ANALISIS NASKAH KERETA KENCANA KARYA W.S. RENDRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS NASKAH KERETA KENCANA KARYA W.S. RENDRA"

Transkripsi

1 ANALISIS NASKAH KERETA KENCANA KARYA W.S. RENDRA Adinda Usin Muka Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman Jalan Pulau Flores No.1 Samarinda, Kalimantan Timur ABSTRACT The text of Kereta Kencana is a text from WS. Rendra work taken from the original text Les Chaises by Eugene Ionesco. Kereta Kencana is written by WS. Rendra. It had been choosen as the creative process analysis study. This research is aimed how the creative process analyzed a drama text done through the research to produce a show art exhibition. Through this text this creative process is hoped to explain the way of work before it is showed. Keywords: theater text analysis, creative process ABSTRAK Naskah lakon Kereta Kencana merupakan naskah karya WS Rendra yang disadur dari naskah asli yaitu Les Chaises karya Eugene Ionesco. Naskah Karya Kereta Kencana ditulis oleh WS Rendra. Naskah drama Kereta Kencana telah dipilih sebagai kajian Analisis proses kreatif. Penelitian ini mengupas bagaimana proses kreatif menganalisis sebuah naskah drama dilakukan melalui penelitian untuk menghasilkan sebuah karya seni pertunjukkan. Melalui naskah ini, Proses kreatif ini diharapkan dapat menjelaskan cara pengupasan yang dibuat sebelum disajikan dalam sebuah pertunjukkan. Kata kunci: analisis naskah teater, proses kreatif 56 CaLLs, Volume 1 Nomor 2 Desember 2015

2 PENDAHULUAN Naskah lakon Kereta Kencana merupakan naskah karya WS Rendra yang disadur dari naskah asli yaitu Les Chaises karya Eugene Ionesco. Naskah Karya Kereta Kencana ditulis oleh WS Rendra dan dipentaskan pertama kali oleh WS Rendra pada tahun 1961 di Jogjakarta dengan pemain wanitanya Ken Zuraida 6. Naskah dengan judul Les Chaises karya Eugene Ionesco sangat berbeda dengan karya WS Rendra dengan judul Kereta Kencana. Perbedaan tersebut dapat dilihat jumlah halaman yang ada pada naskah Kereta Kencana yaitu berjumlah 16 halaman, sementara naskah karya Eugene Ionesco dengan judul Les Chaises berjumlah 89 halaman. Perbedaan juga terdapat dalam bentuk bahasa yang sudah di adaptasi oleh WS Renda ke dalam bentuk drama. WS Rendra dalam Kereta Kencana menjelaskan Bahwa hidup akan berpindah ke tempat yang akan dibawa oleh Kereta Kencana ke suatu tempat yang penuh cahaya terang dan kebenaran yang antara lain menyediakan ruang bagi kenikmatan cinta yang tidak badaniah, sedangkan hidup di dunia ini pun tetap memberikan ruang kepada makna perjuangan menegakkan nilai-nilai luhur kemanusiaan dan segala yang baik 7. Kereta Kencana mengisahkan tentang pasangan suami istri yang digambarkan hanya hidup berdua saja. Pasangan suami istri ini membahas tentang sebuah kereta kencana yang semakin sering saja terdengar, Wahai dengarlah kau orang tua yang selalu bergandengan dan bercinta dua abad lamanya, Kereta Kencana akan datang dan menjemput kalian berdua dengan sepuluh kuda dengan satu warna. Mereka berdua dikisahkan dalam naskah sudah memasuki lanjut usia yaitu dua ratus tahun. Kakek Hendry duduk sendiri di dalam kegelapan dan tak lama datanglah seorang wanita tua dengan membawa lilin masuk ke dalam ruangan untuk menanyakan kepada suaminya mengapa engkau duduk termenung sendiri di dalam kegelapan?. Sang istri menyuruh laki-laki tua itu untuk menyalakan lampu serta menutup jendela, karena udara dari luar sangat dingin dan dapat menyebabkan masuk angin. Sang istri menanyakan pada suaminya apakah dia tadi juga mendengar suara Kereta Kencana yang datang, dan menanyakan pula apakah malam ini pertanda mereka berdua akan mati bersama dijemput dengan Kereta Kencana. Dua pasang suami istri yang telah renta itu terus berdialog untuk mengisi kekosongan dan kesepian hari-hari tua tanpa seorang buah hati pun, mereka saling menghibur diri. Mereka bisa saling tertawa bahagia sambil mengenang masa 6 November Kompas minggu, 15 November 2009, 16:20 WIB CaLLs, Volume 1 Nomor 2 Desember

3 muda yang telah berlalu. Tiba-tiba keceriaan mereka hilang, pasangan ini mulai menangis menyesali hidup. Walaupun telah dua abad menikah, mereka tidak di karuniai seorang anak. Dalam sepi masa tua, pasangan ini mulai mendongeng masa lalu. Mengenang kembali derita yang telah mereka lewati bersama. Diwaktu kejayaan masa muda dulu, mereka telah berkeliling dunia dan kini mereka mengatakan semuanya telah hancur. Pasangan ini pun mengantuk dan mulai tertidur karena hari telah larut. Tiba tiba ada suara dari luar ketukan pintu yang membuat mereka kaget. Ternyata mereka kedatangan seorang tamu yang disebut paduka dan masih banyak lagi tamu yang datang tetapi tidak berwujud. Ternyata tamu-tamu tersebut adalah anak-anak mereka. Pasangan suami istri ini panik karena banyak sekali tamu yang datang dalam jumlah banyak Setelah mereka semua disambut masuk, tak lama sang suami mulai memberikan pidato. Dari luar terdengar kembali ketukkan pintu dan yang datang adalah penguasa cahaya yang mengatakan bahwa pasangan tua ini akan dijemput malam ini dengan Kereta Kencana dan meninggalkan anakanak ini untuk selama - lamanya. Berdasarkan cerita di atas, peneliti membayangkan tentang bentuk ruangruang yang ditempati dua tokoh selama 200 tahun seperti bentuk jendela dan pintu serta tamu yang datang, tetapi tidak berwujud. Dari dialog tersebut, peneliti kemudian mencoba membangun secara logika bentuk-bentuk yang ingin disampaikan ke dalam sebuah sketsa gambar yang berlatar kearifan lokal yang kemudian diwujudkan ke dalam bentuk maket dan diteruskan ke sebuah bentuk pementasan. Karena pada naskah Kereta Kencana tidak ada deskripsi secara detail mengenai bentuk ruang permainan, maka peneliti ingin merujuk pada peristiwa yang terjadi di dalam naskah Kereta Kencana dan merekonstruksi dari cerita, untuk mewujudkannya dari bentuk tulisan naskah menjadi bentuk visual, pada penelitian artistik panggung dalam sebuah pementasan. TINJAUAN KARYA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Karya Naskah Kereta Kencana telah di sadur dalam berbagai versi. Naskah ini juga dipertunjukkan oleh kelompok-kelompok teater, di antaranya sebagai berikut: Pada Tanggal 02 November 1997 Bengkel Teater Rendra mempersembahkan pementasan Kereta Kencana dengan pemain Lelaki (W.S. Rendra), Pemain perempuan (Ken Zuraida). Pementasan ini berlangsung di Gedung Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marjuki Jakarta Selatan. Dalam pementasan ini yang di tampilkan secara visual hanya ada kursi malas, meja, dan kursi goyang yang di 58 CaLLs, Volume 1 Nomor 2 Desember 2015

4 tampilkan diatas panggung. 8 Pada Tanggal Oktober 1999 Bengkel Teater Rendra mempersembahkan Pementasan Kereta Kencana dengan Pemain Lelaki (W.S. Rendra), Pemain perempuan (Ken Zuraida), dengan Peneliti Cahaya ( Jose Rizal Manua) dan Peneliti Suara ( Kazuo Pontoh ). di Gedung Kesenian Jakarta. Dalam pementasan ini ditampilkan sebuah ruangan yang diilusikan berukuran besar dan hanya ada tiga kursi yang dapat dilihat bentuk visualnya. 9 Pada Tanggal 6 November 2009 Teater Mandiri dengan sutradara Putu Wijaya, Pemain Lelaki (Ikranegara), Pemain Perempuan (Naniek L Karim). Pementasan berlangsung di Galeri Salihara Jakarta Selatan. Dan Pada Tanggal 26 Desember 2009 digelar di Gedung Ahmad Yani Kota Magelang, Jawa Tengah. Dalam pementasan ini yang dapat dilihat secara visual hanya ada sebuah kursi menggunakan roda yang dapat diputar-putar dan dibalut dengan kain putih bercorak. 10 Landasan Teori Landasan Teori memiliki fungsi sebagai acuan dalam proses penciptaan. Acuan yang dibutuhkan adalah prinsip-prinsip estetik dalam perancangan tata pentas. Samuel Selden dan Hunton D. Sellman memaparkan beberapa prinsip perancangan tata pentas. Menurut Samuel Selden dan Hunton D. Sellman tata pentas yang baik harus memenuhi beberapa hal, yaitu: 1) lokatif; 2) ekspresif; 3) atraktif; 4) jelas; 5) sederhana; 6) bermanfaat; 7) praktis; dan 8) organis. 11 TUJUAN ANALISIS DAN PERANCANGAN a. Mewujudkan tata pentas yang sesuai dengan analisis naskah Kereta Kencana dan sesuai dengan interpertasi yang direncanakan tanpa mengurangi nilai dari naskah tersebut. b. Mewujudkan teknik perancangan dengan visualisasi dan tekhnik yang mampu memberikan interpretasi terhadap unsur ruang dan waktu pada naskah Kereta Kencana. 8 Kompas, Rabu, Halaman: 10 9 Kompas, Jumat, Halaman: 9 10 Seputar Indonesia, Minggu, 08 November Pramana Padmodarmaya, Tata dan Teknik Pentas, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. 1983, hlm. 119 CaLLs, Volume 1 Nomor 2 Desember

5 METODE ANALISIS PERANCANGAN Metode yang dipakai dalam proses analisis perancangan tata artistik kali ini ialah metode Reinterpretasi, dengan menginterpretasikan kembali bangunan tata artistik yang sudah pernah dicipta, dengan langkah-langkah proses analisis Naskah Kereta Kencana berikut: a. Bentuk dan Teknik Tata Artistik Naskah Kereta Kencana b. Mendesain Tata Artistik c. Membuat Alternatif d. Proses Penggarapan e. Visualisasi Rancangan f. Pemantapan Penggarapan g. Penyajian Karya ANALISIS NASKAH Analisis naskah adalah upaya dalam memahami lakon untuk kemudian diwujudkan ke dalam bentuk tata artistik sebuah pementasan teater. Hal yang terpenting yang harus dilakukan oleh seorang peneliti dan perancang artistik adalah memahami secara utuh sebuah naskah. Setelah dapat menafsirkannya dari naskah, peneliti dan perancang artistik mendapat pemahaman secara logis apa yang dimaksudkan dalam bentuk-bentuk artistik. Lingkup kerja analisis lakon adalah mempelajari struktur lakon yang terdiri dari unsur tema, plot, penokohan, latar cerita, pemahaman gaya dan bentuk lakon. Dalam hal ini, penafsiran merupakan cara agar aspek dramatiknya tercapai. Harapan peneliti dan perancang dapat memilih bentuk yang didapatkan dari menginterpretasi kembali naskah Kereta Kencana secara logika yang dihasilkan dari bentuk dialog yang tidak detail. Maka dibuatlah sebuah gambar kerja. Berdasarkan hal tersebut, peneliti dan perancang mengharapkan mendapatkan kemudahan untuk memilih bentuk yang nantinya akan direalisasikan beberapa benda yang mewakili secara terukur diatas panggung, sesuai dengan dramatika yang ingin ditampilkan. Dengan harapan proses analisa ini dapat dicapai yang tidak hanya berguna untuk setting, tetapi juga yang lain seperti kostum, make up, dan Lighting. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas, maka latar belakang penulis naskah Kereta Kencana, yaitu WS. Rendra, harus diketahui. Hal ini berguna untuk membantu peneliti dan perancang memahami konteks yang dibawa oleh seorang penulis naskah seperti WS. Rendra. Singkatnya, kita bisa katakan 60 CaLLs, Volume 1 Nomor 2 Desember 2015

6 bahwa dengan melakukan pendekatan terhadap pola pikirnya, yang tentu saja, sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan zaman di mana ia hidup, kita bisa lebih memahami naskah Kereta Kencana dalam kerangka yang terarah. WS. Rendra dan Naskah Lakon Kereta Kencana 1. Biografi Singkat Gambar 1. Foto Rendra (Sumber: Seputar Indonesia, Minggu, 08 November 2009) WS Rendra, yang bernama asli Willibrordus Surendra Bawana Rendra, lahir di Solo, Jawa Tengah, 7 November Keluarga WS Rendra adalah keluarga dramawan tradisional. Masa kecil hingga remaja, dihabiskannya di kota kelahirannya Solo. Raden Ayu Catharina Ismadillah, adalah penari serimpi di keraton Surakarta, sedangkan ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo. Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Pada usia 24 tahun, ia menemukan cinta pertama pada diri Sunarti Suwandi. Dari wanita yang dinikahinya pada 31 Maret 1959 itu, Rendra mendapat lima anak: Teddy Satya Nugraha, Andreas Wahyu Wahyana, Daniel Seta, Samuel Musa, dan Klara Sinta. Satu diantara muridnya adalah Bendoro Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat, putri darah biru Keraton Yogyakarta, yang bersedia lebur dalam kehidupan spontan dan urakan di Bengkel Teater. Tugas Jeng Sito, begitu panggilan Rendra kepadanya, antara lain menyuapi dan memandikan keempat anak Rendra-Sunarti. Rendra melamar Sito untuk menjadi istri kedua, dan Sito menerimanya. Satu-satunya kendala datang dari ayah Sito yang tidak mengizinkan putrinya, yang beragama Islam, dinikahi seorang pemuda yang beragama lain selain Islam. Tapi hal itu bukan halangan besar bagi Rendra ia menikah pada 12 Agustus 1970 dan memilih untuk mengucapkan dua kalimat Syahadat pada hari perkawinannya CaLLs, Volume 1 Nomor 2 Desember

7 dengan Sito yang disaksikan oleh Taufiq Ismail dan Ajib Rosidi. Pernikahannya bersama Sitoresmi ia mendapatkan empat anak, yakni : Yonas Salya, Sarah Drupadi, Naomi Srikandi, Rachel Saraswati. Sang Burung Merak itulah julukan yang diperoleh dari teman-temannya. Ia kembali menikahi seorang wanita bernama Ken Zuraida istri ketiga yang memberinya dua anak: Isaias Sadewa dan Maryam Supraba. Rendra mengenyam pendidikan tinggi di American Academy of Dramatical Art, New York, Amerika Serikat ( ). Pada tahun 1967, sepulang dari Amerika Serikat ia mendirikan Bengkel Teater di Indonesia dan memberi suasana baru dalam kehidupan teater di tanah air. Namun sejak 1977 ia mendapat kesulitan untuk tampil di muka publik baik untuk mempertunjukkan karya dramanya maupun membacakan puisinya. Untuk menanggulangi ekonominya Rendra hijrah ke Jakarta, lalu pindah ke Depok. Pada Tahun 1985 Rendra mendirikan Bengkel Teater Rendra di atas lahan sekitar tiga hektar yang terdiri dari bangunan, tempat tinggal Rendra dan keluarga serta bangunan sanggar untuk latihan drama dan tari yang masih berdiri sampai sekarang dan menjadi basis bagi kegiatan keseniannya. Namun, Rendra terus maju dalam dunia kesenian dan mendapatkan banyak penghargaan. Pada Tahun 1954 di Yogyakarta, Rendra menerima penghargaan Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dan masih ada beberapa lagi penghargaan yang didapatkan antara lain: Penghargaan Sastra Nasional BMKN (1956), Penghargaan Akademi Jakarta (1975), Penghargaan Yayasan Buku Utama, Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976), Penghargaan Adam Malik (1989), Penghargaan Achmad Bakrie (2006), The S.E.A. Write Award (1996), Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970). Sejak tahun 1975 WS. Rendra menyederhanakan namanya menjadi Rendra dan menerbitkan buku drama untuk remaja berjudul Seni Drama Untuk Remaja Tetapi pada tahun 1977, WS Rendra dicekal oleh pemerintahan Orde Baru pada saat sedang menyelesaikan garapan Sjumanjaya, Yang Muda Yang Bercinta. Kemerdekaan Individual Sepenuhnya menjadi prinsip utama Rendra. Namun seyakin apapun dirinya atas kebebasan manusia untuk menentukan pilihannya, Rendra tidak bisa menolak ajal yang menjemputnya pada tanggal 06 Agustus 2009 di Depok Jawa Barat. Sumbangan Rendra pada Indonesia tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri, banyak karyanya yang sudah di terjemahkan kedalam bahasa asing diantaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India. Hal ini dapat dilihat pada karya-karyanya yang cukup 62 CaLLs, Volume 1 Nomor 2 Desember 2015

8 banyak. Karya-karya Rendra dapat dikategorikan sebagai karya dibidang penulisan drama adalah: Orang-orang di Tikungan Jalan (1954), Hamlet terjemahan dari karya William Shakespeare; Oedipus Sang Raja terjemahan dari karya Sophokles, aslinya berjudul "Oedipus Rex"; Bip Bop Rambate rate rata (Teater Mini Kata) (1967) SEKDA (1977), Mastodon dan Burung Kondor (1972); Panembahan Reso (1986), Perang Troya Tidak Akan Meletus terjemahan dari karya Jean Giraudoux asli dalam bahasa Prancis: La Guerre de Troie n'aura pas lieu; Kasidah Barzanji; 2. Naskah Lakon Kereta Kencana Kereta Kencana adalah naskah Karya WS. Rendra yang mendapat inspirasi dari drama naskah Les Chaises Karya Eugene Ionesco yang berbicara bahwa kehidupan akan berpindah ke suatu tempat yang penuh cahaya terang dan kebenaran, juga ruang bagi kenikmatan cinta yang tidak badaniah serta perjuangan yang dapat menegakkan nilai-nilai luhur kemanusiaan dan segalanya yang baik. Kehidupan yang akan datang sesudah kematian. Memandang dalam hidup yang kosong, sia-sia sekalipun bisa dimungkinkan ditemukan adanya kepercayaan dan keyakinan. Hendry, adalah gambaran dari seorang lelaki tua yang memiliki pandangan Absurdisme. Antara lain pernyataannya bahwa hidup ini sia-sia dan kosong, tetapi nenek berhasil membawa suaminya untuk yakin bahwa hidup ini bermakna. 12 PENOKOHAN Penokohan adalah gambaran watak tokoh cerita. Istilah penokohan sering digunakan dalam penggambaran perwatakan dan karakterisasi menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu. Dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Harymawan mengatakan bahwa tokoh atau karakter adalah penggerak jalan cerita. 13 Penokohan adalah suatu proses penampilan tokoh sebagai si pembawa peran watak dalam karya naratif. Ia adalah bahan aktif yang mampu mengendalikan cerita. Tanpa adanya tokoh atau karakter suatu naskah drama hanya akan menjadi rangkaian deskripsi cerita. Tokoh yang satu akan bersinggungan dengan tokoh yang lainnya dan saling memiliki keterkaitan. 12 Wawancara dengan PW di Astya Puri 2 Ciputat Jakarta Selatan. 14 Maret RMA.Harymawan, Op.cit, hlm.25 CaLLs, Volume 1 Nomor 2 Desember

9 LATAR CERITA Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. 14 Menurut Rene Wellek dan Austin Warren latar adalah lingkungan, dan lingkungan dapat dianggap berfungsi sebagai metafora, metonimia, maupun ekspresi dari tokohnya. 15 Sedangkan menurut Panuti Sudjiman latar merupakan segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya cerita, termasuk karya lakon. 16 Latar cerita pada hakekatnya sama pengertiannya dengan struktur dunia atau objek-objek yang berada disekitar tokoh. 17 Latar cerita adalah sebuah dunia yang terdegradasi, yakni sebuah dunia yang mengalami kemerosotan nilai-nilai sehingga tokoh mengalami konflik dan mencoba memecahkannya dengan mencari nilai-nilai otentik dalam dunia yang dihadapinya. Suminto A. Sayuti membagi latar menjadi tiga bagian, yaitu, latar tempat, latar waktu, latar sosial. 18 Dalam latar terdapat elemen-elemen unsur yang membentuknya, yaitu: 1) lokasi geografis yang sesungguhnya, termasuk di dalamnya topografi, sceneri pemandangan tertentu, bahkan detail interior dalam sebuah ruangan; 2) pekerjaan dan cara hidup tokoh sehari-hari; 3) waktu terjadinya action tindakan atau peristiwa, termasuk periode historis, musim, tahun, dan sebagainya; 4) lingkungan religius, moral, intelektual, sosial dan emosional dan tokohtokohnya. 19 Latar tempat adalah tempat terjadinya peristiwa dalam sebuah naskah drama. Setiap akan menyuguhkan suatu bentuk pementasan pertunjukkan teater harus mempertimbangkan keutuhan dan kesatuan. Salah satu yang terpenting adalah dapat membentuk konsistensi suatu pementasan yang terjadi pada adeganadegan yang terdapat dalam naskah. Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita yang dapat berfungsi sebagai sugesti penonton sehingga cerita dapat tersampaikan pada penonton dan memberikan jalinan emosi dalam suasana pertunjukkan. Berdasarkan elemen-elemen unsur di atas maka latar cerita naskah drama Kereta Kencana dibagi oleh peneliti sebagai berikut. a. Aspek Ruang 14 Robert Stanton, Op.cit, hlm Rene Wellek dan Austin Warren, Op.cit, hlm Panuti Sudjiman dalam Nur Sahid, Kritik Sosial Dalam Beberapa Drama Karya Arifin C. Noer: Sebuah Tinjauan Semiotika dan Sosiologi Sastra, Yogyakarta, 2002, hlm Nur Sahid, Penelitian Drama-drama Rendra dan Pengaruhnya Pada Perkembangan Teater Kontemporer : Tinjauan Strukturalisme Genetik, Yogyakarta, 2000, hlm Suminto A. Sayuti, Op.cit, hlm Ibid, hlm CaLLs, Volume 1 Nomor 2 Desember 2015

10 b. Aspek Waktu c. Aspek Suasana PENUTUP Simpulan Sebuah langkah awal untuk menjalani proses, peneliti dan perancang menentukan bentuk dan gaya yang akan digunakan. Naskah yang sudah ada dijadikan bahan patokan dalam pembuatan karya. Ada beberapa aspek yang terkait dalam proses ini antara lain aspek waktu, aspek tenaga dan aspek finansial yang wajib dipersiapkan sejak awal. Peneliti menitikberatkan pada analisis naskah secara detail dan penggarapan, sementara perancang tata artistik pada bidang tata pentas, dimana bentuk yang digunakan adalah bentuk realistik yang diciptakan secara harfiah. Tata pentas yang berbentuk realistik akhirnya juga harus disesuaikan dengan tata busana dan rias. Untuk tata busana, peneliti dan perancang memberikan pola rancangan busana yang digunakan untuk patokan yang disesuaikan dengan sett. Gaya berpakaian setiap tokoh sama dengan pakaian yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, pola rancangan busana perancangan terjadi beberapa kali karena pemahaman dan keinginan perancang untuk mengganti-ganti sebelum yang terjadi dan dipakai pada saat pementasan. Sementara untuk tata rias, peneliti dan perancang mengambil bentuk realis sesuai dengan usia yang di harapkan dalam naskah. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesulitan dan secara tekhnis dapat diubah ulang jika tidak sesuai. Saran Pementasan Teater merupakan sebuah kerja tim dan hal tersebut tentunya tidak mudah. Peneliti dan perancang harus mempunyai konsep yang menjadi acuan sebuah bentuk pementasan. Seorang penulis dan perancang diharapkan dapat menjadi manajer dalam pementasan yang menguasai bentuk-bentuk tekhnis konstruksi dan konsep tekhnisnya. Penulis dan perancang harus dapat menempatkan diri untuk menjadi lebih baik dan tidak berubah-ubah. Rencana dan konsep teknis biasanya berkaitan dengan konsep desain. Kesalahan dalam hal teknis menjadikan kekayaan pengalaman dan menambah keterampilan perancang kedepannya. Kemampuan manajerial juga harus dimiliki oleh sang sutradara, peneliti dan perancang. Hal ini berkaitan langsung dengan pementasan. Di sini diharuskan membagi menjadi beberapa bagian wilayah kerja. Yaitu konstruksi dasar, tim CaLLs, Volume 1 Nomor 2 Desember

11 pengerjaan revisi, lighting desain, penanggung jawab properti, unit kostum dan tata rias yang secara keseluruhan menggunakan konsep yang sudah dibuat dengan kerjasama dengan sutradara dan unit lighting, pemusik, make-up yang memberikan bantuan dalam terlaksananya pementasan di atas panggung. Hal utama yang sangat penting dalam proses analisa dan tata pentas adalah memilih manajer yang dipercaya sebagai pilot yang memahami dengan baik konsep desain perancang dan dapat memilihkan tim tenaga yang dibutuhkan. Dalam hal finishing perancang mengajak rekan-rekan seni rupa untuk dapat membantu capaian yang diinginkan yang sesuai konsep. Seperti halnya pengecatan yang dilakukan bersama-sama dengan tim artistik. Setelah semua hal teknis dikuasai, tentunya perihal koordinasi dan sarana komunikasi juga sangat penting dan harus dipersiapkan agar tidak terjadi permasalahan yang dapat mengganggu jalannya dan emosi tim secara keseluruhan. Sudah seharusnya perancang menghubungi unit keproduksian yang dapat bekerjasama dan memberikan kelancaran. Masalah waktu yang sedemikian sudah diatur dengan schedule dan berusaha dimaksimalkan ternyata dapat berubah dan walaupun dengan cepat dapat teratasi. Dalam pementasan yang tak kalah penting adalah seorang aktor dimana terjadi jalinan yang saling terkait antara pemain dan perancang serta tim lainnya. DAFTAR PUSTAKA Abdul Chaer. (1990). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Bakdi Soemanto. (2003). Rendra: Karya dan Dunianya. Yogyakarta: Grasindo. Dwi Klik Santosa, & W.S. Rendra. (2005). Tujuh Puluh Tahun Rendra. Jakarta: Burungmerak Press. Edi Haryono. (2005). Menonton Bengkel Teater Rendra. Yogyakarta: Kepel Press. Ikranagara. (2009). Membandingkan The Chairs Ionesco dengan Kereta Kencana Rendra. Kompas. Jakarta. Iswantara, N. (1988). Perkembangan teater tradisional dalam kebudayaan nasional. Programstudi Dramaturgi, Jurusan Teater, Fakultas Kesenian, Institut Seni Indonesia. Yudiaryani. (2002). Panggung Teater Dunia: Perkembangan dan Perubahan 66 CaLLs, Volume 1 Nomor 2 Desember 2015

12 Konvensi. Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli.Yudiono K.S. (2009). Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Semarang: Grasindo. Zoest, A. van. (1992). Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia. CaLLs, Volume 1 Nomor 2 Desember

Rendra sebagai sastrawan

Rendra sebagai sastrawan Jakarta WS Rendra telah tiada, namun namanya tidak akan pernah hilang dari bumi Nusantara ini. Dia bernama lengkap Willibrordus Surendra Broto Rendra, lahir di Solo, Jawa Tengah, pada 7 November 1935.

Lebih terperinci

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel Yudiaryani PENDAHULUAN Unsur yang paling mendasar dari naskah adalah pikiran termasuk di dalamnya gagasan-gagasan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Menurut Syamsuddin (2009:14), metode penelitian merupakan cara pemecahan

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Menurut Syamsuddin (2009:14), metode penelitian merupakan cara pemecahan 60 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Syamsuddin (2009:14), metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Perjalanan proses teater pada kali ini, menggunakan naskah Jeblog karya

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Perjalanan proses teater pada kali ini, menggunakan naskah Jeblog karya BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Perjalanan proses teater pada kali ini, menggunakan naskah Jeblog karya Nazarudin Azhar sebagai naskah yang dipilih untuk garapan tugas akhir dengan menggunakan gagasan surealisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

LAMPIRAN RENCANA PROGRAM PENGAJARAN (RPP)

LAMPIRAN RENCANA PROGRAM PENGAJARAN (RPP) LAMPIRAN RENCANA PROGRAM PENGAJARAN (RPP) Judul Mata Kuliah : Pengetahuan Teater No/ Kode/ SKS Diskripsi Singkat Penyusun : MKK 05101 / 3 SKS : Pemahaman seputar pengetahuan dasar teater seperti asal mula

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni yang kolektif, pertunjukan drama memiliki proses kreatifitas yang bertujuan agar dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. sebagai apresiator. Proses perancangan tokoh Nunung dalam naskah Tiga Dara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. sebagai apresiator. Proses perancangan tokoh Nunung dalam naskah Tiga Dara BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setiap proses kreatif tentu menemui tahapan-tahapan yang berawal dari penelitian, observasi, eksplorasi dan aplikasi. Banyak hal yang ditemukan dalam proses penciptaan

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP 197201232005011001 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2014 1

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. disatukan dengan konsep awal yang akan dikerjakan, yakni glow in the dark.

BAB IV PENUTUP. disatukan dengan konsep awal yang akan dikerjakan, yakni glow in the dark. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Suatu pertunjukan yang baik akan dihasilkan dari proses yang baik pula. Sama halnya dengan proses penciptaan artistik yang saat ini dilalui. Pemilihan naskah untuk menuju tugas

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan 1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat. Kesenian adalah ekspresi seseorang untuk berhubungan dengan orang lain (Sumardjo, 1992:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terhadap pentas drama Drakula intelek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teater hadir karena adanya cerita yang dapat diangkat dari. fenomena kehidupan yang terjadi lalu dituangkan kedalam cerita yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Teater hadir karena adanya cerita yang dapat diangkat dari. fenomena kehidupan yang terjadi lalu dituangkan kedalam cerita yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teater hadir karena adanya cerita yang dapat diangkat dari fenomena kehidupan yang terjadi lalu dituangkan kedalam cerita yang berbentuk naskah. Aktor adalah media penyampaian

Lebih terperinci

PERTEMUAN SEPINTAS ARIFIN C NOER

PERTEMUAN SEPINTAS ARIFIN C NOER Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : KOMPAS, 10 April 1972 PERTEMUAN SEPINTAS ARIFIN C NOER Kambing, pisau, sate, darah (tanpa mengenal rak buku, diskusi ilmiah,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan rahmatnya kita bisa membuat makalah ini dengan tepat waktu. Semoga makalah ini bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik Tata Rias Tari Surabaya Dengan Teknik Fotografi Sebagai Sarana Informasi Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. pertunjukan yang mewakili kesukaan pada lagu-lagu lama, memilih naskah

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. pertunjukan yang mewakili kesukaan pada lagu-lagu lama, memilih naskah BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Tiga Dara adalah proses kerja teater kolektif yang melibatkan banyak unsur dalam berbagai tahapan didalamnya. Mulai dari aplikasi ide pertunjukan yang mewakili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil ciptaan dan kreativitas pengarang yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil ciptaan dan kreativitas pengarang yang menggambarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan dan kreativitas pengarang yang menggambarkan segala peristiwa yang dialami masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

HASIL KESEPAKATAN TEMU TEKNIS FESTIVAL TEATER KE-XX TINGKAT SMA/MA/SMK SE-JAWA TIMUR BULAN BAHASA DAN SASTRA 2016

HASIL KESEPAKATAN TEMU TEKNIS FESTIVAL TEATER KE-XX TINGKAT SMA/MA/SMK SE-JAWA TIMUR BULAN BAHASA DAN SASTRA 2016 HASIL KESEPAKATAN TEMU TEKNIS FESTIVAL TEATER KE-XX TINGKAT SMA/MA/SMK SE-JAWA TIMUR BULAN BAHASA DAN SASTRA 2016 A. TEMA KEGIATAN Kegiatan ini bertemakan Permainan Tradisional dalam Seni Pertunjukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan penonton. Jika melihat drama berati kita melihat kejadian yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni budaya merupakan salah satu warisan dari leluhur atau nenek moyang yang menjadi keanekaragaman suatu tradisi dan dimiliki oleh suatu daerah. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian tersebut. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian tersebut. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena dalam pembahasan pembuatan sebuah karya sastra selalu mengaitkan

Lebih terperinci

BAB IV KOMPOSISI PENTAS. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui hakikat Komposisi Pentas

BAB IV KOMPOSISI PENTAS. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui hakikat Komposisi Pentas BAB IV KOMPOSISI PENTAS STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui hakikat Komposisi Pentas KOMPETENSI DASAR: Menyebutkan pengertian komposisi Menjelaskan Aspek-aspek motif Komposisi

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Surabaya, Arif Hidajad, S. Sn., M. Pd.

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Surabaya, Arif Hidajad, S. Sn., M. Pd. TEKNIK PENYUTRADARAAN PADA NASKAH DRAMA HANYA SATU KALI KARYA HOLWORTHY HALL & ROBERT MIDDLEMASS SADURAN SITOR SITUMORANG SUTRADARA ILHAM AULIA Ilham Aulia 09020134206 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam budaya. Setiap daerah di Kepulauan Indonesia memiliki budayanya sendiri. Bahkan di setiap kota/kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Opera Batak merupakan pertunjukan teater rakyat yang dimiliki

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Opera Batak merupakan pertunjukan teater rakyat yang dimiliki BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Opera Batak merupakan pertunjukan teater rakyat yang dimiliki masyarakat Batak Toba secara turun-temurun. Teater rakyat Opera Batak menyajikan suatu pertunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng merupakan kisah yang disampaikan dengan cara bercerita. Dongeng biasanya disampaikan dan dibacakan oleh guru TK, SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The House of Bernarda Alba (La Casa De Bernarda Alba) karya Federico

BAB I PENDAHULUAN. The House of Bernarda Alba (La Casa De Bernarda Alba) karya Federico BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG The House of Bernarda Alba (La Casa De Bernarda Alba) karya Federico Gracia Lorca, ditulis di Spanyol dan diselesaikan pada tanggal 19 Juni 1936, dua bulan sebelum kematian

Lebih terperinci

LATAR (SETTING) Pengantar Kajian Sastra l Kusmarwanti, M. Pd.

LATAR (SETTING) Pengantar Kajian Sastra l Kusmarwanti, M. Pd. LATAR DALAM FIKSI Kusmarwanti, M. Pd. PBSI FBS UNY Sumber : Berkenalan dengan Prosa (Prof. Suminto A. Sayuti) dan Pengkajian Fiksi (Prof. Burhan Nurgiyantoro) LATAR (SETTING) Adalah landas tumpu, menyaran

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa dan warisan budaya yang sungguh kaya, hingga tahun 2014 terdapat 4.156 warisan budaya tak benda yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan temuan penulis, teori struktural genetik ini, sudah digunakan oleh beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai

Lebih terperinci

PENYUTRADARAAN AGUNG WIJAYANTO DALAM MARSINAH MENGGUGAT KARYA RATNA SARUMPAET

PENYUTRADARAAN AGUNG WIJAYANTO DALAM MARSINAH MENGGUGAT KARYA RATNA SARUMPAET PENYUTRADARAAN AGUNG WIJAYANTO DALAM MARSINAH MENGGUGAT KARYA RATNA SARUMPAET SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra ibarat bunga bahasa. Di dalamnya bahasa diracik dan dirangkai agar lebih indah, memukau dan ekspresif. Maka fungsinya secara umum sama dengan bahasa. Namun secara

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI. Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA

ARTIKEL KARYA SENI. Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA ARTIKEL KARYA SENI PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERDRAMA I JAYA PRANA DAN NI LAYON SARI UNTUK MENGGALI POTENSI SISWA BERMAIN DRAMA DI SMP NEGERI 1 SUKAWATI GIANYAR Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Proses penciptaan tata busana naskah lakon Spectacle Zero A Visual

BAB IV PENUTUP. Proses penciptaan tata busana naskah lakon Spectacle Zero A Visual BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Proses penciptaan tata busana naskah lakon Spectacle Zero A Visual Theatre Performance, telah dilewati dengan proses yang rumit. Banyak potensi kreatif dalam proses penggarapan

Lebih terperinci

Pengembangan Model Pembelajaran Proses Kreatif Berteater

Pengembangan Model Pembelajaran Proses Kreatif Berteater MENDIDIK : Jurnal Kajian Pendidikan dan Pengajaran Pengembangan Model Pembelajaran Proses Kreatif Berteater Volume 3, No. 2, Oktober 2017: Page 109-119 P-ISSN: (Studi 2443-1435 Pengembangan E-ISSN: 2528-4290

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA SATU BABAK DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VIII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara ke dalam film Pintu Terlarang disutradarai oleh Sheila Thimoty belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN : Seni Teater JENJANG PENDIDIKAN : Sekolah Menengah Kejuruan

MATA PELAJARAN : Seni Teater JENJANG PENDIDIKAN : Sekolah Menengah Kejuruan MATA PELAJARAN : Seni Teater JENJANG PENDIDIKAN : Sekolah Menengah Kejuruan Pedagogik Inti Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman/waktu. Baik itu seni bahasa atau sastra, seni gerak (acting), seni rias

BAB I PENDAHULUAN. zaman/waktu. Baik itu seni bahasa atau sastra, seni gerak (acting), seni rias BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap segi kehidupan manusia tidak terlepas dari kesenian. Dan kesenian itu sendiri tidak pernah mati dan menghilang atau pun habis termakan zaman/waktu. Baik

Lebih terperinci

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan menulis naskah drama berdasarkan unsur-unsur

Lebih terperinci

KETENTUAN PELAKSANAAN FESTIVAL TEATER TINGKAT SMP/MTs KE-VI SE-JAWA TIMUR BULAN BAHASA DAN SASTRA 2016

KETENTUAN PELAKSANAAN FESTIVAL TEATER TINGKAT SMP/MTs KE-VI SE-JAWA TIMUR BULAN BAHASA DAN SASTRA 2016 KETENTUAN PELAKSANAAN FESTIVAL TEATER TINGKAT SMP/MTs KE-VI SE-JAWA TIMUR BULAN BAHASA DAN SASTRA 2016 A. Tema Kegiatan Kegiatan ini bertemakan Teks Sastra Sebagai Inspirasi Pertunjukan Teater dalam Era

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Drama Kata drama berasal dari bahasa Greek, tegasnya dan kata kerja Dran yang berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan,

Lebih terperinci

Teater Ketjil Wadah Penggemblengan Aktor

Teater Ketjil Wadah Penggemblengan Aktor Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : SUARA PEMBARUAN, 19 Maret 1993 Teater Ketjil Wadah Penggemblengan Aktor JAKARTA Arifin C. Noer, sutradara Teater Ketjil,

Lebih terperinci

Analisis drama. Kelas XI Bahasa Semester 1

Analisis drama. Kelas XI Bahasa Semester 1 Analisis drama Kelas XI Bahasa Semester 1 Standar Kompetensi 5. Menguasai komponen-komponen kesastraan dalam menelaah berbagai karya sastra Kompetensi Dasar 5.2. menggunakan komponen kesastraan teks drama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas lima hal sesuai dengan hasil penelitian. Lima hal tersebut yaitu 1) pembahasan terhadap upaya menyikapi kompetensi dasar tentang drama pada kurikulum 2013,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Menurut John Vivian, film bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Menurut John Vivian, film bisa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cinta merupakan ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesastraan, agama, rekreasi, dan hiburan. Sebagai salah satu sarana

Lebih terperinci

Arifin C Noer Telah Tiada

Arifin C Noer Telah Tiada Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : KOMPAS, 29 Mei 1995 Arifin C Noer Telah Tiada Jakarta, Kompas Arifin C Noer (54), salah satu tokoh terpenting dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara maju dan modern, tetapi negara Jepang tidak pernah meninggalkan tradisi dan budaya mereka serta mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui beberapa pembahasan di bagian terdahulu, maka sekarang kita

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui beberapa pembahasan di bagian terdahulu, maka sekarang kita BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melalui beberapa pembahasan di bagian terdahulu, maka sekarang kita sampai pada kesimpulan dariseluruh pembahasan tersebut. Penulis yang merupakan sutradara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat pada tempat dan zamannya yang dipentaskan. Drama sebagai suatu jenis sastra mempunyai kekhususan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin berkembang pesat dengan adanya sarana media pendidikan dan hiburan yang lebih banyak menggunakan media

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertunjukan bersifat bebas nilai karena penonton bebas mengapresiasi,

BAB I PENDAHULUAN. pertunjukan bersifat bebas nilai karena penonton bebas mengapresiasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni pertunjukan secara umum dianggap sebuah keahlian atau keterampilan yang memiliki nilai keindahan dan makna khusus yang dikomunikasikan dengan cara dipertontonkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian Pustaka di dalam sebuah penelitian penting untuk dideskripsikan. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. ini ketika penulis berproses untuk menciptakan tokoh Pria dengan Baju Kembang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. ini ketika penulis berproses untuk menciptakan tokoh Pria dengan Baju Kembang BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setiap proses berkarya pasti menemukan kemudahan dan kesulitan, dalam hal ini ketika penulis berproses untuk menciptakan tokoh Pria dengan Baju Kembang Kembang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Karya penyutradaraan Beauty and The Beast ini menjadi sebuah proses

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Karya penyutradaraan Beauty and The Beast ini menjadi sebuah proses BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Karya penyutradaraan Beauty and The Beast ini menjadi sebuah proses kreatif yang memberi banyak pelajaran. Bagaimana cara kerja seni drama musikal dan penyutradaraannya.

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Guru SI/SK Kompetensi Guru Mapel KD Indikator Esensial

Standar Kompetensi Guru SI/SK Kompetensi Guru Mapel KD Indikator Esensial Kisi-kisi Soal SMK Seni Teater Kompetensi PEDAGOGIK 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,moral, spiritual, sosial, kultural,emosional, dan intelektual. 1.1 Memahami karakteristik peserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membawakan peran atau akting dapat diartikan menampilkan atau mempertunjukan tingkah laku terutama diatas pentas. Berbuat seolaholah, berpura pura menjadi seseorang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di SMA Negeri 2 Batu, pembelajaran sastra masih kurang maksimal untuk mengapresiasi pementasan drama. Hal ini terjadi karena dengan metode memutarkan video

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebanyakan orang mendefinisikan karya sastra sebagai karangan dalam bentuk prosa tertulis yang hanya terdiri dari puisi, novel, cerpen, naskah drama dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diputar sehingga menghasilkan sebuah gambar bergerak yang disajikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. diputar sehingga menghasilkan sebuah gambar bergerak yang disajikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan sebuah karya seni berupa rangkaian gambar hidup yang diputar sehingga menghasilkan sebuah gambar bergerak yang disajikan sebagai bentuk hiburan. Film

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara maju di Asia yang banyak memiliki sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di terjemahkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa Keith Johnstone (1999) menjelaskan bahwa mendongeng atau bercerita (storytelling) merupakan produk seni budaya kuno. Hampir semua suku bangsa di dunia memiliki tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, karya sastra memberikan manfaat kepada pengarang dan pembaca

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, karya sastra memberikan manfaat kepada pengarang dan pembaca BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu kreativitas manusia yang dijadikan sebagai sarana berekspresi yang di dalamnya mengandung unsur kehidupan dan keindahan. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. oleh penulis dari hasil riset, wawancara, dan mengumpulkan data-data, pada

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. oleh penulis dari hasil riset, wawancara, dan mengumpulkan data-data, pada BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berbagai macam versi tentang folklore Putri Dara Hitam yang di dapatkan oleh penulis dari hasil riset, wawancara, dan mengumpulkan data-data, pada akhirnya berhasil

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyutradaraan merupakan hal yang berhubungan dengan proses yang dilakukan dari awal hingga tampilnya sebuah pementasan diatas panggung. Menurut Kamus Besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Drama sebagai salah satu bagian dari pembelajaran sastra memiliki peranan penting dalam membentuk watak peserta didik yang berkarakter. Peranan penting

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN. Written by Checked by Approved by valid date. Muhammad Azhari, M.Pd. Tim Verifikasi Prof. Waspodo, Ph.D.

RENCANA PEMBELAJARAN. Written by Checked by Approved by valid date. Muhammad Azhari, M.Pd. Tim Verifikasi Prof. Waspodo, Ph.D. Written by Checked by Approved by valid date Muhammad Azhari, M.Pd. Tim Verifikasi Prof. Waspodo, Ph.D. Mata Kuliah : Pementasan Drama Semester : 5 Kode : 132K5401 Sks : 2 Program Studi : Bahasa Indonesia/ID5A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

penerbit dan penyusun menyelesaikan buku Biografi dari WS. Rendra.

penerbit dan penyusun menyelesaikan buku Biografi dari WS. Rendra. BAB I Batasan Masalah : penerbit dan penyusun menyelesaikan buku Biografi dari WS. Rendra. Plot cerita akan disadur berdasarkan literatur kliping, naskah dan segala media yang sempat menyampaikan pemikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen peserta didik adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik

Lebih terperinci