BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berubah di dalamnya (tempora mutantur et nos mutamur Illis). Perubahan juga berlaku
|
|
- Yenny Sumadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan merupakan suatu proses yang dinamis di dalam fase kehidupan. Hans J. Daeng (2000) dalam bukunya menyebutkan bahwa waktu terus berubah dan manusia ikut berubah di dalamnya (tempora mutantur et nos mutamur Illis). Perubahan juga berlaku pada perilaku perilaku individu didalam menjaga keberlangsungan dimensi ekonominya. Perubahan merupakan salah satu isu yang sangat penting untuk organisasi atau perusahaan dalam menghadapi pergerakan lingkungan bisnis yang terjadi secara terus menerus. Lingkungan sekitar yang berubah secara cepat menuntut suatu organisasi atau perusahaan untuk terus beradaptasi dengan kondisi tersebut (Robbins dan Judge, 2007). Pemimpin organisasi atau perusahaan yang baik harus bisa merespon melalui usaha yang tepat terhadap tantangan baru yang terjadi. Perusahaan harus menemukan posisi yang sesuai dan cara cara baru dalam menyikapi perubahan sehingga memiliki peluang yang lebih kecil untuk tersingkir dari perubahan yang cepat. Lingkungan luar organisasi yang dinamis memberikan dampak terhadap kondisi perusahaan dimasa yang akan datang. Faktor faktor dari lingkungan luar seperti perkembangan teknologi, perubahan keadaan pasar, keadaan sosial dan politik memberikan andil yang cukup besar terhadap perubahan pada organisasi (Robbins & Judge, 2007). Selain itu, ada faktor lain yang berasal dari dalam organisasi yang membuat organisasi harus mengalami perubahan seperti, kesempatan mengembangkan bisnis, penemuan inovasi baru, dan kebijakan manajemen (Medsen, Miller dan John, 2005). Kondisi yang dinamis menuntut setiap pelaku kegiatan untuk senantiasa dapat merespon secara terencana agar perusahaan memperoleh keunggulan di dalam perubahan yang terjadi. Setiap 1
2 2 perkembangan yang terjadi pada perusahaan merupakan manifestasi dari ketidakpastian kondisi disaat ini dan masa depan. Kegiatan bisnis pada sektor pupuk bersubsidi di Indonesia sedang mengalami rangkaian perubahan dalam mekanisme kegiatan bisnisnya, khususnya pada pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi. Kegiatan bisnis pupuk bersubsidi di Indonesia merupakan kegiatan bisnis yang diawasi oleh pemerintah. Pemerintah melalui empat kementrian (menteri keuangan, BUMN, perdagangan, pertanian) bertanggung jawab untuk memfasilitasi penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian. Fasilitasi penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi diharapkan dapat mendukung kebijakan Pemerintah dalam peningkatan ketahanan pangan nasional dan surplus produksi padi 10 juta ton beras pada tahun 2014 (Abdullah dan Hakim, 2011). Sistem pengadaan dan penyaluran Pupuk bersubsidi di indonesia dilakukan oleh produsen, distributor dan pengecer resmi hingga sampai ditangan petani atau kelompok tani. Produsen adalah perusahaan milik negara yang ditunjuk oleh pihak dari kementrian badan usaha milik negara (BUMN) untuk memproduksi pupuk bersubsidi. Produsen memiliki kewajiban untuk mengadakan penyaluran dan pengawasan produk di tingkat kabupaten dan kota sesuai wilayah tanggung jawabnya. Distributor merupakan perusahaan berbadan hukum yang ditunjuk oleh produsen untuk melakukan penyaluran pupuk sampai tingkat kecamatan sesuai wilayah tanggung jawabnya. Pengecer resmi merupakan perseorangan yang bekerja di bawah wewenang distributor untuk menyalurkan pupuk bersubsidi secara langsung kepada petani atau kelompok tani. Produsen dalam penyaluran pupuk bersubsidi menerapkan kebijakan penyaluran tertutup melaui mekanisme rencana definitif kebutuhan kelompok (Anual Report, 2013). Penyaluran tertutup melalui rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) secara sederhana diartikan bahwa pupuk bersubsidi hanya diperuntukan untuk petani yang tergabung dalam kelompok tani dengan kriteria
3 3 kriteria tertentu. Pelaporan administratif yang berlangsung baik menjadi kunci sukses dalam penerapan subsidi pupuk dengan sistem RDKK (Anual Report, 2013). Pada tahun 2012, PT Pupuk Sriwidjaja Indonesia (selanjutnya akan disingkat PT. PUSRI) selaku produsen pupuk urea bersubsidi mengalami rekstrukturisasi melalui mekanisme pemisahan tidak resmi (spin off). PT Pupuk Sriwidjaja Palembang kini berubah status menjadi anak perusahaan dibawah induk PT Pupuk Indonesia Holding Company (Anual Report, 2013). Perubahan tersebut terjadi karena keluarnya keputusan mentri BUMN saat itu Dahlan Iskan terkait penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Informasi didapatkan dari pimpinan perwakilan pemasaran daerah (PPD) wilayah Lampung terkait perubahan yang terjadi. Adanya rekstukturisasi dengan mekanisme holding berakibat pada kebijakan sistem penyaluran pupuk urea bersubsidi yang kini menjadi lebih tersentralisasi. Peran peran krusial dalam kegiatan bisnis penyaluran pupuk urea bersubsidi menjadi terpusat terutama dalam penebusan dan pelaporan administratif. Perwaklian PT. PUSRI didaerah saat ini hanya sebagai pengawas dalam penyaluran dan kualitas produk Pupuk urea. Pihak PPD menekankan pentingnya kordinasi yang kuat dari distributor selaku organisasi mitra PT. PUSRI terhadap perubahan yang cepat. Distrubutor saat ini menjadi tanggung jawab langsung dari Pusat. Pengecer resmi selaku pihak terakhir dalam kegiatan penyaluran pupuk urea bersubsidi dituntut untuk lebih proaktif dalam membuat laporan pertangung jawaban serta praktik penyaluran di lapangan. Pada tahun 2014, Direktorat Jendral sarana dan prasarana pertanian menetapkan regulasi baru melaui surat keputusan No.181.1/Kpts/SR.130/B/kpa/01/2014 (PSP.Deptan, 2014) tentang pelaksanaan verifikasi dan validasi penyaluran pupuk bersubsidi. Regulasi menjelaskan perlu dilaksanakannya verifikasi dan validasi data kegiatan penyaluran pupuk bersubsidi hingga tingkat kabupaten dan kecamatan (pada distributor dan pengecer resmi).
4 4 Sebelumnya pelaksanaan verifikasi dan validasi hanya dilakukan antara jajaran direksi (produsen) dan pihak kementerian pertanian berkaitan dengan tagihan pembayaran subsidi, namun kini pelaksanaannya hingga pada level pengecer resmi. Pengecer resmi selaku pihak terakhir dari kegiatan penyaluran pupuk bersubsidi memiliki kewajiban untuk menyusun pelaporan administrasi dan realisasi penyaluran pupuk bersubsidi untuk dievaluasi pihak eksternal. Komisi pengawas pupuk dan pestisida selaku pihak eksternal kemudian melakukan verifikasi dokumen kepada pengecer dengan melakukan cross check data dan penyaluran pupuk urea bersubsidi dilapangan. Pelaksanaan verifikasi dan validasi penyaluran pupuk bersubsidi memiliki tujuan untuk menyempurnakan sistem pembayaran subsidi kepada produsen. Informasi menarik didapatkan dari pimpinan perwakilan pemasaran daerah (PPD) PT PUSRI wilayah Lampung terkait perubahan regulasi tersebut. PT PUSRI selaku produsen pupuk bersubsidi memberlakukan kebijakan baru bagi perusahaan mitra (Distributor) yaitu tentang kepemilikan bank garansi. Keputasan tersebut diambil sebagai respon PT. PUSRI terhadap perubahan regulasi baru. Pemerintah hanya membayar subsidi pupuk kepada produsen yang penyalurannya bisa dipertanggung jawabkan dan sesuai dengan sistem verifikasi dan validasi yang berlaku (by name by adress). Kebijakan tersebut sebagai proktesi bila pada kemudian hari ditemukan ketidaksesuaikan pada evaluasi akhir antara pemerintah dan pihak produsen. Kebijakan tersebut sangat krusial bagi distributor dalam menjalankan kegiatan bisnis penyaluran pupuk urea bersubsidi dilapangan. Distributor diprediksi akan mengalami kerugian secara financial dan kehilangan kepercayaan dari PT PUSRI jika pengecer resmi di wilayah tanggung jawabnya melakukan pengabaian atau kesalahan terhadap penerapan regulasi yang berlaku. Distributor selaku organisasi bisnis yang berada di bawah tanggung jawab PT. PUSRI memiliki kewajiban untuk mengakomodasi para
5 5 pengecer resmi mereka untuk tidak melakukan pengabaian terhadap penerapan regulasi baru tersebut. Pengecer resmi harus merubah cara cara lama dalam kegiatan penyaluran dan pelaporan pupuk urea bersubsidi. Apabila ditemukan pengecer resmi yang tidak beres dalam pelaksanaan verifikasi ditingkat kecamatan maka akan berpengaruh hingga tingkat pusat dan konsekuensinya adalah pada pembayaran tagihan subsidi kepada PT. PUSRI. Perubahan pada dasarnya adalah sebuah pergerakan dari kondisi lama menuju pembentukan kondisi baru. Perubahan berkaitan dengan penggunaan ide atau perilaku baru oleh sebuah organisasi dengan merubah cara cara konvensional menjadi cara cara yang lebih fleksibel dalam berfikir dan bertindak (Jick dan Peiperl, 2003). Setiap perubahan pada organisasi pasti akan menimbulkan sikap dan reaksi tertentu dari setiap anggota di dalamnya. Individu memiliki kecenderungan bersifat konservatif dan menolak untuk berubah sehingga agenda perubahan yang telah direncanakan oleh perusahaan bukanlah kegiatan yang mudah untuk dilaksanakan. Perubahan pada organisasi yang terjadi memiliki dampak pada individu berupa ketakutan, kebingungan, kecemasan dan ketidakpastian (Jick dan Peiperl, 2003). Perubahan menyebabkan perasaan terancam yang dapat membuat karyawan menjadi shock karena ketidakpastian, frustasi dengan keadaan yang asing dan menimbulkan kecenderungan untuk turn-over (Morrel, Loan-Clarke dan Wilkinson, 2004). Perubahan organisasi dalam bentuk rekstrukturisasi menimbulkan dampak negatif terhadap aspek sosio-psikologis anggota organisasi yang ditandai turunnya tingkat kepercayaan dan kepuasan kerja (Lee dan Teo, 2005). Hal hal tersebut bisa terjadi karena dipicu oleh perubahan- perubahan rutinitas, pola kerja dan kebiasaan. Reaksi negatif yang muncul pada anggota harus diantisipasi dengan baik oleh pihak organisasi untuk menghidari penolakan dalam proses perubahan. Schein (1979) dalam French, Bell dan Zawacki (2000) menjelaskan bahwa resistensi merupakan salah satu
6 6 faktor penyebab gagalnya implementasi perubahan yang terjadi pada sebuah organisasi dan dapat dikurangi dengan membentuk kesiapan untuk berubah pada diri individu terlebih dahulu. Resistensi yang terjadi pada anggota organisasi terhadap perubahan yang terjadi berupa pengabaian tugas, absensi, dan dilakukannya sabotasi dalam pekerjaan. Cummings dan Worley (2005) menyatakan bahwa membentuk kesiapan untuk berubah pada individu merupakan landasan utama bagi organisasi untuk mengatasi resistensi terhadap perubahan. Sikap yang ditunjukan oleh individu terkait perubahan akan sangat ditentukan oleh kesiapan individu dalam menghadapi perubahan yang sedang terjadi dalam organisasi. Penolakan yang tinggi individu terhadap perubahan memberikan dampak negatif seperti hilangnya kredibilitas perusahaan dan pemimpinnya (Smith, 2005). Usaha - usaha perlu dilakukan agar individu yang berada dalam situasi perubahan dapat menerima dan mendukung secara aktif pada perubahan tersebut. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan saat terjadi perubahan agar usaha usaha yang dilakukan berjalan efektif dan tidak menimbulkan perlawanan ataupun penolakan adalah kesiapan untuk berubah atau dikenal dengan readiness for change (Holt, Armenakis, Harris dan Feild, 2007). Organisasi perlu menganalisi faktor-faktor apa saja yang membentuk kesiapan untuk berubah para anggotanya kemudian melakukan usaha-usaha spesifik sehingga perubahan berlangsung secara effektif (Armenakis, Harris dan Mossholder, 1993). Dari hasil hasil penelitian sebelumnya terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kesiapan untuk berubah. Hanparcern, Morgan dan Griego (1998) menyebutkan bahwa ada korelasi positif antara pengetahuan, job demands, hubungan sosial, kepemimpinan dan budaya organisasi dengan kesiapan untuk berubah. Menurut Madsen, Miller dan John (2006) faktor- faktor yang mempengaruhi kesiapan untuk berubah dapat terlihat dari perbedaan yang dimiliki oleh individu yaitu pengalaman hidup individu, tingkat motivasi, karakteristik sosiodemografi, pengetahuan, dan dukungan dari sistem, nilai yang dianut
7 7 dan pola prilaku yang dimiliki. Individu yang siap dalam menghadapi perubahan dapat memunculkan tingkah laku yang mendukung dalam perubahan tersebut. Hal tersebut akan mempermudah perusahaan dalam beradaptasi dengan perubahan yang ada. Armenakis, Harris dan Mossholder (1993) menyatakan bahwa kesiapan karyawan dipengaruhi oleh pesan yang disampaikan melalui strategi, atribut dari agen perubahan, hubungan interpersonal dan dinamika sosial dari anggota dalam sebuah organisasi. Proses membentuk usaha- usaha yang sukses dalam perubahan tidak pernah bisa dilepaskan dari seorang agen perubahan (French, Bell dan Zawacki, 2000). Agen perubahan dapat berasal dari luar maupun dari dalam organisasi. Pemimpin perusahaan merupakan salah satu agen perubahan yang berperan dalam menyampaikan pesan pesan perubahan kepada anggota dalam suatu organisai (Smith, 2005). Pemimpin ketika dihadapkan pada sebuah berubahan di tuntut untuk menjadi pemberi motivasi, bertindak sebagai panutan perubahan yang baik agar usaha-usaha perubahan berjalan effektif. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan salah satu gaya kepemimpinan yang dirasa tepat untuk organisasi yang mengalami perubahan dan mengadapi situasi yang tidak menentu seperti kompetitor bisnis dan kebijakan pemerintah yang menuntut seluruh elemen perusahan untuk melakukan perubahan (Den Hoogh, Den Hartog, Koopman, Thierry dan Weide, 2004). Kepemimpinan transformasional memiliki fokus pada perubahan individu dengan menekankan pada motivasi internal untuk tidak berfokus pada kepentingan pribadi. Penelitan yang dilakukan Saragih, Hutagaol, Pasaribu dan Djohar (2013), menemukan bahwa gaya kepemimpinan transformasional memberikan pengaruh positif terhadap perubahan. Oleh karena itu peneliti bermaksud menjadikan kepemimpinan transformasional sebagai variabel independen yang diduga berpengaruh terhadap kesiapan untuk berubah.
8 8 Hubungan interpersonal juga disebutkan sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan untuk berubah (Armenakis, Harris dan Mossholder, 1993). Pada sebuah organisasi, membangun hubungan interpersonal yang baik tidak terlepas dari cara individu berkomunikasi satu sama lain. Kualitas komunikasi interpersonal yang berjalan lancar antara seluruh anggota yang ada dalam organisasi berhubungan terhadap kesiapan untuk berubah pada individu dalam menghadapi perubahan organisasi (Bouckenooghe, Devos dan Broeck, 2009). Menurut Harcot, Krizan dan Merrier (1996), para pengurus menghabiskan 95% masa kerja mereka untuk berkomunikasi, dimana karyawan menggunakan 60% masa kerja mereka dalam berbagai bentuk komunikasi. Ini menunjukkan proses komunikasi dalam organisasi dapat melibatkan setiap anggota organisasi. Komunikasi interpersonal pada organisi terjadi dalam bentuk vertikal maupun horizontal. Membentuk kesiapan untuk berubah dapat dilakukan dengan cara mengekspos hal hal positif terhadap target perubahan (Andersen, 2008). Komunikasi yang baik dan saling memahami di antara anggota organisasi menumbuhkan perasaan memiliki dan bertanggung jawab terhadap organisasi. Hal tersebut menggambarkan bagaimana komunikasi interpersonal yang efektif akan memberikan efek positif saat perubahan yang terjadi pada organisasi. Perasaan positif secara tidak langsung akan membuat individu lebih siap dan mendukung perubahan. Distributor, pengecer dan petani/kelompok tani (konsumen) merupakan pihak pihak penting dalam sistem penyaluran pupuk urea bersubsidi. Komunikasi interpersonal yang dibangun oleh pengecer kepada distributor, pengecer kepada kelompok tani menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan kebijakan sistem RDKK pada penyaluran pupuk bersubsidi. Permasalah komunikasi dikhawatirkan memiliki dampak terhadap kesiapan pengecer resmi dalam menghadapi perubahan perubahan yang terjadi begitu
9 9 cepat pada kegiatan bisnis penyaluran pupuk urea bersubsidi. Ketidak tepatan penafsiran maksud seseorang terhadap orang lain akan menyebabkan kesalah pahaman antar individu satu dan yang lainya serta memicu resistensi terhadap perubahan. Membentuk kesiapan untuk berubah merupakan upaya menggarahkan dukungan kelompok untuk membangun kesadaran antar anggota bahwa keberadaannya dalam organisasi merupakan sumber daya dan solusi untuk perubahan yang terjadi (French, Bell dan Zawacki, 2000). Efektivitas Komunikasi interpersonal yaang terjadi pada setiap lapisan dalam organisasi dapat menumbuhkan semangat positif dan membangun kesadaran secara kolektif untuk mendukung perubahan serta terbentuknya kesiapan untuk berubah. Oleh karena itu penting untuk menyertakan efektivitas komunikasi interpersonal sebagai salah satu variabel bebas yang diduga mempengaruhi kesiapan untuk berubah. Dalam penelitian ini, kesiapan untuk berubah ditempatkan sebagai variabel dependen dengan kepemimpinan transformasional dan efektivitas komunikasi interpersonal dijadikan sebagai variabel independen. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan transformasional dan efektivitas komunikasi interpersonal dengan kesiapan untuk berubah. C. Manfaat Penelitian Manfaat yang akan didapat dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan, khususnya dalam kajian positif organization behavior mengenai kesiapan untuk berubah pada individu dalam organisasi dengan memperhatikan faktor kepemimpinan transformasional dan efektivitas komunikasi interpersonal.
10 10 2. Sebagai pandangan alternatif yang dapat digunakan bagi organisasi khususnya distributor untuk mendorong partisipasi pada pengecer resmi dalam perubahan yang sedang terjadi dengan memperhatikan faktor faktor yang berhubungan dengan kesiapan untuk berubah.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan telah menjadi kebutuhan primer bagi kehidupan organisasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan telah menjadi kebutuhan primer bagi kehidupan organisasi. Hussey (2000) mengemukakan bahwa perubahan merupakan salah satu aspek yang paling kritis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perubahan adalah fenomena yang pasti terjadi, berkesinambungan dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perubahan adalah fenomena yang pasti terjadi, berkesinambungan dan akan terus terjadi. Setiap perusahaan atau organisasi tidak dapat menghindari perkembangan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berubah atau mati!, adalah kalimat yang diserukan oleh para manajer di seluruh dunia untuk menggambarkan keharusan setiap organisasi atau perusahaan untuk terus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. PT Pupuk Sriwidjaja (PT. Pusri) Unit Usaha sebagai produsen pupuk Urea, juga
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PT Pupuk Sriwidjaja (PT. Pusri) Unit Usaha sebagai produsen pupuk Urea, juga sekaligus memasarkan produk sendiri serta produk lainnya kepada pelanggan yaitu petani pangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen yang efektif (Hussey, 2000; Wibowo, 2005). Perubahan organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan telah menjadi suatu kebutuhan primer bagi kehidupan organisasi dan merupakan salah satu aspek yang paling kritis untuk menciptakan manajemen yang efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Pupuk Kujang Cikampek merupakan produsen pupuk urea, juga sekaligus memasarkan produk sendiri serta produk lainnya kepada pelanggan yaitu petani pangan, hortikultural,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi menjadi salah satu isu utama yang mendorong perusahaan menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut perusahaan untuk senantiasa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan hal yang sangat penting karena merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang subsidi pupuk merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki suatu modal yang dijadikan sebagai sumber dana perusahaan dalam menjalankan usahanya. Bentuk yang mendasar tentang pendanaan bagi perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT. Pusri PPD Lampung adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Pusri PPD Lampung adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang memproduksi, menyalurkan, serta melakukan proses penjualan pupuk barsubsidi dan nonsubsid,
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan Pada Bab I ini akan dibahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian yang akan dilakukan, serta batasan-batasan masalah yang akan menjadi pembatas
Lebih terperincipemimpin, perubahan visi, perubahan struktur organisasi dan perubahan aturan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi menjadi salah satu isu utama yang mendorong organisasi menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut organisasi untuk senantiasa
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, dunia bisnis sedang menghadapi adanya perubahan yang terus menerus terjadi dalam kurun waktu yang cukup singkat. Perubahan yang terjadi dalam
Lebih terperinciPEDOMAN PENDAMPINGAN VERIFIKASI DAN VALIDASI PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI TA 2018
PEDOMAN PENDAMPINGAN VERIFIKASI DAN VALIDASI PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI TA 2018 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR LAMPIRAN... iv BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B.
Lebih terperinciBIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI
SUBSIDI PUPUK DALAM RANGKA MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN YANG BERKESINAMBUNGAN DALAM APBN TAHUN 2013 Salah satu dari 11 isu strategis nasional yang akan dihadapi pada tahun 2013, sebagaimana yang disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak negara menerapkan prinsip good governance dengan mengadopsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan teknologi yang dinamis membawa konsekuensi kepada perubahan lingkungan yang strategik. Perubahan juga terjadi pada organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset berharga dalam setiap organisasi. Oleh karena itu pengembangan sumber daya manusia merupakan salah satu prioritas dalam manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Persaingan usaha dewasa ini menuntut pengusaha agar lebih peka terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen akan produk yang ditawarkan. Sehingga perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance). Tata kelola kepemerintahan yang baik (Good
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi Birokrasi menuntut adanya tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance). Tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance) mensyaratkan adanya
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan analisis statistik terhadap data penelitian ini yang berjudul pengaruh kepemimpinan transformasional dan sistem kompensasi terhadap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang penting bagi petani. Keberadaan pupuk secara tepat baik jumlah, jenis, mutu, harga, tempat, dan waktu akan menentukan kualitas
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.511, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Pupuk Bersubsidi. Pengadaan. Penyaluran. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/M-DAG/PER/4/2013 TENTANG PENGADAAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu sektor pertanian menjadi salah satu sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan suatu instansi pemerintahan dipengaruhi oleh peran seorang pemimpin dalam mengarahkan pegawainya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dunia perindustrian tidak akan luput dari adanya persaingan antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Dimana berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghargaan kepada karyawan, jika mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan target-target
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan bagian penggerak dari perusahaan yang memiliki potensi berkembang dan secara aktif mendorong produktifitas dalam memenuhi tujuan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. PT Semen Indonesia pertama diresmikan pada tanggal 7 Agustus 1957
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT Semen Indonesia pertama diresmikan pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun, dan di tahun
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN
Lebih terperinciBUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
SALINAN BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN
Lebih terperinciBUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SINJAI TAHUN ANGGARAN 2016
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat menimbulkan menurunnya motivasi kerja.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perampingan struktur organisasi pemerintah di kabupaten banyak timbulnya masalah baru seperti adanya jabatan yang dihapuskan yang memunculkan masalah tergesernya jabatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan mematuhi Undang-Undang Pertambangan, Regulasi Pengelolaan. prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Unit Geomin adalah salah satu Unit yang dimiliki PT Antam (Persero) Tbk yang berdiri sejak 1 Maret 1980 dengan SK Direksi Nomor 67 dan merupakan ujung tombak dalam
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2014 Direktur Pupuk dan Pestisida, Dr. Ir. Muhrizal Sarwani, M.Sc NIP
Direktorat Pupuk dan Pestisida KATA PENGANTAR Direktorat Pupuk dan Pestisida mempunyai tugas melaksanakan Penyiapan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai sistem tertutup (closed system) sudah waktunya. menuntut para pekerja harus terampil.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan bisnis saat ini tumbuh dan berkembang begitu pesat akibat perkembangan globalisasi, industri, teknologi sehingga membuatnya dinamis,sangat memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi dan inovasi di bidang finansial yang semakin canggih.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika perekonomian dunia yang terjadi pada beberapa periode terakhir turut mewarnai perkembangan dan aktivitas bisnis dalam negeri baik secara langsung dan tidak
Lebih terperinciWALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR : 1 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN DI KOTA BUKITTINGGI TAHUN
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka yang terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan mulai dari tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia dalam perusahaan memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting bagi tercapainya tujuan perusahaan. Sumber daya manusia dalam hal ini mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Organisasi bisnis menghadapi faktor-faktor eksternal seperti persaingan dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Organisasi bisnis menghadapi faktor-faktor eksternal seperti persaingan dari perusahaan-perusahaan lain, situasi ekonomi, situasi politik dan lainnya. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Permasalahan sumber daya manusia dapat dianalisa dari dua aspek, yakni dari aspek kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah sumber daya manusia
Lebih terperinci3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik
KONSEP GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 73 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciSUBSIDI PUPUK DALAM RAPBN-P 2014
SUBSIDI PUPUK DALAM RAPBN-P 2014 A. PENDAHULUAN Prioritas ketahanan pangan di 2014 diarahkan untuk meningkatkan penyediaan bahan pangan melalui peningkatan produksi pangan dalam negeri; meningkatkan akses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia adalah mendapatkan orang-orang terbaik dan. mempertahankannya. Pemilik atau pemimpin perusahaan akan mudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu ungkapan yang dapat menggambarkan seluruh aktivitas Manajemen Sumber Daya Manusia adalah mendapatkan orang-orang terbaik dan mempertahankannya. Pemilik atau pemimpin
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan produktivitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja organisasi yang optimal tergantung dari bagaimana perusahaaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kinerja organisasi yang optimal tergantung dari bagaimana perusahaaan memanfaatkan faktor faktor produksi yang dimilikinya secara ekonomis, efektif dan effisien.
Lebih terperinciWALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA
WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN WALIKOTA TEBING TINGGI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KOTA TEBING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada luar negeri. Tuntutan konsumen yang selalu berubah-ubah sesuai perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan usaha dalam era global ini menimbulkan persaingan yang ketat dan terbuka. Persaingan usaha sejenis pun tidak lagi hanya dalam negeri bahkan sampai pada luar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses peningkatan sumber daya manusia, agar diperoleh manusia yang. bangsa dan negara saat ini dan di masa mendatang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari sektor pendidikan. Pendidikan adalah sarana strategis pembangunan nasional melalui usaha dan proses
Lebih terperinciWALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2016
WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK KOMODITI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KOTA SOLOK
Lebih terperinciMANAJEMEN STRATEJIK DAN BUDAYA PERUSAHAAN: DAMPAK SERTA IMPLEMENTASI
Media Informatika Vol.16 No.2 (2017) MANAJEMEN STRATEJIK DAN BUDAYA PERUSAHAAN: DAMPAK SERTA IMPLEMENTASI Muksin Wijaya Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI Jl. Ir. Juanda 96 Bandung
Lebih terperinciKaji Ulang Kebijakan Subsidi dan Distribusi Pupuk
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2007 Kaji Ulang Kebijakan Subsidi dan Distribusi Pupuk Oleh : Nizwar Syafa at Adreng Purwoto Iwan Setiajie Anugrah Erma Suryani Khairina M. Noekman Yuni Marisa Muhamad Suryadi
Lebih terperinciWALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN. PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR Nomor 1 Tahun 2016 TENTANG
WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR Nomor 1 Tahun 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI PERKECAMATAN UNTUK SEKTOR PERTANIAN DALAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu pelaku perekonomian nasional, badan usaha milik negara atau
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai salah satu pelaku perekonomian nasional, badan usaha milik negara atau biasa yang disebut dengan BUMN diharapkan untuk, (1) memberikan sumbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Latar belakang permasalahan menguraikan alasan mengapa suatu penelitian layak untuk dilakukan. Bagian ini menjelaskan tentang permasalahan dari sisi teoritis
Lebih terperinciBUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG
1 BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN
Lebih terperinciPROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN
PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SIAK,
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG
1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM PEMBUATAN SURAT PERJANJIAN JUAL BELI (SPJB) PUPUK BERSUBSIDI ANTARA PRODUSEN DENGAN DISTRIBUTOR
Lampiran I Peraturan Menteri Perdagangan R.I. KETENTUAN UMUM PEMBUATAN SURAT PERJANJIAN JUAL BELI (SPJB) PUPUK BERSUBSIDI ANTARA PRODUSEN DENGAN DISTRIBUTOR 1. Surat Perjanjian Jual Beli (SPJB) Pupuk Bersubsidi
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Kesiapan individu dalam menghadapi perubahan menjadi hal penting yang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesiapan individu dalam menghadapi perubahan menjadi hal penting yang harus diperhatikan dalam setiap proses perubahan. Hal tersebut karena kesiapan individu
Lebih terperinciANALISIS ATAS HASIL AUDIT BPK SUBSIDI PUPUK DAN BENIH : BUKAN SEKADAR MASALAH ADMINISTRASI TAPI KELEMAHAN DALAM KEBIJAKAN
ANALISIS ATAS HASIL AUDIT BPK SUBSIDI PUPUK DAN BENIH : BUKAN SEKADAR MASALAH ADMINISTRASI TAPI KELEMAHAN DALAM KEBIJAKAN BAGIAN ANALISA PEMERIKSAAN BPK DAN PENGAWASAN DPD BEKERJASAMA DENGAN TENAGA KONSULTAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN, PENYALURAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SUB SEKTOR
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 87/Permentan/SR.130/12/2011 /Permentan/SR.130/8/2010 man/ot. /.../2009 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK
Lebih terperinciPROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BELITUNG
Lebih terperinciANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN
ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan perubahan organisasi. Alat secanggih apapun yang dimiliki suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kunci sukses sebuah organisasi terletak pada sumber daya manusia yaitu sebagai inisiator dan agen perubahan yang secara bersama meningkatkan kemampuan perubahan
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN
Lebih terperinciPENGANTAR. Muhrizal Sarwani
PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Pupuk dan Pestisida Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. makin ketat, sejalan dengan kecenderungan globalisasi perekonomian dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi dunia telah menumbuhkan persaingan pasar yang makin ketat, sejalan dengan kecenderungan globalisasi perekonomian dan liberalisasi perdagangan. Perdagangan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010).
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Happiness at Work 1. Definisi Happiness at Work Happiness at work dapat diidentifikasikan sebagai suatu pola pikir yang memungkinkan karyawan untuk memaksimalkan performa dan
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGGAMUS,
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN
Lebih terperinciBUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2016
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai dari tingkat pusat hingga tingkat daerah. memberikan sumbangan yang optimal bagi perusahaan. Dan salah satu faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Organisasi merupakan suatu kesatuan kompleks yang berusaha mengalokasi sumber daya manusia secara penuh demi tercapainya suatu tujuan. Apabila suatu organisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bersubsidi. Pupuk yang ditetapkan sebagai pupuk bersubsidi adalah pupuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pupuk merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi petani untuk membantu meningkatkan produktivitas mereka dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan dan jasa keuangan, saat ini dihadapkan pada persaingan yang sangat tajam, kompleks dan perubahan lingkungan bisnis yang cepat. Persaingan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,
WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU Jl. Let. Jend. S. Pa[ PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA BENGKULU
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. PT Pupuk Sriwidjaja Palembang merupakan anak perusahaan dari PT Pupuk
BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1. Sejarah Singkat PT Pupuk Sriwidjaja Palembang merupakan anak perusahaan dari PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) yang merupakan Badan Usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah mempertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berbagai macam perubahan yang tidak terduga. Hal ini menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara internal, organisasi menghadapi masalah produktivitas, mutu, biaya, waktu, pelayanan, keselamatan, lingkungan dan perilaku pekerja yang semakin hari semakin
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG BARAT
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan berorganisasi faktor manusia merupakan masalah utama disetiap kegiatan yang ada didalamnya. Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan
Lebih terperinci6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan
PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2012 Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA : a. bahwa peranan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dirinya guna menemukan dan mengembangkan jati dirinya masing-masing. Untuk
2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial, dituntut untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis sebagai bagian dari usaha mengaktualisasikan atau merealisasikan dirinya guna menemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan status Universitas Gadjah Mada (UGM) dari universitas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan status Universitas Gadjah Mada (UGM) dari universitas yang berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN) berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 153 Tahun 2000 menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu dari 4 rumah sakit yang ada di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan global saat ini, organisasi dituntut untuk terus melakukan perbaikan melalui perubahan baik dari sisi struktur, sistem, strategi maupun budaya di dalam
Lebih terperinciKebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
I. PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri BUMN No.1/M-MBU/2011 tanggal 1 November 2011, manajemen risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penerapan Good Corporate Governance. Pengelolaan
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN UNTUK KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA BARAT
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN DI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi, kenyataannya, banyak rintangan yang dilalui. menjawab dalam menghadapi perubahan-perubahan ini.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyaknya tantangan yang dihadapi oleh organisasi sekarang menjadi salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang harus dihadapi oleh organisasi, kenyataannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertahan. Setiap organisasi dituntut untuk siap menghadapi perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, mensyaratkan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar tetap bertahan. Setiap
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBab l. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah
Bab l Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini banyak membawa perubahan, baik itu perubahan pada manusia, alam ataupun teknologi. Perubahan ini juga telah menyebabkan pola berpikir
Lebih terperinci