ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT ASEP SUBARNA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT ASEP SUBARNA"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT ASEP SUBARNA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 ABSTRACT ASEP SUBARNA. Analysis of Expenditure and Food Consumption Patterns and Its Relation to the Nutritional Status in Beastudi Etos Student West Java. Under the guidance of YAYUK FARIDA BALIWATI. The objective of this study was to analyze expenditures and food consumption patterns and their relationship to the nutritional status of Beastudi Etos students of West Java. The research was conducted in three regions of West Java namely Bogor, Depok and Bandung. Design used in this study was a cross sectional study. Stratified Random Sampling used in get the number of samples as many as 84 people. Based on the Spearman correlation test, there is a relationship between energy sufficiency level (r=-0.332; p=0.002) and protein sufficiency level (r=-0.306; p=0.005) with the nutritional status. There was no relationship between spending on food with Dietary habits scores (r=0.125; p=0.256). There was no relationship between the cost of food to energy sufficiency level (r =0.001; p=0.990) and the protein sufficiency level (r=0.111; p=0.316). Dietary habit scores do not have a relationship with energy sufficiency level (r=0.031; p=0.776) and protein sufficiency level (r=0.168; p=0.126). Nutritional adequacy allegedly more influenced by food consumption, both in types and amounts consumed by samples. Based on the Spearman correlation test results, there is no significant correlation (r=0.020; p=0.858) between the score of dietary habits and nutritional status samples. Keyword : food expenditure, food consumption patterns, nuritonal status.

3 RINGKASAN ASEP SUBARNA. Analisis Pengeluaran dan Pola Konsumsi Pangan serta Hubungannya dengan Status Gizi Mahasiswa Penerima Beasiswa Etos Jawa Barat. Di bawah bimbingan YAYUK FARIDA BALIWATI Kelompok usia dewasa merupakan salah satu sumber daya manusia yang perlu disiapkan untuk menentukan keberhasilan pembangunan nasional bangsa di masa yang akan datang. Hasil Riskesdas (2010) juga menyatakan bahwa kelompok usia yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal tertinggi berada pada usia tahun (dewasa awal) dengan persentase sebesar 54.5%. Jika konsumsi pangan kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan dan berangsur lama, maka akan berpengaruh terhadap status gizi. Pemilihan makanan yang tepat dari segi kualitas maupun kuantitas menjadi penting untuk dilakukan. Selain itu, pengaturan dalam pengeluaran pangan juga perlu diperhatikan guna menghindari pengeluaran yang berlebihan namun tidak memberikan kontribusi gizi yang baik. Pola konsumsi pangan yang tepat penting diterapkan oleh mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa terutama bagi mereka yang tidak tinggal bersama dengan keluarga. Jika tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan pentingnya pemenuhan gizi yang baik secara kualitas dan kuantitas, maka bukan tidak mungkin kebutuhan gizi mereka tidak terpenuhi. Oleh karena itu, analisis pengeluaran dan pola konsumsi pangan ini perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengeluaran dan pola konsumsi pangan serta hubungannya dengan status gizi pada mahasiswa penerima Beastudi Etos. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk (1) Mempelajari karakteristik individu dan karakteristik keluarga berdasarkan lokasi daerah; (2) Menganalisis pengeluaran pangan mahasiswa berdasarkan lokasi daerah; (3) Menganalisis pola konsumsi pangan mahasiswa berdasarkan lokasi daerah; (4) Menganalisis status gizi mahasiswa berdasarkan lokasi daerah; (5) Menganalisis hubungan pengeluaran pangan dan pola konsumsi pangan dengan status gizi mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di tiga daerah yaitu Bogor, Depok dan Bandung pada bulan Mei-Juni Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswa penerima Beasiswa Etos di wilayah Jawa Barat. Kriteria contoh adalah mahasiswa Etos yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos antara lain Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Padjadjaran (Unpad). Berdasarkan perhitungan rumus Slovin ukuran minimal contoh yang digunakan adalah 81 contoh. Adapun jumlah seluruh contoh sebanyak 84 orang dan dikelompokkan menurut proporsi menjadi 37 contoh Bogor, 33 contoh Depok dan 14 contoh Bandung yang terpilih sebagai tempat penelitian. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang didapatkan dari pengisian kuesioner dan data sekunder yang didapatkan dari wawancara. Data sekunder sebagai data pendukung yang diambil dari Manajemen Pusat Beasiswa Etos meliputi profil umum Beasiswa Etos. Pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisis data. Data dientri menggunakan Microsoft Excel 2007 dan dianalisis dengan SPSS 16.0 for windows. Analisis data menggunakan uji Kruskall Wallis dan uji korelasi Rank Spearman. Lebih dari separuh contoh (63%) berusia lebih dari 19 tahun. Jumlah contoh yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak (51%) dibandingkan dengan

4 perempuan (49%). Rata-rata jumlah uang saku contoh di ketiga wilayah berkisar 500 ribu-1 juta rupiah. Rata-rata uang saku tertinggi terdapat di wilayah Depok yaitu Rp dan terendah di wilayah Bogor yaitu Rp Berdasarkan hasil uji beda Kruskall Wallis, terdapat perbedaan yang nyata (p=0.011) pada jumlah uang saku di tiga daerah. Sebagian besar (54%) contoh wilayah Bogor berasal dari suku Sunda. Sebagian besar (58%) contoh wilayah Depok berasal dari suku Jawa. Terdapat dua suku yang memiliki kesamaan persentase di wilayah Bandung yaitu Sunda dan suku lainnya (29%). Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p=0.023) pada variabel suku bangsa di tiga wilayah. Ayah bekerja sebagai buruh memiliki persentase terbesar (29%) di ketiga wilayah. Ibu sebagai ibu rumah tangga memiliki persentase terbesar (79%) di ketiga wilayah. Rata-rata pendapatan keluarga contoh di tiga wilayah adalah <1 juta rupiah/bulan (49%). Uji Kruskal Wallis, menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p=0.342) pada variabel jumlah total pendapatan keluarga contoh. Sebanyak 61% contoh tergolong keluarga sedang (5-7 orang). Uji Kruskal Wallis, menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (p=0.117) pada besarnya anggota keluarga contoh di antara ketiga wilayah. Rata-rata pengeluaran yang dikeluarkan contoh untuk pangan sekitar 350 ribu atau sekitar 70% dari jumlah uang saku yang diberikan Etos. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p=0.635) pada jumlah uang saku yang dialokasikan contoh untuk pangan. Uji beda Kruskal Wallis, menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata (p=0.011) pada jumlah uang saku yang dikeluarkan contoh untuk non pangan. Sebanyak 77% contoh memiliki skor kebiasaan makan cukup (60-80). Uji beda Kruskal Wallis, menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p=0.163) pada variabel skor kebiasaan makan contoh. Rata-rata asupan energi wilayah Bandung paling tinggi (1816 kkal) dibandingkan dengan asupan energi wilayah Depok (1769 kkal) dan Bogor (1617 kkal). Rata-rata asupan protein wilayah Depok dan Bandung lebih tinggi (46 g) dibandingkan dengan asupan protein wilayah Bogor (42 g). Uji Kruskal Wallis menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata pada variabel tingkat kecukupan energi (p=0.350) dan protein (p=0.474) contoh. Kurang dari 25% contoh memiliki asupan energi dan protein dalam jumlah yang normal. Menurut jenis dan jumlahnya, sebagian besar konsumsi pangan contoh masih belum memenuhi konsumsi ideal. Kelompok pangan serealia adalah satu-satunya kelompok pangan sumber tenaga yang konsumsi aktualnya (497,3 g/kap/hari) telah melebihi konsumsi ideal (275 g/kap/hari). Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan sumber tenaga contoh belum seimbang dan masih rendahnya konsumsi pangan sumber pembangun dan pengatur. Status gizi contoh secara umum tergolong normal (>70%). Uji Kruskal Wallis menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p=0.584) antara status gizi contoh di ketiga wilayah. Persentase contoh berstatus gizi normal terbesar terdapat di wilayah Bandung yaitu 93%. Persentase contoh berstatus gizi normal di wilayah Bogor dan Depok berturut turut adalah 76% dan 67%. Uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pengeluaran pangan dengan skor kebiasaan makan (r=0.125; p=0.256), pengeluaran pangan dengan tingkat kecukupan energi (r=0.001; p=0.990) dan tingkat kecukupan protein (r=0.111; p=0.316) serta pengeluaran pangan dengan status gizi (r=0.097; p=0.379). Uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan (r=0.020; p=0.858) antara skor kebiasaan makan dengan status gizi. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi energi (r=-0.332; p=0.002) dan protein (r=-0.306; p=0.005) dengan status gizi.

5 ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT ASEP SUBARNA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

6 Judul Nama NRP : Analisis Pengeluaran dan Pola Konsumsi Pangan serta Hubungannya dengan Status Gizi Mahasiswa Penerima Beasiswa Etos Jawa Barat : Asep Subarna : I Menyetujui : Dosen Pembimbing Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS NIP Mengetahui : Ketua Departemen Gizi Masyarakat Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP Tanggal lulus :

7 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Analisis Pengeluaran dan Pola Konsumsi Pangan serta Hubungannya dengan Status Gizi Mahasiswa Penerima Beasiswa Etos Jawa Barat. Selama proses penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS selaku dosen pembimbing akademik dan skripsi yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama proses belajar hingga penyusunan skripsi. 2. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pemandu dan penguji skripsi yang telah memberikan saran dan perbaikan skripsi. 3. Bapak Sain dan Ibu Napsiah sebagai orangtua serta seluruh kakak (Yuliani, Syuryana, Syuryani, Arpiah, Mairusmianti) dan adik (Hanyfa dan Mawaddah) yang telah memberikan dukungan doa terbaik dan motivasi kepada saya selama menjalani studi di IPB. 4. Beastudi Etos Dompet Dhuafa, Yayasan Karya Salemba Empat, B-Smart Muamalat, Polygon Scholarship 8, dan Beasiswa Cendikia yang telah membantu biaya kuliah selama menjalani studi di IPB. 5. Rekan-rekan etoser 45 putra Gugie, Taufik, Taufan, Ahmad dan Ajay serta semua etoser 45 puteri, etoser 46, dan 47 yang telah memberikan banyak pelajaran hidup. 6. Udin RBI, Jamil, Amin, Ojan, Muklis, Alna, Egun, Saumi, Angga, Alam, Cici dan semuanya yang banyak memberikan inspirasi selama penulis hidup merantau di kota hujan. 7. Keluarga baru Badut Kost, Pauji, Anom, Away, Deslaknyo, Ka Dipa, Ka ikin, Ka Hadi, Ka Nene yang banyak memberikan semangat dan motivasi. 8. Teman-teman GM 45, Geng Ukhty, FORSIA ers dan pasukan Merah Saga, tetap berjuang dan jaga terus silaturahmi antara kita. Bogor, Desember 2012 Penulis

8 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Asep Subarna merupakan anak ke 6 dari 8 bersaudara, dari pasangan Bpk. Sain dan Ibu Napsiah yang dilahirkan di Depok pada tanggal 6 September Penulis memulai pendidikan di SDN RKP Jaya Baru Depok, MTs Miftaahul Hudaa Depok kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 1 Parung Kab. Bogor. Setelah lulus SMA, pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama kuliah, penulis aktif di organisasi baik intra kampus (DPM TPB IPB, KOPMA, FORSIA, Al Ghiza dan Dewan Mushola C3 Asrama Putra) maupun ekstra kampus (BEBC dan Lughata Expression). Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan baik intra kampus seperti Masa Perkenalan Fakultas dan Departeman (MPF dan MPD), FEMA berqurban, Forsia Islamic Festival dan Seminar Gizi Nasional (SENZASIONAL) maupun ekstra kampus seperti Festival Anak Shaleh, Tebar Hewan Qurban dan Ramadhan Ceria. Penulis pernah mendapatkan dana DIKTI untuk PKM Kewirausahaan. Selain itu, penulis pernah menjadi juara Nasional Program Kewirausahaan Etos DD. Tahun 2011 penulis mendapatkan penghargaan Polygon 8 th Scholarship Award sebagai pejuang lingkungan. Di bidang seni penulis pernah menjadi juara 3 Lomba Solo Vokal Dangut IPB Art Contest Penulis pernah melakukan kuliah kerja profesi (KKP) pada bulan Juli- Agustus 2011 di desa Tirawan, Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan bekerja sama dengan PT. ARUTMIN. Selanjutnya penulis melakukan Internship Dietetik di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta pada bulan Februari-Maret Selain itu, penulis pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam dan Mata Kuliah Perencanaan Pangan dan Gizi. Tahun 2012, penulis melakukan penelitian mengenai Analisis Pengeluaran dan Pola Konsumsi Pangan serta Hubungannya dengan Status Gizi Mahasiswa Penerima Beasiswa Etos Jawa Barat di bawah bimbingan Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

9 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Tujuan Umum... 3 Tujuan Khusus... 3 Kegunaan Penelitian... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Beastudi Etos... 4 Karakteristik Individu... 4 Umur dan Jenis Kelamin... 4 Uang Saku... 5 Karakteristik Keluarga... 5 Pekerjaan dan Pendapatan... 5 Besar Keluarga... 5 Pengeluaran Pangan... 6 Pola Konsumsi Pangan... 7 Kebiasaan Makan... 7 Konsumsi Pangan Penilaian Konsumsi Pangan Angka Kecukupan Gizi Status Gizi KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN... 23

10 ii Keadaan Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Individu Umur Jenis Kelamin Uang Saku Suku Bangsa Karakteristik Keluarga Pekerjaan Orang Tua Pendapatan Keluarga Besar Keluarga Pengeluaran Pangan Pola Konsumsi Pangan Kebiasaan Makan Konsumsi Pangan Status Gizi Variabel yang Berhubungan dengan Pengeluaran Pangan Hubungan Pengeluaran Pangan dengan Kebiasaan Makan, Tingkat Kecukupan Gizi dan Status Gizi Hubungan Kebiasaan Makan dengan Status Gizi Hubungan Tingkat Kecukupan Gizi dengan Status Gizi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 65

11 iii DAFTAR TABEL No Halaman 1 Jenis dan cara pengumpulan data Kategori dan variabel data contoh Sebaran contoh berdasarkan umur Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Sebaran uang saku contoh per bulan Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ibu Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Pengeluaran pangan contoh Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran pangan Sebaran contoh berdasarkan makanan pantangan Sebaran contoh berdasarkan jenis makanan pantangan Sebaran contoh berdasarkan alasan menghindari makanan tertentu Sebaran contoh berdasarkan frekuensi makan lengkap Sebaran contoh berdasarkan jenis makanan pokok Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan Sebaran contoh berdasarkan menu sarapan Sebaran contoh berdasarkan minuman saat sarapan Sebaran contoh berdasarkan jumlah konsumsi air putih Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan jajan Sebaran contoh berdasarkan jenis makanan jajanan Sebaran contoh berdasarkan alasan jajan Sebaran contoh berdasarkan skor kebiasaan makan Sebaran contoh berdasarkan susunan menu makan siang Sebaran contoh berdasarkan susunan menu makan malam Sebaran contoh berdasarkan cara memperoleh makanan Sebaran contoh berdasarkan tempat memperoleh makan Sebaran contoh berdasarkan alasan memilih makanan Konsumsi pangan pokok contoh menurut frekuensi Konsumsi pangan hewani contoh menurut frekuensi Konsumsi pangan nabati contoh menurut frekuensi... 47

12 iv 33 Konsumsi sayur contoh menurut frekuensi Konsumsi buah contoh menurut frekuensi Konsumsi susu contoh menurut frekuensi Konsumsi jajanan contoh menurut frekuensi Sebaran asupan energi contoh Sebaran asupan protein contoh Konsumsi aktual contoh menurut kelompok triguna makanan Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan dan status gizi... 59

13 v DAFTAR GAMBAR No Halaman 1 Kerangka pemikiran penelitian Perbandingan alokasi uang saku contoh Sebaran contoh berdasarkan suku bangsa Sebaran contoh berdasarkan TKE Sebaran contoh berdasarkan TKP Sebaran contoh berdasarkan status gizi... 56

14 vi DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1 Kuesioner Hasil uji beda Krusskal Wallis Hasil uji hubungan karakteristik individu dan karaktersitik keluarga dengan pengeluaran pangan Hasil uji hubungan pengeluaran pangan dengan pola konsumsi pangan Hasil uji hubungan kebiasaan makan dengan tingkat kecukupan gizi Hasil uji hubungan pola konsumsi pangan dengan status gizi Hasil uji beda Krusskal Wallis terhadap Frekuensi Pangan... 73

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini Indonesia telah memasuki era globalisasi di berbagai bidang seperti komunikasi, teknologi, informasi maupun ekonomi. Bangsa Indonesia harus mempersiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang handal, berkarakter, memiliki mental yang kuat dan kesehatan yang prima serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menjaga eksistensi bangsa dalam menghadapi era globalisasi tersebut. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pembentukannya seperti masalah pendidikan, kesehatan, gizi, informasi dan teknologi. Kelompok usia dewasa merupakan salah satu sumber daya manusia yang perlu disiapkan untuk menentukan keberhasilan pembangunan nasional bangsa di masa yang akan datang. Dengan kata lain, kualitas SDM pada masa yang akan datang salah satunya dipengaruhi oleh kualitas para individu saat ini. Oleh karena itu, upaya persiapan kualitas SDM harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Salah satu upaya yang perlu diperhatikan adalah status kesehatan dan status gizi setiap individu tersebut. Status gizi seseorang atau sekelompok orang tidak selalu sama dari waktu ke waktu karena hal tersebut merupakan hasil interaksi beberapa faktor. Menurut Riyadi (2003), faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah konsumsi pangan dan status kesehatan. Berdasarkan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004, kecukupan energi yang dianjurkan per orang per hari untuk usia tahun adalah 2550 kkal untuk laki-laki dan 1900 kkal untuk wanita. Secara nasional, penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (<70%) adalah sebanyak 40.7% dan untuk di wilayah Jawa Barat sebanyak 44.8%. Penduduk yang mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal (<80%) adalah sebanyak 37% dan untuk di wilayah Jawa Barat sebanyak 43.5% (Riskesdas 2010). Menurut Depkes (1996), klasifikasi tingkat kecukupan gizi seseorang dibedakan menjadi lima, yaitu defisit berat (TKG <70%), defisit sedang (TKG 70-79%), defisit ringan (TKG 80-89%), normal (TKG %) dan kelebihan gizi (TKG 120%). Hasil Riskesdas (2010) juga menyatakan bahwa kelompok umur yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal tertinggi berada pada usia tahun dengan persentase sebesar 54.5% dan rata-rata konsumsi energi penduduk usia tahun

16 2 berkisar antara 69.5%-84.3% dari angka yang dianjurkan. Menurut Deptan (2010), penggolongan tingkat ketahanan pangan penduduk dibagi menjadi tiga, yaitu penduduk rawan pangan (<70% AKG), penduduk resiko rawan pangan ( % AKG), dan penduduk tahan pangan ( 90% AKG). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa lebih dari separuh penduduk usia dewasa awal tersebut mengalami rawan pangan. Berdasarkan indikator tingkat kecukupan zat gizi, maka penduduk usia tersebut masih tergolong defisit berat dan defisit ringan. Jika konsumsi pangan usia remaja akhir/dewasa awal tersebut kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan dan berangsur lama, maka akan berpengaruh terhadap status gizi (Apriliana 2010). Pemenuhan gizi yang relatif besar tersebut dapat dilakukan dengan mengkonsumsi pangan yang cukup. Aspek pemilihan makanan merupakan hal lain yang juga perlu diperhatikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya ragam gaya hidup, perubahan perilaku, dan faktor pengalaman dalam memilih makanan akan mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi usia remaja akhir/dewasa awal tersebut. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi hanya sekedar bersosialisasi, untuk kesenangan, dan supaya tidak kehilangan status (Khomsan 2002). Selain pemilihan makanan yang tepat dari segi kualitas maupun kuantitas, pengaturan dalam pengeluaran pangan pun perlu diperhatikan. Hal tersebut dilakukan guna menghindari pengeluaran yang berlebihan namun tidak memberikan kontribusi gizi yang cukup berarti. Pola makan yang tepat tentunya penting untuk diterapkan oleh mahasiswa terutama bagi mereka yang tidak tinggal bersama dengan keluarga. Mereka bebas memilih makanan yang akan dikonsumsi dengan uang yang telah diberikan oleh orangtuanya. Jika tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan pentingnya pemenuhan gizi yang baik secara kualitas dan kuantitas, maka bukan tidak mungkin kebutuhan gizi mereka tidak terpenuhi. Oleh karena itu, analisis pengeluaran dan pola konsumsi pangan ini perlu dilakukan.

17 3 Tujuan Tujuan Umum Adapun tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis pengeluaran dan pola konsumsi pangan serta hubungannya dengan status gizi pada mahasiswa penerima Beastudi Etos wilayah Jawa Barat. Tujuan Khusus 1. Mempelajari karakteristik individu dan karakteristik keluarga berdasarkan lokasi daerah 2. Menganalisis pengeluaran pangan mahasiswa berdasarkan lokasi daerah 3. Menganalisis pola konsumsi pangan mahasiswa berdasarkan lokasi daerah 4. Menganalisis status gizi mahasiswa berdasarkan lokasi daerah 5. Menganalisis hubungan pengeluaran pangan dan pola konsumsi pangan dengan status gizi mahasiswa Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang besarnya pengeluaran dan pola konsumsi pangan yang dilakukan oleh mahasiswa penerima Beastudi Etos yang berada di wilayah Jawa Barat. Kecukupan gizi mahasiswa penerima Beastudi Etos dapat diketahui melalui kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi Tim Pengelola Beastudi Etos Pusat dalam menentukan besaran uang beasiswa yang diberikan terutama dalam kaitannya dengan biaya belanja pangan minimal yang dibutuhkan untuk memenuhi standar Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan.

18 4 TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Beastudi Etos merupakan sebuah beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Beasiswa ini berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang dengan jumlah penerima manfaat lebih dari 2000 orang. Beastudi Etos merupakan beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa dengan syarat umum adalah berasal dari keluarga kurang mampu dan berprestasi. Seleksi untuk mendapatkan beasiswa ini dimulai sejak masih di bangku sekolah SMA/sederajat. Saat ini Beastudi Etos telah tersebar di 14 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit di Indonesia antara lain : Universitas Andalas, Universitas Syahkuala, Universitas Sumatera Utara, Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, Universitas Hasanuddin, dan Universitas Mulawarwan. Bentuk beasiswa yang diberikan adalah biaya masuk kuliah, biaya kuliah tahun pertama, uang saku selama 4 tahun, akomodasi tempat tinggal dan pelatihan pengembangan diri. Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin Setiap individu mengkonsumsi makanan dalam jumlah dan jenis yang berbeda. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah umur. Konsumsi makanan biasanya terkait dengan jumlah energi yang diperlukan oleh individu untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada masa anak-anak, jumlah energi yang diperlukan oleh tubuh tidak sebesar jumlah energi yang diperlukan pada masa remaja atau dewasa. Dengan bertambahnya umur, jumlah energi tersebut meningkat dan mencapai puncaknya pada masa dewasa. Namun, jumlah energi yang diperlukan oleh tubuh akan mengalami penurunan kembali pada saat usia lanjut. Hal ini terkait dengan kebudayaan dan pangan lokal yang tersedia di suatu daerah (Suhardjo 1989). Selanjutnya Suhardjo (1989) menjelaskan bahwa tubuh yang besar memerlukan energi yang lebih banyak dibandingkan tubuh yang kecil untuk melakukan kegiatan fisik yang sama. Wanita dengan ukuran tubuh yang lebih kecil umumnya memerlukan energi yang lebih sedikit dibandingkan laki-laki.

19 5 Uang Saku Uang saku merupakan banyaknya uang yang diterima seseorang setiap bulan baik dari beasiswa, orangtua ataupun lainnya yang digunakan untuk keperluan baik makanan maupun non makanan. Seseorang yang telah diberi kepercayaan mengelola uang saku secara sendiri cenderung memiliki kebebasan untuk mengatur sendiri keuangannya, tidak terkecuali dalam hal memilih makanan. Menurut Mardayanti (2008) besarnya uang saku yang diterima tidak mempengaruhi jumlah konsumsi energi dan zat gizi lainnya. Rata-rata uang saku yang diterima dialokasikan untuk makanan sebesar 34.7%, untuk bukan makanan 60.7% serta untuk lainnya sebesar 4.6%. Karakteristik Keluarga Pekerjaan dan Pendapatan Pekerjaan berhubungan dengan tingkat pendapatan seseorang. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan seseorang dalam mengkonsumsi makanan baik kualitas maupun kuantitas. Apabila penghasilan keluarga meningkat, biasanya penyediaan mutu lauk pauk meningkat. Golongan ekonomi kuat cenderung boros dan tingkat konsumsinya melampaui kebutuhan sehari-hari, akibatnya berat badan terus bertambah sehingga sering ditemukan beberapa penyakit yang disebabkan kelebihan gizi (Suhardjo 1989). Tingkat pendapatan yang tinggi akan memberikan peluang yang lebih besar dalam memilih jumlah dan jenis makanan yang bermutu. Suhardjo (1989) menyatakan bahwa dengan meningkatnya pendapatan seseorang, maka akan terjadi perubahan dalam susunan menu makanan. Akan tetapi, pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragam dan bermutunya konsumsi pangan. Kadang-kadang perubahan utama yang terjadi dalam kebiasaan makanan adalah pangan yang dimakan memiliki harga yang lebih mahal. Berg (1986) menyatakan bahwa peningkatan pendapatan tidak selalu membawa perbaikan pada konsumsi pangan. Walaupun banyak pengeluaran untuk pangan, belum tentu kualitas makanan yang dikonsumsi lebih baik. Besar Keluarga Pada skala keluarga, tingkat konsumsi pangan ditentukan oleh adanya pangan yang cukup. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan keluarga untuk memperoleh bahan pangan yang diperlukan. Terutama pada keluarga yang

20 6 miskin, pemenuhan kebutuhan akan lebih mudah jika yang harus diberi makan berjumlah sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar, mungkin hanya cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Keadaan yang demikian jelas tidak cukup untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar (Suhardjo 1989). Besar anggota keluarga akan sangat mempengaruhi belanja pangan keluarga, yang pada akhirnya akan mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga dan konsumsi zat gizi setiap anggota keluarga. Seperti yang dikatakan Sanjur (1982) bahwa banyaknya anggota keluarga dapat mempengaruhi pembagian di antara anggotanya sehingga dapat terjadi kurangnya konsumsi zat gizi dari jumlah yang dibutuhkan. Berg (1986) menyatakan bahwa kelaparan dapat terjadi pada keluarga yang mempunyai jumlah anggota empat kali lebih besar dibandingkan dengan keluarga yang anggotanya sedikit. Keluarga dengan status ekonomi rendah dan memiliki banyak anak akan mengakibatkan kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak termasuk kebutuhan makan. Pengeluaran Pangan Pengeluaran pangan merupakan cerminan dari pendapatan. Martianto (1994) menyatakan bahwa tingkat pendapatan seseorang akan berpengaruh terhadap jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsi (pengeluaran). Sesuai dengan hukum Bennet, bahwa semakin tinggi pendapatan maka kualitas bahan pangan yang dikonsumsi pun semakin baik yang tercermin dari perubahan pembelian bahan pangan yang harganya murah menjadi bahan pangan yang harganya lebih mahal dengan kualitas gizi yang lebih baik. Menurut Harper et al (1986) salah satu faktor utama yang menentukan konsumsi pangan adalah pengeluaran pangan. Pengeluaran merupakan indikator yang baik digunakan untuk memperkirakan pendapatan tetapi karena pengeluaran merupakan faktor yang dominan dalam menentukan konsumsi rumah tangga atau individu. Konsumsi komoditi tertentu dapat diukur melalui pola pengeluaran pangan. Semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut digunakan untuk membeli buah, sayur mayur, dan berbagai jenis pangan lainnya (Berg 1986). Suhardjo (1989) menyatakan bahwa pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan. Banyak pengeluaran untuk pangan belum tentu kualitas makanan yang dikonsumsi lebih baik.

21 7 Pola Konsumsi Pangan Menurut Suhardjo (1989) pola konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh suatu masyarakat pada waktu tertentu. Menurut Sukandar (2007) pola konsumsi pangan pada penelitian yang dilakukan di petani Banjar Jawa Barat mencakup jumlah frekuensi makan bersama serta prioritas dalam pembagian makan. Menurut Junaidi (1997) pola konsumsi merupakan banyaknya pangan yang dikonsumsi, ada tidaknya makanan pantangan, serta frekuensi makan seseorang. Kesanggupan menyusun hidangan tidaklah diturunkan dalam pengertian hereditas, tetapi merupakan kepandaian yang diajarkan dari leluhur melalui orangtua ke generasi yang lebih muda. Jadi susunan hidangan adalah hasil manifestasi proses belajar. Ini berarti bahwa susunan hidangan suatu masyarakat dapat diubah dengan jalan pendidikana gizi, penerangan dan penyuluhan meskipun harus diakui bahwa usaha mengubah suatu hidangan yang telah terjadi sangat sulit dilakukan. Proses belajar yang menghasilkan kebiasaan makan terjadi seumur hidup. Itulah sebabnya mengapa kebisaan makan dan susunan hidangan sangat kuat bertahan terhadap berbagai pengaruh yang mungkin dapat mengubahnya. Kebiasaan makan seseorang merupakan kebiasaan keluarganya, selama individu tersebut tinggal di dalam bersama keluarga. Kebiasaan Makan Menurut Suhardjo (1989), kebiasaan makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan seperti tata krama makan, frekuensi makan, kepercayaan tentang makanan, distribusi makanan di antara anggota keluarga, penerimaan terhadap makanan, dan cara pemilihan bahan makanan yang hendak dimakan. Khumaidi (1989) menyatakan, bahwa kebiasaan erat kaitannya dengan penyediaan makanan karena akan mempengaruhi pemilihan bahan makanan yang dikonsumsi untuk mencukupi kebutuhan gizi. Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia, yaitu faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar diri manusia) dan faktor instrinsik (yang berasal dari dalam diri manusia). Faktor ekstrinsik tersebut adalah lingkungan alam, sosial, budaya, ekonomi dan agama. Faktor instrinsik antara lain asosiasi emosional, keadaan jasmani dan kejiwaan yang sedang sakit dan penilaian yang lebih terhadap mutu makanan.

22 8 Makanan Pantangan. Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya atau hukuman terhadap siapa yang melanggarnya. Dalam ancaman bahaya ini terdapat kesan magis, yaitu adanya kekuatan super power yang berbau mistik, yang akan menghukum orang-orang yang melanggar pantangan atau tabu tersebut. Kita harus membedakan pantangan atau tabu makanan yang berdasarkan agama dan yang bukan agama atau kepercayaan. Pantangan atau tabu yang berdasarkan agama bersifat absolut tidak dapat ditawar lagi bagi penganutnya. Sedangkan pantangan atau tabu yang lainnya masih dapat dihilangkan jika diperlukan. Tabu makanan ini ada yang dapat merugikan terhadap pemeliharaan bahan makanan yang dikonsumsi. Dengan adanya tabu ini, maka jumlah makanan yang dikonsumsi menjadi terbatas. Walaupun tidak berakibat fatal yaitu hanya merugikan saja. Sehingga penting untuk dicermati bahwa tidak semua tabu itu merugikan atau jelek bagi kondisi gizi dan kesehatan (Suhardjo 1989). Frekuensi Makan. Menurut berbagai kajian, frekuensi makan yang baik adalah tiga kali sehari. Secara kuantitas dan kualitas akan sulit untuk memenuhi kebutuhan gizi apabila hanya makan satu atau dua kali sehari. Keterbatasan volume lambung menyebabkan seseorang tidak dapat makan sekaligus dalam jumlah banyak. Itulah sebabnya makan dilakukan secara frekuentif yaitu tiga kali makan dalam sehari. Frekuensi makan dapat menjadi tingkat kecukupan konsumsi gizi, artinya dengan semakin tinggi frekuensi makan peluang untuk mencukupi kebutuhan gizi akan semakin besar (Khomsan 2002). Penekanan waktu dan komitmen terhadap aktivitas memberi pengaruh negatif terhadap kebiasaan makan remaja. Mengabaikan sarapan atau mengkonsumsi sarapan yang kualitas nutrisinya kurang, sering kali menjadi masalah. Makanan ringan yang biasanya dipilih berdasarkan kemudahan untuk mendapatkan makanan tersebut daripada kandungan gizinya yang bermanfaat, semakin menjadi bagian dari kebiasaan pola makan selama masa remaja (Wong et al 2002). Makan larut malam merupakan salah satu kebiasaan makan yang kurang baik karena akan meningkatkan berat badan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa konsumsi makan larut malam akan meningkatkan asupan kalori hingga 15%. Ketika hal tersebut dilakukan terus menerus, maka peningkatan berat badan akan terjadi.

23 9 Kebiasaan Sarapan. Menurut Khomsan (2002) menyatakan bahwa makan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik. Paling tidak ada dua manfaat yang dapat diambil jika melakukan sarapan pagi. Pertama, sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas. Kedua, pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologi dalam tubuh. Melewatkan makan pagi akan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa dan hal ini menyebabkan tubuh lemah dan kurang konsentrasi karena tidak adanya suplai energi. Sarapan pagi menyumbang gizi sekitar 25%. Ini jumlah yang cukup signifikan. Sisa kebutuhan enegri dan protein lainnya dipenuhi oleh makan siang, makan malam dan selingan di antara waktu makan (Khomsan 2002). Makanan Jajanan. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan jajanan di masyarakat diperkirakan terus meningkat mengingat semakin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat, serta cita rasanya yang enak dan cocok dengan selera kebanyakan masyarakat. Kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi pada remaja di perkotaan menyumbang 21% energi dan 16% protein. Kontribusi terhadap konsumsi anak usia sekolah menyumbang 5.5% energi dan 4.2% protein (Cahanar & Suhanda 2006). Jajan kue-kue hanya member tambahan energi sedangkan zat pembangun dan zat pengatur sangat sedikit (Suhardjo 1989). Penelitian yang dilakukan Paeratakul (2003) menyebutkan bahwa remaja yang banyak mengkonsumsi snack dan makanan jajanan memiliki asupan karbohidrat dan protein yang rendah tetapi tinggi lemak. Konsumsi Air Putih. Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Air sebagai salah satu zat gizi makro mempunyai fungsi dalam berbagai proses penting dalam tubuh manusia, seperti metabolisme, pengangkutan dan sirkulasi zat gizi dan non gizi, pengendalian suhu tubuh, kontraksi otot, transmisi impuls saraf, pengaturan keseimbangan elektrolit, dan

24 10 proses pembuangan zat tak berguna dari tubuh. Berdasarkan WKNPG (2004), jumlah kecukupan air bagi orang indonesia usia tahun adalah 2 liter untuk laki-laki dan 2.5 liter untuk perempuan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh The Indonesian Hydration Regional Study (THIRST) mengungkap bahwa 46.1% subyek yang diteliti mengalami kurang air. Kejadian ini lebih tinggi pada remaja (49.5%) dibanding pada orang dewasa (42.5%). Susunan Menu Makan. Menu adalah suatu susunan beberapa macam hidangan yang disajikan pada waktu tertentu. Menu dapat terdiri dari satu macam hidangan yang lengkap atau tidak lengkap, juga dapat berupa hidangan untuk makan atau sarapan pagi, untuk makan siang atau makan malam saja ataupun hidangan makan untuk satu hari penuh dengan atau tanpa makan selingan. Susunan menu makanan yang baik adalah hidangan yang terdiri dari berbagai jenis atau saat ini biasa dikenal dengan slogan 3B (Beragam, Bergizi, Berimbang). Dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam maka kekurangan zat gizi pada jenis pangan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis pangan yang lain. Dengan demikian, diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. Terdapat tiga kata kunci dalam makanan (menu) berbasis gizi seimbang, yaitu 1) seimbang antara asupan (konsumsi) zat gizi dengan kebutuhan setiap orang sehari; 2) seimbang jumlah antar kelompok pangan dan fungsi yaitu sebagai sumber tenaga (pangan sumber karbohidrat dan lemak mencakup pangan pokok yaitu serealia, umbi-umbian, makanan berpati; gula; buah/biji berminyak; lemak & minyak), sebagai sumber pembangun (pangan sumber protein hewani, yang dikenal sebagai lauk yaitu daging, telur, susu, ikan serta pangan sumber protein nabati, yang dikenal sebagai pauk yaitu berasal dari kacang-kacangan), sebagai sumber pengatur (pangan sumber vitamin mineral yang berasal dari sayur dan buah); serta 3) serimbang jumlah antar waktu makan berdasarkan kebiasaan frekuensi makan sehari. Konsumsi Pangan Menurut UU Pangan No. 7 Tahun 1996, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah ataupun tidak diolah, yang digunakan sebagai makanan atau minuman bagi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, atau pembuatan makanan dan minuman. Manusia memerlukan sejumlah zat gizi agar dapat hidup sehat dan dapat mempertahankan kesehatannya. Sejumlah zat gizi yang harus dipenuhi dari

25 11 konsumsi makanan disebut kebutuhan gizi. Kekurangan atau kelebihan konsumsi gizi dari kebutuhan, terutama dalam jangka waktu dapat membahayakan kesehatan bahkan bisa sampai pada tahap kematian (Hardinysah & Martianto 1989). Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan oleh seorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu dalam aspek gizi, tujuan memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh (Hardiansyah & Martianto 1989). Konsumsi pangan (food intake) seseorang meliputi jenis, waktu, tempat, cara) dan jumlah pangan yang dikonsumsi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi sosial ekonomi, politik dan budaya. Kesukaan seseorang terhadap suatu jenis pangan akan berpengaruh terhadap asupan zat gizi yang diperoleh. Konsumsi yang terbentuk dari waktu kecil dan dimulai pertama kali di rumah akan menjadi dasar untuk konsumsi pangan seseorang merupakan suatu proses yang saling terkait dan terbentuk dalam jangka waktu yang relatif lama (Sanjur 1982). Tingkat konsumsi akan menentukan kecukupan gizi seseorang. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh di dalam susunan hidangan. Kuantitas hidangan menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi di dalam susunan hidangan. Jika hal ini dapat dipenuhi baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya, maka akan tercapai keadaan gizi yang sebaikbaiknya (Sediaoetama 1991). Energi. Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Energi dan zat gizi diperlukan oleh seseorang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan jenis kelamin, berat badan, lama dan berat ringannya aktivitas fisik. Variasi bahan makanan sangat penting karena kandungan gizi tiaptiap jenis makanan berbeda-beda, dan tidak satupun bahan makanan di alam ini dapat mengandung seluruh zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan dalam satu hari. Tubuh memerlukan energi untuk keperluan-keperluan seperti memenuhi kebutuhan energi basal, aktivitas tubuh dan keperluan khusus (ibu hamil dan menyusui serta orang yang baru sembuh dari sakit). Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktifitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein suatu bahan makanan. Selanjutnya Suhardjo (1989) menjelaskan bahwa semakin aktif

26 12 kegiatan fisik seseorang, makin banyak energi yang dibutuhkan. Tubuh yang besar memerlukan energi yang lebih banyak dibandingkan tubuh yang kecil. Karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia yang harganya relatif murah. Produk yang dihasilkan terutama dalam bentuk gula sederhana yang mudah larut dalam air dan mudah didistribusikan ke seluruh selsel guna penyediaan energi (Almatsier 2001). Fungsi utama dari karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal. Sebagian dari karbohidrat disimpan dalam tubuh sebagai glukosa untuk keperluan energi segera, sebagian disimpan dalam otot dan hati sebagai glikogen, sebagian lagi diubah menjadi lemak sebagai cadangan energi. Seseorang yang mengkonsumsi karbohidrat berlebih akan menjadi gemuk. Protein. Protein dapat diperoleh dari dua sumber yaitu protein hewani dan protein nabati. Fungsi utama dari protein adalah sebagai zat pembangun. Protein diperlukan untuk pertumbuhan, pembentukan sel/jaringan, pengganti jaringan yang rusak. Protein juga berfungsi dalam pembentukan enzim dan hormon yang berperan dalam proses pencernaan dan metabolisme serta pembentukan hemoglobin dan antibodi. Kualitas protein hewani lebih baik dari protein nabati. Protein hewani mengandung semua asam amino esensial, sedangkan protein nabati umumnya kurang lengkap. Selain itu, daya cerna dan proses penyerapan protein hewani lebih cepat daripada protein nabati. Penilaian Konsumsi Pangan Penilaian konsumsi pangan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Penilaian kualitatif dapat dilakukan dengan mengetahui riwayat pola makan serta frekuensi makan. Penilaian secara kuantitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya metode inventaris, cara pendaftaran, recall, dan penimbangan. Penilaian konsumsi pangan dilakukan sebagai cara untuk mengukur keadaan konsumsi pangan yang kadang-kadang merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menilai status gizi. Penilaian konsumsi pangan dilakukan dengan cara survei (Suhardjo 1989). Survei diet atau penilaian konsumsi makananadalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok (Supriasa et al 2001). Berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka pengukuran konsumsi makanan menghasilkan dua jenis data konsumsi yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode kulaitatif yaitu dengan mengetahui frekuensi makan.

27 13 Frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggal informasi tentang kebiasaan makan (food habits) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut. Metode kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM) dan Daftar Penyerapan Minyak (Supriasa et al 2001). Salah satu metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu yang bersifat kuantitatif adalah metode recall 24 jam. Menurut Powell (2010), penggunaan metode recall 24 jam merupakan salah satu metode yang mudah dan dapat menggambarkan jumlah makanan yang dikonsumsi responden. Prinsip dari metode recall 24 jam yaitu dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Apabila pengukuran hanya dilakukan sekali, maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu (Supriasa et al 2001). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal dua kali recall 24 jam tanpa berturut-turut dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang asupan harian individu. Selain recall terdapat juga metode food frequency. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu dan bulan. Frekuensi pangan digunakan untuk menilai frekuensi penggunaan pangan atau kelompok pangan tertentu (Supriasa et al 2001). Selain itu, dengan metode ini dapat diperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif karena periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan rangking konsumsi zat gizi. Kuesionernya mempunyai dua komponen utama yaitu daftar pangan dan frekuensi penggunaan pangan. Angka Kecukupan Gizi Kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan. Kecukupan gizi dipengaruhi umur, jenis kelamin, aktifitas, berat dan tinggi badan serta genetika. Menurut energi yang tercantum dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004 yang dianjurkan per orang per hari untuk pria usia tahun adalah 2550 kkal dan 1900 kkal untuk

28 14 wanita. Perbedaan antara laki-laki dan wanita disebabkan kebutuhan zat gizi antara laki-laki dan wanita berdasarkan pengeluaran energi berbeda, bukan berdasarkan konsumsi (Hardinsyah & Martianto 1992). Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi) dan penggunaan zat-zat gizi makanan (Almatsier 2001). Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya di dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik, diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman dikonsumsi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi yang ditentukan oleh berbagai faktor antara lain umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, berat badan, tinggi badan, keadaan fisiologis dan keadaan kesehatan. Menurut Riyadi (2003), penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian, yaitu antropometri, klinis, biokimia dan dietary. Pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri dengan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) sebagai ukuran antropometri yang banyak diterapkan. Menurut Supariasa et al (2001), penilaian status gizi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu penilaian status gizi secara langsung dan tidak langsung. Sementara itu, penilaian secara tidak langsung ada tiga, yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital, faktor ekologi. Upaya perbaikan gizi dapat memperbaiki status gizi dan kesehatan yang kemudian akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan pertumbuhan ekonomi.

29 15 KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik individu seperti : umur, jenis kelamin, uang saku per bulan, dan asal daerah beserta karaktersitik keluarga (pekerjaan orangtua, pendapatan, dan besar keluarga) merupakan faktor yang akan mempengaruhi pengeluaran pangan. Menurut Suhardjo (1989) terdapat tiga faktor dominan yang mempengaruhi pola konsumsi pangan yaitu : kondisi ekosistem, ekonomi, dan konsep kesehatan gizi. Kondisi ekonomi yang mencakup daya beli atau pengeluaran pangan merupakan variabel yang akan dihubungkan dengan pola konsumsi dalam penelitian ini. Pola konsumsi dalam penelitian ini merupakan gambaran mengenai jumlah dan jenis konsumsi pangan serta kebiasaan makan contoh. Kebiasaan makan yang akan diteliti dalam penelitian ini menyangkut ada tidaknya makanan pantangan, frekuensi makan utama dalam sehari, kebiasaan sarapan, kebiasaan minum air putih, kebiasaan jajan, susunan menu makan, cara memperoleh makanan (termasuk di dalamnya pengolah dan tempat memperoleh makanan), serta frekuensi konsumsi pangan contoh. Sanjur (1982) menyatakan bahwa, konsumsi pangan seseorang merupakan suatu proses yang terkait dan terbentuk dalam jangka waktu yang relatif lama. Konsumsi pangan yang tepat untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi contoh yang digunakan untuk melakukan aktivitas yang tinggi dan untuk pertumbuhan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan dilakukan.tingkat kecukupan gizi merupakan perbandingan antara jumlah konsumsi zat gizi (energi dan protein) dengan angka kecukupan yang dianjurkan. Tingkat kecukupan tersebut didasarkan pada umur, jenis kelamin dan berat badan. Konsumsi pangan tersebut kemudian diduga dapat menentukan tingkat kecukupan gizi individu. Tingkat kecukupan gizi yang dihitung dalam penelitian ini adalah energi dan protein. Konsumsi pangan dan status kesehatan individu akan mempengaruhi status gizi seseorang. Namun, dalam penelitian ini status kesehatan merupakan variabel yang tidak diteliti. Semua variabel dalam penelitian ini didasarkan pada perbedaan asal perguruan tinggi di empat kampus wilayah Jawa Barat.

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin 4 TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Beastudi Etos merupakan sebuah beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Beasiswa ini berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang dengan jumlah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR LUTHFI RAKHMAWATI

KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR LUTHFI RAKHMAWATI KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR LUTHFI RAKHMAWATI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 35 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah studi observasional cross sectional, yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi. distribusi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi status kesehatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas faktor gizi memegang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. tahun 2004, konsumsi protein sudah lebih besar dari yang dianjurkan yaitu

PENDAHULUAN. tahun 2004, konsumsi protein sudah lebih besar dari yang dianjurkan yaitu 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola konsumsi pangan pokok di Indonesia masih berada pada pola konsumsi tunggal, yaitu beras. Tingginya ketergantungan pada beras tidak saja menyebabkan ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan pangan dalam GBHN 1999 adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan keterbukaan untuk mendapatkan pengetahuan

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DI PROVINSI JAWA BARAT RATNA CAHYANINGSIH

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DI PROVINSI JAWA BARAT RATNA CAHYANINGSIH ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DI PROVINSI JAWA BARAT RATNA CAHYANINGSIH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ANALISIS POLA KONSUMSI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang Indonesian Journal of Disability Studies ISSN : - Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang * Agustina Shinta Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD), Universitas Brawijaya, Malang,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG Correlation Of Satisfaction Level Of Food Quality With Energy And Macronutrient

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi yaitu makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum beraktifitas, yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan. Energi dari sarapan

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi Kecukupan Tingkat Kecukupan Asupan Kebiasaan Protein Pengetahuan Pendidikan energi Perilaku Energi Energi makan BAB dan ibu di dan protein Gizi sekolah pagi II Pengetahuan gizi Ibu Protein ibu Sarapan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT 65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 16 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik yang menggambarkan sistem penyelenggaraan makan dan preferensi para atlet terhadap menu makanan yang disajikan.

Lebih terperinci

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 LAMPIRAN 60 61 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode: KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN GIZI, KONSUMSI PANGAN, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI TERHADAP KEBUGARAN ATLET BOLA BASKET DI SMP/SMA

Lebih terperinci

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka 21 KERANGKA PEMIKIRAN Ketahanan pangan rumahtangga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah karakteristik rumahtangga (meliputi ukuran rumahtangga, pendidikan kepala dan ibu rumahtangga, dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU JAJAN ANAK SEKOLAH MELALUI PENYULUHAN GIZI DI SDN PASANGGRAHAN 2, PURWAKARTA MAHARANI JULFRINA RAHMA

PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU JAJAN ANAK SEKOLAH MELALUI PENYULUHAN GIZI DI SDN PASANGGRAHAN 2, PURWAKARTA MAHARANI JULFRINA RAHMA 1 PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU JAJAN ANAK SEKOLAH MELALUI PENYULUHAN GIZI DI SDN PASANGGRAHAN 2, PURWAKARTA MAHARANI JULFRINA RAHMA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah merupakan masa pertumbuhan bagi anak sehingga memerlukan gizi yang cukup dan seimbang. Defisiensi gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan anak menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN NGANJUK BERDASARKAN ANGKA KECUKUPAN ENERGI DAN POLA PANGAN HARAPAN WILAYAH MUHAMMAD DIKFA NURHADI PURADISASTRA

ANALISIS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN NGANJUK BERDASARKAN ANGKA KECUKUPAN ENERGI DAN POLA PANGAN HARAPAN WILAYAH MUHAMMAD DIKFA NURHADI PURADISASTRA ANALISIS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN NGANJUK BERDASARKAN ANGKA KECUKUPAN ENERGI DAN POLA PANGAN HARAPAN WILAYAH MUHAMMAD DIKFA NURHADI PURADISASTRA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan oleh tubuh dalam kehidupan sehari-hari dalam jumlah yang cukup sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA BAB II T1NJAUAN PUSTAKA A. Pola Konsumsi Anak Balita Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah, frekuensi dan jenis atau macam makanan. Penentuan pola konsumsi makan harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci