FEBRI TRISNA SARI NIM:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FEBRI TRISNA SARI NIM:"

Transkripsi

1 FAKTOR PENYEBAB PUDARNYA PENGGUNAAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT JAWA KELAHIRAN SUMATERA BARAT (STUDI KASUS : DESA SIKALANG, KECAMATAN TALAWI, KOTA SAWAHLUNTO) ARTIKEL FEBRI TRISNA SARI NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015

2

3 Factors Causing The Erosion of The Use of The Java Language on The Java Comunity Birth of Western Sumatera (Case Study : Sikalang Villages, District Talawi, Sawahlunto City ) Thesis. Education Courses Sociology STKIP PGRI West Sumatera, Oleh : Febri Trisna Sari 1 Drs. Wahyu Pramono, M.Si 2 Sri Rahmadani M.Si 3 *The Sosiology education student of STKIP PGRI Sumatera West. **The Sosiology staff of sosiology education of STKIP PGRI Sumatera West ABSTRACT Java language as a comunity language javanese culture that is famous for its gentleness in speech, should have always been the hall mark and habits for the Java community. How, over the more modern era and the mayority of people in the area Sikalang Java is Java born descendants of the younger generation to make the youth of west Sumatera. Making young people shutter in using the java languange. The purpose of this study was to describe factors that cause erosion of the use of the Java language on the Java community birth of western Sumatra (Case Study : Sikalang Villages, district Talawi, Sawahlunto City). This study used functional structural theory popularized by Talcott Parsons, by using a qualitative approach with descriptive study. The informants were 13 people. The type of data in the research in primery and secondary data. The data collection techniques in this research group. Analysis of the data in this study using the research data presented by Milles and Huberman interactive model of analysis. Based on the results of this study concluded that there are several factors that cause erosion of the use of the java language. Firts, the lack of public knowledge of Java use Java language. Second, inter etnic marriages. Third, weakening the control or socialization of the use of the Java language in the family. Fourth, the lach of knowledge of the other person the use the Java language. And fifth, there are no spesific rules on the use of the Java language in everyday situations. Keyword : Faded, java language, java community 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Pembimbing I, staf pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 3 Pembimbing II, staf pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

4 ABSTRAK Faktor Penyebab Pudarnya Penggunaan Bahasa Jawa Pada Masyarakat Jawa Kelahiran Sumatera Barat (Studi kasus : Desa Sikalang Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto). Skripsi. Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat, Bahasa Jawa sebagai budaya bahasa masyarakat Jawa yang terkenal dengan kelemah lembutannya dalam berbicara, seharusnya selalu menjadi ciri khas dan kebiasaan bagi masyarakat Jawa tersebut. Namun seiring perkembangan zaman yang semakin modern dan mayoritas masyarakat Jawa di daerah Sikalang adalah generasi muda keturunan Jawa kelahiran Sumatera Barat, menjadikan para pemuda cenderung gagap dalam menggunakan bahasa Jawa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor penyebab pudarnya penggunaan bahasa Jawa pada masyarakat Jawa kelahiran Sumatera Barat di Desa Sikalang Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto. Penelitian ini menggunakan teori struktural fungsional yang dipopulerkan oleh Talcott Parsons, dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Informan penelitian sebanyak 13 orang. Jenis data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu berupa observasi, wawancara, dan studi dokumen. Unit analisis dalam penelitian ini yaitu kelompok. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian data yang dikemukakan oleh Milles dan Huberman. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan pudarnya penggunaan bahasa Jawa. Pertama, minimnya pengetahuan masyarakat Jawa terhadap tingkat penggunaan bahasa Jawa, Kedua, perkawinan antar etnik, ketiga, melemahnya kontrol dan sosialisasi penggunaan bahasa Jawa di dalam keluarga, keempat, minimnya pengetahuan lawan bicara terhadap penggunaan bahasa Jawa, dan yang kelima, tidak ada aturan khusus tentang penggunaan bahasa sehari hari.

5 PENDAHULUAN Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, dan ras yang berbeda-beda di setiap daerah. Di Indonesia terdapat sejumlah masyarakat dengan berbagai etnis beserta kebudayaannya. Setiap masyarakat memiliki tradisi yang berbeda dan umumnya memiliki wilayah budaya tertentu pula. Dengan jelas bisa ditunjukan wilayah budaya Jawa, Sunda, Madura, Minangkabau, Bugis, Melayu dan lainlain (Esten, 1999 : 27). Menurut Koentjaraningrat sebagaimana yang dikutip oleh Chaer dan Agustina (2010 : ) mengatakan bahwa kebudayaan itu hanya dimiliki manusia, dan tumbuh bersama dengan berkembangnya masyarakat manusia. Isi kebudayaan itu terdiri dari tujuh unsur-unsur yang bersifat universal, artinya ketujuh unsur itu terdapat dalam setiap masyarakat manusia yang ada di dunia. Ketujuh unsur tersebut adalah ; 1) bahasa, 2) sistem teknologi, 3) sistem mata pencaharian, 4) organisasi sosial, 5) sistem pengetahuan, 6) sistem religi, 7) kesenian. Dengan demikian dapat diketahui bahwa bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, atau dengan kata lain bahasa itu di bawah lingkup kebudayaan. Bahasa merupakan unsur utama yang mengandung semua unsur kebudayaan manusia yang lainnya. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Bahasa sangat terikat bagaimana masyarakat menempatkan bahasa pada posisi tertentu sehingga kondisi atau karakter pendukung menentukan bagaimana perkembangan bahasa. Misalnya saja bahasa daerah, keseluruhan proses telah mentransformasikan masyarakat ke bentuk dan karakter tertentu yang dapat dilihat dari beberapa konteks penting yang secara langsung mempengaruhi perkembangan bahasa daerah. Pertama, proses transformasi keluarga secara meluas dari karakter yang relatif tradisional ke suatu karakter modern dengan gaya hidup dan ukuran nilai baru. Kedua, proses perubahan tata nilai dalam masyarakat yang tampak dari konflik-konflik sosial akibat relativitas nilai. Ketiga, proses melemahnya peran institusi kebudayaan yang secara ideal berperan dalam pembentukan, pengembangan dan pelestarian nilai dan praktik sosial. Ketiga konteks ini merupakan faktor yang di satu sisi menyebabkan melemahnya bahasa daerah dan mengalami kemunduran, di sisi lain menyebabkan bahasa daerah dapat menjadi kekayaan yang memiliki kontribusi bagi proses berbangsa dan bernegara (Abdullah, 2006 : ). Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 21 April 2015, bahwa di Sumatera Barat masih banyak warga yang masih keturunan Jawa. Menurut data di Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, tentang jumlah penduduk berdasarkan etnis ada jiwa penduduk Sawahlunto yang bersuku Jawa. Sawahlunto merupakan kota nomer dua terbanyak yang memiliki penduduk bersuku Jawa. Kota yang pertama yakni kota Padang, namun karena Padang merupakan kota yang padat penduduk, sulit bagi penulis untuk melakukan penelitian di Kota Padang. Selain itu penulis lebih memilih daerah kota untuk mempermudah penulis melakukan observasi di lapangan ketimbang daerah kabupaten yang wilayahnya lebih luas. Dalam perkembangannya, seperti juga pada bahasa daerah lain, bahasa Jawa sangat dipengaruhi bahasa lain, hingga banyak muncul istilah baru yang diadaptasi begitu saja tanpa mempedulikan tata bahasa dan asal kata. Bahasa Jawa menjadi bagian integral dalam tata krama masyarakat Jawa dalam berbahasa. Bahasa Jawa biasanya digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua sebagai lambang kesopanan dan kesantunan pemuda / pemudi Jawa. Misalnya ketika masyarakat dengan status sosial yang rendah mengatakan kabeh (semua) untuk berbicara dengan orang status sosial yang lebih tinggi, seharusnya adalah menggunakan kata sedaya (semua) walaupun memiliki arti yang sama tetapi penggunaan bahasa harus lebih diperhatikan atau ketika menyatakan kata tidak, pemuda sekarang lebih cenderung menggunakan kata ora dibandingkan kata halusnya mboten untuk berbicara pada orang yang lebih tua darinya. Lain halnya dengan pemuda yang seumuran berbicara dengan bahasa tangsi seperti kemana ke kok ndak ketok - ketok? (kemana kamu, kenapa tidak pernah nampak/ kelihatan). Terlihat bahwa pada saat observasi awal penulis beberapa interaksi antara masyarakat sesama transmigran ataupun masyarakat transmigran dengan masyarakat lokal memperlihatkan penggunaan bahasa Jawa telah pudar dan tidak lagi sesuai dengan undhak undhak Jawa (tingkatan). Wes akeh wong Jowo lali bosone (orang jawa lupa bahasanya) mungkin itu yang sedang terjadi saat ini, bahasa Jawa semakin terpinggirkan di kalangan masyarakat di luar daerah / Pulau Jawa, salah satunya di Sumatera Barat atau masyarakat Jawa yang sebelumnya ditransmigrasikan. Sebagai pemilik bahasa Jawa, masyarakat Jawa seharusnya menjaga kelestarian dan kelangsungan bahasanya

6 tersebut meskipun bukan berada di komunitas aslinya, Namun yang terjadi malah sebaliknya, masyarakat Jawa hampir dikatakan jarang menggunakan bahasa Jawa, contohnya para kaum muda keturunan Jawa di Sumatera Barat tepatnya di daerah Sikalang, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto. Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan di Desa Sikalang, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto ditemui bahwa perbandingan jumlah penduduk keturunan Jawa lebih dominan di Desa Sikalang terdapat empat dusun yakni Dusun Bukit Sibanta, Tarandam, Kemiri, dan Muaro Jaya. Jumlah penduduk secara keseluruhan jiwa, yang mana hampir separuh penduduknya masih keturunan Jawa. Khususnya mereka yang masih berusia sekolah hampir sebagian besar tidak menguasai bahasa Jawa halus, alias gagap berbahasa Jawa mereka pada umumnya cenderung menggunakan bahasa Jawa yang kasar atau menggunakan bahasa lain seperti bahasa Indonesia, atau bahasa gaul pada zaman sekarang ini. Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan penelitian dengan mengangkat judul Faktor Penyebab Pudarnya Penggunaan Bahasa Jawa Pada Masyarakat Jawa Kelahiran Sumatera Barat (Studi Kasus Desa Sikalang, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto). METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang penulis lakukan yakni menggunakan metode kualitatif, dengan tipe penelitian deskriptif, yang mana mencoba menggambarkan, menentukan, dan menafsirkan suatu fenomena yang terjadi dalam masyarakat tentang faktor penyebab pudarnya penggunaan bahasa Jawa halus pada masyarakat Jawa kelahiran Sumatera Barat. Informan ditetapkan dengan menggunakan teknik purposive sampling, dimana informan dipilih sesuai dengan tujuan penelitian (Arikunto, 2010 : 188). Dengan kriteria informan : 1) Masyarakat Jawa kelahiran Sumatera Barat di Dusun Bukit Sibanta, 2) Masyarakat lokal yang ada di Desa Sikalang, 3) Tokoh masyarakat yaitu anggota Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) di Desa Sikalang bidang kemasyarakatan. Analisis Data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian dilakukan di Dusun Bukit Sibanta, Desa Sikalang, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto. Alasan penulis memilih lokasi ini karena di Dusun ini yang banyak masyarakat keturunan Jawa. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Desa Sikalang terdiri dari empat dusun yakni Dusun Kemiri, Dusun Muaro Jaya, Dusun Tarandam dan Dusun Bukit Sibanta dengan luas masing masing dusun; Dusun Kemiri 99 ha, Dusun Muaro Jaya 101 ha, Dusun Tarandam 150 ha, dan yang terluas yaitu Dusun Bukit Sibanta 309 ha. Dengan wilayah dusun yang terluas di antara dusun yang lainnya maka Dusun Bukit Sibanta terletak di bagian selatan Desa Sikalang, diikuti bagian utara dengan Dusun Kemiri, Barat Dusun Tarandam, dan Timur Dusun Muaro Jaya. Keadaan geografis Desa Sikalang yaitu dikelilingi oleh perbukitan. Desa Sikalang dialiri sungai Batang Ombilin, serta wilayah Desa Sikalang terletak di lereng perbukitan, yaitu Bukit Sibanta sehingga banyak menghasilkan tambang batu bara, karena lereng lereng perbukitan di Desa Sikalang digunakan sebagai lokasi tambang batu bara. Masyarakat Desa Sikalang terdiri dari berbagai etnis mulai dari Minang, Jawa, Batak, Nias, dan Melayu. jumlah penduduk di Desa Sikalang berjumlah jiwa, yang terdiri atas 492 KK. Jumlah penduduk terbanyak berada di Dusun Kemiri dengan jumlah penduduk laki laki sebanyak 268 jiwa dan penduduk perempuan 210 jiwa, sehingga jumlah penduduk di Dusun Kemiri sebanyak 478 jiwa, diikuti Dusun Muaro Jaya dengan jumlah penduduk sebanyak 410 jiwa dan Dusun Tarandam sebanyak 381 jiwa, yang paling sedikit yaitu Dusun Bukit Sibanta dengan sebanyak 357 jiwa. HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Bahasa di Dusun Bukit Sibanta Terlihat pada saat temuan dilapangan pada tanggal 12 Juli 2015, bahwa masyarakat Desa Sikalang merupakan masyarakat transmigran dari Pulau Jawa, dengan jumlah penduduk beretnis Jawa pada tahun 2013 sebanyak 835 jiwa, yang tersebar ke beberapa Dusun, salah satunya di Dusun Bukit Sibanta. Transmigrasi penduduk dimulai sekitar tahun 1960 an, yang terdiri dari penduduk dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Masyarakat Jawa ini bertransmigrasi untuk mencari pekerjaan, dengan jumlah sekitar 150 jiwa. Dusun Bukit Sibanta tidak hanya didiami masyarakat transmigran saja, namun juga ada masyarakat asli Desa Sikalang yakni masyarakat keturunan Minang. Pada saat observasi di lapangan, pada tanggal 12 juli 2015 diketahui bahwa bahasa yang digunakan oleh masyarakat Dusun Bukit Sibanta beragam, ada

7 yang menggunakan bahasa Jawa, Minang, dan bahasa tansi. Bahasa tansi yaitu bahasa yang berasal dari campuran beberapa bahasa asal buruh tambang seperti Minang, Jawa, Cina, Sunda, Batak, dengan bahasa Melayu menjadi bahasa dasar. Masyarakat Dusun Bukit Sibanta biasanya menggunakan bahasa tansi ketika berbicara dengan masyarakat dengan etnis yang berbeda. Etnis Minang yang berada di Dusun Bukit Sibanta berinteraksi dengan menggunakan bahasa Minang. Sesuai dengan asal usul daerah Minang. Biasanya masyarakat Minang menggunakan bahasa Minang saat berinteraksi dengan masyarakat sesama Minang. Interaksi yang dilakukan seperti dalam kegiatan sehari hari, seperti gotong royong yang diadakan desa, atau kerja sama pembangunan jalan antar dusun. Selain menggunakan bahasa Minang dan tansi, masyarakat Dusun Bukit Sibanta juga menggunakan bahasa Jawa, bagi masyarakat keturunan Jawa. Biasanya masyarakat keturunan Jawa menggunakan bahasa Jawa saat berinteraksi dengan masyarakat sesama keturunan Jawa. Bahasa yang dipakai biasanya bahasa Jawa ngoko. Bahasa Jawa ngoko dipakai untuk orang yang sudah dikenal akrab dan lebih muda usianya serta status sosialnya (Koetjaraningrat, 1974 : 322). Biasanya masyarakat Jawa menggunakan saat acara adat Jawa, dalam adat pernikahan dan adat mitoni sesuai dengan adat Jawa. Selain itu, masyarakat Jawa juga mengadakan pertemuan dengan perantau, dalam hal ini nampak penggunaan bahasa Jawa masih digunakan, walaupun jarang atau telah pudar. Perubahan Penggunaan Bahasa Jawa oleh Masyarakat Jawa Saat di lapangan pada tanggal 20 Juli 2015, hal yang ditemui yaitu penggunaan bahasa Jawa oleh masyarakat Jawa. Saat awal kedatangan masyarakat Jawa pada tahun 1960-an, masyarakat masih tetap menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari hari. Penggunaan bahasa Jawa ini di gunakan saat interaksi dalam kegiatan sehari hari. Berdasarkan wawancara penulis di lapangan, yang masih menggunakan bahasa Jawa yaitu para generasi pertama. Orang orang yang digolongkan pada generasi pertama ini, yaitu masyarakat Jawa yang awal mula merantau sekitar tahun 1960-an. Penggunaan bahasa Jawa sekarang biasanya hanya digunakan pada forum forum atau kegiatan tertentu saja, seperti upacara adat pernikahan dan upacara adat mitoni yaitu tradisi tujuh bulanan dalam adat Jawa. Penggunaan bahasa Jawa pada saat ini hanyalah para generasi pertama yaitu generasi awal datang ke Desa Sikalang yaitu tahun 1960an. Namun anak pada generasi pertama, dan para generasi ketiga bisa dikatakan jarang menggunakan bahasa Jawa. Generasi ketiga dimaksudkan kepada masyarakat kelahiran tahun 1990an yang disebut cucu oleh generasi pertama bahwa budaya mengalami perubahan yaitu ada waktunya lahir, tumbuh, maju berkembang, berubah, menjadi tua dan mati, begitu pun budaya penggunaan bahasa Jawa, seharusnya bahasa Jawa dapat tumbuh dan berkembang, agar tetap bertahan kultur aslinya. Faktor Penyebab Pudarnya Penggunaan bahasa Jawa Pada Masyarakat Jawa Kelahiran Sumatera Barat Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terdapat beberapa faktor faktor yang mempengaruhi pudarnya penggunaan bahasa Jawa pada masyarakat Jawa di Dusun Bukit Sibanta yaitu : Minimnya Pengetahuan Masyarakat Jawa Terhadap Tingkatan Penggunaan Bahasa Jawa Pada saat di lapangan ditemukan bahwa kurangnya atau pudarnya penggunaan bahasa Jawa dapat terjadi karena minimnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan bahasa Jawa itu sendiri. Berdasarkan penelitian di lapangan pada tanggal 14 Juli 2014 bahwa masyarakat Jawa yang ada di Desa Sikalang kurang paham tentang tingkatan penggunaan bahasa Jawa, diperuntukan untuk siapa dan apa yang harus dikatakan. Dilihat dari beberapa pernyataan informan penelitian, menjelaskan bahwa kurangnya minat masyarakat dalam menggunakan bahasa Jawa, karena kurangnya pengetahuan masyarakat Jawa itu sendiri terhadap tingkatan penggunaan bahasa Jawa. Perkawinan Antar Etnik Masyarakat Dusun Bukit Sibanta merupakan masyarakat multi etnik, sesuai dengan observasi penulis di lapangan pada tanggal 18 Juli 2015 terlihat bahwa tidak hanya etnis Jawa yang ada di Dusun Bukit Sibanta, melainkan ada etnis lain seperti Minang. Hal ini yang membuat masyarakat Jawa tidak hanya menikah dengan etnis sesama Jawa saja, tetapi juga adanya perkawinan dengan etnis lain seperti Minang.

8 Perkawinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan bergesernya bahasa Jawa di kalangan masyarakat Jawa yang ada di Dusun Bukit Sibanta. Terbukti banyak masyarakat yang menikah dengan masyarakat Minang, atau etnis lainnya.. Hal ini yang menyebabkan masyarakat Jawa jarang menggunakan bahasa Jawa. Kemampuan bahasa masing-masing anggota keluarga akan menentukan bahasa yang digunakan, semakin banyak anggota keluarga yang menggunakan bahasa tansi, maka bahasa itulah yang terus menerus digunakan oleh masyarakat Dusun Bukit Sibanta yang berada di Desa Sikalang. Menurut pemikiran Parsons adanya adaptasi, seharusnya sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengelola hubungan antar bagian sistem tersebut ( Ritzer dan Douglas, 2011 : 121). Masyarakat asli dan masyarakat Jawa dapat beradaptasi dengan baik, tanpa menghilangkan kultur asalnya. Terjalinnya interaksi yang baik antar sesama masyarakat Jawa maka akan mempertahankan penggunan bahasa Jawa tersebut. Melemahnya Kontrol atau Sosialisasi Penggunaan Bahasa Jawa di Dalam Keluarga Salah satu faktor yang menyebabkan pudarnya penggunaan bahasa Jawa di Dusun Bukit Sibanta yaitu hasil di lapangan pada tanggal 22 Juli 2015 bahwa melemahnya kontrol atau sosialisasi penggunaan bahasa Jawa dalam keluarga. Menurut kamus bahasa Indonesia untuk pelajar (2011), kontrol berarti pengawasan. Sementara sosialisasi adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh seseorang dalam menghayati norma norma kelompok tempat ia hidup sehingga menjadi bagian dari kelompoknya. Proses sosialisasi biasanya disertai dengan enkulturasi atau proses pembudayaan, yakni mempelajari kebudayaan yang dimiliki kelompok, seperti adat istiadat, kesenian, kepercaraan, sistem, dan bahasa (Suhendi, 2001 : 97). Berdasarkan temuan di lapangan bahwa kemampuan berbahasa setiap anggota keluarga berbeda-beda, ada yang memang dibiasakan dengan bahasa Jawa dalam setiap interaksi dengan anggota keluarga, dan ada pula yang tidak membiasakannya. Seperti yang dilakukan pada masyarakat Dusun Bukit Sibanta, yang kurang menggunakan bahasa Jawa dalam lingkup keluarga Jawa itu sendiri. Sehingga individu-individu Jawa yang berada dalam suatu keluarga tidak dapat melestarikan bahasanya yakni bahasa Jawa. Contoh seperti seorang suami dan istri menggunakan bahasa Jawa, namun kepada anak tidak diterapkan penggunaan bahasa Jawa, dengan begitu seorang anak tersebut gagap dalam menggunakan bahasa Jawa, hal ini lah yang menyebabkan pudar penggunaan bahasa Jawa di Dusun Bukit Sibanta. Pada masyarakat Jawa di Desa Sikalang tidak ada aturan khusus dalam penggunaan bahasa Jawa, namun aturan itu hanya berlaku ketika acara acara resmi, seperti upacara adat. Biasanya para tokoh masyarakat desa Sikalang menggunakan bahasa Jawa ketika upacara perkawinan dengan menggunakan bahasa Jawa. Aturan khusus di dalam keluarga tergantung kepada masing masing anggota keluarga. Menurut Parsons, sistem sosial cenderung bergerak ke arah keseimbangan atau stabilitas. Dengan kata lain, keteraturan merupakan norma sistem. Bila mana terjadi kekacauang norma norma, maka sistem akan mengadakan penyesuaian dan mencoba kembali mencapai keadaan normal (Poloma, 2010 : 172). Apabila norma di keluarga dapat terjaga dengan baik maka bahasa Jawa akan mendapatkan kontrol dalam keluarga, sehingga bahasa Jawa tetap dipakai dalam keluarga dan akan terlatih hingga ke masyarakat agar tetap melestarikan budaya. Minimnya Pengetahuan Lawan Bicara Terhadap Penggunaan Bahasa Jawa Berdasarkan hasil penelitian penulis di lapangan pada tanggal 20 Juli 2015 bahwa dalam kehidupan masyarakat Dusun Bukit Sibanta yang beragam, dalam penggunaan bahasanya. Salah satu unsur yang dikaitkan dengan etnisitas suatu bangsa adalah bahasa. Misalnya kelompok etnis Minang yang ada tentu lebih terbiasa menggunakan bahasa Minang dalam berinteraksi begitu pun etnis Jawa. Tetapi, hal itu berbeda dengan kelompok etnis yang ada di Dusun Bukit Sibanta yang masyarakatnya saling menghargai bahasa dari etnis etnis lain yang ada di sekelilingnya. Menurut Parsons terdapat fungsi fungsi atau kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi oleh setiap sistem yang hidup demi kelestariannya. Dua pokok yang termasuk dalam fungsional ialah ; (1). Berhubungan dengan kebutuhan sistem ketika berhubungan dengan lingkungannya, dan (2). Berhubungan dengan pencapaian tujuan dan sasaran serta sarana yang perlu untuk mencapai tujuan itu ( Poloma, 2010 :180). Di sini masyarakat Jawa dituntut untuk dapat beradaptasi dengan masyarakat asli di Desa Sikalang. Adaptasi

9 dalam segi bahasa dan budaya lainnya. Sebuah sistem harus dapat menyesuaikan dengan lingkungan untuk kebutuhannya. Selain itu adanya integrasi, masyarakat Jawa harus dapat mengatur hubungan dengan masyarakat asli agar tetap bisa mempertahankan budayanya. Berbicara tentang faktor penyebab pudarnya penggunaaan bahasa Jawa pada masyarakat Jawa yang ada di Dusun Bukit Sibanta disebabkan oleh minimnya pengetahuan lawan bicara dengan bahasa Jawa. Hal ini yang menyebabkan masyarakat Jawa tidak lagi terbiasa menggunakan bahasa Jawanya. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat diperoleh kesimpulan faktor penyebab pudarnya penggunaan bahasa Jawa di kalangan masyarakat Jawa yang di Dusun Bukit Sibanta sebagai berikut : a. Minimnya Pengetahuan Masyarakat Jawa Terhadap Penggunaan Bahasa Jawa Kurangnya atau pudarnya penggunaan bahasa Jawa dapat terjadi karena minimnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan bahasa Jawa itu sendiri. Temuan di lapangan menjelaskan bahwa kurangnya minat masyarakat dalam menggunakan bahasa Jawa, karena kurangnya pengetahuan masyarakat Jawa itu sendiri terhadap penggunaan bahasa Jawa. b. Perkawinan Antar Etnik Perkawinan antar etnik dapat menyebabkan pudarnya penggunaan bahasa Jawa di kalangan masyarakat Jawa. Perkawinan antar etnik Jawa yang menikah dengan etnik lain akan menyebabkan perubahan pada bahasa yang digunakan. Terbukti dengan pernyataan beberapa informan dalam penelitian di lapangan. Perkawinan antar etnik akan mempengaruhi bagaimana sistem kekerabatan yang ada di keluarga. Masyarakat antar etnik ini banyak menggunakan sistem kekerabatan secara bilateral, garis keturunan berdasarkan ayah dan ibu. Maka dengan begitu anak kurang memahami dan menurunnya intensitas penggunaan bahasa Jawa dalam keluarga. c.melemahnya Kontrol atau Sosialisasi Penggunaan Bahasa Jawa di dalam Keluarg Salah satu faktor yang menyebabkan pudarnya penggunaan bahasa Jawa di Dusun Bukit Sibanta yaitu melemahnya control atau sosialisasi penggunaan bahasa Jawa dalam keluarga. Kemampuan berbahasa setiap anggota keluarga berbeda-beda, ada yang memang dibiasakan dengan bahasa Jawa dalam setiap interaksi dengan anggota keluarga, dan ada pula yang tidak membiasakannya. Seperti yang dilakukan pada masyarakat Dusun Bukit Sibanta, yang kurang menggunakan bahasa Jawa dalam lingkup keluarga Jawa itu sendiri. Sehingga masyarakat Jawa yang berada dalam suatu keluarga tidak dapat melestarikan bahasanya yakni bahasa Jawa, d.minimnya Pengetahuan Lawan Bicara Terhadap Penggunaan Bahasa Suatu komunikasi akan terjalin dengan baik apabila kedua belah pihak mengerti dengan bahasa yang digunakan. Seperti halnya bahasa Jawa, ketika masyarakat Jawa berbicara dengan masyarakat non Jawa menggunakan bahasa Indonesia. Ketika bahasa Jawa sudah jarang digunakan oleh masyarakat Jawa, otomatis sebuah bahasa tidak akan bertahan lama. Berbicara tentang faktor penyebab pudarnya penggunaaan bahasa Jawa pada masyarakat Jawa yang ada di Dusun Bukit Sibanta disebabkan oleh minimnya pengetahuan lawan bicara dengan bahasa Jawa. Hal ini yang menyebabkan masyarakat Jawa tidak lagi terbiasa menggunakan bahasa Jawanya. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa hal yang penulis sarankan terhadap berbagai pihak, yakni : 1. Masyarakat a. Diharapkan masyarakat Jawa kelahiran Sumatera Barat di Desa Sikalang, khususnya Dusun Bukit Sibanta agar tetap mempertahankan dan memberikan transfer pengetahuan bahasa Jawa dari generasi ke generasi. b. Bagi generasi muda agar dapat mengenali bahasa Jawa dan dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti saat berinteraksi dengan masyarakat sesama Jawa khususnya untuk melestarikan budaya bahasa Jawa. 2. Pemerintah Pemerintah hendaknya memberikan pengawasan dan, pengkoordinasian kepada masyarakat untuk mewujudkan perkembangan dan pelestarian budaya Jawa khususnya dalam segi bahasa Jawa. 3. Pihak Lain Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai penggunaan bahasa Jawa bisa mengangkat topik dampak yang ditimbulkan karena pudarnya penggunaan bahasa Jawa.

10 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Irwan Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Jakarta : Pustaka Pelajar Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktek). Jakarta : PT. RINEKA CIPTA Chaer, Abdul, dan Agustina Leonie Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta Koetjararingrat Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta Poloma, Margaret M Sosiologi Kontemporer. Jakarta : PT. Raja Grafindo Ritzer, George, dan Goodman, J Douglas Teori Sosiologi Modern (Edisi keenam). Jakarta : Prenada Media Suhendi, Hendi, dan Wahyu, Ramdani Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung : CV. Pustaka Setia

MEILIN NENCY NPM:

MEILIN NENCY NPM: STRATEGI PENDUDUK TRANSMIGRAN DALAM MEWUJUDKAN INTEGRASI DENGAN PENDUDUK ASLI DI JORONG SUNGAI TAMBANG II NAGARI SIJUNJUNG KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan

Lebih terperinci

PUDARNYA PERNIKAHAN NGEROROD PADA MASYARAKAT BALI DESA TRI MULYO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : NYOMAN LUSIANI

PUDARNYA PERNIKAHAN NGEROROD PADA MASYARAKAT BALI DESA TRI MULYO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : NYOMAN LUSIANI PUDARNYA PERNIKAHAN NGEROROD PADA MASYARAKAT BALI DESA TRI MULYO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : NYOMAN LUSIANI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS

Lebih terperinci

JURNAL KORI HARTATI NIM

JURNAL KORI HARTATI NIM FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KURANGNYA MOTIVASI ORANG TUA UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN ANAK KE TINGKAT SMP DI KAMPUNG SUNGAI SALAK NAGARI KOTO RAWANG KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

Lebih terperinci

FAKTOR PENDORONG ORANGTUA MENGIZINKAN ANAKNYA MELAKUKAN PERKAWINAN PADA USIA REMAJA DI DESA AGUNG JAYA KECAMATAN AIR MANJUTO KABUPATEN MUKOMUKO

FAKTOR PENDORONG ORANGTUA MENGIZINKAN ANAKNYA MELAKUKAN PERKAWINAN PADA USIA REMAJA DI DESA AGUNG JAYA KECAMATAN AIR MANJUTO KABUPATEN MUKOMUKO FAKTOR PENDORONG ORANGTUA MENGIZINKAN ANAKNYA MELAKUKAN PERKAWINAN PADA USIA REMAJA DI DESA AGUNG JAYA KECAMATAN AIR MANJUTO KABUPATEN MUKOMUKO ARTIKEL USWATUN KHASANAH NIM. 11070073 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa 17 BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN A. Sejarah Perkembangan Desa Koto Perambahan Desa Koto Perambahan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

FUNGSI ISTRI YANG BEKERJA SEBAGAI TUKANG OJEK(Studi Kasus : di Nagari Aia Gadang Kec. Pasaman Kab. Pasaman Barat)

FUNGSI ISTRI YANG BEKERJA SEBAGAI TUKANG OJEK(Studi Kasus : di Nagari Aia Gadang Kec. Pasaman Kab. Pasaman Barat) FUNGSI ISTRI YANG BEKERJA SEBAGAI TUKANG OJEK(Studi Kasus : di Nagari Aia Gadang Kec. Pasaman Kab. Pasaman Barat) ARTIKEL Vivi 12070061 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT

KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT Dedi Mardia Fitri 1 Erianjoni, M.Si 2 Elvawati, M.Si 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL

FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL ERWIN LUTER NIM. 09070140 PROGRAM PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH

Lebih terperinci

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI Oleh : UMI NURROISAH NIM. 10413244010 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung 1. Keadaan Geografis Desa Tanjung termasuk desa yang tertua di Kecamatan XIII Koto Kampar dan Desa Tanjung sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dapat saling berkomunikasi dan berinteraksi dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan ekspresi verbal yang disebut bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil dari ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus sebagai salah satu unsur pokok dalam pembangunan manusia Indonesia dalam kehidupan berbangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan

Lebih terperinci

ARTIKEL HELRIK SAMALOISA

ARTIKEL HELRIK SAMALOISA FAKTOR PENYEBAB MASYARAKAT MASIH MENGGUNAKAN SISTEM PERTANIAN TRADISIONAL DI DUSUN MAPOUPOU DESA MAKALO KECAMATAN PAGAI SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI ARTIKEL HELRIK SAMALOISA 11070007 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN ANAK PADA PERUBAHAN STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT DI JORONG PASAR USANG GUGUK KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK JURNAL

PERAN PENDIDIKAN ANAK PADA PERUBAHAN STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT DI JORONG PASAR USANG GUGUK KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK JURNAL PERAN PENDIDIKAN ANAK PADA PERUBAHAN STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT DI JORONG PASAR USANG GUGUK KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK JURNAL NITA OKTAVIA 10070112 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

D. Dinamika Kependudukan Indonesia D. Dinamika Kependudukan Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Jumlah penduduk yang tinggal di Indonesia mencapai 256 juta jiwa (Worl Population

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut. BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural, hal ini terbukti dengan banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mempunyai budaya berbedabeda. Perbedaan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun

I. PENDAHULUAN. seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Jawa adalah salah satu suku di Indonesia yang banyak memiliki keunikan seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun perhubungan-perhubungan

Lebih terperinci

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN 1 KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Putu Sosiawan Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstrak The

Lebih terperinci

TUJUAN DI LAKSANAKAN MALAMANG BAGI MASYARAKAT KAMPUNG TAMPUNIK NAGARI KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

TUJUAN DI LAKSANAKAN MALAMANG BAGI MASYARAKAT KAMPUNG TAMPUNIK NAGARI KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL TUJUAN DI LAKSANAKAN MALAMANG BAGI MASYARAKAT KAMPUNG TAMPUNIK NAGARI KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL BETRI YULIANI NPM: 11070086 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia yang di bangun di atas keberagaman/kemajemukan etnis, budaya, agama, bahasa, adat istiadat.kemajemukan merupakan kekayaan bangsa Indonesia, sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap suku biasanya memiliki tradisi yang menjadi keunikan tersendiri yang menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Indonesia merupakan masyarakat yang plural dan multikultural.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk sosial. Dimana sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk selalu

Lebih terperinci

MOBILITAS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRAN (Studi: Di Jorong Bukit Harapan (Sp3) Nagari Tiumang Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya)

MOBILITAS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRAN (Studi: Di Jorong Bukit Harapan (Sp3) Nagari Tiumang Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya) MOBILITAS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRAN (Studi: Di Jorong Bukit Harapan (Sp3) Nagari Tiumang Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya) ARTIKEL ILMIAH MESI ARYANI 10070007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN BUGIS DALAM NOVEL CALABAI PEREMPUAN DALAM TUBUH LELAKI KARYA PEPI AL-BAYQUNIE ABSTRACT

KEBUDAYAAN BUGIS DALAM NOVEL CALABAI PEREMPUAN DALAM TUBUH LELAKI KARYA PEPI AL-BAYQUNIE ABSTRACT KEBUDAYAAN BUGIS DALAM NOVEL CALABAI PEREMPUAN DALAM TUBUH LELAKI KARYA PEPI AL-BAYQUNIE Yudi Zulhendra 1, Wahyudi Rahmat 2, Aruna Laila 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu

I. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pembangunan kelautan pada masa sekarang membawa pandangan baru bagi pelaksana pembangunan. Pada masa lalu, laut belum menjadi perhatian utama bagi pengambil

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK 12 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK A. Kondisi Geografis Desa Olak merupakan salah satu daerah integral yang terletak di Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku bangsa yang mendiaminya dan memiliki

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya yang dimiliki seseorang sangat menentukan bagaimana cara kita

BAB I PENDAHULUAN. Budaya yang dimiliki seseorang sangat menentukan bagaimana cara kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya yang dimiliki seseorang sangat menentukan bagaimana cara kita berkomunikasi, artinya cara seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain apakah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan untuk makan. Dalam upayanya untuk mempertahankan hidup, manusia memerlukan makan. Makanan adalah sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan

Lebih terperinci

ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA MASYARAKAT DESA PULAU BATANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA

ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA MASYARAKAT DESA PULAU BATANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA MASYARAKAT DESA PULAU BATANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL Oleh NETI USPITA WATI NIM 100388201300 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa pulau-pulau besar, yang salah satunya adalah Pulau Jawa yang merupakan pulau besar yang ada di Indonesia,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Oleh RASMIAYU

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TEMPEL KATA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 PADANG ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TEMPEL KATA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 PADANG ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TEMPEL KATA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 PADANG ARTIKEL ILMIAH untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (Strata I) ALI

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelanggaran kawin sasuku pada masyarakat Minangkabau dianggap sebagai perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pekanbaru, terdiri atas 65 RW dan 318 RT. Luas wilayah Kecamatan Tampan

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pekanbaru, terdiri atas 65 RW dan 318 RT. Luas wilayah Kecamatan Tampan BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Tampan merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kota Pekanbaru, terdiri atas 65 RW dan 318 RT. Luas wilayah Kecamatan Tampan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 PADANG ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 PADANG ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 PADANG ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata

Lebih terperinci

Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Seribu Rumah Gadang Bagi Masyarakat Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan ARTIKEL

Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Seribu Rumah Gadang Bagi Masyarakat Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan ARTIKEL Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Seribu Rumah Gadang Bagi Masyarakat Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan ARTIKEL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN TUKANG OJEK PADI

PERAN PEREMPUAN TUKANG OJEK PADI 1 PERAN PEREMPUAN TUKANG OJEK PADI DALAM MEMPERTAHANKAN FUNGSI KELUARGA (Studi Kasus : di Jorong Batu Basa Nagari Batu Basa Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar) ARTIKEL Oleh: NILA SARI 12070117 PRODI

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA Oleh,, 1) Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Adanya konflik yang melibatkan warga sipil dengan TNI menimbulkan berbagai perubahan pada bidang sosial maupun bidang budaya bagi kehidupan masyarakat Desa Setrojenar.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan peristiwa hukum yang terjadi didalam hidup bermasyarakat yang menyangkut nama baik keluarga ataupun masyarakat. Hal ini diterangkan dalam buku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Sungai Tonang Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar merupakan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Sungai Tonang Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar merupakan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Dan Demografis Sungai Tonang Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar merupakan salah satu desa yang memiliki letak yang tidak jauh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar 4.2 Sistem Sosial

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar  4.2 Sistem Sosial BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar Kebudayaan merupakan proses dan hasil dari kehidupan masyarakat. Tidak ada mayarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan, hanya saja kebudayaan yang dimiliki masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku Jawa,

Lebih terperinci

APPLICATION METHOD AND PLANNED LEARNING MEDIA SOCIOLOGY TEACHER (Case Study: SMA N 1 North Bayang South Coastal District)

APPLICATION METHOD AND PLANNED LEARNING MEDIA SOCIOLOGY TEACHER (Case Study: SMA N 1 North Bayang South Coastal District) APPLICATION METHOD AND PLANNED LEARNING MEDIA SOCIOLOGY TEACHER (Case Study: SMA N 1 North Bayang South Coastal District) Mega Nelvia Sari 1 Drs Wahidul Basri, M.Pd 2 Faishal Yasin, S.Sos 3 Program Studi

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT KAMPUNG CIDADAP KABUPATEN CIREBON. Oleh. Hesti Muliawati, Rendi Suhendra, dan M.

PEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT KAMPUNG CIDADAP KABUPATEN CIREBON. Oleh. Hesti Muliawati, Rendi Suhendra, dan M. PEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT KAMPUNG CIDADAP KABUPATEN CIREBON Oleh Hesti Muliawati, Rendi Suhendra, dan M. Husen Muttaqin Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UNSWAGATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Kemajukan ini di tandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan

Lebih terperinci

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM INTERAKSI SOSIAL SISWA SUKU JAWA DAN BALI (SUKU PENDATANG) DENGAN SISWA SUKU BUGIS LUWU (SUKU SETEMPAT) DI SMA NEGERI 1 SUKAMAJU KECAMATAN SUKAMAJU KABUPATEN LUWU UTARA Fatniyanti Pendidikan Sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat orang lebih berpikir maju dan berwawasan tinggi. Pendidikan. majunya teknologi informasi dalam dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat orang lebih berpikir maju dan berwawasan tinggi. Pendidikan. majunya teknologi informasi dalam dunia pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cianjur merupakan suatu kabupaten yang luas wilayahnya +/ ,48

BAB I PENDAHULUAN. Cianjur merupakan suatu kabupaten yang luas wilayahnya +/ ,48 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cianjur merupakan suatu kabupaten yang luas wilayahnya +/- 3.501,48 km 2, terbagi dengan ciri topografi sebagian besar berupa daerah pegunungan, berbukit-bukit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan yang sampai saat ini merupakan hal yang berpengaruh besar pada sikap

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan yang sampai saat ini merupakan hal yang berpengaruh besar pada sikap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan hasil cipta manusia dan juga merupakan suatu kekayaan yang sampai saat ini merupakan hal yang berpengaruh besar pada sikap dan sifat manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan Budaya merupakan suatu hal yang dihasilkan masyarakat dari kebiasaan-kebiasaan yang akhirnya mengkristal atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman budaya yang melimpah. Kebudayaan ini diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan

Lebih terperinci

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT )

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) Dewifebrina 1 Dra. Fachrina,M.Si 2 Erningsih,S.Sos 3 Program

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi yang dilakukan oleh manusia merupakan suatu proses yang melibatkan individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratifika Dewi Irianto, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratifika Dewi Irianto, 2014 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal keberadaanya, seorang individu akan memiliki sebuah relasi yang mutlak dengan satuan sosialnya. Satuan sosial tersebut adalah keluarga yang merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berdiri di atas empat pilar berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia, dan Bhinneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di sekitar lingkungan kita. Perpindahan yang kita temukan seperti perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk etnis Arab yang mempengaruhi Negara Indonesia sejak 100 tahun

BAB I PENDAHULUAN. termasuk etnis Arab yang mempengaruhi Negara Indonesia sejak 100 tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara multikultural yang memiliki keberagaman budaya, termasuk etnis Arab yang mempengaruhi Negara Indonesia sejak 100 tahun sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah Manusia merupakan makhluk individu dan juga makhluk sosial yang hidup saling membutuhkan. Sebagai makhluk sosial manusia saling berinteraksi satu dengan lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pulau besar di wilayah Indonesia yang penduduknya terdiri dari berbagai etnis dan sub etnis adalah pulau Sumatera. Setiap etnis memiliki ciri tersendiri,

Lebih terperinci

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sebuah kebisaan yang lahir atas dasar perilaku seharihari yang dianggap berkaitan erat dengan kehidupan dan proses perilaku kebiasaan itu menjadi

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA ABSTRACT

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA ABSTRACT KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA Susi Susanti 1, Mila Kurnia Sari², Titiek Fujita Yusandra² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman budaya dan komunitas masyarakat yang unik seperti ras, suku, agama, dan etnis. Kebudayaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Tualang terdiri dari empat Kadus (Kepala Dusun), 8 RW, dan 79 RT,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Tualang terdiri dari empat Kadus (Kepala Dusun), 8 RW, dan 79 RT, BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografi dan Demografi DesaTualang merupakan salah satu Desa dari sembilan Desa yang terdapat di KecamatanTualang Kabupaten Siak Sri Indrapura di Provinsi Riau.

Lebih terperinci