REPRODUKSI DAN SIKLUS BULU BABI (ECHINOIDEA)
|
|
- Yandi Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Oseana, Volume XXVI, Nomor 3, 2001 : ISSN REPRODUKSI DAN SIKLUS BULU BABI (ECHINOIDEA) Oleh Abdul Wahab Radjab 1) ABSTRAK REPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP BULU BABI (ECHINOIDEA). Reproduksi dan siklus hidup bulu babi perlu diketahui terutama untuk tujuan budidaya. Bulu babi mempunyai kelamin yang terpisah dalam artian bahwa induk jantan mempunyai kelamin jantan (testis) yang menghasilkan sperma dan induk betina mempunyai kelamin betina (ovum) yang menghasilkan telur. Induk jantan biasanya terlebih dulu mengeluakan sperma kemudian diikuti oleh pengeluaran telur oleh betina. Pembuahan terjadi di luar tubuh. Pembelahan sel pada umumnya berkelipatan 2. Pada saat fase embrio, bentuknya menyerupai segitiga sama kaki dan apabila telah mencapai fase anakan akan mulai tampak tentakel-tentakel dan duri-duri dan selanjutnya dapat tumbuh hingga organ tubuhnya menjadi lengkap pada saat mencapai tahap dewasa. ABSTRACT REPRODUCTION AND LIVE CYCLES OF SEA URCHIN (ECHINOI- DEA). The reproduction and live cycles of sea urchin is very impotant for culture (hatchery). Sea urchin have separate sexual reproduction, the male testis which produces sperms and the female has ovum which produces eggs. Generally the male sea urchin produces sperm first and then the female produces eggs. The fertilization occur externally. The fission of cell usually multiply twice. The embryos appeared like a triangel. In the young state the tentacle and spine appear and all reproduction system complite when they are mature. PENDAHULUAN Sistem reproduksi dan siklus hidup bulu babi perlu diketahui terutama untuk tujuan budidaya karena dengan pengetahuan tersebut paling tidak kita dapat mengetahui tahap-tahap yang dilalui sebelum bulu babi mencapai tahap dewasa. Bulu babi (sea urchin) adalah salah salu biota laut yang belum banyak dikenal oleh masyarakat walaupun gonadnya (telur) dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Bulu babi dari 25
2 kelas echinoidea, yang hidup di dunia diperkirakan sebanyak 800 jenis dan terbagi dalam 2 anak kelas yaitu Perischoechinoidea yang terdiri dari 1 bangsa dan 2 suku, sedangkan anak kelas Euchinoidea terdiri dari 14 bangsa dan 44 suku (AZIZ 1987). Bulu babi ini ditemukan antara lain di laut Hindia, Australia, Philipina dan Afrika (CLARK & ROWE 1971). Bulu babi oleh masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai Kawasan Timur Indonesia lebih dikenal dengan nama "duri babi" yang merupakan salah satu dari sekian jenis makrobenthos dari kelas echinoidea yang dapat mencapai ukuran diameter cangkang 163 mm dan mencapai berat 200 gr. Para nelayan telah lama memanfaatkan hewan laut ini untuk diambil gonad sebagai konsumsi lokal baik mentah (segar) maupun hasil olahan. Populasi bulu babi yang mempunyai nilai ekonomi ini makin sulit didapatkan akhirakhir ini. Untuk mengantisipasi kepunahan biota tersebut maka paling tepat adalah dengan melalui usaha budidaya. Selain tujum restocking di alam namum tak kalah pentingnya adalah agar dapat memenuhi permintaan gonad di pasaran internasional. Di negara Jepang misalnya, mengkonsumsi sekaligus memproduksi telur bulu babi sebanyak ton per bulannya. Sedangkan di Perancis dan negara-negara Eropa lainnya tingkat produksi telur bulu babi lebih dari 500 ton per bulannya. Selanjutnya negara Spanyol dan Inggris juga merupakan konsumer dan pengimpor terbesar gonad bulu babi. Namun sebelum menangani aspek budidaya, sebaiknya diketahui aspek siklus hidup secara umum. Bulu babi terbagi dalam 2 kelompok sesuai bentuknya yaitu bulu babi beraturan (regular urchin) dan bulu babi tidak beraturan (irregular urchin). Yang dimaksud dalam tulisan ini adalah bulu babi yang beraturan. JENIS KELAMIN Tanda kelamin penting artinya untuk mengetahui jenis kelamin suatu individu. Telah sering dikemukakan bahwa bulu babi mempunyai kelamin terpisah, ada individu jantan dengan kelamin jantan (testis) dan ada individu betina dengan gonad betina (ovari). Kedua jenis kelamin ini tidak memberikan kenampakan morfologi luar yang berbeda nyata. Sampai saat ini tanda kelamin sekunder yang dapat memberi petunjuk adalah bentuk papila genitalia (Gambar 1). Dalam hal pemijahan tanda kelamin sekunder ini secara umum untuk dapat membedakan kelamin apabila induk-induk bulu babi akan dipijahkan. Pada pengamatan di laboratorium, teori ini masih dapat digunakan karena sebagian besar individu yang dipijahkan sesuai dengan teori seperti telah disebutkan di atas, walaupun ada sebagian yang tidak sesuai dengan teori karena ada beberapa individu yang tidak mempunyai tonjolan namun tidak dapat mengeluarkan telur. Sebaliknya ada juga individu yang mempunyai tonjolan namun dapat mengeluarkan telur walaupun hanya beberapa individu. Secara morfologi susah dibedakan jenis kelaminnya walaupun ada beberapa teori yang telah mengemukakan perbedaan tersebut. Diantaranya adalah TAHARA et. al. dalam DARSONO (1986) mengemukakan bahwa: Dari beberapa jenis bulu babi yang diamati tersebut, perbedaan kelamin oleh bentuk papila genitalia yang memberikan dua tipe golongan yaitu : a. Tipe Mespilia.: papila genitalia pada hewan jantan adalah pendek sedikit menonjol berbentuk kerucut (conical protuberances), sedang pada betina adalah rata/mendatar atau masuk tenggelam di bawah dinding permukaan dinding cangkang. Jenis-jenis yang termasuk tipe ini ialah Mespilia globulus, Toxopneustes pileolus, Temnopleurus toreumaticus, Hemicentrotus pulcherimus dan Pseudocentrotus depressus. 26
3 b. Tipe Tripneustes: papila genitalia pada hewan jantan ditandai dengan bentuk tabung memanjang, sedang pada yang betina berbentuk tonjolan tumpul (stumpy protuberances). Jenis-jenis yang termasuk tipe ini ialah Tripneustes gratilla, Echinometra mathaei, Echinostrephus aciculatus, dan Diadema setosum. TELUR ATAU GONAD BULU BABI Struktur gonad bulu babi menempel pada lapisan "perisvisceral epithelium lempeng interambulakral" yang mengisi lebih dari separuh rongga badan pada sisi apikal. Bila diperhatikan, organ gonad terlihat pasangan percabangan "racemose" pada sisi- 27
4 sisi gonaduct. Percabangan tersebut disebut "acini", masing-masing berbentuk Y (Y- Shaped). Tidak ada perbedaan penting struktur kasar antara gonad jantan dan betina pada spesimen dengan ukuran diameter cangkang sampai 40 mm. Ovari yang matang (mature) berwarna merah kecoklatan (raddish brown), testes matang berwarna putih kekuningan (DARSONO 1986). Kenampakan umum gonad bulu babi secara morfologi pada saat menempel di bagian dalam cangkang bulu babi (Gambar 2). Telur bulu babi dimanfaatkan oleh manusia karena selain enak rasanya juga mempunyai nilai gizi yang tinggi di antaranya nilai protein dengan berat basah antara 7,04-8,20 % (dengan berat kering antara 51,80-57,80 %), nilai lemak dengan berat basah antara 1,14-1,35 % (nilai lemak dengan berat kering antara 8,53-9,36 %), nilai kadar air berkisar antara 84,17 % - 87,82 % dan nilai kadar abu antara 1,81-1,86 % (CHASANAH & ANDAMARI 1998). Bulu babi jenis T. gratilla apabila mencapai tingkat kematangan (TKG) matang awal mempunyai ukuran diameter cangkang 60 mm - 70 mm dan berat 160 gr gr. Bulu babi jenis yang satu ini mempunyai kematangan gonad yang siap pijah sepanjang tahun khususnya pada genus Tripneustes yang mana ditemukan TKG IV dan V pada setiap bulannya, walupun dalam persentase yang kecil dan puncaknya pada bulan Agustus dan September dengan diameter cangkang berkisar antara 75,01 mm - 80,00 mm dan berat 165,30 gr - 185,50 gr (RADJAB, 1998). Apabila ingin mendapatkan induk di daerah Kawasan Timur Indonesia, hendaknya pada bulan-bulan Agustus dan September karena pada bulan-bulan tersebut bulu babi mempunyai tingkat kematangan gonad tinggi IV dan V yang persentasinya cukup tinggi. Telur bulu babi yang sudah matang telah mencapai fase tingkat kematangan gonad (TKG) IV dan V atau telah siap dipijahkan oleh seekor induk betina dengan ukuran diameter 28
5 cangkang minimal 60 mm. Bulu babi yang mencapai matang gonad berisi beberapa juta butir telur yang mempunyai warna putih kekuningkuningan dan dalam perkembangannya sangat cepat. Periode matang gonad biota ini sangat panjang yaitu antara bulan Oktober sampai dengan bulan Mei bahkan bisa sampai sepanjang tahun (REVERBERI 1971). PEMIJAHAN (SPAWNING) Beberapa kelompok bulu babi yang telah matang gonad sebelum memijah biota tersebut memiliki tanda khusus yaitu semacam signal untuk mendorong pelepasan telur (proses pemijahan) (STARR etal 1992). Faktor pisik air sangat berpengaruh terhadap potensial pemijahan seperti kisaran suhu, salinitas/kadar garam, cahaya dan arus dan juga perubahan pisik lingkungan seperti adanya pertambahan unsur hara dimana biota tersebut berada yang banyak menyebabkan induk-induk bulu babi lebih cepat untuk memijah (STARR et al. 1992). Bila induk akan memijah tampak ada kecenderungan untuk induk bulu babi yang berkelamin jantan mencari tempat yang lebih tinggi untuk melepaskan sperma kemudian diikuti oleh induk bulu babi yang berkelamin betina untuk mengeluarkan telur, namun kebanyakan induk-induk hanya tinggal didasar. Bulubabi dapat memijah seperti biota laut lainnya, pada umumnya induk jantan mengeluarkan sperma terlebih dulu baru kemudian diikuti oleh induk betina yang mengeluarkan telur. Pembuahan terjadi di luar tubuh dimana induk jantan terlebih dahulu mengeluarkan sperma yang berwarna putih susu, selang beberapa menit (biasanya 0,5-3 menit), biota yang berkelamin betina mengeluarkan telur-telur yang berwarna kuning (apabila telurnya matang) namun apabila telur yang tidak matang maka akan berwama putih dan apabila diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran kuat maka telur yang belum matang ini terbungkus oleh semacam albumin yang relatif tebal sehmgga mungkin mengakibatkan telur sulit ditembusi oleh sperma. Dalam usaha budidaya, dianjurkan perbandingan antara jumlah sperma dan telur harus seimbang agar tidak terjadi pembusukan. Apabila kelebihan sperma maupun telur akan mengalami pembusukan secara cepat terlebih apabila tidak secepatnya dilakukan penggantian air pada wadah pemijaham. PEMBUAHAN (FERTILIZATION) Pembuahan. terjadi di luar tubuh dimana sperma yang berasal dari induk jantan membuahi telur-telur yang berasal dari induk betina. Telur bulu babi dibungkus dengan semacam gelatinous yang biasa disebut "jelly coat". Beberapa penulis menyatakan bahwa pembuahan terjadi oleh molekul-molekul yaitu interaksi antara sperma dan telur. "Jelly coat" sangat berpengaruh terhadap aktifitas sperma namun daya tembus sperma cukup kuat (GIUDICE, 1986). Selanjutnya dikatakan bahwa interaksi antara sperma bulu babi berkontak dengan bagian luar telur dimana kepala sperma aktif bergerak mencari telurtelur, beberapa sperma mampu melewati akrosom dan aktif menembus telur-telur. Telur yang telah mengalami pembuahan (Gambar 3) dan beberapa buah telur yang sedang mengalami pembelahan (Gambar 4) EMBRIO Pada peristiwa pembuahan telur-telur bulu babi membelah dengan frekuensi yang tinggi pada pembelahan dan pergerakan mengikuti formasi seperti umumnya biota ekhinodermata lainya yang dibudidaya di air laut (MORTENSEN, 1921 ; HARVEY, 1956; STEPHENS 1972 ; GUSTAFSON and WOLPERT 1967 dalam GIUDICE 1986) 29
6 30
7 Pembelahan pertama berlangsung kurang lebih selama 60 menit untuk membelah menjadi 2 sel. Pembelahan 2 sel membutuhkan waktu yang sama untuk mencapai pembelahan 4 sel. Setelah itu pembelahan selanjutnya terjadi setiap 30 menit. Setelah mencapai tahap embrio terus masuk pada fase morula dan embrio muda yang disebut blastula. 10 jam setelah terbuahi sejak fase blastula, maka embrio tersebut mulai aktif berenang. Pembuahan blastula yang mempunyai berkas "stereocilia" dan terdapat banyak silia mengelilingi embrio (CZIHAK, 1971) (Gambar 5 dan Gambar 6). Walaupun konsentrasi suspensi sperma tinggi, maka ada satu sel sperma yang menetrasi "jelly coat" dan permukaan telur akan ditembusi sperma secara spontan. 31
8 ANAKAN BULU BABI Bulu babi sudah dapat dikatakan telah menjadi anakan bila sudah terdapat tentakeltentakel (tentacles), duri-duri(spines) dan pediselaria (pedicelaria) (CZHIAK, 1971) (Gambar 7). Pertambahan berat bulu babi lebih cepat dari pertambahan diameter. Dari hasil pengamatan pengukuran di lapangan ternyata pertambahan diameter rata-rata harian bulu babi 0,01 mm hari -1 dan pertambahan berat ratarata hariannya adalah 0,05 hari -1. Secara perhitungan matematis dapat ditemukan berapa lama seekor bulu babi untuk dapat mencapai ukuran dewasa dengan asumsi bahwa bulu babi mempunyai pertumbuhan yang sama sejak umur 0 hari BULU BABI DEWASA Bulu babi dewasa telah mempunyai organ tubuh yang lengkap mulai dari tubuh bagian dalam sampai pada organ tubuh bagian luar semuanya telah tampak dengan jelas. 32
9 tentacle Gambar 7. Tahap metamorphosis, mulai tampak tentakel primer, mulut dan spine (CZIHAK 1971) Namun bulu babi dapat dikatakan dewasa betul apabila bulu babi sudah dapat dijadikan sebagai induk dan telah mencapai ukuran cangkang 60 mm. Selain itu bulu babi dewasa mempunyai organ lengkap secara morfologi. Bulu babi dewasa telah mempunyai kulit (cangkang) yang keras, jari-jari dan duri-duri (spine) yang sudah dapat berfungsi dengan sempurna, misalnya jari-jari sudah dapat memegang pada substrat. Struktur eksternal bulu babi beraturan (Gambar-8), struktur internal (Gambar 9) dan struktur diagramatik kulit dan jari-jari bulu babi (Gambar 10). 33
10 Gambar 8. Anakan muda bulu babi setelah mengalami proses metamorphosis (CZIHAK 1971) Ctcum PvrlstofMal mtmbrine Mouth»i*ryfii Gambar 9. Struktur internal bulu babi dewasa (RUPPER & BARNES 1990) 34
11 DAFTARPUSTAKA AZIZ. A Makanan dan cara makan berbagai jenis bulu babi. Oseana 12 (4): CHASANAH. E dan R. ANDAMARI Komposisi kimia, profil asam lemak dan asam amino gonad bulu babi Tripneustes gratilla dan Salmacis sp. dan potensi pengembangannya. Prosiding seminar kelautan LIPI UNHAS ke 1. Balitbang Sumberdaya, Laut, Puslitbang Oseanologi - LIPI: CLARK. A.M. and F.W.E ROWE Monograph of Shallow-Water Indo- West Pacific Echinoderms. Trustees of the British Museum Natural History, London: 300 pp. CZIHAK.G Echinoids In Experimental Embryology of Marine and Fresh- Water Invertebrates (G. Reverberi ed.). Nort-Holland Publishing Company Amsterdam, London: DARSONO. P Gonad bulu babi. Oseana. 11 (4): GIUDICE. G The Sea Urchin Embryo. A Developmental Biological System: 1-77 RADJAB. A.W Pertumbuhan dan Reproduksi bulu babi Tripneustes gratilla (L) di Perairan Tamedan, Pulau Dullah, Maluku Tenggara. Prosiding Seminar Kelautan LIPI - UNHAS Ke 1. Balitbang Sumberdaya Laut, Puslitbang Oseanologi - LIPI:
12 REVERBERI. G Experimental embry- STARR, M, J.H. HIMMELMAN and J.C. ology at marine and fresh-water inver- THERRIAULT Isolation and tebrates. North Holland Publishing propertis of a substance from the dia- Company Amsterdam and London: tom Phaeodactilum tricornotum wich 506 pp. induces spawning in the sea urchin Strongilocentrotus droebachienchis. RUPPER. E.E. and R.D. BARNES In- Marine ecology progres series. 79 : vertebrate zoology, sixth edition Saunders college publishing:
II. TINJAUAN PUSTAKA. (Aziz, 1981). Tubuhnya berbentuk segilima, mempunyai lima pasang garis
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bulu Babi Bulu babi merupakan organisme dari divisi Echinodermata yang bersifat omnivora yang memangsa makroalga dan beberapa jenis koloni karang (Aziz, 1981). Tubuhnya berbentuk
Lebih terperinciOseana, Volume XI, Nomor 4 : , ISSN GONAD BULU BABI. oleh. Prapto Darsono l ) ABSTRACT
Oseana, Volume XI, Nomor 4 : 151-162, 1986. ISSN 0216-1877 GONAD BULU BABI oleh Prapto Darsono l ) ABSTRACT THE GONADS OF SEA URCHINS. Knowledge of the gonad of sea urchin is not only important information
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)
12 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-September 2011 dengan waktu pengambilan contoh setiap satu bulan sekali. Lokasi pengambilan ikan contoh
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Organ reproduksi Jenis kelamin ikan ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap gonad ikan dan selanjutnya ditentukan tingkat kematangan gonad pada tiap-tiap
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Perairan Teluk Jakarta merupakan sebuah teluk di perairan Laut Jawa yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Terletak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes
Lebih terperincistatistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks
Persentase Rasio gonad perberat Tubuh Cobia 32 Pembahasan Berdasarkan hasil pengukuran rasio gonad dan berat tubuh cobia yang dianalisis statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin
Lebih terperinci5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI
5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI Pengukuran parameter reproduksi akan menjadi usaha yang sangat berguna untuk mengetahui keadaan kelamin, kematangan alat kelamin dan beberapa besar potensi produksi dari
Lebih terperinciV. SIMPULAN DAN SARAN. adalah Diadema setosum dan Echinothrix calamaris. 2. Densitas bulu babi di Watu Lawang untuk Diadema setosum sebesar
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat di tarik tiga simpulan, yaitu: 1. Spesies bulu babi yang ditemukan di Pantai Pasir Putih Situbondo adalah Diadema
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perairan laut Indonesia memiliki keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut yang hidup di sekitarnya. Ekosistem
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air
Lebih terperinci3.KUALITAS TELUR IKAN
3.KUALITAS TELUR IKAN Kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: umur induk, ukuran induk dan genetik. Faktor eksternal meliputi: pakan,
Lebih terperinciUji Organoleptik Ikan Mujair
Uji Organoleptik Ikan Mujair Bahan Mentah OLEH : PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu atau nilai-nilai tertentu yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Bulu babi termasuk anggota dari Filum Echinodermata yang tersebar mulai dari daerah intertidal yang dangkal hingga ke laut dalam (Jeng 1998). Fauna ini umumnya menghuni ekosistem
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
9 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Ikan contoh diambil dari TPI Kali Baru mulai dari bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan November 2010 yang merupakan hasil tangkapan nelayan di
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
16 3. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Pola reproduksi ikan swanggi (Priacanthus tayenus) pada penelitian ini adalah tinjauan mengenai sebagian aspek reproduksi yaitu pendugaan ukuran pertama
Lebih terperinciInduk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok
Standar Nasional Indonesia SNI 6138:2009 Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 6138:2009 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Klasifikasi ikan tembang (Sardinella maderensis Lowe, 1838 in www.fishbase.com) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Subfilum
Lebih terperinciREPRODUKSI IKAN LAUT TROPIS
Oseana, Volume, XXVI, Nomor 2, 2001 :17-24 REPRODUKSI IKAN LAUT TROPIS Oleh Fahmi 1) ABSTRACT REPRODUCTION OF MARINE TROPICAL FISHES. Fishes have many ways to do their reproduction in various environment.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi
3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Menurut klasifikasi Bleeker, sistematika ikan selanget (Gambar 1) adalah sebagai berikut (www.aseanbiodiversity.org) :
Lebih terperinciASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM
ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM Oleh : Rido Eka Putra 0910016111008 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Indeks Gonad Somatik (IGS) Hasil pengamatan nilai IGS secara keseluruhan berkisar antara,89-3,5% (Gambar 1). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa bioflok
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI KOMUNITAS BULU BABI (ECHINOIDEA) DI PERAIRAN PULAU MENJANGAN KAWASAN TAMAN NASIONAL BALI BARAT
KEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI KOMUNITAS BULU BABI (ECHINOIDEA) DI PERAIRAN PULAU MENJANGAN KAWASAN TAMAN NASIONAL BALI BARAT Gede Ari Yudasmara Jurusan Budidaya Kelautan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja,
Lebih terperinciII. Tinjuan Pustaka. A. Bulu Babi Tripneustes gratilla. 1. Klasifikasi dan ciri-ciri
II. Tinjuan Pustaka A. Bulu Babi Tripneustes gratilla 1. Klasifikasi dan ciri-ciri Bulu babi Tripneustes gratilla termasuk dalam filum echinodermata dengan klasifikasi sebagai berikut (Anon 2011 ) : Kingdom
Lebih terperinciBIDANG KEGIATAN : PKM PENELITIAN
LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGARUH POLA PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN TINGKAT STRES BULU BABI (Diadema setosum) SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI HASIL BUDIDAYA BIDANG KEGIATAN
Lebih terperinciSTMIK AMIKOM YOGYAKARTA
KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Usaha Pembenihan Ikan Bawal Di susun oleh: Nama : Lisman Prihadi NIM : 10.11.4493 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010 / 2011 PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan bawal merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting salah satunya adalah teripang yang dikenal dengan nama lain teat fish, sea
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia dengan panjang 81.000 km dengan luas perairan laut sekitar 5,8 juta km
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,
Lebih terperinciSPESIES BULU BABI (Echinoidea) DI PERAIRAN PULAU PANJANG KABUPATEN BANGKA TENGAH PROVINSI BANGKA BELITUNG
SPESIES BULU BABI (Echinoidea) DI PERAIRAN PULAU PANJANG KABUPATEN BANGKA TENGAH PROVINSI BANGKA BELITUNG Siti Aisyah Lubis (1), Arief Anthonius Purnama (2), Rofiza Yolanda (2) 1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciKERAGAMAN SPESIES LANDAK LAUT (Echinoidea) FILUM ECHINODERMATA BERDASAR MORFOLOGI DI PERAIRAN DOFA KABUPATEN KEPULAUAN SULA.
KERAGAMAN SPESIES LANDAK LAUT (Echinoidea) FILUM ECHINODERMATA BERDASAR MORFOLOGI DI PERAIRAN DOFA KABUPATEN KEPULAUAN SULA. Wirda Az Umagap Staf Dosen Pendidikan Biologi STAIN Ternate Email : idha_drakel@yahoo.com
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara dari bulan Januaribulan Maret 2010. Analisis aspek reproduksi dilakukan di Fakultas Perikanan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)
11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Ikan contoh diambil dari TPI Kalibaru mulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan November 2010 yang merupakan hasil tangkapan nelayan Teluk Jakarta
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Siput Gonggong (Strombus turturella)
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Siput Gonggong (Strombus turturella) Klasifikasi Siput Gonggong (Strombus turturella) menurut Ruppert dan Barnes (1994); adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak dan Kondisi Penelitian Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur dan merupakan
Lebih terperinciAdanya rangka dalam (endoskeleton) berduri yang menembus kulit. Tubuh terdiri dari bagian oral (yang memiliki mulut) dan aboral (yang tidak memiliki mulut). Pada waktu masih larva tubuhnya berbentuk bilateral
Lebih terperinciBeberapa contoh air, plankton, makrozoobentos, substrat, tanaman air dan ikan yang perlu dianalisis dibawa ke laboratorium untuk dianalisis Dari
RINGKASAN SUWARNI. 94233. HUBUNGAN KELOMPOK UKURAN PANJANG IKAN BELOSOH (Glossogobircs giuris) DENGAN KARASTERISTIK HABITAT DI DANAU TEMPE, KABUPATEN WAJO, SULAWESI SELATAN. Di bawah bimbingan Dr. Ir.
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian
3 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama empat bulan dari Oktober 2011 hingga Januari 2012 di Waduk Ir. H. Djuanda, Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat (Gambar 3). Pengambilan
Lebih terperinciPengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia. Kima Lubang (Tridacna crosea)
Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia Kima Lubang (Tridacna crosea) Kima ini juga dinamakan kima pembor atau kima lubang karena hidup menancap dalam substrat batu karang. Ukuran cangkang paling kecil
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepiting bakau (Scylla spp.) tergolong dalam famili Portunidae dari suku Brachyura. Kepiting bakau hidup di hampir seluruh perairan pantai terutama pada pantai yang ditumbuhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan
Lebih terperinciPEMBENIHAN TERIPANG PUTIH (Holothuria scabra)
PEMBENIHAN TERIPANG PUTIH (Holothuria scabra) 1. PENDAHULUAN Teripang atau juga disebut suaal, merupakan salah satu jenis komoditi laut yang bernilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek yang baik dipasaran
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik ikan nila merah Oreochromis sp. Ikan nila merupakan ikan yang berasal dari Sungai Nil (Mesir) dan danaudanau yang berhubungan dengan aliran sungai itu. Ikan nila
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. melimpah dan tersebar di seluruh perairan Indonesia. Menurut Radjab (2001)
3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bulu babi 2.1.1 Bentuk dan Morfologi Bulu babi Bulu babi merupakan fauna dari filum Echinodermata yang paling melimpah dan tersebar di seluruh perairan Indonesia. Menurut Radjab
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.
Lebih terperinciAPLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)
APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) Oleh Adi Hardiyanto, Marwa dan Narulitta Ely ABSTRAK Induk ikan mandarin memanfaatkan pakan untuk reproduksi. Salah satu
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN ECHINODERMATA DAN KONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN DANGKAL PULAU PANDANG KABUPATEN BATU BARA PROVINSI SUMATERA UTARA
KEANEKARAGAMAN ECHINODERMATA DAN KONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN DANGKAL PULAU PANDANG KABUPATEN BATU BARA PROVINSI SUMATERA UTARA DIVERSITY OF ECHINODERMS AND ENVIRONMENTAL CONDITIONS IN THE SHALLOW WATERS
Lebih terperinci5 KINERJA REPRODUKSI
5 KINERJA REPRODUKSI Pendahuluan Dengan meningkatnya permintaan terhadap daging tikus ekor putih sejalan dengan laju pertambahan penduduk, yang diikuti pula dengan makin berkurangnya kawasan hutan yang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2006, Agustus 2006 Januari 2007 dan Juli 2007 di Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi dengan sumber air berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup serta perbedaan-perbedaannya. Allah SWT menerangkan. dirasakan, dan dipikirkan oleh manusia. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang tidak ternilai harganya baik keanekaragaman tumbuhan, maupun keanekaragaman hewan. Alqur an juga menyebutkan bahwa di
Lebih terperinciSEKILAS MENGENAI LANDAK LAUT Oleh Indra Bayu Vimono 1)
Oseana, Volume XXXII, Nomor 3, Tahun 2007: 37-46 ISSN 0216-1877 SEKILAS MENGENAI LANDAK LAUT Oleh Indra Bayu Vimono 1) ABSTRACT A REVIEW OF SEA URCHlN. Echinoids or sea urchins are exclusively marine animals.
Lebih terperinciTitin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani
Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Relasi panjang berat dan aspek reproduksi ikan beureum panon (Puntius orphoides) hasil domestikasi di Balai Pelestarian Perikanan Umum dan Pengembangan Ikan Hias (BPPPU)
Lebih terperinci3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan
12 digital dengan sensifitas 0,0001 gram digunakan untuk menimbang bobot total dan berat gonad ikan, kantong plastik digunakan untuk membungkus ikan yang telah ditangkap dan dimasukan kedalam cool box,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lemak omega 3 yang ada pada ikan (Sutrisno, Santoso, Antoro, 2000).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan di Indonesia berpotensi bagi perkembangan dunia usaha khususnya sebagai komoditas perdagangan dan sumber pangan. Permintaan pasar akan produksi perikanan
Lebih terperinciKarakteristik mutu daging
Karakteristik mutu daging Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia edisi Maret 2011) Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen
Lebih terperinciTINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG
TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG SS Oleh: Ennike Gusti Rahmi 1), Ramadhan Sumarmin 2), Armein Lusi
Lebih terperincitelur, dimana setelah jam diinkubasi pada suhu 25 C kista akan menetas
Siklus hidup Artemia (gambar 3) dimulai pada saat menetasnya kista atau telur, dimana setelah 15-20 jam diinkubasi pada suhu 25 C kista akan menetas manjadi embrio. Selanjutnya dalam waktu beberapa jam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan yang berasal dari hewan merupakan sumber protein dan mengandung asam amino esensial yang tidak disuplai dari bahan pangan lain, sehingga sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciTELUR ASIN 1. PENDAHULUAN
TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jenis Kelamin Belut Belut sawah merupakan hermaprodit protogini, berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pada ukuran panjang kurang dari 40 cm belut berada pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting hidup di daerah muara sungai dan rawa pasang surut yang banyak ditumbuhi vegetasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diakibatkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah munculnya penyakit yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara produksi udang terbesar di dunia, namun produksi tambak udang di Indonesia sejak tahun 1992 mengalami penurunan. Peristiwa penurunan produksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya hutan bakau yang membentang luas di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya hutan bakau yang membentang luas di seluruh kawasan Nusantara. Salah satu komoditas perikanan yang hidup di perairan pantai khususnya di
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013
18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013 hingga Januari 2014 agar dapat mengetahui pola pemijahan. Pengambilan sampel dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau berbintil yang termasuk dalam filum echinodermata. Holothuroidea biasa disebut timun laut (sea cucumber),
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama enam bulan dari bulan Mei - Oktober 2011. Pengambilan ikan contoh dilakukan di perairan mangrove pantai Mayangan, Kabupaten
Lebih terperinciPENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN
PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN Oleh : Eddy Afrianto Evi Liviawaty i DAFTAR ISI PENDAHULUAN PROSES PENURUNAN KESEGARAN IKAN PENDINGINAN IKAN TEKNIK PENDINGINAN KEBUTUHAN ES PENGGUNAAN ES
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Berdasarkan tingkat keberhasilan ikan lele Sangkuriang memijah, maka dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok perlakuan yang tidak menyebabkan
Lebih terperinciSTUDI REPRODUKSI BULUBABI Tripneustes gratilla DI PERAIRAN TABLOLONG, TELUK KUPANG
STUDI REPRODUKSI BULUBABI Tripneustes gratilla DI PERAIRAN TABLOLONG, TELUK KUPANG Agnette Tjendanawangi 1), Nicodemus Dahoklory 2) ABSTRACT The study of reproductive of sea urchin Tripneustes gratilla
Lebih terperinciGambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila
I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
15 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organ Pencernaan Ikan Kuniran Ikan kuniran merupakan salah satu jenis ikan demersal. Ikan kuniran juga merupakan ikan karnivora. Ikan kuniran memiliki sungut pada bagian
Lebih terperinciPEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si
PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si Pendahuluan Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) khususnya IPA yang makin
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
12 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah dan Sebaran Panjang Ikan Kuro Jumlah ikan kuro yang tertangkap selama penelitian berjumlah 147 ekor. Kisaran panjang dan bobot ikan yang tertangkap adalah 142-254 mm
Lebih terperinciTinjuan Pustaka. A. Kerapatan Populasi. B. Ekologi Bulu babi
II. Tinjuan Pustaka A. Kerapatan Populasi Kerapatan (Densitas) populasi adalah hubungan antara jumlah individu dan satuan luas atau volume ruang yang ditempati pada waktu tertentu, umumnya dinyatakan sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Batur Domba Batur merupakan salah satu domba lokal yang ada di Jawa Tengah tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba Batur sangat
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN INDUK IKAN NILA JANTAN PANDU DAN INDUK IKAN NILA BETINA KUNTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh: U L I A T U N A P R I A N I NIM. E1A
KEANEKARAGAMAN SPESIES ECHINOIDEA (Sea urchin) DI PERAIRAN PANTAI KUTA LOMBOK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Biologi Oleh: U L I A T U N
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 02-6730.2-2002 Standar Nasional Indonesia Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk kodok lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok disusun
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Pesisir Teluk Jakarta terletak di Pantai Utara Jakarta dibatasi oleh garis bujur 106⁰33 00 BT hingga 107⁰03 00 BT dan garis lintang 5⁰48
Lebih terperinciJENIS DAN DENSITAS BULU BABI (ECHINOIDEA) DI KAWASAN PANTAI SANUR DAN SERANGAN DENPASAR- BALI
JENIS DAN DENSITAS BULU BABI (ECHINOIDEA) DI KAWASAN PANTAI SANUR DAN SERANGAN DENPASAR- BALI IDENTIFY SPECIES AND DENSITY OF SEA URCHIN (ECHINOIDEA) AT SANUR AND SERANGAN BEACH, DENPASAR- BALI Ni Luh
Lebih terperinciIKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)
IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp) MENGENAL IKAN LOUHAN -Nama lain : flower horn, flower louhan dan sungokong. -Tidak mengenal musim kawin. -Memiliki sifat gembira, cerdas dan cepat akrab dengan pemiliknya.
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakasanakan mulai awal bulan Maret sampai bulan Mei, dengan interval pengambilan data setiap dua minggu. Penelitian berupa pengumpulan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Februari 2010 di Stasiun Lapangan Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Departemen
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Burung Puyuh Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa burung liar yang mengalami proses domestikasi. Ciri khas yang membedakan burung
Lebih terperinciKeanekaragaman Echinodermata di Pantai Basaan Satu Kecamatan Ratatotok Sulawesi Utara
JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 3 (2) 97-101 dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo Keanekaragaman di Pantai Basaan Satu Kecamatan Ratatotok Sulawesi Utara Chika Christianti Budiman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Entok (Cairina moschata) Entok (Cairina moschata) merupakan unggas air yang berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Entok lokal memiliki warna bulu yang beragam
Lebih terperincigenus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda
116 PEMBAHASAN UMUM Domestikasi adalah merupakan suatu upaya menjinakan hewan (ikan) yang biasa hidup liar menjadi jinak sehingga dapat bermanfaat bagi manusia. Domestikasi ikan perairan umum merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga
III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di perairan Way Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga September 2013.
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.3. igotik. Embrionik. Pasca lahir
1. Metamorfosis merupakan tahap pada fase... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.3 igotik Embrionik Pasca embrionik Pasca lahir Fase Pasca Embrionik Yaitu pertumbuhan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Daya Rekat Telur Ikan Komet Daya rekat merupakan suatu lapisan pada permukaan telur yang merupakan bagian dari zona radiata luar yang mengandung polisakarida dan sebagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya
Lebih terperinciII. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad
II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah belut sawah (Monopterus albus) yang diperoleh dari pengumpul ikan di wilayah Dramaga. Kegiatan penelitian terdiri
Lebih terperinci4/18/2015 FERTILISASI BY : I GEDE SUDIRGAYASA GAMBARAN UMUM TOPIK MEKANISME
FERTILISASI BY : I GEDE SUDIRGAYASA GAMBARAN UMUM TOPIK MEKANISME TIPE 1 Sel Sperma ( haploid/ n) Sel telur (haploid/ n) Fertilisasi Zigot (Diploid/ 2n) Cleavage Morfogenesis Individu Sel Sperma ( haploid/
Lebih terperinciPENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TPI Cilincing, Jakarta Utara. Pengambilan data primer berupa pengukuran panjang dan bobot ikan contoh yang ditangkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat akan konsumsi ikan meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk masyarakat Indonesia karena
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Kolam Pemijahan Kolam pemijahan dibuat terpisah dengan kolam penetasan dan perawatan larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga mudah
Lebih terperinciTeknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan
Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan keseragaman.induk yang baik untuk pemijahan memiliki umur untuk
Lebih terperinciSTMIK AMIKOM YOGYAKARTA
BUDIDAYA IKAN LELE Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Lingkungan Bisnis STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Oleh: Mada Mahatma 11.12.5828 Kelas 11.S1SI.07 Sistem Informasi Budidaya Ikan Lele Jenis Ikan Lele memang memiliki
Lebih terperinci