BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Orde post-modern, dalam gagasan estetiknya, tengah melumrahkan atau secara

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orde post-modern, dalam gagasan estetiknya, tengah melumrahkan atau secara tegas bahkan memang sedang mempersilahkan agar setiap karya seni hendaknya memiliki atau memuat serba unsur di dalam kekaryaannya. Pencampur adukan gaya serta idiom, merupakan sebuah indikasi dimana karya seni tidak lagi termaknai berdasarkan persepsi tunggal, akan tetapi berdasarkan multi persepsi. Jelas hal tersebut berbeda dengan paradigma seni rupa modern yang memuat pola pikir yang serba tunggal dan utuh, lain halnya dengan pola pikir post-modern yang diwarnai dengan inconsistensi, perbedaan pendapat serta tidak adanya unsur tunggal dan utuh di dalamnya. Progres-progress modernisme; seperti halnya kebaruan, keaslian, serta universalitas, itu semua terdekonstruksi oleh kaum post-modernisme, karena hal tersebut hanya dianggap sebagai konstruksi dari apa yang disebut Meta Narasi, yang membentuk suatu keyakinan akan hal-hal atau nilai-nilai kebenaran. Dengan demikian, dalam pandangan post-modern, kesemuanya menjadi serba nisbi (relatif), tidak ada hirarki, pun, yang ada malah serba plural. Ciri utama budaya post-modern adalah pluralisme. Untuk merayakan pluralisme ini, para seniman postmodern mencampurkan berbagai komponen yang saling bertentangan menjadi sebuah karya seni. Buah karya post-modernisme selalu ambigu (mengandung dua makna). Lebih lanjut, buah karya Post-modernisme, cenderung memiliki azas ganda (double coding) yakni penggabungan antara teknik-teknik moderen dengan hal-hal lain simak; jurnal seni rupa vol. 1/95, tentang definisi post-modern - charles Jencks. 1

2 Berdasarkan pemahaman tersebut, maka, setidaknya keberadaan berpendirian luas untuk membangun ide/gagasan baru (eklektisisme) pun akan senantiasa hadir sebagai salah satu konsepsi yang memayungi para seniman dalam berkarya. Demikian halnya dengan apa yang tengah saya lakukan, dalam hal ini selain adanya upaya penggabungan antara dua genre estetik yang ada, saya pun terdorong untuk memeriksa lebih lanjut tentang (barangkali) adanya keterkaitan antara satu dengan yang lainnya (secara persepsi), menyangkut faham/kaidah-kaidah yang terbangun didalamnya. Secara subjektif, adalah ketertarikan saya terhadap corak seni lukis abstrak yang dengan unsur enigma -nya, telah mendorong saya untuk senantiasa berputar-putar pada wilayah yang serba mungkin (probabilities). Secara objektif, adalah ketertarikan saya terhadap corak seni lukis fotorealism yang sarat dengan standar kepersisan, serta rupa-realistik di dalamnya, yang seolah telah mengantarkan kita pada wilayah yang serba jelas. Dalam hal ini saya tidak hendak menyebut bahwa abstrak adalah wilayah yang samasekali kabur, walaupun (mungkin) memang terdapat berbagai pemahaman atau bahkan kontradiksi didalamnya, yang tidak jarang mengundang reaksi atau mungkin dialog lebih lanjut. Atas dasar pokok-persoalan tersebut, maka pertentangan pun muncul di dalam diri serta pemikiran saya, hingga menimbulkan suatu pernyataan, yang terbangun dari beragam pertanyaan. Bagaimanapun, baik itu abstrakisme maupun realisme, keduanya merupakan dua kecenderungan genre estetik yang berbeda, disatu sisi, abstrakisme menjauhkan diri dari alam, disisi lain realisme justru bersikap meniru-alam. Pun, keduanya masing-masing memiliki sejarah panjang dalam dunia kesenirupaan, tetapi dalam hal ini saya tidak hendak terjerembab pada wilayah yang sejarah itu, melainkan cukup berada 2

3 pada wilayah permukaannya saja. Sebab saya lebih tertarik pada persoalan penampakannya semata, bukankah itu permukaan? Maka dari itu adalah upaya saya untuk menggabungkan berbagai komponen yang saling bertentangan itu menjadi buah karya seni yang mengandung dua makna atau mungkin makna yang sama sekali lain, dalam satu bingkai. Maka, ihwal persepsi-makna (dalam karya saya), wilayah ambivalensi akan tetap cenderung hadir. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dikemukakan di awal tadi, setidaknya kita dapat menarik dua point (titik permasalahan). Yakni ketika menyoal konsep abstrak dengan mencoba menghadirkan beberapa kemungkinan / kecenderungan lain/baru yang tidak lagi termaknai sebagai sesuatu hal yang mujarad (tak berwujud), esoterik, dan membingungkan. Dan menyoal tentang konsep karya realis (fotorealis) yang tidak lagi (secara penampakan) dicerna sebagai wujud nyata pemandangan alam, figur, atau mungkin still life. - abstrak yang menuju realis Dengan demikian bidang lukisan abstrak yang semula berangkat dan dipandang sebagai dunia imajinasi yang memiliki kodrat sendiri, dunia imajiner atau irreal, menjelma menjadi wujud yang justru berangkat dari suatu hal yang serba kongkrit dan aktuil. Dengan kata lain, saya akan mencoba mengantarkan konsep abstrak dari wilayah yang serba tak nyata menuju wilayah yang sama sekali serba jelas dan nyata. (abstrak yang menuju ke realis) 3

4 - realis yang menuju abstrak Pun, demikian halnya dengan konsep lukisan realis. Dalam kajian ini, saya mencoba mengantarkan konsep lukisan fotorealis dari wilayah (yang secara penampakan) sama sekali kongkrit /jelas/nyata, menuju wilayah yang mungkin serba relatif dan enigmatik (misterius & teka teki) di dalam penampakannya. ( realis yang menuju ke abstrak). Pada setiap karya seni, akan cenderung memuat nuansa evokatif di dalamnya, mudah saja bagi kita untuk merasakan hal tersebut ketika kita hanya menyimak atas apa apa yang tampak di hadapan kita tanpa kita harus memeriksa apa yang terdapat di balik karya tersebut. Bagi saya, hadir atau tidaknya ihwal yang evokatif tersebut dalam karya saya, sungguh, persoalan tersebut bukanlah persoalan final buat saya. 1.3 Batasan Masalah Disini upaya penggabungan permasalahan kedua konsep kecenderungan genre estetik (abstrakisme dan realisme) ini, akan lebih difokuskan pada wilayah konsep gagasan estetiknya secara permukaannya saja. Seperti konsep dan visualisasi/penampakannya kemudian memutar balikan (jika bukan sebagai upaya menukarkan ) masing masing konsep kedua kecenderungan genre estetik tersebut. sehingga akan muncul dua unsur sekaligus di dalam kekaryaan-nya nanti, yakni ihwal unsur abstrak dan ihwal unsur yang realis (secara perseptual). 4

5 1.4 Tujuan Penulisan Tujuan pengantar tulisan laporan Tugas Akhir ini selain diperuntukan sebagai syarat kelengkapan yang mengiringi karya, juga diharapkan bukan hanya sebagai syarat semata, melainkan sebagai penjelas/pengantar bagi kita dalam mengapresiasi karya ini. Tentang apa, kenapa, dan bagaimana karya ini dibuat. 1.5 Manfaat Penulisan Selain sebagai penjelas atau pengantar karya, manfaat dari pada penulisan ini, bagi saya lebih sebagai pengidentifikasian lebih lanjut perihal konsep abstrak serta realis, seraya memaparkan sisi inheren-koheren didalamnya. 1.6 Metodologi Penulisan Penulisan laporan Tugas Akhir ini menggunakan metode kualitatif, dimana kelengkapan data yang diperoleh dari hasil analisa kekaryaan, serta yang merujuk pada katalog pameran karya seni, jurnal-jurnal serta artikel seni, buku-buku teori serta karya seni, pun, dimungkinkan adanya proses wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam urusan ini. Sistematika Penulisan Penulisan laporan Tugas Akhir ini disusun dengan urutan sebagai berikut; 5

6 BAB I PENDAHULUAN Mengulas tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta metode penulisan, BAB II LANDASAN TEORI Memuat tentang konsep karya yang di buat (dipersoalkan) seraya merujuk pada teori-teori estetik seni, yang kurang lebih berisi tentang identifikasi, pun, kontradiksi persepsi didalamnya. Ada pun sebagai pelengkap, beberapa Karya Seniman yang telah ada sebelumnya, dalam bab ini akan coba saya singgung pula sebagai reference, (dalam koinsidensi-nya). BAB III PROSES BERKARYA Pemaparan sekitar alasan pemilihan objek, serta termasuk didalamnya mengenai konsep visual yang digagas juga tentang proses berkarya yang dilakukan secara keseluruhan. Seraya dilengkapi dengan tinjauan karya yakni mengenai deskripsi/ulasan singkat tentang karya Tugas Akhir yang saya kerjakan. BAB IV KESIMPULAN Merupakan ikhtisar dari apa apa yang sudah diuraikan di awal, berupa deretan kalimat sebagai penutup. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 6