BAB I PENDAHULUAN Permasalahan Penelitian dan Latar Belakangnya. Berbagai kajian tentang sejarah Indonesia menunjukan bahwa agama
|
|
- Yenny Sucianty Muljana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Penelitian dan Latar Belakangnya Berbagai kajian tentang sejarah Indonesia menunjukan bahwa agama (Hindu, Islam, Kristen Katolik dan Protestan) datang dan berkembang secara bergelombang ke Indonesia, menggantikan agama lokal/suku 1 dan menanamkan ajaran-ajaran agama baru yang dibawakan oleh bangsa asing secara silih berganti. Sejarah menunjukkan bahwa agama memberikan perubah lebih cepat, sebelum unsur lain menglami perubahan. 2 Sehingga kajian tentang agama selalu akan terus berkembang dan menjadi kajian yang penting. Fenomena perubahan sosial dewasa ini menggambarkan dan menjelaskan kepada kita bahwa agama menjadi salah satu faktor perubahan sosial itu sendiri. Agama sebagai hasil kebudayaan, hidup dan berkembang dalam masyarakat memiliki peranan penting dalam perubahan sosial tersebut. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat merupakan hal yang tidak bisa terlepas dari keterikatannya dengan adanya agama. Kajian tentang agama sebagai motor pengerak perubahan sosial merupakan tema yang banyak kita jumpai. Akan tetapi khususnya di Halmahera 1 Penganut agama suku menghayati adanya yang ilahi melalui pengalaman sehari-hari. Mereka memahami bahwa ada kuasa yang berada di luar kekuasaan mereka. Kuasa itu melampaui kuasa dan kemampuan manusia. J. W. M. Bakker, S. J, Agama Asli Indonesia (Jogyakarta: Pro Manuscripto, 1969), hlm Dalam kenyataannya sistem mata-pencaharian hidup dan sistem teknologi dan peralatan yang dikatakan oleh Koentjaraningrat sebagai unsur yang paling mudah, ternyata yang paling sedikit mengalami perubahan sejak pra-hindu sampai sekarang. Abdurrahman Wahid, Penafsiran Kembali Ajaran Agama: Dua Kasus dari Jombang, dalam Muh. Shaleh Isre ed., Prisma Pekikiran Gus Dur, (Yogyakarta: LkiS, 1999), hlm
2 bagian utara (Tobelo) terkait dengan kajian agama hanya terfokus pada kajian teologi semata. Oleh karena itu penelitian ini akan mengkaji tentang proses perkenalan atau perjumpaan agama Kristen di Tobelo, atau dengan judul penelitian: Sejarah Sosial Kristenisasi di Tobelo di Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara. Sejak kedatangan para penginjil Utrechtsche Zendings Vereeniging (selanjutnya UZV), pada 1866 untuk menyiarkan agama Kristen. Para penginjil juga turut memperkenalkan gaya hidup orang Belanda setelah orang Tobelo konversi ke agama Kristen. Kemajuan terlihat setelah diperkenalkan pendidikan, pelayanan medis, pengenalan cara berpakaian, sikap/ tingkah laku, penataan kampung, jalan serta kebersihan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berakibat pula timbulnya kesadaran baru tentang identitas mereka pada masa kolonial. Perubahan-perubahan dalam berbagai bidang kehidupan yang diperkenalkan oleh pihak penginjil UZV yang berasal dari Belanda yang mengarah pada kemajuan (modernitas). 3 Inisiatif para penginjil UZV untuk mendirikan sekolah-sekolah Kristen merupakan awal dari pembaharuan modernisasi di wilayah Tobelo. Perubahan yang mengarah pada kemajuan yang berasal dari Belanda, mulai diperkenalkan kepada masyarakat Tobelo dengan tujuan agar hubungan baik masyarakat Tobelo 3 Modernitas yaitu proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutas zaman. Drs. Suharso dan Dra. Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Semarang; Widya Karya, 2008), hlm
3 dengan pihak Belanda dapat terwujud, terutama untuk penduduk Alfur (Tobelo pedalaman) yang masih menganut agama lokal/ suku. Hal ini tentu saja dengan melihat kehidupan sosial-politik yang di alami oleh masyarakat Tobelo. Sejak abad ke-17 Pulau Halmahera 4 telah dimasukan dalam kekuasaan Kesultanan Ternate (bagian Utara dan Selatan) dan Tidore (bagian Tengah). Sistem pemerintahan yang dibangun kedua kerajaan itu berkaitan dengan kepentingan tenagan kerja, pajak serta bahan makanan yang disalurkan pada Sultan Ternate dan Tidore, melalui sitem upeti. 5 Dengan demikian maka lapisan masyarakat dilihat dari segi struktur politik ada sultan dan rakyat. Pada masayarakat Tobelo, yang belum memeluk agama Islam, hidup menyebar di Pedalaman Halmahera atau biasa disebut orang Alfur yang tidak memiliki pemimpin kampung yaitu sangaji 6 karena tidak diakui oleh pihak Kesultanan Ternate. 7 Sumber-sumber Eropa, dan Kesultanan Ternate, membedakan penduduk pribumi menjadi kelompok sosial, yaitu penduduk Muslim dan Alfur. 4 Halmahera merupakan induk dari pulau-pulau kecil yang berada di Maluku Utara. Arti kata Halmahera adalah penyokong pulau atau dasar pulau itu muncul. Sebenarnya kata ini berasal dari Hale-ma-here. Namun hale adalah bahasa Tidore yang sama dengan kata Ternate, kaha meskipun tak ada yang pernah mengatakan kaha ma-hera. Bahasa Tidore menyebutnya Haleyora, yora adalah Perahu Terbalik yang dalam bahasa Ternate Hra. Orang pribumi mengatakan Halmahera sama dengan tanah besar. F. S. A. de Clercq, Bijdragen tot de kennis der Residentie Ternate. (Leiden: E. J. Brill, 1890), hlm R. Z. Leirissa, Masyarakat Halmahera dan Raja Jailolo: Studi Tentang Sejarah Masyarakat Maluku Utara. (Disertasi: Universitas Indonesia, 1990), hlm Pejabat Kesultanan Ternate setingkat gubernur. Selanjutnya lihat juga catatan kaki. hlm Koloniaal Verslag (KV), hlm
4 Pengolongan ini didasarkan atas perbedaan agama Islam, sedangkan penduduk yang tergolong sebagai Alfur adalah mereka yang manganut agama lokal. 8 Jika ditinjau dari segi keagamaan, maka terdapat golongan masyarakat penganut agam Islam, Kristen dan kepercayaan lokal. 9 Pada dasarnya sistem sosial masyarakat pedalaman yang biasa dinamakan Halefuru atau Alfur itu jauh berbeda 10 dengan masyarakat pesisir 11 yang terkait 8 Alfur Istilah yang disematkan bagi penduduk yang beragama pribumi. Sebagai Alifur-u dan Harifuru berasal dari bahasa Portugis, dimana makna yang dikenakan padanya berasal dari kata Al furu. Al berfungsi sebagai kata sandang, yang dalam bahasa Indonesia bermakna sama dengan sang- atau si-, sedangkan furu berarti bodoh, tolol atau biadab. Irza Arnyta Djafaar, Jejak-Jejak Portugis di Maluku Utara. (Yogyakarta: Ombak, 2006), hlm. 42; Bangsa Portugis yang memberi istilah Alfur pertama kali, memiliki pemahaman bahwa beragama berarti memeluk agama Kristen atau Islam. Meskipun demikian sesungguhnya istilah alfur itu sendiri diduga berasal dari istilah asli Maluku. Jacobs menyebutkan bahwa pada abad ke-16 ada suatu penggolongan penduduk yang disebut Alfur. Alfur adalah padanan bagi petani berpindah. Nada negatif mengenainya dikarenkan kesultanan ingin memisahkan atas status sosialnya dari penduduk mayoritas. Julukan alifuru yang pada kurun periode penulisan ini sama dengan istilah Alfur, harifuru ataupun harafora. Tentu saja penyebutan Alifuru ini memiliki makna sosial yang ditunjukan pada petani ladang berpindah pada masa tersebut dan masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Jacobs, S. J., Hubert Th. Th. M. A Treatise on the Moluccas (c. 1544), Probably the preliminary version of the Antonio Galvao s lost Historia Das Molucas. Edited, annotated, and translated into English from the Portuguese manuscript in the Archivo General de Indias, Seville by Hubert Th. Th. M. Jacobs, S. J. (Rome & St. Louis. Jesuit Historical Institute & St. Louis University, 1971), hm Uka Tjandrasasmita, Struktur Masyarakat Kota Pelabuhan Ternate Abad XIV-XVII dalam G.A. Ohorella, Ternate Sebagai Bandar di Jalur Sutra; Kumpulan Makalah Diskusi. (Jakarta: Depdikbud, 1997), hlm Leonard Y. Andaya, The World of Maluku: Eastern Indonesia in the Early Modern Period. (Honolulu: University of Hawaii, Press, 1973), hlm Ketika masyarakat Alfur (Tobelo-pedalaman) yang telah tingal di pesisir, kepemimpinan tidak lagi bersandar pada tetua keluarga atau tetua adat dalam satu Hoana. Berbagai persoalan semuanya diserahkan pada bobato dunia, atau disebut sangaji untuk mengabil keputusan setelah bermusawarah setiap permasalahan dengan pihak Kesultanan Ternate. Koloniaal Verslag (KV), hlm. 20, 23. 4
5 dengan Kesultanan Ternate melalui para bobato dunia. 12 Pada abad ke-19 telah terdapat penganut agama Islam di pesisir pantai, Pada abad ke-20 agama Kristen pun mulai dianut sebagian besar dari mereka. Sultan Ternate pengaruhnya tidak begitu terasa terhadap orang Tobelo-pedalaman, Para sultan tidak terlalu mengontrol kepentingan politik di pedalaman. Di daerah pedalaman atau suatu distrik terdapat suatu daerah yang berada di bawah kontrol dari seorang pemimpin utusan Sultan Ternate. 13 Mereka biasa disebut dengan sangaji yang oleh pihak Belanda sebagai kepala distrik, dan kepentingan hanya difokuskan pada pungutan pajak semata. Wilayah Tobelo dipilih sebagai wilayah penelitian ini karena posisinya yang unik. Secara historis wilayah ini di bawah kekuasaan Pemerintahan Kesultanan Ternate yang memiliki tradisi Islam. Tetapi saat ini fakta menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk wilayah tersebut menganut agama Kristen Protestan. Jika demikian bahwa Tobelo merupakan bagian dari taklukan Kesultanan Ternate yang berkultur Islam sejak abad ke-17, maka fakta ini sangat mengejutkan, Bagaimanakah proses perubahan komposisi ini terjadi di dalam ruang Kesultanan Ternate. 12 Kerajaan Ternate dalam menjalankan pemerintahan Sultan juga dibantu oleh beberapa Dewan Mentri antara lain Bobato Dunia; di lingkungan Halmahera bagian utara (Sabua Lamo) terdiri dari: Kepala lingkungan (sangaji), Imam/ Guru/ Pendeta, Kimalaha (tokoh tetua adat) dan Fanyira (unsur pemuda). Sementara Bobato Akhirat: Kadih/ Imam Jiko, Imam Jawa, Imam Sangaji dan Imam Moti berfungsi sebagai Imam Masjid Kesultanan Ternate. Abdul Hamid Hasan. Aroma Sejarah dan Budaya Ternate. (Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2001), hlm E.K.M. Masinambow, Halmahera dan Raja Ampat Konsep dan Strategi Penelitian. (Jakarta: LEKNAS-LIPI, 1980), hlm
6 Bahkan Gereja Masehi Injil Halmahera (GMIH) 14 yang berpusat di Tobelo, merupakan salah satu sinode terbesar dan terkuat di Indonesia Timur, terpisah dari sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) yang berpusat di Ambon. Basis utama mereka di Desa Wari, ± 4 km di pinggir utara Kota Tobelo ke arah Galela. Sinode GMIH mengukuhkan kekuatan agresi mereka melalui gedunggedung megah berarsitektur modern lengkap dengan gereja besar, kantor pusat Sinode, Sekolah Tinggi Teologi (STT), dan Pusat Latihan untuk Pengkajian dan Pengembangan Pedesaan (PPPL), perumahan karyawan gereja dan sebagainya. 15 Di Desa Wosia ± 3 km di tepi selatan Kota Tobelo ke arah Kao, terbentang luas kawasan perkebunan kelapa dengan peternakan sapi, dengan nama Wosia Kopra Onderneming (WKO), yang merupakan salah satu basis sumber dana GMIH. Di Halmahera Utara, sampai ke pelosok-pelosok sekalipun, hampir tidak ada desa atau kampung yang tidak memiliki gereja atau sekolah (TK, SD, SMP dan SMA) milik GMIH, bahkan gereja merupakan salah satu bangunan terbesar dan megah, sekaligus menjadi landmark desa yang bersangkutan Gereja Masehi Injil Halmahera (selanjutnya disingkat menjadi: GMIH), berdiri sebagai buah kerja kelompok misi Utrecht Zendings Vereenigeng (selanjutnya UZV) dari Belanda, seperti Hendrijk van Dijken yang berkerja di Halmahera sejak abad IX. Persekutuan orang terpercaya ini kemudian mengorganisasi diri menjadi GMIH pada 6 Juni 1949 dalam Sidang Proto Sinode yang bertempat di Tobelo, dengan susunan Badan Pengurus Sinode (BPS), yang diketuai oleh: A. Ploeger, Potret Gereja Masehi Injili di Halmahera. (Tobelo-07 Juni 2010), hlm P. M. Laksono, Pengantar: Memotret Wajah Kita Sendiri, dalam Roem Topatimasang. Orang-Orang Kalah, Kisah Penyingkiran Masyarakat Adat Kepulauan Maluku. (Yogyakarta: INSIST Press 2004), hlm Ibid.,hlm
7 Semasa Pemerintahan Belanda tidak dapat diketahui dengan pasti jumlah penganut agama Kristen di Halmahera khususnya Tobelo. Namun di Karesidenan Ternate yang membawahi Afdeeling Tobelo tahun , penganut agama Kristen tercatat berjumlah hanya 1753 jiwa, dari tolal jumlah penduduk di Karesidenan Ternate jiwa. 17 Seiring berjalannya waktu menjelang akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, tampaknya penganut agama Kristen bertambah setelah kedatangan para penginjil dari Belanda. Hal inilah yang menjadi ketertarikan penulis untuk mengkaji lebih jauh tentang Kristenisasi di Tobelo. Masuknya agama Islam di Maluku (Utara), ada usaha dari para Kesultanan Ternate untuk menyiarkan agama Islam di Halmahera bagaian utara (Tobelo). Namun gerak pesebaran ini berlangsung lambat disebabkan agama lokal/ suku yang melekat/berakar, pola hidup yang masih nomaden pada masyarakat Tobelo. Selain itu masyarakat Tobelo dikenal sebagai pemburu di laut alias bajak laut, dalam melakukan perburuan selalu saja terjadi perang di laut. 18 Aktifitas ini muncul pada orang Tobelo, tidak terlepas dengan penaklukan Kesultanan Gilolo 19 oleh Kesultanan Ternate. Sehingga Raja Gilolo yang hijra ke 17 Willard A. Hanna & Des Alwi, Ternate Dan Tidore Masa Lalu Penuh Gejolak. (Jakarta: Sinar harapan, 1996), hlm. 223: De Clercq, op.cit., hlm. 33; R. Z. Leirissa, op.cit., hlm Leirissa, op.cit., hlm Gilolo/ Jilolo atau Jailolo; adalah salah satu Kerajaan tertua di Maluku (Utara), sebelum tahun 1250, (lihat Juga mitos Tujuh Putri, tentang asal-usul kerajaan-kerajaan di Maluku Kie Raha). Teritorial kerajaan Jailolo meliputi Halmahera bagian utara dan barat, sehingga nama Jailolo sering kali dijumpai dalam naskah-naskah Portugis sering menggunakan kata Gilolo untuk menunjukkan daerah Halmahera. Hal serupa berbeda yang di kemukan oleh Lapian: Tentang status Jailolo sebagai kerajaan tertua, dengan menelah berbagai 7
8 Halmahera bagian utara menghimpun kekuatan dengan membentuk Kerajaan Moro atau Tolo, dan tidak ingin tunduk pada Kesultanan Ternate. 20 Tampaknya ini merupakan suatu kebiasaan yang inheren dalam masyarakat Tobelo pada umumnya sehingga Islamisasi dari pihak Kesultanan Ternate tidak begitu berhasil di wilayah Tobelo. Pada kenyataannya keberakaran pengaruh dari Kesultanan Ternate perlu dipertanyakan karena intensitas misi gereja yang didukung oleh kekuasaan Pemerintah Belanda telah menundukkan dan kemudian menjadikan Sultan Ternate hanya sebagai simbol (antara lain dengan memperbolehkan sultan menerima upeti tradisional dari rakyat Tobelo dan Galela) tanpa kekuasaan politik yang efektif Pertanyaan Penelitian Kristenisasi di Tobelo dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu karya misi Katolik oleh bangsa Portugis, khususnya misionaris Jesuit pada tahun 1600-an dan karya penginjilan Kristen Protestan melalui Utrechtsche Zendings Vereeniging (UZV) pada tahun Dalam tesis ini penulis lebih memfokuskan mitos yang berhasil direkam oleh Portugis sekitar tahun 1544, dalam kesimpulannya bahwa garis raja-raja Maluku berawal dari empat buah telur Naga. Berdasarkan versi tersebut maka hanya terdapat dua kelompok/kerajaan di Maluku, Batucina de Moro, atau Batu Cina yang merujuk pada kerajaan tertua di Halmahera bagian utara, yang eksis hingga abad ke 17, dan tidak menyebut tentang kerajaan Ternate, Tidore dan Bacan. A. B. Lapian, Bacan and the Early History of North Maluku, Halmahera and Beyond, L. E. Visser (ed) (Leiden, KITLV Prees, 1994), hlm. 11, 13, Papilaya, Morologi; Mengetahui dan Menelusuri Keberadaan Moro Sebagai Sebuah Kerajaan. (Tobelo; DISPAR-Halmahera Utara, 2012), hlm Lihat juga, Laksono, op.cit., hlm
9 pada karya Kristenisasi kelompok Kristen yang dibawa oleh penginjil Belanda di Tobelo tahun Pemilihan kurun periode dianggap tepat untuk melihat awal perjumpaan agama Kristen Protestan hingga terjadi perubahan sosial yang signifikan pada masyarakat Tobelo yang telah melakukan konversi ke agama Kristen. Fokus penelitian ini adalah proses masuknya Kristen ke Tobelo sehingga terjadi perubahan sosial pada masyarakat dengan kehadiran karya para penginjil di Tobelo. Hal ini penting karena ketika sedang berkonsentrasi pada daerah keagamaan maka sulit untuk melepaskan diri atas perhatian serta hubungannya dengan gagasan akan kepercayaan masyarakat pendukungnya termasuk kehidupan politik yang melingkupinya. Adapun pertanyaan penelitian ini sebagai berikut: 1. Faktor apa yang mempengaruhi sehingga agama Kristen masuk ke Tobelo ? 2. Mengapa orang Tobelo mau menerima agama Kristen ? 3. Bagaimana pengaruh agama Kristen bagi masyarakat Tobelo ? Menurut Kuntowijoyo, cakupan waktu dalam studi sejarah tidak secara langsung menunjuk pada suatu periodisasi, sebab dalam perkembangan sosial dan sejarah tidak ada permulaan maupun akhir. 22 Dengan demikian pembahasan studi ini tidak hanya dalam batas periode yang sudah ditentukan, tetapi juga akan bergerak melihat ke belakang, khususnya untuk melihat kebijakan Pemerintahan Belanda serta kehidupan sosial masyarakat dan ke depan untuk melihat 22 Kuntowijoyo, Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris. Madura (Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm. 1. 9
10 keberlanjutan dinamika keagamaan serta perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Tobelo yang telah mengalami konversi ke agama Kristen. Sartono Kartodirdjo mengemukakan bahwa setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu komunitas atau kelompok, dapat disebut sejarah sosial. 23 Lahan garapan sejarah sosial juga sangat luas dan beraneka ragam. Sebagai kajian sejarah, maka aspek temporal dan spasial penting untuk dieksplisitkan Ruang Lingkup Penelitian Jika dilihat dari waktunya, proses Kristenisasi di Karesidenan Ternate khususnya Tobelo sepertinya telah berlangsung sejak lama. Mengingat kompleksnya permasalahan yang muncul dalam penelitian ini, maka perlu diadakan pembatasan secara temporal dan special dalam ruang lingkup penelitian ini adalah tahun Kurun waktu tersebut merupakan periode masuknya karya UZV di Tobelo. Secara administrasi kurun waktu tersebut juga Kesultanan Ternate dijadikan Karesidenan yang otonom dalam bidang ekonomi dan politik, yang berdampak pada berubahnya kehidupan sosial masyarakat Tobelo. Secara khusus batas akhir tahun 1942 sangat penting karena pada tahun ini Karesidenan Ternate, khusunya Halmahera bagian utara dijadikan pangkalan markas besar militer Angkatan Laut Jepang. Akibatnya di mata kekuasaan Jepang 23 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. (Jakarta: Gramedia, 1993), hlm H. J. de Graaf dan Th. G. Th Pigeaud, Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa Abad XV-XVI, Pealihan dari Majapahit ke Mataram. (Jakarta: Grafiti Press, 1985), hlm. xiii. 10
11 semua yang berbau Belanda harus dimusnahkan. Semua harta milik UZV di Tobelo sebagai inventaris dalam bidang pendidikan, kesehatan, perkebunan sampai dengan milik pribadi dimusnahkan. Jadi sampai 1942 bisa dikatakan proses Kristenisasi di wilayah Tobelo lumpuh total Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah memaparkan dan mengulas aspek-aspek sosial dari proses Kristenisasi di Tobelo abad ke-19 sampai abad ke-20. Berdasarkan tujuan di atas, tulisan ini diharapkan memberi informasi tentang praktek UZV. Akan uraian tentang proses masuknya agama Kristen, perkembangan agama Kristen yang dianggap sukses di wilayah ini, dan dampaknya pada perubahan sosial yang dialami oleh masyarakat yang berdomisili di Tobelo, serta aktifitas keagamaan dalam bidang sosial, seperti pendidikan, kesehatan dan pengaruhnya atas perkembangan sosial yang lain. Secara metodologis penelitian ini mencoba menguraikan sebuah proses sejarah bukan saja soal becoming (menjadi) tetapi juga being (keadaan). Bagaimanapun penulis sejarah memiliki peluang untuk memberikan penjelasan atas fenomena masa lalu. Berdasarkan tujuan penulisan ini paling tidak akan diperoleh informasi berbagai hal yang berhubungan dengan keagamaan dan masalah sosial. Manfaat lainnya adalah menambah historiografi lokal, khusus kaitannya dengan studi sejarah. Dan pada akhirnya, penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan pembanding dengan penelitian terdahulu dan juga akan menjadi sumber rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 11
12 1.5. Tinjauan Pustaka Cornelis Adolf Alyona dalam Pendidikan Barat di Maluku Tengah, ; Timbulnya Dualisme dalam Sistem Pendidikan 25 karya ini memperlihatkan bahwa di Maluku Tengah terdapat dualisme dalam sistem pendidikan. Dualisme dalam arti bahwa pendidikan agama yang sudah ada sejak masa Portugis, VOC yang melakukan aksentuasi pada pengajaran agama tetap dipertahankan di zaman Hindia-Belanda telah terjadi sekularisasi dalam abad ke-19. Oleh karena itu sejak tahun 1855 ada dua sistem pendidikan barat yaitu pendidikan yang dilakukan oleh gereja pada satu pihak, dan di lain pihak ada pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Belanda. Walaupun dalam karya ini hanya mengulas tentang pendidikan Kristen. Namun sangat membantu penulis untuk mengetahui metode yang dilakukan oleh penginjil dalam dunia pendidikan. Kiranya karya ini sangat penting oleh penulis mengingat bahwa Maluku Tengah baru dikenal pada masa Hindia Belanda karena pada masa VOC, wilayah Maluku Tengah, Sulawesi dan Irian adalah bagian dari Maluku terbagi dalam gubernemen yang berpusat di benteng Oranje di Ternate. D.G.E Hall dalam bukunya Sejarah Asia Tenggara, 26 menguraikan bagaimana seorang ahli perkumpulan Jesuit. Penginjil Fransisccus Xaverius yang tiba di Maluku pada tahun 1546, menulis tentang orang Portugis di Maluku Utara khususnya Halmahera bagian utara terbatas pada perubahan kata kerja rapio yang 25 Cornelis Adolf Alyona. Pendidikan Barat di Maluku Tengah, ; Timbulnya Dualisme Dalam Sistem Pendidikan. (Desertasi: Universitas Indonesia, 2009). 26 D.G.E Hall, Sejarah Asia Tenggara. (Penerbit Usaha Nasional; Surabaya. Cetakan I-1988). 12
13 ditujukan sebagai kemampuan yang menajubkan untuk menanamkan masa-masa baru di Ambon dan pulau-pulau sekitarnya. Bagi penduduk Halmahera bagian utara, menurut Hall, dipandang sebagai pemeluk agama Kristen dari kerajaan Ternate dan Tidore. Kemudian Portugis mendirikan basis kedua di wilayah kepulauan tersebut. F.S.A. de Clercq, Bijdragen tot de kennis der Residentie Ternate, 27 merupakan suatu upaya penggambaran menyeluruh mengenai keberadaan masyarakat di Karesidenan Ternate. Kedudukannya sebagai bekas Residen Ternate pada tahun 1885 hingga 1888 memudahkannya untuk dapat mengenali keberadaan yang sesungguhnya dari keseharian masyarakat Ternate. De Clercq, mampu mengenali bentuk-bentuk kebudayaan dari keseharian masyarakat dan suatu keadaan sosial yang sedang berlangsung pada saat ia mengamati. Bahkan ia mampu mengenali pembagian dan perbedaan beberapa desa yang memiliki karakteristik antara satu dengan lainnya. Bahkan dalam karya ini ia membawa pembaca seolah-olah Kesultanan Ternate dan Tidore merupakan kekuasaan utama di wilayah tersebut. Padahal seperti telah diketahui bahwa kekuasaan kesultanan itu sendiri seringkali hanya bersifat de jure dan kehidupan masyarakat lokal terpisah dari kekuasaan kesultanan. Meskipun demikian karya ini sangat baik dan layak untuk dijadikan acuan. 27 F.S.A. de Clercq, Bijdragen tot de kennis der Residentie Ternate. (Leiden: E. J. Brill, 1890). 13
14 J. M. Baretta dalam Mededelingen Halmahera en Morotai, 28 menyebutkan bahwa masyarakat kebun di Halmahera merupakan salah satu komunitas pertanian (Alfur) terbesar yang ada di Maluku. Baretta juga menyebutkan berbagai kebiasaan masyarakat Alfur dalam mengolah perkebunan. Karya ini bermanfaat untuk memahami kondisi yang ada di salah satu pulau yang termasuk dalam Karesidenan Ternate khususnya kondisi Pulau Halmahera, terutama di sekitar akhir abad XIX dan awal abad XX. Magany dalam Bahtera Injil di Halmahera, 29 karya ini membahas tentang sejarah perjalanan Gereja Tuhan di Halmahera, sejak pengutusan zendeling dari negeri Belanda untuk menaburkan benih-benih Injil di Halmahera hingga terbentukya sebuah wadah Gereja dengan nama GMIH. Magany menjelaskan bahwa perjalanan Injil yang dimulai dari Duma (Galela) Halmahera bagian utara hingga ke seluruh pelosok Halmahera dan wilayah Morotai yang dimotori oleh zendeling. Dalam karya ini juga diulas bagaimana pihak penginjil mengalami berbagai tantangan baik politis maupun agama suku yang dianut oleh penduduk pribumi di Halmahera, adat-istiadat dan berbagai manifestasi kepercayaan agama suku. Meski demikian, benih-benih Injil bisa tumbuh subur dan berkembang hingga saat ini. Karya ini, penting untuk penulis karena betapa minim 28 J. M. Baretta, Mededelingen Halmahera en Morotai. (Batavia: Javasche Boekhandel & Drukkerij, 1917). 29 Magany, Bahtera Injil di Halmahera. (Tobelo: GMIH & Intitut Hendrik van Djiken, 2012). 14
15 pengetahuan tentang sejarah Pekabaran Injil di Halmahera, walaupun disisi lain karya ini hanya mengulas tentang sejarah Gereja dari sisi teologi. Syahril Muhammad dalam Kesultanan Ternate Sejarah Sosial Ekonomi & Poltik, 30 menguraikan kedatangan Belanda abad ke-17 dan ke-18, dimana Belanda berinteraksi dengan Kesultanan Ternate dengan sistem VOC -nya. Kemudian di abad ke-19, interaksi ini meluas ke wilayah-wilayah lainnya sekalipun bentuknya tidak sama dengan yang sebelumnya. Dalam karya ini juga dapat dilihat kondisi sosial ekonomi dan politik di Kesultanan Ternate dalam kurun , yang bersifat kompleks dengan pendekatan ilmu sosial. Karya ini cukup bermanfaat untuk memahami dinamika politik ekonomi dan sosial di Karesidenan Ternate. Sylvera Sjiariel dalam Karya de Utrechtsche Zendings Vereeniging (UZV) di Halmahera , 31 karya ini penulis menguraikan peran penginjil dalam menerapkan metode Kristenisasi di Halmahera. Tinjuauan historis teologi terhadap metode Injil-UZV di Halmahera, dengan asumsi bahwa penduduk yang masih terbelakang dengan penganut agama suku terbesar di Halmahera perlahan akan menerima agama Kristen yang di bawahkan oleh penginjil dari Belanda. Dalam karya ini juga kita diajak untuk mengetahui berkembangnya Injil di Halmahera tidak terlepas dari peran metode sebagai alat untuk mencapai tujuan. Demikian juga yang terjadi di Halmahera, Injil tumbuh dan berkembang hingga 30 Syahril Muhammad, Kesultanan Ternate Sejarah Sosial Ekonomi & Politik. (Yogyakarta: Ombak 2004). 31 Sylvera Sjiariel, Karya de Utrechtsche Zendings Vereeniging (UZV) di Halmahera (Skripsi; Universitas Kristen Duta Wacana-Yogyakarta, 1995). 15
16 menjadi cikal bakal terbentuknya Lembaga Gereja Masehi Injil Halmahera (GMIH). Hal yang sebupa juga terdapat dalam karya di bawah ini: Fauziah Rasid, Masuknya Agama Protestan di Galela dan Tobelo Karya ini membahas tentang masyarakat Halmahera sebelum kedatangan agama Kristen, proses masuknya agama Kristen di Halmahera, dan penerapan metode kerja oleh pihak zending. Akan tetapi kelemahan dalam karya ini yaitu peneliti jarang mengunakan sumber primer. Bahkan dalam penulisan ini, peneliti juga melakunan metode wawancara di lapangan dan sangat diragukan kebenaran faktanya. Dalam karya Sylvera Sjiariel menjelaskan bahwa, berkembangnya Injil di Halmahera tidak terlepas dari peran metode sebagai alat untuk mencapai tujuan Kristenisasi. Dalam karya ini walaupun punya kesamaan secara spasial dan temporal, akan tetapi kedua penulis hanya menguraikan tinjauan historis teologi terhadap metode pekabaran Injil dengan kata lain penulis hanya memfokuskan pada tinjauan teologi semata, hal yang sama juga terdapat dalam karya Fauziah Rasid. Selain itu kedua penulis juga tidak terlalu akurat dan detail dalam menyajikan proses Kristenisasi yang dilakukan oleh para penginjil di Halmahera bagian utara. Penelitian ini bertolak atau berdasarkan pada kedua skripsi Sylvera Sjiariel dan Fauziah Rasid. Walaupun penulisan ini memiliki kemiripan dalam metode yang dimaksud, akan tetapi metode dalam kedua skripsi tersebut bukan seperti apa 32 Fauziah Rasid, Masuknya Agama Protestan di Galela dan Tobelo (Skripsi: Universitas Khairun-Ternate, 2007). 16
17 yang di uraikan dalam tesis ini. Selain itu kedua karya tersbut masih memiliki kekurangan dalam menggunakan sumber-sumber primer. Sehingga dalam penelitian tesis ini, saya perluaskan topik dalam kajian sejarah sosial dengan mengunakan pendekatan sejarah sosial, berupa dampak sosial budaya, ekonomi dan politik pada masyarakat Tobelo. Sudah tentu penelitian ini berbeda dari apa yang teliti oleh Sylvera Sjiariel dan Fauziah Rasid. Namun studi-stusi tersebut sangat memberikan informasi yang komprehensif tentang Kristenisasi di Tobelo Kerangka Teoretik Dalam melakukan sebuah penulisan agar lebih terarah maksud dan tujuan serta mencapai hasil yang maksimal, maka diperlukan menggunakan kerangka teoretik yang sesuai dengan tema dalam penulisan tersebut, betapa pentingnya kerangka teoretik dalam melakukan penulisan sehingga dapat mewujudkan suatu karya yang ilmiah. Misi Kristen di Indonesia dalam catatan sejarah seiring dengan masuknya imperialis bangsa asing seperti Portugis, Inggris, Spanyol dan Belanda di Indonesia. Misi Kristen hadir bergandengan tangan dengan kekuatan imperial asing yang ingin menaklukan wilayah Nusantara melalui penaklukan sumbersumber ekonomi, penaklukan budaya dan agama yang sudah ada di wilayah Nusantara pada masa itu, baik menaklukan agama Islam maupun agama lokal. Agama memiliki peran yang cukup signifikan dalam kehidupan manusia, dalam sejarah agama kerap menjadi alat atau instrument untuk melegitimasi suatu kebijakan negara, pemuka agama, juga dijadikan simbol dari suatu ideologi Negara, pada arah ini melahirkan ekspresi agama yang terselubung dibalik tujuan 17
18 politik penguasa. Agama Kristen sebagaimana yang terungkap dalam kitab suci, kecenderungan pemimpin agama yang telah banyak memunculkan tragedi kemanusian yang dibawa atas nama panji perang suci, jaringan perdagangan pada masa lampau memunculkan ambivalensi perdagangan sekaligus politik yang didalamnya terselubung misi untuk menyiarkan agama. 33 Misiologi kristiani mencatat bahwa kristenisasi bagaimanapun juga berjalan secara simbiose mutualistis dengan kalangan penguasa dan pengusaha, 34 peran agama bagi kalangan misionaris yang bekerja di tanah kolonial dengan menyediakan pendidikan untuk sumber daya manusia (keterampilan dan keahlian), birokrasi pemerintahan dan perdagangan moderen. Pelayanan kesehatan untuk menjamin masyarakat Eropa di Hindia-Belanda steril dari penyakit menular, khususnya kuli perkebunan yaitu: TBC, kusta, kolera, malaria dan lainnya. Pemerintah Hindia-Belanda dan yayasan zending pun kemudian tidak dapat mengabaikan begitu saja kewajiban moralnya untuk terlibat dalam penyebaran Injil. Penelitian ini sendiri hanya melihat unsur Kristenisasi dari satu sudut pandang yang berbeda dalam sebuah kasus yang spesial. Kristenisasi tidak dianggap sebagai upaya yang berkaitan dengan bidang kerohanian, akan tetapi ada pergeseran kepercayaan lokal (animism-dinamisme), budaya serta pengenalan dunia pendidikan, kesehatan maupun dalam bidang tatanan sosial pada 33 Hilman Hadikusuma, Antropologi Agama. (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1993), hlm Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda. (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm
19 masyarakat. dengan demikian penelitian ini akan mencoba menelusuri proses Kristensiasi pada orang Tobelo dari sudut pandang sejarah sosial. Untuk mengawali penelitian ini, pastinya menggunakan konsep-konsep sosial yang berkaitan dengan agama, budaya masyarakat, struktur sosial, struktur pemerintahan, ideologi serta konsep lain yang berkaitan dengan tema Kristenisasi. Dalam hal ini tentunya melihat sumber ideologi, kemudian siapa pembawa agama, selanjutnya dikaitkan dengan situasi politik dan pemegang kekuasaan di Karesidenan Ternate (Tobelo), serta melihat sistem kekuasaan yang berlaku, baik Pemerintah Belanda maupun kepemimpinan tradisional. Tentunya dalam penelitian ini memerlukan pendekatan teori yang merupakan alat penting dalam kegiatan ilmiah. Teori bukan saja diperlukan generalisasi-generalisasi yang dapat diambil berdasarkan fakta-fakta hasil pengamatan, tetapi juga dapat memberikan kerangka orientasi untuk mengklasifikasikan dan menganalisis fakta-fakta yang dikumpulkan dalam penelitian. Kecuali itu, teori mampu memberi ramalan terhadap gejala-gejala baru yang akan terjadi dalam mengisi lowongan-lowongan dalam pengetahuan tentang gejala-gejala yang telah ada dan akan terjadi. 35 Dalam melukiskan kondisi sosial, ekonomi dan politik di Kesultanan Ternate tidak hanya pengambaran secara kronologis saja, akan tetapi diperlukan suatu peristiwa sejarah yang bersifat kompleks dapat diperoleh dengan 35 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. (Jakarta; Gramedia, 1992), hlm
20 menggunakan suatu pendekatan ilmu sosial. 36 Dari sudut pendekatan ilmu sosial, agama dipersepsikan bahwa agama menjadi unsur penting yang turut mempercepat terjadinya perubahan sosial. 37 Menurut Karl Marx pada masyarakat feodal, pemilik tanah adalah kelas dominasi dan memiliki gagasan yang mencerminkan kepentingan-kepentingan para penguasa. Sebagai contoh masyarakat feodal selalu mengasosiasiakan budak dan tanah atau rakyat dan penguasa, juga melegitimasi tatanan sosial dan menjadikan agama yang di anut oleh para penguasa sebagai agama feodal. 38 Kesultanan Ternate terdiri dari kelas penguasa pada tingkat atas yaitu raja/ sultan beserta keluarganya dan para birokrat sampai tingkat daerah. Puncak hirarki ditempati oleh sultan yang memiliki otoritas tradisional yang telah diterimanya sebagai hak turun-temurun. Pihak penguasa memberikan pelayanan dan pengayoman, sedangkan rakyat memberikan pelayanan penghormatan dan kesetiaan. Pribadi raja adalah sebagai pemilik kekuasaan di seluruh kesultanan, tercermin dalam struktur administrasi sesuai dengan sistem politik patrimonial. 39 Hal ini terjadi, karena kekuasaan tradisional telah lama berlangsung dan diakui oleh masyarakat Maluku (Utara). Membangun hubungan kekuasaan di bidang 36 Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia: Suatu Alternatif. (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm Nanang Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm Pip Jones, Pengantar Teori-Teori Sosial; Dari Teori Fungsionalisme Hingga Post-modernisme. (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2003), hlm Syahril Muhammad, Kesultanan Ternate; Sejarah Sosial-Ekonomi dan Politik. (Yogyakarta: Ombak. 2004), hlm
21 sosial, ekonomi dan politik. 40 Bila dilihat secara politis dan ekonomis penguasa/ sultan mempunyai peran dan kedudukan yang penting dalam masyarakat. Kesultanan Ternate dari segi ekonomi, sangat mengandalkan commercial power dan sangat bergantung pada fluktualisasi arus perdagangan internasional di Asia Tenggara, untuk itu sangat dibutuhkan kekuatan angkatan laut yang ekspansif. Kesultanan Ternate adalah Rezim yang sangat mengandalkan pada warganya yang tersebar dibanyak pulau dan sangat dibutuhkan partisipasinya untuk ekspedisi militer, perjalanan mencari sagu, pengerahan kora-kora dan mendorong relokasi penduduk Metode Penelitian Prinsip kesesuaian penelitian atau keselarasan dalam penerapan metode dalam penelitian ini yang tepat adalah penggunaan metode sejarah. Hal ini karena metode sejarah ketika diterapkan dalam penelitian, memiliki seperangkat langkah kerja, sejak dari persiapan sampai selesai penyusunan hasil akhir dalam bentuk laporan penelitian. Metode sejarah yang terbagi menjadi 4 tahapan. Sebagai berikut: 1) heuristik yaitu suatu pencarian dan pengumpulan data; 2) kritik yang berupa pengujian keaslian data; 3) interpretasi yaitu suatu penggambaran dan pemahaman pada permasalahan yang dibahas; dan kemudian ditutup oleh tahap terakhir (4) historiografi yang berarti proses penulisan sejarah. 40 R.Z. Leirissa, Halmahera Timur dan Raja Jailolo: Pergolokan di Laut Seram Abad ke-19. (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm Joko Suryo, Agama dan Perubahan Sosial Study Tentang Hubungan Agama Islam, Masyarakat Dan struktur Sosial-Politik Indonesia. (Yogyakarta; Gadjah Mada University Press, 2001), hlm
22 Data-data yang digunakan berasal dari sumber primer maupun sekunder. Sumber primer adalah sunber-sumber yang berasal dari berbagai laporan resmi pemerintah dalam bentuk arsip, sedangkan sumber sekunder adalah sumbersumber yang berasal dari pencatatan informal dari berbagai laporan perjalanan jurnal, ataupun buku-buku yang memiliki keterkaitan dengan penulisan yang dimaksud. Kedua bentuk data tersebut dianggap sesuai untuk mencapai sasaran penulisan. Akan tetapi, penggunaan data sekunder dalam tulisan ini memiliki peranan yang lebih menonjol dibandingkan data-data primer. Berbagai karya baik dalam bentuk laporan pemerintah yang diterbitkan, jurnal, artikel, dan buku merupakan salah satu sumber informasi penting. Sehingga dalam penulisan ini ada beberapa karya yang turut dijadikan acuan adalah karya milik W. Ph. Coolhaas, Mededelingen betreffende de Onderafdeeling Batjan; F.S.A. de Clercq, Bijdragen tot de kennis der Residentie Ternate; J. M. Baretta, Halmahera en Morotai; Selain itu digunakan juga buku-buku atau hasil penelitian yang tidak sezaman seperti karya Christiaan Frans van Fraasen, Ternate, de Molukken en deindonesische Archipel, van Soa Organisatie en Vierdeling: Een Studie van Traditionele Samenleving en Cultuur in Indonesie; F. Valentijn, Beschryving der Moluccos; dan Leonard Y. Andaya, The World of Maluku. Akan tetapi penggunaan sumber sekunder tersebut tidak berarti bahwa penggunaan sumber primer juga sangat penting. Beberapa laporan pemerintah berupa Memorie van Overgave (Laporan Serah Terima Jabatan), Algemeene Verslag, dan laporan pemerintah yang diterbitkan, Koloniaal Verslag, sangat 22
23 membantu menyediakan sumber-sumber yang bermanfaat bagi penulisan ini, surat-surat dinas atau laporan kerja kepala distrik atau kontrolir di beberapa wilayah seperti Tobelo, kao, Galela, Morotai, Jailolo, Labuha, dan Ternate, serta Statsblad (Lembar Negara) yang sesuai dengan kebutuhan penulisan. Sumber sejarah lainnya yang banyak digunakan ialah laporan pemerintah kolonial, Koloniaal Verslaag (KV). Meskipun penyajian informasi dan narasi lebih disesuaikan dengan kepentingan pemerintah, tetapi gambaran umum yang ada di dalamnya sangat membantu penyusunan tulisan ini. KV sendiri lebih menyerupai sebuah cerita bersambung dari suatu kondisi di wilayah kolonial Hindia Belanda. Selain itu intensitas suatu tema atau laporan yang muncul dalam beberapa terbitan memudahkan untuk mencari kecenderungan dari pola-pola umum yang terjadi di suatu wilayah. Pengumpulan data-data tersebut dilakukan pada berbagai tempat penyimpanan seperti Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Perpustakaan Nasional, Perpustakaan KITLV yang bertempat di Jakarta. Selain itu beberapa tempat penyimpanan koleksi referensi yang dianggap sesuai dengan sasaran penulisan seperti di perpustakaan-perpustakaan yang berada di lingkungan Universitas Gajah Mada, Perpustakaan UKDW Yogyakarta, Perpustakaan Daerah Maluku Utara, serta Lembaga Sejarah-Budaya (MATAHATI) Ternate yang mengoleksi berbagai arsip sejarah dan budaya Maluku Utara Sistematika Penulisan Penulisan ini akan dibagi menjadi 6 (enam) bab dan akan diuraikan sebagai berikut: 23
24 Bab I Pendahuluan. Bab ini dibagi menjadi beberapa sub-bab yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoretik, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II menguraikan hubungan Karesidenan Ternate dan masyarakat Tobelo pada akhir abad XIX dan awal abad XX. Dibahas kondisi geografis, penduduk dan struktur demografi serta pemerintahan tradisional dan stratifikasi sosial masyarakat Tobelo. Bab III menguraikan perjumpaan masyarakat Tobelo dengan agama Kristen. Bab ini dibagi menjadi beberapa sub-bab yaitu: proses awal penetrasi agama Kristen, kedatangan dan pembawa (agent) agama Kristen Protestan, dan hubungan antara Pemerintah Kolonial-Belanda, zending dan gereja pribumi. Bab IV menguraikan strategi dan pola kerja Utrechtsche Zendings Vereeniging di Tobelo, meliputi sub-bab tentang bidang metode pendekatan secara individu, bidang pendidikan dan bidang kesehatan. Bab V menguraikan perubahan sosial di Tobelo sebagai respon masyarakat dan dampak penyebaran agama Kristen. Bab ini meliputi sub-bab pemusatan pemukiman, nilai sosial budaya, dan meningkatnya jumlah penganut agama Kristen. Bab VI kesimpulan merupakan penutup dari rangkaian tulisan ini. Dalam bab ini akan dituangkan jawaban-jawaban atas permasalahan tesis ini. 24
BAB VI KESIMPULAN. Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus
BAB VI KESIMPULAN Berbagai penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan wacana agama Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus tema etika, dan moralitas agama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai
Lebih terperinciAgama Sebagai Perubahan Sosial: Kristenisasi di Tobelo
Agama Sebagai Perubahan Sosial: Kristenisasi di Tobelo 1866-1942 Irfan Ahmad Staf Pengajar Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Khairun, Ternate Abstrak Artikel ini akan membahas perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meliza Faomasi Laoli, 2013 Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir abad ke-17, timbul suatu gerakan kebangunan rohani. Di negeri Jerman dan Belanda, gerakan ini disebut aliran Pietisme. Pietisme merupakan reaksi terhadap
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu, maka pada bagian ini peneliti akan menarik beberapa kesimpulan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara multibahasa. Ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan, ada bahasa Melayu lokal yang dituturkan di
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. yang terjadi di kawasan pelabuhan Muara Angke pada pertengahan tahun 1990an,
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pendaratan ikan berlangsung selama 24 jam dan tidak ada waktu khusus kapal mendarat. Kegiatan pendaratan ikan pada pagi hari, kebanyakan orang adalah nelayan, buruh nelayan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya Pengetahuan Arsitektur Masa Lampau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pentingnya Pengetahuan Arsitektur Masa Lampau Rumah bangsawan Ternate merupakan bagian dari bangunan masa lampau yang menjadi salah satu simbol warisan budaya
Lebih terperincidari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang
PERIODISASI SEJARAH Apakah yang disebut dengan periodisasi? Pertanyaan tersebut kita kembalikan pada penjelasan sebelumnya bahwa sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu
Lebih terperinciKerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)
Kerajaan Ternate dan Tidore Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) 1 Letak Kerajaan Sejarah Berdirinya Keadaan Kerajaan Kerajaan Ternate dan Tidore
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciPada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke
Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, yaitu samudra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan peranan penting dan strategis. Bukan hanya dalam peningkatan spiritual umat, melainkan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan Orang Kristen memiliki tugas dan panggilan pelayanan dalam hidupnya di dunia. Tugas dan panggilan pelayanannya yaitu untuk memberitakan Firman Allah kepada dunia ini.
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN. dan berkuasa dalam aspek pendidikan dan politik, bahkan dipandang lebih superior
BAB VII KESIMPULAN Studi ini berangkat dari dua gejala kontradiktif dari kehidupan orang Makeang. Orang Makeang di masa lalu adalah kaum subordinat dan dipandang kampungan, sedangkan orang Makeang masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa
Lebih terperincilambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia, agama Kristen dapat dikatakan sebagai agama yang paling luas tersebar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ada banyak agama di dunia ini, dari semua agama yang dianut oleh manusia, agama Kristen dapat dikatakan sebagai agama yang paling luas tersebar di muka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1 Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kota ini terletak sekitar 40 km arah Timur dari ibukota Kabupaten Simalungun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nusantara (Kepulauan Antara) yang terletak di antara Benua Asia Tenggara dan Australia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Republik Indonesia ialah sebuah Negara Kepulauan yang juga disebut sebagai Nusantara (Kepulauan Antara) yang terletak di antara Benua Asia Tenggara dan Australia
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan
201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Di dalam sejarah Islam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Di dalam sejarah Islam kerajaan Mataram
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA
BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA A. Kondisi Geografi Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota besar seperti Semarang maupun Yogyakarta. Letaknya yang strategis dan berpotensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda antara tahun 1830 hingga akhir abad ke-19 dinamakan Culturstelsel (Tanam Paksa).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbentuk pulalah masyarakat muslim. Dengan terbentuknya masyarakat muslim
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia. Pada tahap awal pendidikan Islam itu ditandai dengan adanya hubungan yang erat antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam suatu negara selalu menjadi salah satu faktor utama kemenangan atau kekalahan suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung Shimabara, Kyushu. Sebagian besar pelaku dari gerakan ini adalah para petani dan ronin (samurai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya industri-industri besar maupun kecil di Indonesia. Pembangunan sektor-sektor industri ini muncul sebagai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil
BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun 1607-1636, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi historis maupun dari segi paedagogis
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN
BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN 8.1. Kesimpulan 1. Selama abad ke-15 hingga ke-19 terdapat dua konsep pusat yang melandasi politik teritorial di Pulau Jawa. Kedua konsep tersebut terkait dengan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abdulah, T. (2006). Budaya Sunda Kini, Dulu dan Masa Depan. Bandung: Kencana Utama.
DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku : Abdulah, T. (2006). Budaya Sunda Kini, Dulu dan Masa Depan. Bandung: Kencana Utama. Ali, M. (2009). Misionarisme di Banten. Banten: Bantenologi. Aritonang, J. S. (1995). Berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN UU 1/2003, PEMBENTUKAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, KABUPATEN KEPULAUAN SULA, KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, DAN KOTA TIDORE KEPULAUAN DI PROVINSI MALUKU
Lebih terperinciBAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT
BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT A. Pengaruh Kebudayaan Islam Koentjaraningrat (1997) menguraikan, bahwa pengaruh kebudayaan Islam pada awalnya masuk melalui negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, proses globalisasi sedang terjadi di Indonesia. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, proses globalisasi sedang terjadi di Indonesia. Hal ini berpengaruh terhadap dinamika perkembangan budaya. Bangsa Indonesia diguncang berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi
16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah menjadi salah satu kegiatan perekonomian penduduk yang sangat penting. Perikanan dan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk melunasi hutang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu komunitas atau kelompok, dapat disebutkan sejarah sosial. Adapun manifestasi kehidupan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan negara-negara lain di dunia, tak terkecuali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya yang menghubungkan dan mengikat anggota masyarakat satu dengan yang lain. Tradisitradisi
Lebih terperinciBAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis
Lebih terperinciMam MAKALAH ISLAM. Melacak Jejak-jejak Islam di Tanah Papua
Mam MAKALAH ISLAM Melacak Jejak-jejak Islam di Tanah Papua 30, Januari 2014 Makalah Islam Melacak Jejak-jejak Islam di Tanah Papua Sigit Kamseno (Redaktur bimasislam.kemenag.go.id dan kontributor di beberapa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, KABUPATEN KEPULAUAN SULA, KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, DAN KOTA TIDORE KEPULAUAN DI PROVINSI MALUKU UTARA DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh yang besar bagi perubahan desa atau kota. Perubahan yang dimaksud
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ilmu sejarah merupakan ilmu yang meliputi seluruh aktifitas manusia, dengan memperhatikan proses dan struktur yang tunggal dalam ruang dan waktu. Demikian halnya dengan
Lebih terperinciBahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional
Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Oleh : Andy Wijaya NIM :125110200111066 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YA NG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, KABUPATEN KEPULAUAN SULA, KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, DAN KOTA TIDORE KEPULAUAN
Lebih terperinciNama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1
Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan agama Kristen masuk ke Indonesia memang panjang. Ada beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia. Agama Kristen memang bukan agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara dan Gereja dalam hal subjeknya mempunyai kesamaan yakni warganegara (Sulasmono, 2010:17). Hal ini sejalan dengan pendapat Darmaputera (1994:16) yang menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas
Lebih terperinciRESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2)
RESUME BUKU Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) Penulis : Sartono Kartodirdjo Judul : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu
BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Tesis ini menjelaskan tentang perubahan identitas kultur yang terkandung dalam Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu Negeri
Lebih terperinciBAB II KEHADIRAN SERIKAT YESUIT DI NUSANTARA. perdagangan ke pusat rempah-rempah di Asia. Perdagangan Portugis ke Asia
BAB II KEHADIRAN SERIKAT YESUIT DI NUSANTARA A. Awal Misi di Maluku Misi Katolik di Nusantara dimulai ketika bangsa Portugis melaksanakan perdagangan ke pusat rempah-rempah di Asia. Perdagangan Portugis
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masehi Injili di Timor). Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) pada waktu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) merupakan gereja yang dibentuk berdasarkan Keputusan Sidang Sinode Am ketiga Gereja Protestan di Indonesia (GPI) tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Konversi agama merupakan suatu fenomena agama yang tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konversi agama merupakan suatu fenomena agama yang tidak baru lagi. Proses perpindahan/masuk agama ini sudah terjadi sejak dulu, bahkan sejak para nabi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses industrialisasi dan pengembangan industri merupakan salah satu jalur kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli
BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Gereja merupakan fasilitas pendukung kebutuhan manusia dalam mendekatkan diri dan beribadah kepada Tuhan. Gereja menjadi komunitas, wadah, dan sarana yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. salah satu faktor penyebab keinginan manusia untuk hidup. membentuk sebuah komunitas yaitu masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup secara berkelompok dan saling bergantung satu sama lain. Secara naluriah manusia cenderung bersifat dinamis dan mampu berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya, lingkungan, alam, dan wilayah geografis. Keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan
BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN
22 III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian A.1 Metode yang digunakan Sebelum membuat suatu penulisan penelitian hendaknya sebagai peneliti menentukan metode penelitian apakah yang akan dipakai
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.4. Bentuk publikasi secara tertulis tentang peristiwa pada masa lampau
1. Berikut ini merupakan pengertian historiografi adalah... SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.4 Hasil tulisan ilmiah pada masa lalu Peninggalan sejarah dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Pendudukan Jepang di Indonesia. Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah
BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendudukan Jepang di Indonesia Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah meletuskan suatu perang di Pasifik. Pada tanggal 8 Desember 1941
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Rote adalah sebuah pulau yang dahulu dikenal dengan sebutan Lolo Neo Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau Lino Do Nes yang berarti pulau
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
32 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi yang
Lebih terperinciKOLONIALISME DAN IMPERIALISME
KOLONIALISME DAN IMPERIALISME Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan
Lebih terperinciArsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri. Titik Pudjisatuti 1
Arsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri Titik Pudjisatuti 1 1. Pengantar Banten sebagai salah satu kesultanan Islam terbesar di Nusantara pada abad ke-16--17 telah menarik perhatian banyak
Lebih terperinci