BAHAN AJAR / MATERI PELENGKAP MODUL DIKLAT KEPEMIMPINAN TK. III DINAMIKA KELOMPOK. Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAHAN AJAR / MATERI PELENGKAP MODUL DIKLAT KEPEMIMPINAN TK. III DINAMIKA KELOMPOK. Oleh :"

Transkripsi

1 BAHAN AJAR / MATERI PELENGKAP MODUL DIKLAT KEPEMIMPINAN TK. III DINAMIKA KELOMPOK Oleh : BADAN PENGEMBANGAN SDMD PROVINSI JAWA TENGAH

2 A. DESKRIPSI SINGKAT Mata diklat Dinamika Kelompok dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap Peserta membina kerja sama dalam kelompok, pemimpin dan komunikasi yang efektif, pengambilan keputusan dengan tepat, mengendalikan diri, berdisiplin dan bertanggung jawab. B. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kompetensi Dasar Setelah pembelajaran selesai peserta diharapkan mampu mengembangkan diri dan bekerjasama di dalam kelompok. 2. Indikator Keberhasilan Setelah selesai pembelajaran diharapkan peserta dapat; a. Mengenal dan Menyebutkan minimal 75 % nama-nama teman seangkatannya b. Menyebutkan dan Menjelaskan Daur Belajar melalui Pengalaman c. Menyebutkan dan Menjelaskan tahapan pembentukan Kelompok C. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK 1. Mengenal Diri dan Mengenal Orang Lain 1.1. Pencairan Kelas 1.2. Pengenalan Diri 1.3. Mengenal Orang Lain 2. Citra Diri PNS dan Integritas Moral PNS 2.1. Citra Diri PNS 2.2. Integritas Moral PNS 3. Tahapan Pembentukan Kelompok 3.1. Kelompok 3.2. Pembentukan Kelompok 2

3 BAB I PENDAHULUAN a. Sejarah Dinamika Kelompok Sejarah munculnya dinamika kelompok dapat diuraikan sebagai berikut: Zaman Yunani Pada masa ini berkembang ajaran Plato, bahwa daya-daya pada individu tercermin dalam struktur masyarakat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Masing-masing struktur masyarakat tersebut merupakan kelompok yang terpisah satu sama lain dan tiap-tiap golongan memiliki norma yang berfungsi sebagai pemersatu dan pedoman dalam interaksi sosial antar anggota masing-masing golongan. Pada masa ini ikatan persatuan dan interaksi sosial terjalin dengan kuat, sehingga masing-masing golongan dapat mempertahankan kesatuannya dan tidak terpecah-pecah dalam kelompok/golongan yang lebih kecil. Zaman liberalisme Pengaruh cara berfikir bebas mengakibatkan individu bebas menentukan segala sesuatu bagi dirinya dan tiap individu tidak bisa menetukan individu lain dalam kehidupan. Kebebasan ini justru membawa malapetaka pada individu, karena individu merasa tidak mempunyai pedoman dalam kehidupan, sehingga mereka merasa tidak memiliki kepastian. Kondisi tersebut membuat individu merasa ketakutan, sehingga berbagai cara mereka tempuh untuk untuk menghilangkan ketakutan dan memperoleh pedoman dalam menjalani hidup. Gagasan individu yang muncul pada saat itu adalah mengadakan perjanjian social antara sesamanya dan hal tersebut dirumuskan dalam Leviathan atau Negara yang diharapkan dapat menjamin hidup mereka. Zaman ilmu jiwa bangsa-bangsa Pada masa ini Moritz Lazarus dan Stanley Hall memelopori untuk mengadakan suatu penyelidikan terhadap bangsa primitive yang memiliki ciri khas di dalam kehidupannya. Penyelidikan dilakukan terhadap adat dan bahasa rakyat dan hubungannya dengan tingkah laku masyarakat primitif. Hasil penyelidikan, pengaruh adat dan bahasa menimbulkan homogenitas pada masyarakat sehingga setiap sikap dan tingkah laku anggota masyarakat tidak berbeda satu sama lain. 3

4 Hal ini disebabkan karena adat dan bahasa rakyat menimbulkan kesamaan psikologi, dan ini tercermin dalam tingkah laku. Terori ini berkembang, bahwa setiap masyarakat yang mempunyai kesamaan psikologi menjadi suku bangsa tertentu, lengkap dengan kepribadian masing-masing. Zaman gerakan massa Adanya bentuk pemerintahan otokrasi dengan segala bentuk penekanannya mengakibatkan masyarakat menunjukkan pergolakan untuk membebaskan diri dan membentuk pemerintahan yang diinginkan. Gerakan massa ini mendorong Gustave Le Bon melakukan penyelidikan secara intensif dan mendalam pada gerakan massa. Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa dalam gerakan massa tiombul apa yang dinamakan sugesti, yang mengakibatkan gerakan massa tersebut dala setiap individu kehilangan control diri terhadap mereka. Apabila ditinjau, massa yang memiliki gerakan sedemikian hebat, tentu massa tersebut mempunyai anggota, norma, pimpinan dan tujuan yang hal ini tidak ubahnya seperti bentuk suatu kelompok. Zaman psikologi sosial Penyelidikan terhadap massa memberikan motivasi kepada ahli untuk mengadakan penyelidikan lebih mendalam terhadap massa, meskipun risikonya besar. Pada abad ke-20, para ahli mengubah arah penyelidikannya dan mereka lebih tertarik untuk mengadakan penyelidikan terhadap gejala-gejala psikis dalam situasi tertentu. Edward A. Ross mengadakan penyelidikan terhadap hubungan psikis antara individu dengan lingkungannya. Dalam meninjau situasi sosial maka situasi tersebut adalah situasi yang mengakibatkan berkumpulnyasejumlah individu pada saat tertentu. Hal ini tidak berbeda dengan anggapan bahwa situasi sosial berarti membawa pula adanya kelompok. Zaman dinamika kelompok Erich Fromm mengawali kegiatan penyelidikannya yang disusun dalam buku Escape From Freedom untuk menunjukkan perlunya individu bekerja sama dengan individu lain, hingga timbul solidaritas dalam kehidupannya. Hal ini disebabkan karena terdorong oleh adanya keinginan individu untuk memperoleh kepastian dalam kehidupan ketika hasrat kepastian ini hanya diperoleh apabila masing-masing individu memiliki rasa solidaritas. Moreno mengemukakan bahwa 4

5 perlunya kelompok-kelompok kecil seperti keluarga, regu kerja, regu belajar, ketika di dalam kelompok itu terdapat suasana saling menolong, hingga kohesi menjadi kuat, dan kelompok yang makin kuat kohesinya, makin kuat moralnya. Kurt Lewin menyimpulkan bahwa tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh kelompok yang menjadi anggotanya. Jadi jelaslah bahwa kelompok itu memang benar-benar mempunyai pengaruh terhadap kehidupan individu. b. Definisi Dinamika Kelompok Pengertian dinamika kelompok dapat diartikan melalui asal katanya, yaitu dinamika dan kelompok. Pengertian dinamika Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah. Pengertian kelompok Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Menurut W.H.Y. Sprott mendefinisikan kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain. Kurt Lewin berpendapat the essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their interdependence. H. Smith menguraikan bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan dasar kesatuan persepsi. Interaksi antar anggota kelompok dapat menimbulkan kerja sama apabila masing-masing anggota kelompok: Mengerti akan tujuan yang dibebankan di dalam kelompok tersebut Adanya saling menghomati di antara anggota-anggotanya Adanya saling menghargai pendapat anggota lain Adanya saling keterbukaan, toleransi dan kejujuran di antara anggota kelompok 5

6 Menurut Reitz (1977) kelompok mempunyai karakteristik sebagai berikut: Terdiri dari dua orang atau lebih Berinteraksi satu sama lain Saling membagi beberapa tujuan yang sama Melihat dirinya sebagai suatu kelompok Kesimpulan dari berbagai pendapat ahli tentang pengertian kelompok adalah kelompok tidak terlepas dari elemen keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Pengertian dinamika kelompok Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain: Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok Menimbulkan adanya i tikad yang baik diantara sesama anggota kelompok. 6

7 BAB II MENGENAL DIRI SENDIRI DAN MENGENAL ORANG LAIN Setiap kali kita bertemu dengan orang yang baru kita kenal, maka kesan pertama kita akan orang tersebut banyak dipengaruhi oleh penampilan, cara ia berbicara, tertawa, berpakaian dan sebagainya. Biasanya kesannya bisa positif dan bisa negatif atas orang lain, dan itu berpengaruh terhadap sikap dan pandangan kita terhadap yang bersangkutan. Oleh karena itu, diperlukan beberapa waktu untuk membuktikan apakah kesan atau pandangan kita itu benar. Semakin baik peserta saling mengenal. Semakin kompak mereka dan semakin efektif proses kerjasama dan proses pembelajaran yang terjadi. Adapun langkah-langkah dalam membina kekompakan tersebut agar peserta siap untuk memulai proses pembelajaran sebagai berikut : A. Pencairan Kelas Dalam suatu kelompok dimana anggotanya baru untuk pertama kalinya bertemu dan belum saling mengenal satu sama lain, pikiran mereka akan terpusat pada pertanyaan-pertanyaan berikut. siapakah orang lain disini? Apakah mereka dapat dipercaya? Darimanakah mereka? Siapa namanya? Datang dari mana? Berapa umurnya? Dan berbagai pertanyaan akan bekecambuk dalam pikiran mereka. Proses ini biasanya menyerap tenaga peserta, yang akan berpengaruh dalam proses pembelajaran dan kerjasama diantara peserta. Pada awal pembelajaran karena masih asing, peserta masih segan mengungkapkan keingintahuannya tentang orang-orang yang ada disekitarnya, peserta masingmasing menerapkan prinsip saling menunggu, siapa yang akan menegur lebih dahulu. Dalam kondisi yang demikian diperlukan mediator yang akan memecah kebekuan diantara peserta. Widyaiswara dapat memainkan beberapa game atau simulasi yang mengarah pada memecah kebekuan diantara peserta. Kegiatan awal yang perlu dilakukan adalah pencairan kelas atau bina suasana kegiatan dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta memulai pelajaran. Disini dimaksudkan untuk mencairkan suasana agar hubungan antar peserta dan antara peserta dengan fasilitator terbina dengan baik, sehingga siap untuk belajar. 7

8 B. Pengenalan Diri Manusia adalah mahluk individu dan mahluk yang berke-tuhanan, yang memiliki akal dan perasaan. Manusia akan dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, yang baik dan bermanfaat bagi orang lain apabila memahami potensi-potensi yang dimilikinya jika terus menerus belajar dengan mendayagunakan kapasitas berfikir dan merasakan secara optimal, agar dapat mengembangkan diri, setiap orang hendaknya mengenal dirinya dengan baik, mengenal potensi-potensi yang dimilikinya, baik potensi yang positif maupun yang negatif. Dengan mengetahui potensi yang positif akan diketahui apa yang harus dikembangkan atau dioptimalkan dan yang negatif akan dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Dengan mengenal diri secara lebih baik, peserta dapat memahami dengan jelas apa faktor-faktor yang menunjang keberhasilan-keberhasilan dan dan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan kegagalan yang pernah dialami. Dengan mengenal diri secara lebih baik, peserta dapat memahami dengan jelas apa faktor faktor yang menunjang keberhasilan keberhasilan dan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan-kegagalan yang pernah dialami. Dengan mengenal dirinya secara lebih baik peserta mengetahui apa yang ingin dicapai atau dicita-citakan, sehingga dapat menetapkan tujuan ini akan mendorong atau memotivasi seseorang berbuat lebih baik lagi. C. Mengenal orang lain Selain sebagai mahluk individu dan mahluk berke-tuhanan, manusia juga adalah mahluk sosial. Manusia hidup berkelompok dan membentuk komunitasnya. Manusia hidup saling memerlukan dan saling tergantung satu sama lain. Manusia akan merana jika dikucilkan atau dijauhi oleh masyarakat komunitasnya oleh karena itu, agar manusia diterima dengan baik oleh kelompoknya, maka ia harus menjadi mahluk yang berguna, yang menyenangkan dan dapat diajak bekerjasama. Kelas sebagai salah satu bentuk kelompok sosial perlu diciptakan suasana aman, pembelajaran penuh percaya diri dan antar peserta saling mempercayai. Suasana seperti ini lebih memungkinkan peserta belajar secara efektif dan menyerap bahan ajar dengan baik. Diklat ini akan melahirkan alumni yang ceria, pegawai yang percaya diri, optimis, produktif dan memperoleh kepuasan bathin yang memadai. 8

9 BAB III TAHAPAN PEMBENTUKAN KELOMPOK Syarat-syarat kelompok yang baik dan efektif, ada : 1. Pimpinan 2. Kerjasama, Koordinasi dan Komunikasi 3. Ketelitian 4. Sabar, Menghargai orang lain dan tidak curiga 5. Kreativitas 6. Inovasi A. Pembentukan Kelompok Pada pembentukan kelompok para peserta akan mengalami tahapan-tahapan sbb : 1. Fase Storming (Fase Pancaroba) Dalam fase ini terjadi proses menjajaki diantara peserta menyangkut kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Antar peserta lebih mengenal satu sama lain, karena masing-masing telah mengidentifikasi kekuatan dan kelemahannya. Peristiwa-peristiwa yang muncul pada fase ini antara lain ; komunikasi antar pribadi, kerjasama kelompok, konflik antar kelompok, memaksakan kehendak, mau menang sendiri, tidak punya pendirian, menarik diri dari kelompok, keterbukaan, adanya rasa percaya pada orang lain dan lain sebagainya. Beberapa hal yang perlu di lakukan Widyaiswara adalah mengajak peserta untuk melakukan Ice Breaking (pemecah kebekuan) dan peserta juga diajak untuk mengenal diri sendiri dan orang lain seperti penjelasan pada bab II di atas. Game yang dapat dilakukan misalnya Ayo Berpasangan : a. Atur Peserta berdiri membentuk lingkaran b. Putar musik yang famuliar, instruksikan agar peserta berjoget mengikuti irama musik c. Pada saat-saat tertentu hentikan musik, lalu beri instruksi dua,dua.. maka dalam waktu 5 detik peserta harus mencari pasangan berdua. d. Putar kembali musik peserta kembali berjoget bersama pasangannya, disaat tertentu matikan musik dan instruksikan tiga, tiga.. maka peserta harus mencari teman bertiga dalam kelompoknya 9

10 e. Demikian seterusnya berikan instruksi yang berbeda-beda. Bila ada peserta yang terlambat kumpulkan masal untuk diberikan hukuman oleh peserta yang lain. 2. Fase Forming (Fase Pembentukan rasa kekompakan) Tahap ini merupakan tahap awal proses pertumbuhan kelompok. Para peserta diklat yang baru bergabung dalam sebuah kelompok perlu melakukan penyesuaianpenyesuaian untuk lebih memahami anggota kelompok lain, karena dalam tahapan ini setiap individu melakukan berbagai penjajakan terhadap anggota lain, sekaligus berperilaku tertentu untuk mendapatkan reaksi dari anggota kelompok yang lain. Anggota kelompok mulai menciptakan pola hubungan antar mereka. Pada tahap ini berangsur-angsur mulai diterapkan pola dasar perilaku kelompok, baik yang berkaitan dengan perilaku individu maupun perilaku kelompok. 3. Fase Norming (Fase pembentukan norma) Hubungan yang kaku diantara anggota kelompok sudah mulai mencair setelah melewati tahap pertama. Sedangkan pada fase kedua seluruh anggota kelompok telah mengenal satu sama lain, baik potensi kelebihan maupun kekurangannya. Masing-masing individu sudah mulai mengenal perbedaan. Sedangkan dalam fase norming ini meski konflik masih tetap berjalan namun masing-masing anggota kelompok sudah mulai mengenal karakteristik masing-masing secara mendalam, sehingga memahami terjadinya perbedaan dan konflik, bagaimana berinteraksi dengan orang lain, bagaimana cara memperlakukan orang lain dalam kelompok dan lain sebagainya. Dengan adanya pemahaman yang makin mendalam, ikatan dan rasa percaya serta kepuasan hubungan dan konsensus diantara anggota kelompok dalam pengambilan keputusan semakin meningkat. Berkaitan dengan hal tersebut maka masing-masing anggota kelompok mulai menyadari perlunya membentuk ikatan dalam bentuk komitmen-komitmen diantara anggota kelompok. Sasaran akhir adalah tercapainya suasana penuh keharmonisan dalam kelompok dengan menerapkan norma-norma kelompok yang telah menjadi komitmen dalam pembelajaran. 4. Fase Performing (Fase Berprestasi) Dalam fase ini kelompok sudah dibekali dengan suasana hubungan kerja yang harmonis diantara anggotanya, ada keterbukaan dalam berkomunikasi. Seluruh 10

11 anggota kelompok telah menerima kelebihan dan kekurangannya sehingga kelompok akan efektif dan efisien, kelompok dapat melakukan kegiatan dengan lebih tenang dan santai. Proses Dinamika Kelompok dapat kita lihat sebagai berikut : Individu Ice Breaking Storming Forming Performing Norming 11

A. Sejarah Dinamika Kelompok

A. Sejarah Dinamika Kelompok A. Sejarah Dinamika Kelompok Sejarah dinamika kelompok tidak terpisahkan dari perkembangan psikologi pada umumnya dan psikologi sosial pada khususnya. Oleh karena itu, berikut ini akan di uraiakan sejarah

Lebih terperinci

DINAMIKA KELOMPOK. Eva Imania Eliasa,M.Pd

DINAMIKA KELOMPOK. Eva Imania Eliasa,M.Pd DINAMIKA KELOMPOK Eva Imania Eliasa,M.Pd SEJARAH Gerakan dinamika kelompok mulai pada akhir tahun 1800 di Eropa Bantuan dari para ahli sosiologi, psikologi, filsafat dan pendidikan Ahlinya : Kurt Lewin

Lebih terperinci

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok merupakan kesatuan unit yang terkecil dalam masyarakat. Individu merupakan kesatuan dari kelompok tersebut. Anggota kelompok tersebut merupakan individu-individu

Lebih terperinci

A. Pengertian Kelompok

A. Pengertian Kelompok KONSEP KELOMPOK Individu sebagai makhluk sosial tidak bisa dihindarkan dengan interaksi sosial dan bentuk-bentuk interaksi sosial yang dijalin. Dilain pihak individu juga tidak dapat lepas dari situasi

Lebih terperinci

DINAMIKA KELOMPOK. M. Syahidul Haq,M.Pd

DINAMIKA KELOMPOK. M. Syahidul Haq,M.Pd DINAMIKA KELOMPOK M. Syahidul Haq,M.Pd KONSEP DINAMIKA KELOMPOK Cartwright & Zander (1968) : Pertama, DK digunakan untuk menyebut suatu ideologi atau pandangan yang berkaitan dengan cara-cara bagaimana

Lebih terperinci

Materi Minggu 2. Kelompok Kerja (Teamwork)

Materi Minggu 2. Kelompok Kerja (Teamwork) T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 7 Materi Minggu 2 Kelompok Kerja (Teamwork) 2.1 Pengertian dan Karakteristik Kelompok Kelompok dapat diartikan sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi pada

Lebih terperinci

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Melalui komunikasi individu akan merasakan kepuasan, kesenangan atau

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang lain pada manusia ternyata sudah muncul sejak ia lahir,

Lebih terperinci

PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA

PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA Era global menuntut kesiapan segenap komponen Bangsa untuk mengambil peranan sehingga pada muara akhirnya nanti dampak yang kemungkinan muncul, khususnya dampak negatif dari

Lebih terperinci

KERJA KELOMPOK TEAMWORK MATERI KE-2

KERJA KELOMPOK TEAMWORK MATERI KE-2 KERJA KELOMPOK TEAMWORK MATERI KE-2 MATERI 1. Pengertian dan karakteristik kelompok 2. Tahapan pembentukan kelompok 3. Kekuatan Team Work 4. Implikasi Manajerial PENGERTIAN KELOMPOK Lewin, 1948 : kumpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi

Lebih terperinci

Devi Tirttawirya FIK UNY 1

Devi Tirttawirya FIK UNY 1 Devi Tirttawirya FIK UNY 1 BUILDING A WINNING TEAM Devi Tirtawirya Pendahuluan Tim adalah sebuah kumpulan orang yang mempunyai kepentingan dan pemikiran yang sama untuk mewujudkan suatu gagasan atau kegiatan

Lebih terperinci

INSTRUMEN STANDAR KOMPETENSI WIDYAISWARA

INSTRUMEN STANDAR KOMPETENSI WIDYAISWARA Lampiran : Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor : 5 Tanggal : 29 Agustus 2008 Tentang : Instrumen Standar Kompetensi Widyaiswara INSTRUMEN STANDAR KOMPETENSI WIDYAISWARA NO. KOMPETENSI SUB

Lebih terperinci

DINAMIKA KELOMPOK DIKLAT KEPEMIMPINAN TK. IV

DINAMIKA KELOMPOK DIKLAT KEPEMIMPINAN TK. IV DINAMIKA KELOMPOK DIKLAT KEPEMIMPINAN TK. IV Oleh ; Supriyanto, Ir, M.Si Disampaikan pada Diklat PIM IV BADAN PENGEMBANGAN SDMD PROVINSI JAWA TENGAH 2017 TAHAP PENYELENGGARAAN DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT

Lebih terperinci

TERMOTIVASI UNTUK MENGELUARKAN IDE-IDENYA DAN MENGUJINYA SERTA MENULARKAN DAN MENGEMBANGKAN POTENSI DIRINYA SECARA MAKSIMAL.

TERMOTIVASI UNTUK MENGELUARKAN IDE-IDENYA DAN MENGUJINYA SERTA MENULARKAN DAN MENGEMBANGKAN POTENSI DIRINYA SECARA MAKSIMAL. 9. TIM DIHARGAI ATAS HASIL YANG SANGAT BAIK, DAN SETIAP Anggota DIPUJI ATAS KONTRIBUSI PRIBADINYA. 10. Anggota KELOMPOK TERMOTIVASI UNTUK MENGELUARKAN IDE-IDENYA DAN MENGUJINYA SERTA MENULARKAN DAN MENGEMBANGKAN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk 13 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan 2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena melibatkan berbagai elemen dalam sebuah organisasi; yaitu

BAB I PENDAHULUAN. karena melibatkan berbagai elemen dalam sebuah organisasi; yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini sumber daya manusia dianggap sebagai sumber daya yang penting bagi organisasi,karena tanpa sumber daya manusia yang berkualias,maka organisasi tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN 5.1 Karakteristik Kepemimpinan Pemimpin di Showa Indonesia Manufacturing yang ada menggunakan prinsip keterbukaan terhadap karyawan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Definisi Pendidikan Karakter 2.1.1 Pendidikan Karakter Menurut Lickona Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone BAB II LANDASAN TEORI A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) 1. Pengertian Kepribadian Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone yang artinya topeng yang biasanya dipakai

Lebih terperinci

KOMPETENSI DAN KEPRIBADIAN KEPALA SEKOLAH Rita Eka Izzaty 1

KOMPETENSI DAN KEPRIBADIAN KEPALA SEKOLAH Rita Eka Izzaty 1 KOMPETENSI DAN KEPRIBADIAN KEPALA SEKOLAH Rita Eka Izzaty 1 PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sebuah proses yang dilakukan dengan sadar untuk membuat manusia ke taraf yang lebih maju. Di dalam proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dusun Klisat, Srihardono, Pundong, Bantul, Yogyakarta, kami dapat

BAB V PENUTUP. Dusun Klisat, Srihardono, Pundong, Bantul, Yogyakarta, kami dapat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah satu bulan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) berlangsung di Dusun Klisat, Srihardono, Pundong, Bantul, Yogyakarta, kami dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan Kuliah Kerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk 5 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang

Lebih terperinci

MEMBANGUN KERJASAMA TIM (Team Building)

MEMBANGUN KERJASAMA TIM (Team Building) MEMBANGUN KERJASAMA TIM (Team Building) 1 PENGERTIAN KELOMPOK SEKUMPULAN DUA ORANG ATAU LEBIH YANG SATU SAMA LAIN BERINTERAKSI DALAM MENCAPAI TUJUAN BERSAMA. KELOMPOK FORMAL ADALAH KELOMPOK YANG MEMPUNYAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 INDIKATOR-INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 INDIKATOR-INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK INDIKATOR-INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK Yuliana Susi yulianasusi888@yahoo.co.id Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAKSI Tujuan penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah perkembangan (developmental) merupakan bagian dari masalah psikologi. Masalah ini menitik beratkan pada pemahaman dan proses dasar serta dinamika perilaku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Terdapat banyak definisi mengenai pemimpin. Dalam Kamus Besar

BAB II LANDASAN TEORI. Terdapat banyak definisi mengenai pemimpin. Dalam Kamus Besar BAB II LANDASAN TEORI A. PEMIMPIN 1. Definisi Pemimpin Terdapat banyak definisi mengenai pemimpin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), pemimpin memiliki kata dasar pimpin yang sering disebut sebagai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 1, Januari 2016 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA Arni Murnita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik, orang tua sibuk memikirkan anaknya menginjak masa remaja. Berbicara tentang remaja sangat menarik karena

Lebih terperinci

Data Diri TES DISC. M L Baik hati, berhati lembut, manis M L Pintar memperngaruhi orang lain, meyakinkan

Data Diri TES DISC. M L Baik hati, berhati lembut, manis M L Pintar memperngaruhi orang lain, meyakinkan LAMPIRAN 70 Lampiran 1 Kuesioner tes DISC Data Diri Nama : Tempat, tanggal lahir : Usia : Jenis Kelamin : No. Telfon : TES DISC Instruksi : Silahkan pilih salah satu dari empat kelompok kata di bawah ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai BAB I A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 6 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 6 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 6 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan pengertian nilai dengan nilai social. 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

BELAJAR MEMBANGUN KOMITMEN KERJASAMA

BELAJAR MEMBANGUN KOMITMEN KERJASAMA BELAJAR MEMBANGUN KOMITMEN KERJASAMA Oleh : REVELINE OCTAVIANI, SP, M.Si Widyaiswara Pertama pada Badan Diklat Provinsi Papua Abstrak Salah satu bentuk interaksi adalah dengan melakukan kerjasama. Kerjasama

Lebih terperinci

Teori Psikologi Kepribadian Kontemporer

Teori Psikologi Kepribadian Kontemporer Modul ke: Teori Psikologi Kepribadian Kontemporer Cognitive Social Learning Psychology Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Teoretikus dari pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun sebagian dari kita mengetahui tentang apa itu pendidikan, tetapi terdapat bermacam-macam pengertian tentang pendidikan. Pendidikan atau pengajaran merupakan

Lebih terperinci

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala 108 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan yang signifikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini marak terjadi kasus perkelahian antar siswa sekolah yang beredar di media sosial. Permasalahannya pun beragam, mulai dari permasalahan yang

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, perusahaan-perusahaan di tuntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, perusahaan-perusahaan di tuntut untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, perusahaan-perusahaan di tuntut untuk menumbuhkan keunggulan daya saing global bagi produk-produk maupun layananlayanan yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kerja Nyata (KKN) yang telah diprogramkan bisa berjalan sesuai dengan apa. yang dapat kami simpulkan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Kerja Nyata (KKN) yang telah diprogramkan bisa berjalan sesuai dengan apa. yang dapat kami simpulkan sebagai berikut : BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Selama kurang lebih satu bulan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) berlangsung di Desa Koripan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah, kami dapat menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Manajemen pembelajaran adalah sebuah proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan pembelajaran sehingga akan didapatkan sistem pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar menurut Teori Konstruktivisme

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar menurut Teori Konstruktivisme 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar menurut Teori Konstruktivisme Salah satu pendekatan konstruktivistik dalam belajar dan pembelajaran adalah upaya untuk membangun pengetahuan. Dasar dari pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensipotensi

II. TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensipotensi 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensipotensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Istilah disiplin berasal dari bahasa latin : Disciplina yang berarti tertib,

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Istilah disiplin berasal dari bahasa latin : Disciplina yang berarti tertib, 5 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Hakikat Disiplin Anak 2.1.1 Pengertian Disiplin Istilah disiplin berasal dari bahasa latin : Disciplina yang berarti tertib, taat atau mengandalikan

Lebih terperinci

DINAMIKA KELOMPOK BAB I PENDAHULUAN

DINAMIKA KELOMPOK BAB I PENDAHULUAN DINAMIKA KELOMPOK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika Kelompok merupakan seperangkat konsep yang dapat dipergunakan untuk melukiskan proses-proses kelompok. Konsep dinamika kelompok dipergunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Nilai-nilai yang bisa di dapat dalam budaya Shalawat Albanjari yang

BAB V PENUTUP. maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Nilai-nilai yang bisa di dapat dalam budaya Shalawat Albanjari yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Nilai-nilai yang bisa di dapat dalam budaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi

Lebih terperinci

MODUL 3 FAKTOR YANG MENDASARI TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL

MODUL 3 FAKTOR YANG MENDASARI TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL MODUL 3 FAKTOR YANG MENDASARI TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL 1. Faktor yang Mendasari Terjadinya Interaksi Sosial Enam faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial: sugesti, imitasi, identifikasi, simpati,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh: SISKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Begitu juga dengan siswa di sekolah, siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Motivasi merupakan masalah yang sangat penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Motivasi merupakan masalah yang sangat penting dalam setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Motivasi merupakan masalah yang sangat penting dalam setiap organisasi atau perusahaan baik pemerintah maupun swasta untuk bekerja sama dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Gelar Sarjana S-1 Psikologi Oleh : Nina Prasetyowati F

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari

BAB II LANDASAN TEORI. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Psikologi Sosial Kata psikologi mengandung kata psyche yang dalam bahasa Yunani berarti jiwa dan kata logos yang dapat diterjemahkan dengan kata ilmu. Dengan demikian, istilah

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang terpenting dalam suatu perusahaan maupun instansi pemerintah, hal ini disebabkan semua aktivitas dari suatu instansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan Indonesia jangka panjang yaitu Indonesia yang maju dan mandiri, adil dan demokratis, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki rasa minder untuk berinteraksi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki rasa minder untuk berinteraksi dengan orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyandang tuna netra tidak bisa dipandang sebelah mata, individu tersebut memiliki kemampuan istimewa dibanding individu yang awas. Penyandang tuna netra lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.1.1 Pentingnya belajar IPA. Menurut Stephert dan Ragan ( dalam Catharina Tri Anni, 2004 : 3 ), belajar dapat diartikan sebagai suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama suatu bangsa sebagai proses membantu manusia menghadapi perkembangan, perubahan, dan permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah mahasiswa di Indonesia cenderung meningkat. Latief (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Karakteristik Guru sebagai Pembimbing di Taman Kanak-kanak 127 KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Guru adalah pembimbing bagi anak taman kanak-kanak. Proses tumbuh kembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Musik Dalam Kehidupan Sehari-Hari 1. Definisi Musik Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara di urutan, kombinasi, dan hubungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Pretty Riskiana, 2013

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Pretty Riskiana, 2013 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui pelatihan, karena pelatihan merupakan pengembangan yang dilakukan baik peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional merupakan bagian dari sistem pembangunan Nasional Indonesia, karena itu pendidikan mempunyai peran dan tujuan untuk mencerdasan kehidupan

Lebih terperinci

BAB V DINAMIKA KELOMPOK

BAB V DINAMIKA KELOMPOK BAB V DINAMIKA KELOMPOK Pendahuluan Kata dinamika menunjuk pada keadaan yang berubah-ubah yang menggambarkan fluktuasi atau pasang surut, sekaligus melukiskan aktivitas dan system sosial yang tidak statis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di Indonesia semakin kompleks dan berkembang dengan cepat, bahkan lebih cepat dari tindakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

Modul ke: Psikologi Sosial 2. Dinamika Kelompok. Setiawati Intan Savitri, S.P. M.Si. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Psikologi Sosial 2. Dinamika Kelompok. Setiawati Intan Savitri, S.P. M.Si. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi. Modul ke: Psikologi Sosial 2 Dinamika Kelompok Fakultas PSIKOLOGI Setiawati Intan Savitri, S.P. M.Si Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Psikologi Sosial Dinamika Kelompok Dinamika Kelompok Area

Lebih terperinci

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA DISUSUN OLEH YUSI RIKSA YUSTIANA BADAN PENANGGULANGAN NAFZA, KENAKALAN REMAJA, ROSTITUSI

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pemaparan maka diperoleh simpulan sebagai berikut: Komitmen Afektif guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa mayoritas tergolong

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar 1.1.Pengertian Belajar Pada pembelajaran Matematika penting sekali adanya upaya untuk mencapai ketuntasan pembelajaran, hal ini sesuai dengan pendapat

Lebih terperinci

PROFESSIONAL IMAGE. Budaya Kerja Humas yang Efektif. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations

PROFESSIONAL IMAGE. Budaya Kerja Humas yang Efektif. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations Modul ke: PROFESSIONAL IMAGE Budaya Kerja Humas yang Efektif Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S. M.Ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Professional Image Modul - 10 Syerli

Lebih terperinci

Mata Diklat : BUILDING LEARNING COMMITMENT Nama Diklat : Diklat Fungsional Nutrisionis Jenjang Ahli

Mata Diklat : BUILDING LEARNING COMMITMENT Nama Diklat : Diklat Fungsional Nutrisionis Jenjang Ahli Mata Diklat : BUILDING LEARNING COMMITMENT Nama Diklat : Diklat Fungsional Nutrisionis Jenjang Ahli Fasilitator : Dr. LILIN BUDIATI SH.MM lilinbudiati@yahoo.com PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BADAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada orang lain. Seorang anak memerlukan waktu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Kemasyarakatan (HKm) Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara dengan sistem pengelolaan hutan yang bertujuan memberdayakan masyarakat (meningkatkan nilai ekonomi, nilai

Lebih terperinci

Niken Kartikasari F

Niken Kartikasari F KEPUASAN KERJA KARYAWAN DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT-INTROVERT DAN PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL S k r i p s i Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

Psikologi Komunikasi

Psikologi Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Komunikasi Pokok Bahasan PROSES KOMUNIKASI KELOMPOK Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Advertising and Kode MK Marketing Communication 06

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR 2013, No.1242 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR PEDOMAN

Lebih terperinci