan kaporit dengan debit tertentu dari tangki pembubuh yang diletakan pada tempat yang lebih tinggi ke titik pembubuhan dengan cara gravitasi, yaitu mengandalkan bea tinggi permukaan larutan dalam tangki dengan titik pembubuhan. 18

7 Tujuan/Batasan Melaksanakan sistem pebubuhan kaporit yang spesifik untuk mndapatkan pebubuhan kaporit yang kontinu, akurat sehingga proses klorinasi dapat berlangsung dengan baik dan akurat. Bahan/zat kimia yang diperlukan: - Kalsium hipoklorit (Kaporit) Ca(Ocl)2 Air sudah siap dialirkan ke konsumen dengan air yang berkualitas secara fisika, kimia dan bakteriologik sesuai dengan keputusan mentri kesehatan republik indonesia no: 416/MENKES/PER/IX/ KOMPONEN UTAMA Unit Intake Befungsi untuk menyadap air baku dari sumber untuk dialirkan ke instalasi pengolahan. Perlengkapan dan asesories terdiri dari: Pompa Submersible, Manometer untuk mengukur tekanan pompa, Gate Valve Ø 150mm sebanyak 3 buah, Check Valve Ø 150mm sebanyak 3 buah, serta Reducer Ø 250 x 150mm sebanyak 1 buah, Reducer Ø 150 x 100mm sebanyak 3 buah, Tee y Ø 250 x 150mm sebanyak 2 buah, dan Flexible Joint Bak Koagulasi Berfungsi untuk mencampur air baku dengan koagulan/chemical sehingga terbentuk campuran yang homogen, dimensi bak: Panjang 6,4 meter, lebar 1,2 meter, dam tinggi 2,1 meter Bak Flokulasi Pengadukan lambat berfungsi sebagai penggabungan beberapa partikel koloid yang terdestabilisasi dan membentuk flok yang leih berat dan cepat mengendap dan 19

8 koagulan pada unit koagulasi. Jumlah bak 5 unit berbentuk hexagonal dengan panjang 90 cm dan tinggi 4 meter Bak Pengendap Berjumlah 2 unit bebentuk persegi panjang. Dimana tiap bak pengedap dilengkapi tube settler, gutter, salurang pengumpul dan pipa penguras. Dimesi dari bak: panjang 6 meter, lebar 4,5 meter, dan tinggi 6,5 meter. Dibawah bak pengendap terdapat ruang lumpur/hopper yang berfungsi untuk menampung endapan lumpur Saringan Pasir Cepat (Ravid Send Filter) Berjumlah 5 unit dengan bebentuk persegi panjang dengan dimensi: panjang 3,2 meter, lebar 2,8 meter, dan tinggi 7,55 meter. Berfungsi untuk menyaring flok-flok yang tidak dapat diendapkan pada bak pengendap, terutama flok-flok yang mempunyai berat jenis lebih kecil dari berat jenis air Reservoir Kapasitas 1400 m3 dengan dimensi: panjang 26 meter, lebar 12 meter, dan tinggi 4,4 meter. Berfungsi sebagai tempat untuk menampung air hasil pengolahan dari unit sebelumnya yang telah memenuhi syarat untuk didistribusikan ke daerah pelayan. 3.3 S.O.P. DI INSTALASI PENGOLAHAN AIR WADUK DARMA 1. Cek, koordinasi, pelajari kontrol room dari data petugas sebelumnya. 2. Cek pompa dalam keadaan beroperasi atau tidak, catat data. 3. Apabila dalam keadaan beroperasi: a. Cek perbandingan bahan kimia P.A.C. dengan air dari data petugas sebelumnya, lihat hasil JARTEST, catat data. b. Cek volume campuran bahan kimia P.A.C. dan air ruang kimia, harus dalam keadaan penuh, catat data. 20

9 c. Cek volume campuran bahan kimia P.A.C dan air di instansi pegolahan, harus dalam keadaan peuh, catet data. d. Cek hasil flok di bak flokulator, semakin besar flok sebakin baik kualitas instansi pengolahan air, catet data. e. Cek hasil air di bak settler, harus keadaan jernih, cate data. f. Cek kualitas bak settler, harus dalam keadaan bersih, catet data. g. Cek semua valve inlet dan outle instansi pengolahan, catet data; - Debit cipollety. - Valve flokulator keadaan terbuka disesuaikan keutuhan dan kapasits bak flokulator (penuh). - Valve inlet bak pasir dalam keadaan terbuka penuh. - Valve outlet backwash dalam keadaan tertutup penuh. - Valve outlet bak pasir dalam keadaan terbuka penuh. - Valve inlet instansi pengolahan 1 dan 2 dalam keadaan terbuka penuh. - Valve inlet reservoir dalam keadaan terbuka penuh. - Valve outlet reservoir (valve distribusi) terbuka disesuaikan dengan kebutuhan distribusi air atas koordinasi dari Ka.Sub.Bag.Trandis. h. Cek level reservoir, harus dalam keadaan penuh, catet data. i. Cek debit distribusi air, catet data. j. Lakukan JARTEST, hasil di korelasikan dengan S.O.P. No. 3 point a dan d. k. Catet kesimpulan hasil pengolahan. l. Koordinasi dengan Sub.Bag. Terkait. 4. Apabila dalam kedaan tidak beropeasi: 21

10 a. Lakukan seperti pada S.O.P. No. 3 pada semua point, terkecuali point d dan g. b. Catat kesimpulan hasil pengolahan. 5. Isi Kontrol Room. CATATAN: Lakukan S.O.P. INSTANSI PENGOLAHAN AIR WADUK DARMA pada jam masuk dan jam pulang kerja besama-sama dengan petugas berikutnya untuk koordinasi. 3.4 JAR TEST Jar Test merupakan penententuan dosing zat kimia (PAC) terhadap air baku. Dimana fungsi PAC itu adalah untuk menjernihkan air. Apabila zat kimia PAC dicampur dengan air baku dengan proses koagulasi maka akan terbentuk flok. Semakin banyak flok, semakin bagus kualitas air. Adapun langkah-langkah Jar Test sebagai berikut: - Mengmbil sampel air baku. - Siapkan air mineral. - Ukur ph air baku. - Ukur kekeruhan (NTU) air baku dengan alat pengukur NTU. - Buatlah campuran larutan air mineral dengan zat kimia PAC dengan perbandingan (1 : 10), aduk rata. - Siapkan gelas kimia 4 buah dengan diisi air baku masing-masing 1000 ml. - Masing-masing gelas isikan larutan tersebut dengan beda 10 ml. (gelas 1 = 10 ml, gelas 2 = 20 ml, gelas 3 = 30 ml, gelas 4 = 40 ml). - Kemudian aduk dengan alat pengaduk kimia dengan putaran 120 rpm/5 menit, 90 rpm/5 menit, 60 rpm/5 menit. - Kemudian endapkan selama 30 menit. - Setelah diendapkan ukurlah ph dan NTU nya. - Ambil ph dan NTU yang paling rendah. 22

11 Rumus penentuan dosing PAC: Gambar 3.1 proses jar test 3.5 PRINSIP PENYALURAN AIR SECARA GRAVITASI Dalam bagian ini sedikit diberi gambaran teknis tentang penyaluran secara gravitasi, dengan harapan agar para teknisi pengelola sarana perpipaan gravitasi memahami tentang fungsi dan manfaat dari bagian-bagian dalam sistem yang dimilikinya, tanpa mengabaikan bagian yang satu dengan yang lainnya karena komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Bila salah satu komponen diabaikan maka akan mengakibatkan aliran air tidak maksimal bahkan tidak mengalir didalam pipa. Seorang teknisi yang baik harus memiliki pengetahuan yang cukup serta selalu mencoba dan melakukan analisa yang cermat dengan berpedoman pada prinsipprinsip utama pada pengaliran air secara gravitasi, melakukan analisa yang tepat sebelum melakukan tindakan perbaikan. Hal ini sangat penting agar meminimalisir kerugian berupa tenaga, waktu, aksesories serta biaya dan mobilisasi peralatan yang berlebihan. Dalam sistem perpipaan gravitasi terdiri dari beberapa komponen utama, antara lain: 23

12 a. Bak Penangkap/Broncaptering Bak ini berfungsi untuk melindungi dan mengumpulkan air dari mata air. b. Bak Pengumpul/Tangki Hider - Mencegah peningkatan secara tiba-tiba di mata air apabila ada penyumbatan pada jaringan perpipaan, sehingga tidak menimbulkan tekanan balik pada sumber air. - Merupakan tempat pengendapan apabila ada pasir atau lumpur yang terbawa dari sumber air sebelum air masuk ke dalam pipa. - Menstabilkan aliran air yang datang dri sumber air. c. Jaringan Pipa Transmisi Berfungsi untuk mengalirkan air menuju pemakai atau bak penampung, bila ada. d. Bak Penampung/Reservoir - Berfungsi menyimpan air apabila kebutuhan pemakai rendah, dan menyediakan air apabila kebutuhan air meningkat. - Berfungsi juga sebagai tempat pengendapan sedimen-sedimen kecil. - Dapat berfungsi sebagai pelepas tekanan. e. Bak Pelepas Tekan (BPT) - Berfungsi menjadikan tekanan menjadi 0 (nol). - Melepas tekanan yang melebihi nominasi pressure (tekanan yang melebihi kuat tahan dari pipa) agar tidak mengakibatkan kerusakan pada pipa dan aksesories akibat tekanan yang tinggi (NP). - Dapat juga sebagai bak penampung. f. Pipa Distribusi 24

13 Berfungsi mengalirkan air dari bak penampung ke TKU/HU tempat pengambilan akhir. g. Tugu Kran/Hidran Umum, dll Tempat pengambilan air yang dilengkapi dengan mata kran untuk buka tutup air Aliran Gravitasi Penyaluran secara gravitasi dapat berfungsi karena adanya gravitasi. Gravitasi adalah sebuah gaya yang dapat menarik semua benda ke permukaan bumi. Gaya tarik ini yang membuat semua benda jatuh ke tempat yang paling rendah. Sehingga dengan gravitasi air dapat mengalir dari dalam bak dengan berat jenisnya melalui pipa-pipa sampai ke kran-kran yang berada pada level terendah dari level air pada titik awal. Gambar 3.2 Aliran Gravitasi Tekanan Tekanan air adalah gaya yang mendesak air dalam dinding/wadah yang memuatnya (dinding pipa, dinding bak atau tempat penyimpanan air). Tekanan yang didesak oleh air pada dasar sebuah kolom air hanya tergantung dari tinggi kolom air. Dasar perhitungan dimasksud adalah: 25

14 Berat kolom air = Berat jenis air x Tinggi kolom air = 1 g/cm3 x tinggi kolom air (cm) = Tekanan pada titik dmaksud (g/cm2) Sehingga diperoleh: Tekanan (g/cm2) = 1 g/cm3 x tinggi kolom air (cm) = tinggi kolom air Satuan tekanan adalah kg/cm2, bar, atau meter water gauge : 1 kg/cm2 = 1 bar = 10 mwg (bar = 10 meter tinggi kolom air). Oleh sebab itu tekanan dikategorikan dalam dua jenis tekanan,yaitu: Tekanan Statis dan Hidro Statis Merupakan gaya dorong oleh air pada dinding-dinding pipa saat semua kran ditutup (air tidak mengalir dalam pipa). Atau dapat dikatakan berat kolom air pada titik awal sama dengan/sejajar/sama tinggi dengan berat kolom air pada titik akhir. Dengan mengetahui tekanan statis kita dapat mengetahui jenis dan Np pipa yang akan digunakan dan menggunakan bak pelepas tekanan. Gambar 3.3 Tekanan Statis dan Hidro Statis 26

15 Titik A: Pstatis = 10 meter Titik B: Pstatis = 15 meter Titik C: Pstatis = 20 meter Titik D: Pstatis = 25 meter Titik E: Pstatis = 30 meter Tekanan Dinamis/Hidro Dinamis Merupakan gaya dorong oleh air pada dinding-dinding pipa saat kran dibuka (air mengalir dalam pipa). Tekanan dinamis lebih rendah dari tekanan statis oleh karena saat air mengalir dalam pipa terjadi kehilangan tenaga akibat gesekan dalam pipa dan kehilangan tenaga itu disebut heat losses. Garis pisometri dapat menggambarkan perubahan semua tekanan air sepanjang jaringan pipa. Hal ini dapat disamakan dengan level yang akan dicapai airpada sebuah pipa vertical yang dipasang pada jaringan pipa. Jika kita gambarkan garis tekanan air selama mengalir, maka kita akan mendapatkan profil dari head dinamis (pizometri dinamis). Adalah bagian dari energy dari air yang digunakan oleh kehilangan tenaga (P) selama proses pemindahan air. Maka tekanan residu (P residual) atau sisa tekanan diperoleh dari P residual (mwg/bar) = H (m) - P (m). Gambar 3.4 Tekanan Dinamis dan Hidro Dinamis 27

16 3.5.3 Menghitung Kehilangan Tenaga Kehilangan tenaga dikategorikan menjadi dua bagian yakni, kehilangan tenaga Linier (disebabkan oleh kekasaran pipa, dan kehilangan tenaga Sekunder yang disebabkan oleh sambungan-sambungan, elbow, siku-siku, katup, tee, klep, dll Kehilangan Tenaga Linier Adalah kehilangan tenaga yang diakibatkan oleh beberapa faktor pada pipa sendiri: - D (mm) : diameter pipa. Semakin kecil diameter pipa, kehilangan tenaga semakin besar. - Q (l/s) : aliran air dalam pipa. Semakin tinggi aliran air, semakin besar pula kehilangan tenaga. - l (m) : panjang pipa. Semakin panjang pipa, semakin besar tekanan yang hilang melalui kehilangan tenaga. - Kekasaran pipa : semakin kasar pipa, head losses semakin besar. kekasaran pipa tergantung dari kualitasnya (material, pabrik pembuat dan usia pipa itu sendiri). Kehilangan tenaga linier dinyatakan dalam meter, kehilangan tenaga per 100 meter panjang pipa memiliki koefisien kehilangan tenaga dari satu persen. Atau setiap 100 meter panjang pipa memiliki kehilangan tenaga sama dengan satu mwg. Perhitungan numeric dari kehilangan tenaga linier dinyatakan dalam persen (f) dan dilakukan dengan sebuah homograf (terlampir) yang menggambarkan sebuah bentuk grafik hubungan antara diameter internal/dalam dari pipa (D), aliran air dalam pipa (Q), dan kehilangan tenaga linier (f) untuk kekerasan tertentu. Kehilangan tenaga dalam mwg ( P) yang terjadi disepanjang pipa (L) dapat ditentukan dengan persamaan berikut: P = Lx f / Kehilangan Tenaga Sekunder 28

17 Kehilangan tenaga sekunder merupakan kehilangan tenaga saat air mengalir dalam pipa melewati fiting-fiting, sambungan-sambungan, siku-siku, katup, reduser, dll, sehingga kehilangan tenaga sekunder dikategorikan sangat kecil, karena itu didalam perhitungan dapat diabaikan Diameter Pipa Sebelum melakukan suatu rancangan untuk penyaluran air secara gravitasi terlebih dahulu kita memahami kesamaan diameter-diameter pipa serta klasifikasi tentan kualitas pipa itu sendiri (GI maupun PVC) termasuk kuat tahan terhadap tekanan yang akan diberikan. Kualitas pipa dibedakan dalam dua kategori, yakni pipa-pipa bertekanan dan pipa-pipa tanpa tekanan. Pipa bertekanan pun bermacammacam tipe sehingga selalu teliti pada saat ingin membeli dengan berpedoman pada katalog dari pabrik pembuat, sedangkan pipa pada tekanan biasanya digunakan untuk sanitasi, pengaman kabel, dll. Diameter-diameter pipa diberikan dalam mm atau dalam inci. Secara teoritis satu inci = 25 mm. Tabel 3.1 Ukuran Pipa Pipa-pipa pvc/pe dn dalam mm Persamaan (diameter luar) diameter dalam inci Pipa gl dn dalam inci Persamaan (diameter dalam) diamter dalam mm (dalam/luar) 20 ¾ ½ 15/ ¾ 20/ ¼ 1 26/ ½ 1 ¼ 33/ ½ 40/ ½ 2 50/ ½ 66/ ½ 3 80/ ½ 4 102/114 29

18 Perhatikan beberapa hal agar dapat memperoleh suatu aliran air didalam pipa yang baik, antara lain: - Kecepatan air didalam pipa harus memenuhi suatu interval tertentu. - Tekanan residu/tekanan akhir harus selalu positif. - Kecepatan air didalam pipa harus diperhitungkan karena jika kecepatan terlalu tinggi akan menyebabkan masalah-masalah hidrolik. Sebaliknya kecepatan yang rendah menyebabkan pengendapan partikel-partikel padat yang terkandung dalam air pada titik-titik yang rendah dan dapat menyumbat aliran air atau mengecilkan diameter pipa. Batas kecepatan aliran air dalam pipa secara teoritis di rekomendasikan sebagai berikut: Tabel 3.2 Kecepatan Aliran di Dalam Pipa Diameter (mm) 20 ke 40 50/63 75/90 Kecepatan maksimum (m/detik) Kecepatan minimum (m/detik) 0,3 1 3 Kecepatan air didalam pipa juga dapat dihitung dengan menggunakan monograf atau menggunakan persamaan berikut: V = 103 x Q/A dan A = 3,14 x d2/4 V = 103 x 4 x Q (3,14 x d2) Keterangan: V = kecepatan air dalam mm2 30

19 A = Penampang pipa dalam mm2 Q = Aliran air dalam l/det D = Diameter internal pipa dalam mm Tekanan sisa (P residu) harus selalu positif Air akan mengalir dengan baik didalam pipa jika tekanan residu (sisa tekanan) selalu positif. Tekanan sisa harus memenuhi hal sebagai berikut: - Minimum harus mempunyai tekanan 10 mgw pada tingkat inlet/jalur masuk air ke tangki penyimpanan dan tangki pemecah tekanan. Angka minimum ini dapat dikurangi menjadi 5 mgw pada jaringan yang pendek. - Harus mempunyai tekanan 5 15 mwg pada tingkat kran-kran. Hal ini dapat diketahui dengan menggambarkan garis pisimetrik, untuk menandai bagian dari jaringan pipa yang mempunyai tekanan sisa negatif. Tekanan negatif pada suatu bagian dari jaringan dapat mengakibatkan masalah udara didalam pipa dan memudahkan masuknya air yang tercemar ke dalam pipa akibat kebocoran. Pada saat penampang jaringan pipa berada pada kecuraman yang tinggi, disarankan untuk menjaga tekanan residu yang lebih besar dari 10 mgw Jenis Jenis Valve pada Jaringan Perpipaan Gravitasi Pada sistem jaringan perpipaan dikenal dua jenis valve, yakni: Valve Pengatur Valve tesebut berfungsi untuk menjaga jaringan beoperasi dengan baik. Valve ini digunakan untuk menyesuaikan aliran sesuai kebutuhan atau aliran air lebih besar dari kebutuhan yang dpat mengakkibatkan penyumbatan udara didalam pipa. Contoh Katup Pengatur: 31

20 Gambar 3.5 Stop cock valve Gambar 3.6 Plug valve Valve Buka Tutup Valve-valve tersebut berfungsi untuk memisahkan berbagai jaringan dari yang satu dengan yang lain (dipersimpangan) atau pada bak-bak, ke zona-zona, dan tugu kran atau hidran umum yang dapat mengalirkan atau menutup air apabila dilakukan pembersihan, pembagian air atau mengambil air pada TKU/HU. Gambar 3.7 valve buka-tutup Gambar 3.8 ball valve Gambar 3.9 mata kran 32

21 Gambar 3.10 Tall bot valve Katup Sekat (gate valve) Katup sekat berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air bolak-balik. Dengan demikian, ini hanya dioperasikan dengan membuka penuh atau menutup penuh aliran air. Prinsip kerja dari katup ini adalah dengan menutup/membuka lubang yang dialiri air dengan cara menurunkan/menaikan penutup lubang tersebut dengan alat pemutarnya. Gambar 3.11 katup skat (gate valve) Katup Pencegah Aliran Balik (check valve) Katup pencegah aliran balik digunakan agar tidak terjadi aliran bolak-balik. Biasanya katup penceah aliran balik diletakan pada kondisi pipa dimana akan terjadi water hamer (aliran balik) misalnya pada water mter zona. 33

22 Gambar 3.12 katup pencegah aliran balik (check valve) Katup Udara (air valve) Katup udara befungsi untuk melepaskan gelembung udara yang terjebak didalam pipa. Akibat dari adanya udara dalam pipa dapat menyebabkan debit aliran air dalam pipa mejadi berkurang atau berhenti sama sekali. Penyebabnya: - Ada kbocoran dalam pipa. - Permukaan air dalam reservoir lebih rendah dari bagian atas pipa outlet. - Jika tekanan air didalam pipa turun. Gambar 3.13 katup udara (air valve) 34

23 Katup Penguras Pipa (blowoff) Katup penguras digunakan untuk meguras kebocoran jaringan pipa. Katup penguras ini diletakan pada jaringan pipa ditempat-tempat yang letaknya relative rendah sebelum jembatan pipa, kotoran yang mengendap didalam pipa dan terakumulasi dalam pipa akan menyebabkan diameter jumlah debit aliran dalam pipa mnjadi bekurang atau terhenti sama sekali. Gambar 3.14 katup penguras pipa (blowoff) 35

BAB II TINJAUAN UMUM PDAM TIRTA KAMUNING

BAB II TINJAUAN UMUM PDAM TIRTA KAMUNING BAB II TINJAUAN UMUM PDAM TIRTA KAMUNING 2.1 Sejarah Berdirinya PDAM TIRTA KAMUNING Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kamuning Kabupaten Kuningan adalah satu-satunya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yang

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04 Yuniati, PhD KOMPONEN SPAM Materi yang akan dibahas : 1.Komponen SPAM 2.Air baku dan bangunan intake KOMPONEN SPAM Sumber air baku Pipa transimisi IPAM Reservoar

Lebih terperinci

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA Anjar P,RB Rakhmat 1) dan Karnaningroem,Nieke 2) Teknik Lingkungan, ITS e-mail: rakhmat_pratama88@yahoo.co 1),idnieke@enviro.its.ac.id

Lebih terperinci

Pendahuluan. Peningkatan jumlah penduduk Kebutuhan akan air bersih Kondisi IPAM yang kurang ideal Evaluasi IPAM

Pendahuluan. Peningkatan jumlah penduduk Kebutuhan akan air bersih Kondisi IPAM yang kurang ideal Evaluasi IPAM Tugas Akhir Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Minum Legundi unit 1 PDAM Gresik Stephanus Kristianto 3306100010 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 2 L/det V.1. Umum Pelayanan air bersih di Kota Kendari diawali pada tahun 1928 (zaman Hindia

Lebih terperinci

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT. SEMINAR AKHIR KAJIAN KINERJA TEKNIS PROSES DAN OPERASI UNIT KOAGULASI-FLOKULASI-SEDIMENTASI PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) BABAT PDAM KABUPATEN LAMONGAN Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari 3309 100

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKSISTING PELAYANAN PDAM TIRTA DARMA AYU

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKSISTING PELAYANAN PDAM TIRTA DARMA AYU BAB II II.1 Profil PDAM Tirta Darma Ayu II.1.1 Sejarah PDAM Tirta Darma Ayu Bermula pada tahun 1932 dibangunlah sebuah instalasi pengolahan air di Kabupaten Indramayu dengan kapasitas 20 liter/detik dan

Lebih terperinci

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG Atang Sarbini, ST.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Air merupakan senyawa kimia yang berbentuk cair, sehingga sangat fleksibel oleh makhluk hidup sebagai media transportasi makanan di dalam tubuhnya (Bambang, 2011). Fungsi

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM LEGUNDI PDAM GRESIK UNIT 4 (100 LITER/ DETIK)

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM LEGUNDI PDAM GRESIK UNIT 4 (100 LITER/ DETIK) EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM LEGUNDI PDAM GRESIK UNIT 4 (100 LITER/ DETIK) Putu Rasindra Dini 3306 100 033 Dosen Pembimbing Ir. Hari Wiko Indarjanto, MEng. 1 LATAR BELAKANG Jumlah penduduk

Lebih terperinci

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA 51 Nusa Idaman Said III.1 PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu

Lebih terperinci

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik 1 Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik Hani Yosita Putri dan Wahyono Hadi Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti mencuci, dan mandi. Jenis air yang digunakan

Lebih terperinci

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-167 Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter

Lebih terperinci

EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA

EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk

Lebih terperinci

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi Bak Sedimentasi Bak sedimentasi umumnya dibangun dari bahan beton bertulang dengan bentuk lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Bak berbentuk lingkaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit bebas bulu dan urat di bawah kulit. Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Arut Kabupaten Kotawaringin Barat adalah perusahaan yang termasuk dalam Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*) PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG Sulastri**) dan Indah Nurhayati*) Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak memerlukan berbagai macam bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya tersebut manusia melakukan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Umur : Jenis kelamin : Alamat : No.Telp./ HP : Setelah mempelajari dan mendapatkan penjelasan

Lebih terperinci

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan II. Dasar Teori Sedimentasi adalah pemisahan solid dari

Lebih terperinci

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA MALANG

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA MALANG PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA disusun oleh : ERVANDO TOMMY AL-HANIF 21080113140081 FAKULTAS TEKNIK SEMARANG 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

PENGATURAN IPAL PT. UNITED TRACTOR TBK

PENGATURAN IPAL PT. UNITED TRACTOR TBK BAB IV PENGATURAN IPAL PT. UNITED TRACTOR TBK 4.1. Penentuan Dosis Bahan Kimia (Untuk Proses Koagulasi Flokulasi) 4.1.1. Jar Test Proses pengolahan limbah secara Koagulasi Flokulasi didasari dengan suatu

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN BAB VII PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN 7.1. Sumber Limbah Di BTIK-LIK Magetan terdapat kurang lebih 43 unit usaha penyamak kulit, dan saat ini ada 37

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA BADAN REGULATOR PELAYANAN AIR MINUM DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA LAPORAN KUNJUNGAN KERJA PDAM TIRTA KHATULISTIWA KOTA PONTIANAK Oleh : Ir. Tano Baya Ir. Tatit Palgunadi Camelia Indah Murniwati, ST Bidang

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS SUMBER AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

BAB VI ANALISIS SUMBER AIR DAN KETERSEDIAAN AIR BAB VI ANALISIS SUMBER AIR DAN KETERSEDIAAN AIR 6.1 SUMBER AIR EXISTING Sumber air existing yang digunakan oleh PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih di daerah Kecamatan Gunem berasal dari reservoir

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen Kekeruhan (NTU) BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Kualitas Air 1. Nilai Kekeruhan Air Setelah dilakukan pengujian nilai kekeruhan air yang dilakukan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan

Lebih terperinci

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS 8.1. Sistem Daur Ulang Di BTIK Magetan mempunyai dua unit IPAL yang masingmasing berkapasitas 300 m 3 /hari, jadi kapasitas total dua IPAL 600 m 3 /hari.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air 1. Pengertian air a. Pengertian air minum Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. 8) b. Pengertian air bersih Air bersih

Lebih terperinci

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA)

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA) PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA) Tujuan pengolahan pertama (Primary Treatment) dalam pengolahan limbah cair adalah penyisihan bahan padat dari limbah cair

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR BERSIH. PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi

PENGOLAHAN AIR BERSIH. PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi PENGOLAHAN AIR BERSIH PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi PENGOLAHAN LENGKAP Dilaksanakan pada air permukaan, air sungai), Diperlukan unt menjernihkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Tahap awal dalam melakukan penelitian ini dimulai dari studi pustaka yaitu mencari data serta informasi yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan.

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG Laksmi Handayani, Taufik Anwar dan Bambang Prayitno Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail: laksmihandayani6@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Edwin Patriasani 1, Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 1 ed_win1108@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perancangan Instalasi Penjernihan Air (IPA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perancangan Instalasi Penjernihan Air (IPA) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perancangan Instalasi Penjernihan Air (IPA) Dalam perencanaan dan perancangan istalasi penjernihan air (IPA) harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang berlaku guna mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN 3.1 RANCANGAN ALAT UJI Pada penelitian ini peralatan yang dipergunakan untuk melakukan pengujian adalah terlihat pada gambar berikut ini: Gambar 3.1 Set up

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA Dosen Pengampu: Ir. Musthofa Lutfi, MP. Oleh: FRANCISKA TRISNAWATI 105100200111001 NUR AULYA FAUZIA 105100200111018

Lebih terperinci

PERMASALAHAN ALIRAN AIR

PERMASALAHAN ALIRAN AIR PERMASALAHAN ALIRAN AIR A. Mengapa air tidak mengalir? Penyebab air tidak mengalir pada pelanggan adalah : - Permasalahan di sistem perpipaan pelanggan. - Stopkran yang ada di pelanggan rusak (dalam posisi

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR PEJOMPONGAN II DENGAN METODE KONVENSIONAL

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR PEJOMPONGAN II DENGAN METODE KONVENSIONAL PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR PEJOMPONGAN II DENGAN METODE KONVENSIONAL Yurista Vipriyanti 1 Heri Suprapto 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak yang melakukan penelitian mengenai analisis kualitas air dengan alat uji model filtrasi buatan diantaranya; Eka Wahyu Andriyanto, (2010) Uji

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF 22 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Saringan kasar (Horizontal Roughing Filter - HRF) merupakan pengolahan pendahuluan untuk menurunkan kekeruhan atau memisahkan padatan dalam jumlah besar serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan perusahaan milik daerah yang bergerak di bidang pengolahan dan perindustrian air bersih bagi masyarakat umum.

Lebih terperinci

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI Edwin Patriasani dan Nieke Karnaningroem Jurusan Teknik Lingungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Pada umumnya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan 3.1.1 Instalasi Alat Uji Alat uji head statis pompa terdiri 1 buah pompa, tangki bertekanan, katup katup beserta alat ukur seperti skema pada gambar 3.1 : Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Definisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Definisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Air bersih adalah air permukaaan maupun air tanah yang sudah mengalami suatu proses pengolahan sehingga siap digunakan untuk dikonsumsi oleh konsumen baik untuk keperluan

Lebih terperinci

-1- DOKUMEN STANDAR PERENCANAAN TEKNIS TERINCI

-1- DOKUMEN STANDAR PERENCANAAN TEKNIS TERINCI -1- LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DOKUMEN STANDAR PERENCANAAN TEKNIS TERINCI A. STANDAR DOKUMEN

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BAKU DI PDAM NANGA PINOH KABUPATEN MELAWI

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BAKU DI PDAM NANGA PINOH KABUPATEN MELAWI GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BAKU DI PDAM NANGA PINOH KABUPATEN MELAWI Indri Sukma Dewi, Khayan dan Hajimi Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail: indridri@gmail.com Abstrak: Gambaran

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Sungai dan Klasifikasi Sungai Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai adalah jalur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir, zeolit dan arang yang dianalisis di laboraturium rekayasa lingkungan UMY, Pengujian

Lebih terperinci

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur C. Alat, Bahan, dan Cara Kerja Alat dan Bahan 1. Sampel air yaitu sungai dan sumur sebagai bahan uji 2. Filter sebagai media filtrasi, batu basal, ijuk, karbon aktif, pasir silica (batu kuarsa) 3. Bak

Lebih terperinci

CV. BINTANG AIR SILAMPARI C O M P A N Y P R O F I L E

CV. BINTANG AIR SILAMPARI C O M P A N Y P R O F I L E CV. BINTANG AIR SILAMPARI C O M P A N Y P R O F I L E PENDAHULUAN PROFIL PERUSAHAAN VISI & MISI PRODUK UNGGULAN: WTP PRODUK UNGGULAN: RO Surat Izin Perdagangan ( SIUP ) Nomor : 503/SIUP.K/2701/KPPT/2012

Lebih terperinci

Oleh : Aisyah Rafli Puteri Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Nieke Karnaningroem, MSc

Oleh : Aisyah Rafli Puteri Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Nieke Karnaningroem, MSc STUDI PENURUNAN KEKERUHAN AIR KALI SURABAYA DENGAN PROSES FLOKULASI DALAM BENTUK FLOKULATOR PIPA CIRCULAR Oleh : Aisyah Rafli Puteri 3307100022 Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Nieke Karnaningroem, MSc 19550128

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai, menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir, zeolit dan arang yang dianalisis di laboraturium rekayasa lingkungan UMY, pengujian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1 Waktu dan Lokasi Percobaan Sampel air diambil dari danau yang berada di kompleks kampus Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta sebelah selatan Fakultas Pertanian. Pengambilan

Lebih terperinci

Saringan Rumah Tangga ( SARUT )

Saringan Rumah Tangga ( SARUT ) Modul Diseminasi Hasil Litbang Bidang Permukiman Saringan Rumah Tangga ( SARUT ) Tim Penyusun : Ir.Ida Yudiarti,M.Si Moh.Tohir,ST,MT Medawati,ST,MT Tim Penyunting : Ir.Rahim Siahaan,CES Lia Yulia Iriani,SH,MSi

Lebih terperinci

pada September 2006 terletak sekitar 3 km dari pusat ibu kota Aceh Utara, yaitu

pada September 2006 terletak sekitar 3 km dari pusat ibu kota Aceh Utara, yaitu BAB III LOKASI STUDI DAN KONDISI EKSISTING 3.1 Lokasi Studi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Meunasah Reudeup yang mulai beroperasi pada September 2006 terletak sekitar 3 km dari pusat ibu kota Aceh Utara,

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 4. Air Bersih/ Air Minum 1. Metode Pengujian Meter Air Bersih (Ukuran

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai, menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir, zeolit dan arang yang dianalisis di laboraturium rekayasa lingkungan UMY,Pengujian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Air suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kebutuhan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, masak, mandi, mencuci, pertanian,

Lebih terperinci

RESERVOIR 14. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

RESERVOIR 14. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3 RESERVOIR 14 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK 29 4.1 Prosedur Start-Up IPAL Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC Start-up IPAL dilakukan pada saat IPAL baru selesai dibangun atau pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan terutama bagi makhluk hidup, makhluk hidup tidak dapat hidup tanpa air, terutama

Lebih terperinci

FLOKULASI 10. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

FLOKULASI 10. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3 FLOKULASI 10 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tata cara ini memuat pengertian dan ketentuan umum dan teknis dan cara

Lebih terperinci

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik Hani Yosita Putri 3310.100.001 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. Wahyono

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian terhadap aliran campuran air crude oil yang mengalir pada pipa pengecilan mendadak ini dilakukan di Laboratorium Thermofluid Jurusan Teknik Mesin. 3.1 Diagram Alir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair atau gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain, untuk menghilangkan

Lebih terperinci

Teori Koagulasi-Flokulasi

Teori Koagulasi-Flokulasi MIXING I. TUJUAN 1. Mengetahui 2. Mengetahui 3. Memahami II. TEORI DASAR Pengadukan (mixing) merupakan suatu aktivitas operasi pencampuran dua atau lebih zat agar diperoleh hasil campuran yang homogen.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. Sebelum melakukan pengujian pada sistem Bottle Filler secara keseluruhan, dilakukan beberapa tahapan antara lain :

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. Sebelum melakukan pengujian pada sistem Bottle Filler secara keseluruhan, dilakukan beberapa tahapan antara lain : BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisis pada alat Bottle Filter yang berbasis mikrokontroler. Tujuan dari pengujian adalah untuk mengetahui apakah alat yang

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Plate and Frame Filter Press : Iwan Ridwan, ST, MT Tanggal Praktikum : 10 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 21 Juni

Lebih terperinci

UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM 5

UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM 5 UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM 5 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahan baku produk ataupun air konsumsi. Tujuan utama dari pengolahan air ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahan baku produk ataupun air konsumsi. Tujuan utama dari pengolahan air ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Bahan Baku (Air) Pengolahan Air (Water Treatment) adalah Suatu proses pengolahan air dari sumur untuk di proses sedemikian rupa sehingga dapat di gunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian dilaksanakan pada tanggal 1 November 16 dengan durasi pengujian air Selokan Mataram dengan unit water treatment selama menit melalui unit koagulasi, flokulasi, sedimentasi,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

II.2.1. PRINSIP JAR TEST

II.2.1. PRINSIP JAR TEST PRAKTIKUM JAR TEST TUJUAN Adapun tujuan dari praktikum yang telah kami laksanakan yaitu: 1. Untuk mencari/menentukan dosis alum sulfat optimum, alkali optimum, dosis kaporit pada desinfeksi dan kadar lumpur

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL 5.1 Masalah Air Limbah Layanan Kesehatan Air limbah yang berasal dari unit layanan kesehatan misalnya air limbah rumah sakit,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Air merupakan kebutuhan vital makhluk hidup. Tanpa adanya air, metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak dapat berjalan dengan sempurna. Manusia membutuhkan air, terutama

Lebih terperinci

Pengolahan Air Bersih dengan Saringan Pasir lambat Up Flow BAB IV PENGOLAHAN AIR BERSIH DENGAN SARINGAN PASIR LAMBAT UP FLOW

Pengolahan Air Bersih dengan Saringan Pasir lambat Up Flow BAB IV PENGOLAHAN AIR BERSIH DENGAN SARINGAN PASIR LAMBAT UP FLOW BAB IV PENGOLAHAN AIR BERSIH DENGAN SARINGAN PASIR LAMBAT UP FLOW 69 Nusa Idaman Said IV.1 PENDAHULUAN Dalam rangka meningkatkan kebutuhan dasar masyarakat khususnya mengenai kebutuhan akan air bersih

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN Oleh : Edwin Patriasani Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan suatu bahan pokok yang sangat diperlukan oleh setiap mahluk hidup yang ada di bumi. Keberadaan sumber air bersih pada suatu daerah sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES)

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES) BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES) 4.1 Pendahuluan Kerugian tekan (headloss) adalah salah satu kerugian yang tidak dapat dihindari pada suatu aliran fluida yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal yang wajar jika sektor air bersih mendapat prioritas dalam penanganan dan pemenuhannya. PDAM

Lebih terperinci

Teknik Bioseparasi. Dina Wahyu. Genap/ March 2014

Teknik Bioseparasi. Dina Wahyu. Genap/ March 2014 5. Teknik Bioseparasi Dina Wahyu Genap/ March 2014 Outline Chemical Reaction Engineering 1 2 3 4 5 6 7 Pendahuluan mempelajari ruang lingkup teknik bioseparasi dan teknik cel disruption Teknik Pemisahan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Tahap awal penelitian pengolahan kualitas air sungai dimulai dari studi pustaka yaitu mencari data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian, dilanjutkan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 06: 16-26 KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Sudiro Ika Wahyuni Harsari

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Hasil Percobaan Pengumpulan data hasil percobaan diperoleh dari beberapa pengujian, yaitu: a. Data Hasil Pengujian Sampel Awal Data hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Tahap awal penelitian pengolahan kualitas air sungai dimulai dari studi pustaka atau study literature yaitu mencari data dan informasi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. Secara umum air yang terdapat di alam yang dapat dikonsumsi oleh manusia bersumber dari:

BAB 1 Pendahuluan. Secara umum air yang terdapat di alam yang dapat dikonsumsi oleh manusia bersumber dari: BAB 1 Pendahuluan 1.1. Umum Air merupakan karunia Tuhan yang secara secara alami ada diseluruh muka bumi. Manusia sebagai salah satu makluk yang ada di bumi juga sangat tergantung terhadap air dan untuk

Lebih terperinci

LABORATORIUM SATUAN OPERASI

LABORATORIUM SATUAN OPERASI LABORATORIUM SATUAN OPERASI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013-2014 MODUL : Pompa Sentrifugal PEMBIMBING : Ir. Unung Leoanggraini, MT Praktikum : 10 Maret 2014 Penyerahan : 17 Maret 2014 (Laporan) Oleh :

Lebih terperinci

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960 RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR Oleh DEDY BAHAR 5960 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG PROGRAM STUDY KEAHLIAN TEKNIK KIMIA KOPETENSI KEAHLIAN KIMIA

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA DETAIL UNIT-UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM

BAB VII RENCANA DETAIL UNIT-UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM BAB VII RENCANA DETAIL UNIT-UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM VII.1 UMUM Pada lampiran ini akan dilakukan perhitungan detail untuk setiap unit dan komponennya yang direncanakan pada perencanaan insatalasi

Lebih terperinci