Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian Dan Jasa Penjaminan Periode

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian Dan Jasa Penjaminan Periode"

Transkripsi

1 ejournal Administrasi Bisnis, 06, 4 (4): ISSN , ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 06 Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian Dan Jasa Penjaminan Periode Shella Asty Mawarni Abstrak Penilaian tingkat kesehatan dari aspek keuangan diukur menggunakan empat indikator yaitu Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA), Likuiditas dan Risk Based Capital (RBC). Aspek operasional diukur menggunakan lima indikator yaitu Rasio Kecukupan Investasi (RKI), Yield On Investment (YOI), Expense Ratio, Pertumbuhan Premi dan Underwriting Yield. Aspek Administratif diukur menggunakan lima indikator yaitu Laporan Perhitungan Tahunan, Rancangan RKAP, Laporan Periodik, Tingkat Efektifitas Penyaluran dan Tingkat Kolektibilitas. Sampel dalam penelitian ini sebanyak tiga perusahaan, yaitu PT Asuransi Jiwasraya (Persero), PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero). Hasil penilaian tingkat kesehatan ketiga sampel memperoleh predikat sehat dengan kategori AA di tahun Adapun saran yang dapat diberikan untuk PT Asuransi Jiwasraya (Persero) adalah mengadakan optimalisasi investasi, terutama meningkatkan investasi surat berharga. PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) diharapkan mampu meningkatkan hasil underwriting dan atau hasil investasi, meningkatkan penyaluran dana atau modal usaha kepada mitra binaan, serta merekrut tenaga profesional dalam mengelola piutang program kemitraan dan bina lingkungan. PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) perlu meningkatkan pendapatan premi asuransi umum dan jasa penjaminan dan mengoptimalisasi investasi untuk memperoleh hasil investasi yang maksimal Kata Kunci : Tingkat Kesehatan, Badan Usaha Milik Negara, Asuransi, Penjaminan Pendahuluan Kebutuhan akan jasa perasuransian dianggap semakin perlu dilakukan, baik oleh perusahaan, perorangan maupun sektor publik di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan, baik dalam menghadapi risiko yang mendasar seperti risiko kematian, atau dalam menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki. Demikian pula dunia usaha dalam menjalankan kegiatannya menghadapi berbagai risiko yang mungkin dapat mengganggu kesinambungan usahanya. Mahasiswa Program S Ilmu Admistrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. shellaastymawarni@gmail.com

2 ejournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 06: Di samping itu, usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan menjadi penting karena dari kegiatan perlindungan risiko, perusahaan asuransi mampu menghimpun dana masyarakat yang bersumber dari penerimaan premi. Pembangunan ekonomi memerlukan dukungan dana investasi dalam jumlah yang memadai. Untuk itu diperlukan usaha pengerahan dana masyarakat. Permasalahan terjadi ketika perusahaan asuransi mengingkari kewajibannya, yakni tidak dapat membayar klaim. Menurut Djumena melalui Kompas.com (0), Ketut Sendra, Sekretaris Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI), mengatakan cukup banyak nasabah yang tidak bisa mendapatkan ganti rugi polis, ketika perusahaan asuransi dicabut izinnya oleh regulator dan tidak memiliki tempat mengadu atas permasalahan semacam itu. Bahkan otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga kini belum mempunyai standar penyelesaian permasalahan itu dan terkadang mengembalikannya kepada perusahaan asuransi. Berdasarkan permasalahan tersebut, sudah jelas bahwa perlindungan nasabah asuransi ternyata belum memadai. Agar di kemudian hari pembayaran asuransi terjamin, calon pemegang polis terlebih dahulu menemukan perusahaan asuransi yang sehat. Bahkan bagi yang telah menjadi pemegang polis pun wajib mengetahui tingkat kesehatan perusahaan asuransi yang telah dipilihnya. Menurut Taswin (0:9), salah satu faktor utama yang dapat dilihat dari perusahaan asuransi untuk mengetahui bahwa perusahaan asuransi tersebut adalah sehat, yaitu kesehatan keuangannya. Kinerja keuangan BUMN Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan tercermin pada laporan keuangan yang kemudian dapat dianalisis menggunakan salah satu metode yaitu rasio atau perbandingan. Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut di masa lalu, berikut ini disajikan tabel rasio keuangan BUMN Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan Tahun 0-0. Tabel Rasio Keuangan Beberapa BUMN Jasa Keuangan Bidang Perasuransian dan Penjaminan 0-0 Rasio Keuangan (%) Sumber : Ikhtisar keuangan (0) Berdasarkan tabel diatas PT Askrindo (Persero) memiliki kinerja ROA, ROE, RBC, YOI, Expense Ratio dan Pertumbuhan Premi cenderung meningkat setiap tahunnya, RKI fluktuatif dan Underwriting Yield menurun. PT Jasindo (Persero) memiliki kinerja RBC, RKI, YOI yang meningkat, ROA fluktuatif dan 86 Asuransi BUMN PT Askrindo (Persero) PT Jasindo (Persero) PT Jiwasraya (Persero) ROA 4,7 6, 7, 6,65 4,57 5,09 5,4,9,6 ROE 5, 7, 7,5,9 9,4 9, 4, 7,6 7,5 Likuiditas ,7 69,9 7,8 Risk Based Capital 87, 99,5.059,4 44, 59, 6,8 0, 6,9 74,5 RKI 687, 796,6 58,,6 6,5 60,9 4,9, 9, YOI 5,8 5,8 5,94 -,47,0,5,8 5,6 Expense Ratio 9,7 6, 6,6 5,0 5,5 5,89,6,, Pertumbuhan Premi 67,5 0,9, - 4,75 4, Underwriting Yield 6,7 8,0,8,84,0 8,9 8,7 4,4 5,90

3 Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Shella) ROE, Expense Ratio, Pertumbuhan Premi dan Underwriting Yield menurun setiap tahunnya. PT Jiwasraya (Persero) memiliki kinerja ROA, ROE, Likuiditas, RBC, YOI, Expense Ratio dan Underwriting Yield yang cenderung fluktuatif, serta RKI yang menurun setiap tahunnya. Maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan BUMN Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan Tahun 0-0 secara keseluruhan masih perlu ditingkatkan. Selanjutnya, untuk menilai apakah rasio keuangan perusahaan asuransi BUMN yang telah dihitung termasuk kategori sehat atau tidak, pada tahun 04 pemerintah menetapkan Peraturan Menteri BUMN No. PER-/MBU/04 untuk menilai tingkat kesehatan BUMN Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan yang meliputi tiga aspek penilaian, yaitu aspek keuangan, operasional dan administratif. Atas dasar inilah, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan dengan judul penelitian : Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan Periode Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahannya yaitu: Bagaimana tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan Periode berdasarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor:PER- /MBU/04? Tujuan Penelitian Dari permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan Periode berdasarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor:PER- /MBU/04. Kerangka Dasar Teori Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Harjito dan Martono (0:4), manajemen keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan pengelolaan bagaimana memperoleh aset, mendanai aset dan mengelola aset untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut Sartono (008:6), manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien. Pada prinsipnya, 87

4 ejournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 06: manajemen keuangan mencakup penilaian tentang pengambilan keputusan investasi, pengambilan keputusan pembelanjaan serta efisiensi dalam pembelanjaan perusahaan. Badan Usaha Milik Negara Dalam Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) No. 9 Tahun 00 Pasal ayat (), Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN menurut persentase kepemilikan modalnya dapat dibagi menjadi sebagai berikut. a. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 5% sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. b. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkna prinsip pengelolaan perusahaan. Secara garis besar, maksud dan tujuan pendirian BUMN sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No.9 Tahun 00 Pasal ayat () adalah : a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya. b. Mengejar keuntungan. c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan baran dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi. e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. BUMN Non Jasa Keuangan Menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP- 0/MBU/00 Pasal ayat (), BUMN non jasa keuangan adalah BUMN yang bergerak di bidang infrastruktur dan non infrastruktur. Selanjutnya dalam pasal 5 ayat (), yang dimaksud BUMN infrastruktur adalah BUMN yang kegiatannya menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan masyarakat luas, yang bidang usahanya meliputi : a. Pembangkitan, transmisi atau pendistibusian tenaga listrik. b. Pengadaan dan atau pengoperasian sarana pendukung pelayanan angkutan barang atau penumpang baik laut, udara atau kereta api. c. Jalan atau jembatan tol, dermaga, pelabuhan laut atau sungai atau danau, lapangan terbang dan bandara. 88

5 Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Shella) d. Bendungan dan irigasi. Sedangkan dalam pasal 5 ayat () disebutkan bahwa yang dimaksud dengan BUMN Non Infrastruktur adalah BUMN yang bidang usahanya di luar bidang usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (). BUMN Jasa Keuangan Menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP- 0/MBU/00 Pasal ayat (), BUMN jasa keuangan adalah BUMN yang bergerak dalam bidang usaha perbankan, asuransi, jasa pembiayaan dan jasa penjaminan. BUMN jasa keuangan merupakan sebuah lembaga yang kekayaannya sebagian besar dalam bentuk tagihan (claims) artinya lembaga ini mempunyai bentuk aset riil (seperti peralatan gedung dan sebagainya) lebih sedikit daripada tagihan atau aset finansial (saham, instrumen uang dan surat berharga lainnya) yang bersifat sebagai perantara bagi mereka yang mempunyai dana bagi mereka yang memerlukan dana. Menurut Pasal Undang-Undang No. 7 Tahun 99 tentang perbankan di Indonesia bahwa lembaga keuangan merupakan badan atau lembaga yang kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat. Dalam keputusan SK Menkeu RI No. 79 Tahun 990 dinyatakan bahwa lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dana, penyaluran dana kepada masyarakat terutama dalam membiayai investasi pembangunan. Dari pengertian tersebut maka yang dapat dikatakan sebagai lembaga keuangan adalah suatu badan usaha atau institusi yang memiliki kekayaan utama dalam bentuk asset-asset baik financial maupun non-financial yang aktivitasnya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat terutama dalam membiayai investasi pembangunan. Pengertian Asuransi Menurut UU RI Nomor 40 Tahun 04 Pasal ayat (), yang dimaksud dengan asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk: a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang pasti. b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana. Sedangkan menurut Darmawi (006.), definisi asuransi bisa diberikan dari berbagai sudut pandang, yaitu dari sudut pandangan ekonomi, hukum, bisnis, sosial, ataupun berdasarkan pengertian matematika. Itu berarti bisa lima definisi bagi asuransi. Tidak ada satu definisi yang bisa memenuhi masing-masing sudut 89

6 ejournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 06: pandang tersebut. Asuransi merupakan bisnis yang unik, yang di dalamnya terdapat kelima aspek tersebut, yaitu aspek ekonomi, hukum, sosial, bisnis, dan aspek matematika. Metode Penelitian Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Data yang digunakan berbentuk kuantitatif, yaitu menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka. (Indriantoro dan Supomo (0:). Maka dapat disimpulkan bahwa jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, yaitu meneliti data yang berupa angka dan dibahas serta diuraikan secara sistematis. Definisi Operasional Pada penelitian ini, penilaian tingkat kesehatan aspek keuangan dan operasional diukur menggunakan laporan keuangan perusahaan. Sedangkan aspek administratif berisi ketaatan perusahaan asuransi dan penjaminan dalam kegiatan administrasi yang dapat dilihat pada annual report perusahaan terkait. Maka secara garis besar, definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tabel Definisi Operasional Aspek Penilaian No. Indikator Bobot Aspek Keuangan ROE ROA Likuiditas Risk Based Capital Aspek Operasional Rasio Kecukupan Investasi Yield On Investment Expense Ratio Pertumbuhan Premi Underwriting Yield Aspek Administratif 5... Laporan Perhitungan Tahunan Rancangan RKAP Laporan Periodik Kinerja PKBL 4. Tingkat Efektifitas Penyaluran 5. Tingkat Kolektibilitas Sumber : Peraturan Menteri BUMN No. PER-/MBU/04 7,5 7,5

7 Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Shella) Analisis dan Pembahasan Analisis Tingkat Kesehatan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Penilaian tingkat kesehatan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) terbagi menjadi tiga aspek penilaian, yaitu penilaian berdasarkan aspek keuangan, operasional dan administratif yang berpedoman pada Peraturan Menteri BUMN No: PER-/MBU/04. Penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel Penilaian Tingkat Kesehatan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Tahun No Aspek Penilaian Nilai Perhitungan Skor Bobot Aspek Keuangan % % 5 0,5 Rentabilitas - ROA (%),6 4,76 7,5 4,5 6 - ROE (%) *,6 7,8 7,5 7,5 7,5 Likuiditas 566,66 686,78 RBC (%) 40,8 6,6 8 Aspek Operasional RKI (%) 0,9 4,6 6 6 YOI (%) * 9,99 4,7 8 0 Expense Ratio (%),7, Pertumbuhan Premi (%),0 60,47 6 Underwriting Yield (%) 4,97 49,46 Aspek Administratif ** Laporan perhitungan Feb 05 Feb 06 tahunan Okt 0 Okt 04 Rancangan RKAP Tepat Tepat Laporan periodik Waktu Waktu Kinerja PKBL - efektifitas penyaluran - tingkat kolektibilitas 86, 8,54 97,89 86,9 Total Bobot ,5 Predikat Penilaian AA AA Sumber : Data diolah (06) * BI rate per Desember 04 sebesar 7,75 dan Desember 05 sebesar 7,5 ** Data diperoleh dari Annual Report Jiwasraya Tahun Tingkat Kesehatan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Penilaian tingkat kesehatan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) terbagi menjadi tiga aspek penilaian, yaitu penilaian berdasarkan aspek keuangan, 9

8 ejournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 06: operasional dan administratif yang berpedoman pada Peraturan Menteri BUMN No: PER-/MBU/04. Penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel Penilaian Tingkat Kesehatan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Tahun No Aspek Penilaian Nilai Perhitungan Skor Bobot Aspek Keuangan % % 5,5,5 Rentabilitas - ROA (%) - ROE (%) * Likuiditas RBC (%) 8, 8, 94,7 59,76 8,50 8, 09,8 6,87 7,5 7,5 6 7,5 6 7,5 Aspek Operasional RKI (%) YOI (%) * Expense Ratio (%) Pertumbuhan Premi (%) Underwriting Yield (%) 4,59,97 5,9 4,,80 4,7,9 6,5 4,86,7 6 Aspek Administratif ** 5 Laporan perhitungan tahunan Rancangan RKAP Laporan periodik Kinerja PKBL - efektifitas penyaluran - tingkat kolektibilitas April 05 Okt 0 Tepat Waktu 0,68 6,68 April 06 Okt 04 Tepat Waktu 45,44 9,8 Total Bobot 0 8,5 9,5 0 0 Predikat Penilaian AA AA Sumber : Data diolah (06) * BI rate per Desember 04 sebesar 7,75 dan Desember 05 sebesar 7,5 ** Data diperoleh dari Annual Report Jasindo Tahun Tingkat Kesehatan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) Penilaian tingkat kesehatan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) terbagi menjadi tiga aspek penilaian, yaitu penilaian berdasarkan aspek keuangan, operasional dan administratif yang berpedoman pada Peraturan Menteri BUMN No: PER-/MBU/04. Penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut. 9

9 Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Shella) Tabel Penilaian Tingkat Kesehatan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) Tahun No Aspek Penilaian Nilai Perhitungan Skor Bobot Aspek Keuangan % % 5,5 5 Rentabilitas - ROA (%) 9,89,08 7,5 6 7,5 - ROE (%) *,8 4,07 7,5 7,5 7,5 Likuiditas 97, 67,8 RBC (%) 749,59 605,7 Aspek Operasional RKI (%) 4,5 9,44 YOI (%) * 8,4 9,4 6 Expense Ratio (%) 4,8 4,6 Pertumbuhan Premi (%) 4,74 5,7 8 Underwriting Yield (%) 5,6 8, 8 8 Aspek Administratif ** Laporan perhitungan Feb 05 Feb 06 tahunan Okt 0 Okt 04 Rancangan RKAP Tepat Tepat Laporan periodik Waktu Waktu Kinerja PKBL - efektifitas penyaluran - tingkat kolektibilitas 98, 66,50 95,05 7,4 Total Bobot 0 88,5 9 Predikat Penilaian AA AA Sumber : Data diolah (06) * BI rate per Desember 04 sebesar 7,75 dan Desember 05 sebesar 7,5 ** Data diperoleh dari Annual Report Askrindo Tahun Pembahasan Tingkat Kesehatan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Penilaian aspek keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) memperoleh skor 0 di tahun 04 dan skor,5 di tahun 05 dari bobot maksimal sebesar 5. ROE dan Likuiditas di tahun 04 dan 05 memperoleh skor maksimal atau tergolong dalam kriteria sangat baik menurut Peraturan Menteri BUMN No.PER-/MBU/04, yang berarti bahwa PT Asuransi Jiwasraya (Persero) telah mampu memperoleh laba maksimal dari ekuitas dan memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi kewajiban seluruh hutang perusahaan jangka pendek. RBC PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mengalami kenaikan dari perolehan skor 8 atau kriteria baik di tahun 04 meningkat dengan perolehan skor atau kriteria sangat baik di tahun 05. Hal ini menunjukkan bahwa PT Asuransi 9

10 ejournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 06: Jiwasraya (Persero) semakin baik dalam hal menjaga keamanan finansialnya. ROA PT Asuransi Jiwasraya (Persero) juga mengalami peningkatan, namun belum mencapai skor maksimal. ROA di tahun 04 tergolong dalam perolehan skor 4,5 atau kriteria cukup meningkat ke skor 6 atau kriteria baik di tahun 05. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan masih belum maksimal dalam mengelola aset untuk mencapai laba yang maksimal. Skor aspek operasional PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tercatat sebesar 40 di tahun 04 dan 6 di tahun 05 dari bobot maksimal sebesar 50. Penurunan skor tersebut diakibatkan oleh YOI yang menurun drastis dari skor 8 atau kriteria baik di tahun 04 menjadi skor 0 atau kriteria sangat kurang di tahun 05. Hal ini disebabkan oleh hasil yang diperoleh lebih rendah dari BI rate. Maka dapat dikatakan bahwa PT Asuransi Jiwasraya (Persero) masih belum efektif dalam mengelola investasi untuk mendapatkan hasil investasi yang maksimal. Selain itu, RKI juga tercatat dengan skor 6 atau kriteria cukup, yang berarti bahwa investasi yang dilakukan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) perlu ditingkatkan untuk mencukupi hutang klaim. Sebaliknya, skor Expense Ratio dan Underwriting Yield tetap stabil dengan skor atau kriteria sangat baik, yang berarti bahwa PT Asuransi Jiwasraya (Persero) telah efisien dalam mengelola perusahaan dan efektif dalam proses underwriting. Rasio Pertumbuhan Premi mengalami kenaikan dari perolehan skor 6 atau kriteria cukup menjadi skor atau kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat terhadap produk asuransi yang ditawarkan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) meningkat. Aspek administratif mengalami kenaikan skor dari 4 di tahun 04 meningkat sebesar 5 di tahun 05 atau memperoleh skor maksimal. Kenaikan tersebut disebabkan oleh peningkatan skor efektifitas penyaluran dari skor di tahun 04 menjadi skor di tahun 05. Hal ini menunjukkan bahwa PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mampu melaksanakan ketaatan administrasi dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa perolehan ROE, Likuiditas, RBC, Expense Ratio, Pertumbuhan Premi, Underwriting Yield dan aspek administratif PT Asuransi Jiwasraya (Persero) menunjukkan kinerja yang baik di tahun 05. Sedangkan perolehan ROA, RKI dan YOI belum menunjukkan kinerja yang maksimal. Hal ini disebabkan karena YOI atau kinerja investasi menorehkan imbal hasil (return) yang tidak optimal sebagai dampak dari penurunan suku bunga deposito sejalan dengan penurunan BI Rate dan LPS sepanjang tahun 05. Selain hasil underwriting, hasil investasi memegang peranan penting untuk meningkatkan laba perusahaan asuransi dan penjaminan. Dengan pertumbuhan negatif hasil investasi, maka laba yang dihasilkan pasti tidak maksimal, sehingga berdampak pada nilai ROA. Untuk memaksimalkan hasil investasinya, PT Asuransi Jiwasraya (Persero) perlu mengadakan optimalisasi investasi, terutama meningkatkan investasi surat berharga yang menunjukkan kinerja yang baik di tahun 05 dibandingkan instrumen investasi lainnya. Peningkatan investasi 94

11 Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Shella) tersebut perlu dilakukan sejalan dengan perolehan nilai Rasio Kecukupan Investasi (RKI) yang masih belum aman untuk mencukupi kewajiban klaim di masa sekarang dan mendatang. Berdasarkan penilaian tingkat kesehatan yang ditinjau dari aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administratif, maka total skor tingkat kesehatan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tahun 04 sebesar 84 dan tahun 05 sebesar 84,5 dengan predikat penilaian Sehat AA. Tingkat Kesehatan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Penilaian pada aspek keuangan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) tahun 04 dan 05 tercatat stabil dengan perolehan skor,5. ROE, likuiditas dan RBC telah mencapai hasil maksimal dengan kriteria sangat baik. Maka PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) telah berhasil dalam hal pengelolaan ekuitas, kewajiban jangka pendek dan keamanan finansialnya. Sebaliknya, nilai ROA masih memperoleh skor 6 atau kriteria baik, yang artinya PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) perlu meningkatkan efektifitas pengelolaan aset agar mencapai skor yang maksimal yaitu 7,5. Skor aspek operasional PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) tercatat sebesar 9 di tahun 04 dan 50 di tahun 05. Kenaikan poin tersebut dipengaruhi oleh kenaikan RKI dan Pertumbuhan Premi. RKI tahun 04 termasuk dalam skor 6 atau kriteria cukup dan meningkat memperoleh skor atau kriteria sangat baik di tahun 05. Pertumbuhan Premi tahun 04 memperoleh skor atau kriteria kurang meningkat menjadi sangat baik atau memperoleh skor maksimal di tahun 05. Meskipun adanya Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor Tahun 05 tentang Penetapan Tarif Premi atau Kontribusi yang mempengaruhi pertumbuhan premi bruto yang rendah dari dua lini usaha asuransi kendaraan bermotor dan harta benda, namun pertumbuhan lini usaha lain mampu meningkat pesat. Perkembangan positif pada RKI dan Rasio Pertumbuhan Premi tersebut menunjukkan bahwa PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) mampu untuk mencukupi hutang klaim dan mampu mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap produk asuransi yang ditawarkan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero). Selanjutnya, hasil yang maksimal juga diperoleh dalam rasio YOI, Underwriting Yield dan Expense Ratio dengan perolehan skor atau kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) telah efektif dalam mengelola investasi, proses underwriting dan efisien dalam hal pengelolaan biaya operasionalnya. Aspek administratif PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) di tahun memperoleh skor. PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) tepat waktu dalam menyampaikan Laporan Perhitungan Tahunan, Rancangan RKAP dan Laporan Periodik, namun kinerja PKBL yang meliputi tingkat efektifitas penyaluran dan tingkat kolektibilitas masih jauh berada di bawah kriteria sehat yang ditetapkan pemerintah. Dapat disimpulkan bahwa ROE, Likuiditas, RBC, RKI, YOI, Expense Ratio, Pertumbuhan Premi, Underwriting Yield PT Asuransi Jasa Indonesia 95

12 ejournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 06: (Persero) menunjukkan kinerja yang baik dan penyampaian Laporan Perhitungan Tahunan, Rancangan RKAP serta Laporan Periodik dilakukan tepat waktu. Sedangkan perolehan ROA, Tingkat Efektifitas Penyaluran dan Tingkat Kolektibilitas belum menunjukkan kinerja yang maksimal. Perolehan ROA yang belum maksimal disebabkan oleh perolehan Beban Usaha yang meningkat sehingga berdampak pada menurunnya Laba Usaha. Peningkatan Beban Usaha di tahun 05 didominasi pada biaya administrasi keuangan yaitu meningkatnya biaya bank sebagai dampak perbaikan sistem pembayaran terkait penutupan asuransi dan perusahaan pembiayaan. Untuk itu, PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) perlu untuk meningkatkan Pendapatan Usaha sebagai langkah untuk mengimbangi Beban Usaha yang menanjak di tahun berikutnya. Meningkatkan pendapatan usaha dapat dilakukan dengan cara meningkatkan hasil underwriting dan atau hasil investasi. Kemudian untuk meningkatkan Tingkat Efektifitas Penyaluran, PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) perlu meningkatkan penyaluran dana atau modal usaha kepada mitra binaan. Sedangkan untuk meningkatkan Tingkat Kolektibilitas, PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) perlu merekrut tenaga profesional dalam mengelola piutang program kemitraan dan bina lingkungan. Berdasarkan penilaian tingkat kesehatan yang ditinjau dari aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administratif, maka total skor tingkat kesehatan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) tahun 04 sebesar 8,5 dan tahun 05 sebesar 9,5 dengan predikat penilaian Sehat AA. Tingkat Kesehatan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) Penilaian tingkat kesehatan aspek keuangan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) berdasarkan laporan keuangan gabungan tahun tercatat meningkat dengan perolehan skor di tahun 05 sebesar 5. ROA, ROE, Likuiditas dan RBC telah memperoleh hasil yang maksimal dengan kriteria sangat baik, yang berarti bahwa PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) telah mampu mengelola aset, ekuitas, kewajiban jangka pendek dan keamanan finansialnya dengan baik. Aspek Operasional PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) tahun juga tercatat meningkat dari skor 4 di tahun 04 menjadi skor 4 di tahun 05 dari bobot maksimal sebesar 50. RKI dan Expense Ratio telah mencapai skor maksimal dengan kriteria sangat baik, yang berarti bahwa PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) mumpuni dalam hal pengelolaan investasi untuk memenuhi hutang klaim dan cadangan teknis serta efisien dalam mengelola biaya operasional untuk mendapatkan pendapatan premi. Namun, YOI PT Asuransi Kredit Indonesia masih memperoleh skor 6 atau kriteria cukup. Sehingga PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) masih belum memadai dalam hal pengelolaan investasi untuk memperoleh hasil investasi yang maksimal. Rasio Underwriting Yield pun masih perlu ditingkatkan oleh PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero), karena masih memperoleh skor 8 atau tergolong dalam kriteria baik. Ini menandakan bahwa PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) perlu meningkatkan 96

13 Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Shella) pengelolaan proses underwriting. Demikian pula dengan Rasio Pertumbuhan Premi yang masih memperoleh skor 8 atau kriteria baik. Hal ini menggambarkan bahwa pendapatan yang dihasilkan dari premi asuransi umum dan jasa penjaminan masih perlu ditingkatkan agar memperoleh skor. Aspek administratif mengalami kenaikan skor dari 4 di tahun 04 meningkat sebesar 5 di tahun 05 atau memperoleh skor maksimal. Kenaikan tersebut disebabkan oleh peningkatan skor tingkat kolektibilitas dari skor di tahun 04 menjadi skor di tahun 05. Hal ini menunjukkan bahwa PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mampu melaksanakan ketaatan administrasi dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa ROA, ROE, Likuiditas, RBC, RKI Expense Ratio dan aspek administratif menunjukkan kinerja yang baik di tahun 05. Namun YOI, Pertumbuhan Premi dan Underwriting Yield masih belum optimal. Adapun perolehan Underwriting Yield yang belum optimal karena kenaikan pendapatan underwriting sebesar 9,79% juga diimbangi dengan kenaikan beban underwriting sebesar 6,84%. Sehingga selisih di antara keduanya yang tidak begitu signifikan tersebut mengakibatkan Underwriting Yield hanya memperoleh skor 8. Agar Underwriting Yield meningkat, PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) perlu meningkatkan pendapatan premi asuransi umum dan jasa penjaminan sehingga mengakibatkan peningkatan pada pendapatan underwriting dan berdampak pada peningkatan rasio Pertumbuhan Premi pula. Sedangkan perolehan YOI yang belum optimal disebabkan investasi yang dilakukan di tahun 05 hanya meningkat 5,5% dari tahun 04. Sehingga PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) perlu memaksimalkan investasi untuk memperoleh hasil investasi yang maksimal. Berdasarkan penilaian tingkat kesehatan yang ditinjau dari aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administratif, maka total skor tingkat kesehatan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) tahun 04 sebesar 88,5 dan tahun 05 sebesar 9 dengan predikat penilaian Sehat AA. Penutup Berdasarkan analisis penilaian tingkat kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor:PER-/MBU/04 terhadap sampel BUMN Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan tahun 04-05, maka dapat disimpulkan bahwa hasil penilaian tingkat kesehatan PT Asuransi Jiwasraya (Persero), PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) pada tahun 04 dan 05 memperoleh predikat Sehat dengan kategori AA Adapun saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan analisis penilaian tingkat kesehatan terhadap sampel BUMN Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan berdasarkan Peraturan Menteri BUMN No. PER-/MBU/04 adalah sebagai berikut. a. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) diharapkan mampu meningkatkan rasio-rasio 97

14 ejournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 06: aspek keuangan dan aspek operasionalnya untuk mencapai bobot maksimal. Adapun rasio-rasio yang perlu ditingkatkan antara lain Return On Asset (ROA), Rasio Kecukupan Investasi (RKI) dan Yield On Investment (YOI). Ketiga rasio tersebut dapat ditingkatkan dengan cara mengadakan optimalisasi investasi, terutama meningkatkan investasi surat berharga. b. PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) diharapkan mampu meningkatkan rasio aspek keuangan dan administratif untuk mencapai bobot maksimal. Adapun rasio yang perlu ditingkatkan yaitu Return On Asset (ROA), Tingkat Efektifitas Penyaluran dan Tingkat Kolektibilitas. ROA dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan hasil underwriting dan atau hasil investasi. Kemudian Tingkat Efektifitas Penyaluran dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan penyaluran dana atau modal usaha kepada mitra binaan. Sedangkan untuk meningkatkan Tingkat Kolektibilitas, PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) perlu merekrut tenaga profesional dalam mengelola piutang program kemitraan dan bina lingkungan c. PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) diharapkan mampu meningkatkan rasio-rasio aspek operasionalnya untuk mencapai bobot maksimal. Adapun rasio-rasio yang perlu ditingkatkan antara lain Yield On Investment (YOI), Pertumbuhan Premi dan Underwriting Yield. Untuk meningkatkan Pertumbuhan Premi dan Underwriting Yield, PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) perlu meningkatkan pendapatan premi asuransi umum dan jasa penjaminan sehingga mengakibatkan peningkatan pada pendapatan underwriting. Sedangkan untuk meningkatkan Yield On Investment, PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) perlu memaksimalkan investasi untuk memperoleh hasil investasi yang maksimal. d. PT Asuransi Jiwasraya (Persero), PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) diharapkan mampu meningkatkan tingkat kesehatannya agar dapat memperoleh predikat Sehat dengan kategori AAA karena sebagai perusahaan BUMN mempunyai tugas untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia. Daftar Pustaka Arianty, Astri, 0. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Cabang Sulawesi Selatan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Fahmi, Irham, 0. Analisis Kinerja Keuangan, Alfabeta, Bandung. Fatkurrohmah, Leni dkk, 05. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Universitas Jember, Jember. Harjito, D. Agus dan Martono, 0. Manajemen Keuangan, Ekonisia, Yogyakarta. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 0. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, BPFE, Yogyakarta. 98

15 Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Shella) Martono, Nanang, 0. Metode Penelitian Kuantitatif, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta. Nazir, Moh, 0. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor. Nitisusastro, Mulyadi, 0. Asuransi dan Usaha Perasuransian di Indonesia, Alfabeta, Bandung. Salim, Abbas, 0. Asuransi dan Manajemen Resiko, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta. Sartono, R. Agus, 008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, BPFE, Yogyakarta. Taswin, Trisnawati, 0. Klaim Asuransi?, Pohon Cahaya, Yogyakarta. Wibowo, 0. Manajemen Kinerja, Rajawali Pers, Jakarta. Yanti, Tiara Fitri, 05. Analisis Laporan Keuangan Departemen Asuransi Jiwa Syariah AJB Bumiputera. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dokumen-dokumen : Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-0/MBU/00 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 99 Tentang Lembaga Keuangan. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-/MBU/04 Tentang Indikator Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara Jasa Keuangan Bidang Usaha Perasuransian dan Jasa Penjaminan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun 99 Tentang Usaha Perasuransian. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 99 Tentang Perbankan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 00 Tentang Badan Usaha Milik Negara. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 04 Tentang Asuransi. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun 06 Tentang Penjaminan. Sumber Internet : Djumena, Erlangga, 0. Perlindungan Nasabah Asuransi Ternyata Belum Memadai. Kompas (Online) 04//65487/Perlindungan.Nasabah.Asuransi.Ternyata.Belum.Mema dai (diakses 5 April 06) PT Asuransi Jiwasraya (Persero). (diakses 5 Agustus 06). PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero). (diakses 5 Agustus 06). PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero). (diakses 5 Agustus 06). 99

SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER - 04/MBU/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER - 04/MBU/2011 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER - 04/MBU/2011 TENTANG INDIKATOR PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BADAN USAHA MILIK NEGARA JASA KEUANGAN BIDANG USAHA PERASURANSIAN DAN JASA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan

BAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1 BUMN II.1.1.1 Pengertian BUMN BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LIKUIDITAS DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN DI BURSA EFEK INDONESIA

2015 PENGARUH LIKUIDITAS DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN DI BURSA EFEK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Persaingan dunia usaha di Indonesia semakin ketat, salah satunya di bidang jasa yaitu usaha asuransi yang semakin berkembang. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hamidullah (2004) melakukan penelitian dengan judul Analisis Rasio Keuangan Sebagai Dasar Untuk Memprediksi Kondisi Keuangan Perusahaan Pada PT. Agro Max

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perusahaan asuransi saat ini sangat pesat. Sampai tahun 2013 jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98 perusahaan, untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Harahap (2011:105) mendefinisikan laporan keuangan sebagai suatu laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan asuransi merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan non bank yang memberikan jasa perlindungan kepada masyarakat dalam hampir semua aspek kehidupan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pada saat ini kemajuan teknologi didalam dunia usaha khususnya di Indonesia sangatlah berkembang. Maka dari itu dilihat dari sisi perusahaan untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pola kehidupan manusia yang semakin maju pada saat ini akan mempengaruhi risiko yang akan terjadi pada kehidupan manusia itu sendiri. Risiko-risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan komersial. Potensi pengembangan industri asuransi di Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN. bukan komersial. Potensi pengembangan industri asuransi di Indonesia sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, asuransi memegang peranan penting dalam memberikan kepastian proteksi bagi manusia yang bersifat komersial maupun bukan komersial.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiono (2008 : 2) memaparkan bahwa secara umum metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiono (2008 : 2) memaparkan bahwa secara umum metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Sugiono (2008 : 2) memaparkan bahwa secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED ejournal Administrasi Bisnis, 2017, 5 (4): 867-876 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme asuransi atau pertanggungan. Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme asuransi atau pertanggungan. Undang-Undang Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Manusia selalu dihadapkan dengan berbagai risiko dalam kehidupan sehari-hari, seperti risiko

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. PT (Persero) Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) didirikan sebagai realisasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. PT (Persero) Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) didirikan sebagai realisasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan PT (Persero) Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) didirikan sebagai realisasi komitmen Pemerintah untuk mengembangkan ekspor non migas nasional.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Laporan

BAB II LANDASAN TEORI. dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Laporan 5 BAB II LANDASAN TEORI A. LAPORAN KEUANGAN Untuk mengetahui perkembangan suatu perusahaan haruslah mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut, dan kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA PT INDOFARMA (PERSERO) TBK (Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor :KEP- 100/MBU/2002)

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA PT INDOFARMA (PERSERO) TBK (Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor :KEP- 100/MBU/2002) ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, 2016, 4 (1): 103-115 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA PT INDOFARMA (PERSERO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan data yang tersedia di idx, jumlah perusahaan yang tercatat sampai dengan bulan Januari 2016 adalah sejumlah 523 emiten (www.idx.co.id).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang menghimpun dana (Funding) dari masyarakat yang. kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana (Deficit unit) untuk

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang menghimpun dana (Funding) dari masyarakat yang. kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana (Deficit unit) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian, sektor perbankan merupakan sektor yang mempunyai peranan penting bagi perkembangan perekonomian suatu negara. Peran tersebut diwujudkan dalam fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

Fitri Rezeki Amalia 1

Fitri Rezeki Amalia 1 ejournal Administrasi Bisnis, 2017, 5 (4): 1029-1042 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 ANALISIS RASIO KEUANGAN SECARA CROSS SECTIONAL UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam era globalisasi menuntut setiap perusahaan bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam era globalisasi menuntut setiap perusahaan bergerak dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dalam era globalisasi menuntut setiap perusahaan bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa yang mampu bersaing dengan perusahan lain. Tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka dari satu tempat ke tempat yang lain sesuai dengan tujuan masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka dari satu tempat ke tempat yang lain sesuai dengan tujuan masing-masing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi adalah salah satu sarana yang banyak dibutuhkan oleh individu untuk menunjang kelancaran aktivitas mereka untuk mengantarkan mereka dari satu

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH BERDASARKAN ANALISIS RASIO KEUANGAN

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH BERDASARKAN ANALISIS RASIO KEUANGAN PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH BERDASARKAN ANALISIS RASIO KEUANGAN (Studi pada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk dan PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Periode 2009-2012) Candra

Lebih terperinci

Jacob Abolladaka Pendidikan Ekonomi, FKIP-Undana Kupang-NTT

Jacob Abolladaka Pendidikan Ekonomi, FKIP-Undana Kupang-NTT ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN BANK PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT CHRISTA JAYA PERDANA DI KOTA KUPANG TAHUN 2012-2014 Jacob Abolladaka Pendidikan Ekonomi, FKIP-Undana

Lebih terperinci

RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE. by INFOVESTA

RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE. by INFOVESTA RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE by INFOVESTA TUJUAN PENILAIAN MANAJEMEN INVESTOR REGULATOR Evaluasi terhadap kinerja Perseroan pada periode tertentu Kebutuhan analisis dan pengambilan

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SUB SEKTOR SEMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SUB SEKTOR SEMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ejournal Administrasi Bisnis, 07, 5 (): 97-93 ISSN 355-508, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 07 ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SUB SEKTOR SEMEN YANG TERDAFTAR

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik BAB III PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status

Lebih terperinci

Abstract. Analisis Kinerja Keuangan PT. PLN (Persero) Wilayah Maluku dan Maluku Utara. Grace Persulessy. Key Words : ISSN

Abstract. Analisis Kinerja Keuangan PT. PLN (Persero) Wilayah Maluku dan Maluku Utara. Grace Persulessy. Key Words : ISSN ISSN 2302-5298 Lingkup Artikel Yang Dimuat Dalam Jurnal Ini Adalah Kajian Empiris dan Konseptual Kontemporer Pada Bidang Ekonomi, Bisnis & Akuntansi Analisis Kinerja Keuangan PT. PLN (Persero) Wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO PROFITABILITAS Analisis Rasio Profitabilitas Terhadap Laporan Keuangan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

ANALISIS RASIO PROFITABILITAS Analisis Rasio Profitabilitas Terhadap Laporan Keuangan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, 2015, 3 (2): 519-530 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2015 ANALISIS RASIO PROFITABILITAS Analisis Rasio Profitabilitas Terhadap Laporan Keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. megancam perekonomian negara-negara berkembang, termasuk industri asuransi.

BAB 1 PENDAHULUAN. megancam perekonomian negara-negara berkembang, termasuk industri asuransi. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis keuangan yang terjadi di Eropa dan beberapa negara Asia megancam perekonomian negara-negara berkembang, termasuk industri asuransi. Namun di Indonesia industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran dan yang tidak kalah pentingnya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan program pembangunan. Meningkatkan kualitas hidup antara

Lebih terperinci

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI :

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI : 1 Nama Data : Antar Bank Aktiva BPR Semua jenis simpanan/tagihan BPR Pelapor dalam rupiah kepada bank lain di Indonesia. Simpanan/tagihan kepada bank lain di Indonesia dengan jenis giro, tabungan, deposito

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian setiap Negara saling berhubungan dan memiliki tingkat ketergantungan yang mutualis. Artinya kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Pada sub bab ini peneliti terduhulu yang sudah melakukan penelitian adalah: 1. Kirmizi dan Susi Surya Agus, 2011 Peneliti ini mengambil judul Pengaruh Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar keuangan terbagi menjadi dua jenis segmen pasar yang berbeda yaitu pasar uang dan pasar modal dimana pasar uang merupakan pasar untuk efek utang jangka pendek

Lebih terperinci

PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB

PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB GaneÇ Swara Vol. No. Maret 6 PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB ABSTRAK SAHRUL IHSAN Fakultas Ekonomi Universitas Gunung Rinjani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Pada setiap bisnis, profit merupakan hal yang krusial. Profit dalam suatu bisnis merupakan suatu keharusan, jika bisnis tersebut ingin berlangsung. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara tergantung pada lembaga keuangannya. Lembaga keuangan terutama perbankan berperan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah mendapatkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang terus berkelanjutan. Pada akhir tahun 1997, suku bunga untuk jangka waktu bulanan di Bank

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan analisis laporan keuangan Bank BUMN selama periode 2010 sampai tahun 2014 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN BUMN PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PERIODE

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN BUMN PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PERIODE ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN BUMN PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PERIODE 2012-2014 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aset keuangan (financial asset) atau tagihan-tagihan (claim) misalnya: saham,

BAB I PENDAHULUAN. aset keuangan (financial asset) atau tagihan-tagihan (claim) misalnya: saham, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian modern dikenal adanya lembaga keuangan sebagai bagian dari sistem keuangan yang melayani masyarakat baik yang suplus dana maupun masyarakat

Lebih terperinci

1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Kehadiran industri asuransi merupakan hal yang rasional dan tidak terelakkan lagi pada situasi dimana sebagian besar pengusaha dan anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Bank Syariah Perbankan syariah dalam dunia internasional dikenal sebagai Islamic Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara. Kemajuan suatu bank di suatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi masa krisis keuangan global, asuransi adalah solusi yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi masa krisis keuangan global, asuransi adalah solusi yang dapat menjadi BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Menghadapi masa krisis keuangan global, asuransi adalah solusi yang dapat menjadi payung untuk mengantisipasi krisis keuangan, karena dana asuransi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan datang, baik jangka pendek

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perbankan Syariah Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank yang mencakup kelembagaan,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 5.1. Analisis Perkembangan Penyaluran Kredit Dalam pelaksanaan aktivitas operasional bank, salah satu upaya yang dilakukan oleh setiap perbankan adalah peningkatan kinerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan Fahmi (2012)

BAB II LANDASAN TEORI. sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan Fahmi (2012) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penilaian Kinerja Keuangan 2.1.1 Penilaian kinerja keuangan Mulyadi (2007) mengatakan bahwa kinerja keuangan adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian negara,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitianpenelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini, perbankan sebagai lembaga keuangan memiliki peran besar dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara, bank telah

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Rasio Klaim Dan Underwriting Terhadap Profitabilitas Perusahaan Asuransi Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Analisis Pengaruh Rasio Klaim Dan Underwriting Terhadap Profitabilitas Perusahaan Asuransi Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-05 Analisis Pengaruh Rasio Klaim Dan Underwriting Terhadap Profitabilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham Menurut Anoraga, Pakarti (2006:54) pengertian saham dapat diartikan sebagai tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas dan memiliki manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara umum ialah badan usaha yang seluruhnya maupun sebagian besar modalnya dimiliki oleh

Lebih terperinci

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH PENGERTIAN Menurut DFID (Department For International Development) sektor keuangan adalah seluruh perusahaan besar atau kecil, lembaga formal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan. Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bulan Januari 2013 seluruh industri keuangan di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bulan Januari 2013 seluruh industri keuangan di Indonesia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak bulan Januari 2013 seluruh industri keuangan di Indonesia, termasuk dengan industri asuransi berada dibawah lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Lembaga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional menjadi salah satu fokus utama pemerintah untuk menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor ekonomi menjadi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan Current Ratio, Debt to Equity dan Return on Investment terhadap

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan Current Ratio, Debt to Equity dan Return on Investment terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh rasio keuangan yang diukur dengan Current Ratio, Debt to Equity dan Return on Investment terhadap perubahan

Lebih terperinci

Tabel. IV.1 RKAP Asuransi Jasindo

Tabel. IV.1 RKAP Asuransi Jasindo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 RKAP PT ASURANSI JASINDO 2003 2007 Di bawah ini adalah Tabel IV.1 yang berisikan nilai nilai RKAP dari PT. Asuransi Jasindo selama tahun 2003 hingga tahun 2007.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Bank yang pada awal kemunculannya di Indonesia sejak penjajahan Belanda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu Peneltian pertama yang dilakukan oleh Karuniawati (2007) dengan objek penelitian yang dilakukan pada PT. Asuransi Jiwasraya. Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin majunya perkembangan perekonomian saat ini semakin banyak pula bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber dana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan perekonomian di dunia saat ini tidak terlepas dari dunia perbankan. Hampir seluruh aktivitas perekonomian memanfaatkan perbankan sebagai lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari peran semakin meningkatnya sektor usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk mengatur bagaimana perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lembaga keuangan merupakan aset yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan perekonomian tidak bisa terlepas dari besarnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Asuransi merupakan salah satu alternatif untuk mengalihkan dan mengendalikan risiko finansial dari hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh kar

PENDAHULUAN Asuransi merupakan salah satu alternatif untuk mengalihkan dan mengendalikan risiko finansial dari hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh kar ANALISIS PENGARUH RBC, RASIO UNDERWRITING, RASIO HASIL INVESTASI, RASIO PENERIMAAN PREMI, DAN RASIO BEBAN KLAIM TERHADAP LABA PERUSAHAAN ASURANSI (Studi Kasus Pada 9 Perusahaan Asuransi Kerugian Yang Terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengertian bank dalam pasal 1 ayat (2) UU Nomor 10 Tahun 1998 mengenai perubahan UU Nomor 7 Tahun 1992 menyatakan: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembangunan perekonomian tidak dapat lepas dari sektor perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1998 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA SWASTA DALAM PEMBANGUNAN DAN ATAU PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.05/2016 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. termasuk satu negara bank based yaitu negara yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN UKDW. termasuk satu negara bank based yaitu negara yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perbankan merupakan faktor penunjang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu negara. Saat ini, Indonesia masih termasuk satu negara bank

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Asuransi Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi. Dimana secara sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melihat secara seksama perusahaan tersebut mempunyai laba/ pertumbuhan atas asetnya sehingga perusahaan tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. melihat secara seksama perusahaan tersebut mempunyai laba/ pertumbuhan atas asetnya sehingga perusahaan tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan digunakan untuk menunjukkan mengenai kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan. Dimana didalam laporan keuangan merupakan suatu indikator penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Perbankan sebagai lembaga intermediasi cukup penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peran Perbankan sebagai lembaga intermediasi cukup penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran Perbankan sebagai lembaga intermediasi cukup penting dalam perekonomian. Bila sistem perbankan sehat maka perekonomian negara akan dapat tumbuh dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan perhatian yang serius dan bersungguh sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan syariah. Semangat ini dilandasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Sesuai dengan Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi financial internediary atau peranan pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini laju pertumbuhan ekonomi dunia dipengaruhi oleh dua elemen penting yaitu globalisasi dan kemajuan teknologi yang menyebabkan persaingan diantara perusahaan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK-BANK YANG LIST DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

2015 PENGARUH KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK-BANK YANG LIST DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Kasmir (2008:2) Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia telah mengalami perkembangan ekonomi yang sangat cepat. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peran bank sebagai lembaga keuangan yang mengatur,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan saat ini menjadi salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peran penting di dalam sektor perekonomian. Di Indonesia bank merupakan sebuah lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan salah satu sarana yang mempunyai peranan strategis dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai lembaga perantara (financial

Lebih terperinci

56 POLITEKNIK NEGERI KUPANG ISSN

56 POLITEKNIK NEGERI KUPANG ISSN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA HOTEL CAHAYA BAPA Oleh : * Detjee Wieske Manuain Abstraksi Pada era globalisasi ini, persaingan bisnis perhotelan semakin ketat, karena itu usaha

Lebih terperinci