IV. DESAIN PROSES PRODUKSI MESIN PANGKAS RUMPUT POTRUM BBE-02

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. DESAIN PROSES PRODUKSI MESIN PANGKAS RUMPUT POTRUM BBE-02"

Transkripsi

1 IV. DESAIN PROSES PRODUKSI MESIN PANGKAS RUMPUT POTRUM BBE Modifikasi Potrum BBE-01 Menjadi Potrum BBE-02 Mesin pangkas rumput BBE-01 tersusun atas beberapa bagian yaitu dek, roda, poros pisau, pengunci flexible shaft, dudukan pisau dan mata pisau, kemudi, dudukan engine brush cutter, sistem pengatur ketinggian, dan kantong penampung. Bagian-bagain pada BBE-01 yang dianggap masih memiliki kelemahan dilakukan beberapa modifikasi dengan menentukan target capaian yang diinginkan. Beberapa target capaian tersebut diantaranya untuk menjadikan desain menjadi mudah dalam perakitan maupun pelepasan, menigkatkan lebar kerja, dan menghasilkan bioclippings. Beberapa bagian yang dimodifikasi antara lain dek, unit pemangkas (dudukan pisau dan mata pisau), dudukan engine brush cutter, stang kemudi, kantung penampung clippings (rumput hasil pangkasan), roda depan, dan sistem pengatur ketinggian. Gambar 19. Modifikasi Potrum BBE-01 (a) menjadi Potrum BBE-02 (b) 4.2. Desain Komponen Mesin Potrum BBE Dek Desain dek BBE-02 harus memiliki beberapa fungsi yaitu : 33

2 a. Sebagai tempat dudukan pengunci flexible shaft. b. Sebagai dasar peletakkan dan penentuan miring tidaknyaa putaran pisau pemangkas. c. Sebagai penyalur clippings menuju kantong penampung. d. Tempat peletakkan poros roda sehingga menentukan miring tidaknya posisi dek terhadap permukaan lahan rumput yang akan dipangkas. e. Sebagai tempat peletakan stang kemudi. f. Sebagai tempat peletakkan lempengan sel pengatur ketinggian. g. Melindungi operator dari pisau pada putaran tinggi. Berdasarkan ungsi-fungsi yang ingin dicapai, desain dek hampir sama dengan desain dek mesin pemangkas rumput tipe SRT-03 sehingga diperoleh gambar rancangan dek seperti berikut. (dek Potrum BBE-01) (dek Potrum BBE-02) Gambar 20. Modifikasi dek Gambar 21. Bentangan awal dek Stang Kemudi Stang kemudi mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai tuas kemudi yang memudahkan operator melukan gerakan belok dan tempat menempelnya engine 34

3 brush cutter. Selain itu, stang kemudi berfungsi juga untuk melakukan jungkit bagian depan mesin, dan memudahkan penyaluran tenaga/daya dari operator untuk mendorong mesin ke arah depan. Rancangan struktural stang kemudi terbuat dari pipa besi 20 mm dan tebal 2 mm. Stang kemudi harus cukup kokoh agar dapat menahan beban dari engine brush cutter. Selain itu, ketinggian stang dirancang agar dapat sesuai dengan anatomi tubuh operator. Dalam hal ini, rata-rata tubuh operator yang digunakan adalah rata-rata tubuh orang dewasa di Indonesia yaitu sekitar 165 cm. Gambar 22. Modifikasi stang kemudi Roda dan Pengatur Ketinggian Pengatur ketinggian berfungsi untuk mengatur jarak antara bagian bawah dek dan pisau dengan permukaan tanah dan rumput. Selain itu, pengatur ketinggian juga menempel dengan poros roda dan roda yang merupakan komponen untuk transportasi. Desain pengatur ketinggian pada Potrum BBE-02 memiliki rancangan struktural menggunakan mekanisme plat yang bergeser rotasional terhadap poros roda belakang dan poros roda depan. Pengatur ketinggian terdiri atas tuas, batang penghubung, dan plat pengatur ketinggian. Material batang penghubung terbuat dari besi strip dengan dimensi mm x 15 mm dan tebal 2 mm. Batang penghubung berfungsi menghubungkan tuas pengatur ketinggian yang ada pada poros roda belakang dengan tuas poros pada roda depan. Material tuas pengatur terbuat dari besi strip dengan ketebalan 3 35

4 mm. Sambungan batang penghubung dengan tuas pengatur menggunakan baut M10. Hal ini bertujuan agar mudah di bongkar-pasang. (Poros roda & pengatur ketinggian Potrum BBE-01) (Poros roda & pengatur ketinggian Potrum BBE-02) Gambar 23.. Modifikasi rangkaian roda dan pengatur ketinggian Pada plat pengatur ketinggian dibuat sel berupa beberapa lubang di sepanjang tepi plat. Plat pengatur ketinggian terbuat dari baja dengan tebal 2 mm dan jari-jari plat 1000 mm. Lubang pada sel tersebut berdiameterr 10 mm. Sketsa tuas pengatur ketinggian dapat dilihat pada Gambar 24. Gambar 24. Sketsa tuas pengatur ketinggian Rancangan roda mesin BBE-02 mempunyai luas kontak yang lebar agar sinkage tidak terlalu besar. Untuk skala bengkel sederhana, tidak memungkinkan untuk dilakukan produksi roda sendiri sehingga harus dibeli di pasaran. Dengan mempertimbangkan sinkage, ketinggian dek, pengatur ketinggian, dan hasil pemangkasan maka dipilih roda troli dengan diameter 160 mm untuk melengkapi rangkaian roda transportasi. 36

5 Gambar 25. Gambar bentangan pengatur ketinggian Potrum BBE Dudukan Mesin Mesin Potrum BBE-01 memiliki dudukan engine brush cutter yang berfungsi sebagai tempat memasang engine brush cutter. Berdasarkan analisis kebutuhan dengan pembobotan menggunakan metode QFD, maka perancangan fungsional yang dilakukan difokuskan pada pemasangan maupun pelepasan berbagai engine brush cutter yang ada di pasaran ke dudukuan engine brush cutter dengan mudah dan ringkas. Rancangan struktural dudukan engine brush cutter terbuat dari plat baja dengan ketebalan 2 mm. Ukuran luas penampang sandaran rangkaa adalah 350 mm x 427 mm dan bagian dasar dudukan berbentuk sama seperti sandaran dengan ukuran 278 mm x 350 mm. (dudukan mesin Potrum BBE-01) (dudukan mesin Potrum BBE-02) Gambar 26. Modifikasi dudukan mesin 37

6 Gambar 27. Bagian-bagian dudukan engine brush cutter Gambar 28. Gambar bentangan dudukan mesin Unit Pemangkas (Rangkaian Pisau) Unit pemangkas pada Potrum BBE-02 memiliki beberapa desain fungsional. Fungsi-fungsi tersebut adalah memangkas rumput dan menghembuskannya melalui saluran pengeluaran clippings. Jenis pisau pemangkas yang digunakan adalah jenis mata pisau yang merupakan modifikasi dari pisau gergaji pemotong kayu. 38

7 (unit pemangkas Potrum BBE-01) (unit pemangkas Potrum BBE-02) Gambar 29. Modifikasi unit pemangkas Gambar 30. Bagian-bagian unit pemangkas Menurut Prima dan Wisye, 2002, bahwa diperoleh data yang menunjukkan semakin tinggi kecepatan putar dan tinggi sudu pada sudut mata pisau yang sama maka semakin banyak persen pangkasan rumput yang tertampung. Semakin besar sudut mata pisau maka semakin banyak persen rumput yang tertampung. Semakin tinggi sudut mata pisau dan semakin besar kecepatan putar, maka semakin kecil persen gesekan Sistem Transmisi Sistem transmisi tenaga dari engine ke poros rangkaian unit pemangkas menggunakan flexible shaft. Sambungan dari flexible shaft dengan unit pemangkas menggunakan rangkaian poros dan pulley. Agar poros dapat dimasuki fleksibel shaft yang mempunyai penampang segi empat, maka salah satu ujung poros dibor terlebih dahulu. Lubang hasil proses bor kemudian dipanaskan dan 39

8 dibentuk segi empat dibagian tengahnya dengan di masukkan poros segi empat hingga sesuai dengann ukuran poros flexible shaft. Di ujung poros yang satunya, dilakukan proses bor dan kemudian dilakukan proses tap agar dapat dimasuki baut M8 untuk disambungkan dengan pulley Kantung Rumput Desain kantong penampung pada BBE-02 memiliki rancangan fungsional sebagai berikut: a. Menampung clippings. b. Dengan adanya lubang pada kantong maka angin yang dihembuskan akan kembali keluar sehingga kantong tidak mengembang. c. Penggunaan pengancing (resleting) dan bukaan kantong pada bagian belakang agar dapat memudahkan dalam pembersihan kantong. d. Rangka berfungsi membentuk kantong penampung. (rangka kantung Potrum BBE-01) (rangka kantung Potrum BBE-02) Gambar 31. Modifikasi kantong penampung rumput potrum BBE-02 Gambar 32. Bagian-bagian kantong penampung rumput potrum BBE-02 40

9 Rancangan struktural dari hasil modifikasi kantong penampung terdiri atas rangka dan selimut atau penutup rangka. Rangka kantong dibuat dengan menggunakan kawat baja diameter 6 mm. Bahan yang digunakan untuk penutup rangka ada tiga jenis yaitu plastik tembus pandang, kain parasut, dan kain berlubang. Selain itu, dengan didasari konsep bioclippings maka dilakukan juga perancangan pelindung clippings. Bioclippings merupakan metode pemangkasan dimana rumput hasil pangkasan tidak ditampung melainkan dikembalikan/ditebar langsung pada lahan oleh hembusan pisau. Adapun rancangan struktural dari pelindung clippings tersebut yaitu besi plat setebal 2 mm yang ditekuk dan diletakkan pada bagian belakang dek (seperti splash guard pada sepeda). Gambar 33. Sketsa pelindung potongan rumput (clippings guard) Gambar 34. Gambar bentangan clippings guard 4.3. Desain Cetakan Komponen Mesin Potrum BBE Dek Desain cetakan untuk dek harus memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan desain dek yang telah dirancang. Persayaratan teknis yang harus dipenuhi yang 41

10 merupakan parameter penting dalam rancangan pembuatan cetakan untuk dek diantaranya adalah : keseragaman dimensi sesuai dengan gambar kerja seperti diameter silinder, tinggi, panjang, dan lebarnya sesuai dengan rancangan. Keseragaman bentuk agar dek dapat memenuhi parameter fungsi komponen yang dinamis (bergerak) yang menempel atau disambungkan ke dek. Fungsi komponen tersebut antara lain kesamaan tinggi poros roda, kesamaan tinggi unit pemangkas, arah penyaluran clippings, kesesuaian sudut penyambungan stang kemudi. Gambar 35. Parameter pembuatan cetakan untuk dek Berdasarkan parameter dan persyaratan teknis yang telah dijelaskan di atas, maka rancangan cetakan untuk dek dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 36. Rancangan cetakan untuk dek 42

11 Stang Kemudi Perancangan cetakan untuk pembuatan stang kemudi sangat sederhana. cetakan stang kemudi yang akan dihasilkan haruslah memenuhi parameter awal perancangan bentuk, ukuran, dan fungsional. Parameter tersebut antara lain harus mempunyai sambungan yang siku-siku, lebar setang kemudi bagian bawah harus sesuai dengan badan dek, kesesuaian tinggi stang kemudi setelah disambungkan ke komponen dek, dan kesesuaian tinggi palang dek untuk penempatan dudukan engine. Kesesuaian tinggi palang dek sangatlah penting dalam proses produksi stang kemudi. Hal tersebut dikarenakan memperhatikan kesesuaian penyambungan fleksibel shaft dari engine ke unit pemangkas setelah komponen dudukan engine disambungkan ke stang kemudi. Gambar 37. Parameter pembuatan cetakan untuk stang kemudi Cetakan agar sambungan stang kemudi siku-siku Gambar 38. Rancangan cetakan untuk stang kemudi 43

12 Roda dan Pengatur Ketinggian Parameter dimensi untuk desain cetakan roda dan pengatur ketinggian harus dapat memastikan kesesuaian jarak dan siku-siku antara pasangan roda depan dan belakang, dan juga kesesuaian jarak dan siku-siku antara roda kiri dan kanan pada satu pasang roda. Parameter bentuk dan fungsional yang penting diperhatikan adalah kesamaan tinggi poros dan kesejajaran tuas dengan sel pengatur ketinggian. Pada saat penyambungan poros ke dek, kesamaan tinggi poros di empat titik penempelan (depan, belakang, samping kiri, dan kanan) harus sesuai. Apabila ketinggian titik penempelan poros terhadap dek tidak sama maka posisi ketinggian dek terhadap permukaan lahan tidak akan sama. Oleh karena itu, kesamaan ketinggian poros akan berdampak pada kerapihan dan keindahan hasil pangkasan. Sedangkan kesejajaran tuas dengan sel pengatur ketinggian akan berdampak pada interval ketinggian pangkas. Interval ketinggian pangkas yang diinginkan adalah 5 mm. Gambar 39. Parameter pembuatan cetakan untuk roda dan pengatur ketinggian Adapun rancangan cetakan untuk proses pembuatan pengatur ketinggian berdasarkan persyaratan teknis yang dibutuhkan sebagaimana yang telah di jelaskan di atas adalah seperti gambar di bawah ini. 44

13 Cetakan agar jarak ujung poros seragam Cetakan agar sambungan poros siku-siku Cetakan agar jarak antar roda seragam Gambar 40. Rancangan cetakan pengatur ketinggian Kantung Rumput Komponen kantung rumput terdiri dari dua komponen yaitu rangka dan selimut. Desain cetakan yang akan dirancang hanya untuk rangkanya saja. Rangka yang dihasilkan haruslah sesuai dimensinya sehingga selimut kantung bisa sesuai ketika dipasangkan. Rancangan cetakan yang dibuat haruslah dapat mencetak rangka dengan dimensi dan sudut tekuk yang sesuai. rangka bagian samping Pola rangka yang dibuat cetakannya Gambar 41. Parameter pembuatan cetakan untuk kantung rumput Berdasarkan parameter bentuk dan fungsional rangka yang telah dijelaskan, maka rancangan cetakan untuk pembuatan rangka kantung adalah seperti gambar di bawah ini. 45

14 Gambar 42. Rancangan cetakan untuk pembuatan rangka kantung 4.4. Pemilihan dan Pengerjaan Material Komponen Dek Material dek dipilih pelat esser dengan tebal 2 mm agar kokoh dan tidak terlalu berat. Dek berfungsi tidak hanya sebagai rumahan untuk pisau tetapi juga untuk menempelnya stang kemudi dan rangkaian roda. Pengerjaan pelat untuk bentangan dek dilakukan dengan pemotongan (dengan las dan gunting tuas). Pembentukan silinder dek dan bagian depan depan dek dilakukan dengan rol. Bagian belakang dek dibentuk dengan ditekuk. Sedangkan keseluruhan bentangan yang telah dibentuk maka selanjutnya siap untuk disambungkan dengan menggunakan las listrik. Pemotongan untuk atap dek menggunakan las gas ditekuk dirol Gambar 43. Proses pembentukan bentangan pada pengerjaan dek 46

15 Stang Kemudi Material stang kemudi adalah pipa besi dengan diameter 20 mm. Pembuatan bentangan stang kemudi dilakukan dengan proses pemotongan menggunakan gergaji. Pembentukan lengkungan stang kemudi bagian atas dilakukan dengan proses tekuk menggunakan penekuk pipa. Penyambungan bahan yang telah dibentuk dilakukan dengan proses las listrik. Sedangkan penyambungan stang kemudi ke badan dek menggunakan mur dan baut ukuran M6. ditekuk Gambar 44. Proses pembentukan bentangan pada pengerjaan stang kemudi Rangkaian Roda dan Pengatur Ketinggian Rangkaian roda dan pengatur ketinggian terbagi dalam tiga komponen yaitu, rangkaian roda, tuas pengatur tinggi, dan sel pengatur tinggi. Rangkaian roda terbentuk dari roda troli (diameter 160 mm) dengan poros dari besi diameter 25 mm, sedangkan poros yang menempel ke dek berdiameter 12 mm. Tuas pengatur tinggi terbentuk dari pelat strip dengan tebal 3 mm dan lebar 50 mm, sedangkan penghubung tuas pengatur tinggi di bentuk dari pelat strip dengan tebal 3 mm dan lebar 15 mm. Pada sel pengatur tinggi dibentuk dari pelat baja dengan tebal 2 mm dan dilakukan proses bor (diameter 10 mm) untuk membuat sel-selnya. Gambar 45. Bagian-bagian rangkaian roda dan pengatur ketinggian 47

16 Pembuatan bentangan seluruhnya dilakukan dengan pemotongan manual dengan gergaji tangan (poros, tuas, dan penghubung tuas) dan dengan gergaji tuas (sel pengatur tinggi). Penyambungan rangkaian roda depan dan belakang dilakukan proses las listrik. Sedangkan untuk penyambungan penghubung tuas digunakan pasangan mur dan baut. Penyambungan sel pengatur tinggi ke badan dek digunakan pasangan mur dan baut Dudukan Mesin Rancangan struktural dudukan engine brush cutter terbuat dari plat baja dengan ketebalan 2 mm. Ukuran luas penampang sandaran rangka adalah 350 mm x 427 mm dan bagian dasar dudukan berbentuk sama seperti sandaran dengan ukuran 278 mm x 350 mm. Pembuatan bentangan dudukan mesin dilakukan dengan proses pemotongan dengan gunting tuas. Pembetukan sandaran dudukan mesin yang menempel ke stang kemudi dilakukan dengan proses tekuk. Agar dapat menahan getaran maka ditambahkan pegas diantara sandaran untuk engine dengan sandaran yang ke stang kemudi. Penyambungan pada dudukan mesin menggunakan pasangan mur dan baut (ukuran M6). Pegas dengan metode penyambungan menggunakan mur dan baut ditekuk Gambar 46. Proses pembentukan bentangan pada pengerjaan dudukan mesin Kantung Rumput Rancangan struktural dari hasil modifikasi kantong penampung terdiri atas rangka dan selimut rangka. Rangka kantong dibuat dengan menggunakan kawat 48

17 baja diameter 6 mm. Bahan yang digunakan untuk penutup rangka ada tiga jenis yaitu plastik tembus pandang, kain parasut, dan kain berlubang. Gambar 47. Tranformasi pembuatan rangka menjadi kantung utuh. Selain itu ada juga penahan rumput yang digunakan apabila rumput hasil pangkasan akan langsung ditebar di lahan. Penahan rumput ini terbuat pelat besi dengan tebal 2 mm. Pembuatan bentangan penahan rumput dilakukan dengan pemotongan menggunakan gunting tuas. Pembentukan bentangan ada yang dilakukan dengan proses tekuk agar mendapatkan bentuk lengkungan ke bawah untuk mengarahkan rumput hasil pangkasan. Sedangkan metode penyambungan dilakukan dengan proses las listrik. ditekuk Gambar 48. Proses pembentukan bentangan pada pengerjaan penahan rumput 4.5. Hazard Analysis (Analisis Kerusakan) Analisis Kerusakan Awal Komponen yang teridentifikasi akan sering mengalami kerusakan adalah komponen pisau, fleksibel shaft, roda, pengatur ketinggian, dan rangkaian mur dan baut. Komponen tersebut akan rentan terjadi kerusakan karena ketika operasi akan mengalami proses berputar, bergetar, dan yang bersentuhan dengan obyek (rumput yang akan dipangkas). 49

18 Akan tetapi yang perlu diwaspadai adalah penyambungan pisau pada piringan pisau menggunakan mur dan baut. Pemasangan mur dan baut haruslah ditambahkan pula dengan ring per agar ketika mesin dioperasikan tidak menjadi longgar dan pisau tidak terlepas. Bahaya yang lebih fatal lagi adalah jika pisau terlepas dan terlempar keluar dek melalui saluran pengeluaran rumput. Hal ini akan membahayakan operator di lapangan Failure Mode & Effect Analysis (FMEA) Tabel 7. Failure Mode & Effect Analysis (FMEA) Mesin Potrum BBE-02 Nama Kompone n Pisau Fleksibel shaft Penjepit dudukan engine Jenis Kerusakan Lepas dari piringan Patah/beng kok Patah Lepas dari dudukannya Lepas Penyebab Kerusakan Mur dan baut kendur/lepas Terbentur benda asing Putaran mesin yang berlebih Pin pengunci lepas Mur dan baut pengikatnya lepas Dampak Kerusakan Terhadap Sistem Tidak bisa melakukan proses pemangkasan Pemangkasan tidak maksimal Tidak bisa melakukan pemangkasan Tidak bisa melakukan pemangkasan Getaran mesin lebih terasa Perbaikan Masalah Mengencangkan pemasangan mur dan baut dengan ditambahkan ring per Meluruskan kembali atau mengganti Mengganti dengan yang baru Mengunci fleksibel shaft dengan pin yang sesuai agar tidak lepas Menambahkan ring per pada mur dan baut 4.6. Analisis Biaya Pada proses produksi mesin Potrum BBE-02 hanya akan dilakukan analisis biaya pada jangka waktu satu tahun produksi. Hal-hal yang akan dianalisis adalah besarnya biaya produksi. Jumlah produksi selama satu tahun adalah 240 unit (20 unit per bulan). 50

19 Kondisi umum bengkel tempat produksi mesin adalah sebagai berikut. Jumlah tenaga kerja 5 orang (pegawai bengkel 4 orang dan pengawas produk 1 orang). Biaya tenaga kerja bengkel Rp per orang per bulan (dibayarkan per minggu sejumlah Rp per minggu). Biaya pegawai pengawas produk Rp per bulan (dibayarkan per bulan). Biaya pemeliharaan dan penyusutan alat dan mesin 5 % per tahun. Umur peralatan bengkel 10 tahun. Nilai akhir mesin 10 % dari nilai awal. Umur bangunan 20 tahun. Penyusutan bangunan 5 % dari nilai awal. Pajak bangunan 5% per tahun. Daya listrik terpasang dari PLN adalah 1200 watt dengan rata-rata konsumsi listrik harian sebesar 800 watt. Jumlah jam kerja 8 jam per hari dan 24 hari kerja per bulan. Biaya listrik per kwh sebesar Rp dan besarnya abonemen Rp. 473 per kwh (sumber: Biaya peralatan perlengkapan tulis Rp per bulan. Biaya telepon Rp per bulan. Harga bahan baku dan bahan penolong disesuaikan dengan banyaknya produksi. Dari data di atas diketahui bahwa dalam satu bulan pesanan yang dapat dikerjakan adalah sebanyak 20 unit mesin. Tabel 8. Modal awal peralatan bengkel No Nama alat Harga (Rp.) 1. Mesin pemotong plat Kompresor Mesin gerinda duduk Mesin gerinda tangan Mesin cut off Las listrik Helm las Mesin bor tangan Mesin bor duduk Klem C 1'-8' Kunci pas set Kunci ring set Kunci ringpas set Kunci L set Obeng set16 buah Palu linggis Palu konde Palu plastik Tang burung

20 20. Tang kombinasi Tang potong Tang buaya Tool box Tap dan snei tangan set Jangka sorong Busur protactor Rol meter Spray gun Total a. Skala Produksi Per Bulan Tabel 9. Kebutuhan bahan baku pembuatan 20 unit mesin (per bulan) No Nama Bahan Harga (Rp.) Satuan Jum. Beli Jumlah (Rp.) 1. Plat baja 2 mm (900 x 1800 mm 2 ) lembar Cat dasar kaleng Cat oranye kaleng Cat hitam kaleng Roda troli buah Poros baja Ø 15mm kg Pipa baja Ø 20mm m Baut+mur M buah Plat baja strip 4mm kg Poros baja Ø 16mm kg Baut+mur M buah Sekrup Ø 4mm buah Pipa baja Ø 20mm m Kawat baja 8mm m Kain parasut m Kain kisi-kisi m Plastik tembus pandang m Poros baja Ø 25.4mm kg Pulli buah Pisau planner buah Pillow block buah Pegas buah Baut+mur M buah Total

21 Tabel 10. Kebutuhan bahan penolong per bulan Nama Bahan Harga (Rp.) Satuan Jumlah Beli Jumlah (Rp.) Amplas lembar Dempul kaleng Tiner kaleng Elektrode kg Total Perhitungan biaya per tahun : Biaya bahan baku = Rp x 12 = Rp Biaya bahan penolong = Rp x 12 = Rp Biaya jasa bubut dan rol (poros penghubung flexible shaft dan dek) = Rp /unit x 240 unit = Rp Biaya tenaga kerja = ((4 x Rp ) + Rp ) x 12 = Rp Biaya pemeliharaan alat dan mesin = Rp x 0.05 = Rp Biaya penyusutan alat dan mesin = Rp x 0.05 = Rp Biaya penyusutan bangunan = Rp x 0.05 = Rp Biaya pajak bangunan = Rp x 0.05 = Rp

22 Biaya listrik Σ kwh per bulan = 0.8 W x 8 jam/hari x 24 hari/bulan = kwh Σ biaya per bulan = (Rp x Rp. 473) x kwh = Rp Σ biaya per tahun = Rp x 12 bulan = Rp Biaya administrasi = (Rp Rp ) x 12 = Rp Tabel 11. Perhitungan biaya per pesanan No Jenis biaya Biaya (Rp.) Biaya produksi 1 Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Biaya bahan penolong Biaya jasa bubut dan rol Biaya overhead pabrik Biaya pemeliharaan alat Biaya penyusutan mesin Biaya penyusutan bangunan Biaya pajak bangunan Biaya listrik Total biaya overhead pabrik Total biaya produksi Biaya non produksi 6 Biaya administrasi Total biaya non produksi Total biaya Maka harga pokok produksinya per unit adalah : = Rp / 240 unit = Rp / unit (2003). Catatan : Harga tersebut belum termasuk harga brush cutter Sumber cara perhitung harga pokok pesanan Tjahjono dan Sulastiningsih 54

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE A. BAHAN BAB III BAHAN DAN METODE Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Besi plat esser dengan ketebalan 2 mm, dan 5 mm, sebagai bahan konstruksi pendorong batang,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut 16 III. METODE PEMBUATAN A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut Amanah, jalan raya candimas Natar, Lampung Selatan. Pembuatan mesin pengaduk adonan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan merupakan salah satu tahap untuk membuat komponenkomponen pada Troli Bermesin. Komponen-komponen yang akan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 di Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan bahan Peralatan yang digunakan untuk membuat alat troli bermesin antara lain: 1. Mesin las 2. Mesin bubut 3. Mesin bor 4. Mesin gerinda 5. Pemotong plat

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI 28 BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian utama Dinamometer Arus Eddy adalah : 4.1.1 Alat Alat yang digunakan meliputi : 1. Mesin Bubut 2. Mesin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melaksanakan pengujian ini penulis menggunakan metode pengujian dan prosedur pengujian. Sehingga langkah-langkah serta tujuan dari pengujian yang dilakukan dapat sesuai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan September- Oktober

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan Bahan A. Alat dan bahan 1. Mesin las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Alat ukur (jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong umbi. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu.

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu. 24 III. METODE PROYEK AKHIR 3.1. Waktu dan Tempat Proses pembuatan Proyek Akhir ini dilakukan di Bengkel Bubut Jl. Lintas Timur Way Jepara Lampung Timur. Waktu pengerjaan alat pemotong kentang spiral ini

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen-komponen yang akan dibuat adalah komponen yang tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

MODIFIKASI PROTOTIPE MESIN PEMANGKAS RUMPUT POTRUM MODEL BBE-01 MENJADI BBE-02 (BACK PACK BRUSH CUTTER ENGINE-02) SKRIPSI

MODIFIKASI PROTOTIPE MESIN PEMANGKAS RUMPUT POTRUM MODEL BBE-01 MENJADI BBE-02 (BACK PACK BRUSH CUTTER ENGINE-02) SKRIPSI MODIFIKASI PROTOTIPE MESIN PEMANGKAS RUMPUT POTRUM MODEL BBE-01 MENJADI BBE-02 (BACK PACK BRUSH CUTTER ENGINE-02) SKRIPSI Oleh: REZA PAHLEVI F141051251 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.1.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Literatur Penyediaan Alat dan bahan Perancangan Chasis Pembuatan Chasis Pengujian Chasis Analisa dan Pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id 38 BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses PembuatanTabung Peniris Luar dan tutup Tabung luar peniris dan tutup peniris (Gambar 4.1) terbuat dari plat stainless steel berlubang dengan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN 30 BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat stik dan keripik. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada BAB IV HASIL & PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada Rangka Gokart Kendaraan Gokart terdiri atas beberapa komponen pembentuk baik komponen utama maupun komponen tambahan.

Lebih terperinci

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponenkomponen pada mesin pemotong krupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM

DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM 3 DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM 1. PENGANTAR Pelat-pelat hasil produksi pabrik umumnya masih dalam bentuk lembaran yang ukuran dan bentuknya bervariasi. Pelat-pelat dalam bentuk lembaran ini tidak dapat

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses yang mengolah dari bahan mentah menjadi suatu barang jadi. Berikut ini pemilihan bahan yang digunakan dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 14 METODOLOGI PENELITIAN Tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian terdiri dari : (1) proses desain, () konstruksi alat, (3) analisis desain dan (4) pengujian alat. Adapun skema tahap penelitian seperti

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI BAB IV MODIFIKASI 4.1. Rancangan Mesin Sebelumnya Untuk melakukan modifikasi, terlebih dahulu dibutuhkan data-data dari perancangan sebelumnya. Data-data yang didapatkan dari perancangan sebelumnya adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2010 Pembuatan prototipe hasil modifikasi dilaksanakan di Bengkel Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium.

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium. BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium Skala Laboratorium. Gambar 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir 3.2. Alat dan Dalam rancang

Lebih terperinci

BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING. Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain

BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING. Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING 3.1 RAHANG PENAHAN Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain yaitu - Kaki penahan - Batang ulir. Yang semua komponen akan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Rancang Bangun Furrower Pembuat Guludan Rancang bangun furrower yang digunakan untuk Traktor Cultivator Te 550n dilakukan dengan merubah pisau dan sayap furrower. Pada furrower

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN KOMPONEN PENDUKUNG UTAMA

BAB III PEMBUATAN KOMPONEN PENDUKUNG UTAMA BAB III PEMBUATAN KOMPONEN PENDUKUNG UTAMA 3.1 Alat-alat yang dibutuhkan dalam Pembuatan Gokart Sebelum dilakukan proses pembuatan gokart terlebih dahgulu dilakukan perencanaan yang berupa perancangan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya pembuatan, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat uji, diagram alir pembuatan alat uji serta langkah-langkah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Pembuatan Dan Pengujian Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, Lampung Selatan. Kemudian perakitan dan pengujian dilakukan Lab.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pembuatan 4.1.1. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin press serbuk kayu. Pengerjaan dominan dalam pembuatan komponen tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Tulangan Beton Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang berpenampang lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton,yang diproduksi dari bahan baku billet

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar 7 BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Dalam pembuatan suatu produk pastilah tidak terlepas dari pendekatan gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1. 1 3

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL Bab ini berisikan tentang proses pembuatan sistem perpipaan untuk penyiraman bunga kebun vertikal berdasarkan hasil perancangan

Lebih terperinci

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa Buletin 70 Teknik Pertanian Vol. 15, No. 2, 2010: 70-74 R. Bambang Djajasukmana: Teknik pembuatan alat pengupas kulit lada tipe piringan TEKNIK PEMBUATAN ALAT PENGUPAS KULIT LADA TIPE PIRINGAN R. Bambang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2010 September 2011. Perancangan dan pembuatan prototipe serta pengujian mesin kepras tebu dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk Pembuatan rancangan trainer sistem kelistrikan body mobil toyota

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk Pembuatan rancangan trainer sistem kelistrikan body mobil toyota BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Alat Dan Bahan Untuk Pembuatan rancangan trainer sistem kelistrikan body mobil toyota maka alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi. 3.1.1. Alat Alat-alat yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alur Produksi Mesin Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin 3.2. Cara Kerja Mesin Prinsip kerja mesin pencetak bakso secara umum yaitu terletak pada screw penekan adonan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Produk permainan sekoci handcar anak ini termasuk permainan tradisional, yang awalnya terinspirasi dari sebuah kendaraan tradisonal Handcar. Digunakan sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo, Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. persiapan dan pembuatan kincir Savonius tipe U dengan variasi sudut

BAB III METODE PENELITIAN. persiapan dan pembuatan kincir Savonius tipe U dengan variasi sudut A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi persiapan dan pembuatan kincir

Lebih terperinci

BAB III KONSEP RANCANGAN A. Konsep Perancangan Modifikasi Modifikasi sistem rem tromol belakang GL PRO 1995 menjadi rem cakram dengan teknologi Combi Brake berfungsi untuk memberikan keamanan pengendara

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Hasil Perancangan Paratrike Berdasarkan dari hasil perancangan rangka paratrike yang telah dibuat sebelumnya, maka didapatkan dimensi dan bahan yang digunakan dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN Dosen : Subiyono, MP MESIN PENGUPAS SERABUT KELAPA SEMI OTOMATIS DISUSUN OLEH : NAMA : FICKY FRISTIAR NIM : 10503241009 KELAS : P1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis PEMBAHASAN A. Konstruksi Gunting Pemotong Plat Mesin pemotong plat mempunyai beberapa jenis, manual dengan menggunakan tuas maupun dengan tenaga hidrolis (gambar 1.1), pada mesin pemotong plat hidrolis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Merancang Desain dan Study Literatur Proses Pembuatan Rangka -Pemotongan pipa -Proses pengelasan -Proses penggerindaan Proses Finishing -Proses

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Aliran Diagram aliran merupakan suatu gambaran dasar yang digunakan dasar dalam bertindak. Seperti pada proses perencanaan diperlukan suatu diagram alir yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK Pengujian penjatah pupuk berjalan dengan baik, tetapi untuk campuran pupuk Urea dengan KCl kurang lancar karena pupuk lengket pada

Lebih terperinci

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin,

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION 3.1. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, Politenik Muhammadiyah Yogyakarta. Pelaksanaan dilakukan

Lebih terperinci