PENGUJIAN DOKUMEN PERSYARATAN ADMINISTRASI PEMBAYARAN BELANJA PEGAWAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUJIAN DOKUMEN PERSYARATAN ADMINISTRASI PEMBAYARAN BELANJA PEGAWAI"

Transkripsi

1 PENGUJIAN DOKUMEN PERSYARATAN ADMINISTRASI PEMBAYARAN BELANJA PEGAWAI 6 Menjelaskan Pengertian dan Dasar Hukum Pembayaran Belanja Pegawai Pengujian Pembayaran Belanja Pegawai Kelompok Gaji Pengujian Pembayaran Belanja Pegawai Kelompok Non Gaji

2 Uraian dan Contoh Pengertian Dan Dasar Hukum Pembayaran Belanja Pegawai Definisi Belanja Pegawai berdasarkan PP No. 21 tahun 2004 adalah Kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah,baik yang bertugas di dalam maupun di luar negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Belanja Pegawai yang dibayarkan oleh satuan kerja pada umumnya terdiri dari: a) Pegawai Negeri Sipil; b) Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan c) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Lebih detil lagi dijelaskan bahwa Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud diatas, terdiri dari : a) Pegawai Negeri Sipil Pusat; dan b) Pegawai Negeri Sipil Daerah Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga pemerintah non-departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Instansi Vertikal di Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota, Kepaniteraan Pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya termasuk didalamnya adalah calon pegawai negeri sipil. Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah, atau dipekerjakan di luar instansi induknya. Pegawai tidak tetap tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri. Imbalan sebagaimana dalam definisi belanja pegawai adalah hak yang dapat diterima oleh pegawai negeri atas pekerjaan yang dibebankan. Imbalan yang diterima dikelompokan ke dalam dua kelompok yaitu : a) imbalan yang diterima secara rutin dan b) imbalan yang diterima secara insidentil Undang-undang dan peraturan yang mengatur tentang pegawai negeri dan hakhaknya antara lain: Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 114

3 1. UU No. 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara 2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 Tahun 2002 tentang perubahan atas PP No. 98 Tahun 2000 tentang pengadaan pegawai negeri sipil beserta keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara terkait sebagai ketentuan pelaksanaannya. 3. PP No. 12 Tahun 2002 tentang perubahan atas PP No. 99 Tahun 2000 tentang kenaikan pangkat pegawai negeri sipil beserta keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara terkait sebagai ketentuan pelaksanaannya. 4. PP No. 13 Tahun 2002 tentang perubahan atas PP No. 100 Tahun 2000 tentang pengangkatan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural beserta keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara terkait sebagai ketentuan pelaksanaannya. 5. PP No. 9 Tahun 2003 tentang wewenang pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pegawai negeri sipil beserta keputusan Kepala Bada Kepegawaian Negara terkait sebagai ketentuan pelaksanaannya. 6. Keppres RI Nomor 56 Tahun 1974 tentang Pembagian, Penggunaan, cara pemotongan, Penyetoran dan Besarnya Iuran-iuran yang dipungut dari pegawai negeri, pejabat negara, dan penerima pensiun. 7. Peraturan Pemerintah tentang Gaji Pokok Pegawai Negeri Sipil, Kepolisian Republik Indonesia, Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang dalam beberapa periode terkahir selalu berubah setiap tahunnya. Pengujian Pembayaran Belanja Pegawai Kelompok Gaji Berdasarkan pasal 18 ayat 2 UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dinyatakan bahwa: Pengguna Anggaran/Kuasa pengguna Anggaran berwenang meguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak penagih, meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan. Selanjutnya pada ayat 3 dinyatakan bahwa Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBN/APBD bertanggungjawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti tersebut. Terkait dengan kedua pasal tersebut ddiatas maka terhadap pembayaran belanja pegawai juga harus dilakukan pengujian secara tertib dan benar. Dalam pengertian sederhana, pengujian pada hakekatnya adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa dan mengapa. Dengan kata lain bahwa apa yang tertuang dalam dokumen dan mengapa tagihan tersebut dibayarkan. Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 115

4 Dalam proses pengujian Penghasilan PNS kelompok gaji objek yang harus diuji adalah: a. Daftar Gaji DA b. Kelengkapan persyaratan pembayaran. Pegawai Negeri Sipil berhak mendapatkan gaji yang adil dan layak, dalam implementasinya gaji yang adil dan layak yang dimaksud tentu tidak terbatas pada gaji bulanan yang diterima oleh para PNS akan tetapi juga terdapat komponen penghasilan lain selain gaji induk bulanan. Istilah gaji sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang No. 43 tahun 1999 adalah sebagai balas jasa dan penghargaan atas prestasi kerja Pegawai Negeri yang bersangkutan. Penghasilan Pegawai Negeri Sipil yang berupa gaji terdiri dari : a. Gaji Induk Bulanan b. Uang muka Gaji c. Kekurangan Gaji d. Uang Duka Wafat/tewas e. Gaji Terusan Dalam pembayaran Penghasilan PNS Kelompok gaji menggunakan formulir Daftar gaji DA yang terdiri dari enam belas kolom yang berisi informasi dan perhitungan gaji untuk pegawai negeri sipil. 1. Pengujian Pembayaran Gaji Induk Gaji Induk adalah gaji yang dibayarkan kepada PNS setiap bulan sebagai bentuk balas jasa atas pekerjaannya. Gaji induk bulanan diberikan setiap awal bulan selama PNS tidak melakukan tindakan yang menyebabkan dihentikannya pembayaran gaji induk bulanan. Gaji induk bulanan terdiri dari seluruh komponen gaji sebagaimana tertuang dalam daftar gaji DA Dalam pengujian pembayaran Gaji Induk harus memperhatikan berbagai perubahanperubahan diatas karena akan memberikan dampak pada variabel-variabel yang berkaitan dengan sebab terjadinya perubahan tersebut. Daftar gaji pokok pegawai setiap tahun senantiasa berubah karena pada umumnya gaji PNS selalu dinaikkan oleh pemerintah setiap tahun. Dalam modul ini contoh pembayaran gaji menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Belas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil. Untuk pembayaran Gaji Induk dilengkapi dengan: i. Daftar Gaji, Rekapitulasi Daftar Gaji, dan Halaman Luar Daftar Gaji ya ng ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK; ii. Daftar Perubahan d ata pegawai yang dit andatangani PPABP; Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 116

5 iii. iv. Daftar Perubahan Potongan; Daftar Penerimaan Gaji Bersih pegawai untuk pembayaran gaji yang dilaksanakan secara langsung pada rekening masing - masing pegawai; v. Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalis asi oleh Kepala Satker/pejabat yang berwenang meliputi Surat Keputusan (SK) terkait dengan pengangkatan Calon Pegawai Negeri, SK Pegawai Negeri, SK Kenaikan Pangkat, Surat Pemberitahuan Ken aikan Gaji Berkala, SK Mutasi Pegawai, SK Menduduki Jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat atau Akta terkait dengan anggota keluarga yang mendapat tunjangan, Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP), dan surat keputusan yang me ngakibatkan penurunan gaji, serta SK Pemberian Uang Tunggu sesuai peruntukannya; vi. ADK terkait dengan perubahan data pegawai; 7. ADK perhitungan pembayaran Bel anja Pegawai sesuai perubahan data pegawai; dan vii. Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) Pasal 21. Langkah-langkah Pengujian daftar gaji dilakukaan secara berurutan berdasarkan kolomkolom dalam DA Untuk mempermudah ilustrasi formulir daftar Gaji, penulis menggunakan contoh daftar gaji yang memuat data pegawai negeri sipil bernama Andi,Lahir di Medan 15 Juni 1969, NIP , Pangkat III/C masa kerja 20 tahun mempunyai 1 istri dan satu orang anak dan menjabat sebagai Pejabat Fungsional Widyaiswara Muda. Secara rinci tata cara pengisian dan pengujian DA adalah sebagai berikut : No. Nama Pegawai, NIP Tanggal Lahir Stat Kepeg(PNS/CPNS) Golongan/Ruang Status Kawin Anak -Jiwa -Gaji Pokok -Tunjangan a.isteri/suami b.anak Andi/ NIP Medan, 15 Juni 1969/ Penata Gol. III/c a b Kolom 1 : Diisi nomor urut PNS sesuai jenjang pangkat/jabatan masing masing. Pengujian Pada kolom satu dalam menulis nomor urut agar memperhatikan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) Kolom 2 : Diisi data identifas PNS dengan mencantumkan tanggal lahir, NIP, status pegawai (PNS/Calon PNS) serta pangkat/golongannya. Pada kolom dua yang berisi data pegawai, hal-hal yang perlu diuji adalah : Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 117

6 a. Nama dan NIP, Nama dan NIP harus selalu diuji terkait dengan kemungkinan terjadinya pembayaran ganda. b. Tanggal lahir, diuji dalam rangka untuk mengetahui batas akhir masa kerja pegawai (pension). Pengujian ini dilakukan untuk menghindari kelebihan bayar kepada pegawai yang seharusnya sudah memasuki usia pensiun. Contoh : jika Andi lahir tanggal 15 Juni 1969 maka pada Akhir bulan Juni 2027 pegawai seharusnya sudah memasuki masa pensiun. Kolom 3 : Diisi status PNS (kawin/belum kawin/janda/duda),jumlah anak dan Jumlah jiwa. Cara Penulisan adalah K untuk pegawai yang kawin, TK untuk pegawai yang belum Kawin, J untuk Janda, D untuk Duda. Sedangkan garis miring untuk membedakan antara masing-masing keterangan. Dalam contoh diatas K/2/4 artinya Andi adalah pegawai yang kawin dengan memiliki 2 orang anak sehingga total jiwa 4 orang. Pengujian terhadap status keluarga dilakukan atas status perkawinan dan jumlah anak. Dokumen yang menjadi dasar pengujian adalah Daftar Keluarga/KP4 yang meliputi : a. Status perkawinan atau perceraian yang ditunjukan dengan kode TK/K/J/D, bagi yang berstatus kawin maka agar diperhatikan beban yang menanggung tunjangan istri atau suami. b. Jumlah anak yang ditanggung,dibuktikan dengan akta kelahiran termasuk didalam pengujian ini adalah kesesuaian antara jumlah anak yang ditanggung berdasarkan peraturan yang berlaku dengan data yang terdapat dalam daftar keluarga. c. Jumlah Jiwa yang merupakan penjumlahan antara keluarga (istri dan/atau anak yang ditanggung) dan pegawai. Kolom 4 : Diisi penghasilan pokok PNS terdiri dari : a. Gaji Pokok b. Tunjangan Isteri (10 % x gaji pokok) c. Tunjangan anak (2 % x gaji pokok x jumlah anak) Hal yang perlu dilakukan pengujian adalah a. Gaji Pokok. Pembayaran gaji pokok berdasarkan PP No.7 tahun 1977 (POPS 1977) beserta perubahannya. b. Tunjangan Istri; Berdasarkan PP No. 51 tahun 1992, besaran tunjangan isteri/suami adalah 10% (sepuluh persen) mulai tanggal 1 April 1992, apabila suami isteri kedua- Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 118

7 duanya berkedudukan sebagai pegawai negeri, maka tunjangan ini hanya diberikan kepada yang mempunyai gaji pokok lebih tinggi. Hal lain yang pertu diperhatikan dalam pembayaran tunjangan isteri/suami, antara lain sebagai berikut: i. Tunjangan isteri/suami hanya diberikan untuk satu isteri/suami saja ii. Untuk memperoleh tunjangan isteri/suami harus dilampirkan surat nikah iii. Bagi pegawai yang isteri/suarni berkedudukan sebagai pegawai negeri supaya dilampirkan perincian pembayaran gaji dari tempat isteri/suami bekerja yang disahkan oleh instansi yang melakukan pembayaran gajinya iv. Bagi pegawai yang suaminya bekerja di swasta/perusahaan harus dilampirkan surat keterangan dari tempat suami/isteri bekerja yang menyatakan bahwa isteri/suami adalah pegawai perusahaan tersebut. Contoh 1 : Andi pangkat III/c masa kerja 20 tahun mempunyai istri 1 orang bernama Ani yang juga seorang PNS dengan pangkat II/d masa kerja 15 tahun. Tunjangan Istri/Suami harus ditanggung salah satu dari suami-istri tersebut dengan memilih jumlah gaji pokok yang lebih besar. Dalam contoh ini tentu tunjangan Andi akan mendapatkan tunjangan istri, sedang Ani tidak dibayarkan tunjangan suami. Apabila Ani, istri Andi pangkatnya lebih tinggi misalnya, III/d masa kerja 14 tahun, maka Ani mendapatkan tunjangan suami, sedangkan Andi tidak mendapatkan tunjangan istri. c. Tunjangan Anak diberikan kepada pegawai negeri/calon pegawai negeri yang mempunyai anak (anak kandung, anak tiri dan anak angkat/pungut) sebesar 2% untuk tiap anak dengan ketentuan : Belum melampaui batas usia yang ditentukan 21 tahun atau 25 tahun jika masih sekolah dengan ketentuan sebagai berikut: i. Kepada Pembuat Daftar Gaji dapat ditunjukkan Surat Pernyataan dari Kepala Sekolah/Kursus/Perguruan Tinggai bahwa anak tersebut masih sekolah/kursus/kuliah ii. Masa pelajaran pada sekolah/kursus/perguruan tinggi tersebut sekurangkurangnya satu tahun; iii. Belum pernah kawin; iv. Tidak mempunyai penghasilan sendiri; v. Nyata menjadi tanggungan orang tuanya; vi. Tidak menerima beasiswa. vii. Tidak atau belum pernah menikah; viii. Tidak mempunyai penghasilan sendiri; ix. Nyata menjadi tanggungan pegawai negeri/calon pegawai negeri yang bersangkutan. Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 119

8 Disamping ketentuan diatas, terhitung mulai tanggal 1 April 1994, sebagaimana diatur dalam pasal 53 Keputusan Presiden No. 16/1994 tentang pedoman pelaksanaan APBN, ketentuan tunjangan anak dan tunjangan beras dibatasi sebanyak-banyaknya dua orang anak, Apabila setelah tanggal tersebut jumlah anak yang memperoleh tunjangan anak berkurang karena menjadi dewasa, kawin, atau meninggal, maka pengurangan tersebut tidak dapat diganti, kecuali jumlah anak menjadi kurang dari dua. Contoh 2 : Jika Andi pangkat III/c masa kerja 20 tahun mempunyai istri 1 orang dan anak 1 orang yang ditanggung oleh Andi..Kepada Sdr. Andi berhak dibayarkan penghasilan dengan komponen sebagai berikut : Gaji Pokok : Rp ,- (PP 30 Tahun 2015) Tunjangan Istri : 10 % X Rp = Rp Tunjangan Anak : 1 anak X 2% X Rp = 2% X Rp Rp Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran tunjangan anak adalah: i. Pembayaran tunjangan anak untuk pertama kalinya supaya dilampirkan surat keterangan kelahiran anak tersebut dari peiabatyang berwenang dari Kantor Catatan Sipil. ii. iii. iv. Pembayaran tunjangan anak tiri bagi janda/duda yang bercerai darisuami/isteri supaya dilampirkan surat keputusan pengadilan yang memutuskan/mensahkan perceraian tersebut dan menjadi tanggungan penuh salah satu janda atau duda. Pembayaran tunjangan anak tiri bagi janda yang suaminya meninggal supaya dilampirkan surat keterangan dari lurah/camat bahwa anak tersebut adalah penuh tanggungan janda dan tidak mendapat tunjangan pensiun; Pembayaran tunjangan anak bagi anak angkat harus dibuktikan dengan pengangkatan anak (hukum adopsi) yang dilakukan dengan surat keputusan pengadilan. Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 120

9 TPP TUNJANGAN Fungsional Struktural Beras PPh PENGHASILAN KOTOR Pembulatan Kolom 5 : Untuk kolom TPP (Tunjangan Perbaikan Penghasilan) Tunjangan Umum adalah tunjangan yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil, Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Anggota Tentara Nasional Indonesia di lingkungan Tentara Nasional Indonesia, yang tidak menerima Tunjangan Jabatan Struktural atau Tunjangan Jabatan Fungsional atau tunjangan yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan. Pengujian pembayaran Tunjangan Umum berdasarkan PP No. 12 tahun 2006 tentang Tunjangan Umum bagi Pegawai Negeri Sipil. Besarnya tunjangan umum adalah : Uraian Gol ongan/pangka t Besar Tunjangan Pcgawai Negeri Sipil (termasuk PNS Polri dan TNI) IV Rp III Rp ,00 II Rp ,00 I Rp ,00 Dalam hal penghasilan Pegawai Negeri Sipil yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan pangan, termasuk tunjangan umum belum mencapai jumlah Rp ,00 (satu juta rupiah) sebelum dipotong iuran wajib Pegawai Negeri Sipil sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan,kepada Pegawai Negeri Sipil bersangkutan diberikan Tambahan Tunjangan Umum atas selisih dari penghasilan PNS tersebut. Dalam pengujian Tunjangan Umum agar memperhatikan perubahan antar golongan yang menentukan besarnya tunjangan Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 121

10 Kolom 6 : Diisi tunjangan jabatan yang terdiri dari : a. Tunjangan struktural dan Fungsional Dalam pasal 17 UU No. 43 Tahun 1999 disebutkan bahwa jabatan karier adalah jabatan struktural dan fungsional yang hanya dapat diduduki oleh PNS setelah memenuhi syarat yang ditentukan. Menurut SE DJA No. SE- 142/A/621/1995, sejak tahun 1996 seorang PNS tidak dapat menerima 2 tunjangan jabatan, yang diberikan adalah yang paling menguntungkan PNS bersangkutan. Dalam pengujian tunjangan jabatan, yang perlu diperhatikan adalah dokumen pendukung yang berupa : i. Surat Keputusan Pengangkatan sebagai pejabat; ii. Surat Pernyataan Menduduki Jabatan iii. Surat Pernyataan Pelantikan iv. Syarat Pembayaran Tunjangan Jabatan : Pembayaran tunjangan jabatan dapat diberikan terhitung mulai pelantikan dan menduduki jabatan. Artinya, meskipun SK Jabatan telah diterima manakala belum dilakukan pelantikan maka kepada yang yang bersangkutan belum berhak dibayarkan tunjangan jabatan. Pembayaran akan diberikan untuk bulan bulan berkenaan manakala tanggal pelantikan tidak lebih dari tanggal satu bulan berkenaan kecuali tanggal 1 hari libur, maka pelantikan yang dilaksanakan pada hari kerja pertama pada bulan berkenaan. Gaji Pokok Tunjangan Isteri Tunjangan Anak (1 orang) Tunjangan Fungsional Tunjangan Beras Tunjangan Khusus Pajak Pembulatan 26 Jumlah Penghasilan Kotor Pembulatan Angka pembulatan dihitung dengan cara sebagai berikut: 1) Jumlah angka kolom 4 + kolom 5 + Tunjangan Jabatan + Tunjangan beras, dijumlahkan 2) Jika hasilnya terdapat angka yang di bawah kelipatan 100, maka Jumlah angka kolom 4 + kolom 5 + Tunjangan Jabatan + Tunjangan beras, dijumlahkan Jika Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 122

11 hasilnya terdapat angka yang di bawah kelipatan 100, maka ditambahkan dengan angka pembulatnya, sehingga hasilnya menjadi angka kelipatan 100. Kolom 7 : Tunjangan Pangan Dasar pemberian tunjangan pangan (beras) kepada pegawai negeri ditetapkan dalam Keputusan Presiden No.272 tahun 1967 tentang Distribusi Bahan Kebutuhan Pokok Keperluan Hidup Bagi Pegawai Negeri/ABRI dan Pengendali Penyediaan Jatah Bahan Pangan Bagi Pekerja Harian Tetap Pemerintah, Karyawan Perusahaan Negara, Perusahaan Swasta Penting/Besar dan Injeksi. Dalam pasal 1 Keppres 272/1967 disebutkan besaran tunjangan pangan (beras) sebagai berikut adala 10 Kg/bulan untuk Pegawai Negeri Sipil beserta keluarganya. Dalam pengujian pembayaran tunjangan pangan agar memperhatikan: a. Pegawai Negeri Sipil/Anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia/Penerima Pensiun besarta keluarganva diberikan tunjangan beras dalam bentuk uang. b. Tunjangan beras untuk keluarga tidak diberikan rangkap. Apabila suami isteri kedua-duanya bekerja sebagai pegawai negeri, tunjangan beras diberikan untuk masing-masing suami isteri menurut haknya sebagai pegawai negeri. Disamping itu. tunjangan beras juga diberikan kepada isteri atau suami dan anak-anak sebagai anggota keluarga yang dibebankan kepada salah satu pihak. Contoh 3 : Sdr. Andi sebagaimana pada contoh 2 berhak mandapatkan tunjangan pangan sebesar 40 Kg beras (apabila dibayarkan dalam bentuk uang maka disesuaikan dengan peraturan yang berlaku). Apabila Istri dari Sdr. Andi juga seorang PNS maka kepada Sdr. Andi diberikan tunjangan pangan 40 Kg, sedangkan istrinya diberikan sendiri melalui gaji yang diterimanya sebesar 10 Kg. Tunjangan anak dan tunjangan beras untuk anak dibatasi untuk 2 (dua) orang anak. Daiam hal pegawai/pensiunan pada tanggal 1 Maret 1994 telah memperoleh tunjangan anak dan tunjangan beras untuk lebih dari 2 (dua) orang anak, kepadanya- tetap diberikan tunjangan untuk jumlah menurut keadaan pada tanggal tersebut. Apabila setelah tanggal tersebut jumlah anak yang memperoleh tunjangan berkurang karena dewasa, kawin atau meninggal, pengurangan tersebut tidak dapat diganti, kecuali jumlah anak menjadi kurang dari 2 (dua). Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 123

12 Kolom 8 : Diisi PPh ps 21 bagi PNS dan bersifat in-out, artinya pemerintah memberi tunjangan pajak penghasilan, kemudian dipotong dengan jumlah yang sama. Dalam daftar gaji dimasukkan pada kolom 8 dan kolom12 (in out). Kolom 9 : diisi hasil penjumlahan mulai kolom 4 s.d kolom 8, merupakan jumlah penghasilan kotor PNS (termasuk angka pembulatan). Potongan POTONGAN Bera I W P 10 % PPh Sewa Rmh Taperum Jumlah Potongan Jumlah Bersih Yang Dibayarkan Tanda Kolom 10 Kolom 11 : Diisi angka yang sama dengan kolom 7 atau kosong jika dibayarkan dalam bentuk uang. : Iuran Wajib Pegawai Berdasarkan Keppers No. 56 tahun 1974 tentang Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran dan Besarnya Iuran-iuran yang dipungut dari Pegawai Negeri, Pejabat Negara dan Penerima Pensiun, Untuk membiayai usaha-usaha dalam bidang kesejahteraan, maka dari setiap Pegawai Negeri dan Pejabat Negara dipungut iuran sebesar 10% (sepuluh persen) dari penghasilan setiap bulannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan perincian sebagai berikut : a. 4 ¾% (empat tiga perempat persen) untuk iuran dana pensiun; b. 2% (dua persen) untuk iuran pemeliharaan kesehatan; c. 3 ¼ % (tiga seperempat persen) untuk iuran tabungan hari tua. Yang dimaksud dengan penghasilan setiap bulan sebagai dasar perhitungan Iuran Wajib Pegawai (IWP) adalah gaji pokok, tunjangan istri dan tunjangan anak. Jadi besarnya IWP adalah :10 % x (Gaji Pokok + Tunjangan Istri + Tunjangan Anak) Kolom 12 : Diisi potongan PPh 21 Kolom 13 : Diisi angka potongan lain lain, Sewa Rumah Dinas dan Tabungan Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 124

13 Perumahan a. Potongan lain-lain adalah kewajiban PNS yang harus dikembalikan ke Kas Negara akan tetapi bukan termasuk dalam potongan-potongan diatas. Yang termasuk dalam potongan ini adalah : i. Pengembalian Uang Muka Gaji ii. Pengembalian atas kelebihan hutang-hutang kepada negara b. Potongan sewa rumah adalah kewajiban PNS yang menempati rumah dinas, besar potongan sewa rumah dinas berdasarkan pada Surat Keputusan Menempati Rumah Dinas yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang atas pengelolaan rumah dinas. c. Potongan Iuran Tabungan Perumahan/Taperum yang besarnya sesuai dengan pangkat golongan PNS masing masing sesuai dengan Keppres 14 tahun 1993 tentang Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil yaitu : Golongan IV sebesar : Rp Golongan III sebesar : Rp Golongan II sebesar : Rp Golongan I sebesar : Rp Kolom 14 : Diisi jumlah total, hasil penjumlahan kolom Kolom 15 : Diisi hasil pengurangan kolom 9 dan 14, merupakan penghasilan bersih PNS. Kolom 16 : Tanda tangan PNS yang berhak atau kuasanya yang sah. Pengujian terhadap pembayaran gaji induk dilakukan karena terjadinya perubahan dalam daftar gaji. Perubahan ini disebabkan antara lain : 1) Bertambahnya pegawai baru yaitu bertambah yang disebabkan adanya penerimaan pegawai atau pun pindahan dari satuan kerja lain. 2) Perubahan status kepangkatan dan atau kepegwaian, yaitu : a. Kenaikan pangkat b. Kenaikan gaji berkala 3) Perubahan jumlah dalam tunjangan keluarga baik bertambah atau pun berkurang. 4) Berkurangnya Jumlah pegawai baik yang disebabkan pindah atau pun pensiun. Hal yang perlu diuji dalam pembayaran gaji induk berupa Lampiran pendukung Gaji induk yaitu : a. SK Pindah, pada Surat Keputusan Pindah pegawai harus memperhatikan keabsahan data pribadi pegawai, kantor asal dan kantor tujuan. Hal yang Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 125

14 penting lagi adalah biaya perjalanan dinas pindah dibebankan kepada negara atau ditanggung sendiri oleh pegawai yang bersangkutan. b. Surat Keterangan Penghentian Pembayaran, pada SKPP harus diperhatikan i. batas akhir dibayarkannya gaji oleh satuan kerja asal. ii. Jumlah tanggungan keluarga iii. Jumlah hutang, apabila ada c. Surat Keterangan Mendapatkan Tunjangan Keluarga, Surat keterangan ini agar dicocokkan dengan keterangan yang terdapat dalam SKPP. d. SK Jabatan, diperlukan jika pegawai yang bersangkutan pindah dalam rangka menduduki jabatan yang baru. e. Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas f. Surat Pernyataan Menduduki Jabatan g. Berita Acara Pelantikan (Nomor 4 s.d. 7 khusus bagi PNS yang berkaitan dengan jabatan) Dalam pembayaran gaji induk juga dikenal istilah gaji susulan, gaji susulan diberikan kepada PNS yang dipindahtugaskan dari wilayah bayar KPPN asal ke wilayah bayar KPPN baru. 2. Pengujian Pembayaran Gaji Susulan Gaji Susulan dibayarkan karena gaji pegawai yang bersangkutan belum masuk dalam Gaji induk. Gaji susulan ini terjadi karena terdapat pegawai baru (pindahan atau baru diangkat) yang pembayaran gajinya belum ditampung dalam gaji induk karena SK pegawai yang bersangkutan diterima setelah daftar gaji induk dikirim ke KPPN. Untuk menampung pembayaran gaji bagi pegawai yang belum masuk ke daftar gaji induk maka dibuatkan daftar gaji susulan. Daftar tersebut dilengkapi dengan: 1) SKPP 2) Daftar Gaji Susulan, Rekapitulasi Daftar Gaji Susulan, dan halaman luar Daft ar Gaji Susulan yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK; 3) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP; 4) copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satker/pejabat yang berwenang meliputi SK terkait dengan pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri/Pegawai Negeri, SK Mutasi Pegawai, SK terkait Jabatan, Surat Pernyataan Pelantikan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarg a, Surat atau Akta terkait Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 126

15 dengan anggota keluarga yang mendapat tunjangan, dan SKPP sesuai peruntukannya; 5) ADK terkait dengan perubahan data pegawai; 6) ADK perhitungan p embayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data pegawai; dan 7) SSP PPh Pasal 21. Ahmad adalah pegawai pindahan pada BPPK dari Balai Diklat Palembang. Berdasarkan SK Mutasi yang diterima, Ahmad datang ke BPPK Jakarta pada tanggal 18 Juni. Sementara itu Bendahar BPPK telah membuat daftar gaji dan telah diajukan SPM kepada KPPN Jakarta II pada tanggal 15 Juni. Sehingga untuk pengajuan Gaji bulan Juli Ahmad masih belum masuk ke dalam daftar gaji DA yang diajukan oleh Bendahara. Agar Ahmad pada bulan Juli dapat menerima gaji maka PDG membuatkan daftar tersendiri untuk disusulkan dalam pengajuan gaji bulan Juli. Daftar gaji dan SPM yang disusulkan inilah yang disebut dengan Gaji Susulan. Dengan melampirkan Surat Keputusan Penghentian Pembayaran (SKPP) Surat Keputusan Penghentian Pembayaran (SKPP) harus diterbitkan untuk pegawai yang pindah atau pensiun dan gaji beserta tunjangan tidak lagi dibayarkan pada satuan kerja asal. SKPP harus memuat antara lain: a) Dasar Kepindahan Pegawai; b) Daftar Pembayaran Gaji Terakhir; c) Besar tunjangan keluarga d) Daftar utang pegawai yang bersangkutan kepad negara (jika ada) Berdasarkan Surat Keputusan Penghentian Pembayaran, kantor yang baru melakukan pengujian sebagai dasar untuk melakukan pembayaran. 3. Pengujian Pembayaran Uang Muka Gaji Uang muka gaji Diberikan kepada PNS yang dipindahtugaskan antar wilayah dan pindah kantor bayar KPPN. Uang muka gaji diberikan untuk membantu pegawai yang bersangkutan dalam pendanaan kepindahannya. Pengujian pembayaran Uang Muka Gaji adalah sebagai berikut : 1) Diberikan sebesar 1x penghasilan untuk PNS bujangan dan 2x penghasilan untuk PNS berkeluarga. Diberikan tanpa tunjangan jabatan dan tunjangan beras kemudian dibulatkan. 2) Uang Muka/Persekot gaji, tidak diberikan secara gratis, tetapi harus dikembalikan dengan cara mengangsur yang dipotong langsung dari daftar gaji induk, yaitu: Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 127

16 i. Untuk PNS bujangan diangsur maksimal 10x ii. PNS berkeluarga diangsur maksimal 20x. Persyaratan pengajuan Uang Muka Gaji yang harus diteliti dan diuji adalah : 1) Daftar Perhitungan Uang Muka Gaji, Rekapitulasi Daftar Uang Muka Gaji, dan halaman luar Daftar Uang Muka Gaji yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/P PK; 2) Copy dokumen pen dukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satker/pejabat yang berwenang berupa SK Mutasi Pindah, Surat Permintaan Uang Muka Gaji, dan Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga ; i. ADK terkait dengan p erubahan data pegawai; dan ii. ADK perhitungan pembayaran Bel anja Pegawai sesuai perubahan data pegawai. 4. Pengujian Pembayaran Kekurangan Gaji Kekurangan gaji dibayarkan kepada PNS disebabkan hal-hal sebagai berikut : 1) Surat pemberitahuan KGB yang terlambat diterima. 2) SK kenaikan pangkat yang terlambat diterima 3) SK perubahan status calon PNS menjadi PNS yang terlambat diterima 4) SK pengangkatan/kenaikkan jabatan yang terlambat diterima; 5) Penyesuaian skala gaji yang terlambat dibayarkan; Besarnya kekurangan gaji adalah selisih antara penghasilan sebagaimana gaji induk bulanan sebagaimana keputusan tentang perubahan gaji dengan penghasilan sebagaimana gaji induk sebelum keputusan perubahan. Perhitungan selisih didasarkan pada bulan yang tertera dalam keputusan kepegawaian dengan bulan terakhir dibayarkan berdasarkan keputusan kepegawaian yang lama. Contoh : Seorang PNS mengalami Kenaikan Pangkat dari III/b ke III/c. SK Kenaikan Pangkat keluar pada bulan Agustus 2009 dan berlaku surut terhitung mulai bulan April 2009, sehingga berhak memperoleh pembayaran kekurangan gaji selama 5 bulan (April s.d. Agustus 2009). Dokumen pendukung Kekurangan Gaji adalah : 1) Daftar Kekurangan Gaji, Rekapitulasi Daftar Kekurangan Gaji, dan halaman luar Daftar Kekuranga n Gaji yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 128

17 dan KPA/PPK; 2) Daftar perubahan d ata pegawai yang ditandatangani oleh PPABP; 3) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalis asi oleh Kepala Satker/pejabat yang berwenang meliputi SK terkait dengan pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri/Pegawai Negeri, SK Kenaikan Pangkat, Surat Keputusan/Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Pegawai, SK terkait dengan jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas; 4) ADK terkait dengan perubahan data pegawai; 5) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data pegawai; dan 6) SSP PPh Pasal 21. Disamping meneliti dokumen, hal lain yang perlu diperhatikan adalah : 1) Tanggal mulai terhitung dibayarkannya gaji/tunjangan berdasarkan SK 2) Mulai dibayarkan penghasilan dengan dasar SK yang baru 3) Perubahan jumlah potongan taperum dan tunjangan umum, apabila terjadi perubahan golongan 4) Perubahan tunjangan keluarga dalam masa kekurangan gaji, hal ini akan berdampak pada besarnya tunjangan pangan. 5. Pengujian Pembayaran Uang Duka Wafat/Tewas (UDW/T) Uang duka wafat dan uang duka tewas mulai tahun anggaran 2007 akan dibayarkan oleh BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Namun untuk tahap transisi Bendahara satuan kerja masih terlibat dalam pelaksanaan pembayaran. Uang duka wafat Diberikan kepada ahli waris PNS yang meninggal dunia sebesar 3 kali penghasilan bruto tanpa tunjangan PPh pasal 21. Apabila status meninggal TEWAS maka besarnya 6 kali penghasilan bruto tanpa tunjangan PPh pasal 21. Pembayaran uang duka/wafat akan dilaksanakan oleh PT Taspen. Pengujian dokumen pendukung agar dapat dibayarkan uang Duka Wafat adalah : 1) Daftar Perhitungan Uang Duka Wafat/Tewas, 2) Rekapitulasi Daftar Uang Duka Wafat/Tewas, dan halaman luar Daftar Uang Duka Wafat/ Tewas yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK; 3) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP; 4) SK Pemberian Uang Duka Wafat/ Tewas dari pejabat yang berwenang; 5) Surat Keterangan dan Permintaan Tunjangan Kematian/Uang Duka Wafat/Tewas; 6) Surat Keterangan Kematian/Visum dari Camat atau Rumah Sakit; 7) ADK terkait dengan perubahan data pegawai; dan 7. ADK perhitungan pembayaran Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 129

18 Bel anja Pegawai sesuai perubahan data pegawai. Uang Duka Tewas adalah uang yang diberikan kepada ahli waris dari pegawai negeri yang tewas. Adapun ketentuan tentang tewas adalah: 1) Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas; 2) Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas, sehingga kematian itu disamakan dengan meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas; 3) Meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka atau cacat rohani/jasmani yang didapat dalam/atau karena menjalankan tugas; 4) Meninggal dunia karena perbuatan anasir tidak bertanggung jawab atau sebagai akibat tindakan dari anasir itu. Ketentuan yang menyangkut pembayaran uang duka tewas bagi Pegawai Negeri adalah sebagai berikut : 1) Uang duka tewas dibayarkan sebesar 6 (enam) kali penghasilan terakhir (seluruh penghasilan kecuali tunjangan pajak) sebulan tanpa potongan; 2) Pembayaran uang duka tewas didasarkan pada surat keputusan pejabat yang berwenang setelah mendapat persetujuan dari Kepala BKN bagi PNS atau Kapolri/Kapolda bagi Anggota Polri atau Panglima TNI/Pangdam bagi Anggota TNI tentang pemberian uang duka tewas. 6. Pengujian Pembayaran Gaji Terusan Gaji terusan dibayarkan kepada ahli waris dari PNS yang wafat/tewas sebelum memasuki usia pensiun. Ahli waris dalam hal ini adalah isteri/suami/anak. Apabila seorang Pegawai misalnya Mr. X meninggal tanggal 20 Juni Apabila Mr. X belum kawin/menikah maka tidak berhak atas gaji terusan, kepada keluarga hanya diberikan Uang Duka Wafat. Namun apabila Mr. X sudah menikah maka kepada ahli warisa disamping Uang Duka Wafat juga diberikan gaji terusan selama 4 bulan berturut-turut mulai bulan Juli Besarnya gaji terusan dihitung sebagai berikut: 1) Gaji terusan dibayarkan selama 4 (empat) bulan berturut-turut gaji terusan tidak dikenakan Potongan iuran perumahan (Taperum). 2) IWP dikenakan hanya 2% dari gaji pokok + tunjangan keluarga 3) Tunjangan beras dibayar dalam bentuk uang 4) Angsuran hutang/sewa, tetap dipotong sesuai kondisi saat ini. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengujian atas pemabayaran gaji terusan adalah batas akhir pembayaran. Dimana pembayaran atas gaji induk yang Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 130

19 terlanjur dibayarakan pada saat pegawai meninggal dicatat sebagai gaji terusan pertama. Dokumen yang harus disertakan antara lain: 1) Daftar Perhitungan Terusa n Pengh asilan Gaji, 2) Rekapitulasi Daftar Terusan Penghasilan Gaji, dan halaman luar Daftar Terusan Penghasilan Gaji yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK; 3) Daftar perubahan data pegawai yang dit andatangani oleh PPABP; 4) Copy dokumen pen dukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satker/pejabat yang berwenang berupa Surat Keterangan Kematian dari Camat atau Visum Rumah Sakit untuk pembayaran pertama kali; 5) ADK terkait dengan perubahan data pegawai; 6) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data pegawai; dan 7) SSP PPh Pasal 21. Pegawai Negeri Sipil disamping penghasilan dari kelompok gaji juga mendapatkan penghasilan dari kelompok non gaji. 1. Uang Lembur Uang lembur diberikan kepada PNS yang melaksanakan pekerjaan lembur, yaitu segala pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang PNS pada waktu-waktu tertentu diluar jam kerja yang ditetapkan bagi instansi tertentu. Kerja lembur hanya dilakukan untuk pekerjaan yang sifatnya sangat penting atau mendesak, sehingga penyelesaiannya tidak dapat ditangguhkan. Besarnya uang lembur untuk tiap-tiap jam kerja lembur bagi PNS ditentukan sesuai tarip yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan untuk masing-masing golongan. Untuk penentuan tarip mulai tahun 2016 tentang Standar Biaya tahun 2016 adalah sebagai berikut : Pengujian Pembayaran Belanja Pegawai Kelompok Non Gaji a. Golongan I : Rp13.000,00/jam b. Golongan II : Rp17.000,00/jam c. Golongan III :Rp ,00/jam d. Golongan IV : Rp ,00/jam pada hari kerja batasan maksimal 3 jam sehari dan 14 jam seminggu sedangkan pada hari libur boleh melebihi 3 jam sehari. Disamping uang lembur, kepada PNS yang kerja lembur diberikan pula uang makan lembur untuk golongan I dan II sebesar Rp Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 131

20 30.000,00; gol III sebesar Rp ,00 dan gol IV sebesar Rp ,00 sekurangkurangnya 2 jam secara berturut-turut. Pengujian terhadap dokumen pembayaran uang lembur adalah : a. Daftar Pembayaran Perhitungan Lembur dan Rekapitulasi Daftar Perhitungan Lembur yang dita ndatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK; b. Surat Perintah Kerja Lembur; c. Daftar Hadir Kerja selama 1 (satu) bulan; d. Daftar Hadir Lembur; dan e. SSP PPh Pasal Uang Makan Uang Makan adalah uang yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada hari kerja. Uang makan diberikan sesuai jumlah hari kerja yang ada pada bulan berkenaan. Uang makan tidak diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang : a. Tidak hadir kerja b. Sedang menjalankan perjalanan dinas c. Sedang menjalani cuti d. sedang menjalani tugas belajar e. Sebab-sebab lain yang mengakibatkan Pegawai Negeri Sipil tidak hadir kerja Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan atau dipekerjakan pada instansi di luar satuan kerja induknya, uang makan dibayarkan oleh satuan kerja tempat kerja pegawai negeri sipil tersebut diperbantukan atau dipekerjakan. Pembayaran uang makan didasarkan pada daftar hadir kerja dan dibayarkan sebulan sekali paling cepat awal bulan berikutnya, khusus uang makan bulan Desember dapat dibayarkan pada bulan berkenaan. Pembayaran uang makan dilakukan dengan mekanisme langsung dan dapat dimintakan untuk beberapa bulan sekaligus. Pembayaran uang makan dikenakan pajak penghasilan pasal 21 yang dihitung dari jumlah uang makan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Pegawai Negeri sipil Golongan ll /d ke bawah tidak dikenakan pajak. b. Pegawai Negeri Sipil Golonganl III/a ke atas dikenakan pajak sebesar 15%. Pengujian Kelengkapan dokumen pembayaran uang makan adalah: c. Daftar Perhitungan Uang Makan yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK; dan d. SSP PPh Pasal 21. Bagi kantor-kantor tertentu yang berhubung tugas pokok dan fungsinya hari kerjanya Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 132

21 lebih dari 22 hari kerja per bulan dapat diberikan uang makan lebih dari 22 hari kepada pegawainya. Ketentuan pemberian uang makan lebih dari 22 hari sebulan tersebut harus tercermin didalam RKA KL satuan kerja yang bersangkutan. Besar uang makan yang diberikan berdasarkan Standar Biaya Umum 2016 adalah sebesar: golongan I dan II sebesar Rp ,00; gol III sebesar Rp ,00 dan gol IV sebesar Rp ,00 3. Uang Tunggu Apabila ada penyederhaan suatu satuan organisasi Negara yang mengakibatkan adanya kelebihan Pegawai Negeri Sipil, maka Pegawai Negeri Sipil yang kelebihan itu disalurkan kepada satuan organisasi lainnya. Apabila penyaluran tidak mungkin dilaksanakan, maka ada dua kemungkinan yaitu : a. Pegawai Negeri Sipil dengan hak pensiun, apabila telah mencapai usia sekurangkurangnya (lima puluh) tahun dan memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun; b. Diberhentikan dengan hormat dari Jabatan Negeri dengan mendapat uang tunggu, apabila belum memenuhi syarat-syarat usia dan masa kerja. Uang tunggu diberikan paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang tiap-tiap kali paling lama 1 (satu) tahun. Pemberian uang tunggu sebagaimana dimaksud tidak boleh lebih lama dari 5 (lima) tahun. Besarnya uang tunggu adalah : a. 80% (delapan puluh persen) dari gaji pokok untuk tahun pertama; b. 75% (tujuh puluh lima persen) dari gaji pokok untuk tahun-tahun selanjutnya. Uang tunggu diberikan mulai bulan berikutnya, dari bulan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari Jabatan Negeri. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang menerima uang tunggu, diberikan kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga, tunjangan pangan, dan tunjangan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pegawai Negeri Sipil yang menerima uang tunggu diwajibkan : a. melaporkan diri kepada pejabat yang berwenang, setiap kali selambat-lambatnya sebulan sebelum berakhirnya pemberian uang tunggu; b. senantiasa bersedia diangkat kembali pada suatu Jabatan Negeri. c. meminta izin lebih dahulu kepada pimpinan instansinya, apabila mau pindah alamat di luar wilayah pembayaran. Pegawai Negeri Sipil yang menerima uang tunggu, diangkat kembali dalam suatu Jabatan Negeri apabila ada lowongan. Pegawai Negeri Sipil yang menerima uang tunggu yang menolak untuk diangkat kembali dalam suatu Jabatan Negeri, diberhentikan dengan Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 133

22 hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil pada akhir bulan yang bersangkutan menolak untuk diangkat kembali. Pegawai Negeri Sipil yang menerima uang tunggu yang diangkat kembali dalam suatu Jabatan Negeri, dicabut pemberian uang tunggunya terhitung sejak menerima penghasilan penuh kembali sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pejabat yang berwenang memberikan dan mencabut uang tunggu, adalah pejabat yang berwenang mengangkat dalam dan memberhentikan dari jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penatausahaan Kegiatan penatausahaan bermanfaat sebagai alat untuk melakukan kontrol dan monitoring terhadap setiap aktifitas yang dilakukan di satuan kerja. Penatausahaan belanja pegawai dilakukan atas a. Dasar-dasar hukum kepegawaian b. Surat Keputusan Kepegawaian 1) SK CPNS 2) SK PNS 3) SK Jabatan 4) SK Kenaikan Pangkat 5) SK KGB 6) SKPP 7) SPMT Penatausahaan dilakukan dengan dua cara yaitu : a. Manual: Dokumen-dokumen dalam bentuk hardcopy yang disimpan dalam folderfolder b. Elektronis: Dokumen dokumen dalam bentuk file elektonik dalam satu media penyimpanan data Dalam modul ini difokuskan pada penatausahaan secara manual, penatausahaan secara elektronis akan di jelaskan pada bahan ajar lainnya. Pembelajaran dalam penatausahaan secara manual dilaksanakan sebagai bahan untuk dapat memahami pengujian terhadap hasil print out kartu pengawasan. Dokumen yang dipergunakan sebagai alat bantu dalam penatausahaan secara manual adalah Kartu Pegawai Perorangan Data-data yang terdapat dalam Kartu Pegawai Perorangan adalah : a. Data Pegawai b. Catatan Mutasi kepegawaian Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 134

23 c. Data Keluarga d. Penghasilan/Potongan e. Perhitungan Hutang Informasi pada kartu pegawai perorangan yang harus diperhatikan diantaranya: 1. informasi tentang catatan mutasi kepegawaian yang didalamnya memuat kronologis perubahan status kepegawaian seperti Kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, pengangkatan jabatan dan lain-lain. No. Dokumen Pendukung Uraian Mulai Jumlah Dari Tanggal Nomor Dalam melakukan pengujian pembayaran belanja pegawai, kronologis catatan mutasi kepegawaian mempunyai fungsi yang sangat efektif untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terdapat dalam dokumen pendukung. Tata cara pengisian kartu pengawasan perorangan sebagaimana model diatas adalah sebagai berikut : a) No agenda diisi dengan nomor agenda diterimanya dokumen pendukung b) Dari pada kolom dokumen pendukung diisi asal dokumen pendukung diterbitkan c) Tanggal dokumen pendukung diisi dengan tanggal ditetapkannya dokumen pendukung. d) Nomor dokumen pendukung diisi dengan nomor dokumen pendukung tersebut. e) Kolom Uraian diisi dengan penjelasan secara singkat tentang isi dokumen pendukung, misalnya SK Kenaikan Pangkat masa kerja 2 tahun 0 bulan. f) Mulai tanggal diisi dengan tanggal mulai berlakunya dokumen pendukung. g) Jumlah diisi dengan besarnya hak yang dapat diterima oleh pegawai yang bersangkutan sebagai konsekuensi dari penerbitan dokumen pendukung tersebut. 2. Data keluarga, hal yang perlu diperhatikan adalah perubahan jumlah keluarga dan usia anak yang ditanggung oleh pegawai. Pada setiap perubahan data keluarga harus dilakukan pencatatan pada data keluarga. Hal ini berguna untuk menguji hak dibayarkannya tunjangan istri dan atau tunjangan anak. 3. Dalam pencatatan penghasilan dan potongan agar diperhatikan kronologis pencatatan, karena akan mempermudah dalam proses penghitungan permintaan kekurangan gaji. Cara pengisian formulir penghasilan/potongan sama dengan cara pengisian daftar gaji karena pada hakekatnya pencatatan pada bagian ini adalah Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 135

24 memindahkan nilai yang ada pada daftar gaji. 4. Dalam pencatatan perhitungan potongan hutang agar diperhatikan kronologis pemotongan hutang yang menjadi kewajiban PNS untuk membayarnya, hal ini untuk menghindari adanya kelebihan dalam melakukan pemotongan yang berdampak kerugian bagi PNS. Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 136

25 Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 137

Pengujian Dokumen Persyaratan Administrasi Belanja Pegawai

Pengujian Dokumen Persyaratan Administrasi Belanja Pegawai Pengujian Dokumen Persyaratan Administrasi Belanja Pegawai DIKLAT BENDAHARA PENGELUARAN APBN Pengertian dan Dasar Hukum Pembayaran Belanja Pegawai D efinisi Belanja Pegawai adalah Kompensasi, baik dalam

Lebih terperinci

PERHITUNGAN GAJI PNS

PERHITUNGAN GAJI PNS PERHITUNGAN GAJI PNS PERHITUNGAN GAJI PNS STRUKTUR PENGGAJIAN GAJI POKOK Besaran gaji pokok diberikan kepada pegawai sesuai dengan yang tercantum dalam SK pengangkatan, SK kenaikan pangkat, surat pemberitahuan

Lebih terperinci

Modul Bimbingan Teknis Administrator Simda Substansi Pengelolaan Gaji PNS Daerah

Modul Bimbingan Teknis Administrator Simda Substansi Pengelolaan Gaji PNS Daerah KATA PENGANTAR Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah berbasis komputer yang selama ini dikembangkan oleh BPKP adalah suatu tools yang dibuat dengan tujuan untuk membantu pemerintah daerah dalam

Lebih terperinci

PERHITUNGAN GAJI PNS

PERHITUNGAN GAJI PNS PERHITUNGAN GAJI PNS STRUKTUR PENGGAJIAN GAJI POKOK Besaran gaji pokok diberikan kepada pegawai sesuai dengan yang tercantum dalam SK pengangkatan, SK kenaikan pangkat, surat pemberitahuan kenaikan gaji

Lebih terperinci

GOLONGAN RUANG IV/b KE BAWAH

GOLONGAN RUANG IV/b KE BAWAH 5 2013, No.1303 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERHENTIAN DAN PEMBERIAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MENCAPAI BATAS USIA PENSIUN YANG AKAN

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBAYARAN LANGSUNG (LS) BELANJA PEGAWAI

SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBAYARAN LANGSUNG (LS) BELANJA PEGAWAI [B.7] SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBAYARAN LANGSUNG (LS) BELANJA PEGAWAI A. KETENTUAN UMUM Sistem dan Prosedur Pengajuan Pembayaran Langsung Belanja Pegawai adalah sistem dan prosedur dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PENGHASILAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG ASURANSI SOSIAL PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA, ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PER. 02 Tahun 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PER. 02 Tahun 2009 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PER. 02 Tahun 2009 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG DAN PEMBERIAN KUASA BIDANG KEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI, DAN PENSIUNANNYA

Lebih terperinci

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah Nomor, tanggal 80 Tahun 2010 20 Desember 2010 Mulai berlaku : 1 Januari

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.592, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Gaji. Pensiun. Tunjangan Ketiga Belas. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89/PMK.05/2012 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

2016, No Mengingat: Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pemberian Gaji, Pensiun, atau Tunjangan Ketiga Belas kepada Pegawai Negeri

2016, No Mengingat: Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pemberian Gaji, Pensiun, atau Tunjangan Ketiga Belas kepada Pegawai Negeri No. 899, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. PNS. Prajurit TNI. Anggota POLRI. Pejabat Negara. Penerima Pensiun/Tunjangan. Gaji/Pensiun/Tunjangan ke-13. Pemberian. Juknis. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 03 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 03 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 03 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA TETAP PELAKSANAAN PENGAJUAN KENAIKAN PANGKAT BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI,

Lebih terperinci

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA KATA PENGANTAR

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Kami ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah Nya sehingga kami dapat menyusun modul panduan dalam pengelolaan dan penatausahaan keuangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Administrasi. PNS. Pemberhentian. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Administrasi. PNS. Pemberhentian. Pedoman. No.166, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Administrasi. PNS. Pemberhentian. Pedoman. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-26.KP.10.09

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.2077, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNP2TKI. Pelaksanaan APBN. TA 2017. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan. No.691, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB II PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI A. PEMBERHENTIAN PEGAWAI 1. Pengertian Pemberhentian Pegawai Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil adalah pemberhentian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENRISTEK-DIKTI. Pejabat Perbendaharaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENRISTEK-DIKTI. Pejabat Perbendaharaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA No. 1671, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. Pejabat Perbendaharaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG PEJABAT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Struktur Kepegawaian Kementerian Pemuda dan Olahraga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Struktur Kepegawaian Kementerian Pemuda dan Olahraga BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Struktur Kepegawaian Kementerian Pemuda dan Olahraga Berdasarkan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) dari Bagian Kepegawaian, jumlah

Lebih terperinci

PENCAIRAN DANA. B. Standar Kompetensi Memahami tata cara pelaksanaan pencairan dana melalaui KPPN.

PENCAIRAN DANA. B. Standar Kompetensi Memahami tata cara pelaksanaan pencairan dana melalaui KPPN. PENCAIRAN DANA A. Pendahuluan Pusat Pendidikan Administrasi (Pusdikmin) merupakan satuan kerja dibawah Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol) yang menyelenggarakan pendidikan bidang pembinaan salah satunya

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG PENGHASILAN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 5, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DIPEKERJAKAN DI LUAR PEMERINTAH KOTA MALANG

Lebih terperinci

1 of 5 21/12/ :03

1 of 5 21/12/ :03 1 of 5 21/12/2015 10:03 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89/PMK.05/2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN GAJI/PENSIUN/TUNJANGAN BULAN KETIGA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1609, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Iuran. Jaminan Kesehatan. Penyediaan. Pencairan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.02/2013

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI BELANJA GAJI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/PMK.05/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/PMK.05/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/PMK.05/2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBERIAN GAJI/PENSIUN/TUNJANGAN BULAN KETIGA BELAS DALAM

Lebih terperinci

JENIS, PROSEDUR DAN PERSYARATAN PELAYANAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN

JENIS, PROSEDUR DAN PERSYARATAN PELAYANAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN JENIS, PROSEDUR DAN PERSYARATAN PELAYANAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN Dalam rangka efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi serta untuk meningkatkan kualitas pelayanan di bidang kepegawaian, agar

Lebih terperinci

2012, No A. Syarat Syarat Dan Kelengkapan Administrasi Kenaikan Pangkat Reguler dan Pilihan KELENGKAPAN BERKAS USULAN

2012, No A. Syarat Syarat Dan Kelengkapan Administrasi Kenaikan Pangkat Reguler dan Pilihan KELENGKAPAN BERKAS USULAN 2012, No.576 8 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN METEREOLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR KEP.03 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA TETAP PELAKSANAAN PENGAJUAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI,

Lebih terperinci

2 257/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Perhitungan, Penyediaan, Pencairan, Dan Pertanggungjawaban Dana APBN Yang Kegiatannya Dilaksanakan Oleh PT Asabri

2 257/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Perhitungan, Penyediaan, Pencairan, Dan Pertanggungjawaban Dana APBN Yang Kegiatannya Dilaksanakan Oleh PT Asabri No.613, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Belanja Pensiun. PT Taspen. PT Asabri. Pertanggungjawaban. Pencairan. Penyediaan. Penghitungan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

TELAAHAN PEMBAYARAN GAJI DAN TUNJANGAN TERKAIT DENGAN STATUS KEPEGAWAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

TELAAHAN PEMBAYARAN GAJI DAN TUNJANGAN TERKAIT DENGAN STATUS KEPEGAWAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL TELAAHAN PEMBAYARAN GAJI DAN TUNJANGAN TERKAIT DENGAN STATUS KEPEGAWAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DIREKTORAT GAJI DAN KESEJAHTERAAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA 2008 1 A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.140, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Pajak Penghasilan. Pasal 21. APBN. APBD. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5174) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2074, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Tunjangan Kinerja. Pembayaran. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 273 /PMK.01/2014 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB III TEORI DAN PRAKTIK

BAB III TEORI DAN PRAKTIK BAB III TEORI DAN PRAKTIK 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Fungsi yang terlibat Fungsi yang terlibat dalam sistem penggajian di dinas perikanan kota semarang adalah sebagai berikut : 1. Fungsi Kepegawaian Bertanggungjawab

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.05/2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.05/2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.05/2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBERIAN GAJI/PENSIUN/TUNJANGAN BULAN KETIGA BELAS DALAM

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.02/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.02/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.02/2013 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA IURAN JAMINAN KESEHATAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI,

Lebih terperinci

Contoh perhitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS dan Para Pensiunan.

Contoh perhitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS dan Para Pensiunan. Lampiran I Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor : SE-38/A/521/0395 Tanggal : 15 Maret 1995 Contoh perhitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS dan Para Pensiunan. 1. Penghitungan PPh Pasal

Lebih terperinci

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017 MODUL KEPEGAWAIAN Jakarta, 18 Juli 2017 PERATURAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN MATERI 1. Konsep-konsep dan Istilah-istilah Kepegawaian, Kedudukan, Kewajiban dan Hak PNS 2. Pengadaan PNS 3. Pembinaan dan Kesejahteraan

Lebih terperinci

INDEKSPERATURANPERUNDANG-UNDANGAN BIDANGKEPEGAWAIAN

INDEKSPERATURANPERUNDANG-UNDANGAN BIDANGKEPEGAWAIAN INDEKSPERATURANPERUNDANG-UNDANGAN BIDANGKEPEGAWAIAN MAHKAMAH AGUNGRI November2015 INDEKS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG KEPEGAWAIAN POKOK BAHASAN URAIAN DASAR HUKUM KETERANGAN 1 2 3 4 FORMASI 1.

Lebih terperinci

PROGRAM PENSIUN. 2.2 TNI / POLRI dan PNS dari Kementerian Pertahanan yang diberhentikan sebelum 1 April 1989

PROGRAM PENSIUN. 2.2 TNI / POLRI dan PNS dari Kementerian Pertahanan yang diberhentikan sebelum 1 April 1989 PROGRAM PENSIUN 1. Pengertian : Pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai penghargaan atas jasa-jasa pegawai negeri selama bertahun-tahun bekerja dalam dinas pemerintahan. 2. Peserta : 2.1 Peserta Program

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK. 06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK. 06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK. 06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2010 TENTANG TARIF PEMOTONGAN DAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS PENGHASILAN YANG MENJADI BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia Diana dan Lilis Setiawati Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia Diana dan Lilis Setiawati Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Anastasia Diana dan Lilis Setiawati. 2011. Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta. Direktorat Jenderal Pajak. 2009. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 57/PJ/2009 tentang Pedoman

Lebih terperinci

2016, No Menetapkan: MEMUTUSKAN: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN HARI RAYA DALAM TAHUN ANGGA

2016, No Menetapkan: MEMUTUSKAN: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN HARI RAYA DALAM TAHUN ANGGA No.900, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. THR. PNS. Prajurit TNI. Anggota POLRI. Pejabat Negara. Pelmberian. Pelaksanaan. Juknis. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97/PMK.05/2016

Lebih terperinci

TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA SERTA PENYAMPAIANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA SERTA PENYAMPAIANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA SERTA PENYAMPAIANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.488, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Asuransi. ASABRI. Manfaat. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG BESAR MANFAAT ASURANSI ASABRI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 23 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 73 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 23 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 73 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 23 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 73 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS PADA UNSUR ORGANISASI TERENDAH BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2015 tentang Asuransi Sosial Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Anggota Kepoli

2015, No Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2015 tentang Asuransi Sosial Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Anggota Kepoli No. 2006, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Iuran. Jaminan. Kecelakaan Kerja. Kematian. TNI. POLRI. ASN. Lingkungan KEMHAN dan POLRI. Penyediaan. Pencairan. Pertanggungjawaban PERATURAN

Lebih terperinci

K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M 2 1/28/2014

K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M 2 1/28/2014 PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 15/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BIRO KEPEGAWAIAN & ORTALA K E M E N

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN ADMINISTRASI PEMBERHENTIAN DENGAN HAK PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I

PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN ADMINISTRASI PEMBERHENTIAN DENGAN HAK PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN ADMINISTRASI PEMBERHENTIAN DENGAN HAK PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG PENDELEGASIAN KEWENANGAN PENANDATANGANAN NASKAH DINAS KEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

TABUNGAN HARI TUA (THT)

TABUNGAN HARI TUA (THT) TABUNGAN HARI TUA (THT) 1. Pengertian : Tabungan Hari Tua adalah Program Asuransi Dwiguna yang dikaitkan dengan usia pensiun ditambah dengan Asuransi Kematian. 2. Peserta : Peserta Program THT yaitu Pegawai

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL SALINAN NOMOR 7, 2015 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 65 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/PMK.05/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBERIAN GAJI, PENSIUN, ATAU TUNJANGAN KETIGA BELAS KEPADA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1981 TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1981 TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 12 TAHUN 1981 TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan tentang perawatan dan tunjangan cacad Pegawai

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2010 TENTANG TARIF PEMOTONGAN DAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS PENGHASILAN YANG MENJADI BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, Copyright 2000 BPHN PP 32/1979, PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL *28126 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1979 (32/1979) Tanggal: 29 SEPTEMBER 1979 (JAKARTA)

Lebih terperinci

MENTER"! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN.

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN. MENTER"! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN. PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/PMK. 05/2018 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN HARI RAYA DALAM TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK.06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK.06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK.06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA SALINAN NOMOR 4/2017 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan biasanya memiliki sistem masing-masing, dikarenakan sistem merupakan suatu tujuan bersama dalam menjalankan perusahaan agar mampu

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentia

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentia No.553, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Penandatanganan Keputusan dan Surat. Pemberian Kuasa. Pendelegasian Wewenang. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN

Lebih terperinci

Lembar Pengendalian MANUAL PROSEDUR

Lembar Pengendalian MANUAL PROSEDUR Lembar Pengendalian MANUAL PROSEDUR PENGAJUAN GAJI SUSULAN SUBBAG KEUANGAN & KEPEGAWAIAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP MP 04 34 SEMARANG 2010 Lembar Pengendalian MANUAL PROSEDUR

Lebih terperinci

PENGAJUAN PENGANGKATAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENJADI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PENGAJUAN PENGANGKATAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENJADI PEGAWAI NEGERI SIPIL PENGAJUAN PENGANGKATAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENJADI PEGAWAI NEGERI SIPIL Calon Pegawai Negeri Sipil dapat mengajukan pengangkatan sebagai Pegawai Negeri Sipil paling cepat 1 (satu) tahun semenjak

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DUMAI

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DUMAI PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa ketentuan-ketentuan mengenai cuti Pegawai Negeri Sipil yang sekarang berlaku, diatur dalam berbagai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.853, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Iuran Wajib. Pegawai. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN IURAN WAJIB

Lebih terperinci

-1- REPUBLIK INDONESIA

-1- REPUBLIK INDONESIA -1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04/PRT/M/2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN

Lebih terperinci

Sistem akuntansi pembayaran gaji pegawai. pelayanan perbendaharaan negara (KPPN) bekasi

Sistem akuntansi pembayaran gaji pegawai. pelayanan perbendaharaan negara (KPPN) bekasi Sistem akuntansi pembayaran gaji pegawai satuan kerja kantor pelayanan perbendaharaan negara (KPPN) bekasi Latar Belakang Suatu bentuk balas jasa ataupun penghargaan yang diberikan secara teratur kepada

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Iuran Dana Pensiun. Pengembalian. Nilai Tunai.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Iuran Dana Pensiun. Pengembalian. Nilai Tunai. No.387, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Iuran Dana Pensiun. Pengembalian. Nilai Tunai. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBALIAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-03/PB/2008 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN DAN PENYETORAN PERHITUNGAN FIHAK KETIGA PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH Menimbang

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 28 /PB/2006 TENTANG PEMBERIAN GAJI/PENSIUN/TUNJANGAN BULAN KETIGA BELAS DALAM

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 98 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Lembar Pengendalian MANUAL PROSEDUR

Lembar Pengendalian MANUAL PROSEDUR Lembar Pengendalian MANUAL PROSEDUR PENGAJUAN GAJI TERUSAN PNS SUBBAG KEUANGAN & KEPEGAWAIAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP MP 04 35 SEMARANG 2010 Lembar Pengendalian MANUAL PROSEDUR

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENDELEGASIAN SEBAGIAN PENANDATANGANAN KEPUTUSAN DAN SURAT-SURAT DI BIDANG KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011. Tentang

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011. Tentang KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011 Tentang DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI, Menimbang : a. bahwa Dana Pensiun merupakan sarana penghimpun dana, guna

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 29 /PB/2007 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN GAJI DAN INSENTIF PEGAWAI TIDAK

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan L

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan L No.314, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Tunjangan Kinerja. Kelas Jabatan. PNS. TNI. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 45 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1481, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Keuangan. Pejabat Perbendaharaan. Pencabutan.

BERITA NEGARA. No.1481, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Keuangan. Pejabat Perbendaharaan. Pencabutan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1481, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Keuangan. Pejabat Perbendaharaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.645, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Uang Makan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 /PMK.05/2016 TENTANG UANG MAKAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

Lebih terperinci

DIREKTORAT STATUS DAN KEDUDUKAN KEPEGAWAIAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

DIREKTORAT STATUS DAN KEDUDUKAN KEPEGAWAIAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DIREKTORAT STATUS DAN KEDUDUKAN KEPEGAWAIAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Oleh : SRI WIDAYANTI, SH DIREKTORAT STATUS DAN KEDUDUKAN KEPEGAWAIAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA 2017 PENGERTIAN KEDUDUKAN (HUKUM) KEPEGAWAIAN

Lebih terperinci

N O M O R 1 T A H U N D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

N O M O R 1 T A H U N D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A B U P A T I B A T A N G P E R A T U R A N B U P A T I B A T A N G N O M O R 1 T A H U N 2 0 1 4 T E N T A N G P E D O M A N P E M B A Y A R A N GAJI P E G A W A I N E G E R I SIPIL M E L A L U I K A R

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 21 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 21 TAHUN 2018 TENTANG SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 21 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PEMBERIAN CUTI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR %3 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR %3 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR %3 TAHUN 2013 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG DAN PEMBERIAN KUASA PENANDATANGANAN NASKAH DINAS KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

Lebih terperinci

1. BIDANG MUTASI 1.1 KENAIKAN PANGKAT

1. BIDANG MUTASI 1.1 KENAIKAN PANGKAT 1. BIDANG MUTASI 1.1 KENAIKAN PANGKAT Kenaikan Pangkat adalah salah satu layanan Kantor Regional XII BKN Pekanbaru yang telah memenuhi standar ISO 9001:2008. Layanan ini merupakan layanan Bidang Mutasi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR: KEP. 08 TAHUN 2012

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR: KEP. 08 TAHUN 2012 PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR KEP. 08 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA TETAP PELAKSANAAN PERMINTAAN DAN PEMBERIAN CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI LINGKUNGAN BADAN

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.872, 2014 KEMENSOS. Tunjangan. Kinerja. Petunjuk Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENGHASILAN TETAP DAN TUNJANGAN KESEJAHTERAAN SERTA TUNJANGAN LAIN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci