BAB I PENDAHULUAN. (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005) tahun oleh badan pusat statistik, jumlah penduduk wanita berusia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005) tahun oleh badan pusat statistik, jumlah penduduk wanita berusia"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa lanjut usia identik dengan masa klimakterium yaitu masa peralihan antara masa reproduksi dengan masa senium. Klimakterium dibagi menjadi 4 fase, yaitu premenopause, perimenopause, menopause, dan pasca menopause. Sebelum seorang wanita mengalami menopause, ia akan mengalami fase premenopause, dimana pada fase ini muncul berbagai keluhan (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005) Pada tahun 2013, jumlah wanita di dunia yang memasuki menpouse diperkirakan mencapai 1,2 milyar orang. Saat ini indonesia baru mempunyai 14 juta wanita menopouse. Namun menurut proyeksi penduduk Indonesia tahun oleh badan pusat statistik, jumlah penduduk wanita berusia di atas 50 tahun adalah 16,9 juta orang. Bahkan pada 2025 di perkirakan akan ada 60 juta wanita menopouse. Sindrom menopouse di alami oleh banyak wanita hampir di selurauh dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% wanita di Amerika, 57% wanita di malaysia, 18% wanita di Cina, 10% wanita di Jepang, dan di Indonesia di perkirakan jumlah orang yang menderita kecemasan baik akut maupun kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk (Hawari 2013). Menurut Depkes RI (2009) hingga saat ini wanita Indonesia yang memasuki masa menopause sebanyak 7,4% dari populasi. Jumlah tersebut 1

2 2 meningkat menjadi 11% pada Kemudian, naik lagi sebesar 14% pada Meningkatnya jumlah tersebut, sebagai akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup dibarengi membaiknya derajat kesehatan masyarakat. Menjadi tua seringkali menjadi sesuatu yang menakutkan bagi setiap orang, khususnya kaum wanita. Kekhawatiran ini mungkin berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak cantik lagi. Kondisi tersebut memang tidak menyenangkan. Padahal, masa tua merupakan salah satu fase yang harus dijalani seorang wanita dalam kehidupannya, seperti halnya fase-fase kehidupan yang lain, yaitu masa anak-anak dan masa reproduksi (Kasdu, 2004). Jumlah dan proporsi penduduk perempuan yang berusia diatas 50 tahun dan diperkirakan memasuki usia menopause dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2013 jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun baru mencapai 15,5 juta orang atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun 2020 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30,0 juta atau 11,5% dari total penduduk (Depkes RI, 2013). Di Provinsi Aceh pada tahun 2015 di perkirakan 24,4 juta jiwa (10%), dan pada tahun 2020 di perkirakan mencapai 28,8 juta jiwa (11,34%) jumlah perempuan menopouse (Dinkes NAD, 2013). Sedangkan jumlah wanita yang berumur 50 tahun ke atas dan diperkirakan memasuki umur menopause dari tahun ke tahun mengalami

3 3 peningkatan secara signifikan. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000,jumlah penduduk wanita yang berumur di atas 50 tahun mencapai 15,5 juta jiwa atau 7,6 % dari total penduduk (Admin, 2005). Tidak ada seorang wanita ingin mengalami salah satu dari sekian banyak keluhan pada masa premenopause, demikian juga pihak keluarga. Jika beberapa keluhan tersebut muncul bersamaan, bisa dibayangkan betapa menurunnya kualitas hidup wanita tersebut. Sebenarnya masa premenopause tidaklah seseram itu, kalau saja para wanita yang memiliki umur senja mengetahui dengan benar proses menopause, sehingga bisa lebih siap menghadapi segala kemungkinan (Suheimi, 2006). Keterlibatan pemerintah dan juga masyarakat dalam mengatasi masalah menopause antara lain bekerja sama dengan tim dari berbagai disiplin ilmu misalnya psikologi dan spesialis obstetri ginekologi melalui kegiatan posyandu lansia sebagai tempat efektif untuk memberikan informasi tentang premenopause, menopause, dan pasca menopause (Pakasi, 2004). Di Kabupaten Nagan Raya berjumlah jiwa, wanita menopouse 20,58%, Puskesmas Ujung Fatihah jumlah penduduk jiwa, Wanita menopouse 1,90%, jumlah penduduk Desa Sikuneng 535 jiwa, jumlah wanita menopause 7,47% (Dinkes Nagan Raya 2013). Menurut laporan dari yang di dapatkan di Puskesmas Ujung Fatiha tidak ada ibu usia lanjut dari Desa Sikuneng yang datang berkonsultasi mengenai masalah yang dirasakan selama menghadapi masa menopose,

4 4 Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada sepuluh ibu usia lanjut melalui wawancara di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya di temukan 6 ibu mengalami kecemasan menghadapi menopouse berupa : ibu cemas terjadi gejolak rasa panas yang tiba-tiba membuat mereka tidak nyaman, cemas dengan ketidak teraturan siklus haid pada dirinya, cemas timbulnya penyakit setelah terjadinya menopouse, cemas tidak di hargai lagi, dan cemas di tinggal suami. Sedangkan menurut 4 orang ibu merasa menopouse merupakan proses alami. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan kuala Kabupaten Nagan Raya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah adalah : Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014?

5 5 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui Pengaruh dukungan keluarga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014? b. Untuk mengetahui Pengaruh olah raga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014? c. Untuk mengetahui Pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014? D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Dengan penelitian ini bisa menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman secara langsung yang dapat digunakan untuk praktek di lapangan nantinya, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan serta dapat memperoleh gambaran nyata tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse. 2. Bagi instusi pendidikan Memberi informasi dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse.

6 6 3. Bagi tempat penelitian Bagi ibu premenopause di Desa Sikuneng diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi tentang menopause, sehingga dapat lebih memahami tentang bagaimana cara menghadapi menopause dan meningkatkan kesiapan dalam menghadapi menopause.

7 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesiapan menghadapi menopause 1. Pengertian Kesiapan berasal dari kata siap yang mendapat awalan ke dan akhiran -an. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kesiapan adalah suatu keadaan bersiap-siap untuk mempersiapkan sesuatu (Poerwodarminto, 2007). Menurut Chaplin (2005), kesiapan (readiness) adalah tingkat perkembangan dari kematangan mental atau kedewasaan yang menguntungkan dalam mempraktikkan sesuatu. Dapat juga diartikan sebagai keadaan siap siaga untuk mereaksikan atau menanggapi sesuatu. Kesiapan disini diartikan sebagai suatu keadaan ibu untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi menopause, baik secara fisik maupun mental atau psikologisnya. B. Menopouse 1. Pengertian Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen yang disebabkan hilangnya fungsi folikel-folikel sel telur (Safrina, 2010). Menurut Pakasi (2006), menopause adalah perdarahan terakhir dari uterus yang masih dipengaruhi oleh hormon-hormon dari otak dan sel telur. 7

8 8 Menopause merupakan suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi di atas usia 40 tahun. Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan ovarium (indung telur). Menopause mulai pada umur yang berbeda umumnya adalah sekitar umur 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an (Sarwono Prawirohardjo, 2008) 2. Periode menopause dalam fase klimakterium Menopause merupakan proses alamiah yang akan dialami oleh setiap perempuan dan umumnya terjadi pada usia 50 tahun (rentang usia tahun). Sekitar 1 % perempuan mencapai menopause sebelum usia 40 tahun yang disebut menopause prekoks, sementara berhentinya menstruasi antara usia tahun disebut dengan menopause dini (early menopause) yang terjadi pada 10 % perempuan (Ninsih, 2008). Rambulangi (2006) menyatakan bahwa, usia seorang perempuan memasuki masa premenopause antara tahun. Berikut ini pembagian fase klimakterium dibagi menjadi empat fase (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004), yaitu : a. Premenopause

9 9 Fase premenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur dengan perdarahan yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif tidak banyak dan kadang-kadang disertai nyeri haid. b. Perimenopause Perimenopause merupakan fase peralihan antara premenopause dan pasca menopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Sebanyak 40 % wanita siklus haidnya anovulatorik, Pada umumnya wanita telah mengalami berbagai keluhan klimakterik. c. Menopause Fase ketiga ditandai dengan berhentinya haid atau haid yang terakhir akibat menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh. Menopause biasanya terjadi sekitar umur 50 tahun (Dorland, 2004). d. Pasca menopause Fase ini merupakan fase dimana seorang wanita tidak mengalami haid selama 12 bulan setelah menopause.

10 10 3. Penyebab dan proses terjadinya menopause Fungsi ovarium akan mulai menurun rata-rata pada saat seorang perempuan berusia pertengahan empat puluhan. Pada saat usia tersebut, kondisi kadar hormon yang naik turun akan menyebabkan berbagai gangguan. Ada dua faktor utama yang berperan dalam hal Pertama, lebih sedikit folikel yang matang, selanjutnya produksi telur mulai berkurang, dan mengakibatkan ovulasi tidak terjadi ini, sel pada setiap siklus menstruasi. Konsekuensi dari perubahan tersebut adalah pola baru kadar hormon selama siklus menstruasi. Pertama, jika matang, hanya sedikit estrogen yang diproduksi selama perubahan folikel tidak dua minggu pertama siklus. Karena tidak ada sel telur yang matang dalam folikel, maka folikel itu tidak dapat melepaskan sel telur. Jika ovulasi tidak terjadi, maka tidak akan ada progeseteron yang diproduksi oleh korpus luteum pada paruh kedua siklus. Hal ini berarti estrogen akan terus membentuk lapisan endometrium tanpa diimbangi. oleh efek dari progesteron yang akan menyebabkan menstruasi yang berat di luar biasanya. Kedua, gagalnya ovarium mengeluarkan sel telur yang matangakan menyebabkan kadar estrogen turun menjadi sangat rendah sehingga lapisan endometrium tidak terstimulasi untuk menyiapkan sel telur yang dibuahi. Hal ini menyebabkan menstruasi tidak terjadi. Ketika kadar estrogen dan progesteron menurun, kelenjar hipothalamus dan kelenjar pituitari berusaha untuk mengoreksi

11 11 keadaan ini dengan menaikkan produksi Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteineizing Hormone (LH) untuk menstimulasi ovarium melakukan fungsi normalnya. Jika ovarium tidak mampu bereaksi dengan membuat matang folikel dalam setiap siklus, kadar FSH dan LH yang tinggi ini akan mengganggu operasi normal dari sistem tubuh lainnya termasuk metabolisme, kimiawi otak, dan keadaan tulang (Emma, 2005). 4. Dampak kesehatan bagi fisik maupun psikis Menjelang menopause semua perempuan kerap tidak mengetahuinya, tapi pada akhirnya mereka menyadari dengan merasakan adanya perubahan pada tubuh. Perubahan yang terjadi biasanya diketahui dengan berhentinya siklus menstruasi, selain itu menopause juga sering disertai gejala yang bervariasi, mulai dari gejala fisik, jiwa hingga perasaan yang berubah-ubah serta gangguan lainnya (Lestari, 2010). Kadar hormon estrogen rendah di dalam tubuh akan menyebabkan keluhan-keluhan di awal masa menopause (Baziad,2004). Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause, yaitu : a. Ketidak teraturan siklus haid Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala menstruasi muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidak teraturan ini sering disertai dengan jumlah darah

12 12 yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan haid yang normal. b. Gejolak rasa panas (hot flushes) Arus panas biasanya timbul pada saat darah menstruasi mulai berkurang dan berlangsung sampai menstruasi benar-benar berhenti. Arus panas ini disertai oleh rasa menggelitik disekitar jarijari kaki maupun tangan serta pada kepala, atau bahkan timbul secara menyeluruh. c. Kekeringan vagina Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering, dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, keputihan, dan rasa sakit pada saat kencing. d. Perubahan kulit Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah, leher, dan lengan. e. Keringat dimalam hari Berkeringat malam hari, bangun bersimbah peluh, sehingga perlu mengganti pakaian dimalam hari, sehingga tidak dapat tidur nyenyak.

13 13 f. Sulit tidur Imsomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam hari. g. Kerapuhan tulang Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses steoporosis (kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang paling umum dan merupakan persoalan bagi yang telah berumur, paling banyak menyerang wanita yang telah menopause. Kehilangan 1 % tulang dalam setahun dapat akibat proses penuaan, tetapi kadang setelah menopause kita kehilangan 2% setahunnya. h. Badan menjadi gemuk Banyak wanita menjadi gemuk selama menopause, rasa letih yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan. i. Penyakit Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause, dari sudut pandang medis ada dua perubahan paling penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein di dalam tulang (osteoporosis). Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu :

14 14 1) Ingatan menuru Sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat. 2) Kecemasan Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. 3) Mudah tersinggung Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak mengganggu, hal ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. 4) Stres Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa cemas, dan takut termasuk para perempuan menopause. Respon orang terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi. 5) Depresi Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena

15 15 kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masatuanya. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan menghadapi menopause a. Pengetahuan Pengetahuan yang cukup akan membantu wanita memahami dan mempersiapkan dirinya menghadapi masa menopause dengan lebih baik (Notoatmodjo, 2007). Diperlukan persiapan dan pengetahuan yang memadai dalam mengahadapinya. Pemahaman wanita tentang menopause diharapkan wanita dapat melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk siap memasuki umur menopause tanpa harus mengalami keluhan yang berat. b. Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan, selain itu informasi dan faktor pengalaman akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat nonformal. Wanita yang berpendidikan akan mempunyai pengetahuan kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, 2007).

16 16 c. Sosial ekonomi Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, dan pendidikan. Wanita yang berasal dari golongan ekonomi rendah cenderung pasrah dan mampu beradaptasi dengan baik saat mengalami menopause (notoatmodjo,2007). d. Budaya dan lingkungan Budaya berpengaruh sangat besar terhadap cara wanita menanggapi proses berhentinya haid. Wanita Indonesia yang mayoritas adalah muslimah, umumnya dapat menerima menopause dengan baik. Masalah yang dihadapi tidak hanya pada wanita menopause tetapi juga dialami oleh wanita premenopause dimana tanggapan masyarakat tentang menopause akhir-akhir ini semakin meningkat (Prawirohardjo, 2005). e. Riwayat kesehatan Kondisi kesehatan seseorang dapat mempengaruhi kondisi psikologis, misalnya pada penderita penyakit kronis. Hal itu dapat terjadi pada wanita menjelang menopause, karena di sana terjadi masa peralihan atau perubahan-perubahan (Admin, 2004). f. Umur Semakin bertambahnya umur seseorang, pengalamannya akan bertambah sehingga akan lebih siap dalam menghadapi menopause (prawihardjo, 2004).

17 17 g. Dukungan keluarga Menopouse dapat berjalan dengan lancar dengan adanya kemauan diri memandang hidup yang akan datang sebagai sebuah harapan yang membahagiakan, sehingga peristiwa yang di alami selalu di pandang dari segi yang baik. Hal tersebut dapat berlangsung bila ada dukungan dari orang sekitar, khususnya suami. Peran yang positif akan menumbuhkan perasaan bahwa kehadirannya masih sangat di butuhkan oleh keluarga. Seorang suami yang peka, akan menyadari bahwa istri tidak selincah dulu sehingga suami harus berinisiatif membantu istri menyelesaikan tugas rumah tangga. Anak-anak hendaknya membuat upaya tulus untuk memahami alasan naik turunnya emosi ibu. Mereka perlu menyadari kebutuhan ibu mereka untuk mendapatkan waktu pribadi. Apabila menopouse bisa di hadapi dengan baik, maka kualitas hidup dalam menjalani menopouse akan lebih baik dan akan tercipta kehidupan keluarga yang harmonis. keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Terdapat empat dimensi dari dukungan keluarga yaitu: Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, misalnya umpan balik dan penegasan dari anggota keluarga. Keluarga merupakan

18 18 tempat yang aman emosi. Keluarga untuk istirahat serta pemulihan penguasaan sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan emosi adalah dukungan yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi/ekspresi (prawihardjo, 2004), Tipe dukungan ini lebih mengacu kepada pemberian semangat, kehangatan, cinta, kasih, dan emosi. Dukungan sosial sebagai perilaku yang memberi perasaan nyaman dan membuat individu percaya bahwa dia dikagumi, dihargai, dan dicintai dan bahwa orang lain bersedia memberi perhatian dan rasa aman. Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional, sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.

19 19 h. Olah raga Olah raga selain dapat menguatkan tulang, juga dapat mencegah penyakit jantung, diabetes, jenis kanker tertentu, dan juga dapat menghilangkan stress. Olah raga yang bisa dilakukan seperti jalan kaki, jogging, bersepeda, berenang, naik turun tangga, dan sebagainya. Dilakukan paling sedikit tiga kali dalam seminggu, minimal 30 menit sekali latihan. Dengan tetap berusaha hidup aktif akan menekan gejala imsomnia, memperlambat osteoporosis, penyakit jantung, serta mencegah hot flushes. Berolahraga tidak hanya baik untuk kesehatan tubuh, tetapi juga mental. Berolahraga dapat meningkatkan endorphins, serotonin, dan dopamine pada tubuh yang dapat memberikan perasaan senang dan tenang. Zat-zat tersebut juga dapat mengatur perasaan gelisah, stres, dan depresi. Aktivitas ini dapat dengan lancar mengalirkan darah ke otak dan ke seluruh tubuh sehingga membuat otot dan mental lebih tenang. Ingatlah bahwa ketika Anda dapat berpenampilan bagus, maka Anda akan merasa senang (Admin,2004). Dalam jangka panjang, memelihara kebugaran fisik akan menambah kepercayaan diri Anda dan mengubah cara berpikir Anda terhadap diri Anda sendiri sehingga kesehatan mental pun terjaga. ( pedia, 2007).Olah raga yang bersifat aerobik seperti

20 20 senam merupakan usaha-usaha yang akan memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor penambahan fisiologi dan metabolik yang dikalkulasi termasuk sel-sel darah merah dan enzim fosforilase (proses masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik), bertambahnya aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yang mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya enzimenzim untuk proses oksigenasi jaringan (Admin, 2004). Menurut Depkes (2012) olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani. i. Pengkonsumsi Alkohol Pengaruh alkohol pada reproduksi wanita, berbeda dengan reproduksi pada pria, meskipun ada beberapa yang sama. Pada wanita, siklus pertumbuhan hormon berbeda-beda. Untuk wanita yang memasuki masa premenopause, meminum minuman keras, sangat berakibat fatal, jika konsumsinya sampai berlebihan. Contohnya

21 21 yaitu, terhentinya siklus menstruasi dan mempercepat menopause, peningkatan aborsi, atau siklus bulanan menjadi tidak teratur. Selain mengganggu sistem reproduksi, alkohol berlebih juga akan mengganggu regulasi hormonal, misalnya akan membuat penyakit seperti penyakit jantung, kelainan janin, penyakit pankreas dan kekurangan gizi. Untuk wanita yang memasuki masa menopause, akan menyebabkan kadar estradiol menjadi turun, karena hormon ini tidak lagi disintesis di ovarium. Turunnya kadar estradiol pada wanita, sering dikaitkan dengan peningkatan resiko terkena p enyakit jantung dan osteoporosis. Selain itu, konsumsi berlebih alkohol juga dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular dan resiko terkena kanker payudara. j. Pola makan Pola makan adalah kebiasaan seseorang/kelompok dalam memilih menu makanan untuk kebutuhan sehari-hari. Bagi Anda yang akan memasuki fase menopause, cobalah untuk rajin mengonsumsi ikan yang kaya akan omega-3, seperti salmon atau trout. Konsumsilah jenis ikan ini setidaknya dua kali dalam seminggu. Omega-3 yang terkandung di dalam ikan bisa membantu pencegahan penyakit jantung dan kanker payudara. Wanita yang sedang mengalami masa menopause rentan terhadap penyakit jantung dan kanker payudara. Susu dan produk turunannya sangat berguna untuk membantu meningkatkan kalsium dalam

22 22 tubuh. Pada saat menopause, kadar hormon estrogen dalam tubuh menurun sehingga penyerapan kalsium ke dalam tubuh menjadi lebih berat. Oleh sebab itu, asupan kalsium tambahan diperlukan menambahkan kekuatan tulang. Perut kembung merupakan untuk salah satu masalah yang harus dihadapi oleh wanita menopause. Untuk mengatasi masalah ini, tambahkanlah porsi gandum dan sereal ke dalam diet Anda. Serat yang terkandung di dalam gandum dapat mencegah konstipasi. Kedelai dan kacang-kacangan yang sangat dianjurkan untuk wanita menjelang menopause. Kedelai mengandung zat sejenis dengan estrogen yang disebut dengan isoflavon yang sangat berguna untuk mengurangi ruam panas dan rasa panas. Tahu dan tempe adalah dua jenis makanan yang sangat dianjurkan. Ruam dan rasa panas memang identik dengan menopause. Selain kedelai, cobalah untuk mengkonsumsi teh herbal Teh herbal dapat memberikan sensasi relaksasi, sehingga mengurangi ruam dan rasa panas saat menstruasi yang biasa disebut dengan hot flash.

23 23 C. Kerangka Teori Kesiaapan menghadapi menopouse dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : pengetahuan, ekonomi, budaya, riwayat kesehatan, umur, pendidikan, dukungan keluarga, olah raga, pengkonsumsi alkohol, pola makan. Dengan lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini : Notoeatmodjo, 2007 Pendidikan Pengetahuan Ekonomi Kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse Kasdus, 2004 Pengkonsumsi alkohol Prawihardjo, 2005 Dukungan keluarga Umur Budaya Gambar 2.1 kerangka teori Admin, 2004 Pola makan Olah raga Riwayat kesehatan

24 24 D. Kerangka konsep Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsepkonsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Nototmodjo, 2005). Berdasarkan kerangka teori di atas, maka kerangka konsep dari Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse yaitu : variable Independent variable Dependent Dukungan keluarga Olah Raga Kesiapan ibu menghadapi menopouse Pola makan Gambar 2.2 Kerangka Konsep E. Hipotesis 1. Ha : Ada pengaruh antara dukungan keluarga dengan kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.

25 25 2. Ha : Ada pengaruh antara olah raga dengan kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun Ha : Ada pengaruh antara pola makan dengan kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.

26 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan desain cross Sectional. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan orang tua, olah raga, dan pola makan terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopause di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. B. Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti (Noetoatmodjo, 2005) populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu usia tahun yang ada di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya yang berjumlah 43 orang. 2. Sampel Tehnik pengambilan sampel dengan metode total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel yang berjumlah 43 orang ibu usia tahun yang ada di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. 26

27 27 C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di desa sikuneng kecamatan Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Kabupaten Nagan Raya. 2. Waktu Penelitian ini sudah dilaksanakan pada tanggal februari D. Instrumen Penelitian Adapun instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi tentang kesiapan menghadapi menopouse, dukungan keluarga, olah raga, dan pola makan terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse. Untuk kesiapan ibu menghadapi menopouse berjumlah 5 pertanyaan, untuk dukungan keluarga 5 pertanyaan, untuk olah raga 5 pertanyaan, dengan pilihan jawaban jika ya nilainya 1 dan jika tidak nilainya 0. Hasilnya dikategorikan sebagai berikut: Baik : % Kurang :< 75% Sedangkan pola makan ibu pertanyaannya berbentuk multiple choice yang berjumlah 10 pertanyaan dengan alternatif pilihan a, b, dan c. Jawaban atas kuesioner tersebut diberikan skor nilai, skor tertinggi adalah 2 sedangkan terendah adalah 0, kemudian skor yang diperoleh oleh responden dijumlahkan kemudian nilai semuanya dibandingkan dengan jumlah sampel, hasilnya dikatagorikan sebagai berikut:

28 28 Baik Cukup Kurang : > 5,41 dari total skor : = 5,41 dari total skor : < 5,41 dari total skor E. Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data dilakukan proses sesuai dengan prosedur yang berlaku yaitu: a. Persiapan pengumpulan data dilakukan sesuai dengan prosedur administrasi yang berlaku yaitu mendapat izin dari Prodi Akademi Kebidanan U Budiyah Banda Aceh dan Kepala Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. b. Setelah memperoleh izin dari Kepala Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan raya, kemudian peneliti meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan cara menandatangani lembar persetujuan responden yang telah disediakan. c. Kemudian membagikan kuesioner kepada responden dan menjelaskan cara pengisian untuk masing-masing pertanyaan. d. Memperoleh surat keterangan telah selesai melakukan penelitian dari Kepala Desa sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.

29 29 F. Pengolahan Data Menurut Arikunto (2006) setelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut diolah dengan cara : a. Editing Yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam pengisian atau pengambilan data. Pada tahap ini dikumpulkan untuk dilakukan pengecekan nama dan identitas responden, mengecek kelengkapan data dengan istrumen pengumpulan data. Setelah diperiksa ternyata responden telah mengisi dengan benar dan semua item pertanyaan sudah dijawab dengan benar. b. Coding Yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya dengan memberikan kode tertentu. Pada tahap ini data yang diperoleh diberikan angka-angka untuk memudahkan pengenalan data. c. Transfering Yaitu data yang telah diberikan kode di susun secara berurutan dari responden pertama sampai dengan responden terakhir, kemudian dimasukkan kedalam tabel. Apabila ada kode responden yang tertinggal dan belum di transfer ke tabel penulisan mengulangnya kembali sampai semua data masuk ke dalam tabel dan benar. d. Tabulating Yaitu penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai dengan penjelasan secara narasi. Data-data yang telah di sajikan dalam bentuk tabel, maka penulis menjelaskannya lagi dalam

30 30 bentuk narasi yaitu isi atau penjelasan dari tabel yang telah terisi dari hasil dan data-data responden. G. Definisi operasional No Variabel Definisi Operasional Variabel Dependen Cara Ukur Alat Ukur Skala ukur Hasil ukur 1. Kesiapan Ibu dalam menghadapi menopause Persiapan mental, seorang ibu dalam masa menopouse Variabel Independen 1. Dukungan Keluarga Motivasi yang di berikan kelurga Wawancara % > 75% Wawancara % > 75% kuesioner Ordinal kuesioner Ordinal - Siap - Tidak siap -Mendukung -Tidak mendukung 2. Olah raga Aktifitas Fisik yang dilakukan ibu Wawancara % > 75% kuesioner Nominal - Ada - Tidak ada 3. Pola Makan Kebiasaan ibu dalam mengkonsumsi makanan Wawancara > 5,41dari total skor = 5,41 total skor < 5,41 dari total skor kuesioner Ordinal -Baik -Cukup - Kurang H. Analisa Data Teknik Analisa Data yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah analisis univariat yang digunakan untuk mengetahui distribusi dan persentasi dari tiap variabel (Notoatmojo, 2010).

31 31 1. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel yang diteliti. Selanjutnya data yang telah diolah dari kuesioner dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi, kemudian di persentase ke tiap-tiap kategori dengan menggunakan rumus sudijono (2005) sebagai berikut: f P = x 100% N Keterangan : P = persentase F = Frekuwensi n = jumlah sampel 2. Analisa Bivariat Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan antar variabel independen dan dependen melalui uji Chi-Squaer Tes (x ), untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik antara 2 variabel digunakan batas kemaknaan 0,05% (95%) (p < 0,05), karena pada umumnya penelitian-penelitian dibidang pendidikan menggunakan taraf signifikan 0,05 (Arikunto, 2006). Rumus : x 2 = [( )] Keterangan : x 2 = Chi-Squaer test O = Frekuensi observasi

32 32 E = Frekuensi harapan Aturan yang berlaku untuk uji (Chi-square), untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut : 1) Bila pada tabel contingency 2x2 di jumpai nilai e (harapan) kurang 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test. 2) Bila pada tabel kontngency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah continuty Correction. 3) Bila tabel contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2 3x3 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah pearson Chi-Square. 4) Bila pada tabel Contingency 3x2 ada sel denagn nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga menjadi tabel Contingency 2x2

33 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Ujung Sikuneng teletak di Kecamatan Kuala Kabupatean Nagan Raya, terdapat jumlah penduduk 535 jiwa, yang terdiri dari 149 KK, jumlah laki-laki 258 jiwa, dan perempuan 277 jiwa, batas-batas wilayah penduduk sikuneng sebelah timur berbatasan dengan Desa Blang Bintang, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat, sebelah utara berbatasan dengan Desa Blang Baro, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pulo Ie, luas wilayah Desa Sikuneng 830 m, panjang 500 m. B. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal Februari Dari data yang dikumpulkan terdapat 43 responden yang dijadikan sampel dari seluruh populasi yaitu seluruh ibu yang umurnya di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya, data dikumpulkan melalui kuesioner, data dari hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut : 34

34 34 1. Analisa Univariat a. Kesiapan Ibu dalam Menghadapi Menopouse. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kesiapan Ibu Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 No Kesiapan Ibu Menghadapi Menopouse Frekuensi (%) 1. Siap 16 37,2 2. Tidak siap 27 62,8 Jumlah Sumber : Data Primer diolah tahun 2014 Berdasarkan tabel 4.1 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 43 responden yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu tidak siap dalam menghadapi menopouse yaitu sebanyak 27 responden (62,8%). b. Dukungan keluarga Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dukungan kelurga terhadap Kesiapan Ibu Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 No Dukungan keluarga Frekuensi (%) 1. Baik 22 28,2 2. Cukup 23 29,5 3. Kurang 33 42,3 Jumlah Sumber : Data Primer diolah tahun 2014

35 35 Berdasarkan tabel 4.2 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 43 responden yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu tidak mendapat dukungan dari keluarga yaitu sebanyak 28 responden (65,1%). c. Olah raga Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi olah raga terhadap Distribusi Frekuensi Kesiapan Ibu Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 No Olah raga Frekuensi (%) 1 2. Ada tidak ada ,9 65,1 Jumlah Sumber : Data Primer diolah Tahun 2014 Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 43 responden yang diteliti di temukan sebagian besar ibu dengan kesiapan menghadapi menopouse yang tidak ada olah raga yaitu sebanyak 28 responden (65,1%). d. Pola makan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi pola makan terhadap Kesiapan Ibu Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 No Pola makan frekuensi (%) 1 Baik 13 30,2 2 Cukup 12 27,9 3 Kurang 18 41,9 Jumlah Sumber : Data Primer diolah Tahun 2014

36 36 Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa dari 43 responden yang diteliti di temukan sebagian besar ibu dengan kesiapan dalam menghadapi menopouse yang memiliki pola pola makan kurang yaitu sebanyak 18 respoden (41,9%). 2. Analisa Bivariat a. Pengaruh dukungan kelurga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse Tabel 4.5 Pengaruh dukungan keluraga terhadap Kesiapan Ibu dalam Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 No Kesiapan ibu dalam Uji Dukungan menghadapi menopouse Jumlah Statistik keluarga Siap Tidak siap f % f % f % p-value 1. Dukung 13 86,7 2 13, Tidak 3 10, , ,000 mendukung Jumlah 16 37, , Signifikasi : p<0,05 Berdasarkan tabel 4.6 diatas, di ketahui dari 15 responden yang memiliki dukungan keluarga terdapat 13 responden (86,7%) yang siap dalam menghadapi menopouse, dari 28 responden yang tidak ada dukungan keluarga terdapat 3 responden (10,7%) yang siap dalam menghadapi menopouse. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,000 yang

37 37 berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh dukungan keluarga dalam kesiapan menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun b. Pengaruh olah raga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse Tabel 4.6 Pengaruh olah raga terhadap Kesiapan Ibu dalam Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 No Kesiapan ibu dalam Uji menghadapi menopouse Jumlah Olah raga Statistik Siap Tidak siap f % f % f % p-value 1. Ada 8 53,3 7 46, Tidak ada 8 28, , ,103 Jumlah 16 37, , Signifikasi : p>0,05 Berdasarkan tabel 4.6 diatas, di ketahui dari 15 responden yang ada olah raga terdapat 8 responden (53,3%) yang siap dalam menghadapi menopouse, dari 28 responden yang tidak ada olah raga terdapat 8 responden (28,6%) yang siap dalam menghadapi menopouse. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,103 yang berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh olah raga dalam kesiapan menghadapi

38 38 menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun d. Pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse Tabel 4.7 Pengaruh pola makan terhadap Kesiapan Ibu dalam Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 No Kesiapan ibu dalam Uji menghadapi menopouse Jumlah Pola makan Statistik Siap Tidak siap f % f % f % p-value 1. Baik 3 23, , Cukup 6 50,0 6 50, Kurang 7 38, , ,363 Jumlah 16 32, , Signifikasi : p>0,05 Berdasarkan tabel 4.6 diatas, di ketahui dari 13 responden yang memiliki pola makan baik terdapat 3 responden (23,1%) yang siap dalam menghadapi menopouse, dari 12 responden yang memiliki pola makan cukup 6 responden (50,0%) yang siap dalam menghadapi menopouse, dari 18 responden yang memiliki pola makan kurang terdapat 7 responden (38,9%) yang siap dalam menghadapi menopouse. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,363 yang berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam

39 39 menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun C. Pembahasan 1. Pengaruh dukungan keluarga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse dapat dilihat dari tabel 4.5 diatas, dari 15 responden yang memiliki dukungan keluarga terdapat 13 responden 86,7% responden yang siap dalam menghadapi menopouse, dari 28 responden yang tidak ada dukungan keluarga terdapat 3 responden (10,7%) yang siap dalam menghadapi menopouse. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh dukungan keluarga dalam kesiapan menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun Menurut Friedman (2008), keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang merupakan klien penerima asuhan keperawatan, keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan keperawatan yang diperlukan bagi anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan khususnya ibu

40 40 dalam menghadapi menopouse. Bila salah satu dari anggota keluarga mengalami masalah kesehatan, maka system didalam keluarga akan terganggu. Beberapa tugas dari sebuah keluarga menurut Friedman,(2008) adalah, mengenal masalah, keluarga dituntut mampu mengenali masalah kesehatan yang terjadi dikeluarga, mampu mengambil keputusan yang tepat bila menemukan masalah pada keluarga tersebut, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Dukungan penghargaan, Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan mempengaruhi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota. terjadi lewat ungkapan hormat atau positif untuk pasien, misalnya: pujian atau reward terhadap tindakan atau upaya penyampaian pesan ataupun masalah, keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik seperti dorongan bagi anggota keluarga. Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. Dukungan penghargaan adalah dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Menurut Cohent & Wils (dalam Orford, 1992), dukungan ini dapat berupa pemberian informasi kepada seseorang bahwa dia dihargai dan diterima, dimana harga diri seseorang dapat

41 41 ditingkatkan dengan mengkomunikasikan kepadanya bahwa ia bernilai dan diterima meskipun tidak luput dari kesalahan. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses diadakan untuk keluarga (dukungan bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksterna. Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan. Sifat dan jenis dukungan sosial berbeda beda dalam berbagai tahapan siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sebagai akibatnya. Hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga, Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Yani (2011), tentang Faktor- faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan signifikan (p>0,05). Kompensasi tingkat pengetahuan memiliki hubungan (p=0,061), hubungan dengan dukungan keluarga dan lingkungan menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,05) tentang

42 42 faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse di Wilayah kerja puskesmas Garut. Dari literatu dan hasil penelitian yang peneliti temui, peneliti berasumsi bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse. Pada penelitian ini di temukan masalah yaitu terdapat 2 responden yang mempunyai dukungan keluarga baik namun tidak siap dalam menghadapi menopouse, hal tersebut dikarenakan keluarga hanya memberikan kenyamanan fisiknya saja yaitu sering mengajak ibu jalan-jalan pagi, tetapi tidak memberikan support, penghargaan, dan perhatian. 2. Pengaruh olah raga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa Informasi merupakan salah satu faktor yang tidak mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse. hal ini dapat dilihat dari tabel 4.6 diatas, dari responden yang ada melakukan olah raga dari 15 responden terdapat 8 responden (53,3%) yang siap dalam menghadapi menopouse. Dari 28 responden yang tidak melakukan olah raga terdapat 8 responden (28,6%) yang siap dalam menghadapi menopouse. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,103 yang berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh olah raga dalam kesiapan

43 43 menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun Menurut Depkes (2012) olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani. Dari hasil penelitian tentang yang dilakukan peneliti sebelumnya, tentang Faktor- faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse. Hasil penelitian menunjukkan bahwa olahraga memiliki hubungan signifikan (p>0,05) dalam menghadapi menopouse, kompensasi tingkat olahraga tidak memiliki hubungan (p=0,308), dalam menghadapi menopouse di RW 02 Kelurahan Srangseng Sawah Jakarta Selatan (Piere, 2011). Berdasarkan hasil penelitian, teori dan hasil peneliti sebelumnya diatas peneliti berasumsi bahwa olahraga adalah salah satu faktor yang tidak mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse. Hal ini dikarenakan olah raga salah satu dari kegiatan fisik ibu, yang bisa di dapat dari kegiatan sehari-hari misalnya pergi kerja dengan

44 44 menggunakan sepeda, mengerjakan pekerjaan rumah, dan pekerjaan di luar rumah. Dari penelitian ini 8 responden yang tidak ada melakukan olahraga namun siap menghadapi menopouse, hal tersebut dikarenakan olahraga mudah dilakukan. 3. Pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse Berdasarkan tabel 4.6 diatas, di ketahui dari 13 responden yang memiliki pola makan baik terdapat 3 responden (23,1%) yang siap dalam menghadapi menopouse, dari 12 responden yang memiliki pola makan cukup 6 responden (50,0%) yang siap dalam menghadapi menopouse, dari 18 responden yang memiliki pola makan kurang terdapat 7 responden (38,9%) yang siap dalam menghadapi menopouse. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,363 yang berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun Pola makan adalah bagian dari pencegahan menopouse dini pada wanita. Disarankan untuk banyak makan makanan yang bersumber dari kedelai yang banyak kandungan phytoestrogen, contohnya adalah tempe, tahu, dan gandum. Phytoestrogen ini

45 45 bermanfaat untuk membantu dan mengatasi penurunan hormon estrogen pada perempuan yang cukup nsignifikan ketika masa ini berlangsung. Banayak mengkonsumsi anti oksidan. Karena makanan yang banyak mengandung anti oksidan ini bermanfaat untuk menjaga sistem kekebalan tubuh dan juga bersifat mengusir racun dari dalam tubuh dan menunda tanda-tanda penuaan. Untukmengurangi pengeroposan dan patah tulang dengan asupan susu, keju, kacang-kacangan, serta roti. Makan buah-buahan dan sayuran seperti, pepaya, kedelai bengkoang, dan terong untuk pencegahan penuaan dan serangan radikal bebas (Mary Courtney Moore, 2005) Dari hasil penelitian tentang yang dilakukan oleh Viqi (2010), tentang Faktor- faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan signifikan (p>0,05) dalam menghadapi menopouse. Kompensasi tingkat pendidikan memiliki hubungan (p=0,000), hubungan dengan tingkat ekonomi ibu menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,05) dalam menghadapi menopouse di Kecamatan Layung Kabupaten Aceh Barat. Dari hasil penelitian, pembahasan, dan penelitian sebelumnya peneliti berasumsi bahwa pola makan adalah salah satu faktor yang tidak

46 46 mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse, pada penelitian ini di temukan 7 responden yang pola makannya kurang namun siap menghadapi menopouse hal ini dikarenakan kebiasan ibuibu di Desa Sikuneng adalah banyak mengkonsumsi sayur-sayuran yang, dan buah buahan yang mengandung banyak anti oksidan dan juga banyak ibu-ibu yang memproduksi tempe dan tahu. Maka dapat disimpulkan bahwa pola makan tidak mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse.

47 47 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil penelitian pada BAB IV sebelumnya, peneliti membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopause di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya, ditandai dengan p-value (0,0040 < α- value (0,05). 2. Tidak ada pengaruh olahraga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopause di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya., ditandai dengan p-value (0,103) < α- value (0,05). 3. Tidak ada pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopause di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya, ditandai dengan p-value (0,363) < α- value (0,05). B. Saran 1. Bagi peneliti Sebagai pengetahuan pembelajaran melakukan penelitian sekaligus mangaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama perkuliahan dan semoga peneliti ini dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan yaitu hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap suatu objek tertentu (Sunaryo, 2004). Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, juga ditunjukkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, juga ditunjukkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya status kesehatan masyarakat selain ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, juga ditunjukkan oleh meningkatnya Umur

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011 PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011 Atik Ismiyati INTISARI Latar Belakang : Wanita menjelang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakan Menjadi tua merupakan hal yang menakutkan bagi manusia, terutama kaum wanita.hal-hal yang biasanya dikhawatirkan adalah menjadi tidak lagi cantik, tidak lagi bugar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tahap kehidupan yang pasti dialami oleh setiap wanita adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang wajar yang ditandai dengan berhentinya

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur The 7 th University Research Colloqium 08 Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur Nur Hidayah, Suci Tri Cahyani Prodi DIII Kebidanan STIKES PKU MUHAMMADIYAH Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pre menopause syndrome merupakan masalah yang timbul akibat pre

BAB I PENDAHULUAN. Pre menopause syndrome merupakan masalah yang timbul akibat pre 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pre menopause syndrome merupakan masalah yang timbul akibat pre menopause. Perubahan tersebut paling banyak terjadi pada wanita karena pada proses menua terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadi tua merupakan suatu proses bagian dari kehidupan seseorang, dan sudah terjadi sejak konsepsi dalam kandungan hingga berlangsung terus sepanjang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

Lebih terperinci

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007 KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007 A. Data Demografi No. Responden : Umur : Alamat : Berikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan persalinan, namun lebih luas lagi yaitu menarche sampai

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan persalinan, namun lebih luas lagi yaitu menarche sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era Globalisasi sekarang ini kesehatan menjadi hal yang sangat berharga. Terutama pada kesehatan reproduksi yang sekarang ini menjadi perhatian dunia. Masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menopause merupakan suatu proses alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita. Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen dan dianggap sebagai suatu bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada perempuan dengan rentang usia antara 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat kompleks bagi perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut penelitian Pratiwi (2010) menopause adalah. keluhan yang mungkin terjadi di masa menopause disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut penelitian Pratiwi (2010) menopause adalah. keluhan yang mungkin terjadi di masa menopause disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tahap kehidupan yang pasti dialami seorang wanita adalah datangnya menopause, menopause adalah keadaan biologis yang wajar ditandai dengan berhentinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia sekitar 40 tahun sampai 50 tahun (Rostiana, 2009 dalam

BAB I PENDAHULUAN. usia sekitar 40 tahun sampai 50 tahun (Rostiana, 2009 dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah masa berakhirnya menstruasi atau haid dan sering dianggap menjadi momok dalam kehidupan wanita. Sebagian besar wanita mengalami gejala menopause pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun meningkat terus seiring dengan perbaikan taraf ekonomi dan derajat kesehatan. Harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada perempuan dengan rentang usia 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat kompleks bagi perempuan karena berkaitan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb) KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN WANITA PRE MENOPAUSE TENTANG MENOPAUSE DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE DI DUSUN WONOLOPO RW 6 KECAMATAN MIJEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita paruh baya. Kadar FSH dan LH yang sangat tinggi dan kadar

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita paruh baya. Kadar FSH dan LH yang sangat tinggi dan kadar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siklus perkembangan reproduksi wanita berlangsung secara alamiah mulai dari menarche sampai menopause. Menopause didefinisikan sebagai menstruasi terakhir. Hal tersebut

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA HIDUP TERHADAP KEJADIAN BUNGKUK OSTEOPOROSIS TULANG BELAKANG WANITA USIA LANJUT DI KOTA BANDAR LAMPUNG Merah Bangsawan * Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami suatu tahap perkembangan dalam kehidupannya, dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa dalam tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat kontrasepsi hormonal merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi dan kehamilan. Alat kontrasepsi non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progresteron berkurang (Siswono, 2004). menyikapi perubahan itu secara negatif karena mereka tidak terima dengan

BAB I PENDAHULUAN. progresteron berkurang (Siswono, 2004). menyikapi perubahan itu secara negatif karena mereka tidak terima dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause merupakan suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita, dimana ovarium berhenti menhasilkan sel telur, aktivitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya menyangkut kehamilan dan persalinan, namun lebih luas dari itu yaitu

BAB I PENDAHULUAN. hanya menyangkut kehamilan dan persalinan, namun lebih luas dari itu yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan wanita, terutama kesehatan yang berhubungan dengan sistem reproduksi kini menjadi perhatian dunia. Masalah kesehatan reproduksi tidak hanya menyangkut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian. Tenggah. Berikut batas wilayah Desa Kaligentong :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian. Tenggah. Berikut batas wilayah Desa Kaligentong : BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada ibu premenopause di Desa Kaligentong RT 01, 02 RW 05 dan RT 04 RW 04 pada bulan Mei 2016. Desa Kaligentong

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dalam perjalanan hidup seorang perempuan dan suatu proses alamiah sejalan dengan bertambahnya usia. Menopause bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami. wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami. wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi menjelang usia 50 tahun. Menopause adalah fase terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tua, tidak sehat, dan tidak cantik lagi.

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tua, tidak sehat, dan tidak cantik lagi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan keadaan dimana seorang perempuan tidak lagi mengalami menstruasi yang terjadi pada rentang usia 50 sampai 59 tahun (Harlow, 2012). Pada masa ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupannya, manusia akan selalu mengalami perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan periode, dimana setiap periode

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KESIAPAN IBU PREMENOPAUSE DI RT.004 RW.005 KELURAHAN SEPANJANG JAYA KOTA BEKASI TAHUN 2011

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KESIAPAN IBU PREMENOPAUSE DI RT.004 RW.005 KELURAHAN SEPANJANG JAYA KOTA BEKASI TAHUN 2011 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KESIAPAN IBU PREMENOPAUSE DI RT.004 RW.005 KELURAHAN SEPANJANG JAYA KOTA BEKASI TAHUN 2011 JURNAL MARNI BR KARO PROGRAM STUDI S1 D III KEBIDANAN SEKOLAH

Lebih terperinci

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun)

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun) KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA Windhu Purnomo FKM Unair, 2011 Fase Penuaan Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun) 1 2 Fase penuaan manusia 1. Fase subklinis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fase pre menopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik. Fase ini ditandai dengan perubahan fisik berupa siklus haid yang tidak teratur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (FSH) dan penurunan sirkulasi inhibin terjadi secara bersamaan. Akhir periode

BAB I PENDAHULUAN. (FSH) dan penurunan sirkulasi inhibin terjadi secara bersamaan. Akhir periode 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Menopause adalah keadaan permanen berhentinya siklus menstruasi (cyclicyty menstrual) pada wanita. Reproduksi wanita mengalami penuaan atau penurunan fungsi. Dasar

Lebih terperinci

KUISIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI KELURAHAN LEDENG RW 01 KOTAMADYA BANDUNG TAHUN 2009

KUISIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI KELURAHAN LEDENG RW 01 KOTAMADYA BANDUNG TAHUN 2009 Lampiran 1 KUISIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI KELURAHAN LEDENG RW 01 KOTAMADYA BANDUNG TAHUN 2009 Identitas responden : 1. Nama : 2. Alamat : 3.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Wanita Menopause 1. pengertian a. Menopause merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perimenopause adalah suatu fase dalam proses menua (aging) yaitu ketika seorang wanita mengalami peralihan dari masa reproduktif ke masa nonreproduktif. Pada fase ini,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. Kepada Yth. Saya yang bertanda tangan dibawah: NIM :

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. Kepada Yth. Saya yang bertanda tangan dibawah: NIM : Lampiran 1 LEMBAR INFORMASI PENELITIAN Kepada Yth Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah: Nama : Dwi Hesti Agustina NIM : 462012083 Adalah Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa wanita menganggap masa tua sebagai momok yang menakutkan. Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO meliputi: usia pertengahan (45 59 tahun), lanjut usia (60 74

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO meliputi: usia pertengahan (45 59 tahun), lanjut usia (60 74 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan akhir dari kehidupan dan proses alami yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap individu. Penggolongan lansia menurut WHO meliputi:

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*) HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Nurhidayati 1*) 1 Dosen Diploma-III Kebidanan Universitas Almuslim *) email : yun_bir_aceh@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I. yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal. seorang wanita dan suatu proses alamiah. Berdasarkan hasil studi

BAB I. yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal. seorang wanita dan suatu proses alamiah. Berdasarkan hasil studi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal seorang wanita dan suatu proses alamiah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA 1 Yasinta Ema Soke, 2 Mohamad Judha, 3 Tia Amestiasih INTISARI Latar Belakang:

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI GEJALA MENOPAUSE ABSTRAK

DESAIN SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI GEJALA MENOPAUSE ABSTRAK DESAIN SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI GEJALA MENOPAUSE Prawidya Destarianto 1, Riska Fitriani 2 1,2 Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Jember 1email: prawidyadestarianto@yahoo.com 2email: riskafitri53@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Ada 3 periode menopause,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Ada 3 periode menopause, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Seorang wanita yang telah menginjak usia diatas 45 tahun akan mengalami proses penuaan yang dimulai dari indung telur yang selama ini menghasilkan hormon-hormon menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional, yaitu setiap variabel diobservasi hanya satu kali saja dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami masa menopause yang salah satu dampaknya adalah menurunnya. yang belum siap dalam menghadapi masa menopause.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami masa menopause yang salah satu dampaknya adalah menurunnya. yang belum siap dalam menghadapi masa menopause. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan seksualitas merupakan kebutuhan fisiologis manusia atau kebutuhan manusia yang pertama yang harus terpenuhi. Hubungan seksual pada manusia merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause 2.1.1 Definisi Menopause Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan perhatian khusus dalam bidang kesehatan. Pihak pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan,

Lebih terperinci

Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur tahun

Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur tahun KLIMAKTERIUM Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur 40-65 tahun SENIUM Saat ovarium kehilangan sama sekali fungsi hormonalnya MASA KLIMAKTERIUM PRAMENOPAUSE MEN0PAUSE

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi diatas usia 40 tahun, tepatnya umur antara 40-55. Kondisi ini merupakan

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Lansia/Manula

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Lansia/Manula GIZI DAUR HIDUP: Gizi Lansia/Manula By Suyatno,, Ir., MKes. Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp Telp: : 08122815730 / 024-70251915 Usia Lanjut/Lanjut Usia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR

PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan program Pendidikan

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Listra Isabela Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 18 Oktober 1989 Pekerjaan : Mahasiswi Agama : Kristen Protestan Alamat : Jl. Bunga Rinte Raya No.37 Simpang Selayang Medan Nomor Telepon

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Menopause a. Definisi Menurut Potter dan Perry (2005) perubahan fisiologis mayor pada manusia terjadi antara usia 40-65 tahun dan perubahan itu adalah masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berada pada tahap masa transisi yang unik yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu masa yang berada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang menakutkan. Hal ini mungkin berasal dari suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang menakutkan. Hal ini mungkin berasal dari suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menopause merupakan hal yang terjadi secara alami dalam fase kehidupan seorang wanita. Namun banyak wanita yang menganggap bahwa menopause merupakan suatu hal yang menakutkan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Ruang Lingkup Penelitian A.1. Ruang Lingkup Keilmuan : Obstetri dan Ginekologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Ruang Lingkup Penelitian A.1. Ruang Lingkup Keilmuan : Obstetri dan Ginekologi BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian A.1. Ruang Lingkup Keilmuan : Obstetri dan Ginekologi A.2. Waktu : Tiga bulan A.3. Tempat :Penelitian ini dilakukan di lingkungan Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Primatex CO Indonesia Batang, yang merupakan pabrik pembuatan kain. Hasil produksi biasanya dipasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasca reproduksi adalah klimakterium (perimenopause), menopause, dan

BAB I PENDAHULUAN. pasca reproduksi adalah klimakterium (perimenopause), menopause, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan perempuan terbagi dalam empat kurun waktu yaitu masa kanak-kanak, remaja, reproduksi, dan pasca reproduksi. Termasuk dalam pasca reproduksi adalah klimakterium

Lebih terperinci

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Usia tahun mengenai Masa Menopause di Desa Karang Kepoh II Salatiga

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Usia tahun mengenai Masa Menopause di Desa Karang Kepoh II Salatiga Abstrak Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Usia 40-55 tahun mengenai Masa Menopause di Desa Karang Kepoh II Salatiga Ayu Ningtyas Arie Wuryanto, SKM, M.Kes Hanna Yuanita D.S., MMID Tujuan : penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik perut, fisik maupun fisiologi ibu (Varney, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. baik perut, fisik maupun fisiologi ibu (Varney, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kehamilan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses patologis. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya kehamilan normal ialah 280

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat sembab, sakit kepala, dan nyeri dibagian perut 1. dengan PMS (Premenstruation Syindrom). Bahkan survai tahun 1982 di

BAB I PENDAHULUAN. terlihat sembab, sakit kepala, dan nyeri dibagian perut 1. dengan PMS (Premenstruation Syindrom). Bahkan survai tahun 1982 di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah sumber mengatakan sekitar 85% wanita mengalami gejala fisik dan emosi menjelang masa ini. Gejala paling mudah dilihat dari sindrom pra menstruasi ini adalah mudah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. wanita yang biasanya terjadi di atas usia 40 tahun. Ini merupakan suatu akhir proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. wanita yang biasanya terjadi di atas usia 40 tahun. Ini merupakan suatu akhir proses BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause 2.1.1. Definisi Menopause Menopause merupakan suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi di atas usia 40 tahun. Ini merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada permulaan hidup perubahan itu kearah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada permulaan hidup perubahan itu kearah pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia, mulai dalam kandungan sampai mati, tampaklah manusia itu akan mengalami suatu proses yang sama, yaitu semuanya adalah selalu dalam perubahan. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha dan perusahaan) (Peter & Yeni, 1991). Saat ini, peran wanita telah bergeser

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut : A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihasilkan indung telur. Berhentinya haid akan membawa dampak pada konsekuensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihasilkan indung telur. Berhentinya haid akan membawa dampak pada konsekuensi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Menopause Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi diatas usia 40 tahun. Ini merupakan suatu akhir proses biologis

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN WANITA MENJELANG MENOPAUSE DI DESA BOWAN DELANGGU KLATEN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN WANITA MENJELANG MENOPAUSE DI DESA BOWAN DELANGGU KLATEN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN WANITA MENJELANG MENOPAUSE DI DESA BOWAN DELANGGU KLATEN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Galih Meilaningtyas 201410104461 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu

BAB I PENDAHULUAN. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu tahun. Berhentinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup umur untuk bisa menghasilkan keturunan atau hamil. Usia normal wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup umur untuk bisa menghasilkan keturunan atau hamil. Usia normal wanita 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wanita usia produktif memiliki arti yakni suatu keadaan wanita yang telah cukup umur untuk bisa menghasilkan keturunan atau hamil. Usia normal wanita produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menawarkan berbagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang menawarkan berbagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sering kita jumpai klinik-klinik kecantikan maupun praktisi dokter yang menawarkan berbagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan penampilan agar tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembagunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat termaksud usia lanjut. Berdasarkan undang-undang No.13 tahun 1998

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa diprediksi yang cenderung ovulatoar menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita yang menunjukan bahwa ovarium telah berhenti menghasilkan sel telur, aktivitas menstruasi berkurang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang berjalan terus menerus dimulai dari bayi baru lahir, masa anak-anak, masa dewasa dan masa tua. Dalam pertumbuhannya

Lebih terperinci

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis LEMBARAN KUESIONER Judul Penelitian : Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis pada wanita premenopause di Komplek Pondok Bahar RW 06 Karang Tengah Tangerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Fahmi Fuadah 1 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri ini. Pasalnya, angka kematian ini menunjukkan gambaran derajat kesehatan di suatu wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan amenorea berturut-turut,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta. Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta. Kecamatan 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta yang berada di Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta. Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada

BAB I PENDAHULUAN. wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Andropause atau kadang disebut menopause pria umumnya terjadi pada pria separuh baya, kira-kira waktunya sama ketika seorang wanita mengalami menopause. Namun

Lebih terperinci

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima. Menjelang haid atau menstruasi biasanya beberapa wanita mengalami gejala yang tidak nyaman, menyakitkan, dan mengganggu. Gejala ini sering disebut dengan sindrom pra menstruasi atau PMS, yakni kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK Sri Rejeki 1, Nikmatul Khayati 1, Rohmatun Novianti Solekah 2 1 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Remaja sudah tidak

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan osteopenia pada kelompok vegetarian umur 20-35 tahun di Pusdiklat Maitreyawira,

Lebih terperinci

Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi Oleh : Siti Maimunah S.Kep.,Ns dan Endri Eka Yanti,S.Kep.,Ns ABSTRAK Latar belakang : Setiap remaja putri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah manusia itu akan melalui suatu proses yang sama, yaitu semuanya selalu dalam perubahan. Pada awal hidup

Lebih terperinci