GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN PENDEKATAN POLA PANGAN HARAPAN PADA KELUARGA PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN PENDEKATAN POLA PANGAN HARAPAN PADA KELUARGA PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI"

Transkripsi

1 GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN PENDEKATAN POLA PANGAN HARAPAN PADA KELUARGA PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI (DESCRIPTION OF FOOD CONSUMPTION PATTERNS WITH DESIRABLE DIETARY PATTERN APPROACH IN SMOKER FAMILIES IN BERASTAGI DISTRICT) Afriani Christina KS 1, Etti Sudaryati 2, Evawany Y Aritonang 3 1 Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU 2,3 Staf Pengajar Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU ABSTRACT Smoking habits in the family can affect the quantity and quality of food consumed by the family. Dangers of cigarette smoke can reduce appetite, food expenditure, nutritional status families, and cause disease. This study is a descriptive survey with the aim to reveal the pattern of food consumption with Desirable Dietary Pattern (DDP) approach in smoking households in the District of Berastagi. The population in this study is the entire family that has one or more family members who smoke and have toddlers or pregnant women in the District of Berastagi that is 2410 families. The sample is a portion of the population which selected by using the cluster method, that is 100 families. Primary data collection use Food List and Food Frequency form. The results show that mostly smokers families do not consume appropriate food in accordance with the food classification in Desirable Dietary Pattern (DDP). Low energy consumption of smokers families can see from 100 families only 34,0% consume adequate energy ( AKERK), whereas for 66,0% is inadequate (<AKERK). And for protein, it s only 78,0% consume adequate protein ( AKRPK), whereas for 28,0% is inadequate (<AKRPK). Food frequency of family smokers dominated by grain food groups while others rarely consumed. Average DDP scores of smokers families for the District Berastagi is low, that is 61,15. Only 3,0% of 100 families is categorized high named golden triangle ( 87). Based on this research, it is expected to have good cooperation in cross sectors to provide nutrition counseling, health, and the dangers of smoking for people to increase consumption of nutritious and balanced food. The public to use their own bare land for family food supplies. Keywords: food consumption patterns, DDP score, smoker families PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang pangan, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan negara sampai kepada perseorangan dengan tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau untuk dapat hidup aktif, sehat, dan produktif tanpa adanya pertentangan dengan keyakinan atau kepercayaan masyarakat. Secara umum pilar ketahanan pangan dalam suatu wilayah terdiri dari 3 (tiga) pilar utama, meliputi: 1) ketersediaan pangan, 2) distribusi pangan, dan 3) konsumsi pangan (Baliwati, 2004). Konsumsi pangan yang beragam, bergizi, dan berimbang merupakan standar untuk dapat memenuhi kecukupan gizi suatu bangsa. Penganekaragaman pangan berarti mengonsumsi aneka ragam pangan dari berbagai jenis pangan, baik pangan pokok, lauk-pauk, sayuran, maupun buah-buahan. Penganekaragaman pangan bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi pangan dan mengurangi ketergantungan konsumsi pangan yang dominan pada salah satu jenis pangan saja (Hardinsyah, 1996 dalam Baliwati, 2004). Konsumsi zat gizi sangat dipengaruhi oleh pola konsumsi pangan atau dapat disebut dengan kebiasaan makan. Pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang, kelompok, atau masyarakat dalam jangka waktu tertentu. Pola konsumsi pangan masyarakat dapat menunjukkan tingkat 1

2 keberagaman pangan yang dikonsumsi masyarakat tersebut (Suhardjo, 1986). Menurut BKP (2013), penilaian pola konsumsi pangan terdiri dari dua aspek penilaian. Yang pertama, aspek kuantitas konsumsi yang dinilai dari angka kecukupan gizi dengan parameter tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan protein. Yang kedua, aspek kualitas konsumsi yang lebih ditekankan pada penganekaragaman pangan. Keanekaragaman pangan dinilai dengan menggunakan pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH). Semakin tinggi skor PPH menunjukkan konsumsi pangan semakin beragam dan berimbang. Ketahanan pangan tingkat rumah tangga atau keluarga saat ini masih menghadapi tantangan, hal ini dapat dilihat dari masalah konsumsi pangan yang kurang beragam dan ditambah pula dengan perilaku anggota keluarga yang buruk yang berdampak pada kuantitas dan kualitas konsumsi pangan dalam keluarga. Salah satu diantaranya ialah kebiasaan merokok yang pada umumnya dijumpai pada kepala keluarga. Merokok merupakan kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat yang akan berdampak pada status kesehatan keluarga perokok tersebut. Karena bahaya yang ditimbulkan oleh asap rokok bukan pada si perokok saja namun juga pada anggota keluarganya yang terpapar asap rokok tersebut, khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rawan seperti balita. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2008, proporsi perokok di Kabupaten Karo sebesar 40,2% dan merupakan kabupaten di Sumatera Utara dengan prevalensi perokok yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok di Tanah Karo masih cukup tinggi. Perilaku merokok masyarakat Karo tidak terlepas dari kebudayaan dan adat istiadat Suku Karo yang menjadikan rokok sebagai syarat mutlak dalam setiap acara kebudayaannya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab tingginya kebiasaan merokok Suku Karo. Tingginya kebiasaan merokok dapat menggeser pengeluaran pangan, sehingga pada keluarga yang memiliki anggota kelompok rawan seperti balita, ibu hamil, anak usia sekolah dapat mengalami risiko kekurangan pangan (Balitbangkes Kemenkes RI, 2008). Sudaryati (2013), melakukan penelitian untuk melihat ketahanan keluarga sehat pada rumah tangga perokok di Kecamatan Berastagi. Salah satunya yaitu faktor pangan yang dilihat dari ketersediaan pangan, tingkat konsumsi energi, dan tingkat konsumsi protein. Berdasarkan ketahanan keluarga sehat dari 120 rumah tangga perokok yang diteliti terdapat 75 (62,5%) rumah tangga yang baik dan 45 (37,55%) rumah tangga yang kurang baik. Sedangkan faktor pangan yang diteliti menunjukkan bahwa keluarga perokok yang mempunyai faktor pangan yang baik hanya ada pada 49 keluarga (40,8%), dan 71 keluarga (59,2%) berada dalam kategori faktor pangan kurang. Ketersediaan pangan pada keluarga perokok yang diteliti menunjukkan bahwa tidak dijumpai keluarga dengan kategori rawan kelaparan tingkat sedang dan berat, tetapi hanya dijumpai keluarga yang rawan kelaparan tingkat ringan sebanyak 41 (34,2%) keluarga dan 79 (65,8%) mempunyai ketersediaan pangan yang terjamin. Sedangkan untuk tingkat konsumsi energi dan protein keluarga sebagian besar defisit yaitu kurang dari 75% dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Keluarga yang defisit konsumsi energi dijumpai pada 42 (35%) keluarga, sedangkan keluarga yang defisit konsumsi protein dijumpai pada 48 (40%) keluarga. Konsumsi yang kurang dalam keluarga ini disebabkan oleh ketersediaan pangan yang kurang dan daya beli yang rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2002), menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan masyarakat Kabupaten Karo belum berimbang yang kemudian menyebabkan skor mutu dan keanekaragaman pangan yang masih rendah yang ditunjukkan oleh skor PPH 63,21 masih jauh dari skor PPH ideal yakni 100. Kecamatan Berastagi merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Karo dan termasuk salah satu kecamatan dengan jumlah penduduk paling banyak. Sebagian besar penduduknya merupakan Suku Karo dan perilaku merokok sudah menjadi kebiasaan penduduk setempat. 2

3 Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana pola konsumsi pangan keluarga berdasarkan pola pangan harapan pada keluarga perokok di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi pangan (jenis pangan, jumlah pangan, dan frekuensi makan) dan skor mutu Pola Pangan Harapan (PPH). Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat memberi informasi yang berhubungan dengan pola konsumsi pangan di Kecamatan Berastagi bagi pemerintah atau instansi terkait; menjadi bahan pertimbangan bagi program pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tanah Karo, khususnya Kecamatan Berastagi dalam hal ketahanan pangan; sebagai bahan evaluasi terhadap program pangan dan gizi yang telah dilakukan oleh pemerintah setempat; dan sebagai bahan rujukan bagi peneliti-peneliti yang relevan. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang ada di Kecamatan Berastagi yang mempunyai satu atau lebih anggota keluarga yang merokok baik perempuan maupun laki-laki yakni sebanyak 2410 rumah tangga. Sedangkan sampel adalah sebagian rumah tangga yang ada di Kecamatan Berastagi yang mempunyai satu atau lebih anggota keluarga yang merokok baik perempuan maupun laki-laki yakni sebanyak 100 rumah tangga. Penentuan sampel menggunakan metode cluster. Data primer diperoleh dari responden secara langsung melalui wawancara menggunakan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumendokumen rumah sakit dan berbagai hasil penelitian. Analisa data dilakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi. HASIL DAN PEMBAHASAN Kecamatan Berastagi merupakan salah satu dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karo dengan luas wilayah 3050 Ha dan berada pada ketinggian ± meter di atas permukaan laut dengan temperatur antara 19 0 C s/d 26 0 C. Kecamatan Berastagi mempunyai jumlah penduduk sebanyak jiwa, dimana laki-laki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa. Tabel 1. Karateristik Kepala Keluarga dan Responden Pada Keluarga Perokok di Kecamatan Berastagi Karateristik KK Responden n f n f Umur 20 tahun 0 0,0 3 3, tahun 60 60, ,0 > 35 tahun 40 40, , ,0 Suku Karo 51 51, ,0 Batak Toba 20 20, ,0 Jawa 24 24, ,0 Pakpak 0 0,0 1 1,0 Mandailing 2 2,0 0 0,0 Simalungun 3 3,0 4 4,0 Lainnya 0 0,0 1 1, ,0 Agama Protestan 47 47, ,0 Katolik 10 10, ,0 Islam 43 43, ,0 Hindu 0 0,0 0 0,0 Budha 0 0,0 0 0, ,0 Pendidikan Terakhir Tidak Sekolah 1 1,0 2 2,0 Tamat SD 7 7,0 7 7,0 Tamat SMP 29 29, ,0 Tamat SMA 52 52, ,0 Tamat PT 11 11, , ,0 Pekerjaan Utama PNS 3 3,0 2 2,0 Pegawai/karyawan swasta 8 8,0 6 6,0 Wiraswasta 48 48, ,0 Petani 23 23, ,0 Buruh 13 13,0 6 6,0 Karyawan BUMN 1 1,0 0 0,0 IRT 0 0, ,0 Lainnya 4 4,0 0 0,0 Total

4 Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah KK terbesar berada pada golongan umur tahun yaitu sebanyak 60 orang (60,0%). Sebanyak 51 kepala keluarga (51,0%) merupakan suku Karo dan jumlah KK terbesar menganut agama Kristen Protestan yakni sebanyak 47 kepala keluarga (47,0%). Pendidikan terakhir sebagian besar kepala keluarga yakni sebanyak 52,0% adalah tamat SMA. Sementara itu pekerjaan utama kepala keluarga yang ada di daerah penelitian sebagian besar merupakan wiraswasta yakni sebanyak 48 kepala keluarga atau sebesar 48,0%. Responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga pada keluarga perokok. Jumlah responden terbesar seperti yang terlihat pada tabel 1 di atas berada pada golongan umur tahun yakni sebanyak 65 orang (65,0%). Sebagian besar responden merupakan suku Karo yakni sebanyak 44 orang (44,0%), sedangkan jumlah responden yang terkecil ialah suku Pakpak yakni sebanyak 1 orang (1,0%). Mayoritas agama yang dianut responden sama dengan kepala keluarga yaitu agama Kristen Protestan yaitu sebesar 47 (47,0%) dan yang terkecil adalah agama Katolik yakni sebesar 10 (10,0%). Begitu pula halnya dengan pendidikan terakhir yang cenderung sama antara responden dengan kepala keluarga yakni tamat SMA yaitu sebanyak 47 responden atau sebesar 47,0 %. Sebagian besar responden merupakan wiraswasta yaitu sebesar 44,0%. Tabel di bawah ini merupakan distribusi karateristik keluarga perokok di Kecamatan Berastagi. Berdasarkan tabel 2 di bawah dapat dilihat bahwa sebanyak 58 keluarga perokok (58,0%) memiliki jumlah anggota keluarga <4 orang. Dari 100 keluarga, ada sebanyak 82 keluarga (82,0%) hanya memiliki balita saja, 3 keluarga (3,0%) hanya memiliki ibu hamil saja, dan 15 keluarga (15,0%) memiliki balita dan ibu hamil. Pendapatan keluarga perokok sebagian besar berada pada kelompok di atas UMR Kabupaten Karo, yakni sebanyak 81 keluarga (81,%). Pengeluaran pangan, non pangan, dan rokok sebagian besar keluarga berada pada kelompok Rp Rp per bulan. Masing-masing sebanyak 71 keluarga, 55 keluarga, dan 62 keluarga. Tabel 2. Karateristik Keluarga Perokok di Kecamatan Berastagi Karateristik n f Jumlah Anggota Keluarga Kecil (<4 orang) 58 58,0 Sedang (5-6 orang) 32 32,0 Besar (>7 orang) 10 10,0 Jumlah Balita dan Ibu Hamil Hanya ada Balita 82 82,0 Hanya ada Ibu Hamil 3 3,0 Ada Balita dan Ibu Hamil 15 15,0 Pendapatan Keluarga Di atas UMR 81 81,0 Di bawah UMR 19 19,0 Pengeluaran Pangan < Rp ,0 Rp Rp ,0 > Rp ,0 Pengeluaran Non Pangan < Rp ,0 Rp Rp ,0 > Rp ,0 Pengeluaran Rokok < Rp ,0 Rp Rp ,0 > Rp ,0 Jenis Pangan Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan menggunakan formulir food list method diketahui jenis pangan yang dikonsumsi oleh keluarga perokok dalam satu hari atau selama 24 jam yang dikelompokkan ke dalam kelompok pangan berdasarkan Pola Pangan Harapan. Jenis pangan yang 4

5 dikonsumsi tersebut dapat dilihat di dalam tabel di bawah ini. Tabel 3. Distribusi Keluarga Perokok Berdasarkan Jenis pangan yang Dikonsumsi Keluarga di Kecamatan Berastagi Kelompok Dikonsumsi Tidak Pangan n f n f Padi-padian ,0 0 0,0 Umbi-umbian 25 25, ,0 Pangan Hewani 95 95,0 5 5,0 Minyak dan Lemak ,0 0 0,0 Buah/Biji Berminyak 29 29, ,0 Kacang-kacangan 44 44, ,0 Gula 49 49, ,0 Sayur dan buah 99 99,0 1 1,0 Tabel 3. di atas menunjukkan bahwa kelompok pangan padi-padian serta minyak dan lemak yakni sebanyak 100 keluarga atau sebesar 100,0%. Sedangkan kelompok pangan yang paling sedikit dikonsumsi yaitu buah/biji berminyak yakni sebanyak 29 keluarga atau sebesar 29,0%. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai jenis pangan yang dikonsumsi oleh keluarga perokok di Kecamatan Berastagi yang diperoleh dengan menggunakan formulir food list method dan disajikan dalam tabel 3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga perokok hanya mengonsumsi makanan pokok yaitu beras (padi-padian), lauk (pangan hewani), dan sayuran, sementara buah tidak dikonsumsi setiap hari. Ini menunjukkan bahwa jenis pangan yang dikonsumsi keluarga belum beragam dan belum sesuai dengan jenis pangan yang sebaiknya dikonsumsi seperti yang telah diatur dalam Pola Pangan Harapan (PPH). Jika dilihat dari tingkat pendidikan terakhir reponden dan kepala keluarga yang disajikan dalam tabel 1 di atas, sebagian besar responden dan KK memiliki pendidikan terakhir SMA/SLTA sederajat. Meski demikian konsumsi pangan tidak beragam dan masih tingginya konsumsi energi yang berasal dari padi-padian dibandingkan dari kelompok pangan yang lain. Ini menunjukkan bahwa masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai gizi. Pola kebiasaan makan yang selalu mengutamakan padi-padian dalam hal ini beras, sedangkan pangan lain seperti umbiumbian, kacang-kacangan, serta sayur dan buah jarang dikonsumsi atau seadanya saja membuat konsumsi pangan masyarakat menjadi tidak beragam. Jumlah Pangan Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 100 keluarga perokok yang diwawancarai dengan menggunakan formulir food list method diketahui rata-rata jumlah konsumsi energi dan protein keluarga perokok di kecamatan Berastagi. Dari tabel 4 di bawah dapat dilihat bahwa konsumsi energi pada keluarga perokok dengan kategori cukup sebanyak 34 keluarga (34,0%) dan kategori tidak cukup sebanyak 66 keluarga (66,0%). Konsumsi protein keluarga perokok yang berada pada kategori cukup sebanyak 72 keluarga (72,0%) dan keluarga yang berada pada kategori tidak cukup sebanyak 28 keluarga (28,0%). Tabel 4. Distribusi Keluarga Perokok Berdasarkan Jumlah Pangan di Kecamatan Berastagi Jumlah Pangan n f Konsumsi Energi/Keluarga/Hari Cukup ( AKERK) 34 34,0 Tidak Cukup (< AKERK) 66 66,0 Konsumsi Protein/Keluarga/Hari Cukup ( AKPRK) 72 72,0 Tidak Cukup (< AKPRK) 28 28,0 Rendahnya konsumsi energi penduduk dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti dengan pendapatan keluarga yang rendah, seperti yang terlihat pada tabel 5 di bawah yang menunjukkan bahwa seluruh keluarga yang memiliki pendapatan di bawah UMR konsumsi energinya tidak cukup. Pengeluaran rokok yang tinggi juga dapat menyebabkan rendahnya konsumsi energi keluarga. Sebagian besar keluarga mengeluarkan uang sebesar Rp Rp hanya untuk rokok. Bahkan nilai itu sebanding dengan uang yang dikeluarkan keluarga untuk 5

6 pangan seperti pada tabel 2 di atas. Pengeluaran rokok yang tinggi inilah yang menyebabkan pengeluaran pangan semakin berkurang dan otomatis akan menurunkan konsumsi energi dan protein. Kosumsi energi yang rendah dapat juga disebabkan oleh tingkat pendidikan terakhir ibu. Ibu merupakan orang yang menyediakan makanan bagi seluruh keluarganya. Tinggi atau rendahnya pendidikan seorang ibu memengaruhi pengetahuan ibu akan gizi yang pada akhirnya akan memengaruhi kebiasaan ibu dalam menyusun menu makanan dalam keluarganya. Seperti pada tabel 5 di bawah dapat dilihat bahwa dari 36 ibu dengan tingkat pendidikan dasar ada sebanyak 25 keluarga (25,0%) konsumsi energinya tidak cukup. Pendidikan terakhir ibu juga memengaruhi tingkat konsumsi protein keluarga. Pada tabel 6 di bawah dapat dilihat bahwa dari 64 ibu dengan tingkat pendidikan lanjut, ada sebanyak 49 keluarga (49,0%) konsumsi proteinnya cukup. Ini menunjukkan bahwa konsumsi energi dan protein lebih tinggi pada keluarga perokok dengan tingkat pendidikan terakhir ibu berada pada tingkat lanjut. Menurut BPS (2001) dalam Arbaiyah (2013), besarnya keluarga atau rumah tangga menyatakan seluruh anggota yang menjadi tanggungan dalam keluarga tersebut yang dapat memberi indikasi beban rumah tangga. Semakin tinggi besaran keluarga berarti semakin banyak anggota keluarga yang selanjutnya akan meningkatkan berat beban rumah tangga tersebut dalam memenuhi kebutuhannya. Namun dalam penelitian ini, jumlah anggota keluarga tidak begitu berpengaruh terhadap konsumsi energi maupun protein seperti terlihat pada tabel 5 dan 6 di bawah. Rendahnya konsumsi energi dan protein akan menimbulkan dampak pada keluarga khususnya ibu hamil dan balita. Kebutuhan energi dan protein yang lebih tinggi pada ibu hamil bila tidak dipenuhi akan meningkatkan kemungkinan bayi yang akan dilahirkan memiliki berat lahir rendah. Begitu pula dengan balita, pertumbuhan akan terganggu dan meningkatkan kejadian gizi kurang dan gizi lebih yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas SDM bangsa ini. Di bawah ini merupakan tabel distribusi karateristik keluarga perokok berdasarkan konsumsi energi. Tabel 5. Distribusi Karateristik Keluarga Perokok Berdasarkan Tingkat Kecukupan Konsumsi Energi Keluarga di Kecamatan Berastagi Karateristik Kecukupan energi Cukup Tidak Cukup Total n f n f n f Pendapatan Keluarga Di atas UMR 34 34, , ,0 Di bawah UMR 0 0, , ,0 Total 34 34, , ,0 Pendidikan Terakhir Ibu Tingkat Dasar 11 11, , ,0 Tingkat Lanjut 23 23, , ,0 Total 34 34, , ,0 Jumlah Anggota Keluarga Kecil (< 4 orang) 17 17, , ,0 Besar (> 4 orang) 17 17, , ,0 Total 34 34, , ,0 Di bawah ini merupakan tabel distribusi karateristik keluarga perokok berdasarkan konsumsi protein. Tabel 6. Distribusi Karateristik Keluarga Perokok Berdasarkan Tingkat Kecukupan Konsumsi Protein Keluarga di Kecamatan Berastagi Kecukupan protein Karateristik Cukup Tidak Total Cukup n f n f n f Pendapatan Keluarga Di atas UMR 62 62, , ,0 Di bawah UMR 10 10,0 9 9, ,0 Total 72 72, , ,0 Pendidikan Terakhir Ibu Tingkat Dasar 23 23, , ,0 Tingkat Lanjut 49 49, , ,0 Total 72 72, , ,0 Jumlah Anggota Keluarga Kecil (< 4 orang) 40 40, , ,0 Besar (> 4 orang) 32 32, , ,0 Total 72 72, , ,0 6

7 Frekuensi Makan Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan formulir food frequency pada keluarga perokok diketahui bagaimana frekuensi pangan keluarga yang dikelompokkan ke dalam beberapa frekuensi yakni selalu (1-3 x/hari), sering (4-5 x/minggu), kadang-kadang (1-3 x/minggu dan 1-3 x/bulan), jarang, dan tidak pernah. Pangan yang dikonsumsi dikelompokkan ke dalam kelompok pangan Pola Pangan Harapan yaitu padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, serta sayur dan buah. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa untuk kelompok pangan padi-padian yang selalu dikonsumsi oleh keluarga perokok adalah beras yakni sebanyak 100 keluarga (100,0%). Sedangkan kelompok pangan padi-padian yang jarang dikonsumsi adalah beras ketan yakni sebanyak 91 keluarga (91,0%). Kelompok pangan umbi-umbian jarang dikonsumsi oleh keluarga perokok. Yang paling jarang ialah tepung tapioka sebanyak 86 keluarga atau sebesar 86,0%. Kelompok pangan pangan hewani yang paling sering dikonsumsi ialah susu bubuk yakni sebanyak 13 keluarga atau sebesar 13,0%. Sementara pangan yang tidak pernah dikonsumsi yaitu babi sebanyak 43 keluarga atau sebesar 43,0%. Sebagian besar keluarga perokok mengonsumsi kelompok pangan kacangkacangan dalam frekuensi kadang-kadang. Hanya 5 keluarga perokok (5,0%) yang sering mengonsumsi roti kacang ijo. Seluruh keluarga perokok tidak pernah mengonsumsi minyak kelapa. Sementara minyak kelapa sawit dikonsumsi oleh seluruh keluarga setiap harinya. Kelompok pangan buah/biji berminyak yang selalu (1-3 x/hari) dikonsumsi oleh keluarga perokok ialah kemiri yakni sebanyak 17 keluarga atau sebesar 17,0%. Sementara kelapa hanya kadang-kadang dikonsumsi. gula pasir lebih banyak dikonsumsi oleh keluarga perokok dalam frekuensi makan selalu yakni sebanyak 54 keluarga atau sebesar 54,0%. Sementara itu, sebanyak 74 keluarga atau sebesar 74,0% jarang mengonsumsi gula aren. Kelompok sayur dan buah yang paling sering dikonsumsi ialah tomat yaitu sebanyak 48 keluarga atau sebesar 48,0% mengonsumsi tomat selalu (1-3 x/hari) dan 40 keluarga (40,0%) sering mengonsumsinya. Sementara kelompok pangan sayur dan buah yang paling jarang dikonsumsi ialah durian yakni sebanyak 94 keluarga atau sebesar 94%. Skor Pola Pangan Harapan Skor pola pangan harapan merupakan hasil perhitungan presentase masing-masing kelompok pangan terhadap energi yang dikonsumsi dan mengalikannya dengan bobot/rating yang telah disusun oleh FAO. Tabel berikut merupakan tabel hasil perhitungan Skor PPH keluarga perokok. Tabel 7. Distribusi Keluarga Perokok Berdasarkan Hasil Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Kecamatan Berastagi Skor PPH n f Segitiga Perunggu (<78) 85 85,0 Segitiga Perak (78 87) 12 12,0 Segitiga Emas (>87) 3 3,0 Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa skor PPH masyarakat di Kecamatan Berastagi tertinggi berada pada segitiga perunggu (<78) sebanyak 85 keluarga atau sebesar 85,0%. Sementara keluarga perokok yang berada pada segitiga emas (>87) hanya 3 keluarga atau sebesar 3,0%. KESIMPULAN 1. Jenis pangan yang dikonsumsi oleh keluarga perokok di Kecamatan Berastagi belum beragam dan belum sesuai dengan susunan pangan dalam Pola Pangan Harapan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat untuk memanfaatkan bahan pangan yang tersedia sebagai bahan pengganti. 2. Tingkat kecukupan energi rata-rata keluarga perokok sebagian besar tidak cukup (<AKERK) yakni sebanyak 66 keluarga (66,0%). Sedangkan untuk tingkat kecukupan protein rata-rata keluarga perokok sebagian besar sudah cukup ( AKPRK) yakni sebanyak 72 7

8 keluarga (72,0%). Ini disebabkan oleh karena kurang beragamnya pangan yang dikonsumsi mengakibatkan energi yang diperlukan oleh keluarga tidak terpenuhi. 3. Frekuensi makan keluarga perokok pada kelompok padi-padian didominasi oleh beras. Kelompok pangan umbi-umbian jarang dikonsumsi dan yang paling banyak dikonsumsi yaitu ubi jalar goreng dan perkedel. Kelompok pangan hewani yang paling sering dikonsumsi keluarga perokok adalah ikan asin, sedangkan daging dan keju jarang dikonsumsi. Kelompok pangan kacang-kacangan yang paling banyak dikonsumsi ialah tahu dan tempe. Seluruh keluarga perokok mengonsumsi minyak kelapa sawit setiap hari. Sebagian keluarga selalu menggunakan kemiri dalam makanan mereka. Sebagian besar keluarga perokok selalu mengonsumsi gula pasir setiap hari. Sebagian besar keluarga mengonsumsi sayur dan buah dalam frekuensi kadang-kadang dan jarang. 4. Rata-rata skor Pola Pangan Harapan keluarga perokok di Kecamatan Berastagi ialah 61,15 yang berarti masih sangat jauh dari target yaitu 93,3 di tahun Dari 100 keluarga perokok hanya 3 keluarga (3,0%) yang memiliki skor PPH di atas 87. Hal ini menyatakan bahwa keluarga perokok di Kecamatan Berastagi kurang mengonsumsi pangan yang beraneka ragam. 5. Pengeluaran rokok sebagian besar keluarga perokok cukup tinggi, berkisar pada Rp per bulan. Pengeluaran tersebut hampir sama bahkan sebagian lebih dari pengeluaran pangan keluarga. SARAN 1. Dinas Kesehatan perlu melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat ataupun pemuka-pemuka agama untuk bekerja sama mencari solusi guna menurunkan kebiasaan merokok masyarakat di Tanah Karo khususnya Kecamatan Berastagi. Memberikan penyuluhan mengenai bahaya rokok dengan disertai gambar-gambar yang menunjukkan akibat dari konsumsi rokok dalam waktu yang cukup lama. Memberikan gambaran gizi kurang dan gizi buruk yang akan dialami oleh anak yang kekurangan pangan. 2. Bekerja sama dengan Dinas Pertanian untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan serta menyediakan bibit gratis bagi masyarakat agar dapat memanfaatkan pekarangan mereka menjadi tempat untuk bercocok tanam, sehingga bisa menambah ketersediaan pangan keluarga. Dan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pangan Beragam, Bergizi, dan Berimbang untuk menerapkan penganekaragaman pangan dalam kehidupan sehari-hari guna mencapai status gizi yang baik. Karena status gizi yang baik dapat diwujudkan apabila pangan yang dikonsumsi cukup, baik dalam jumlah, mutu, dan keragaman, serta aman bagi kesehatan manusia. 3. Bagi masyarakat dianjurkan untuk memanfaatkan lahan yang ada sehingga bisa memanfaatkan bahan makanan dari pekarangan sendiri. DAFTAR PUSTAKA Arbaiyah, Ita Hubungan Pola Konsumsi Pangan dan Ketersediaan Pangan dan Status Gizi Keluarga di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara. Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Jakarta. Baliwati, Y.F, dkk Pengantar Pangan dan Gizi. Cetakan ketiga. Depok: Penebar Swadaya. Hardinsyah & Martianto, Drajat Gizi Terapan. Bogor: IPB Press. Sembiring, ET Pengembangan Pola Konsumsi Penduduk Dengan Pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara [Skripsi]. Bogor: Sarjana Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, 8

9 Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sudaryati, Etti Model Pemberdayaan Keluarga Dalam Meningkatkan Ketahanan Keluarga Sehat Pada Rumah Tangga Perokok. [Penelitian unpublished]. Medan: Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara. Suhardjo, dkk Pangan, Gizi, dan Pertanian. Cetakan kedua. Jakarta: UI Press. 9

GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN PENDEKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA KELUARGA PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI SKRIPSI

GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN PENDEKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA KELUARGA PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI SKRIPSI GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN PENDEKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA KELUARGA PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan pangan dalam GBHN 1999 adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizinya (BKP, 2013). Menurut Suhardjo dalam Yudaningrum (2011), konsumsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizinya (BKP, 2013). Menurut Suhardjo dalam Yudaningrum (2011), konsumsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsumsi Pangan Konsumsi Pangan adalah sejumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi seseorang, kelompok, atau penduduk untuk memenuhi kebutuhan gizinya (BKP, 2013). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar rakyat Indonesia

Lebih terperinci

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun DIVERSIFIKASI KONSUMSI MASYARAKAT BERDASARKAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN PADA LOKASI MKRPL DI KEC. KRAMATWATU KAB. SERANG Yati Astuti 1) dan Fitri Normasari 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola Konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang atau rumahtangga untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam menyusun pola konsumsi

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain prospective study berdasarkan data hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) Provinsi Riau tahun 2008-2010. Pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional selama ini mempunyai tugas utama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menyediakan kesempatan kerja, serta

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN KELUARGA PESERTA PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DI KELURAHAN MABAR HILIR KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN

GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN KELUARGA PESERTA PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DI KELURAHAN MABAR HILIR KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN KELUARGA PESERTA PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DI KELURAHAN MABAR HILIR KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2014 SKRIPSI OLEH : TITIN HERLINA 101000408 FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DAN STATUS GIZI KELUARGA PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO ETTI SUDARYATI JUANITA NURMAINI

KETAHANAN PANGAN DAN STATUS GIZI KELUARGA PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO ETTI SUDARYATI JUANITA NURMAINI KETAHANAN PANGAN DAN STATUS GIZI KELUARGA PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO ETTI SUDARYATI JUANITA NURMAINI PENDAHULUAN KONSUMSI ROKOK MENINGKAT 182 MILYAR BATANG (2001) 260,8 MILYAR BATANG

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Menurut Saliem dkk dalam Ariani dan Tribastuti (2002), pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAN TINGKAT KONSUMSI BERAS DI DESA SENTRA PRODUKSI PADI

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAN TINGKAT KONSUMSI BERAS DI DESA SENTRA PRODUKSI PADI ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAN TINGKAT KONSUMSI BERAS DI DESA SENTRA PRODUKSI PADI (Studi Kasus: Desa Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang) 1) Haga Prana P. Bangun, 2) Salmiah, 3)

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DAN STATUS GIZI KELUARGA PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

KETAHANAN PANGAN DAN STATUS GIZI KELUARGA PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO KETAHANAN ANGAN DAN STATUS GIZI KELUARGA EROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI KABUATEN KARO Etti Sudaryati, sudaryatiety@yahoo.co.id Juanita, joean_ita@yahoo.com Nurmaini, nurmainik@yahoo.com Ilmu Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal. No.397, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 43/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas dan perikehidupan masyarakat Indonesia, yang dilakukan secara terus menerus, berlandaskan kemampuan wilayah dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU 1 POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU Chintya Nurul Aidina¹, Zulhaida Lubis², Fitri Ardiani² ¹Mahasiswi Departemen Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR Menimbang : a.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 POLA KONSUMSI PANGAN PADA RUMAH TANGGA PETANI DI DESA RUGUK KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Food Consumption Patterns of Farmers Household at Ruguk Village Ketapang Sub District South Lampung

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN GIZI BURUK MELALUI ANALISIS SIKAP DAN KEBIASAAN IBU DALAM PENGATURAN MAKANAN KELUARGA

PENANGGULANGAN GIZI BURUK MELALUI ANALISIS SIKAP DAN KEBIASAAN IBU DALAM PENGATURAN MAKANAN KELUARGA Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 84-89 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 84-89 PENANGGULANGAN GIZI BURUK MELALUI ANALISIS SIKAP DAN KEBIASAAN IBU DALAM PENGATURAN MAKANAN KELUARGA (Preventing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis.

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar, dianggap strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis. Terpenuhinya pangan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN MELALUI KONSEP RUMAH PANGAN LESTARI BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT (Food Consumption Pattern of Social Forestry Farmer Household In West Lampung Regency) Asih Sulistyorini Uly Damora

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

POLA MAKAN DAN KERAGAMAN MENU ANAK BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2005

POLA MAKAN DAN KERAGAMAN MENU ANAK BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2005 HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN POLA MAKAN DAN KERAGAMAN MENU ANAK BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 25 Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU Jl. Universitas No. 21 Kampus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Menurut Balitbang (2008), Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan atas pangan yang cukup, bergizi dan aman menjadi

Lebih terperinci

PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis)

PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis) PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis) PENELITIAN Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Menyelesaikan Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, dkk,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, dkk, 2.1 Pola Konsumsi Pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, dkk, 2010). Pola

Lebih terperinci

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN A. KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI YANG DIANJURKAN Tabel 1. Komposisi Konsumsi Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan Pola Pangan Harapan Nasional % AKG

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Diploma III (Tiga)

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang

Lebih terperinci

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014 POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014 Hetty Gustina Simamora Staff Pengajar STIKes Santa Elisabeth Medan ABSTRAK Pola

Lebih terperinci

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Dr. Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI RINGKASAN Berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Pola Konsumsi Non Beras Sektor pertanian tidak akan pernah lepas dari fungsinya sebagai sumber

Lebih terperinci

Diversifikasi Konsumsi Masyarakat Berdasarkan Menu Seimbang dan Skor Pola Pangan Harapan pada Keluarga Balita di Kabupaten Pacitan

Diversifikasi Konsumsi Masyarakat Berdasarkan Menu Seimbang dan Skor Pola Pangan Harapan pada Keluarga Balita di Kabupaten Pacitan Diversifikasi Konsumsi Masyarakat Berdasarkan Menu Seimbang dan Skor Pola Pangan Harapan pada Keluarga Balita di Kabupaten Pacitan Sri Sumarmi* 1 dan Lutfi Agus Salim** * Bagian Gizi Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting, mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan karena pangan merupakan kebutuhan yang paling hakiki dan mendasar bagi sumberdaya manusia suatu

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN 2014

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN 2014 56 Lampiran I KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN 2014 Identitas Keluarga 1. Nama : 2. Pendidikan :

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PEDESAAN DI DESA SUKOLILO KECAMATAN WAJAK KABUPATEN MALANG Oleh : Gema Iftitah Anugerah Y*

DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PEDESAAN DI DESA SUKOLILO KECAMATAN WAJAK KABUPATEN MALANG Oleh : Gema Iftitah Anugerah Y* DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PEDESAAN DI DESA SUKOLILO KECAMATAN WAJAK KABUPATEN MALANG Oleh : Gema Iftitah Anugerah Y* ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis pola konsumsi

Lebih terperinci

GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN

GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN Entywe Habeahan 1), Zulhaida Lubis 2), Evawany Y Aritonang 2) 1) Alumni Mahasiswa Gizi

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI BARITO UTARA Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI Pusat Penganekeragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Penyelenggaraan Pangan dilakukan untuk

Lebih terperinci

TANTANGAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

TANTANGAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL TANTANGAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL SEAFAST Center LPPM Dept Ilmu dan Teknologi Pangan INSTITUT PERTANIAN BOGOR Presentasi disampaikan pada acara Seminar dan Sosialisasi Program Indofood Riset Nugraha

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DI KABUPATEN PURWOREJO Menimbang a. bahwa

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang Indonesian Journal of Disability Studies ISSN : - Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang * Agustina Shinta Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD), Universitas Brawijaya, Malang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas adalah dengan memperbaiki kualitas konsumsi pangan masyarakat. Konsumsi yang berkualitas dapat

Lebih terperinci

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009 GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009 Nadimin1) 1) Department of Nutritional Health Polytechnic

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data 20 METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data Penelitian ini menggunakan data Susenas Modul Konsumsi tahun 2005 yang dikumpulkan dengan desain cross sectional. Data Susenas Modul Konsumsi terdiri

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

AGRIC Vol.22, No. 1, Juli 2010:67-74 PENDAHULUAN

AGRIC Vol.22, No. 1, Juli 2010:67-74 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Ketahanan pangan merupakan pilar bagi pembentukan sumberdaya manusia dan generasi yang berkualitas yang diperiukan untuk membangun daya saing bangsa dalam era globalisasi. Ketahanan pangan

Lebih terperinci

KATEGORI POTENSI KECAMATAN BERDASARKAN SUBSISTEM KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN TRENGGALEK

KATEGORI POTENSI KECAMATAN BERDASARKAN SUBSISTEM KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN TRENGGALEK AGRISE Volume XIV No. 1 Bulan Januari 2014 ISSN: 1412-1425 KATEGORI POTENSI KECAMATAN BERDASARKAN SUBSISTEM KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN TRENGGALEK (CATEGORIES OF THE DISTRICT POTENTIAL BASED ON FOOD

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Responden 1. Umur Umur merupakan suatu ukuran lamanya hidup seseorang dalam satuan tahun. Umur akan berhubungan dengan kemampuan dan aktivitas seseorang dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Declaration and World Food Summit Plan of Action adalah food security

BAB I PENDAHULUAN. Declaration and World Food Summit Plan of Action adalah food security BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Menurut Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan, pada pasal 1 ayat 17, menyebutkan ketahanan pangan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014 ANALISIS POLA KONSUMSI UBI KAYU DAN OLAHANNYA PADA RUMAH TANGGA DI KOTA BANDAR LAMPUNG (The Analysis of Cassava s Household Consumption and It s Products In Bandar Lampung) Ghesika Tiandra Yusty, Wan Abbas

Lebih terperinci

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA 94 KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA KARAKTERISTIK KELUARGA Nomor Responden : Nama Responden (Inisial)

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

ANALISIS POLA DAN STRATEGI PENYEDIAAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT

ANALISIS POLA DAN STRATEGI PENYEDIAAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT ANALISIS POLA DAN STRATEGI PENYEDIAAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT (Analysis of Food Supplying Pattern and Strategy of Social Forestry s Farmer Household in West

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan Ketahanan pangan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumahtangga yang tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha mencukupi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan meningkatkan kualitas penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu butir yang tercantum dalam pembangunan milenium (Millenium Development Goals) adalah menurunkan proporsi penduduk miskin dan kelaparan menjadi setengahnya antara tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN Pengantar Survei Konsumsi Pangan Tujuan Survei Konsumsi Pangan Metode berdasarkan Jenis Data yang diperoleh Metode berdasarkan Sasaran Pengamatan Neraca Bahan Makanan Pola

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014 STUDI PERBANDINGAN POLA ALOKASI LAHAN, PENGELUARAN BERAS DAN POLA KONSUMSI PANGAN ANTARA PETANI UBI KAYU DI DESA PELAKSANA DAN NON PELAKSANA PROGRAM MP3L DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Land Allocation Pattern,

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : mother behavior, early marriage, under five years old nutrition

ABSTRACT. Keywords : mother behavior, early marriage, under five years old nutrition GAMBARAN PERILAKU IBU YANG MENIKAH DI USIA DINI DALAM PEMENUHAN GIZI BALITA DI DESA PULAU MUNGKUR KECAMATAN GUNUNG TOAR KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU TAHUN 2012 1 Maya Kaswari, 2 Jumirah, 2

Lebih terperinci

PGM 2011, 34(2): Reliabilitas metode pengumpulan data konsumsi S. Prihatini; dkk

PGM 2011, 34(2): Reliabilitas metode pengumpulan data konsumsi S. Prihatini; dkk RELIABILITAS METODE PENGUMPULAN DATA KONSUMSI MAKANAN TINGKAT RUMAHTANGGA DAN INDIVIDU (RELIABILITY DATA COLLECTION METHODS OF HOUSEHOLD AND INDIVIDUAL FOOD CONSUMPTION) ABSTRACT Sri Prihatini 1, Trintrin

Lebih terperinci

METODE HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

METODE HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas 1 GAMBARAN KETERSEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA PADA KELUARGA PEROKOK DI DESA TRANS PIRNAK MARENU KECAMATAN AEK NABARA BARUMUN KABUPATEN PADANG LAWAS Mariana Siregar¹, Zulhaida Lubis², Fitri

Lebih terperinci

PERAN PANGAN POKOK LOKAL TRADISIONAL DALAM DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN

PERAN PANGAN POKOK LOKAL TRADISIONAL DALAM DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN PERAN PANGAN POKOK LOKAL TRADISIONAL DALAM DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN Rita Hanafie Staf Pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Malang Email: ritauwg@yahoo.co.id ABSTRACT Food consumption

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO AGRISE Volume XV No. 1 Bulan Januari 2015 ISSN: 1412-1425 ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO (ANALYSIS OF FOOD BALANCE SHEET (FBS) AND DESIRABLE DIETARY

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 Oleh : Nia Sylviana Junaz 1, Jumirah 2, Albiner Siagian 2 1 Alumni Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM KRPL (KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI) TERHADAP POLA PANGAN HARAPAN (PPH) ABSTRAK

DAMPAK PROGRAM KRPL (KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI) TERHADAP POLA PANGAN HARAPAN (PPH) ABSTRAK DAMPAK PROGRAM KRPL (KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI) TERHADAP POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Muh. Aniar Hari Swasono 1 )Nur Cholilah 2 ) Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Email : hariswasono@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyebab kekurangan gizi pada anak adalah kemiskinan. Memperbaiki gizi di masa awal kehidupan manusia dapat membangun fondasi yang kuat dalam membantu

Lebih terperinci

GAMBARAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI- LAKI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN

GAMBARAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI- LAKI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN GAMBARAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI- LAKI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran Oleh : KESHVINDER SINGH

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS Rahmadhiana Febrianika *), Bagoes Widjanarko **), Aditya Kusumawati ***) *)Mahasiswa Peminatan PKIP FKM

Lebih terperinci

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE BIODATA 1. Nama : Iwan Halwani, SKM, M.Si 2. Pendidikan : Akademi Gizi Jakarta, FKM-UI, Fakultas Pasca sarjana UI 3. Pekerjaan : ASN Pada Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI SUSTAINABLE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketahanan Pangan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercemin dari tersedianya

Lebih terperinci