MEMANFAATKAN TEORI UNTUK PENINGKATKAN KEBERMAKNAAN KITA TERHADAP PENGEMBANGAN BERPIKIR SISWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEMANFAATKAN TEORI UNTUK PENINGKATKAN KEBERMAKNAAN KITA TERHADAP PENGEMBANGAN BERPIKIR SISWA"

Transkripsi

1 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 MEMANFAATKAN TEORI UNTUK PENINGKATKAN KEBERMAKNAAN KITA TERHADAP PENGEMBANGAN BERPIKIR SISWA Syaiful Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi Indonesia Abstrak. Makalah singkat inimengangkat perdebatan melalui perbandingan sederhana dari detail di dalam teori-teori yang berbeda untuk berpindah menggunakan kesamaan dan perbedaan di antara teori-teori tersebut untuk membahas persoalan-persoalan fundamental di dalam pembelajaran.makalah ini juga memaparkan siklus pembelajaran fundamental yang memberi landasan empiris dimana persoalan-persoalan penting tentang pembelajaran matematika dapat dan harus dibahas. Dua jenis teori pertumbuhan kognitif digunakan untuk membantu fokus tulisan ini. Makalah singkat ini bertujuan mendukung pendekatan yang berupaya memahami makna implisit dalam setiap teori yang luas dan untuk melihat apakah terdapat korespondensi atau disonansi antara setiap teori. Kata Kunci: perbandingan teori, level van Hielle, SOLO, teori APOS, aksi, proses, konsepsi obyek, perkembangan kognitif PENDAHULUAN Berbagai teori telah muncul untuk menjelaskan dan memprediksi perkembangan kognitif dalam pendidikan matematika. Fokus makalah ini adalah mengangkat perdebatan melalui perbandingan sederhana dari detail di dalam teori-teori yang berbeda untuk berpindah menggunakan kesamaan dan perbedaan di antara teori-teori tersebut untuk membahas persoalan-persoalan fundamental di dalam pembelajaran. Fokus makalah ini tentang siklus pembelajaran yang fundamental memberi landasan empiris dimana persoalanpersoalan penting tentang pembelajaran matematika dapat dan harus dibahas. Dua jenis teori pertumbuhan kognitif digunakan untuk membantu fokus tulisan ini: teori global pertumbuhan jangka panjang dari individu, seperti teori tahapan dari Piaget (misalnya, Piaget & Garcia, 1983) teori lokal tentang pertumbuhan konseptual seperti teori aksi-prosesobjek-skema dari Dubinsky (Czarnocha et al., 1999) atau urutan abstrak unistruktur-multistruktur-hubungandiperluas dari Model SOLO (Structure of Observed Learning Outcomes, Biggs & Collis, 1982, 1991; Pegg, 2003). Beberapa teori seperti Piaget, Model SOLO, atau teori tindakan-ikoniksimbolik dari Bruner (1966) menggabungkan kedua aspek di atas. Sedangkan teori perwujudan dari Lakoff dan Nunez (2000) atau pembelajaran yang dikondisikan dari Lave dan Wenger (1990) menampilkan keterlibatan struktur biologi atau sosial yang mendasar. Rentang setiap teori longitudinal global diawali dengan interaksi fisik dengan dunia, dan melalui penggunaan bahasa dan simbol, menjadi semakin abstrak. Tabel 1 memperlihatkan empat perkembangan teori ini. Perspektif global menonjolkan perkembangan biologi secara bertahap dari invidu, dimulai dari ketergantungan pada persepsi sensor melalui interaksi fisik, dan melalui penggunaan bahasa dan simbol, hingga cara berpikir yang semakin mengagumkan. SOLO menawarkan Semirata 2013 FMIPA Unila 531

2 Syaiful: Memanfaatkan Teori Untuk Peningkatkan Kebermaknaan Kita Terhadap Pengembangan Berpikir Siswa memberikan sesuatu yang berharga karena secara eksplisit meletakkan setiap cara secara berurutan, sehingga peningkatan repertoar dari cara operasi yang lebih mengagumkan menjadi tersedia bagi pembelajar. A. Siklus Lokal Fokus makalah ini adalah pada teori lokal, yang dirumuskan dalam kerangka global dimana siklus pembelajaran di area konseptual yang spesifik terkait dengan keseluruhan struktur kognitif yang ada bagi individu. Tema yang sering muncul dalam teori-teori ini adalah siklus pertumbuhan fundamental dalam pembelajaran konsep spesifik, yang dalam artikel ini dibingkai dalam teori global yang lebih luas dari pertumbuhan kognitif individu. Level Van Hielle Berdasarkan teori Van Hiele, siswa akan melalui lima tingkatan hirarkhis pemahaman dalam belajar geometri (van Hiele, 1999; Clements & Battista, 1992; Fuys, dkk 1988; Burger & Shaugnessy, 1986a, 1986b). Lima tingkatan tersebut adalah sebagai berikut. (1) Tingkat 0 (Visualisasi): Siswa mengidentifikasi, memberi nama, membandingkan, dan mengoperasikan bangun-bangun geometri sesuai dengan penampakannya. (2) Tingkat 1 (Analisis/Deskriptif): Siswa menganalisis komponen bangun-bangun dan hubungannya diantara komponen serta menemukan sifatsifat atau aturan-aturan dari kelas bangun secara empirik. (3) Tingkat 2 (Deduksi informal/abstraksi): Siswa secara logis mengurutkan sifat-sifat konsep, membentuk definisi abstrak secara informal, yaitu melalui contoh-contoh. (4) Tingkat 3 (Deduksi): Siswa menalar secara formal dalam konteks sistem matematika, melengkapi dengan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, definisi, dan teorema. (5) Tingkat 4 (Rigor): Siswa dapat membandingkan sistem berdasarkan aksioma yang berbeda dan dapat mempelajari berbagai geometris dalam model konkrit. Secara umum karakteristik teori Van Hiele adalah belajar merupakan suatu proses yang diskontinu, yaitu ada lompatan dalam kurva belajar yang menyatakan adanya tingkat pemikiran diskrit dan berbeda secara kualitatif. Tingkat-tingkat tersebut berurutan dan hirarkhis. Agar siswa dapat berperan dengan baik pada suatu tingkat berikutnya dalam hirarkhis Van Hiele, maka ia harus menguasai sebagian besar dari tingkat yang lebih rendah. Kemajuan dari satu tingkat ketingkat berikutnya lebih banyak tergantung pada pembelajaran daripada umur atau kematangan biologis. Konsep-konsep yang secara implisit dipahami pada suatu tingkat menjadi eksplisit dipahami pada tingkat berikutnya. Setiap tingkat mempunyai bahasa dan simbol bahasa sendiri serta sistem relasi sendiri yang menghubungkan simbol-simbol itu. Siswa tidak dapat mencapai suatu tingkat berpikir tanpa melewati tingkat berpikir sebelumnya. Solo Kerangka ini dapat dipertimbangkan dengan deskriptor luar dari model neo-piagetian. SOLO muncul sebagai reaksi terhadap ketidakcocokan formulasi Piaget yang diamati dan memiliki ide yang sama. SOLO memusatkan perhatian pada respons siswa ketimbang tingkat berfikir atau tahap perkembangan. SOLO muncul sebagian karena masalah substansial yang terkait dengan penelitian Piaget ketika diterapkan pada konteks pembelajaran sekolah, dan identifikasi konsistensi struktur respons dari banyak siswa di berbagai lingkungan pembelajaran pada sejumlah topik dan subjek. Meski berakar pada tradisi epistemologi dari Piaget, SOLO didasarkan pada teori pemrosesan informasi dan pentingnya kapasitas memori. Kebiasaan dengan konten dan konteks juga mempengaruhi penentuan kategori respons. Dalam fokus lokal, SOLO terdiri dari siklus pengulangan tiga tingkatan yang disebut dengan unistruktural, multistruktural, dan relasional (siklus UMR). al (U): dapat menarik kesimpulan berdasarkan satu hubungan, data atau informasi secara konkrit. Multistruktural (M): dapat menarik kesimpulan berdasarkan dua atau lebih hubungan, data atau informasi, namun masih secara terpisah. Relasional (R): dapat berfikir induktif dan menarik kesimpulan berdasarkan dua atau lebih hubungan, data, atau informasi secara terintegrasi. Aplikasi SOLO berbentuk beberapa siklus dengan sedikitnya dua siklus UMR dalam setiap model dimana response tingkat R dalam satu siklus muncul ke respons tingkat U yang baru dalam siklus berikutnya. 532 Semirata 2013 FMIPA Unila

3 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Hal ini tidak hanya memberi landasan untuk menggali cara mendapatkan konsep dasar, namun juga memberi deskripsi tentang cara siswa bereaksi dengan realitas yang muncul dengan sendirinya. Siklus kedua memberi jenis perkembangan yang paling jelas dan fokus utama dari pendidikan SMP (primary) dan SMA (secondary). Formulasi lainnya terkait dengan pembungkusan proses objek, dimana proses diinternalisasi dan dipahami sebagai konsep mental. Teori pembungkusan proses-objek diformulasi untuk menguraikan urutan pertumbuhan kognitif. Ketiga teori di bawah ini didasari gagasan Piaget yang melihat pertumbuhan kognitif melalui aksi (tindakan) terhadap objek yang sudah ada dan diinternalisasi ke dalam proses serta dibungkus sebagai objek mental. Tabel 1: Tahapan Global Pada Perkembangan Kognitif. Tahap Piaget Sensori Motor Pra Operasional Operasional Kongkrit Operasional Formal Level van Hiele (Hoffer, 1981) I Pengenalan II Analisis III Pengurutan IV Deduksi V Rigour (Formal) Model SOLO Sensori Motor Ikonik Kongkrit Simbolik Formal Pasca-formal Model Bruner Tindakan Ikonik Simbolik Teori APOS dari Dubinsky Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering juga disebut objek mental. Karena objeknya yang abstrak ini yang menjadi salah satu sebab sulitnya matematika untuk dipelajari. Aspek yang mendasar dalam belajar matematika adalah menanamkan konsep matematika berdasarkan pemahaman. Seseorang belajar matematika harus mencapai pemahaman yang mendalam sehingga dapat mengaplikasikannya ke dalam situasi nyata dan merasakan manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Dubinsky (2000), pemahaman terhadap suatu konsep matematika merupakan hasil konstruksi atau rekonstruksi terhadap objek-objek matematika. Konstruksi atau rekonstruksi itu dilakukan melalui aktivitas aksi-aksi, proses-proses, dan objek-objek matematika yang diorganisasikan dalam suatu skema untuk memecahkan masalah matematika. Hal ini dapat dianalisis melalui suatu analisis dekomposisi genetik sebagai operasionalisasi dari Teori APOS (Action, Process, Object, and Schema). Teori APOS merupakan teori konstruktivis tentang bagaimana terjadinya/berlangsungnya pencapaian pembelajaran suatu konsep atau prinsip matematika, yang dapat digunakan sebagai suatu elaborasi tentang konstruksi mental dari aksi, proses, objek, dan skema. Teori ini dapat digunakan sebagai alat analisis untuk mendeskripsikan perkembangan skema seseorang pada suatu topik matematika yang merupakan totalitas dari pengetahuan yang terkait terhadap objek tersebut. Perkembangan skema merupakan suatu proses yang dinamis dan selalu berubah. Dubinsky menguraikan siklus pembungkusan proses-objek sebagai bagian dari teori APOS. Objek juga dapat dibentuk dengan pembungkusan skema serta pembungkusan proses. APOS adalah sebuah teori kontruktivis tentang bagaimana seseorang belajar suatu konsep matematika. Teori tersebut pada dasarnya berlandaskan pada hipotesis tentang hakekat pengetahuan matematika dan bagaimana pengetahuan tersebut berkembang. Pandangan tersebut menyatakan bahwa pengetahuan matematik seseorang pada hakekatnya merupakan kecendrungan yang dimilikinya untuk merespon situasi masalah matematis yang dihadapi melalui refleksi atas masalah serta solusinya dalam suatu konteks sosial. Refleksi tersebut dilakukan melalui kontruksi aksi, proses, dan obyek matematis serta mengorganisasikan hal tersebut dalam skema yang dapat digunakan dalam kaitannya dengan situasi masalah yang dihadapi. Istilah-istilah aksi, proses, obyek, dan skema pada hakekatnya merupakan suatu konstruksi mental seseorang dalam upaya memahami sebuah ide matematika. Menurut teori tersebut, manakala seseorang berusaha memahami suatu ide matematika maka prosesnya akan dimulai dari suatu aksi mental terhadap ide matematika tersebut, dan pada akhirnya akan sampai pada konstruksi suatu Semirata 2013 FMIPA Unila 533

4 Syaiful: Memanfaatkan Teori Untuk Peningkatkan Kebermaknaan Kita Terhadap Pengembangan Berpikir Siswa skema tentang konsep matematika tertentu yang tercakup dalam masalah yang diberikan. Aksi adalah suatu transformasi obyek-obyek mental untuk memperoleh obyek mental lainnya. Hal tersebut dialami oleh seseorang pada saat menghadapi suatu permasalahan serta berusaha menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Seseorang dikatakan mengalami suatu aksi, apabila orang tersebut memfokuskan proses mentalnya pada upaya untuk memahami suatu konsep yang diberikan. Seseorang yang memiliki pemahaman lebih mendalam tentang suatu konsep, mungkin akan melakukan aksi yang lebih baik atau bisa juga terjadi bahwa fokus perhatiannya keluar dari konsep yang diberikan sehingga aksi yang diharapkan tidak terjadi. Ketika suatu aksi diulangi, dan kemudian terjadi refleksi atas aksi yang dilakukan, maka selanjutnya akan masuk kedalam fase Proses. Berbeda dengan aksi, yang mungkin terjadi melalui bantuan manipulasi benda atau sesuatu yang bersifat kongkrit, proses terjadi secara internal dibawah kontrol individu yang melakukannya. Seseorang dikatakan mengalami suatu proses tentang sebuah konsep yang tercakup dalam masalah yang dihadapi, apabila berpikirnya terbatas pada ide matematika yang dihadapi serta ditandai dengan munculnya kemampuan untuk membicarakan atau melakukan refleksi atas ide matematika tersebut. Proses-proses baru dapat dikontruksi dari proses lainnya melalui suatu koordinasi serta pengaitan antar proses. Jika seseorang melakukan refleksi atas operasi yang digunakan dalam proses tertentu, menjadi sadar tentang proses tersebut sebagai suatu totalitas, menyadari bahwa transformasi-transformasi tertentu dapat berlaku pada proses tersebut, serta mampu untuk melakukan transformasi yang dimaksud, maka dapat dinyatakan bahwa individu tersebut telah melakukan kontruksi proses menjadi sebuah obyek kognitif. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa proses-proses yang dilakukan telah terangkum menjadi sebuah obyek kognitif. Seseorang dapat dikatakan telah memiliki sebuah konsepsi obyek dari suatu konsep matematik manakala dia telah mampu memperlakukan ide atau konsep tersebut sebagai sebuah obyek kognitif yang mencakup kemampuan untuk melakukan aksi atas obyek tersebut serta memberi alasan atau penjelasan tentang sifat-sifatnya. Selain itu, individu tersebut juga telah mampu melakukan penguraian kembali suatu obyek menjadi proses sebagaimana asalnya pada saat sifat-sifat dari obyek yang dimaksud akan digunakan. Sebuah Skema dari suatu materi matematika tertentu adalah suatu koleksi aksi, proses, obyek dan skema lainnya yang saling terhubungan sehingga membentuk suatu kerangka kerja saling terkait didalam pikiran atau otak seseorang. Seseorang yang belum mampu menginterprestasikan suatu situasi sebagai sebuah fungsi kecuali memiliki sebuah formula tunggal seta mampu menentukan nilai fungsi tersebut, dapat dinyatakan telah memiliki kemampuan untuk melakukan aksi atas fungsi tersebut. Dengan kata lain, individu tersebut telah memiliki suatu konsepsi aksi dari sebuah fungsi. Seseorang yang telah memiliki konsepsi proses tentang sebuah fungsi, berarti telah mampu berpikir tentang masukkan yang bisa diterima, memanipulasi masukkan tersebut dengan cara-cara tertentu, serta mampu menghasilkan keluaran yang sesuai. Selain itu, pemilikan konsepsi proses juga bisa meliputi kemampuan untuk menentukan balikan atau komposisi fungsi-fungsi yang diberikan. Indikator bahwa seseorang telah memiliki konsepsi obyek suatu fungsi adalah telah mampu membentuk sekumpulan fungsi serta mampu melakukan operasi-operasi pada fungsi-fungsi tersebut. Sementara indikator bahwa seseorang telah memiliki suatu skema tentang konsep fungsi, adalah mencakup kemampuan untuk mengkonstruksi contohcontoh fungsi sesuai dengan persyaratan yang diberikan. Prosedur, proses, konsep Gray & Tall (1994) fokus pada peran simbol yang berfungsi sebagai jangkar, yang memindahkan proses (seperti penjumlahan, 3+4) ke konsep (jumlah 3+4, yaitu 7). Entitas yang dibentuk oleh simbol dan penjangkarannya menghubungkan ke proses atau konsep (prosep). Pertumbuhan prosep sering terjadi melalui urutan yang disebut prosedur-proses-prosep. Prosedur adalah urutan langkah-langkah yang dilakukan oleh individu, sedangkan proses adalah jumlah prosedur (>0) yang memberi input-output 534 Semirata 2013 FMIPA Unila

5 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 yang sama diangga sebagai proses yang sama, dan simbol yang dimiliki keduanya menjadi proses atau konsep. B. Perbandingan Teori Teori APOS dari Dubinsky dan Sfard didasarkan atas pengalaman siswa yang lebih berfikir matematika tingkat lanjut di SMA dan Universitas. Penekanan mereka adalah pada perkembangan formal daripada bentuk berfikir yang didapatkan sebelumnya seperti yang berhubungan dengan tahapan sensorimotor atau pra operasional dari Piaget. Pernyataan pertama dari Sfard disebut proses internalisasi, sama dengan pernyataan kedua dari Dubinsky, yang melihat komponen pokok dari tahap kedua yang sama: bahwa proses dilihat secara keseluruhan tanpa harus Tabel 2: Siklus Lokal Dari Pertumbuhan Kognitif SOLO (Biggs & Collins) Multistruktur Relasi melakukan langkah-langkah individu. Dari segi siklus perkembangan yang terjadi di dalam berbagai teori berbeda, Model SOLO berkenaan dengan pengukuran kinerja melalui hasil pembelajaran yang diobservasi. Teori dari Davis (1984), Dubinsky (Czarnocha et al., 1999), Sfard (1991), dan Gray & Tall (1994) berkenaan dengan urutan pembentukan konsep oleh individu). Di tabel 2, ada kemiripan yang sangat kuat antara siklus perkembangan ini. Davis menggunakan istilah urutan yang terlihat moderat untuk prosedur step-by-step. Meski analisis lebih mendalam atas penelitian setiap individu akan mengungkap keunikan secara detail, terdapat juga wawasan yang muncul akibat membandingkan antara teori (lihat Tabel 3). Davis APOS (Dubinsky) Gray & Tall Prosedur (VMS) Proses Terintegrasi Entitas Aksi Proses Objek Skema Tabel 3: Siklus fundamental Pada Pembentukkan Konseptual [Objek Dasar] Prosedur Proses Prosep SOLO Davis APOS Gray & Tall Objek Dasar Prosedur VMS Prosedur Aksi [Multi-Prosedur Multistruktur Relasi Proses Proses Proses Objek Entitas (Perluasan Abstrak) Skema Prosep Kesimpulan Tujuan makalah singkat ini adalah mendukung pendekatan yang berupaya memahami makna implisit dalam setiap teori yang luas dan untuk melihat apakah terdapat korespondensi atau disonansi antara setiap teori. Meski sekilas tampaknya ada perbedaan antara dasar teoritis (misalnya, van Hiele mengenai kemahiran berfikir yang mendasari dan SOLO dengan perilaku yang dapat diamati), pemeriksaan lebih dekat dapat mengungkap masih banyak yang dipertimbangkan. Sintesis memberi perspektif baru dalam mempertimbangkan pertumbuhan pemahaman siswa. Tujuan utama pengajaran harus merancang perkembangan kognitif siswa. Cara untuk merangsang pertumbuhan, untuk membantu reorganisasi pada tingkat awal perlu digali. Penelitian atas persoalan penting tentang strategi yang sesuai untuk tingkat berbeda atau bahkan bila benar bahwa semua siswa berhasil melewati semua tingkat urutan masih jarang. Maka, pernyataan siklus fundamental dari pembelajaran memberi potensi yang menggugah untuk penelitian. Daftar Pustaka Biggs, J. & Collis, K. (1991). Multimodal learning and the quality of intelligent behaviour. In H. Rowe (Ed.), Intelligence, Reconceptualization and Semirata 2013 FMIPA Unila 535

6 Syaiful: Memanfaatkan Teori Untuk Peningkatkan Kebermaknaan Kita Terhadap Pengembangan Berpikir Siswa Measurement. New Jersey. Laurence Erlbaum Assoc. Biggs, J., & Collis, K. (1982). Evaluating the Quality of Learning: the SOLO Taxonomy.New York: Academic Press. Burger, W.F. & Shaughnessy, J.M. (1986a). Assessing Children s Intelectual Growth in Geometry. Final Report. Oregon: Oregon State University. Burger, W.F. & Shaughnessy, J.M. (1986b). Caracterizing the Van Hiele Levels of Development in Geometry. Journal for Research in Mathematics Education, 17(1): Bruner, J. S. (1966). Towards a Theory of Instruction, New York: Norton. Case, R. (1992). The Mind's Staircase: Exploring the conceptual underpinnings of children'sthought and knowledge. Hillsdale, NJ. Erlbaum. Clements, D.H. & Battista, M.T.(1992). Geometry and Spatial Reasoning. Dalam Grouws, D.A (Ed). Handbook of Research on Mathematics Theaching and Learning (hlm ). New York: MacMillan Publisher Company. Czarnocha, B., Dubinsky, E., Prabhu, V., Vidakovic, D., (1999). One theoretical perspective in undergraduate mathematics education research. Proceedings of PME 23 Davis, R.B. (1984). Learning Mathematics: The cognitive science approach to mathematics education. Norwood, NJ: Ablex Fischer, K.W., & Knight, C.C. (1990). Cognitive development in real children: Levels and variations. In B. Presseisen (Ed.), Learning and thinking styles: Classroom interaction. Washington. National Education Association. Fuys, D., Geddes, D., & Tischer, R. (1988). The Van Hiele Model of Thinking in Geometry Among Adolescents. Journal for Research in Mathematics Educations, Monograph no.3 Gray, E. & Tall, D. (1994). Duality, ambiguity and flexibility: a proceptual view of simple arithmetic. Journal for Research in Mathematics Education, 26, 2, Lakoff, G. & Nunez, R. (2000). Where Mathematics Comes From. New York: Basic Books. Lave, J. & Wenger E. (1991). Situated Learning: Legitimate peripheral participation. Cambridge: CUP. MacLane, S, (1994). Responses to Theoretical Mathematics, Bulletin (new series) of the American Mathematical Society, 30, 2, Pegg, J. (2003). Assessment in Mathematics: a developmental approach. In J.M. Royer (Ed.) Advances in Cognition and Instruction. pp New York: Information Age Publishing Inc. Piaget, J. & Garcia, R. (1983). Psychogenèse et Histoire des Sciences. Paris: Flammarion. Sfard, A. (1991). On the Dual Nature of Mathematical Conceptions: Reflections on processes and objects as different sides of the same coin, Educational Studies in Mathematics, 22, Van Hiele, P.M. (1999). Developing Geometric Thinking through Activities That Begin with Play. Teaching Children Mathematics, 5(6): Van Hiele, P.M. (1986). Structure and Insight: a theory of mathematics education. New York. Academic Press. 536 Semirata 2013 FMIPA Unila

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Matematika memiliki peran yang sangat penting dalam membangun kemampuan berpikir dan berlogika peserta didik. Disamping itu, matematika merupakan alat bantu dan pelayan

Lebih terperinci

TERBENTUKNYA KONSEPSI MATEMATIKA PADA DIRI ANAK DARI PERSPEKTIF TEORI REIFIKASI DAN APOS

TERBENTUKNYA KONSEPSI MATEMATIKA PADA DIRI ANAK DARI PERSPEKTIF TEORI REIFIKASI DAN APOS JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume I, Nomor 2, Agustus 2015, Halaman 101 105 ISSN: 2442 4668 TERBENTUKNYA KONSEPSI MATEMATIKA PADA DIRI ANAK DARI PERSPEKTIF TEORI REIFIKASI DAN APOS Kusaeri Jurusan PMIPA

Lebih terperinci

ABSTRAKSI REFLEKTIF DALAM BERFIKIR MATEMATIKA TINGKAT TINGGI

ABSTRAKSI REFLEKTIF DALAM BERFIKIR MATEMATIKA TINGKAT TINGGI ABSTRAKSI REFLEKTIF DALAM BERFIKIR MATEMATIKA TINGKAT TINGGI Oleh : Elah Nurlaelah Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1. Pendahuluan Tujuan penulisan makalah ini untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darsono (2000) menyatakan bahwa belajar matematika adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. (repository.upi.edu, 2013), 3.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. (repository.upi.edu, 2013), 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 54 Tahun 2013 tentang standart lulusan dalam Dimensi Pengetahuan menyebutkan bahwa siswa harus memiliki pengetahuan faktual,

Lebih terperinci

Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS

Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS Yerizon Jurusan Matematika FMIPA UNP Padang E-mail: yerizon@yahoo.com Abstrak. Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut hasil analisis dari subjek 1 dari soal nomor

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut hasil analisis dari subjek 1 dari soal nomor BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN a. Subjek 1 Berikut hasil analisis dari subjek 1 dari soal nomor 1) Biro pusat statistik memperkirakan bahwa angka kelahiran

Lebih terperinci

IMPLIKASI TEORI VAN HIELLE DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI

IMPLIKASI TEORI VAN HIELLE DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN: 0216-7433 Vol. 8. No 1 (2013) 20-29 IMPLIKASI TEORI VAN HIELLE DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI Zahra Chairani Program studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Banjarmasin

Lebih terperinci

ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE

ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE (Studi Kasus pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014) Nur aini

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN LIMIT DENGAN TEORI APOS. Retno Marsitin Universitas Kanjuruhan Malang

MODUL PEMBELAJARAN LIMIT DENGAN TEORI APOS. Retno Marsitin Universitas Kanjuruhan Malang MODUL PEMBELAJARAN LIMIT DENGAN TEORI APOS Retno Marsitin Universitas Kanjuruhan Malang mars_retno@unikama.ac.id ABSTRAK. Pembelajaran APOS adalah pembelajaran dengan pendekatan aksi (action), proses (process),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR VAN HIELE

TEORI BELAJAR VAN HIELE TEORI BELAJAR VAN HIELE A. Pendahuluan Banyak teori belajar yang berkembang yang dijadikan landasan proses belajar mengajar matematika. Dari berbagai teori tersebut, jarang yang membahas tentang pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran pada tingkat SMP maupun SMA. Karena disesuaikan dengan perkembangan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI GEOMETRIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI GEOMETRIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE Hj Epon Nur aeni PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI GEOMETRIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE Oleh: Oleh: Hj Epon Nur aeni ABSTRAK Salahsatu kemampuan yang dapat membantu

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMP KARUNADIPA PALU TERHADAP KONSEP BANGUN- BANGUN SEGIEMPAT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMP KARUNADIPA PALU TERHADAP KONSEP BANGUN- BANGUN SEGIEMPAT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMP KARUNADIPA PALU TERHADAP KONSEP BANGUN- BANGUN SEGIEMPAT P-1 M. Nur Yadil Pendidikan Matematika, FKIP Univesitas Tadulako ABSTRAK

Lebih terperinci

Tingkat-tingkat Berpikir Mahasiswa... (M. Andy Rudhito)

Tingkat-tingkat Berpikir Mahasiswa... (M. Andy Rudhito) Tingkat-tingkat Berpikir Mahasiswa... (M. Andy Rudhito) TINGKAT-TINGKAT BERPIKIR MAHASISWA DALAM MENERJEMAHKAN PERNYATAAN MATEMATIS BERKUANTOR UNIVERSAL DARI BENTUK KALIMAT BIASA MENJADI BENTUK KALIMAT

Lebih terperinci

P 40 Penginvestigasian Objek Fungsi Sebagai Hasil Pengkapsulan Proses: Suatu Studi Kasus Untuk NURI

P 40 Penginvestigasian Objek Fungsi Sebagai Hasil Pengkapsulan Proses: Suatu Studi Kasus Untuk NURI P 40 Penginvestigasian Objek Fungsi Sebagai Hasil Pengkapsulan Proses: Suatu Studi Kasus Untuk NURI Sudirman Department of Mathematics State University of Malang e-mail : sudirman_um@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia Vol. 1 No. 2 Desember 2016

Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia Vol. 1 No. 2 Desember 2016 MENGGESER BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MODIFIKASI APOS (M-APOS) DI SMA NEGERI 2 BENGKULU SELATAN 1 Arpan 2 ABSTRAK Makalah ini menyajikan hasil penerapan model pembelajaran Modifikasi-APOS

Lebih terperinci

PROFIL PEMBENTUKAN SKEMA SISWA SD DALAM MEMECAHKAN MASALAH YANG TERKAIT DENGAN OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

PROFIL PEMBENTUKAN SKEMA SISWA SD DALAM MEMECAHKAN MASALAH YANG TERKAIT DENGAN OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA PROFIL PEMBENTUKAN SKEMA SISWA SD DALAM MEMECAHKAN MASALAH YANG TERKAIT DENGAN OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA Sardulo Gembong IKIP PGRI Madiun gembongretno2@gmail.com

Lebih terperinci

JURNAL. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

JURNAL. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN BERPANGKAT BERDASARKAN TEORI APOS BAGI SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN III SMK NEGERI 1 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 JURNAL Disusun untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

Pengalaman Belajar sesuai Teori Berpikir van Hiele

Pengalaman Belajar sesuai Teori Berpikir van Hiele Pengalaman Belajar sesuai Teori Berpikir van Hiele Posted by abdussakir on May 5, 2009 A. Teori Berpikir van Hiele Teori van Hiele yang dikembangkan oleh dua pendidik berkebangsaan Belanda, Pierre Marie

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*) PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*) Abstrak Ketercapaian suatu pembelajaran matematika ditentukan oleh guru dalam menggunakan strategi pembelajaran matematika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Kelompok Menurut Thomas (dalam Bell, 1978), pembelajaran metode proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran

Lebih terperinci

Erfan Yudianto, S. Pd Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika UNESA.

Erfan Yudianto, S. Pd Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika UNESA. PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR DI JEMBER KOTA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE Erfan Yudianto, S. Pd Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika UNESA erfan8math@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan: (a) latar belakang, (b) fokus penelitian, (c)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan: (a) latar belakang, (b) fokus penelitian, (c) 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan: (a) latar belakang, (b) fokus penelitian, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) penegasan istilah, dan (f) sistematika penulisan skripsi. A.

Lebih terperinci

Sugiyarti Pendidikan Matematika-Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang.

Sugiyarti Pendidikan Matematika-Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang. Sugiyarti, Pengembangan Buku Siswa dengan Mengacu Lima Fase... 79 Pengembangan Buku Siswa dengan Mengacu Lima Fase Belajar Model Van Hiele pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII SMP Laboratorium

Lebih terperinci

DESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY

DESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY DESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY Siti Sarah Didi Suryadi Siti Fatimah Departemen Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M. Pertemuan Ke-4 Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd Pendidikan Matematika Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.Pd STKIP YPM Bangko 1 Teori Belajar Kognitif Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD Sufyani Prabawanto Sufyani_prabawanto@yahoo.com 6/3/2010 1 Belajar dan Pembelajaran Belajar? Upaya memperoleh kepandaian, memperoleh perubahan tingkah laku, memberi

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PADA TEORI BELAJAR DARI BRUNER, APOS, TERAPI GESTALT, DAN RME

KAJIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PADA TEORI BELAJAR DARI BRUNER, APOS, TERAPI GESTALT, DAN RME KAJIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PADA TEORI BELAJAR DARI BRUNER, APOS, TERAPI GESTALT, DAN RME 1. Teori Belajar dari Bruner Menurut Bruner (dalam Ruseffendi, 1988), terdapat empat dalil yang

Lebih terperinci

Pemahaman Siswa Pada Konsep Segiempat Berdasarkan Teori van Hiele

Pemahaman Siswa Pada Konsep Segiempat Berdasarkan Teori van Hiele Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014 262 Pemahaman Siswa Pada Konsep Segiempat Berdasarkan Teori van Hiele Miftahul Khoiri Mahasiswa Pendidikan Matematika, Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika di perguruan tinggi membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika di perguruan tinggi membutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika di perguruan tinggi membutuhkan kemampuan kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi, tidak

Lebih terperinci

Mengajarkan Number Benchmarks Untuk Mendukung Perhitungan Mental Siswa Kelas 1 SD

Mengajarkan Number Benchmarks Untuk Mendukung Perhitungan Mental Siswa Kelas 1 SD SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Mengajarkan Number Benchmarks Untuk Mendukung Perhitungan Mental Siswa Kelas 1 SD Fitakhul Inayah S2 Pendidikan Dasar, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geometri merupakan salah satu bagian dari ilmu matematika yang mempelajari titik, garis, bangun, hubungan antara garis, panjang, luas, volume, dan lain-lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa standar isi untuk SMA/MA/SMALB/Paket C, atau bentuk lain yang sederajat harus mengandung

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR SISWA SMP MENGONSTRUKSI BUKTI INFORMAL GEOMETRI SEBAGAI PROSEP

PROSES BERPIKIR SISWA SMP MENGONSTRUKSI BUKTI INFORMAL GEOMETRI SEBAGAI PROSEP PROSES BERPIKIR SISWA SMP MENGONSTRUKSI BUKTI INFORMAL GEOMETRI SEBAGAI PROSEP P 35 Faaso Ndraha SMAN 3 Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli, Sumatera Utara Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam pembelajaran matematika di sekolah matematika dibagi atas beberapa sub pelajaran, diantaranya sub mata pelajaran geometri. Peranan geometri dalam pelajaran

Lebih terperinci

Nida Milati 23, Sunardi 24, Nurcholif 25

Nida Milati 23, Sunardi 24, Nurcholif 25 ANALISIS LEVEL PERTANYAAN PADA SOAL CERITA DALAM BUKU TEKS MATEMATIKA PENUNJANG SMK PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI, KESEHATAN, DAN PERTANIAN KELAS X TERBITAN ERLANGGA BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO Nida Milati

Lebih terperinci

TEORI APOS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

TEORI APOS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN TEORI APOS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN Mulyono Jurusan Matematika FMIPA UNNES Jl. Sekaran Gunungpati Semarang 50229, email: arifahsaptari@yahoo.co.id ABSTRAK Belajar merupakan kerja mental secara

Lebih terperinci

BELAJAR DAN KOGNISI: APLIKASI UNTUK DIVERSE CLASSROOM PADA PELAJARAN SEJARAH

BELAJAR DAN KOGNISI: APLIKASI UNTUK DIVERSE CLASSROOM PADA PELAJARAN SEJARAH BELAJAR DAN KOGNISI: APLIKASI UNTUK DIVERSE CLASSROOM PADA PELAJARAN SEJARAH Cindy Asli Pravesti Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas PGRI Adi Buana Surabaya email: cindyaslibks2a12439@gmail.com

Lebih terperinci

NILAI STRATEGIS MEMANDANG BUKTI GEOMETRI SEBAGAI PROSEP DALAM PEMBELAJARAN

NILAI STRATEGIS MEMANDANG BUKTI GEOMETRI SEBAGAI PROSEP DALAM PEMBELAJARAN NILAI STRATEGIS MEMANDANG BUKTI GEOMETRI SEBAGAI PROSEP DALAM PEMBELAJARAN P 94 Faaso Ndraha Guru SMAN 3 Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli, Sumatera Utara/ Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika Pascasarjana

Lebih terperinci

KRITERIA BERPIKIR GEOMETRIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI 5

KRITERIA BERPIKIR GEOMETRIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI 5 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin KRITERIA BERPIKIR GEOMETRIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI 5 Noor Fajriah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan di taman kanak-kanak secara informal.

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan di taman kanak-kanak secara informal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan pada jenjang sekolah dasar bertujuan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup bermasyarakat dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal bagi proses pembangunan. Siswa sebagai sumber

Lebih terperinci

Vera Mandailina Dosen Program Studi Pendidikan matematika, Universitas Muhammadiyah Mataram

Vera Mandailina Dosen Program Studi Pendidikan matematika, Universitas Muhammadiyah Mataram 68 PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP GARIS SINGGUNG LINGKARAN DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING BERKELOMPOK PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UM MATARAM Vera Mandailina Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika I. Aliran Psikologi Tingkah Laku Teori Thorndike Teori Skinner Teori Ausubel Teori Gagne Teori Pavlov Teori baruda Teori Thorndike Teori belajar stimulus-respon

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE. Abdul Jabar dan Fahriza Noor. Kata Kunci: berpikir geometri, van hiele.

IDENTIFIKASI TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE. Abdul Jabar dan Fahriza Noor. Kata Kunci: berpikir geometri, van hiele. JPM IAIN Antasari Vol. 02 No. 2 Januari Juni 2015, h. 19-28 IDENTIFIKASI TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE Abstrak Diawali dari nilai geometri siswa Indonesia yang berada

Lebih terperinci

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 1 Juni 2005 INOVASI PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR I DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ISETL BERDASARKAN TEORI APOS

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 1 Juni 2005 INOVASI PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR I DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ISETL BERDASARKAN TEORI APOS ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 1 Juni 2005 INOVASI PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR I DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ISETL BERDASARKAN TEORI APOS Oleh: Elah Nurlaelah, Dian Usdiyana Jurusan

Lebih terperinci

KOMPLEKSITAS PERTANYAAN DALAM CONTOH-CONTOH SOAL BUKU TEKS MATEMATIKA KELAS VII SMP/MTs SEMESTER I BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

KOMPLEKSITAS PERTANYAAN DALAM CONTOH-CONTOH SOAL BUKU TEKS MATEMATIKA KELAS VII SMP/MTs SEMESTER I BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO KOMPLEKSITAS PERTANYAAN DALAM CONTOH-CONTOH SOAL BUKU TEKS MATEMATIKA KELAS VII SMP/MTs SEMESTER I BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO Dian Pratiwi, Budiyono Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

Teori Tiga Dunia Matematika David Tall

Teori Tiga Dunia Matematika David Tall Teori Tiga Dunia Matematika David Tall Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Seminar Pendidikan Matematika Dosen Pembimbing : Drs. H. Karim, M.Si Drs. Hidayah Ansori, M.Si OLEH : Rahmatya Nurmeidina NIM : A1C108059

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu cabang matematika yang diajarkan di sekolah adalah Geometri. Dari sudut pandang psikologi, geometri merupakan penyajian abstraksi dari pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu yang wajib dipelajari di sekolah. Hal ini dikarenakan matematika memiliki peranan yang sangat penting khususnya dalam bidang pendidikan.

Lebih terperinci

P - 92 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA

P - 92 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA P - 92 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA Kuswari Hernawati 1, Ali Mahmudi 2, Himmawati Puji Lestari 3 1,2,3) Jurusan

Lebih terperinci

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA SD KELAS III MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS PERMAINAN TRAD ISIONAL

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA SD KELAS III MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS PERMAINAN TRAD ISIONAL 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar matematika bukan hanya merupakan akumulasi pengetahuan tetapi bagaimana proses dalam berpikir untuk menerjemahkan fakta-fakta yang berkembang dalam kehidupan

Lebih terperinci

BANYAK CARA, SATU JAWABAN: ANALISIS TERHADAP STRATEGI PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI

BANYAK CARA, SATU JAWABAN: ANALISIS TERHADAP STRATEGI PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI BANYAK CARA, SATU JAWABAN: ANALISIS TERHADAP STRATEGI PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI Al Jupri Universitas Pendidikan Indonesia e-mail: aljupri@upi.edu ABSTRAK Geometri adalah salah satu topik esensial dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika di SD a. Pengertian Matematika Matematika, menurut Ruseffendi (Heruman, 2010 : 1), adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET Mursalin Dosen Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh E-mail: mursalin@unimal.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika pada mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike

BAB I PENDAHULUAN. Matematika pada mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika pada mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti relating to learning. Perkataan mathematike sangat erat dengan kata mathanein yang artinya

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI APOS (ACTION, PROCESS, OBJECT, SCHEMA) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PROGRAM LINIER BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA TAHUN AKADEMIK 2015/2016 53 1 Yunita Septriana

Lebih terperinci

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel 41 Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel Meilantifa Email : meilantifa@gmail.com Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Bahasa dan Sains Universitas Wijaya Kusuma

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR 1. Representasi a. Pengertian Representasi A. Kajian Pustaka Representasi adalah ungkapan-ungkapan dari ide-ide matematika (masalah, pernyataan, definisi, dan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Mika Wahyuning Utami et al., Tingkat Berpikir Siswa...

Pendahuluan. Mika Wahyuning Utami et al., Tingkat Berpikir Siswa... 43 Tingkat Berpikir Geometri Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Jember Materi Segiempat Berdasarkan Teori van Hiele ditinjau dari Hasil Belajar Matematika (The Level of Geometry s Thinking in VII-B SMP Negeri

Lebih terperinci

ANALISIS TAHAP BERPIKIR GEOMETRI SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF DI SMP

ANALISIS TAHAP BERPIKIR GEOMETRI SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF DI SMP ANALISIS TAHAP BERPIKIR GEOMETRI SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF DI SMP Fauzi Andi Hidayat, Zubaidah R, Ade Mirza Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email: fauziandi_h@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Agung Wijaya Arifandi et al., Analisis Struktur Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal...

Agung Wijaya Arifandi et al., Analisis Struktur Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal... 1 Analisis Struktur Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah Pokok Bahasan Aritmetika Sosial Berdasarkan Taksonomi SOLO di Kelas VII SMP Negeri 7 Jember (Analysis of Student Learning

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE PADA MATERI DIMENSI TIGA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE PADA MATERI DIMENSI TIGA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE PADA MATERI DIMENSI TIGA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT (Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Mojolaban Kelas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI CALON GURU SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI CALON GURU SEKOLAH DASAR PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI CALON GURU SEKOLAH DASAR Oleh : Andhin Dyas Fitriani Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Lebih terperinci

TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE Jackson Pasini Mairing Pendidikan Matematika FKIP Universitas Palangka Raya Email: jacksonmairing@gmail.com Abstrak: Tingkat berpikir

Lebih terperinci

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR Aji Setiaji Hj. Epon Nur aeni L Rosarina Giyartini UPI Kampus Tasikmalaya Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

Drs. Prayogo, M.Kom. Dosen Prodi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Adi Buana Surabaya ABSTRAK

Drs. Prayogo, M.Kom. Dosen Prodi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Adi Buana Surabaya ABSTRAK PROSEP DAN BERPIKIR PROSEPTUAL DALAM PENDIDIKAN MATEMATIKA Drs. Prayogo, M.Kom. prayogounipa@gmail.com Dosen Prodi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Tulisan berikut akan menguraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari yang mudah sampai yang rumit. Hal itu berguna untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dari yang mudah sampai yang rumit. Hal itu berguna untuk mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemecahan masalah merupakan landasan matematika di sekolah. Tanpa adanya kemampuan untuk memecahkan masalah maka kegunaan dan kekuatan ide-ide matematika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pengembangan kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu fokus pembelajaran matematika. Melalui pembelajaran matematika,

Lebih terperinci

ANALISIS PEMAHAMAN SISWA TENTANG BARISAN BERDASARKAN TEORI APOS(Action, Processe, Object, and Shceme)

ANALISIS PEMAHAMAN SISWA TENTANG BARISAN BERDASARKAN TEORI APOS(Action, Processe, Object, and Shceme) ANALISIS PEMAHAMAN SISWA TENTANG BARISAN BERDASARKAN TEORI APOS(Action, Processe, Object, and Shceme) Lasmi Nurdin Abstrak. Tulisan ini memaparkan tentang tingkat pemahaman siswa tentang barisan berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER Isnaeni Maryam Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo E-mail: ice_ajah17@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya. Kualitas pendidikan akan menggambarkan kualitas SDM (sumber

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya. Kualitas pendidikan akan menggambarkan kualitas SDM (sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu bangsa bergantung pada kualitas pendidikan yang dimilikinya. Kualitas pendidikan akan menggambarkan kualitas SDM (sumber daya manusia) sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemilihan sekolah antara SMA dan SMK saat ini menjadikan kendala yang sangat besar bagi siswa kelas IX SMP. Pemilihan sekolah SMA ataupun SMK menjadi awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hal paling dasar yang membedakan kemampuan berpikir seseorang adalah pola pikirnya. Bloom (2010: 9) menyatakan bahwa Pattern thinking is fundamentally at the

Lebih terperinci

STRATEGI GENERALISASI POLA GEOMETRIS CALON MAHASISWA BARU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP PGRI PASURUAN TAHUN AJARAN 2017/2018

STRATEGI GENERALISASI POLA GEOMETRIS CALON MAHASISWA BARU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP PGRI PASURUAN TAHUN AJARAN 2017/2018 134 Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial, Volume 8, Nomor 2, September 2017, hlm. 134 138 STRATEGI GENERALISASI POLA GEOMETRIS CALON MAHASISWA BARU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP PGRI PASURUAN TAHUN

Lebih terperinci

Hubungan antara Tingkat Penalaran Formal dan Tingkat Perkembangan Konsep Geometri Siswa

Hubungan antara Tingkat Penalaran Formal dan Tingkat Perkembangan Konsep Geometri Siswa Hubungan antara Tingkat Penalaran Formal dan Tingkat Perkembangan Konsep Geometri Siswa Sunardi Abstract: This study examined the level of students' logical thinking ability and the level of students'

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N 1 B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum sekolah tentunya diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Menurut Sumarmo (2005)

Lebih terperinci

Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Satu dan Dua Sekolah Dasar. Oleh: Sufyani Prabawanto

Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Satu dan Dua Sekolah Dasar. Oleh: Sufyani Prabawanto Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Satu dan Dua Sekolah Dasar Oleh: Sufyani Prabawanto A. Pendahuluan Apakah anak-anak memperoleh konsep bilangan dengan cara mengajarkan kepadanya?

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS TAKSONOMI THE STRUCTURE OF OBSERVED LEARNING OUTCOME PADA MATERI KONSEP LARUTAN PENYANGGA

ANALISIS KEBUTUHAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS TAKSONOMI THE STRUCTURE OF OBSERVED LEARNING OUTCOME PADA MATERI KONSEP LARUTAN PENYANGGA SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 2017 ANALISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat yang cenderung bersifat terbuka memberi kemungkinan munculnya berbagai pilihan bagi seseorang dalam menata dan merancang kehidupan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus memberikan kesempatan pada setiap individu untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. harus memberikan kesempatan pada setiap individu untuk mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pendidikan menjadi perhatian utama bagi pemerintah. Pendidikan harus memberikan kesempatan pada setiap individu untuk mampu mengaktualisasikan seluruh potensi

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI BELAJAR VAN HIELE PADA MATERI GEOMETRI DI KELAS VIII

PENERAPAN TEORI BELAJAR VAN HIELE PADA MATERI GEOMETRI DI KELAS VIII OPEN ACCESS MES (Journal of Mathematics Education and Science) ISSN: 2579-6550 (online) 2528-4363 (print) Vol. 3, No. 1. Oktober 2017 PENERAPAN TEORI BELAJAR VAN HIELE PADA MATERI GEOMETRI DI KELAS VIII

Lebih terperinci

SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 5

SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 5 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No.1, Januari - April 2015 STKIP PGRI Banjarmasin SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 5 Zahra Chairani STKIP PGRI Banjarmasin. E-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan fisika sebagai bagian dari pendidikan formal dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan fisika sebagai bagian dari pendidikan formal dan merupakan BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Pendidikan fisika sebagai bagian dari pendidikan formal dan merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan yang sangat penting dalam usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Respon Mahasiswa terhadap Desain Perkuliahan Geometri yang Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika

Respon Mahasiswa terhadap Desain Perkuliahan Geometri yang Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika Respon Mahasiswa terhadap Desain Perkuliahan Geometri yang Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika M-59 Kurnia Noviartati 1, Agustin Ernawati 2 STKIP Al Hikmah Surabaya 1,2 kurnia.noviartati@gmail.com

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOMETRI DENGAN TEORI VAN HIELE

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOMETRI DENGAN TEORI VAN HIELE MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOMETRI DENGAN TEORI VAN HIELE Husnul Khotimah Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Yogyakarata Abstrak Matematika memiliki berbagai cabang ilmu, salah satunya adalah Geometri.

Lebih terperinci

DESAIN DIDAKTIS BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP

DESAIN DIDAKTIS BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP DESAIN DIDAKTIS BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP Rifa Rizqiyani Siti Fatimah Endang Mulyana Departemen Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI APOS (AKSI, PROSES, OBJEK, SKEMA) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI SMP NEGERI 2 KOTA JAMBI

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI APOS (AKSI, PROSES, OBJEK, SKEMA) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI SMP NEGERI 2 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI APOS (AKSI, PROSES, OBJEK, SKEMA) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI SMP NEGERI 2 KOTA JAMBI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMROSES INFORMASI PADA PEMBELAJARAN KEANEKARAGAMAN HAYATI (Studi Kasus di SMA Negeri 8 Bandung) Annisa Setya Rini 1), Meilia Gemilawati 2), Dida Firgiawan 2),Adi Rahmat 3), Topik

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT), Mediated Learning Experience (MLE), Peralatan psikologis, fungsi kognitif.

Kata Kunci : Pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT), Mediated Learning Experience (MLE), Peralatan psikologis, fungsi kognitif. PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RIGOROUS MATHEMATICAL THINKING (RMT) DITINJAU DARI FUNGSI KOGNITIF PADA MATERI SEGIEMPAT DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BALONGBENDO Farit Irna

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai 182 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Yang berkaitan dengan membaca bukti a. Secara keseluruhan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA Kuswari Hernawati 1, Ali Mahmudi 2, Himmawati Puji Lestari 3 1,2,3) Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

PENALARAN KUANTITATIF (QUANTITATIVE REASONING) DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

PENALARAN KUANTITATIF (QUANTITATIVE REASONING) DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PENALARAN KUANTITATIF (QUANTITATIVE REASONING) DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA Agustinus Sroyer FKIP Universitas Cenderawasih Jayapura sroyera@yahoo.co.id Abstrak Menurut NCTM, quantitative reasoning

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR Dudung Priatna Abstrak Pembelajaran matematika perlu memperhatikan beberapa hal berikut diantaranya

Lebih terperinci

Abdussakir - Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele

Abdussakir - Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele PEMBELAJARAN GEOMETRI SESUAI TEORI VAN HIELE Abdussakir Staf Pengajar pada PGMI Fakultas Tarbiyah UIN Malang Abstrak Geometry has a special place in the math curricula at schools. This is because the contents

Lebih terperinci

SP Proceeding Biology Education Conference (ISSN: ), Vol 13(1) 2016:

SP Proceeding Biology Education Conference (ISSN: ), Vol 13(1) 2016: SP004010 Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 25285742), Vol 13(1) 2016: 232236 Penggunaan Taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcomes) pada Pembelajaran Kooperatif Truth and Dare

Lebih terperinci