JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING JURNAL TEKNIK MESIN ISSN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING JURNAL TEKNIK MESIN ISSN"

Transkripsi

1 JTM JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING JTM JURNAL TEKNIK MESIN ISSN Volume 05, Nomor 3, Oktober 2016

2 J T M JURNAL TEKNIK MESIN Jurnal Penelitian, Karsa Cipta, Penerapan dan Kebijakan Teknologi Volume 05, Nomor 3, Oktober PERANCANGAN SISTEM PLAMBING INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR BUANGAN PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN BERTINGKAT TUJUH LANTAI Suhardiyanto 2 ANALISA KERUSAKAN POMPA SENTRIFUGAL P-011C DI PT. SULFINDO ADIUSAHA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSDUCER GETARAN ACCELEROMETER Levi Amanda Putra 3 ANALISA TEGANGAN PADA CRANKSHAFT SEPEDA MOTOR SUZUKI SMASH MENGGUNAKAN SOFTWARE SOLIDWORKS Helmiyansah 4 ANALISA PELEBURAN LIMBAH PLASTIK JENIS POLYETHYLENE TERPHTALATE (PET) MENJADI BIJI PLASTIK MELALUI PENGUJIAN ALAT PELEBUR PLASTIK Irvan Okatama 5 PENGUJIAN PENGARUH VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP PERFORMANSI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA KENDARAAN PENUMPANG cc Suadi 6 ANALISA KEBUTUHAN JENIS DAN SPESIFIKASI POMPA UNTUK SUPLAI AIR BERSIH DI GEDUNG KANTIN BERLANTAI 3 PT ASTRA DAIHATSU MOTOR Ubaedilah

3 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 KATA PENGANTAR Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena dengan karunia dan hidayah-nya, maka Jurnal JTM, Volume 05, Nomor 3 Bulan Oktober Tahun 2016 kembali dapat diterbitkan. Edisi jurnal kali ini menyajikan enam makalah hasil kerja Tugas Akhir mahasiswa Program Studi Teknik Mesin dan satu dari Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana. Dalam makalahnya, beberapa mahasiwa mempresentasikan judul yang erat kaitannya dengan hasil ekperimen, analisis proses, desain dan perancangan. Beberapa judul yang disajikan antara lain: Perancangan Sistem Plambing Instalasi Air Bersih dan Air Buangan pada Pembangunan Gedung Perkantoran Bertingkat Tujuh Lantai, Analisa Kerusakan Pompa Sentrifugal P-011C di PT. Sulfindo Adiusaha dengan Menggunakan Transducer Getaran Accelerometer, Analisa Tegangan pada Crankshaft Sepeda Motor Suzuki Smash Menggunakan Software SolidWorks, dan Pengujian Pengaruh Variasi Putaran Mesin terhadap Performansi Sistem Pengkondisian Udara pada Kendaraan Penumpang cc. Kami mengucapkan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada seluruh anggota Dewan Redaksi, Redaktur Pelaksana serta semua pihak yang telah memberikan kontribusinya selama proses penyiapan, penyusunan sampai penerbitan. Semoga keberadaan Jurnal Teknik Mesin ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh civitas akademika secara umum dan semua kolega di Universitas Mercu Buana secara khususnya. Jakarta, Oktober 2016 Prof. (Em.) Dr.-Ing. Ir. Darwin Sebayang Pemimpin Redaksi

4 J T M JURNAL TEKNIK MESIN Jurnal Penelitian, Karsa Cipta, Penerapan dan Kebijakan Teknologi Pemimpin Redaksi Dewan Redaksi Redaktur Pelaksana Alamat Redaksi : Prof. (Em.) Dr.-Ing. Ir. Darwin Sebayang (UMB) : Prof. Dr. Ir. Chandrasa Soekardi (UMB) : Dr. Kontan Tarigan (UMB) : Dr. Nurdin Ali (Unsyiah) : Dr. Poempida Hidayatullah (UMB) : Prof. Dr. Bambang Suharno (Universitas Indonesia) : Dr.-Ing. Ir. Nasruddin, M.Eng. (Universitas Indonesia) : Dr.-Ing. Pudji Untoro (Universitas Surya) : Dr.-Ing. Ir. Kusnanto (Universitas Gadjah Mada) : Dr. Sagir Alva (UMB) : Ir. Yuriadi Kusuma (UMB) : Dr. Sulistyo (Universitas Diponegoro) : Dr. Abdul Hamid (UMB) : Ir. Haris Wahyudi, M.Sc (UMB) : Nur Indah, S. ST. MT (UMB) : Swandya Eka Pratiwi, ST, M.Sc (UMB) : Edijon Nopian (UMB) : Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Kampus Menara Bhakti, Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan No. 01, Kembangan, Jakarta Barat 11650, Indonesia mesin@mercubuana.ac.id Telp/Fax: Jurnal Teknik Mesin (JTM) adalah Peer-reviewed Jurnal tentang hasil Penelitian, Karsa Cipta, Penerapan dan Kebijakan Teknologi. JTM tersedia dalam versi cetak (p-issn: ), diterbitkan 3 (tiga) kali dalam setahun pada bulan Februari, Juni dan Oktober. Redaksi menerima artikel ilmiah dalam bidang Teknik Mesin dan yang berkaitan melalui halaman web berikut:

5 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016

6 J T M JURNAL TEKNIK MESIN Jurnal Penelitian, Karsa Cipta, Penerapan dan Kebijakan Teknologi Volume 05, Nomor 3, Oktober 2016 DAFTAR ISI 1 PERANCANGAN SISTEM PLAMBING INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR BUANGAN PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN BERTINGKAT TUJUH LANTAI Suhardiyanto 2 ANALISA KERUSAKAN POMPA SENTRIFUGAL P-011C DI PT. SULFINDO ADIUSAHA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSDUCER GETARAN ACCELEROMETER Levi Amanda Putra 3 ANALISA TEGANGAN PADA CRANKSHAFT SEPEDA MOTOR SUZUKI SMASH MENGGUNAKAN SOFTWARE SOLIDWORKS Helmiyansah 4 ANALISA PELEBURAN LIMBAH PLASTIK JENIS POLYETHYLENE TERPHTALATE (PET) MENJADI BIJI PLASTIK MELALUI PENGUJIAN ALAT PELEBUR PLASTIK Irvan Okatama 5 PENGUJIAN PENGARUH VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP PERFORMANSI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA KENDARAAN PENUMPANG cc Suadi 6 ANALISA KEBUTUHAN JENIS DAN SPESIFIKASI POMPA UNTUK SUPLAI AIR BERSIH DI GEDUNG KANTIN BERLANTAI 3 PT ASTRA DAIHATSU MOTOR Ubaedilah

7 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016

8 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober PERANCANGAN SISTEM PLAMBING INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR BUANGAN PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN BERTINGKAT TUJUH LANTAI Suhardiyanto Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Jakarta Abstrak -- Sistem plambing adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari bangunan gedung bertingkat. Sistem plambing dipergunakan untuk menyediakan air bersih dan membuang air kotoran serta air buangan ketempat yang telah ditentukan tanpa mencemari bagian-bagian terpenting lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada perancangan gedung bertingkat 7 lantai dengan jumlah penghuni sebesar orang diperlukan air bersih sebesar 68,4 m 3 /hari. Kapasitas bak penampung air bawah (Ground Water Tank) digunakan sebesar 23,4 m 3, untuk bak air atas (Roof Tank) digunakan bak penampung air sebesar 8,8 m 3, dan untuk bak penampung air buangan (Package STP) digunakan bak penampung berkapasitas 40 m 3. Berdasarkan hasil perhitungan digunakan pompa transfer untuk mengalirkan air dari bak air bawah (Ground Water Tank) menuju bak air atas (Roof Tank) dengan kapasitas pengaliran 0,249 m 3 /menit, head pompa transfer sebesar 41,327 m, dan NPSHa sebesar 6,63 m. Pada perancangan ini distribusi air bersih mengunakan Booster Pump untuk 2 lantai teratas yaitu lantai 6 & lantai 7 dikarenakan tekanan kerja air yang dihasilkan tidak mencukupi sehingga diperlukan Booster Pump dengan kapasitas pengaliran sebesar 3,59 liter/detik dan tekanan kerja sebesar 1,35 kgf/cm 2. Untuk distribusi air bersih lantai 5 kebawah memanfaatkan tekanan dari ketingian potensial air dari bak air atas menuju peralatan saniter pada masing-masing lantai. Kata kunci: plambing, perancangan, kapasitas, tekanan, pompa 1. PENDAHULUAN Pergeseran pola pembangunan semakin nampak terlihat di era sekarang ini. Pola pembangunan lama, yakni pola pembangunan horizontal, perlahan mulai tergeser dengan pembangunan vertikal berupa pembangunan gedung-gedung bertingkat. Hal ini tak lain dikarenakan terbatasnya lahan yang tersedia untuk kawasan pemukiman dan perkantoran. Oleh karena itu, diperlukan suatu penyelesaian masalah penyediaan wilayah pemukiman ataupun perkantoran tanpa harus mengunakan banyak lahan yaitu melalui pembangunan bertingkat. Dalam pembangunan gedung bertingkat, dibutuhkan perencanaan matang dari berbagai aspek. Selain perencanaan sistem elektrikal dan perancangan gedung itu sendiri, dibutuhkan pula perencanaan sistem mekanikal gedung yang meliputi sistem ventilasi mekanis, sistem proteksi kebakaran dan sistem plambing yang layak sehingga penghuni dapat merasakan kenyamanan ketika berada pada sebuah bangunan gedung (Sunarno, 2005). Fungsi dari peralatan plambing adalah pertama, untuk menyediakan air bersih ke tempattempat yang membutuhkan dengan jumlah aliran serta tekanan yang sesuai, dan kedua membuang air kotoran dari tempat-tempat tertentu dan tetap menjaga kebersihan tempat-tempat yang dilaluinya (Noerbambang & Morimura, 2005). Dalam perencanaan sistem plambing air bersih, terdapat hal penting yang harus diperhatikan, yaitu kualitas air yang akan didistribusikan, sistem penyediaan air yang akan digunakan, pencegahan pencemaran air dalam sistem, laju aliran dalam pipa, kecepatan aliran dan tekanan air, serta permasalahan yang mungkin timbul jika dilakukan penggabungan antara cadangan air untuk air bersih dan pencegahan pemadam kebakaran (Rinka et al., 2014). Pada instalasi plambing sering ditemukan tekanan air yang kurang sehingga debit pengaliran air bersih mengalir dengan debit yang kecil terutama pada lantai teratas dari bangunan dikarenakan tekanan air bersih yang digunakan dibawah tekanan minimal yang dipersyaratkan. Pada perancangan sistem plambing ini diperlukan sistem distribusi air bersih yang sesuai dengan jenis bangunan sehingga tekanan dan debit pengaliran air bersih pada masing-masing lantai dapat terpenuhi. 1.1 Rumusan Masalah Perumusan masalah pada penulisan ini adalah bagaimana merancang sistem plambing instalasi air bersih dan air buangan yang akan digunakan pada pembangunan gedung perkantoran bertingkat 7 lantai serta menentukan sistem distribusi air yang akan digunakan sehingga air yang didistribusikan sesuai dengan tekanan yang dipersyaratkan dan air buangan dapat dialirkan tanpa mencemari bagian gedung lainnya. 1.2 Tujuan Penelitian

9 91 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1) Melakukan perancangan plambing instalasi air bersih dan air buangan serta sistem distribusi air yang digunakan sesuai dengan perhitungan kebutuhan air bersih dan air buangan pada bangunan. 2) Melakukan analisa perhitungan pompa transfer yang akan digunakan untuk mengalirkan air dari Ground Water Tank menuju Roof Tank dan Booster Pump yang akan digunakan untuk mendistribusikan air bersih dari Roof Tank menuju peralatan saniter sehingga tekanan distribusi air bersih tercukupi. 2. TINJAUAN PUSTAKA Mekanikal plambing secara umum merupakan suatu sistem penyediaan air bersih dan penyaluran air buangan di dalam bangunan. Mekanikal plambing juga dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pemasangan pipa dan peralatan di dalam gedung atau gedung yang bersangkutan dengan air bersih maupun air buangan yang dihubungkan dengan sistem saluran kota (Sunarno, 2005). Plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan secara seksama hubungannya dengan bagian-bagian kontruksi gedung serta dengan peralatan lainnya yang ada pada gedung tersebut. Pada jenis penggunaan sistem plambing sangat tergantung pada kebutuhan dari bangunan yang bersangkutan. Dalam hal ini, perencanaan dan perancangan sistem plambing dibatasi pada pendistribusian dan penyediaan air bersih. Adapun fungsi dari instalasi plambing adalah: Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan dan jumlah aliran yang cukup. Membuang air buangan dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya. Dalam sistem plambing memerlukan peralatan yang mendukung terbentuknya sistem plambing yang baik. Jenis peralatan plambing dalam artian khusus, istilah peralatan plambing meliputi: Peralatan untuk menyediakan air bersih atau air bersih untuk minum. Peralatan untuk menyediakan air panas. Peralatan untuk pembuangan air buangan atau air kotor. Peralatan saniter (Plumbing Fixture). 2.1 Jenis Sistem Plambing Penyediaan Air Bersih Sistem penyediaan air bersih diperlukan untuk mengalirkan air bersih menuju tempat yang memerlukan. Dalam perancangan sistem air bersih harus diperhatikan mengenai sistem yang akan digunakan, pada umumnya terbagi dalam beberapa jenis seperti: sistem sambungan langsung, sistem tangki atap, dan sistem tangki tekan. 2.2 Laju Aliran Pada perancangan sistem pnyediaan air untuk suatu bangunan, kapasitas peralata dan ukuran pipa-pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air yang harus disediakan kepada bangunan tersebut. Jumlah dan laju aliran air tersebut seharusnya diperoleh dari penelitian keadaan sesungguhnya. Penentuan laju aliran dapat ditentukan sebagai berikut (Noerbambang & Morimura, 2005): 1) Penentuan laju lairan berdasarkan pemakai Apabila jumlah penghuni diketahui, atau diteteapkan untuk suatu gedung maka angka tersebut dipaka untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan regulasi dan standar mengenai kebutuhan air per orang per hari untuk sifat penghuni gedung tersebut. Bila jumlah penghuni tidak diketahu, biasanya ditaksir berdasarkan luas lantai dan menentapkan padatan hunian per lantai. Luas lantai gedung yang dimaksudkan merupakan luas lantai efektif, yang berkisar antara 55 sampai 80 persen dari luas seluruhnya. 2) Berdasarkan unit beban alat plambing Pada metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban (fixture unit). Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan unit beban dari semua alat plambing yang dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju aliran air dengan kurva (Gambar 1). Kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit beban alat plambing dengan laju aliran air, dengan memasukkan faktor kemungkinan penggunaan serempak dari alatalat plambing.

10 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober ) Pemakaian air pada jam puncak =. (2) Dimana: Qh-maks = pemakaian air (l/jam) C1 = konstata 1,5 untuk bangunan rumah tinggal, 1,75 untuk bangunan perkantoran, 2,0 untuk bangunan hotel/apartement. Qh = pemakaian rata-rata (l/jam) 4) Pemakaian iar pada menit puncak =. (3) Gambar 1. Hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran. (Sumber: Noerbambang & Morimura, 2005) 2.3 Tekanan dan Kecepatan Pengaliran Tekanan minimum pada setiap saat pada titik aliran keluar harus 50 kpa setara dengan 0,5 kgf/cm 2 (SNI , 2000). Secara umum dapat dikatakan besarnya tekanan standar adalah 1,0 kgf/cm 2 sedang tekanan statik sebaiknya diusahakan antara 4,0 kgf/cm 2 sampai 5,0 kgf/cm 2 dan untuk perkantoran antara 2,5 kgf/cm 2 sampai 3,5 kgf/cm 2. Disamping itu, beberapa macam peralatan plambing tidak dapat berfungsi dengan baik jika tekanan air kurang dari suatu batas minimum (Poerbo, 2010). 2.4 Penentuan Kebutuhan Air Bersih Dalam perancangan ini digunakan pemakaian air rata-rata sehari per orang sebesar 50 liter/hari/orang dengan jangka waktu pemakaian air rata-rata dalam sehari yaitu 8 jam (SNI , 2005). Adapun langkah-langkah perhitungan kebutuhan air bersih dalam gedung pada penulisan ini menurut (Noerbambang & Morimura, 2005) adalah sebagai berikut: 1) Pemakaian air dalam satu hari Q d = jumlah penghuni x pemakaian air per orang per hari 2) Kebutuhan air rata-rata pemakaian per hari h = (1) Dimana: Qh = pemakaian air rata-rata (l/jam) Qd =pemakaan air rata-rata (l/hari) t = pemakaian rata-rata (jam/hari) Dimana: Qm-maks =pemakaian air (l/menit) C2 = konstata 3,0 untuk bangunan rumah tinggal, 3,5 untuk bangunan perkantoran, 4,0 untuk bangunan hotel/apartement. Qh = pemakaian rata-rata (l/jam) Angka pemakaian air yang diperoleh dengan metode ini biasanya digunakan untuk menetukan volume tangki bawah, tangki atap, pompa dan sebagainya, adapun untuk menentukan perhitungan dimensi bak air bawah (Ground Water Tank) berdasarkan rumus menurut (Noerbambang & Morimura, 2005) yaitu: 1) Penentuan besarnya kapasitas pipa dinas Q s = 2 3.Q h (4) Dimana: Qh = pemakaian air rata-rata (m 3 /jam) Qs = kapasitas pipa dinas (m 3 /jam) 2) Dihitung besarnya volume bak air bawah Volume GWT = [ ( )] x T (5) Dimana: Qd = pemakaian air rata-rata (m 3 /jam). Qs = kapasitas pipa dinas (m 3 /jam). t = pemakaian air 1 hari (jam/hari). T = waktu penampungan (hari) Perhitungan dimensi bak air atas berdasarkan suplai air dari PDAM terutama didasarkan pada fluktuasi kebutuhan air dan pemompaan yang disesuaikan dengan waktunya. Berikut merupakan rumus yang digunakan dalam menghitung tangki atap (Roof Tank) menurut (Noerbambang & Morimura, 2005) yaitu: = [( ) ( )] (6) Dimana: Ve = volume bak air atas (m 3 )

11 93 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 Qp = kebutuhan puncak (m 3 /menit) Qh-maks = kebutuhan jam puncak (m 3 /menit) Qpu = kapasitas pompa pengisi (m 3 /menit) Tp = jangka waktu kebutuhan (menit) Tpu = jangka waktu pengisian (menit) 2.5 Penentuan Head Pompa dan Perhitungan Daya Pompa Berikut merupakan langkah-langkah dalam menentukan jenis pompa yang akan digunakan untuk mengalirkan air dari bak air bawah menuju bak air atas dengan asumsi kecepatan pengaliran antara 0,3 m/s hingga 2,5 m/s (Noerbambang & Morimura, 2005): 1) Ditentukan debit pengaliran seperti berikut: = (7) 2) Dihitung diameter pipa pengalir Karena: ( ) = (8) Maka: = ( ) (9) Dimana: Re = bilangan raynolds V = kecepatan (m/s) D = diameter pipa 9m) V = viskositas air (8,93x10-7 m 2 /s) Aliran tersebut dapat bersifat laminer ataupun turbulen, untuk aliran laminer dengan Re<2300, dan untuk aliran turbulen Re>4000. Untuk menentukan kerugian gesek pada pipa (Head Loss) digunakan rumus seperti berikut: h =. Dimana: h = head kerugian gesek pipa (m) = koefisien kerugian gesek Untuk laminer: = Untuk turbulen: = 0,020 +, g = gravitasi (9,81 m/s 2 ) L = panjang pipa (m) V = kecepatan aliran (m/s) D = diameter pipa (m) Re = bilangan raynolds (12) Dimana: Q = debit pengaliran (m 3 /detik) D = diameter pipa (m) v = kecepatan aliran (m/s) 3) Kecepatan pengaliran kebenarnya Head loss akibat aksesoris: = (13) Dimana: n = jumlah aksesoris K = koefisien gesek = (10) Dimana: Vcek = kecepatan pengaliran (m/s) Q = debit pengaliran (m 3 /s) D = diameter pipa (m) 4) Dihitung head statis, dapat ditentukan dari Jarak antar muka air pada bak air bawah (Ground Water Tank) terhadap bak air atas (Roof Tank). jarak dari muka air pada pada bak air bawah (Ground Water Tank) hingga titik tertinggi yang pernah dicapai oleh air. 5) Dihitung head loss pada pipa dan aksesoris yang digunakan (Sularso & Tahara, 2006) seperti berikut: Dalam menentukan kerugian gesek pipa terlebih dahulu di tentukan aliran yang terjadi dalam pipa dengan rumus seperti berikut: = (11) 6) Dihitung head total pompa = h + h + h (14) Dimana: ha = head statis (m) h = perbedaan tekanan hl = Head Loss total pipa Gambar 2. Tipe pompa GRUNDFORS (Sumber: Noerbambang & Morimura, 2005)

12 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober ) Dihitung NPSHa pompa = + h h (15) Dimana: = daya hisap sistem (m) = tekanan pada permukaan air (1 atm = 10332,274 kgf/m 2 ) = tekanan uap jenuh (20 0 C = 238,51 kgf/m 2 ) = berat jenis air (1000 kgf/m 3 ) h = head isap statis (m) h = head pada pipa hisap (m) 8) Jenis pompa melalui grafik tipe pompa seperti terlihat pada Gambar METODOLOGI PERANCANGAN Pada perancangan ini digunakan metodologi perancangan seperti gambar diagram alir berikut: Gambar 3. Diagram alir perancangan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Dengan data perhitungan yang telah dilakukan didapat asumsi jumlah kepadatan penghuni pada bangunan sebanyak orang. 4.1 Penentuan Kebutuhan Air Bersih Untuk mengetahui jumlah kebutuhan air bersih yang digunakan dapat dihitung dengan persamaan seperti berikut: Q d = jumlah penghuni x pemakaian air per orang per hari Q d = orang x 50 liter/hari/orang Q d = liter/hari Q d = 57,4 m 3 /hari Dengan dilakukan penambahan sebesar 20% dari total kebutuhan air bersih yang digunakan (Sunarno, 2005) maka: Qd total = (100%+20%) x 57 m 3 /hari Qd total = 120% x 57 m 3 /hari Qd total = 120% x 57 m 3 /hari = 68,4 m 3 /hari Qd total Maka pemakaian air per hari dengan penambahan 20% adalah sebesar 68,4 m 3 /hari. 1) Kebutuhan air rata-rata jam kerja dihitung sebagai berikut: h = dimana: Qh = pemakaian air rata-rata selama jam operasi (l/jam) Qd = pemakaian air rata-rata sehari (l/hari) t = jangka waktu rata-rata pemakaian air dalam 1 hari (8 jam/hari) sehingga:. / h = / h = / Maka pemakaian rata-rata air per hari pada jangka waktu 8 jam adalah sebanyak l/jam atau sebesar 2,375 l/detik. 2) Pemakaian air pada jam puncak dihitung sebagai berikut: =. dimana: Q h-maks = pemakaian air pada jam puncak (l/jam) C 1 = 1,75 Q h = l/jam. sehingga: = 1, / = / Jadi pemakaian air pada jam puncak sebanyak l/jam, atau setara dengan 14,92 m 3 /jam. 3) Pemakaian air pada menit puncak dihitung sebagai berikut:

13 95 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 =. dimana: Q m-maks = pemakaian air pada menit puncak (l/menit) C 2 = 3,5 Q h = l/jam sehingga: = (3, / ) = ( / ) = 498,75 / Jadi pemakaian air pada menit puncak sebanyak 498,75 l/menit setara dengan 0,498 m 3 /menit. 4.2 Penentuan Ukuran Bak Air Bawah Dengan air yang ditampung pada bak air bawah diperlukan ukuran yang sesuai terhadap kapasitas penampungan sehingga pengunaan air pada jam puncak dapat tercukupi. Penentuan ukuran bak air bawah (Ground Water Tank) ditentukan berdasarkan perhitungan sebagai berikut: 1) Dihitung besarnya kapasitas pipa dinas, dengan persamaan sebagai berikut: Q s = 2 Q 3 h dimana: Q h = 8,55 m 3 /jam Q s = kaspasitas pipa dinas (m 3 /jam) Sehingga: Q s = 2 3 x 8,55 m3 /jam Q s = 5,7 m 3 /jam 2) Dihitung besarnya volume bak air bawah (Ground Water Tank), dengan persamaan sebagai berikut: Volume GWT = [ ( )] dimana: Q d = 68,4 m 3 /hari Q s = 5,7 m 3 /jam T = 1 hari t = 8 jam/hari Sehingga: Volume GWT = [68,4 (5,7x 8 jam/hari)] x 1 hari Volume GWT = [68,4 45 m 3 /hari] x 1 Hari Volume GWT = 23,4 m 3 Jadi, volume bak air bawah (Ground Water Tank) yaitu sebesar 23,4 m 3. Pada perancangan ini digunakan bak air bawah (Ground Water Tank) seperti gambar berikut: Gambar 4. Penempatan bak air bawah (Ground Water Tank) 4.3 Penentuan Ukuran Bak Air Atas Dalam menentukan dimensi bak air atas (Roof Tank) terlebih dahulu harus ditentukan kapasitas volume air yang harus ditampung dalam bak tersebut. Penentuan kapasitas volume bak air atas mengunakan persamaan dapat ditentukan melalui perhitungan seperti berikut: = =0,498 m 3 /menit =14,92 m 3 /jam = 14,92 m 3 /jam x 1 jam 60 menit = 0,248 m 3 / menit Pada perancangan ini untuk nilai Qpu diasumsikan sebesar Qh-max, sehingga: = = 0,248 m 3 /menit Selain itu, diasumsikan juga bahwa: T p = 60 menit T pu = 25 menit Dari data-data tersebut, selanjutnya dapat ditentukan volume evektif untuk bak air atas sesuai rumus 2.8 pada bab sebelumnya, yaitu: = [( ) ( )] dimana: V E = volume bak air atas (m 3 ) Q p = 0,498 m 3 /menit Q h-maks = 0,248 m 3 / menit Q pu = 0,248 m 3 / menit T p = 60 menit T pu = 25 menit Sehingga: V E = [(0,498-0,248 x m 3 / menit)x60 menit (0,248 m 3 / menit x 25 menit) V E = [(0,25 x m 3 / menit)x60 menit - 6,2 m 3 ] V E = [15 m 3-6,2 m 3 ] V E = 8,8 m 3 Jadi, besarnya volume efektif bak air atas (Roof Tank) sebesar: 8,8 m 3. Untuk gambar penempatan bak air atas seprti gambar berikut:

14 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober ) Ditentukan NPSHa pada pompa seperti berikut: = + h h dimana: = daya hisap sistem pompa (m) = tekanan pada permukaan air (1ATM = 10332,274 kgf/m 2 ) = tekanan uap jenuh (20 0 C = 238,51 kgf/m 2 ) = berat jenis air (1000 kgf/m 3 ) h = head isap statis (2,7 m) h = kerugian head pada pipa hisap (1,24 m) Gambar 5. Penempatan bak air atas (Roof Tank) 4.4 Penentuan Head dan Jenis Pompa Transfer maka: =, +, 2,7 1,24 = 6,63 Jadi total Head Loss pompa transfer sebesar 41,327 m, dan NPSHa sebesar 6,63 m. 4.5 Perhitungan Booster Pump Untuk mencukupi tekanan yang diperlukan digunakan asumsi tekanan yang harus tercapai dengan minimal tekanan yang dipersyaratkan sebesar 0,7 kg/cm 2 sehingga dapat ditentukan penggunaan Booster Pump untuk distribusi air bersih pada lantai dimana bila mengunakan gaya gravitasi tekanan yang dihasilkan kurang dari 0,7 kg/cm 2. Berikut merupakan perhitungan tekanan yang harus dicapai oleh Booster Pump: = ( + ) 1,5 Gambar 6. Isometrik pemipaan pompa transfer pengisi bak air atas Gambar isometrik pompa transfer dapat dilihat seperti Gambar 6 diatas 1) Dihitung Head Loss total (h l) yaitu jumlah Head Loss pipa beserta aksesori yang dapat ditentukan dengan rumus berikut: h = h + h dimana: h = Head total (m) h = 4,243 m h = 2,484 m maka: h = 4,243 m + 2,484 m h = 6,727 m 2) Dihitung Head total pompa (H total) yang dapat dihitung dengan rumus berikut: = h + h + h maka: = 34, ,727 = 41,327 dimana: = tekanan pada (kgf/cm 2 ) = tekanan distribusi air bersih pada (lantai 7 sebesar 0,1996 kgf/cm 2 ) = tekanan minimal yang dipersyaratkan (0,7 kgf/cm 2 ) sehingga: = (0,1996 kgf/cm 2 +0,7 kgf/cm 2 ) x 1,5 = (0,9 kgf/cm 2 ) x 1,5 = 1,35 kgf/cm 2 Jadi pada sistem distribusi air bersih untuk lantai 7 dan lantai 6 diperlukan Booster Pump dengan tekanan minimum pada Booster Pump sebesar 1,35 kgf/cm 2 dan laju aliran sebesar 3,59 l/s. 4.6 Penentuan Kapasitas Limbah Air Buangan Limbah air buangan yang dihasilkan adalah sebesar 40 liter per orang per hari (PERGUB DKI 1225, 2005). Sehingga besar air buangan yang dihasilkan dapat dihitung dengan rumus seperti berikut: = ( / /h ) 0,8 = ( /h ) 0,8

15 97 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 = /h = 36,736 /h Sehingga pada perancangan bangunan ini ditentukan besarnya debit air buangan adalah sebesar 36,736 m 3 /hari, maka sesuai dengan produk Package STP dari produk Bioasahi dapat digunakan Package STP RCO-40 dengan debit yang dapat ditampung sebesar 40 m 3 /hari. 5. KESMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dibahas maka dapat disimpulan sebagai berikut: 1) Perancangan plambing instalasi air bersih dan air buangan pada gedung perkantoraan bertingkat 7 lantai dengan jumlah penghuni bangunan sebesar orang maka di perlukan air bersih sebesar 68,4 m 3 /hari. Penggunaan kapasitas bak penampung air bersih bawah (Ground Water Tank) sebesar 23,4 m 3, dan untuk bak air bersih atas (Roof Tank) yaitu sebesar 8,8 m 3. Bak penampung air buangan yang digunakan (Package STP) dengan kapasitas 40 m 3. 2) Pengaliran air bersih dari bak air bawah menuju bak air atas digunakan pompa transfer dengan kapasitas pengaliran sebesar 0,249 m 3 /menit, Head pompa sebesar 41,327 m, dan NPSHa sebesar 6,63 m. Pada tekanan kerja air bersih yang didistribusikan menuju peralatan saniter pada lantai 6 dan lantai 7 digunakan Booster Pump dengan kapasitas pengaliran sebesar 3,59 liter/detik, dan tekanan pada Booster Pump sebesar 1,35 kgf/cm 2. DAFTAR PUSTAKA [1]. Badan Standar Nasional. (2000). SNI Sistem Plambing. [2]. Badan Standar National. (2005). SNI Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing. [3]. Badan Standar National. (2005). Pergub DKI Pengolahan Air Limbah Domestik di Provinsi DKI. [4]. Carier. (1985). Hand Book of Air Conditining System Design. Mc Graw- Hill Company. [5]. Ebara Standar. (2016, December 10). Ebara End Suction Volute Pump. Diambil dari website: e_fsa,_50_hz1.pdf [6]. International Code Council. (2012). International Plambing Code. New York: ICC. [7]. Kusuma, Yuriadi Ir. (2014). Perancangan Sistem Plambing, Jakarta: Universitas Mercubuana. [8]. Menteri Pekerjaan Umum. (2008). Permenpu No. 26-PRT-M-2008 Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Departemen Pekerjaan Umum. [9]. Noerbambang, Soufian., & Morimura, Takeo. (2005). Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing. Jakarta: Pradnya Paramita. [10]. Poerbo, Hartono. (2010). Utilitas Bangunan, Jakarta: Djambata. [11]. Rinka, D.K., Sururi, R., & Wardhani, E. (2014). Perencanaan Sistem Plambing Air Limbah dengan Penerapan Konsep Green Building pada Gedung Panghegar Resort Dago Golf- Hotel. Jurnal Teknik Lingkungan ITENAS, 2, [12]. STP Bioasahi. (2016, December 5). Sewage Treatment Plant (STP) Biotechnologi BIOASAHI. Diambil dari website: [13]. Sularso., & Tahara, Haruo. (2006). Pompa dan Kompresor, Jakarta: Pradnya Paramita. [14]. Sunarno Ir. (2005). Mekanikal Elektrikal Gedung. Yogyakarta: Andi. [15]. Tukiman., Santoso, P., Satmoko, A. (2013). Perhitungan dan Pemilihan Pompa Pada Instalasi Pengolahan Air Bebas Mineral Iradiator Gama Kapasitas 200 Kci. Proceedings Pertemuan Ilmiah Rekayasa Perangkat Nuklir,14 November 2013 (pp ). Tangerang Selatan, Indonesia: BATAN. [16]. Wavin Standar. (2014). Standar Pipa PP R Produk Wavin Tigris. Diambil dari website: jakarta.com.

16 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober ANALISA KERUSAKAN POMPA SENTRIFUGAL P-011C DI PT. SULFINDO ADIUSAHA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSDUCER GETARAN ACCELEROMETER Levi Amanda Putra Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Jakarta Abstrak -- Pompa sentrifugal P-011C merupakan salah satu alat penunjang di PT. Sulfindo Adiusaha yang berfungsi menyalurkan air untuk proses produksi. Dari laporan operator produksi, diketahui bahwa nilai getaran pompa ini adalah 3.96mm/s & 14.1gE yang melebihi standar ISO dan enveloping severity. Accelerometer merupakan transducer yang dapat digunakan sebagai system monitor getaran maupun untuk analisa getaran. Dampak dari getaran adalah terjadinya suara bising, turunnya kinerja dan performa pompa serta dapat merusak komponen pada pompa terutama pada poros dan bantalan. Hasil penelitian bahwa sinyal getaran motor & pompa inboard diindikasikan parallel misalignment, sisi Pompa inboard & outboard dari pembacaan sinyal getaran mengalami kerusakan pada komponen bantalan kerusakan pada bagian pemisah (cage) ditandai dengan amplitudo dominan pada 600 CPM (1xFTF) dan kerusakan bola amplitudo dominan pada 6300 CPM (2xBSF). Kerusakan bearing dan misalignment diakibatkan oleh kerusakan sudu impeller pompa yang ditandai munculnya amplitudo dominan di putaran kerja pompa itu sendiri (1480 CPM) dan diikuti amplitudo dominan di frekuensi sudu impeller hingga harmonik (2xBPF). Kata kunci: pompa sentrifugal, transducer accelerometer, sinyal getaran 1. PENDAHULUAN Mesin dikatakan ideal pada prinsipnya apabilla seluruh energi yang dihasilkan menjadi kerja. Walaupun demikian tidak ada yang ideal dari hasil rancangan manusia karena sebagian energy akan terbuang menjadi bentuk getaran mekanik. Analisa getaran merupakan salah satu faktor pendukung meminimalisir terjadinya getaran berlebih pada. Banyak keluhan mengeai hal tersebut dikarenakan getaran yang sangat cepat melanda mesin-mesin industri sehingga mesinmesin tersebut mengalami keausan mesin. Keausan mesin ini seringkali terjadi dalam jangka waktu yang cepat padahal perbaikan mesin selalu menggantikan spare part lama dengan spare part baru. Tetapi mengapa getaran-getaran yang memberikan peringatan bahwa mesin dalam keadaan aus ini cepat menghampiri mesin Padahal spare part selalu diganti baru jika ada kerusakan. Gambar 1. Kerusakan pada komponen pompa dan motor Analisa vibrasi sangat penting karena salah satu indikator yang baik untuk mendeteksi masalah mekanis untuk peralatan berputar (Rotating Equipment), karena getaran suatu mesin yang disebabkan oleh gaya berulang seperti ketakseimbangan, misalignment, poros bengkok, kerusakan bantalan, kelonggaran mekanik, gear aus, kavitasi dan resonasi. Mengukur suatu getaran mesin dibutuhkan suatu transducer getaran yang berfungsi untuk mengolah sinyal getaran menjadi sinyal lain, dalam hal ini sinyal listrik, transducer accelerometer umumnya mempunyai bentuk yang cukup kecil dan ringan, serta range temperature dan frekuensi kerjanya cukup lebar. Accelerometer merupakan sensor yang dapat digunakan sebagai system monitor getaran maupun untuk analisa getaran. Untuk membantu memperoleh hasil pengujian dari getaran yang sering terjadi pada mesin-mesin industri. Transducer accelerometer umumnya mempunyai bentuk yang cukup kecil dan ringan, serta range temperature dan frekuensi kerjanya cukup lebar. Accelerometer adalah merupakan sensor yang dapat digunakan sebagai system monitor getaran maupun untuk analisis getaran. Transducer ini mempunyai sensitifitas yang tinggi terhadap getaran dengan frekuensi tinggi. Ukuran accelerometer cukup kecil dan ringan, sehingga accceloremeter ini sangat cocok digunakan diokasi yang mempunyai ruang yang sangat terbatas.

17 99 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 Gambar 2. Skematika accelerometer transducer bandul. Pengukuran spike energy adalah pengukuran getaran frekuensi tinggi akibat adanya pulsa dari energi getaran. Pulsa dari energi getaran yang terjadi pada mesin sebagai akibat dari: Permukaan yang cacat dari element rolling bearing atau gear. Rubs, impacts, dan terjadi kontak antara logam dengan logam di dalam mesin yang berputar. Aliran steam dengan tekanan tinggi atau kebocoran udar. Kavitasi akibat aliran yang turbulen dalam fluida. Beberapa keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan transducer accelerometer untuk system pengukuran getaran adalah: Mempunyai respon yang baik terhadap frekuensi tinggi. Mempunyai range frekuensi kurang dari 2 Hz sampai lebih dari 20K Hz. Dengan bentuknya yang kecil dan ringan dapat digunakan pada posisi dengan ruang yang sangat terbatas. Dapat diguanakan pada suhu tinggi, yaitu sampai suhu lebih 500 derajat C. Untuk mesin-mesin yang didesain dengan jam operasi yang panjang/lama maka diberikan secara praktis ISO yang memberikan batasan getaran operasional, yaitu alarms dan trips. Alarms merupakan nilai batas dari getaran yang ditentukan untuk memberikan peringatan dini bahwa getaran sudah mencapai ataupun ada perubahan yang signifikan. Apabila batas alarms terjadi, pengoperasian mesin dapat dilanjutkan untuk sementara waktu sambil dilakukan investigasi untuk mengidentifikasi penyebab perubahan getaran dan menentukan tindakan perbaikannya. Gambar 4. Standar enveloping 2. METODELOGI PENELITIAN Rangkaian kegiatan penelitian secara garis besar dapat dilihat pada diagram alir Gambar 3 sebagai berikut: Gambar 3. Standar ISO Karakteristik lain dari getaran yang agak khusus adalah pengukuran spike energy. Besaran dari spike energy ini agak abstrak karena tidak dapat dijelaskan dengan gambar dari getaran Gambar 5. Diagram alir penelitian Penilitian ini dimulai dengan penerimaan laporan dari operator mengenai kondisi pompa yang abnormal dengan alat yang digunakan operation vibropen dan kemudian melakukan

18 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober peninjauan / pengamatan langsung dilapangan untuk mengetaui kondisi terkini guna pengambilan data temperatur dan vibrasi menggunakan microlog analyzer GX. Dari peninjauan yang dilakukan, diketahui masalah apa yang terjadi pada pompa dan motor tersebut. Salah atu upaya preventive maintenance yang diakukan pihak PT. Sulfindo Adiusaha adalah menganalisa kondisi motor dan pompa (condition monitoring) dengan menggunakan pengamatan secara vsual dan vibration monitoring. Pengamatan secara visual dilakukan pada komponen pompa atau motor yang mengalami kerusakan saat pembongkaran berlangsung. Sedangkan untuk pengambilan data vibrasi, dilakukan pada 4 bagian yaitu sisi dalam dan luar motor, serta sisi dalam dan luar pompa. Pada setiap sisi dilakukan pengambilan data sebanyak 3 kali, yaitu pada sisi horizontal, vertikal dan axial. Lokasi dan arah pengambilan data vibrasi seperti yang ditampilkan pada gambar berikut. dan motor, maka akan timbul amplitudo tinggi pada frekuensi tertentu. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil laporan dari operator mengenai kondisi pompa yang abnormal dengan alat yang digunakan operation yaitu vibropen, kemudian melakukan peninjauan dan pengamatan langsung dilapangan untuk mengetaui kondisi terkini guna pengambilan data vibrasi menggunakan microlog analyzer GX dengan transducer accelerometer. Maka terdapat pompa yang mengalami masalah, nilai vibrasi sudah melebih standar, berikut nilai vibrasi di jelaskan di Tabel 1. Tabel 1 Data vibrasi & temperatur Berikut analisa sinyal getaran velocity dari pompa P-011 C sisi Motor & pompa inboard: Gambar 6. Titik pengukuran vibrasi Hasil yang didapat pada pemeriksaan vibrasi berupa nilai dari besarnya yang terjadi, namun data tersebut harus diolah terlebih dahulu, berikut gambaran proses pengukuran data vibrasi. Gambar 8. Sinyal getaran velocity motor inboard Gambar 7. Proses pengukuran vibrasi Parameter yang dibandigkan adalah amplitudo dan frekuensi. Karena amplitudo sebanding dengan gaya eksitasi yang terjadi pada komponen pompa dan motor. Maka menurut teori, apabila terjadi kerusakan pada komponen pompa Gambar 9. Sinyal getaran velocity pompa inboard Gambar 8 dan 9 merupakan bentuk spektrum dalam domain frekuensi. Sumbu horizontal menunjukan frekuensi dalam bentuk

19 101 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 satuan CPM dan sumbu vertikal menunjukan amplitudo dalam satuan mm/s. Pada Gambar 8 Sinyal getaran velocity motor inboard (DE) terlihat: Frekuensi 2960 CPM (2x putaran kerja) dengan amplitudo cukup besar (0.53 mm/s). Amplitudo di frekuensi 1x CPM dan 3x CPM (Tabel 4.3) lebih kecil dari frekuensi 2x CPM. Dan amplitudo terbesar berada di frekuensi 8880 CPM (6x putaran kerja) dengan amplitudo (0.66 mm/s). Pada Gambar 9 Sinyal getaran velocity pompa inbard (DE): Terlihat frekuensi 2960 CPM (2x putaran kerja) dengan amplitudo cukup besar (0.98 mm/s). Amplitudo di frekuensi 1x CPM dan 3x CPM (Tabel 4.3) lebih kecil dari frekuensi 2x CPM. Sama dengan sinyal getaran yang dihasilkan pada motor inboard amplitudo terbesar (Tabel 4.3) berada di frekuensi 8880 CPM (6x putaran kerja). Ini merupakan frekuensi sudu, dapat dihitung dari perhitungan dibawah ini: Frekuensi sudu = Jumlah sudu x Putaran poros = 6 x 1480 RPM = 8880 RPM Tabel 2. Data Sinyal Getaran Velocity Motor dan Pompa inboard 10) dan nilai overall yang sebelumnya (6.08 ge) mengalami kenaikan menjadi (14.11 ge) nilai tersebut melebihi standar yang dijinkan yaitu (4 ge). Nilai (14.1 ge) menunjukan kriteria dalam kondisi unacceptable / Danger. Gambar 11. Sinyal Getaran Enveloping Pompa Inboard (DE) Sinyal getaran enveloping pompa inboard (gambar 11) muncul amplitudo tertinggi di sub harmonik yaitu 0.4x CPM & 0.8x CPM (putaran kerja) dan muncul inter harmonik frekuensinya pada 4.2x CPM & 8.4x CPM (putaran kerja). Setelah input data bearing dan perhitungan menggunakan software, maka muncul frekuensi eksitasi impuls disetiap komponen bantalan, dari sinyal getaran envelope pompa inboard muncul amplitudo tertinggi berada difrekuensi eksitasi impuls pada komponen bantalan pemisah (FTF) diikuti harmoniknya (Gambar 11 & Tabel 3). Dan sinyal getaran enveloping pompa inboard muncul amplitudo tertinggi berada difrekuensi eksitasi impuls pada komponen bola bantalan (BSF) diikuti harmoniknya (Gambar 11 & Tabel 3). Tabel 3. Frekuensi Fundamental Elemen Bantalan Pompa Inboard Berikut trending dan sinyal getaran enveloping pompa inboard: Gambar 10. Trending Sinyal Getaran Enveloping Pompa Inboard Nilai overall enveloping mengalami kenaikan terlihat dari trending condition monitoring (Gambar Berikut analisa sinyal getaran dari pompa, P-011C sisi volute pompa:

20 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober x x x 0.31 Ditunjukan pada sinyal getaran velocity (gambar 14 & Tabel 4) muncul frekuensi sudu diikuti harmonik 2x frekuensi sudu, yang mana dapat dihitung dari perhitungan dibawah ini: Gambar 12. Trending sinyal getaran enveloping volute pompa Nilai overall enveloping mengalami kenaikan terlihat dari trending condition monitoring (Gambar 12) dan nilai overall yang sebelumnya (10.27 ge) mengalami kenaikan mejadi (23.64 ge) nilai tersebut melebihi standar yang dijinkan yaitu (4 ge). Nilai (23.64 ge) menunjukan kriteria dalam kondisi unacceptable / Danger. Frekuensi sudu= Jumlah sudu x Putaran poros = 6 x 1480 RPM = 8880 RPM Tabel 5. Hasil Analisa Sinyal Getaran Motor & Pompa Sentrifugal P-011C 3.1 Analisa Akar Permasalahan Gambar 13. Sinyal getaran enveloping volute Pompa Dari sinyal getaran enveloping volute (gambar 13) muncul frekuensi sinyal getaran secara acak hingga di frekuensi tinggi dengan amplitudo terbesar di frekuensi 1.55x CPM (putaran kerja) dengan nilai amplitudo (0.89 ge). Dan kondisi pada saat pompa operasi disisi volute terdengar suara dengan tingkat kebisingan yang tidak normal. Berdasarkan analisa sinyal getaran (vibrasi) yang dilakukan telah diketahui kerusakan apa saja yang terjadi pada pompa sentrifugal P-011 C, kemudian langkah selanjutnya dibuatlah ishikawa diagram untuk memudahkan analisa akar dari kerusakan. Gambar 15. Ishikawa diagram kerusakan pompa Gambar 14. Sinyal getaran velocity volute pompa Tabel 4. Data sinyal getaran velocity volute pompa Frekuensi (CPM) Volute Pompa Putaran Kerja (Order) Amplitudo (mm/s) x x x x x 0.15 Dari pemeriksaan yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat beberapa kerusakan pada komponen pompa, sehingga perlu penelusuran lebih lanjut mengapa potongan kayu dapat masuk ke aliran masuk pompa, dari hasil penelusuran dan pengamatan langsung terhadap pompa sentrifugal P-011 C antara lain: Struktur cooling tower diperbaki (pergantian kayu struktur) di bulan november 2016 (Gambar 16), sehingga dapat dimungkinkan sepihan potongan kayu terjatuh di basin cooling water dan tergerus air sehingga menuju aliran masuk pompa sentrifugal.

21 103 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 pompa yang mengalami kerusakan agar didapat penyebab akar penyebab kerusakannya. Gambar 16. Kondisi struktur cooling tower Pada sistem instalasi pompa sentrifugal P- 011 C tidak terdapat strainer (Gambar 17), sehingga benda asing dapat masuk ke bagian volute pompa yang mengakibatkan kerusakan pada impeller. Gambar 19. Ishikawa Diagram Kerusakan Poros Pompa Dari pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa kerusakan sudu impeller mengakibatkan kavitasi, disebabkan oleh potongan kayu yang masuk keruang sudu impeller sehingga getaran yang berlebih disisi pompa dan menyebabkan kebocoran seal bantalan pompa. Kekurangan pelumas pada bantalan mengakibatkan bantalan kontak langsung terhadap komponen yang lainnya tanpa adanya pelapis, sehingga bantalan menglami kerusakan. Kerusakan bantalan yang tidak lansung ditindak lanjuti dikarenakan untuk mempertahankan produksi yang maksimal menyebabkan kerussakan pada poros pompa karena sistem pelumasan bantalan tidak mencukupi, dari kerusakan tersebut menyebabkan misalignment. 3.2 Rekomendasi Perbaikan Gambar 17. Sistem Instalasi Pipa Suction Pompa P-011C Dan pada sisi housing bearing mengalami kebocoran seal pelumas bantalan yang ditandai keluarnya pelumas di area cover bantalan (Gambar 18), sehingga bantalan mengalami kekurangan pelumas. Berdasarkan kerusakan yang terjadi dan analisa akar penyebab kerusakannya, maka dirumuskan strategi perbaikan dan perawatan untuk setiap komponen yang mengalami kerusakan yang dibuat pada Tabel 6 sebagai berikut. Tabel 6. Rekomendasi Perbaikan Untuk Komponen yang Mengalami Kerusakan Gambar 18. Area Kebocoran Pelumas Bantalan Untuk menganalisa hingga akar penyebab kerusakan, maka ishikawa diagram pompa secara keseluruhan dibuat lebih detail pada komponen Penambahn strainer pada pipa aliran masuk (suction) guna untuk menghindari kotoran atau benda asing keruang sudu impeller yang dapat mengakibatkan kerusakan tersebut terulang kembali dan melaksanakan perbaikan atau perawatan sesuai prosedur.

22 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari hasil inspeksi dan analisa kerusakan yang dibahas dalam tugas akhir ini antara lain: 1) Kerusakan yang terjadi pada pompa sentrifugal P-011 C adalah: Dari sinyal getaran motor & pompa inboard diindikasikan parallel misalignment. Sisi Pompa Inboard & outboard dari pembacaan sinyal getaran dapat disimpulkan bahwa kerusakan pada komponen bantalan disisi bola & pemisah yang ditandai munculnya nilai frekuensi eksitasi fundamental impuls pada komponen bantalan tersebut dan dindikasikan kelonggaran mekanik disisi bearing yang ditandai munculnya frekuensi sub-harmonik dan inter harmonik, menurut illustrated vibration diagnostic chart technical associates of charlotte. Dan volute pompa dari analisa pembacaan sinyal getaran dapat disimpulkan terdapat kerusakan pada sudu pompa sehingga mengakibatkan kavitasi, yang ditandai munculnya frekuensi sudu diikuti harmonik 2x frekuensi sudu dan munculnya sinyal random di frekuensi rendah hingga tinggi. Pada saat pompa beroperasi terdengar suara dengan tingkat kebisingan yang tidak normal. 2) Karakteristik sinyal getaran yang dihasilkan adalah: Getaran yang terjadi lebih besar diarah radial poros dan 2x putaran kerja nilai amplitudo lebih besar dibandingkan 1x putaran kerja dapat diindikasikan parallel misalignment. Pada domain frekuensi, indikasi pertama kerusakan bantalan dapat diamati pada daerah frekuensi tinggi. Bantalan yang mengalami kerusakan pada bagian pemisah (cage) menghasilkan amplitudo dominan pada 600 CPM (1xFTF) dan kerusakan bola akan menghasilkan ampitudo dominan pada 6300 CPM (2xBSF). Kerusakan pada sudu impeller pompa menghasilkan amplitudo dominan di putaran kerja pompa itu sendiri (1500 CPM) dan diikiuti amplitudo dominan di frekuensi sudu impeller hingga harmonik (2xBPF). 3) Akar permasalahan dari kerusakan pompa sentrifugal P-011 C adalah disebabkan oleh potongan kayu yang masuk keruang sudu impeller sehingga getaran yang berlebih disisi pompa dan menyebabkan kebocoran seal bantalan pompa. Kekurangan pelumas pada bantalan mengakibatkan bantalan kontak langsung terhadap komponen yang lainnya tanpa adanya pelapis, sehingga bantalan menglami kerusakan. DAFTAR PUSTAKA [1]. Berry, J. (1992). Interpreting The Severity Charts. Technical Associates of Charlotte. [2]. Berry, J. (1993). Vibration Analysis Techniques and How to Best Employ Narrowband Spectral Envelope Alarms. Technical Associates of Charlotte. [3]. Berry, J. (1996). Illustrated Vibration Diagnostic Chart (Page 1-5). Technical Associates of Charlotte. [4]. Mobius Institute. (2005). Vibration Training Quick Reference. Victoria. [5]. Sularso & Haruo, T. (2000). Pompa dan Kompressor. Jakarta: Penerbit PT Paradnya Paramita. [6]. Wiliam, T. T. (1986). Teori Getaran dengan Penerapan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

23 105 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 ANALISA TEGANGAN PADA CRANKSHAFT SEPEDA MOTOR SUZUKI SMASH MENGGUNAKAN SOFTWARE SOLIDWORKS Helmiyansah Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Jakarta Abstrak -- Pentingnya untuk mengetahui besar tegangan maksimum dan faktor keamanan maksimum pada material crankshaft sepeda motor Suzuki Smash dengan bantuan Software Solidworks Bahan material yang dipilih untuk crankshaft adalah Alloy Steel. Melalui penggunaan software maka akan lebih mudah menampilkan gaya aksi dan reaksi pada crankshaft akibat pembebanan gaya radial yang diterima oleh crankshaft sebesar 1,4 N. Prosedur penelitian di mulai dengan mengukur dimensi crankshaft dari motor Suzuki Smash kemudian dibuatkan model 3D untuk menganalisis. Hasil analisa ditampilkan berupa gambar yang menunjukan distribusi tegangan pada Crankshaft. Dari hasil analisa software disimpulkan bahwa tegangan maksimum pada Crankshaft sebesar 8,74 x10-3 N/mm² dengan faktor keamanan terendah sebesar 8,09 x Kata kunci: crankshaft, Solidworks, tegangan maksimum, faktor keamanan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan darat merupakan jenis alat transportasi yang paling banyak digunakan oleh manusia, karena memiliki kontruksi yang lebih sederhana, sehingga berharga murah dan tentu saja dapat dimiliki setiap individu. Sepeda motor merupakan bentuk kendaraan darat bermesin yang paling sederhana dan saat ini paling banyak penggemarnya di tanah air. Crankshaft/poros engkol merupakan salah satu komponen utama yang mengkonversi energi potensial bahan bakar menjadi tenaga putar pada mesin piston. Karena dalam proses kerjanya poros engkol mengubah gerakan mundur maju piston menjadi gerakan putar pada poros. Adapun efek goncangan dalam bentuk vibrasi akibat gerakan bolak balik piston akan di ballance oleh fly wheel. Sebuah kendaraan bermotor pada kondisi kecepatan tinggi tentunya harus memenuhi persyaratan yang ketat agar layak digunakan, salah satunya adalah kendaraan harus stabil pada putaran tinggi, artinya getaran yang di timbulkan oleh putaran mesin harus dalam batas yang di tentukan. Gambar 1. Chamshaft, Rocket Arm, Katup dan Crankshaft Agar mekanisme yang terdapat pada sistem poros engkol memiliki umur yang panjang, maka tentunya komponen tersebut harus di desain dengan efektif dan efisien, baik dari segi analisa pembebanan maupun pemilihan material komponen tersebut. Untuk meminimalisir efek kerusakan yang terjadi akibat berbagai jenis beban dinamis yang bekerja pada komponen crankshaft maka pada proses perancangannya hedaknya terlebih dahulu mengetahui distribusi tegangan yang bekerja. Sedangkan sebagai alat bantu dalam menganalisanya maka dipergunakan perangkat lunak Solidworks. Dari hasil analisa ini lokasi kerusakan akibat pembebanan yang terlalu tinggi dapat diketahui letak/posisinya secara dini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasar latar belakang diatas maka di rumuskan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana analisa tegangan dan faktor keamanan secara teoritis pada Pen. 2) Berapa besar tegangan maksimum dan minimum analisa menggunakan solidwork. 3) Berapa besar faktor keamanan (Factory Of Safety) analisa menggunakan solidworks. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah: 1) Menghitung gaya yang terjadi pada pen akibat ledakan didalam ruang bakar. 2) Menghitung distribusi tegangan maksimum pada pen akibat ledakan didalam ruang bakar. 3) Melakukan analisa tegangan maksimum, minimum dan faktor keamanan pada Crankshaft menggunakan simulasi Software Solidworks 2012.

24 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Poros Poros merupakan suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan elemen pemindah tenaga lainnya. Sebagai akibat kerjanya poros bisa menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya [1]. khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya hanya karena putaran tinggi dan pembebanan yang berat saja. Dengan demikian perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis proses heat treatment yang tepat sehingga akan diperoleh kekuatan yang sesuai [3], Lihat Tabel 3 spesifikasi material di bawah ini. Tabel 3. Tabel Spesifikasi Matrial Alloy Steel (Sumber: Software Solidworks) 2.2 Jenis Poros Engkol pada Sepeda Motor a) Jenis Built Up Dipergunakan pada motor jenis kecil yang mempunyai jumlah silinder satu atau dua. 2.4 Gaya yang Bekerja pada Piston Gambar 2. Poros Engkol Jenis Built Up b) Jenis On Piece Dipergunakan pada motor jenis besar yang mempunyai jumlah silinder banyak [2]. Untuk motor satu silinder pada poros engkolnya (biasanya dihadapan pena engkol) ditempatkan bobot kontra sebagai pengimbangan putaran engkol sewaktu piston mendapat tekanan kerja. Tetapi motor yang bersilinder banyak, pena engkolnya dipasang saling mengimbangi. Berat bobot kontra kira-kira sama dengan berat batang piston ditambah dengan berat engkol seluruhnya. Dengan demikian poros engkol itu dapat diseimbangkan, sehingga dapat berputar lebih rata dan getaran-getaran engkol menjadi hilang. Dengan adanya bobot kontra ini menyebabkan tekanan pada bantalan menjadi berkurang dan merata. Kerja yang dilakukan motor bakar dalam hal ini adalah akibat proses konversi energi potensial yang di kandung bahan bakar menjadi energi mekanik. Konversi energi terbentuk pada saat bahan bakar meledak dalam ruang bakar sehingga menghasilkan gaya dorong yang sangat besar. Proses penekanan piston terhadap campuran bahan bakar-udara agar terjadi pemadatan volume serta agar campuran bahan bakar - udara dapat bercampur secara homogen sehingga ketika busi memercikan bunga api akan di dapat kualitas pembakaran yang bagus sehingga di dapat ledakan yang besar. Tekanan efektif rata-rata pada mesin 4 langkah yang terjadi di ruang bakar tepat di atas piston kisaran 900 kpa hingga 1400 kpa untuk motor standar, atau 9-13 psi. Tekanan ini di simbolkan dan F yang berarti gaya.[4] Lihat Gambar Bahan Poros Engkol Poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat pada umumnya dibuat dari baja paduan (Alloy Steel) dengan proses pengerasan kulit (Case Hardening) sehingga tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel, baja khrom nikel molebdenum, baja khrom, baja khrom molibden dan lain-lain. Sekalipun demikian, baja paduan Gambar 3. Gaya Massa Pada Piston (F) 2.5 Tegangan Gaya luar komponen akibat beban kerja akan ditahan oleh gaya dari dalam komponen dengan

25 107 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 besarnya sama dengan besaran yang sama tetapi arahnya berlawanan. Gaya dalam pada penampang komponen setiap satuan luas disebut tagangan disimbolkan dengan huruf Yunani sigma ( ) [5]. 2.6 Momen Lentur Gaya yang berkerja bahkan tegak lurus dengan sumbu adalah gaya radial.[6] Gaya radial yang bekerja pada poros diperlihatkan dalam Gambar 4 dibawah ini. b) Tegangan Utama Minimum 2.9 Safety Factor (5) Safety factor adalah sebagai pengaman pada sistem jika pada suatu keadaan sistem tersebut menerima beban diluar dari perhitungan. Tujuannya agar design kita tidak failed (gagal) pada keadaan tersebut [9] Solidworks Simulation = (6) Gambar 4. Poros yang Menerima Gaya Radial Momen Lentur = Gaya Radial x Jarak = x L (1) Setelah distribusi momen lentur diketahui maka berapakah besaran tegangan normal akibat momen lentur? Maka gunakanlah dengan persamaan besaran tegangan normal akibat momen lentur sebagai berikut: = (2) 2.7 Gaya Geser Selama poros menerima gaya radial yang menyebabkan momen lentur maka selama itu pula poros mendapatkan beban berupa gaya geser atau gaya lintang [7]. Tegangan geser dihitung dengan persamaan berikut ini : = (3) 2.8 Tegangan Gabungan Tegangan normal dapat merupakan akibat langsung dari gaya tarik atau momen lentur. Tegangan geser dapat merupakan akibat langsung dari gaya tarik, tegangan geser puntiran atau tegangan geser vertical [8]. Solidworks adalah salah satu CAD software yang dibuat oleh Dassault Systemes digunakan untuk merancang part permesinan atau susunan part permesinan yang berupa assembling dengan tampilan 3D untuk merepresentasikan part sebelum real partnya dibuat atau tampilan 2D (drawing) untuk gambar proses permesinan [10]. Solidworks Simulation merupakan bagian dari perangkat lunak solidwork yang berguna untuk menganalisa tegangan (Stress Analysis) dari desain yang sudah dibuat. Dengan adanya simulation express ini sangat membantu untuk mengurangi kesalahan dalam membuat desain. Akurat tidaknya suatu desain yang dibuat dipengaruhi juga dengan beberapa faktor lainnya seperti matrial benda, restraint (bagian diam dari part), dan load (beban) yang di berikan. Simulation express akan menunjukan tahap demi tahap bagaimana desain kita akan bekerja dibawah kondisi tertentu. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Analisa Secara Teori Dari hasil analisa secara teori tegangan maksimal yang diterima oleh pen dengan panjang 42mm dan berdiameter 27,39mm akibat gaya gaya radial yang diakibatkan oleh ledakan dalam ruang bakar sebesar σ = 33,60 N/mm². Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut: Tabel 6. Data Hasil Analisa Pen Secara Teori a) Tegangan Utama Maksimum (4) Berikut adalah grafik analisa pada pen secara teori:

26 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober Grafik 5. Analisa Pen secara Teori 3.2 Hasil Analisa Secara Software Sedangkan analisa menggunakan software akan menghasilkan tegangan maksimal sebesar 8,74 x 10-3 N/mm, lihat Gambar 6. Grafik 8 Analisa Simulasi Crankshaft menggunakan Software 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan teoritis dan simulasi yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan akibat pembebanan gaya radial sebesar 1,4 N yang terjadi pada pen dan crankshaft sebagai berikut: 1) Berikut tabel hasil perhitungan dari analisa tegangan-tegangan yang terjadi pada Pen. Gambar 6. Hasil Stress 1 Sedangkan untuk faktor keamanan (FOS) maksimum sebesar 8,09 x dan minimum sebesar 70,9, lihat Gambar 7. Gambar 7. Factor of Safety Analisa software difokuskan pada pen dan poros engkol (Crankshaft) yang sudah diassembly dan akan menghasilkan gaya reaksi pada poros engkol akibat gaya aksi yang diberikan pada pen sebesar 1,4 N. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 7 dan grafik 8 sebagai berikut: Tabel 7. Data Hasil Analisa Pen dan Poros Engkol (Crankshaft) dengan Software Berikut adalah grafik analisa pada pen secara teori: 2) Berdasarkan hasil simulasi dengan software SolidWorks diperoleh tegangan maksimum sebesar 8,74 x 10-3 N/mm² dan tegangan minimum sebesar 7.66 x N/mm². 3) FOS (Factor Of Safety) berdasarkan analisa menggunakan software diperoleh sebesar 8,09 x DAFTAR PUSTAKA [1]. Sighley E. Josep., (1984). Perancangan Teknik Mesin. Jakarta [2]. Poros Engkol (Crankshaft). (2015). Retrieved from website: [3]. Novyanto O., (2007). Element Mesin Poros (Shaft). Retrieved from website: eering-knowledge.html [4]. Memahami Kompresi, Rasio Kompresi dan Tekanan Kompresi. (2013) Retrieved from website: mi-kompresi-rasio-kompresi-dan.html [5]. Dahlan D. (Ed). Elemen Mesin. (2012). Jakarta [6]. Sonawan H. (2010). Perancangan Elemen Mesin. Bandung [7]. Mott L. (2009). Elemen-Elemen Mesin dalam Perancangan Mekanis [8]. Safety FaCtor. (n.d). Retrieved from website: y-factor [9]. Solidworks (2011) Retrieved from website: 12/02/solidworks-2012

27 109 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 ANALISA PELEBURAN LIMBAH PLASTIK JENIS POLYETHYLENE TERPHTALATE (PET) MENJADI BIJI PLASTIK MELALUI PENGUJIAN ALAT PELEBUR PLASTIK Irvan Okatama Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Jakarta Abstrak -- Pada umumnya seperti botol plastik untuk daur ulang diolah kembali menjadi barang semula, secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua yaitu thermoplastic, yaitu dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain dan bersifat thermoset, bila telah dipakai tidak dapat digunakan kembali. Jenis plastik Polyethylene Telephthalate (PET) ini merupakan jenis plastik terbaik yang bisa digunakan sebagai botol - botol minuman ringan (bersoda/terkabonasi). Alat pelebur plastik ini menggunakan alat pemanas Heater Band dan Heater Nozzle dengan suhu mencapai100c 300C. Kapasitas produksi potongan plastik bisa mencapai 1 kilogram, bahan plastik Polyethylene Telephthalate (PET) melunak pada suhu 180C dan mencair secara sempurna pada suhu 200C. Alat ini menguji dengan berat yang berbeda diantaranya 100gram, 200 gram dan 300 gram masing-masing membutuhkan waktu 615 detik, 723 detik, dan 870 detik. Berkurangnya bahan plastik karena terjadi penyusutan selama dilebur yaitu mencapai 35 gram - 80 gram. Kata kunci: Alat Pelebur Plastik, Polyethylene Telephthalate (PET) 1. PENDAHULUAN Sampah seperti botol plastik merupakanbagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Botol plastik sering dipergunakan sebagai botol minuman (air mineral, jus, soft drink, minuman olah raga) tetapi tidak untuk air hangat atau panas. Salah satu sampah yang dapat didaur ulang adalah botol plastik bekas minuman. Pemanfaatan hasil dari daur ulang botol plastik bekas minuman bisa digunakan berbagai macam beragam produk kerajinan, seperti wadah pin atau aksesoris, tempat tissue, celengan, souvenir cindera mata. Plastik PET memiliki kekuatan mekanik yang tinggi, transparan, bersifat tidak beracun, dan tidak pengaruh pada rasa dan permeabilitas yang dapat diabaikan untuk karbon dioksida. Plastik PET memiliki kekuatan tarik dan kekuatan impak yang sangat baik, begitu juga dengan ketahanan kimia, clarity, processability, kemampuan warna dan stabilitas termalnya. 1.1 Jenis - jenis plastik Menurut Syarief et al (1988), berdasarkan ketahanan plastik terhadap perubahan suhu, maka plastik dibagi menjadi dua, yaitu: a) Thermoplastic Jenis plastik ini meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu, bersifat reversible (dapat kembali ke bentuk semula atau mengeras bila di dinginkan). Contoh: Polyethylene (PE), Polypropylene (PP), Polyethylene Terephthalate (PET), Poliviniclorida (PVC), Polistirena (PS). b) Thermoset atau thermodursisabel Jenis plastik ini tidak dapat mengikuti perubahan suhu (tidak reversible) sehingga bila pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali. pemanasan dengan suhu tinggi tidak akan melunakkan jenis plastik ini melainkan akan membentuk arang dan terurai. karena sifat thermoset yang demikian maka bahan ini banyak digunakan sebagai tutup ketel. 1.2 Heater Band dan Heater Nozzle Heater Band dan Heater Nozzle Jenis heater tabung yang banyak digunakan di mesin plastik dan sejenisnya. Band heater berbentuk seperti tabung dengan fungsi pemanasan memanaskan silinder dengan dimensi tertentu. Ukuran bisa menyesuaikan dengan silinder yang akan dipanaskan. Elemen pemanas listrik (elemen pemanas listrik) banyak dipakai hearts kehidupan sehari - hari, baik di dalam rumah tangga ataupun peralatan dan mesin industri. Bentuk dan jenis dari electrical elemen pemanas bermacammacam disesuaikan dengan fungsi fungsi, tempat pemasangan dan media yang dipanaskan panas yang diposkan dihasilkan pemanas elemen listrik bersumber dari kawat atau pun pita bertahanan listrik tinggi (resistance kawat) biasanya bahan yang digunakan adalah niklin yang dialiri Arus listrik pada kedua ujungnya dan dilapisi diposkan isolator listrik yang mampu meneruskan panas dengan baik hingga aman jika digunakan. 1.3 Kalor Kalor adalah sesuatu yang dipindahkan diantara sebuah sistem dan sekelilingnya sebagai akibat

28 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober dari hanya perbedaan temperatur. Konsep kalor sebagai sebuah zat yang jumlah seluruhnya tetap konstan akhirnya tidak mendapat dukungan eksperimen. Nilai kalor jenis plastik Polyethylene Terephthalate (PET) 3,472 j/kg setara dengan 0,83 kalori kalor massa jenis 1 kg dan perubahan suhu adalah 120⁰C - 180⁰C = 60⁰C Massa Jenis : 1 kg Jenis Kalor : 3,472 j/kg Perubahan Suhu: (T1-T2) 120⁰-180⁰ = 60⁰C Q = m. c. T = 1. 3, ⁰C = 208,32 J/kg⁰C sederhana, yang terdiri dari penggabungan semua komponen yang telah dirancang: Tabung pelebur Band Heater Nozzle Heater Ego Thermostat Thermometer Lampu panel Penyangga tabung Kipas c) Proses perakitan alat pelebur plastik 2. METODE PENELITIAN 2.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Tugas akhir ini menggunakan metode penelitian jenis pengujian alat dan eksperimen. Pengujian adalah penelitian dengan melakukan uji coba terhadap suatu alat untuk mendapatkan data. Pengujian yang dilakukan dengan meleburkan limbah plastik. 2.2 Proses Perancangan Alat a) Persiapan Alat dan Bahan Plastik Dalam pembuatan alat peleburan limbah plastik daur ulang biji plastik sederhana memerlukan beberapa peralatan yang harus disiapkan agar proses peleburan dapat berjalan dengan lancar dan hasil yang sempurna, peralatan tersebut yaitu sebagai berikut: Alat kerja: o Gerinda (mesin potong) o Alat Ukur (meteran, jangka sorong) o Las Argon o Spidol o Penggaris o Mesin Bor o Mesin Roll Bahan: o Plat Stainless steel ketebalan 2 mm o Pipa diameter 16 mm o Selang Air diameter 18 mm o Kabel Listrik panjang 200 cm o Limbah botol plastic o Gunting o Tungku o Air b) Proses Perancangan Pada tahapan ini semua bahan yang telah di kerjakan dan di bentuk sesuai dengan ukuran alat, maka akan di buat menjadi satu rangkaian utuh sehingga dapat menjadi alat pelebur plastik Gambar 3.2 Proses perakitan alat pelebur plastic Langkah kerja atau tahapan pembuatan alat peleburan plastik dapat diilustrasikan dalam flow chart sebagai berikut: Gambar 3.2 Flow chart proses perancangan alat pelebur plastik

29 111 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 Keterangan Flow chart: 1) Persiapan alat dan bahan stainless steel dengan tebal 2 mm. 2) Potong plat berbentuk segi empat dengan ukuran panjang 600 mm dan lebar 250 mm. 3) Masukan plat ke mesin rol dengan cara memutar poros engkol hingga berbentuk lingkaran tabung untuk meletakan Heater Band, suhu Heater Band mencapai 300C. 4) Las bagian plat yang menyambungkan garis lurus hingga menjadi tabung dengan menggunakan las argon. 5) Plat hingga berbentuk kerucut dengan sudut kemiringan 20⁰. 6) Las bagian bawah penyambung tabung ke kerucut hingga tidak ada kebocoran. 7) Potong plat ujung kerucut dan las pipa dengan ukuran diameter 31 mm dan tinggi 50 mm untuk pemasangan Nozzle Heater, suhu Nozzle Heater mencapai 200C. 8) Potong pipa dengan ukuran diameter 18mm dengan tinggi 30mm, las kembali untuk penyambung dari pipa Nozzle Heater. 9) Bor bagian samping atas tabung dan siapkan pipa dengan ukuran diameter 16mm dan panjang 350mm, untuk pemasangan pipa pembuangan asap. 10) Las pipa tersebut ke bagian atas tabung dan tekuk dengan jarak ukuran 50mm lalu panjang 300mm. 11) Siapkan selang, pasang selang sebagai penyambung pipa penyalur asap dan pasang kipas 9 volt ke tabung untuk pembuangan asap dari mesin pelebur. 2.3 Bahan Plastik dan Alat Pelebur a) Bahan Plastik Botol plastik adalah termasuk golongan Polyethylene Terephthalate (PET), merupakan resin polyester yang tahan lama, kuat, ringan dan mudah dibentuk ketika panas. Kepekatannya adalah sekitar 1,35 1,38 gram/cc, ini membuatnya kokoh, rumus molekulnya adalah (- CO-C6H5-CO-O-CH2-CH2-O-)n. Polyethylene terephthalate (PET) bersifat jernih dan transparan, kuat, tahan pelarut, kedap gas dan air, melunak pada suhu 180C dan mencair dengan sempurna pada suhu 200C. Tidak untuk air hangat apalagi panas, Untuk jenis ini, disarankan hanya untuk satu kali penggunaan dan tidak untuk mewadahi pangan dengan suhu kurang dari 60C. b) Alat Pelebur Untuk melakukan proses peleburan, sebelumnya dilakukan perancangan komponen. Adapun komponen yang digunakan antara lain tabung pelebur, band heater, nozzle heater. Tabung pelebur ini terbuat dari stainless steel, menggunakan plat stainless steel agar mendapatkan hasil panas yang maksimal dalam proses peleburan. Gambar 3.3 Tabung pelebur Keterangan Tabung peleburan: 1. Diameter: 200 mm 2. Tinggi : 250 mm 3. Kapasitas tabung: ± 1 kg Gambar 3.4 Band Heater Band Heater berbentuk seperti tabung berfungsi memanaskan silinder dengan dimensi tertentu. Ukuran bisa menyesuaikan dengan silinder yang akan dipanaskan.band Heater pada umumnya ada dua jenis : pertama band heater standart yang materialnya full plat sssedangkan yang kedua band heater ceramic yang materialnya terbuat dari ceramic. Band Heater ini merupakan salah satu komponen pada alat pelebur dan cukup mudah untuk pemasanganya. Gambar 3.5 Nozzle Heater Seperti Band Heater, Nozzle Heater juga dipergunakan untuk memanaskan tabung,

30 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober perbedaannya diameter Nozzle Heater lebih kecil. Nozzle Heater dan Band Heater paling banyak dipergunakan untuk barrel mesin extruder dan injection plastik. Pada pipa tabung terpasang Band Heater dan pada ujung pipa pengeluaran cairan plastik terpasang Nozzle Heater. 2.4 Proses Pengambilan Data Untuk mengetahui proses kerja alat pelebur limbah plastik menjadi biji plastik, maka dilakukan pengujian untuk mengambil data operasi yang akan memberikan gambaran kinerja alat tersebut. Parameter yang di ambil dalam langkah pengujian yaitu: a) Berat Bahan Material Sebelum melakukan proses peleburan, langkah yang diambil terlebih dahulu yaitu dengan melakukan penimbangan bahan plastik untuk dapat mengetahui jumlah dan berat bahan yang akan dimasukkan kedalam tabung pelebur. b) Memasukan Bahan Plastik Kedalam Tabung Masukan potongan bahan plastik kedalam tabung pelebur dengan ditekan agar potongan plastik lebih cepat meleleh bahan plastik tersebut. c) Temperatur peleburan plastik Pengambilan suhu pada saat melakukan proses peleburan, dimulainya pada titik cair peleburan. d) Waktu Proses peleburan Pengambilan waktu pada saat melakukan proses peleburan yaitu dengan mencatat waktu, Pada saat dimulainya proses peleburan dan juga pada saat proses peleburan selesai. e) Proses Penampungan Cairan Biji Plastik Setelah terjadi proses peleburan, kemudian cairan biji plastik mengalir melalui pipa spiral, keluar menuju tungku dan tempat penampungan diberi air untuk pendinginan biji plastik. Proses ini terusmenerus sampai bahan plastik mencair. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengujian dan Analisa Bahan Polyethylene Terepthalate (PET) Alat ini melebur plastik dengan suhu mencapai C. Kapasitas produksi potongan plastik bisa mencapai 1kg. Untuk mengetahui hasil peleburan maka memerlukan beberapa pengujian dan hasil perbandingan yaitu: Tabel 3.1 Hasil Perbandigan Pengujian Berat Berat Bahan Plastik dan No Biji Plastik Waktu Temperatur (detik) (C) Awal Akhir gram 65 gram ⁰C gram 130 gram ⁰C gram 220 gram ⁰C Keterangan: Dari tabel di atas hasil perbandingan pengujian bahan plastik dengan berat 100 gram, 200 gram, 300 gram menghasilkan waktu yang berbeda yaitu 615 detik, 723 detik dan 870 detik. Hasil berat akhir biji plastik 65 gram, 130 gram dan 220 gram. Setelah dilebur berkurangnya bahan plastik mengalami pengerakan dari 35 gram 80 gram. Dari tabel 4.1 memperoleh grafik sebagai berikut: Waktu (detik) Temperatur 100 gr 200 gr 300 gr Gambar 4.1 Grafik Hasil Perbandigan Pengujian Berat Bahan 100 gram, 200 gram dan 300 gram Dari grafik 4.1 hasil perbandingan dengan berat bahan 100 gram, 200 gram dan 300 gram menunjukan temperatur 30C membutuhkanwaktu 125 detik, 144 detik dan 150 detik, temperatur naik sampai 80C membutuhkan waktu 324 detik. Pada temperatur 80C - 180C membutuhkan waktu 579 detik (pada saat ini bahan plastik melunak) dan pada temperatur 200C dengan berat bahan plastik 100 gram,200 gram dan 300 gram memperoleh waktu 615 detik,723 detik dan 870 detik (titik cair secara sempurna peleburan bahan plastik menjadi plastik. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 4.1 Alat Pelebur Plastik Nilai kalor jenis plastik Polyethylene Terephthalate (PET) 3,472 j/kg setara dengan 0,83 kalori kalor massa jenis 1 kg dan perubahan suhu adalah 120⁰C - 180⁰C = 60⁰C

31 113 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 Massa jenis : 1 kg Jenis kalor : 3,472 j/kg Perubahan suhu :(T1-T2) 120⁰-180⁰ = 60⁰C Q = M. C. T = 1. 3, ⁰C = 208,32 J/kg⁰C Bahan plastik seberat 100 gram maka waktu yang diperoleh selama bahan plastik dilebur sampai habis membutuhkan waktu 1515 detik, bahan plastik seberat 200 gram sampai bahan habis membutuhkan waktu 2116 detik dan bahan plastik seberat 300 gram sampai bahan habis membutuhkan waktu 2697 detik. Pada proses peleburan berat bahan plastik yang dilebur mengalami pengerakan gram berdasarkan analisa uji alat pelebur. Untuk mengembangkan alat peleburan limbah plastik botol skala lab (kecil) yangtelah dibuat dapat di sarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Proses peleburan sebaiknya di lakukan di tempat yang terbuka, karena sangat panas dan mengganggu pernapasan. 2. Selalu melakukan pengecekan pada setiap komponen-komponen mesin pelebur plastik agar menghindari kerusakan saat proses peleburan. 3. Untuk keamanan pada saat proses peleburan plastik, di anjurkan selalu ada air untuk mendinginkan hasil peleburan plastik. 4. Agar asap tidak menganggu lingkungan sebaiknya gunakan kipas dan gasful untuk meghilangkan asap pada waktu peleburan. 5. Alat ini dapat melebur jenis plastik antara lain: Polypropylene (PP), Low Density Polyethylene (LDPE), High Density polyethylene (HDPE), polyvinyl chloride (PVC) dan Polystyrene (PS). 6. Penulis berharap kedepannya tugas akhir ini dapat menjadi peluang usaha. DAFTAR PUSTAKA [1]. Apriyadi Dwi Widodo, Muhammad Adrul Jihan, Ardiyanto Nugroho, Toto Mugiono, Ahmad Hakim, Bintang Kuncoro, Sentot Hardwiyono, Pengaruh Penam bahan Limbah Botol Plastik Polypthylene Terepthalate (Pet) Dalam Campuran Laston-Wc Terhadap Parameter Marshall. Jurnal Pkm Plastik Pet [2]. Azizah, U.Polimer Berdasarkan Sifat Thermalnya [3]. Awaja, F., Pavel, D. Recycling of PET, European Polymer Journal, 41(7), (2005), [4]. Idemat ThermoplasticStarch(TPS). se.com/material/polymers/agrobased/thermo plastic-starchtps/properties [5]. Kadir, Kajian Pemanfaatan Sampah Plastik Sebagai Sumber Bahan Bakar Cair. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin ISSN : (3) : [6]. Karayannidis, G.P., Achilias, DS. Chemical Recycling of PolyEthylene Terephthalate). Macromolecular Materials and Engineering, 292 (2), (2007). [7]. Syarief. R. S. Santausa dan Isyana. Teknologi Pengemasan Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor [8]. Theresia, V. Aplikasi dan Karakterisasi Sifat Fisik- Mekanik Plastik Biodegradable dari Campuran LLDPE dan Tapioka. Skripsi. Fateta, IPB,Bogor [9]. Umam,K., Nur H.A., dan Nurmawati. Struktur dan Sifat Polimer. Material-Polimer [10]. Willey, J., Suns. Fisika jilid1 edisi ketiga. Erlangga: Jakarta. 1978

32 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober PENGUJIAN PENGARUH VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP PERFORMANSI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA KENDARAAN PENUMPANG cc Suadi Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Jakarta Abstrak -- Kompresor yang merupakan komponen utama memiliki peranan penting dalam mensirkulasikan dan mengkompresikan aliran refrigeran di dalam sistem pengkondisian udara. Dalam pengoperasiannya, kompresor diputar dengan crankshaft pulley mesin melalui sabuk (drive belt). Semakin tinggi putaran mesin, maka semakin tinggi pula putaran kompresor, begitu juga sebaliknya. Dapat dikatakan bahwa perubahan putaran mesin akan mempengaruhi kerja kompresor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi performansi sistem pengkondisian udara pada kendaraan. Pengujian dilakukan dengan variasi putaran mesin mulai dari 788 rpm sampai dengan rpm. Data-data awal yang didapat berupa tekanan rendah (low pressure) pada selang masuk kompresor dan tekanan tinggi (high pressure) pada pipa keluar kondensor. Berdasarkan kedua tekanan tersebut dapat diketahui properti refrigeran R-134a dengan menggunakan program minirefprop. Dari hasil pengujian pengaruh variasi putaran mesin terhadap performansi sistem pengkondisian udara yang pada kendaraan, dapat disimpulkan bahwa seiring meningkatnya putaran mesin, menyebabkan daya yang diperlukan kompresor semakin meningkat. Energi panas yang dilepaskan refrigeran di kondensor dan energi panas yang diserap refrigeran di evaporator (kapasitas pendinginan) juga mengalami peningkatan, sedangkan koefisien prestasi mengalami penurunan. Pada putaran mesin 788 rpm, koefisien prestasi yang dihasilkan sebesar 2,91. Pada kenaikan putaran mesin berikutnya koefisien prestasi mengalami penurunan sampai pada putaran mesin rpm, koefisien prestasi yang dihasilkan sebesar 1,16. Kata kunci: putaran mesin, kompresor, refrigeran R-134a, performa. 1. PENDAHULUAN Definisi dari Air Conditioning (AC) adalah suatu proses pengkondisian udara dimana udara itu didinginkan, dikeringkan, dibersihkan dan disirkulasikan yang selanjutnya jumlah dan kualitas dari udara yang dikondisikan tersebut dikontrol. Pemakaian sistem AC pada kendaraan bertujuan untuk mempertahankan temperatur udara di kabin berada pada kondisi yang nyaman baik itu bagi pengemudi maupun penumpang. Dalam melakukan fungsinya secara kontinyu mesin pengkondisian udara memerlukan sumber energi untuk menggerakkan kompresor agar dapat mengkompresikan aliran refrigeran yang berasal dari evaporator agar mencapai tingkat keadaan tertentu sehingga kemudian mampu melepaskan energi panasnya pada saat mengalami proses kondensasi di kondensor. Pada kendaraan, kebutuhan energi untuk menggerakkan kompresor umumnya disuplai oleh mesin penggerak yang berupa motor bakar (mesin kendaraan). Kompresor yang merupakan komponen utama memiliki peranan penting dalam mensirkulasikan dan mengkompresikan aliran refrigeran di dalam sistem pengkondisian udara. Dalam pengoperasiannya, kompresor diputar dengan crankshaft pulley mesin melalui sabuk (drive belt). Semakin tinggi putaran mesin, maka semakin tinggi pula putaran kompresor, begitu juga sebaliknya. Dapat dikatakan bahwa perubahan putaran mesin akan mempengaruhi kerja kompresor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi performansi sistem pengkondisian udara pada kendaraan. Sementara itu, sistem pengkondisian udara sendiri harus stabil dalam berbagai variasi putaran mesin, baik itu saat putaran langsam, putaran rendah maupun putaran tinggi untuk menjaga agar kenyamanan dalam kabin kendaraan dapat terpenuhi. Berdasarkan uraian di atas, dilakukan pengujian pengaruh variasi putaran mesin terhadap performansi sistem pengkondisian udara pada sebuah kendaraan penumpang cc yang diproduksi tahun Parameter performansi sistem pengkondisian udara meliputi daya yang diperlukan kompresor, energi panas yang dilepaskan dari kondensor, energi panas yang diserap di evaporator (kapasitas pendinginan), serta koefisien prestasi (COP). 2. METODE PENELITIAN 2.1 Alat Tambahan (Additional Instruments) Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Refrigerant recovery, recycle, vacuum and charger HR-371 Speed Cool Digital thermometer Engine analyzer 2.2 Prosedur Pengujian

33 115 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 Prosedur pengujian yang dilakukan sebagai berikut: 1) Kendaraan pada posisi berhenti dan kap mesin dibuka. 2) Pemasangan cover set pada kendaraan bertujuan untuk melindungi bagian kendaraan dari benda tajam atau bendabenda lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan pada bagian interior maupun exterior kendaraan. 3) Pemasangan alat ukur pada kendaraan. 4) Pemeriksaan jumlah refrigeran yang ada di dalam sistem. Jumlah refrigeran dipastikan dalam keadaan sesuai spesifikasi, untuk itu dilakukan terlebih dahulu proses recovery, recycling, vacuum dan charging refrigeran. 5) Hidupkan mesin hingga mencapai temperatur kerja, operasikan sistem pengkondisian udara selama kurang lebih 10 menit sebelum pengujian dilakukan. 6) Pengaturan temperatur AC pada panel pengontrol diposisikan pada pendinginan maksimal. 7) Pengaturan kecepatan blower motor posisi kecepatan maksimal. 8) Distribusi aliran udara dalam kabin pada posisi arah muka (ventilator mode). 9) Sirkulasi udara dalam kabin pada posisi recirculation mode. 10) Jumlah orang di dalam kabin hanya 1 orang. 11) Pintu kendaraan dalam keadaan tertutup, sedangkan kaca mobil dan kap mesin dalam keadaan terbuka. 12) Jenis refrigeran yang digunakan pada sistem adalah R-134a. 13) Pembacaan data pada thermometer mengenai temperatur di luar kabin (ambient temperature). 14) Pembacaan data pada Engine Analyzer (CONSULT III+) mengenai putaran mesin (engine speed) yang tampil pada layar data monitor. Variasikan putaran mesin mulai dari 788 rpm sampai rpm. Pastikan putaran mesin pada kondisi stasioner (tidak berubahubah). 15) Pembacaan data pada pressure gauge yang terdapat pada recovery, recycling and recharging equipment. Pembacaan data mengenai tekanan rendah (low pressure) pada selang masuk kompresor, dan tekanan tinggi (high pressure) pada pipa keluar kondensor yang terjadi pada berbagai variasi putaran mesin. Pastikan tekanan yang didapat pada kondisi stasioner (tidak berubah-ubah). 2.3 Metode Pengolahan Data Perhitungan daya yang diperlukan kompresor Besarnya kerja yang diperlukan kompresor sebenarnya Besarnya kerja isentropik atau teoritis yang diperlukan kompresor Besarnya energi panas yang dilepaskan refrigeran di kondensor Laju aliran massa refrigeran Laju aliran volume refrigeran Besarnya energi panas yang diserap refrigeran di evaporator (kapasitas pendinginan) Koefisien prestasi atau coefficient of performance (COP) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Data Hasil Pengukuran Tekanan Pengukuran tekanan pada sistem pengkondisian udara telah dilakukan di sebuah bengkel resmi kendaraan Nissan. Berikut ini merupakan tabel data yang didapat dari ratarata hasil pengukuran yang telah dilakukan beberapa kali. Tabel 3.1 Data hasil pengukuran tekanan Pada tabel 3.1 di atas terlihat bahwa seiring meningkatnya putaran mesin, yang berarti meningkat pula putaran kompresor menyebabkan perubahan pada kedua sisi tekanan. Tekanan rendah yang masuk ke kompresor mengalami penurunan, sedangkan tekanan tinggi yang keluar kondensor mengalami peningkatan. Perubahan kedua tekanan tersebut akan dianalisa dan dilakukan perhitungan untuk mengetahui

34 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober dampaknya terhadap performansi sistem pengkondisian udara yang ada pada kendaraan. 3.2 Ringkasan Perhitungan Performansi pada Variasi Putaran Mesin Berikut ini merupakan tabel ringkasan dari hasil perhitungan performansi pada berbagai variasi putaran mesin. Tabel 3.2 Ringkasan perhitungan performansi pada variasi putaran mesin 788 rpm rpm Pada Gambar 3.1, terlihat bahwa dengan meningkatnya putaran mesin, yang berarti meningkat pula putaran kompresor menyebabkan daya yang diperlukan kompresor semakin meningkat. Pada putaran mesin 788 rpm, daya yang diperlukan kompresor sebesar 0,715 kw. Pada kenaikan putaran mesin berikutnya, daya yang diperlukan kompresor terus meningkat signifikan sampai pada putaran mesin rpm, daya yang diperlukan kompresor sebesar 2,196 kw. Jika dipersentasekan, daya yang diperlukan kompresor mulai dari putaran mesin 788 rpm hingga rpm, mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu sekitar 207%. 3.4 Pengaruh Putaran Mesin Terhadap Energi Panas yang Dilepaskan dari Kondensor Berdasarkan data yang ada pada Tabel 3.2 dan tabel 3.3, maka hubungan putaran mesin terhadap laju pelepasan energi panas dari refrigeran selama berlangsungnya proses kondensasi di dalam kondensor (panas kondensasi) dapat dilihat pada grafik berikut ini. Tabel 3.3 Ringkasan perhitungan performansi pada variasi putaran mesin rpm rpm 3.3 Pengaruh Putaran Mesin Terhadap Daya Kompresor Gambar 3.1 Grafik hubungan putaran mesin terhadap daya kompresor Gambar 3.2 Grafik hubungan putaran mesin terhadap panas kondensasi Pada Gambar 3.2, terlihat bahwa dengan meningkatnya putaran mesin, maka laju pelepasan energi panas dari refrigeran di dalam kondensor semakin meningkat. Pada putaran mesin 788 rpm, energi panas yang dilepaskan oleh aliran refrigeran selama berlangsungnya proses kondensasi di dalam kondensor sebesar 2,795 kw. Pada kenaikan putaran mesin berikutnya energi panas yang dilepaskan oleh aliran refrigeran terus meningkat secara perlahanlahan sampai pada putaran mesin rpm, energi panas yang dilepaskan oleh aliran refrigeran sebesar 4,754 kw. Jika dipersentasekan, besarnya energi panas yang dilepaskan oleh aliran refrigeran di dalam kondensor mulai dari putaran mesin 788 rpm

35 117 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 hingga rpm, mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sekitar 70%. 3.5 Pengaruh Putaran Mesin Terhadap Energi Panas yang Diserap di Evaporator Berdasarkan data yang ada pada tabel 3.2 dan tabel 3.3, maka hubungan putaran mesin terhadap energi panas yang diserap oleh refrigeran di dalam evaporator (kapasitas pendinginan) dapat dilihat pada grafik berikut ini. refrigeran di dalam evaporator (kapasitas pendinginan) mengalami peningkatan yang tidak begitu signifikan. Pada putaran mesin 788 rpm, koefisien prestasi yang didapat sebesar 2,91. Pada kenaikan putaran mesin berikutnya koefisien prestasi mengalami penurunan sampai pada putaran mesin rpm, koefisien prestasi yang dihasilkan sebesar 1,16. Jika dipersentasekan, besarnya koefisien prestasi mulai dari putaran mesin 788 rpm hingga rpm, mengalami penurunan cukup signifikan yaitu sekitar 151%. Gambar 3.3 Grafik hubungan putaran mesin terhadap kapasitas pendinginan Pada Gambar 3.3, terlihat bahwa dengan meningkatnya putaran mesin, maka energi panas yang diserap oleh refrigeran di dalam evaporator semakin meningkat. Pada putaran mesin 788 rpm, energi panas yang diserap oleh refrigeran di dalam evaporator sebesar 2,08 kw. Pada kenaikan putaran mesin berikutnya energi panas yang diserap oleh refrigeran meningkat secara perlahan-lahan sampai pada putaran mesin rpm, energi panas yang diserap oleh refrigeran di dalam evaporator sebesar 2,558 kw. Jika dipersentasekan, besarnya energi panas yang diserap oleh refrigeran di dalam evaporator (kapasitas pendinginan) mulai dari putaran mesin 788 rpm hingga rpm, mengalami peningkatan yang tidak begitu signifikan yaitu hanya sekitar 23%. 3.6 Pengaruh Putaran Mesin Terhadap Koefisien Prestasi Berdasarkan data yang ada pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3, maka hubungan putaran mesin terhadap koefisien prestasi (coefficient of performance) sistem pengkondisian udara dapat dilihat pada grafik berikut ini. Pada Gambar 3.4, terlihat bahwa semakin tinggi putaran mesin, maka koefisien prestasi yang dihasilkan semakin menurun. Hal ini disebabkan karena daya yang diperlukan kompresor meningkat sangat signifikan, sedangkan energi panas yang diserap oleh Gambar 3.4 Grafik hubungan putaran mesin terhadap koefisien prestasi 4. KESIMPULAN Dari hasil pengujian pengaruh variasi putaran mesin terhadap performansi sistem pengkondisian udara yang pada kendaraan, dapat disimpulkan bahwa seiring meningkatnya putaran mesin, yang berarti meningkat pula putaran kompresor menyebabkan daya yang diperlukan kompresor semakin meningkat. Energi panas yang dilepaskan refrigeran di kondensor dan energi panas yang diserap refrigeran di evaporator (kapasitas pendinginan) juga mengalami peningkatan, sedangkan koefisien prestasi mengalami penurunan. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien prestasi yang didapat, menggambarkan bahwa karakteristik kinerja sistem pengkondisian udara kendaraan masih dalam keadaan yang baik pada variasi putaran mesin 788 rpm sampai rpm tersebut, karena koefisien prestasi yang dihasilkan berada di atas 1 yaitu pada kisaran 2,91 dan terus menurun sampai 1,16. Namun demikian, semakin rendah putaran mesin maka koefisien prestasi yang dihasilkan semakin tinggi yang berarti pula kinerja sistem pengkondisian udara kendaraan semakin baik. Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi putaran mesin maka koefisien prestasi yang dihasilkan semakin kecil yang berarti pula kinerja sistem pengkondisian udara kendaraan semakin menurun.

36 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober DAFTAR PUSTAKA [1]. Arismunandar, W., & Saito, H Penyegaran Udara. Edisi ketujuh. Pradnya Paramita. Jakarta. [2]. Anonim. (n.d). Air Conditioning Ana Heating. Retrieved Jan, 22, 2016 from Rowleystires & Automotive Service, inc., website: ditioning. [3]. Anonim Buku Panduan Training NSTEP 2 Electrical. Nissan Motor Indonesia. Jakarta. [4]. Djojodihardjo, Harijono DasarDasar Termodinamika Teknik. Gramedia. Jakarta. [5]. Hansen, E., & Aartun, I R-134 Pressure-Enthalpy Diagram. Retrieved Jan, 17, 2016 from Norwegian University of Science Ana Technology website: ol_common_refridgrant_without_ci.pdf. [6]. Moran, Michael J., & Shapiro, Howard N Termodinamika Teknik. Jilid II. Edisi keempat. Diterjemahkan oleh: Yulianto Sulistyo N., & Adi Surjosatyo. Penerbit Erlangga. Jakarta. [7]. Anonim Nissan Model L11 Series Service Manual. Nissan Motor Corp., Ltd. Kanagawa. [8]. Saptana, E Analisa Pengaruh Beban Mesin Terhadap Pengkondisian Udara Pada Kendaraan Honda Freed 1500cc Tahun Skripsi, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana, Jakarta. [9]. Anonim Service Manual Air Conditioner (Teori Dasar). Zexel Training Center Indonesia. Purwakarta. [10]. Soekardi, Chandrasa Termodinamika Dasar Mesin Konversi Energi. Andi. Yogyakarta. [11]. Stoecker, Wilbert F., & Jones, Jerold W Refrigerasi dan Pengkondisian Udara. Edisi kedua. Diterjemahkan oleh: Supratman Hara. Penerbit Erlangga. Jakarta. [12]. Suarnadwipa, & Astawa Pengaruh Variasi Putaran Kompresor Terhadap Performansi Sistem Mobile Air Conditioning. Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) Oktober 2010, Palembang, Indonesia. Hal. 1-4.

37 119 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 ANALISA KEBUTUHAN JENIS DAN SPESIFIKASI POMPA UNTUK SUPLAI AIR BERSIH DI GEDUNG KANTIN BERLANTAI 3 PT ASTRA DAIHATSU MOTOR Ubaedilah Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jakarta @student.mercubuana.ac.id Abstrak -- Pada Gedung kantin berlantai 3 di PT Astra Daihatsu Motor, terdapat sistem pemipaan dan pompa air yang digunakan untuk mensuplai air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan kenyataan di lapangan dimana tidak ada data-data sekunder untuk menentukan spesifikasi pompa tersebut. Tujuan analisa ini adalah untuk mendapatkan kapasitas pompa yang sesuai dengan sistem pemipaan yang terpasang di gedung kantin berlantai 3. Dengan menggunakan metode studi lapangan dan wawancara serta penerapan rumus-rumus yang berhubungan dengan sistem pemipaan dan mencakup perhitungan pompa. Sistem pemipaan yang dihitung adalah sistem pemipaan dari tangki air di dasar lantai menuju ke tangki air yang di atas gedung. Dalam menentukan jenis dan spesifikasi pompa yang akan digunakan pada gedung tersebut meliputi debit air yang dibutuhkan, menentukan kapasitas komponen komponen yang akan digunakan seperti diameter pipa, kapasitas tangki air di lantai dasar dan di atap gedung dan head total pada sistem pemipaan. Berdasarkan hasil perhitungan, debit air yang dibutuhkan 0, m 3 /min dan head total yang terjadi sebesar 15,9438 m. Maka spesifikasi pompa yang diperlukan adalah 40 x 32A 2 50,75. Spesifikasi pompa tersebut tidak jauh berbeda dengan yang sudah diterapkan di lapangan. Pompa tersebut tidak mengalami kavitasi karena NPSHa (14,119 m) > NPSHr (0, m). Kata kunci: sistem pemipaan, pompa sentrifugal, aliran fluida, head pompa, spesifikasi pompa 1. PENDAHULUAN Air merupakan salah satu sumber kehidupan makhluk hidup di Dunia ini. Sifat alami aliran air adalah mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Untuk mengoptimalkan aliran air agar memenuhi kebutuhan yang diinginkan, maka diperlukan sistem pemipaan dan pompa yang sesuai dan effisien dalam men-suplai air tersebut. Berdasarkan kenyataan di lapangan, dimana tidak terdapat data-data sekunder yang bisa mendukung proses maintenance, juga untuk mengetahui sejauh mana kenyataan effisiensi sistem pemompaan yang terpasang, serta kebutuhan air bersih yang diperlukan oleh Gedung kantin berlantai 3 di PT Astra Daihatsu Motor. Sistem yang akan dianalisa melingkupi reservoir (Ground tank), sistem pemipaannya sampai ke tangki penampungan air yang berada di atap. Pipa yaitu didefinisikan sebagai lingkaran panjang dari, logam, metal, kayu dan seterusnya, yang berfungsi untuk mengalirkan fluida (air, gas, minyak dan cairan lain) dari suatu tempat ke tempat lain sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki. b) Nominal Pipe Size (NPS) Nominal Pipe Size (NPS) adalah penanda ukuran pipa berdimensi. Hal ini menunjukkan standar ukuran pipa bila diikuti dengan jumlah penunjukan ukuran tertentu tanpa simbol inch. Diameter Nominal (DN) juga merupakan penanda ukuran pipa berdimensi dalam satuan metric. Tabel 1. Pipe size designators: NPS and DN 1.1 Sistem Pemipaan Sistem pemipaan adalah suatu sistem jaringan pipa yang terpasang pada suatu rangkaian yang mempunyai fungsi untuk menyalurkan fluida. Komponen dalam system pemipaan meliputi pipa, flange, fitting, pembautan, gasket, valve, dan bagian-bagian dari komponen pemipaan lainnya. Ini juga termasuk gantungan pipa dan suport dan item lainnya yang diperlukan untuk mencegah tekanan dan tegangan berlebih dari komponenkomponen yang bertekanan. Berikut komponen sistem pemipaan: a) Pipa

38 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober c) Flange Flange adalah sebuah mekanisme, yang menyambungkan antar element pemipaan. Fungsinya flange, agar element tersebut lebih mudah di bongkar pasang tanpa mengurangi kegunaan untuk mengalirkan fluida pada pressure yang tinggi. d) Valve Katup atau valve, adalah sebuah alat untuk mengatur aliran suatu fluida dengan menutup, membuka atau menghambat laju aliran fluida, contoh katup adalah keran air. e) Fitting Fitting adalah salah satu komponen pemipaan yang memiliki fungsi untuk merubah, menyebarkan, membesar atau mengecilkan aliran. Fitting merupakan salah satu pemain utama dalam pemipaan. Fitting bukanlah Nama untuk individu, melainkan Nama yang digunakan untuk pengelompokan. Adapun Jenis Fitting antara lain: Elbow, Cross (Silang), Reducer, Tee, Cap (Penutup), Elbowlet. Gambar 2. Klasifikasi Pompa 1.4 Pompa Sentrifugal (Centrifugal Pump) Pompa Sentrifugal merupakan pompa non positive displacement yang menggunakan gaya sentrifugal untuk menghasilkan head untuk memindahkan zat cair. Gambar 3. Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal memiliki konstruksi yang membuat aliran fluida yang keluar dari impeller akan melalui sebuah bidang tegak lurus poros pompa. 1.5 Sifat Aliran Fluida Pada Pipa 1.2 Pompa Gambar 1. Fitting Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara mengalirkan fluida. Kenaikan tekanan cairan tersebut dibutuhkan untuk mengatasi hambatan-hambatan selama pengaliran. Satu sumber umum mengenai terminology, definisi, hukum dan standar pompa adalah Hydraulic Institute Standards dan telah disetujui oleh American National Standards Institute (ANSI) sebagai standar internasional. 1.3 Klasifikasi Pompa Klasifikasi pompa berdasarkan tipe didefiniskan oleh Hydraulic Institute. Aliran Laminer Aliran fluida jenis ini akan terjadi apabila kecepatan fluida yang mengalir melalui pipa rendah, maka gerakan alirannya akan konstan (steady) baik besarnya maupun arahnya pada sembarang titik. Aliran laminer dapat diketahui dari perhitungan Reynold Number.. V. D R e dimana: Density fluida ( ) V Kecepatan aliran fluida ( ) D Diameter dalam pipa (m) Viskositas dinamik ( ) v Viskositas kinematik ( )

39 121 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 Tabel 2. Sifat-sifat Fisik Air Suatu instalasi pipa suction dimana permukaan fluida terletak dibawah sumbu pompa. Besarnya elevation head adalah: H a H d H s (a) Suction Lift (b) Suction Head Gambar 4. Instalasi Pada Pipa Suction Head Dinamis Head dynamis merupakan head pompa yang terdiri dari: Aliran Turbulen Aliran ini terjadi apabila kecepatan fluida tinggi, aliran tidak lagi steady namun bervariasi baik besar maupun arahnya pada sembarang titik. Aliran akan bersifat turbulent jika hasil perhitungan Reynold Number (R e) diatas 4000 (Re > 4000, aliran turbulen). Head Instalasi Head pompa adalah energi per satuan berat fluida yang diberikan oleh pompa sehingga fluida tersebut dapat mengalir dari suction ke discharge. Head pompa disini meliputi: Head Statis. Head Statis Meliputi : o Pressure Head: Merupakan energi yang terdapat pada fluida akibat perbedaan tekanan antara suction reservoir dengan discharge reservoir. o Elevation Head: Merupakan head yang disebabkan oleh adanya perbedaan ketinggian dari permukaan fluida di suction reservoir dengan permukaan fluida di discharge reservoir dengan sumbu pompa sebagai acuannya. Ada dua macam instalasi pada pipa suction, yaitu: Suction Head. Suatu instalasi pipa suction dimana permukaan fluida terletak diatas sumbu pompa. Bersarnya elevation head adalah: H a H d H dimana: Hd = Head discharge (m) Hs = Head suction (m) o Suction Lift s o Velocity Head Merupakan head yang disebabkan oleh adanya perbedaan kecepatan fluida di suction reservoir dengan di discharge reservoir. o Head Loss Head Loss adalah sutu kerugian aliran yang terjadi sepanjang saluran pipa, baik itu pipa lurus, belokan, saringan, katup dan sebagainya. Head Loss dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: i. Head Loss Mayor Merupakan suatu kerugian aliran yang disebabkan oleh adanya gesekan antara fluida dengan dinding saluran pipa lurus. Besarnya head loss mayor dapat dihitung menggunakan persamaan Darcy-Weysbah sebagai berikut: 2 L V H l f.. D 2. g dimana: f = koefisien kerugian gesek L = Panjang pipa (m) D = Diameter dalam pipa (m) V = kecepatan aliran fluida ( ) g = Percepatan gravitasi ( ) Besarnya koefisien gesek (f) dapat diketahui dari jenis aliran yang terjadi. Untuk aliran laminer, besarnya koefisien gesek (f) dapat dihitung dengan persamaan: 64 f R e

40 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober Untuk aliran turbulen, besarnya koefisien gesek (f) dapat dihitung dengan persamaan Darcy. Rumus ini berlaku atas dasar kerugian head untuk panjang pipa ratusan meter. 0,0005 f 0,020 D Dimana: D = diameter dalam pipa ( ) dapat juga dicari melalui Moody Diagram dengan menarik garis harga R e diplotkan harga Relative Roughness. D ii. Head Loss Minor Kerugian aliran yang disebabkan oleh adanya gesekan yang terjadi pada komponen tambahan (asesoris) seperti elbow, katup, fitting dan lain sebagainya sepanjang jalur perpipaan. Besarnya head loss minor tergantung dari koefisien tahanan (f) asesoris yang digunakan. 2 V H f. 2. g dimana: f Koefisien kerugian gesek V Kecepatan aliran fluida g Percepatan gravitasi ( ) Head Total Instalasi Merupakan pejumlahan dari head statis dengan head dynamis. Head ini menyatakan besarnya kerugian yang harus diatasi oleh pompa dari seluruh komponen-komponen yang ada. Head total instalasi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut: = h + h + h + 2 dimana: H tot : Head total pompa (m) h a : Head Statis total (m) h p : Perbedaan tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air (m) h l : Berbagai kerugian head pipa, katup, belokan, sambungan, dll (m) V 2 /2g : Head kecepatan keluar (m) g : Percepatan gravitasi 9,81(m/s 2 ) 1.6 Kavitasi Kavitasi adalah gejala menguapnya zat cair yang mengalir, karena tekanannya berkurang sampai dibawah tekanan uap jenuhnya sehingga akan timbul gelembung-gelembung uap zat cair. Jika pompa dijalankan terus-menerus dalam keadaan kavitasi, akan menyebabkan kerusakan terhadap area impeler, sehingga pada akhirnya terjadi erosi. Turunnya performance, timbulnya suara dan getaran, serta rusaknya pompa merupakan kerugian-kerugian dari timbulnya kavitasi. 1.7 Net Positive Suction Head (NPSH) Head isap positif net (NPSH) merupakan ukuran dari head suction terendah yang memungkinkan bagi cairan untuk tidak mengalami kavitasi. Ada dua macam NPSH, yaitu: a) Net Positive Suction Head Available (NPSH A) NPSH A dapat dirumuskan: Pa Pv hsv hs H Ls dimana: h NPSH yang tersedia pada instalasi ( m sv kolom air). Pa Tekanan absolut diatas permukaan cairan pada suction reservoir ( m kolom air). Pv Tekanan uap cairan yang dipompa pada temperatur pemompaan ( m kolom air). h Head isap statis (m kolom air). s H L s Head loss pada pipa isap (m kolom air). b) Net Positive Suction Head Require (NPSH R) NPSH R dapat dirumuskan: H svn = σ x Hn dimana : Hsvn : NPSH yang dibutuhkan (m) σ : Koefisien kavitasi Hn : Head total (m) Agar pompa tidak mengalami kavitasi NPSH A harus lebih besar dari NPSH R. 1.7 Kapasitas Aliran Air Jumlah air yang mengalir dalam satuan volume perwaktu. Besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m³/s). Dalam penggunaan setiap hari, konsumsi standr perjam untuk perencanaan dapat dihitung dari konsumsi harianmaksimum perorang dibagi 24 (jam/hari) dan ditambah 50%. Harga tersebut diperlukan untuk menentukan distribusi air standar. Tujuan dari Penelitian ini yaitu memilih spesifikasi pompa yang effisien untuk suplai air bersih pada gedung kantin berlantai 3 di PT Astra Daihatsu Motor. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini mengetahui kapasitas pompa yang sesuai untuk gedung kantin berlantai 3 dan dapat merancang sistem pemipaan yang digunakan untuk gedung berlantai 3.

41 123 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober METODE PENELITIAN Waktu: September2015 Desember2016 Sistematika penelitian ini digambarkan dalam diagram alir berikut: 2.3 Analisa Data Analisa data yang dipakai mengunakan metode sebagai berikut: a) Perhitungan teoristis b) Perhitungan teoristis dibandingkan dengan actual di lapangan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perhitungan Kapasitas Aliran Air Berdasarkan acuan dari hasil pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2010 dan Permen Kesehatan RI No.: 986/Menkes/Per/XI/1992, maka cara perhitungan total kapasitas aliran dapat dihitung berdasarkan standar tabel kebutuhan air per orang per hari: Tabel 3. Kebutuhan Air Per Orang Per Hari Gambar 5. Diagram alir 2.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik yang dilakukan untuk melakukan penelitian ini adalah: a) Penelitian Kepustakaan (Library Research) Mempelajari berbagai buku yang menjadi referensi khususnya dalam sistem pemipaan dan analisa pemilihan pompa, baik yang ada dalam perusahaan maupun mata kuliah sehingga diperoleh teori-teori pendukung yang digunakan untuk menyelesaikan tugas akir ini. b) Penelitian Lapangan (Field Research) Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi sebenarnya perencanaan instalasi serta peralatan yang akan digunakan. Dengan didampingi pembimbing lapangan, diharapkan ada komunikasi dua arah yang dapat memberikan gambaran secara jelas dan terperinci dalam memperoleh data-data yang diperlukan untuk melakukan analisa perhitungan. c) Diskusi Metode ini dimaksudkan untuk mengarahkan dalam menyelesaikan laporan dan memberikan masukan dalam menentukan langkah-langkah untuk melakukan analisa. Metode ini dilakukan bersama pembimbing dan rekan-rekan penulis supaya mencapai hasil yang maksimal. 2.2 Tempat Pengambilan Data Tempat yang dan waktu penelitian dilakukan pada: Tempat: PT Astra Daihatsu Motor, Gedung Kantin Assembly Plant. Perencanaan sistem pemipaan ini ditujukan pada gedung Restoran dengan jumlah kursi orang. Sesuai dengan buku acuan dari Sularso maka untuk perhitungan kebutuhan air per jam harus dibagi 24 dan kemudian ditambah 50%, sehingga didapat debit air sebagai berikut: 1900 ( ) 15 /h = 24 = 1.781,25 (ltr/jam) = 0, (m³/s) 3.2 Perhitungan Reservoir 1,5 Perhitungan reservoir bawah menggunakan perencanaan agar mampu menyediakan kebutuhan air dalam 1(satu) hari dan ditambahkan faktor safety 0.25, sehingga didapat: a) Volume Reservoir Bawah Vb = Q x 24 jam x 1,25 = 0, x3600secx24x1,25 = 53,4373 m 3

42 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober Desain reservoir bawah yang sudah dibuat untuk gedung tersebut terdiri dari 3 buah Reservoir total kapasitasnya 350 m 3 sehingga reservoir bawah ini mencukupi untuk kebutuhan air bersih. Sedangkan untuk volume reservoir yang ada di atap gedung beban puncak yang terjadi selama 60 menit, sehingga tangki atap harus mampu menyediakan air selama 60 menit : b) Volume Reservoir Atas Va= Q x 1 jam = 0, x 3600 sec = 1,7810 m 3 = 1781 ltr Menyesuaikan ukuran tangki yang ada dipasaran maka dipilih tangki dengan kapasitas 2000 ltr dan diberikan cadangan 2 buah tangki lagi. Reservoir atas mencukupi untuk sistem tersebut. 3.3 Perhitungan Desain Instalasi Sistem Pemipaan Desain instalasi pipa ini adalah desian sistem pemipaan dari tempat penampungan air di lantai dasar menuju ketempat reservoir yang ada di atap gedung / / / ,5 1 1/2 21 0,2 1 1/ /2 23 0,2 1 1/ / /2 26 6,5 1 1/ ,5 1 1/2 28 0,3 1 1/ ,5 1 1/ / ,5 1 1/ /2 33 0,2 1 1/ / / /2 37 0,3 1 1/ ,5 1 1/ ,5 1 1/ ,5 1 1/ /2 42 0,2 1 1/ / / /2 335,7 Gambar 6. Lay Out Sistem Pemipaan Ukuran pipa yang terpasang di sistem pemipaan. Tabel 4. Total Panjang Pipa NO. PANJANG PIPA (m) UKURAN (ø) inch /2 2 1,5 1 1/ / / / / /2 9 0,5 1 1/ ,5 1 1/ ,5 1 1/ / ,5 1 1/ ,5 1 1/2 15 0,3 1 1/ /2 Gambar 7. Rancangan Sistem Pemipaan Gedung Kantin Berlantai Perencanaan dan Perhitungan Diameter Pipa Air Perencanaan diameter pipa ini, untuk kecepatan aliran V, asumsi kecepatan aliran V = 1.0 m/s, sehingga didapat Diameter pipa sebagai berikut: =

43 125 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 dimana: D = Diameter dalam pipa (m) Q = Kapasitas aliran (m 3 /s) V = Kecepatan aliran (m/s) Sehingga: = 4 0, , = 0,99 h = 0, Dengan menyesuaikan pipa yang terpasang, maka diameter nominal (DN) pipa yang digunakan = 1 ½ inch dan ukuran nominal pipa (NPS) = 40 dengan inside diameter (ID) = 40,9 mm = 0,0409 m (Standard Pipe Schedule 40 ASTM A53). Maka kecepatan aliran dalam pipa sebenarnya adalah: = 4 = 4 0, ,0409 = 0,377 Tabel 5. Perhitungan Head Loss Pipa Hisap (Suction Pipe) Tabel 6. Perhitungan Head Loss Pipa Buang (Discharge Pipe) 3.5 Perhitungan dan Pemilihan Pompa a) Head Total Untuk menghitung head total pompa digunakan rumus sebagai berikut:

44 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober = h + h + h + 2 b) Head Statis Total (Suction Head) Gambar 8. Head Total Pompa h a = h d + h s = 17,4 + (-3,5) = 13,9 m hp = 0 (Reservoir bawah dan Reservoir atas tekanan air-nya sama) c) Head Loss Pada sistem pemipaan di Gedung Kantin berlantai 3 Head Loss yang diukur sebagai berikut: 1. Head Kerugian Dalam Pipa 2. Head Kerugian Pembesaran & Pengecilan Pipa 3. Head Kerugian Pada Belokan 4. Head Kerugian Pada Percabangan Tee Head Kerugian Pada Valve (Gate, Check) 5. Head Kerugian Pada Strainer Berrdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan maka Head Total yang terjadi: = h + h + h + 2 = 13, , , ,81 = 15,9438 d) Pemilihan Pompa diketahui: Q = 0, m 3 /s = 0, m 3 /min H tot = 15,9438 m Berdasarkan Diagram Pemilihan Pompa Standard maka didapat Pompa dengan spesifikasi seperti ditunjukkan pada Gambar 9. Pompa yang dipilih adalah: 40 x 32A 2 5 0,75. Arti dari kode tersebut adalah: 40 = Diameter isap (40 mm) 32 = Diameter buang (32 mm) A = Type rumah Jumlah katub = 2, katubnya 2 dan 3000rpm 5 = Frekuensi (50 Hz) Daya motor = 0,75 kw (= 1,0058 HP) Gambar 9. Diagram Pemilihan Pompa Standar (Buku Solarso Pompa & Kompresor hal.52 ) Pompa yang terpasang pada sistem pemipaan gedung tersebut adalah Pompa Sentrifugal: Merk: EBARA Kapasitas: 100 Ltr/min Power: 3HP / 50Hz / 3Phase / 2870Rpm / 380 V Head: 30 m Jumlah pompa yang terpasang pada sistem total ada 2 unit (1 pompa utama, dan yang 1 pompa cadangan). e) Perhitungan NPSH NPSH dihitung untuk mengetahui kinerja pompa untuk problem kavitasi. Syarat kerja Pompa tidak mengalami kavitasi adalah NPSH yang tersedia > NPSH yang diperlukan. H sv (NPSH yang tersedia) H = Pa + h h dimana: H sv : NPSH yang tersedia (m) Pa : Tekanan pada permukaan cairan (1 atm = 10332,274 kgf/m²) Pv : Tekanan uap jenuh (25 o C = 322,85 kgf/m²) γ : Berat jenis air (1000 kgf/m³) hs : Head isap statis ( -3,5 m) hls : Kerugian head dalam pipa isap (0,03653 m) H 10332,275 kgf/ = + 322,85 / 1000 / 1000 / ( 3,5) 0,03653 = 14,119 m H svn ( NPSH yang diperlukan) H svn = σ x Hn

45 127 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 Q = Kapasitas 0, m³/s = 0, m³/min = = 2870,,,,, = 61,9064 Nilai besaran σ (koefisien kavitasi) Karena n s = 61,97404 < 100, maka σ = 0,03, Jumlah katub = 2 (berarti katubnya 2 dan 3000 rpm) Frekuensi = 50 Hz Daya motor = 0,75kW (=1,0058 HP) Pompa yang terpasang adalah Pompa centrifugal merk EBARA kapasitas 100 ltr/min, Power 3HP / 50 Hz / 2870 rpm / 380 V, dan Head sebesar 30 m. e) Head total hasil perhitungan sebesar 15,94 m. Sedangkan pompa yang terpasang berjumlah 2 unit. Sehingga pompa tersebut dapat memenuhi kebutuhan pada sistem. f) NPSHa yang tersedia (14,119 m) > NPSHr yang dibutuhkan (0,47763 m) Sehingga pompa bekerja tanpa mengalami kavitasi. 4.2 Saran Gambar 10. Grafik ns & Koefisien Kavitasi (Sularso, hal.46) H svn = 0,03 x 15,9438 m = 0, m NPSHa ( 14,119 m ) > NPSHr ( 0, m) Sehingga pompa tersebut dapat bekerja tanpa mengalami kavitasi. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dari sistem pemipaan air bersih yang ada di gedung kantin lantai 3 PT Astra Daihatsu Motor maka, dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada gedung kantin lantai 3 yang berisi pegawai, debit air yang dibutuhkan adalah 0, m³/min. b) Kebutuhan reservoir atas ltr dan reservoir bawah ,3 ltr, sedangkan reservoir atas yang tersedia 2 unit dengan ukuran masing masing ltr dan reservoir bawah ada 3 unit dengan total ltr. c) Total head loss yang terjadi pada sistem pemipaan tersebut sebesar 2, m. d) Berdasarkan hasil perhitungan, spesifikasi pompa yang sesuai untuk sistem pemipaan pada gedung tersebut adalah 40 x 32 A 2 5 0,75. Yang berarti sebagai berikut: Diameter isap = 40 mm Diameter buang = 32 mm Type rumah = A Berdasarkan hasil dari perhitungan sistem dan pompa yang sudah tersedia, penulis memberikan saran bahwa: a) Untuk pemeliharaan pompa pada gedung kantin berlantai 3, apabila terjadi kerusakan dan harus dilakukan penggantian, maka pompa dapat diganti menggunakan pompa tipe 40 x 32A 2 5 0,75. b) Dalam pemilihan pompa air bersih, harus memperhitungkan Debit air yang dibutuhkan, perencanaan sitem pemipaan, kerugian yang terjadi pada setiap komponen, sehingga dapat mengetahui head total pompa yang dibutuhkan. c) Dengan hasil laporan tugas akhir ini, diharapkan bisa menjadikan referensi untuk mendesign sistem pemipaan dan memilih pompa air bersih untuk gedung berlantai 3. DAFTAR PUSTAKA [1]. Tahara, Haruo., dan Sularso Pompa dan Kompresor. Jakarta: PT. Pradaya Paramita. [2]. Dietzel, Fritz Turbin Pompa dan Kompresor. Aih Bahasa Dakso Sriyono. Jakarta: Erlangga. [3]. Hertanto, Teguh Puji Ir Sistem Pemipaan. Jakarta: Universitas Mercubuana Fakultas Teknik. [4]. Sirawan, Yudi Sistem Pemipaan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. [5]. Selecting Centrifugal Pump Frankenthal, Germany: KSB Aktiengesellschaft. [6]. Kusuma, Yuriadi Ir Perancangan Sistem Plumbing, Jakarta: Universitas Mercu Buana. [7]. SNI Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing [8]. ASTM A53 Grade A and B Standard Pipe Schedule 40.

46 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 PANDUAN PENULISAN JURNAL ILMIAH TEKNIK MESIN Penulis 1, Penulis 2, dan Penulis 3 1,2,3 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jakarta Penulis1@mercubuana.ac.id; Penulis2@mercubuana.ac.id, Penulis3@mercubuana.ac.id Abstrak -- (intisari) memuat inti permasalahan, metodologi pemecahannya dan hasil yang diperoleh. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, disertai kata kunci (keyword) di bawahnya. Tulisan asli berupa softcopy yang dikirim penulis akan langsung dicetak sebagai isi JURNAL TEKNIK MESIN apabila telah memenuhi panduan penulisan. Untuk menjamin keseragaman dan kelancaran proses pencetakan, serta format tulisan maka dibuat panduan penulisan. Panduan ini sebagai acuan yang diperlukan untuk penulisan dan pengiriman tulisan JURNAL TEKNIK MESIN. Panduan ini ditulis sebagai format baku JURNAL TEKNIK MESIN dan untuk kemudahan panduan dalam bentuk softcopy ini dapat langsung dijadikan template bagi penulis. Kata kunci: panduan, tulisan, format, judul Abstract -- contains the main of the problems, the solution of methodology and the results obtained. Abstract written in Indonesian and English, accompanied by keywords (keywords) below. The original text in the form of soft copy sent direct writer will be printed as JURNAL TEKNIK MESIN contents if it has met the writing guide. To ensure uniformity and smoothness of the printing process, as well as the format of the writing made the posting. This guide as a reference is required for the writing and delivery of writings JURNAL TEKNIK MESIN. This guide is written as a standard format for ease JURNAL TEKNIK MESIN and guidelines in softcopy format can be directly used as a template for writers. Keywords: guidance, writing, format, title 1. PENGIRIMAN TULISAN Tulisan asli yang dikirim ke Redaksi JURNAL TEKNIK MESIN harus dalam bentuk softcopy siap cetak yang dicopy-kan langsung kepada Redaksi atau dikirimkan via dalam format *.doc atau *.docx dengan dilampiri pernyataan bahwa tulisan tersebut belum diterbitkan dan tidak sedang menunggu untuk diterbitkan di media mana pun. Penulis juga diminta untuk melampirkan biografi ringkas, afisiliasi dan alamat lengkap, termasuk alamat TULISAN Tulisan akan dicetak dengan tinta hitam pada satu muka kertas HVS putih ukuran A4. Setiap halaman diberi nomor dan panjang tulisan maksimal 8 (delapan) halaman. Untuk menjamin keseragaman format, tulisan hendaknya mempunyai marjin minimum sebagai berikut: a. Marjin atas 2.5 cm, kiri 3 cm, bawah dan kanan 2 cm. b. Badan tulisan ditulis dalam dua kolom dengan jarak antar kolom 0.5 cm. 2.1 Huruf dan Spasi Tulisan menggunakan huruf Arial 10 dengan jarak antar baris satu spasi, kecuali judul. Judul menggunakan huruf besar Arial 12 yang dicetak tebal (bold), dan abstrak ditulis miring (Italic) dengan huruf Arial Judul Judul Tulisan: Judul tulisan dicetak tebal dengan huruf besar (12) dan diletakkan di tengah halaman. Judul tulisan diikuti nama dan afisiliasi penulis serta abstrak, seperti pada panduan ini. Judul Bagian: Judul bagian dicetak tebal (bold) dengan huruf besar dan diberi nomor. Judul Subbagian: judul sub-bagian dicetak tebal, dengan gabungan huruf besar dan kecil, dimulai dari sisi kiri kolom. Jarak Tabs dalam paragraf adalah 0.6 cm. 2.3 Bahasa, Satuan dan Persamaan Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan bahasa dan istilah asing sedapat mungkin dihindari, kecuali untuk abstrak. Penggunaan singkatan dan tanda-tanda diusahakan untuk mengikuti aturan nasional atau internasional. Satuan yang digunakan hendaknya mengikuti sistem satuan internasional (SI). Persamaan atau hubungan matematik harus dicetak dan diberi nomor seperti ini:

47 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 = 2 (2.1) Di dalam teks, persamaan 1 dinyatakan dengan Pers. (1) atau Persamaan (1). 2.4 Tabel Tabel yang rapi dan jelas disertakan dalam teks serta harus dirujuk pada teks. Keterangan tabel ditulis di atas tabel sebagai berikut: Tabel 2.1. Di dalam teks, t abel tersebut dinyatakan dengan Tabel 2.1. Tabel 2.1 Contoh nomor dan judul tabel Conversion from Symbol Quantity Gaussian and CGS EMU to SI a magnetic flux 1 Mx 10 8 Wb = 10 8 V s 4M magnetization 1 G 10 3 /(4) A/m m magnetic moment 1 erg/g = 1 emu 10 3 A m 2 = 10 3 m magnetic moment B magnetic flux density, magnetic induction H magnetic field strength J/T 1 erg/g = 1 emu 10 3 A m 2 = 10 3 J/T 1 G 10 4 T = 10 4 Wb/m 2 1 Oe 10 3 /(4) A/m 4M magnetization 1 G 10 3 /(4) A/m m magnetic moment 1 erg/g = 1 emu 10 3 A m 2 = 10 3 J/T M magnetization 1 erg/(g cm 3 ) = 1 emu/cm A/m 4M magnetization 1 G 10 3 /(4) A/m 4M magnetization 1 G 10 3 /(4) A/m 4M magnetization 1 G 10 3 /(4) A/m specific magnetization 1 erg/(g g) = 1 emu/g 1 A m 2 /kg m magnetic moment 1 erg/g = 1 emu 10 3 A m 2 = 10 3 J/T 4M magnetization 1 G 10 3 /(4) A/m j 2.5 Gambar magnetic dipole moment 1 erg/g = 1 emu Wb m Gambar dituliskan menggunakan format rata tengah. Setiap gambar haruslah diberi nomor dan judul serta diacu pada tulisan. Nomor dan judul gambar diletakkan di bawah gambar, seperti terlihat pada Gambar 1. Gambar 2.1 Penulisan nomor dan judul gambar 2.6 Nomenclature Simbol dan Definisi kosa kata sebaiknya dikumpulkan dan di tulis disini (sebelum Daftar Pustaka). Sebagai contoh: APT = Available Production Time C max = Maximum Consumption DT = Design Time KD = Design Coefficient Di dalam teks, persamaan 1 dinyatakan dengan Pers. (1) atau Persamaan (1). 3. DAFTAR PUSTAKA Penyitiran pustaka dilakukan dengan menyebutkan sumber penulis dan tahun, contoh: (Chapman, 2008). Daftar Pustaka hanya memuat pustaka yang secara langsung menjadi sumber kutipan. Penulisan Daftar Pustaka dilakukan dengan pengurutan berdasarkan nama belakang penulis, dicantumkan pada bagian akhir tulisan. Berikut adalah beberapa contoh penulisan daftar pustaka. [1]. Casadei D, Serra G, Tani K. Implementation of a Direct Control Algorithm on Discrete Space Vector Modulation. IEEE Transactions on Power Electronics. 2007; 15(4): [2]. Calero C, Piatiini M, Pascual C, Serrano MA. Towards Data Warehouse Quality Metrics. Proceedings of the 3rd Int l. Workshop on Design and Management. Interlaken. 2009; 39: [3]. Ward J, Peppard J. Strategic planning for Information Systems. Fourth Edition. West Susse: John Willey & Sons Ltd. 2007:

48 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat Telp: (Hunting), Pesawat: 5200 Fax:

ANALISA KERUSAKAN POMPA SENTRIFUGAL P-011C DI PT. SULFINDO ADIUSAHA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSDUCER GETARAN ACCELEROMETER

ANALISA KERUSAKAN POMPA SENTRIFUGAL P-011C DI PT. SULFINDO ADIUSAHA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSDUCER GETARAN ACCELEROMETER Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 98 ANALISA KERUSAKAN POMPA SENTRIFUGAL P-011C DI PT. SULFINDO ADIUSAHA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSDUCER GETARAN ACCELEROMETER Levi Amanda Putra Program

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PLAMBING INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR BUANGAN PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN BERTINGKAT TUJUH LANTAI

PERANCANGAN SISTEM PLAMBING INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR BUANGAN PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN BERTINGKAT TUJUH LANTAI Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 90 PERANCANGAN SISTEM PLAMBING INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR BUANGAN PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN BERTINGKAT TUJUH LANTAI Suhardiyanto Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Poros Poros merupakan suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Penaksiran Laju Aliran Air Ada beberapa metoda yang digunakan untuk menaksir besarnya laju aliran air, di antaranya yang akan dibahas di sini, yaitu : a. Berdasarkan jumlah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin Universitas Mercu Buana Disusun

Lebih terperinci

Usulan Perbaikan Sistem Distribusi Air Bersih dengan Menggunakan Pressure Reducing Valve

Usulan Perbaikan Sistem Distribusi Air Bersih dengan Menggunakan Pressure Reducing Valve Usulan Perbaikan Sistem Distribusi Air Bersih dengan Menggunakan Pressure Reducing Valve untuk Mengatur Tekanan pada Bangunan Gedung X Tinggi 40 Lantai Miftahudin Teknik Mesin, Program Sarjana, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gedung ini direncanakan untuk tempat penginapan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gedung ini direncanakan untuk tempat penginapan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data-data gedung Gedung ini direncanakan untuk tempat penginapan Berikut data-data gedung tersebut: Tingkat : 6 lantai Tinggi bangunan :24 m Pada lantai pertama terdiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya BAB 5 POROS (SHAFT) Definisi. Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan

Lebih terperinci

Sistem Plambing Dalam Gedung

Sistem Plambing Dalam Gedung Sistem Plambing Dalam Gedung 1. Pendahuluan Sistem Plambing plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk menyediakan; a. penyediaan air bersih, yaitu menyediakan dan menyalurkan air

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN 3.1 Kapasitas Pompa 3.1.1 Kebutuhan air water cooled packaged (WCP) Kapasitas pompa di tentukan kebutuhan air seluruh unit water cooled packaged (WCP)/penyegar udara model

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN JENIS DAN SPESIFIKASI POMPA UNTUK SUPLAI AIR BERSIH DI GEDUNG KANTIN BERLANTAI 3 PT ASTRA DAIHATSU MOTOR

ANALISA KEBUTUHAN JENIS DAN SPESIFIKASI POMPA UNTUK SUPLAI AIR BERSIH DI GEDUNG KANTIN BERLANTAI 3 PT ASTRA DAIHATSU MOTOR 119 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 ANALISA KEBUTUHAN JENIS DAN SPESIFIKASI POMPA UNTUK SUPLAI AIR BERSIH DI GEDUNG KANTIN BERLANTAI 3 PT ASTRA DAIHATSU MOTOR Ubaedilah Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang. lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan yang rendah ketempat

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang. lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan yang rendah ketempat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pandangan Umum Pompa Pompa adalah suatu jenis mesin yang digunakan untuk memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN SISTEM FIRE HYDRANT DI TOWER SAPHIRE DAN AMETHYS APARTEMEN EASTCOAST RESIDENCE SURABAYA

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN SISTEM FIRE HYDRANT DI TOWER SAPHIRE DAN AMETHYS APARTEMEN EASTCOAST RESIDENCE SURABAYA PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN SISTEM FIRE HYDRANT DI TOWER SAPHIRE DAN AMETHYS APARTEMEN EASTCOAST RESIDENCE SURABAYA DESIGN OF PLUMBING AND FIRE HYDRANT SYSTEM IN SAPHIRE AND AMETHYS TOWER EASTCOAST

Lebih terperinci

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin :

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin : BOILER FEED PUMP A. PENGERTIAN BOILER FEED PUMP Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan cara

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH JUMLAH SUDU IMPELER TERHADAP GETARAN PADA POMPA SENTRIFUGAL

ANALISA PENGARUH JUMLAH SUDU IMPELER TERHADAP GETARAN PADA POMPA SENTRIFUGAL NASKAH PUBLIKASI ANALISA PENGARUH JUMLAH SUDU IMPELER TERHADAP GETARAN PADA POMPA SENTRIFUGAL Naskah Publikasi ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti Wisuda Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA SISTEM PEMIPAAN DAN PEMILIHAN POMPA

BAB IV ANALISA SISTEM PEMIPAAN DAN PEMILIHAN POMPA BAB IV ANALISA SISTEM PEMIPAAN DAN PEMILIHAN POMPA 4. 1. Perhitungan Kapasitas Aliran Air Bersih Berdasarkan acuan dari hasil pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2010 dan Permen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL 3 BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL 3.1.Kerja Pompa Sentrifugal Pompa digerakkan oleh motor, daya dari motor diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeler yang dipasangkan pada poros tersebut. Zat cair yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HATOP

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan teori tentang sistem plambing dan standar yang digunakan sebagai acuan dalam perancangan. Teori perhitungan dan analisa kebutuhan

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG SISTEM PLAMBING DAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN DI MX MALL KOTA MALANG

PERENCANAAN ULANG SISTEM PLAMBING DAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN DI MX MALL KOTA MALANG PERENCANAAN ULANG SISTEM PLAMBING DAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN DI MX MALL KOTA MALANG Oleh : Nurina Azyyati Riski 3306 100 006 Dosen Pembimbing : Ir. Didik Bambang S., MT. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

POMPA. yusronsugiarto.lecture.ub.ac.id

POMPA. yusronsugiarto.lecture.ub.ac.id POMPA yusronsugiarto.lecture.ub.ac.id PENGERTIAN KARAKTERISTIK SISTIM PEMOMPAAN JENIS-JENIS POMPA PENGKAJIAN POMPA Apa yang dimaksud dengan pompa dan sistem pemompaan? http://www.scribd.com/doc/58730505/pompadan-kompressor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. MESIN-MESIN FLUIDA Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

SISTEM PENDISTRIBUSIAN DEBIT AIR BERSIH PADA GEDUNG BERTINGKAT

SISTEM PENDISTRIBUSIAN DEBIT AIR BERSIH PADA GEDUNG BERTINGKAT SISTEM PENDISTRIBUSIAN DEBIT AIR BERSIH PADA GEDUNG BERTINGKAT Fadwah Maghfurah 1 Munzir Qadri 2 Sulis Yulianto 3 1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl Cempaka Putih

Lebih terperinci

Vol 9 No. 2 Oktober 2014

Vol 9 No. 2 Oktober 2014 VARIASI TINGGI PIPA HISAP PADA POMPA TERHADAP PERUBAHAN KAPASITAS ALIRAN(APLIKASI PADA PENAMPUNGAN EMBER TUMPAH WATERBOOM ) Budi Johan, Agus wibowo2, Irfan Santoso Mahasiswa, Progdi Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

Jurnal e-dinamis, Volume 3, No.3 Desember 2012 ISSN

Jurnal e-dinamis, Volume 3, No.3 Desember 2012 ISSN SIMULASI NUMERIK ALIRAN FLUIDA DI DALAM RUMAH POMPA SENTRIFUGAL YANG DIOPERASIKAN SEBAGAI TURBIN PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH)MENGGUNAKAN CFD DENGAN HEAD (H) 9,29 M DAN 5,18 M RIDHO

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING TEKNIK LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING Aplikasi Response Getaran Untuk Menganalisis Fenomena Kavitasi Pada Instalasi Pompa Sentrifugal Wijianto, ST.M.Eng.Sc Marwan Effendy, ST. MT. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin-Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan Sebagai gambaran untuk sewage pit itu sendiri direncanakan dikarenakan lokasi toilet berada di level yang sama dengan STP atau di bawah level STP. Selain

Lebih terperinci

DETEKSI KERUSAKAN BEARING PADA CONDENSATE PUMP DENGAN ANALISIS SINYAL VIBRASI

DETEKSI KERUSAKAN BEARING PADA CONDENSATE PUMP DENGAN ANALISIS SINYAL VIBRASI DETEKSI KERUSAKAN BEARING PADA CONDENSATE PUMP DENGAN ANALISIS SINYAL VIBRASI Ganong Zainal Abidin, I Wayan Sujana Program Studi Teknik Mesin, Institut Teknologi Nasional Malang Email : ganongzainal@outlook.com

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PRESSURE DROP SISTEM PLAMBING AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MICROSOFT EXCEL SEBAGAI DATABASE PADA GEDUNG X JAKARTA SELATAN

PERHITUNGAN PRESSURE DROP SISTEM PLAMBING AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MICROSOFT EXCEL SEBAGAI DATABASE PADA GEDUNG X JAKARTA SELATAN PERHITUNGAN PRESSURE DROP SISTEM PLAMBING AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MICROSOFT EXCEL SEBAGAI DATABASE PADA GEDUNG X JAKARTA SELATAN Pratomo Setyadi *, Septyanto Eko Nurcahyo 2 Teknik Mesin, Universitas

Lebih terperinci

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB 5 DASAR POMPA. pompa BAB 5 DASAR POMPA Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak pelumas,

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun oleh:

LAPORAN TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun oleh: LAPORAN TUGAS AKHIR Analisa Kerusakan Pompa Sentrifugal One Stage type Ebara Pump 37KW Pada Water Treatment Plant (WTP) Dengan Metode FFT Analyzer Studi Kasus Mall Senayan City Diajukan Guna Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PADA BANGUNAN GEDUNG TWIN BUILDING UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

PERANCANGAN ULANG SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PADA BANGUNAN GEDUNG TWIN BUILDING UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PADA BANGUNAN GEDUNG TWIN BUILDING UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Strata-1

Lebih terperinci

Analisa Kerusakan Centrifugal Pump P951E di PT. Petrokimia Gresik

Analisa Kerusakan Centrifugal Pump P951E di PT. Petrokimia Gresik JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Analisa Kerusakan Centrifugal Pump P951E di PT. Petrokimia Gresik Farandy Afrizal dan Muhammad Nur Yuniarto Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. misalnya untuk mengisi ketel, mengisi bak penampung (reservoir) pertambangan, satu diantaranya untuk mengangkat minyak mentah

BAB I PENDAHULUAN. misalnya untuk mengisi ketel, mengisi bak penampung (reservoir) pertambangan, satu diantaranya untuk mengangkat minyak mentah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan pompa sangat luas hampir disegala bidang, seperti industri, pertanian, rumah tangga dan sebagainya. Pompa merupakan alat yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pompa Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk memindahkan fluida dari satu tempat ketempat lainnya, melalui suatu media aluran pipa dengan cara menambahkan energi

Lebih terperinci

Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi Kerusakan Akibat Kondisi Unbalance Sistem Poros Rotor

Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi Kerusakan Akibat Kondisi Unbalance Sistem Poros Rotor Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN: 2548-1509 Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR BERSIH DI HOTEL GRHA SOMAYA YOGYAKARTA DENGAN SOFTWARE PIPEFLOW EXPERT 2009 TUGAS AKHIR

PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR BERSIH DI HOTEL GRHA SOMAYA YOGYAKARTA DENGAN SOFTWARE PIPEFLOW EXPERT 2009 TUGAS AKHIR PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR BERSIH DI HOTEL GRHA SOMAYA YOGYAKARTA DENGAN SOFTWARE PIPEFLOW EXPERT 2009 TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Strata-1 Pada Prodi Teknik

Lebih terperinci

15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengertian Pompa Pompa adalah mesin fluida yang berfungsi untuk memindahkan fluida cair dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara memberikan energi mekanik pada pompa

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. SEJARAH MOTOR DIESEL Pada tahun 1893 Dr. Rudolf Diesel memulai karier mengadakan eksperimen sebuah motor percobaan. Setelah banyak mengalami kegagalan dan kesukaran, mak akhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri, mesin rotari merupakan bagian yang sangat penting dalam proses produksi dan bantalan (bearing) mempunyai peran penting dalam menjaga performa

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK METODE PUMP AS TURBINES (PATs)

PEMBANGKIT LISTRIK METODE PUMP AS TURBINES (PATs) PEMBANGKIT LISTRIK METODE PUMP AS TURBINES (PATs) Asep Rachmat, Ali Hamdani Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Majalengka Email: asep18rachmat75@gmail.com ABSTRACK Pump As Turbines (PATs) merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mesin kerja. Pompa berfungsi untuk merubah energi mekanis (kerja putar poros)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mesin kerja. Pompa berfungsi untuk merubah energi mekanis (kerja putar poros) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pompa Pompa adalah salah satu mesin fluida yang termasuk dalam golongan mesin kerja. Pompa berfungsi untuk merubah energi mekanis (kerja putar poros) menjadi energi

Lebih terperinci

DESAIN DAN PERHITUNGAN TEORITIS POMPA SENTRIFUGAL DENGAN STUDI KASUS DI PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA

DESAIN DAN PERHITUNGAN TEORITIS POMPA SENTRIFUGAL DENGAN STUDI KASUS DI PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA DESAIN DAN PERHITUNGAN TEORITIS POMPA SENTRIFUGAL DENGAN STUDI KASUS DI PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA Briyan Oktama 1, Tulus Burhanudin Sitorus 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1

PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1 PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1 Fungsi dan jenis peralatan plambing Fungsi peralatan plambing Menyediakan air bersih ke tempat 2 tertentu dg tekanan cukup dan air panas bila diperlukan Menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Dasar-dasar Pompa Sentrifugal Pada industri minyak bumi, sebagian besar pompa yang digunakan ialah pompa bertipe sentrifugal. Gaya sentrifugal ialah sebuah gaya yang timbul akibat

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR POMPA. Kerja yang ditampilkan oleh sebuah pompa merupakan fungsi dari head

BAB III TEORI DASAR POMPA. Kerja yang ditampilkan oleh sebuah pompa merupakan fungsi dari head BAB III TEORI DASAR POMPA 3.1 Pengkajian Pompa Kerja yang ditampilkan oleh sebuah pompa merupakan fungsi dari head total dan berat cairan yang dipompa dalam jangka waktu yang diberikan. Daya batang torak

Lebih terperinci

ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS

ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS Tugas Akhir ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Program Studi S1

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PERENCANAAN SISTEM MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLUMBING (MEP) PADA GEDUNG FARMASI STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

NASKAH PUBLIKASI PERENCANAAN SISTEM MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLUMBING (MEP) PADA GEDUNG FARMASI STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN NASKAH PUBLIKASI PERENCANAAN SISTEM MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLUMBING (MEP) PADA GEDUNG FARMASI STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN Disusun Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat Untuk Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI POMPA CENTRIFUGAL PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR KAMPUNG DAMAI BALIKPAPAN

ANALISIS EFISIENSI POMPA CENTRIFUGAL PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR KAMPUNG DAMAI BALIKPAPAN 1 ANALISIS EFISIENSI POMPA CENTRIFUGAL PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR KAMPUNG DAMAI BALIKPAPAN Puji Saksono Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Balikpapan ABSTRAK Dengan kemajuan ilmu

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI POMPA SENTRIFUGAL PADA WATER TREATMENT DENGAN KAPASITAS 60 M 3 /JAM DI PKS PT UKINDO LANGKAT LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISA PERFORMANSI POMPA SENTRIFUGAL PADA WATER TREATMENT DENGAN KAPASITAS 60 M 3 /JAM DI PKS PT UKINDO LANGKAT LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA PERFORMANSI POMPA SENTRIFUGAL PADA WATER TREATMENT DENGAN KAPASITAS 60 M 3 /JAM DI PKS PT UKINDO LANGKAT LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak Tutup kepala silinder (cylinder head cup) kepala silinder (cylinder

Lebih terperinci

PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL DENGAN KAPASITAS 42 LITER/ DETIK, HEAD 40M DAN PUTARAN 1450 PRM DENGAN PENGGERAK DIESEL

PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL DENGAN KAPASITAS 42 LITER/ DETIK, HEAD 40M DAN PUTARAN 1450 PRM DENGAN PENGGERAK DIESEL TUGAS AKHIR PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL DENGAN KAPASITAS 42 LITER/ DETIK, HEAD 40M DAN PUTARAN 1450 PRM DENGAN PENGGERAK DIESEL Tugas akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata satu Jurusan

Lebih terperinci

LOGO POMPA CENTRIF TR UGAL

LOGO POMPA CENTRIF TR UGAL LOGO POMPA CENTRIFUGAL Dr. Sukamta, S.T., M.T. Pengertian Pompa Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian pompa Pompa adalah peralatan mekanis untuk meningkatkan energi tekanan pada cairan yang di pompa. Pompa mengubah energi mekanis dari mesin penggerak pompa menjadi energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam sistem instalasi pemipaan fenomena kavitasi sering tidak diperhatikan, sedangkan kavitasi sendiri adalah salah satu kerugian di dalam sistem instalasi pemipaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beroperasi maksimal dan tahan dioperasikan dalam jangka waktu yang lama, hal ini tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. beroperasi maksimal dan tahan dioperasikan dalam jangka waktu yang lama, hal ini tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia industri sangat menginginkan suatu jenis pompa sentrifugal yang dapat beroperasi maksimal dan tahan dioperasikan dalam jangka waktu yang lama, hal ini tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Saat ini Negara berkembang di dunia, khususnya Indonesia telah membuat turbin air jenis mini dan mikro hydro yang merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN Saat ini Negara berkembang di dunia, khususnya Indonesia telah membuat turbin air jenis mini dan mikro hydro yang merupakan salah satu DISTRIBUSI TEKANAN FLUIDA PADA NOZEL TURBIN PELTON BERSKALA MIKRO DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK SOLIDWORKS Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT. *), Muharom Firmanzah **) *) Dosen Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

ANALISA POMPA AIR PADA GEDUNG BERTINGKAT

ANALISA POMPA AIR PADA GEDUNG BERTINGKAT ANALISA POMPA AIR PADA GEDUNG BERTINGKAT Nama : Aldian Sya Ban NPM : 20411550 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT. Latar Belakang 1. Perkembangan Kota

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 114 PENGUJIAN PENGARUH VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP PERFORMANSI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA KENDARAAN PENUMPANG 1.500 cc Suadi Program Studi

Lebih terperinci

EVALUASI DEBIT AIR DAN DIAMETER PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI PERUMAHAN KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN NELAYAN INDAH BELAWAN SEPTIAN PRATAMA

EVALUASI DEBIT AIR DAN DIAMETER PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI PERUMAHAN KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN NELAYAN INDAH BELAWAN SEPTIAN PRATAMA EVALUASI DEBIT AIR DAN DIAMETER PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI PERUMAHAN KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN NELAYAN INDAH BELAWAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh

Lebih terperinci

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Ray Posdam J Sihombing 1, Syahril Gultom 2 1,2 Departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

Evaluasi Sistem Plambing dan Perencanaan Pengolahan Air Buangan Serta Perencanaan Sistem Pewadahan dan Pengumpulan Sampah Rumah Susun Urip Sumoharjo

Evaluasi Sistem Plambing dan Perencanaan Pengolahan Air Buangan Serta Perencanaan Sistem Pewadahan dan Pengumpulan Sampah Rumah Susun Urip Sumoharjo Evaluasi Sistem Plambing dan Perencanaan Pengolahan Air Buangan Serta Perencanaan Sistem Pewadahan dan Pengumpulan Sampah Rumah Susun Urip Sumoharjo Oleh : Moritz Marbun (3306 100 108) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Tabel 5.1 Hasil perhitungan data NO Penjelasan Nilai 1 Head kerugian mayor sisi isap 0,14 m 2 Head kerugian mayor sisi tekan 3,423 m 3 Head kerugian minor pada

Lebih terperinci

SIMULASI PENGARUH NPSH TERHADAP TERBENTUKNYA KAVITASI PADA POMPA SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KOMPUTER COMPUTATIONAL FLUID DYANAMIC FLUENT

SIMULASI PENGARUH NPSH TERHADAP TERBENTUKNYA KAVITASI PADA POMPA SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KOMPUTER COMPUTATIONAL FLUID DYANAMIC FLUENT SIMULASI PENGARUH NPSH TERHADAP TERBENTUKNYA KAVITASI PADA POMPA SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KOMPUTER COMPUTATIONAL FLUID DYANAMIC FLUENT Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 2 Mei 2015; 47-52

I. PENDAHULUAN. EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 2 Mei 2015; 47-52 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 2 Mei 2015; 47-52 KINERJA MULTISTAGE HP/IP FEED WATER PUMP PADA HRSG DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON F Gatot Sumarno, Suwarti Program Studi Teknik Konversi

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Tahapan Perancangan Sistem Air Bersih 3.1.1. Menentukan Fungsi Bangunan Sebelum memulai Perancangan sistem Plambing. Penulis sebagai perancang harus mengetahui di fungsi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Instalasi Pengujian Pengujian dengan memanfaatkan penurunan temperatur sisa gas buang pada knalpot di motor bakar dengan pendinginan luar menggunakan beberapa alat dan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN GAMBAR

BAB IV PERANCANGAN GAMBAR BAB IV PERANCANGAN GAMBAR 4.1. Definisi Gambar Sebelum masa pembangunan, sebuah bangunan gedung akan melalui tahap perencanaan. Sebagai alat komunikasinya digunakanlah gambar-gambar yang memberikan ilustrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut kamus inggris-indonesia yang disusun oleh john M.chols dan hasan shadely, plumbing atau plambing berarti :

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut kamus inggris-indonesia yang disusun oleh john M.chols dan hasan shadely, plumbing atau plambing berarti : BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Plumbing Menurut kamus inggris-indonesia yang disusun oleh john M.chols dan hasan shadely, plumbing atau plambing berarti : a) Pipa ledeng b) pekerjaan mematri

Lebih terperinci

Deni Rafli 1, Mulfi Hazwi 2. Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater, Kampus USU Medan INDONESIA

Deni Rafli 1, Mulfi Hazwi 2. Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater, Kampus USU Medan INDONESIA SIMULASI NUMERIK PENGGUNAAN POMPA SEBAGAI TURBIN PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DENGAN HEAD 9,29 M DAN 5,18 M MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD PADA PIPA BERDIAMETER 10,16 CM Deni Rafli

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Teknologi dispenser semakin meningkat seiring perkembangan jaman. Awalnya hanya menggunakan pemanas agar didapat air dengan temperatur hanya hangat dan panas menggunakan heater, kemudian

Lebih terperinci

ANALISA PEMILIHAN POMPA UNTUK SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER SKALA LABORATORIUM

ANALISA PEMILIHAN POMPA UNTUK SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER SKALA LABORATORIUM ANALISA PEMILIHAN POMPA UNTUK SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER SKALA LABORATORIUM Munzir Qadri,ST,MSc 1,.Alif Chandra Lecture 1,College student,departement of machine, Faculty of Engineering, University Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal Pompa digerakkan oleh motor. Daya dari motor diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeler yang terpasang pada poros tersebut. Zat cair

Lebih terperinci

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875.

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. ABSIC ENGINE Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. Pada pertengahan era 30-an, Volvo menggunakan engine yang serupa dengan engine Diesel. Yaitu engine

Lebih terperinci

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari VARIASI JARAK NOZEL TERHADAP PERUAHAN PUTARAN TURIN PELTON Rizki Hario Wicaksono, ST Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ASTRAK Efek jarak nozel terhadap sudu turbin dapat menghasilkan energi terbaik.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Plambing Air Bersih Pada Bangunan Kondotel dengan Menggunakan Sistem Gravitasi dan Pompa

Perencanaan Sistem Plambing Air Bersih Pada Bangunan Kondotel dengan Menggunakan Sistem Gravitasi dan Pompa Perencanaan Sistem Plambing Air Bersih Pada Bangunan Kondotel dengan Menggunakan Sistem Gravitasi dan Pompa Dida Prahara Teknik Lingkungan, Program Sarjana, Universitas TanjungPura, Pontianak. email :

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. dari suatut empat ketempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut.

BAB II DASAR TEORI. dari suatut empat ketempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1. Dasar Teori Pompa 2.1.1. Definisi Pompa Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatut empat ketempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut.

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 SEA WATER BOOSTER PUMP Sea Water Booster Pump adalah suatu pompa sentrifugal yang berfungsi untuk menambah tekanan air laut yang berasal dari Circulating Water

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENYEDIAAN AIR BERSIH DENGAN SISTEM TANGKI ATAS DI INDUSTRI TAHU BERBASIS CLEANER PRODUCTION: IKM TAHU HAPID SUBANG, JAWA BARAT

PERANCANGAN PENYEDIAAN AIR BERSIH DENGAN SISTEM TANGKI ATAS DI INDUSTRI TAHU BERBASIS CLEANER PRODUCTION: IKM TAHU HAPID SUBANG, JAWA BARAT Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 PERANCANGAN PENYEDIAAN AIR BERSIH DENGAN SISTEM TANGKI ATAS DI INDUSTRI TAHU BERBASIS CLEANER PRODUCTION: IKM TAHU HAPID SUBANG, JAWA

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 PERANCANGAN POMPA SENTRIFUGAL DENGAN KAPASITAS 100m 3 /jam DAN HEAD POMPA 44m UNTUK SUPLAI AIRBAROMETRIK KONDENSER SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk memenuhi Syarat Memperoleh Gelar SarjanaTeknik ISKANDAR

Lebih terperinci

Aplikasi Respon Getar Untuk Fenomena Kavitasi Pada Pompa Sentrifugal Dengan Variasi Kerusakan Impeler

Aplikasi Respon Getar Untuk Fenomena Kavitasi Pada Pompa Sentrifugal Dengan Variasi Kerusakan Impeler Aplikasi Respon Getar Untuk Fenomena Kavitasi Pada Pompa Sentrifugal Dengan Variasi Kerusakan Impeler Maskuh Astriyanto, Wijianto, Subroto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas MuhammadiyahSurakarta

Lebih terperinci

REKAYASA INSTALASI POMPA UNTUK MENURUNKAN HEAD LOSS

REKAYASA INSTALASI POMPA UNTUK MENURUNKAN HEAD LOSS REKAYASA INSTALASI POMPA UNTUK MENURUNKAN HEAD LOSS Edi Widodo 1,*, Indah Sulistiyowati 2 1,2, Program Studi Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Jl. Raya Gelam No. 250 Candi Sidoarjo Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga

Lebih terperinci

Uji Fungsi Dan Karakterisasi Pompa Roda Gigi

Uji Fungsi Dan Karakterisasi Pompa Roda Gigi Uji Fungsi Dan Karakterisasi Pompa Roda Gigi Wismanto Setyadi, Asmawi, Masyhudi, Basori Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional Jakarta Korespondensi: tmesin@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Dalam pembahasan metode penelitian ini disuse untuk mengidentifikasikan kegagalan yang terjadi pada pompa sentrifugal terhadap sinyal vibrasi yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER 4.1 Perhitungan Blower Untuk mengetahui jenis blower yang digunakan dapat dihitung pada penjelasan dibawah ini : Parameter yang diketahui : Q = Kapasitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengairan Tanah Pertambakan Pada daerah perbukitan di Atmasnawi Kecamatan Gunung Sindur., terdapat banyak sekali tambak ikan air tawar yang tidak dapat memelihara ikan pada

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang digunakan untuk memudahkan aktivitas sehari-sehari. Maka dari itu banyak masyarakat atau konsumen yang

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

Fungsi dan jenis peralatan plambing

Fungsi dan jenis peralatan plambing Fungsi dan jenis peralatan plambing Fungsi peralatan plambing Menyediakan air bersih ke tempat 2 tertentu yg dikehendaki dg tekanan yang cukup Menyalurkan air kotor dari tempat 2 tertentu tanpa mencemari

Lebih terperinci