Tilik SllmlJullg. Basuki Abdulah "Rambllt nau Terurai" Knpllr Pastel di Mas kertas 49 x 63 C1II 1958

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tilik SllmlJullg. Basuki Abdulah "Rambllt nau Terurai" Knpllr Pastel di Mas kertas 49 x 63 C1II 1958"

Transkripsi

1 Tilik SllmlJullg Basuki Abdulah "Rambllt nau Terurai" Knpllr Pastel di Mas kertas 49 x 63 C1II 1958 mempelajari seni lukis melalui pendidikan formal di Den Haag, Belanda. Karena itu pelukis ini tidak hanya meneruskan tradisi seni lukis pemandangan alamo Ia melukis pula berbagai obyek lain termasuk manusia. Antara tahun , Basuki Abdullah menjadi salah seorang pelukis ternama, dan ia termasuk pelukis yang paling aktif berpameran. 13) Karena latar belakang pendidikannya Basuki Abdullah memahami aspek estetik dan latar belakang seni lukis dalam bingkai Barat. Berdasarkan pemahaman ini ia menafsirkan keindahan sebagai kecantikan dan sensualitas - terlihat dari tern a dan kecenderungan pada lukisan-lukisannya. Lukisanlukisannya yang realistik menampilkan gambar wanita cantik, model telanjang, dan wanita dalam legenda dan mitologi. Pelukis ini seorang pemuja keagungan. Sepanjang hidupnya ia melukis kehidupan kaum elite di istana-istana, dan juga potret kaum kaya, potret orang-orang penting. Bagi Soedjojono, konsep melukis Basuki Abdullah mengukuhkan seni lukis mas a koloniai sebagai seni lukis yang berkembang di kalangan masyarakat feodal-kolonial. Pad a tahun 1939, Soedjojono mengeritik pameran Basuki Abdullah dengan sangat tajam. 14) Pada tulisannya Soedjojono mengeritik kecemasan Basuki Abdullah akan habisnya obyek-obyek untuk dilukis. Soedjojono mencela pandangan Basuki Abdullah yang menganggap hanya obyek-obyek tertentu saja yang mempunyai nilai seni yang tinggi untuk diangkat menjadi obyek lukisan. Menurut Soedjojono, 21

2 S. Soedjojono "Meugllugs i" enl Mi!lyak di alns knill 9S x 149 (III obyek lukisan yang dianggap Basuki Abdullah bernilai seni tidak berakar pad a kebenaran tapi terbentuk karen a konvensi (di kalangan masyarakat kolonial dan kaum bangsawan). 15) Mempertimbangkan reaksi Soedjojono pad a "konvensi" dalam seni lukis Hindia Belanda, akhir seni lukis masa kolonial bukan ditandai seni lukis pemandangan alam, melainkan seni lukis realistik Basuki Abdullah, yang diakui masyarakat kolonial Belanda (seni lukis realistik ini berkembang sejak seni lukis pemandangan alam). Di Bandung di mana ia tinggal, ia sering berpameran di Sosieteit Concordia (kini Gedung Merdeka) perkumpulan masyarakat kolonial elite di Bandung. 16) Reaksi Soedjojono memperlihatkan sikap menentang nilai-nilai konvensional dalam seni lukis realistik itu, yang dianggapnya mengabaikan realitas pad a masyarakat luas. Ia berpaling dari sensibilitas yang dihela oleh kaidah-kaidah keindahan konvensional kaum bangsawan, ke sensibilitas yang dilandasi "kejujuran". 17) Pandangan Soedjonono itu menunjukkan kepercayaan, bahwa keindahan dalam seni tidak senantiasa berkaitan dengan idealisasi, citra keindahan yang konvensional, sensualitas dan kecantikan. Keindahan bisa juga didasari gejolak emosional (empati, simpati) yang bangkit ketika melihat kenyataan yang pahit dalam kehidupan rakyat - sisi gelap kehidupan dan kehidupan yang keras - 22

3 i i yang menurut konvensi kaum bangsawan dan masyarakat kolonial tidak indah (katanya, sebagai obyek lukisan, Hamengkubuwono dan sepatu butut tidak ada bedanya). Bagi Soedjojono, justru kehidupan rakyat ini yang bisa membangkitkan getaran emosi dan karena itu adalah sumber inspirasi seni. 18) Pandangan Soedjojono, tidak bisa disangkal mempunyai latar belakang sosial dan berkaitan dengan pergerakan kebangsaan pada masa itu. Inilah "realisme Soedjojono", realisme yang berkaitan dengan kerakyatan dan nasionalisme. Realisme ini menampilkan pembaruan dalam perkembangan seni lukis di Indonesia. Memperlihatkan diskontinuitas. Arus baru yang terbentuk kemudian mengikuti sebagian besar pandangannya ini. Karena itu saya melihatnya sebagai awal seni lukis modern Indonesia. Saya sadar, saya tidak mengikuti teori-teori seni rupa yang lazim digunakan 'untuk menetapkan munculnya seni rupa modern, yaitu pandangan yang melihat munculnya pengaruh Post-impresionisme dan Kubisme sebagai awal seni lukis modern. Realisme, Fauvisme dan Ekspresionisme Jerman, yang mempengaruhi Soedjojono adalah pemikiran-pemikiran yang berkembang pada Abad ke 19 S.Soedjojono "Kawtll1 -kilwtlll Revo {li si" ((If Millvak di Iltll~ kaili 95.r 1-19" (/11 23

4 Konfeks sebelum Post-impresionisme/Kubisme, karena itu tidak lazim dilihat sebagai awal seni rupa modern. Namun Modernisme (dengan "M" besar) sebagai dasar kelahiran seni rupa modern, menurut pendapat saya hanya berlaku bagi seni rupa Barat. Di luar masyarakat Barat modernisme (dengan "m" kecid lebih berkaitan dengan "modernitas" yang dasar-dasarnya muncul pada Abad ke 18 bersama Revolusi Prancis, Revolusi Industri dan tumbuhnya demokrasi di Amerika. Dalam konteks Indonesia, modernitas ini menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan kemudian nasionalisme. 19) Maka realisme Soedjojono adalah paradigma modernisme Indonesia. Realisme itu tidak terbatas pada pandangan Soedjojono yang personal. Realisme ini mencerminkan arus perubahan yang lebih mendasar dalam perkembangan seni lukis Indonesia. Untuk melihat perubahan yang mendasar ini, kita perlu mengamati lebih mendalam sikap kritis Soedjojono pada seni lukis realistik yang dipraktekkan Basuki Abdullah. Kritik Soedjojono pada seni lukis realistik, tidak terbatas pada coraknya. Ia mengeritik pula latar belakang seni lukis ini. Yang perlu diamati secara khusus adalah kritiknya tentang latar belakang pendidikan seni lukis ini. Soedjojono menulis, "Dalam tempo beratus-ratus tahun jarang orang dapat seorang seniman sebagai Van Gogh. Tetapi dalam waktu 6 bulan saja orang bisa mencitak 20 orang berdiploma Lager Acte dengan bayaran f 20 sebulan asal saja kandidatkandidatnya mempunyai talent menggambar." 20) Di bagian lain tulisannya Soedjojono mengemukakan, "Resoeltat-nya hanya suatu academische zwierigheid saja yang cerdas mencontoh teknik Rembrant, Ingres, Murillo, Velaquez, Locatelli dan Adolf saja... " 21) Sikap kritis Soedjojono pada pendidikan itu, tidak lepas dari pertentangan pelukis pribumi dengan pelukis masyarakat kolonial pad a masa itu. Catatan sejarah menunjukkan, pelukis-pelukis pengikut Soedjojono adalah pelukis otodidak, yang tidak diakui masyarakat kolonial sebagai pelukis. Semen tara pelukis-pelukis yang diakui masyarakat kolonial Belanda umumnya pelukis yang mengenal pendidikan melalui pengajaran di studio-studio pelukis Belanda / Eropa yang bermukim di Indonesia. Dalam wacana seni rupa modern, seni lukis realistik (dikenal pula sebagai akademisme) memang senantiasa dikaitkan dengan nilai-nilai konvensional karen a itu ditentang. 22) Berdasarkan keyakinan ini pula Soedjojono percaya, pelukis sebenarnya tidak perlu mendapat pendidikan untuk menjadi pelukis. Sikap Soedjojono menentang diskriminasi, mendapat legitimasi: seni lukis akademik yang kebetulan menjadi "cap" masyarakat kolonial, tidak ada gunanya lagi. Inilah dasar terputusnya seni lukis modern Indonesia dari seni lukis realistik / akademik mas a Hindia Belanda. 1erputusnya hubungan itu adalah paradigma diskontinuitas dalam 24

5 Titik Sall1bllllg perkembangan seni lukis Indonesia. Untuk memungkinkan mediasi kita justru perlu melihat secara kritis terputusnya hubungan ini. Khususnya mengamati sikap Soedjojono menentang seni lukis realistik dan seni lukis akademik. Menurut pendapat saya ia tidak sesungguhnya memahami seni lukis yang ditolaknya. Terlihat dalam tulisannya berjudul"copie". 23) Saya juga sangsi apakah ia sesungguhnya menentang seni lukis realistik, karena pada tahun 1950 ia justru menyatakan "kembali ke realisme" yang maksudnya kembali ke seni lukis realistik. Soedjojono, menurut pendapat saya, terpaku pada konsep-konsep perkembangan pemikiran seni rupa Eropa Abad ke 20. Ia nyaris tak memperhitungkan aspek rupa di balik pemikiran-pemikiran seni rupa itu. Ia tidak menyadari bahwa bahasa rupa (idiom) dalam perkembangan baru yang diamatinya (Realisme, Fauvisme, Ekspresionisme Jerman) tidak bisa dilepaskan dari perkembangan sebelumnya, yaitu seni lukis realistik/ seni lukis akademik. Namun, adaptasi yang tidak lengkap ini merupakan gejala umum dalam perkembangan seni rupa di luar Eropa/ Amerika. Perkembangan seni rupa Eropa/ Amerika yang" ditransfer" ke luar melalui teori-teori sejarah, umumnya hanya menampilkan konsep-konsep dan mengabaikan tinjauan aspek rupa. Masuk akal apabila pengaruh yang muncul menjadi kacau balau. Kepentingan teori sejarah melihat kontradiksi dalam perkembangan seni lukis Eropa (ini salah satu dasar historiografi teori sejarah seni rupa) mengakibatkan berbagai pertentangan konsepsional dipertajam dan dikontraskan. Akibatnya, berbagai nuansa perkembangan yang berkaitan dengan masalah rupa, hilang. Padahal perkembangan seni rupa yang dikaji teori-teori sejarah itu mengandung perkembangan aspek rupa (kaitan dengan perkembangan sebelumnya) yang penting dikemukakan untuk pemahaman. Pad a Realisme, misalnya terlihat nuansa perubahan seni lukis realistik. Terjadi perubahan gradual dari teknik melukis realistik yang cermat ke teknik melukis yang menampilkan sapuan kuas (pada awal Realisme idiom yang digunakan bahkan masih seni lukis realistik). Pada Impresionisme dan Ekspresionisme Jerman, sapuan kuas yang semakin kasar berkembang ke teknik menumpukkan cat/ warna tanpa nuansa (perkembangan teknik ini dilihat sebagai deformasi yang ditinjau melalui teori-teori ekspresi dan teori warna/ cahaya/ optik yang rumit). Pada Kubisme susunan bidang-bidang warna (petak-petak geometrik) merupakan pengembangan struktur bidang warna dan bidang gelap-terang seni lukis realistik. Pandangan Soedjojono ten tang pentingnya emosi - kejujuran, jiwa, temperamen dalam ungkapan seni lukis - tidak lepas dari aspek idiom dan teknik melukis. Aspek visual teknik melukis ekspresif ini "ditemukan" Soedjojono dan pelukis-pelukis lain pad a pameran-pameran (karya asli) pelukis-pelukis Eropa - khususnya Vincent van Gogh - yang diselenggarakan Kunstkring di 25

6 Jakarta. Pemutusan hubungan dengan seni lukis realistik dalam perkembangan seni lukis modern Indonesia, mengakibatkan banyak pelukis-pelukis modern Indonesia tidak melihat pentingnya perkembangan bahasa rupa. Karena itu gay a dan corak lukisan mereka seringkali tidak jelas asal muasalnya. Pelukis yang karyakaryanya menampilkan perkembangan idiom, seperti misalnya Soedjojono sendiri, Affandi, Trubus, Henk Ngantung dan Barli Sasmitawinata, adalah pelukis-pelukis yang mengenal seni lukis realistik melalui pendidikan. Pemutusan hubungan seni lukis realistik (masa Hindia Belanda) dengan seni lukis modern Indonesia berlanjut ke penyusunan "sejarah" seni lukis Indonesia yang bukannya mengoreksi pandangan Soedjojono, tapi malah terpengaruh. Akibatnya seni lukis realistik nyaris tak pernah dikaji dalam perkembangan seni lukis modern kita - seringkali sekadar dicerca sebagai kuno tanpa sesungguhnya paham di mana letak ke-kuno-annya. Gejala inilah yang terutama menghilangkan peluang mediasi dalam pembentukan wacana. Hilangnya wacana seni lukis realistik itu mengakibatkan pemiskinan pemahaman idiom pada masa awal perkembangan seni lukis modern kita. Berbagai deformasi (ini salah satu masalah idiom) yang ditampilkan karya-karya pelukis modern kita tidak jelas dasarnya. Ketika pada pertengahan 1950' an seni lukis modern Indonesia menampilkan perkembangan bahasa rupa melalui masuknya pengaruh Kubisme (muncul di Yogyakarta melalui lukisan G. Sidharta Soegiyo, Handrio dan di Bandung melalui lukisan Achmad Sad ali, Mochtar Apin) para pelukis dan kritikus kita tidak memahaminya - mereka menyangkalnya Raden Saleh "Pcrbllrll n,," 5kc/;"

7 sebagai perkembangan seni lukis Indonesia. Hingga kini pemahaman kita tentang perkembangan bahasa rupa (idiom) seni lukis tidak berkembang dan masih tetap miskin. Terlihat pada terbentuknya tradisi menentang semua jenis perkembangan bahasa rupa. Percobaan menggunakan media batik, media campuran (mixed media), kolase, barang jadi (ready mades), instalasi dan seni rupa pertunjukan (performance art) sebagai idiom - semuanya merupakan perkembangan bahasa rupa - tercatat mendapat kritik keras, bahkan tentangan. Seni lukis akademik tentunya tidak sesederhana yang dibayangkan Soedjojono. Tidak mudah mengidentifikasi seni lukis ini, khususnya dalam perkembangan seni lukis masa Hindia Belanda. Dalam garis besarnya, seni lukis ini bisa dilihat sebagai bercorak realistik dan representatif (merepresentasikan kenyataan). Selain Klasisisme dan Naturalisme, seni lukis ini memang sering disebut-sebut sebagai seni lukis akademik atau akademisme. Dalam perkembangan seni lukis Barat seni lukis akademik ini sebuah tradisi yang perkembangannya diwarnai pencarian metode dan teknik melukis. Tradisi ini diturunkan melalui pengajaran/ pelatihan secara sistematis - berkembang sejak Abad ke 14/15. 24) Sen,i lukis akademik itu yang hasilnya lukisan realistik/representatif, mencapai puncak perkembangannya antara abad ke 16/17 di Eropa. Pada awal Abad ke 19 (khususnya di Prancis) akademisme ini disebut-sebut sebagai seni lukis konservatif yang menghambat perkembangan baru - pada awal Abad ke 19 itu tumbuh embrio pemikiran seni lukis modern yang menempatkan Raden Saleh "PerbftrJInll" Cat Minynk di nfns kallvns 27

8 KOllleks perubahan dan pembaruan sebagai dasar perkembangannya. 25) Pengajaran seni lukis akademik itu muncul di Indonesia di sekitar 1820 dengan datangnya pelukis A.A. Payen. Pengajaran ini bertujuan meluaskan kemampuan menggambar/melukis untuk kepentingan pembuatan dokumentasi tumbuhtumbuhan di Indonesia, arsitektur tradisionat reruntuhan candi dan adat istiadat masyarakat. Namun sangat sulit untuk menemukan dasar-dasar akademisme pada seni lukis Hindia Belanda. Karena penekanan fungsi dokumentasi, terjadi sejumlah pergeseran. Paling tidak hilangnya latar belakang estetiknya (tidak terdapat dokumen yang memperlihatkan adanya pembahasan latar belakang ini). Ketika seni lukis ini diterapkan Payen dalam seni lukis pemandangan alam, misalnya, terlihat adanya perbedaan antara lukisan pemandangan alam Payen dengan lukisan pemandangan yang aslinya, yang terutama berkembang di Inggris. 26) Raden Saleh yang menjadi murid Payen, menguasai seni lukis akademik setelah ia belajar ke Belanda pada tahun Dalam seluruh perkembangan seni lukis masa kolonial, Raden Saleh tercatat sebagai pelukis Hindia Belanda yang paling menguasai teknik seni lukis akademik -lebih baik dari gurunya. 27) Nampaknya ada kesadaran pada Raden Saleh tentang perlunya pelukispelukis Hindia Belanda menguasai seni lukis akademik yang sebenarnya. Sekembalinya dari Eropa (1851), ia bersama K.F. Holle, seorang pencinta seni menerbitkan buku pelajaran menggambar / melukis pada tahun Buku yang memuat contoh gambar dan lithografi Raden Saleh ini dicetak sebanyak 1000 eksemplar. 28) Karena buku ini tidak bersisa tidak dapat dipastikan bagaimana K.F Holle dan Raden Saleh menguraikan metode seni lukis akademik pada buku itu. Catatan sejarah menunjukkan seni lukis akademik berkembang pada masa Hindia Belanda melalui pengajaran informal- di studio-studio pelukis Belanda/ Eropa. Pad a masa Hindia Belanda tidak satu pun akademi seni rupa didirikan. Melalui metode pengajaran informal pula seni lukis ini sampai ke pelukis-pelukis pribumi di luar masyarakat kolonial. Seperti pada masa A.A. Payen, pengajaran seni lukis akademik ini terbatas pada memperkenalkan bagaimana menggambar / melukis tanpa secara mendalam mengkaji prinsip-prinsip estetiknya - misalnya pemikiran tentang lukisan realistik sebagai representasi kenyataan. Baru pada Abad ke 20, tiga pelukis Indonesia sesungguhnya mempelajari seni lukis realistik berikut latar belakangnya. Mereka adalah Basuki Abdulah, Barli Sasmitawinata dan Lee Man Fong. Ketiga pelukis ini belajar secara formal di Belanda. Sebelumnya, mereka mempelajari seni lukis secara informal di Indonesia seperti pelukis lainnya. Sebenarnya dari ketiga pelukis itu bisa dikaji wacana seni lukis realistik - dasar-dasar estetiknya dan penerapannya di Indonesia. Namun pengkajian itu tidak pernah dilakukan karena "hilang nya" pembahasan seni lukis :ealistik 28

9 Tit i k 5 a!if l! II S dalam perkembangan seni lukis kita. Berbagai aspek perkembangan, yang sebenarnya penting untuk memahami tumbuhnya'prinsip-prinsip mendasar seni rupa modern, ikut hilang. Pemikiran di balik seni rupa modern lahir antara lain melalui pandanganpandangan yang menentang seni lukis realistik/representatif. Yang mendasar, menentang kepercayaan: lukisan (realistik) adalilh representasi realitas yang obyektif atau absolut. Pandangan baru yang muncul: seni lukis senantiasa mengandung persepsi yang personal dan individual, karena itu tidak pernah obyektif. Inilah dasar individualitas dalam seni rupa modern. Soal representasi kenyataan, Emile Zola, tokoh Realisme dalam Sastra mengetengahkan, "Karya seni, adalah gambaran sebuah sudut kecil alam raya yang digubah dengan temperamen." 29) Tidak bisa disangkal, pandangan Emile Zola dekat dengan pandangan Soedjojono tentang "watak" dan "jiwa" dalam seni lukis. Dalam salah satu tulisannya, Soedjojono pernah menuliskan dialog Vincent van Gogh dengan Emile Zola. 30) Semua pelukis kita, saya kira, sadar bahwa karyanya mengandung 29 kanan Basuki Abdullah "Gadis di ba wa h si1j ar bll lall pi/m ama " Cat rllillyak di alas kallvns 119,5 x 119,5 em kir; Soedjojono lid; Dep (w K elall1bll Terbuka " Cat Millyak di alas kaill 86 x 66 [

10 Kontcks kll IIIl II Roland Strasser "Wall ita Bali" Cal Mil/yak di atas kaill 100.r 58 CI// 30 kin' Affandi "Seorallg Alink Mellll1ltll1J AyaJmya yallg Buta " Cat Air rli nfns kertas 90,5 x 59,5 elll

Barli "Siti" SOx36cIIl Lee Man - Fo ng "Sketsn W il l/ita Bali " Knpur 1\1erl1ll eli nlns kertns 40 x 60 (1/1

Barli Siti SOx36cIIl Lee Man - Fo ng Sketsn W il l/ita Bali  Knpur 1\1erl1ll eli nlns kertns 40 x 60 (1/1 Tilik Salllbllllg individualitas dan pandangan yang personal. Sebagian besar juga mempersoalkan realitas. Namun, apakah mereka sesungguhnya sadar, mengapa kenyataan (realitas) dipersoalkan dalam seni lukis

Lebih terperinci

Till" Snit/bullS. Ries Muld er "PeraJw L(j!Jar" Cat minyak dimas knilj 30 x 40 CIII

Till Snit/bullS. Ries Muld er PeraJw L(j!Jar Cat minyak dimas knilj 30 x 40 CIII Tilik Sambullg Menurut pendapat saya, fragmen-fragmen perkembangan yang kita kenai selama ini berakar pada tiga pandangan yang berbeda ten tang pertumbuhan dan perkembangan seni rupa mo-dern kita. Pandangan

Lebih terperinci

Tit/II Snmbllllg. Barli "D un Nellek Pel/gem is" Cnt Mil/yak 145 X 90cJIl

Tit/II Snmbllllg. Barli D un Nellek Pel/gem is Cnt Mil/yak 145 X 90cJIl Tit/II Snmbllllg Barli "D un Nellek Pel/gem is" Cnt Mil/yak 145 X 90cJIl dianggap hanya menampilkan realitas kaum elite yang serba indah, serba resmi, serba sensual dan serba ceria. Benarkah hanya ini

Lebih terperinci

T it i k S a III Ii 11 i1 g

T it i k S a III Ii 11 i1 g Ti,'ik SnmlJullS dengan cepat," ungkap Barli. Barli kemudian dilatih pula mengamati obyek lukisan: struktur dasar obyek, juga struktur permukaan dan struktur bidang gelap terang obyek lukisan itu. "Latihan

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN INDIES arsitektur

KEBUDAYAAN INDIES arsitektur KEBUDAYAAN INDIES arsitektur Untuk mengingatkan akan tanah airnya (Belanda) mereka juga membuat cerobong asap (walau hanya tiruan). Selain itu pada atap juga ada tadah angin (wind wijser) dengan beragam

Lebih terperinci

Sejarah umum seni lukis

Sejarah umum seni lukis Sejarah umum seni lukis Zaman prasejarah Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia

Lebih terperinci

ALIRAN NEO KLASIKISME

ALIRAN NEO KLASIKISME ALIRAN NEO KLASIKISME Aliran Neo Klasikisme adalah gerakan untuk mempertegas kembali (neo) kepada aliran klasikisme. Muncul system pendidikan bersifat akademis ditambah dengan Royal Academic kian memperkokoh

Lebih terperinci

LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA

LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA 2017 Judul : "Kakak dan Adik" Nama seniman : Basuki Abdullah tahun : 1971 ukuran : 65 x 79 cm. Lukisan Basuki Abdullah yang berjudul Kakak dan Adik (1978) ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni lukis adalah karya seni rupa dua dimensional yang menampilkan citra visual melalui unsur titik, garis, bidang, tekstur, dan warna. Sebagai karya seni murni,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Orde post-modern, dalam gagasan estetiknya, tengah melumrahkan atau secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Orde post-modern, dalam gagasan estetiknya, tengah melumrahkan atau secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orde post-modern, dalam gagasan estetiknya, tengah melumrahkan atau secara tegas bahkan memang sedang mempersilahkan agar setiap karya seni hendaknya memiliki atau

Lebih terperinci

Titik. ~ambung. Barli Dalam Wacana Seni Lukis Indonesia. sa ETNOBOOK. Jim Supangkat

Titik. ~ambung. Barli Dalam Wacana Seni Lukis Indonesia. sa ETNOBOOK. Jim Supangkat KAAN i Cemeti ) Titik ~ambung Barli Dalam Wacana Seni Lukis Indonesia Jim Supangkat sa ETNOBOOK Diterbitkan dengan dukungan sponsor:...:. BANK HASr.N Bnnk Devisa MUSEUM TITIK SAMBUNG SARLI DALAM WACANA

Lebih terperinci

DISKRIPSI CIPTAAN LUKISAN JALAN KE CANDI

DISKRIPSI CIPTAAN LUKISAN JALAN KE CANDI DISKRIPSI CIPTAAN LUKISAN JALAN KE CANDI DIPAMERKAN PADA PAMERAN SENIRUPA IKATAN KELUARGA ALUMNI SEKOLAH SENI RUPA INDONESIA 20-26 NOVEMBER 2011 DI TAMAN BUDAYA SURAKARTA SK DEKAN : 0614/UN.34.12/KP/2011

Lebih terperinci

Sejarah Umum Seni Lukis

Sejarah Umum Seni Lukis Sejarah Umum Seni Lukis Zaman prasejarah Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I ( RPP I )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I ( RPP I ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I ( RPP I ) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/semester Alokasi Waktu : SMP NEGERI 3 KALASAN : Seni Budaya (Seni Rupa) : IX (sembilan) /1 (Satu) : 3 X 40 menit A. Kompetensi

Lebih terperinci

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia Anusapati SENI PATUNG DALAM WACANA SENI RUPA KONTEMPORER INDONESIA 1* Anusapati Patung dan aspek-aspek utamanya Di dalam ranah seni klasik/tradisi, pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan pemberontakan artistik terhadap standar umum seni di akhir abad ke 19 di Perancis. Daripada melukis

Lebih terperinci

Contoh lukisan daerah Bali. Contoh lukisan daerah kalimatan

Contoh lukisan daerah Bali. Contoh lukisan daerah kalimatan Seni Rupa Murni Daerah Seni Rupa Murni Daerah adalah Gagasan manusia yang berisi nilai nilai budaya daerah tertentu yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media titik, garis, bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri dalam pemaknaan karyanya.

BAB I PENDAHULUAN. Seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri dalam pemaknaan karyanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni lukis merupakan bagian dari seni rupa yang objek penggambarannya bisa dilakukan pada media batu atau tembok, kertas, kanvas, dan kebanyakan pelukis memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan melukis realis merupakan bentuk ekspresi jiwa seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan melukis realis merupakan bentuk ekspresi jiwa seseorang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan melukis realis merupakan bentuk ekspresi jiwa seseorang dalam menggambar objek seperti apa adanya atau sesuai dengan objek yang nyata (sebenarnya) ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam.

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Kenyataan seni selalu menyertai manusia sejak dari permulaan, tidak sedikit membangkitkan kesadaran untuk membawa seni ke dalam proporsi sewajarnya, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut masalah sosial, budaya, religi, pendidikan, politik, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut masalah sosial, budaya, religi, pendidikan, politik, pembangunan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tema merupakan suatu hal yang menjadikan isi dalam karya seni. Dalam sebuah karya seni tema dihasilkan dari pengolahan obyek baik dari alam nyata maupun dari

Lebih terperinci

Gambar 1. GUSTAVE COURBET. Anak Pemecah Batu. (1849). Kapur. Gambar 2. GUSTAVE COURBET. Pemecah Batu. (Detail) (1849). Cat Minyak di atas Kanvas.

Gambar 1. GUSTAVE COURBET. Anak Pemecah Batu. (1849). Kapur. Gambar 2. GUSTAVE COURBET. Pemecah Batu. (Detail) (1849). Cat Minyak di atas Kanvas. Apakah lukisan itu? Apa perbedaan lukisan dengan gambar? Perhatikan contoh gambar yang dibuat oleh pelukis Perancis Gustave Courbet (Gambar 1). Gambar itu merupakan sketsa untuk lukisan pada Gambar 2,

Lebih terperinci

NAFAS TRADISI DALAM LUKISAN POPO ISKANDAR

NAFAS TRADISI DALAM LUKISAN POPO ISKANDAR NAFAS TRADISI DALAM LUKISAN POPO ISKANDAR Hery Santosa dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.4 Mei 2002 Abstrak Rentetan bukti sejarah seni rupa tradisi Indonesia yang membentang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara Indonesia, Kota Bandung khususnya, kondisi seni rupa sudah berkembang pesat di mana segala ungkapan artistik terwujudkan dalam berbagai media yang tidak

Lebih terperinci

Pelukis-pelukis Modern Indonesia dalam Perspektif Sosiohistoris

Pelukis-pelukis Modern Indonesia dalam Perspektif Sosiohistoris Pelukis-pelukis Modern Indonesia dalam Perspektif Sosiohistoris 1 Pelukis-pelukis Modern Indonesia dalam Perspektif Sosiohistoris 2 M. Agus Burhan Pelukis-pelukis Modern Indonesia dalam Perspektif Sosiohistoris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang yang kemudian lahir sebuah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang GALERI SENI RUPA SINGARAJA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang GALERI SENI RUPA SINGARAJA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seni merupakan sesuatu yang tidak bisa terlepas dari kehidupan setiap manusia, karena seni tercipta dari budi daya manusia dan identik dengan keindahan serta kebebasan

Lebih terperinci

SENI RUPA KONTEMPOLER. Presentation. Disusun Oleh: XII IPA 7 XII IPA 7 XII IPA 7 XII IPA 7 XII IPA 7 XII IPA 7

SENI RUPA KONTEMPOLER. Presentation. Disusun Oleh: XII IPA 7 XII IPA 7 XII IPA 7 XII IPA 7 XII IPA 7 XII IPA 7 SENI RUPA KONTEMPOLER Presentation Disusun Oleh: XII IPA 7 XII IPA 7 XII IPA 7 XII IPA 7 XII IPA 7 XII IPA 7 Start Seni Rupa Kontemporer Tujuan Pembelajaran Definisi Contoh Karya Ciri - Ciri Referensi

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL TRYOUT UJIAN SEKOLAH. Hari/Tanggal : Waktu :

LEMBARAN SOAL TRYOUT UJIAN SEKOLAH. Hari/Tanggal : Waktu : J A Y A R A Y A PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 78 JAKARTA Jalan Bhakti IV/1 Komp. Pajak Kemanggisan Telp. 5327115/5482914 Jakarta Barat LEMBARAN SOAL TRYOUT

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian ini adalah lukisan Tetet Cahyati yang bertema Bandung merupakan lukisan ekspresivisme-abstrak yang bersumber gagasan dari

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Indonesia sebagai Negara Kepulauan

Lebih terperinci

dengan mencermati bahwa praktik dan gagasan seni rupa Islam di nusantara ternyata bisa dimaknai lebih terbuka sekaligus egaliter. Kesimpulan ini terba

dengan mencermati bahwa praktik dan gagasan seni rupa Islam di nusantara ternyata bisa dimaknai lebih terbuka sekaligus egaliter. Kesimpulan ini terba BAB V KESIMPULAN Seni rupa modern Islam Indonesia adalah kenyataan pertumbuhan dan praktik seni rupa modern dan kontemporer Indonesia. Pada dasarnya semangatnya merangkul prinsip-prinsip baik pada nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. Bab ini memuat simpulan dari pembahasan masalah-masalah pokok yang

BAB VIII PENUTUP. Bab ini memuat simpulan dari pembahasan masalah-masalah pokok yang BAB VIII PENUTUP Bab ini memuat simpulan dari pembahasan masalah-masalah pokok yang telah disajikan pada Bab V, Bab VI, dan Bab VII. Pada bab ini juga dicantumkan saran yang ditujukan kepada Pemerintah

Lebih terperinci

KOMPLEK GALERI SENI LUKIS di DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KOMPLEK GALERI SENI LUKIS di DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR KOMPLEK GALERI SENI LUKIS di DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan

Lebih terperinci

Nasionalisme S. Sudjojono ( ) Pembuka Babak Baru Sejarah Seni Lukis Modern Indonesia

Nasionalisme S. Sudjojono ( ) Pembuka Babak Baru Sejarah Seni Lukis Modern Indonesia Nasionalisme S. Sudjojono (1913-1986) Pembuka Babak Baru Sejarah Seni Lukis Modern Indonesia Oleh : Irwan Jamalludin M.Sn (Desain Komunikasi Visual - Sekolah Tinggi Teknologi Nusa Putra) Abstrak Tulisan

Lebih terperinci

6.5 Fauvisme Aliran Fauvisme merupakan suatu aliran yang menyimpang dari hukum-hukum seni lukis pada era itu, kelompok ini adalah kaum pembrontak

6.5 Fauvisme Aliran Fauvisme merupakan suatu aliran yang menyimpang dari hukum-hukum seni lukis pada era itu, kelompok ini adalah kaum pembrontak 6.5 Fauvisme Aliran Fauvisme merupakan suatu aliran yang menyimpang dari hukum-hukum seni lukis pada era itu, kelompok ini adalah kaum pembrontak dalam seni lukis Julukan aliran ini adalah Binatang Jalang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang utuh, hal ini menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang utuh, hal ini menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Semua kehidupan pada masing-masing manusia dalam struktur eksistensi memiliki empat aspek yaitu kepercayaan, filsafat, ilmu dan seni. Keempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas. 68 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya, hal itu diawali dengan adanya dorongan perasaan untuk menciptakan sesuatu yang baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dapat merubah pola hidup manusia maupun nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dapat merubah pola hidup manusia maupun nilainilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dapat merubah pola hidup manusia maupun nilainilai suatu budaya. Seseorang dapat dengan mudah memperoleh sesuatu yang ada dipikirannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peninggalan sejarah merupakan suatu warisan budaya yang menceritakan keluhuran dari suatu budaya masyarakat. Peninggalan sejarah yang tersebar di seluruh kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 1.1

Lebih terperinci

DISKRIPSI LUKISAN DUA PENARI

DISKRIPSI LUKISAN DUA PENARI DISKRIPSI LUKISAN DUA PENARI Dipamerkan Pada Pameran Dies Natalis Universitas Negeri Yogyakarta ke-43 Tahun 2007 Oleh Sigit Wahyu Nugroho,M.Si Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2007

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak adalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyimak adalah satu di antara empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak adalah suatu proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada dasarnya manusia hidup di dunia harus memenuhi lima kebutuhan pokok untuk bertahan hidup, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial,

Lebih terperinci

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Nama Mata Kuliah Modul ke: FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar, MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Posisi Filsafat dalam ilmu-ilmu 1) Filsafat dapat menyumbang

Lebih terperinci

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH 2016 2017 1 Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada orang laindan secara terorganisir dinamakan a katalog b

Lebih terperinci

Agus Cahyana Raden Saleh, Anak Belanda, Mooi Indie & Nasionalisme

Agus Cahyana Raden Saleh, Anak Belanda, Mooi Indie & Nasionalisme RESENSI BUKU Judul : Raden Saleh, Anak Belanda, Mooi Indie & Nasionalisme Pengarang : Harsja W. Bachtiar, Peter B.R. Carey, Onghokham Jumlah halaman: xl + 200 hlm; 13 x 19 cm Penerbit : Komunitas Bambu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memang sudah umum dilakukan oleh semua orang. Hal ini dilakukan agar

BAB I PENDAHULUAN. memang sudah umum dilakukan oleh semua orang. Hal ini dilakukan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengabadikan sebuah fenomena yang terjadi di sekitar kita memang sudah umum dilakukan oleh semua orang. Hal ini dilakukan agar memiliki kenangan untuk mengingat kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tema mengenai parodi sebagai bentuk sindiran terhadap situasi zaman, banyak ditemukan sepanjang sejarah dunia seni, dalam hal ini khususnya seni lukis, contohnya Richard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma Kritis merupakan salah satu paradigma yang di munculkan oleh Mazhab Frankurt, dengan seting landasan yang melatar belakanginya yaitu, adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

KALIGRAFI EKSPRESI ARTISTIK PERADABAN ISLAM

KALIGRAFI EKSPRESI ARTISTIK PERADABAN ISLAM PERADABAN ISLAM I: TELAAH ATAS PERKEMBANGAN PEMIKIRAN KALIGRAFI EKSPRESI ARTISTIK PERADABAN ISLAM Oleh Nurcholish Madjid Dalam kajian modern, agama Islam disebut sebagai agama yang sangat ikonoklastik,

Lebih terperinci

SEJARAH DESAIN. Bentuk Dan Isi Modul 8. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

SEJARAH DESAIN. Bentuk Dan Isi Modul 8. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk SEJARAH DESAIN Modul ke: Bentuk Dan Isi Modul 8 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Bentuk Dan Isi Abstract Bentuk dan isi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SENI RUPA MODERN & KONTEMPORER

PERKEMBANGAN SENI RUPA MODERN & KONTEMPORER PERKEMBANGAN SENI RUPA MODERN & KONTEMPORER - Pengertian Seni Modern dan Kontemporer - Ciri-ciri Seni Modern dan Kontemporer - Corak seni Modern dan Kontemporer - Aliran-aliran yang - berkembang -- Perbedaan

Lebih terperinci

ESTETIKA ABAD KE-20 SUSANNE K. LANGER. Oleh : Ritter Willy Putra Christina Abigail Daniz Puspita

ESTETIKA ABAD KE-20 SUSANNE K. LANGER. Oleh : Ritter Willy Putra Christina Abigail Daniz Puspita ESTETIKA ABAD KE-20 SUSANNE K. LANGER Oleh : Ritter Willy Putra 12120210157 Christina Abigail 12120210195 Daniz Puspita 12120210208 Fifiani Lugito 12120210231 Harryanto 12120210370 Fakultas Seni dan Desain,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu

BAB VI KESIMPULAN. kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu BAB VI KESIMPULAN A. Simpulan Keindahan dalam beragam pemaknaannya melahirkan ekspresi-ekspresi kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu bertransformasi secara ideal

Lebih terperinci

Pameran Koleksi Seni Rupa Istana Kepresidenan Republik Indonesia, 17 71: Goresan Juang Kemerdekaan Senin, 25 Juli 2016

Pameran Koleksi Seni Rupa Istana Kepresidenan Republik Indonesia, 17 71: Goresan Juang Kemerdekaan Senin, 25 Juli 2016 Pameran Koleksi Seni Rupa Istana Kepresidenan Republik Indonesia, 17 71: Goresan Juang Kemerdekaan Senin, 25 Juli 2016 Untuk pertama kalinya Istana Kepresidenan akan menampilkan karya-karya seni terbaik

Lebih terperinci

BUKU SENIMAN. Buku Sebagai Objek Berekspresi dalam Berkesenian, Mengapa Tidak? Nuning D. Adisasmito

BUKU SENIMAN. Buku Sebagai Objek Berekspresi dalam Berkesenian, Mengapa Tidak? Nuning D. Adisasmito BUKU SENIMAN Buku Sebagai Objek Berekspresi dalam Berkesenian, Mengapa Tidak? Nuning D. Adisasmito dipublikasikan pada Jurnal Wacana Seni Rupa Vol. 2 No.4 Mei 2002 Abstrak Buku Seniman atau Buku Seni dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang dari dalam maupun luar individu itu sendiri. Sebagai contoh, ketika

BAB I PENDAHULUAN. datang dari dalam maupun luar individu itu sendiri. Sebagai contoh, ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekspresi merupakan pelampiasan emosi perasaan baik secara individu maupun bersama. Ekspresi bisa muncul karena dorongan positif maupun ngeatif. Banyak faktor yang melatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan yang masih dapat terlihat sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pada dasarnya adalah suatu bentuk ungkapan (ekspresi) dan memiliki beberapa fungsi, bukan saja bersifat pribadi tetapi juga bersifat sosial. Sampai saat

Lebih terperinci

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : AFIF WIDODOAJI

Lebih terperinci

Pelatihan dan Pameran Konservasi Lukisan: Pencegahan, Restorasi dan Perawatannya

Pelatihan dan Pameran Konservasi Lukisan: Pencegahan, Restorasi dan Perawatannya e-warta YAD/Budaya/6 Februari-8 Maret 2015 Pelatihan dan Pameran Konservasi Lukisan: Pencegahan, Restorasi dan Perawatannya Pelatihan dan Pameran Konservasi Lukisan Sebagai pengembangan dari salah satu

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Batik merupakan salah satu warisan leluhur Indonesia yang telah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia, tetapi banyak masyarakat yang belum mengerti

Lebih terperinci

DOKUMENTASI KARYA SENI RUPA (KRIYA KERAMIK) BOTOL DAN TEKSTUR

DOKUMENTASI KARYA SENI RUPA (KRIYA KERAMIK) BOTOL DAN TEKSTUR DOKUMENTASI KARYA SENI RUPA (KRIYA KERAMIK) BOTOL DAN TEKSTUR Judul : Botol dan Tekstur Media : Tanah Liat (Keramik) Ukuran : 13 cm, T 35 cm Teknik : Pijat Tahun : 2007 Dibuat Oleh: Nama : B Muria Zuhdi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dari jaman dahulu komunikasi merupakan salah satu aktifitas yang terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya komunikasi dapat memberikan suatu informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Perkembangan dunia kesenirupaan saat ini sudah sangat pesat sekali dengan inovasi bahan dan media dari karya seni rupa yang sudah beragam dan kadang tidak

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009 BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Berangkat dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa Estetika sebagai logika, mengantarkan saya untuk mencoba mendalami dan menelusuri tentang keduanya, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman yang semakin modern membuat arus globalisasi menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga mengikuti arus globalisasi

Lebih terperinci

7.4 Avant Garde Avant Garde buka suatu aliran dalam seni lukis, melainkan gaya yang berkembang dalam dunia fashion serta bergerak ke desain grafis

7.4 Avant Garde Avant Garde buka suatu aliran dalam seni lukis, melainkan gaya yang berkembang dalam dunia fashion serta bergerak ke desain grafis 7.4 Avant Garde Avant Garde buka suatu aliran dalam seni lukis, melainkan gaya yang berkembang dalam dunia fashion serta bergerak ke desain grafis Avant Garde dalam bahasa Perancis berarti "garda terdepan"

Lebih terperinci

B. Jumlah Peserta Pameran Guru yang diikutkan dalam kegiatan pameran secara keseluruhan akan

B. Jumlah Peserta Pameran Guru yang diikutkan dalam kegiatan pameran secara keseluruhan akan KETENTUAN PENDAFTARAN DAN KEPESERTAAN PAMERAN SENI RUPA GURU SE-JABODETABEK DI MUSEUM BASOEKI ABDULLAH DALAM RANGKA PERINGATAN KE 59 HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2 MEI 2017 I. Bentuk Kegiatan & Tema A. Pameran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

Dr. Abdul Kadir POSTMODERNISM POSTMODERNISME

Dr. Abdul Kadir POSTMODERNISM POSTMODERNISME Dr. Abdul Kadir POSTMODERNISM E MODERNISME POSTMODERNISME PENGERTIAN POSTMODERNISME 1. Postmodernisme adalah lawan dari modernisme yang dianggap tidak berhasil mengangkat martabat manusia modern (Lyotard).

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KARYA

BAB IV TINJAUAN KARYA BAB IV TINJAUAN KARYA Perjalanan sebuah karya, dimulai ketika seniman mengalami, mencermati sesuatu dan sesuatu itu kemudian dijadikan kontemplasi yang mendalam. Selanjutnya muncul ide atau gagasan untuk

Lebih terperinci

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: Filsafat eksistensialisme merupakan pemberontakan terhadap beberapa sifat dari filsafat tradisional dan masyarakat modern. Eksistensialisme suatu protes terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas musik yang dingin, gelap, melankolis, tragis, dan beratmosfir suram. Black

BAB I PENDAHULUAN. khas musik yang dingin, gelap, melankolis, tragis, dan beratmosfir suram. Black BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Black Metal dikenal sebagai salah satu aliran musik yang mempunyai ciri khas musik yang dingin, gelap, melankolis, tragis, dan beratmosfir suram. Black Metal

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 21 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Langkah-Langkah Proses Berkarya Legenda yang dulu lahir dan tumbuh dalam masyarakat sendiri perlahan hilang atau dilupakan karena tak ada pola pewarisan yang

Lebih terperinci

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Salliyanti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Tulisan ini membicarakan peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Kebutuhan dan keinginan diperlukan terutama untuk mencapai tujuan hidup

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Kebutuhan dan keinginan diperlukan terutama untuk mencapai tujuan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki tujuan, kebutuhan, dan keinginan yang beragam. Kebutuhan dan keinginan diperlukan terutama untuk mencapai tujuan hidup seseorang.

Lebih terperinci

Galeri Seni Lukis Yogyakarta

Galeri Seni Lukis Yogyakarta Galeri Seni Lukis Yogyakarta Representasi Seni Lukis Ekspresionisme BAB.I.PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG I.1.1.LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Mayoritas penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM 2.1 Pengertian dan Sejarah Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Widiharto NIM : S200070130 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, media massa sudah menjadi kebutuhan penting bagi khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media massa adalah perpanjangan alat indra.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

SEJARAH DESAIN. Gaya Desain M Indonesia Jelita Modul XII. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif

SEJARAH DESAIN. Gaya Desain M Indonesia Jelita Modul XII. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif SEJARAH DESAIN Modul ke: Gaya Desain M Indonesia Jelita Modul XII Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstract Gaya desain Masa Indonesia

Lebih terperinci