BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan baik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan baik"

Transkripsi

1 4.1. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskrpsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan baik kepala sekolah maupun guru-guru, diperoleh gambaran tentang Implementasi Budaya Sekolah dalam Membentuk Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Paguat Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato. Adapun hasil wawancara terkait dengan temuan terhadap Implementasi budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Bentuk-bentuk budaya sekolah. a. Bentuk budaya salaman Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah tentang membentuk karakter siswa melalui visi misi, informan menjelaskan bahwa: Dalam pembentukan karakter siswa itu siswa seperti bentuk buaya salaman di mana orang yang bertemu dengan kita yang tua dari kita maka kita salaman dan mencium tangan mereka. Apalagi kita bertemu dengan guru, kakak,ketika kembali dari sekolah Dalam hal ini saya sebagai kepala sekolah dalam membentuk karakter siswa yang saya programkan dalam melaksanaan program sekolah dan disertai dengan program-program nyata mengenai penciptaan budaya sekolah melalui penciptaan komunikasi formal dan informal dimana komunikasi merupakan dasar bagi koordinasi sekolah dalam membangun dalam membentuk karakter siswa (W.11. KS ) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan guru menjelaskan bahwa: Kami membiasakan perilaku jujur pada siswa diawali dengan menanamkan rasa percaya diri pada setiap siswa dalam membentukan karakter siswa itu melalui kegiatan yang sudah diprogramkan oleh sekolah baik melalui kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Penyusunan 53

2 program pendidikan karakter dalam bidang intrakurikuler sudah diintegrasikan kesetiap mata pelajaran yang diajarkan setiap hari dan disesuaikan dengan indikator yang ada di RPP, sedangkan membentuk karakter siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler sudah diprogram melalui kegiatan-kegiatan diluar jam pelajaran seperti ada kegiatan pengembangan bakat dan minat siswa melalui mata pelajaran kesenian, oleh raga dan semua itu sudah diprogramkan melalui visi misi kepala sekolah (W. 1.1 SM ) Setelah itu informasi dikonfirmaskan kembali dengan salah seorang informan menjelaskan bahwa: informasi ini didukung oleh informan menjelaskan bahwa: Pelaksanaan budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa memang sudah diprogram melalui pendidikan karakter sesuai dengan visi, misi sekolah sesuai dengan budaya sekolah yang sudah diterapkan oleh kepala sekolah seperti melalui kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Dalam program pendidikan karakter dalam membentuk karakter siswa ada dua bidang tersebut dimaksudkan untuk mengoptimalkan kemampuan siswa dalam menguasai berbagai bidang hal yang berkaitan dengan perilaku positif sehingga siswa dapat menterjemahkan perilaku positif dalam kehidupannya. Dalam penyusunan program karakter melalui kegiatan ini potensi siswa sebagai peserta didik menjadi salah satu rujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas karakter siswa dapat dilakukan dengan baik (W.1.1.NA ) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui visi misi sekolah dalam membentuk karakter siswa sudah merupakan budaya sekolah dalam menerapkan karakter siswa sudah diprogramkan melalui kegiatan sekolah baik melalui kegiatan kurikuler yang sudah diintegrasikan melalui mata pelajaran sedangkan kegiatan ekstrakurikuler melalui kegiatan dilur jam pelajaran seperti pengembanga bakat dan minat siswa, melalui kegiatan olah raga dan kesenian serta melalui kegiatan PMR dan pramukan. Namuan temuan dalam penelitan adalah melalui dua kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah baik itu kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler dapat mengoptimalkan kemampuan siswa 54

3 dalam menguasai berbagai bidang hal yang berkaitan dengan perilaku positif sehingga siswa dapat menterjemahkan perilaku positif dalam kehidupannya. Dalam penyusunan program karakter melalui kegiatan ini potensi siswa sebagai peserta didik menjadi salah satu rujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas karakter siswa dapat dilakukan dengan baik. b. Bentuk Prilaku Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah tentang membentuk karakter siswa melalui visi misi, informan menjelaskan bahwa: Dalam pembentukan karakter siswa itu terjadi perubahan bentuk perilaku siswa seperti perilaku berkata dengan benar serta jujur dalam menemukan sesuatu. Dalam hal ini saya sebagai kepala sekolah dalam membentuk karakter siswa yang saya programkan dalam melaksanaan program sekolah dan disertai dengan program-program nyata mengenai penciptaan budaya sekolah melalui penciptaan komunikasi formal dan informal dimana komunikasi merupakan dasar bagi koordinasi sekolah dalam membangun dalam membentuk karakter siswa (W.11. KS ) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan guru menjelaskan bahwa: Kami membiasakan perilaku jujur pada siswa diawali dengan menanamkan rasa percaya diri pada setiap siswa dalam membentukan karakter siswa itu melalui kegiatan yang sudah diprogramkan oleh sekolah baik melalui kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Penyusunan program pendidikan karakter dalam bidang intrakurikuler sudah diintegrasikan kesetiap mata pelajaran yang diajarkan setiap hari dan disesuaikan dengan indikator yang ada di RPP, sedangkan membentuk karakter siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler sudah diprogram melalui kegiatan-kegiatan diluar jam pelajaran seperti ada kegiatan pengembangan bakat dan minat siswa melalui mata pelajaran kesenian, oleh raga dan semua itu sudah diprogramkan melalui visi misi kepala sekolah (W. 1.1 SM ) Setelah itu informasi dikonfirmaskan kembali dengan salah seorang informan menjelaskan bahwa: 55

4 informasi ini didukung oleh informan menjelaskan bahwa: Pelaksanaan budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa memang sudah diprogram melalui pendidikan karakter sesuai dengan visi, misi sekolah sesuai dengan budaya sekolah yang sudah diterapkan oleh kepala sekolah seperti melalui kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Dalam program pendidikan karakter dalam membentuk karakter siswa ada dua bidang tersebut dimaksudkan untuk mengoptimalkan kemampuan siswa dalam menguasai berbagai bidang hal yang berkaitan dengan perilaku positif sehingga siswa dapat menterjemahkan perilaku positif dalam kehidupannya. Dalam penyusunan program karakter melalui kegiatan ini potensi siswa sebagai peserta didik menjadi salah satu rujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas karakter siswa dapat dilakukan dengan baik (W.1.1.NA ) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui visi misi sekolah dalam membentuk karakter siswa sudah merupakan budaya sekolah dalam menerapkan karakter siswa sudah diprogramkan melalui kegiatan sekolah baik melalui kegiatan kurikuler yang sudah diintegrasikan melalui mata pelajaran sedangkan kegiatan ekstrakurikuler melalui kegiatan dilur jam pelajaran seperti pengembanga bakat dan minat siswa, melalui kegiatan olah raga dan kesenian serta melalui kegiatan PMR dan pramukan. Namuan temuan dalam penelitan adalah melalui dua kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah baik itu kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam menguasai berbagai bidang hal yang berkaitan dengan perilaku positif sehingga siswa dapat menterjemahkan perilaku positif dalam kehidupannya. Dalam penyusunan program karakter melalui kegiatan ini potensi siswa sebagai peserta didik menjadi salah satu rujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas karakter siswa dapat dilakukan dengan baik. 56

5 c. Bentuk Simbol Hasil wawancara yang dilakukan dengan informan guru menjelaskan bahwa: Bentuk-bentuk simbol seperti memberikan anak panah seperti simbol kejujuran ada simbol disiplin dimana budaya sekolah merujuk pada sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang dibentuk oleh lingkungan sekolah, kepemimpinan kepala sekolah dapat mengembangkan nilai-nilai budaya sekolah sehingga dapat membentuk karakter siswa yakni nilai keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras serta disiplin serta tanggung jawab dalam melaksanakan tugas serta peduli terhadap lingkungan dan menjalin kepedulian sosial dan ini semua sudah diterapkan oleh kepala sekolah dalam mengembangkan budaya sekolah dan dapat membentuk karakter siswa. (W.1.3. NM Informasi ini dikonfirmasikan kembali kepada salah seorang informan guru menjelaskan bahwa: Kepala sekolah bersama guru sudah mengembangkan nilai-nilai yang merupakan budaya yang ada di sekolah dalam membentuk karakter siswa seperti nilai kejujuran disiplin, kerjasama, kerja keras serta tanggung jawab dan itu termuat didalam visi misi sekolah dan kepala sekolah sebagai pengendali seluruh kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah yang diterapkan adalah pengembangan nilai-nilai budaya terutama dalam membentuk karakter siswa dan itu terlihat didalam aktivitas siswa baik dalam proses pembelajaran maupun dalam pergaulan sehari-hari siswa baik melalui lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat (W. 1.3.SM ) bahwa: Informasi ini didukung oleh salah seorang informan guru menjelaskan Penguatan nilai-nilai budaya sekolah melibatkan siswa aktif dalam semua kegiatan keseharian di sekolah sehingga interaksi tersebut terikat oleh berbagai aturan, norma, moral, serta etika yang berlaku di sekolah dan berkaitan dengan pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan karakter dalam membentuk karakter siswa dimana nilai-nilai ini yang melandasi perilaku siswa dalam kehidupan baik itu dilakukan dilingkungan sekolah maupu masyarakat. Nilai-nilai karakter yang masukan dalam pendidikan karakter baik melalui program intrakurikuler yakni cara berpikir, bertindak dan kerjasama maupun kegiatan ekstrakurikuler yang 57

6 disesuaikan denga tema kegiatan dilaksanakan seperti melalui pendidikan moral, watak dan ini kami lakukan dalam membentuk karakter siswa (W.1.3 NA ) Berdasarkan informasi dari berbagai informan dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan yang merujuk pada sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang dianutnya, sikap yang dimlikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkan dan tindakan yang ditunjukan oleh seluruh personil sekolah yang membentuk suatu kegiatan khusus dari sistem sekolah atau dikatakan budaya sekolah adalah karakteristik khas sekolah yang mengembangkan nilai-nilai dan keyakinan dalam suatu organisasi sekolah yang dapat membentuk karakter dalam seluruh personil yang ada di sekolah dan khususnya dalam membentuk karakter siswa. Namun temuan dalam penelitian nilai-nilai budaya sekolah sehingga dapat membentuk karakter siswa yakni nilai keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras serta disiplin serta tanggung jawab dalam melaksanakan tugas serta peduli terhadap lingkungan dan menjalin kepedulian sosial dan ini semua sudah diterapkan oleh kepala sekolah dalam mengembangkan budaya sekolah dan dapat membentuk karakter siswa. Nilai-nilai karakter yang masukan dalam pendidikan karakter baik melalui program intrakurikuler yakni cara berpikir, bertindak dan kerjasama maupun kegiatan ekstrakurikuler yang disesuaikan denga tema kegiatan dilaksanakan seperti melalui pendidikan moral, watak dan ini kami lakukan dalam membentuk karakter siswa. 58

7 SMA Negeri I Paguat adalah sebuah sekolah yang memiliki potensi sangat baik dalam hal perbaikan menuju sebuah keberhasilan dan kesuksesan dalam mencapai tujuan organisasi tergambar lewat visi. Misi dalam program sekolah Visi Mewujudkan sekolah Berprestasi, Menguasai Iptek, berwawasan Lingkungan yang dilandasari Iman dan Taqwa Indikator Visi: 1. Terwujudnya lulusan yang cerdas dan kompetitif berlandaskan imtaq 2. Terwujudnya pendidikan yang bermutu, efisien dan relevan yang menghasilkan prestasi akademik dan non akademik 3. Terwujudnya Prasana dan sarana pendidikan yang relevan dan mutakhir 4. Terwujudnya peningkatan mutu kelembangaan dan manajemen pengelolaan sekolah 5. Terwujudnya perangkat kurikulum yang lengkap, memadai, dan berwawasan kedepan 6. Terwujudnya standar penilaian yang otentik sesuai SNP 7. Terwujudnya sistem pendidikan yang efektif, transparansi dan akutabel 8. Mewujudkan suasana belajar yang agamis, bermoral, berbudaya dalam lingkungan yang aman dan nyaman 9. Terwujudnya peran serta stakeholder dalam penyelenggaran pendidikan untuk meningkatkan kualitas output 59

8 Misi Sekolah 1. Mewujudkan perangkat kurikulum yang lengkap, muthakhir, dan berwawasan ke depan 2. Mewujudkan lulusan yang cerdas dan kompetitif sesuai SNP 3. Mewujudkan pendidikan yang bermutu, efisien dan relevan yang menghasilkan prestasu akademik dan non akademik 4. Mewujudkan prasarana dan sarana pendidikan 5. Mewujudkan peningkatan mutu kelembangaan dan manajemen 6. Mewujudkan standar penilaian yang otentik sesaui SNP 7. Mewujudkan sistem pendidikan yang efektif transparan, akuntabel dan partisipatif. d. Membangun sistem reward Dalam membangun sistem reward kepada siswa kepala sekolah selalu memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi seperti hadiah ada dalam bentuk finansial dan ada dalam bentuk buku bahkan ada dalam bentuk perlengkapan sekolah khususnya bagi siswa yang tidak mampu baik itu melalui kegiatan kurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler kepala sekolah selalu memberikan penghargaan kepada siswa, sehingga siswa termotivasi dalam melaksanakan setiap kegiatan yang ada di sekolah. Kepala sekolah membangun sistem reword sehingga dapat membentuk karakter siswa dan termotivasi dalam melaksanakan kegiatan di sekolah Hasil wawancara yang dilakukan oleh informan kepala sekolah menjelaskan bahwa: 60

9 Dalam membangun sistem reword kepada siswa saya selaku kepala sekolah selalu memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi seperti hadiah ada dalam bentuk finansial dan ada dalam bentuk buku bahkan ada dalam bentuk perlengkapan sekolah khususnya bagi siswa yang tidak mampu. Melalui kegiatan kurikuler dalam saya menghimbau kepada guru-guru selalu memberikan penguatan dan penghargaan terhadap proses pembelajaran sehingga siswa termotivasi dalam menerima pelajaran dan melalui kegiatan ekstrakurikuler saya selalu mengikutkan siswa kedalam lomba baik itu tingkat sekolah maupun tingkat kabupaten dan saya selalu menyiapkan perlengkapan mereka apa yang mereka butuhkan sehingga semangat mereka dalam mengikuti kegiatan itu termitivasi itu adalah salah satu reword yang saya berikan kepada siswa sehingga terbentuk karakter seperti kerja sama dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang dibebankan oelh sekolah (W 1.4. KS ) Setelah itu informasi dikonfirmasikan kembali pada salah seorang informan guru menjelaskan bahwa: Untuk mengembangkan nilai budaya dapat membentuk karakter siswa kami banyak melakukan perubahan dalam pengembangan karakter siswa dimana kami lebih menekankan pada pemberiaan penghargaan atau apersiasi atau tindakan baik itu dilakukan siswa misalnya penghargaan dalam memberikan pujian atau memberikan ucapan-ucapan yang membesarkan hati siswa didalam kegiatan belajar mengajar atau siapa yang pertama selesai melaksanakan tugas itu kami beri hadiah sehingga siswa termotivasi dalam mengerjakan tugas dan siswa berprestasi kami berikan hadiah baik dalam bentuk finansial maupun dalam bentuk benda (W FM ) Informasi ini dikonfirmasikan kepada informan guru mendukung informasi menjelaskan bahwa: Pemberian reword kepada siswa melalui kegiatan belajar mengajar misalnya pemberian pengharaan berupa pujian dan dalam bentuk kelompok dapat diterapkan karakter mengembangkan kebiasaan saling berbagi, saling menghargai pendapat teman, saling mendukung dan tanggung jawab serta disiplin dalam mengerjakan tugas dan kebiasaan kami di sekolah selalu kami memberikan penghargaan kepada siswa dimana kelompok yang pertama mengerjakan tugas itu kami berikan hadiah seperti ada gambar-gambar yang menyenangkan yang berhubungan dengan mata pelajaran yang berikan dan siswa berprestasi kami berikan penghargaan berupa finansial dan siswa yang dapat mengembangkan bakat dan minat kami berikan kesempatan untuk mengembangkan bakatnya melalui kegiatan yang ada di sekolah (W.1.4. NA ) 61

10 Berdasarkan informasi dari berbagai informan dapat disimpulkan bahwa membangun sistem reword siswa termasuk dalam membentuk karakter siswa adalah menerapkan nilai-nilai budaya yang dikembangkan oleh sekolah untuk dapat memotivasi siswa didalam mengembangkan bakat dan minat siswa sehingga reword adalah salah satu yang dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Namun temuan dalam penelitian dalam membangun sistem reword kepada siswa kepala sekolah selalu memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi seperti hadiah ada dalam bentuk finansial dan ada dalam bentuk buku bahkan ada dalam bentuk perlengkapan sekolah khususnya bagi siswa yang tidak mampu. e. Membangun Hubungan Sosial Melalui kegiatan akademik dan non akademik setiap kegiatan yang ada di sekolah kami selalu mengundang orang tua siswa dan komite serta masyarakat untuk menghadiri kegiatan seperti kegiatan non akademik kebersihan lingkungan penanaman sejuta pohon disetiap jalan itu termasuk karakter cinta lingkungan yang kami tanamkan kesiswa dengan tujuan membangun hubungan kerjasama dengan masyarakat sehingga terjadi interaksi sekolah dengan masyarakat. Adapun Implementasi budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa di SMA Negeri 1 Paguat Kabupaten Pohuwato dibuatkan dalam bentuk diagram dibawah ini: 62

11 Bentuk budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa Bentuk Perilaku: - Jujur, disiplin Bentuk Kebiasan -Budaya bersih, kebiasan - Bentuk Simbol Simbol kejujuran Simbol Disiplin Membangun Kerja Sama Membangun hubungan sosial Penerapan nilai-nilai budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa Kepala sekolah dapat membangun hubungan sosial dalam mengembangkan budaya sekolah sehingga dapat membentuk karakter siswa Hasil wawancara informan guru diperoleh penjelasan bahwa: Dalam membangun hubungan kerjasama dengan orang tua siswa dengan masyarakat hal ini yang selalu dibina oleh kepala sekolah misalnya pada penilaian prestasi akademik siswa, kami pihak sekolah melakukan penilaian terhadap pengembangan karakter siswa melibatkan semua pihak yang terlibat dalam pendidikan termasuk para siswa, kepala sekolah, guru, komite sekolah serta orang tua dan masyarakat dalam hal ini bertujuan penilaian hasil belajar yang berkaitan dengan karakter siswa dapat diketahui oleh semua unsur yang bertanggung jawab dalam pendidikan (W.1.5. FM ) Pendapat diatas dikonfirmasikan kembali dengan salah seoran informan guru yang menjelaskan bahwa: 63

12 Membentuk karakter siswa melalui program pendidikan di sekolah kami selalu menjalin hubungan kerjasama dengan stakeholder dimana sekolah menjadi salah satu tempat atau lingkungan yang dapat membentuk karakter siswa misalnya melalui kegiatan akademik dan non akademik setiap kegiatan yang ada di sekolah kami selalu mengundang orang tua siswa dan komite serta masyarakat untuk menghadiri kegiatan seperti kegiatan nonakademik kebersihan lingkungan penanaman sejuta pohon disetiap jalan itu termasuk karakter cinta lingkungan yang kami tanamkan kesiswa (W.1.5 ST ) Setelah dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan gura menjelaskan bahwa: Ya, dalam membentuk karakter siswa kami selalu menanamkan nilai-nilai budaya sekolah melalui penilaian prestasi akademik dan non akademik pada kegiatan akademik seorang siswa biasanya dinilai oleh guru mata pelajaran atau sekolompok guru yakni penilaian kemajuan dalam pengembangan karakter siswa melalui teman sejawat dengan tujuan kami mengembangkan sikap kejujuran dan tanggung jawab dalam setiap pekerjaan siswa, dan melalui kegiatan non akademik kami selalu melibatkan orang tua siswa dan masyarakat misalnya tentang kebersihan mesjid setiap hari-hari besar islam penanaman sejuta pohon nilai karakter adalah kerjasama, harga menghargai dan itu kami lakukan pada setiap kegiatan di sekolah (W.1.5.NA ) Informasi tersebut dikonfirmasikan kembali dengan informan kepala sekolah menjelaskan bahwa: Untuk mengembangkan nilai-nilai budaya yang di sekolah yang kami utamakan adalah bagaimana membentuk karakter siswa baik melalui kegiatan akademik dan nonakademik disini kami setiap kegiatan yang kami lakukan di sekolah selalu mengundang orang tua siswa serta masyarakat bahkan seluruh stakeholder sehingga dapat terjalin hubungan kerja sama dilingkungan sekolah (W.1.5.KS ) Berdasarkan informasi dari beberapa informan menjelaskan bahwa dalam membentuk karakter siswa dapat menjalin hubungan sosial dengan orang tua siswa dengan masyarakat serta stakeholder adalah nilai-nilai budaya yang diterapkan di sekolah sehingga dapat membangun hubungan kerjasama dengan 64

13 seluruh pihak dalam pelaksanaan kegiatan yang ada di sekolah. Namun temuan dalam penelitian adalah melalui kegiatan akademik dan non akademik setiap kegiatan yang ada di sekolah kami selalu mengundang orang tua siswa dan komite serta masyarakat untuk menghadiri kegiatan seperti kegiatan nonakademik kebersihan lingkungan penanaman sejuta pohon disetiap jalan itu termasuk karakter cinta lingkungan yang kami tanamkan kesiswa 4.2. Nilai-Nilai budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa a. Nilai Kerja Sama Kepala sekolah dapat membangun kerjasama tim dalam pengembangan budaya sekolah bahwa: Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah menjelaskan Kerjasama tim pada dasarnya sebuah komunitas sekolah merupakan sebuah tim/kumpulan individu yang bekerjasama untuk mencapai tujuan. Untuk itu nilai kerjasama, tanggung jawab, serta menghargai pendapat orang lain merupakan suatu keharusan dan kerjasama yang merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan yang ada pada seluruh personil sekolah dan itu saya terapkan didalam melaksanakan program sekolah yakni kerjasama diseluruh personil dan itu saya bina selama saya menjabat sebagai kepala sekolah (W.2.1 KS ) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan guru menjelaskan bahwa: Setiap kegiatan yang ada di sekolah baik itu kegiatan akademik maupun kegiatan non akademik kami selalu membentuk tim dalam melaksanakan kegiatan dan melibatkan siswa dalam melakukan pekerjaan dan siswa selalu kami membina bekerjasama baik dalam bentuk kelompok besar maupun kelompo kecil dibawah bimbingan kami itu melatih siswa bagaimana mampu bekerja sama, tanggung jawab, serta menghargai 65

14 pendapat teman itu termasuk nilai karakter yang selama ini dibangun dan sudah merupakan nilai budaya yang ada di sekolah (W NA ) Informasi ini didukung oleh salah seorang informan guru menjelaskan bahwa: Dalam melaksanakan kegiatan yang ada di sekolah selalu kami membentuk tim yang dibawah binaan kepala sekolah dalam bekerjasama dan itu kami lakukan di sekolah termasuk dalam pengambilan keputusan kami selalu menghargai pendapat orang lain dan tanggung jawab (W.2.1.FM ) Berdasarkan informasi dari berbagai informan dapat disimpulkan bahwa kerjasama tim merupakan nilai karakter yang termasuk nilai-nilai budaya yang dikembangkan di sekolah dalam pelaksanaan kegiatan baik itu kegiatan akademik maupun kegiatan non akademik sekolah selalu mengembangkan kerja sama tim sehingga nilai karakter adalah kerjasama, tanggungjawab, dan saling menghargai didalam melaksanakan suatu kegiatan. Namun temuan dalam penelitian adalah nilai kerjasama, tanggung jawab, serta menghargai pendapat orang lain merupakan suatu keharusan dan kerjasama yang merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan yang ada pada seluruh personil sekolah dan itu saya terapkan didalam melaksanakan program sekolah yakni kerjasama diseluruh personil yang ada di sekolah Pengembangan budaya sekolah diarahkan pada sasaran yang dapat diukur dalam mengembangkan budaya sekolah berorientasi pada kinerja b. Nilai kinerja Hasil wawancara dari informan kepala sekolah menjelaskan bahwa: Pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang sedapat mungkin dapat diukur dalam hal ini sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran capaian kinerja dari suatu sekolah untuk 66

15 meningkatkan mutu pendidikan terutama peningkatan kualitas guru-guru dalam hal yang dinilai adalah kinerja dari setiap guru dan disiplin dapat meningkat dan setiap penilaian dalam peningkatan kinerja harus berorientasi pada kinerja dan itu bentuk dari nilai-nilai budaya sekolah seperti bagaimana guru dapat mengarahkan dan membimbing siswa kearah yang lebih baik disini guru bukan sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan yang ada pada dirinya tetapi baigamana guru dapat merubah perilaku siswa sehingga siswa mampu beradapitasi dengan lingkungan sekolah dan masyarakat (W.2.2.KS ) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seoran informan guru menjelaskan bahwa: Dalam penguatan nilai-nilai budaya yang ada di sekolah kami selalu beroerintasi pada kinerja sesuai dengan tugas yang dibebankan pada masing-masing guru. Dan juga pada siswa kami selalu membimbing siswa dalam hal melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas bagaimana seorang siswa mampu mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan disini nilai budaya adalah disiplin dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas dan siswa termotivasi dalam melaksanakan suatu pekerjaan (W. 2.2.RD ) Informasi didukung oleh salah seorang informan guru menjelaskan bahwa: Dalam penguatan nilai-nilai budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa dapat diukur kinerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pembimbing dan mengarahkan siswa kearah yang lebih baik melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di sekolah guru selalu membimbing siswa dalam melaksanakan tugas dengan tepat waktu nilai karakter adalah disiplin dan ketetapan waktu disetiap melaksanakan tugas (W.2.2 FM ) Berdasarkan informasi dari berbagai informan dapat disimpulkan bahwa dalam mengembangan nilai-nilai budaya dalam membentuk karakter. Kepala sekolah selalu mengukur kinerja guru sebagai pembimbing dan mampu mengarahkan siswa kearah yang lebih baik dimana guru bukan sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan tetapi bagaiamana guru mampu merubah perilaku siswa sehingga dapat terbentuk nilai-nilai karakter siswa yang merupakan 67

16 penerapan dari nilai-nilai budaya sekolah, kepala sekolah selalu beroerientasi pada kinerja untuk mengukur ketercapaian guru. Namun temuan dalam penelitian pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang sedapat mungkin dapat diukur dalam hal ini sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran capaian kinerja dari suatu sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama peningkatan kualitas guru-guru dalam hal ini yang dinilai adalah kinerja dari setiap guru dan disiplin yang dapat meningkatkan dan setiap penilaian dalam peningkatan kinerja harus berorientasi pada kinerja dan itu bentuk dari nilai-nilai budaya sekolah Adapun penguatan nilai-nilai budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa di SMA Negeri 1 Paguat Kabupaten Pohuwato dibuat dalam bentuk peta konsep dibawah ini: Kerjasana Tim Berorientasi Kinerja Nilai-nilai budaya sekolah dalam Membentuk karakter siswa Nilai Kejujuran Nilai disiplin Pembentukan nilai-nilai karakter siswa dalam pengembangan budaya sekolah c. Nilai Kejujuran Melalui kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler Kepala sekolah menanamkan nilai kejujuran kepada siswa dalam penguatan nilainilai budaya sekolah 68

17 Hasil wawancara dari informan guru menjelaskan bahwa: Nilai-nilai budaya yang diterapkan di sekolah adalah nilai kejujuran disini kami dari pihak sekolah selalu menerapkan pada kegiatan sebelum masuk kelas atau pada saat apel siswa kami sering menanyakan kepada siswa siapa yang datang terlambat dan siswa dapat mengajukan tangan, jujur dalam melaksanakan tugas sendiri, jujur dalam berkata dan kami menerapkan nilai kejujuran di sekolah seperti ada kotak kejujuran di setiap kelas itu menandakan barang siapa yang menemukan barang orang lain itu langsung dimasukan kedalam kotak dan kami sudah terapkan kepada siswa dan pada akhirnya dampaknya pada siswa itu sendiri tidak siswa yang kehilangan barang-barangnya walaupun barang itu tertinggal (W.2.3.NA ) Informasi ini dikonfirmasikan pada informan kepala sekolah menjelaskan bahwa: Memang nilai-nilai kejujuran yang saya selalu terapkan kepada siswa bahkan seluruh personil yang ada di sekolah sebab kunci dari segalanya adalah kejujuran baik itu melalui kegiatan akademik maupun kegiatan nonakademik pada kegiatan akademik melalui kegiatan kurikuler itu saya masukan pada proses pembelajaran dimana siswa dibimbing mengunkapkan sesuatu dengan jujur walaupun pahit itu rasanya dalam hal berprilaku sehari-hari di sekolah dalam kegiatan nonakademik biasanya saya sebelum pelajaran dimulai saya mengeliligi kelas dan selalu bertanya siapa yang terlambat masuk dan siapa yang tidak ikut apel begitu juga pada guru-guru saya membuat daftra hadir yang terlambat datang kesekolah dan rencana saya kedepan saya akan membuat kantin kejujuran di sekolah itu baru tahap perencanaan (W.2.3 KS ) Informasi ini didukung oleh seorang informan guru menjelakan bahwa: Nilai kejujuran kami selalu terapkan kepada siswa baik melalui kehidupan sehari-hari maupun melalui kegiatan akademik dan nonakademik dan itu sudah merupakan nilai-nilai budaya yang kami kembangkan di sekolah melalui kegiatan akademik dimasukan dalam setiap mata pelajaran setiap perangkat pembelajaran itu harus diterapkan nilai-nilai karakter apa yang diharapkan dalam proses pembelajaran begitu juga dalam kegiatan nonakademik (W.2.3.NA ) 69

18 Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa dalam penguatan nilai-nilai budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa adalah yang pertama kejujuran sebab kejujuran merupakan kunci dari segala perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai kejujuran diterapkan di sekolah melalui kegiatan akademik maupun kegiatan nonakademik. Namun temuan dalam penelitian menerapkan nilai kejujuran di sekolah seperti ada kotak kejujuran di setiap kelas kejujuran baik itu melalui kegiatan akademik maupun kegiatan nonakademik pada kegiatan akademik melalui kegiatan kurikuler itu saya masukan pada proses pembelajaran dimana siswa dibimbing mengunkapkan sesuatu dengan jujur walaupun pahit itu rasanya dalam hal berprilaku sehari-hari di sekolah dalam kegiatan nonakademik biasanya saya sebelum pelajaran dimulai saya mengeliligi kelas dan selalu bertanya siapa yang terlambat masuk dan siapa yang tidak ikut apel begitu juga pada guru-guru saya membuat daftra hadir yang terlambat datang kesekolah dan rencana saya kedepan saya akan membuat kantin kejujuran di sekolah itu baru tahap perencanaan d. Nilai disiplin Kepala sekolah menerapkan disiplin kepada siswa dalam penguatan nilai-nilai budaya sekolah Hasil wawancara dari salah seorang informan guru menjelaskan bahwa: Disiplin yang diterapkan di sekolah yang pertama adalah masuk di sekolah tepat waktu mengikuti apel tepat waktu siswa yang terlambat mengikuti apel diberi sangsi misalnya berpidato didepan teman-teman dan juga ada yang mengumpul rumput dan keluar tepat waktu ada siswa ditemukan keluar sekolah belum waktunya diberi sanksi mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh guru dalam proses pembelajaran disiplin dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Disiplin 70

19 dalam bertutur kata ini termasuk nilai-nilai budaya yang kami terapkan di sekolah (W.2.4. FM ) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan seorang informan guru menjelaskan bahwa: Dalam penguatan nilai-nilai budaya sekolah yang selalu kami terapkan di sekolah selain nilai kejujuran.kerja sama. tanggung jawab dan lain-lain adalah disiplin. Nah nilai disiplin disini seperti sebelum apel kami selalu mengkoordinir siswa yang ditemukan terlambat kami beri sanksi yang dapat memotivasi siswa(w. 2.4.NA ) Informasi ini didukung oleh salah seorang informan guru menjelaskan bahwa: Benar apa yang sudah dijelaskan sebelumnya kami selalu mendepankan nilai disiplin kepada siswa dan itu juga bukan hanya siswa seluruh personil yang ada di sekolah baik itu kepala sekolah, guru-guru dan tenaga administrasi semuanya itu sudah ditetapkan jam masuk dan jam keluar siswa yang terlambat dberi sangsi dan guru-guru serta tenaga administrasi kalau terlambat ada daftar hadir khusus yang terlambat dan itu harus jujur mengisinya (W.2.3.NM ) Berdasarkan informasi dari berbagai informan dapat disimpulkan bahwa penguatan nilai-nilai budaya yakni disiplin harus diterapkan pada seluruh personil sekolah nilai disiplin sudah diterapkan dalam kegiatan sehari-hari di sekolah baik melalui kegiatan akademik maupun kegiatan nonakademik. Namuan temuan dalam penelitian disiplin yang diterapkan di sekolah yang pertama adalah masuk di sekolah tepat waktu mengikuti apel tepat waktu siswa yang terlambat mengikuti apel diberi sangsi misalnya berpidato didepan teman-teman dan juga ada yang mengumpul rumput dan keluar tepat waktu ada siswa ditemukan keluar sekolah belum waktunya diberi sanksi mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh guru dan guru-guru dan tenaga administrasi semuanya itu sudah ditetapkan jam masuk dan jam keluar siswa yang terlambat dberi sangsi dan guru- 71

20 guru serta tenaga administrasi kalau terlambat ada daftar hadir khusus yang terlambat dan itu harus jujur mengisinya. e. Melalui kegiatan Kurikuler dan ekstrakurikuler kurikuler ekstrakurikuler Penguatan nilai-nilai budaya sekolah diterapkan melalui kegiatan Hasil wawancara dari salah seorang informan guru menjelaskan bahwa: Melalui proses pembelajaran untuk menanamkan nilai karakter pada siswa dilakukan pada kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Pada kegiatan kurikuler dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang telah dirumuskan sebelumnya dalam hal ini perubahan perilaku siswa ditandai dengan adanya perubahan sikap ke arah yang positif antara lain dapat dilihat dari oleh pikir, kreaktif, inovatif. Olahraga sehat, disiplin, bersahabat olah hati beriman dan bertaqwa, olah karsa ramah, gotong royong dan ini nilai karakter yang kami terapkan kesiswa sehingga dapat terbentuk karakter siswa seperti: rasa kebersamaan, disiplin tanggug jawab serta hormat menghrormati dan kegiatan ektrakurikuler melalui kegiatan pelestaraian lingkungan dan melalui kegiatan pengembangan bakat dan minat siswa (W.2.5.FM ) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan menjelaskan bahwa: Nilai-nilai karakter yang dimasukan dalam pendidikan karakter baik dalam program kurikuler dan ekstrakurikuler memiliki kesamaan dan disesuaikan dengan tema kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu melalui pendidikan budi pekerti, pendidikan moral dan diterapkan etika dan estetika bertujuan dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk membentuk karakter siswa. Dalam kegiatan kurikuler itu diintegrasikan melalui mata pelajaran. (W.2.5. NA ) Informasi ini dikonfirmasikan kembali pada informan kepala sekolah mendukung informasi menjelaskan bahwa: Penguatan nilai-nilai budaya yang ada di sekolah itu kami sudah terapkan melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler dimana pada kegiatan 72

21 kurikuler sudah diintergrasikan pada seluruh mata pelajaran yang akan diterapkan melalui proses pembelajaran sedangkan kegiatan ekstrakurikuler itu sudah dibuat dalam kegiatan seperti pramuka, kegiatan PMR, cinta lingkungan dan melalui kegaitan dalam pengembangan bakat dan minat (W.2.5. KS ) Berdasarkan informasi dari berbagai informan dapat disimpulkan bahwa penguatan nilai-nilai karakter yang dapat membentuk karakter siswa itu sudah dilaksanakan pada kegiatan kurikuler diintergrasikan melalui mata pelajaran melalui perangkat pembelajaran disetiap perangkat pembelajaran itu dimasukan nilai-nilai karakter apa yang diharapkan pada setiap kompetensi dasar seperti nilai religius, sikap dan perilaku, kerjasama hormat menghargai dan kegiatan ekstrakurikuler melalui kegiatan keagamaan, kegiatan nasional, kerjabakti dan cinta lingkungan serta melalui kegiatan seni dan olahraga. Namun temuan dalam penelitian penguatan nilai-nilai budaya yang ada di sekolah itu kami sudah terapkan melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler dimana pada kegiatan kurikuler sudah diintergrasikan pada seluruh mata pelajaran yang akan diterapkan melalui proses pembelajaran sedangkan kegiatan ekstrakurikuler itu sudah dibuat dalam kegiatan seperti pramuka, kegiatan PMR, cinta lingkungan dan melalui kegaitan dalam pengembangan bakat dan minat 4.3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa Kondisi internal Hasil wawancara dari informan menjelaskan bahwa: Faktor internal adalah yang disebabkan masih sebagaian guru dalam proses pembelajaran itu hanya menyampaikan materi pelajaran dan kurang memetingkan karakter pada siswa itu terlihat dalam perangkat pembelajaran masih sebagaian belum memuat nilai-nilai karakter apa yang diharapkan pada 73

22 kompetensi dasar yang dicapai pada penyampaian metode yang digunakan masih bersifat konvensional dan faktor eksternal masih kurangnya perhatian orang tua dalam mengikutkan anaknya kedalam kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan dan juga masyarakat kurang pedulinya terhadap cinta lingkungan dukungan masyarakat masih kurang (W.2.3. SM ) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan informan kepala sekolah menjelaskan bahwa: Penguatan nilai-nilai budaya dalam membentuk karakter siswa itu saya sudah jelaskan sebelumnya itu dilaksanakan baik melalui kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler dalam hal pada kegiatan kurikuler itu sudah diintegrasikan melalui mata pelajaran tetapi kondisi internal yang dapat mempengaruhinya adalah masih sebagaian guru juga mengajar masih menggunakan metode tradisional tetapi itu saya maklumi dan ada juga faktor siswa yan sulit merubah prilaku sikap yang merupakan faktor bawaan tetapi kami sangat berusaha dan kondisi ekternal itu masih kurangnya dukungan orang tua siswa dan masyarakat dalam kegiatan yang kami laksanakan (W 2.3.KS ) Informasi ini didukung oleg salah seorang informan guru menjelaskan bahwa: Nilai- nilai yang diterapakan dalam membentuk karakter siswa itu benar ada yang disebabkan oleh faktor internal adalah guru dan siswa dan kondisi eksternal adalah kuangnya dukungan orang tua dan masyarakat dalam pelaksanakan kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah tetapi kami dari pihak sekolah tidak putus asah tetapi kami berusaha kerjasama dengan masyarakat seperti kami melakukan kebersihan ditempat-tempat ibadah, kebersihan dipinggir jalan (W. 2.3.RD ) Berdasarkan informasi dari berbagai informan menjelaskan bahwa pengembangan nilai-nilai budaya yang ada di sekolah itu dapat dipengaruhi oleh kondisi internal yakni guru dan siswa sedangkan kondisi eksternal adalah orang tua dan masyarakat masih sebagaian masyarakat kurang mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah namun temuan dalam penelitian masih sebagaian guru juga mengajar masih menggunakan metode tradisional tetapi itu saya 74

23 maklumi dan ada juga faktor siswa yan sulit merubah prilaku sikap yang merupakan faktor bawaan tetapi kami sangat berusaha dan kondisi ekternal itu masih kurangnya dukungan orang tua siswa dan masyarakat dalam kegiatan yang kami laksanakan Kondisi eksternal Kendala-kendala dalam mengembangkan budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa Kondisi internal Kondisi eksternal Dampak pelaksanaan pengembangan budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa 4.4. Pembahasan. Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat antar anggota masyarakat sekolah saling berinteraksi. Interaksi yang terjadi meliputi antara siswa berinteraksi dengan sesamanya, kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan siswa, konselor dengan siswa dan sesamanya, pegawai administrasi dengan siswa, guru dengan sesamanya. Interaksi tersebut terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku disuatu sekolah. 75

24 Dirto. Dkk (1995:87) menjelaskan bahwa budaya sekolah adalah karakteristik khas sekolah yang dapat didefinisikan melalui nilai-nilai yang dianutnya, sikap yang dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkannya dan tindakan yang ditunjukan oleh selruh personil sekolah yang membentuk suatu kegiatan khusus dari sistem sekolah. Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasai perilaku, tradisi, kebiasaan, keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktekkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, peserta didik dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah dimasyarakat luas. Manfaat dari pengembangan budaya sekolah, diantaranya adalah: (1) menjamin kualitas kerja yang lebih baik, (2) dapat membuka seluruh jaringan komunikasi kerja yang lebih baik dari segala jenis baik komunikasi vertikal maupun horizontal, (3) lebih bersifat terbuka dan transparansi, (4) menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi, (5) jika menemukan suatu kesalahan akan segera dapat diperbaiki, (6) meningkatkan solidaritas dan rasa kebersamaan, (7) dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan IPTEK. Manfaat bagi individu dan kelompok antara lain: (1) meningkatkan kepuasaan kerja, (2) pergaulan lebih akrab, (3) disiplin meningkat, (4) pengawasan fungsional bisa lebih ringan, (5) muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat proaktif, (6) belajar dan berprestasi terus, (7) selalu ingin memberikan terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri sendiri. Budaya sekolah sebagai pola nilai-nilai, norma, sikap, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam lembaga pendidikan suatu sekolah 76

25 dimana sekolah tersebut dipegang oleh kepala sekolah, guru, dan staf maupun peserta didik yang dapat bermanfaat dalam memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah. Nilai dan keyakinan dapat memberikan konstribusi dalam menggerakan sekolah sangat tergantung pada peran dan tanggung jawab kepala sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk mengkomunikasikan nilai dan keyakinan sekolah agar memberikan dampak positif terhadap perilaku stafnya. Peserta didik, guru, dan orang tua serta masyarakat harus memahami, menghayati dan mengartikulasi nilai dan keyakinan untuk menggerahkan semua sumber daya seklah dalam mencapai tujuan. Kepala sekolah dapat membangun nilai dan keyakinan sekolah yang kokoh sebagai landasan mewujudkan sekolah yang baik (good school). Nilai dan keyakinan tersebut dapat menjadi landasan moral perilaku warga sekolah. Kepala sekolah membangun nilai dan keyakinan anggota di dasarkan pada visi dan misi sekolah tersebut. Norma dapat dipahami sebagai seperangkat ketentuan yang berlangsung secara alami atau ditetapkan oleh suatu kelompok untuk ditaati bersama.norma dapat berupa kebiasaan, adat istiadat dan peraturan. Norma dapat menjadi referensi anggota dalam berfikir dan bertindak tentang apa yang akan dicapai di sekolah. Itulah sebabnya sekolah memiliki norma akan melahirkan karakteristik budaya sekolah yang berkualitas. Sekolah memiliki budaya dapat dilihat dari kemampuan sekolah untuk menciptakan seperangkat norma sebagai acuan warga sekolah dalam berperilaku di sekolah, kepala sekolah, guru, peserta didik dan 77

26 pihak lainnya tanpa norma tertanam dalam aktivitas sehari-hari maka sulit untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Maka kepala sekolah dituntut untuk membangun norma sekolah agar tercipta sekolah yang bermutu. Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi (2004:95), sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan baik dan mempraktikknya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan konstribusi yang positif kepada lingkungannya. Definisi lain menurut Gaffar (2010:1), sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam keperibadian seseorang sehingga menjadi satu dalam prilaku kehidupan orang itu. dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting yaitu: (1) proses transformasi nilai-nilai, (2) ditumbuhkembangkan dalam keperibadian dan (3) mebjadi satu dalam perilaku. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran emosi dan motivasinya (perasaan). Dalam konteks pendidikan karakter melihat bahwa kemampuan yang harus dikembangkan pada siswa melalui persekolahan adalah berbagai kemampuan yang akan menjadikan manusia sebagai mahluk yang berketuhanan sehingga dapat mampu mengembangkan nilai-nilai budaya disekolah. Sedangkan pendidikan nasional bertujuan membentuk watak yang diarahkan pada pembentukan watak. Tujuan utama pendidikan karakter adalah memfasilitasi 78

27 penguatan dan pengembangan nilai-nilai budaya tertentu sehingga terwujud dalam perilaku siswa baik melalui proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah) 79

BAB II KAJIAN TEORETIS. Salah satu peningkatan mutu pendidikan adalah membangun budaya

BAB II KAJIAN TEORETIS. Salah satu peningkatan mutu pendidikan adalah membangun budaya BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Pengembangan budaya sekolah 2.1.1 Pengertian budaya sekolah Salah satu peningkatan mutu pendidikan adalah membangun budaya sekolah dengan baik. Budaya sekolah merupakan kultur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan PENDIDIKAN KARAKTER LATAR BELAKANG Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 2025 (UU No 17 Tahun 2007) antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan penting dalam proses

Lebih terperinci

PROFIL / KEADAAN SEKOLAH UPTD SMAN 1 KARANGREJO - TULUNGAGUNG. 1. Nama Sekolah : UPTD SMA Negeri 1 Karangrejo

PROFIL / KEADAAN SEKOLAH UPTD SMAN 1 KARANGREJO - TULUNGAGUNG. 1. Nama Sekolah : UPTD SMA Negeri 1 Karangrejo LAMPIRAN II PROFIL / KEADAAN SEKOLAH UPTD SMAN 1 KARANGREJO - TULUNGAGUNG A. Data Sekolah 1. Nama Sekolah : UPTD SMA Negeri 1 Karangrejo Status : Negeri 2. Alamat Sekolah : Jalan Raya Karangrejo Sendang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gambaran situasi masyarakat dan dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu ditanamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut

Lebih terperinci

RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan

RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan pendidikan pengelolaan kurikulum 2013 1. Pengambilan Keputusan Dalam Perumusan Visi-Misi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk kehidupan bermasyarakat.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dibahas, maka dapat disimpulkan beberapa

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dibahas, maka dapat disimpulkan beberapa BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dibahas, maka dapat disimpulkan beberapa poin penting di antaranya; 1. Visi, Misi, Tujuan Pendidikan SMA Negeri 23 Bandung secara

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memberikan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 15 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan menengah di wilayah kota Jakarta Barat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 10 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan menengah di wilayah kota Jakarta Barat berdasarkan

Lebih terperinci

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULIAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULIAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULIAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan dapat dilakukan oleh semua elemen masyarakat melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan informal, dimana jalur pendidikan ini dijadikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Program-program Pendidikan Karakter SMA Negeri 1 Batui.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Program-program Pendidikan Karakter SMA Negeri 1 Batui. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Program-program Pendidikan Karakter SMA Negeri 1 Batui. Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa di tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu

Lebih terperinci

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman A. PROFIL SEKOLAH Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman merupakan salah satu Sekolah unggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan yang menjadi wadah dan berlangsungya proses pendidikan, memiliki sistem yang komplek dan dinamis dalam perkembangan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Era globalisasi ini, melihat realitas masyarakat baik kaum muda maupun tua banyak melakukan perilaku menyimpang dan keluar dari koridor yang ada, baik negara, adat

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

Rasional. Visi, Misi, dan Tujuan

Rasional. Visi, Misi, dan Tujuan Rasional Program Magister Pendidikan Fisika Pascasarjana UM diselenggarakan dengan beberapa dasar pemikiran. Di antara pemikiran tersebut adalah untuk 1) memenuhi minat dan memfasilitasi peningkatan karir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan bagi pembentukan karakter bangsa sangat strategis tujuannya. Pendidikan karakter saat ini merupakan topik yang banyak digerakkan dikalangan

Lebih terperinci

BEST PRACTICE MBS TENTANG BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SDN SN PASAR LAMA 1 BANJARMASIN

BEST PRACTICE MBS TENTANG BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SDN SN PASAR LAMA 1 BANJARMASIN BEST PRACTICE MBS TENTANG BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SDN SN PASAR LAMA 1 BANJARMASIN PROFIL SEKOLAH Nama Sekolah : SDN-SN Pasar Lama 1 A l a m a t : Jl. Letjen. S. Parman Banjarmasin B e r d i r i :

Lebih terperinci

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 41 TAHUN 2009 TANGGAL 30 JULI 2009 A. KUALIFIKASI PEMBIMBING STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN Standar kualifikasi pembimbing pada kursus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

Terwujudnya Sumber Daya Manusia yang Kreatif, Inovatif, Unggul, Berbudi Luhur, dalam Iptek dan Imtaq

Terwujudnya Sumber Daya Manusia yang Kreatif, Inovatif, Unggul, Berbudi Luhur, dalam Iptek dan Imtaq Terwujudnya Sumber Daya Manusia yang Kreatif, Inovatif, Unggul, Berbudi Luhur, dalam Iptek dan Imtaq Indikator dari Visi tersebut adalah : a. Terlaksananya proses pembelajaran dan bimbingan yang kondusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik merupakan dasar dari pendidikan. Menurut Suryosubroto (2010:16),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik merupakan dasar dari pendidikan. Menurut Suryosubroto (2010:16), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan dan sepanjang hidup. Membangun dan mengembangkan karakter yang baik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, banyak sekali permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan sekitar kita. Permasalahan yang terkait dengan asusila,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa, secara

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU A. Rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan Program Sarjana

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI. kelas dan ruang serbaguna yang memiliki luas 324 m 2.

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI. kelas dan ruang serbaguna yang memiliki luas 324 m 2. BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI 2.1 Sejarah SMA 17 Agustus 1945 SMA 17 Agustus 1945 didirikan pada tahun 1984 oleh Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 dengan Ketua Yayasan I.B. Alit, S.H. yang beralamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh karena itu tentu pendidikan juga akan membawa dampak yang besar terhadap peningkatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan SDM

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang. Berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin kuat sejalan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik 1 (2) (2017) 14-20 DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik https://jurnal.uns.ac.id/jdc PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN IMPLEMENTASINYA Dwi Purwanti SDN 1 Pohkumbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha untuk membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensinya (hati, pikir, rasa, dan karsa, serta raga). Dengan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,

Lebih terperinci

MANAJEMEN, KEBIJAKAN OPERASIONAL, DAN KINERJA SEKOLAH BERWAWASAN BUDI PEKERTI.

MANAJEMEN, KEBIJAKAN OPERASIONAL, DAN KINERJA SEKOLAH BERWAWASAN BUDI PEKERTI. MANAJEMEN, KEBIJAKAN OPERASIONAL, DAN KINERJA SEKOLAH BERWAWASAN BUDI PEKERTI 1 A. Pendahuluan Selama ini pendidikan cenderung diartikan aktivitas mempersiapkan anak-anak dan pemuda untuk memasuki kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia dalam menjalankan proses kehidupannya mengalami perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada manusia secara alami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pendidikan Nasional adalah agar anak didik menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berahlak mulia. Untuk mewujudkan tujuan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Membahas tentang pendidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTE& Oleh: NUR ROHMAH MUKTIANI, MPd. NIP

GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTE& Oleh: NUR ROHMAH MUKTIANI, MPd. NIP GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTE& Oleh: NUR ROHMAH MUKTIANI, MPd. NIP. 19731006 20011 2 001 Disampaikan dalamsrawung Ilmiah jurusan POR FIK UNY 16 Februari2012 ! GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTER A. Latar

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Budaya orgnanisasi berpengaruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum SMA Negeri 1 Salatiga Pada 1 Juli yayasan SMA B didirikan oleh beberapa tokoh, terutama mereka yang berada di DPRD Salatiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam bab

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setelah berlangsung beberapa tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. Tindakan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setelah berlangsung beberapa tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. Tindakan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang hasilnya baru bisa dirasakan setelah berlangsung beberapa tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. Tindakan, perilaku dan sikap

Lebih terperinci

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN SEKOLAH

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN SEKOLAH Bimbingan Teknis Program Penguatan Pendidikan Karakter bagi Kepala Sekolah & Pengawas Sekolah MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN SEKOLAH Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia KOSEP PPK Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa dampak kemajuan dibidang kehidupan baik dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar belakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Tujuan utama pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan tujuan tersebut

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER DALAMKELUARGA

PENDIDIKAN KARAKTER DALAMKELUARGA PENDIDIKAN KARAKTER DALAMKELUARGA Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 Pendahuluan Agama merupakan sistem aturan yang bersumber dari wahyu Tuhan yang membawa manusia menuju kebahagiaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan bangsa ini akan cerdas dalam berpikir, dan bijak dalam bertindak. Agar

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan

BAB I P E N D A H U L U A N. Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional, tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Berikut Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) DIMENSI KOMPETENSI INDIKATOR Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Merumuskan

Lebih terperinci

MENCIPTAKAN BUDAYA SEKOLAH YANG TETAP EKSIS

MENCIPTAKAN BUDAYA SEKOLAH YANG TETAP EKSIS MENCIPTAKAN BUDAYA SEKOLAH YANG TETAP EKSIS (Sebuah Upaya untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan) Oleh : WIJAYA KUSUMAH SMP LABSCHOOL JAKARTA Jl. Pemuda Komplek UNJ Rawamangun Jaktim 13220 Website : http://www.labschool-unj.sch.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Luas tanah untuk bangunan adalah 1,242 M². Sekolah Menegah Pertama

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Luas tanah untuk bangunan adalah 1,242 M². Sekolah Menegah Pertama BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Lokasi SMP Negeri 13 Yogyakarta Sekolah Menengah Pertama Negeri 13 Yogyakarta merupakan sekolah menengah pertama negeri yang terletak

Lebih terperinci

LEARNING OUTCOME PRODI S1 MANAJEMEN FEB UNPAD

LEARNING OUTCOME PRODI S1 MANAJEMEN FEB UNPAD LEARNING OUTCOME PRODI S1 MANAJEMEN FEB UNPAD Asep Mulyana & Budi Harsanto Tim Kurikulum Prodi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Learning Outcome Lulusan studi Manajemen

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran (CP)

Capaian Pembelajaran (CP) B. Profil Lulusan dan Capaian Pembelajaran 1) Profil Lulusan dan Deskripsinya No Profil Lulusan Deskripsi Profile (gambaran tentang kemampuan lulusan pada profile tersebut) 1 Pelatih Olahraga Pelatih profesional

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGARAAN PROGRAM MEMBANGUN SINERGI PENDIDIKAN BERBASIS HARMONIS DI KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER Konsep Dasar PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER Senang Belajar di Rumah Kedua Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Definisi PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (PPK) Program pendidikan di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. Hal tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan di Indonesia bertujuan membentuk manusia yang berkualitas bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter individu, dan hal ini

Lebih terperinci

DRAFT RENCANA STRATEGIS

DRAFT RENCANA STRATEGIS DRAFT RENCANA STRATEGIS UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2012-2017 DISCLAIMER: Draft ini diedarkan dalam mailing list DosenUGM dalam rangka mensukseskan Pemilihan Dekan di lingkungan UGM Tahun 2012. Materi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL 1 OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL Oleh Vivit Risnawati NIM : 2009/51093 JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan setiap individu yang terlibat di dalam pendidikan itu dituntut untuk mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum. Definisi pendidikan secara luas (hidup) adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 9 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak tahun 1920-an Ki Hajar Dewantara telah mengumandangkan pemikiran bahwa pendidikan pada dasarnya adalah memanusiakan manusia dalam artian menjadikan

Lebih terperinci