Keterpaparan Informasi Mengenai Iklan Pangan, Kebiasaan Membaca Label Pangan dan Faktor-Faktor Hubungannya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Keterpaparan Informasi Mengenai Iklan Pangan, Kebiasaan Membaca Label Pangan dan Faktor-Faktor Hubungannya"

Transkripsi

1 Keterpaparan Informasi Mengenai Iklan Pangan, Kebiasaan Membaca Label Pangan dan Faktor-Faktor Hubungannya Santosa Aji Nurcahya, Yvonne M. Indrawani Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterpaparan informasi mengenai iklan pangan, persepsi terhadap produk pangan terkemas, sikap terhadap kesehatan dan label pangan, jenis kelamin, kemampuan membaca label informasi nilai gizi, pengetahuan tentang gizi dan label pangan dengan kebiasaan membaca label pangan. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional. Sampel diambil secara proporsional simple random dengan jumlah 137 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2014 di SMK Ekonomika Depok. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner secara mandiri (self administered questionnaire). Analisis data yang digunakan adalah univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis univariat menunjukkan tingkat kebiasaan baik dalam membaca label pangan sebanyak 46,7% responden. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi terhadap produk pangan terkemas, sikap terhadap kesehatan dan label pangan, keterpaparan informasi mengenai iklan pangan, kemampuan membaca label informasi nilai gizi dengan kebiasaan membaca label pangan pada remaja. Information Exposure About Food Advertisment, Habit To Read Food Label, and Related Factors The purpose of this research was to find the relation between information exposure about food advertisment, perceptions toward food package product, act about healty and food labelling, genders, ability to read label of nutrition fact s, knowledge about nutrition and food labelling with habit to read food label to teenagers. The research use cross sectional study design with simple random sampling proportional. This research held on April-May 2014 at SMK Ekonomika Depok, with number of samples are 137 students in X and XI grade. The information was collected with fill self administered questionnaire. Information analysis that used was univariat test and bivariat test with Chi-Square test. The result of univariat analysis showed the level of good habit to read food label is 46,7% respondents. The result of bivariat analysis show there is a significant relation between exposure information about food labelling, perceptions toward food package product, act about healty and food labelling, ability to read label of nutrition information with habit to read food label to teenagers. Keyword: Food label, Food Advertisment, Teenagers, Nutrition Fact s. Pendahuluan Pentingnya membaca label pangan merupakan salah satu perilaku hidup sehat yang harus dimiliki oleh remaja. Dengan membaca label pangan, remaja akan menemukan informasi mengenai produk pangan dan dapat menentukan produk pangan yang sesuai dengan kebutuhannya. Remaja menjadi SDM yang berkualitas jika sejak dini terpenuhi kebutuhan gizinya. Kekurangan zat gizi pada remaja dapat menyebabkan lebih mudah terkena infeksi

2 dan mudah sakit, sedangkan kelebihan zat gizi dapat meningkatkan resiko penyakit degeneratif di masa mendatang, seperti obesitas. Prevalensi remaja yang mengalami obesitas pada tahun 2010 sebesar 1,4% dan cenderung akan meningkat pada tahun-tahun yang akan datang. Risiko penyakit degeneratif termasuk obesitas cenderung meningkat akibat pola hidup remaja saat ini seperti merokok, aktivitas fisik yang kurang, konsumsi sayur dan buah yang rendah serta konsumsi makanan atau minuman produk pangan terkemas yang mengandung gula, garam dan lemak yang tinggi (Riskesdas, 2010). Keracunan makanan juga sering terjadi karena kurangnya perhatian pada tanggal kedaluwarsa. Apabila produk pangan terkemas yang kedaluwarsa terus dikonsumsi maka akan menyebabkan penyakit, gangguan kesehatan, bahkan kematian. Oleh karena itu, membaca label pangan menjadi perhatian penting saat membeli atau mengonsumsi produk pangan terkemas. Hasil penelitian yang pernah dilakukan pada 188 siswa/i SMA N 68 Jakarta ditemukan bahwa tingkat perilaku membaca label informasi nilai gizi sebanyak 62,8% komposisi bahan sebanyak 67% dan perilaku membaca kedaluwarsa sebanyak 68,6% (Assifa, 2012). Hasil penelitian lain dilakukan pada 124 siswa/i SMK di Bekasi hanya 14,5% responden yang patuh membaca label pangan (Purnama, 2012). Hal ini menunjukkan kebiasaan membaca label pangan masih rendah, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Tujuan penelitian ini, yakni diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan membaca label pangan pada siswa/i SMK Ekonomika, diketahuinya gambaran kebiasaan membaca label pangan, jenis kelamin, pengetahuan gizi dan label pangan, sikap terhadap kesehatan dan label pangan, kemampuan membaca label informasi nilai gizi, keterpaparan informasi mengenai iklan pangan, persepsi terhadap produk pangan terkemas pada siswa/i SMK Ekonomika Depok Tinjauan Teoritis Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebiasaan Membaca Label Pangan Kebiasaan konsumen adalah suatu tindakan terlibat langsung dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan sebelum memilih produk pangan (Engel et. al, 1995). Kebiasaan individu dalam memilih produk pangan pangan ditentukan oleh sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimilikinya. Sikap

3 biasanya memainkan peranan utama dalam membentuk kebiasaan. Perilaku atau kebiasaan juga bisa dikatakan sebagai reaksi yang tejadi karena stimulus dari hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya dan kemudian dilakukan individu dalam bentuk tindakan. Jenis Kelamin Konsumen perempuan umumnya ditemukan lebih tertarik menggunakan informasi pada label pangan dibandingkan laki-laki (Neuhouser et ai, 1999:49;.. Satia et al, 2005:399), terutama informasi yang berkaitan dengan ukuran porsi, jumlah energi dan energi yang berasal dari lemak (Scott & Worsley, 1997:4; Neuhouser et al, 1999:49.). Menurut Scott dan Worsley (1997:7), minat konsumen perempuan dalam label pangan bisa sebagai akibat dari kepentingan media dalam perempuan dan berat badan mereka. Namun, peran norma konsumen perempuan sebagai pengelola dalam pilihan makanan rumah tangga dan pembelian bisa memotivasi minat mereka dalam label pangan (Alfieri & Byrd-Bredbenner, 2000: 113; Wiles, 2006:2). Wanita cenderung menggunakan label nutrisi lebih dari laki-laki. Hal ini dapat disebabkan oleh kesadaran kalori mereka, perencanaan makan mereka dan tanggung jawab terhadap gizi anak-anak (Campos et al, 2011). Pengetahuan Tentang Gizi dan Label Pangan Pengetahuan gizi memberi pengaruh positif dalam penggunaan label, yang akan meningkatkan kemampuan konsumen untuk membaca label. Menurut Drichoutis (2006) pengetahuan gizi memfasilitasi penggunaan label dengan meningkatkan manfaatnya dirasakan. Untuk Grunert et al. (2010), pengetahuan gizi adalah prediktor kuat dari pemahaman informasi nutrisi, sehingga mempengaruhi kemampuan konsumen untuk menggunakan informasi gizi. Temuan ini menunjukkan bahwa program pendidikan gizi umum akan memiliki efek menguntungkan pada penggunaan klaim kesehatan (Szykman et al., 1998). Kemampuan Membaca Label Informasi Nilai Gizi Dalam penggunaan label informasi dibutuhkan kemampuan untuk menemukan infromasi, baik kuantitatif maupun kualitatif dan kemampuan dalam memilih produk pangan. Kemampuan membaca label pangan mempunyai pengaruh yang signifikan untuk mengambil informasi dari label yang terdapat pada produk kemasan (Dirchoutis, et al., 2008). Kemampuan berhitung dan keaksaraan adalah dua keterampilan yang sering digunakan untuk dapat memahami label nutrisi. Dalam sebuah penelitian yang menilai dampak berhitung dan

4 keaksaraan membaca label, ditemukan bahwa banyak orang berjuang untuk memahami label dan membuat kesalahan dalam menafsirkan informasi, meskipun mereka melaporkan label pangan mudah untuk dimengerti. Sikap Terhadap Kesehatan dan Label Pangan Sikap umum terhadap kesehatan dan label pangan berhubungan erat dengan kepentingan konsumen dalam gizi, semakin banyak konsumen yang sadar kesehatan, semakin besar kemungkinan mereka untuk menggunakan informasi gizi. Misalnya, pembeli organik lebih cenderung menggunakan informasi gizi. Sebaliknya, "hedonistik" konsumen mungkin menolak "ilmiah" atau informasi nilai gizi pada produk pangan (Grunert et al., 2007). Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa konsumen lebih tinggi memandang pentingnya gizi dan kesehatan, semakin besar kemungkinan mereka akan menggunakan informasi nilai gizi pada label pangan. Keterpaparan Informasi Mengenai Iklan Pangan Keterpaparan informasi mengenai iklan pangan meningkatkan pengetahuan konsumen dalam memahami informasi apa saja yang terdapat pada label pangan, yang nantinya akan membentuk sikap positif dan mempengaruhi perilakunya dalam menentukan produk pangan yang sehat. Menurut Dirchoutis, et, al. (2008) ditemukan bahwa sumber informasi mempunyai dampak positif pada konsumen yang membaca label pangan. Pada kondisi tertentu, konsumen mencari informasi secara aktif yaitu dengan mencari bahan bacaan, menelpon teman, maupun mengevaluasi produk dengan berkunjung ke toko (Kotler, 2004). Persepsi Terhadap Produk Pangan Kemasan Produk pangan atribut seperti harga, rasa dan kandungan gizi sangat penting sebagai penentu dirasakan manfaat konsumen dari penggunaan (Drichoutis et al, 2005:100) dan mencari informasi gizi pada label pangan (Nayga et al, 1998:109). Penelitian telah menunjukkan bahwa konsumen yang berorientasi harga kurang tertarik pada kualitas gizi makanan mereka dan karena itu, tidak tertarik dengan informasi nutrisi pada label pangan (Nayga et al, 1998:117; Drichoutis et al, 2006:107; Gracia et al, 2007:170). Pengalaman produk sangat mempengaruhi penggunaan label, misalnya pada saat pertama kali akan lebih tertarik pada nutrisi. Namun setelah pembelian berulang di mana rutin dilakukan maka kriteria lain produk dikesampingkan (Laurence, 2013).

5 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Ekonomika, Jalan Grogol Raya, Depok, Jawa Barat pada bulan Maret sampai April Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa/i SMK Ekonomika tahun ajaran 2013/2014 dengan kriteria inklusi yaitu siswa/i kelas X dan XI, berstatus aktif pada tahun pelajaran 2013/2014 dan hadir pada penelitian sedang dilakukan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data variabel dependen (kebiasaan membaca label pangan) dan variabel independen (pengetahuan tentang gizi dan label pangan, kemampuan membaca label pangan, sikap terhadap kesehatan, jenis kelamin, persepsi terhadap produk pangan) dan keterpaparan informasi mengenai iklan pangan). Data sekunder berupa absensi siswa yang digunakan untuk memilih responden dari masing-masing kelas. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. jumlah minimal sampel adalah 67 siswa SMK Ekonomika. Karena menggunakan uji hipotesis dua proporsi maka jumlah minimal sampel tersebut dikalikan dua, sehingga menjadi 134 siswa SMK Ekonomika. Kemudian, untuk mencegah data-data yang hilang ataupun kurang lengkap maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel yang telah dihitung, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 147 siswa SMK Ekonomika Depok. Teknik pengambilannya sampel menggunakan proporsional acak sederhana. Sample penelitian diambil dari setiap subpopulasi. Analisis yang digunakan, yakni analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran distribusi kebiasaan membaca label pangan, jenis kelamin, pengetahuan gizi dan label pangan, sikap terhadap kesehatan dan label pangan, kemampuan membaca label informasi nilai gizi, keterpaparan informasi mengenai iklan pangan, persepsi terhadap produk pangan terkemas. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji yang digunakan adalah uji chisquare karena variabel yang diteliti bersifat kategorik. Uji ini menggunakan batas kemaknaan (α = 0.05%) yang berarti apabila p-value 0.05 maka ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen dan apabila p-value > 0.05 maka tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.

6 Hasil Penelitian Gambaran Kebiasaan Responden dalam Membaca Label Pangan Kebiasaan responden dalam membaca label pangan merupakan gabungan dari sembilan label pangan yang dibaca yaitu informasi nilai gizi, Komposisi bahan, tanggal kedaluwarsa, label halal, nomer izin edar, brand, nama produk, berat bersih/isi bersih, dan nama dan alamat pabrik. Dari gabungan kesembilan label tersebut maka didapatkan kebiasaan dari responden dalam membaca label pangan seperti pada Gambar 1 berikut: Kebiasaan Membaca Label Pangan 73 53% 64 47% Baik Gambar 1 Diagram kebiasaan membaca label pangan Berdasarkan Gambar 1 didapatkan bahwa dari 137 siswa yang menjadi responden dalam penelitian kebiasaan membaca label pangan merupakan gabungan skor dari informasi nilai gizi, komposisi bahan, tanggal kedaluwarsa, label halal, nomer izin edar, brand, nama produk, berat bersih/isi bersih, dan nama dan alamat pabrik, sebanyak 64 (46,7%) responden memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan dan sebanyak 73 (53,3%) responden memiliki kebiasaan tidak baik dalam membaca label pangan. Distribusi Pola Kebiasaan Membaca Label Pangan pada Siswa SMK Ekonomika Depok Distribusi Pola Kebiasaan Membaca Label Pangan Berat bersih/isi bersih Brand produk Label halal Tanggal kadaluwarsa Gambar 2 Diagram pola kebiasaan membaca label pangan

7 Berdasarkan Gambar 2 diatas didapatkan data bahwa kebiasaan responden dalam membaca label pangan saat membeli atau mengonsumsi produk pangan terkemas paling pertama adalah tanggal kedaluwarsa sebanyak 129 (94,2 %) responden, kedua adalah nama produk 122 (89,1 %) responden dan yang ketiga adalah label halal sebanyak 119 (86,9 %) responden dan seterusnya. Informasi yang biasa responden lihat saat membaca informasi nilai gizi adalah sebagai berikut: Kebiasaan Membaca Label Informasi nilai gizi Takaran saji Karbohidrat total Total lemak Vitamin dan mineral Gambar 3 Diagram kebiasaan membaca label informasi nilai gizi Berdasarkan Gambar 3 didapatkan data bahwa yang paling sering dilihat pada informasi nilai gizi adalah vitamin dan mineral, lalu protein, total lemak dan paling akhir adalah jumlah sajian perkemasan. Jenis Kelamin Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 101, 74% 36, 26% Laki- laki Perempuan Gambar 4 Diagram berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa dari jumlah 137 siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri atas 101 responden berjenis kelamin perempuan dan 36 responden berjenis kelamin laki-laki.

8 Persepsi Terhadap Produk Pangan Terkemas Gambaran Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Produk Pangan Kemasan 56 41% 81 59% PosiIf NegaIf Gambar 5 Diagram gambaran persepsi terhadap produk pangan terkemas Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa dari jumlah 137 siswa yang mejadi responden dalam penelitian sebanyak 88 responden memiliki persepsi yang baik terhadap produk pangan terkemas sedangkan 56 responden memiliki persepsi negatif terhadap terhadap produk pangan terkemas. Keterpaparan Informasi Mengenai Iklan Pangan Gambaran Responden Berdasarkan Keterpaparan Informasi Mengenai Iklan Pangan 11, 8% Pernah % Tidak Pernah Gambar 6 Diagram keterpaparan informasi mengenai iklan pangan Berdasarkan Gambar 6 terlihat bahwa dari jumlah 137 responden dalam penelitian sebanyak 126 responden pernah terpapar informasi mengenai produk pangan sedangkan hanya 11 responden tidak pernah terpapar informasi mengenai produk pangan. Dari media-media yang peneliti ajukan kepada responden melalui kuesioner maka dapat dilihat hasil distribusinya sebagai berikut.

9 Distribusi Jenis Media Informasi Guru Orang Tua Internet Koran Televisi Gambar 7 Diagram distribusi jenis media informasi Dari Gambar 7 menunjukkan hasil distribusi jenis media informasi pada responden dalam mendapatkan informasi mengenai iklan pangan. Dari tabel tersebut media yang sering memaparkan informasi mengenai iklan pangan pada responden yaitu televisi karena sebanyak 119 responden (86,9 %) telah terpapar tentang iklan pangan. Kemampuan Membaca Label Informasi Nilai Gizi 19 14% Gambaran Responden Berdasarkan Kemampuan Membaca Label Informasi Nilai Gizi Baik % Kurang Gambar 8 Diagram kemampuan membaca label informasi nilai gizi Berdasarkan Gambar 8 terlihat bahwa dari jumlah 137 siswa yang mejadi responden dalam penelitian sebanyak 118 responden memiliki kemampuan yang baik mengenai membaca label pangan sedangkan 19 responden memiliki kemampuan kurang mengenai membaca label pangan.

10 Sikap Terhadap Kesehatan dan Label Pangan Gambaran Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Kesehatan dan Label Pangan 69 50% 68 50% PosiIf NegaIf Gambar 9 Diagram sikap terhadap kesehatan dan label pangan Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa dari jumlah 137 siswa yang mejadi responden dalam penelitian sebanyak 68 responden memiliki sikap positif terhadap kesehatan dan label pangan sedangkan 69 responden memiliki sikap negatif terhadap kesehatan dan label pangan. Pengetahuan Tentang Gizi dan Label Pangan Gambaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Gizi dan Label Pangan 86 63% 51 37% Baik Kurang Gambar 10 Diagram pengetahuan tentang gizi dan label pangan Berdasarkan Gambar 10 terlihat bahwa dari jumlah 137 yang menjadi responden dalam penelitian sebanyak 51 responden (37,2%) memiliki pengetahuan yang baik dan 86 responden (62,8%) memiliki pengetahuan yang kurang baik. Untuk kategori baik jika jawaban benar 60% dan dikatakan kurang bila jabawan benar < 60% (Khomsan, 2003).

11 Pembahasan Kebiasaan Membaca Label Pangan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 137 siswa SMK Ekonomika yang menjadi responden dalam penelitian kebiasaan membaca label pangan yang terdiri dari 9 informasi produk pangan yaitu informasi nilai gizi, Komposisi bahan, tanggal kedaluwarsa, label halal, nomer izin edar, brand, nama produk, berat bersih/isi bersih, dan nama dan alamat pabrik terdapat sebanyak 64 responden (46,7%) memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan. Hal ini jauh lebih rendah 4,7% dibandingkan dengan penelitian terhadap responden yang dilakukan di SMA N 68 Jakarta. Hasil penelitian dilakukan terhadap 188 responden di SMA N 68 Jakarta dimana presentase kepatuhan atau memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan yaitu sebanyak (51,6%) (Assifa, 2012). Namun bila dibandingkan dengan negara berkembang lain maka presentase kebiasaan membaca label pangan dari siswa SMK Ekonomika Depok ini masih rendah. Persentase kebiasaan membaca label pangan ini lebih rendah jika dibandingkan penelitian sebelumnya di Kolkata, India terhadap 316 responden. Kebiasaan yang baik dalam membaca label pangan dari responden yaitu sebanyak 278 responden (88%) selalu membaca label pangan (Gavaravarapu, 2013). Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa persentase responden penelitian yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 45 responden (44,6%) yang memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan. Sedangkan presentase pada responden yang berjenis lakilaki terdapat sebanyak 17 responden (47,2%). Hasil analisis menunjukkan adanya kecenderungan laki-laki memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan dibandingkan perempuan. Hal ini berbeda dengan penelitian Purnama (2012), dimana dalam penelitian responden perempuan yang memiliki kecenderungan kebiasaan yang baik dalam membaca label pangan dibandingkan laki-laki. Begitu juga penelitian Housman JM et al. (2007), Peters- Texeira A & Badrie N (2005), David Hamond et al. (2010) dimana secara umum perempuan cenderung menggunakan label dibandingkan laki-laki. Secara statistik tidak menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kebiasaan membaca label pangan (pvalue=0,440) kemungkinan disebabkan adanya perilaku yang relatif sama yang berjenis kelamin perempuan dengan mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki, juga dapat disebabkan karena distribusi reponden yang kurang heterogen, dimana wanita jauh lebih banyak (101 responden) daripada laki-laki (36 responden).

12 Persepsi Terhadap Produk Pangan Terkemas Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden persepsi positif terhadap produk pangan terkemas yang memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan adalah sebanyak 45 responden (55,6%) sedangkan jumlah responden persepsi negatif terhadap produk pangan terkemas tapi memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan adalah sebanyak 19 responden (33,9%). Berdasarkan uji statistik penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara persepsi terhadap produk pangan terkemas dengan kebiasaan dalam membaca label pangan (p-value=0,015) (p-value<0,05). Responden yang memiliki persepsi positif terhadap produk pangan terkemas 2,43 kali lebih besar memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya Assifa (2012), Zahara (2009) persepsi positif terhadap pangan terkemas terutama zat gizi, rasa dan harga dengan kebiasaan membaca label pangan menunjukkan adanya hubungan bermakna. Persepsi positif responden terhadap produk pangan terkemas mempunyai efek positif dalam membaca label pangan, khususnya label informasi nilai gizi (Drichoutis, et al., 2006). Keterpaparan Informasi Mengenai Iklan Pangan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang pernah terpapar informasi mengenai produk pangan yang memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan adalah sebanyak 63 responden (50%) sedangkan jumlah responden tidak pernah terpapar informasi mengenai produk pangan tapi memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan adalah sebanyak 1 responden (9,1%). Hasil dari penelitian ini sesuai dengan teori Green (1980), yang menyatakan bahwa pengaruh informasi dari luar merupakan faktor yang berkontribusi atas perilaku kesehatan, yang dalam hal ini adalah kebiasaan membaca label pangan. Begitu juga penelitian Dirchoutis, et, al. (2008) ditemukan bahwa sumber informasi mempunyai dampak positif pada konsumen yang membaca label. Berdasarkan uji statistik penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara keterpaparan informasi mengenai iklan pangan dengan kebiasaan dalam membaca label pangan (p-value < 0,010). Responden yang pernah terpapar informasi mengenai produk pangan akan memiliki peluang 10 kali lebih besar untuk memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan. Dari hasil analisis yang didapat menunjukkan bahwa media memberi pengaruh terhadap kebiasaan membaca label pangan. Pada penelitian ini media televisi, internet dan teman sebaya menciptakan pengetahuan, minat dan kesadaran akan kebiasaan membaca label pangan. Pengaruh media

13 tersebut membuat remaja mengalami berbagai macam perubahan gaya hidup, perilaku, dan tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan produk pangan yang dikonsumsi (Soetjiningsih, 2004). Kebiasaan Membaca Label Pangan Berdasarkan hasil penelitian, kuesioner kemampuan membaca label informasi nilai gizi yang paling banyak dijawab benar oleh responden adalah bagian pertama (soal nomer 1, 2 dan 3) dengan hasil berturut-turut 89,8%, 87,6%, dan 89,8%. Bagian kedua (soal nomer 4 dan 5) hanya satu responden saja yang menjawab benar 0,7% dan 0,7%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan responden dalam membaca label informasi nilai gizi hanya terbatas pada menemukan informasi. Kemampuan responden dalam menghitung jumlah kadungan zat gizi masih rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Purnama (2012) dimana presentase responden yang menjawab benar cukup banyak pada bagian pertama yaitu 79,8%, 87,1% dan 74,2%. Kemudian responden yang menjawab benar pada bagian kedua yaitu 6,5% dan 15,3%. Begitu juga pada penelitian Dricoutis, et al. (2008) responden cenderung menjawab benar pada bagian pertama lebih banyak dibandingkan pada bagian kedua. Berdasarkan uji statistik penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kemampuan membaca label pangan dengan kebiasaan dalam membaca label pangan. Walaupun tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik, namun bila dilihat berdasarkan besar presentase tetap ditemukan adanya perbedaan presentase. Pada kebiasaan dalam membaca label pangan terbentuk kecenderungan perbedaan presentase, dimana presentase responden yang memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan mempunyai kemampuan baik dalam membaca label pangan. Responden dengan kemampuan membaca label informasi nilai gizi yang baik memiliki peluang 1,24 kali untuk memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan. Sikap Terhadap Kesehatan dan Label Pangan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang memiliki sikap positif terhadap kesehatan dan label pangan yang memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan adalah sebanyak 40 responden (58%). Sedangkan jumlah responden yang memiliki sikap negatif terhadap kesehatan dan label pangan tapi memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan adalah sebanyak 24 responden (34,8%). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang sikap positif terhadap kesehatan dan label pangan memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan dibandingkan dengan sikap negatif terhadap kesehatan dan label pangan.

14 Dari hasil uji statistik nilai p-value 0,037 (p-value < 0,05). Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap terhadap kesehatan dan label pangan dengan kebiasaan membaca label pangan. Responden yang memiliki sikap positif terhadap kesehatan dan label pangan akan memiliki peluang 2,14 kali untuk memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan dibandingkan dengan sikap negatif terhadap kesehatan dan label pangan. Hal ini sama dengan penelitian sebelumnya Nayga (1996) yang menyatakan ada hubungan bermakna antara antara sikap terhadap kesehatan dan label pangan dengan kebiasaan membaca label pangan. Responden yang memiliki sikap positif terhadap kesehatan dan label pangan dengan kebiasaan baik dalam membaca label pangan sebanyak 39%, sedangkan sikap negatif terhadap kesehatan dan label pangan dengan kebiasaan baik dalam membaca label pangan sebanyak 35,7%. Begitu juga dengan Zahara (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kebiasaan baik dalam membaca label pangan, khususnya informasi nilai gizi (p-value=0,001). Hasil dari penelitian ini sejalan dengan teori Green (1980), yang menyatakan bahwa sikap merupakan faktor yang berkontribusi atas perilaku kesehatan, yang dalam hal ini adalah kebiasaan dalam membaca label pangan terkemas. Pengetahuan Gizi dan Label Pangan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berpengetahuan baik yang memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan yaitu sebanyak 22 responden (43,1%). Sedangkan jumlah responden yang berpengetahuan kurang tapi memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan adalah sebanyak 42 responden (48,4%). Hal ini menunjukkan bahwa responden berpengetahuan kurang memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan dibandingkan dengan berpengetahuan baik. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang gizi dan label pangan dengan kebiasaan membaca label pangan (p-value=0,596) (pvalue>0,05). Secara presentase juga tidak menunjukkan adanya hubungan bermakna antara responden berpengetahua baik cenderung memiliki kebiasaan membaca yang baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Asmaiyar (2004) yang menunjukkan bahwa pengetahuan tidak berhubungan dengan kepatuhan membaca label produk pangan (pvalue = 0,255) begitupun dengan penelitian Zahara (2009) yang menunjukkan bahwa pengetahuan tidak berhubungan dengan kebiasaan membaca label informasi nilai gizi produk

15 pangan (p-value = 0,157). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan baik belum tentu memiliki perilaku kesehatan yang baik, khususnya dalam membaca label pangan. Kesimpulan Pada siswa/i SMK Ekonomika terdapat 46,7% yang termasuk dalam kategori kebiasaan baik dalam membaca label pangan. Berdasarkan hasil penelitian, kebiasaan membaca label pangan pada siswa/i SMK Ekonimika terdapat hubungan bermakna dengan beberapa variabel, yaitu keterpaparan terhadap informasi mengenai produk pangan, persepsi terhadap produk pangan terkemas, dan sikap terhadap kesehatan dan label pangan. Berdasarkan hasil penelitian, lakilaki cenderung lebih memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan dibandingkan perempuan. Persepsi positif terhadap produk pangan terkemas akan membuat siswa/i sebanyak 59,1%. Persepsi positif terhadap produk pangan terkemas lebih cenderung 2,43 kali memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara persepsi terhadap produk pangan terkemas dengan kebiasaan membaca label pangan. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan bermakna antara keterpaparan informasi mengenai iklan pangan dengan kebiasaan membaca label pangan. Siswa/i SMK Ekonomika yang terpapar informasi mengenai produk pangan sebanyak 92%. Responden yang terpapar informasi mengenai produk pangan 10 kali lebih cenderung memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan. Kemampuan membaca label informasi nilai gizi tidak terdapat hubungan yang bermakna. Namun berdasarkan perbedaan proporsi persentase menunjukkan bahwa responden yang memiliki kemampuan baik dalam membaca label pangan lebih cenderung 1,24 kali memiliki kebiasaan baik dalam membaca label pangan dibandingkan yang memiliki kemampuan kurang. Sikap positif terhadap kesehatan dan label pangan akan membuat siswa/i lebih cenderung 2,14 kali memiliki kebiasaan baik membaca label pangan. Hasil uji statistik juga menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara sikap terhadap kesehatan dengan kebiasaaan membaca label pangan. Tingkat pengetahuan tentang gizi dan label pangan siswa/i SMK Ekonomika cederung kurang sebanyak 62,8 %. Pengetahuan baik tentang gizi dan label pangan hanya terdapat 37,3%. Hasil uji statistik juga menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan tentang gizi dan label pangan dengan kebiasaaan membaca label pangan.

16 Saran 1. Bagi Siswa Sekolah SMK Ekonomika Depok dalam membeli atau mengonsumsi pangan terkemas lebih diperhatikan lagi label pangan yang tertera pada kemasan, tidak hanya melihat tanggal kedaluwarsa saja. Label nomer izin edar, informasi nilai gizi, label halal, komposisi bahan dan informasi lainnya penting untuk melihat keamanan suatu produk. 2. Bagi Siswa Sekolah SMK Ekonomika Depok disarankan menambah informasi mengenai membaca label informasi nilai gizi, karena siswa sebagian besar masih belum bisa menghitung jumlah zat gizi pada suatu produk pangan. 3. Bagu pihak sekolah diharapkan dapat memberikan informasi mengenai produk pangan dengan mengadakan seminar tentang label pangan atau pelatihan dalam menghitung jumlah zat gizi pada informasi nilai gizi. 4. Pemberian stiker atau spanduk bertuliskan Bacalah Label Kemasan Sebelum Membeli di kantin sekolah. Adanya tulisan tersebut untuk mengingatkan siswa/i agar membaca label pangan terlebih dahulu sebelum membeli atau mengonsumi produk pangan terkemas tersebut. 5. Instansi terkait dapat membuat intervensi atau penyuluhan ke sekolah-sekolah dari jenjang sekolah dasar sampai tingkat sekolah menengah keatas mengenai label pangan yang materinya telah disesuaikan dengan tingkatan siswa agar materi dapat diterima lebih baik dan siswa mengetahui dampak label pangan terhadap kesehatan serta menciptakan kebiasaan baik dalam membaca label pangan. 6. Produk olahan rumah tangga cukup banyak dan mudah dijangkau oleh konsumen. Diharapkan instansi terkait dapat memberikan keterangan mengenai informasi nilai gizi pada produk pangan olahan rumah tangga tersebut karena kegunaan dari informasi nilai gizi itu sendiri. 7. Bagi Instansi terkait dalam penulisan label pangan khususnya informasi nilai gizi dapat dibuat menarik atau berada pada bagian depan kemasan agar menimbulkan minat dalam membaca informasi nilai gizi yang tertera pada kemasan produk. 8. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan desain yang menggambarkan hubungan kausal untuk mengetahui faktor dominan dari kebiasaan membaca label pangan. Penelitian label pangan dapat dilakukan pada jenjang pendidikan yang berbeda, seperti pada siswa SMP. Perlu dilakukan penelitian secara

17 kualitatif agar didapatkan hasil yang lebih mendalam mengenai kebiasaan dalam membaca label pangan. Daftar Pustaka Asmaiyar. (2004). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Konsumen Membaca Label Produk Pangan di Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan Tahun Tesis FKM UI. Assifa, Rezi Rafiki. (2012). Kepatuhan Membaca Label Pangan di SMA N 68 Jakarta Tahun Skripsi FKM UI. Badan POM (2005). Baca Label, Hal kecil yang Membawa Manfaat Besar. Diakses pada tanggal 1 Juni BPOM. (2005). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional. perundangan/pdf/sk%20 PanFUNGSI%20.pdf. Diakses 18 Feb ENGEL, JF, BLACKWELL, RD & MINIARD, PW. (1995). Consumer behavior. International ed. Florida. Dryden. Green, Lawrence, dkk. (1980). Perencanaan Pendidikan Kesehatan Sebuah Pendekatan Diagnostik. Diterjemahkan oleh Zulazmi hamdy, Zarfiel Tafal, dan Sudarti Kresno. Jakarta: Proyek Pengembangan Fakultas Kesehatan Masyarakat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Grunert, K.G. & Wills, J.M. (2007). A review of European research on consumer response to nutrition information on food labels. Journal of Public Health, 15, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Departemen Pendidikan. (2007). Maut dalam Makanan Kedaluwarsa. Jakarta: Balai Pustaka. Diakses pada 1Maret keracunan-makanan Kotler, Philip. (2004). Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, implementasi dan Kontrol, Edisi Sebelas. Alih Bahasa, Hendra Teguh. Jakarta: Penerbit PT. Prenhallindo. Nayga, Rodolfo. (1999). Towards Understanding of Consumer s Perception of Food Labels. International Food and Agriculture Management Review. Nayga, Rodolfo. (1998). A sample selection model for prepared food expenditures, Applied Economics, Taylor & Francis Journals, vol. 30(3), pages Paul N. Bloom and Lisa R. Szykman (1998) How comparative product information affects consumers and competition: The effects of the Business Week and U.S. News & World Report ratings. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label Dan Iklan Pangan. Diakses pada tanggal 26 Juni 2014.

18 Purnama. (2012). Hubungan Kemampuan Membaca Label Pangan dan faktor lain dengan Perilaku Membaca Label Pangan di SMK Bekasi Tahun Skripsi FKM UI. Riset Kesehatan Dasar. (2007). Depkes. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Diakses pada tanggal 19 Febuari Wijaya, H. (2001). Pelabelan Pangan. Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan. Jakarta: Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan (PERGIZI PANGAN) Indonesia, Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) dan Institut Pertanian Bogor, bekerjasama dengan Proyek CHN3, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. hlm 190 Zahara, Siti. (2009). Hubungan Karakteristik Individu, Pengetahuan, dan Faktor Lain dengan Kepatuhan Membaca Label Informasi Nilai Gizi, Komposisi, dan Kedaluwarsa pada Mahasiswa FKM UI Depok Tahun Depok: Program Strata I Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Kepatuhan Membaca Label Informasi Zat Gizi di Kalangan Mahasiswa

Kepatuhan Membaca Label Informasi Zat Gizi di Kalangan Mahasiswa GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Kepatuhan Membaca Label Informasi Zat Gizi di Kalangan Mahasiswa Siti Zahara, Triyanti Abstrak Berdasarkan hasil kajian Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama satu dekade terakhir terjadi peningkatan perhatian pada pelabelan nutrisi produk makanan. Hal ini terkait dengan adanya peningkatan jumlah obesitas akibat konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud adalah

Lebih terperinci

Universitas Muhammadiyah Semarang

Universitas Muhammadiyah Semarang 1 Praktek Pemilihan Makanan Kemasan Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang Label Produk Makanan Kemasan, Jenis Kelamin, dan Usia Konsumen di Pasar Swalayan ADA Setiabudi Semarang ABSTRACT Vania Chandra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak menghasilkan variasi pangan yang dapat di konsumsi. Dengan banyak

BAB I PENDAHULUAN. banyak menghasilkan variasi pangan yang dapat di konsumsi. Dengan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang modern ini, pembangunan dan perkembangan perekonomian terkhususnya di bidang industri dan perdagangan nasional telah banyak menghasilkan variasi pangan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional karena pengambilan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan perundang-undangan menetapkan bahwa semua makanan yang dikemas harus mempunyai label yang memuat keterangan mengenai isi, jenis dan jumlah bahan-bahan yang

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAM SEBAGAI RESPONDEN (INFORM CONSENT)

LEMBAR PERSETUJUAM SEBAGAI RESPONDEN (INFORM CONSENT) 83 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN GIZI SEBAGAI FAKTOR DOMINAN KEBIASAAN MEMBACA LABEL INFORMASI GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG Correlation Of Satisfaction Level Of Food Quality With Energy And Macronutrient

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional untuk mengetahui hubungan antara variabel independen jenis kelamin, sikap terhadap

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN Naskah Publikasi diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular yang berkaitan dengan gizi seperti diabetes mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et al., 2006 dalam Sacks,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan, tanpa makanan, makhluk hidup akan sulit mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini mengenai gambaran tingkat kepatuhan membaca label informasi zat gizi, komposisi dan kedaluwarsa, serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

KEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING

KEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING KEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING SNACKING HABIT ON NUTRITIONAL STATUS OF CATERING AND NON-CATERING STUDENTS FOOD CONSUMER Iken Rahma

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif, dengan desain cross sectional dimana pengukuran variabel independen dan variabel

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Analisa Univariat Analisa univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Data ini merupakan data primer yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS Rahmadhiana Febrianika *), Bagoes Widjanarko **), Aditya Kusumawati ***) *)Mahasiswa Peminatan PKIP FKM

Lebih terperinci

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )²

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )² BAB 4 METODOLOGI PENELITIP AN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini mengenai kebiasaan makan cepat saji (fast food modern), aktivitas fisik dan faktor lainnyaa dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad 20 telah terjadi transisi masyarakat yaitu transisi demografi yang berpengaruh terhadap transisi epidemiologi sebagai salah satu dampak pembangunan

Lebih terperinci

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung The Relation Of Socially With Friends Againts Act Of Smoking Elementary School Students In District Panjang Bandar Lampung Firdaus, E.D., Larasati, TA., Zuraida, R., Sukohar, A. Medical Faculty of Lampung

Lebih terperinci

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005).

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern kali ini makanan kemasan tidak sulit untuk dijumpai. Namun terkadang label pada makanan kemasan yang akan dibeli sering luput dari perhatian konsumen.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG Oleh : TAN WEE YEN 110100464 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS Journal of Pediatric Nursing Vol. 1(5), pp. 243-247, Januari, 2015 Available online at http://library.stikesnh.ac.id ISSN 2354-726X STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH

Lebih terperinci

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, STATUS EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUAN-TUAN KABUPATEN KETAPANG

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PRODUSEN DENGAN PENGGUNAAN FORMALIN PADA BAKSO SAPI KILOAN YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL DAN MODERN KOTA PONTIANAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PRODUSEN DENGAN PENGGUNAAN FORMALIN PADA BAKSO SAPI KILOAN YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL DAN MODERN KOTA PONTIANAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PRODUSEN DENGAN PENGGUNAAN FORMALIN PADA BAKSO SAPI KILOAN YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL DAN MODERN KOTA PONTIANAK Rama Aristiyo,, Nurul Amaliyah dan Salbiah Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label PENDAHULUAN Latar Belakang Label merupakan salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label yang disusun secara baik akan memudahkan konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA 2005 Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU WANITA TERHADAP LABEL NUTRISI DI SUPERMARKET CARREFOUR KIARA CONDONG

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU WANITA TERHADAP LABEL NUTRISI DI SUPERMARKET CARREFOUR KIARA CONDONG ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU WANITA TERHADAP LABEL NUTRISI DI SUPERMARKET CARREFOUR KIARA CONDONG Try Christian S, 0610024 Pembimbing I: Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II:

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi lebih dan masalah gizi kurang merupakan masalah yang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Obesitas merupakan sinyal pertama dari munculnya kelompok penyakit-penyakit

Lebih terperinci

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Silaen P, Zuraidah R, Larasati TA. Medical Faculty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam satu dekade terakhir terjadi transisi epidemiologi karena kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam satu dekade terakhir terjadi transisi epidemiologi karena kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir terjadi transisi epidemiologi karena kematian akibat penyakit degeneratif semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit infeksi semakin

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik (2008), pada hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Toserba Yogya Plaza Indah Bogor di Jalan KH.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Toserba Yogya Plaza Indah Bogor di Jalan KH. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Toserba Yogya Plaza Indah Bogor di Jalan KH. Sholeh Iskandar Kota Bogor. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN... ii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBKLIKASI KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu,

Lebih terperinci

Advertisement of Nutrition Message in Food Product. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

Advertisement of Nutrition Message in Food Product. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Advertisement of Nutrition Message in Food Product Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tren penggunaan pesan terkait kesehatan oleh produsen semakin meningkat, sehingga memberikan konsekuensi penting

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

Keywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads

Keywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT (FKM) UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH BANDA ACEH TAHUN 2016 FACTORS AFFECTING SMOKING HABITS ON FACULTY STUDENTS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG. Nonce Nova Legi

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG. Nonce Nova Legi 321 GIZIDO Volume 4 No. 1 Mei 2012 Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Nonce N. Legi HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG Nonce Nova

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH Maria Novianti Nino a, Yohanes Dion S.Kep.,Ns.,M.Kes b, dan Maryati

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : RIZKY APRILIANA DUVITANINGTYAS 201410104306 PROGRAM

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA PERTAMA KALI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBOKEN Giovanny V. Wereh*, Shirley E.S Kawengian**,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep VARIABEL BEBAS Konsumsi Minuman Beralkohol Frekuensi konsumsi minuman beralkohol Banyaknya konsumsi minuman beralkohol VARIABEL TERIKAT Kejadian Obesitas Abdominal

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... i ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI ENELITIAN 4.1 Desain enelitian enelitian ini menggunakan jenis rancangan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional yang digunakan untuk mengetahui gambaran konsumsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG Nunung Nurjanah * Tiara Dewi Septiani** Keperawatan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan era globalisasi saat ini telah memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan industrialisasi di masyarakat. Perubahan masyarakat menjadi masyarakat industri

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka masalah gizi lebih dianggap

Lebih terperinci

- Beri tanda (X) pada pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat. - Pertanyaan berupa isian, harap dijawab dengan singkat dan jelas

- Beri tanda (X) pada pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat. - Pertanyaan berupa isian, harap dijawab dengan singkat dan jelas Lampiran 1 Kuesioner penelitian Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai persepsi dan pola konsumsi konsumen di Jakarta Pusat terhadap produk uman ibu hamil dan/atau ibu menyusui. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta ternak dan ikan

Lebih terperinci

Keywords: Label reading habits, gender, knowledge, perception PENDAHULUAN

Keywords: Label reading habits, gender, knowledge, perception PENDAHULUAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN MEMBACA LABEL KEMASAN PANGAN PADA MAHASISWA FKM USU MEDAN 2015 Alvira Axza Fransiska Br Gintingˡ, Evawany Y. Aritonang², Zulhaida Lubis³ ˡ Alumni Mahasiswa

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG Nina Susanti * ) Wagiyo ** ), Elisa *** ) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh : DALU BANGUN FRIDEWA

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan desian Cross Sectional yang bertujuan mengukur variabel bebas (independen) yaitu umur, jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, baik yang tinggal di

Lebih terperinci

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22 HUBUNGAN PENIMBANGAN BALITA BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) TERHADAP STATUS GIZI BADUTA BAWAH GARIS MERAH (BGM) (Relationship between weighing of Children Under Two Years (BADUTA) With Nutrition Status of Below

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DAN UMUR DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA TARABITAN KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Gloria J. Tular*, Budi T. Ratag*, Grace D. Kandou**

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG Dessy Yunita Dewi Program Studi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

Lebih terperinci

Keywords: Anemia, Social Economy

Keywords: Anemia, Social Economy HUBUNGAN ANTARA SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 5 KOTA MANADO *Angelia M. Sondey *Maureen I. Punuh *Dina V. Rombot Fakultas Kesehatan Masyarakat Abstrak Anemia pada umumnya

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Sariyanti 201410104095 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi

ABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi ABSTRAK Persepsi adalah suatu proses menerima dan menginterpretasikan data. Persepsi tentang penggunaan alat ortodontik cekat dapat dilihat dari aspek estetik dan aspek fungsional. Bagi remaja, salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DESAIN PENELITIAN Penelitian ini di desain melalui pendekatan cross-sectional study yaitu rancangan suatu studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian non-eksperimental dengan menggunakan data primer untuk mengetahui

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Diajukan Oleh: SITI NOOR FAIZAH J 3100800021

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dari data primer melalui kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

ABSTRAK PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014 ABSTRAK PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014 Maria Justitia Parantika, 2014 Pembimbing I : Dr. J. Teguh Widjaja, dr., SpP.,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas didefinisikan sebagai penumpukan lemak yang berlebihan sehingga dapat menggangu kesehatan tubuh. (1) Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan pendekatan cross sectional study, yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat pada

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol 15 KERANGKA PEMIKIRAN Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2008). Anemia hampir dialami oleh semua tingkatan umur dan salah satunya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI UNIVERSITAS UDAYANA PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (KRR) PADA SEKOLAH DENGAN PUSAT INFORMASI KONSELING REMAJA (PIK-R) DAN TANPA PIK-R DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent killer merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi karena merupakan pembunuh tersembunyi.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat dinegara-negara berkembang, termasuk Indonesia sebagai dampak keberhasilan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1.Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian cross sectional, yakni mengambil data pada satu waktu, dimana pengumpulan variabel dependen dan independen

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013 Nurbaiti Tenaga Pengajar Pada STiKes Ubudiyah Banda Aceh Abstrak Penyebab anemia adalah kurangnya konsumsi

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN

Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN Hubungan Karakteristik Individu, Pengetahuan, dan Faktor Lain Dengan Kepatuhan Membaca Label Informasi Zat Gizi, Komposisi, dan Kedaluwarsa Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL Nurlaili Irintana Dewi, 2012. Pembimbing I : Dr. Savitri Restu

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN An Nadaa, Vol 1 No.2, Desember 2014, hal 72-76 ISSN 2442-4986 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN The Associated

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI SAPA KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.792, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Label Gizi. Acuan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne No. 887, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Klaim. Pangan Olahan. Label dan Iklan. pengawasan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

BAB. 4 METODOLOGI PENELITIAN. dependen diambil secara bersamaan ketika penelitian dilaksanakan.

BAB. 4 METODOLOGI PENELITIAN. dependen diambil secara bersamaan ketika penelitian dilaksanakan. BAB. 4 METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survey dengan rancangan cross sectional (potong lintang) dimana variabel independen dan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI ANTENATAL CARE DAN KETERATURAN KONSUMSI TABLET Fe DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BILALANG KOTA KOTAMOBAGU Taufik Mamonto*, Anita Basuki*, Maureen I. Punuh*

Lebih terperinci

ISSN Vol 2, Oktober 2012

ISSN Vol 2, Oktober 2012 ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN JENIS SARAPAN PAGI SERTA TINGKAT PENDAPATAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SDN PULAU LAWAS KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG SYAFRIANI Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya hidup kota yang serba praktis memungkinkan masyarakat modern sulit untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

Lebih terperinci

(jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial ekonomi

(jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial ekonomi 57 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor biologis (jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan VariabelTerikat Status Perkawinan Kejadian Malnutrisi Riwayat Penyakit Aktifitas Fisik Perilaku Merokok

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang

Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang Description of Delayed to Health Care Seeking Treatment in Leptospirosis

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangan nya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.

Lebih terperinci

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013 ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh : SERLI NIM. 111021024 FAKULTAS KESEHATAN

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci