BAB IV PEMBUATAN, ANALISA DAN PENGUJIAN PARAPODIUM DINAMIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBUATAN, ANALISA DAN PENGUJIAN PARAPODIUM DINAMIK"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBUATAN, ANALISA DAN PENGUJIAN PARAPODIUM DINAMIK 4.1. Proses Pembuatan Komponen Parapodium dinamik Proses pembuatan parapodium dinamik sesuai dengan gambar kerja hasil desain ulang. Proses pembuatan semua komponen parapodium dinamik per detail part menjadi komponen kemudian perakitannya membentuk produk jadi secara utuh. Proses pembuatan dilakukan antara lain adalah: proses potong dengan mesin gerinda potong, shearing dan jigsaw, bending, proses bor dengan mesin bor duduk, bor tangan, tapping, bubut, frais, bending, las argon, finishing, poles, painting, bekleding dan assembling. (Lampiran 3 tentang Rincian Proses Pembuatan Parapodium Dinamik) Pembuatan Komponen Alas Gerak Telapak Kaki (00-01) Bagian ini menjadi alas tumpuan telapak kaki pengguna dan berfungsi untuk melangkah maju atau mundur Proses Permesinan per Part 1.1. Palang penguat Memotong pipa kotak stainless 40x20 mm, tebal 1 mm, panjang 680 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin gerinda potong dengan sudut kemiringan 60 derajat kemudian diproses menggunakan mesin milling pada kedua ujungnya dengan R 9.5 mm. Gambar 4.1 Palang Penguat 23

2 Frame telapak Memotong pipa stainless diameter 19 mm, tebal 1 mm, panjang 810 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin gerindan potong kemudian ditekuk menggunakan mesin roll pipa dengan R110 mm pada kedua sisi dengan lebar 210 mm dan total panjang jadi mm. Gambar 4.2 Frame Telapak 1.3. Alas telapak kaki Memotong plat besi tebal 1.2 mm, lebar 190 mm, panjang 370 mm, jumlah 2 buah dengan mesin potong plat sesuai gambar. Buat marking/pola pada plat tersebut dibantu dengan mal kertas dengan skala 1:1 kemudian memotong plat menggunakan mesin jigsaw sesuai marking. Dilanjutkan membuat 4 lubang slot lebar 5 mm dan panjang 70 mm menggunakan mesin milling. Kemudian menekuk 90o benda kerja tersebut menggunakan mesin tekuk pada satu sisi belakang dan dua sisi samping. Menggunakan mesin bor untuk membuat 4 lubang kemudian dicat dengan cat warna hitam. Kemudian memotong material karet pelapis lembaran tebal 2-3 mm menggunakan gunting kain menyesuaikan ukuran alas telapak kaki setelah itu memotong tali pitalebar 50 mm dan felkro/perekat lebar 50 mm sesuai ukuran sebagai pengikat telapak kaki/sepatu pemakai agar tidak lepas pada saat berjalan menggunakan alat ini. Gambar 4.3 Alas Telapak Kaki

3 Penyangga Alas telapak Kaki Memotong pipa kotak stainless 20x20 mm, panjang 98 mm, jumlah 4 buah menggunakan mesin gerinda potong dan salah satu ujungnya diproses dengan mesin milling dengan R.9.5 mm dan kedalaman 4.5 mm. Gambar 4.4 Penyangga Alas Telapak Kaki 1.5. Plat sepatu luar Memotong material platstrip stainless 25x5 mm, panjang 60 mm, jumlah 4 buah menggunakan mesin gerinda potong sesuai gambar kemudian membuat 2 lubang diameter 3.5 mm dengan jarak 40 mm menggunakan mesin bor dan ditapping dengan alat tap M4x1.25 mm. Kemudian pada kedua ujung dibentuk radius dengan R.10 mm menggunakan gerinda tangan sekaligus finishing akhir. Gambar 4.5 Plat Sepatu Luar 1.6. Tuas sepatu luar Memotong material pipa stainless diameter 16 mm, panjang 250 mm, menggunakan mesin gerinda potong sesuai ukuran sejumlah 4 buah. Gambar 4.6 Tuas Sepatu Luar

4 Tuas pemanjang Memotong material batang stainless diameter 12 mm, panjang 250 mm menggunakan mesin gerinda potong sejumlah 1 buah dan champer sekitar 1 x 45o setiap ujungnya dengan mesin gerinda tangan. Gambar 4.7 Tuas Pemanjang 1.8. Selongsong Memotong material pipa stainless diameter 16 mm, panjang 325 mm, menggunakan mesin gerinda potong sejumlah 1 buah. Gambar 4.8 Selongsong 1.9. Plat sepatu dalam Memotong material platstrip 25x5 mm, panjang 80 mm sejumlah 4 buah menggunakan mesin gerinda potong dilanjutkan membuat 2 lubang diameter 3,5 mm dengan jarak 60 mm menggunakan mesin bor dan ditapping dengan tap M4x1,25. Kemudian pada keempat ujungnya dibentuk radius dengan R.2 mm menggunakan mesin gerinda tangan. Gambar 4.9 Plat Sepatu Dalam

5 Bracket kaki runcing tetap Memotong material pipa kotak stainless 40x20 mm, tebal 1 mm panjang 65 mm, jumlah 2 buah menggunakan gerinda potong dimana salah satu ujungnya dipotong miring 41 dan potong lebar pipa menjadi 30 mm sehingga hanya punya satu sisi saja dan membuat lubang tembus diameter 7 mm pada posisi siku dan diameter 5 mm pada posisi ujung lancip. Gambar 4.10 Bracket Kaki Runcing Tetap Bracket pengikat bergerak Memotong material pipa kotak 40x20 mm, tebal 1 mm, panjang 80 mm, jumlah 2 buah menggunakan gerinda potong dimana salah satu ujungnya dipotong miring 37 derajat dan potong lebar pipa menjadi 30 mm sehingga hanya punya satu sisi saja dan membuat lubang tembus diameter 7 mm pada posisi siku dan diameter 5 mm pada posisi ujung lancip dan diameter 6 mm pada sisi datar. Gambar 4.11 Bracket Pengikat Bergerak Mur pengikat Memotong material batang stainless diameter 14,7 mm, panjang 50 mm, jumlah 2 buah menggunakan gerinda potong dan memproses bubut facing pada satu sisi dan membuat lubang 5 mm dan dichamfering 1x45 dan

6 28 dipotong sepanjang 5 mm dengan mesin bubut dan dichamfering akhir dengan mesin bor duduk. Gambar 4.12 Mur Pengikat Plat penguat Memotong material platstrip 25x5 mm, panjang 70 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin gerinda potong dengan sudut 45 pada kedua ujungnya. Gambar 4.13 Plat Penguat Selongsong tuas tegak Memotong material pipa stainless 30x30 mm, tebal 1 mm, panjang 110 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin potong gerinda kemudian membuat lubang tembus 12 mm pada salah satu ujungnya dan lubang tembus diameter 9 mm pada sisi ujung yang lain seperti gambar. Gambar 4.14 Selongsong Tuas Tegak

7 Mur pengencang Mengadakan inbush screw besi M4 x 1,24, panjang 15 mm, jumlah 4 buah. Gambar 4.15 Mur Pengencang Bushing pengikat tengah Memotong material batang stainless diameter 30 mm, panjang panjang 44 mm jumlah 1 buah dan facing halus dengan mesin bubut salah satu sisinya kemudian material dibalik untuk facing sisi lainnya. Membuat lubang tembus dalam diameter 12 mm kemudian buat bentuk konus dengan 15 dan diameter ujungnya 20 mm. Kemudian membuat 2 lubang diameter 3,5 mm pada sisi datar dan ditapping M 4 x 1,25 mm. Gambar 4.16 Bushing Pengikat Tengah Baut pengencang Mengadakan grub bush screw besi M3 x 1,25, panjang 10 mm, jumlah 2 buah. Gambar 4.17 Baut Pengencang

8 Baut pengikat Mengadakan baut stainless M 5 x 1,25, panjang 30 mm, jumlah 4 buah. Gambar 4.18 Baut Pengikat Mur pengikat Mengadakan mur stainless M5x1,25, jumlah 4 buah. Gambar 4.19 Mur Pengikat Baut pengikat Mengadakan baut stainless M5x1,25, panjang 30 mm, jumlah 4 buah. Gambar 4.20 Baut Pengikat Bushing pengikat pinggir Memotong material batang stainless diameter 18 mm, panjang 40 mm, jumlah 1 buah dan memproses bubut facing halus dengan mesin bubut pada salah satu sisinya kemudian membuat lubang dalam tidak tembus diameter 12 mm, panjang 33 mm kemudian membuat ulir dalam M5 x 1,25 mm. Kemudian membuat 2 lubang diameter 2,5 mm pada satu sisinya dan ditapping M 3 x 1,25 mm. Gambar 4.21 Bushing Pengikat Pinggir

9 Bushing rumah pin Memotong material batang stainless diameter 25,4 mm panjang 17 mm, jumlah 4 buah dan memproses facing halus dengan mesin bubut salah satu sisinya kemudian membuat lubang dalam tembus diameter 12 mm dan membalik benda kerja untuk facing. Kemudian membuat 2 lubang diameter 2,5 mm pada sisi datar dan ditapping M 3 x 1,25 mm. Gambar 4.22 Bushing Rumah Pin Pin kaki bawah Memotong material batang stainless diameter 11,9 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin bubut sepanjang 57 mm kemudian diproses pada salah satu ujungnya selebar 7 mm sedalam 3 mm. Gambar 4.23 Pin Kaki Bawah Baut penahan pin Mengadakan grub screw besi M3x1,25, panjang 10 mm, ex stock. Gambar 4.24 Baut Penahan Pin

10 Tuas penyambung Memotong batang stainless diameter 12 mm, panjang 100 mm, jumlah 1 buah menggunakan mesin gerinda potong. Gambar 4.25 Tuas Penyambung Bushing penyambung Memotong material batang stainless diameter 14 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin bubut sesuai panjang 18 mm dan membuat lubang diameter 6 mm. Gambar 4.26 Bushing Penyambung Baut pengikat Mengadakan baut L stainless M5x1,25, panjang 30 mm, jumlah 1 buah. Gambar 4.27 Baut Pengikat Mur pengikat Mengadakan mur stainless M8x1,25, jumlah 4 buah, ex stock Gambar 4.28 Mur Pengikat

11 Baut pengikat Mengadakan baut besi perseng M6x1,24, panjang 10 mm, jumlah 8 buah. Gambar 4.29 Baut Pengikat Kulit imitasi penutup engsel Memotong kulit imitasi lebar panjang 250 sejumlah 2 mm dan perekat/felkro lebar 250 mm, panjang 400 mm sejumlah 2 buah dan menjahit dengan mesin jahit kain dan bagian tertentu dipasangi perekat untuk pengikat yang mudah dibuka dan dikancingkan. Gambar 4.30 Kulit Imitasi Penutup Engsel Proses Perakitan per Komponen Bagian ini menjadi alas tumpuan telapak kaki pengguna dan berfungsi untuk melangkah maju atau mundur, terdiri dari beberapa komponen: Gambar 4.31 Frame Alas Telapak Kaki Komplit

12 34 1. Pipa Penyangga bawah (2 set, tipe kanan dan kiri) Gambar 4.32 Penyangga Bawah Menyambungkan beberapa part dari kelompok komponen ini menggunakan mesin las TIG argon. Secara berurutan kerangka telapak disambungkan dengan palang penguat dan pipa alas telapak dipasangkan diantaranya. Kemudian selongsong tuas tegak ditempatkan tegak lurus pada palang penguat diperkuat plat penguat dan bushing pin dipasangkan pada sisi luarnya kemudian bracket kaki runcing tetap disisi belakang serta Mur pengikat M10 disisi atas untuk mengikat dengan pipa tuas tegak. Plat sepatu dalam ditempatkan dibawah posisi bending pipa frame telapak dan mur pengikat pada kedua ujungnya. Setelah semua disambung dengan proses las kemudian di-finishing menggunakan mesin gerinda tangan dengan batu fleksibel seperlunya dan finishing akhir dipoles kain agar tampak gilap (mirror).

13 35 2. Sepatu Penyeimbang (4 buah) Gambar 4.33 Sepatu Penyeimbang Part pipa tuas dan plat sepatu luar disambung dengan las TIG kemudian difinishing dengan mesin gerinda tangan dan dipoles dengan kain agar tampak gilap (mirror) untuk material pipa. 3. Tuas Pengikat (1 set) Gambar 4.34 Tuas Pengikat Menyambungkan beberapa part dari kelompok komponen ini menggunakan mesin las TIG/Argon. Pipa selongsong disambung dengan bushing pengikat tengah dan ujung yang lain dipasangkan dengan mur pengikat. Mengelas tuas penyambung dengan bushing penyambung seperti Gambar 4.34.

14 36 4. Perakitan Total Komponen Alas Telapak Kaki Gambar 4.35 Alas Telapak Kaki Pembuatan Komponen Penegak Lutut (00-02) Bagian ini berfungsi untuk menegakan parapodium dinamik dengan menyambung Alas Gerak Telapak Kaki dengan komponen corset bawah memegang/mengikat lutut untuk membantu menegakkan kedua kaki pengguna alat ini. Gambar 4.36 Penegak Lutut (Knee holders)

15 Proses Permesinan per Part 2.1. Tuas tegak Memotong material pipa stainless kotak 25x25 mm, tebal 1 mm, panjang 840 mm menggunakan mesin gerinda potong kemudian membuat lubang tembus diameter 9 mm dan 12 mm dengan menggunakan mesin bor. Gambar 4.37 Tuas tegak 2.2. Selongsong Memotong material pipa besi kotak 30 x 30 mm,tebal 1 mm, panjang 30 mm menggunakan mesin gerinda potong kemudian membuat lubang tembus diameter 5 mm menggunakan mesin bor. Gambar 4.38 Selongsong

16 Plat penguat Memotong material plat besi tebal 1 mm, lebar 10 mm, panjang 50 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin potong plat. Gambar 4.39 Plat Penguat 2.4. Plat penahan lutut Memotong material plat tebal 1 mm, lebar 100 mm, panjang 140 mm dengan mesin potong plat dan mengerollnya dengan R100 mm. Gambar 4.40 Plat Penahan Lutut 2.5. Tuas L Memotong material pipa stainless diameter 12,5 mm, panjang 250 mm, jumlah 2 buah dan as stainless diameter 18 mm panjang 100 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin gerinda potong. Pipa stainless ditekuk 90o dengan R57 mm dan as stainless pada satu sisi difrais setebal 2 mm kemudian keduanya disambung dengan mesin las argon (TIG). Gambar 4.41 Tuas L

17 Selongsong plat lutut Memotong material pipa besi diameter 17 mm, panjang 40 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin gerinda potong dan membuat lubang tidak tembus berdiameter 5 mm menggunakan mesin bor. Gambar 4.42 Selongsong Plat Lutut 2.7. Selongsong tuas L Memotong material pipa besi diameter 22 mm, tebal 1,2 mm, panjang 40 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin gerinda potong dan membuat lubang tidak tembus dengan berdiameter 5 mm menggunakan mesin bor. Gambar 4.43 Selongsong Tuas L 2.8. Mur pengikat pipa Mengadakan mur besi M5 x 1,25 mm, jumlah 4 buah Gambar 4.44 Mur Pengikat Pipa 2.9. Baut pengunci Mengadakan grab screw besi M5 x 1,25 mm, panjang: 10 mm, jumlah 4 buah. Gambar 4.45 Baut Pengunci

18 Spon pelapis lutut Memotong spone 20 mm, lebar 100, panjang 140mm dan membuat pola serta memotong kulit imitasi dan perekat menggunakan gunting dan menjahitnya dengan mesin jahit. Gambar 4.46 Spon Pelapis Lutut Proses Perakitan per Komponen 1. Plat penyangga lutut Gambar 4.47 Plat Penyangga Lutut Menggunakan mesin las argon plat penguat dilekatkan pada sisi atas lengkungan plat penahan lutut dan selanjutnya selongsong plat lutut ditempatkan tegak lurus serta mur pengikat plat pada posisi terluar, kemudian di-finishing dan dicat warna hitam.

19 41 2. Selongsong tuas L Gambar 4.48 Selongsong Tuas L Menggunakan mesin las argon pipa selongsong dilekatkan tegak lurus pada selongsong tuas L dan mur pengikat pada posisi terluar pada dua part tersebut sesuai gambar. Setelah itu difinising dan dicat warna hitam. 3. Hasil Proses Perakitan Penegak Lutut Gambar 4.49 Penegak Lutut

20 Pembuatan Komponen Penyangga Pinggang (00-03) Bagian ini sebagai pemegang pipa penegak lutut, korset bawah dan pengunci belakang pinggang. Gambar 4.50 Penyangga Pinggang Kanan dan Kiri Proses Permesinan per Part: 3.1. Selongsong berlubang Memotong material pipa stainless 30x30 mm, tebal 1 mm, panjang 340 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin gerinda potong. Kemudian membuat 11 buah lubang diamater 9 mm tidak tembus dan jarak masing masing sumbu pusat lubang 25 mm menggunakan mesin bor. Kemudian pada salah satu sisi dimilling sedalam 7 mm dengan radius 15 mm. Gambar 4.51 Selongsong Berlubang

21 Tuas penahan Memotong material pipa stainless 25x25 mm, tebal 1 mm, panjang 300 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin gerinda potong. Pada salah satu ujung material diproses menggunakan mesin frais radius 9.5 mm. Gambar 4.52 Tuas Penahan 3.3. Selongsong penahan Memotong material Pipa stainless 30x30 mm, tebal 1 mm, panjang 200 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin gerinda potong dan pada salah satu ujungnya dipotong miring dengan sudut kemiringan 45 kemudian mengebor pada sisi siku pipa diameter 6 mm menggunakan mesin bor dan memasngkan mur pengencang dengan mesin las argon Gambar 4.53 Selongsong Penahan 3.4. Selongsong korset bawah, tipe kanan dan kiri Memotong material pipa stainless 60x30 mm, tebal 1 mm, panjang 190 mm, berjumlah 2 buah sesuai ukuran menggunakan mesin gerinda potong. Kemudian membuat lubang diameter 13 mm menggunakan mesin bor dan 2 buah lubang berdiameter 6 mm pada kedua sisi sudut ujung pipa untuk jalan masuk baut pengunci. Gambar 4.54 Selongsong Korset Bawah

22 Tuas pengarah Memotong material pipa stainless diameter 19 mm, panjang 400 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin gerinda potong. Gambar 4.55 Tuas Pengarah 3.6. Stang tanduk pengarah Memotong material pipa stainless diameter 16 mm, panjang 26 mm, pipa skedul stainless diameter 25 mm, stripplat stainless 25x3 mm sesuai ukuran menggunakan mesin gerinda, jumlah masing-masing 2 buah. Kemudian pipa D16 mm dibending membentuk sudut 30o dan ujung bawah diprostek menggunakan mesin gerinda tangan dan pipa schedul diameter 25 dibelah dan disambung dengan potongan stripplat berlubang yang ditap M5x1,25. Gambar 4.56 Stang Tanduk Pengarah 3.7. Bracket tengah, tipe kanan dan kiri Memotong material stripplat stainless 50x5 mm, panjang 100 mm x 2 buah, panjang 50 mm x 4 buah kemudian menyambung part-part tersebut menggunakan las argon sesuai gambar. Kemudian menggunakan mesin bor membuat beberapa lubang dan perceng sebagaimana arahan gambar kerja. Dilanjutkan proses penggerindaan untuk membentuk radius dan

23 45 bentukan-bentukan khusus dan terakhir difinishing dengan busa poles menggunakan mesin gerinda tangan. Gambar 4.57 Bracket Tengah 3.8. Pin Pengikat Memotong material as stainless diameter 16 mm, panjang 120 mm, jumlah 2 buah. Kemudian memproses dengan mesin bubut membuat pin dengan kepala pin diameter 16 mm, batang pen diameter 12,9 mm panjang 78 mm, diujungnya dibuat ulir M10x1,25 panjang 30 mm. Gambar 4.58 Pin Pengikat 3.9. Baut pengikat bracket Mengadakan baut besi perseng M6x1,24, panjang 10 mm, jumlah 8 buah. Gambar 4.59 Baut Pengikat Bracket Mur pengencang Memotong material as stainless diameter 12 mm, panjang 12 mm, jumlah 4 buah menggunakan gerinda potong. Kemudian memproses facing dengan mesin bubut dan membuat lubang tembus diameter 4,5 mm dan menge-tap dengan tap M5x1,25 kemudian salah satu ujung digerinda

24 46 membentuk bentuk V sedalam 4 mm untuk dipasangkan dengan pipa dudukannya. Gambar 4.60 Mur Pengencang Baut pengencang Mengadakan grab screw M5x1,25, jumlah 4 buah. Gambar 4.61 Baut Pengencang Plat pengikat sabuk Memotong plat stainless tebal 2 mm, panjang 50 mm, lebar 60 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin potong plat kemudian membuat slot lebar 10 mm, panjang 50 mm dan 30 mm menggunakan mesin frais. Dan menggunakan gerinda tangan guna membentuk seperti gambar dan sekalian finishing akhir memakai kain poles agar gilap. Gambar 4.62 Plat Pengikat Sabuk Mur pengikat atas Material as stainless diameter 9 mm, panjang 22,5 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin gerinda potong. Kemudian memproses dengan mesin bubut untuk membuat lubang diameter 4,5 mm sedalam 15 mm dan ditapping M5x1,25 dan membalik benda kerja lalau membuat bentuk spere/setengah lingkaran pada salah satu ujungnya. Gambar 4.63 Mur Pengikat Atas

25 Pin penghubung Memotong as stainless diameter 15 mm, panjang 50 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin gerinda potong. Kemudian menggunakan mesin bubut membuat ulir M8x1,25, panjang 15 mm dan membuat lubang tembus diameter 7 mm menggunakan mesin bor. Gambar 4.64 Pin Penghubung As ulir penghubung Memotong as stainless diameter 7 mm, panjang 200 mm, jumlah 2 buah dan membuat ulir M5x1,25 dengan alat snei. Gambar 4.65 As Ulir Penghubung Mur pengikat pin Mengadakan mur pengikat pin stainless M6x1,25, jumlah 6 buah. Gambar 4.66 Mur Pengikat Pin

26 Piringan pengikat Memotong material as stainless diameter 50 mm, panjang 68 mm, jumlah 2 buah. Kemudian menggunakan mesin bubut memprosesnya secara bertahap membuat kepala piringan dengan diameter 50 mm, panjang 8 mm dan as diameter 10 mm dan diujungnya dibuat ulir M8x1,25 sepanjang 18,5 mm seperti gambar kerja. Dilanjutkan mengebor pada dinding piringan dan mengetapnya menjadi ulir dalam M6x1,25 sejumlah 4 buah dibagi dengan sudut merata dengan PCD 35 mm. Gambar 4.67 Piringan Pengikat Ring nylon Memotong dan membubut material plastik nylon diameter 25 mm, panjang 12 mm, jumlah 4 buah dan mengebor menjadi lubang dalam 13 mm. Gambar 4.68 Ring Nylon Bushing tengah Potong material as stainless diameter 30 mm, panjang 40 mm jumlah 2 buah menggunakan mesin gerinda potong dan membubutnya untuk membuat lubang dalam diameter 24 mm. Gambar 4.69 Bushing Tengah

27 Mur pengikat tengah Memotong material stripplat 30x5 mm, panjang 20 mm, jumlah 2 buah. Kemudian mengebor pada pusat diagonal dan mengetapnya menjadi ulir dalam M8x1,25. Selanjutnya membentuk setengah lingkaran pada kedua sisi panjangnya dan sisi lebar menjadi ukuran kunci pas SW 20 mm. Gambar 4.70 Mur Pengikat Tengah Pengikat karet atas Mengadakan mur stainless M6x1,25, sejumlah 8 buah Gambar 4.71 Pengikat Karet Atas Ring plat atas Potong material plat stainless 25x25 mm, tebal 2 mm, jumlah 8 menggunakan mesin potong plat kemudian mengebor dengan bor 7 mm dan menjadikan satu dalam mandril kemudian diproses dengan mesin bubut membentuk diameter 25 mm. Gambar 4.72 Ring Plat Atas

28 Karet Memotong dan melubang plat karet tebal 5 mm menjadi diameter luar 25 mm dan lubang dalam 7 mm, jumlah 4 buah. Gambar 4.73 Karet Plat penahan karet Memotong material plat stainless tebal 3 mm, panjang 30 mm, lebar 30 mm, jumlah 1 buah menggunakan mesin gerinda potong kemudian menggunakan gerinda tangan membentuk radius 5 mm pada kedua ujung pada salah satu sisi. Membuat lubang dengan diameter 7 mm menggunakan mesin bor. Gambar 4.74 Plat Penahan Karet Peluncur kuningan Memotong material as kuningan diameter 24 mm, panjang 40 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin potong kemudian dilanjutkan menggunakan mesin bubut untuk facing dan membuat lubang tembus diameter 10 mm. Gambar 4.75 Peluncur Kuningan Plat dudukan Memotong material platstrip besi 20 x 5 mm, panjang 40, jumlah 2 buah

29 51 mengunakan mesin gerinda potong kemudian membuat 2 lubang sejajar berjarak 20 mm dengan diameter 5.5 mm dan ditap M6x1,25. Gambar 4.76 Plat Dudukan Proses Perakitan per Komponen 1. Selongsong pipa berlubang Gambar 4.77 Selongsong Pipa Berlubang Menggunakan mesin las argon (TIG) untuk merakit part-part ini bentukan sesuai gambar. Dimulai dengan merakit pipa selongsong berlubang dengan pipa selongsong penahan di satu sisi dan merakit plat penahan karet disisi yang lain. Kemudian bushing tengah dirakit pada ujung selongsong berlubang yang diprostek dan bushing pengencang ditempatkan pada lubang-lubang pada sudut-sudut pipa seperti gambar.

30 52 2. Bracket tengah Gambar 4.78 Bracket Tengah Komponen ini dirakit menggunakan baut dan mur saja. Bracket tengah sebagai part utama dirakit dengan piringan pengikat menggunakan baut pengikat bracket. Dan pin pengikat dipasangkan dengan dialasi ring nylon diposisi dalam dan diikat diujungnya dengan mur. 3. Selongsong korset bawah Gambar 4.79 Selongsong Korset Bawah Menggunakan mesin las argon merakit part-part ini. Pipa selongsong korset bawah sebagai part utama dimana pipa penegak dipasang secara tegak lurus dan mur pengencang diseting pada posisi lubang di sudut pipa. Pada salah satu ujungnya dipasangkan dengan plat dudukan yang akan dipasangkan dengan plat pengikat sabuk menggunan mur.

31 53 4. As ulir pengubung Gambar 4.80 As Ulir Pengubung Perakitan dilakukan dengan saling memasangkan part satu dengan yang lainnya. Part utama adalah poros ulir penghubung di satu ujung dipasangkan dengan pen penghubung yang diikat dengan 2 mur dan diujung satunya dipasangkan dengan part 2 ring karet yang dijepit dengan ring plat dan mur pengencang. 5. Tuas pengarah Gambar 4.81 Tuas Pengarah

32 54 Perakitan menggunakan mesin las argon menyambung tuas penahan dengan tuas pengarah yang kemudian dipasangkan dengan stang tanduk pengarah yang diikat dengan baut pengencang. 6. Hasil proses perakitan komponen penyangga pinggang. Proses perakitan komponen ini dengan memasangkan selongsong pipa berlubang sebagai induknya kemudian bracket tengah dipasangkan dan disusul dengan pemasangan selongsong korset bawah yang dikancing dengan as ulir penghubung. Dan tuas pengarah dipasangkan pada selongsong depan. Lalu dikencangkan agar tidak goyang dengan pengencangan pada baut-baut L tanam sehingga tuas-tuas menjadi lebih kokoh/rigid. Gambar 4.82 Penyangga Pinggang Pembuatan Komponen Korset Bawah (00-04) Bagian ini berfungsi sebagai penahan bagian perut dari pengguna alat ini. Kerangka dalam terbuat dari logam besi dan stainless yang kemudian akan dilapisi dengan spone dibungkus kulit imitasi. Lebar korset bawah ini bisa disetel sesuai ukuran lebar pinggang pengguna alat Proses Permesinan per Part

33 Pipa tusuk L Memotong pipa stainless 40x20 mm, tebal l mm, panjang 154 mm x 4 buah, panjang 200 mm x 2 buah. Kemudian menyambungnya menggunakan mesin las argon. Gambar 4.83 Pipa Tusuk L 4.2. Selongsong korset Potong material plat besi tebal 1 mm, panjang 300 mm, lebar 70 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin potong plat kemudian dibending dengan mesin bending plat membentuk siku berukuran 45 x 25 mm panjang 300 mm selanjutnya kedua profil siku tersebut disambung menggunakan mesin las argon membentuk kotak selongsong. Lalu membuat 4 lubang diameter 6 mm berjarak 10 mm dari ujung pipa pada satu sisi pipa dan pada posisi siku dan kemudian dipasangi mur pengencang selanjutnya proses finishing dengan mesin gerinda tangan dan dicat dengan cat warna hitam. Gambar 4.84 Selongsong Korset 4.3. Siku penahan Potong material plat besi tebal 1 mm, lebar 20 mm, panjang 300 mm, jumlah 1 buah menggunakan mesin potong plat. Kemudian ditekuk menjadi 2 bagian sesuai ukuran dan dilekatkan pada selongsong korset menggunakan mesin las argon dengan type las titik sepanjang 10 mm secara intermitten.

34 56 Gambar 4.85 Siku Penahan 4.4. Baut pengencang Mengadakan grab screw M5x1,25, jumlah 4 buah. Gambar 4.86 Baut Pengencang 4.5. Mur pengencang Memotong as stainless diameter 12 mm, panjanng 12 mm, jumlah 4 buah menggunakan gerinda potong. Kemudian memprosesnya dengan mesin bubut untuk facing depat dan membuat lubang tembus diameter 4,5 mm dan menge-tap dengan tap M5x1,25 kemudian salah satu ujung digerinda membentuk bentuk V sedalam 4 mm untuk dipasangkan dengan pipa dudukannya. Gambar 4.87 Mur Pengencang 4.6. Spon pelapis Memotong spone 20 mm, lebar 100mm, panjang 140 mm dan membuat pola serta memotong kulit imitasi dan perekat menggunakan gunting dan menjahitnya dengan mesin jahit. Gambar 4.88 Spon Pelapis

35 Proses Perakitan per Komponen 1. Perakitan komponen korset bawah Gambar 4.89 Korset Bawah Perakitan komponen ini dengan saling memasangkan. Dimulai dari pipa tusuk L dimasukan kedalam pipa selongsong korset kemudian dikancing dengan baut pengancing. Dan spone pelapis dipasangkan pada posisi terluar. 2. Hasil proses perakitan korset bawah Gambar 4.90 Korset bawah Pembuatan Komponen Engsel Pengunci Belakang Pinggang ( 00-05) Bagian ini merupakan penyangga untuk bagian pinggang dari belakang dengan sistem bisa dibuka pada saat pengguna alat berdiri dan ditutup atau dikancingkan pada saat pengguna sudah berdiri tegak dan siap berjalan.

36 Proses Permesinan per Part 5.1. Pipa penusuk Memotong material pipa stainless 20x40 mm, tebal 1 mm, panjang 200 mm sesuai ukuran menggunakan mesin gerinda potong. Kemudian membuat 2 lubang sejajar dengan diameter 7 mm pada sisi pipa 20 mm menggunakan mesin bor. Gambar 4.91 Pipa penusuk 5.2. Pipa skala penusuk Memotong material Pipa stainless 30x15x1 mm, panjang 75 mm sesuai ukuran dengan gerinda potong. Lalu beri marking pada sisi luar dengan panjang masing mark 25 mm, 21.5 mm, 21.5 mm. Gambar 4.92 Pipa skala penusuk 5.3. Pipa skala Memotong material pipa stainless 30x15 mm, tebal 1 mm, panjang 150 mm menggunakan mesin gerinda potong. Kemudian bagi material tersebut menjadi 6 bagian menggunakan teknik marking, dengan panjang masing masing bagian 25 mm, 4 x 21.5 mm, dan salah satu ujungnya dipotong dengan mesin frais radius 7.5 mm. Gambar 4.93 Pipa Skala

37 Dudukan pengunci Memotong material Pipa stainless 30x30x1, panjang 80 mm, jumlah 1 buah menggunakan mesin gerinda potong. Kemudian potong salah satu ujung material dengan mesin milling sepanjang 11 mm, radius 15 mm. Gambar 4.94 Dudukan Pengunci 5.5. Pengunci sabuk Mengadakan pengunci sabuk berjumlah 1 buah. Gambar 4.95 Pengunci Sabuk 5.6. Pipa peregang kunci Memotong material pipa stainless 20x20 mm, tebal 1 mm, panjang 150 mm menggunakan mesin gerinda potong. Gambar 4.96 Pipa Peregang Kunci 5.7. Pipa peregang engsel Memotong material Pipa stainless 20x20x1, panjang 150 mm sesuai ukuran dengan mesin gerinda potong. Kemudian potong salah satu ujung material dengan mesin frais sepanjang 4.5 mm, radius 12.5 mm.

38 60 Gambar 4.97 Pipa Peregang Engsel 5.8. Plat penyatu Memotong material Plat Mid Steel tebal 2 mm, panjang 200 mm, lebar 75 mm sesuai ukuran dengan gerinda potong. Kemudian potong setiap ujung material dengan kemiringan 45o dan panjang 2 mm. Gambar 4.98 Plat Penyatu 5.9. Pipa selongsong Memotong material pipa stainless 25x25 mm, tebal 1 mm, panjang 200 mm menggunakan mesin gerinda potong. Kemudian membuat lubang diameter 6 mm pada salah sisi siku pipa berjarak 10 mm dari ujung. Gambar 4.99 Pipa Selongsong Plat slot penusuk Memotong material plat stainless tebal 3 mm, panjang 50 mm, lebar 30 mm menggunakan mesin potong plat. Potong salah satu sisi material menggunakan gerinda tangan dengan radius 10 mm dan buat lubang slot ditengah material dengan ukuran kotak 15 x 20 mm. Gambar Plat Slot Penusuk

39 Pipa pemegang Memotong material pipa stainless diameter 28 mm, panjang 70 mm, jumlah 1 buah menggunakan mesin gerinda potong. Gambar Pipa Pemegang Plat penekan Memotong material plat besi tebal 5 mm, panjang 22 mm, lebar 15 mm, jumlah 1 buah sesuai ukuran dengan mesin gerinda potong. Kemudian buat 2 lubang sejajar menggunakan mesin milling dengan diameter 6 mm. Jarak sumbu pusat antar lubang 12 mm. Gambar Plat Penekan Ring Memotong material stainless diameter 25 mm, panjang 20 mm sesuai ukuran dengan mesin gerinda potong kemudian memproses dengan mesin bubut membuat lubang dalam diameter 20 mm. Gambar Ring

40 Peluncur kuningan Memotong material kuningan diameter 20 mm, panjang 18 mm sesuai ukuran dengan gerinda potong dan memprosesnya dengan mesin bubut membuat lubang dalam diameter 15 mm. Gambar Peluncur Kuningan Pin penyatu Memotong material as stainless diameter 15 mm, panjang 70 mm sesuai ukuran dengan gerinda potong dan men-chamfer ujung material. Gambar Pin Penyatu Baut pengencang Mengadakan grab screw besi M5 x 1,25 mm, panjang: 10 mm, jumlah 4 buah. Gambar Baut Pengencang Mur pengencang Mengadakan mur stainless M5 x 1,25 mm, panjang 10 mm, jumlah 4 buah Gambar Mur Pengencang

41 Baut pengencang Mengadakan grab screw besi M5 x 1,25 mm, panjang: 10 mm, jumlah 4 buah. Gambar Baut Pengencang Plat penutup Potong material Stainless tebal 1 mm, panjang: 30 mm, lebar 15 mm sesuai dengan ukuran. Gambar Plat Penutup Spon pelapis Memotong spone 20 mm, lebar 100 mm, panjang 140 mm dan membuat pola serta memotong kulit imitasi dan perekat menggunakan gunting dan menjahitnya dengan mesin jahit. Gambar Spon Pelapis

42 Proses Perakitan per Komponen : Gambar Engsel Pengunci Belakang Pinggang 1. Pipa Tusuk Gambar Pipa Tusuk Perakitan komponen dengan memasangkan pipa skala penusuk kedalam pipa penusuk yang lebih besar dan dikunci dengan baut pengancing. 2. Pin engsel Gambar Pin Engsel

43 65 Perakitan menggunakan mesin las argon untuk menyambung ujung pipa skala dengan pin penyatu sehingga membentuk sepertu huruf T. 3. Palang Penahan Gambar Palang Penahan Perakitan menggunakan mesin las untuk menyambung pipa pemegang pada ujung prostek dudukan pengunci kemudian dijepit oleh 2 pipa peregang kunci sesuai gambar kerja. Kemudian kedua ujung peregang dimasukan ke pipa selongsong yang beralaskan plat penyatu. 4. Pipa peregang engsel Gambar Pipa Peregang Engsel Perakitan menggunakan mesin las argon untuk menyambung 2 buah pipa peregang engsel dengan ring engsel dan memasangkan peluncur kuningan di dalam ring engsel.

44 66 5. Hasil Perakitan Engsel Pengunci Belakang Pinggang Gambar Engsel Pengunci Belakang Pinggang Pembuatan Korset Atas Komponen korset atas ini berfungsi untuk menahan dada dari sisi depan dan menyangga kedua ketiak pengguna alat ini. Rangka dari material logam kemudian dilapisi dengan spon pelindung yang dibungkus kulit imitasi Proses Permesinan per Part 6.1. Pipa penegak Memotong material pipa stainless 20x20 mm, tebal 1 mm, panjang 150 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin gerinda potong. Lalu mengebor dengan mata bor diameter 6 mm pada salah sisi siku pipa. Gambar Pipa Penegak

45 Pipa T Memotong material pipa stainless diameter 15 mm, panjang 300 mm menggunakan mesin gerinda potong dan mengefrais salah satu ujungnya untuk dipasangkan dengan pipa selongsong pengunci. Gambar Pipa T 6.3. Palang selongsong depan Memotong material pipa besi panjang 300 mm berjumlah 1 buah dengan mesin gerinda potong sesuai ukuran. Lalu buat 2 lubang dengan diameter 6 mm. Gambar Palang Selongsong Depan 6.4. Plat penahan depan Memotong material Plat besi tebal 1 mm, panjang 200, lebar 150 mm dengan gerinda potong sesuai ukuran. Kemudian buat radius 25 mm dimasing masing ujung plat.

46 68 Gambar Plat Penahan Depan 6.5. Pipa L Memotong material pipa stainless diameter 16 mm, panjang 400 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin gerinda potong kemudian dibending dengan R45 mm panjang total setelah dibending menjadi mm. Gambar Pipa L 6.6. Selongsong pengunci Memotong material pipa stainless diameter 19 mm, panjang 40 mm, jumlah 2 buah menggunakan mesin gerinda potong dan mengebornya lubang tidak tembus berdiameter 6 mm menggunakan mesin bor. Gambar Selongsong Pengunci 6.7. Mur pengunci Mengadakan mur stainless M5x1,25, jumlah 6 buah Gambar Mur Pengunci

47 Baut pengunci Mengadakan grab screw M5x1,25, jumlah 6 buah. Gambar Baut Pengunci 6.9. Spon pelapis dada set Memotong spone 20 mm, lebar 100 mm, panjang 140 mm dan membuat pola serta memotong kulit imitasi dan perekat menggunakan gunting dan menjahitnya dengan mesin jahit, jumlah 1 buah. Gambar Spon Pelapis Dada Set Spon pelapis lengan Memotong spone 20 mm, lebar 100, panjang 140 mm dan membuat pola serta memotong kulit imitasi dan perekat menggunakan gunting dan menjahitnya dengan mesin jahit, jumlah 2 buah. Gambar Spon Pelapis Lengan

48 Perakitan per Komponen Gambar Korset Atas 1. Pipa T Gambar Pipa T Perakitan menggunakan mesin las untuk menyambung pipa T dengan selongsong pengunci. Kemudian baut pengunci dipasangkan kedalam mur pengunci.

49 71 2. Plat penahan korset atas Gambar Plat Penahan Korset Atas Perakitan dengan mesin las untuk menyambung palang selongsong depan dengan plat penahan depan dan baut pengunci dimasukan ke mur pengunci di palang selongsong depan 3. Hasil perakitan korset atas Gambar Korset atas

50 Proses Perakitan Semua Komponen Parapodium Dinamik Proses perakitan (assembling) total merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses pembuatan parapodium dinamik. Perakitan adalah proses memasang komponen satu dengan komponen lainnya sebagaimana pada Gambar dan Tabel 4.1. Proses perakitan ini sekaligus sebagai proses checking terhadap kualitas proses-proses yang dilakukan sebelumnya. Dalam perakitan akan diketahui kualitas produk dari aspek nilai assembling, tampilan/keserasian antar part/komponen, toleransi suaian dan fungsi alat sebagaimana yang direncanakan. Enam komponen besar dari parapodium dinamik yang terdiri alas telapak kaki, penegak lutut, penyangga pinggang, korset bawah, engsel pengunci belakang pinggang dan korset atas dirakit secara menyeluruh sehingga membentuk produk jadi seperti Gambar

51 Susunan Semua Part dan Komponen Parapodium Dinamik Gambar assembling ini memperlihatkan bahwa susunan part yang masingmasing mempunyai nomer gambar/identitas sendiri membentuk suatu komponen dan kemudian komponen membentuk suatu bentuk produk secara utuh sebagaimana terlihat pada Gambar dibawah ini. Gambar Susunan Part dan Komponen Parapodium Dinamik

52 Daftar Semua Part Dan Komponen Parapodium Dinamik Daftar part dan komponen memperlihatkan nama masing-masing part dan komponen untuk mempermudah penyebutan dan mengidentifikasi didalam proses perancangan dan pembuatan alat parapodium dinamik. Tabel 4.1. Daftar Detail Part Parapodium Dinamik

53 Gambar Produk Jadi Parapodium Dinamik Hasil Desain Ulang Gambar ini memperlihatkan bentuk jadi dari proses pembuatan alat parapodium dinamik hasil desain ulang yang siap dipergunakan. Gambar Bentuk Jadi Parapodium Dinamik Hasil Desain Ulang

54 Analisa Desain Ulang dan Pembuatan Parapodium Dinamik Analisa Ukuran Parapodium Dinamik Analisa ukuran-ukuran parapodium dinamik hasil desain ulang dilakukan dengan mengacu pada percentile atau Anthopometry Orang Dewasa Indonesia yang tertera pada Tabel 2.2 dan kaidah ergonomis suatu alat yang dipakai manusia. Dari ukuran tinggi alat dibandingkan dengan range ukuran tinggi orang dalam posisi tegak yang terendah yaitu 1464 mm (wanita) dan ukuran orang tertinggi 1732 mm (pria) dimana ukuran alat terendah 930 mm dan tertinggi 1200 mm, juga untuk ukuran-ukuran lain yang berhubungan dengan ketinggian misalnya tinggi lutut dan tinggi ketiak dan lainnya. Selain ukuran tinggi alat adalah ukuran lebar dan tebal alat yang didesain menyesuaikan dengan lebar dan tebal badan pengguna alat, dari yang kurus sampai yang gemuk. Maka ukuran-ukuran dan bentuk alat parapodium dinamik hasil desain ulang ini memenuhi syarat ergonomis atau sesuai dengan ukuran dan bentuk tubuh rata-rata orang dewasa Indonesia sebagai pemakainya Analisa Material Parapodium Dinamik Analisa material dilakukan dengan membandingkan antara material yang dipergunakan parapodium dinamik yang lama dengan yang baru. Material yang dipergunakan dalam pembuatan parapodium dinamik ex import menggunakan ukuran-ukuran pipa kotak dengan satuan Inggris (British System) dan terbuat dari jenis bahan besi (mild steel,astm A36) yang tidak tersedia di pasar Indonesia. Material tersebut diganti dengan material yang tersedia di pasar lokal yaitu dengan pipa-pipa kotak (square pipe) dengan satuan metris (SI) yang sepadan dengan ukuran profil produk lama dan dengan jenis bahan stainless steel MT304 yang mempunyai kelebihan pada mechanical proterty : tensile strength, yield strength dan elongation strength serta chemical compositions yang lebih baik karena tahan karat dan bisa dipoles gilap/dof untuk memperindah penampilan permukaan material sekaligus mempunyai kelebihan ketebalan material rata-rata sekitar 0,2 mm. Maka material pengganti selain mudah didapat di pasaran juga lebih kuat dan lebih awet.

55 Analisa Biaya Parapodium Dinamik Pembiayaan selama proses pembuatan parapodium dinamik bisa dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Perhitungan Harga Alat Parapodium Dinamik URAIAN RUPIAH % A. Biaya Material Rp ,- 28% B. Biaya Proses Rp ,- 52% C. Harga Pokok (A+B) 80% D. Biaya Overhead Rp ,- 20% E. Harga Alat (D+E) TOTAL RUPIAH Rp ,- Produksi Rp ,- Catatan : Detail biaya material dan proses bisa dilihat di Lampiran 2. Alokasi biaya material terbanyak dipergunakan untuk pengadaan material pipa dan plat stainless, misalnya : pipa 20x20, 20x40, 25x25, 30x30 (mm) dan pipa bulat diameter 16, 19, 25 (mm), as stainless dan mur baut stainless. Sebagian untuk pengadaan plat besi dan spon pelapis agar alat lebih nyaman saat dipakai. Biaya proses dipakai untuk mayoritas proses fabrikasi seperti potong pipa dengan beberapa sudut pemotongan, gerinda, tekuk plat, roll pipa, pengelasan, finishing dan pengecatan. Sedangkan proses machining adalah proses bubut, bor, tapping dan juga proses pembuatan lapisan bekleding dan assembling. Sedangkan biaya overhead adalah biaya yang timbul pada proses desain ulang, operasional, administrasi, sewa alat dan proses pengujian juga faktor tidak terduga seperti kenaikan harga material dan proses produksi. Ketiga biaya tersebut di atas dijumlahkan maka didapatkan total biaya pembuatan parapodium dinamik hasil desain ulang (Harga Pokok Produksi (HPP)/Prototype) sebesar Rp ,-. Besaran biaya atau HPP ini kalau dibandingkan dengan produk ex impor dari Modert Group, Polandia seharga USD 3763,2 (sekitar Rp ,-) adalah hanya sekitar 20%, maka alat

56 78 parapodium dinamik hasil desain ulang ini jauh lebih murah dan masih terjangkau (ekonomis) oleh daya beli masyarakat Indonesia. 4.4 Pengujian Parapodium Dinamik Hasil Desain Ulang Tempat Pengujian Tempat pengujian dilakukan di Departemen Rehabilitasi Medis RSO Dr. Suharso Surakarta dan di bengkel rekanan Alat Pengujian Dalam melakukan pengujian mesin, langkah awal yang harus dilakukan adalah mempersiapkan alat dan perlengkapan digunakan antara lain sebagai berikut : 1. Parapodium Dinamik Hasil desain ulang: Gambar Parapodium Dinamik Hasil Desain Ulang

57 79 2. Stop watch Stopwatch berfungsi untuk mengetahui waktu yang dipergunakan dalam proses atau kegiatan yang dilakukan. Gambar Stop watch 3. Alas Miring Alas miring berfungsi untuk menguji gerak alat pada posisi di lokasi kemiringan sekitar 10 o dan terbuat dari bahan multiflex tebal 15 mm. Gambar Alas Miring Proses Pengujian Parapodium Dinamik Setelah alat didesain ulang dan dibuat, untuk mengetahui kemampuan dari alat dapat bekerja dengan baik dan sesuai dengan yang direncanakan, maka perlu dilakukan pengujian yaitu pengujian fungsi dan unjuk kerja. Pengujian dilakukan dengan menyampaikan form kuesioner yg sifatnya kualitatif sebanyak 20 pertanyaan kepada calon para pengguna alat selaku responden dan kemudian melakukan uji coba alat tersebut dengan gerakan/maneuver sebagaimana poin-poin dalam kuesioner tersebut. Setelah mencoba alat, responden memilih dan menentukan jawaban atas pertanyaan

58 80 sekitar alat tersebut. Dan setelah responden yang ke-20 selesai melakukan uji coba kemudian semua jawaban direkap dan dibuat menjadi kuantitatif sebagaimana dapat dilihat pada lampiran Pengujian Fungsi dan Unjuk Kerja Untuk mengetahui fungsi dan unjuk kerja parapodium dinamik sebagai rangkaian komponen-komponen yang dirakit sesuai dengan rancangan gambar dan saat alat digunakan, misalnya memakai dan melepas alat, stabilitas saat berdiri dan bergerak lurus dan memutar, baik di alas datar atau miring, handling pada tuas penggerak tangan dan beberapa manuver lainnya. Lihat detail Lembar Pengujian Fungsi dan Unjuk Kerja Alat pada lampiran Hasil Pengujian Dari hasil pengujian alat yang dilakukan oleh 20 orang responden selaku penguji alat didapatkan rekapitulasi data berupa tabel seperti pada Tabel 4.3 dan dan Grafik 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Pengujian Parapodium Dinamik

59 81 Grafik 4.1 Rekapitulasi Hasil Uji Kualitatif Parapodium Dinamik Pembacaan dari Tabel 4.3 dan Grafik 4.1 dapat dilihat bahwa 20 orang responden sebagai penguji alat memberikan pendapat dan pandangan mereka terhadap alat parapodium dinamik yang terangkum sebagai berikut : 1. Proses memakai (set up) alat dan melepaskan (set off) alat adalah sangat mudah kalau dibantu orang lain dan mudah bila mandiri.

60 82 2. Stabilitas alat pada saat pemakai berdiri tegak, berjalan ditempat dan berjalan memutar adalah stabil bahkan sangat stabil. 3. Pergerakan alat pada saat bergerak lurus maju dan mundur adalah mudah bahkan sangat mudah. 4. Pergerakan alat pada saat maju berputar adalah mudah dan bahkan sangat mudah. 5. Pergerakan alat pada saat mundur berputar adalah mudah cenderung cukup mudah, sedikit ada kesulitan. Hal ini menjadi masukan untuk perbaikan desain handle tangan agar mempermudah gerak mundur. 6. Pergerakan alat pada saat maju di kemiringan adalah stabil dan aman bahkan sangat stabil dan aman 7. Pergerakan alat pada saat mundur di kemiringan adalah stabil dan aman bahkan sangat stabil dan aman akan tetapi ada yang cukup stabil dan aman bahkan ada yang tidak stabil dan aman. Hal ini juga menjadi masukan untuk perbaikan desain handle tangan dan posisi tuas tegak yang lebih longgar agar pemakai alat bisa menyesuaikan posisi tubuh saat mundur. 8. Pergerakan alat pada saat maju di kemiringan disisi kanan dan kiri adalah stabil dan aman. 9. Gerakan handle tangan pada saat gerak adalah ringan. 10. Berat alat pada saat dipindah/digeser/diangkat adalah ringan, cukup ringan bahkan ada yang berat. Hal ini menjadi masukan dalam pemilihan bahan, baik ukuran luar, ketebalan dan jenis bahan (berat jenis material) agar alat juga cukup ringan untuk dipakai oleh kaum wanita. 11. Tampilan alat parapodium dinamik hasil desain ulang secara umum adalah baik. Dari para responden juga mendapatkan masukan secara langsung dengan menuliskan masukan/saran/kritik, antara lain : Desain bagus tapi masih berat bobot alatnya. Ditingkatkan kenyamanan alat saat dipakai. Perbaikan desain agar mempermudah saat gerak mundur.

61 83

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Nilai-nilai Desain Dalam melakukan suatu proses kerja, maka diperlukan suatu perencanaan yang benar-benar matang. Hal ini sangat penting guna memberi arahan dalam proses

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id 38 BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses PembuatanTabung Peniris Luar dan tutup Tabung luar peniris dan tutup peniris (Gambar 4.1) terbuat dari plat stainless steel berlubang dengan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen-komponen yang akan dibuat adalah komponen yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut 16 III. METODE PEMBUATAN A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut Amanah, jalan raya candimas Natar, Lampung Selatan. Pembuatan mesin pengaduk adonan

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong umbi. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU 1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU A. Tujuan 1. Menyebutkan macam-macam jenis alat tangan dan fungsinya. 2. Menyebutkan bagian-bagian dari alat-alat tangan pada kerja bangku. 3. Mengetahui bagaimana cara

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI 28 BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian utama Dinamometer Arus Eddy adalah : 4.1.1 Alat Alat yang digunakan meliputi : 1. Mesin Bubut 2. Mesin

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

MESIN BOR. Gambar Chamfer

MESIN BOR. Gambar Chamfer MESIN BOR Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Skema Alur Kerja Pembuatan - Skema proses pembuatan alat pneumatik transfer station adalah alur kerja proses pembuatan alat pneumatik transfer station

Lebih terperinci

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu.

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu. 24 III. METODE PROYEK AKHIR 3.1. Waktu dan Tempat Proses pembuatan Proyek Akhir ini dilakukan di Bengkel Bubut Jl. Lintas Timur Way Jepara Lampung Timur. Waktu pengerjaan alat pemotong kentang spiral ini

Lebih terperinci

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponenkomponen pada mesin pemotong krupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN 30 BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat stik dan keripik. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: A. Kecepatan potong

Lebih terperinci

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : POROS BERTINGKAT A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : Mampu mengoprasikan mesin bubut secara benar. Mampu mebubut luar sampai halus dan rata. Mampu membubut lurus dan bertingkat.

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Hasil Perancangan Paratrike Berdasarkan dari hasil perancangan rangka paratrike yang telah dibuat sebelumnya, maka didapatkan dimensi dan bahan yang digunakan dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan September- Oktober

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin press serbuk kayu. Pengerjaan dominan dalam pembuatan komponen tersebut

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alur Produksi Mesin Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin 3.2. Cara Kerja Mesin Prinsip kerja mesin pencetak bakso secara umum yaitu terletak pada screw penekan adonan dan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses yang mengolah dari bahan mentah menjadi suatu barang jadi. Berikut ini pemilihan bahan yang digunakan dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar 7 BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Dalam pembuatan suatu produk pastilah tidak terlepas dari pendekatan gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING. Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain

BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING. Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING 3.1 RAHANG PENAHAN Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain yaitu - Kaki penahan - Batang ulir. Yang semua komponen akan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan Bahan A. Alat dan bahan 1. Mesin las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Alat ukur (jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR Untuk membuat spare parts yang utuh, diperlukan komponen-komponen steam joint stand for bende tr yang mempunyai fungsi yang berbeda yang kemudian

Lebih terperinci

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah Proses Produksi Oleh : Akmal Akhimuloh 1503005 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI GARUT

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan merupakan salah satu tahap untuk membuat komponenkomponen pada Troli Bermesin. Komponen-komponen yang akan

Lebih terperinci

2. Mesin Frais/Milling

2. Mesin Frais/Milling 2. Mesin Frais/Milling 2.1 Prinsip Kerja Tenaga untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang diubah menjadi gerak utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama tersebut akan diteruskan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Dalam Alur Proses terdapat langkah-langkah dalam pembuatan komponen part mesin industry. 4.1.1 Tahapan Alur Proses Design Komponen Tahap ini merupakan

Lebih terperinci

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa Buletin 70 Teknik Pertanian Vol. 15, No. 2, 2010: 70-74 R. Bambang Djajasukmana: Teknik pembuatan alat pengupas kulit lada tipe piringan TEKNIK PEMBUATAN ALAT PENGUPAS KULIT LADA TIPE PIRINGAN R. Bambang

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN KOMPONEN PENDUKUNG UTAMA

BAB III PEMBUATAN KOMPONEN PENDUKUNG UTAMA BAB III PEMBUATAN KOMPONEN PENDUKUNG UTAMA 3.1 Alat-alat yang dibutuhkan dalam Pembuatan Gokart Sebelum dilakukan proses pembuatan gokart terlebih dahgulu dilakukan perencanaan yang berupa perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

IV. DESAIN PROSES PRODUKSI MESIN PANGKAS RUMPUT POTRUM BBE-02

IV. DESAIN PROSES PRODUKSI MESIN PANGKAS RUMPUT POTRUM BBE-02 IV. DESAIN PROSES PRODUKSI MESIN PANGKAS RUMPUT POTRUM BBE-02 4.1. Modifikasi Potrum BBE-01 Menjadi Potrum BBE-02 Mesin pangkas rumput BBE-01 tersusun atas beberapa bagian yaitu dek, roda, poros pisau,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN 4.1 Konsep Pembuatan Mesin Potong Sesuai dengan definisi dari mesin potong logam, bahwa sebuah mesin dapat menggantikan pekerjaan manual menjadi otomatis, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan bahan Peralatan yang digunakan untuk membuat alat troli bermesin antara lain: 1. Mesin las 2. Mesin bubut 3. Mesin bor 4. Mesin gerinda 5. Pemotong plat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada BAB IV HASIL & PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada Rangka Gokart Kendaraan Gokart terdiri atas beberapa komponen pembentuk baik komponen utama maupun komponen tambahan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MEMBUAT KUDA-KUDA DENGAN SAMBUNGAN BAUT NO REVISI TANGGAL HALAMAN JST/TSP/ dari 7

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MEMBUAT KUDA-KUDA DENGAN SAMBUNGAN BAUT NO REVISI TANGGAL HALAMAN JST/TSP/ dari 7 JST/TSP/09 00 10-01-08 1 dari 7 A. Kompetensi Mahasiswa mampu mempabrikasi struktur kuda-kuda baja. B. Sub kompetensi Setelah melakukan kegiatan praktik diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan: 1. Memotong

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 PSOAL: F018-PAKET B-08/09 1. Sebuah batang bulat dengan diameter 20 mm harus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pembuatan 4.1.1. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja

Lebih terperinci

PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KILN / HEAT TREAMENT FURNACE TYPE N 41/H

PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KILN / HEAT TREAMENT FURNACE TYPE N 41/H PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KILN / HEAT TREAMENT FURNACE TYPE N 41/H Djoko Kisworo Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KiLN / HEAT TREATMENT

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. KONSEP PEMBUATAN ALAT Membuat suatu produk atau alat memerlukan peralatan dan pemesinan yang dapat dipergunakan dengan tepat dan ekonomis. Pemilihan mesin atau proses yang

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahan yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.1.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Literatur Penyediaan Alat dan bahan Perancangan Chasis Pembuatan Chasis Pengujian Chasis Analisa dan Pembahasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melaksanakan pengujian ini penulis menggunakan metode pengujian dan prosedur pengujian. Sehingga langkah-langkah serta tujuan dari pengujian yang dilakukan dapat sesuai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1. 1 3

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Tulangan Beton Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang berpenampang lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton,yang diproduksi dari bahan baku billet

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 3 LANDASAN TEORI DAN PENGOLAHAN DATA BAB 3 LANDASAN TEORI DAN PENGOLAHAN DATA Gambar 3.1 Mesin Sentris (Sumber: Dokumentasi PT. Sinar Rejeki Mesindo) 3.1 Pengertian Mesin Pengering Sentris Mesin pengering sentris (Mesin Sentris) adalah mesin

Lebih terperinci

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI LABORATORIUM PROSES DAN SISTEM PRODUKSI LABORATORIUM TEKNOLOGI MEKANIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2017 TATA TERTIB PRAKTIKUM

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMBUATAN MESIN FRICTION WELDING DENGAN SISTEM HIDROLIK KAPASITAS GAYA 2 TON MENGGUNAKAN MESIN BUBUT

TUGAS AKHIR PEMBUATAN MESIN FRICTION WELDING DENGAN SISTEM HIDROLIK KAPASITAS GAYA 2 TON MENGGUNAKAN MESIN BUBUT TUGAS AKHIR PEMBUATAN MESIN FRICTION WELDING DENGAN SISTEM HIDROLIK KAPASITAS GAYA 2 TON MENGGUNAKAN MESIN BUBUT Diajukan Guna Memenuhi Persyaratanuntuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Pada Fakultas

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN ALAT PENEKUK PIPA Perancangan Pada Bagian Statis (Rangka, Las, Baut dan Mur)

PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN ALAT PENEKUK PIPA Perancangan Pada Bagian Statis (Rangka, Las, Baut dan Mur) PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN ALAT PENEKUK PIPA Perancangan Pada Bagian Statis (Rangka, Las, Baut dan Mur) LAPORAN PROYEK AKHIR Oleh : PUPUT INDRA SATRIA NIM 011903101137 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS 28 BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS Langkah-langkah penyelesaian alat mulai dari perancangan hingga pembuatan dapat dilihat pada Diagram

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. kerja. Identifikasi ini berupa gambar kerja dari perancang yang ditujukan kepada

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. kerja. Identifikasi ini berupa gambar kerja dari perancang yang ditujukan kepada BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Identifikasi gambar kerja merupakan suatu langkah awal pengerjaan benda kerja. Identifikasi ini berupa gambar kerja dari perancang yang

Lebih terperinci

commit to user BAB II DASAR TEORI

commit to user BAB II DASAR TEORI 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Kerja Bangku Kerja Bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh seseorang dalam mengerjakan benda kerja. Pekerjaan kerja bangku menekankan pada pembuatan benda kerja dengan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN START

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN START BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES KERJA PRAKTIK Secara sistematik langkah pembuatan tempat tidur terapi 2 section dapat diuraikan pada diagram alir, seperti gambar berikut : START MENDAPAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Merancang Desain dan Study Literatur Proses Pembuatan Rangka -Pemotongan pipa -Proses pengelasan -Proses penggerindaan Proses Finishing -Proses

Lebih terperinci

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari 8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pendahuluan Pada saat sekarang ini, perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat pesat. Sehingga membutuhkan tenaga ahli untuk dapat menggunakan alat-alat teknologi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 di Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT 1 BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT PENGERTIAN Membubut adalah proses pembentukan benda kerja dengan mennggunakan mesin bubut. Mesin bubut adalah perkakas untuk membentuk benda kerja dengan gerak utama berputar.

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN ALAT

BAB III METODE PEMBUATAN ALAT BAB III METODE PEMBUATAN ALAT 3.1 Diagram Alir / Flowchart Dalam proses pembuatan suatu alat atau produk memerlukan peralatan dan pemesinan yang dapat dipergunakan dengan tepat dan ekonomis serta pengetahuan

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : Kain filament polyester 100% double side coated.

SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : Kain filament polyester 100% double side coated. MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT DIREKTORAT PEMBEKALAN ANGKUTAN SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : 20-251 I. BAHAN. 1. Kain filament polyester 100% double side coated. a. Lebar kain,cm (inchi)

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN CONTAINER DAN CONVEYOR ROKOK

BAB III PERANCANGAN CONTAINER DAN CONVEYOR ROKOK BAB III PERANCANGAN CONTAINER DAN CONVEYOR ROKOK Pada bab ini akan dijelaskan tentang pembuatan perancangan container dan conveyor rokok, yang merupakan bagian dari mesin vending rokok type conveyor-elevator.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang BAB III METODOLOGI 3.1 Pembongkaran Mesin Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan mengganti atau memperbaiki komponen yang mengalami kerusakan. Adapun tahapannya adalah membongkar mesin

Lebih terperinci

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT ANALISIS PEMBUATAN JIG PENGUBAH SUDUT KEMIRINGAN VALVE SILINDER HEAD SEPEDA MOTOR MATIC Nama NPM : 20410985 Jurusan Fakultas : Ardi Adetya Prabowo : Teknik Mesin : Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr.

Lebih terperinci