BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Program-program Pendidikan Karakter SMA Negeri 1 Batui.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Program-program Pendidikan Karakter SMA Negeri 1 Batui."

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Program-program Pendidikan Karakter SMA Negeri 1 Batui. Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa di tingkat sekolah merupakan amanah pendidikan yang harus terus di wujudkan. Sebagai wujud konsistensi dalam proses pendidikan karakter terhadap siswa SMA Negeri 1 Batui sebuah program yang produktif akan menjadi kunci terpenting. Olehnya dalam sebuah lembaga pendidikan, kepala sekolah SMA Negeri 1 Batui harus terus melakukan terobosan-terobosan program baik yang bersifat jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, dengan mengetahui konsep pendidikan karakter, sesuai hasil wawancara sebagai berikut. Menurut saya pendidikan karakter ini termasuk masih agak baru nanti akhirakhir ini diprogramkan jadi memang sangat diperlukan, menyangkut masalah perilaku siswa itu sendiri diarahkan kehal-hal yang positif (1/W/KS/ ). Pendidikan karakter disini adalah membina dan mengarahkan peserta didik dapat memahami arti bagaimana budaya-budaya ketimuran, bisa merekat di dalam pribadi siswa atau pribadi peserta didik itu dengan demikian kultur bangsa yang mencerminkan pekerti dari masyarakat indonesia itu di arahkah agar tidak menjurus pada hal-hal yang negatif kemudian dapat memicu perpecahan antara peserta didik, (1/W/GB/ ). Pendidikan karakter berkaitan erat dengan bagaimana seseorang individu memahami dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya yang berlaku dimasyarakat. (1/W/WKS/ ). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru di SMA 1 batui memandang bahwa pendidikan karakter, itu perlu dilaksanakan guna membina

2 dan mengarahkan peserta didik agar memahami arti bagaimana budaya-budaya ketimuran, bisa merekat di dalam pribadi siswa atau pribadi peserta didik itu dengan demikian kultur bangsa yang mencerminkan pekerti dari masyarakat indonesia itu di arahkah agar tidak menjurus pada hal-hal yang negatif. Penuturan dari kepala sekolah SMA Negeri 1 Batui tentang penerapan pendidikan karakter di sekolah: Pendidikan karakter sudah kita terapkan sekalipun belum terlalu terinci atau secara mendetail namun sudah kita laksanakan terutama melalui kegiatankegiatan sekolah di SMA Negeri 1 Batui ini apakah itu sifatnya intrakurikuler dan ekstra pendidikan karakter ini kita mulai laksanakan secara perlahan-lahan seperti kalau intrakurikuler itu setiap mata pelajaran itu memang sudah ada disisipkan tentang hal-hal menyangkut pendidikan karakter itu, kemudian kalau ekstra baik itu melalui kegiatan olahraga dan seni maupun kegiatan-kegiatan lainnya seperti kegiatan pagi siswa yang datang kesekolah itu jabat tangan dengan setiap guru khususnya guru jaga yang ada di depan pintu sekolah kemudian siswa itu langsung kekelas setelah jabat tangan dengan guru saya kira ini merupakan satu upaya dalam rangka pendidikan karakter atau mungkin karakter siswa yang lebih berahlak mulia. (2/W/KS/ ). Selanjutnya wakil kepala sekolah menjelaskan bahwa sebenarnya penerapan pendidikan karakter ini telah diterapkan pada tahun 2006 kita bermitra dengan SMA Negeri 10 malang, banyak yang kita adopsi mengenai polapola pendidikan karakter. (1/W/WKS/ ). Demikian pula penuturan dari guru bimbibingan konseling bahwa pendidikan karakter ini sudah diterapkan walaupun belum terinci dengan baik, dituangkan dalam proses pembelajaran sejak tahun 2006 mengadopsi pola-pola yang dilaksanakan SMA Negeri 10 Malang. (2/W/GBK/ ). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa SMA Negeri 1 Batui telah menerapkan pendidikan karakter sejak tahun 2006 kerjasama dengan SMA Negeri 10 Malang, apakah itu sifatnya intrakurikuler dan ekstra pendidikan karakter ini kita mulai laksanakan secara perlahan-lahan seperti kalau intrakurikuler itu setiap mata pelajaran itu memang sudah ada disisipkan tentang

3 hal-hal menyangkut pendidikan karakter itu, kemudian kalau ekstra baik itu melalui kegiatan olahraga dan seni maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Berikut penuturan beberapa informan tentang sejauh mana program pendidikan karaketer diterapkan di SMA Negeri 1 Batui. Untuk mengukur sejauh mana penerapan pendidikan karakter yang telah dilaksanakan, selama ini sudah berjalan dengan baik, program-program yang dilaksanakan baik sebelum masuk kelas sampai dengan pulang sekolah sudah dilakasanakan secara utuh, ini dapat diukur pada tingkat partisipasi siswa pada kegiatan tersebut sangat antusias. (3/W/GBK/ ). Kami berusahan untuk menerapkan pendidikan karakter ini, sebelum diprogramkan oleh pemerintah pada saat ini, langkah yang kami tempuh adalah kerjasama dengan sekolah-sekolah yang sudah menerapkan pendidikan karakter, dimulai pada tahun (3/W/WKS/ ). Kami berusaha untuk menerapkan pendidikan karakter ini, sebelum diprogramkan oleh pemerintah pada saat ini, langkah yang kami tempuh adalah kerjasama dengan sekolah-sekolah yang sudah menerapkan pendidikan karakter, dimulai pada tahun 2006, bisa dikatakan cukup mengembirakan, karena ada perubahan sikap siswa mulai dari masuk sekolah sampai pulang sekolah. Setelah melihat perkembangan yang terjadi bahwa pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Batui, dengan adanya perubahan yang cukup signifikan perilaku di tingkatan peserta didik, terutama mentaati peraturan dan tata tertib sekolah serta sikap dan perilakunya yang baik terhadap guru dan sesama siswa maupun dengan orang lain (3/W/KS/ ). Berdasarkan beberapa jawaban responden peneliti dapat menarik kesimpulan sejauh mana penerapan program pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Batui, bahwa pendidikan karakter ini sudah mulai diterapkan sejak tahun 2006, hasilnya banyak siswa yang antusias mengikuti program yang dilaksanakan sekolah seperti karakter yang diterapkan sebelum masuk kelas sampai dengan pulang sekolah.

4 2. Pelaksanaan Program Pendidikan Karakter Peran kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Batui sesuai hasil wawancara dengan beberapa responden sebagai berikut. Kepala sekolah sebagai contoh dalam pengembangan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Batui, begitu pula tentang pelaksanaan pembelajaran kepala sekolah mengharapkan agar menyisipkan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran, agar perilaku siswa memenuhi karakter yang diharapkan, selanjutnya kepala sekolah mengadakan evaluasi tentang pelaksanaan pendidikan karakter, apakah berjalan efektif dan evisien, dengan mengadakan rapat setiap hari sabtu, selanjutnya ada program ekstra dan intrakurikuler yang dilaksanakan guru agar memperoleh hasil yang maksimal tentang penerapan nilai-nilai karakter. (4/W/WKS/ ). Selanjutnya kepala sekolah mengutarakan bahwa peran saya dalam pengembangan pendidikan karakter sebagai contoh, evaluator dan mediator, apabila guru dalam penerapan pendidikan karakter mengalami kendala, dan saling bertukar pikiran sesama guru. (4/W/KS/ ). Pendapat yang hampir sama diungkapkan oleh Guru BK sebagai berikut. peran kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter selama ini kami nilai cukup baik, dengan memberi contoh kepada siswa berperilaku sesuai dengan norma dan susila yang berlaku, serta mengevaluasi efektifitas pelaksanaan program, apakah mengalami kendala dalam penerapannya, masalah-masalah yang ditemui di kelas maupun di luar kelas, dengan mengadakan rapat setiap hari sabtu. (4/W/GBK/ ). Berdasakan beberapa jawaban responden dapat disimpulkan bahwa peran kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter adalah sebagai contoh, evaluator dan mediator untuk guru dan siswa, dan pengembangan program lain melalui kegiatan ekstra dan intrakurikuler, dan setiap hari sabtu kepala sekolah mengadakan evaluasi terhadap pengembangan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Batui. Selanjutnya hasil wawancara dengan beberapa informan tentang sikap setuju dengan penerapan pendidikan karakter.

5 Selaku kepala sekolah tentang pendidikan karakter ini sangat setuju, karena dengan pendidikan karakter ini siswa-siswa kita meningkat terutama dari segi perilakunya sehingga output dari pada SMA Negeri 1 Batui ini bisa dihandalkan. (5/W/KS/ ). Pendapat lain sebagai berikut, saya sangat setuju dengan penerapan pendidikan karakter ini di sekolah, sebab melihat kondisi negara kita yang krisis akan moral dan etika, sehingga pembangunan nilai-nilai karakter bangsa melalui pendidikan, dengan diintegrasikannya pendidikan karakter pada kurikulum sekolah, maka kita dapat membangun bangsa yang heterogen ini menjadi bangsa yang satu, dan sikap primordialisme yang tinggi, bisa kita bina, (5/W/WKS/ ). Selanjutnya hasil wawancara dengan guru BK sebagai berikut, saya sangat setuju dengan penerapan pendidikan karakter di sekolah agar terbina karakter warga negara yang ber-ketuhanan Yang Maha Esa, berjiwa persatuan Indonesia, serta adil, dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. (5/W/GBK/ ). Dapat ditarik kesimpulan bahwa Guru di SMA 1 Batui sangat setuju dengan penerapan pendidikan karakter agar terbina karakter warga negara yang ber- Ketuhanan Yang Maha Esa, berjiwa persatuan Indonesia, serta adil, dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan melihat kondisi negara kita yang krisis akan moral dan etika, sehingga pembangunan nilai-nilai karakter bangsa melalui pendidikan, dengan diintegrasikannya pendidikan karakter pada kurikulum sekolah, maka kita dapat membangun bangsa yang heterogen ini menjadi bangsa yang satu, dan sikap primordialisme yang tinggi, bisa dibina. Berikut penturan beberapa informan tentang program-program yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Batui. Di bidang ekstrakurikuler diantaranya dilaksanakan kegiatan olahraga berupa, kesenian dan budaya, pramuka, meating kelas dan pencak silat. Adapula kegitan siswa yang baru-bru ini dilaksanakan berkaitan pula dengan ekstrakurikuler yakni penanaman pohon di hutan lindung dan penangkaran burung maleo tepatnya di daerah Bangkiriang Kecamatan Batui selatan. Pada bidang intrakurikuler di laksanakan kegiatan berupa koprasi kejujuran dan kartu kontrol tugas tiap-tiap mata pelajaran yang menunjang dalam proses belajar pembelajaran. (6/W/KS/ )

6 Program Ekstra Kurikuler, Sejatinya program ekstrakurikuler adalah sebuah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di luar dari jam proses pembelajaran. Menyangkut dengan program ektrakurikuler di SMA Negeri 1 Batui meliputi : a. Kegiatan Olahraga : Mengadakan porseni tingkat sekolah se Kecamatan Batui. b. Mengadakan pergelaran kesenian dan budaya lokal, salah satunya adalah pada setiap hari sabtu di adakan latihan tarian daerah dan lagulagu Daerah Kabupaten Banggai c. Mengadakan kegiatan penanaman bibit pohon di daerah hutan lindung tepatnya di daerah bangkiriang. Untuk mendukung agar program ekstrakurikuler bisa tercapai maka penting merumuskan program intrakurikuler. Berikut ini adalah penjelasan program tersebut. Menyangkut dengan program intrakurikuler merupakan sebuah kegiatan atau program pendidikan yang dilaksanakan berkaitan dengan proses belajar dan pembelajaran atau berada di sekitar lingkungan sekolah. Program intrakurikuler yang sudah dilaksanakan oleh SMA Negeri 1 Batui diantaranya : a. Guru memberikan kartu kontrol kepada peserta didik, dengan tujuan memberikan kedisiplinan belajar kepada siswa agar lebih serius dalam mengikuti proses pembelajaran. b. Memberikan ruang pelatihan penulisan karya ilmiah berupa peaper, artikel dan makalah, dengan tujuan melatih karakter berfikir siswa untul leluasa dalam menuangkan segala kemampuannya. (6/W/WKS/ ) Dari kedua pernyataan guru di SMA Negeri 1 Batui di atas, tentunya akan membawa konstribusi besar terhadap perkembangan siswa, baik menyangkut proses peningkatan daya intelektual di bidang ektrakurikuler maupun intrakurikuler. Dua kegiatan ini akan ikut menjadi penopang terhadap pembentukan karakter siswa. 3. Faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan pendidikan karakter Berikut penuturan kepala sekolah mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan pendidikan karakter. Kalau disekolah kita ini berbicara tentang pendukung saya kira sudah cukup memadai saran-sarana yang ada di SMA Negeri 1 Batui ini sekalipun tidak

7 terlalu lengkap saya kira sudah cukup memadai, mengarah pada satu pendidikan karakter kemudian kalau penghambat, saya lihat karena kecamatan adalah kecamatan yang sementara dalam tahap perkembangan jadi ini sedikit mengalami hambatan terutama masalah lingkungan kemudian geografis daripada SMA Negeri 1 Batui ini, karena kita tahu siswa SMA Negeri 1 Batui ini banyak yang datang dari daerah-daerah yang jauh dari SMA Negeri 1 Batui paling tidak sedikitnya ada pengaruh terhadap karakter yang dimiliki oleh siswa yang ada di SMA Negeri 1 Batui ini. (7/W/KS/ ) Faktor pendukung dalam pengembangan pendidikan karakter dari segi saran-sarana yang ada di SMA Negeri 1 Batui sudah memadai, orang tua juga mendukung, faktor penghambat, faktor perkembangan siswa, seperti pubertas turut menghambat, namun sekolah kami mengatasinya dengan mengarahkan siswa kehal-hal yang positif, memmbina potensinya, dengan kegiatan ekstra dan intra sekolah. 7/W/WKS/ ) Selanjutnya pendapat yang hampir sama oleh wakil kepala sekolah, orang tua sangat mendukung pelaksanaan pendidikan karakter ini, sarana juga cukup memadai untuk mengembangkan karakter siswa, sedangkan faktor penghambat adalah dari siswa itu sendiri, faktor lingkungan keluarga, lingkungan sosial, cukup berpengaruh, namun itu merupakan hal yang wajar sebagai manusia, yang kami tempuh adalah bagaimana bersikap sebagai pengganti orang tua di sekolah, Alhamdulillah kejadian-kejadian yang tidak diingikan tidak sampai terekspose oleh masyarakat luas. 7/W/GBK/ ) Mencermati beberapa jawaban informan dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung pengembangan pendidikan karakter adalah orang tua, dan sarana yang cukup memadai, faktor penghambat adalah dari siswa itu sendiri, faktor lingkungan keluarga, lingkungan sosial, kondisi geografis cukup berpengaruh, namun itu merupakan hal yang wajar sebagai manusia, yang ditempuh adalah bagaimana bersikap sebagai pengganti orang tua di sekolah. Selanjutnya untuk mengetahui apakah tipe kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap pengembangan pendidikan karakter, jawaban responden sebagai berikut.

8 Ya, tipe kepemimpinan juga sangat berpengaruh terhadap pengembangan pendidikan karakter, bila pemimpin memberi contoh yang baik, secara otomatis bawahannya akan mengikuti, begitupula siswa, siswa akan mengikuti hal-hal yang baik dari kepala sekolah, penentuan kebijakan tergantung pemimpin, program pelaksanaan sedikitnya kepala sekolah dapat menjalankan program, apalagi kepala sekolah saya anggap tipe kepemimpinan yang kharismatik sehingga tipe kepemimpinan ini sangat menentukan pengembangan pendidikan karakter. (8/W/GBK/ ) Berbicara sebagai pemimpin berarti ada yang dicontoh, dijadikan panutan, dan diberikan wewenang untuk mengambil kebijakan, sehingga cara yang ditempuh seorang pemimpin harus disukai oleh para bawahannya termasuk siswa, ini merupakan hal yang sulit dan bersifat relatif, di dalam suatu instansi manapun pemimpin turut menentukan berjalan atau tidaknya program yang sudah dicanangkan, begitu pula di sekolah kami, sehingga pemimpin ini sangat berpengaruh terhadap pengembangan pendidikan karakter. (8/W/KS/ ) Pengembangan pendidikan karakter di sekolah semua elemen harus mendukung agar program yang dicanangkan berjalan dengan efektif, baik dia guru siswa, orang tua, lingkungan serta yang memimpin, sehingga pemimpin ini turut berpengaruh terhadap pengembangan pendidikan karakter dan kepala sekolah kami ini tipe pemimpin yang kharismatik. (8/W/WKS/ ) Berdasarkan jawaban informan bahwa Pengembangan pendidikan karakter di sekolah semua elemen harus mendukung agar program yang dicanangkan berjalan dengan efektif, baik dia guru siswa, orang tua, lingkungan serta yang memimpin, sehingga pemimpin ini turut berpengaruh terhadap pengembangan pendidikan karakter, bila pemimpin memberi contoh yang baik, secara otomatis bawahannya akan mengikuti, begitupula siswa, siswa akan mengikuti hal-hal yang baik dari kepala sekolah, sebagai pemimpin berarti ada yang dicontoh, dijadikan panutan, dan diberikan wewenang untuk mengambil kebijakan, sehingga cara yang ditempuh seorang pemimpin harus disukai oleh para bawahannya termasuk siswa, ini merupakan hal yang sulit dan bersifat relatif, di dalam suatu instansi

9 manapun pemimpin turut menentukan berjalan atau tidaknya program yang sudah dicanangkan. Selanjutnya pendapat informan tentang keterampilan guru dalam pengembangan pendidikan karakter. Bicara tentang keterampilan guru saya rasa ini sangat penting karena tanpa keterampilan saya kira pencapaian tentang pendidikan karakter tidak akan tercapai. (9/W/KS/ ) Keterampilan guru sangat penting untuk pengembangan pendidikan karakter, kalau guru tidak terampil program yang dicanangkan jalan ditempat. (9/W/GBK/ ) Dalam pengemgangan pendidikan karakter memerlukan keterampilan guru, bagaimana mengintegrasikan karakter dalam pembelajaran sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. (9/W/WKS/ ) Berdasarkan pendapat di atas keterampilan guru sangat penting karena dengan keterampilan ini guru dapat menjalankan program, serta tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Selanjutnya peran siswa dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah, sesuai jawaban responden sebagai berikut. Kalau peran siswa, saya kira siswa cukup antusias dalam menyikapi setiap program yang dijalankan oleh sekolah khususnya program yang mengarah pada pendidikan karakter itu, buktinya setiap kegiatan yang kita laksanakan itu siswa yang menyambut dengan baik yang kita lihat siswa yang hadir dalam setiap kegiatan cukup lumayan datang atau melebihi dari pada jumlah-jumlah yang hampir seluruh siswa yang ada di SMA Negeri 1 Batui, walaupun ada yang tidak hadir itu berhalangan yang tidak bisa dihindari siswa, dengan harapan demi terciptanya satu sistem pendidikan yang lebih maju kemudian karakter atau ahlak daripada siswa khususnya tamatan atau output dari SMA Negeri 1 Batui ini bisa jadi lebih baikn sehingga benarbenar bisa dihandalkan baik lingkungan tempat diri sendiri, maupun lingkungan secara umumnya ditengah-tengah masyarakat (10/W/KS/ )

10 Peran siswa, cukup positif dalam mengikuti program yang dijalankan oleh sekolah khususnya program yang mengarah pada pendidikan karakter, siswa menyambut dengan baik, (10/WW/GBK/ ) Peran siswa, cukup penting dalam menentukan berhasil tidaknya program yang dijalankan oleh sekolah khususnya program pendidikan karakter, siswa sebagai cerminan dari guru, maupun sekolah, sehingga kami menjalankan program untuk memperoleh hasil yang baik, terasa lucu apabila guru yang sudah berusaha menjalankan program siswanya mencerminkan perilaku yang destruktif, pada intinya pendidikan karakter ini bagaiman membangun karakter anak bangsa yang masih berusia muda agar tidak terkontaminasi dengan perubahan jaman yang negatif, sehingga peran dan tanggungjawab sekolah masyarakat, dan lingkungan keluarga juga turut menentukan (10/WW/WKS/ ). Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peran siswa cukup penting, dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah, berhasil tidaknya program pendidikan karakter, tercermin dari sikap siswa, pada intinya pendidikan karakter ini bagaiman membangun karakter anak bangsa yang masih berusia muda agar tidak terkontaminasi dengan perubahan jaman yang negatif, sehingga peran dan tanggungjawab sekolah masyarakat, dan lingkungan keluarga juga turut menentukan, di SMA Negeri 1 Batui siswa cukup antusias dalam menyikapi setiap program yang dijalankan oleh sekolah khususnya program yang mengarah pada pendidikan karakter itu, buktinya setiap kegiatan yang kita laksanakan itu siswa yang menyambut dengan baik yang kita lihat siswa yang hadir dalam setiap kegiatan cukup lumayan datang atau melebihi dari pada jumlah-jumlah yang hampir seluruh siswa yang ada di SMA Negeri 1 Batui, walaupun ada yang tidak hadir itu berhalangan yang tidak bisa dihindari siswa.

11 B. Temuan Penelitian 1. Program-program Pendidikan Karakter SMA Negeri 1 Batui. (Bagan 1: Program-Program Pendidikan Karakter) Pendidikan karakter ini sudah mulai diterapkan sejak tahun 2006, hasilnya banyak siswa yang antusias mengikuti program yang dilaksanakan sekolah seperti karakter yang diterapkan sebelum masuk kelas sampai dengan pulang sekolah, kerjasama dengan SMA Negeri 10 Malang, apakah itu sifatnya intrakurikuler dan ekstra pendidikan karakter ini mulai dilaksanakan secara perlahan-lahan seperti intrakurikuler disetiap mata pelajaran itu memang sudah bermuatan pendidikan karakter, untuk ekstra melalui kegiatan olahraga dan seni maupun kegiatankegiatan lainnya, karena guru di SMA 1 batui memandang bahwa pendidikan karakter, itu perlu dilaksanakan guna membina dan mengarahkan peserta didik agar memahami arti bagaimana budaya-budaya ketimuran, bisa merekat di dalam

12 pribadi siswa atau pribadi peserta didik itu dengan demikian kultur bangsa yang mencerminkan pekerti dari masyarakat indonesia itu di arahkah agar tidak menjurus pada hal-hal yang negatif. 2. Pelaksanaan Program Pendidikan Karakter (Bagan 2: Pelaksanaan Program-Program Pendidikan Karakter) Guru di SMA 1 Batui sangat setuju dengan penerapan pendidikan karakter agar terbina karakter warga negara yang ber-ketuhanan Yang Maha Esa, berjiwa persatuan Indonesia, serta adil, dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan melihat kondisi negara kita yang krisis akan moral dan etika, sehingga pembangunan nilai-nilai karakter bangsa melalui pendidikan, dengan diintegrasikannya pendidikan karakter pada kurikulum sekolah, maka kita dapat membangun bangsa

13 yang heterogen ini menjadi bangsa yang satu, dan sikap primordialisme yang tinggi, bisa dibina Program kegiatan yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Batui meliputi, Program ekstra kurikuler dan intra kurikuler. Program ekstra kurikuler, Sejatinya adalah sebuah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di luar dari jam proses pembelajaran. Menyangkut dengan program ektrakurikuler di SMA Negeri 1 Batui meliputi : a. Kegiatan Olahraga : Mengadakan perseni tingkat sekolah se Kecamatan Batui. b. Mengadakan pergelaran kesenian dan budaya lokal, salah satunya adalah pada setiap hari sabtu di adakan latihan tarian daerah dan lagu-lagu Daerah Kabupaten Banggai c. Mengadakan kegiatan penanaman bibit pohon di daerah hutan lindung tepatnya di daerah bangkiriang. Untuk mendukung agar program ekstrakurikuler bisa tercapai maka penting merumuskan program intrakurikuler. Berikut ini adalah penjelasan program tersebut. Menyangkut dengan program intrakurikuler merupakan sebuah kegiatan atau program pendidikan yang dilaksanakan berkaitan dengan proses belajar dan pembelajaran atau berada di sekitar lingkungan sekolah. Program intrakurikuler yang sudah dilaksanakan oleh SMA Negeri 1 Batui diantaranya : a. Guru memberikan kartu kontrol kepada peserta didik, dengan tujuan memberikan kedisiplinan belajar kepada siswa agar lebih serius dalam mengikuti proses pembelajaran.

14 b. Memberikan ruang pelatihan penulisan karya ilmiah berupa peaper, artikel dan makalah, dengan tujuan melatih karakter berfikir siswa untul leluasa dalam menuangkan segala kemampuannya. Program yang dilaksanakan membawa konstribusi besar terhadap perkembangan siswa, baik menyangkut proses peningkatan daya intelektual di bidang ektrakurikuler maupun intrakurikuler. Dua kegiatan ini akan ikut menjadi penopang terhadap pembentukan karakter siswa. 3. Faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan pendidikan karakter (Bagan 3: Pelaksanaan Program-Program Pendidikan Karakter) Pengembangan pendidikan karakter di sekolah semua elemen harus mendukung agar program yang dicanangkan berjalan dengan efektif, baik dia guru siswa, orang tua, lingkungan serta yang memimpin, sehingga pemimpin ini turut berpengaruh terhadap pengembangan pendidikan karakter, bila pemimpin memberi contoh yang baik, secara otomatis bawahannya akan mengikuti, begitupula siswa, siswa akan mengikuti hal-hal yang baik dari kepala sekolah,

15 sebagai pemimpin berarti ada yang dicontoh, dijadikan panutan, dan diberikan wewenang untuk mengambil kebijakan, sehingga cara yang ditempuh seorang pemimpin harus disukai oleh para bawahannya termasuk siswa, ini merupakan hal yang sulit dan bersifat relatif, di dalam suatu instansi manapun pemimpin turut menentukan berjalan atau tidaknya program yang sudah dicanangkan. Keterampilan guru sangat penting karena dengan keterampilan ini guru dapat menjalankan program, serta tujuan yang diharapkan dapat tercapai Peran siswa cukup penting, dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah, berhasil tidaknya program pendidikan karakter, tercermin dari sikap siswa, pada intinya pendidikan karakter ini bagaiman membangun karakter anak bangsa yang masih berusia muda agar tidak terkontaminasi dengan perubahan jaman yang negatif, sehingga peran dan tanggungjawab sekolah masyarakat, dan lingkungan keluarga juga turut menentukan, di SMA Negeri 1 Batui siswa cukup antusias dalam menyikapi setiap program yang dijalankan oleh sekolah khususnya program yang mengarah pada pendidikan karakter itu, buktinya setiap kegiatan yang kita laksanakan itu siswa yang menyambut dengan baik yang kita lihat siswa yang hadir dalam setiap kegiatan cukup lumayan datang atau melebihi dari pada jumlah-jumlah yang hampir seluruh siswa yang ada di SMA Negeri 1 Batui, walaupun ada yang tidak hadir itu berhalangan yang tidak bisa dihindari siswa. C. Pembahasan Pengembangan pendidikan karakter mengupayakan agar individu-individu memiliki karakter, yakni olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa. Olah hati berkenaan dengan perasaan sikap dan keyakinan/keimanan. Olah pikir

16 berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif. Olah raga berkenaan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas. Olah rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang tecermin dalam kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan. Susuai hasil penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Batui dengan tujuan, 1) untuk mendapatkan gambaran tentang program kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah SMA Negeri 1 Batui. 2) untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan program pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Batui, 3) untuk mendapatkan gambaran tentang faktor pendukung dan penghambat kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah. Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa di tingkat sekolah merupakan amanah pendidikan yang harus terus di wujudkan. Sebagai wujud konsistensi dalam proses pendidikan karakter terhadap siswa SMA Negeri 1 Batui sebuah program yang produktif akan menjadi kunci terpenting. Olehnya dalam sebuah lembaga pendidikan, kepala sekolah SMA Negeri 1 Batui harus terus melakukan terobosan-terobosan program baik yang bersifat jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Pendidikan karakter, itu perlu dilaksanakan guna membina dan mengarahkan peserta didik agar memahami arti bagaimana budaya-budaya ketimuran, bisa merekat di dalam pribadi siswa atau pribadi peserta didik itu

17 dengan demikian kultur bangsa yang mencerminkan pekerti dari masyarakat indonesia itu di arahkah agar tidak menjurus pada hal-hal yang negatif. SMA Negeri 1 Batui telah menerapkan pendidikan karakter sejak tahun 2006 kerjasama dengan SMA Negeri 10 Malang, apakah itu sifatnya intrakurikuler dan ekstra pendidikan karakter ini kita mulai laksanakan secara perlahan-lahan seperti kalau intrakurikuler itu setiap mata pelajaran itu memang sudah ada disisipkan tentang hal-hal menyangkut pendidikan karakter itu, kemudian kalau ekstra baik itu melalui kegiatan olahraga dan seni maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Peran kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter adalah sebagai contoh, evaluator dan mediator untuk guru dan siswa, dan pengembangan program lain melalui kegiatan ekstra dan intrakurikuler, dan setiap hari sabtu kepala sekolah mengadakan evaluasi terhadap pengembangan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Batui. Seuai hasil wawancara bahwa guru SMA Negeri 1 Batui. sangat setuju dengan penerapan pendidikan karakter agar terbina karakter warga negara yang ber-ketuhanan Yang Maha Esa, berjiwa persatuan Indonesia, serta adil, dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan melihat kondisi negara kita yang krisis akan moral dan etika, sehingga pembangunan nilai-nilai karakter bangsa melalui pendidikan, dengan diintegrasikannya pendidikan karakter pada kurikulum sekolah, maka kita dapat membangun bangsa yang heterogen ini menjadi bangsa yang satu, dan sikap primordialisme yang tinggi, bisa dibina, melalui ekstra dan intrakurikeler.

18 Program Ekstra Kurikuler, Sejatinya program ekstrakurikuler adalah sebuah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di luar dari jam proses pembelajaran. Menyangkut dengan program ektrakurikuler di SMA Negeri 1 Batui meliputi : a) Kegiatan Olahraga : Mengadakan perseni tingkat sekolah se Kecamatan Batui. b) Mengadakan pergelaran kesenian dan budaya lokal, salah satunya adalah pada setiap hari sabtu di adakan latihan tarian daerah dan lagulagu Daerah Kabupaten Banggai c) Mengadakan kegiatan penanaman bibit pohon di daerah hutan lindung tepatnya di daerah bangkiriang. Untuk mendukung agar program ekstrakurikuler bisa tercapai maka penting merumuskan program intrakurikuler. Berikut ini adalah penjelasan program tersebut. Menyangkut dengan program intrakurikuler merupakan sebuah kegiatan atau program pendidikan yang dilaksanakan berkaitan dengan proses belajar dan pembelajaran atau berada di sekitar lingkungan sekolah. Program intrakurikuler yang sudah dilaksanakan oleh SMA Negeri 1 Batui diantaranya : a. Guru memberikan kartu kontrol kepada peserta didik, dengan tujuan memberikan kedisiplinan belajar kepada siswa agar lebih serius dalam mengikuti proses pembelajaran. b. Memberikan ruang pelatihan penulisan karya ilmiah berupa peaper, artikel dan makalah, dengan tujuan melatih karakter berfikir siswa untul leluasa dalam menuangkan segala kemampuannya.

19 Sesuai hasil wawancara dengan beberapa informan bahwa kedua kegiatan tersebut akan membawa konstribusi besar terhadap perkembangan siswa, baik menyangkut proses peningkatan daya intelektual di bidang ektrakurikuler maupun intrakurikuler. Dua kegiatan ini akan ikut menjadi penopang terhadap pembentukan karakter siswa. Faktor pendukung pengembangan pendidikan karakter adalah orang tua, dan sarana yang cukup memadai, faktor penghambat adalah dari siswa itu sendiri, faktor lingkungan keluarga, lingkungan sosial, kondisi geografis cukup berpengaruh, namun itu merupakan hal yang wajar sebagai manusia, yang ditempuh adalah bagaimana bersikap sebagai pengganti orang tua di sekolah. Pengembangan pendidikan karakter di sekolah semua elemen harus mendukung agar program yang dicanangkan berjalan dengan efektif, baik dia guru siswa, orang tua, lingkungan serta yang memimpin, sehingga pemimpin ini turut berpengaruh terhadap pengembangan pendidikan karakter, apalagi SMA Negeri 1 Batui mempunyai pemimpin yang kharismatik, bila pemimpin memberi contoh yang baik, secara otomatis bawahannya akan mengikuti, begitupula siswa, siswa akan mengikuti hal-hal yang baik dari kepala sekolah, sebagai pemimpin berarti ada yang dicontoh, dijadikan panutan, dan diberikan wewenang untuk mengambil kebijakan, sehingga cara yang ditempuh seorang pemimpin harus disukai oleh para bawahannya termasuk siswa, ini merupakan hal yang sulit dan bersifat relatif, di dalam suatu instansi manapun pemimpin turut menentukan berjalan atau tidaknya program yang sudah dicanangkan, keterampilan guru juga menentukan

20 dan sangat penting karena dengan keterampilan ini guru dapat menjalankan program, serta tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Berhasil tidaknya program pendidikan karakter, tercermin dari sikap siswa, pada intinya pendidikan karakter ini bagaiman membangun karakter anak bangsa yang masih berusia muda agar tidak terkontaminasi dengan perubahan jaman yang negatif, sehingga peran dan tanggungjawab sekolah masyarakat, dan lingkungan keluarga juga turut menentukan, di SMA Negeri 1 Batui siswa cukup antusias dalam menyikapi setiap program yang dijalankan oleh sekolah khususnya program yang mengarah pada pendidikan karakter itu, buktinya setiap kegiatan yang kita laksanakan itu siswa yang menyambut dengan baik yang kita lihat siswa yang hadir dalam setiap kegiatan cukup lumayan datang atau melebihi dari pada jumlah-jumlah yang hampir seluruh siswa yang ada di SMA Negeri 1 Batui, walaupun ada yang tidak hadir itu berhalangan yang tidak bisa dihindari siswa.

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. Hal tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan

Lebih terperinci

CAPAIAN PEMBELAJARAN BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

CAPAIAN PEMBELAJARAN BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR CAPAIAN PEMBELAJARAN BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR I. PROGRAM STUDI PGSD JENJANG SARJANA (S1) A. PROFIL Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD-Primary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan kurikulum yang dikembangkan pemerintah saat ini, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan kurikulum yang dikembangkan pemerintah saat ini, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan kurikulum yang dikembangkan pemerintah saat ini, yaitu kurikulum 2013 sangat mengutamakan pembentukan karakter. Hal ini ditegaskan oleh Marlina (2013:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menyadari pentingnya proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat mengembangkan potensi diri, sehingga dapat didayagunakan dalam kehidupan baik sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya suatu negara diukur melalui sistem pendidikannya, pendidikan juga tumpuan harapan bagi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULIAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULIAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULIAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan dapat dilakukan oleh semua elemen masyarakat melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan informal, dimana jalur pendidikan ini dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri,

Lebih terperinci

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan cerminan dari seseorang. Seseorang bisa dikatakan baik atau buruk, sopan atau tidak, semua tercermin dari karakter dan tindakan yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah unsur penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, Untuk melindungi

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam mengembangkan kreativitas generasi muda, peneliti dapat menarik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam mengembangkan kreativitas generasi muda, peneliti dapat menarik 127 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap organisasi Karang Taruna Gemmas dalam mengembangkan kreativitas generasi muda, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Tujuan utama pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan tujuan tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disegala bidang. Salah satu dari pembangunan Nasional di Indonesia adalah di

I. PENDAHULUAN. disegala bidang. Salah satu dari pembangunan Nasional di Indonesia adalah di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional yang dilaksanakan di Indonesia meliputi pembangunan disegala bidang. Salah satu dari pembangunan Nasional di Indonesia adalah di bidang pendidikan,

Lebih terperinci

ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P

ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam 1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Ulasan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Bab IV. akhirnya menghasilkan sejumlah kesimpulan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Ulasan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Bab IV. akhirnya menghasilkan sejumlah kesimpulan. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Ulasan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Bab IV akhirnya menghasilkan sejumlah kesimpulan. 1. Kesimpulan Umum Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya yang sangat strategis untuk membawa masyarakat dan bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan dan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang sangat berpotensi membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuankemampuan yang dimilikinya. Selain mendididik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA TAHUN 2017

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA TAHUN 2017 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TAHUN 2017 BAB I VISI DAN MISI PASAL 1 VISI BERSATU, BERSINERGI, MEMBANGUN PASAL 2 MISI 1. MENINGKATKAN PERAN AKTIF SERTA KESOLIDAN

Lebih terperinci

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter

Lebih terperinci

OSIS, EKSTRAKURIKULER, DAN WAWASAN WIYATA MANDALA

OSIS, EKSTRAKURIKULER, DAN WAWASAN WIYATA MANDALA EMPAT JALUR PEMBINAAN KESISWAAN OSIS, EKSTRAKURIKULER, DAN WAWASAN WIYATA MANDALA 1. Organisasi Kesiswaan 2. Latihan Kepemimpinan 3. Kegiatan Ekstrakurikuler 4. Kegiatan Wawasan Wiyata Mandala ORGANISASI

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU A. Rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan Program Sarjana

Lebih terperinci

LEARNING OUTCOME S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

LEARNING OUTCOME S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR LEARNING OUTCOME S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ASOSIASI DOSEN PGSD INDONESIA KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya rumusan capaian pembelajaran

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN CIVIC DISPOSITION DALAM KEGIATAN OSIS TAHUN AJARAN (Studi Kasus Pada Siswa SMP Negeri 20 Surakarta)

ANALISIS PENGEMBANGAN CIVIC DISPOSITION DALAM KEGIATAN OSIS TAHUN AJARAN (Studi Kasus Pada Siswa SMP Negeri 20 Surakarta) ANALISIS PENGEMBANGAN CIVIC DISPOSITION DALAM KEGIATAN OSIS TAHUN AJARAN 2014-2015 (Studi Kasus Pada Siswa SMP Negeri 20 Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagaian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) Pengertian Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pundi pokok untuk mencapai cita-cita suatu bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pundi pokok untuk mencapai cita-cita suatu bangsa. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mencerdaskan bangsa dan merupakan suatu pundi pokok untuk mencapai cita-cita suatu bangsa. Pendidikan menduduki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial. Ini berarti manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup secara berkelompok dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap tidak sopan dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak mungkin bisa memisahkan hidupnya dengan manusia lain. Sudah bukan rahasia lagi bahwa segala bentuk kebudayaan, tatanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

Lebih terperinci

OSIS, EKSTRAKURIKULER, DAN WAWASAN WIYATA MANDALA

OSIS, EKSTRAKURIKULER, DAN WAWASAN WIYATA MANDALA OSIS, EKSTRAKURIKULER, DAN WAWASAN WIYATA MANDALA EMPAT JALUR PEMBINAAN KESISWAAN 1. Organisasi Kesiswaan 2. Latihan Kepemimpinan 3. Kegiatan Ekstrakurikuler 4. Kegiatan Wawasan Wiyata Mandala ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas pendidikan yang baik akan melahirkan generasi muda yang dapat diandalkan untuk memajukan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 15 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan menengah di wilayah kota Jakarta Barat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 10 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan menengah di wilayah kota Jakarta Barat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha untuk membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensinya (hati, pikir, rasa, dan karsa, serta raga). Dengan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari luar negeri baik yang bersifat positif mupun negatif tidak bisa dibendung lagi. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI MBS DALAM PENINGKATAN KUALITAS PARTISIPASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER UKS DI MIS SAPUGARUT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI MBS DALAM PENINGKATAN KUALITAS PARTISIPASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER UKS DI MIS SAPUGARUT TAHUN PELAJARAN 2014/2015 61 BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI MBS DALAM PENINGKATAN KUALITAS PARTISIPASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER UKS DI MIS SAPUGARUT TAHUN PELAJARAN 2014/2015 A. Analisis Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi pahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidangnya. Pendidikan dalam pengertian bahasa disebut proses melatih dan

BAB I PENDAHULUAN. bidangnya. Pendidikan dalam pengertian bahasa disebut proses melatih dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya Manusia, sebagai suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam mencerdaskan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) Pengertian Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak

Lebih terperinci

INSTRUMEN KULIAH KERJA LAPANGAN-I (MAGANG I) Semester Ganjil 2016/2017 A. BUDAYA MADRASAH/SEKOLAH. : Observasi/wawancara/dokumentasi

INSTRUMEN KULIAH KERJA LAPANGAN-I (MAGANG I) Semester Ganjil 2016/2017 A. BUDAYA MADRASAH/SEKOLAH. : Observasi/wawancara/dokumentasi INSTRUMEN KULIAH KERJA LAPANGAN-I (MAGANG I) Semester Ganjil 2016/2017 A. BUDAYA MADRASAH/SEKOLAH Nama : NIM Instansi : : Teknik : Observasi/wawancara/dokumentasi No Pernyataan Ya Tidak Deskripsi 1 Visi,misi,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP)

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP) LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP) Standar Kompetensi Lulusan

Lebih terperinci

B. Profil Lulusan dan Capaian Pembelajaran

B. Profil Lulusan dan Capaian Pembelajaran B. Profil Lulusan dan Capaian Pembelajaran 1) Profil Lulusan dan Deskripsinya No Profil Lulusan Deskripsi Profil (daftar Tentang Kemampuan Lulusan Pada Profil Tersebut) 1 Pendidik PJOK Pendidik yang professional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, mengembangkan potensi diri, membentuk pribadi yang bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, mengembangkan potensi diri, membentuk pribadi yang bertanggung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan seseorang karena melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kecerdasan, keterampilan,

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran (CP)

Capaian Pembelajaran (CP) B. Profil Lulusan dan Capaian Pembelajaran 1) Profil Lulusan dan Deskripsinya No Profil Lulusan Deskripsi Profil (daftar Tentang Kemampuan Lulusan Pada Profil Tersebut) 1 Peneliti Keolahragaan Peneliti

Lebih terperinci

GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTE& Oleh: NUR ROHMAH MUKTIANI, MPd. NIP

GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTE& Oleh: NUR ROHMAH MUKTIANI, MPd. NIP GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTE& Oleh: NUR ROHMAH MUKTIANI, MPd. NIP. 19731006 20011 2 001 Disampaikan dalamsrawung Ilmiah jurusan POR FIK UNY 16 Februari2012 ! GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTER A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR, Menimbang : a. bahwa program kepemudaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan kurikulum yang terus menerus berganti menjadi fenomena yang memiliki dampak tersendiri dari berbagai pihak penyelenggara pendidikan di sekolah,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN. Oleh Herminarto Sofyan

DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN. Oleh Herminarto Sofyan DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN Oleh Herminarto Sofyan VISI DIKNAS : INSAN INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF VISI POLBANGMAWA: Terciptanya mahasiswa yang bertaqwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengan harapan dapat mewujudkan tujuan tersebut. Tercapai atau tidaknya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP

Lebih terperinci

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan 1 BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan harus ditanamkan dalam satuan pendidikan, karena pendidikan karakter sebagai dasar pendidikan

Lebih terperinci

GOLDEN RULES A K S I N Y A T A U N T U K M E M B A N G U N K A R A K T E R

GOLDEN RULES A K S I N Y A T A U N T U K M E M B A N G U N K A R A K T E R GOLDEN RULES A K S I N Y A T A U N T U K M E M B A N G U N K A R A K T E R Sebuah studi kasus mengembangkan kebiasaan karakter yang baik bagi siswa melalui inspirasi internasional (II) di SD Bubutan 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada Undang Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada Undang Undang Republik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah merupakan jenjang pendidikan formal yang memiliki fungsi membina dan mengembangkan kemampuan siswa. Sesuai dengan tujuan dan fungsi pendidikan nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional salah satunya yaitu untuk membentuk akhlak/budi pekerti yang luhur, pembentukan akhlak harus dimulai sejak kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan kehidupan dalam masyarakat bangsa dan Negara, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010, Gerakan Pramuka, Pasal 10, ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010, Gerakan Pramuka, Pasal 10, ayat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan pramuka Indonesia merupakan nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Pramuka merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang harus terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah dipupuk sejak dini sehingga generasi penerus bangsa mampu menjadi pemimpin berdedikasi tinggi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Budi pekerti adalah perilaku nyata dalam kehidupan manusia. Pendidikan budi pekerti adalah penanaman nilai-nilai baik dan luhur kepada jiwa manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 2. siswa mempunyai sikap untuk menghargai dan mencintai segala sesuatu yang diciptakan Tuhan YME.

BAB IV PENUTUP. 2. siswa mempunyai sikap untuk menghargai dan mencintai segala sesuatu yang diciptakan Tuhan YME. BAB III PEMBAHASAN Pendidikan merupakan hal pokok yang perlu kita dapatkan dalam kehidupan. Melalui pendidikan menjadikan kita siap dalam menghadapi perubahan-perubahan dalam dinamika masyarakat. Termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persesuaian dengan perkataan khalq yang berarti kejadian, serta erat hubunganya

BAB I PENDAHULUAN. persesuaian dengan perkataan khalq yang berarti kejadian, serta erat hubunganya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab khuluq yang jamaknya akhlak. Menurut bahasa, akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Kata tersebut mengandung segi-segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tindakan asusila. Hal ini dikaranekan merosotnya nilai-nilai luhur di dalam

BAB I PENDAHULUAN. hingga tindakan asusila. Hal ini dikaranekan merosotnya nilai-nilai luhur di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan kriminal saat ini tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tidak sedikit anak-anak yang melakukan tinadakan kriminal dimulai dari pencurian hingga tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2015, pp. 289~293 KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA 289 Heri Maulana AMIK BSI Yogyakarta e-mail: heri.hml@bsi.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

Oleh: Dr. Marzuki Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Dr. Marzuki Universitas Negeri Yogyakarta PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP Oleh: Dr. Marzuki Universitas Negeri Yogyakarta Latar Belakang UUSPN Pasal 3 menyebutkan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka kualitas yang memadai dan output yang berkualitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. maka kualitas yang memadai dan output yang berkualitas merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi seseorang untuk dapat meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mengembangkan potensi diri dan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER SECARA HOLISTIK

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER SECARA HOLISTIK 1 PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER SECARA HOLISTIK Seminar Pendidikan, SMA Gonzaga, Jakarta, 5 Mei 2012 Paul Suparno Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Pengantar Tujuan pendidikan adalah untuk membantu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Terdapat banyak definisi mengenai pemimpin. Dalam Kamus Besar

BAB II LANDASAN TEORI. Terdapat banyak definisi mengenai pemimpin. Dalam Kamus Besar BAB II LANDASAN TEORI A. PEMIMPIN 1. Definisi Pemimpin Terdapat banyak definisi mengenai pemimpin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), pemimpin memiliki kata dasar pimpin yang sering disebut sebagai

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS BIMBINGAN EKSTRA KURIKULER

PELUANG BISNIS BIMBINGAN EKSTRA KURIKULER PELUANG BISNIS BIMBINGAN EKSTRA KURIKULER Disusun Oleh : N A M A : MUHAMMAD GEA ALRASYID N I M : 11. 02. 8027 PROGRAM STUDI JURUSAN : LINGKUNGAN BISNIS : D3 MI ABSTRAK Peluang Bisnis Bimbingan Ekstrakurikuler

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013)

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pendidikan Nasional harus tanggap terhadap tuntutan perubahan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebagaimana dijelaskan pada bab terdahulu bahwa teknik pengumpulan data

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebagaimana dijelaskan pada bab terdahulu bahwa teknik pengumpulan data BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Sebagaimana dijelaskan pada bab terdahulu bahwa teknik pengumpulan data yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, banyak sekali permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan sekitar kita. Permasalahan yang terkait dengan asusila,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional merupakan salah satu tujuan dari kemerdekaan Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

Lebih terperinci

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006 Oleh : Rini Rahmawati NIM K 7402135 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memberikan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN Disusun oleh : Nama : Annisa Candra Sekar NIM : 5401409029 Prodi : PKK S1 (Tata Busana) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 i

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi pembicaraan saat ini. Tentunya peningkatan kualitas pendidikan ini disesuaikan dengan perkembangan

Lebih terperinci

LEARNING OUTCOME PRODI S1 MANAJEMEN FEB UNPAD

LEARNING OUTCOME PRODI S1 MANAJEMEN FEB UNPAD LEARNING OUTCOME PRODI S1 MANAJEMEN FEB UNPAD Asep Mulyana & Budi Harsanto Tim Kurikulum Prodi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Learning Outcome Lulusan studi Manajemen

Lebih terperinci