JENIS DAN PRODUKSI VEGETASI DOMINAN DI AREAL RUMPUT ALAM HUTAN PRODUKSI KECAMATAN TUTUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JENIS DAN PRODUKSI VEGETASI DOMINAN DI AREAL RUMPUT ALAM HUTAN PRODUKSI KECAMATAN TUTUR"

Transkripsi

1 JENIS DAN PRODUKSI VEGETASI DOMINAN DI AREAL RUMPUT ALAM HUTAN PRODUKSI KECAMATAN TUTUR Wardoyo Dosen Fakultas Peternakan Universitas Islam Lamongan, Jl. Veteran 53A Lamongan Jawa Timur Abstrak Penelitian ini dilakukan di hutan produksi wilayah Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan, sejak tanggal 16 Juli sampai tanggal 23 September 198 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi bahan kering (BK) jenis vegetasi dominan di areal rumput alam hutan produksi Kecamatan Tutur. Metode penelitian adalah survei, parameter yang diukur adalah produksi BK rumput alam. Pengambilan sampel secara acak menggunakan frame ukuran 0,5 x 0,5 m. Jumlah sampel per hektar adalah 60 cuplikan. Sehingga per desa obyek survai mempunyai 60 kali cuplikan. Setiap peletakan frame, vegetasi yang masuk dalam frame dipotong setinggi 3 cm dari permukaan tanah sampai 1,5 m dari permukaan frame, kemudian langsung ditimbang beratnya. Setelah terkumpul 60 cuplikan dilakukan identifikasi nama jenis vegetasi yang didapatkan secara hand sorting. Disamping berat kumpulan masing-masing ditimbang. Lebih lanjut secara komposit diambil sampel setiap vegetasi untuk dikirim ke Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, untuk dianalisa BK total. Hasil survai dari empat desa terdapat 25 jenis vegetasi dengan total produksi BK adalah 408,56 108,61 kg/ha, yang terdapat tehtehan (Eupatorium riparium Reg.) sebagai jenis vegetasi dominan. Rata-rata produksi BK tehtehan adalah 223,90 62,05 kg/ha atau 54,80 persen dari total produksi BK semua jenis vegetasi yang ada. Sedangkan total produksi jenis vegetasi yang lain adalah 184,65 100,90 kg/ha atau 45,20 persen dari total produksi BK semua jenis vegetasi yang ada. Berdasarkan uraian hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tehtehan merupakan jenis vegetasi dominan di areal rumput alam. Karena tehtehan tidak pernah dipanen sehingga produksi BK lebih tinggi dari jenis-jenis vegetasi lainnya. Sebagai saran dari hasil penelitian ini, maka tehtehan yang tumbuh di tempat tersebut perlu diberantas. Kata Kunci : vegetasi, dominan, rumput alam, hutan produksi,bahan kering (BK) PENDAHULUAN Selain tanah komplangan, kawasan hutan produksi di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan, berfungsi sebagai sumber rumput alam yang dapat dimanfaatkan oleh para peternak sapi perah di daerah tersebut. Berdasarkan informasi dari beberapa peternak, areal rumput alam seperti dimaksud diatas, ditumbuhi jenis tumbuhan yang secara lokal disebut tehtehan Tehtehan mempunyai nama botani Eupotorium riparium reg. (Soedarsan dan Rifai, 1975). Lebih lanjut beberapa peternak di Kecamatan Tutur menyatakan bahwa tehtehan merupakan vegetasi yang tidak disukai ternak sehingga tidak pernah dipanen. Di samping itu terdapat gejala bahwa tehtehan menurunkan produki rumput alam yang tidak disukai ternak. Hal tersebut di atas sesuai dengan pendapat Roymond, Milton dan Freeman (1997) bahwa suatu padang rumput yang digembalai, maka tanaman yang tidak sesuai ternak akan menjadi vegetasi dominan pada padang rumput itu. Karena rumput alam di Kecamatan Tutur masih dipergunakan sebagian peternak sebagai ransum sapi perah. Maka diharapkan produksi rumput alam itu setinggi mungkin. Dengan kata lain, di harapkan bahwa rumput alam yang disukai ternak seharusnya bersifat sebagai vegetasi dominan di areal rumput alam di hutan produksi Kecamatan Tutur. Tetapi dengan adanya tehtehan seperti diuraikan diatas maka dikhawatirkan bahwa justru tehtehan menjadi vegetasi dominan. Sehingga produksi rumput alam yang disukai ternak perluasan tanah menurun. Mengingat jenis vegetasi rumput alam adalah beragam, maka produksi rumput alam per satuan luas di pengaruhi oleh komposisi botani jenis-jenis vegetasi pada lahan itu, karena masing-masing jenis vegetasi mempunyai kontribusi produksi yang berbeda. Pengukuran komposisi botani dengan menentukan berat kering setiap jenis vegetasi yang ada merupakan cara paling obyekif untuk mengevaluasi padang rumput alam menurut Brow dikutip Crowder dan Cheda (1984), serta sekaligus dapat mengetahui jenis vegetasi dominan pada padang rumput alam itu. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi bahan kering (BK) jenis vegetasi dominan pada padang rumput alam hutan produksi kecamatan Tutur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai dasar kebijaksanaan pengelolaan padang rumput alam untuk meningkatkan ketersediaan rumput alam di kawasan hutan produksi. MATERI DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian JURNAL TERNAK Vol Th

2 Penelitian ini dilakukan di hutan produksi wilayah Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Sejak tanggal 16 Juli sampai tanggal 23 September 198 Materi Penelitian Obyek penelitian ini adalah vegetasi yang tumbuh di areal rumput alam hutan produksi kecamatan Tutur. Peralatan lainnya berupa frame ukuran ( 0,5 X 0,5) M, gunting taman, timbangan merk (FUJI) dengan kepekaan 0,01 gr dan kantong plastik kapasitas 2 kg. Metode Penelitian - Penentuan Desa Lokasi Penelitian Mula-mula dilakukan survai berupa wawancara antara tanggal 16 sampai 30 Juli 1984, terhadap 15 persen dari populasi peternak sapi perah tiap desa dari 10 Desa, Kecamatan Tutur untuk mengetahui apakah mereka memanfaatkan hutan sebagai rumput alam di hutan produksi sekitar desanya sebagai makanan sapi perah terdapat empat klasifikasi desa seperti tertera pada Tabel Tabel Klasifikasi desa berdasarkan persentase responden yang menyatakan memanfaatkan rumput alam di hutan produksi mandor hutan desa setempat, areal sumber rumput alam. kemudian areal-areal rumput alam yang telah di ketahui diadakan purposive random sampling areal yang dijadikan petek sampel. Adapun pertimbangan yang dipakai dalam pemilihan petak sempel itu, bahwa petak-petak tersebut kudah dijangkau dengan jalan kaki serta pengamatan sepintas mempunyai kesamaan jenis-jenis vegetasi dengan areal yang lain per desa. Adapun data sempel tertera pada Tabel Tabel Data tentang petak sampel di empat desa obyek survai Lokasi Hutan Kode Petak Luas Petak Keterangan (Perhutani) (ha) Andonosari 114 d 4,5 Terdapat tegakan tanaman pinus tinggi 15 m dan jarak tanam 4 m. Utara melandai Kayukebek 149 a 16 Terdapat tegakan tanaman kaliandra tinggi 3 m dan jarak tanam 4 m. Utara melandai Klasifikasi Desa Persentase responden yang memanfaatkan rumput alam dari hutan produksi I Andonosari Pungging Kalipucang 6 q 8 Terdapat tegakan tanaman pinus tinggi 3 m dan jarak tanam 4 m. Timur melandai II III Kayukebek Blarang Wonosari Gendro Tutur Wonosari 140 d 1,8 Terdapat tegakan tanaman pinus tinggi 15 m dan jarak tanam 4 m. Barat melandai IV Tlogosari Kalipucang Sumberpitu 0-25 Berdasarkan klasifikasi desa tersebut di atas maka di pilih secsra acak satu desa dari masing-masing kelas untuk dijadikan obyek penelitian ini. Adapun desa-desa yang terpilih adalah : Klas I desa Andonosari Klas II desa Kayukebek Klas III desa Wonosari Klas IV desa Kalipucang - Penentuan Petak Sampel Di daerah obyek survai seperti tersebut di atas, di tentukan petak areal rumput alam di daerah hutan produksi yang akan di ukur jenis vegetasi dominan. penentuan petak sampel ini berdasarkan informasi dari para peternak serta mantri dan Selanjutnya, pengukuran komposisi botani dilakukan pada areal seluas satu hektar berbentuk bujur sangkar yang di tentukan secara random dari masing-masing petak sampel tersebut di atas. - Pengukuran Dominan Pada prinsipnya pengukuran ini di lakukan seperti pengukuran komposisi botani suatu areal padang rumput berdasarkan berat kering masing-masing jenis vegetasi yang terdeteksi pada areal tersebut Crowder, et a1 (1984). Pengukuran komposisi botani memakai metode cuplikan menggunakan frame ( 0,5 x 0,5 ) m. Jumlah cuplikan per hektar adalah 60 kaki. Dengan demikian setiap areal rumput alam di hutan produksi per desa obyek survai mempunyai 60 cuplikan. Petak cuplikan pertama di tentukan secara acak kemudian petak cuplikan ke dua diambil pada jarak lurus 13,14 m dari petak cuplikan pertama dengan luas yang sama. Kemudian antara petak. Cuplikan tersebut membentuk suatu kumpulan (cluster). Karena petak sampel yang di gunakan JURNAL TERNAK Vol Th

3 seluas 000 m² yang mempunyai sisi-sisi 100 m (bujur sangkar), sehingga cluster selanjutnya memungkinkan untuk diambil jarak 19,5 m dari cluster sebelumnya. Dengan cara demkian, dapat memberikan gambaran yang cukup obyekif menurut Malls, dkk dikutip Susetyo (1980). Selanjutnya denah petak sampling setiap areal rumput alam yang di tentukan dapat dilihat seperti pada Gambar 1 sebagai berikut: Setiap meletakkan frame, vegetasi yang masuk dalam frame di potong setinggi 3 cm sampai 1,5 m dari permukaan tanah, kemudian langsung ditimbang beratnya. Setelah terkumpul 60 cuplikan, di stasiun penelitian yang di perumahan Koperasi Setia Kawan Nongkojajar, dilakukan identifikasi jenis-jenis vegetasi yang di dapat secara Hand sorting. Di samping berat kumpulan masing-masing jenis vegetasi ditimbang, lebih lanjut secara komposit di ambil sampel setiap vegetasi untuk di kirim ke laboratorium nutrisi dan makanan ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang, untuk di analisa BK total. Analisa BK ini adalah sebagai berikut : - Bahan Kering Udara Hasil pemotongan (a gr) dipotong kecil-kecil kurang lebih 2 cm kemudian ditimbang lagi (b gr). Menimbang kotak kertas (c gr). Memasukkan hasil potongan ke dalam kotak kertas kemudian ditimbang (d gr). Memasukkan kotak kertas yang sudah berisi potongan tersebut dalam oven dengan suhu 70ºc selama 24 jam. setelah di oven kotak di anginanginkan sampai beratnya konstan (e gr). Kemudian potongan dikeluarkan dan kotaknya di timbang lagi (f gr), maka didapatkan kandungan bahan kering udara b/a x e f / d c x 100 persen = g persen. Pada proses ini masih di pakai timbangan AHAUS dengan ketelitian 0,01 gr, sedangkan untuk proses selanjutnya menggunakan timbangan SARTORIUS dengan ketelitian 0,0001 gr. - Penggilingan Hasil pengovenan digiling sampai halus dengan blinder merk CULATI dengan diameter saringan 1,5 mm. Hasil penggilingan ini akan dipergunakan analisa selanjutnya. - Bahan Kering Oven Memasukkan cawan porselin dalam oven 105º C selama 1 jam. Kemudian dimasukkan dalam eksikator selama 1 jam. Setelah itu beratnya di timbang (h gr) menimbang contoh sekitar 5 gr (i gr) dan memasukkan dalam cawan porselin. Cawan yang sudah berisi contoh dimasukkan dalam oven dengan suhu 105º C selama 4 jam, setelah itu dimasukkan dalam eksikator selama 1 jam, kemudian menimbangnya (j gr), maka didapatkan kandungan bahan kering oven (BK) j h/i x 100 persen. - Perhitungan Komposisi Botani Dari berat segar serta kandungan BK masing-masing jenis vegetasi di tentukan, berat kering masing-masing vegetasi dengan rumusan sebagai berikut : Berat kering tiap jenis vegetasi = persentase BK x berat segar masing-masing vegetasi Sedangkan untuk komposisi botani dinyatakan dalam persentase masing-masing jenis vegetasi dihitung persentase eksistensinya terhadap total produksi BK per hektar sesuai dengan rumus sebagai berikut : Persentase jenis vegetasi A= brt kering vegetasi A/ha berat kering total Semua vegetasi per hektar x 100 persen Berat kering vegetasi A/ha = berat kering vegetasi A/15 m² x 666,66666 m² Yang mana : Luas frame ( 0,5 x 0,5 ) m x 60 cuplikan = 15 m² luas petak sampling adalah 1 ha = 000 m² maka untuk mengkonversikan dalam hektar di hitung dengan mengalikan 666,66666 m² yang di peroleh dari 000 m²/15 m². Pada akhirnya jenis vegetasi dominan di tentukan berdasarkan persentase yang paling besar dari semua jenis vegetasi yang ada. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Botani di Masing-Masing Desa JURNAL TERNAK Vol Th

4 Desa Kayukebek Untuk Desa Kayukebek jenis-jenis vegetasi dan produksi BK tertera pada tabel Tabel -jenis dan Produksinya di Hutan Produksi Desa Kayukebek Tehtehan (Eupatorium riparium) Alang-alang (Imperata cylindrica) Kaliandra (Calliandra callothyrsus) Sembunggilang (Erechtites valerianfolia) Wedusan (Ageratum conyzoides) Rumput gajah (Pennisetum purpureu Kipusek (Elepantopus scaber) Pakisan (Ceropteris calomelanos) Grinting (Cynodon dactilon) Semanggi (Oxalis corniculata) Lemon (Setaria plicata) Kuningan (Spilanthes iabandicensis) Teki (Cyperus rotundus) Cendolan (Drymaria cordata) Jabungan (Erigeron lenifolius) Lempuyangan (Panicum repens) Bawangan (Erogrostis atroverns) Produksi Komposisi BK (kg/ha) botani (%) 242,55 43,60 196,30 35,29 91,49 16,44 7,09 1,28 6,10 3,29 2,06 1,27 1,11 0,80 0,78 0,67 0,60 0,52 0,47 0,45 0,30 0,24 0,13 0,11 1,10 0,59 0,38 0,23 0,20 0,14 0,14 0,12 0,10 0,09 0,09 0,08 0,05 0,02 0,02 Total 556,33 100,00 Dari Tabel 3 dapat dijumpai bahwa di hutan produksi desa Kayukebek terdapat setidaknya 20 jenis vegetasi dengan total produksi BK 556,33 kg/ha. Berdasarkan persentase produksi BK masing-masing jenis vegetasi per hektar, maka tehtehan sebagai jenis vegetasi dominan dengan produksi BK adalah 242,55 kg/ha atau 43,60 persen dari total produksi. Desa Andonosari Untuk desa Andonosari jenis-jenis vegetasi dan produksi BK tertera pada Tabel Tabel -jenis dan Produksinya di Hutan Produksi Desa Andonosari Produksi BK (kg/ha) Komposisi botani (%) Tehtehan (Eupatorium riparium Wedusan (Ageratum conyzoides Jabungan (Erigeron lenifolius) Wudelan (Kyllinga monocephal Teki (Cyperus rotundus) Merakan (Themeda arguens) Grinting (Cynodon dactilon) Pakisan (Ceropteris calomelano Blembem (Axonopus compresus Cendolan (Drymaria cordata) Lemon (Setaria plicata) Bawangan (Erogrostis atrovern Semanggi (Oxalis corniculata 241,37 119,17 17,30 9,76 6,44 5,53 4,47 4,37 4,08 2,49 2,45 1,49 1,22 0,44 0,42 0,15 57,31 28,30 4,10 2,32 1,53 1,31 1,07 1,07 0,98 0,59 0,58 0,35 0,29 0,10 0,10 Total 421,15 100,00 Dari Tabel 4 dapat dijumpai bahwa dihutan produksi desa Andonosari terdapat setidaknya 16 jenis vegetasi dengan total produksi BK adalah 421,15 kg/ha. Berdasarkan presentase total produksi BK masing-masing jenis vegetasi per hektar, maka tehtehan sebagai jenis vegetasi dominan dengan produksi BK adalah 241,37 kg/ha atau 57,31 persen dari total produksi. Desa Wonosari Untuk desa Wonosari jenis-jenis vegetasi dan produksi BK tertera pada Tabel Tabel -jenis dan Produksinya di Hutan Produksi Desa Wonosari Tehtehan (Eupatorium riparium) Wedusan (Ageratum conyzoides) Gedibal (Eryngium foetidum) Alang-alang (Imperata cylindrica) Merakan (Themeda arguens) Lamuran (Polytrias amaura) Blembem (Axonopus compresus) Pakisan (Ceropteris calomelanos) Bawangan (Erogrostis atroverns) Kipusek (Elepantopus scaber) Produksi Komposisi BK (kg/ha) botani (%) 277,43 80,49 59,16 17,16 1,68 0,49 1,46 0,42 0,96 0,29 0,95 0,27 0,74 0,21 0,71 0,21 0,61 0,18 0,50 0,14 0,25 0,07 0,21 0,06 0,05 0,01 l 344,71 100,00 Dari Tabel 5 dapat dijumpai bahwa di hutan produksi desa Wonosari terdapat setidaknya 13 jenis vegetasi dengan total produksi BK adalah 344,71 kg/ha. Berdasarkan presentase total produksi BK masing-masing jenis vegetasi per hektar, maka tehtehan sebagai jenis vegetasi dominan dengan produksi BK adalah 277,43 kg/ha atau 80,48 persen dari total produksi. Desa Kalipucang JURNAL TERNAK Vol Th

5 Untuk desa Kalipucang jenis-jenis vegetasi dan produksi BK tertera pada Tabel Tabel -jenis dan Produksinya di Hutan Produksi Desa Kalipucang 1 1 Tehtehan (Eupatorium riparium) Wedusan (Ageratum conyzoides) Kuningan (Spilanthes iabandicensis) Kipusek (Elepantopus scaber) Alang-alang (Imperata cylindrica) Pakisan (Ceropteris calomelanos) Jabungan (Erigeron lenifolius) Rumput gajah (Pennisetum purpureu Cendolan (Drymaria cordata) Total 312,04 100,00 Produksi Komposisi BK (kg/ha) botani (%) 134,28 43,03 69,42 22,25 60,03 19,24 27,73 8,89 11,74 3,76 3,40 1,09 2,28 0,73 0,95 0,30 0,71 0,23 0,65 0,20 0,55 0,18 0,30 0,10 Dari Tabel 6 dapat dijumpai bahwa di hutan produksi desa Kalipucang terdapat setidaknya 12 jenis vegetasi dengan total produksi BK 312,04 kg/ha. Berdasarkan persentase produksi BK masing-masing jenis vegetasi per hektar, maka tehtehan sebagai jenis vegetasi dominan dengan produksi BK adalah 134,28 kg/ha atau 43,03 persen dari total produksi. Komposisi Botani Kecamatan Tutur Rata-rata produksi BK jenis-jenis vegetasi di hutan produksi Kecamatan Tutur tertera pada Tabel Tabel -jenis dan Produksinya di Hutan Produksi Kecamatan Tutur Tehtehan Alang-alang Wedusan Tapasan Kaliandra Kuningan Berasan Kipusek Jabungan Sembunggilang Wudelan Merakan Pakisan Teki Grinting Rumput gajah Blembem Kentangan Cendolan Gedibal Produksi (kg/ha) persentase 223,9 62,05 54, ,17 12,29 50,16 49,09 12,01 49,09 31,73 7,76 31,72 22,87 5,60 22,87 7,05 1,72 7,05 5,24 1,29 5,24 3,50 0,85 3,50 2,68 0,68 2,78 1,77 0,43 1,78 1,33 0,33 1,38 2,12 0,32 1,33 1,26 0,31 1,27 1,23 0,30 1,23 1,19 0,29 1,19 0,96 0,23 0,96 0,79 0,79 0,68 0,18 0,68 0,52 0,11 0,45 0,37 0, Lemon Bawangan Semanggi Lamuran Lempuyangan 0,36 0,24 0,18 0,03 0,24 0,20 0,07 0,05 0,05 0,01 Total 408,56 108,61 100,00 Dari Tabel 7 dapat dijumpai bahwa di hutan produksi Kecamatan Tutur terdapat setidaknya 25 jenis vegetasi dengan total produksi BK adalah 408,56 ± 108,61 kg/ha. Berdasarkan total produksi BK masing-masing jenis vegetasi per hektar, maka tehtehan didapatkan sebagai jenis vegetasi dominan dengan produksi BK adalah 223,90 kg/ha atau 54,80 persen dari total produksi. Tabel Produksi BK Dominan dengan jenis Lainnya di Hutan Produksi Kecamatan Tutur No Desa Produksi Total BK tehtehan (kg/ha) BK jenis-jenis vegetasi lainnya (kg/ha) (kg/ha) Andonosari 241,37 179,78 421,15 Kayukebek 242,55 313,78 556,33 Kalipucang 134,28 177,76 312,04 Wonosari 277,43 67,28 344,72 Rata-rata 223,90 62,05 184,65 100,86 408,56 108,61 Dari Tabel 8 dinyatakan bahwa dihutan produksi yang diamati di Kecamatan Tutur terdapat rata-rata produksi BK tehtehan adalah 223,90 ± 62,05 kg/ha atau 54,80 persen dari total produksi BK semua jenis produksi yang ada. Sedangkan rata-rata produksi BK jenis-jenis vegetasi lainnya adalah 184,65 ± 100,86 kg/ha atau 45,20 persen dari total produksi BK semua jenis vegetasi yang ada. Hasil evaluasi dari empat desa obyek survai tersebut dapat dijumpai 25 jenis vegetasi. Selanjutnya dengan rata-rata produksi dari komposisi botani, maka tehtehan dijumpai sebagai jenis vegetasi dominan yang mempunyai distribusi produksi BK paling tinggi dengan jenis-jenis vegetasi lainnya. Dari semua jenis vegetasi yang dijumpai didapatkan total produksi BK jenis-jenis vegetasi yang lain adalah 184,65 ± 100,86 kg/ha atau 45,20 persen dari semua jenis vegetasi yang ada. Apabila dilakukan pengkajian lebih lanjut bahwa tehtehan adalah tumbuhan perdu tahunan, batang tegak, daun berhadapan dan berpanulangan tiga serta permukaanya tidak berbulu. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan pengganggu yang tumbuh hingga ketinggian 2000 m dari permukaan air laut. Tumbuh didaerah subur tempat terbuka atau terlindung. Berkembangbiak dengan tumbuh atau stek (Soedarsan, dkk, 1975). Kemudian menurut informasi dari para peternak setempat, tehtehan mempunyai rasa pahit dan tidak dsukai JURNAL TERNAK Vol Th

6 ternak. Sehingga tumbhan ini tidak pernah dipanen sama sekali. Sehingga tehtehan terus berkembang menhinvesi areal rumput alam hutan produksi dan cenderung untuk mengalahkan semua jenis-jenis vegtasi yang tumbuh pada tempat yang bersamaan. Disamping itu jenis-jenis vegetasi yang disukai ternak sering dipotong, sehingga distribusi produksi BK yang didapatkan adalah lebih rendah dari tehtehan. Berdasarkan beberapa keterangan seperti tersebut diatas, maka untuk meningkatkan ketersediaan rumput alam dikawasan hutan produksi Kecamatan Tutur, Tehtehan yang tumbuh diareal tersebut perlu diberantas. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dari penelitian ini, dapat dipetik beberapa kesimpulan yang cukup bermanfaat sebagai sumber informasi bagi peneliti lebih lanjut atau peternak sapi perah ditempat tersebut. Adapun kesimpulan tersebut meliputi : Di areal rumput alam hutan produksi Kecamatan Tutur terdapat setidaknya 25 jenis vegetasi. Berdasarkan berat kering, dijumpai tehtehan sebagai jenis vegetasi dominan. Dari semua jenis vegetasi yang ada didapatkan total produksi BK adalah 408,56 ± 108,61 kg/ha. Adapun rata-rata ruang produksi BK tehtehan adalah 223,90 ± 62,05 kg/ha atau 54,80 persen dari total produksi BK semua jenis vegetasi yang ada. Sedangkan produksi BK jenis-jenis vegetasi lainnya adalah 184,65 ± 100,86 atau 45,20 persen dari total produksi BK semua jenis vegetasi yang ada. Untuk meningkatkan ketersediaan produksi rumput alam dihutan produksi, maka tehtehan yang tumbuh di areal rumput alam tersebut perlu diberantas. Mcllroy, R. J, 196 An Introduction to Tropical Grassland Husbandry. Oxford University. Press Amen Hause, London. EC Reksohadiprodjo, S, 198 Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gajah mada, Yogyakarta. Roymond, F. D., F. Millton dan P.W. Freemann, 197 Prinsip Ekologi Untuk Pembangunan Ekonomi. PT Gramedia, Jakarta. Susetyo, S, 197 Pengelolaan dan Potensi Hijauan Makanan Ternak Untuk Produksi Ternak Daging. Fakultas Peternakan, IPB, Bogor. Soedarsan, A. M., A. Rifai, 197 Lima Puluh Gulma di Perkebunan. Lembaga Biologi Nasional. Gabungan Perusahaan Perkebunan Jawa Timur Bekerjasama dengan Balai Perkebunan Bogor. Soetanto, H dan I. Subagio, 198 Ilmu Tanaman Makanan Ternak Bagian Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Brawijaya, Malang. t Mannetje. L. 197 Measurement of Grassland Vegetation and Animal Production Bulletin 5 Commewealth Bureau of Pastures and Vield Crops, Wurley, Berkshire, England. REFERENSI Bambang R. P., M. E. Siregar dan T. Manurung, 197 Komposisi Botani Padang Rumput Alam di Tiga Daerah Pengembalaan di Sulawesi Selatan. Lembaga Penelitian Peternakan Bogor. Crowder, L. V., W. R. Cheeda, 198 Tropical Grassland Husbandry. Longman, London. Downs, R. I and W. Hellmers, 197 Envirronment and the Experimental Control of Plant Growth. Academic Press, London, New York, San Fransisco. Kuntohartono, Pengantar Ilmu Gulma. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. JURNAL TERNAK Vol Th

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai September 2013 di Desa

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai September 2013 di Desa III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai September 2013 di Desa Sidomukti Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan. B. Alat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 di lokasi peternakan Sapi Bali yakni

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 di lokasi peternakan Sapi Bali yakni 16 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 di lokasi peternakan Sapi Bali yakni di Desa Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Provinsi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di. PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di. PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah. III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words: pasture production, carrying capacity.

ABSTRACT. Key words: pasture production, carrying capacity. Potensi Pakan Hijauan di Bawah Naungan Pohon Karet Praproduksi dan Produksi di Perkebunan Masyarakat Desa Rukti Sedyo Kecamatan Raman Utara Lampung Timur The Potency of Pasture Under the Shade of Preproduction

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2017. Lokasi penelitian bertempat di Kawasan Perlindungan Setempat RPH Wagir BKPH Kepanjen KPH Malang.

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

HIJAUAN MAKANAN TERNAK (HMT) PET60 (2( 2 SKS) IR. NIKEN ASTUTI, MP.

HIJAUAN MAKANAN TERNAK (HMT) PET60 (2( 2 SKS) IR. NIKEN ASTUTI, MP. HIJAUAN MAKANAN TERNAK (HMT) PET60 (2( 2 SKS) IR. NIKEN ASTUTI, MP. CIRI-CIRI PADANG RUMPUT YANG BAIK : 1. MAMPU MENYEDIAKAN PAKAN YANG BERKUALITAS DALAM WAKTU YANG LAMA (SEPANJANG TAHUN) 2. TIDAK BERBAHAYA

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang 256 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan metode survei. Umumnya,

Lebih terperinci

KERAGAMAN BOTANIS DAN KAPASITAS TAMPUNG PADANG PENGGEMBALAAN ALAMI DI KABUPATEN YAPEN

KERAGAMAN BOTANIS DAN KAPASITAS TAMPUNG PADANG PENGGEMBALAAN ALAMI DI KABUPATEN YAPEN Jurnal Ilmu Peternakan, Desember 2010, hal. 92 97 Vol. 5 No. 2 ISSN 1907 2821 KERAGAMAN BOTANIS DAN KAPASITAS TAMPUNG PADANG PENGGEMBALAAN ALAMI DI KABUPATEN YAPEN BOTANICAL VARIERTY AND CARRYING CAPACITY

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karbon Biomassa Atas Permukaan Karbon di atas permukaan tanah, meliputi biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak belukar berdiameter < 5 cm, tumbuhan menjalar dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang Penentuan Kuota Panenan dan Ukuran Populasi Awal Rusa Timor di Penangkaran Hutan Penelitian Dramaga ini dilakukan di Hutan Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di penangkaran rusa Hutan Penelitian (HP) Dramaga- Bogor yang dikelola oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian lapangan dilaksanakan pada enam kawasan yaitu Nagerawe, Ndora, Lambo, Ratedao, Rendu dan Munde, yang terdiri dari sembilan desa yaitu Desa Dhereisa, Bidoa,

Lebih terperinci

No Spesies F FR % K KR % INP %

No Spesies F FR % K KR % INP % Lampiran 1. Nilai Frekuensi, Frekuensi Relatif, Kerapatan, Kerapatan Relatif, dan Indeks Nilai Penting Tumbuhan Bawah Umur 1 Tahun. 1 Eleusine indica (L.) Gearth. 0,8 7,41 100,5 24,81 32,22 2 Digitaria

Lebih terperinci

SKRIPSI POTENSI HIJAUAN PAKAN UNTUK PENGGEMBALAAN SAPI POTONG PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA DI KECAMATAN DAKO PEMEAN. Oleh : H E N R I K NPM :

SKRIPSI POTENSI HIJAUAN PAKAN UNTUK PENGGEMBALAAN SAPI POTONG PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA DI KECAMATAN DAKO PEMEAN. Oleh : H E N R I K NPM : 1 SKRIPSI POTENSI HIJAUAN PAKAN UNTUK PENGGEMBALAAN SAPI POTONG PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA DI KECAMATAN DAKO PEMEAN Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pada Jurusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODOLOGI PE ELITIA 10 III. METODOLOGI PE ELITIA 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK PT. DRT, Riau. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2011 di beberapa penutupan lahan di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur (Gambar 1). Pengolahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, mulai dari Januari sampai April 2010, dilakukan dengan dua tahapan, yaitu : a. pengambilan

Lebih terperinci

PENELITIAN I: PENGAMATAN KARAKTERISTIK EKOLOGIS PADANG RUMPUT ALAM KEBAR

PENELITIAN I: PENGAMATAN KARAKTERISTIK EKOLOGIS PADANG RUMPUT ALAM KEBAR BAHAN DAN METODE PENELITIAN I: PENGAMATAN KARAKTERISTIK EKOLOGIS PADANG RUMPUT ALAM KEBAR Pengamatan ekologi padang rumput alam Kebar terdiri atas tiga komponen antara lain: 1) pengamatan komposisi botani

Lebih terperinci

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA I Wayan Mathius Balai Penelitian Ternak, Bogor PENDAHULUAN Penyediaan pakan yang berkesinambungan dalam artian jumlah yang cukup clan kualitas yang baik

Lebih terperinci

LAMPIRAN. a. Dibawah Tegakan Agroforestri Kopi Dengan Tanaman Pokok Suren No Plot (1) Nama Lokal (3)

LAMPIRAN. a. Dibawah Tegakan Agroforestri Kopi Dengan Tanaman Pokok Suren No Plot (1) Nama Lokal (3) 42 LAMPIRAN Lampiran1. Inventarisasi Tumbuhan Bawah a. Dibawah Tegakan Agroforestri Kopi Dengan Tanaman Pokok Suren No Plot (1) No Petak (2) Nama Lokal (3) Nama Latin (4) Jumlah (5) I 1 Cileket Bidens

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Propinsi Kalimantan Tengah. Areal penelitian merupakan areal hutan yang dikelola dengan

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi Penelitian Alat Perlakuan

METODE Lokasi dan Waktu Materi Penelitian Alat Perlakuan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada lahan pasca tambang semen yang terdapat di PT. Indocement Tunggal Prakasa, desa Citereup, Bogor. Penelitian ini dimulai pada bulan Februari sampai

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di rumah kaca Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah. Pengujian secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat 6 0 44 18.34 LS dan 107 0 00 13.49 BT pada ketinggian 1339 m di

Lebih terperinci

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan Lokakarya Fungsional Non Peneliri 1997 PENGEMBANGAN TANAMAN ARACHIS SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK Hadi Budiman', Syamsimar D. 1, dan Suryana 2 ' Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Pajajaran

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli - November 2016 di Desa Dresi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli - November 2016 di Desa Dresi 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli - November 2016 di Desa Dresi Wetan, Kecamatan Kaliori, Rembang, Jawa Tengah. Analisis tanah dan pupuk kandang dilakukan di Balai

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung. DAS ini memiliki panjang sungai utama sepanjang 124,1 km, dengan luas total area sebesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan produktivitas ternak ruminansia adalah ketersediaan pakan yang berkualitas, kuantitas, serta kontinuitasnya terjamin, karena

Lebih terperinci

BAB III. METODE PELAKSANAAN. Tlasih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, dengan ketinggian 600

BAB III. METODE PELAKSANAAN. Tlasih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, dengan ketinggian 600 BAB III. METODE PELAKSANAAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di area persawahan yang terletak di Desa Tlasih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, dengan ketinggian 600 mdpl. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian Terpadu Universitas Muhammadiyah Malang yang terletak pada ketinggian 550

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Kegiatan penelitian berlangsung pada Februari 2015. B. Alat dan

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, Batu, Malang. Ds. Junrejo, Kec. Junrejo berada pada ketinggian 800 m dpl, memiliki suhu

Lebih terperinci

Temu Teknis Fungsional non PenellU 2000 merupakan bahan yang umumnya dipergunakan sebagai bahan pembuatan pupuk organic, dan sering dipergunakan dalam

Temu Teknis Fungsional non PenellU 2000 merupakan bahan yang umumnya dipergunakan sebagai bahan pembuatan pupuk organic, dan sering dipergunakan dalam Temu Teknis Fungsional non Penelui 2000 KULIT SINGKONG SEBAGAI PUPUK ALTERNATIF TANAMAN RUMPUT UNGGUL Suryana Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16001. RINGKASAN Suatu kajian pemanfaatan kulit

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. 26 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. Sampel daun nenas diperoleh dari PT. Great Giant Pineapple,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green House Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, di Desa Tamantirto,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem agroforestry Register 39 Datar Setuju KPHL Batutegi Kabupaten Tanggamus. 3.2 Objek

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii RIWAYAT HIDUP... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Limbah Pemanenan Kayu, Faktor Eksploitasi dan Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu ini dilaksanakan di IUPHHK PT. Indexim

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2008 di petak 37 f RPH Maribaya, BKPH Parungpanjang, KPH Bogor. Dan selanjutnya pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga tahap, yaitu : tahap pendahuluan dan tahap perlakuan dilaksanakan di Desa Cepokokuning, Kecamatan Batang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Percobaan lapangan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak

BAB III METODE PENELITIAN. Percobaan lapangan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Percobaan lapangan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Pola Faktorial 3 x 2 dimana 3 perlakuan jenis tanaman (Faktor A) dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

POTENSI PADANG PENGGEMBALAAN ALAM PADA DUA KABUPATEN DI PROVINSI PAPUA BARAT

POTENSI PADANG PENGGEMBALAAN ALAM PADA DUA KABUPATEN DI PROVINSI PAPUA BARAT POTENSI PADANG PENGGEMBALAAN ALAM PADA DUA KABUPATEN DI PROVINSI PAPUA BARAT (Potency of Natural Pasture in Two Regency in West Papua Province) DIANA SAWEN dan M. JUNAIDI Laboratorium Nutrisi dan Makanan

Lebih terperinci

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola The Effect of Three Kind Manure (Cow, chicken, and goat) to The Vegetative

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

POTENSI PRODUKSI HIJAUAN PADA PASTURA ALAMI DI PULAU SAMOSIR KABUPATEN SAMOSIR

POTENSI PRODUKSI HIJAUAN PADA PASTURA ALAMI DI PULAU SAMOSIR KABUPATEN SAMOSIR POTENSI PRODUKSI HIJAUAN PADA PASTURA ALAMI DI PULAU SAMOSIR KABUPATEN SAMOSIR (Potential Forage Production on Natural Pastures in Samosir Island, District of Samosir) Nevy D. Hanafi, Ma ruf Tafsin 2,,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai 1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan jumlah spesies tumbuhan yang menyusun suatu komunitas serta merupakan nilai yang menyatakan besarnya jumlah tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung 33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Kegiatan penelitian berlangsung pada Februari -- April 2015.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014 di TPH yang ada di Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014 di TPH yang ada di Bandar III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014 di TPH yang ada di Bandar Lampung dan di Laboratorium Hasil Pertanian Politekhnik Negeri Lampung. B.

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN AKHMAD HAMDAN dan ENI SITI ROHAENI BPTP Kalimantan Selatan ABSTRAK Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia yang memiliki potensi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten 30 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Gulma, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma Universitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

Deskripsi KHDTK Siali-ali Sumatera Utara

Deskripsi KHDTK Siali-ali Sumatera Utara Deskripsi KHDTK Siali-ali Sumatera Utara Gambar 1. Papan Nama KHDTK Siali-ali KHDTK Siali-ali dengan luasan ± 130,10 Hektar, secara geografis terletak pada koordinat 1º08 10,3-1º09 18,4 LU dan 99º49 57,9-99

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, yang terdiri dari 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor I : Lokasi biji

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM PENGHUJAN

LAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM PENGHUJAN LAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM PENGHUJAN TAMAN NASIONAL BALURAN 2006 I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Savana merupakan

Lebih terperinci

Oleh: Eko Hendarto Fakultas Peternakan UNSOED Purwokerto (Diterima: 7 Maret 2005, disetujui: 21 Juni 2005)

Oleh: Eko Hendarto Fakultas Peternakan UNSOED Purwokerto (Diterima: 7 Maret 2005, disetujui: 21 Juni 2005) PENGARUH KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN TARAF UREA TERHADAP KUALITAS VISUAL DAN PRODUKSI RUMPUT RAJA (Pennisetum purpoides) EFFECT OF ORGANIC FERTILIZER IN COMBINATION WITH UREA LEVEL ON VISUAL QUALITY AND

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), kebun percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Haji Mena, Kecamatan Natar, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Haji Mena, Kecamatan Natar, Kabupaten III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Haji Mena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan mulai bulan Oktober 2011 sampai Februari 2012. 3.2 Alat dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 16 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di lahan pertanaman karet Bojong Datar Banten perkebunan PTPN VIII Kabupaten Pandeglang Banten yang dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan

BAB III MATERI DAN METODE. sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Pelaksanaan penelitian lapang meliputi persiapan pupuk, penanaman sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan Laboratorium Ekologi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

I. MATERI DAN METODE

I. MATERI DAN METODE I. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Jl. Seroja Kulim Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru pada bulan Mei 2013 sampai dengan bulan September 2013. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian jenis penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode yang menjelaskan/menggambarkan suatu keadaan berdasarkan fakta dilapangan dan tidak

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai September 2015 bertempat di Kandang Kambing Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas Peternakan dan Pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

Temu Teknis Fungsionol non Penelh 000 dengan dosis yang tinggi pula yaitu 40 ton pupuk kandang, 900 kg urea, 450 kg TSP dan 450 kg KCL per ha/ tahun.

Temu Teknis Fungsionol non Penelh 000 dengan dosis yang tinggi pula yaitu 40 ton pupuk kandang, 900 kg urea, 450 kg TSP dan 450 kg KCL per ha/ tahun. Temu Teknis Fungsional non Peneliti 000 PENGARUH PERBEDAAN PENGGUNAAN PUPUK TERHADAP PRODUKSI RUMPUT RAJA (Pennisetum purpurephoides) DI LAPANGAN PERCOBAAN CIAWI M. Anwar dam Bambang Kushartono Balai Peneliuian

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITAN

3. METODOLOGI PENELITAN 3. METODOLOGI PENELITAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pantai Sanur Desa Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali (Lampiran 1). Cakupan objek penelitian

Lebih terperinci

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian Pinus merkusii strain Kerinci: Satu-satunya jenis pinus yang menyebar melewati khatulistiwa ke bagian bumi lintang selatan hingga sekitar o L.S. Belum dikembangkan atau dibudidayakan secara luas di Indonesia.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengaruh Radiasi Matahari dan Naungan terhadap Tanaman lain yang Tumbuh di Bawahnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengaruh Radiasi Matahari dan Naungan terhadap Tanaman lain yang Tumbuh di Bawahnya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengaruh Radiasi Matahari dan Naungan terhadap Tanaman lain yang Tumbuh di Bawahnya. Radiasi matahari merupakan faktor utama diantara faktor iklim yang lain, tidak hanya sebagai

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di areal KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dengan menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang kearah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama Desa Sukoharjo berasal dari tokoh di Kecamatan Sukoharjo pada saat itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama Desa Sukoharjo berasal dari tokoh di Kecamatan Sukoharjo pada saat itu, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Desa Sukoharjo II I. Deskripsi Desa Sukoharjo II Nama Desa Sukoharjo berasal dari tokoh di Kecamatan Sukoharjo pada saat itu, yaitu Suharjo dan Sukoharjo. Desa Sukoharjo

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September 16 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September 2012 yang bertempat di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. Analisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai dari April sampai dengan Mei 2013 di Laboratorium Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 Peta Lokasi Jalur Hijau Jalan Gerilya Kota Purwokerto. bio.unsoed.ac.id

III. METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 Peta Lokasi Jalur Hijau Jalan Gerilya Kota Purwokerto. bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah HCl 0,7 %, NaOH1 N, ZnSO4 5%, Ba(OH)2 0,3 N, Akuades, Pereaksi Cu, Alkohol 70%. Sedangkan alat yang digunakan adalah

Lebih terperinci

SURVEY POTENSI SUMBER BIBIT / BENIH JENIS RUMPUT PAKAN SATWA DI SEKSI KONSERVASI WILAYAH III KARANGTEKOK

SURVEY POTENSI SUMBER BIBIT / BENIH JENIS RUMPUT PAKAN SATWA DI SEKSI KONSERVASI WILAYAH III KARANGTEKOK Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan SURVEY POTENSI SUMBER BIBIT / BENIH JENIS RUMPUT PAKAN SATWA DI SEKSI KONSERVASI WILAYAH III KARANGTEKOK Oleh : Nama : Arif Pratiwi, ST NIP : 710034820 TAMAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (a)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (a) 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian mengenai ini dilakukan di tiga lokasi lapangan bola yang dipakai dalam Kompetisi Liga Super (Gambar 10) yaitu Stadion Singaperbangsa yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di areal hutan alam IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. disebut pastoral. Ekosistem ini terdiri atas peternak (pastoralist) dan hewan

TINJAUAN PUSTAKA. disebut pastoral. Ekosistem ini terdiri atas peternak (pastoralist) dan hewan TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Padang Penggembalaan Dalam bahasa inggris, hal-hal yang berkaitan dengan penggembalaan disebut pastoral. Ekosistem ini terdiri atas peternak (pastoralist) dan hewan ternak.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan alam tropika di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yaitu pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa 22 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengapuran pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dolomit yang memiliki 60 mesh. Hasil analisa tanah latosol sebelum diberi dolomit dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar Lampung, Laboratorium Penguji Balai Veteriner Lampung, dan Laboratorium Nutrisi

Lebih terperinci

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DA METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang untuk proses pembuatan silase daun singkong,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Jl. Seroja Kulim Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru pada bulan April 2013 sampai dengan bulan Juli 2013. Analisis bahan

Lebih terperinci

Produksi Dan Kandungan Gizi Rumput Gajah (P. purpureum) Dan Rumput Raja (P. purpupoides) Yang Ditumpangsarikan Dengan Tanaman Jati

Produksi Dan Kandungan Gizi Rumput Gajah (P. purpureum) Dan Rumput Raja (P. purpupoides) Yang Ditumpangsarikan Dengan Tanaman Jati 151 Produksi Dan Kandungan Gizi Rumput Gajah (P. purpureum) Dan Rumput Raja (P. purpupoides) Yang Ditumpangsarikan Dengan Tanaman Jati Nuraini Jamaran Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai Oktober 2011, dan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci