DISAIN PROSES HEAT-MOISTURE-TREATMENT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DISAIN PROSES HEAT-MOISTURE-TREATMENT"

Transkripsi

1 DISAIN PROSES HEAT-MOISTURE-TREATMENT (Design Process of Heat Moisture Treatment) ABSTRACT Design process of heat moisture treatment (HMT)in retort was developed to obtain a short lag time heating process and maintain moisture content of sample during HMT process. HMT process used a sample container made of aluminum pipe with a diameter of 12.7 mm, 20 cm length and 0.75 mm thick. The HMT process was conducted in a static retort at 110 C for 240 min. This process design produce HMT tapioca with short lag time (2-4 min) and maintained the moisture content of the sample. Key words : tapioca starch, heat-moisture treatment, design process PENDAHULUAN Pada banyak penelitian modifikasi pati dengan Heat Moisture Treatment, proses pemanasan dilakukan menggunakan oven, sebagian yang lain menggunakan retort atau autoklaf. Sebagian kecil menggunakan teknik pemanasan yang lain, salah satunya dengan gelombang mikro. Wadah sampel yang digunakan juga bervariasi, baik jenis maupun dimensinya (Tabel 3.1). Dari teknik HMT yang dilaporkan ini, sebagian dapat menjelaskan hubungan antara kondisi proses (suhu, waktu dan kadar air) dengan sifat fisikokimia yang diamati, sementara yang lain memberikan hasil yang bervariasi. Korelasi yang baik ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan menggunakan retort. Ketidak seragaman panas yang diterima sampel diduga sebagai penyebab adanya variasi. Perbedaan jenis dan ukuran kemasan maupun teknik (peralatan) pemanasan yang digunakan diduga mempengaruhi pola penetrasi panas ke dalam sampel. Penetrasi panas yang berlangsung secara lambat akan menyebabkan tidak seragamnya kondisi panas yang diterima oleh sampel. Anderson dan Guraya (2006) melaporkan bahwa perbedaan kadar amilosa pati beras (waxy dan non waxy) dan perbedaan daya oven gelombang mikro akan menyebabkan perbedaan pada lamanya waktu yang dibutuhkan sampel untuk mencapai suhu proses HMT yang diinginkan. Penetrasi panas berlangsung lebih 31

2 Tabel 3.1 Disain proses HMT yang dilaporkan dalam berbagai penelitian Wadah sampel Teknik HMT Sampel dan Perlakuan Sitasi Gelas jar Oven Sorgum putih; 110 C, 16 jam Olayinka, 2008 Tidak dijelaskan Autoklaf berputar Pati kentang; 110 C 140 menit; 120 C 240 menit Stuta, 1992 Tabung gelas bertutup Autoklaf Pati beras; C, ½ - 1,5 jam Hormdok dan Noomhorm, 2007 Baking pan bertutup Oven Ubi jalar; 110 C, 3 jam Singh et al., 2005 Tidak dijelaskan Oven dengan aliran udara dipaksakan Pati legume; 100 C, 16 jam Hoover dan Manuel, 1996 Botol gelas Duran dengan tutup ulir Autoklaf Pati jagung; 120 C, menit Pukkahuta et al., 2008 Cawan petri bertutup Oven Pati ubi jalar; 110 C, 4 16 jam Collado dan Corke, 1999 Tidak dijelaskan Tidak dijelaskan Pati new cocoyam; 100 C, 16 jam Lawal, 2005 Kaleng aluminium 307 x 108 Oven Pati yam; 90 C, 10 jam Tattiyakul et al., 2006 Baking pan bertutup Oven Pati ubi jalar; 110 C, 3 jam Collado et al., 2001 Tidak dijelaskan Oven Tapioka, pati ubi jalar dan garut; 110 C, 3 jam Jyothi et al., 2010 Tidak dijelaskan Tidak dijelaskan Pati kentang; C, 24 jam Vermeylen et al., 2006 Tidak dijelaskan Oven Pati jagung; 100 C, 16 jam Franco et al., 1995 Tong stainless steel tebal sekitar 10 cm (isi: 6 kg) Retort Pati kentang dan jagung Kawabata et al., 1994 Kaleng silinder (tinggi x diameter = 0,03 m x 0,073 m) Retort berputar Pati jagung Malumba et al., 2010 Wadah gelombang mikro tahan tekanan sedang Oven gelombang mikro Pati beras Anderson dan Guraya,

3 cepat pada pati beras waxy dan/atau pada daya yang lebih tinggi. Perbedaan jenis sampel dan energi yang digunakan ini menyebabkan perbedaan pada karakteristik fisikokimia pati HMT yang dihasilkan. Akan tetapi, tidak ditemukan sitasi yang menjelaskan bagaimana penetrasi panas yang terjadi dalam sampel pati selama proses berlangsung pada HMT dengan teknik konvensional (oven dan retort). Untuk meminimalkan pengaruh ketidakseragaman distribusi panas terhadap proses HMT, maka penelitian ini bertujuan untuk mendisain proses HMT yang dapat meningkatkan suhu sampel secara cepat di dalam retort menuju suhu proses yang diinginkan sekaligus juga dapat mempertahankan kadar air tetap pada nilai yang diinginkan. Disain ini diharapkan akan memberikan distribusi panas yang seragam kepada sampel selama proses HMT sehingga pengaruh kondisi proses (suhu, waktu dan kadar air) terhadap perubahan karakteristik fisikokimia pati dapat dipelajari dengan lebih baik. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan utama penelitian ini adalah tapioka dari ubi kayu varietas Faroka umur panen 15 bulan dan akuades. Peralatan yang digunakan adalah static retort, rapid visco analyzer (RVA) dan mikroskop polarisasi Pembuatan disain peralatan dan proses HMT Disain peralatan dan proses dilakukan untuk memperoleh proses HMT yang dapat menghasilkan tapioka HMT dengan waktu tunda minimal (lag time) dapat mencapai suhu proses dalam waktu singkat) sehingga proses berlangsung secara isotermal dan kadar air proses dapat dipertahankan selama proses berlangsung. Pengamatan dilakukan terhadap profil distribusi panas retort, pola penetrasi panas tapioka selama proses HMT serta karakteristik morfologi dan pasting tapioka sebelum dan sesudah HMT. 33

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Disain Wadah Pencampuran dan Wadah Proses Pencampuran sampel dan air dilakukan dalam wadah tertutup untuk meminimalkan penguapan air selama proses pencampuran sehingga kadar air yang diinginkan dapat dipertahankan. Wadah pencampur dibuat berbentuk tabung dengan sekat penyaring pada bagian tengahnya, dan dilengkapi dengan batang pengaduk (Gambar 3.1). Pati dan air yang telah dicampur dimasukkan ke dalam satu bagian wadah, lalu secara manual didorong dengan tongkat pengaduk melewati sekat penyaring sehingga berpindah ke ruang bawah. Selanjutnya, pati dikembalikan ke ruang sebelumnya dengan pengadukan manual. Proses dilakukan beberapa kali sampai tidak lagi ditemui gumpalan-gumpalan pati, mengindikasikan bahwa air telah terdistribusi secara merata ke seluruh sampel. Untuk tujuan ini, proses berlangsung sekitar 15 menit. Wadah sampel dibuat dari pipa aluminium dengan diameter 12,7 mm, panjang 20 cm dan tebal dinding 0,75 mm. Kapasitas satu tabung sampel sekitar 15 gram. Sumbat penutup tabung sampel dibuat dari polyester dilengkapi dengan karet silikon yang bersifat tahan panas. Di dalam retort, tabung-tabung sampel diletakkan pada wadah penyangga, yang berbentuk tiang penyangga dengan tutup pengunci di bagian atas dan bawah. Satu wadah penyangga didisain untuk menahan 6 buah tabung sampel. Tutup pengunci berfungsi untuk memberi efek pengunci yang lebih erat pada tutup sampel sehingga mencegah tutup terlepas pada saat proses HMT berlangsung. Secara lebih jelas, wadah sampel HMT dapat dilihat pada Gambar 3.2. Proses HMT diawali dengan penyesuaian kadar air pati sampel sesuai dengan kadar air proses yang dikehendaki dengan penambahan akuades dalam jumlah tertentu ke dalam pati yang kemudian diaduk di dalam wadah pencampuran selama 15 menit. Sampel lalu dipindahkan kedalam kantong plastik, ditutup dan dibiarkan mencapai kesetimbangan selama 2 3 jam di suhu ruang. Setelah proses aging selesai, sampel pati lalu dikemas ke dalam tabung HMT. Tabung sampel lalu diletakkan pada wadah penyangga. Proses persiapan sampel dapat dilihat pada Gambar

5 Gambar 3.1 Disain wadah pencampur sampel 35

6 Gambar 3.2 Wadah proses HMT 36

7 Gambar 3.3 Proses persiapan tapioka untuk proses HMT Retort digunakan untuk melakukan proses HMT. Bagian bawah retort diisi air, lalu retort dalam kondisi kosong dipanaskan sampai air mendidih (suhu uap air sekitar 60 C). Selanjutnya, tabung sampel dimasukkan ke dalam retort, dan proses HMT mulai dilakukan. Waktu venting proses dua menit dan CUT proses adalah 4 menit. Waktu proses dihitung setelah CUT. Setelah proses pemanasan selesai, suhu retort diturunkan secara perlahan dengan kecepatan penurunan suhu 1 C/menit, sampai tekanan mencapai tekanan udara normal. Tabung sampel lalu dikeluarkan dari retort dan didinginkan pada suhu ruang. Pati selanjutnya dikeluarkan dari tabung dan dikeringkan di oven pengering pada suhu 40 o C selama semalam. Pati HMT diblender dan disaring pada ayakan 100 mesh, dikemas dan disimpan di suhu beku (-30 ± 5 o C). Pola Distribusi Panas Retort dan Penetrasi Panas Tapioka Untuk keperluan analisis distribusi panas, maka tabung sampel dilengkapi dengan termokopel. Hasil analisis distribusi panas retort menunjukkan bahwa pada suhu awal retort 60 C, suhu 100 C tercapai dalam waktu 1-2 menit (waktu venting). Waktu untuk menaikkan suhu retort ke suhu proses (110, 120 dan 37

8 125 C) sekitar 1 2 menit. Dengan asumsi bahwa fluktuasi suhu selama 5 menit pertama tidak berpengaruh pada perubahan granula pati, untuk kemudahan proses maka come up time (CUT) dari proses ditetapkan sebesar 4 menit (Gambar 3.4). Gambar 3.4 Profil distribusi panas retort Pola penetrasi panas di dalam produk selama proses HMT dapat dilihat pada Gambar 3.5. Terlihat bahwa suhu bagian tengah tapioka telah mencapai suhu proses yang diharapkan pada kisaran waktu 2 4 menit pemanasan. Penelitian ini menunjukkan bahwa disain proses HMT yang dibuat dapat meminimalkan waktu yang dibutuhkan sampel untuk mencapai suhu proses yang diinginkan, menjadi sekitar 2 4 menit (waktu tunda, time lag). Waktu tunda ini relatif singkat jika dibandingkan dengan panjang waktu proses HMT yang akan dilakukan. Kadar Air Tapioka Sebelum dan Sesudah Proses HMT Kadar air sampel yang dipanaskan, sebelum dan sesudah proses relatif sama (Tabel 3.2). Dari data ini dapat dikatakan bahwa peralatan dan proses yang didisain dapat mempertahankan kadar air selama proses HMT berlangsung. 38

9 Gambar 3.5 Pola penetrasi panas tapioka selama proses HMT 39

10 Tabel 3.2 Data kadar air tapioka sebelum dan sesudah proses HMT Kondisi tapioka Kadar air (g/100 g) Native 13,04 ± 0,01 Setelah pencampuran 19,59 ± 0,04 Setelah HMT 19,28 ± 0,40 Perubahan Morfologi dan Karakteristik Pasting Analisis morfologi dan karakteristik pasting terhadap tapioka Faroka yang di proses dengan teknik HMT pada kadar air 20% dan suhu 110 C selama 240 menit dilakukan untuk melihat apakah perubahan karakteristik tapioka berlangsung ke arah yang sesuai dengan karakteristik pati HMT. Hasil analisis morfologi granula (Gambar 3.6) dan karakteristik pasting (Gambar 3.7) tapioka sebelum dan sesudah HMT menunjukkan bahwa proses berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Terbentuknya daerah yang kehilangan birefringence di bagian tengah granula (Gambar 3.6) dan penurunan viskositas pati (Gambar 3.7) pasca HMT, merupakan ciri utama dari pati HMT. SIMPULAN Penelitian ini menunjukkan bahwa peralatan dan proses HMT yang didisain dapat digunakan untuk memperoleh tapioka HMT, yang diidentifikasi dengan adanya perubahan morfologi granula dan karakteristik pasting, dengan kondisi proses isotermal (waktu tunda singkat) dan perubahan kadar air minimal. Proses pencampuran sampel dan air dilakukan dalam wadah tertutup untuk mencegah penguapan air selama pencampuran. Sampel yang akan di HMT ditempatkan dalam wadah sampel berbentuk tabung terbuat dari pipa aluminium dengan diameter 12,7 mm, panjang 20 cm dan tebal 0,75 mm. Proses HMT dilakukan menggunakan retort. Retort diisi air lalu dipanaskan sampai air mendidih. Setelah tabung sampel dimasukkan ke dalam retort, proses HMT dilakukan dengan waktu venting dua menit dan CUT 4 menit. Waktu proses dihitung setelah CUT. Penurunan suhu retort dilakukan secara perlahan, dengan kecepatan penurunan suhu sekitar 1 C/menit hingga tekanan mencapai tekanan udara normal, tabung sampel dikeluarkan dan didinginkan di suhu ruang. 40

11 Pati selanjutnya dikeringkan di oven pada suhu 40 C selama semalam, diblender dan disaring pada ayakan 100 mesh. Gambar 3.6 Bentuk mikroskopis granula tapioka sebelum HMT (kiri) dan sesudah HMT (kanan) Profil suhu Tapioka native Tapioka HMT Gambar 3.7 Karakteristik pasting tapioka sebelum dan sesudah HMT DAFTAR PUSTAKA Anderson AK dan Guraya HS Effects of microwave heat-moisture treatment on properties of waxy and non-waxy rice starches. Food Chemistry 97(2): Collado LS, Corke H Heat-moisture treatment effects on sweetpotato starches differing in amylose content. Food Chemistry 65 (3):

12 Collado, L.S, L.B. Mabesa, C.G. Oates dan H. Corke Bihon-type noodles from heat-moisture treated sweetpotato starch. J. Food Sci. 66(4): Franco, CML, Ciacco CF, Tavares DQ Effect of the heat-moisture treatment on the enzymatic susceptibility of corn starch granules. Starch/Stärke 47 (6) Hoover R, Manuel H Effect of heat-moisture treatment on the structure and physicochemical properties of legume starches. Food Research International 29(8): Hormdok, R dan A. Noomhorm Hydrothermal treatments of rice starch for improvement of rice noodle quality. LWT - Food Science and Technology 40 (10): Jyothi AN, Sajeev MS, Sreekumar JN Hydrothermal modifications of tropical tuber starches. 1. Effect of heat-moisture treatment on the physicochemical, rheological and gelatinization characteristics. Starch/Stärke 62:28 40 Kawabata A, Takase N, Miyoshi E, Tokyo, Sawayama S, Kimura T, Saitama, Kudo K Microscopic Observation and X-Ray Diffractiometry of heat/moisture-treated strach granules. Starch/Stärke 46 (12) Lawal OS Studies on the hydrothermal modifications of new cocoyam (Xanthosoma sagittifolium) starch. International Journal of Biological Macromolecules 37: Malumba P, Janas S, Roiseux O, Sinnaeve G, Masimango T, Sindic M, Deroanne C, Béra F Comparative study of the effect of drying temperatures and heat-moisture treatment on the physicochemical and functional properties of corn starch. Carbohydrate Polymers 79: Olayinka OO, Adebowale KO, Olu-Owolabi BI Effect of heat-moisture treatment on physicochemical properties of white sorghum starch. Food Hydrocolloids 22: Pukkahuta C, Suwannawat B, Shobsngob S, Varavinit S Comparative study of pasting and thermal transition characteristics of osmotic pressure and heat moisture treated corn starch. Carbohydrate Polymers 72: Singh S, Raina, CS, Saxena DC Effect of heat-moisture treatment and acid modification on rheological, textural and differential scanning calorimetry characteristics of sweetpotato starch. Journal of Food Science 70 (6): E373 E378 Stute R Hydrothermal modification of starches: the difference between annealing and heat/moisture-treatment. Starch/Stärke 44 (6) Tattiyakul J, Naksriarporn T, Pradipasena P, Miyawaki O Effect of moisture on hydrothermal modification of yam Dioscorea hispida Dennst starch. Starch/Stärke 58: Vermeylen R, Goderis B, Delcour JA An X-ray Study of Hydrothermally Treated Potato Starch. Carbohydrate Polymers 64:

PENGARUH PROSES HMT TERHADAP KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN KRISTALINITAS TAPIOKA

PENGARUH PROSES HMT TERHADAP KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN KRISTALINITAS TAPIOKA PENGARUH PROSES HMT TERHADAP KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN KRISTALINITAS TAPIOKA (Effect of Heat-Moisture-Treatment on Morphology and Crystallinity of Tapioca) ABSTRACT Tapioca starch was modified by heat

Lebih terperinci

PENGARUH HEAT MOISTURE TREATED (HMT) TERHADAP PROFIL GELATINISASI TEPUNG JAGUNG

PENGARUH HEAT MOISTURE TREATED (HMT) TERHADAP PROFIL GELATINISASI TEPUNG JAGUNG PENGARUH HEAT MOISTURE TREATED (HMT) TERHADAP PROFIL GELATINISASI TEPUNG JAGUNG HEAT MOISTURE TREATED (HMT) INFLUENCE ON CORN FLOUR GELATINIZATION PROFILES Oke Anandika Lestari 1), Feri Kusnandar 2) dan

Lebih terperinci

Heat Moisture Treated (HMT) Influence on Corn Flour Gelatinization Profiles

Heat Moisture Treated (HMT) Influence on Corn Flour Gelatinization Profiles PENGARUH HEAT MOISTURE TREATED (HMT) TERHADAP PROFIL GELATINISASI TEPUNG JAGUNG Heat Moisture Treated (HMT) Influence on Corn Flour Gelatinization Profiles Oke Anandika Lestari* 1, Feri Kusnandar 2, Nurheni

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES HEAT-MOISTURE TREATMENT (HMT) TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA PATI

PENGARUH PROSES HEAT-MOISTURE TREATMENT (HMT) TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA PATI PENGARUH PROSES HEAT-MOISTURE TREATMENT (HMT) TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA PATI [Effect of Heat-Moisture Treatment (HMT) Process on Physicochemical Characteristics of Starch] Elvira Syamsir*, Purwiyatno

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 sampai dengan Oktober 2012. Adapun laboratorium yang digunakan selama penelitian antara lain Pilot

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA TAPIOKA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKO KIMIA TAPIOKA HMT YANG DIHASILKAN

PENGARUH KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA TAPIOKA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKO KIMIA TAPIOKA HMT YANG DIHASILKAN PENGARUH KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA TAPIOKA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKO KIMIA TAPIOKA HMT YANG DIHASILKAN (Effect of Physicochemical Characteristics of Tapioca on Physicochemical Characteristics of HMT

Lebih terperinci

Pengaruh Lama Modifikasi Heat-Moisture Treatment (HMT) Terhadap Sifat Fungsional dan Sifat Amilografi Pati Talas Banten (Xanthosoma undipes K.

Pengaruh Lama Modifikasi Heat-Moisture Treatment (HMT) Terhadap Sifat Fungsional dan Sifat Amilografi Pati Talas Banten (Xanthosoma undipes K. JP2 Jurnal Penelitian Pangan Volume 1.1, Agustus 216 P - ISSN: 2528-3537; E - ISSN: 2528-5157 DOI: 1.24198/jp2.216.vol1.1.8 Website: www.jurnal.unpad.ac.id/jp2 Pengaruh Lama Modifikasi Heat-Moisture Treatment

Lebih terperinci

Optimisasi Suhu Pemanasan dan Kadar Air pada Produksi Pati Talas Kimpul Termodifikasi dengan Teknik Heat Moisture Treatment (HMT)

Optimisasi Suhu Pemanasan dan Kadar Air pada Produksi Pati Talas Kimpul Termodifikasi dengan Teknik Heat Moisture Treatment (HMT) AGRITECH, Vol. 36, No. 3, Agustus 2016, 302-307 DOI: http://dx.doi.org/10.22146/agritech.16602, ISSN: 0216-0455 Tersedia online di https://jurnal.ugm.ac.id/agritech/ Optimisasi Suhu Pemanasan dan Kadar

Lebih terperinci

ANALISIS PATI SAGU YANG DIMODIFIKASI HEAT MOISTURE TREATMENT DAN SIFAT ORGANOLEPTIK SOHUN INSTAN

ANALISIS PATI SAGU YANG DIMODIFIKASI HEAT MOISTURE TREATMENT DAN SIFAT ORGANOLEPTIK SOHUN INSTAN ANALISIS PATI SAGU YANG DIMODIFIKASI HEAT MOISTURE TREATMENT DAN SIFAT ORGANOLEPTIK SOHUN INSTAN ANALYSIS OF SAGO STARCH MODIFIED BY HEAT MOISTURE TREATMENT AND THE ORGANOLEPTIC PROPERTIES OF INSTANT STARCH

Lebih terperinci

Modifikasi Pati Sagu dengan Metode Heat Moisture Treatment La Ega, Cynthia Gracia Christina Lopulalan

Modifikasi Pati Sagu dengan Metode Heat Moisture Treatment La Ega, Cynthia Gracia Christina Lopulalan Modifikasi Pati Sagu dengan Metode Heat Moisture Treatment La Ega, Cynthia Gracia Christina Lopulalan Karakteristik Fisik Bubur Instan Tersubtitusi Tepung Pisang Tongka Langit Priscillia Picauly, Gilian

Lebih terperinci

Pati ubi kayu (tapioka)

Pati ubi kayu (tapioka) Pengaruh Heat Moisture Treatment (HMT) Pada Karakteristik Fisikokimia Tapioka Lima Varietas Ubi Kayu Berasal dari Daerah Lampung Elvira Syamsir, Purwiyatno Hariyadi, Dedi Fardiaz, Nuri Andarwulan, Feri

Lebih terperinci

Sifat Fisikokimia Pati Sorghum Varietas Merah dan Putih Termodifikasi Heat Moisture Treatment (HMT) untuk Produk Bihun Berkualitas

Sifat Fisikokimia Pati Sorghum Varietas Merah dan Putih Termodifikasi Heat Moisture Treatment (HMT) untuk Produk Bihun Berkualitas Sifat Fisikokimia Pati Sorghum Varietas Merah dan Putih Termodifikasi Heat Moisture Treatment (HMT) untuk Produk Bihun Berkualitas Kristinah Haryani 1 *, Hadiyanto 2, Hargono 3, dan Noer Abyor Handayani

Lebih terperinci

OPTIMASI PROSES DAN FORMULA PADA PENGOLAHAN MI SAGU KERING (Metroxylon sagu)

OPTIMASI PROSES DAN FORMULA PADA PENGOLAHAN MI SAGU KERING (Metroxylon sagu) OPTIMASI PROSES DAN FORMULA PADA PENGOLAHAN MI SAGU KERING (Metroxylon sagu) Process and Formula Optimizations on Dried Sago (Metroxylon sagu) Noodle Processing Adnan Engelen, Sugiyono, Slamet Budijanto

Lebih terperinci

Diagram Sifat-sifat Pati

Diagram Sifat-sifat Pati Diagram Sifat-sifat Pati X-ray Crystallography Mempelajari sifat kristalin pati X-ray pattern, obtained when a crystal is irradiated with X-rays. This pattern is distinctive to the crystal structure 3

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat 18 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai Mei 2010 di Laboratorium Pilot Plant Seafast Center IPB, Laboratorium Kimia dan Laboratorium Rekayasa Proses

Lebih terperinci

Kata kunci: patimillet, Heat Moisture Treatment (HMT), annealing, fungsional, amilografi

Kata kunci: patimillet, Heat Moisture Treatment (HMT), annealing, fungsional, amilografi 76 Artikel Penelitian Sifat Fungsional dan Amilografi Pati Millet Putih (Pennisetum glaucum) Termodifikasi secara Heat Moisture Treatment dan Functional and Amylographic Properties of Modified Millet Starch

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK PATI NATIVE 1. Karakteristik Fisik Sifat bahan pangan berbentuk bubuk dapat digolongkan dalam dua tingkat yaitu bubuk sebagai partikel dan sebagai kesatuan (bulk).

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FUNGSIONAL DAN AMILOGRAFI PATI UBI JALAR

KAJIAN SIFAT FUNGSIONAL DAN AMILOGRAFI PATI UBI JALAR 739 KAJIAN SIFAT FUNGSIONAL DAN AMILOGRAFI PATI UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) DENGAN PERLAKUAN SUHU DAN LAMA WAKTU HEAT MOISTURE TREATMENT SEBAGAI BAHAN SEDIAAN PANGAN DARURAT 1 Marleen Sunyoto, 1 Robi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ama KK Pangan Lokal Papua sebagai Kearifan Budaya. Harian Kompas. [3 februari 2006].

DAFTAR PUSTAKA. Ama KK Pangan Lokal Papua sebagai Kearifan Budaya. Harian Kompas.  [3 februari 2006]. 65 DAFTAR PUSTAKA Adebowale, K.O., B.I. Olu-Owolabi, O.O. Olayinka dan O.S. Lawal. 2005. Effect of Heat Moisture Treatment and Annealing on Physicochemical Properties of Red Sorgum Starch. African J of

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA TAPIOKA DARI LIMA VARIETAS UBI KAYU

KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA TAPIOKA DARI LIMA VARIETAS UBI KAYU KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA TAPIOKA DARI LIMA VARIETAS UBI KAYU (Physicohemical Characterisation of Tapioca from Five Cassava Varieties) ABSTRACT The physicochemical properties of tapiocas from five

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PATI BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr.,) DENGAN HEAT MOISTURE TREATMENT (HMT) Sumarlin Raswen Efendi Rahmayuni

KARAKTERISASI PATI BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr.,) DENGAN HEAT MOISTURE TREATMENT (HMT) Sumarlin Raswen Efendi Rahmayuni KARAKTERISASI PATI BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr.,) DENGAN HEAT MOISTURE TREATMENT (HMT) Sumarlin Raswen Efendi Rahmayuni alinpeace@gmail.com / 085365042631 Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH MODIFIKASI HMT (HEAT MOISTURE TREATMENT) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN NILAI ORGANOLEPTIK TEPUNG SAGU (Metroxylon sp)

PENGARUH MODIFIKASI HMT (HEAT MOISTURE TREATMENT) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN NILAI ORGANOLEPTIK TEPUNG SAGU (Metroxylon sp) ISSN:2527-6271 PENGARUH MODIFIKASI HMT (HEAT MOISTURE TREATMENT) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN NILAI ORGANOLEPTIK TEPUNG SAGU (Metroxylon sp) [The Influence Of Heat Moisture Treatment On Physico-Chemical

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal DOI: https://doi.org/10.17969/jtipi.v8i2.5822 http://jurnal.unsyiah.ac.id/tipi Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal KARAKTERISTIK PATI UBI JALAR KREM (Ipomea batatas) TERMODIFIKASI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Walur (Amorphophallus campanulatus var sylvestris)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Walur (Amorphophallus campanulatus var sylvestris) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Walur (Amorphophallus campanulatus var sylvestris) Walur (Amorphopallus campanulatus var sylvestris) merupakan tanaman dari famili Araceae. Tanaman walur mempunyai daun tunggal

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH PENGUKUSAN BERTEKANAN (STEAM PRESSURE TREATMENT) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA TEPUNG JAGUNG

KAJIAN PENGARUH PENGUKUSAN BERTEKANAN (STEAM PRESSURE TREATMENT) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA TEPUNG JAGUNG Hasil Penelitian J. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXIII No. 1 Th. 2012 KAJIAN PENGARUH PENGUKUSAN BERTEKANAN (STEAM PRESSURE TREATMENT) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA TEPUNG JAGUNG [Study of The Effects

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pati Walur Alami Sifat bahan pangan dalam bentuk bubuk dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai partikel dan sebagai kesatuan (bulk). Sifat bulk ditentukan oleh

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Lebih terperinci

MODIFIKASI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L. Poir) DENGAN METODE HEAT MOISTURE TREATMENT (HMT) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN MI INSTAN

MODIFIKASI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L. Poir) DENGAN METODE HEAT MOISTURE TREATMENT (HMT) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN MI INSTAN METANA, Vol. 11 No. 01, JULI 2015, Hal. 37 46 MODIFIKASI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L. Poir) DENGAN METODE HEAT MOISTURE TREATMENT (HMT) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN MI INSTAN Herry Santosa

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FISIK PATI GANYONG (Cannaa edulis Kerr) TERMODIFIKASI SECARA HIDROTERMAL

KARAKTERISASI FISIK PATI GANYONG (Cannaa edulis Kerr) TERMODIFIKASI SECARA HIDROTERMAL KARAKTERISASI FISIK PATI GANYONG (Cannaa edulis Kerr) TERMODIFIKASI SECARA HIDROTERMAL Maila Yesti Kuswandari, Olivia Anastria, Dyah Hesti Wardhani *) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

2. Karakteristik Pasta Selama Pemanasan (Pasting Properties)

2. Karakteristik Pasta Selama Pemanasan (Pasting Properties) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK PATI SAGU DAN AREN HMT 1. Kadar Air Salah satu parameter yang dijadikan standard syarat mutu dari suatu bahan atau produk pangan adalah kadar air. Kadar air merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH HEAT MOISTURE TREATMENT PATI AREN DAN SAGU TERHADAP SIFAT KRISTALINITAS DAN KUALITAS KERUPUK ANANDITYA NUGRAHA

PENGARUH HEAT MOISTURE TREATMENT PATI AREN DAN SAGU TERHADAP SIFAT KRISTALINITAS DAN KUALITAS KERUPUK ANANDITYA NUGRAHA PENGARUH HEAT MOISTURE TREATMENT PATI AREN DAN SAGU TERHADAP SIFAT KRISTALINITAS DAN KUALITAS KERUPUK ANANDITYA NUGRAHA DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK PURE KERING UBI JALAR DENGAN PERLAKUAN SUHU DAN LAMA ANNEALING SEBAGAI SEDIAAN PANGAN DARURAT

KAJIAN KARAKTERISTIK PURE KERING UBI JALAR DENGAN PERLAKUAN SUHU DAN LAMA ANNEALING SEBAGAI SEDIAAN PANGAN DARURAT KAJIAN KARAKTERISTIK PURE KERING UBI JALAR DENGAN PERLAKUAN SUHU DAN LAMA ANNEALING SEBAGAI SEDIAAN PANGAN DARURAT M. Sunyoto 1, R. Andoyo 2, H. Radiani A. 3, Rista. N 4 1,2,3,4 Jurusan Teknologi Pangan,

Lebih terperinci

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI 1 Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan suatu proses pembuatan mi jagung kering.

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Pengoperasian Retort

Prinsip-prinsip Pengoperasian Retort Prinsip-prinsip Pengoperasian Retort Prof., PhD Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fateta, IPB Director of Southeast Asian Food & Agricultural Science & Technology (SEAFAST) Center, Bogor Agricultural

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENGUKUSAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA MASHED SWEET POTATO POWDER

PENGARUH LAMA PENGUKUSAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA MASHED SWEET POTATO POWDER PENGARUH LAMA PENGUKUSAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA MASHED SWEET POTATO POWDER SKRIPSI OLEH : KEN AYU HASTUNGKORO RETNO WILIS 6103012090 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan. pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan

Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan. pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan IV. BAHAN DAN METODE PERCOBAAN 4.1. Waktu dan Tempat Percobaan Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dengan topik Desain Cetakan Tapioca Based Puffed Snack Panggang Dengan Bahan Dasar Stainless Steel dan Aluminium dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN KE-1 TAHUN ANGGARAN 2012

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN KE-1 TAHUN ANGGARAN 2012 Bidang : Ketahanan dan Keamanan Pangan LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN KE-1 TAHUN ANGGARAN 2012 Judul : Sintesis Tepung dan Pati Ubi Jalar termodifikasi Sebagai Bahan Baku Beras

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL

LAPORAN AKHIR PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL LAPORAN AKHIR PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL SINTESIS TEPUNG DAN PATI UBI JALAR TERMODIFIKASI SEBAGAI BAHAN BAKU BERAS IMITASI MULTIFUNGSIONAL Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun Ketua : Dr. Widya Dwi Rukmi

Lebih terperinci

FORMULASI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU

FORMULASI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU FORMULASI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU Formulation of Dry Sago Noodles with Mung Bean Flour Substitution Hilka Yuliani, Nancy Dewi Yuliana, Slamet Budijanto Departemen Ilmu dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TEPUNG UWI UNGU (Dioscorea alata L.) YANG DIRENDAM DAN DIKERINGAN SEBAGAI BAHAN EDIBLE PAPER

KARAKTERISTIK TEPUNG UWI UNGU (Dioscorea alata L.) YANG DIRENDAM DAN DIKERINGAN SEBAGAI BAHAN EDIBLE PAPER KARAKTERISTIK TEPUNG UWI UNGU (Dioscorea alata L.) YANG DIRENDAM DAN DIKERINGAN SEBAGAI BAHAN EDIBLE PAPER Characteristics of Soaked and Dried Water Yam Flour as Material for Producing Edible Paper Erning

Lebih terperinci

sampel pati diratakan diatas cawan aluminium. Alat moisture balance ditutup dan

sampel pati diratakan diatas cawan aluminium. Alat moisture balance ditutup dan 59 60 Lampiran 1.Pengukuran Kandungan Kimia Pati Batang Aren (Arenga pinnata Merr.) dan Pati Temulawak (Curcuma xanthorizza L.) a. Penentuan Kadar Air Pati Temulawak dan Pati Batang Aren Menggunakan Moisture

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel.

BAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel. BAB IV ANALISA 4.1 FENOMENA DAN PENYEBAB KERUSAKAN KUALITAS PRODUK 4.1.1 Fenomena dan penyebab terjadinya case hardening Pada proses pengeringan yang dilakukan oleh penulis khususnya pada pengambilan data

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. penduduk sehingga terjadi masalah hal ketersediaan pangan. Ketergantungan pada

PENDAHULUAN. penduduk sehingga terjadi masalah hal ketersediaan pangan. Ketergantungan pada PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang terus meningkat. Namun demikian peningkatan ini tidak seimbang dengan pertambahan jumlah penduduk sehingga terjadi masalah

Lebih terperinci

Karakteristik Pati Sagu yang Dimodifikasi dengan Perlakuan Gelatinisasi dan Retrogradasi Berulang

Karakteristik Pati Sagu yang Dimodifikasi dengan Perlakuan Gelatinisasi dan Retrogradasi Berulang ARTIKEL Karakteristik Pati Sagu yang Dimodifikasi dengan Perlakuan Gelatinisasi dan Retrogradasi Berulang ABSTRAK Modifikasi pati adalah perlakuan yang diberikan pada pati agar diperoleh sifat yang lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras. 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras. Jagung juga mengandung unsur gizi lain yang diperlukan manusia yaitu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2011 hingga Agustus 2011 di Laboratorium Energi dan Listrik Pertanian serta Laboratorium Pindah Panas dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MUTU MIE INSTAN DARI TEPUNG KOMPOSIT PATI KENTANG TERMODIFIKASI, TEPUNG MOCAF, DAN TEPUNG TERIGU DENGAN PENAMBAHAN GARAM FOSFAT

KARAKTERISTIK MUTU MIE INSTAN DARI TEPUNG KOMPOSIT PATI KENTANG TERMODIFIKASI, TEPUNG MOCAF, DAN TEPUNG TERIGU DENGAN PENAMBAHAN GARAM FOSFAT KARAKTERISTIK MUTU MIE INSTAN DARI TEPUNG KOMPOSIT PATI KENTANG TERMODIFIKASI, TEPUNG MOCAF, DAN TEPUNG TERIGU DENGAN PENAMBAHAN GARAM FOSFAT (Quality Characteristics of instant Noodles made from Flour

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN 1. Bahan Bahan baku pembuatan pati terdiri atas tapioka dan pati sagu yang diperoleh dari pengolahan masyarakat secara tradisional dari daerah Cimahpar (Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Waktu, Lokasi Pengambilan Tanah Gambut dan Tempat Penelitian Bahan gambut berasal dari Kabupaten Dumai, Bengkalis, Indragiri Hilir, Siak, dan Kampar, Provinsi Riau dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

LAMPIRAN II PERHITUNGAN 2.1 Perhitungan Putaran LAMPIRAN II PERHITUNGAN Perhitungan kecepatan untuk mengetahui berapa kemampuan kecepatan alat yang dihasilkan pada proses chips ubi ungu. dibandingkan secara teori dan praktik,

Lebih terperinci

LOGO. Karakterisasi Beras Buatan (Artificial Rice) Dari Campuran Tepung Sagu dan Tepung Kacang Hijau. Mitha Fitriyanto

LOGO. Karakterisasi Beras Buatan (Artificial Rice) Dari Campuran Tepung Sagu dan Tepung Kacang Hijau. Mitha Fitriyanto LOGO Karakterisasi Beras Buatan (Artificial Rice) Dari Campuran Tepung Sagu dan Tepung Kacang Hijau Mitha Fitriyanto 1409100010 Pembimbing : Prof.Dr.Surya Rosa Putra, MS Pendahuluan Metodologi Hasil dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : bahan baku pembuatan pati termoplastis yang terdiri dari tapioka dan onggok hasil produksi masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PATI DARI BATANG POHON AREN PADA BERBAGAI FASE PERTUMBUHAN. Starch Charateristics of Palm Sugar Tree at Various Growth Phases

KARAKTERISTIK PATI DARI BATANG POHON AREN PADA BERBAGAI FASE PERTUMBUHAN. Starch Charateristics of Palm Sugar Tree at Various Growth Phases J. Agroland 16 (3) : 199-205, September 2009 ISSN : 0854 641X KARAKTERISTIK PATI DARI BATANG POHON AREN PADA BERBAGAI FASE PERTUMBUHAN Starch Charateristics of Palm Sugar Tree at Various Growth Phases

Lebih terperinci

INCUBATOR SHAKER IK.KS.4000i Control

INCUBATOR SHAKER IK.KS.4000i Control INCUBATOR SHAKER IK.KS.4000i Control Incubator dibuka dan letakkan bahan yang akan disentrifuse; Pasang dan hubungkan cable dengan listrik, tunggu ± 15 detik agar aliran listrik stabil Tekan tombol power

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK. dan karakter pelapis. Karakter pelapis dipengaruhi oleh jenis dan jumlah dari bahan dasar penyusun, plasticizer, dan

ABSTRAK. dan karakter pelapis. Karakter pelapis dipengaruhi oleh jenis dan jumlah dari bahan dasar penyusun, plasticizer, dan KINETIKA PERTUMBUHAN MIKROBIA DAN KEMUNDURAN MUTU BAKSO BERPELAPIS EDIBLE AKTIF BERBASIS PATI KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium) PADA BERBAGAI KETEBALAN Kinetics of Microbial Growth and Quality Deterioration

Lebih terperinci

Prinsip Kecukupan Proses Thermal

Prinsip Kecukupan Proses Thermal Prinsip Kecukupan Proses Thermal Prof., PhD Department of Food Science & Technology, and Southeast Asian Food & Agricultural Science & Technology (SEAFAST) Center, Bogor Agricultural University, BOGOR,

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah Pasir ini berada di Kecamatan Pasir Sakti,

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah Pasir ini berada di Kecamatan Pasir Sakti, III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel tanah Pasir ini berada di Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur. Pengambilan sampel tanah pasir menggunakan tabung pipa paralon

Lebih terperinci

4. Total Soluble Carbohydrate (Metode Phenol-AsamSulfat)

4. Total Soluble Carbohydrate (Metode Phenol-AsamSulfat) LAMPIRAN Lampiran 1. Karakterisasi Komposisi Mutu Cairan Fermentasi dan Tapioka Asam 1. ph (AOAC, 1995) Sampel sebanyak 2,5 g dilarutkan dalam 25 ml aquades. Pengukuran ph menggunakan alat ph meter yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di Laboratorium Daya dan Alat, Mesin Pertanian, dan Laboratorium Rekayasa Bioproses

Lebih terperinci

Modifikasi Pati Ubi Kayu secara Fermentasi dengan Lactobacillus manihotivorans dan L. fermentum yang Diisolasi dari Gatot

Modifikasi Pati Ubi Kayu secara Fermentasi dengan Lactobacillus manihotivorans dan L. fermentum yang Diisolasi dari Gatot Modifikasi Pati Ubi Kayu secara Fermentasi dengan Lactobacillus manihotivorans dan L. fermentum yang Diisolasi dari Gatot Jayus 1,2), Nurhayati 1,2,*), Achmad Subagio 1,2), Heru Widyatmoko 2,3) 1) Center

Lebih terperinci

EFEK SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN PATI KETAN TERHADAP SIFAT FISIK COOKIES

EFEK SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN PATI KETAN TERHADAP SIFAT FISIK COOKIES EFEK SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN PATI KETAN TERHADAP SIFAT FISIK COOKIES Iffah Muflihati 1), Lukitawesa 2), Birgitta Narindri 3), Afriyanti 4), Reny Mailia 5) 1) Fakultas Teknik, Universitas PGRI Semarang

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 PERANAN TEPUNG JAGUNG DAN TEPUNG TAPIOKA DALAM PEMBUATAN KERAMIK ALUMINA BERPORI DENGAN PROSES SLIP CASTING Soejono Tjitro, Juliana Anggono dan Dian Perdana Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Suhu dan Waktu Proses Modifikasi HMT Terhadap Karakteristik Pati jagung Dalam proses modifikasi pati jagung HMT dilakukan pemilihan suhu dan waktu terbaik selama perlakuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah grit jagung berukuran 24 mesh, tepung beras, tepung gandum, tepung kentang, bubuk coklat, garam, pemanis, pengembang,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 135 cc, dengan merk Yamaha

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi 12 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel buah kopi dilakukan pada perkebunan kopi rakyat di Desa Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

Lebih terperinci

MEKANISME PROSES PEMBUATAN MI BERBAHAN BAKU JAGUNG

MEKANISME PROSES PEMBUATAN MI BERBAHAN BAKU JAGUNG MEKANISME PROSES PEMBUATAN MI BERBAHAN BAKU JAGUNG Tjahja Muhandri Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, FATETA - IPB Peneliti SEAFAST Center - IPB Email : cahyomuhandri@yahoo.com ABSTRAK Penelitian tentang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 2. Formulasi adonan

METODE PENELITIAN. Tabel 2. Formulasi adonan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam proses ekstrusi dan pre-conditioning adalah gritz jagung, tepung gandum, tepung beras, minyak dan air. Bahan yang digunakan untuk analisis

Lebih terperinci

SIFAT FISIKOKIMIA TEPUNG PREGELATINISASI BERAS MERAH DAN KETAN HITAM DENGAN VARIASI WAKTU PENGUKUSAN SKRIPSI

SIFAT FISIKOKIMIA TEPUNG PREGELATINISASI BERAS MERAH DAN KETAN HITAM DENGAN VARIASI WAKTU PENGUKUSAN SKRIPSI SIFAT FISIKOKIMIA TEPUNG PREGELATINISASI BERAS MERAH DAN KETAN HITAM DENGAN VARIASI WAKTU PENGUKUSAN SKRIPSI OLEH : YESSICA MULIA WIJAYA NRP 6103008122 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Penimbangan Serbuk Alumunium (Al), Grafit (C), dan Tembaga (Cu) Pencampuran Serbuk Al dengan 1%Vf C dan 0,5%Vf Cu Kompaksi 300 bar Green Compact

Lebih terperinci

KAJIAN MUTU MI INSTAN YANG TERBUAT DARI TEPUNG JAGUNG LOKAL RIAU DAN PATI SAGU. Riau. Riau

KAJIAN MUTU MI INSTAN YANG TERBUAT DARI TEPUNG JAGUNG LOKAL RIAU DAN PATI SAGU. Riau. Riau KAJIAN MUTU MI INSTAN YANG TERBUAT DARI TEPUNG JAGUNG LOKAL RIAU DAN PATI SAGU Akhyar Ali 1, Usman Pato 1, dan Dony Maylani 2 1 Staf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

The, Kevin Ciandra T. NRP 6103009136. Pengaruh Proporsi Tapioka dan Tepung Jagung terhadap Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Kerupuk Jagung. Di bawah bimbingan: 1. Ir. Indah Kuswardani, MP. 2. Erni Setijawati,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAGU B. AREN

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAGU B. AREN II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAGU Sagu (Metroxylon sp.) diduga berasal dari Maluku dan Papua. Hingga saat ini belum ada data yang mengungkapkan sejak kapan awal mula sagu ini dikenal. Di wilayah Indonesia bagian

Lebih terperinci

PEMBUATAN DEKSTRIN DARI PATI SORGUM SECARA HIDROLISIS MENGGUNAKAN ENZIM α-amilase

PEMBUATAN DEKSTRIN DARI PATI SORGUM SECARA HIDROLISIS MENGGUNAKAN ENZIM α-amilase Abstrak PEMBUATAN DEKSTRIN DARI PATI SORGUM SECARA HIDROLISIS MENGGUNAKAN ENZIM α-amilase Kristinah Haryani 1), Hargono 1), A. M. Samsudin 1), H. Satriadi 1), Suryanto 2) 1) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

S K R I P S I. Oleh : NI LUH DESI RASTIYATI

S K R I P S I. Oleh : NI LUH DESI RASTIYATI PENGARUH KONSENTRASI NaCl DAN RASIO AIR DENGAN BAHAN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU PATI UBI GADUNG (Dioscorea hispida Dennst) S K R I P S I Oleh : NI LUH DESI RASTIYATI 1211205040 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

Pengukuran Difusivitas Termal dan Sifat Dielektrik pada Frekuensi Radio dari Andaliman

Pengukuran Difusivitas Termal dan Sifat Dielektrik pada Frekuensi Radio dari Andaliman Pengukuran Difusivitas Termal dan Sifat Dielektrik pada (Determination of Thermal Diffusivity and Dielectric Properties in Radio Frequency of Andaliman [Zanthoxylum acanthopodium DC]) Firman R. L. Silalahi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT

METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT 3.1.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung sukun, dan air distilata. Tepung sukun yang digunakan diperoleh dari Badan Litbang Kehutanan,

Lebih terperinci

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah:

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: BAB VII LAMPIRAN Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: Ukuran buah jambu biji merah: - Diameter = + 10 cm - 1kg = 7-8 buah jambu biji merah (berdasarkan hasil pengukuran)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 4 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian. Alat penelitian a. Sepeda motor. Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor bensin 4-langkah 0 cc. Adapun spesifikasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel tanah yang digunakan adalah jenis tanah organik

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel tanah yang digunakan adalah jenis tanah organik III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Pada penelitian ini sampel tanah yang digunakan adalah jenis tanah organik yang berasal dari Rawa Sragi, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur. Dan Cornice

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 DESAIN ALAT CETAK PUFFED Desain yang dihasilkan untuk membuat alat cetak puffred agar mampu menghasilkan produk akhir yang tidak bergelombang dan flat dari hasil perhitungan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PATI SAGU MODIFIKASI DENGAN METODE ASETILASI CHARACTERISTICS OF SAGO STARCH MODIFIED BY ACETYLATION METHOD

KARAKTERISTIK PATI SAGU MODIFIKASI DENGAN METODE ASETILASI CHARACTERISTICS OF SAGO STARCH MODIFIED BY ACETYLATION METHOD KARAKTERISTIK PATI SAGU MODIFIKASI DENGAN METODE ASETILASI CHARACTERISTICS OF SAGO STARCH MODIFIED BY ACETYLATION METHOD By Hidayati (0806113965) Faizah Hamzah and Rahmayuni yatiwy@yahoo.com (085271611717)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung a. Kadar Air Cawan kosong (ukuran medium) diletakkan dalam oven sehari atau minimal 3 jam sebelum pengujian. Masukkan cawan kosong tersebut dalam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji 4 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 0 cc, dengan merk Yamaha

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Cara uji kelarutan aspal 1 Ruang lingkup Cara uji kelarutan aspal secara khusus menguraikan alat dan bahan yang digunakan serta prosedur kerja untuk mendapatkan hasil kelarutan aspal. Cara uji ini dilakukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L. LAMPIRAN Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) 47 Lampiran. Oven Lampiran 4. Autoklaf 48 Lampiran 5. Tanur Lampiran

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI TAPIOKA PADA BERAS VARIETAS MENTIK (Oryza sativa var. Mentik) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA RICE PAPER

PENGARUH KONSENTRASI TAPIOKA PADA BERAS VARIETAS MENTIK (Oryza sativa var. Mentik) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA RICE PAPER PENGARUH KONSENTRASI TAPIOKA PADA BERAS VARIETAS MENTIK (Oryza sativa var. Mentik) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA RICE PAPER SKRIPSI OLEH: AGNES AYU PUTRININGSIH 6103013075 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan April sampai Bulan Agustus 2013. Penelitian pengaruh penambahan edible coat kitosan sebagai anti jamur pada

Lebih terperinci

Gambar 19. Variasi suhu input udara

Gambar 19. Variasi suhu input udara VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Proses Pengamatan proses dilakukan pada empat parameter proses, yaitu sifat psikrometri udara, kecepatan udara, kecepatan pemasukan pati basah, dan sifat dehidrasi pati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengujian briket dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 50% penduduk dunia tergantung pada beras sebagai sumber kalori utama. Di Indonesia, konsumsi dari kelompok padi-padian masih dominan baik di kota maupun di

Lebih terperinci