JURNAL. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika"

Transkripsi

1 ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN BERPANGKAT BERDASARKAN TEORI APOS BAGI SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN III SMK NEGERI 1 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 JURNAL Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika Oleh LAMTIAR FRAMIKA SILALAHI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

2

3

4

5

6 ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN BERPANGKAT BERDASARKAN TEORI APOS BAGI SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN III SMK NEGERI 1 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017 Lamtiar Framika Silalahi 1, Tri Nova Hasti Yunianta 2 Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro Salatiga Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, lamtiarsigiro46@gmail.com 2 Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, trinova.yunianta@staff.uksw.edu Abstrak Hasil ulangan siswa pada materi bilangan berpangkat kelas X Administrasi Perkantoran III SMK Negeri 1 Salatiga tahun ajaran 2016/2017 menyatakan 84% siswa tidak lulus. Hasil ini terjadi diduga oleh karena kemampuan siswa dalam memahami konsep materi matematika masih kurang. Tujuan penelitian ini adalah perlu melihat lebih lanjut tentang pemahaman siswa kelas X Administrasi Perkantoran III SMK Negeri 1 Salatiga berdasarkan teori APOS terhadap konsep bilangan berpangkat yang terdiri dari topik bilangan berpangkat dan topik sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat. Teori APOS mengasumsikan bahwa konsep matematika yang dimiliki oleh seseorang merupakan hasil interaksi dengan orang lain dan hasil konstruksi-konstruksi mental dalam memahami ide-ide matematika. Konstruksi-konstruksi mental tersebut adalah aksi, proses, objek, skema yang disingkat dengan APOS. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan kemampuan pemahaman siswa. Subyek penelitian ini adalah 2 siswa yang sudah mempelajari materi bilangan berpangkat sebelumnya. Instrumen penelitian ini menggunakan instrument tes dan lembar pedoman wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tahap pemahaman kedua siswa tentang materi bilangan berpangkat berada pada tahap objek. Kata kunci: Analisis, Pemahaman, APOS PENDAHULUAN Belajar matematika dengan pemahaman konsep memerlukan daya nalar yang tinggi dikarenakan objek matematika yang bersifat abstrak, sehingga belajar matematika harus diarahkan pada pemahaman konsep-konsep yang akan mengantarkan individu untuk berpikir secara matematis dengan jelas dan pasti berdasarkan aturan-aturan yang logis dan sistematis (Hudojo, 1993). Pencapaian pemahaman suatu konsep matematika bukan suatu hal yang mudah, dikarenakan kemampuan dalam memahami suatu konsep matematika setiap individu berbeda-beda. Proses belajar matematika di kelas pada saat ini masih cenderung berlangsung

7 satu arah yaitu guru lebih memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan kepada para siswa. Guru mendominasi kegiatan di kelas, pembelajaran hanya terpusat pada guru sehingga tidak terjadi interaksi yang baik antara siswa dengan siswa, dan orientasi guru lebih banyak tercurah pada target tercapainya materi pembelajaran. Proses belajar matematika yang dilakukan secara terisolasi tidak memberikan hasil yang positif. Pembelajaran matematika harus dihayati dan ditekankan untuk menanamkan konsep matematika berdasarkan pemahaman, karena pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, sehingga pemahaman memudahkan terjadinya transfer (Hiebert dan Carpenter, 1992). Keberhasilan siswa dalam memaknai dan memahami suatu konsep matematika perlu diupayakan. Konsep bilangan berpangkat (eksponen) sebelumnya telah dipelajari siswa di tingkat SD sehingga dapat membantu siswa kelas X SMK (sekolah Menengah Kejuruan) semester satu untuk mencapai pemahaman konsep bilangan berpangkat. Kurangnya pemahaman konsep bilangan berpangkat tentunya akan mempengaruhi bagaimana siswa menerapkan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataannya bilangan berpangkat masih sulit dipahami oleh siswa karena siswa masih belum memahami konsep. Hasil ulangan siswa pada materi bilangan berpangkat kelas X Administrasi Perkantoran III SMK Negeri 1 Salatiga tahun ajaran 2016/2017 menyatakan 84% siswa tidak lulus. Hasil ini terjadi diduga oleh karena kemampuan siswa dalam memahami konsep materi matematika masih kurang. Guru mengharapkan pemahaman yang dicapai siswa tidak terbatas pada pemahaman yang bersifat menghubungkan, akan tetapi diharapkan pemahaman matematis siswa penting dalam mempelajari matematika secara bermakna. Purwanto (1994) mengemukakan pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep situasi serta fakta yang diketahui. Virlianti (2002) menyatakan pemahaman adalah konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh siswa sehingga siswa mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait. Derajat pamahaman ditentukan oleh tingkat keterkaitan suatu gagasan, prosedur atau fakta matematika dipahami secara menyeluruh jika hal-hal tersebut membentuk jaringan dengan keterkaitan yang tinggi. Siswa dikatakan memahami sesuatu jika siswa telah dapat mengorganisasikan dan mengutarakan kembali apa yang dipelajari siswa dengan menggunakan kalimat siswa itu sendiri. Siswa tidak hanya dapat mengingat dan menghafal informasi yang telah diperoleh, melainkan siswa harus dapat memilih dan mengorganisasikan informasi tersebut. Pemahaman bukan hanya sekedar

8 mengingat fakta, akan tetapi berkenaan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep (Sanjaya, 2008). Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan bersifat abstrak. Menurut Gagne (Suherman, 2003) mengemukakan bahwa konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan siswa dapat mengklarifikasikan atau mengelompokkan objek atau kejadian ke dalam contoh dan bukan contoh. Depdiknas (2003) berpendapat konsep diartikan sebagai ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan sekumpulan objek. Siswa dapat mengembangkan suatu konsep ketika siswa telah mampu mengelompokkan objek atau kejadian serta dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok objek atau kejadian tertentu. Menanamkan pemahaman konsep terhadap siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran matematika, karena dengan memahami konsep akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Menurut Skemp dan Pollatsek (Sumarmo, 1987) terdapat dua jenis pemahaman konsep yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman rasional. Pemahaman instrumental dapat diartikan sebagai pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya rumus yang dihafalkan dalam melakukan perhitungan sederhana, sedangkan pemahaman rasional termuat satu skema atau struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas. Siswa yang memahami suatu konsep matematika jika siswa telah mampu mendefinisikan, mengidentifikasi, memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep matematika serta mampu mengembangkan kemampuan koneksi matematika antar berbagai ide dan memahami ide-ide matematika yang saling terkait satu dengan yang lain sehingga terbangun pemahaman secara menyeluruh. Pemahaman terhadap suatu konsep dapat berkembang dengan baik jika konsep yang paling umum disajikan terlebih dahulu dan dapat sebagai jembatan antar informasi baru dengan informasi yang telah ada pada kognitif siswa. Menurut Ausabel (Andriyani, 2008) informasi yang dipelajari siswa disusun sesuai dengan kognitif yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat mengkaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Oleh karena itu, untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap konsep matematika dibutuhkan suatu pemecahan permasalahan yaitu melalui suatu analisis dekomposisi genetik sebagai operasionalisasi dari teori APOS (Action, Process, Object, and Schema). Dubinsky & Tall (1991) berpendapat pemahaman terhadap suatu konsep matematika yang dimiliki oleh seseorang merupakan hasil interaksi dengan orang lain dan hasil konstruksi-konstruksi mental orang tersebut dalam memahami ide-ide matematika. Konstruksi-konstruksi mental tersebut adalah aksi (action), proses (process), objek (object), skema (schema) yang disingkat dengan APOS. Sejumlah kontruksi merupakan rekonstruksi

9 dari sesuatu yang sudah ada, tetapi rekontruksinya tidak persis sama seperti yang sudah ada sebelumnya. Sependapat dengan Dubinsky & Tall (1991), Asiala, dkk (1997) mengungkapkan bahwa teori APOS adalah sebuah teori untuk mempelajari bagaimana seseorang belajar suatu konsep matematika. Teori APOS dapat digunakan sebagai suatu alat analisis untuk mendeskripsikan perkembangan skema seseorang pada suatu topik matematika yang merupakan totalitas suatu pengetahuan yang saling terkait (secara sadar atau tidak sadar) terhadap topik tersebut sehingga dapat digunakan untuk menginterpretasikan tahap pemahaman siswa melalui empat tahap yaitu tahap aksi, tahap proses, tahap objek dan tahap skema. Suryadi (2011) menjelaskan teori APOS adalah sebuah teori konstruktivisme tentang bagaimana seseorang belajar memahami konsep matematika. Pembelajaran dengan menggunakan teori APOS menekankan pada perolehan pengetahuan melalui konstruksi mental. Konstruksi mental dalam teori APOS adalah terbentuknya aksi, yang direnungkan menjadi proses, selanjutnya dirangkum menjadi objek, objek dapat diuraikan kembali menjadi proses. Akhirnya aksi, proses, dan objek dapat diorganisasikan menjadi suatu skema untuk memecahkan masalah matematika. Berikut ini akan diberikan gambaran secara singkat aplikasi kerangka kerja teori APOS dengan menggunakan analisis dekomposisi genetik yang diartikan sebagai analisis pemahaman siswa dalam merespon suatu masalah tentang konsep bilangan berpangkat berdasarkan teori APOS. 1. Aksi Suryadi (2011) berpendapat aksi adalah suatu transformasi objek-objek mental untuk memperoleh objek mental lainnya. Seseorang yang mengalami suatu aksi, apabila orang tersebut memfokuskan proses mentalnya pada upaya untuk memahami suatu konsep yang diberikan. Misalkan: Siswa diberikan soal, Berapakah hasil dari...?. Aksi siswa terhadap soal tersebut adalah siswa akan mencoba memahami suatu konsep yang diberikan atau pengertian terhadap soal tersebut. Pengertian dari suatu bilangan berpangkat secara umum seperti dan 2. Proses Suryadi (2011) menyatakan berbeda dengan aksi yang dapat terjadi manipulasi benda atau sesuatu yang bersifat konkrit, proses terjadi secara internal di bawah kontrol individu yang melakukannya. Seseorang dikatakan mengalami suatu proses tentang sebuah konsep, apabila berpikirnya terbatas pada ide matematika yang dihadapinya serta ditandai dengan munculnya kemampuan untuk melakukan refleksi terhadap ide matematika tersebut.

10 Misalkan: Berapakah hasil dari...? Siswa tidak melakukan aksi dalam menginteriorisasikan pencarian hasil perkalian bilangan berpangkat, siswa akan melakukan aksi tersebut dalam imajinasi serta dapat menjelaskan proses mencari perkalian bilangan berpangkat tersebut, meskipun siswa masih menggunakan definisi dari suatu bilangan berpangkat secara umum, sehingga dapat dinyatakan bahwa 3. Objek Suryadi (2011) menyatakan bahwa seseorang dikatakan telah memiliki konsepsi objek dari suatu konsep matematika apabila seseorang telah mampu memperlakukan ide atau konsep tersebut sebagai sebuah objek kognitif yang mencakup kemampuan untuk melakukan aksi atas objek tersebut, serta memberikan alasan atau penjelasan tentang sifat-sifatnya. Selain itu individu itu telah mampu melakukan penguraian kembali suatu objek yang dimaksud dan digunakan. Misalkan: Berapakah hasil dari...? Siswa yang telah mampu memperlakukan/memahami ide atau konsep bilangan berpangkat sebagai objek, siswa akan dapat menjelaskan bahwa penentu dari perkalian bilangan berpangkat diperoleh dengan hanya menjumlahkan pangkatnya saja, dikarenakan bilangan pokoknya sama, maka dapat ditentukan dengan menggunakan rumus yang didapat dari definisi perkalian bilangan berpangkat yang bilangan pokoknya sama yaitu 4. Skema Suryadi (2011) menyatakan bahwa suatu skema dari suatu materi matematika tertentu adalah suatu koleksi aksi, proses, objek, skema lainnya yang saling terhubung sehingga membentuk suatu kerangka kerja saling terkait di dalam pikiran atau otak seseorang. Misalkan: Berapakah hasil dari...? Siswa yang telah mampu mentematisasikan bilangan berpangkat serta dapat menjelaskan bahwa penentu perkalian bilangan berpangkat yang bilangan pokoknya sama tersebut merupakan proses mencari perkalian bilangan berpangkat. Perkalian bilangan berpangkat yang bilangan pokoknya sama merupakan salah satu sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat, dan siswa mampu mengkaitkan pemahaman konsep bilangan berpangkat dengan konsep matematika lainnya yaitu bentuk akar. Keempat komponen dari teori APOS yaitu aksi, proses, objek, dan skema telah dibahas pengertiannya secara berurutan karena setiap pembahasan satu komponen saling berkaitan

11 dengan komponen yang lainnya, namun pada kenyataannya ketika seseorang mengembangkan pemahamannya terhadap suatu konsep matematika, konstruksi-konstruksi tersebut tidaklah selamanya dilakukan secara linear (Nurdin, 2005). Misalnya, ketika seseorang dihadapkan pada suatu bilangan berpangkat dan sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat, maka kemungkinan seseorang tersebut tidak mulai dari tahap aksi tapi mulai dari tahap objek kemudian baru tahap lainnya. Kerangka teori APOS sangat berguna dalam menganalisis kemampuan pemahaman siswa bagaimana pemahaman siswa mempelajari konsep-konsep matematika. Menggunakan teori APOS untuk mengetahui tahap pemahaman siswa tentang konsep materi bilangan berpangkat akan sangat menolong guru dalam mengembangkan pembelajaran yang lebih efektif sehingga masalah pemahaman konsep siswa terhadap materi bilangan berpangkat dapat diatasi. Berdasarkan uraian diatas, maka penting untuk dilakukan penelitian tentang analisis pemahaman siswa kelas X Administrasi Perkantoran III SMK Negeri 1 Salatiga terhadap konsep bilangan berpangkat berdasarkan teori APOS. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang memiliki karakteristik bersifat deskriptif atau sering disebut penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk memperjelas fenomena dan mengumpulkan data dengan sedalam-dalamnya (Sugiyono, 2012). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu menjelaskan cara-cara yang digunakan siswa dalam menyelesaikan soal-soal uraian serta menganalisis tahap pemahaman konsep bilangan berpangkat berdasarkan kerangka teori APOS bagi siswa kelas X Administrasi Perkantoran III SMK Negeri 1 tahun ajaran 2016/2017 Salatiga. Instrumen dalam penelitian ini berupa 7 soal tes uraian yaitu terdiri dari 4 soal uraian bilangan berpangkat yaitu soal nomor 1 sampai nomor 4 sedangkan 3 soal uraian sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat yaitu soal nomor 5 sampai nomor 7. Subjek juga diwawancarai untuk menggali pemahaman subjek tentang jawaban-jawaban yang sudah dituliskan subjek pada lembar jawab siswa. Kisi-kisi instrumen pemahaman siswa tentang bilangan berpangkat berdasarkan kerangka teori APOS dapat dilihat sebagai berikut.

12 Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Siswa tentang Bilangan Berpangkat Berdasarkan Kerangka Teori APOS. Topik Bilangan Berpangkat Kerangka Teori APOS Aksi Proses Objek Skema Indikator Siswa dapat: Membedakan suatu bilangan berpangkat positif dengan bilangan lainnya (bilangan berpangkat negatif, bilangan berpangkat nol, serta bilangan berpangkat pecahan) dengan memperhatikan bentuk dari beberapa pemangkatan dari suatu bilangan berpangkat. Menyatakan perbedaan bentuk bilangan berpangkat antara bilangan berpangkat positif dengan bilangan berpangkat lainnya (bilangan berpangkat negatif, bilangan berpangkat nol, serta bilangan berpangkat pecahan). Siswa dapat menjelaskan cara menentukan nilai pemangkatan tertentu dari suatu bilangan berpangkat positif, bilangan berpangkat negatif, bilangan berpangkat nol, serta bilangan berpangkat pecahan. Siswa dapat menyatakan contoh suatu bilangan berpangkat positif, bilangan berpangkat negatif, bilangan berpangkat pecahan, bilangan berpangkat nol Siswa dapat: Menghubungkan aksi, proses, objek, bilangan berpangkat dengan objek matematika lainnya yaitu bentuk akar. Menentukan bilangan tertentu (nilai ) dari suatu hasil pemangkatan bilangan dengan menghubungkan aksi, proses, objek dari bilangan berpangkat. Butir soal a 3b 4 Sifat-Sifat Pengoperasian Bilangan Berpangkat Aksi Proses Objek Siswa dapat: Membedakan sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat seperti sifat perkalian bilangan berpangkat yang bilangan pokoknya sama, sifat pembagian bilangan berpangkat yang bilangan pokoknya sama, sifat pemangkatan bilangan berpangkat, sifat pemangkatan dari perkalian dua bilangan, sifat pemangkatan dari pembagian dua bilangan. Menyatakan perbedaan sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat antara sifat perkalian bilangan berpangkat yang bilangan pokoknya sama dengan sifat bilangan berpangkat lainnya (sifat pembagian bilangan berpangkat yang bilangan pokoknya sama, sifat pemangkatan bilangan berpangkat, sifat pemangkatan dari perkalian dua bilangan, sifat pemangkatan dari pembagian dua bilangan). Siswa dapat menjelaskan cara menentukan nilai pemangkatan tertentu dari suatu sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat. Siswa dapat: Menyatakan sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat. Menyatakan contoh suatu sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat. 5a 5a 5b 6a 6a Skema Siswa dapat: Menghubungkan aksi, proses, objek, bilangan berpangkat dengan objek matematika lainnya yaitu bentuk akar. Menentukan sifat-sifat pengoperasian bilangan tertentu dengan menghubungkan aksi, proses, objek, dan skema dari suatu bilangan berpangkat. 6b dan 6c 7

13 Data tersebut kemudian dianalisis mengunakan alur analisis data yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992) dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) menelaah terlebih dahulu semua data yang terkumpul dan sumber data yang hasilnya berupa deskripsi data meliputi hasil tes tertulis dan hasil wawancara, (2) membuat klarifikasi dari hasil tes tertulis menurut konstruksi mental tertentu siswa dalam menyelesaikan soal tes tertulis dari kerangka kerja teori APOS, (3) menstranskipkan data hasil wawancara yang dibuat menurut urutan pemahaman siswa tentang bilangan berpangkat berdasarkan kerangka kerja teori APOS, kemudian (4) menarik kesimpulan data dan sumber data yang sudah diklarifikasi dan ditranskipkan pada penyajian data. Adapun tahap-tahap pelaksanaan penelitian yang dilakukan yaitu (1) peneliti terlibat secara langsung melihat lokasi/latar subjek, (2) peneliti menyiapkan soal uraian tes tertulis pemahaman siswa pada materi bilangan berpangkat berdasarkan kerangka teori APOS, (3) peneliti memberikan waktu 90 menit kepada siswa yang terpilih untuk menyelesaikan tes tertulis berupa soal uraian, (4) peneliti memeriksa hasil pekerjaan siswa, (5) peneliti akan melakukan wawancara kepada siswa yang terpilih dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan jawaban tes tertulis siswa, (6) peneliti kemudian mengumpulkan data dan sumber data sehingga data dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan sesuai perolehan hasil data tes tertulis dan wawancara siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Salatiga. Peneliti mengadakan pertemuan dengan guru matematika kelas X, setelah itu melakukan wawancara dengan guru matematika. Guru yang mengajar matematika di kelas X menyarankan mengambil Kelas X Administrasi Perkantoran III SMK Negeri 1 Salatiga, dari penjelasan guru matematika tersebut, peneliti hanya mengambil satu kelas yaitu kelas X Administrasi Perkantoran III yang terdiri dari 32 siswa kemudian diambil 2 siswa sebagai subjek penelitian secara acak. Siswa yang pertama berinisial ACD, siswa yang kedua berinisial FKD. Berdasarkan 7 soal tes uraian yaitu terdiri dari 4 soal uraian bilangan berpangkat (soal nomor 1 sampai nomor 4) dan 3 soal uraian sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat (soal nomor 5 sampai nomor 7) serta hasil wawancara, maka ditemukan pemahaman siswa tentang bilangan berpangkat (bilangan berpangkat dan sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat) menurut teori APOS adalah umumnya pemahaman siswa terhadap topik bilangan berpangkat berada pada tahap objek sedangkan topik sifat-sifat bilangan berpangkat berada pada tahap proses, siswa sudah mengetahui adanya hubungan yang berkaitan erat dengan bentuk akar namun belum dapat menjelaskan pendapatnya dengan baik.

14 Kemampuan siswa menyelesaikan soal pemahaman terhadap konsep bilangan berpangkat, ada empat tahap tertentu menurut teori APOS yaitu aksi, proses, objek dan skema terhadap topik bilangan berpangkat dan topik sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat. 1. Tahap Aksi Penyelesaian pada soal nomor 1a pada topik bilangan berpangkat diketahui bahwa,,,,... merupakan bilangan berpangkat yang pangkatnya positif sedangkan pada soal nomor 1b diketahui bahwa,,,,... merupakan bilangan berpangkat yang pangkatnya negatif. Dilihat dari penyelesaiannya, subjek mampu memahami apa yang sudah diketahui dalam soal nomor 1a dan 1b dengan memperhatikan kumpulan bilangan berpangkat yang bilangan pokoknya sama namun bilangan pangkatnya berbeda. Oleh karena itu subjek dengan mudah mengetahui adanya perbedaan pangkat pada soal 1a dan 1b. Pemahaman berdasarkan teori APOS pada tahap aksi, penyelesaian dengan pemahaman yang diketahuinya, subjek dapat melakukan penyelesaian pada soal nomor 1a dan 1b dengan langkah hanya melihat perbedaan pangkatnya saja dan menyatakan perbedaan pangkat suatu bilangan berpangkat dengan pangkat suatu bilangan berpangkat lainnya. Hasil yang diperoleh dari kedua subjek menunjukkan bahwa subjek ACD dan FKD mampu memahami dan melakukan penyelesaian soal nomor 1 seperti pada Gambar 1. a) Subjek ACD b) Subjek FKD Gambar 1. Pemahaman pada Tahap Aksi Soal Nomor 1a dan 1b Soal nomor 5 pada topik sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat diketahui bahwa Perhatikan operasi dari bilangan berikut! Bagian pertama yaitu ; bagian kedua yaitu ; bagian ketiga yaitu. Soal nomor 5a diketahui bahwa Sebutkan sifat-sifat operasi bilangan berpangkat tersebut!. Langkah penyelesaiannya, subyek terlebih dahulu mengetahui perbedaan sifat-sifat operasi bilangan berpangkat. Penyelesaian soal nomor 5a bagian pertama yaitu termasuk sifat operasi perkalian bilangan berpangkat yang bilangan pokoknya sama; bagian kedua yaitu termasuk sifat operasi pembagian bilangan berpangkat yang bilangan pokoknya sama; dan bagian ketiga adalah termasuk sifat operasi pemangkatan bilangan berpangkat. Subjek ACD dan FKD bisa melihat

15 perbedaan sifat-sifat pengoperasi bilangan berpangkat namun belum mampu menyatakan perbedaan sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat terhadap apa yang sudah diketahui dalam soal nomor 5a. Pemahaman berdasarkan teori APOS pada tahap aksi, penyelesaian dengan pemahaman yang diketahuinya, subjek dapat melakukan penyelesaian pada soal nomor 5a dengan langkah hanya melihat perbedaan sifat-sifat pengoperasi bilangan berpangkat dan dapat menyatakan perbedaan sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat antara sifat perkalian bilangan berpangkat yang bilangan pokoknya sama, sifat pembagian bilangan berpangkat yang bilangan pokoknya sama, sifat pemangkatan bilangan berpangkat, sifat pemangkatan dari perkalian dua bilangan, dan sifat pemangkatan dari pembagian dua bilangan. Pemahaman konsep subyek pada tahap aksi ini belum dipahami subjek ACD dan FKD dengan benar. Subjek ACD dan FKD mengaku hanya dapat melihat perbedaan sifat-sifat pengoperasian melalui penghafalan rumus sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat yang telah diajarkan guru matematika subjek ACD dan FKD belum bisa menyatakan perbedaan sifatsifat pengoperasian bilangan berpangkat. Kedua subjek bisa menuliskan jawaban setelah peneliti memberitahu maksud soal nomor 5a pada saat diwawancara seperti pada Gambar 2. a) Subjek ACD 2. Tahap Proses b) Subjek FKD Gambar 2. Pemahaman pada Tahap Aksi Soal Nomor 5a Soal nomor 2a pada topik bilangan berpangkat diketahui nomor 2b diketahui sedangkan pada soal Langkah penyelesaiannya, subjek terlebih dahulu memahami definisi dari bilangan berpangkat tersebut kemudian subjek mengetahui adanya perbedaan pangkat dari suatu bilangan berpangkat yang telah diketahui pada soal nomor 2a dan 2b agar subjek dapat menentukan nilai pemangkatan. Subjek mengetahui bahwa definisi dari bilangan berpangkat adalah perkalian suatu bilangan dengan dirinya sendiri sebanyak sebagai pangkat. Penyelesaian soal nomor 2a diketahui faktor, merupakan bilangan berpangkat positif dan dapat langsung diselesaikan dengan definisi perkalian 5 dengan dirinya sendiri sebanyak 2 faktor sehingga diperoleh. Adapun penyelesaian soal nomor 2b

16 diketahui merupakan bilangan berpangkat pecahan. Namun ada cara-cara tersendiri untuk menyelesaikan soal bilangan berpangkat pecahan yaitu mengubahnya dalam operasi akar atau mengubah bilangan pokok menjadi bilangan yang berpangkat sama dengan penyebut pada pangkat pecahan. Pada penyelesaian soal 2b subjek menggunakan cara mengubah bilangan pokok menjadi bilangan yang berpangkat sama dengan penyebut. bilangan pokoknya 4 diubah menjadi bilangan yang berpangkat sama dengan penyebutnya 2 dari pangkat pecahan yaitu kemudian subjek mengalikan pangkatnya saja maka hasilnya dengan definisi perkalian 2 dengan dirinya sendiri sebanyak 3 faktor sehingga diperoleh. Pemahaman berdasarkan teori APOS pada tahap proses ini subjek ACD dan FKD dapat menyelesaikan soal nomor 2a dan 2b seperti pada Gambar 3 dalam tahap proses sesuai dengan pemahaman konsep yang dimilikinya. Subjek dapat menuliskan cara menentukan nilai pemangkatan tertentu dari suatu bilangan berpangkat positif dan bilangan berpangkat pecahan. a) Subjek ACD b) Subjek FKD Gambar 3. Pemahaman pada Tahap Proses Soal Nomor 2a dan 2b Soal nomor 5b pada topik sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat digunakan untuk mengetahui apakah subjek berada pada pemahaman tahap proses. Soal nomor 5b membutuhkan pemahaman dari kedua subjek ACD dan FKD dalam menginteriosasikan kemampuan menjadi suatu proses dengan menjelaskan cara bagaimana subjek menentukan hasil penyelesaian sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat. Penyelesaian soal nomor 5a diketahui: bagian pertama yaitu bilangan pokoknya sama. Langkah penyelesaiannya, merupakan sifat perkalian bilangan berpangkat yang subyek dapat secara langsung menuliskan definisi dari bilangan berpangkat dari dan. Definisi bilangan berpangkat adalah perkalian bilangan 2 dengan dirinya sendiri sebanyak 5 faktor ( sedangkan definisi bilangan berpangkat adalah perkalian bilangan 2 dengan dirinya sendiri sebanyak 2 faktor ( sehingga dapat dituliskan sesuai definisinya dan sifat pengoperasiannya perkalian maka kemudian dapat dilihat bahwa hasilnya menjadi perkalian bilangan 2 dengan dirinya sendiri sebanyak 7 faktor

17 sehingga dapat diperoleh. Bagian kedua yaitu merupakan sifat pembagian bilangan berpangkat yang bilangan pokoknya sama. Langkah penyelesaiannya, subyek dapat secara langsung menuliskan definisi dari bilangan berpangkat dan. Definisi bilangan berpangkat adalah perkalian bilangan 2 dengan dirinya sendiri sebanyak 5 faktor ( sedangkan definisi bilangan berpangkat adalah perkalian bilangan 2 dengan dirinya sendiri sebanyak 2 faktor ( sehingga dapat dituliskan sesuai definisinya dan sifat pengoperasiannya pembagian maka kemudian dapat dilihat bahwa hasilnya menjadi perkalian bilangan 2 dengan dirinya sendiri sebanyak 3 faktor sehingga dapat diperoleh. Bagian ketiga yaitu merupakan pemangkatan bilangan berpangkat. Langkah penyelesaiannya, subyek dapat secara langsung menuliskan definisi dari bilangan berpangkat. Definisi bilangan berpangkat adalah perkalian bilangan 2 dengan dirinya sendiri sebanyak 5 faktor ( kemudian dipangkatkan kembali sebanyak 2 faktor kemudian dapat dilihat hasilnya menjadi perkalian 2 dengan dirinya sendiri sebanyak 10 faktor ( sehingga diperoleh. Pemahaman berdasarkan teori APOS pada tahap proses pada soal nomor 5b terdapat subjek ACD dan FKD memiliki penyelesaian yang sama pada tahap proses karena kedua subjek terlebih dahulu memahami bahwa soal nomor 5b seperti pada Gambar 4 dapat dikerjakan dengan mengunakan rumus yang telah diajarkan guru matematika namun pada tahap proses subjek ACD dan FKD belum mampu membuktikan rumus sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat tersebut. 3. Tahap Objek a) Subjek ACD b) Subjek FKD Gambar 4. Pemahaman pada Tahap Proses Soal Nomor 5b Soal nomor 3 terdiri dari 2 tipe soal yaitu 3a dan 3b. Penyelesaian soal nomor 3 membutuhkan kemampuan melakukan pemahaman tahap aksi atas tahap objek. Tahap objek ini, subjek terlebih dahulu memahami perbedaan pangkat dari suatu bilangan berpangkat dan menuliskan cara menentukan nilai pemangkatan sehingga subjek dapat menyatakan contoh suatu bilangan berpangkat serta dapat memberikan penjelasan. Soal nomor 3a digunakan

18 untuk mengetahui apakah subjek mampu menyatakan contoh suatu bilangan berpangkat dan subyek telah menjadi suatu objek dalam diri subjek karena subjek akan melakukan pembuktian dalam menyelesaikan permasalahannya. Oleh karena itu, pemahaman pada tahap objek diperlukan penyelesaian dengan baik untuk menyelesaikan soal nomor 3a, yaitu apabila bilangan berpangkat telah menjadi objek dan dapat dibandingkan dengan objek lainnya. Soal nomor 3a diketahui Berikan masing-masing 1 contoh bilangan berpangkat yang termasuk bilangan berpangkat positif, bilangan berpangkat negatif, bilangan berpangkat nol, bilangan berpangkat pecahan?. Langkah penyelesaiannya, subjek terlebih dahulu mengetahui adanya perbedaan pangkat dari suatu bilangan berpangkat sehingga subjek dapat memberikan masing-masing contoh bilangan berpangkat. Pemahaman tahap objek berdasarkan teori APOS, subjek telah memahami dan melihat dari soal-soal sebelumnya sebagai contoh untuk menyatakan contoh suatu bilangan berpangkat sebagai langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan soal 3a seperti pada Gambar 5. a) Subjek ACD b) Subjek FKD Gambar 5. Pemahaman pada Tahap Objek Soal Nomor 3a Soal nomor 6 pada topik sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat terdiri dari 3 tipe soal yaitu 6a, 6b, 6c. Penyelesaian soal nomor 6a membutuhkan kemampuan melakukan pemahaman tahap aksi atas tahap objek. Tahap objek ini, subjek harus memahami terlebih dahulu sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat sehingga subyek dapat menyatakan dan memberikan contoh sifat-sifat bilangan berpangkat tersebut. Soal nomor 6a akan membuktikan apakah subjek mampu menyatakan dan memberikan contoh sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat. Oleh karena itu, pemahaman pada tahap objek diperlukan penyelesaian dengan baik untuk menyelesaikan soal nomor 6a, yaitu apabila sifatsifat pengoperasian bilangan berpangkat telah menjadi suatu objek dalam diri subyek, maka objek tersebut dapat dibandingkan dengan objek lainnya. Soal nomor 6a diketahui Tuliskan sifat-sifat operasi bilangan berpangkat yang kamu ketahui dan berilah masing-masing 1 contoh!. Pada soal nomor 6a, subjek ACD dan FKD belum mampu menyatakan sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat namun subjek dapat memberikan contoh sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat karena kedua subjek hanya mengandalkan hafalan rumus sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat.

19 Berdasarkan teori APOS pada tahap objek ini terhadap kedua subjek ACD dan FKD menunjukkan subjek belum memahami dari soal sebelumnya (soal nomor 5) dalam menyatakan sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat namun subjek dapat memberikan contoh sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat sebagai langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan soal 6a seperti pada Gambar 6. Tahap objek terhadap kedua subjek ACD dan FKD, subjek belum mencapai tahap aksi atas objek serta belum mampu menyatakan tentang sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat. 4. Tahap Skema a) Subjek ACD b) Subjek FKD Gambar 6. Pemahaman pada Tahap Objek Soal Nomor 6a Soal nomor 3b dan soal nomor 4 pada topik bilangan berpangkat membutuhkan pemahaman tahap skema berdasarkan teori APOS. Soal nomor 3b dan soal nomor 4 melibatkan bentuk akar dan menentukan bilangan tertentu (nilai ) dari suatu hasil pemangkatan bilangan untuk memecahkan masalah. Subjek harus mampu menghubungkan aksi, proses, dan objek yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan berpangkat. Subjek juga harus mampu mengkaitkan konsep bilangan berpangkat dengan konsep-konsep yang lainnya. Soal nomor 3b bilangan berpangkat erat kaitannya dengan permasalah bentuk akar sedangkan soal nomor 4 subjek menentukan bilangan tertentu dari suatu persamaan (menentukan nilai objek, skema dari bilangan berpangkat. ) dengan menghubungkan aksi, proses, Soal 3b diketahui Apakah bilangan berpangkat sangat erat kaitannya dengan bentuk akar? Jelaskan Pendapatmu!. Langkah yang harus dilakukan adalah memahami hubungan antara bilangan berpangkat dengan bentuk akar karena bilangan berpangkat sangat erat kaitannya dengan bentuk akar, suatu bilangan berpangkat jika ditentukan nilai pemangkatan tertentu dari suatu bilangan berpangkat maka hasil nilai pemangkatan tersebut dapat diubah ke dalam bentuk akar dan begitupun sebaliknya kemudian jika suatu bilangan berpangkat pecahan juga dapat diubah ke dalam bentuk akar. Subjek ACD dan FKD pada soal 3b sama-sama menuliskan jawaban bilangan berpangkat sangat berkaitan erat dengan bentuk akar. Namun kedua subjek memiliki pendapat yang berbeda. Subjek ACD berpendapat hubungan bilangan berpangkat sangat erat dengan bentuk akar karena bilangan berpangkat merupakan satu unsur dengan bentuk akar

20 dan saling melengkapi satu sama lain untuk mencari jawaban. Subjek FKD berpendapat bilangan berpangkat sangat erat kaitannya dengan bentuk akar karena bilangan berpangkat nanti hasilnya akan memerlukan bentuk akar supaya menentukan jawaban. Kedua subjek mengaku sudah memahami bilangan pangkat dan bentuk akar akan tetapi setelah ditanyakan alasannya, kedua subjek masih bingung untuk mengungkapkan pendapatnya mengenai hubungan bilangan berpangkat dengan bentuk akar. Subjek ACD menjelaskan hubungan bilangan berpangkat dengan bilangan bentuk akar yang nantinya bilangan berpangkat kalau ada hasilnya tinggal diakar. Subjek ACD juga memberi contoh jika diakarkan untuk membuktikan bilangan berpangkat sangat erat kaitannya dengan bentuk akar namun subjek ACD belum mampu memberikan contoh bilangan berpangkat pecahan yang diubah ke bentuk akar. Adapun subjek FKD menjelaskan alasan hubungan bilangan berpangkat dengan bentuk akar yaitu bilangan berpangkat itu bisa dijadikan ke dalam bentuk akar. Subjek FKD memberi contoh, jika diakarkan. Selain itu, subjek FKD mampu memberikan contoh bilangan berpangkat yang pangkatnya pecahan yang dapat diubah ke bentuk pecahan yaitu diubah ke dalam bentuk akar. a) Subjek ACD b) Subjek FKD Gambar 7. Pemahaman pada Tahap Skema Soal Nomor 3b Soal nomor 4 pada topik bilangan berpangkat subjek ACD dan FKD melakukan penyelesaian yang sama dalam menentukan nilai dari suatu hasil pemangkatan bilangan. Subjek ACD dan FKD menyederhanakan terlebih dahulu kedua ruas bilangan pokok sehingga kedua ruas bilangan pokoknya sama yaitu 25 dan, disederhanakan menjadi (bilangan berpangkat positif) sedangkan disederhanakan menjadi (bilangan berpangkat negatif) setelah kedua ruas bilangan pokoknya sama subjek ACD dan FKD menentukan nilai nilai dengan menghitung pangkatnya saja kemudian lalu menjadi sehingga dengan hasil maka diperoleh. Berdasarkan teori APOS pada tahap skema diperoleh kesimpulan, pada soal nomor 4 seperti pada Gambar 8 yaitu untuk menentukan nilai dari suatu hasil pemangkatan bilangan dengan menghubungkan aksi, proses, objek sehingga membentuk skema lainnya

21 a) Subjek ACD b) Subjek FKD Gambar 8. Pemahaman pada Tahap Skema Soal Nomor 4 Soal nomor 6b, 6c dan 7 pada topik sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat membutuhkan pemahaman tahap skema berdasarkan teori APOS. Soal nomor 6b dan 6c melibatkan bentuk akar sedangkan nomor 7 menentukan bilangan tertentu (nilai ) dari suatu hasil pemangkatan bilangan untuk memecahkan masalah. Soal 6b dan 6c subjek harus mampu menghubungkan aksi, proses, dan objek yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat. Subjek juga harus mampu mengkaitkan konsep bilangan berpangkat dengan konsep-konsep sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat serta konsep bentuk akar. Adapun soal nomor 7 subjek mampu menentukan sifat-sifat pengoperasian bilangan tertentu dengan menghubungkan aksi, proses, objek dan skema dari suatu bilangan berpangkat. Soal 6b diketahui Dapatkah dinyatakan ke dalam bentuk akar. Langkah penyelesaiannya, subjek terlebih dahulu memahami definisi dari bentuk akar, menyelesaikan perkalian yang terdapat dalam kurung kemudian mengubahnya dalam bentuk akar. Definisi bentuk akar adalah penyebutan untuk bilangan berakar yang hasil akarnya merupakan bilangan irrasional. (hasilnya berbentuk bilangan berpangkat pecahan) kemudian diubah ke dalam bentuk akar sehingga menjadi. merupakan bilangan irrasional sehingga penyelesaiannya dapat dinyatakan dalam bentuk akar.subjek ACD dan FKD pada soal nomor 6b seperti pada Gambar 9, subjek sama-sama belum memahami soal sehingga subjek tidak dapat menentukan soal nomor 6b ke dalam bentuk akar.

22 a) Subjek ACD b) Subjek FKD Gambar 9. Pemahaman pada Tahap Skema Soal Nomor 6b Soal nomor 6c diketahui Apakah sifat-sifat operasi bilangan berpangkat sangat erat kaitannya dengan bentuk akar? Jelaskan pendapatmu! Langkah penyelesaiannya adalah memahami hubungan antara sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat dengan bentuk akar karena sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat sangat erat kaitannya dengan bentuk akar, bentuk akar dapat disederhanakan menjadi perkalian dua buahh akar pangkat bilangan dengan salah satu akar memenuhi definisi jika dan jika jika kemudian juga dapat mengubah bilangan berpangkat pecahan ke dalam bentuk akar dengan bilangan bulat tidak negatif dengan syarat tidak ada bilangan yang hasil kuadratnya sama dengan dan sebaliknya. b) Subjek FKD a) Subjek ACD Gambar 10. Pemahaman Subjek pada tahap skema soal nomor 6c Subjek ACD dan FKD pada soal nomor 6c seperti pada Gambar 10, subjek sama-sama menjawab sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat sangat berkaitan erat dengan bentuk akar, namun kedua subjek memiliki alasan yang berbeda untuk mengungkapkan pendapatnya. Subjek ACD berpendapat sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat sangat erat kaitannya dengan bentuk akar karena menyelesaikan bilangan berpangkat diubah ke dalam bentuk akar supaya mudah dalam menyelesaikannya. Subjek FKD berpendapat sifat-sifat operasi bilangan berpangkat sangat erat kaitannya dengan bentuk akar karena bilangan berpangkat nanti hasilnya akan memerlukan bentuk akar supaya menemukan jawabannya. Dari pendapat kedua subjek tersebut, kedua subjek belum memahami sifat-sifat operasi bilangan berpangkat dan bentuk akar sehingga subjek tidak dapat menjelaskan pendapatnya dengan benar pada soal nomor 6c yang telah diketahui. Soal nomor 7 diketahui Tentukan nilai dari jika!. Langkah penyelesaianya sebagai langkah awal, subjek memasukan nilai yang telah diketahui menjadi, setelah itu menyelesaikan bilangan berpangkat yang terdapat

23 dalam kurung kemudian menyelesaikan pengurangan sehingga diperoleh. a) Subjek ACD b) Subjek FKD Gambar 11. Pemahaman Subjek pada tahap skema soal nomor 7 Subyek ACD dan FKD pada soal nomor 7 seperti pada Gambar 11, subjek telah memahami soal dalam menentukan sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat. Subjek FKD melakukan kesalahan dalam melakukan perhitungan. Subyek FKD memasukan nilai yang telah diketahui pada soal nomor 7 jika,,, sehingga subjek FKD menyelesaikan bilangan berpangkat yang terdapat di dalam kurung kemudian menyelesaikan pengurangan yang ada di dalam kurung dan diperoleh, namun subjek FKD melakukan kesalahan dalam menyederhanakan bilangan pecahan sehingga diperoleh. Berbeda dengan subjek ACD menyederhanakan bilangan berpangkat dengan benar sehingga diperoleh. Pemahaman berdasarkan teori APOS dalam tahap skema, kesimpulan analisis yang dicapai pada soal nomor 7 untuk menentukan sifat-sifat pengoperasian bilangan tertentu. Kedua subjek ACD dan FKD sudah mencapai kemampuan pemahaman pada tahap skema. PENUTUP Pemahaman siswa kelas X Administrasi Perkantoran III SMK Negeri 1 Salatiga berdasarkan teori APOS pada topik bilangan berpangkat dan sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat bervariasi. Berdasarkan hasil penelitian ini, kedua siswa pada topik bilangan berpangkat sama-sama memiliki pemahaman pada tahap objek. Siswa yang memiliki pemahaman tahap aksi dapat membedakan suatu bilangan berpangkat positif dengan bilangan lainnya dan menyatakan perbedaan bentuk bilangan berpangkat. Siswa yang memiliki pemahaman tahap proses menjelaskan cara menentukan nilai pemangkatan tertentu

24 dari suatu bilangan berpangkat. Siswa yang memiliki pemahaman tahap objek menyatakan contoh suatu bentuk bilangan berpangkat. Topik sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat, kedua siswa sama-sama memiliki pemahaman pada tahap proses. Siswa yang memiliki pemahaman aksi membedakan sifatsifat pengoperasian bilangan berpangkat dan menyatakan perbedaan sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat. Siswa yang memiliki pemahaman pada tahap proses menjelaskan cara menentukan nilai pemangkatan tertentu dari suatu sifat-sifat pengoperasian bilangan berpangkat. DAFTAR PUSTAKA Aga Analisis Kesalahan Siswa Kelas X SMA 1 Islam Gamping Yogyakarta dalam Menyelesaikan Soal Matematika yang Berkaitan dengan Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar. Skripsi diterbitkan. Yogyakarta: FMIPA UNY Andriyani, Dewi Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Asiala, M., Cottril, J., Dubinsky, E., & Schwingendorf, K.E The Development of Students Graphical Understanding of the Derivative. Journal of Mathematical Behavior. Vol 16(4) pp Depdiknas Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi SMP. Jakarta: Depdiknas. Dubinsky, E. and Tall, D Adveced Mathematical Thinking and Computer. Dalam D. Tall (ed) Adveced Mathematical Thinking. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers. Hiebert, J. Carpenter, P Learning and Teaching with Understanding. Dalam Douglas A Growns (Ed.). Handbook of Research on Mathematics Teaching and Learning. New York: Mac millian Publising Company. Hudojo, Herman Mengajar Belajar Matematika. Surabaya: Usaha Nasional. Nurdin, Lasmi Analisis Pemahaman Siswa SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang Tentang Barisan dan Deret Berdasarkan Teori APOS. Thesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Miles, M.B & Huberman, A.M Analisis Data Kualitatif Terjemahan oleh Tjetjep R. Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Purwanto, M. N Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sanjaya, Wina Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA Sumarmo, U Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa SMA Dikaitkan dengan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: Pascasarjana IKIP Bandung. Suryadi, D Membangun Budaya baru dalam Berpikir Matematika. Bandung: Rizqi Press. (online). Matematika.Diakses 5 Juli 2016.

25 Virlianti, Y Analisis Pemahaman Konsep Siswa dalam Memecahkan Masalah kontekstual pada Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Realistik. Skripsi tidak diterbitkan. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UPI.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darsono (2000) menyatakan bahwa belajar matematika adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan

Lebih terperinci

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang Abstrak Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut hasil analisis dari subjek 1 dari soal nomor

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut hasil analisis dari subjek 1 dari soal nomor BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN a. Subjek 1 Berikut hasil analisis dari subjek 1 dari soal nomor 1) Biro pusat statistik memperkirakan bahwa angka kelahiran

Lebih terperinci

PROFIL PEMBENTUKAN SKEMA SISWA SD DALAM MEMECAHKAN MASALAH YANG TERKAIT DENGAN OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

PROFIL PEMBENTUKAN SKEMA SISWA SD DALAM MEMECAHKAN MASALAH YANG TERKAIT DENGAN OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA PROFIL PEMBENTUKAN SKEMA SISWA SD DALAM MEMECAHKAN MASALAH YANG TERKAIT DENGAN OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA Sardulo Gembong IKIP PGRI Madiun gembongretno2@gmail.com

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia Vol. 1 No. 2 Desember 2016

Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia Vol. 1 No. 2 Desember 2016 MENGGESER BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MODIFIKASI APOS (M-APOS) DI SMA NEGERI 2 BENGKULU SELATAN 1 Arpan 2 ABSTRAK Makalah ini menyajikan hasil penerapan model pembelajaran Modifikasi-APOS

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS JAWABAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG PECAHAN BENTUK ALJABAR BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

ANALISIS KUALITAS JAWABAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG PECAHAN BENTUK ALJABAR BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO ANALISIS KUALITAS JAWABAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG PECAHAN BENTUK ALJABAR BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO JURNAL Disusun untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Matematika bukan pelajaran yang hanya memberikan

Lebih terperinci

Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS

Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS Yerizon Jurusan Matematika FMIPA UNP Padang E-mail: yerizon@yahoo.com Abstrak. Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh

Lebih terperinci

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata Kunci : analisis, kesalahan, newman, soal cerita, bilangan bulat.

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata Kunci : analisis, kesalahan, newman, soal cerita, bilangan bulat. ANALISIS KESALAHAN SISWA MENURUT NEWMAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI OPERASI HITUNG PENGURANGAN BILANGAN BULAT KELAS VII B SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA Aditya Deddy Priyoko, Tri Nova Hasti Yunianta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika di perguruan tinggi membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika di perguruan tinggi membutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika di perguruan tinggi membutuhkan kemampuan kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi, tidak

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN LIMIT DENGAN TEORI APOS. Retno Marsitin Universitas Kanjuruhan Malang

MODUL PEMBELAJARAN LIMIT DENGAN TEORI APOS. Retno Marsitin Universitas Kanjuruhan Malang MODUL PEMBELAJARAN LIMIT DENGAN TEORI APOS Retno Marsitin Universitas Kanjuruhan Malang mars_retno@unikama.ac.id ABSTRAK. Pembelajaran APOS adalah pembelajaran dengan pendekatan aksi (action), proses (process),

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DENGAN PENDEKATAN CRA (Concrete Representational Abstract)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DENGAN PENDEKATAN CRA (Concrete Representational Abstract) MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DENGAN PENDEKATAN CRA (Concrete Representational Abstract) Janter Antonius Tambunan (8136172044/Sem III) Program Studi Pendidikan Matematika UNIMED Email: jantertambunan88@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari kemajuan teknologi komunikasi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Analisis Pemahaman Siswa Berkemamapuan Tinggi Berdasarkan Teori APOS

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Analisis Pemahaman Siswa Berkemamapuan Tinggi Berdasarkan Teori APOS BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Analisis Pemahaman Siswa Berkemamapuan Tinggi Berdasarkan Teori APOS Siswa berkemampuan tinggi sebagai subjek penelitian adalah ECN dan KAA. Subjek terpilih berdasarkan hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Terdapat dua kata berbeda dari istilah tersebut, yakni efektivitas dan pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

Lebih terperinci

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP DI KOTA BANDUNG DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATIONS PADA SISWA SMP DI KOTA BANDUNG Siti Chotimah chotie_pis@yahoo.com Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari siswa di sekolah. Proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar apabila dilakukan

Lebih terperinci

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah Suska Journal of Mathematics Education (p-issn: 2477-4758 e-issn: 2540-9670) Vol. 2, No. 2, 2016, Hal. 97 102 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah Mikrayanti

Lebih terperinci

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP Anggun Rizky Putri Ulandari, Bambang Hudiono, Bistari Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI TIPE SOAL OPEN- ENDED PADA MATERI PECAHAN

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI TIPE SOAL OPEN- ENDED PADA MATERI PECAHAN DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI TIPE SOAL OPEN- ENDED PADA MATERI PECAHAN Yoseffin Dhian Crismasanti 202013018@student.uksw.edu Program

Lebih terperinci

SKIM PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT OLEH SISWA SD JURNAL. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana

SKIM PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT OLEH SISWA SD JURNAL. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana SKIM PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT OLEH SISWA SD JURNAL Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana Program Studi S1 Pendidikan Matematika Disusun Oleh Ayu Ostyaningsih 202013020 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.150 PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT Nurul Afifah Rusyda 1), Dwi

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN SISWA SMK CITRA MEDIKA SUKOHARJO DALAM MENYELESAIKAN SOAL BENTUK AKAR DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

ANALISIS KESULITAN SISWA SMK CITRA MEDIKA SUKOHARJO DALAM MENYELESAIKAN SOAL BENTUK AKAR DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA ANALISIS KESULITAN SISWA SMK CITRA MEDIKA SUKOHARJO DALAM MENYELESAIKAN SOAL BENTUK AKAR DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA Dyah Ayu Sulistyarini Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret rinidyahayu@gmail.com

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SDN SIDOREJO LOR 03 SALATIGA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN. Abstrak

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SDN SIDOREJO LOR 03 SALATIGA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN. Abstrak PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SDN SIDOREJO LOR 03 SALATIGA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN Mawar Kelana, Tri Nova Hasti Yunianta, Novisita Ratu Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

JURNAL ANALISIS KESALAHAN PROSEDURAL SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL BENTUK AKAR KELAS X SMK TI PELITA NUSANTARA TAHUN AJARAN 2016/2017

JURNAL ANALISIS KESALAHAN PROSEDURAL SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL BENTUK AKAR KELAS X SMK TI PELITA NUSANTARA TAHUN AJARAN 2016/2017 JURNAL ANALISIS KESALAHAN PROSEDURAL SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL BENTUK AKAR KELAS X SMK TI PELITA NUSANTARA TAHUN AJARAN 2016/2017 AN ANALYSIS OF STUDENTS PROCEDURAL ERROR IN PROBLEM SOLVING OF ROOT

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE JURNAL Disusun untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kemampuan untuk memperoleh informasi, memilih informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kemampuan untuk memperoleh informasi, memilih informasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa berkaitan erat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa tersebut. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang sangat berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu matematika dipelajari pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi belajar mengajar yang baik adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan

Lebih terperinci

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel 41 Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel Meilantifa Email : meilantifa@gmail.com Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Bahasa dan Sains Universitas Wijaya Kusuma

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DENGAN TIPE JIGSAW Cucu Komaryani

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peran yang sangat luas dalam kehidupan. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilihat adalah kegiatan membilang yang merupakan kegiatan

Lebih terperinci

Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing

Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing Abdussakir 13 Februari 2009 A. Belajar Matematika dengan Pemahaman Menurut Hudojo (1990:5), dalam proses belajar matematika terjadi juga proses berpikir, sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berpikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup

Lebih terperinci

ANALISIS PEMAHAMAN SISWA TENTANG BARISAN BERDASARKAN TEORI APOS(Action, Processe, Object, and Shceme)

ANALISIS PEMAHAMAN SISWA TENTANG BARISAN BERDASARKAN TEORI APOS(Action, Processe, Object, and Shceme) ANALISIS PEMAHAMAN SISWA TENTANG BARISAN BERDASARKAN TEORI APOS(Action, Processe, Object, and Shceme) Lasmi Nurdin Abstrak. Tulisan ini memaparkan tentang tingkat pemahaman siswa tentang barisan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu bangsa. Penduduk yang banyak tidak akan menjadi beban suatu negara apabila berkualitas, terlebih

Lebih terperinci

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KEONG UNTUK MENGOPTIMALKAN PENGUASAAN KONSEP BILANGAN IRRASIONAL MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BENGKULU NURUL ASTUTY YENSY.B Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC TERINTEGRASI PADA MODEL PROBLEM SOLVING

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC TERINTEGRASI PADA MODEL PROBLEM SOLVING PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC TERINTEGRASI PADA MODEL PROBLEM SOLVING Danang Aji Sulistyono 1, Dra. Sri Sutarni, M.Pd 2 1 Mahasiswa Pendidikan Matematika UMS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika juga dapat menjadikan siswa menjadi manusia

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN Analisis Kesalahan Menyelesaikan... (Puspita Rahayuningsih&Abdul Qohar) 109 ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat membuat setiap orang dapat mengakses segala bentuk informasi yang positif maupun negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah adalah mata pelajaran matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena dengan matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mananggulangi masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hayat

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mananggulangi masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hayat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah suatu proses terus menerus manusia untuk mananggulangi masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hayat karena itu siswa

Lebih terperinci

Kata kunci : konsep, pemahaman konsep, segitiga.

Kata kunci : konsep, pemahaman konsep, segitiga. KONSEPSI SISWA SMP PANGUDI LUHUR AMBARAWA TERHADAP LUAS SEGITIGA Yolanda Leonino, Tri Nova Hasti Yunianta, M.Pd., Novisita Ratu, S.Si., M.Pd. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Kristen Satya

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA Oleh Sendi Ramdhani Universitas Suryakancana Cianjur e-mail:sendiramdhani@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu pengetahuan universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memiliki peranan penting yang dapat diterapkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Globalisasi dapat mengakibatkan restrukturisasi dunia. Proses ini disertai banjirnya informasi yang melanda dunia dan berdampak terhadap kehidupan nyata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika merupakan salah satu unsur penting dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. Matematika mempunyai andil dalam mengembangkan bidang

Lebih terperinci

2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD

2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya paradigma negatif bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, membingungkan, bahkan terkadang menakutkan masih menjadi polemik panjang hingga saat ini, sehingga

Lebih terperinci

Pi: Mathematics Education Journal 34

Pi: Mathematics Education Journal  34 ANALISIS KESALAHAN KONSEP MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL TRIGONOMETRI KELAS X TKJ SMKN 1 GEMPOL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Tifaniar Andriani 1, Ketut Suastika 2, Nyamik Rahayu Sesanti 3 1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya dan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, sehingga manusia mampu untuk menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan: (a) latar belakang, (b) fokus penelitian, (c)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan: (a) latar belakang, (b) fokus penelitian, (c) 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan: (a) latar belakang, (b) fokus penelitian, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) penegasan istilah, dan (f) sistematika penulisan skripsi. A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai ke tingkat pendidikan tinggi. Matematika mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembelajaran matematika seperti yang tercantum dalam peraturan menteri pendidikan nasional nomor 59 tahun 2014 yang mengungkapkan bahwa mata pelajaran matematika

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MAHASISWA

KEEFEKTIFAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MAHASISWA Pedagogy Volume 1 Nomor 2 ISSN 2502-3802 KEEFEKTIFAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MAHASISWA Muhammad Ilyas 1, Fahrul Basir 2

Lebih terperinci

Karakteristik Pemahaman Siswa dalam Memecahkan Masalah Limas Ditinjau dari Kecerdasan Visual-Spasial

Karakteristik Pemahaman Siswa dalam Memecahkan Masalah Limas Ditinjau dari Kecerdasan Visual-Spasial SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 PM 80 Karakteristik Pemahaman Siswa dalam Memecahkan Masalah Limas Ditinjau dari Kecerdasan VisualSpasial Wasilatul Murtafiah, Ika Krisdiana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah agar peserta didik memiliki

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) KELAS VIII SMP NEGERI 1 BILUHU

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) KELAS VIII SMP NEGERI 1 BILUHU MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) KELAS VIII SMP NEGERI 1 BILUHU Nur Ain Hasan, Abas Kaluku, Perry Zakaria JURUSAN PENDIDIKSN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu ilmu yang mendasari perkembangan kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu ilmu yang mendasari perkembangan kemajuan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan pintu gerbang dari ilmu pengetahuan. Matematika menjadi salah satu ilmu yang mendasari perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan secara sistematis,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA MOBIL MAINAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT

PENGGUNAAN MEDIA MOBIL MAINAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PENGGUNAAN MEDIA MOBIL MAINAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT Dyah Tri Wahyuningtyas Abstrak: Penggunaan Media Mobil Mainan untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sangat membantu mempermudah kegiatan dan keperluan kehidupan manusia. Namun manusia tidak bisa menipu diri

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU 1 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU Oleh: Adillah Harniati 1 Sehatta Saragih 2 Syarifah Nur Siregar 2 flo_anteredium@yahoo.com

Lebih terperinci

Kemampuan Komunikasi Dan Pemahaman Konsep Aljabar Linier Mahasiswa Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

Kemampuan Komunikasi Dan Pemahaman Konsep Aljabar Linier Mahasiswa Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Kemampuan Komunikasi Dan Pemahaman Konsep Aljabar Linier Mahasiswa Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Syelfia Dewimarni UPI YPTK Padang: Syelfia.dewimarni@gmail.com Submitted : 25-03-2017, Revised

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA Siti Imroatun, Sutriyono, Erlina Prihatnani Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA DALAM TEKNIK INTEGRASI SUBSTITUSI DAN PARSIAL SERTA ALTERNATIF PEMECAHANNYA

PROBLEMATIKA DALAM TEKNIK INTEGRASI SUBSTITUSI DAN PARSIAL SERTA ALTERNATIF PEMECAHANNYA PROBLEMATIKA DALAM TEKNIK INTEGRASI SUBSTITUSI DAN PARSIAL SERTA ALTERNATIF PEMECAHANNYA Kusnul Chotimah Dwi Sanhadi 1, Yoga Muhamad Muklis 1, Universitas Sebelas Maret 1 choosenewl@gmail.com, yogamuklis@gmail.com

Lebih terperinci

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT, KPK DAN FPB BAGI SISWA KELAS V SDN KESONGO 01 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT, KPK DAN FPB BAGI SISWA KELAS V SDN KESONGO 01 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT, KPK DAN FPB BAGI SISWA KELAS V SDN KESONGO 01 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG JURNAL Disusun untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, Teknologi dan Sains (IPTEKS) sangat pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari kemajuan teknologi komunikasi

Lebih terperinci

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com JMP Online Vol 1, No. 10, 995-1006. 2017 Kresna BIP. ISSN 2550-481 ANALISIS KELANCARAN PROSEDURAL SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA ZUHROTUNNISA AlphaMath DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs. NEGERI BOJONG PADA MATERI STATISTIKA Oleh: Zuhrotunnisa Guru Matematika MTs. Negeri Rakit 1 Banjarnegara cipits@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan matematika sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Siswa sebagai sumber daya manusia harus memiliki kemampuan

Lebih terperinci

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University 1 THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL WITH STRUCTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) APPROACH TO IMPROVE MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT IN CLASS VII 3 SMP NEGERI 16 SIJUNJUNG Nadhilah Andriani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran pandangan terhadap matematika akhir-akhir ini sudah hampir

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran pandangan terhadap matematika akhir-akhir ini sudah hampir 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergeseran pandangan terhadap matematika akhir-akhir ini sudah hampir terjadi di setiap negara, bahkan negara kita Indonesia. Dari pandangan awal bahwa matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya informasi yang disampaikan dalam bahasa matematika seperti tabel, grafik, diagram dan persamaan semakin menjadikan pembelajaran matematika sebagai suatu kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, ditambah dengan gencarnya arus informasi di era globalisasi ini, merupakan tantangan bagi masyarakat.

Lebih terperinci

A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD 8 BAB II KAJIAN TEORI A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD 1. Hakikat Pembelajaran Matematika di SD Belajar matematika merupakan konsep-konsep dan struktur abstrak yang terdapat dalam matematika serta mencari

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI ALJABAR BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SALATIGA

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI ALJABAR BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SALATIGA p-issn 2086-6356 e-issn 2614-3674 Vol. 9, No. 1, April 2018, Hal. 30-36 ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI ALJABAR BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SALATIGA Asri Dwi Kusumawati 1, Sutriyono

Lebih terperinci

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM - 104 Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA Samsul Feri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan peserta didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran matematika merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Gina Rosarina 1, Ali Sudin, Atep Sujana 3 123 Program

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMTIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SMP NEGERI 2 TELAGA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMTIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SMP NEGERI 2 TELAGA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMTIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SMP NEGERI 2 TELAGA Adiyatmo Djafar 1, Karim NakiI 2, Abdul Wahab Abdullah 3 Program Studi S1 Pendidikan Matematika 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa standar isi untuk SMA/MA/SMALB/Paket C, atau bentuk lain yang sederajat harus mengandung

Lebih terperinci

Mega Ristiana. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana

Mega Ristiana. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana STRATEGI PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL SISWA KELAS VII A SMP KRISTEN 02 SALATIGA Mega Ristiana Mega_ristiana@yahoo.com

Lebih terperinci

P 34 KEEFEKTIFAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH ANALISIS REAL I

P 34 KEEFEKTIFAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH ANALISIS REAL I P 34 KEEFEKTIFAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH ANALISIS REAL I Ety Septiati Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas PGRI Palembang

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Matematis

Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Matematis Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Matematis P 5 Asep Ikin Sugandi STKIP Siliwangi, Asepikinsugandi@yahoo.co.id Abstrak Artikel ini

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENERAPKAN ATURAN EKSPONEN

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENERAPKAN ATURAN EKSPONEN ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENERAPKAN ATURAN EKSPONEN Ristina Wahyuni, Subanji, Sisworo Universitas Negeri Malang aristina@smkn11malang.sch.id ABSTRAK : Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

STUDI KASUS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP

STUDI KASUS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP STUDI KASUS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP Cindy Indra Amirul Fiqri 1, Gatot Muhsetyo 2, Abd. Qohar 3 1 Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal. 97 DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Hamdan Sugilar Pendidikan matematika UIN Sunan Gunung Djati Bandung hamdansugilar@uinsgd,ac,id Dikirim: 28

Lebih terperinci

ABSTRAKSI REFLEKTIF DALAM BERFIKIR MATEMATIKA TINGKAT TINGGI

ABSTRAKSI REFLEKTIF DALAM BERFIKIR MATEMATIKA TINGKAT TINGGI ABSTRAKSI REFLEKTIF DALAM BERFIKIR MATEMATIKA TINGKAT TINGGI Oleh : Elah Nurlaelah Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1. Pendahuluan Tujuan penulisan makalah ini untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2): BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu. Karena itu matematika sangat diperlukan, baik untuk

Lebih terperinci