Teater Ketjil Wadah Penggemblengan Aktor

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Teater Ketjil Wadah Penggemblengan Aktor"

Transkripsi

1 Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : SUARA PEMBARUAN, 19 Maret 1993 Teater Ketjil Wadah Penggemblengan Aktor JAKARTA Arifin C. Noer, sutradara Teater Ketjil, memang telah mengukir sejarah teater Indonesia modern. Sejarah telah menobatkannya sebagai dramawan Indonesia modern pertama yang mengadopsi teater-teater tradisional menjadi teater Indonesia modern. Di tangan Arifin, teater Indonesia Modern menjadi teater yang bukan merupakan jiplakan teater Barat, melainkan menjadi metamorfosa teater tradisional (Ia sendiri pernah menyebutkan bahwa teater Indonesia dan dengan demikian juga teater yang diasuhnya saat ini sedang dalam masa pertumbuhan, bukan seperti di Barat namun tidak pula persis Timur). Melalui teater ketjil, Arifin menumpahkan semangat eksperimentasinya, membuatnya menjadi tokoh penting, mempunyai keunikan sendiri dibanding WS Rendra, Putu Wijaya dan Teguh Karya. Bahkan, Arifin menjadi dewa Naskah-naskah drama karya Arifin menjadi semacam buku wajib bagi dramawan-dramawan muda. Karya-karya Arifin yang selalu orisinal, selalu menjadi rekaman manusia Indonesia dengan segala persoalannya, membuat naskah-naskah drama Arifin menjadi sosok zaman. Demikian komentar-komentar beberapa seniman yang dimintai Pembaruan, di selasela perayaan 25 Tahun Teater Ketjil yang diadakan di kediaman Arifin, Rabu (10/3). Mereka adalah Sutradara Teater Koma, Nobertus Riantiarno, Budi S Otong, (Teater SAE), dan Ratna Sarumpaet (Satu Merah Panggung) serta beberapa anggota teater kecil, antara lain Amak Baldjun, Chaerul Umam, Dorman Borisman, dan Ratna Riantiarno. Penulis dan Sutradara Menurut Budi Otong, meski Arifin, WS Rendra, Putu Wijaya dan Teguh Karya boleh dikatakan sebagai satu angkatan, Arifin mempunyai keunikan sendiri. Kalau WS Rendra lebih menonjol sebagai penulis naskah dan sutradara. Dibandingkan dengan WS Rendra, Arifin masih mempunyai kelebihan lain. Kalau Rendra adalah penyair yang kemudian memanfaatkan teater sebagai media proses kreatif, Arifin adalah dramawan sejati. Sejak awal, Arifin hanya menggunakan media teater, ujar Budi Otong. Di mata Budi, Rendra adalah penyair yang kemudian melakukan kerja kreatif drama. Konsekuensi logisnya, eksplorasi ide-ide Rendra dalam hampir semua dramanya, sesungguhnyaa adalah sama dengan eksplorasi ide dalam puisi. Disitulah keunggulan Arifin, ia bersebadan dengan realitas keseharian manusia Indonesia, membaca sejarah, kemudian menuangkannya sebagai naskah drama, jelas Budi kemudian mempertegas penilaiannya, Rendra lebih sebagai pemain dan sutradara, sedangkan Arifin lebih sebagai penulis dan sutradara. Pendapat senada dikatakan Ratna Sarumpaet. Bahkan menurut sutradara yang memang jarang berpentas ini, Rendra justru lebih sebagai pemain. Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Rendra, Rendra memang lebih menonjol sebagai pemain, katanya. Sementara itu Amak Baldjun, salah seorang anggota senior Teater Ketjil menilai, Arifin adalah pekerja kesenian yang sangat tekun. Baldjun masih ingat, waktu masih di Jogja, Arifin melatihnya secara khusus. Bukan latihan untuk sebuah pementasan, hanya untuk

2 mempertajam teknik permainan saya, ungkap aktor ayang juga sering bermain di film layar lebar ini. Riantiarno juga setuju bila dikatakan bahwa Arifin merupakan seorang pekerja keras. Bukti yang dilihat Nano adalah konsistensi Arifin dalam berproduksi. Regenerasi Lemah Menyinggung regenerasi dalam Teater Ketjil, Budi Otong menilai, memang masih lemah. Tapi jangan salah, bukan hanya Teater Ketjil yang seakan-akan mengabaikan regenerasi, juga hampir semua teater lain termasuk Bengkel Teater pimpinan WS Rendra, kata sutradara yang sedang mempersiapkan pementasan untuk sebuah festival di Swiss ini. Karena yang lemah dalam generasi bukan hanya Teater Ketjil, Sutradara Teater SAE ini khawatir, jangan-jangan masalah regenerasi dalam dunia teater adalah sama dan sebangun dengan kondisi masyarakat Indonesia. Mungkin juga berhubungan dengan regenerasi dalam masyarakat luas, tukasnya. Diakui Budi, kekuatan sebuah teater yang hanya bertumpu pada seorang figur, sebetulnya adalah kenyataan yang tidak sehat. Karena di satu pihak, kesenian adalah sarana kebudayaan untuk mendorong dan merangsang kebersamaan serta kontinuitas. Namun ironisnya, para pekerja dan pemikir kesenian sering gagal dalam mewujudkan regenerasi. Namun Ratna Sarumpaet, menyanggah pendapat diatas. Menurut Ratna, regenerasi tidak harus diartikan sebagai kelahiran sutradara-sutradara muda untuk mengganti sutradara senior. Pemain-pemain senior yang mendirikan kelompok sendiri, adalah regenerasi, tandasnya. Ratna mengambil contoh beberapa anggota senior Teater Ketjil seperti Ikranegara, Chaerul Umam, adalah bukti nyata bahwa Teater Ketjil sudah menjalankan regenerasi. Chaerul justru sudah berkiprah sebagai sutradara film, Ikra sudah mendirikan kelompok sendiri dan sudah menjadi sutradara, ujar Ratna. Selanjutnya Ratna mengemukakan, regenerasi tidak bisa diartikan sempit, bukan berarti harus dengan melahirkan sutradara baru di tempat yang sama. Dengan merangsang kemandirian sehingga para pemain senior mampu mendirikan kelompok sendiri, menurut saya sudah merupakan regenerasi yang baik. Dan itu sudah terjadi dalam Teater Ketjil, katanya lagi. Amak Baldjun, juga membantah pendapat Budi Otong. Lha, waktu Arifin ke Amerika, ada beberapa pementasan Teater Ketjil yang kami sutradarai sendiri, ungkap Baldjun. Bahkan, beberapa waktu setelah Arifin kembali dari Amerika, masih ada lagi pementasan yang disutradarai anggota senior Teater Ketjil. Pendapat ini tidak berlebihan karena dalam pertunjukkan Sumur Tanpa Dasar di AS beberapa waktu pun, Arifin sempat mempercayakan penyutradaraan kepada Ikranagara. Teater Sutradara Bahwa pengaruh Arifin dalam Teater Ketjil memang sungguh kental, diakui Baldjun. Sebagaimana teater-teater lain, pegaruh sang sutradara (pendiri) selalu kentara, sehingga bayak orang luar yang menyangka, kelompok itu adalah sosok sutradaranya sendiri. Kuatnya pengaruh sutradara ini mungkin ada hubunganya dengan pola Arifin dalam berteater sebagaimana diungkapkan Jakob Sumardo. Jakob, dalam bukunya mengelompokkan Arifin sebagai orang yang menerapkan pola teater-sutradara seperti halnya Rendra, Teguh Karya, Putu Wijaya, dan Suyatna Anirun yang disusul oleh generasi Riantiarno dan Wisran Hadi. Ciri kerja golongan ini adalah mereka mengorganisir grup teater, menulis naskah, dan menyutradarai naskah, yang akan dipentaskan sehingga sangat menentukan nilai suatu pementasan. Apa yang di sebut aktor hampir tidak menonjol dalam pementasan teater-sutradara ini, apalagi sifat lakon yang kerakyatan, simbolik, karikatural hampir tidak membutuhkan pemerataan yang kuat, tulisnya.

3 Meskipun demikian, bukan berarti tidak ada regenerasi, karena regenerasi bukanlah sebuah kata kerja yang bisa dilakukan dalam tempo singkat, tetapi upaya menciptakan iklim yang mampu melahirkan bibit-bibit baru, tandas Baldjun, aktor senior yang selalu bermain mempesona ini. Pendapat-pendapat Budi Otong, Ratna dan Amak Baldjun maupun Jakob sebenarnya masih dalam esensi yang sama. Apa yang dikatakan Budi Otong bahwa regenerasi dalam sejumlah kelompok teater di Indonesia masih lemah, ada benarnya. Betapa tidak, kehadiran seorang Budi Otong sendiri, dapat dijadikan sebagai bukti. Kalau Arifin, Rendra, Putu dan Teguh bisa disejajarkan sebagai satu generasi, public teater nasional masih menunggu cukup lama untuk kelahiran generasi baru seperti Budi otong. Bahkan, sampai sekarang ini, belum begitu jelas, apakah generasi Pasca, Arifin, Rendra, Putu atau Teguh benar-benar sudah lahir? Andaikata generasi baru itu sudah lahir, misalnya saja seangkatan Budi Otong, ada beberapa kendala sosial yang mengurangi kesuburan generasi baru. Hal itu bisa saja menyangkut kesulitan untuk mengurus izin beberapa pementasan teater. Misalnya saja pelarangan yang sempat diderakan bagi WS Rendra. Sepanjang tahun , WS Rendra yang sudah mempunyai publik sendiri, harus puas dengan main teater dalam padepokan sendiri. Karya-karya seniman kawakan seperti Rendra, sempat tidak bisa dinikmati masyarakat, sehingga langsung atau tidak langsung ikut memperlambat generasi. Pelopor Drama Modern Di lain pihak, kelebihan Arifin sebagai penulis naskah, juga pantas dicatat. Bahkan Nano menyebut Arifin sebagai pelopor drama modern, khususnya dalam penulisan naskah, misalnya Mega-Mega atau Kapai-Kapai. Selain itu, sutradara Teater Koma ini melihat, dalam naskah-naskahnya Arifin sering mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan yang selalu merangsang untuk dipikirkan kembali. Nano menyebut pernyataan tentang ozon (dalam lakon ozon yang dipentaskan bulan September 1989) yang tidak berhenti pada petikan berbagai berita mengenai bahaya ozon. Lebih dari itu, Arifin melahirkannya dalam dramatisasi yang lebih mendalam, kata Nano yang menganggap Arifin sebagai salah seorang gurunya di bidang teater. Sementara itu, Jakob Sumardjo mencatat sutradara ini sebagai orang yang pertama kali mementaskan naskah asli (Mega-Mega, 1969) untuk teater yang disebutnya sebagai periode Teater Indonesia Mutahir. Naskah lain yang dibuatnya adalah Kapai-Kapai (dipentaskan tahun 1970), Sumur Tanpa Dasar (1971), Tengul (1973), Orkes Madun (1974), Kocak-Kacik (1975), Orkes Madun II (1976), Sandek (1979), Interogasi (1984). Setelah itu, baru diikuti Rendra dengan naskah berjudul Mastodon dan Burung Kondor (1973), Perjuangan Suku Naga (1975), dan Sekda (1977). Berikutnya sutradara yang melahirkan naskah sendiri semakin banyak, misalnya saja Putu Wijaya, Ikranagara, dan Riantiarno. Meskipun demikian, dalam beberapa pementasan, Arifin juga menggunakan naskah terjemahan. Langkah ini bahkan menandai awal pementasan Teater Ketjil ketika bulan Februari mementaskan Pemburu Perkasa (Wolf Mankowitz, diterjemahkan oleh WS Rendra) dan Mata Pelajaran (Eugeno Ionesco, terjemahan oleh Nurul Aini). Arifin juga pernah mengangkap naskah lain karya penulis asing lain seperti Caligula (Albert Camus), Perang Troya (Giraudoux), Faust (Goethe), Machbet (Shakespeare), dan Polisi (Mrozek). Namun diantara berbagai penulis asing, Ionesco tampaknya mendapat tempat yang lebih istimewa di mata Arifin. Soalnya bukan saja The Lesson yang pernah digarapnya, namun juga Exit The King dan Machbet. Semangat Derision

4 Barangkali karena itu pula, beberapa waktu lalu Talha Bachmid menulis disertai yang berjudul Semangat Derision dalam Drama Kontemporer, Telaah Bandingan Dua Lakon: Kapai-Kapai karya Arifin C. Noer dan Badak-Badak karya Eugeno Ionesco. Ketika mempertahankan gelar dokternya di Universitas Indonesia, Talha, antara lain, membuktikan bahwa tuduhan epigonisme pengarang-pengarang kita, khususnya Arifin, kepada pengarang Barat, tidaklah benar. Kesamaan antara Arifin dan Ionesco memperlihatkan sikap universalnya tema kemanusiaan yang dipilih, pentingnya memilih sikap tertentu dalam berkesenian (dalam hal ini sikap derision) serta pemahaman Arifin terhadap karya-karya Ionesco, ujar Talha ketika mempertahankan karya ilmiahnya yang merupakan disertasi pertama yang membahas drama modern di Indonesia. Yang juga menarik adalah sikap Arifin dalam menetapkan casting (pemeran) yang dinilainya banyak orang bisa bersikap tegas. Mengenai hal ini, ia sendiri pernah mengatakan bahwa dirinya tidak pernah mencari pemain, tetapi peranlah yang memilih sendiri pemainnya. Kalau saya memilih pemain, tentu saya bakal memilih isteri saya sendiri, ujarnya. Di lain pihak, meskipun tegas, Arifin ternyata selalu memberi kebebasan kepada setiap orang untuk membentuk dan mengembangkan kemampuan masing-masing tanpa ada pemaksaan untuk mengikuti aliran-aliran teater tertentu, sehingga setiap orang merasa bebas untuk mengekspresikan dirinya. Menurut Dorman Borisman, dalam setiap pementasannya plot akting tidak dipaksakan untuk seragam, sehingga terkesan seperti gado-gado. Namun justru inilah yang kemudian menjadi kekuatan Teater Ketjil, katanya sambil menambahkan waktu karena itulah ia merasa cocok dengan Arifin. Dengan demikian, tidak mengherankan bila Teater Ketjil, seperti dikemukakan Ratna Riantiarno, dianggap sebagai wadah untuk penggembleng aktor-aktor. Akhirnya kan terlihat banyak didikan Arifin yang berhasil diluar, ujar isteri Riantiarno yang pernah bergadung dengan Teater Ketjil itu.

5

6

Arifin C Noer Telah Tiada

Arifin C Noer Telah Tiada Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : KOMPAS, 29 Mei 1995 Arifin C Noer Telah Tiada Jakarta, Kompas Arifin C Noer (54), salah satu tokoh terpenting dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat. Kesenian adalah ekspresi seseorang untuk berhubungan dengan orang lain (Sumardjo, 1992:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membawakan peran atau akting dapat diartikan menampilkan atau mempertunjukan tingkah laku terutama diatas pentas. Berbuat seolaholah, berpura pura menjadi seseorang,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Perjalanan proses teater pada kali ini, menggunakan naskah Jeblog karya

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Perjalanan proses teater pada kali ini, menggunakan naskah Jeblog karya BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Perjalanan proses teater pada kali ini, menggunakan naskah Jeblog karya Nazarudin Azhar sebagai naskah yang dipilih untuk garapan tugas akhir dengan menggunakan gagasan surealisme.

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUTRADARAAN DRAMA MUSIKAL ABU DZAR AL GHIFARI KARYA AGUNG WASKITO SUTRADARA WELLY SURYANDOKO. Welly Suryandoko

TEKNIK PENYUTRADARAAN DRAMA MUSIKAL ABU DZAR AL GHIFARI KARYA AGUNG WASKITO SUTRADARA WELLY SURYANDOKO. Welly Suryandoko TEKNIK PENYUTRADARAAN DRAMA MUSIKAL ABU DZAR AL GHIFARI KARYA AGUNG WASKITO SUTRADARA WELLY SURYANDOKO Welly Suryandoko DLB Jurusan Sendrasaik, FBS Universitas Negeri Surabaya Abstrak Teknik penyutradaraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teater hadir karena adanya cerita yang dapat diangkat dari. fenomena kehidupan yang terjadi lalu dituangkan kedalam cerita yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Teater hadir karena adanya cerita yang dapat diangkat dari. fenomena kehidupan yang terjadi lalu dituangkan kedalam cerita yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teater hadir karena adanya cerita yang dapat diangkat dari fenomena kehidupan yang terjadi lalu dituangkan kedalam cerita yang berbentuk naskah. Aktor adalah media penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyutradaraan merupakan hal yang berhubungan dengan proses yang dilakukan dari awal hingga tampilnya sebuah pementasan diatas panggung. Menurut Kamus Besar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Karya penyutradaraan Beauty and The Beast ini menjadi sebuah proses

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Karya penyutradaraan Beauty and The Beast ini menjadi sebuah proses BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Karya penyutradaraan Beauty and The Beast ini menjadi sebuah proses kreatif yang memberi banyak pelajaran. Bagaimana cara kerja seni drama musikal dan penyutradaraannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra ibarat bunga bahasa. Di dalamnya bahasa diracik dan dirangkai agar lebih indah, memukau dan ekspresif. Maka fungsinya secara umum sama dengan bahasa. Namun secara

Lebih terperinci

Hasil Ketik Ulang dari Dokumen Asli (Dokumen asli terlampir di bawah) : Terbit, 19 Maret 1980. MAKBET Tantangan Buat Anggota PARFI

Hasil Ketik Ulang dari Dokumen Asli (Dokumen asli terlampir di bawah) : Terbit, 19 Maret 1980. MAKBET Tantangan Buat Anggota PARFI Hasil Ketik Ulang dari Dokumen Asli (Dokumen asli terlampir di bawah) : Terbit, 19 Maret 1980 MAKBET Tantangan Buat Anggota PARFI Jakarta, TERBIT: Karya novelis besar dunia William Shakespears, Makbet,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The House of Bernarda Alba (La Casa De Bernarda Alba) karya Federico

BAB I PENDAHULUAN. The House of Bernarda Alba (La Casa De Bernarda Alba) karya Federico BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG The House of Bernarda Alba (La Casa De Bernarda Alba) karya Federico Gracia Lorca, ditulis di Spanyol dan diselesaikan pada tanggal 19 Juni 1936, dua bulan sebelum kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa dan warisan budaya yang sungguh kaya, hingga tahun 2014 terdapat 4.156 warisan budaya tak benda yang

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. sebagai apresiator. Proses perancangan tokoh Nunung dalam naskah Tiga Dara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. sebagai apresiator. Proses perancangan tokoh Nunung dalam naskah Tiga Dara BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setiap proses kreatif tentu menemui tahapan-tahapan yang berawal dari penelitian, observasi, eksplorasi dan aplikasi. Banyak hal yang ditemukan dalam proses penciptaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

Pemuja Sosok Wanita TIMBANGAN BUKU ARIFIN C NOER. Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) :

Pemuja Sosok Wanita TIMBANGAN BUKU ARIFIN C NOER. Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : MUTIARA, 28 Agustus 1995 Hal. 26 TIMBANGAN BUKU ARIFIN C NOER Judul Buku : Nyanyian Sepi Penulis : Arifin C Noer Penerbit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai alat komunikasi manusia yang paling efektif, bahasa memegang. penanan yang sangat penting. Dengan berbahasa, manusia mampu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai alat komunikasi manusia yang paling efektif, bahasa memegang. penanan yang sangat penting. Dengan berbahasa, manusia mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Sebagai alat komunikasi manusia yang paling efektif, bahasa memegang penanan yang sangat penting. Dengan berbahasa, manusia mampu mengungkapkan

Lebih terperinci

Memperjuangkan Harapan Hidup Film Nasional

Memperjuangkan Harapan Hidup Film Nasional Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : PELITA, 10 September 1992 Memperjuangkan Harapan Hidup Film Nasional NAMA Arifin C. Noer, seorang sutradara dan teaterwan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Drama sebagai salah satu bagian dari pembelajaran sastra memiliki peranan penting dalam membentuk watak peserta didik yang berkarakter. Peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil perpaduan estetis antara keadaan lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya kreativitas yang tinggi.

Lebih terperinci

Perempuan dalam Perjalanan Teater Modern Indonesia. M. Yoesoef, M.Hum.

Perempuan dalam Perjalanan Teater Modern Indonesia. M. Yoesoef, M.Hum. Perempuan dalam Perjalanan Teater Modern Indonesia M. Yoesoef, M.Hum. Perempuan dalam Perjalanan Teater Modern Indonesia M. Yoesoef, M. Hum. [1] SEJARAH panggung pertunjukan sandiwara di Indonesia terbilang

Lebih terperinci

SILABUS. 1. Identitas Mata Kuliah Nama Mata Kuliah : Apresiasi Drama Indonesia (Praktikum) Nomor Kode : IN 207

SILABUS. 1. Identitas Mata Kuliah Nama Mata Kuliah : Apresiasi Drama Indonesia (Praktikum) Nomor Kode : IN 207 SILABUS 1. Identitas Mata Kuliah Nama Mata Kuliah : Apresiasi Drama Indonesia (Praktikum) Nomor Kode : IN 207 Jumlah SKS : 2 SKS Semester : Ganjil Kelompok Mata Kuliah : MKBS (Mata Kuliah Bidang Studi)

Lebih terperinci

HASRAT TOKOH WASKA DALAM TETRALOGI NASKAH ORKES MADUN KARYA ARIFIN C. NOER: SUATU KAJIAN PSIKOANALISIS

HASRAT TOKOH WASKA DALAM TETRALOGI NASKAH ORKES MADUN KARYA ARIFIN C. NOER: SUATU KAJIAN PSIKOANALISIS HASRAT TOKOH WASKA DALAM TETRALOGI NASKAH ORKES MADUN KARYA ARIFIN C. NOER: SUATU KAJIAN PSIKOANALISIS Despian Nurhidayat, Venus Khasanah, dan Siti Gomo Attas Program Studi Sastra Indonesia, Universitas

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan 1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran yang saat ini cukup banyak mendapat perhatian. Hal tersebut salah satunya dikarenakan masuknya bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Drama merupakan bagian dari kajian sastra. Maka muatan-muatan subtstansial yang ada dalam drama penting untuk digali dan diungkapkan serta dihayati. Kegiatan

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK PELATIHAN AKTING STANISLAVSKI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI

PENERAPAN TEKNIK PELATIHAN AKTING STANISLAVSKI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Membaca indah puisi merupakan sebuah usaha mengapresiasi karya sastra dan usaha menghidupkan sebuah karya sastra, khususnya puisi, di tengah maraknya arus

Lebih terperinci

Pengembangan Model Pembelajaran Proses Kreatif Berteater

Pengembangan Model Pembelajaran Proses Kreatif Berteater MENDIDIK : Jurnal Kajian Pendidikan dan Pengajaran Pengembangan Model Pembelajaran Proses Kreatif Berteater Volume 3, No. 2, Oktober 2017: Page 109-119 P-ISSN: (Studi 2443-1435 Pengembangan E-ISSN: 2528-4290

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk sebagai kesenian tradisional Jawa Timur semakin terkikis. Kepopuleran di masa lampau seakan hilang seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan saat ini mulai menurun kualitasnya, salah satu faktor menurunnya kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sastra adalah sebuah media bagi pengarang untuk menuangkan ide kreatif dan imajinasinya. Dalam menciptakan sebuah karya kreatif, seorang pengarang menjadi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN UNSUR INSTRINSIK DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2008/ 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH 2016 2017 1 Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada orang laindan secara terorganisir dinamakan a katalog b

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional harus memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan karakter bangsa masa kini.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari 3.1 Metodologi BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari informasi lebih mendalam tentang eksistensi Ludruk sebagai seni tradisional.

Lebih terperinci

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel Yudiaryani PENDAHULUAN Unsur yang paling mendasar dari naskah adalah pikiran termasuk di dalamnya gagasan-gagasan

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang dipelajari siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. ini ketika penulis berproses untuk menciptakan tokoh Pria dengan Baju Kembang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. ini ketika penulis berproses untuk menciptakan tokoh Pria dengan Baju Kembang BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setiap proses berkarya pasti menemukan kemudahan dan kesulitan, dalam hal ini ketika penulis berproses untuk menciptakan tokoh Pria dengan Baju Kembang Kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni yang kolektif, pertunjukan drama memiliki proses kreatifitas yang bertujuan agar dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil cipta yang mengungkapkan pribadi manusia berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu gambaran konkret yang

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui beberapa pembahasan di bagian terdahulu, maka sekarang kita

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui beberapa pembahasan di bagian terdahulu, maka sekarang kita BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melalui beberapa pembahasan di bagian terdahulu, maka sekarang kita sampai pada kesimpulan dariseluruh pembahasan tersebut. Penulis yang merupakan sutradara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau

Lebih terperinci

LAMPIRAN RENCANA PROGRAM PENGAJARAN (RPP)

LAMPIRAN RENCANA PROGRAM PENGAJARAN (RPP) LAMPIRAN RENCANA PROGRAM PENGAJARAN (RPP) Judul Mata Kuliah : Pengetahuan Teater No/ Kode/ SKS Diskripsi Singkat Penyusun : MKK 05101 / 3 SKS : Pemahaman seputar pengetahuan dasar teater seperti asal mula

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Proses penciptaan tata busana naskah lakon Spectacle Zero A Visual

BAB IV PENUTUP. Proses penciptaan tata busana naskah lakon Spectacle Zero A Visual BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Proses penciptaan tata busana naskah lakon Spectacle Zero A Visual Theatre Performance, telah dilewati dengan proses yang rumit. Banyak potensi kreatif dalam proses penggarapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi

Lebih terperinci

KETUNTASAN KELULUSAN MINIMAL (KKM)

KETUNTASAN KELULUSAN MINIMAL (KKM) KETUNTASAN KELULUSAN MINIMAL () Satuan Pendidikan : SMP Negeri... Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VIII / I Tahun Ajaran : 2009 / 2010 NO KOMPETENSI DASAR INDIKATOR 1.1 Menganalisis laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara spektakuler. Film merupakan cabang seni yang paling muda, tetapi juga yang paling dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan selalu terjadi adanya proses belajar mengajar, baik itu disengaja maupun tidak disengaja, baik disadari maupun tidak disadari. Belajar tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, secara langsung maupun tidak langsung membutuhkan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang berarti,

Lebih terperinci

yang mendekati mise en sciene barat atau dramaturgi barat, namun juga termasuk seni laku timur yang mengedepankan kekuatan dialog dalam naskahnya. Kon

yang mendekati mise en sciene barat atau dramaturgi barat, namun juga termasuk seni laku timur yang mengedepankan kekuatan dialog dalam naskahnya. Kon SIMBOL TEATRIKAL PADA NASKAH DRAMA MAAF, MAAF, MAAF: POLITIK CINTA DASAMUKA KARANGAN N. RIANTIARNO: SUATU KAJIAN SEMIOTIKA Andy Dwijayanto Abstrak. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Seni 1. Pengertian Seni Menurut Soedarso (1988: 16-17) bahwa kata seni berasal dari bahasa Sansekerta sani yang berarti pemujaan, palayanan, donasi, permintaan atau mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. pertunjukan yang mewakili kesukaan pada lagu-lagu lama, memilih naskah

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. pertunjukan yang mewakili kesukaan pada lagu-lagu lama, memilih naskah BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Tiga Dara adalah proses kerja teater kolektif yang melibatkan banyak unsur dalam berbagai tahapan didalamnya. Mulai dari aplikasi ide pertunjukan yang mewakili

Lebih terperinci

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Peran bahasa asing sangatlah penting dalam menunjang eksistensi para insan pendidikan di era globalisasi ini. Tidak bisa dipungkiri, agar menjadi pribadi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ahmad, A. Kasim Seni Teater. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

DAFTAR PUSTAKA. Ahmad, A. Kasim Seni Teater. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, A. Kasim. 1990. Seni Teater. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Aminuddin. 1990. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: CV Sinar Baru. Anirun, Suyatna. 1998. Menjadi

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Surabaya, Arif Hidajad, S. Sn., M. Pd.

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Surabaya, Arif Hidajad, S. Sn., M. Pd. TEKNIK PENYUTRADARAAN PADA NASKAH DRAMA HANYA SATU KALI KARYA HOLWORTHY HALL & ROBERT MIDDLEMASS SADURAN SITOR SITUMORANG SUTRADARA ILHAM AULIA Ilham Aulia 09020134206 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman/waktu. Baik itu seni bahasa atau sastra, seni gerak (acting), seni rias

BAB I PENDAHULUAN. zaman/waktu. Baik itu seni bahasa atau sastra, seni gerak (acting), seni rias BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap segi kehidupan manusia tidak terlepas dari kesenian. Dan kesenian itu sendiri tidak pernah mati dan menghilang atau pun habis termakan zaman/waktu. Baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil ciptaan dan kreativitas pengarang yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil ciptaan dan kreativitas pengarang yang menggambarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan dan kreativitas pengarang yang menggambarkan segala peristiwa yang dialami masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pengarang

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP 197201232005011001 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2014 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sarana bagi seorang pengarang untuk menyampaikan suatu pemikiran atau gagasan berdasarkan problem-problem sosial yang terjadi di lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa yaitu, mendengarkan atau menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Keempat aspek tersebut saling berkaitan

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Zenith

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Zenith BAB IV ANALISIS A. Analisis Kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Zenith Menurut Saini KM, teater memiliki persamaan-persamaan dengan lembaga pendidikan, baik di dalam hal unsur-unsurnya maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sandiwara Radio Profesor. Dr. Herman J. Waluyo menyebutkan bahwa dalam Bahasa Indonesia terdapat istilah sandiwara. Sandiwara diambil dari bahasa jawa sandi dan warah

Lebih terperinci

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES A.Pengertian Drama atau Bermain Peran Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan bentuk lain (prosa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kebaikan serta mengandung nilai-nilai ajaran Islam. Teater Wadas

BAB V PENUTUP. kebaikan serta mengandung nilai-nilai ajaran Islam. Teater Wadas 82 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pementasan seni drama Teater Wadas memiliki karakteristik tersendiri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kesenian ketoprak menjadi salah satu kesenian tradisional yang masih

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kesenian ketoprak menjadi salah satu kesenian tradisional yang masih BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kesenian ketoprak menjadi salah satu kesenian tradisional yang masih bertahan hingga saat ini. Kesenian ini cukup berkembang, sehingga masih dapat dijumpai pada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah mengikuti proses hingga pertunjukan pementasan naskah Sekuntum Bunga Serai karya dan sutradara H.Sataruddin Ramli di dalam kelompok Teater Mendu Pontianak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus

Lebih terperinci

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK 48. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. SENI RUPA 3. memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan pengarang. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan pengarang. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang dan menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang, dan keyakinan pengarang. Karya sastra lahir

Lebih terperinci

HASIL KESEPAKATAN TEMU TEKNIS FESTIVAL TEATER KE-XX TINGKAT SMA/MA/SMK SE-JAWA TIMUR BULAN BAHASA DAN SASTRA 2016

HASIL KESEPAKATAN TEMU TEKNIS FESTIVAL TEATER KE-XX TINGKAT SMA/MA/SMK SE-JAWA TIMUR BULAN BAHASA DAN SASTRA 2016 HASIL KESEPAKATAN TEMU TEKNIS FESTIVAL TEATER KE-XX TINGKAT SMA/MA/SMK SE-JAWA TIMUR BULAN BAHASA DAN SASTRA 2016 A. TEMA KEGIATAN Kegiatan ini bertemakan Permainan Tradisional dalam Seni Pertunjukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini karya sastra banyak berisi tentang realitas kehidupan sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang percintaan yang

Lebih terperinci

penerbit dan penyusun menyelesaikan buku Biografi dari WS. Rendra.

penerbit dan penyusun menyelesaikan buku Biografi dari WS. Rendra. BAB I Batasan Masalah : penerbit dan penyusun menyelesaikan buku Biografi dari WS. Rendra. Plot cerita akan disadur berdasarkan literatur kliping, naskah dan segala media yang sempat menyampaikan pemikiran,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI MOTTO DAN PERSEMBAHAN

DAFTAR ISI MOTTO DAN PERSEMBAHAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ii iv v vi viii xi xii xviii xix BAB I PENDAHULUAN 1 1.1

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 155 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang berjudul PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP PERUBAHAN GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus terhadap Grup Cover

Lebih terperinci

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk BAB I Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk 1.1 Bagaimana Kabar Seni Pertunjukan Dulmuluk Dewasa Ini? Seni adalah bagian dari kebudayaan. Sebagai bagian dari kebudayaan, sebagai perwujudan keberakalan manusia,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa yang dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk mengungkapkan diri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara maju dan modern, tetapi negara Jepang tidak pernah meninggalkan tradisi dan budaya mereka serta mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra merupakan sebuah ciptaan yang disampaikan secara komunikatif untuk tujuan estetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

PERTEMUAN SEPINTAS ARIFIN C NOER

PERTEMUAN SEPINTAS ARIFIN C NOER Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : KOMPAS, 10 April 1972 PERTEMUAN SEPINTAS ARIFIN C NOER Kambing, pisau, sate, darah (tanpa mengenal rak buku, diskusi ilmiah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negaranegara lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah karya seni merupakan suatu kegiatan kreatif yang dihasilkan oleh seorang seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

Lebih terperinci