BAB I PENDAHULUAN. 'kerukunan antar umat beragama'. Namun demikian apakah kesan demikian selalu
|
|
- Yenny Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sebuah kesempatan mengunjungi kota Surakarta atau Solo penulis menemukan sebuah pemandangan yang menarik. Di tepi salah satu jalan utama di kota itu yang membentang dari utara ke selatan ada sebuah masjid dan sebuah gereja yang berdiri berdampingan.1 Bangunan rumah ibadah dua agama yang berbeda itu hanya dipisahkan oleh tembok. Keberadaan rumah ibadah dua agama yang berbeda dalam satu lokasi yang hanya dipisahkan oleh tembok umumnya dipandang sebagai simbol 'harmoni' atau 'kerukunan antar umat beragama'. Namun demikian apakah kesan demikian selalu benar? Keberadaan dua rumah ibadah agama yang berbeda juga bisa ditafsirkan sebagai simbol persaingan antara dua komunitas agama. Di balik harmoni yang tampak di permukan adakah persaingan, kecurigaan, dan ketegangan antara komunitas Muslim dan Kristen di Surakarta? Jika ada, sejak kapan persaingan, kecurigaan, dan ketegangan itu muncul? Berbicara tentang persaingan, kecurigaan, dan ketegangan erat kaitannya 1 Masjid dan gereja yang berdampingan tersebut adalah Masjid Al Hikmah dan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan yang terletak di Jl. Gatot Subroto No. 222.
2 2 dengan tumbuhnya identitas keberagamaan di Surakarta. Tumbuhnya identitas ini tidak lepas dari perkembangan kehidupan beragama yang terjadi pada masa Orde Baru. Pada awal Orde Baru terjadi proses pemaksaan agama -dalam artian agama-agama yang diakui negara- terhadap warga negara. Tragedi yang membuka jalan bagi lahirnya rezim Orde Baru berpengaruh besar bagi perkembangan masyarakat Indonesia khususnya Jawa- pada masa selanjutnya. Identifikasi diri dengan agama(-agama) yang diakui negara mendadak menjadi hal yang penting bahkan erat kaitannya dengan keselamatan nyawa. Tahun 1966 pemerintah mengeluarkan Penpres no.1/1966 yang isinya mewajibkan seluruh warga negara Indonesia memeluk salah satu agama dari 5 agama yang diakui Negara Islam, Kristen Protestan, Katolik Roma, Hindu, dan Buddha. 2 Orang-orang yang tidak memeluk salah satu dari kelima agama tersebut terancam dicap atheis yang disamakan dengan komunis yang artinya layak untuk ditumpas. Demikian pula halnya dengan orang yang meskipun secara formal mengaku beragama tetapi tidak menunjukkan ketaatan beragama atau identifikasi dengan agama tertentu juga terancam mengalami nasib yang sama dengan orang-orang yang tidak beragama. 2 G. Budi Subanar. Mengoreksi Pandangan Membuka Cakrawala (Sebuah Catatan Pengantar) dalam R.A.F. Paul Webb & Steven Farram Di-PKIkan: Tragedi 1965 dan Kaum Nasrani di Indonesia Timur (Yogyakarta: Syarikat), hal. vii.
3 3 Kebijakan pemerintah dalam hal agama tersebut mendorong perubahan besar dalam kehidupan keberagamaan masyarakat di berbagai penjuru Indonesia, termasuk di Jawa. Masyarakat yang semula hanya menganut agama secara nominal berusaha menunjukkan ketaatan beragama agar tidak dicap sebagai PKI. Dalam kaitannya dengan Islam tidak heran jika pasca-1965 terjadi perkembangan yang signifikan dalam proses Islamisasi -atau lebih tepatnya santrinisasi- di Jawa. Banyak daerah yang semula dikenal sebagai daerah abangan dan menjadi basis PKI atau PNI mengalami pergeseran dalam orientasi keberagamaan masyarakatnya menjadi masyarakat santri. 3 Proses Islamisasi ini sedikit banyak didukung oleh pemerintah sebagai bagian dari upaya mengikis pengaruh komunis dan membangun stabilitas nasional di samping tentu saja ada peran dari organisasi atau kelompok-kelompok Islam sendiri. 4 Di sisi lain kebijakan agama pemerintah di awal masa Orde Baru juga mendorong terjadinya perpindahan agama ke Kristen secara massal. Di sejumlah daerah terjadi konversi agama dari kepercayaan-kepercayaan tradisional ke Kristen yang mengubah desa-desa animis menjadi desa Kristen hanya dalam semalam. 5 Di Jawa sendiri terjadi gelombang konversi yang cukup besar di kalangan orang- 3 Lihat Bambang Pranowo Memahami Islam Jawa. Tangerang: Pustaka Alvabet & Indonesian Institute for Society Empowerment (INSEP). 4 Lihat Uji Nugroho, Memutihkan Yang Merah: Ujian Guru Agama (UGA) dan Deideologisasi Komunis di Gunung Kidul Pasca-1965 dalam Sri Margana & Widya Fitrianingsih (ed.) Sejarah Indonesia: Perspektif Lokal dan Global. Persembahan Untuk 70 tahun Prof. Dr. Djoko Suryo: Webb & Farram. 2005; op.cit, hal
4 4 orang abangan dari Islam ke Kristen. 6 Keterlibatan organisasi-organisasi Islam dalam pengganyangan PKI yang memakan banyak korban dari kalangan abangan menimbulkan sentimen dari sebagian orang abangan khususnya yang memiliki keterkaitan dengan PKI- terhadap Islam dan mendorong mereka untuk meninggalkan Islam. Bantuan para rohaniwan serta misionaris Kristen kepada para tahanan politik dari kalangan PKI juga ikut mendorong proses konversi tersebut. 7 Dengan latar belakang di atas pada masa Orde Baru terjadi persaingan antara Islamisasi dan Kristenisasi di kota Surakarta atau Solo. Islamisasi di Surakarta ditandai dengan berdirinya masjid dan mushola di seluruh penjuru kota. Sementara itu di sisi lain selepas hancurnya PKI banyak di antara massa abangan yang menjadi pendukung PKI berkonversi ke Kristen. Sepanjang masa Orde Baru terjadi peningkatan jumlah umat Kristen di Surakarta secara signifikan. 8 Hasilnya di pergantian abad ini hampir seperempat penduduk Solo beragama Kristen, sebuah jumlah yang tidak kecil untuk sebuah kelompok minoritas. 9 Ditinjau dari dampaknya, sudah barang tentu Islamisasi maupun Kristenisasi mendorong tumbuhnya identitas keberagamaan dalam masyarakat Indonesia. Adalah satu hal yang menarik bahwa pada masa Orde Baru pemerintah 6 Lihat Avery T. Willis Indonesian Revival. Why Two Million People Came to Christ?. Pasadena: William Carey Publishers dan Singgih Nugroho Menyintas dan Menyeberang: Perpindahan Massal Keagamaan Pasca 1965 di Pedesaan Jawa. Yogyakarta: Syarikat. 7 M.C. Ricklefs Islamization and Its Opponents in Java. C 1930-Present (Singapore: NUS Press), hal Ricklefs. 2012, hal Ricklefs. 2012, hal. 501.
5 5 di satu sisi menabukan penonjolan identitas keberagamaan namun di sisi lain pemerintah secara tidak langsung ikut berperan dalam menumbuhkan identitas keberagamaan. Tumbuhnya identitas keberagamaan ini tentu tidak bisa dilepaskan dari intensnya misi keagamaan yang sebagian mendapat dorongan dari pemerintah sendiri. Menarik untuk dilihat identitas keberagamaan seperti apakah yang tumbuh dalam konteks sosial-politik Orde Baru ini dan bagaimana pula pengaruh tumbuhnya identitas itu terhadap hubungan antar pemeluk agama. B. Rumusan Permasalahan, Batasan Temporal dan Ruang Lingkup Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dapat dirumuskan sejumlah permasalahan berupa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah proses Islamisasi berjalan di Surakarta pada masa Orde Baru? Siapakah pihak yang berperan sebagai agen-agen Islamisasi di Surakarta? Seperti apakah dampak kultural yang muncul akibat Islamisasi? Identitas keislaman seperti apa yang lahir dari proses ini? 2. Bagaimanakah proses Kristenisasi berjalan di Surakarta pada masa Orde Baru? Siapakah pihak yang berperan sebagai agen-agen Kristenisasi di Surakarta? Seperti apakah dampak kultural yang muncul akibat Kristenisasi? Identitas kekristenan seperti apa yang lahir dari proses ini? 3. Sampai sejauh mana terjadi persaingan dan ketcurigaan anatara komunitas Muslim dan Kristen di Surakarta? Bagaimana hubungan komunitas Muslim dan Kristen di Surakarta di tengah tumbuhnya identitas keberagamaan kedua komunitas?
6 6 Masa Orde Baru ( ) dipilih sebagai batasan temporal karena pada masa ini berlangsung proses pengagamaan yang didukung oleh negara. Bagaimana dampak dari proses tersebut berupa menguatnya identitas keberagamaan akan terlihat pada masa awal Reformasi ( ). Sepanjang periode ini dapat dilihat bagaimana berlangsungnya proses Islamisasi maupun Kristenisasi di Solo dalam kaitannya dengan konstelasi politik yang terjadi beserta bagaimana dampaknya. Mengenai ruang lingkup penelitian, penulis akan memfokuskan penelitian di Surakarta yang meliputi wilayah administratif Kota Surakarta. Walaupun demikian sedikit banyak penelitian ini juga akan menyentuh daerah-daerah pinggiran kota (suburban) di sekitar Surakarta karena perkembangan di daerahdaerah tersebut juga tidak terlepas dari perkembangan yang terjadi di Surakarta sendiri. Kota Surakarta dan sekitarnya dipilih karena dewasa ini di daerah ini banyak berkembang kelompok keagamaan yang militan baik dari kalangan Muslim maupun Kristen. 10 Perkembangan ini menarik mengingat sampai dengan masa Demokrasi Terpimpin Surakarta dikenal sebagai basis PKI yang kuat, yang notabene merupakan gerakan militan berorientasi sekuler bahkan sering dicap antiagama. 11 Bagaimana sebuah daerah yang dahulu menjadi basis gerakan militan 10 Tentang kelompok-kelompok Islam militan di Surakarta lihat Muhammad Wildan, The Nature of Islamic Radical Groups in Surakarta dalam Journal of Indonesian Islam vol. 7, no.1, June 2013, hal Untuk kelompok Kristen militan lihat studi kasus Susanne Rodemeier tentang GBI (Gereja Bethel Indonesia) Keluarga Allah (Susanne Rodemeier, Everyone is a potential leader - attractiveness of a charismatic church in Solo, Java (Indonesia) dalam Economics vol. 3, no. 20, 2012, hal Ricklefs. 2012, hal 141.
7 7 sekuler menjadi lahan subur bagi tumbuh dan berekembangnya kelompokkelompok keagamaan militan patut diselidiki secara historis. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memahami seperti apa identitas sosial yang tumbuh akibat penyebaran agama di tengah konteks sosial-politik tertentu dan bagaimana identitas itu mewarnai hubungan sosial antar komunitas. Lebih spesifik lagi penelitian ini berusaha untuk memahami identitas sosial seperti apakah yang tumbuh sebagai akibat penyebaran agama ketika penyebaran agama itu berlangsung di tengah masa pemerintahan sebuah rezim yang kebijakannya berorientasi pada stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi. Dengan memahami hal tersebut diharapkan dapat lahir suatu pemahaman mengenai hubungan antara identitas sosial yang tumbuh dengan kondisi sosial-politik pada kurun waktu tertentu.. Adapun manfaat dari penelitian ini, diharapkan akan diperoleh pemahaman tentang dimensi sosial dari identitas keberagamaan. Lahir dan berkembangnya identitas keberagamaan tertentu yang pada gilirannya memengaruhi hubungan antar komunitas agama bukan suatu hal yang tiba-tiba tanpa ada konteks sosial-politik di baliknya. Identitas keberagamaan tersebut disadari ataupun tidak berkaitan dengan latar belakang pihak-pihak yang terlibat aktif dalam proses pembentukan identitas itu sendiri. Siapa pihak yang berperan juga erat kaitannya dengan konteks sosial-politik pada era tertentu. Usaha membangun dialog dan kerjasama antar komunitas agama akan efektif jika masingmasing pihak lebih menaruh perhatiannya pada masalah sosial bersama ketimbang
8 8 mempertajam perbedaan identitas masing-masing. Akan tetapi untuk sampai pada pemahaman ini perlu ada usaha untuk memahami secara kritis asal usul lahirnya identitas tersebut dengan melihat siapa pembentuknya dan konteks sosial-politik yang melingkupi kelahirannya. D. Tinjauan Pustaka Sudah banyak penelitian yang dilakukan dan buku yang ditulis mengenai Islamisasi dan Kristenisasi di Jawa atau Indonesia pada umumnya. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya karya-karya tersebut sangat berguna sebagai acuan awal untuk meneliti pembentukan identitas Muslim dan Kristen di Jawa. Tentang Islamisasi di Jawa karya-karya yang membantu bagi penelitian ini antara lain adalah buku Memahami Islam Jawa (Bambang Pranowo), Islamization and Its Opponents in Java. c to Present (M.C. Ricklefs), dan Crescent Arises Over The Banyan Tree (Mitsuo Nakamura). Memahami Islam Jawa karya Bambang Pranowo menggambarkan proses perubahan di sebuah desa di kaki Gunung Merapi Jawa Tengah disamarkan dengan nama Tegalroso - dari yang semula dikenal sebagai desa merah (abangan) dan basis PKI serta PNI menjadi desa santri seiring dengan proses pembangunan yang dimotori pemerintah Orde Baru. Buku ini menunjukkan bagaimana modernisasi yang digerakkan pemerintah berpengaruh besar dalam perubahan sebuah masyarakat yang sebelumnya hanya menganut Islam secara nominal menjadi penganut Islam yang lebih ortodoks. Islamization and Its Opponents in Java karya Ricklefs menggambarkan proses Islamisasi beserta perlawanan-perlawanan terhadapnya sejak pertengahan abad ke-20 sampai awal
9 9 abad ke-21 ini. Dalam buku ini Ricklefs memaparkan bahwa Islamisasi yang sempat mendapat tantangan dan perlawanan besar dari sebagian segmen masyarakat Jawa pada pertengahan abad lalu berhasil berjalan dengan nyaris tanpa hambatan berarti pasca-runtuhnya Demokrasi Terpimpin hingga sekarang. Satusatunya tantangan signifikan tampaknya hanya datang dari kalangan Kristen yang juga melancarkan Kristenisasi di Jawa. 12 Ricklefs cukup banyak mengangkat Surakarta sebagai fokus perhatiannya dalam membahas Islamisasi di Jawa. Sementara itu Crescent Arises Over The Banyan Tree karya Nakamura berbicara mengenai Islamisasi di daerah Kotagede Yogyakarta. Ia melihat bagaimana sebuah daerah yang kental dengan tradisi Jawa yang sinkretis bertransformasi menjadi daerah basis Muhammadiyah dengan identitas santri modernisnya. Dalam hal ini Nakamura menunjukkan bagaimana relasi antara tumbuhnya kemakmuran di daerah tersebut sebagai hasil perkembangan industri pribumi dengan tumbuhnya identitas santri yang menekankan pada ortodoksi Islam. Secara garis besar ketiga buku tersebut telah memotret Islamisasi sebagai sebuah proses yang terkait erat dengan berbagai variabel, baik itu ekonomi, sosial, maupun politik. Mengenai Kristenisasi di Jawa beberapa buku yang menjadi acuan adalah Kiai Sadrach: Riwayat Kristenisasi di Jawa (C. Guillot), Menyintas dan Menyeberang. Perpindahan Agama Massal di Pedesaan Jawa Pasca-1965 (Singgih Nugroho), dan Indonesian Revival. Why Two Million People Came to Christ (Avery T. Willis Jr.). Kiai Sadrach: Riwayat Kristenisasi di Jawa bercerita mengenai Kiai Sadrach Surapranata sebagai tokoh penyebar Kristen dari kalangan 12 Ricklefs. 2012; op.cit, hal. 446.
10 10 pribumi yang berperan besar dalam menyebarkan Kristen di tengah masyarakat Jawa. Buku ini memberikan informasi berharga mengenai bagaimana Kristen yang semula dianggap agama orang Belanda yang notabene adalah penjajah- bisa diterima oleh orang Jawa. Kunci dari keberhasilan tersebut adalah pendekatan kultural Kiai Sadrach yang membuat Kristen menjadi sesuatu yang tidak asing bagi masyarakat Jawa. Menyintas dan Menyeberang membahas konversi ke Kristen di tengah masyarakat pedesaan Jawa pasca tragedi dengan studi kasus di daerah Salatiga dan sekitarnya. Buku ini menjelaskan bagaimana keterkaitan antara tragedi pembantaian terhadap massa PKI dan orang-orang yang dicap PKI dengan konversi massal ke Kristen pasca Keinginan melepaskan diri dari stigma PKI dan sentimen terhadap kalangan Islam yang terlibat dalam pembantaian mendorong banyak orang di daerah Salatiga dan sekitarnya mencari perlindungan kepada gereja yang menawarkan bukan hanya keselamatan fisik tetapi juga secara spiritual. Berdasarkan penjelasan buku ini terlihat bagaimana faktor politik berpengaruh besar bagi proses Kristenisasi di Jawa. Sebagaimana Menyintas dan Menyeberang, Indonesian Revival berbicara tentang konversi massal ke Kristen di Jawa pasca Buku yang diterbitkan tahun 1978 ini membahas faktor-faktor yang berpengaruh dalam konversi massal ke Kristen di Jawa. Di samping faktor politik, faktor militansi para misionaris, karya-karya kemanusiaan mereka, dan juga fenomena-fenomena metafisik yang menyangkut mentalitas masyarakat memiliki pengaruh besar dalam konversi tersebut. Latar belakang penulisnya yang seorang misionaris menjadi nilai tersendiri bagi buku ini meskipun juga merupakan sebuah kelemahan ditinjau dari segi obyektivitasnya. Secara umum buku-buku yang
11 11 membahas Kristenisasi di atas menjelaskan keterkaitan Kristenisasi dengan sejunlah faktor yang mendukungnya antara lain faktor politik, sosial, dan juga kultural. Selain buku-buku tentang Islamisasi dan Kristenisasi, buku-buku mengenai hubungan antara komunitas Muslim dan Kristen juga memberikan sumbangan berharga sebagai referensi awal bagi penelitian ini. Buku-buku itu antara lain Sejarah Perjumpaan Islam-Kristen di Indonesia (Jan S. Aritonang), Kawan dalam Pertikaian; Kaum Kolonial Belanda dan Islam di Indonesia ( ) (Karel Steenbrink), Membendung Arus; Respons Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia (Alwi Shihab), dan Feeling Threatened. Muslim-Christians Relations in New Order s Indonesia (Mujiburrahman). Sejarah Perjumpaan Islam-Kristen di Indonesia berbicara mengenai perjumpaan kedua agama besar ini di Indonesia sejak awal masuknya Kristen yang bersamaan dengan masa tumbuh dan berkembangnya kerajaankerajaan Islam di Nusantara sampai masa Reformasi. Di dalam buku ini digambarkan bagaimana hubungan antara pemeluk kedua agama ini kerap diwarnai ketegangan dan konflik. Buku yang ditulis sebagai sebuah refleksi ini lalu menampilkan saran tentang apa yang harus dilakukan kedua komunitas untuk membangun hubungan yang lebih baik di masa yang akan datang dalam konteks keindonesiaan. Sementara itu Kawan dalam Pertikaian membicarakan hubungan antara kaum kolonial Belanda dengan penduduk Muslim Nusantara yang seringkali terjadi konflik antara keduanya. Satu hal menarik yang diungkap dalam buku ini adalah bahwa meskipun VOC dan pemerintah kolonial Belanda berkewajiban
12 12 memajukan misi Kristen di wilayah kekuasaannya akan tetapi ternyata mereka seringkali harus bertindak sangat hati-hati agar tidak memicu kemarahan penduduk pribumi yang Muslim. Terlepas dari itu hubungan antara misionaris dan pemerintah kolonial menghasilkan asosiasi di benak kaum Muslim pribumi antara Kristen dan kolonialisme yang berpengaruh besar dalam membentuk hubungan Muslim- Kristen yang seringkali mengalami ketegangan. Membendung Arus karya Alwi Shihab membahas kiprah Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang bergerak di bidang sosial dalam menghadapi misi Kristen. Dipaparkan dalam buku ini bahwa salah satu raison d etre Muhammadiyah adalah untuk menghadapi Kristenisasi yang ketika itu masuk lewat jalur pelayanan sosial seperti pendidikan dan pelayanan kesehatan. Latar belakang berdirinya organisasi ini membawa pengaruh pada persepsi dan sikap Muhammadiyah kepada kalangan Kristen sekaligus memberikan gambaran bagaimana kaum Muslim Indonesia pada umumnya memandang kaum Kristen. Sementara itu Feeling Threatened karya Mujiburrahman menggambarkan hubungan Muslim-Kristen di Indonesia pada era kontemporer yaitu masa Orde Baru. Hubungan kedua komunitas pada masa ini masih mencerminkan persepsi yang telah terbangun di dalam kedua komunitas sejak masa-masa sebelumnya. Tidak heran jika ketegangan dan konflik masih mewarnai hubungan Muslim-Kristen di Indonesia pada masa Orde Baru. Namun demikian ada nuansa baru dalam hubungan antara keduanya pada masa ini dengan hadirnya wacana dialog antar-agama yang dikemukakan sebagian intelektual baik dari kalangan Muslim maupun Kristen. Berdasarkan tinjauan atas karya-karya akademik di atas terlihat bahwa
13 13 belum ada karya yang melakukan perbandingan antara Islamisasi dan Kristenisasi serta hubungan antara umat Islam dengan umat Kristen pada periode kontemporer dalam satu lokalitas tertentu. Selain itu belum ada penelitian yang membahas tumbuhnya identitas Islam dan Kristen dalam kaitannya dengan konteks sosialpolitik tertentu. Oleh karena itu penelitian mengenai permasalahan tersebut menjadi penting untuk dilakukan. E. Kerangka Konseptual Untuk membingkai penelitian dalam tesis ini penulis menggunakan beberapa konsep. Konsep-konsep yang digunakan adalah konsep proselitisasi (proselytization) dan identitas sosial. Proselitisasi diambil dari kata bahasa Inggris proselytization yang berasal dari kata kerja proselytize. Menurut Oxford Advance Learned Dictionary kata proselytize berarti to try to persuade other people to accept your beliefs, especially about religion or politics ( mencoba mempersuasi orang lain untuk menerima kepercayaan anda, khususnya mengenai agama atau politik ). 13 Dengan kata lain proselytization dapat diartikan sebagai proses penyebaran kepercayaan agama ataupun politik yang dilakukan dengan harapan agar orang menerima kepercayaan tersebut. Konsep yang dapat dikategorikan ke dalam proselytization bisa kita temukan baik dalam Islam maupun Kristen. Dalam Islam dikenal konsep dakwah (Arab: da wah) sedangkan dalam Kristen dikenal konsep misi 13 Oxford Advance Learned Dictionary. Sixth Edition. 2002: 1060.
14 14 (Inggris: mission), penginjilan (Inggris: evangelization), dan proselitisasi (Inggris: proselytization) seringkali disamakan dengan proselitisme (Inggris: proselytism)- itu sendiri Terkait dengan proselitisasi memang ada sedikit kerancuan manakala konsep proselytization dalam arti umum tadi digunakan dalam konteks kekristenan karena proselitisasi (proselytization) merujuk pada bentuk tertentu dari penyebaran agama yang ditolak oleh sejumlah kalangan Kristen sendiri. Untuk menguraikan kerancuan tersebut perlu dipahami pengertian dan perbedaan antara misi (mission), pekabaran Injil/penginjilan (evangelization), serta proselitisasi. Dalam perspektif Kekristenan misi berarti apapun yang gereja lakukan yang menunjukkan kepada Kerajaan Tuhan. 14 Misi itu sendiri mencakup dua aspek yaitu pekabaran Injil dan pelayanan (diakonia). Evangelization (penginjilan/pekabaran Injil) berasal dari kata evangelion dalam bahasa Yunani yang berarti kabar gembira. Dalam konteks kekristenan evangelization berarti memberitakan kabar gembira tentang Yesus Kristus sebagai Juru Selamat umat manusia. 15 Secara teknis evangelization berarti to try to persuade people to become Christians ( mencoba mempersuasi orang untuk menjadi Kristen ). 16 Sementara itu diakonia berasal dari kata diakonein dalam bahasa Yunani yang berarti melayani meja, melayani kebutuhan- 14 everything the church is doing points toward the kingdom of God (Moreau et.al Introducing World Missions. A Biblical, Historical, and Practical Survey: 17). 15 Lihat Congregation for The Doctrine of The Faith Doctrinal Note on Some Aspects of Evangelization. Encyclic Note: Oxford Advance Learned Dictionary. 2002: 450.
15 15 kebutuhan fisik, dan menyiapkan makanan sebagai korban kepada dewa-dewa. Dalam perkembangannya kemudian diakonein diartikan sebagai melayani dalam arti umum.17 Dalam praktiknya diakonia umumnya mengambil bentuk pelayanan sosial bagi orang-orang atau masyarakat yang membutuhkan bantuan. Dengan demikian maka sesungguhnya misi memiliki cakupan yang luas, bukan hanya usaha mengajak orang agar menjadi Kristen tetapi juga pelayanan sosial-kemanusiaan yang diberikan kepada siapa saja tanpa memandang latar belakang agama atau kepercayaannya dan tanpa harus dimaksudkan sebagai usaha mengajak mereka menjadi Kristen. Hanya saja memang dalam praktiknya pelayanan itu bisa dan seringkali -walau tidak selalu- menjadi pintu masuk bagi pekabaran Injil. 18 Pekabaran Injil itu sendiri bagi banyak orang Kristen tidak selalu sama artinya dengan proselitisasi. Proselitisasi umumnya dipahami oleh kalangan Kristen sebagai usaha terbuka untuk memperoleh konvert sebanyak-banyaknya dari satu kredo atau kepercayaan ke kredo atau kepercayaan lain. Di kalangan Kristen ada perbedaan pendapat mengenai proselitisasi. Gereja Katolik memandang proselitisasi sebagai perbuatan yang tidak etis sementara tetap menyatakan pentingnya misi yang di dalamnya mencakup pula pekabaran Injil. Sementara itu di kalangan Protestan, gereja-gereja arus utama juga menganut pandangan yang sama. Namun beberapa denominasi mengartikan proselitisasi sebagai pekabaran Injil itu sendiri, lebih jauh 17 Diakonia Transformatif dan Restrukturisasi GKJ Dagen-Palur dalam Pedoman Rapat Jemaat GKJ Dagen-Palur tahun 2000: Ini bisa dilihat misalnya dalam aktivitas para misionaris dan zending pada masa kolonial.
16 16 lagi proselitisasi adalah sama dan sebangun dengan misi. Apa yang membedakan proselitisasi dengan pekabaran Injil sebagaimana yang dipahami Gereja Katolik dan gereja-gereja Protestan arus utama adalah penekanan proselitisasi pada kuantitas. Proselitisasi menekankankan pentingnya membawa sebanyak mungkin manusia agar menerima Yesus sebagai Juru Selamat sementara pekabaran Injil - dalam pemahaman Gereja Katolik dan gereja-gereja Protestan arus utama- lebih menekankan penghayatan nilai-nilai kekristenan pada diri orang-orang yang mendapatkan pekabaran Injil ketimbang membaptis mereka sesegera mungkin. 19 Terlepas dari penjelasan di atas, dalam tesis ini penulis tetap menggunakan konsep proselitisasi untuk membingkai upaya-upaya penyebaran agama baik yang dilakukan kalangan Kristen maupun Muslim, dengan catatan bahwa penulis menggunakan konsep tersebut dalam pengertiannya yang paling umum sebagaimana dirujuk berdasarkan referensi di atas. Dalam kaitannya dengan upaya penyebaran penyebaran agama yang dilakukan pihak Kristen penulis tidak memaksudkan pengertian proselitisasi dalam arti yang kontroversial sebagaimana dijelaskan di atas tetapi juga dalam pengertian pekabaran Injil yang dipahami Gereja Katolik dan gereja-gereja Protestan arus utama. 19 David Schutz. Evangelisation and Proselytism: A Matter of Ecumenical and Interfaith Ethics ( diakses hari Sabtu 11 Mei 2013 pukul 20:10 WIB). Lebih jauh lagi sebagian kalangan Kristen yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa mereka yang bukan Kristen tetapi menganut dan menjalankan nilai-nilai kekristenan yang universal adalah Kristen anonim yang juga berhak memperoleh keselamatan di hadapan Tuhan. Bagi kalangan yang berpandangan demikian membaptiskan seorang non-kristen menjadi Kristen tidak lagi menjadi hal yang terlalu penting (Diskusi dengan Pdt. Novembri Choeldahono (Pendeta Jemaat GKJ Dagen Palur) 23 April 2015 di Palur Jaten Karanganyar).
17 17 Identitas sosial adalah definisi seseorang tentang siapa dirinya, termasuk di dalamnya atribut pribadi dan atribut yang dibaginya bersama dengan orang lain, seperti gender dan ras (bisa ditambahkan juga agama). 20 Menurut Jackson dan Smith, identitas sosial dapat dikonseptualisasikan dalam empat dimensi, salah satunya adalah keyakinan yang saling terkait. Yang dimaksud dengan keyakinan yang saling terkait adalah norma dan nilai yang menghasilkan tingkah laku anggota kelompok ketika mereka berusaha mencapai tujuan dan berbagi keyakinan yang sama. 21 Berbicara tentang identitas, ia tidak lahir di ruang kosong, ia pasti akan terkait dengan konteks sosial tertentu. Pada konteks Solo masa Orde Baru, identitas sosial Muslim dan Kristen seperti apa yang tumbuh perlu dilihat dalam kaitannya dengan kebijakan rezim Orde Baru yang menjadikan agama sebagai instrumen untuk meneguhkan tatanan yang hendak dibangunnya. Rezim Orde Baru menggunakan agama untuk mengikis dan menghancurkan pengaruh komunisme. Kehancuran komunisme di Indonesia membuka jalan bagi lahirnya tatanan sosialpolitik dan ekonomi yang ramah modal dan menjadikan Indonesia sebagai lahan subur bagi tumbuh dan berkembangnya kapitalisme -baik kapitalisme negara maupun kapitalisme swasta. Agama juga menjadi penting guna memuluskan jalannya proses modernisasi yang diinisiasi dan dimotori oleh negara. Dalam hal ini agama-agama yang terorganisir (organized religions) mendapat peran penting untuk membangun rasionalitas masyarakat yang merupakan salah satu ciri 20 R.A. Baron & D. Byrne Psikologi Sosial (Jakarta: Erlangga), hal Jackson dan Smith dalam ibid, hal. 155.
18 18 modernitas. Dengan konteks yang demikian kita akan mencoba melihat di antara sekian banyak nilai dan norma yang ada dalam Islam dan Kristen nilai dan norma manakah yang ditekankan oleh kaum Muslim dan Kristen di Solo pada masa Orde Baru. Dari tilikan ini akan terlihat bagaimana kaitan antara penekanan nilai dan norma tertentu itu dengan konteks sosial-politik masa Orde Baru. F. Metode Penelitian Penelitian untuk penyusunan tesis ini adalah penelitian sejarah yang mempunyai lima tahap yaitu: (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), (4) interpretasi: analisis dan sintesis, dan (5) penulisan. 22 Mengingat tema yang penulis angkat dalam penelitian ini adalah tema kontemporer maka dalam pengumpulan sumber penulis banyak menggunakan sumber lisan, yaitu para pelaku yang terlibat dalam proses sejarah yang diangkat dalam penelitian ini. Selain itu penulis juga menggunakan sumber-sumber tertulis berupa koran dan arsip-arsip yang terkait dengan kehidupan keberagamaan di kota Surakarta. Sumber-sumber tersebut adalah sumber primer. Untuk melengkapinya penulis juga menggunakan sumber-sumber sekunder. Dalam pencarian sumber tertulis mengenai proses Islamisasi penulis mengalami kesulitan karena kurangnya sumber tersebut. Lembaga-lembaga Islam di Solo ternyata kurang memerhatikan pengarsipan sehingga banyak informasi 22 Kuntowijoyo Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang), hal. 89.
19 19 tentang aktivitas mereka pada periode yang diangkat dalam tesis ini tidak terdokumentasikan. Beruntung penulis memperoleh data-data statistik Kota Surakarta yang relevan dengan tema yang diangkat. Sejumlah berita di koran dan majalah juga memuat informasi berharga terkait proses Islamisasi yang sedang berlangsung ketika itu meskipun tidak banyak. Untuk menutupi kekurangan sumber tertulis, penulis menggunakan metode sejarah lisan dengan mewawancarai orangorang yang terlibat atau menjadi saksi proses Islamisasi pada masa Orde Baru. Wawancara dilakukan dengan tokoh-tokoh organisasi Islam yang terlibat dalam dan memahami proses Islamisasi pada level makro di Solo maupun para pelaku di tingkat lebih kecil (kelurahan dan kampung) dengan mengambil sampel dari beberapa kelurahan di Solo. Penulis tidak mengalami kesulitan untuk mencari datadata tertulis tentang Kristenisasi. Data-data tersebut dapat diperoleh dari dokumendokumen resmi gereja. Untuk pencarian sumber tertulis ada beberapa tempat yang menjadi lokasi pencarian antara lain Perpustakaan Pusat Studi Kependudukan UGM, Monumen Pers Surakarta, Balai Muhammadiyah Surakarta, Kantor Klasis Kartasura GKJ, Kantor Klasis Surakarta Timur GKJ, Perpustakaan Nasional Jakarta, Institut Sejarah Sosial Indonesia Jakarta, dan Kantor BPS Kota Surakarta. G. Sistematika Penulisan Tesis ini akan dibagi ke dalam lima bab. Bab I berisi pendahuluan, Bab II berbicara tentang latar proses Islamisasi dan Kristenisasi di Surakarta. Bab III akan membahas Islamisasi di Surakarta mulai akhir dekade 1960-an sampai 1990-an.
20 20 Bab IV memperbincangkan Kristenisasi di Surakarta pada periode yang sama. Bab V akan membahas hubungan antar komunitas Muslim dan Kristen di Surakarta sepanjang era Orde Baru sampai awal Reformasi ( ). Terakhir Bab VI berisi kesimpulan.
BAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan
1 BAB VI KESIMPULAN Sebagaimana proses sosial lainnya, proselitisasi agama bukanlah sebuah proses yang berlangsung di ruang hampa. Ia tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial-politik yang melingkupinya.
Lebih terperinciKekerasan dan Konstruksi Keagamaan
Kekerasan dan Konstruksi Keagamaan Pasca-Peristiwa 1965 Peristiwa perpindahan agama merupakan salah satu strategi bertahan hidup di kalangan korban, terutama berkaitan dengan tuntutan kejelasan identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia, agama Kristen dapat dikatakan sebagai agama yang paling luas tersebar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ada banyak agama di dunia ini, dari semua agama yang dianut oleh manusia, agama Kristen dapat dikatakan sebagai agama yang paling luas tersebar di muka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pekabaran Injil bisa diartikan sebagai hal yang berbeda dengan Misi, namun juga seringkali diartikan bahwa Pekabaran Injil ada sebagai bagian di dalam Misi, sehingga
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.
1 BAB I A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang agama-agama lain, menimbulkan sikap saling pengertian dan toleran kepada orang lain dalam hidup sehari-hari, sehingga
Lebih terperinciUKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah
BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep
Lebih terperinci1.2 Menegakkan Kerajaan Allah dalam Modernisasi Indonesia: O. Notohamidjojo...33
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI...x DAFTAR SINGKATAN...xv DISSERTATION ABSTRACT... xvii PENDAHULUAN 1. Latar Belakang...1 2. Pokok Studi...5 2.1 Studi-Studi Sebelumnya dan Pentingnya Studi Ini...5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kemajemukan merupakan realitas yang menjadi salah satu ciri dari kondisi masa sekarang ini. Di era modern yang untuk sementara kalangan sudah berlalu
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu
Lebih terperinciBAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar
BAB V Penutup A. Kesimpulan Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar Kompas dan Republika dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, produksi wacana mengenai PKI dalam berita
Lebih terperinciUKDW. Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Jika seseorang mendengar kata pura maka asosiasinya adalah pulau Bali dan agama Hindu. Jika seseorang mengaku berasal dari Bali maka asosiasi yang muncul adalah orang
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Permasalahan The Meeting Place of World Religions. 1 Demikianlah predikat yang dikenakan pada Indonesia berkaitan dengan kemajemukan agama yang ada. Selain majemuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pekabaran Injil adalah tugas dan tanggung jawab gereja di tengah dunia. Gereja dipanggil untuk menjadi pekabar Injil (kabar sukacita, kabar
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Masyarakat Karo terkenal dengan sikap persaudaraan dan sikap solidaritas yang sangat tinggi. Namun ironisnya sikap persaudaraan dan kekerabatan yang mewarnai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan penyebaran agama-agama di Indonesia selalu meningkat, baik itu agama Kristen Katholik, Protestan, Islam, dan sebagainya. Tidak hanya menyebarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang khas dengan pluralitas agama dan budaya. Pluralitas sendiri dapat diterjemahkan sebagai kemajemukan yang lebih mengacu pada jumlah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pertama, sebuah konsep etika dibangun berdasarkan konteks atau realita pada masa tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng ditinjau
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas
Lebih terperinciApakah ada pemurtadan di Indonesia?
Apakah setiap orang Kristen mempunyai misi mengkristenkan umat Islam? Pertanyaan ini seringkali dikemukakan jamaah pengajian saat membahas tentang modus-modus Kristenisasi. Sebagaimana yang telah saya
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pekabaran Injil (PI) atau penginjilan sering disebut juga dengan evangelisasi atau evangelisme, 1 merupakan salah satu bentuk misi Gereja. Kata Injil yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH A.1. Latar belakang masalah Gereja merupakan sebuah kehidupan bersama yang di dalamnya terdiri dari orang-orang percaya yang tumbuh dan berkembang dari konteks yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terdiri dari beranekaragam etnis, agama, dan kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak ternilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen
Lebih terperinciSEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA
HUBUNGAN ANTAR AGAMA DI INDONESIA Dosen : Mohammad Idris.P, Drs, MM Nama : Dwi yuliani NIM : 11.12.5832 Kelompok : Nusa Jurusan : S1- SI 07 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah satu penyumbang kemajemukan di Indonesia karena masyarakatnya yang tidak hanya terdiri dari
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang
Lebih terperinciUKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di
Lebih terperinciUKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG
BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Teologi merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk mencermati kehadiran Tuhan Allah di mana Allah menyatakan diri-nya di dalam kehidupan serta tanggapan manusia akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Penulis akan menggunakan dua pihak yang saling berhubungan dalam kehidupan beragama di Indonesia secara umum dan di Bali secara khusus. Dua pihak yang penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila terutama pada sila yang pertama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus
Lebih terperincilambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyebaran agama Islam di Yogyakarta khususnya untuk kalangan etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim di Jawa adalah orang-orang
Lebih terperinciUKDW. Bab I PENDAHULUAN
Bab I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah 1.1 Krisis Dalam Pelayanan Jemaat Dalam kehidupan dan pelayanan jemaat tak pernah luput dari krisis pelayanan. Krisis dapat berupa perasaan jenuh dan bosan dalam
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja
Lebih terperinciBab 7 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Praktik Makan Patita
Bab 7 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Praktik Makan Patita Suatu praktik dalam masyarakat tidak mungkin terpisah sepenuhnya dari kondisi riel masyarakat itu sendiri. Kondisi yang terkait dengan intensitas pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah sistem dan komponen yang mendukung eksistensi komunitas. Komponen itu antara lain agama, kewarganegaraan, identitas suku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu masuk islam karena pilihan, tentunya mengalami pergulatan batin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu masuk islam karena pilihan, tentunya mengalami pergulatan batin yang luar biasa dan pertimbangan yang matang. Seseorang harus menundukkan hatinya untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hidup Menggereja Kontekstual, (Yogyakarta : 2001), p. 28.
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 PERMASALAHAN 1. 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di Indonesia, pada umumnya konteks yang sekarang ini sedang dihadapi adalah konteks kemiskinan yang parah dan keberagaman agama.
Lebih terperinciUKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. Orang-orang Tionghoa asli sudah datang ke pulau Jawa jauh sebelum kedatangan orang Barat.
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya
Lebih terperinciPertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?
Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama
Lebih terperinciPada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke
Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN Gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil dan ditempatkan di dunia ini mempunyai tugas. Tugas gereja adalah untuk menyatakan hakekatnya sebagai tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,
Lebih terperinciBAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada
BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada Proses peralihan kepemilikan lahan kosong terjadi sejak akhir 2004 dan selesai pada tahun 2005, dan sejak
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Gereja adalah kumpulan orang-orang yang mengimani Kristus dan berada dalam komunitas yang saling membangun dalam iman. Gereja memiliki struktur organisatoris yang tertata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tanggal 21 Maret 2006, bertempat di Jakarta ditetapkanlah sebuah peraturan pemerintah yang baru, yang dikenal sebagai Peraturan Bersama dua Menteri (selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah gereja dapat dikatakan gereja jikalau gereja melaksanakan misi Allah di tengah dunia ini, atau dapat dikatakan bahwa gereja tersebut menjadi gereja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Konversi agama merupakan suatu fenomena agama yang tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konversi agama merupakan suatu fenomena agama yang tidak baru lagi. Proses perpindahan/masuk agama ini sudah terjadi sejak dulu, bahkan sejak para nabi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan 7 sub bab antara lain latar belakang penelitian yang menjelaskan mengapa mengangkat tema JFC, Identitas Kota Jember dan diskursus masyarakat jaringan. Tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan budaya lokal, telah menampilkan budaya yang lebih elegan.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Islam sebagai agama merupakan suatu fenomena global yang telah memberikan perubahan yang signifikan dalam peradaban dunia. Satu abad saja dari kemunculannya
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,
BAB IV KESIMPULAN Masyarakat yang plural atau majemuk merupakan masyarakat yang dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang sedang diperhadapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi mulai dari yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1 A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Perjamuan Kudus merupakan salah satu ritual yang masih terpelihara dalam tradisi gereja hingga saat ini. Sebuah ritual jamuan makan roti
Lebih terperinci2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.
Lebih terperinciSurvei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia
Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia Jakarta, 7 Agustus 2006 METHODOLOGI Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki kekayaan hutan tropis yang luas. Kekayaan hutan tropis yang luas tersebut membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu
BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Tesis ini menjelaskan tentang perubahan identitas kultur yang terkandung dalam Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu Negeri
Lebih terperinciUKDW BAB I I. PERMASALAHAN I.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
BAB I I. PERMASALAHAN I.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Di dalam sebuah usaha menghayati teologi kontekstual, hal yang pertama-tama mesti diperhatikan ialah tentang konteks. Konteks inilah yang bermain penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) yang saling membutuhkan satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) yang saling membutuhkan satu sama lain. Adanya hubungan timbal balik itu, sering menimbulkan fenomena sosial berupa konflik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Media informasi dewasa ini berkembang amat pesat, baik media cetak, elektronik maupun media internet. Dalam hal ini peningkatan dalam penyampaian informasi
Lebih terperinciSEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG
Jurnal Sejarah. Vol. 1(1), 2017: 151 156 Pengurus Pusat Masyarakat Sejarawan Indonesia DOI: 10.17510/js.v1i1. 59 SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG Sumber Gambar: Tempo.co Professor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1-3 Gambar 1. Geger Pecinan Tahun 1742 Gambar 2. Boemi Hangoes Tahun 1948 Gambar 3.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Solo telah banyak mengalami bencana ruang kota dalam sejarah perkembangannya. Setidaknya ada tiga peristiwa tragedi besar yang tercatat dalam sejarah kotanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja Kristen Pasundan (GKP) berada dalam konteks masyarakat Jawa bagian barat yang majemuk baik suku, agama, budaya daerah dan status sosial ekonomi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama
Lebih terperinciKaum Muslim Myanmar merupakan 4 persen total populasi 60 juta, menurut sensus pemerintah.
Biksu Buddha Saydaw Wirathu, yang dikenal sebagai bin Laden dari Myanmar, telah menyerukan untuk memboikot secara nasional bisnis kaum Muslim di Myanmar Belum kering air mata warga Rohingya yang dianiaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama
Lebih terperinciPEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY
DAFTAR ISI Halaman Lembar Persetujuan... ii Lembar Pernyataan.... iii Abstrak... iv Abstract... v Kata Pengantar... vi UcapanTerima Kasih... viii Daftar Isi... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Amin Abdullah, studi mengenai agama-agama ini bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada akhir abad 19, mulai berkembang sebuah disiplin ilmu baru yang terpisah dari disiplin ilmu lainnya. Pada awal perkembangannya ilmu
Lebih terperinciUKDW BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada jaman sekarang, tidak dapat dipungkiri bahwa Gereja berada di tengah-tengah konteks yang kian berubah dan sungguh dinamis. Hal tersebut tampak jelas
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. Cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Tulus berarti tindakan yang dilandasi dengan
BAB IV ANALISIS Hubungan Gereja dan Negara (politik) yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya, jika dikaitkan dengan konteks Gereja Toraja memperlihatkan bahwa hubungan keduanya mencirikan model pemisahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan diketahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap
Lebih terperinciB A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan
5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna
Lebih terperinciPendidikan Agama Kristen Protestan
Modul ke: 07Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Pendidikan Agama Kristen Protestan PEKABARAN INJIL DI INDONESIA Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M. Istilah "Injil" berasal dari bahasa Arab Inǧīl, yang
Lebih terperinciAlbania Negeri Muslim di Benua Biru?
Albania Negeri Muslim di Benua Biru? Faktanya banyak sekali hal-hal yang belum kita ketahui tentang agama islam di dunia ini, bagi kalian yang mengaku masyarakat islam hendaklah kita sesekali menilik lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penulisan skripsi ini berangkat dari pengamatan dan kesan penulis ketika melihat sikap dan tingkah laku anak muda yang cenderung tidak mengenal dan tidak
Lebih terperinciBAB V P E N U T U P. bahwa dalam komunitas Kao, konsep kepercayaan lokal dibangun dalam
BAB V P E N U T U P A. Kesimpulan Berdasarkan uraian bab demi bab dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam komunitas Kao, konsep kepercayaan lokal dibangun dalam kepercayaan kepada Gikiri Moi
Lebih terperinci