Kajian Faktor Pendorong Pengembangan Kawasan Perbatasan Jayapura, Indonesia Vanimo, Png

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Faktor Pendorong Pengembangan Kawasan Perbatasan Jayapura, Indonesia Vanimo, Png"

Transkripsi

1 Volume (4). April Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota Kajian Faktor Pendorong Pengembangan Kawasan Perbatasan Jayapura, Indonesia Vanimo, Png Yohanes Reinhold R, Ragil Haryanto, Samsul Ma rif ABSTRAK Sejak dibuka tahun 1999, kawasan perbatasan Jayapura, Indonesia dan Vanimo, PNG mengalami pertumbuhan. Kawasan ini berkembang pesat seiring dengan dibangunnya jalan trans perbatasan dan pasar perbatasan (Pasar Lhoncin dan Marketing Point), sehingga memudahkan supplay barang dan jasa dari Kota Jayapura ke wilayah perbatasan. Berkaitan dengan perkembangan tersebut menarik untuk dikaji faktor faktor apa yang mendorong pengembangan kawasan perbatasan. Melalui pendekatan analisis faktor dan deskriptif eksplanatif, akan dikaji faktor faktor apa yang mendorong pengembangan kawasan perbatasan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kegiatan perdagangan di perbatasan ini bisa berkembang karena adanya mekanisme demand (wilayah PNG) dan supply (oleh Kota Jayapura). Warga PNG membeli karena beberapa alasan yaitu harga yang murah, pilihan bervariasi dan jumlah barang yang tersedia banyak, serta kurs kina yang lebih tinggi terhadap rupiah. Di sisi lain Kota Jayapura mampu berperan sebagai supplier berbagai kebutuhan hidup warga PNG. Adapun faktor pendorong pengembangan kawasan adalah prospek usaha, perijinan usaha, penunjang kesiapan kawasan, dan kesiapan pengelolaan kawasan. Perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa di kawasan perbatasan akan membawa beberapa implikasi, baik secara fisik keruangan, ekonomi, sosial budaya, dan implikasi lainnya. Kata Kunci: faktor pendorong, pengembangan kawasan perbatasan, Jayapura, Indonesia Vanimo, PNG PENDAHULUAN Sejak aktifitas lintas batas kedua negara dibuka, berkembang perdagangan lintas batas yang terlihat dari meningkatnya mobilitas aliran barang, jasa dan manusia antara kedua wilayah. Perkembangan ini juga ditunjang adanya jalan trans perbatasan yang memperlacar aksesibilitas antara Kota Jayapura hingga kawasan perbatasan RI PNG. Komoditas yang diperdagangkan antara lain sandang, makanan, hasil pertanian, dll. Namun di sisi lain, terdapat beberapa kendala seperti ketersediaan fasilitas perdagangan jasa yang terbatas, tidak tersedia angkutan umum di wilayah perbatasan dan pengelolaan yang belum optimal. Berdasarkan fenomena di atas, menunjukkan pentingnya dilakukan kajian faktor faktor yang mendorong pengembangan kawasan perbatasan. Pengenalan faktor faktor pendorong dimaksudkan untuk memahami mekanisme apa saja yang berkembang sebagai hasil interaksi aktivitas masyarakat. Research question dari penelitian ini adalah faktor faktor apakah yang mendorong pengembangan kawasan perbatasan Jayapura Vanimo. Kota Jayapura secara administratif terbagi atas distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Heram, Abepura, dan Muara Tami. Yohanes Reinhold R adalah Staf Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Jayapura Ragil Haryanto adalah Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro Samsul Ma rif adalah Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro 2008 Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota

2 100 TUJUAN DAN SASARAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor faktor yang mendorong pengembangan kawasan perbatasan pada Kota Jayapura, Prov. Papua, Indonesia Vanimo, PNG. Adapun sasaran penelitian ini mencakup: 1. Melakukan kajian literatur sebagai langkah membangun memberikan pemahaman tentang kawasan perbatasan. 2. Mengidentifikasi faktor faktor yang mendorong (pemicu) pengembangan kawasan perbatasan. 3. Mengidentifikasi dan menganalisis kegiatan perdagangan jasa yang berlangsung dan kinerja aksesibilitas mobilitas di perbatasan Jayapura Vanimo. 4. Menganalisis faktor faktor yang mendorong pengembangan kawasan perbatasan Jayapura, Indonesia Vanimo, PNG khususnya pada sisi Kota Jayapura dan implikasiimplikasi yang timbul. 5. Hasil proses analisis akan dirumuskan dalam bentuk rekomendasi arahan. METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah analisis faktor untuk merumuskan faktor faktor pendorong pengembangan kawasan perbatasan Jayapura Vanimo pada sisi Kota Jayapura, dan pendekatan deskriptif eksplanatif, dibantu kajian teori untuk pemaknaan data/ informasi yang diperoleh terhadap pengembangan kawasan perbatasan Jayapura Vanimo pada sisi Kota Jayapura. Deskripsi (pemaknaan) dilakukan untuk memahami kondisi yang ada guna menjawab beberapa pertanyaan mendasar seperti siapa yang terlibat, bagaimana kegiatan perdagangan dan jasa di kawasan perbatasan ini berlangsung, skala kegiatan ekonomi, jenis komoditas, besaran, kendala kendala dan implikasi apa yang akan timbul dari fenomena yang berlangsung. Populasi penelitian ini adalah para pelaku ekonomi di kawasan perbatasan Jayapura. Analisis faktor merupakan nama generik yang diberikan untuk kelompok metode statistik multivariate yang utamanya dimaksudkan untuk mendefinisikan struktur utama (tersembunyi) dari atau di dalam sekelompok matriks data. Maksud umum teknik analisis faktor adalah mengupayakan cara meringkas muatan (isi) dari setiap informasi dalam sejumlah variabel asli kedalam kumpulan yang lebih kecil jumlahnya dari sesuatu yang baru (faktor), gabungan dimensi atau variasi (faktor) dengan meminimalkan informasi yang hilang (Hair, et al, 1998: 95). Proses pengelompokkan baru ini dilakukan dengan menemukan hubungan (interrelationship) antar sejumlah variabel variabel sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal (Santoso, 2006: 11). Variabel baru tersebut dinamakan faktor (variabel laten) dan jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan variabel awal (variabel manifes). Secara garis besar, tahapan analisis faktor meliputi (Santoso dan Tjiptono, 2001 : 250): 1. Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor. Oleh karena analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel, maka seharusnya ada korelasi yang cukup kuat di antara variabel sehingga akan terjadi pengelompokkan. 2. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstraksi variabel tersebut sehingga menjadi satu atau beberapa faktor. 3. Faktor yang terbentuk, dilakukan melalui proses rotasi untuk memperjelas apakah faktor yang terbentuk sudah secara signifikan berbeda dengan faktor lain.

3 4. Setelah faktor benar benar sudah terbentuk, maka proses dilanjutkan dengan menamakan faktor yang ada. Sebagaimana dijelaskan bahwa faktor yang terbentuk ini jumlahnya lebih sedikit dibandingkan jumlah variabelnya. Perlu diketahui bahwa penamaan faktor yang terbentuk baru dapat dilakukan setelah proses analisis selesai dilakukan karena pada awal analisis belum dapat diketahui variabel variabel mana yang saling berhubungan dan berapa jumlah faktor yang akan terbentuk (dihasilkan). Pendekatan deskriptif eksplanatif dalam penelitian ini adalah proses pemaknaan atas kondisi yang terdapat dan berkembang di lapangan dengan mengacu pada data yang dikumpulkan. Proses ini bukan menguji hasil metode kuantitatif namun digunakan untuk melengkapi guna proses mempertajam analisis studi. Persoalannya adalah bagaimana cara terbaik untuk memaknai data dengan cara cara yang akan mempermudah pengungkapan hasil hasil penelitian, dan kedua mengantarkan pada pemahaman akan fenomena yang sedang diteliti (Moleong, 2005 : 38,115). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dan jumlah sampel yang terkumpul dan diolah adalah 65 (enam puluh lima) lembar sampel. 101 RINGKASAN KAJIAN LITERATUR Perbatasan negara merupakan wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbatasan dengan negara lain, dan batas batas wilayahnya ditentukan berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku (www. bappenas.go.id, 2007). Secara tipologi, kawasan perbatasan dibedakan menjadi tipologi kawasan perbatasan yang secara fisik diklasifikasikan menjadi perbatasan alam dan perbatasan buatan (Guo, 2004: 11 16) dan secara ekonomi, dapat dibedakan menjadi kawasan perbatasan yang relatif maju, sudah berkembang namun belum maju, dan kawasan yang relatif masih terisolir. Menurut Wu (dalam Husnadi, 2003: 44 55), terdapat tiga bentuk pendekatan, pertama dengan mendahulukan pembangunan infrastruktur, kedua dengan mendahulukan investasi sektor swasta, dan ketiga mendahulukan program program dan kebijakan. Perkembangan lingkungan global saat ini telah membawa perubahan paradigma pembangunan dimana kawasan perbatasan dipandang sebagai salah satu simpul ekonomi, karena merupakan lokasi lintas batas perdagangan barang dan jasa antar negara. Secara geografis sistem ekonomi berkaitan dengan organisasi keruangan dari sistem ekonomi: yaitu dimana elemen tertentu dari sistem tersebut akan berlokasi, bagaimana elemen tersebut saling terhubung dalam sebuah ruang dan pengaruh secara keruangan dari proses ekonomi (Dicken dan Lloyd, 1990: 7). Untuk dapat tumbuh dan berkembang kegiatan ekonomi harus mampu survive, dengan memperhatikan aspek jangkauan dan ambang batas (Tarigan, 2005: 85 87).Konsep range (jangkauan pelayanan) terkait dengan luas wilayah pengaruh sebuah pusat pelayanan secara geografis, sedang konsep threshold (ambang batas) lebih terkait dengan tingkatan minimal jumlah penduduk yang agar sebuah produk atau pusat pelayanan mampu survive karena adanya konsumen yang dilayani. Adanya kebutuhan barang dan jasa melahirkan interaksi antar ruang yang berbeda, dalam bentuk pergerakan (perpindahan, pertukaran) barang dan jasa. Edward Ullman (Dicken dan Lloyd, 1990: 71 74) menjelaskan terdapat tiga bentuk interaksi keruangan, yaitu interaksi keruangan yang saling melengkapi, interaksi keruangan yang bersifat intervensi, dan tidak ada bentuk interaksi sama sekali. Tingkat intensitas (jumlah, volume, banyaknya) pergerakan

4 102 barang dan jasa antar berbagai ruang sangat dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan (konsumsi) penduduk (demand) maupun kegiatan produksi perkotaan lainnya. Secara umum terdapat tiga aspek (Dicken dan Lloyd, 1990: 181) yang menentukan tingkat kebutuhan terhadap barang dan jasa, yaitu: tingkat harga yang berlaku, harga relatif dari seluruh barang dan jasa, dan bobot yang diberikan konsumen yang diukur dari cita rasa (taste) dan keinginan atau pilihan (preference). Menurut Alfred Webber, ini akan membentuk aglomerasi ekonomi (economics agglomeration) (Dicken dan Lloyd, 1990: 208). Aglomerasi ekonomi merupakan bentuk penghematan yang timbul karena kegiatan ekonomi berada dalam satu lokasi, dan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perkembangan sebuah kota atau wilayah (Blair 1995: 95). Walter Issard menyatakan bahwa terdapat tiga jenis aglomeration economies atau penghematan ekonomi (Djojodipuro, 1992: 85). Ketiga konsep ini dipergunakan untuk mengembangkan analisisnya ke arah analisis spatial dengan menguraikan adanya pengaruh berbagai economies terhadap lokasi industri atau aktifitas ekonomi (Djojodipuro, 1992: ), yaitu: scale economies, location economies dan urbanization economies. Hal mendasar dari aglomerasi ekonomi adalah hubungan atau keterkaitan antara aktifitas ekonomi dalam area geografis yang secara relatif terbatas, bentuk keterkaitan meliputi: keterkaitan produksi, pelayanan dan pasar (Dicken dan Lloyd, 1990 : 211). Aktifitas ekonomi yang memusat pada area tertentu mempunyai hubungan yang erat terhadap wilayah pasar dari produk yang disediakan, dimana pasar berperan sebagai sisi demand. Menurut Nugroho dan Dahuri (2004: 29) terdapat empat hal yang mempengaruhi terbentuknya wilayah pasar, yaitu: skala ekonomi, permintaan total spasial, biaya transportasi, dan faktor yang terkait penduduk. Penghematan aglomerasi memberikan pengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan kota (Adisasmita, 2005: 49). Sebuah kota dapat eksis dan berkembang karena adanya efisiensi dalam menghasilkan beberapa jasa pada skala yang besar (O Sullivan, 2003: 19). Dalam menjelaskan fenomena aglomerasi, banyak ahli ekonomi mendefinisikan bahwa kota sebagai hasil dari proses produksi aglomerasi secara spasial. Kendati demikian tidak setiap aglomerasi selalu memunculkan suatu kota. Perbedaan antara aglomerasi dan kota terletak terutama pada perbedaan antara kesederhaan dan kompleksitas (Kuncoro, 2002: 26). Hal ini karena pertumbuhan kota kota ternyata dipengaruhi oleh berbagai faktor yang lebih kompleks daripada sekedar penghematan aglomerasi (Kuncoro, 2002: 32). Menurut Charles Colby (Yunus, 1999: ), kekuatan kekuatan ini terdiri atas kekuatan sentrifugal dan sentripetal. Dwi Y. Sulistyowati dalam penelitiannya mengidentifikasi bahwa persaingan antara pasar tradisional dan pasar swalayan sangat ketat adalah dalam hal segmen pasar, komoditas, dan pangsa pasar. Selain itu, faktor lain yang menarik minat pengunjung adalah keamanan dan kenyamanan (Sulistyowati, 1999). Sussy R. Agustini dalam penelitiannya menemukan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi penyediaan fasilitas kota meliputi: jenis fasilitas, kualitas pelayanan, aksesibilitas, lokasi pengembangan, dan pengelolaan (Agustini, 2003). Untuk mengembangkan kawasan perbatasan sebagai sebuah simpul ekonomi, perlu belajar dari perkembangan pusat pusat perbelanjaan yang selama ini telah dibangun. Suwito Santoso, menyebutkan kunci keberhasilan pusat perbelanjaan adalah keberhasilan menarik pengunjung untuk itu harus memperhatikan faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi: lokasi, kemudahan pencapaian, dan visibility (jarak penglihatan), sedangkan faktor internal meliputi: tenant mix, profil demografi, desain bangunan, masalah parkir, harga sewa, dan timing (Kompas, 2002).

5 Pusat perbelanjaan yang ada di perbatasan Jayapura Vanimo adalah pasar perbatasan. Abi Syahmora (Syahmora, 2003) menurut penelitiannya, faktor faktor yang menjadi penentu lokasi optimal pembangunan sebuah pasar, yaitu: kedekatan terhadap kawasan permukiman; ketersediaan lahan dan luasan lokasi yang memadai; ketersediaan jaringan jalan ke lokasi pasar; kesesuaian lokasi terhadap rencana tata ruang kota (konsistensi antara perencanaan dan implementasi); daerah bebas banjir/ genangan; kepadatan penduduk yang menunjang; ketersediaan jaringan transportasi; topografi yang datar; dan ketersediaan sarana pembuangan limbah (saluran drainase, fasilitas sampah). Salah satu instrumen yang memacu perkembangan kawasan perbatasan adalah pengembangan permukiman. Dalam penelitiannya di Kota Jayapura, Malla Paruntung (2003) menyebutkan faktor yang mempengaruhi preferensi memilih lokasi permukiman yaitu: aksesibilitas, harga rumah, kepastian hukum tanah, sarana prasarana, kenyamanan bertempat tinggal, dan kebijakan pemerintah. Pada umumnya kawasan perbatasan merupakan wilayah pinggiran kawasan perkotaan. Dalam penelitian Ahmadi (2005), faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik pinggiran kota meliputi: ketersediaan penduduk (pertambahan, kepadatan dan migrasi); adanya kebijakan pengembangan area pinggiran kota; ketersediaan fasilitas penunjang perumahan yang mencakup ketersediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan perdagangan jasa pada area pinggiran kota; arahan alokasi perumahan dalam hal ini terkait dengan pembangunan perumahan baru oleh pemerintah, pengembang, maupun oleh masyarakat sendiri di area pinggiran; aksesibilitas atau keterjangkauan terkait dengan kondisi sarana dan prasarana pergerakan dari area pinggiran ke pusat kota dan sebaliknya; dan relokasi sektor atau zona kota dan pembangunan/ pengembangan fungsi baru di pinggiran kota. Sistem transportasi berperan terhadap tumbuh kembangnya kota dan pertumbuhan ekonomi melalui tingkat aksesibilitas dan mobilitas. Aksesibilitas adalah mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya melalui sistem transportasi. Aksesibilitas merupakan ukuran kemudahan dan kenyamanan mengenai cara lokasi tata guna lahan yang saling berpencar dapat saling berinteraksi (Miro, 2002: 18), yang dinyatakan dalam ukuran: jarak, waktu, dan biaya perjalanan (Tamin, 1997: 52). Mobilitas diartikan sebagai tingkat kelancaran perjalanan, dan diukur melalui banyaknya perjalanan (pergerakan) dari suatu lokasi ke lokasi lain sebagai akibat tingginya akses antara lokasi lokasi tersebut (Miro, 2002: 22). 103 TABEL I VARIABEL PENELITIAN NO. ELEMEN VARIABEL PENELITIAN 1. Prasarana Dasar Listrik, Air bersih, Jalan, dan Ketersediaan pelayanan Angkutan umum 2. Sarana Perumahan, Pendidikan, dan Pasar, ruko 3. Kebijakan pemerintah Keringanan sewa dan retribusi. 4. Penilaian pelaku ekonomi (pedagang) Image, prospek usaha, tingkat penjualan, tingkat persaingan, kenyamanan, daya tarik kawasan, skala kegiatan dan kendala kendala yang dihadapi. 5. Lokasi Kedekatan terhadap pusat permukiman dan kebijakan penataan kawasan 6. Fisik Lahan Luasan lahan 7. Pelayanan/pengelolaan Kemudahan perijinan, bentuk dan kondisi pengelolaan. 8. Stabilitas keamanan/politik Kondisi keamanan Sumber: Diolah dari Kajian Literatur, 2007

6 104 Jayapura sebagai pusat pelayanan untuk wilayah sekitarnya. Jalur jalan arteri yang mendukung kemudahan aksesibilitas kawasan GAMBAR 3 KAWASAN PERBATASAN DALAM KONTEKS SEBARAN PUSAT-PUSAT AKTIVITAS DI KOTA JAYAPURA Kota Abepura sebagai pusat perekonomian dan pendidikan tinggi di Jayapura Tiga kampung Skow dan pusat pemerintahan Distrik Muara Tami Pusat permukiman Koya Barat, Koya Timur, Koya Tengah, Holtekamp Pusat aktifitas di kawasan perbatasan Jayapura Vanimo (pasar perbatasan) Sumber: Hasil Survey Lapangan, 2007 GAMBAR 1 KAWASAN PERBATASAN DALAM KONTEKS SEBARAN PUSAT PUSAT AKTIVITAS DI KOTA JAYAPURA Interaksi Perdagangan Di perbatasan Jayapura Vanimo terdapat dua pasar perbatasan, yaitu: Marketing Point dan Lhoncin, yang ditempati oleh 173 orang pedagang. Kedua pasar ini menjual berbagai jenis barang seperti pakaian, celana, elektronik, bahan bangunan, peralatan pertanian dan perikanan, makanan, dll. Jenis barang yang banyak dibeli oleh warga PNG adalah makanan (sembako), pakaian, dan poduk elektronik. Hal ini karena harga barang di Jayapura jauh lebih murah dibandingkan dengan harga barang yang dijual di PNG. Secara umum keberadaan Pasar Marketing Point dan Pasar Lhoncin mempunyai peranan yang sangat penting bagi warga PNG di sekitar perbatasan Jayapura Vanimo. Berdasarkan data setiap hari berkisar 1000 orang pembeli dengan komposisi 99% dari PNG dan 1% dari Jayapura yang berkunjung ke perbatasan. Untuk pembeli dari PNG, sekitar 80% tujuan pembelian untuk konsumsi sendiri, sedangkan sekitar 20% untuk dijual kembali di beberapa kota di PNG seperti Vanimo, Madang, Ley, Wawak, bahkan Port Moresby (Bappeda Provinsi Papua, 2007).

7 Selain kegiatan pasar di perbatasan, salah satu manfaat dari diresmikan kegiatan lintas batas antara Indonesia PNG di perbatasan Jayapura Vanimo, adalah hadirnya beberapa pedagang putra daerah yang menjual produk produk PNG di Kota Jayapura. Para pedagang putra daerah ini umumnya merupakan masyarakat asli Kota Jayapura. Tempat tempat jualan ini tersebar di daerah Skyline, Jl. Kesehatan, Jl. Raya Entrop, dll. Jenis barang yang mereka jual antara lain: tas, baju, topi, kain PNG, souvenir, kerajinan tangan, pisau/ parang, parfum, kaset/cd, makanan kaleng, makanan ringan, minuman, mainan anak anak, dll. Barang barang ini mereka beli di Vanimo dan Lae, dan kemudian menjual kembali di Jayapura. 105 ANALISIS FAKTOR PENDORONG PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN JAYAPURA VANIMO Analisis Faktor Lokasi Letak geografis Kota Jayapura dan Vanimo yang berbatasan darat memberikan keuntungan hadirnya hubungan perekonomian RI PNG melalui kedua kota. Di kawasan perbatasan terdapat dua pasar perbatasan, yaitu Lhoncin dan Marketing Point. Keberadaan kedua pasar perbatasan ini secara geografis dan ekonomi mempunyai nilai letak (posisi) yang sangat strategis. Letak pasar perbatasan yang berada di pesisir utara. Kota Jayapura, mempunyai beberapa keuntungan lokasi yang memungkinkan terbentuknya proses interaksi yang tinggi karena adanya faktor demand supply, permintaan (demand) dari warga PNG akan berbagai kebutuhan hidup yang murah, variasi pilihan dan jumlah yang banyak serta pemenuhan kebutuhan lain yang mudah diperoleh di Kota Jayapura, dan ditunjang oleh kemampuan Kota Jayapura untuk menjalankan fungsi supply (penawaran) barang dan jasa bagi wilayah sekitarnya (sebagai simpul). Adanya faktor demand dari PNG telah menjadi pasar bagi produk produk Indonesia. Untuk memudahkan memahami pola aliran distribusi dalam mekanisme interaksi yang bersifat hierarkis aliran barang dari produsen dari Jawa/ Sulawesi hingga dijual di pasar perbatasan, dan dibeli oleh warga PNG untuk konsumsi maupun bisnis, dapat dilihat pada Gambar 2. Keuntungan lokasi ini ditunjang letak, fungsi, dan peran yang sangat strategis dimiliki oleh kota Jayapura. Sebagai ibukota dan salah satu pelabuhan utama di Provinsi Papua, Kota Jayapura mempunyai peran yang sangat strategis dalam mendistribusikan barang dan jasa dari luar Papua ke berbagai kabupaten lain, seperti Jayapura, Sarmi, Keerom, dan wilayah Pegunungan Tengah, bahkan wilayah selatan Papua. Sebagai kota yang menjalankan fungsi distribusi barang dan jasa, maka terbukanya interaksi ekonomi Papua dan PNG, khususnya di wilayah utara, memungkinkan kota kota di PNG untuk mengambil manfaat dari Kota Jayapura. Kegiatan Perdagangan Dan Jasa Jika dikaji dengan model pendekatan pengembangan kawasan perbatasan sebagaimana dijelaskan pada bab dua, maka fenomena yang berlangsung di kawasan perbatasan Jayapura Vanimo, disebabkan oleh dua faktor, yaitu: adanya kebijakan pemerintah untuk membuka pintu perbatasan dan masuknya investasi swasta (para pedagang).

8 106 JAYAPURA PERBATASAN RI - PNG Potensi Perdagangan dan Jasa di Perbatasan Memasok barang dari Jayapura dan luar Papua ke perbatasan dengan harga yang murah, jumlah dan pilihan banyak. Fasilitas menunjang. Aliran Supply INDONESIA MUARA TAMI WUTUNG Sivik Aliran Demand WEWAK MANOS MADANG LAE Potensi Perdagangan dan Jasa di Perbatasan Barang yang lebih murah, pilihan bervariasi, jumlah barang/jasa banyak, dll PAPUA NEW GUINEA Jenis barang yang dijual di pasar perbatasan dan dibeli oleh warga PNG: Pakaian, celana Pangan/Sembako Peralatan pertanian,perikanan Elektronik, Tas, sepatu, dll Barang dan jasa mengalir ke wilayah PNG (dibeli oleh warga PNG). Devisa masuk bagi Indonesia (PAD bagi Kota Jayapura dan Provinsi Papua). Meningkatnya kunjungan warga PNG untuk berbelanja atau keperluan/asan lain datang ke Kota Jayapura (Prov. Papua). Enabling (Pendukung) : Politik local Ikatan kultural Kebutuhan ekonomi Pasar Perbatasan sebagai pusat interaksi perdagangan di perbatasan : Interaksi demand (permintaan) supply (penawaran) terbentuk Telah ada pasar yang membutuhkan (konsumen PNG) Potensi perdagangan sangat besar Prospek menjanjikan Tingkat penjualan menguntungkan Keamanan terjamin Pasokan dari Jayapura dan luar Papua lancar Kegiatan perdagangan cenderung meningkat dari waktu ke waktu Jumlah pedagang yang tertarik menanamkan investasinya di perbatasan selalu meningkat Sumber: Hasil Analisis, 2008 GAMBAR 2 SKEMA INTERAKSI DEMAND SUPPLY DI KAWASAN PERBATASAN RI PNG (JAYAPURA VANIMO)

9 107 Produsen Barang (dari P. Jawa, Sulawesi, dll dari luar Prov. Papua) Distributor/agen (di luar Prov. Papua, tangan pertama) Distributor/agen di Kota Jayapura yang menyalurkan barang/produk industri ke kota Jayapura, dengan PBN 10% untuk mengambil barang dan PBN 10% untuk memasukkan ke Kota Jayapura. Indonesia Pasar Perbatasan : barang dibeli oleh warga PNG (telah mengalami kenaikan sebesar 30 % hingga 40 %). Barang di salurkan ke pasar perbatasan (biaya sebesar 5 % hingga 10 %) Papua New Guinea Dibeli oleh warga PNG dari Wutung, Vanimo Lae Madang Wewak Kota/ kampung2 lain Sumber: Hasil Analisis, 2008 GAMBAR 3 SKEMA DISTRIBUSI BARANG Keberadaan Kota Jayapura sebagai ibukota provinsi sangat menguntungkan. Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki, antara lain status administratif, jumlah penduduk yang cukup besar (>200 ribuan jiwa), merupakan kota dengan skala pelayanan pemerintahan dan swasta yang mencakup seluruh Provinsi Papua bahkan Provinsi Papua Barat, pusat pendidikan tinggi, secara tata ruang membawahi beberapa kabupaten lain seperti: Kabupaten Jayapura, Keerom dan Sarmi, tumbuhnya berbagai sentra perekonomian dan tingkat pertumbuhan ekonomi selama beberapa tahun terakhir yang baik, telah membuat Jayapura tumbuh dan berkembang menjadi sebuah primate city di wilayah timur Provinsi Papua. Adapun wilayah pengaruh dari Kota Jayapura terhadap kota kota lain di sekitarnya dapat digambarkan pada gambar 7, yang menunjukkan arah aliran barang dan jasa dari Kota Jayapura ke wilayah lainnya. Pengaruh ini secara tidak langsung dirasakan oleh beberapa kota di PNG, seperti Vanimo. Walaupun Vanimo juga merupakan ibukota Provinsi Sandaun, namun secara ekonomi mempunyai kapasitas yang masih berada di bawah Kota Jayapura. Ini diindikasikan dengan interaksi ekonomi yang berlangsung saat ini lebih menguntungkan Kota Jayapura (Provinsi Papua) dibandingkan bagi kota kota di PNG, dimana lebih banyak warga PNG yang datang berbelanja di Jayapura dibandingkan sebaliknya. Alasan mereka berbelanja di Jayapura karena harga yang jauh lebih murah, jumlah barang yang jauh lebih banyak dan variasi pilihan yang juga lebih banyak dibandingkan di Vanimo. Umumnya pelaku ekonomi di kawasan ini didominasi oleh pedagang etnis pendatang dari Sulawesi, Jawa, Sumatera, Maluku, dll, yang

10 108 menempati kedua pasar Pelaku ekonomi putra daerah adalah mama mama Skow, yang diberi hak untuk membeli pinang dari warga PNG. Ketidakmampuan pelaku ekonomi putra daerah untuk bersaing disebabkan beberapa faktor yaitu: keterbatasan modal, akses yang terbatas terhadap lembaga perbankan, kelemahan manajemen usaha, keterbatasan jaringan dalam arti akses terhadap sentra ekonomi di luar Provinsi Papua. Sumber: Hasil Analisis, 2008 GAMBAR 4 ALIRAN BARANG DARI KOTA JAYAPURA KE KOTA KOTA LAIN DI PROVINSI PAPUA KE WILAYAH SEKITAR MELALUI JALUR UDARA, LAUT DAN DARAT SIMBOL/WARNA KETERANGAN Aliran barang dari Kota Jayapura ke perbatasan, kemudian ke Vanimo, bahkan hingga ke wilayah wilayah lain di PNG seperti Madang, Wewak, dll. Terdiri atas produk elektronik, sembako, pakaian, celana, tas, peralatan rumah tangga, peralatan pertanian, perikanan, dll yang banyak dibeli oleh warga PNG dan ada juga yang dijual kembali oleh warga PNG di beberapa kota di PNG. Barang yang dijual di perbatasan Jayapura Vanimo rata rata mempunyai perbedaan harga mencapai 30 % hingga 40 % lebih tinggi dari yang dijual di Kota Jayapura. Barang disupply ke kabupaten kabupaten lain melalui Jayapura seperti: Kab. Jayapura, Kab. Keerom, dan kabupaten kabupaten di wilayah Pegunungan Tengah (Jayawijaya, Pegunungan Bintang, Tolikara, Yahulukimo), dan bahkan wilayah selatan Provinsi Papua. Produk PNG yang masuk ke Kota Jayapura melalui perbatasan, terdiri atas produk makanan ringan, emas, kayu gaharu, coklat, vanili, dll Barang dari luar Provinsi Papua (Jawa, Sulawesi, dll) masuk ke Provinsi Papua melalui pelabuhan Jayapura, untuk konsumsi dalam kota Jayapura maupun kemudian di distribusi/dijual ke beberapa kabupaten lain. Variabel biaya transportasi ini mempengaruhi harga jual di pasar/konsumen.

11 Perkembangan kegiatan perdagangan di perbatasan yang berkembang pesat khususnya dari tahun 2005 hingga akhir 2007, dipengaruhi oleh: kawasan ini menjanjikan (menarik) sebagai tempat usaha dan potensi ekonomi yang besar, jaminan keamanan, tingkat penjualan yang sangat menguntungkan, dan peluang usaha yang sangat bagus. Kawasan perbatasan bagi pelaku ekonomi menjanjikan dan mempunyai potensi ekonomi yang besar. Lokasi pasar yang terletak di pintu perbatasan sangat menguntungkan, juga bagi warga PNG untuk datang berbelanja/ memenuhi kebutuhannya. Interaksi perdagangan ini dirasakan sangat menguntungkan karena tingkat penjualan yang tinggi. Proses interaksi yang berlangsung melalui pintu perbatasan Jayapura Vanimo ini, secara ekonomi lebih menguntungkan bagi Kota Jayapura/ Provinsi Papua dibandingkan bagi PNG, karena lebih banyak warga PNG yang datang ke Jayapura untuk berbelanja. Aksesibilitas Dan Mobilitas Aksesibilitas antara kawasan perbatasan dan Kota Jayapura maupun daerah sekitar seperti Kabupaten Keerom sangat bagus karena telah terdapat jaringan jalan trans perbatasan. Kendala yang ada adalah belum tersedia pelayanan angkutan umum antar kawasan perbatasan Muara Tami Kota Jayapura. Namun ini tidak menghambat kegietan ekonomi di perbatasan, karena adanya angkutan carteran atau pribadi. Faktor Faktor Pendorong Pengembangan Kawasan Perbatasan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa faktor pendorong pengembangan kawasan perbatasan Jayapura Vanimo adalah faktor prospek usaha meliputi: daya tarik kawasan, image kawasan, prospek kawasan, kelancaran supply, tingkat penjualan, dan kinerja pengelolaan; faktor kemudahan perijinan usaha, meliputi kemudahan ijin usaha, kenyamanan dan kesediaan fasilitas pendukung; faktor penunjang kesiapan kawasan meliputi fasilitas perumahan dan faktor stabilitas keamanan; faktor kesiapan kawasan yang meliputi faktor ketersediaan fasilitas perdagangan jasa. Implikasi Bagi Kawasan Perbatasan Implikasi yang timbul bagi kawasan perbatasan dapat diketagorikan baik secara fisik keruangan, ekonomi, sosial budaya dan beberapa implikasi lain seperti politik, hukum, pertanahan, dll. 109

12 110 Peningkatan kegiatan ekonomi di perbatasan akan menjadi menjadi daya tarik meningkatnya investasi penanaman modal/pengembangan usaha dari Kota Jayapura ke perbatasan. Permintaan ijin usaha di perbatasan akan meningkat. Meningkatnya arus lalu lintas kendaraan dari Jayapura ke perbatasan. Interaksi ekonomi di perbatasan akan meningkat. Kawasan perbatasan berkembang menjadi simpul ekonomi bagi Kota Jayapura dan menjadi kawasan dengan ciri kekotaan karena dibangunnya berbagai fasilitas pelayanan perkotaan. Alih fungsi lahan untuk kegiatan ekonomi meningkat Dibangunnya berbagai fasilitas perkotaan (perumahan, pendidikan, perdagangan dan jasa, listrik, air bersih, kebersihan, kesehatan, telekomunikasi, dll). Daya tarik yang besar membuat investasi meningkat dan demikian juga pelaku ekonomi. Kawasan perbatasan secara politis merepresentasi wajah Indonesia di wilayah pasifik. Dapat muncul implikasi negatif seperti konflik antara pelaku ekonomi lokal dan pendatang, kawasan perbatasan menjadi pintu masuknya ganja dari PNG, dan konflik pemanfaatan lahan. Arus barang dan jasa dari Kota Jayapura ke wilayah PNG akan meningkat, selain untuk dikonsumsi mereka juga datang berbelanja dengan tujuan untuk dijual kembali di PNG. Dalam jangka panjang akan meningkatkan arus lalu lintas antar kedua kota/wilayah. Kawasan perbatasan akan berkembang menjadi sebuah daerah yang berperan sebagai supplier berbagai kebutuhan seharihari bagi warga PNG Papua New Guinea Kota Jayapura dan Provinsi Papua memperoleh devisa (PAD) dari kegiatan perdagangan dan jasa di perbatasan. Produk PNG yang masuk ke Kota Jayapura juga meningkat walaupun secara kuantiítas jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan produk Indonesia yang mengalir ke wilayah PNG melalui perbatasan. Meningkatnya kegiatan ekonomi di perbatasan akan membuka lapangan kerja baru bagi Kota Jayapura Pertumbuhan kawasan perbatasan akan membuka lapangan kerja baru bagi penduduk Muara Tami dan wilayah sekitar, misalnya menjadi ojek, supir, tukang, dll. Meningkatnya arus mobilitas barang dan jasa antara Kota Jayapura Perbatasan PNG akan memberi manfaat bagi wilayah Muara Tami (memperoleh imbas dari arus lalu lintas tersebut). Pengusaha PNG juga akan tertarik menanamkan modalnya di kawasan perbatasan. Peningkatan kegiatan ekonomi dan jumlah penduduk di perbatasan akan membawa implikasi berupa permintaan produk pertanian (sayursayuran, buah buahan, ikan), yang disupplai dari Muara Tami dan Kab. Keerom. Produk pertanian ini selain untuk dikonsumsi, juga dapat menjadi komoditas ekonomi yang dijual ke wilayah PNG. Warga PNG yang datang berbelanja di perbatasan akan meningkat karena berbagai keuntungan yang diperoleh jika berbelanja di Kota Jayapura. Produk produk PNG juga akan mengalir masuk ke Papua/Kota Jayapura. Meningkatnya warga PNG yang masuk ke wilayah Indonesia melalui perbatasan dapat membawa ekses negatif berupa meningkatnya peredaran ganja dari PNG ke Jayapura, dan masuknya nilai nilai asing. Kawasan Perbatasan Sumber: Hasil Analisis, 2008 GAMBAR 5 IMPLIKASI IMPLIKASI DARI TUMBUHNYA KEGIATAN EKONOMI DI PERBATASAN JAYAPURA VANIMO

13 111 JAYAPURA PERBATASAN RI PNG Supply barang dari Jayapura dan luar Papua ke perbatasan dengan harga yang murah, jumlah dan pilihan banyak. Demand: Sandang (pakaian, tas, sepatu) makanan dan kebutuhan rumah tangga lainnya, peralatan pertanian dan perikanan, produk elektronik, dan lain lain. Aliran Supply Aliran Demand INDONESIA PAPUA NEW GUINEA Supply: Pakaian, celana Pangan/Sembako Peralatan pertanian,perikanan Elektronik Tas, sepatu, dan lain lain, dan Kebutuhan rumah tangga lainnya Respon pemerintah daerah : Menjamin dan meningkatkan kelancaran supply barang dan jasa ke pasar perbatasan Meningkatkan kualitas pengelolaan kawasan perbatasan, baik sumber daya manusia maupun sarana/prasarana lainnya. Membangun fasilitas penunjang, seperti pasar dan fasilitas perdagangan jasa lainnya, perumahan, pendidikan, kesehatan, listrik, air bersih, kebersihan, dan lain lain. Mengupayakan strategi untuk memangkas mata rantai perdagangan yang sangat panjang dari produsen hingga pasar perbatasan. Meningkatkan keragaman komoditas yang dijual di pasar perbatasan dan menjamin kualitasnya Menyiapkan mekanisme pengelolaan dan penataan kawasan (rencana tata ruang). Menjamin stabilitas politik dan keamanan Menyiapkan program pelatihan usaha bagi masyarakat lokal (Skow, Moso). Menyediakan pelayanan angkutan umum dari Terminal Youtefa hingga perbatasan. Pelaku Usaha dan masyarakat : Mempersiapkan diri untuk lebih berperan dalam perdagangan antar negara. Meningkatkan modal Masyarakat lokal juga perlu menyiapkan diri (mengembangkan kultur berdagang) sehingga mampu bersaing dengan pelaku ekonomi dari etnis pendatang. Tanah ulayat yang dimiliki tidak perlu dijual namun dijadikan sebagai asset usaha yang disewakan dalam jangka waktu tertentu (menengah panjang). Sumber: Hasil Analisis, 2008 GAMBAR 6 DEMAND SUPPLY DAN TINDAKAN YANG PERLU DILAKUKAN

14 112 Hasil Proses Analisis Aksesibilitas Dan Mobilitas Analisis Faktor Faktor Lokasi Perdagangan Dan Jasa Aksesibilitas terhadap kawasan baik Mobilitas angkutan umum tidak tersedia Faktor pendorong kawasan : Faktor Prospek Usaha Faktor Kemudahan Perijinan Faktor Penunjang Kesiapan Faktor Kesiapan Pengelolaan Implikasi bagi kawasan perbatasan Jayapura, Indonesia Vanimo, Papua New Guinea. 1. Secara Ekonomi 2. Secara Fisik Keruangan 3. Secara Sosial Budaya, dan 4. Implikasi implikasi lainnya. Sumber: Ringkasan Hasil Analisis, 2008 Letak yang strategis Adanya demand dari PNG Kemampuan supply dari Kota Jayapura Terbentuk interaksi Aliran supply barang dan jasa ke perbatasan GAMBAR 7 SKEMA HASIL ANALISIS Cenderung meningkat. Penyebab : prospek yang menarik, jaminan keamanan, tingkat penjualan yang menguntungkan serta terdapat pangsa pasar Pasar lebih bersifat memenuhi kebutuhan warga PNG Proses interaksi terbentuk karena adanya demand yang tinggi dari PNG. Warga PNG berbelanja karena barang dan jasa yang tersedia di Jayapura lebih banyak dan bervariasi pilihannya, dan harganya lebih murah. Interaksi yang berlangsung lebih menguntungkan bagi Kota Jayapura dibanding terhadap Vanimo, PNG (masuknya devisa).

15 113 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Perdagangan di perbatasan kedua negara banyak didorong oleh masuknya para pelaku ekonomi untuk berdagang di perbatasan. 2. Interaksi perdagangan di perbatasan Jayapura Vanimo timbul karena adanya mekanisme demand supply antar kedua wilayah, dimana sisi demand berasal dari PNG dan Kota Jayapura melalui pasar perbatasan berperan sebagai supplier berbagai kebutuhan hidup sehari hari. 3. Faktor faktor pendorong pengembangan kawasan perbatasan Jayapura Vanimo adalah faktor prospek usaha, kemudahan perijinan usaha, penunjang kesiapan kawasan dan kesiapan pengelolaan kawasan perbatasan. Dari penelitian yang dilakukan ini terdapat beberapa rekomendasi yang perlu ditindaklanjuti, meliputi: 1. Kawasan perbatasan perlu dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang, meliputi fasilitas perdagangan dan jasa, money changer, permukiman, pendidikan, kesehatan, listrik, air bersih, persampahan, pelayanan angkutan umum, terminal, dan mekanisme pengelolaan kawasan ditingkatkan. 2. Pemerintah daerah harus menjamin kelancaran supply barang dan jasa dari Kota Jayapura ke pasar perbatasan, meningkatkan variasi barang yang dijual (untuk memperbanyak pilihan bagi pembeli), menjamin kualitas, menjamin tingkat harga sehingga tetap menarik bagi warga PNG untuk datang berbelanja. 3. Selain penelitian ini, beberapa hal yang perlu dilakukan studi lanjut terkait upaya upaya pengembangan kawasan perbatasan, antara lain yaitu: penyusunan strategi pengembangan perbatasan Jayapura Vanimo, kajian mekanisme pengelolaan perbatasan Jayapura Vanimo, rencana tata ruang perbatasan, dan berbagai kajian terkait lainnya seperti aspek ekonomi, sosial budaya, politik, pertanahan, dan lain lain. DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Rahardjo Dasar Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. Agustini, S.R Penyediaan Fasilitas Kota Di Kota Cibinong: Faktor Faktor Yang Berpengaruh. Tidak Diterbitkan, MPWK ITB, Bandung, Indonesia. Ahmadi Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik Area Pinggiran Kota Berdasarkan Aspek Persepsi Bermukim pada Kota Sengkang Provinsi Sulawesi Selatan. Tesis, Tidak Diterbitkan, MPPWK Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia. Blair, J.P Local Economic Development Analysis and Practice. Canada: Sage Publication. Dicken, Peter and Lloyd, P.E Location In Space: Theoritical Perspectives In Economic Geography. New York, USA: Harper Collins Publisher Inc. Djojodipuro, Marsudi Teori Lokasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Indonesia (UI). Guo, R, Cross Border Resource Management, Regional Science Association of China at Peking University, Beijing, China. Hair, J.F, et all Multivariate Data Analysis. Fifth Edition. New Jersey, USA: Prentice Hall International, Inc. Husnadi Menuju Model Pengembangan Kawasan Perbatasan Darat Antar Negara (Studi Kasus: Kecamatan Paloh Dan Sajingan Besar Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat). Tesis, Tidak Diterbitkan, MTPPWK Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.

16 114 Kuncoro, M Analisis Spasial dan Regional: Studi Aglomerasi & Kluster Industri Indonesia. Yogyakarta: AMP YKPN. Moleong, L.J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya. Miro, F Perencanaan Transportasi, untuk Mahasiswa, Perencana dan Praktisi. Jakarta: Erlangga. Nugroho, Iwan dan Dahuri, Rochmin Pembangunan Wilayah Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Pustaka LP3ES. O Sullivan, A Urban Economics. Fifth Edition. New York: Mc Graw Hill Companies. Paruntung, Malla. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Perumahan Perumnas IV Padang Bulan Abepura, Kota Jayapura. Tesis. Tidak Diterbitkan, MPPWK Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia. Santoso, Singgih, dan Tjiptono, Fandy Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi Dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Gramedia. Santoso, Singgih Mengunakan SPSS untuk Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, Gramedia. Sulistyowati, D.Y Kajian Persaingan Pasar Tradisional Dan Pasar Swalayan Berdasarkan Pengamatan Perilaku Berbelanja Di Kotamadya Bandung. Departemen Teknik Planologi, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia. Syahmora, Abi Lokasi Optimal Pembangunan Pasar di Kota Lahat Berdasarkan Kajian Faktor Faktor Lokasi Penentu Pasar. Tesis. Tidak Diterbitkan, MPPWK Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia. Tamin, O.Z Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Tarigan, Robinson Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi Jakarta: PT. Bumi Aksara Rencana Induk Pengelolaan Kawasan Perbatasan Antar Negara Buku Utama, Prinsip Dasar, Arah Kebijakan, Strategi dan Program Pembangunan, Jakarta, Indonesia. Yunus, H.S Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR Oleh : AULIA LATIF L2D 002 389 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: ARI KRISTIANTI L2D 098 410 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemilihan lokasi usaha oleh suatu organisasi (perusahaan) akan mempengaruhi risiko (risk) dan keuntungan (profit) perusahaan tersebut secara keseluruhan. Kondisi ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

ANALISIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN PENDUDUK BERDASARKAN DATA MATRIKS ASAL TUJUAN KOTA MANADO ABSTRAK

ANALISIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN PENDUDUK BERDASARKAN DATA MATRIKS ASAL TUJUAN KOTA MANADO ABSTRAK ANALISIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN PENDUDUK BERDASARKAN DATA MATRIKS ASAL TUJUAN KOTA MANADO Meike Kumaat Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Jl Hayam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat Indonesia selain sebagai muara dari produk-produk rakyat, pasar juga berfungsi sebagai tempat

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA

HASIL PENELITIAN ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA Fitriani S. Rajabessy 1, Rieneke L.E. Sela 2 & Faizah Mastutie 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas

Lebih terperinci

PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, P ISSN X - E ISSN

PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, P ISSN X - E ISSN PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, 136-142 2016 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973 KETIMPANGAN SPASIAL PERKOTAAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER Ratih Yuliandhari 1, Agam Marsoyo 2, M Sani Royschansyah

Lebih terperinci

ALTERNATIF POLA HUBUNGAN KOTA TEGAL DALAM KONTEKS KAWASAN BREGAS TUGAS AKHIR

ALTERNATIF POLA HUBUNGAN KOTA TEGAL DALAM KONTEKS KAWASAN BREGAS TUGAS AKHIR ALTERNATIF POLA HUBUNGAN KOTA TEGAL DALAM KONTEKS KAWASAN BREGAS TUGAS AKHIR Oleh: DONY WARDONO L2D 098 426 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2003 iv

Lebih terperinci

MODEL RUTE ANGKUTAN UMUM PENUMPANG DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR

MODEL RUTE ANGKUTAN UMUM PENUMPANG DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR MODEL RUTE ANGKUTAN UMUM PENUMPANG DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh : NUGROHO HARIMURTI L2D 003 364 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERANAN ANGKUTAN PLAT HITAM DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS PEREKONOMIAN DI KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR

PERANAN ANGKUTAN PLAT HITAM DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS PEREKONOMIAN DI KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR PERANAN ANGKUTAN PLAT HITAM DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS PEREKONOMIAN DI KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR Oleh: ADHI SETYANTO L2D 303 281 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Perkembangan Kota Branch (1996), mengatakan bahwa perkembangan suatu kota dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481)

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481) IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481) disusun oleh : MOHAMMAD WAHYU HIDAYAT L2D 099 437 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR Oleh: ANGGA NURSITA SARI L2D 004 298 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan dapat

Lebih terperinci

FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN

FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN (Studi Kasus: Pengelolaan Persampahan di Perumnas Pucang Gading, Perbatasan Kota Semarang-Kabupaten Demak) TUGAS AKHIR Oleh: L. VENARIO AGIASTO L2D

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB 1 SKOUW WUTUNG. A. Sejarah

BAB 1 SKOUW WUTUNG. A. Sejarah BAB 1 SKOUW WUTUNG Peta Pulau Papua A. Sejarah Provinsi Papua dulunya mencakup seluruh Pulau Papua bagian barat. Pada masa Pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Fenomena Kesenjangan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal

Lebih terperinci

POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL

POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL TUGAS INDIVIDU Oleh: MUHAMMAD HANIF IMAADUDDIN (3613100050) JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dijelaskan secara singkat tentang jenis penelitian yang akan diteliti, mengapa, dan untuk apa penelitian ini dilakukan. Secara terinci bab ini berisikan mengenai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan melihat karakteristik Kabupaten Garut bagian selatan dapat dilihat bagaimana sifat ketertinggalan memang melekat pada wilayah ini. Wilayah Garut bagian selatan sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang berperan penting sebagai penggerak dalam pembangunan ekonomi nasional (Hartati, 2006). Tabel 1 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peran yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pergerakan manusia, seperti pergerakan dari rumah (asal) sekolah, tempat kerja, dan lain-lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi Perekonomian Jambi yang mampu tumbuh sebesar 5,89% pada tahun 2006 merupakan prestasi tersendiri. Pada awal tahun bekerjanya mesin ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) UNTUK KAWASAN URBAN SPRAWL KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Koridor Setiabudi dan Majapahit) TUGAS AKHIR

PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) UNTUK KAWASAN URBAN SPRAWL KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Koridor Setiabudi dan Majapahit) TUGAS AKHIR PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) UNTUK KAWASAN URBAN SPRAWL KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Koridor Setiabudi dan Majapahit) TUGAS AKHIR Oleh: ARI RAHMANANTO L2D 002 387 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar belakang BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Manusia guna memenuhi keperluan yang dibutuhkan selalu melakukan kegiatan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan akan menunjang kegiatan ekonomi ini perlu dukungan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : IRMA NURYANI L2D 001 436 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR Oleh: NUR ASTITI FAHMI HIDAYATI L2D 303 298 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin beragam merupakan indikasi dari perkembangan sebuah kota. Berbagai macam kebutuhan masyarakat tersedia dalam bentuk fasilitas pelayanan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permintaan akan transportasi dalam suatu wilayah merupakan kebutuhan akan akses untuk menuju fungsi-fungsi pelayanan kota di lokasi berbeda yang ditentukan oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. membuat kota ini terdiri dari lima wilayah kecamatan (Distric), yaitu

BAB. I PENDAHULUAN. membuat kota ini terdiri dari lima wilayah kecamatan (Distric), yaitu BAB. I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Kota Jayapura merupakan ibu kota Provinsi Papua yang sedang berkembang, karena itu mobilitas masyarakat dalam aktifitas sehari-hari terus meningkat. Topografi wilayah

Lebih terperinci

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR Oleh : SURYO PRATOMO L2D 004 354 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semarang merupakan ibukota propinsi Jawa Tengah yang berada pada kawasan pesisir pantai utara Jawa. Kota Semarang yang berada di pesisir pantai menempatkan penduduknya

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP- 481 Oleh: RINAWATI NUZULA L2D 000 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sesuai dengan Rencana Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dalam rangka pengembangan Kecamatan Insana Utara (Wini) sebagai Kota Satelit (program khusus)

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN KARET DI KOTA PADANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN KARET DI KOTA PADANG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN KARET DI KOTA PADANG Oleh MILL FADHILA 0910223072 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman KATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraiakan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, metodologi penelitian, kerangka pemikiran, sistematika pembahasan. Untuk lebih jelasnya

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PASAR BATIK SETONO SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

PENENTUAN PRIORITAS PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PASAR BATIK SETONO SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR PENENTUAN PRIORITAS PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PASAR BATIK SETONO SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR Oleh: Yunandini Galih Prastyani L2D303307 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ria Fitriana, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ria Fitriana, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan wilayah pada umumnya selalu dihadapkan pada berbagai tuntutan sekaligus implikasi yang menyertai berkembangnya keragaman dari intensitas kegiatan. Hal

Lebih terperinci

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional merupakan gambaran umum yang memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) dalam rangka menyeimbangkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan sekarang ini terasa begitu cepat yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Hal ini terutama terjadi di kotakota besar, dimana

Lebih terperinci

KAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA

KAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA KAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA KAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA Oleh : Novita Delima Putri 1 Fadillah Hisyam 2 Dosen Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya jaman yang semakin maju menyebabkan kebutuhan manusia semakin banyak dan beragam. Setiap tahap pembangunan pasti menimbulkan tuntutan berkelanjutan dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini berisi penjelasan mengenai hasil analisis yang dilihat posisinya berdasarkan teori dan perencanaan yang ada. Penelitian ini dibahas berdasarkan perkembangan wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan masyarakat baik sosial budaya, sosial ekonomi maupun jumlah penduduk akan mengalami perubahan dari

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN LITERATUR

BAB 2 KAJIAN LITERATUR BAB 2 KAJIAN LITERATUR Bab ini berisikan tentang teori yang terkait dengan pembahasan studi yakni teori mengenai perencanaan pengembangan wilayah, teori keterkaitan antar industri, dan teori pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan 1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

Faktor yang Mempengaruhi Kriteria Lokasi Berdagang Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Baru Gresik

Faktor yang Mempengaruhi Kriteria Lokasi Berdagang Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Baru Gresik C145 Faktor yang Mempei Kriteria Lokasi Berdagang Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Baru Gresik Fitri Dwi Agus Maulidiyah dan Hertiari Idajati Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sulawesi dan Papua serta ribuan pulau-pulau kecil lainnya (archipelagic

I. PENDAHULUAN. Sulawesi dan Papua serta ribuan pulau-pulau kecil lainnya (archipelagic I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki wilayah daratan yang dipisahkan oleh lautan dan merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia

Lebih terperinci

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian

Lebih terperinci

Tujuan Penyediaan Prasarana

Tujuan Penyediaan Prasarana PERTEMUAN III Karakteristik Komponen yang memberi input kepada penduduk meliputi prasarana air minum dan listrik Komponen yang mengambil output dari penduduk meliputi prasarana drainase/ pengendalian banjir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan kota sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai macam faktor-faktor perubahan yang menyangkut segi-segi sosial, ekonomi, politik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D KONTRIBUSI TAMAN BERMAIN WONDERIA TERHADAP ARUS LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SRIWIJAYA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D 301 321 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perencanaan Kota Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Ciri pokok dari sebuah

Lebih terperinci

PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR

PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR Oleh : ANJAR UTOMO BRAHMANTIYO L2D 002 386 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota selalu menunjukkan suatu keadaan yang dinamis. Kotakota di Indonesia berkembang dengan cepat seiring perkembangan zaman dan teknologi. Namun, beberapa

Lebih terperinci

Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang 1

Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah, kota Semarang strategis untuk dijadikan sebagai transit point dalam berbagai penyelenggaraan kegiatan yang berskala lokal, regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. TINJAUAN UMUM Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara administratif Kupang adalah sebuah kotamadya yang merupakan ibukota dari propinsi Nusa Tenggara Timur, dan secara geografis terletak antara 10º39 58

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan tentang studi pengembangan wilayah di Kapet Bima dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kapet Bima memiliki beragam potensi

Lebih terperinci

TEORI CHRISTALLER DAN LOSCH dalam kaitannya dengan Central Place

TEORI CHRISTALLER DAN LOSCH dalam kaitannya dengan Central Place T E O R I K E R U A N G A N P e r t e m u a n k e - 5, 1 8 O k t o b e r 2017 TEORI CHRISTALLER DAN LOSCH dalam kaitannya dengan Central Place NI MAH MAHNUNAH U N I V E R S I T A S A M I K O M PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan luas wilayah 265 km 2 dan jumlah penduduk 2.602.612 pada tahun 2013. Pertumbuhan Kota Medan yang

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS

BAB III DATA DAN ANALISIS BAB III DATA DAN ANALISIS 3.1 Data Penelitian mengenai Penyediaan Set Pelayanan Umum Perkotaan yang Sesuai dengan Preferensi Local Business di Kota Depok ini menggunakan dua jenis data, yaitu data sekunder

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara Transportasi adalah kegiatan untuk memindahkan, menggerakkan, atau mengalihkan objek, baik itu barang maupun manusia, dari tempat asal ke tempat tujuan (Miro,

Lebih terperinci

KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN

KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN (Studi Kasus: Pembangunan Kawasan Sentra Industri Mebel Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang terletak di Pulau Jawa. Aktivitas ekonomi

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi WILAYAH, PERWILAYAHAN, DAN PUSAT PERTUMBUHAN : 2. A. METODE PERWILAYAHAN a. Metode Delineasi (Pembatasan) Wilayah Formal

GEOGRAFI. Sesi WILAYAH, PERWILAYAHAN, DAN PUSAT PERTUMBUHAN : 2. A. METODE PERWILAYAHAN a. Metode Delineasi (Pembatasan) Wilayah Formal GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 21 Sesi NGAN WILAYAH, PERWILAYAHAN, DAN PUSAT PERTUMBUHAN : 2 A. METODE PERWILAYAHAN a. Metode Delineasi (Pembatasan) Wilayah Formal Pembatasan wilayah formal

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan 1. Perkembangan fisik Kota Taliwang tahun 2003-2010 Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan lahan dari rawa, rumput/tanah

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 163 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Menjawab Pertanyaan Penelitian dan Sasaran Penelitian Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini dihasilkan pengetahuan yang dapat menjawab

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 99 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, terdapat beberapa hal sebagai temuan studi yaitu sebagai berikut : 1. Karakteristik

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai temuan studi, kesimpulan dan rekomendasi yang merupakan sintesa dari hasil kajian indikator ekonomi dalam transportasi berkelanjutan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Moda kereta api berperan untuk menurunkan biaya logistik nasional, karena daya angkutnya yang besar akan menghasilkan efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang dapat ditempuh melalui jalan laut, udara dan darat. Namun demikian pelayanan transportasi darat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup masyarakat.

Lebih terperinci

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : MANDA MACHYUS L2D 002 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung

Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung Prosiding Ilmu Ekonomi ISSN: 2460-6553 Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung 1 Siti Laila Aprilia, 2 Ria Haryatiningsih, 3 Noviani 1,2,3 ProdiIlmu Ekonomi, Fakultas IlmuEkonomidanBisnis,

Lebih terperinci