BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Malaria merupakan suatu penyakit dengan penyebaran yang luas dan menjadi endemis terutama di daerah tropis. Malaria termasuk penyakit tropik yang sampai sekarang tersebar luas di daerah tropis maupun subtropis. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah manusia. Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Prevalensi nasional malaria berdasarkan hasil riskesdas tahun 2010 adalah 0,6 persen. Dimana provinsi dengan API (Annual Parasite Incidence) di atas angka rata-rata nasional adalah NTB, Maluku, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Babel, Kepri, Bengkulu, Jambi, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Aceh (DepKes RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Menurut Kementerian Kesehatan RI, (2011) malaria masih menjadi beban masyarakat dan pemerintah Indonesia. Ancaman kesakitan dan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, balita, ibu, penduduk usia produktif dan lain-lain. Penyebaran malaria disebabkan faktor yg komplek: perubahan lingkungan, vektor, sosial budaya masyarakat, resistensi obat dan akses pelayanan kesehatan. Pemberantasan & Eliminasi malaria perlu dilakukan secara terpadu oleh seluruh stake holder yang terlibat. Eliminasi meliputi Eliminasi di DKI, Bali, Batam 2010, Eliminasi di Jawa, NAD, Kepulauan Riau Eliminasi di Sumatra, NTB, Kalimantan, Sulawesi Eliminasi di Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, NTT Terdapat beberapa Kabupaten endemis di Kalimantan Tengah dimana penduduk di kabupaten tersebut berisiko tertular malaria. Berdasarkan hasil laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1

2 2 pada tahun 2010 adalah 2,4 persen yaitu penemuan penderita malaria berjumlah jiwa. Pada tahun 2011 adalah 2,0 persen yaitu total penemuan penderita malaria berjumlah jiwa. Sedangkan pada tahun 2012 adalah 1,9 persen yaitu total penemuan penderita malaria berjumlah jiwa. Diagnosis malaria yang cepat dan tepat merupakan hal yang sangat diperlukan dalam penatalaksanaan kasus malaria. Sediaan apus darah adalah suatu sarana yang digunakan untuk menilai berbagai unsur sel darah tepi, seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit. Selain itu dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi adanya parasit seperti malaria, mikrofilaria, dan lainlain. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik. Setelah penderita dicurigai secara klinis menderita malaria, pemeriksaan laboratorium untuk menemukan parasit harus secepatnya dilakukan. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Giemsa sampai saat ini masih merupakan baku emas pemeriksaan malaria. Pewarnaan Giemsa mampu mendeteksi parasit malaria walaupun pada densitas yang rendah. Kebanyakan cara memulas sediaan darah menggunakan prinsip Romanowski, seperti Wright, Giemsa, May- Grunwald-Giemsa atau Wright-Giemsa. Konsentrasi parasit malaria dalam darah cukup merata sehingga pengambilan darah rutin dapat dilakukan pada ujung jari atau tumit kaki (bayi). Morfologi parasit yang optimal dapat dilihat dengan membuat sediaan darah yang diwarnai giemsa yang diambil dari ujung jari segera. Akhir-akhir ini darah vena dengan antikoagulan lebih sering digunakan sebagai bahan pemeriksaan (Harijanto, 2010). Bahan pemeriksaan malaria yang terbaik adalah darah kapiler. Namun, di lapangan sering dijumpai pemeriksaan malaria menggunakan darah vena. Hal ini karena volume darah lebih banyak sehingga dapat digunakan untuk pemeriksaan hematologi lainnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan pada pemeriksaan malaria

3 3 menggunakan sampel darah vena dengan antikoagulan dan sampel darah kapiler tanpa antikoagulan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Perbandingan Hasil Pemeriksaan Malaria Dengan Sampel Darah Vena dan Kapiler. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan hasil pemeriksaan malaria menggunakan darah vena dan kapiler? 2. Bagaimana perbedaan hasil kepadatan malaria menggunakan darah vena dan kapiler? C. Batasan Masalah Dengan penelitian ini peneliti hanya membandingkan hasil pemeriksaan malaria menggunakan darah vena dan kapiler berdasarkan kepadatan parasitnya. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada perbedaan kepadatan parasit pada hasil pemeriksaan malaria menggunakan darah vena dan kapiler? E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaaan yang bermakna pada hasil pemeriksaan malaria menggunakan sampel darah vena dan kapiler.

4 4 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kepadatan parasit pada pemeriksaan malaria menggunakan darah vena dan kapiler. F. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi kepada penyedia layanan kesehatan seperti laboratorium tentang perbandingan pemeriksaan malaria menggunakan darah vena dan kapiler. 2. Bagi peneliti, diharapkan mampu melakukan pemeriksaan malaria secara tepat dan cepat dengan cara mikroskopis.

5 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Malaria Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus Plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan Plasmodium malariae (Laveran,1888), Plasmodium vivax (Grosi dan Felati, 1890), Plasmodium falciparum (Welch,1897), dan Plasmodium ovale (Stephens,1922). Penularan malaria dilakukan oleh nyamuk betina dari tribus Anopheles (Ross,1897). Dari sekitar 400 spesies nyamuk anopheles telah ditemukan 67 species yang dapat menularkan malaria dan 24 diantaranya ditemukan di Indonesia (Harijanto, 2000). Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia (Kemenkes RI, 2011). Malaria adalah parasit yang memiliki banyak stadium (multi-stage parasit) yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina yang bertindak sebagai vektor penularnya. Malaria adalah penyakit dengan gejala demam yang terjadi tujuh hari sampai dua minggu sesudah gigitan nyamuk yang infektif (Soedarto, 2011). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk tertentu yaitu Anopheles. Taksonomi Plasmodium Kingdom : Protista Subkingdom : Protozoa Phylum : Apicomplexa Class : Sporozoasida Order : Eucoccidiorida

6 6 Family Genus Spesies : Plasmodiidea : Plasmodium : Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae (Soedarto, 2011). 5 B. Morfologi 1. Plasmodium vivax a. Stadium Tropozoit muda 1) Sitoplasma berbentuk cincin biru dan tebal serta mempunyai variasi dalam bentuk-bentuk tidak teratur (irregular), tidak dijumpai granula. 2) Kromatin satu besar berupa granula merah. 3) Titik Schuffner yang berwarna tengguli. 4) Sering dijumpai. b. Stadium Tropozoit matang 1) Sitoplasma besar berwarna biru, bentuknya irregular karena merupakan organisme amuboid. 2) Didalamnya dijumpai butir-butir kecil pigmen yang berwarna coklat kekuningan. 3) Kromatin satu berupa titik merah. 4) Jarang dijumpai. c. Stadium Schizont 1) Terdiri dari merozoit yang berjumlah 16-18, bentuknya besar, padat berupa granula merah, letaknya ditengah-tengah daerah yang dikelilingi oleh kelompokan sitoplasma yang berwarna biru pucat dan berbentuk huruf koma. 2) Sering dijumpai. d. Stadium Gametosit 1) Makrogametosit : Bentuknya bulat padat/oval, warna biru. Inti berbentuk segitiga, padat, berwarna merah, letaknya dipinggir, disertai partikel-partikel berupa pigmen berwarna orange di dalamnya.

7 7 2) Mikrogametosit : Bentuknya bulat, warna biru muda. Inti bulat, letak ditengah, berwarna merah muda, didalam inti dijumpai pigmen-pigmen oranye. 3) Sering dijumpai. e. Sel Darah Merah tidak terlihat. f. Kepadatan parasit sedang. 2. Plasmodium falciparum a. Stadium Tropozoit muda 1) Cincin berukuran kecil dengan bintik kromatin yang berukuran kecil dan halus. 2) Sitoplasma sangat halus, warna biru pucat dan tidak ada granula. 3) Kromatin bisa dijumpai 1 atau 2, berupa granula-granula yang berwarna merah. 4) Bentuk ini yang sering dijumpai. b. Stadium Tropozoit matang 1) Sitoplasma lebih tebal, berupa cincin biru, bentuknya dapat berupa huruf koma atau tanda seru (Star in the sky). 2) Kromatin 1 atau 2, berukuran sedang dengan granula berwarna merah. c. Stadium Schizont 1) Stadium ini jarang terlihat, kecuali pada kasus yang berat. 2) Terdiri dari merozoit kecil. d. Stadium Gametosit 1) Bentuknya seperti buah pisang/bulan sabit. 2) Warna biru pada mikrogametosit dan warna biru ungu pada makrogametosit. 3) Inti merah ungu, pada mikrogametosit inti melebar dan menipis sedangkan pada makrogametosit intinya kompak. 4) Pigmen berupa granula yang berwarna biru padat. Letak mengumpul ditengah-tengah sitiplasma atau menyebar. e. Sel darah merah tak terlihat. f. Kepadatan parasit sangat tinggi.

8 8 3. Plasmodium malariae a. Stadium Tropozoit muda 1) Bentuk cincin dengan sitoplasma tebal dan padat, berwarna biru dengan granula-granula yang berupa pigmen hitam. 2) Kromatin berjumlah besar berwarna merah. 3) Sering dijumpai. b. Stadium Tropozoit matang 1) Sitoplasma dapat berbentuk bulat, padat, berwarna biru gelap dengan banyak partikel-partikel pigmen hitam. Bentuk pita hanya terlihat pada sediaan darah tipis. 2) Kromatin berbentuk bulat atau pita merah. 3) Sering dijumpai. c. Stadium Schizont 1) Terdiri dari merozoit sebanyak 8-20 buah masing-masing besar, berwarna merah, bulat tersebar diantara sitoplasma yang pucat. Merozoit tersebut dapat tersusun tersebar diantara sitoplasma atau menggumpal membentuk Rosette. 2) Hampir sering dijumapi. d. Stadium Gametosit 1) Bentuknya besar, oval/bulat, warna biru padat yang mikrogametosit dan biru muda pada makrogametosit. 2) Inti berbentuk bulat, mengandung kromatin yang berwarna merah. Letak inti di tepi. 3) Pigmen besar, berwarna hitam dan tersebar di dalam sitoplasma. 4) Hampir sering dijumpai. e. Sel Darah Merah tidak terlihat. f. Kepadatan parasit sangat rendah. 4. Plasmodium ovale a. Stadium Tropozoit muda 1) Berbentuk cincin dengan sitoplasma yang berwarna biru padat. 2) Kromatin satu,berukuran sedang berbentuk granula merah.

9 9 b. Stadium Tropozoit matang 1) Sitoplasma berbentuk bulat berwarna biru didalamnya dijumpai partikel-partikel pigmen berwarna coklat. 2) Kromatin satu besar berwarna merah. c. Stadium Schizont 1) Terdiri dari merozoites sebanyak 8-14 buah, besar berupa granulagranula merah membentuk Rosette mengelilingi suatu partikelpartikel pigmen coklat. d. Stadium Gametosit 1) Bentuk besar, bulat/oval, berwarna biru padat. 2) Inti berbentuk bulat, satu, berwarna merah. 3) Pigmen berwarna coklat sedikit tersebar di dalam sitoplasma. 4) Sel Darah Merah tidak terlihat. 5) Kepadatan parasit sedang. (Soedarto, 2011). C. Etiologi Malaria adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk. Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium. Parasit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang merupakan vektor malaria yang terutama menggigit manusia malam hari mulai magrib (dusk) sampai fajar (down). Terdapat empat parasit penyebab malaria pada manusia yaitu : Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, plasmodium oval (Soedarto, 2011). Plasmodium falciparum merupakan penyebab infeksi berat bahkan dapat menimbulkan kematian. Ke empat spesies Plasmodium yang terdapat di Indonesia yaitu Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika, Plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana, Plasmodium malariae yang menyebabkan malaria kuartana dan Plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale.

10 10 D. Gejala Klinis Malaria Menurut Harijanto, (2010) Gejala klasik berupa Trias Malaria (Malaria proxysm) secara berurutan : 1. Periode Dingin Mulai menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus diri dengan selimut dan saat menggigil seluruh tubuh sering bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur. 2. Periode Panas Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat serta panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40 o C atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri orto orbital, muntah-muntah, dan syok. Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat. 3. Periode Berkeringat Penderita berkeringat, mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, penderita merasa kelelahan dan sering tertidur. Jika penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa. E. Siklus Hidup Plasmodium Parasit malaria pada manusia mempunyai daur hidup pada tubuh manusia dan di dalam tubuh nyamuk Anopheles yang menjadi vektornya. 1. Siklus di dalam tubuh manusia Sporozoit yang berasal dari dalam kelenjar ludah nyamuk Anopheles masuk melalui gigitan nyamuk pada kulit bersama air ludah nyamuk yang mengandung antikoagulansia. Segera sesudah memasuki aliran darah, dalam waktu 30 menit sporozoit akan menuju ke hati dan menembus hepatosit menjadi tropozoit hati. Parasit berada di dalam sel hati selama 9-16 hari dan

11 11 berkembang menjadi skizon hati yang mengandung merozoit. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositik. Pada Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae berlangsung siklus skizogoni cepat (immediate schizogony), sedangkan pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale dapat berlangsung siklus skizogoni cepat maupun skizogoni lambat (delayed schizogony), dimana sebagian tropozoit hati menjadi bentuk dorman (istirahat) yang pasif yang disebut hipnozoit. Bentuk hipnozoit dapat berada di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Jika daya tahan tubuh penderita menurun, parasit akan menjadi bentuk aktif sehingga menimbulkan kekambuhan (relaps). Merozoit yang keluar dari skizon hati yang pecah akan meninggalkan sel hepatosit, memasuki aliran darah dan menginfeksi sel darah penderita. Perkembangan aseksual (proses schizogony eritrositik) Plasmodium dimulai sejak masuknya merozoit ke dalam eritrosit. Di dalam sel eritrosit tahap skizogoni berlangsung dengan pembentukan merozoit yang lebih banyak (membutuhkan waktu sekitar 22 jam). Setelah proses skizogoni darah berlangsung 2-3 siklus, sebagian merozoit yang menginfeksi eritosit akan membentuk stadium seksual mikrogamet (jantan) dan makrogamet (betina) yang membutuhkan waktu sekitar 26 jam. Pada Plasmodium falciparum, skizogoni eritrositik berlangsung selama 48 jam dan gametositosis hari. Siklus skizogoni erotrositik pada umumnya berlangsung selama beberapa siklus sebelum terbentuknya gametosit untuk pertama kalinya (Soedarto, 2011). 2. Siklus pada nyamuk Anopheles betina Apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk

12 12 ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia. Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies Plasmodium. Masa prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke rubuh manusia sampai parasit dapat dideteksi dalam sel darah merah dengan pemeriksaan mikroskopik (Depkes RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan). Gambar 2.1. Siklus hidup plasmodium (DepKes RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011)

13 13 F. Patobiologi Malaria Proses patologi malaria adalah akibat dari siklus eritrositik. Merozoit menyerang eritosit dimana mereka berkembang melalui bentuk cincin ke tropozoit dan akhirnya skizon. Pada kasus Plasmodium falciparum proses ini mengikuti perubahan terhadap eritrosit terinfeksi. Beberapa faktor kunci yang berkaitan parasit memainkan suatu peran dalam menyebabkan fenomena patogenesis seperti kecepatan dan kepadatan skizogoni, predileksi merozoit untuk jens eritrosit khusus, interaksi inang manusia dan parasit, dan sekuestrasi eritrosit terinfeksi pada pembuluh-pembuluh darah kecil dimana merupakan peristiwa sentral dan spesifik pada malaria falciparum. Pada manusia, malaria falciparum berat dan berkomplikasi merubah fungsi normal dari banyak jaringan dan organ. Disini terdapat bukti-bukti peningkatan gangguan aliran darah lokal disebabkan oleh obstruksi mikrosirkulasi dalam kapiler dan venula dari organ dalam (Harijanto, 2010). G. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Giemsa sampai saat ini masih merupakan baku emas pemeriksaan malaria. Contohnya saja untuk pemeriksaan penyakit malaria akibat parasit Plasmodium. Melalui pemeriksaan laboratorium Plasmodium penyebab malaria pada manusia (Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium knowlest) dapat dibedakan berdasar stadium parasit yang ada di dalam darah, gambaran eritrosit yang terinfeksi parasit dan gambaran morfologi parasit yang ada di dalam sel eritrosit. Morfologi parasit yang optimal dapat dilihat dengan membuat sediaan darah yang diwarnai Giemsa yang diambil dari ujung jari segera. Akhir-akhir ini darah vena dengan antikoagulan lebih sering digunakan sebagai bahan pemeriksaan (Soedarto, 2011).

14 14 Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah dari ujung jari. Bila menggunakan darah vena, sebaiknya darah yang digunakan adalah darah yang belum tercampur dengan anti koagulan (darah yang masih ada dalam spuit). Bila menggunakan darah dengan anti koagulan harus segera dibuat sediaan darah malaria, karena bila sudah lebih dari 1 jam, jumlah parasit berkurang dan morfologi dapat berubah (Kemenkes RI, 2011). 1. Pemeriksaan Mikroskopis Sediaan apus darah tepi adalah suatu cara yang sampai saat ini masih digunakan pada pemeriksaan di laboratorium. Terhadap sediaan darah tetes tebal dan tipis dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk menentukan adanya parasit malaria, jenis spesies dan stadium parasit malaria serta kepadatan parasit. a) Semi kuantitatif Pemeriksaan kepadatan parasit semi kuantitatif menunjukkan nilai (-)/ Negatif : tidak ditemukan parasit pada 100 LPB (lapangan pandang besar) (+) /Positif 1 : ditemukan 1-10 parasit per 100 LPB (++) / Positif 2 : ditemukan parasit per 100 LPB (+++) / Positif 3 : ditemukan 1-10 parasit per 1 LP (++++) / Positif 4 : ditemukan lebih dari 10 parasit per 1 LP b) Kuantitatif Pemeriksaan kepadatan parasit kuantitatif dilakukan melalui pemeriksaan tetes tebal (per leukosit) atau sediaan darah tipis (per eritrosit) jumlah parasit dihitung per mikro liter darah (Soedarto, 2011). Untuk menentukan nilai ambang kepadatan parasit aseksual Plamodium faliparum yaitu menghitung jumlah parasit (N) dibanding minimal 200 leukosit dikalikan leukosit normal. Bila N kurang dari 10,maka jumlah leukosit dihitung sampai 500 leukosit (bukan 200 leukosit).

15 15 Menurut Harijanto, (2010) Pada sediaan darah tebal parasit dihitung berdasarkan jumlah leukosit per darah, jika tidak diketahui biasanya diasumsikan leukosit penderita berjumlah 8000/, dengan rumus sebagai berikut : Cara menghitung yaitu sejak diketemukan parasit didalam lapang pandang, baru mulai dihitung parasit dan leukosit dan seterusnya pindah lapang pandang berikutnya walaupun tidak ada parasitnya, leukosit tetap dihitung hingga mencapai minimal 200 leukosit atau lebih. Bila parasit kurang dari 10 per 200 leukosit dilanjutkan dihitung hingga mencapai 500 leukosit. Jumlah parasit > / darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria, walaupun komplikasi juga dapat timbul dengan jumlah parasit yang minimal (Sudoyo, 2009). Pelaporan hasil jika hasil pemeriksaan pulasan darah positif, perinciannya yaitu berdasarkan spesies parasit yang ditemukan, stadium perkembangan parasit tersebut dan densitas parasit (Mahode, Albertus A, 2011). 2. Rapid Diagnostic Test (RDT) Pemeriksaan Tes Diagnostik Cepat dilakukan berdasar deteksi antigen parasit malaria dengan immunokromatografi dalam bentuk dipstik. Tes ini digunakan di UGD (Unit Gawat Darurat) pada waktu terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) atau untuk memeriksa malaria di daerah terpencil yang tidak tersedia sarana laboratorium atau untuk melakukan survei tertentu (Soedarto, 2011). Sampai saaat ini ada banyak sekali rapid malaria test yang beredar di pasaran, tetapi secara garis besar hanya ada 3 macam antigen malaria yang

16 16 digunakan. Ketiga antigen tersebut adalah histidinerich protein-2 (HRP 2), lactate dehydrogenase (LDH) dan aldolase (Harijanto, 2010). 3. Sampel Pemeriksaan Mikroskopis a. Darah Vena Pembuluh darah vena dikenal dengan nama pembuluh balik. Pembuluh darah ini adalah jenis pembuluh darah yang datang menuju serambi jantung. Vena bercabang-cabang membentuk venula. Venula membentuk cabang-cabang lebih kecil yang disebut kapiler. Vena yang berhubungan langsung dengan jantung atau paru-paru dikenal dengan vena kava. Vena mengandung banyak darah kaya karbon dioksida, kecuali vena pulmonalis mengandung banyak oksigen. Vena merupakan pembuluh berdinding lebih tipis, kurang elastis dan lubang pembuluh lebih besar daripada arteri. Pembuluh ini mempunyai beberapa katup untuk mencegah agar darah tidak berbalik arah (Pearce, 2009). Gambar 2.2. Berbagai macam pembuluh darah (

17 17 b. Darah Kapiler Kapiler ialah pembuluh darah yang sangat kecil tempat arteri berakhir. Cabang terkecil dari arteri dan vena disebut kapiler. Pembuluh darah kapiler memiliki diameter yang sangat kecil dan hanya memiliki satu lapisan tunggal endothelium dan sebuah membran basal. Jaringan pembuluh darah kapiler bekerja membentuk sebuah anyaman yang terdiri dari suatu jaringan dengan kandungan kurang lebih 2000 kapiler darah per millimeter (Pearce, 2009). Menurut Syaifudin, (2009) Fungsi kapiler adalah sebagai berikut : 1) Sebagai penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena. 2) Tempat terjadinya pertukaran zat antara darah dan cairan jaringan. 3) Mengambil hasil dari kelenjar. 4) Menyerap zat makanan yang terdapat dalam usus. 5) Menyaring darah pada ginjal. Kapiler merupakan pembuluh darah berukuran kecil sebagai perpanjangan arteri dan vena. Darah di kapiler campuran dari darah vena dan darah arteri. Dinding sel pembuluh ini bersifat permeabel sehingga airan tubuh dan zat-zat terlarut dapat keluar masuk melalui dinding selnya. Selain itu, juga terjadi pertukaran oksigen, karbondioksida, zat-zat makanan, serta hasil-hasil ekskresi dengan jaringan yang ada di sekeliling kapiler. Gambar 2.3. Pembuluh darah kapiler (

18 18 4. Pemeriksaan darah untuk menemukan Plasmodium Untuk membuat sediaan darah malaria dibuat 2 jenis sediaan darah yaitu sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis. Sediaan darah tebal terdiri dari sejumlah besar sel darah merah yang terhemolisis. Parasit yang ada terkonsentrasi pada area yang lebih kecil sehingga akan lebih cepat terlihat di bawah mikroskop. Sedangkan sediaan darah tipis terdiri dari satu lapisan sel darah merah yang tersebar dan digunakan untuk membantu identifikasi parasit malaria setelah ditemukan dalam sediaan darah tebal (Kemenkes RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Salah satu yang perlu diperhatikan pada saat membuat apusan darah adalah kaca objek/objek glass yaitu harus bersih, kering, dan tidak berlemak. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Slide yang sudah tergores tidak boleh dipakai. Yang terbaik adalah menggunakan objek glass yang baru dan tidak boleh menggunakan objek glass bekas pakai. Semua objek glass direndam dalam air sabun selama 30 menit-1 jam kemudian dibilas dengan air mengalir. b. Membersihkan objek glass. Di lap dengan kasa atau kain bersih. Setelah objek glass dibersihkan, tidak boleh memegang pada bagian permukaan objek glass dan langsung dipakai atau disimpan pada slide box. c. Menyimpan objek glass, slide box yang dianjurkan adalah terbuat dari bahan plastik/fiber yang tahan pecah. Slide box sebaiknya tidak terbuat dari bahan kayu karena dapat berpengaruh pada sediaan darah yang disimpan. Ketebalan objek glass 1,1-1,3 mm, ukurannya 25x75x1-1,5 mm (Kemenkes RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011).

19 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriftif eksperimental, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan kepadatan parasit malaria positif antara darah vena dan darah kapiler. B. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 02 Januari sampai dengan 02 Maret 2013 kemudian dilanjutkan kembali pada tanggal 05 Mei sampai dengan 15 Juni Penelitian ini dilakukan di laboratorium RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah sediaan darah malaria menggunakan darah vena dan kapiler yang diambil dari pasien yang datang ke RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya dan telah positif malaria. 2. Sampel Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah vena dengan antikoagulan dan darah kapiler tanpa antikoagulan. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling, yaitu sampel merupakan sediaan darah pasien rawat jalan dan rawat inap di RSI PKU Muhammadiyah dengan ukuran sampel 25. Setiap pasien dibuat 2 apusan darah yaitu masing-masing 1 sediaan darah vena dan kapiler. 19

20 20 D. Alat dan Bahan 1. Pemeriksaan malaria menggunakan sampel darah kapiler a. Alat yang digunakan: 1) Blood lancet disposible 2) Holder 3) Kaca objek 4) Kaca Penggeser 5) Kapas alkohol 6) Rak pengecatan 7) Mikroskop 8) Tissue b. Reagen yang digunakan : 1) Akohol 70% 2) Giemsa 3% 3) Metanol 4) Sampel darah kapiler 2. Pemeriksaan malaria menggunakan sampel darah vena a. Alat yang digunakan : 1) Spuit 3cc 2) Torniquet 3) Kapas alkohol 4) Plester 5) Kaca objek 6) Kaca penggeser 7) Batang pengaduk 8) Rak pengecatan 9) Mikroskop 10) Tissue

21 21 b. Reagen yang digunakan : 1) Alkohol 70% 2) Giemsa 3% 3) Metanol 4) Sampel darah vena dengan antikoagulan E. Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Untuk mencapai tujuan, dalam penelitian ini variabel yang diamati adalah jumlah parasit dalam 200 atau 500 leukosit dengan menggunakan sampel darah vena dan kapiler. 2. Definisi Operasional Variabel a. Perbandingan adalah adanya sesuatu yang tidak sama karena selisih atau perbedaan. b. Pemeriksaan malaria adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah data untuk sebuah penelitian tentang infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. c. Pengambilan darah vena adalah pengambilan darah pada pembuluh darah pada lipat siku bagian dalam yang disebut fossa cubiti. d. Pengambilan darah kapiler adalah pengambilan darah yang dilakukan pada ujung jari atau bayi pada tumit atau ibu jari kaki. F. Teknik Pengumpulan data Data dikumpulkan dari hasil pemeriksaan malaria positif dengan cara mikroskopis yang dilakukam pada sampel darah vena dari populasi penelitian yang sudah diperiksa di RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya yang kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis darah kapiler.

22 22 1. Pengambilan Darah Kapiler a. Cara Kerja : 1) Memegang tangan kiri pasien dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas. 2) Memilih jari tengah atau jari manis (pada bayi usia 6-12 bulan darah diambil dari ujung ibu jari kaki dan bayi <6 bulan darah diambil dari tumit). 3) Tempat yang akan ditusuk harus didesinfeksi dahulu dengan alkohol 70% lalu dikeringkan dengan kapas yang bersih. 4) Setelah kering, jari ditekan agar darah banyak terkumpul di ujung jari. 5) Menusuk bagian ujung jari (agak di pinggir, dekat kuku) dan dilakukan dengan gerakan yang cepat tetapi tepat sehingga terjadi luka yang dalamnya 3 mm. 6) Menghapus tetesan darah pertama harus dengan kapas yang bersih dan kering, karena ini mungkin tercampur dengan alkohol. 7) Tetesan darah yang keluar selanjutnya dapat dipergunakan. 8) Menyentuhkan tetesan darah tersebut pada kaca objek dengan 1 tetes untuk sediaan darah tipis dan 3 tetes untuk sediaan darah tebal. 9) Membuat sediaan darah tipis, objek glass baru (kaca penggeser) lalu menempelkan ujungnya pada tetes darah kecil dengan sudut 45 o sampai darah menyebar ke sisi objek glass. Menggeser objek glass tersebut dengan cepat ke arah yang berlawanan dengan tetes darah tebal, sehingga di dapat sediaan hapus (seperti bentuk lidah). 10) Membuat sediaan darah tebal, menghomogenkan darah dengan memutar batang pengaduk searah jarum jam dari luar kedalam sehingga terbentuk bulatan dengan diameter 1 cm.

23 23 11) Memberi label/etiket pada bagian ujung objek glass dekat sediaan darah tebal, bisa menggunakan kertas label atau objek glass frosted. Pada label dituliskan KODE/INISIAL NAMA/TANGGAL PEMBUATAN. 12) Proses mengeringkan sediaan darah harus dilakukan secara perlahan-lahan di tempat yang datar. Tidak dianjurkan menggunakan lampu (termasuk lampu mikroskop), hair dryer. Hal ini dapat menyebabkan sediaan darah menjadi retak-retak sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan. Kipas angin dapat digunakan untuk mengeringkan sediaan. 13) Setelah kering, darah tersebut harus segera diwarnai. Pada keadaan tidak memungkinkan selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam sediaan darah harus sudah diwarnai. Gambar 3.1. Cara Pembuatan Apus Darah ( b. Pewarnaan sediaan apus darah : 1) Sediaan darah yang sudah kering difiksasi dengan methanol. Jangan sampai terkena sediaan darah tebal.

24 24 2) Meletakkan pada rak pewarna dengan posisi darah menghadap keatas. 3) Menyiapkan 3% larutan Giemsa dengan mencampur 3cc giemsa stock dan 97cc larutan buffer. 4) Menuang larutan Giemsa 3% dari tepi hingga menutupi seluruh permukaan object glass. Dibiarkan selama menit. 5) Menuangkan air bersih secara perlahan-lahan dari tepi object glass sampai larutan Giemsa yang terbuang menjadi jernih. Mengangkat dan mengeringkan sediaan darah. Setelah kering, sediaan darah siap diperiksa. (Kemenkes RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011) c. Mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x + oil imersi. 2. Pengambilan Darah Vena a. Cara Kerja : 1) Torniquet dipasang pada lengan atas. 2) Tempat yang akan ditusuk didesinfeksi dengan alkohol 70% atau desinfeksi lainnya. 3) Mengeringkan tempat tersebut lalu dengan menghapus dengan sepotong kapas atau kasa yang steril. 4) Vena difiksasi dengan menegangkan kulit pada bagian distal dari vena tersebut dengan pertolongan ibu jari. 5) Dengan lubang jarum menghadap ke atas menusuk vena pelanpelan. Bila ujung jarum telah masuk ke dalam vena maka akan dirasakan tekanan yang tiba-tiba mengurang. Vena yang besar dapat ditusuk langsung sedangkan pada vena yang agak kecil lebih baik jarum dimasukkan dulu di antara kulit dan vena lalu vena ditembus.

25 25 6) Bila berhasil segera akan terlihat darah memasuki semprit dan pengambilan dilanjutkan dengan menarik toraknya pelan-pelan sampai didapatkan jumlah yang diinginkan. 7) Melepaskan torniquet. 8) Menempatkan sepotong kapas steril pada tempat penusukan lalu mengeluarkan jarumnya pelan-pelan. 9) Meminta pasien untuk meneruskan menekan sepotong kapas tadi selama 1-2 menit sambil mengangkat lengannya ke atas. 10) Melepaskan jarum dari semprit lalu memasukkan darah ke dalam botol yang telah disediakan dengan pelan-pelan supaya tak timbul buih, sebaiknya darah dialirkan melalui dinding botol waktu memasukkan. 11) Bila digunakan antikoagulansia segera darah ini dikocok pelanpelan supaya bercampur dengan antikoagulansianya. 12) Mengambil menggunakan batang pengaduk dengan 1 tetes untuk sediaan darah tipis dan 3 tetes untuk sediaan darah tebal. 13) Membuat sediaan darah tipis, dengan objek glass baru (kaca penggeser) lalu mentempelkan ujungnya pada tetes darah kecil dengan sudut 45 o sampai darah menyebar ke sisi objekt glass. Menggeser objek glass tersebut dengan cepat ke arah yang berlawanan dengan tetes darah tebal, sehingga di dapat sediaan hapus (seperti bentuk lidah). 14) Membuat sediaan darah tebal, menghomogenkan darah dengan memutar batang pengaduk searah jarum jam dari luar kedalam sehingga terbentuk bulatan dengan diameter 1 cm (Depkes RI, 1989). 15) Memberi label/etiket pada bagian ujung objek glass dekat sediaan darah tebal, bisa menggunakan kertas label atau objek glass frosted. Pada label dituliskan KODE/INISIAL NAMA/TANGGAL PEMBUATAN.

26 26 16) Proses mengeringkan sediaan darah harus dilakukan secara perlahan-lahan di tempat yang datar. Tidak dianjurkan menggunakan lampu (termasuk lampu mikroskop), hair dryer. Hal ini dapat menyebabkan sediaan darah menjadi retak-retak sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan. Kipas angin dapat digunakan untuk mengeringkan sediaan. 17) Setelah kering, darah tersebut harus segera diwarnai. Pada keadaan tidak memungkinkan selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam sediaan darah harus sudah diwarnai. b. Pewarnaan sediaan apus darah : 1) Sediaan darah yang sudah kering difiksasi dengan methanol. Jangan sampai terkena sediaan darah tebal. 2) Meletakkan pada rak pewarna dengan posisi darah menghadap keatas. 3) Menyiapkan 3% larutan Giemsa dengan mencampur 3cc giemsa stock dan 97cc larutan buffer. 4) Menuang larutan Giemsa 3% dari tepi hingga menutupi seluruh permukaan object glass. Dibiarkan selama menit. 5) Menuangkan air bersih secara perlahan-lahan dari tepi object glass sampai larutan Giemsa yang terbuang menjadi jernih. Mengangkat dan mengeringkan sediaan darah. Setelah kering, sediaan darah siap diperiksa. (Kemenkes RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). c. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x + oil imersi. G. Pengolahan dan Analisis Data Data hasil penelitian diperoleh dari pemeriksaan malaria menggunakan darah vena dan kapiler dengan cara membedakan sediaan apus darah vena dan kapiler. Satu sampel dibuat 2 apusan yaitu satu

27 27 apusan darah vena dan satu apusan darah kapiler yang kemudian dihitung kepadatan parasitnya untuk masing-masing apusan darah. Untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan kedua sampel, data densitas parasit dianalisis dengan uji t pada tingkat signifikansi 1%. Hipotesis statistik yang diuji adalah : H o : µo = µl Ha : µo µl Keterangan : µo = rata-rata hasil pemeriksaan malaria dengan darah vena µl = rata-rata hasil pemeriksaan malaria dengan darah kapiler H o = tidak ada perbedaan pemeriksaan malaria menggunakan darah vena dan darah kapiler Ha = ada perbedaan pemeriksaan malaria menggunakan darah vena dan darah kapiler Kriteria penarikan kesimpulan : Jika, t hitung t tabel maka H o diterima Jika, t hitung > t tabel maka H o ditolak Rumus untuk t-test : dimana dan

28 28 Keterangan : elisih hasil pengukuran 1 dan 2 Standar deviasi Jumlah sampel

29 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya. Penelitian dilakukan mulai tanggal 02 Januari sampai dengan 02 Maret 2013 kemudian dilanjutkan kembali pada tanggal 05 Mei sampai dengan 15 Juni 2013 dan sampel berasal dari sediaan darah malaria menggunakan darah vena dan kapiler yang diambil dari pasien yang datang ke RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya dan telah positif malaria. Jumlah sampel sebanyak 25 orang. Jumlah parasit > / darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria. Namun dari hasil pemeriksaan pada penelitian ini tidak ditemukan kepadatan parasit yang > darah. Dari penelitian ini, didapat jumlah penderita malaria sebanyak 25 orang yaitu terdiri dari laki-laki sebanyak 19 orang dan perempuan sebanyak 6 orang. Berikut adalah grafik presentasi penderita malaria berdasarkan jenis kelamin. PEREMPUAN LAKI-LAKI 24% 76% Grafik 4.1. Presentasi Penderita Malaria 29

30 30 Dari penelitian ini diperoleh data pemeriksaan malaria dengan darah vena dan kapiler berdasarkan kepadatan parasitnya menunjukkan perbedaan jumlah yang bervariasi. Berikut ini adalah grafik rata-rata kepadatan parasit Darah Vena Darah kapiler Grafik 4.2. Hasil rata-rata kepadatan parasit Nilai rata-rata kepadatan parasit pada darah vena adalah 4828,48, sedangkan pada darah kapiler didapat nilai rata-rata 6622,72. Dari nilai ratarata tersebut didapat hasil persentase darah kapiler secara deskriptif lebih besar dari darah vena yaitu darah kapiler sebesar 58% dan darah vena sebesar 42%. Berikut persentase nilai kepadatan parasit dapat dilihat pada grafik % 42% Darah Vena Darah kapiler Grafik 4.3. Persentasi Kepadatan Parasit

31 31 Berdasarkan hasil analisis diperoleh t hitung sebesar. Sedangkan berdasarkan tabel t, dengan derajat bebas 24 dan tingkat disignifikansi 1% diperoleh nilai t tabel adalah 2,7969. Dengan membandingkan nilai t hitung = dengan nilai t tabel = 2,7969, maka diperoleh nilai t hitung lebih besar daripada nilai t tabel. Ini berarti hipotesis Ho ditolak, yang berarti ada perbedaan pemeriksaan malaria menggunakan darah vena dan darah kapiler pada tingkat signifikansi 1%. B. Pembahasan Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan yang objektif melalui analisa statistik untuk melakukan perbandingan dua variasi data. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan pada pemeriksaan malaria menggunakan sampel darah vena dan kapiler. Perbedaan yang terlihat hanya berdasarkan kepadatan parasitnya saja. Pemeriksaan malaria berdasarkan kepadatan parasit itu penting untuk pemantauan pengobatan. Namun, untuk saat ini pemeriksaan malaria hanya berdasarkan ditemukannya parasit saja. Dari hasil analisa data, nilai rata-rata hitung kepadatan parasit pada sampel darah vena adalah 4828,48 dan darah kapiler didapat nilai rata-rata 6622,72. Dari nilai rata-rata antara kedua sampel tersebut sudah terlihat bahwa ada perbedaan. Setelah dilakukan analisa statistik maka dapat disimpulkan ada perbedaan pada tingkat signifikansi 1% antara sampel darah vena dan kapiler pada pemeriksaan malaria. Dilihat dari tabel hasil pemeriksaan malaria bahwa ada perbedaan hasil pemeriksaan malaria menggunakan sampel darah vena dan kapiler. Dari penelitian ini, hal-hal yang mungkin mempengaruhi kepadatan parasit lebih tinggi pada sampel darah kapiler dibanding darah vena karena darah vena adalah jenis pembuluh darah yang datang menuju serambi jantung kemudian bercabang-cabang membentuk venula. Venula membentuk cabang-cabang lebih kecil yang disebut kapiler. Darah kapiler yang merupakan

32 32 penghubungantara pembuluh darah arteri dan vena menyebabkan adanya campuran antara darah dari arteri dan vena. Pada malaria akibat Plasmodium mempunyai patogenesis yang khusus. Beratnya penyakit malaria berhubungan dengan densitas parasit yang berhubungan dengan kemampuan parasit bermultiplikasi di antara eritrosit. Eritrosit yang terinfeksi Plasmodium akan mengalami proses sekuestrasi yaitu terkumpulnya eritrosit yang berparasit di dalam pembuluh kapiler. Sekuestrasi timbul akibat dari eritrosit matang yang tinggal dalam jaringan mikrovaskular. Hal ini dikarenakan pada Plasmodium seluruh siklus terjadi pada pembuluh darah perifer. Selain itu pada permukaaan eritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob yang berisi berbagai antigen Plasmodium. Pada saat terjadi proses sitoadherensi, knob tersebut akan berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler (Harijanto, 2000). Setelah dilakukan analisa statistik diperoleh kesimpulan bahwa darah kapiler untuk pemeriksaan malaria lebih baik karena kepadatan parasitnya lebih banyak dibandingkan darah vena.

33 33 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Didapat hasil nilai rata-rata hitung kepadatan parasit pada sampel darah vena adalah 4828,48 dan darah kapiler didapat nilai rata-rata 6622, Hasil kepadatan parasit menggunakan darah kapiler lebih banyak daripada darah vena. B. Saran 1. Untuk petugas laboratorium Kepada petugas laboratorium, lebih baik menggunakan sampel darah kapiler karena kepadatan parasit lebih banyak dibandingkan sampel darah vena. 2. Untuk mahasiswa Agar nantinya dapat melanjutkan penelitian ini dengan sampel yang lebih banyak. 33

34 34 DAFTAR PUSTAKA Agus, A. Perbedaan Pembuluh darah vena, arteri dan kapiler. blogspot.com/2012/04/perbedaan-pembuluh-darah-vena-arteri.html diakses pada tanggal 15 Juni 2013 Anonimous. Sistem Peredaran Darah Manusia. /2009/01/30/sistem-peredaran-darah-manusia/ di akses 23 januari 2013 Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria Di Indonesia. Jakarta: Depkes RI Evelyn CP Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Fajar Ibnu,dkk Statistika untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Harijanto PN Malaria dari Molekuler ke Klinis. Jakarta: EGC Kementerian Kesehatan RI Direktorat Pengendalian Penyakit Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria. Jakarta: Kemenkes RI Mahode, Albertus A. Editor Pedoman Teknik Dasar untuk Laboratorum Kesehatan Edisi 2. Jakarta: EGC Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Hematologi. Jakarta: Depkes RI Ratna. Sediaan apus darah. di akses 15 Juni 2013 Soedarto Malaria. Jakarta: Sagung Seto Sudoyo A.W, dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI Sutisna,P Malaria Secara Ringkas Dari Pengetahuan Dasar Sampai Terapan. Jakarta: EGC Syaifuddin Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2 untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Wikipedia. Pembuluh darah kapiler. darah_kapiler di akses 1 Mei 2013

35 35 Lampiran 1. Data hasil penelitian hitung kepadatan parasit malaria dengan darah vena dan kapiler No. Nama Pasien Jenis Kelamin Umur Densitas Parasit / L Darah Darah Vena kapiler 1 Tn.Bb Laki-laki 21th Ny.Rm Perempuan 35th An.Dk Laki-laki 4th Tn.Wh Laki-laki 25th Tn.Np Laki-laki 70th Tn.Sl Laki-laki 25th Tn.Kb Laki-laki 45th An.Li Perempuan 8th Tn.Sr Laki-laki 25th Tn.Mr Laki-laki 36th Ny.Mn Perempuan 27th Tn.Hr Laki-laki 45th Tn.Pm Laki-laki 19th Tn.Jp Laki-laki 22th Tn.Sm Laki-laki 42th Ny.Sr Perempuan 30th Tn.Yn Laki-laki 32th Ny.Rh Perempuan 27th Ny.Wn Perempuan 30th Tn.Jm Laki-laki 41th Tn.Mu Laki-laki 35th Tn.Dn Laki-laki 26th Tn.Sn Laki-laki 40th Tn.Ra Laki-laki 36th Tn.Rd Laki-laki 35th Palangkaraya, Juli 2013

36 36 Lampiran 2. Data hasil selisih kepadatan parasit antara kedua sampel : No. Densitas Parasit / L Darah Vena Darah kapiler Zi = Xi Yi (di) (/Mm 3 ) (Zi - ) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,7776 Jumlah ,56

37 37 Lampiran 3. Hasil perhitungan menggunakan analisa statistik. 1. Hipotesis : H o : Tidak ada perbedaan pemeriksaan malaria menggunakan darah vena dan darah kapiler H o : µo = µl Ha : Ada perbedaan pemeriksaan malaria menggunakan darah vena dan darah kapiler Ha : µo µl 2. Tingkat signifikansi ( α ) = 0,01 dan df = n-1 = 24, jadi titik kritisnya t = 2, Kriteria pengujian : H o ditolak jika t hitung >2,7969 atau t hitung < - 2,7969. Perhitungan : Dimana : Dan

38 38 Kesimpulan : Karena t hitung = dan t tabel = 2,7969, yang berarti t hitung > t tabel; maka hipotesis nol ditolak, ini berarti ada perbedaan hasil pemeriksaan malaria dengan darah vena dan kapiler pada tingkat signifikansi 1%.

39 39 Lampiran 4. Dokumentasi alat pemeriksaan malaria menggunakan sampel darah vena dan kapiler Alat dan Bahan untuk pengambilan darah vena dan kapiler Alat pemeriksaan secara mikroskopis & oil imersi Reagen pewarnaan Giemsa

40 40 Lampiran 5. Dokumentasi pemeriksaan Malaria menggunakan sampel darah vena dan kapiler Pengambilan darah vena Pembuatan Sediaan Apusan Darah Vena Pengambilan Darah Kapiler Pembuatan Sediaan Apusan Darah Kapiler

41 41 Proses fiksasi sediaan apusan menggunakan methanol Proses Pewarnaan apusan darah menggunakan pewarnaan Giemsa Pemeriksaan Malaria secara mikroskopis

42 42 Lampiran 6. Sediaan Apus Darah Vena dan Darah Kapiler Sediaan Apusan Darah Vena Sediaan Apusan Darah Kapiler

43 43 Lampiran 7. Gambaran mikroskopis Sediaan apus darah kapiler Tropozoit P.vivax Gametosit P.vivax Tropozoit P.vivax Gametosit P.falciparum Tropozoit P.falciparum Tropozoit P.vivax

44 44 Lampiran 8. Gambaran mikroskopis Sediaan apus darah vena Gametosit P.vivax Skizon P.vivax Tropozoit P.falciparum Tropozoit P.falciparum Gametosit P.vivax Tropozoit P.vivax

45 45 LAMPIRAN 10 PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Mahasiswa : Yusi Marhayni Nomor Induk Mahasiswa : Program Studi : Analis Kesehatan Fakultas : Ilmu Kesehatan Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya tulis atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Palangka Raya, Juli 2013 Yang Membuat Pernyataan Yusi Marhayni ( )

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA UPT. PUSKESMAS NUSA PENIDA I SOP No. Dokumen : 21/SOP/Lab-NPI/2016 No. Revisi : 01 Tgl. Terbit : 01 April 2016 Halaman : 1-4 Kepala UPT Puskesmas Nusa Penida I dr. I Ketut

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 TUJUAN Mampu membuat, mewarnai dan melakukan pemeriksaan mikroskpis sediaan darah malaria sesuai standar : Melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Malaria Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa penyakit malaria dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini dapat menemukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Malaria Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus Plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan Plasmodium malaria (Laaveran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Apus Darah Tepi Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang masih sulit diberantas dan merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia termasuk Indonesia, Separuh penduduk

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Malaria Sudah diketahui sejak jaman Yunani Kutukan dewa wabah disekitar Roma Daerah rawa berbau

Lebih terperinci

Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz

Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz PRAKTIKUM PARASITOLOGI (TM-Pr.4) Praktikum I: Menghitung Telur Cacing Pada Sediaan Tinja Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz Membuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik. B. Waktu dan tempat penelitian Tempat penelitian desa Pekacangan, Cacaban, dan Ketosari Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Apus Darah Tepi Sediaan apus darah tepi adalah suatu cara yang sampai saat ini masih digunakan pada pemeriksaan di laboratorium. Prinsip pemeriksaan sediaan apus ini

Lebih terperinci

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan Pendahuluan Malaria merupakan salah satu penyakit parasit paling umum di dunia dan menempati urutan ke 3 dalam tingkat mortalitas diantara prnyakit infeksi utama lainnya. Parasit protozoa penyebab malaria

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini 1 KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI (Dipersiapkan oleh Sitti Wahyuni) TUJUAN Umum: Setelah selesai melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS) MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS) Oleh: Dr.rer.biol.hum. dr. Erma Sulistyaningsih, M.Si NAMA :... NIM :... FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1 1 MANUAL KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI Sitti Wahyuni, MD, PhD Bagian Parasitologi Universitas Hasanuddin, sittiwahyunim@gmail.com

Lebih terperinci

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi Pokok Bahasan : Malaria Sub Pokok : Pencegahan Malaria Sasaran : Ibu/Bapak Kampung Yakonde Penyuluh : Mahasiswa PKL Politeknik Kesehatan Jayapura Waktu : 18.30 WPT Selesai Hari/tanggal : Senin, 23 Mei

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyebab Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yang ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk anopheles betina. 5,15 Ada lima spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. 2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian di lakukan di laboratorium klinik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini ditularkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL dr. Waode Mariyana dr. Isra Wahid, PhD FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Malaria Definisi Malaria merupakan infeksi protozoa genus Plasmodium yang dapat

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Malaria Definisi Malaria merupakan infeksi protozoa genus Plasmodium yang dapat BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Malaria 2.1.1. Definisi Malaria merupakan infeksi protozoa genus Plasmodium yang dapat menjadi serius dan menjadi salah satu masalah besar kesehatan dunia. 20,21 Setiap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktur Jenderal PP & PL. Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE NIP

KATA PENGANTAR. Direktur Jenderal PP & PL. Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE NIP KATA PENGANTAR Di Indonesia, malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi angka kematian bayi, anak umur dibawah lima tahun dan ibu melahirkan serta menurunkan produktifitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian adalah dilaboratorium Klinik Analis Kesehatan UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat variabel yang diteliti akan dibandingkan antara kelompok pasien yang diperiksa menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Yang dimaksud dengan penelitian analitik yaitu penelitian yang hasilnya tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik. BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 1. Tempat penelitian Tempat penelitian dilakukan dilaboraturium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Malaria 1. Definisi malaria Malaria adalah penyakit yang menyerang sel darah merah disebabkan oleh parasit plasmodium ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian 17 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng yaitu Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya (Gambar 1).

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Telp.: Fax:

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Telp.: Fax: FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127 Telp.: 0751-31746 Fax: 0751-32838 Email: fk2unand@pdg.vision.net.id PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK 6 BLOK 3.5 (DARAH 7) BAGIAN

Lebih terperinci

Tri Wijayanti, SKM, M.Sc. Instalasi Parasitologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

Tri Wijayanti, SKM, M.Sc. Instalasi Parasitologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Tri Wijayanti, SKM, M.Sc Instalasi Parasitologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Epidemiologi Host Agent Environment Diagnosis Ibu Hamil Penderita +++ / - -- RDT (Serologis) Mikroskopis Gold standart Asal

Lebih terperinci

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK: Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK: DARAH 2: -LED -Membuat & memeriksa sediaan apus darah tepi -Evaluasi DARAH 3: - Pemeriksaan gol.darah -Tes inkompatibilitas DARAH 4: Bleeding

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria masih menjadi masalah kesehatan di daerah tropis dan sub tropis terutama Asia dan Afrika dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Patel

Lebih terperinci

SIGIT SULISTYA, A.Md, AK

SIGIT SULISTYA, A.Md, AK PEMANTAPAN MUTU INTERNAL LABORATORIUM DAN PROGRAM PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL MIKROSKOPIS MALARIA SIGIT SULISTYA, A.Md, AK BALAI LABORATORIUM KESEHATAN YOGYAKARTA PENYAKIT MALARIA Merupa k a n ma s a la

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium. Parasit ini hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah

Lebih terperinci

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1Tujuan A. Pungsi Darah Vena (Flebotomi) Untuk pemeriksaan hematologi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. B. Pemeriksaan Laju

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I PENGAMBILAN DARAH VENA DAN DARAH KAPILER

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I PENGAMBILAN DARAH VENA DAN DARAH KAPILER LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I PENGAMBILAN DARAH VENA DAN DARAH KAPILER Disusun oleh: Nama : WAHDA NURISMI NIM : 14 3145 453 137 Kelompok : I (SATU) PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN STIKes MEGA REZKY

Lebih terperinci

JST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : ISSN KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA MALARIA DI LOMBOK TENGAH

JST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : ISSN KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA MALARIA DI LOMBOK TENGAH JST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : 298 304 ISSN 2252-5416 KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA MALARIA DI LOMBOK TENGAH Hemoglobin Level and Parasite Density of Malaria Patients in

Lebih terperinci

Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini. sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk

Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini. sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk A. PENDAHULUAN Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembangbiak dan berpotensi melakukan

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA ACARA III MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH MERAH

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA ACARA III MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH MERAH LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA ACARA III MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH MERAH DISUSUN OLEH: DEWI RIMPANG ANJANI PUTRI E1A 012 008 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Nyamuk anopheles hidup di daerah tropis dan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA OLEH Ronilda Tambunan, SST AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN BAB l PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit malaria merupakan jenis penyakit tropis yang banyak dialami di negara Asia diantaranya adalah negara India, Indonesia, dan negara Asia lainnya. (Dewi, 2010).

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Penyakit keturunan di mana penderitanya mengalami gangguan dalam pembekuan darah disebut... Leukopeni Leukositosis Anemia Hemofilia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat penusukan bisa dipilih dari ujung jari tangan, cuping telinga, dan untuk bayi biasanya dari ujung jari kaki atau sisi lateral tumit. Jangan menusuk pada bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi. tubuh. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi. tubuh. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teoritis 1. Darah Darah adalah suatu komponen esensial makhluk hidup,mulai dari binatang primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa dari genus Plasmodium. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah salah satu penyakit menular paling umum dan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Malaria disebabkan oleh parasit yang disebut Plasmodium, yang ditularkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH I. Tujuan Untuk dapat mengetahui cara pembuatan dan pewarnaan sediaan hapusan darah II. Metode Hapusan darah ( blood smear ) III.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA Transportasi ialah proses pengedaran berbagai zat yang diperlukan ke seluruh tubuh dan pengambilan zat-zat yang tidak diperlukan untuk dikeluarkan dari tubuh. Alat transportasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian dilakukan di laboratorium klinik Analis Kesehatan fakultas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2012. Pemeliharaan burung merpati dilakukan di Sinar Sari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pengamatan profil darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi penyakit malaria menurut World Health Organization (WHO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi penyakit malaria menurut World Health Organization (WHO) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Malaria 1. Tinjauan Umum Definisi penyakit malaria menurut World Health Organization (WHO) adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Malaria (Plasmodium) bentuk aseksual yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, anak balita dan ibu

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDEN PENYAKIT MALARIA DI KELURAHAN TELUK DALAM KECAMATAN TELUK DALAM KABUPATEN NIAS SELATAN TAHUN 2005

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDEN PENYAKIT MALARIA DI KELURAHAN TELUK DALAM KECAMATAN TELUK DALAM KABUPATEN NIAS SELATAN TAHUN 2005 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDEN PENYAKIT MALARIA DI KELURAHAN TELUK DALAM KECAMATAN TELUK DALAM KABUPATEN NIAS SELATAN TAHUN 2005 Oleh: Suhardiono, S.K.M., M.Kes. ABSTRAK Malaria adalah salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy 1. Pelaksanaan phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan. 3. Peralatan phlebotomy dan cara penggunaanya. 4. Keadaan pasien.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten Purbalingga.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypty dan atau Aedes albopictus. Infeksi virus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium. Ada lima jenis Plasmodium yang sering menginfeksi manusia, yaitu P. falciparum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan transfusi darah adalah upaya kesehatan berupa penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan. Sebelum dilakukan transfusi darah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PENYAKIT MALARIA SERTA PEMERIKSAAN SAMPEL DARAH MASYARAKAT PERUMAHAN ADAT DI KECAMATAN KOTA WAIKABUBAK KABUPATEN SUMBA BARAT - NTT SKRIPSI Oleh Thimotius

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH DISUSUN OLEH: Anis Rachmawati (3415080201) Fina Lidyana (3415081961) Kusfebriani (3415081962) Rani Rahmahdini (3415083253) R.A Nurhikmah Annisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitan 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA Editor: Nama : Istiqomah NIM : G1C015022 FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2015 /2016 1 IDENTIFIKASI FILARIASIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan, serta menimbulkan Kejadian

Lebih terperinci

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date Project Status Report Presenter Name Presentation Date EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA Oleh : Nurul Wandasari S Program Studi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul 2012/2013 Epidemiologi Malaria Pengertian:

Lebih terperinci

Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta PENGARUH VARIASI KONSENTRASI GIEMSA TERHADAP HASIL PEWARNAAN SEDIAAN APUS DARAH TIPIS PADA PEMERIKSAAN Plasmodium sp Suryanta 1, Soebiyono 2, Eni Kurniati 3 1,2,3 Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Malaria 1.1 Pengertian Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu p. falciparum, p. ovale, p. malariae dan p. vivax yang di tularkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala umumnya muncul 10 hingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi terletak di Jalan Raya Karang Tengah km 14 Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Dinas kesehatan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM )

PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM ) UPT. PUSKESMAS NUSA PENIDA I SOP PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM ) No. Dokumen : 23/SOP/Lab-NPI/2016 No. Revisi : 01 Tgl. Terbit : 01 April 2016 Halaman : 1-5 Kepala UPT Puskesmas Nusa Penida I dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasmodium merupakan penyebab infeksi malaria yang ditemukan oleh Alphonse Laveran dan perantara malaria yaitu nyamuk Anopheles yang ditemukan oleh Ross (Widoyono, 2008).

Lebih terperinci

Sistem Peredaran Darah Manusia

Sistem Peredaran Darah Manusia Sistem Peredaran Darah Manusia Struktur Alat Peredaran Darah Pada Manusia Sistem peredaran darah pada manusia tersusun atas jantung sebagai pusat peredaran darah, pembuluh-pembuluh darah dan darah itu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik karena mencari perbedaan antara dua variabel yaitu perbedaan darah lengkap kanker payudara positif dan diduga kanker payudara.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang mengancam jiwa dan banyak menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta penduduk di dunia terinfeksi

Lebih terperinci

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt ARTERI Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis Mempunyai dinding yang tebal Mempunyai jaringan yang elastis Katup hanya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 25 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya parasitologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian telah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA. OLEH Nurhafni, SKM. M.Kes

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA. OLEH Nurhafni, SKM. M.Kes LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA OLEH Nurhafni, SKM. M.Kes AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... 1.2 Manfaat...

Lebih terperinci

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di laboratorium Patologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak

Lebih terperinci

PEWARNAAN HAPUSAN DARAH TEPI. Oleh, Kelompok 2: I Gusti Agung Ayu Krisma D. D (P ) I Putu Paramartha Wicaksana A.

PEWARNAAN HAPUSAN DARAH TEPI. Oleh, Kelompok 2: I Gusti Agung Ayu Krisma D. D (P ) I Putu Paramartha Wicaksana A. PEWARNAAN HAPUSAN DARAH TEPI Oleh, Kelompok 2: I Dewa Ayu Megarani (P07134012003) Ni Wayan Nursilayani (P07134012013) I Gusti Agung Ayu Krisma D. D (P07134012023) I Putu Paramartha Wicaksana A. (P07134012033)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat ini. Menurut WHO tahun 2011, dari 106 negara yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit mematikan yang disebabkan oleh dari genus dengan perantara nyamuk Anopheles betina. Berdasarkan data WHO, pada tahun 2014 sendiri telah terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berbeda dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar luas di seluruh dunia meskipun umumnya terdapat di daerah berlokasi antara 60 Lintang Utara dan

Lebih terperinci

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI II. PEWARNAAN SEL BAKTERI TUJUAN 1. Mempelajari dasar kimiawi dan teoritis pewarnaan bakteri 2. Mempelajari teknik pembuatan apusan kering dalam pewarnaan bakteri 3. Mempelajari tata cara pewarnaan sederhana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria tersebar hampir di seluruh dunia yaitu antara garis 60 lintang utara dan 40 lintang selatan, meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah sejenis penyakit menular pada manusia. Sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah sejenis penyakit menular pada manusia. Sekitar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria adalah sejenis penyakit menular pada manusia. Sekitar 350-500 juta orang terinfeksi dan lebih dari satu juta kematian setiap tahun, terutama di daerah

Lebih terperinci