Buku Panduan -Aplikasi Spectrum dan FPET untuk Pemangku Kepentingan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Buku Panduan -Aplikasi Spectrum dan FPET untuk Pemangku Kepentingan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2016"

Transkripsi

1

2

3 Buku Panduan -Aplikasi Spectrum dan FPET untuk Pemangku Kepentingan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2016 i

4 ii

5 KATA SAMBUTAN Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan buku Panduan Aplikasi Spectrum dan FPET untuk Pemangku Kepentingan dapat dipublikasikan. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), sesuai amanat Undang-undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, merupakan lembaga yang menangani bidang Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK). Di bidang pengendalian penduduk pada tingkat pusat maupun provinsi, diperlukan adanya penyediaan data dasar kependudukan untuk mendukung perencanaan Program KKBPK di waktu yang akan datang, salah satunya melalui proyeksi (pemodelan). Untuk itu, dikembangkan aplikasi Spectrum yang difasilitasi oleh Avenir-Health dan Family Planning Estimation Tool (FPET) oleh Track20. FPET dan spectrum merupakan salah satu alat pemodelan yang dikembangkan untuk membantu pelaksana teknis dalam memonitor pencapaian dan mengevaluasi pencapaian Program KKBPK, serta perencanaan kebijakan sebagai panduan implementasi di masa yang akan datang. Hasil yang diperoleh dari pemanfaatan aplikasi ini dapat membantu dalam menyusun proyeksi penduduk (DemProj), Keluarga Berencana (FamPlan), dan dampak yang dihasilkan dari pertumbuhan penduduk (Rapid). Oleh karena itu, semoga panduan penggunaan aplikasi Spectrum dan FPET untuk pemangku kepentingan ini dapat dimanfaatkan iii

6 untuk membantu pemangku kepentingan dalam memahami konsep pemodelan yang dapat digunakan dalam penentuan kebijakan Program KKBPK di masa datang. Jakarta, Desember 2016 Deputi Bidang Pengendalian Penduduk, DR. Wendy Hartanto, MA iv

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-nya buku Panduan Penggunaan Aplikasi Spectrum dan FPET untuk Pemangku Kepentingan dapat disusun dengan baik. Buku ini secara umum berisi tentang konsep dasar pemodelan, menggunakan program Spectrum dan FPET beserta serta penentuan program berdasarkan skenario prioritas. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bekerjasama dengan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada dalam penyusunan buku panduan ini. Buku ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi pemangku kepentingan dalam memahami konsep pemodelan serta konsep umum dari program Spectrum dan FPET. Selain itu, diharapkan dari hasil pemodelan yang dihasilkan dapat disusun rencana strategis yang akan diambil baik untuk penentuan kebijakan, perencanaan, maupun perbaikan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga di masa yang akan datang. Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku Panduan Aplikasi Spectrum dan FPET untuk Pemangku Kepentingan ini. Jakarta, Desember 2016 Direktur Perencanaan Pengendalian Penduduk, Benny Benu v

8 vi

9 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Kata Sambutan... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... iii v vii ix x BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Sasaran... 3 D. Ruang Lingkup... 3 BAB II. KONSEP DASAR PROGRAM SPECTRUM DAN FPET... 5 A. Konsep Dasar Modeling... 5 B. Program Spectrum Pengertian Alat Bantu (tools) Manfaat dan Penggunaan C. Program FPET Pengertian Alat Bantu (tools) Manfaat dan Penggunaan BAB III. PENENTUAN PROGRAM BERDASARKAN SKENARIO PRIORITAS A. Program Spectrum Gambaran Penentuan Skenario Tahapan Penggunaan Spectrum B. Program FPET C. Modeling Memiliki Kelebihan dan Keterbatasan vii

10 D. Membandingkan dan Mengkombinasikan Hasil Modeling untuk Mendapatkan Hasil yang Utuh BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran Daftar Pustaka viii

11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Indikator Input dan Hasil Proyeksi pada Modul DemProj Tabel 2.2 Indikator Input dan Hasil Proyeksi pada Modul FamPlan Tabel 2.3 Indikator Input dan Hasil Proyeksi pada Modul Rapid Tabel 2.4 Indikator RPJMN Tabel 3.1 Contoh Pembuatan Skenario / Modifikasi Program ix

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Contoh Modifikasi dan Goal pada Aplikasi Spectrum Gambar 3.2. Langkah Kerja Spectrum Gambar 3.3. Langkah Kerja FPET Gambar 3.4 Hasil Modeling FPET x

13 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan tugas di Bidang Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK). BKKBN memiki tujuan menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas. Tugas yang dimiliki oleh BKKBN ini tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun yang dapat diukur dari enam indikator utama yaitu (1) penurunan persentase laju pertumbuhan penduduk (LPP) hingga 1.21 %, (2) penurunan angkat kelahiran total pada wanita usia subur (WUS) menjadi 2,28 anak per perempuan, (3) peningkatan persentase pemakaian kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate / CPR) dari 61,9% menjadi 66%, (4) penurunan persentase kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (unmet need) menjadi 9.91%, (5) penurunan angka kelahiran pada remaja usia tahun, dan (6) penurunan persentase kehamilan yang tidak diingin dari WUS tahun dari 7.1% menjadi 6.6%. BKKBN memerlukan langkah strategis dalam Bidang KKBPK serta melakukan evaluasi pencapaian target setiap tahunnya. Pembangunan Nasional di Bidang Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga telah memberikan dampak positif terhadap pemecahan masalahmasalah kependudukan. Sesuai Undang-Undang Nomor 52 tahun BKKBN sebagai institusi pemerintah yang menangani bidang pengendalian penduduk serta keluarga 1

14 berencana bertugas menyediakan data parameter dasar kependudukan. Analisis data parameter kependudukan dapat memberikan gambaran tentang keberhasilan Program (KKBPK). Kependudukan merupakan permasalahan jangka panjang sehingga penanggulangannya dilaksanakan secara berkesinambungan. Dengan pertimbangan tersebut, diperlukan alat bantu (tools) yang mampu membantu pelaksana teknis dalam memonitoring dan mengevaluasi pencapaian program KKBPK serta merencanakan kebijakan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Salah satu alat bantu yang digunakan adalah Spectrum. Program Spectrum dikembangkan oleh Avenir Health. Spectrum dapat digunakan sebagai model kebijakan yang akan berguna bagi penyusun kebijakan dilengkapi dengan alat bantu analisis untuk mendukung pengambilan keputusan. Selain itu terdapat aplikasi Family Planning Estimation Tool (FPET) yang dikembangkan oleh Track20. Aplikasi ini digunakan untuk memonitor pencapaian Program KKBPK dan dapat memproyeksi situasi di waktu yang akan datang melalui konsep pemodelan (proyeksi) yang dihasilkan. Selain FPET, alat bantu yang bisa digunakan adalah Spectrum yang dikembangkan oleh Avenir Health. Pentingnya kedua alat bantu ini mendorong diperlukannya panduan penggunaan aplikasi Spectrum dan FPET bagi pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun provinsi sehingga mendapatkan gambaran terkait pengaplikasian hasil perhitungan menggunakan alat bantu modeling Spectrum dan FPET untuk membuat perencanaan dan kebijakan terkait Program KKBPK. 2

15 B. Tujuan 1. Tujuan Umum Memberikan gambaran kepada pemangku kepentingan mengenai hasil perhitungan alat bantu modeling untuk digunakan sebagai bahan diseminasi dan advokasi, serta perencanaan Program KKBPK. 2. Tujuan Khusus a. Meningkatkan pengetahuan mengenai prinsip dasar modeling. b. Meningkatkan pengetahuan mengenai alat bantu modeling yang ada. c. Meningkatkan pengetahuan dalam memilih langkah strategis berdasarkan hasil modeling. d. Mampu menentukan kebijakan yang efektif dan efisien sesuai dengan dengan kemampuan yang ada. C. Sasaran Buku panduan penggunaan aplikasi FPET dan Spectrum ini ditujukan kepada para pemangku kepentingan seperti pimpinan BKKBN Pusat dan Provinsi, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil), Perguruan Tinggi, dsb. D. Ruang Lingkup Buku panduan ini bertujuan untuk memberikan gambaran pengaplikasian hasil perhitungan alat bantu modeling untuk membuat perecanaan terkait program kependudukan dan 3

16 keluarga berencana nasional bagi para pemangku kepentingan. Buku ini terdiri dari 4 (empat) bab. Bab I. Pendahuluan; Bab II. Konsep Dasar Program FPET dan Spectrum; Bab III. Penentuan Program berdasarkan Skenario Prioritas; Bab IV. Penutup. Dalam penggunaan buku ini, pemangku kepentingan akan dihubungkan dengan buku panduan aplikasi Spectrum dan FPET bagi pelaksana teknis dan video Cara Cepat dan Tepat Memahami Spectrum dan 30 Menit Paham FPET. 4

17 BAB II KONSEP DASAR PROGRAM SPECTRUM DAN FPET A. Konsep Dasar Modeling Modeling adalah sekumpulan cara atau alat untuk mendeskripsikan data, hubungannya satu sama lain, serta batasan konsistensinya. Modeling juga dapat didefinisikan sebagai penyederhanaan karena beberapa komponen dalam sistem dapat dihilangkan ketika mengembangkan model. Melalui model yang dihasilkan, permasalahan atau keadan tertentu, konfigurasi dari semua komponen, dan korelasi antara komponen dapat dipahami dengan lebih sederhana. Modeling sangat bermanfaat bagi setiap program dalam memprediksi situasi yang akan terjadi di masa yang akan datang. Beberapa fungsi dari pemodelan diantaranya sebagai alat bantu untuk berpikir, berkomunikasi, serta alat bantu dalam proyeksi. Modeling memiliki kemampuan untuk menghasilkan sebuah kemiripan dengan kondisi aktual. Maka, penilaian kontras antara model dan kondisi aktual harus dimasukkan ke dalam langkah evaluasi. Model yang dihasilkan berupa proyeksi dalam bentuk skenarioskenario bisa memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Melalui modeling, pemangku kepentingan dibantu untuk lebih mudah menilai berapa target yang harus dicapai setiap tahunnya dan impact yang akan terjadi di masa mendatang baik untuk program kependudukan dan keluarga berencana ataupun program pemerintah secara umum, tentunya dengan skenario program yang dibuat. 5

18 Spectrum dan FPET merupakan salah satu alat modeling yang dikembangkan untuk membantu memonitor pencapaian dan memproyeksi situasi program kependudukan dan keluarga berencana. Apabila dibandingkan dengan alat modeling lainnya, Spectrum dibuat berdasarkan sistem Windows yang mudah dipelajari dan digunakan. Sistem yang sederhana ini sangat bermanfaat bagi siapa saja yang memiliki pengetahuan terhadap perangkat lunak Windows untuk mengoperasikannya dengan hanya sedikit arahan. Sedangkan FPET dibuat untuk melihat perkiraan per tahun berdasarkan indikator inti dengan menggunakan modeling statistik y ang bersumber dari data survei dan layanan statistik. Hal ini menjadikan FPET sebagai alat modeling yang dipercaya dapat menggambarkan proyeksi situasi program. B. Program Spectrum 1. Pengertian Program Spectrum merupakan suatu policy model yang berbasis pada system komputer, yaitu window. Program Spectrum dikembangkan oleh Avenir Health agar dapat digunakan para pemangku kepentingan untuk memberikan informasi mengenai suatu dampak pembangunan di masa yang akan datang berdasarkan informasi dari pembangunan saat ini. Program Spectrum dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti menstimulasi terjadinya sebuah dialog mengenai suatu isu atau kebijakan, memberikan suatu kerangka pikir yang jelas dalam memahami isu-isu dan mengevaluasi beberapa alternative, membantu pemangku kepentingan dalam menetapkan tujuan (goal), serta memfasilitasi program perencanaan dan pengambilan keputusan. 6

19 Program Spectrum menggunakan pendekatan regresi Gaussian dimana sistem hanya bisa memilih salah satu sumber data yang diyakini paling valid dan reliable untuk menghasilkan proyeksi dalam satu waktu (single years projection). Dengan menggunakan pendekatan tersebut, dapat diketahui proyeksi beberapa variable output dengan memasukan data parameter yang dibutuhkan untuk menjalankan program tersebut. Pada program Spectrum terdapat 9 modul yang tersedia antara lain: a. Modul Demography Projection Modul Demography Projection atau yang disingkat dengan istilah DemProj merupakan suatu program untuk menyusun proyeksi penduduk b. Modul Family Planning Modul Family Planning atau yang disingkat dengan istilah FamPlan merupakan suatu program untuk menghitung komponen dan kebutuhan program Keluarga Berencana. c. Modul Benefit Cost Modul Benefit Cost merupakan suatu program untuk memperkirakan perhitungan biaya dan keuntungan dari pelaksanaan program Keluarga Berencana. d. Modul AIDS Impact Model Modul AIDS impact model atau yang disingkat dengan istilah AIM merupakan suatu program untuk memperkirakan dampak dari epidemik AIDS, termasuk jumlah orang yang terinfeksi HIV, jumlah orang meninggal akibat AIDS, jumlah penderita 7

20 HIV/AIDS yang memerlukan perawatan dan jumlah orang yang beresiko tinggi. e. Modul Socioeconomic Impacts of High Fertility and Population Growth Modul Socioeconomic Impacts of High Fertility and Population Growth atau yang disingkat dengan istilah RAPID merupakan suatu program untuk melihat dampak dari pertumbuhan penduduk dan angka kelahiran terhadap beberapa sektor sosial ekonomi, seperti ketenagakerjaan, kesehatan, pendidikan, urbanisasi dan pertanian. f. Modul Adolescent Reproductive Health Modul Adolescent Reproductive Health atau yang disingkat dengan istilah NewGen merupakan suatu program untuk memperkirakan dampak dari perilaku kesehatan reproduksi remaja, termasuk informasi mengenai perilaku seksual, perkawinan, kehamilan, aborsi, dan HIV- IMS. g. Modul Prevention of Mother-To-Child Transmission Modul prevention of mother-to-child transmission atau yang disingkat dengan PMTCT merupakan suatu program untuk mengukur biaya dan manfaat program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak, termasuk perawatan antiretroviral, pilihan pemberian makan bayi dan alternatif cara melahirkan. h. Modul Safe Motherhood Modul Safe Motherhood merupakan suatu program untuk menentukan biaya yang dibutuhkan untuk menurunkan angka kematian ibu. 8

21 i. Modul Allocate Modul Allocate merupakan suatu program mengembangkan perencanaan kesehatan reproduksi nasional untuk efisiensi penggunaan anggaran kesehatan reproduksi. 2. Alat bantu (Tools) Dalam buku panduan ini, hanya akan dibahas tiga modul yang berhubungan dengan program kependudukan dan keluarga berencana yaitu Demographic Projection (DemProj), Family Planning (FamPlan), dan Sosioeconomic Impact of High Fertility and Population Growth (RAPID). a. DemProj 1) Pengertian DemProj pertama kali dikembangkan pada tahun 1980 dalam bentuk program komputer yang mudah digunakan untuk menghasilkan informasi proyeksi penduduk di masa yang akan datang. Untuk menyusun proyeksi penduduk, DemProj mempertimbangkan dua aspek yaitu : a) Jumlah penduduk suatu wilayah pada tahun tertentu berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia b) Komponen demografi dari suatu wilayah yang terdiri dari tingkat kelahiran, kematian dan migrasi. DemProj merupakan program dasar untuk menyusun proyeksi pada modul-modul lainnya dalam program Spectrum. 9

22 2) Manfaat a) Dasar dalam perencanaan b) Tools untuk mendapatkan gambaran besarnya masalah yang dihadapi di masa yang akan datang pada proses dialog pemangku kepentingan c) Tools yang dibutuhkan pada proses penyusunan kebijakan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. 3) Indikator Indikator yang terdapat dalam modul DemProj dipilih berdasarkan keterkaitannya dengan progam kependudukan dan keluarga berencana nasional. Berikut ini, tabel indikator yang perlu di input ke dalam modul DemProj dan hasil proyeksinya. 10

23 Tabel 2.1 Indikator Input dan Hasil Proyeksi pada Modul DemProj Indikator Input Hasil Proyeksi Rincian Penduduk (Penduduk) population) Population Angkakelahiran Fertility total (Total Fertility Rate) Angka kelahiran berdasarkan kelompok umur (ASFR) Rasio jenis kelamin kelahiran (Sex ratio at birth) Angka harapan hidup Expectancy) Model life table Migrasi Internasional (Internasional Migration) Kejadian (Vital Events) Ratio Age group a. Total penduduk (Total population) b. Populasi berusia 0-4 (Population aged 0 4) c. Populasi berusia 5-14 (Population aged 5 14) d. Populasi berusia (Population aged 15 49) e. Populasi berusia (Population aged 15 64) f. Populasi berusia 65+ (Population aged 65+) a. Angka kelahiran total (Total Fertility Rate) b. Angka kelahiran kasar (Gross Reproduction Rate) a. Net Reproduction Rate b. rata-rata usia subur (Mean age of Childbearing) c. Rasio anak perempuan (Child- Woman Ratio) a. Births (Angka kelahiran) b. Death (Angka kematian) c. CBR d. CDR e. Annual Growth Rate a. Rasio jenis kelamin (Sex ratio) b. Rasio ketergantungan (Dependency ratio) a. All age group (semua usia) b. Define age group (kelompok usia tertentu) c. Median age (usia median penduduk) 11

24 b. FamPlan 1) Pengertian FamPlan pertama kali dikembangkan pada tahun 1989 oleh Research Triangle Institute untuk memproyeksikan jumlah peserta KB dan akseptor yang diperlukan untuk memenuhi target fertilitas atau prevalensi. FamPlan dapat menghitung komponen dan kebutuhan dari program Keluarga Berencana khususnya mengenai ketersediaan kontrasepsi. FamPlan didesain untuk selalu digunakan secara terintegrasi dengan aplikasi DemProj. FamPlan umumnya digunakan untuk memproyeksikan implikasi pencapaian jumlah akseptor berbagai metode kontrasepsi dimasa yang akan dapat digunakan untuk menghitung biaya dan keuntungan program KB dan menghitung peningkatan cakupan per kapita dari layanan sosial yang dapat diharapkan sebagai hasil dari menurunnya pertumbuhan penduduk. 2) Manfaat a) Menganalisis dampak demografi dan fertilitas dari CPR yang ditetapkan b) Menganalisis dampak program Keluarga Berencanaatas penetapan fertilitas yang diinginkan c) Membandingkan beberapa skenario dari perencanaan program KB, fertilitas dan lain-lain 12

25 d) Mengevaluasi perkembangan pencapaian indikator program KB e) Menganalisis dampak dari perubahan mix kontrasepsi f) Memperkirakan biaya program KB g) Menganalisis dampak dari perubahan proximate determinant. 3) Indikator Indikator yang terdapat dalam modul FamPlan dipilih berdasarkan keterkaitannya dengan progam keluarga berencana nasional. Berikut ini, tabel indikator yang perlu di input ke dalam modul FamPlan dan hasil proyeksinya. 13

26 TabeL 2.2 Indikator Input dan Hasil Proyeksi pada Modul FamPlan Indikator Input Hasil Proyeksi Rincian Family planning Fertility and family a. TFR o Method Mix planning use o Source mix o Proximate determinant o Child survival o Cost of services o Fees o Method attributes o effectiveness Goal o Unmet Need Impact of FP o CPR o mcpr o TFR b. Contraceptive Prevalence (CPR) c. Modern Contraceptive Prevalence (mcpr) d. Percent Unmet Need e. Average Effectiveness f. Total fecundity g. Users h. Additional modern method user since 2012 i. Acceptors j. CYP a. Number of unintended pregnancies averted dueto modern methode use b. Number of maternal deaths averted due to modern method use c. Women of reproductive age d. Married women of reproductive age Demographic event a. Pregnancies b. Births c. Rapid 1) Pengertian Rapid pertama kali dikembangkan pada tahun 1978 untuk menyusun proyeksi dampak sosial ekonomi (ekonomi, pendidikan, kesehatan, urbanisasi dan pertanian) akibat tingkat kelahiran dan laju pertumbuhan penduduk. 14

27 Proyeksi yang dihasilkan RAPID dapat digunakan sebagai dasar pada materi advokasi yang disusun untuk menyampaikan informasi strategis bagi pemangku kepentingan guna terlaksananya dialog rancangan kebijakan mengenai peranan kependudukan dalam pembangunan sosial dan ekonomi. Rapid menggabungkan indikatorindikator sosial-ekonomi (tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat partisipasi siswa sekolah dasar serta menengah, dan jumlah tenaga kesehatan) dengan data-data kependudukan dan proyeksi penduduk untuk mendapatkan gambaran dampak dinamika penduduk terhadap sektor-sektor pembangunan sosial ekonomi di masa mendatang. 2) Manfaat a) Mendapatkan gambaran konsekwensi dalam suatu negara/daerah dengan tingkat kelahiran yang tinggi dan tingkat kelahiran yang ditekan melalui program Kependudukan dan Keluarga Berencana. b) Meningkatkan pengetahuan penentu kebijakan terhadap pentingnya penurunan tingkat kelahiran dan laju pertumbuhan penduduk dalam pembangunan sosial dan ekonomi. c) Memberikan gambaran bagaimana tingkat laju pertumbuhan penduduk dapat mempengaruhi pembangunan sosial ekonomi. 15

28 3) Indikator Indikator yang terdapat dalam modul Rapid dipilih berdasarkan keterkaitannya dengan progam kependukan dna keluarga berencana nasional. Berikut ini, tabel indikator yang perlu di input ke dalam modul FamPlan dan hasil proyeksinya. Tabel 2.3 Indikator Input dan Hasil Proyeksi pada Modul RAPID Indikator Input Bidang Ekonomi Tingkat partisipasi angkatan kerja penduduk tahun Tingkat partisipasi angkatan kerja penduduk tahun Persentase angka pertumbuhan PDB per tahun Bidang pendidikan Angka partisipasi murid sekolah dasar Rasio murid sekolah dasar terhadap jumlah guru sekolah dasar Rasio murid sekolah dasar terhadap jumlah sekolah dasar Pengeluaran rutin ratarata per murid sekolah dasar Hasil Proyeksi Jumlah tenaga kerja (Labour force) Jumlah pekerjaan baru yang dibutuhkan (New job required) Angka ketergantungan anak (Child dependents) Produk domestic bruto (GDP) Angka pertumbuhan PDB per kapita (GDP per capita) Rata-rata usia masuk sekolah dasar (Children of primary school age) Jumlah murid sekolah dasar (Primary students) Jumlah guru sekolah dasar yang dibutuhkan (Primary teachers required) Jumlah sekolah dasar yang dibutuhkan (Primary school required) 16

29 Indikator Input Angka partisipasi murid sekolah menengah pertama Rasio murid sekolah menengah terhadap jumlah guru sekolah menengah pertama Rasio murid sekolah menengah terhadap jumlah sekolah menengah pertama Pengeluaran rutin ratarata per murid sekolah menengah pertama Bidang Kesehatan Rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter Rasio jumlah penduduk terhadap jumlah perawat Rasio jumlah penduduk terhadap jumlah puskesmas Rasio jumlah penduduk terhadap jumlah rumahsakit Rasio jumlah penduduk terhadap jumlah tempat tidur rumah sakit Biaya kesehatan rutin rata-rata per orang Hasil Proyeksi Rata-rata biaya sekolah dasar yang diperlukan (Primary expenditure required) Rata-rata usia masuk sekolah menegah pertama (Children of secondary school age) Jumlah murid sekolah menengah pertama (Secondary students) Jumlah guru sekolah menengah pertama yang dibutuhkan (Secondary teachers required) Jumlah sekolah menengah pertama yang dibutuhkan (Secondary school required) o Jumlah dokter yang dibutuhkan (Doctors required) o Jumlah perawat yang dibutuhkan (Nurse required) o Jumlah Puskesmas yang dibutuhkan (Health centers required) o Jumlah rumah sakit yang dibutuhkan (Hospital required) o Jumlah tempat tidur rumah sakit yang dibutuhkan (Hospital beds required) 17

30 Indikator Input Urbanisasi Persentase jumlah penduduk perkotaan yang tinggal di kota besar Jumlah orang per jumlah rumah tangga di kota besar Bidang Pertanian Lahan subur Konsumsi bahan pangan pokok per kapita per tahun Total produksi bahan pangan pokok pada tahun dasar Peningkatan produksi bahan pangan Hasil Proyeksi o Rata-rata pengeluaran kesehatan per tahun (Annual recurrent health expenditure) o Penduduk risiko kesehatan tinggi (Population at high health risk) o Jumlah penduduk daerah perkotaan (Total urban population) o Jumlah penduduk di suatu wilayah perkotaan besar (Population of major city) o Rumah tangga perkotaan (Urban households) o Annual new urban household o Jumlah penduduk usia tahun di daerah perkotaan (Urban youth 12-25) o Luas lahan subur pe o Jumlah konsumsi bahan pangan pokok (Consumption of major crop (MT) o Produksi bahan pangan pokok (Production of major crop (MT) 18

31 3. Manfaat dan Penggunaan Ketiga modul yang telah dijelaskan di atas memiliki banyak manfaat yang berguna bagi para pemangku kepentingan terkait program kependudukan dan keluarga berencana nasional yang dapat diimplementasikan di wilayah kerjanya untuk mencapai tujuan dari program tersebut, seperti hasil proyeksi DemProj dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan, mendapatkan gambaran besarnya masalah yang dihadapi di masa yang akan datang pada proses dialog pemangku kepentingan, serta dibutuhkan pada proses penyusunan kebijakan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Hasil proyeksi FamPlan dapat digunakan untuk menganalisis dampak demografi dan fertilitas dari CPR yang ditetapkan, menganalisis dampak program Keluarga Berencana atas penetapan fertilitas yang diinginkan, membandingkan beberapa skenario dari perencanaan program KB dan kelahiran, mengevaluasi perkembangan pencapaian indikator program KB, menganalisis dampak dari perubahan penggunaan kontrasepsi, serta memperkirakan biaya program KB. Selain itu, hasil proyeksi Rapid digunakan untuk mendapatkan gambaran konsekuensi dalam suatu wilayah dengan tingkat kelahiran yang tinggi dan tingkat kelahiran yang ditekan melalui program kependudukan dan keluarga berencana, meningkatkan pengetahuan penentu kebijakan terhadap pentingnya penurunan tingkat kelahiran dan laju pertumbuhan penduduk dalam pembangunan sosial dan ekonomi, serta memberikan gambaran bagaimana tingkat laju pertumbuhan penduduk dapat mempengaruhi pembangunan sosial ekonomi. 19

32 C. Program FPET 1. Pengertian Family Planning Estimation Tool (FPET) dibuat oleh Track20, bekerja sama dengan Divisi Kependudukan PBB (UNPD) dan National University of Singapore, ditujukan untuk membantu proses perhitungan beberapa indikator utama FP2020. FPET merupakan aplikasi web yang digunakan untuk menghitung estimasi indikator utama keluarga berencana, seperti prevalensi alat kontrasepsi dan proporsi unmet need KB. FPET menggunakan data survei yang ada untuk mendapatkan estimasi indikator tersebut. Keunggulan aplikasi ini adalah FPET dapat memonitor perkembangan program menggunakan data survei dari berbagai sumber secara bersamaan. PET menggunakan pendekatan Bayesian, dimana dalam pemodelannya menggunakan data historis untuk menentukan tren jangka panjang sesuai dengan kurva pertumbuhan logistik, dan menambahkan model time series dengan autokorelasi untuk menangkap penyimpangan sekitar tren. 2. Alat Bantu (Tools) Alat Bantu FPET terdiri dari FPET Data Preparation Tool, FPET Web, dan Core Indicator Calculator berbasis Excel (CIC/Kalkulator Indikator Inti). a. FPET Data preparation tool Adalah alat bantu yang disediakan oleh FPET untuk menginput data-data yang dibutuhkan. Data-data yang dibutuhkan adalah hasil survei dari beberapa tahun yang telah dilakukan. Informasi yang dibutuhkan antara lain CPR, mcpr, dan unmet need. Data-data yang dimasukkan ke dalam tool ini akan 20

33 tersimpan dalam format.csv untuk proses upload di website. b. FPET web FPET Web adalah alat bantu yang digunakan untuk mengeluarkan output dengan pendekatan metode Bayesian. Metode Bayesian ini merupakan model hirarkis yang membentuk kurva berdasarkan historis data. FPET Web harus terkoneksi dengan website track20 dalam penggunaannya untuk proses mengunggah (upload) data dan pengolahannya. Setelah proses mengunggah data selesai, alat bantu ini akan bisa menghasilkan hasil (result) berupa indikator output, target, dan grafik. c. Core Indicator Calculator berbasis Excel FP2020 (CIC/Kalkulator Indikator Inti) CIC merupakan alat perhitungan berbasis Microsoft Excel yang digunakan untuk mengolah data output dari FPET web dan beberapa input, yang kemudian akan menghasilkan indicator-indikator dalam keluarga berencana yang dapat digunakan untuk memonitor perkembangan program. Dalam menjalankan CIC diperlukan beberapa input dari data survey dan FPET Web (mcpr dan unmet need metode modern). Kalkulasi di dalam CIC dijalankan berdasarkan data dari negara terkait dan data regional maupun global yang dijadikan sebagai asumsi. CIC menghitung indikator 1-9 yang ada di dalam FP2020, yaitu 1. jumlah pengguna alat kontrasepsi modern tambahan, 2. Modern Contraceptive Prevalence Rate (mcpr) wanita usia subur, 21

34 No. 3. Proporsi wanita unmeet need untuk alat kontrasepsi modern, 4. proporsi wanita dengan kebutuhan kontrasepsi terpenuhi oleh alat kontrasepsi modern, 5. jumlah kehamilan tidak diinginkan (KTD), 6. jumlah kehamilan tidak diinginkan yang dapat dicegah oleh penggunaan alat kontrasepsi modern, 7. jumlah kematian ibu yang dapat dicegah oleh penggunaan alat kontrasepsi modern, 8. jumlah aborsi tidak aman yang dapat dicegah oleh penggunaan alat kontrasepsi modern, dan 9. proporsi distribusi pengguna alat kontrasepsi modern berdasarkan jenisnya. Salah satu data dasar yang digunakan untuk menghitung indikator dalam kalkulator ini yaitu data jumlah penduduk dunia berdasarkan UNPD. Namun untuk perhitungan Indonesia menggunakan data proyeksi penduduk Bappenas. Beberapa indikator utama tersebut dapat digunakan sebagai tolok ukur pencapaian target RPJMN. Berikut tabel indikator RPJMN yang dapat diukur dari output FPET Web maupun CIC. Tabel 2.4 Indikator RPJMN Indikator RPJMN 1 Proporsi pemakaian kontrasepsi (mcpr) 2 Persentase kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi 3 Persentase kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS 4 Persentase Peserta KB aktif MKJP 22

35 3. Manfaat dan Penggunaan Berikut ini manfaat dan penggunaan FPET dari masingmasing alat bantu (tools) yang ada : a. FPET Data Preparation Tool FPET data Preparation Tool digunakan untuk mengentri data yang akan diunggah ke Web. Input data yang dimasukkan dapat berupa data dari berbagai sumber. Keluaran yang dihasilkan yaitu file dalam bentuk.csv yang siap untuk diunggah di FPET Web. b. Family Planning Estimation Tool (FPET) FPET bermanfaat untuk : 1) Mendapatkan estimasi indikator-indikator tertentu dari berbagai sumber data yang ada. 2) Mengetahui trend indikator tersebut untuk beberapa tahun ke depan sehingga dapat memperkirakan kebijakan-kebijakan yang perlu diambil untuk mencapai target. 3) Tolok ukur pencapaian target RPJMN dalam pemakaian kontrasepsi dan kebutuhan alat kontrasepsi yang tidak terpenuhi tanpa menggunakan intervensi. 4) Memonitor perkembangan program FP2020 c. Core Indicator Calculator (CIC/Kalkulator Indikator Inti) berbasis Excel Terdapat beberapa manfaat dari CIC antara lain : 1) Mengetahui trend yang terjadi tanpa adanya intervensi apapun. 2) Menentukan langkah-langkah yang harus diambil untuk mendapatkan target yang ingin dicapai 23

36 berdasarkan indikator- indikator yang mempengaruhinya. 3) Mengetahui target yang harus dicapai setiap tahunnya untuk mencapai target yang diinginkan dalam jangka panjang. 4) Mengamati dan mengontrol kemajuan program FP

37 BAB III PENENTUAN PROGRAM BERDASARKAN SKENARIO PRIORITAS A. Program Spectrum 1. Gambaran Penentuan Skenario Pada aplikasi Spectrum dapat dibuat beberapa skenario program berdasarkan tujuan (goal) yang ditetapkan. Penentuan goal terdapat pada module FamPlan. Terdapat empat goal yang bisa dipilih dan dibuat skenarionya, antara lain : 1. Reducing Unmet Need for contraception Menurunkan angka unmet need (kebutuhan KB yang tidak terpenuhi) sesuai target yang ingin dicapai pada waktu tertentu. Sumber data yang dapat digunakan adalah target RPJMN Reaching a goal for Contraceptive Prevalence Rate Menetapkan angka pemakaian kontrasepsi (CPR) saat ini dan CPR yang ingin dicapai dalam waktu tertentu. Sumber data yang dapat digunakan adalah SDKI dan target RPJMN Reaching a goal for Total Fertility Rate Menetapkan target TFR dimasa yang akan datang untuk level nasional atau provinsi. Sumber data yang dapat digunakan adalah target RPJMN Reaching a goal for Modern CPR Menetapkan angka pemakaian kontrasepsi modern (mcpr) saat ini dan mcpr yang ingin dicapai dalam waktu tertentu. 25

38 Selain dapat membuat beberapa skenario dari goal yang ada, modeling juga dapat dilakukan dengan menentukan dampak modifikasi demografi atau kependudukan seperti pada angka kelahiran berdasarkan kelompok umur (ASFR) ataupun modifikasi pada program keluarga berencana yaitu persentase pemakaian alat kontrasepsi (method mix). Berikut ini variasi modifikasi dan goal yang dapat dilakukan. Gambar 3.1 Contoh modifikasi dan goal pada aplikasi Spectrum 26

39 Pembuatan skenario pada setiap goal dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain: 1) Goal mengikuti trend atau kondisi yang ada 2) Goal sesuai dengan target RPJMN atau RPJMD 3) Goal menggunakan target realistis di masa yang akan datang Contoh modifikasi pada angka kelahiran menurut kelompok umur dibangun berdasarkan logika pengendalian atau penurunan angka kelahiran remaja usia tahun (ASFR tahun). Fertilitas remaja merupakan isu penting dari segi kesehatan dan social karena berhubungan dengan tingkat kesakitan serta kematian ibu dan anak. Ibu dan anak yang berumur remaja lebih berpeluang untuk mengalami masalah pada bayinya atau bahkan mengalami kematian yang berkaitan dengan persalinan. Dari sisi populasi, berpeluang memiliki anak kembali yang lebih besar karena masa reproduksinya yang lebih lama. Apabila hal ini tidak dikendalikan, maka bonus demografi hanya akan menjadi peluang yang tidak termanfaatkan (Lakip BKKBN 2015). Contoh lain modifikasi pada program keluarga berencana yaitu persentase pemakaian alat kontrasepsi seperti meningkatkan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) untuk mengurangi risiko drop-out karena pemakaian MKJP seperti MOW, MOP,iud, dan implant masih rendah. Kemudian, perubahan trend penggunaan metode jangka pendek (non MKJP) seperti suntik, pil, kondom menjadi penggunaan metode MKJP. 27

40 Hal ini untuk mengurangi risiko kegagalan kontrasepsi karena penggunaan metode kontrasepsi jangka pendek berisiko dengan alasan kepatuhan. Selain itu, menurunkan angka pemakaian kontrasepsi tradisional karena terkait efektivitasnya yang rendah (50%). Penggunaan kontrasepsi ini merupakan salah satu upaya untuk pengendalian ferlitilas serta menenkan pertumbuhan penduduk yang paling efeketif. Skenario goal dan modifikasi yang dilakukan akan berdampak pada hasi Rapid pada bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, pertanian, dan urbanisasi. Hal ini berkaitan dengan berbagai sector pemerintahan dan setiap alternative yang dibuat akan memiliki konsekuensi terdahap pembiayaan. Disini peran pemangku kepentingan sangat penting untuk menentukan apakah program yg dirancang rasional untuk dijalankan atau tidak. 2. Tahapan Penggunaan Spectrum Dalam menggunakan alat bantu Spectrum terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan seperti gambar di bawah ini: Gambar 3.2 Langkah Kerja Spectrum Instalasi Program Spectrum Siapkan excel bantu Input Data pada modules DemProj, FamPlan, dan Rapid Pembuat an Skenario / modifikasi program Output / Results Diseminasi dan Advokasi 28

41 a. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan instalasi dari program Spectrum ke dalam komputer yaitu dengan dua cara antara lain, melakukan instalasi dari CD-ROM atau unduh melalui website Spectrum yang tersedia pada website tersebut merupakan latest version yaitu Spectrum v.546. Saat ini sudah tersedia Spectrum bahasa Indonesia terbaru versi Beta 1 b. Proses selanjutnya yaitu siapkan excel bantu yang berisi indikator- indikator yang terdapat pada aplikasi Spectrum, khusunya modul DemProj, FamPlan, dan Rapid. c. Input data pada modul DemProj, Famplan, dan Rapid. Pada saat input data, harus ditentukan goal apa yang akan dibuat pada modul FamPlan. Data input yang pertama merupakan data dasar (baseline) tanpa skenario ataupun modifikasi program. d. Selanjutnya, pembuatan skenario goal / modifikasi program. Pada tahap ini perlu ditetapkan target dan asumsi, modeling mensyaratkan adanya perkiran-perkiran yang disusun berdasarkan target atau asumsi di masa mendatang. Seperti yang telah dijelaskan di atas, pembuatan skenario goal dapat mengikuti trend atau kondisi yang ada, mengikuti target RPJMN atau RPJMD, ataupun menggunakan target realistis di masa yang akan datang. Contoh pembuatan skenario / modifikasi program seperti pada tabel di bawah ini 29

42 Tabel 3.1 Contoh Pembuatan Skenario / Modifikasi Program Skenario / Modifikasi Tahun Goal TFR Goal CPR 55.8 % 66 % 70 % 3. ASFR % 5.8% 0% 4. Method mix a. Tradisional - Sanggama terputus - Pantang berkala - Tradisional lainnya b. Non MKJP - Suntik - Pil - kondom c. MKJP - implan - iud - MOW - MOP 2.46 % 12.53% 1.24% 39.62% 22.34% 2.41% 5.69% 1.83% 11.87% 0% 4.1% 0.7% 0.2% 44% 24.8% 2.7% 6.9% 2.2% 14.4% 0% e. Setelah memiliki file yang terdiri dari data dasar (baseline) dan data skenario selanjutnya dapat dikeluarkan hasilnya baik dari modul DemProj, FamPlan, dan Rapid. Hasil modeling ini perlu di uji sebagai upaya validasi untuk memastikan bahawa data dasar dan skenario ataupun modifikasi yang ditetapkan telah diproses dengan benar. f. Diseminasi dan advokasi hasil modeling. Setelah disusun, hasil modeling sebaiknya didisemenasikan dan diadvokasikan kepada pemangku kepentingan. Secara khusus, hasil modeling tersebut dapat mendorong terlaksananya dialog kebijakan 30

43 berkaitan dengan permasalahan strategis. Selain itu, hasil modeling juga dapat dijadikan informasi melalui booklet kebijakan, dokumen-dokumen konferensi, dan publikasi lainnya. Semua proses dari mulai menyiapkan excel bantu, proses pengisian data pada modul DemProj, FamPlan, dan Rapid, pembuatan scenario program, serta mengeluarkan hasil / result dapat dilihat melalui video Langkah Cepat dan Tepat Memahami Spectrum yang terlampir pada buku ini atau dapat diunduh melalui Selain itu, pemangku kepentingan juga dapat merujuk pada Buku Materi yang diterbitkan oleh BKKBN melalui : o Softcopy Buku Materi Pembelajaran Program Spectrum dapat diakses pada alamat website : o Softcopy Buku Materi Pembelajaran Aplikasi Spectrum dapat diakses pada alamat website: B. Program FPET Sebelum dapat menggunakan FPET, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu: Gambar 3.3 Langkah Kerja FPET a. Mengunduh FPET Data Preparation tool dari allresources/track20_tools. Untuk dapat menggunakannya, FPET Data Preparation tool perlu diunduh dan diinstal terlebih dahulu. 31

44 b. Menyiapkan data menggunakan FPET Data Preparation Tool FPET Data Preparation Tool digunakan untuk menginput data yang dibutuhkan. Proses ini dapat menggunakan lebih dari satu sumber data c. Mengunggah hasil dari FPET Data Preparation Tool ke dan menjalankan FPET, d. Menyimpan file output yang diperoleh. Untuk mengetahui lebih lanjut cara mendapatkan output, anda dapat melihat video tutorial FPET 30 Menit Paham FPET yang terlampir pada buku ini atau dapat diunduh melalui Informasi lebih lanjut, dapat melalui ke: C. Modeling memiliki kelebihan dan keterbatasan Modeling merupakan suatu alat bantu untuk menjelaskan dan memperkirakan suatu kondisi berdasarkan parameter terpilih. Setiap modeling yang dibuat tidak akan dapat memperkirakan suatu kejadian dengan sangat tepat/sesuai dengan realita, namun hasil pengukuran modeling setidaknya memberikan gambaran kepada kita kondisi yang menyerupai realita. Selain itu berbagai modeling dibuat dengan metode yang berbeda sehinga informasi yang dihasilkannya pasti berbeda. Modeling Spectrum menggunakan pendekan Regresi Gausian dimana setiap parameter yang ingin di proyeksikan dibatasi hanya satu nilai yang paling dinilai tepat, pendekatan ini seolah-olah mengenyampingkan sumber data lainnya yang mungkin sebenarnya lebih tepat. Kejelian pelaksana teknis dalam memilih sumber data baik SDKI atau Susenas menjadi pertimbangan utama dalam membuat modeling dengan menggunakan Spectrum sebab Setiap sumber data juga memiliki kelebihan dan keterbatasan, SDKI bisa merepresentasikan keadaan saat ini dengan lebih akurat karena metodologi yang digunakan diset untuk menghitung 32

45 parameter kependudukan dan fertilitas, akan tetapi memiliki keterbatasan dalam hal rentang waktu survey yang dilakukan setiap lima tahun sekali, sehingga ada kesulitan dalam melihat trend setiap tahunnya selain itu SDKI juga diset hanya merepresentasikan provinsi sehingga pengukuran level kabupaten mengunakan nilai asumsi. Sedangkan data Susenas diperoleh setiap tahun dan data yang yang dihasilkan hingga level kabupaten, namun sayangnya survey ini tidak didesign untuk mengukur parameter kependudukan, sehingga trend data susenas perlu dilakukan penyesuaian trend. Kelebihan modeling spectrum adalah dapat memperkirakan effect dari program intervensi yang dibuat sebagai contoh Spectrum mampu memperkirakan effek dari pengalihan pengguna kontrasepsi tradisional ke modern dengan mengeluarkan jumlah kelahiran yang menurun akibat perubahan metode kontrasepsi (modul famplan), selain itu spectrum mampu mengkonversi parameter kependudukan untuk melihat dapak sector lainnya (modul rapid), contohnya apabila kita berhasil mengendalikan penduduk maka kita akan dapat melihat effect pada sector pendidikan dengan terjadinya penurunan kebutuhan ruang kelas, guru, dan biaya oprasional lainnya, dan kelebihan lainnya adalah kita juga dapat membuat simulasi target yang ingin dicapai serta memperkirakan suber daya yang harus dipersiapkan uantuk mencapai target tersebut (setup goal). Berbeda dengan Spectrum, FPET menggunakan metode Bayesian dimana modeling ini dapat menggunakan lebih dari satu sumber data untuk menjalankannya, dengan metode tersebut hasil modeling terkoreksi dengan beberapa data yang berbeda methodology sehingga prediksi model ini setidaknya dapat menggambarkan situasi yang lebih real, namun metode ini tetap menyisakan kelemahan, yaitu FPET tidak dapat menilai kualitas methodology sumber data sehingga ketika FPET dijalankan dengan menggunakan sumber data Susenas dan SDKI, sedangkan kita tahu SDKI hanya dilakukan per lima 33

46 tahun sedangkan susenas setiap tahun, maka trend yang dihasilkan akan condong mengikuti trend Susenas (data Susenas ada setiap tahun yang menyebabkan titik-titik Susenas lebih rapat dibandingkan dengan SDKI). Selain itu kelemahan FPET lainnya adalah tidak dapat menilai efek dari intervensi karena hanya bisa membangun model per indikator. Sehingga penggunaannya tidak dapat digunakan untuk memilih dan membuat skenario program intervensi. Gambar 3.4 Hasil Modeling FPET D. Membandingkan dan Mengkombinasikan hasil modeling untuk mendapatkan hasil yang utuh Hasil dua modeling yang dibuat sebaiknya diperbandingkan hasilnya untuk mendapatkan hasil yang konsisten. Poses membadingkan dilakukan hanya pada parameter utama (CPR/mCPR) yaitu dengan mencocokan hasil dari kedua modeling Spectrum dan FPET. Tujuan membandingkan adalah untuk menyempurnakan kelemahan masing-masing metode. Seperti yang telah dibahas sebelumnya jika modeling spectrum hanya menggunakan satu nilai yang dianggap paling tepat dan seakan-akan menyampingkan hasil 34

47 pengukuran yang lainnya, untuk menyempurnakannya FPET memiliki fungsi untuk menentukan probabilitas trend yang dibangun di Spectrum dapat terjadi dengan melihat trend dari semua jenis pengukuran, apabila hasil perbandingan dengan trend yang ada di FPET menunjukan probabilitas terjadi sudah tinggi maka kedua model tersebut dapat dikatakan sudah konsisten. Disisi lain FPET juga memiliki kelemahan dalam menentukan scenario, untuk menyempurnakannya modeling Spectrum dapat mensimulasikan scenario dari perhitungan FPET yang dijadikan baseline untuk membuat scenario. Selain menilai probabilitas untuk terjadi, untuk membandingkan hasil kedua modeling juga dapat dilakukan dengan pendekatan membandingkan dengan interval keyakinan, yaitu dengan cara menyandingkan hasil perhitungan Spectrum dengan interval kepercayaan FPET. Jika nilai Spectrum masih berada pada wilayah diantara batas bawah dan batas atas, maka nilai tersebut masih rasional dan dinilai konsisten. Penggunaan tools modeling Spectrum dan FPET sebaiknya juga hasus dikombinasikan untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif. Hal ini dikarenakan proses modeling aplikasi ini satu sama lain saling melengkapi. Output yang tidak dapat dihasilkan di Spectrum bisa didapatkan dengan menggunakan FPET, sehingga dalam melakukan analisis dapat lebih komprehensif. Informasi yang didapat dari FPET dan Spectrum perlu dikombinasikan untuk mendapatkan seluruh indikator modeling. Ada beberapa data output dari Spectrum akan menjadi input bagi FPET sehingga kita perlu mengetahui informasi dari kedua aplikasi tersebut. Spectrum dapat memprediksi dampak dari intervensi yang dibuat, sebagai contoh: apabila kita menaikkan angka MKJP maka Spectrum dapat memprediksi penurunan angka kelahiran total akibat peningkatan MKJP. 35

48 Informasi angka kelahiran total yang dihadilkan dapat dijadikan basis dalam perhitungan menggunakan FPET untuk menghasilkan informasi indokator lainnya seperti : a. jumlah kehamilan yang tidak diinginkan b. jumlah kehamilan yang tidak diinginkan dihindari karena penggunaan kontrasepsi modern c. jumlah aborsi yang tidak aman dihindari karena penggunaan kontrasepsi modern d. jumlah kematian ibu dihindari karena penggunaan kontrasepsi modern Selain itu apabila kita memilih TFR sebagai goal Spectrum, maka Spectrum akan memberikan informasi jumlah CPR yang harus dicapai (target). Apakah CPR yang harus tercapai tersebut mungkin terjadi? Untuk mengetahui hal tersebut, dapat dilakukan pengujian di FPET. FPET akan memberikan informasi probabilitas dari rencana/skenario yang akan terjadi. Informasi ini akan dijadikan penentu untuk pembuatan skenario. Apakah skenario yang telah dibuat perlu disesuaikan dengan menurunkan/menaikkan target atau menetapkan target yang sama dengan rentang waktu pencapaian yang lebih panjang. Setelah kita mengembangkan model dari dua modeling yang ada, maka langkah yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan proses pembaharuan data, proses ini dilakukan setiap kita memperoleh informasi/data baru dari survey yang menyediakan parameter modeling tersebut. Pembaharuan data selain ditujukan untuk mengkoreksi hasil juga diat dijadikan acuan dalam memonitoring program yang sedang dijalankan, yaitu denga melihat apakah hasil pengukuran terbaru tersebut masih sejalan dengan target yang ingin dikejar. 36

49 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Pemanfaatan modeling dalam program kependudukan dan keluarga berencana sangat diperlukan dalam melakukan monitoring dan mengevaluasi pencapaian program. Dari hasil modeling yang dilakukan, dapat disusun rencana strategis serta merencanakan kebijakan yang dapat diadvokasikan kepada pemerintah pusat, provinsi, atau daerah untuk perbaikan dan pencapaian program kependudukan dan keluarga berencana di masa yang akan datang. Program Spectrum dan FPET saling melengkapi. Spectrum dapat digunakan sebagai model kebijakan yang akan berguna bagi penyusun kebijakan dalam pengambilan keputusan, sedangkan FPET digunakan untuk memonitor perkembangan pencapaian program KB untuk mendukung pengambilan keputusan. Melalui Buku Panduan Aplikasi Spectrum dan FPET untuk Pemangku kepentingan ini diharapkan dapat memudahkan pemangku kepentingan mendapatkan gambaran pengaplikasian hasil perhitungan alat bantu modeling dengan Spectrum dan FPET sehingga lebih mudah menentukan rencana strategis yang akan diambil baik untuk kebijakan, perencanaan program, maupun perbaikan program di masa yang akan datang dan setelah mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing model dapat disimpulkan agar untuk mendapatkan gambaran yang utuh membutuhkan kolaborasi antar modeling. Buku Panduan Aplikasi Spectrum dan FPET untuk Pemangku kepentingan, Buku Panduan Aplikasi Spectrum 37

50 dan FPET untuk Pelaksana Teknis, video tutorial Cara Cepat dan Tepat Memahami Spectrum, dan 30 Menit Paham Spectrum dapat diunduh di link B. Saran Buku panduan ini merujuk pada beberapa buku materi, alamat website, serta video. Selain itu, penjelasan maupun langkah kerja yang terdapat pada buku ini dapat berubah sesuai dengan perkembangan versi dari aplikasi Spectrum dan FPET. Oleh karena itu bagi pemangku kepentingan dan pembaca diharapkan terus melakukan pengembangan lebih lanjut sesuai perkembangan aplikasi tersebut. Selain itu setelah memahami bagaimana kedua modeling saling menyesiaikan dan saling melengkapi satu sama lain, diharapkan penentuan kebijakan kedepan dapat memanfaatkan modeling ini sebagai acuan dalam mengembangkan program. Masukan dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk penyempurnaan buku panduan ini. 38

51 DAFTAR PUSTAKA BKKBN Materi Pembelajaran Program Spectrum: %2Fmateri%2FDocuments%2FMateri%20Spectrum&Folde rctid=0x b0a1aab a3c0286c807047& View={4EAB025B-46A0-4D4A-BEA4-D889629A97A0}. Jakarta BKKBN.2011.MateriPembelajaranAplikasiSpectrum: n.go.id/materi/default.aspx?rootfolder=%2fmateri%2fdo cuments%2fmateri%20spectrum&folderctid=0x B0A1AAB A3C0286C807047&View={4EAB025B- 46A0-4D4ABEA4-D889629A97A0}.Jakarta BKKBN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Jakarta BKKBN Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 2015, BKKBN. Jakarta` New, JR and Alkema, L Track20 FPET & Data Prep Instructions February 2016 Track Core Indicator 1-9 Calculator

52

53

54

Buku Panduan -Aplikasi Spectrum v.5.46 Beta 1 dan FPET untuk Pelaksana Teknis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2016

Buku Panduan -Aplikasi Spectrum v.5.46 Beta 1 dan FPET untuk Pelaksana Teknis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2016 Buku Panduan -Aplikasi Spectrum v.5.46 Beta 1 dan FPET untuk Pelaksana Teknis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2016 i ii KATA SAMBUTAN Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Tuhan Yang

Lebih terperinci

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU I. Pendahuluan Propinsi Bengkulu telah berhasil melaksanakan Program Keluarga Berencana ditandai dengan penurunan fertilitas dari 3% hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah kependudukan yang masih terjadi di Indonesia. Indonesia berada di urutan keempat negara dengan jumlah

Lebih terperinci

Laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan Laporan Performance Monitoring and Accountability 2020 (PMA2020) gelombang

Laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan Laporan Performance Monitoring and Accountability 2020 (PMA2020) gelombang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program Keluarga Berencana (KB) dibentuk dengan tujuan untuk mengendalikan jumlah penduduk sehingga dapat mewujudkan penduduk tanpa pertumbuhan atau Zero Population

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan telah menjadi perhatian pemerintah Indonesia sejak ditandatanganinya deklarasi mengenai kependudukan oleh para pemimpin dunia termasuk presiden

Lebih terperinci

Studi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation

Studi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation Demografi formal Pengumpulan dan analisis statistik atas data demografi Dilakukan ahli matematika dan statistika Contoh : jika jumlah perempuan usia subur (15-49) berubah, apa pengaruhnya pada tingkat

Lebih terperinci

PERTEMUAN 12 : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA

PERTEMUAN 12 : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA PERTEMUAN 12 : PROYEKSI PENDUDUK Oleh : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA (darmawan@esaunggul.ac.id) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Universitas ESA UNGGUL Semester Genap 2012/2013

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS

ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS 2015 (Disarikan dari Hartanto, W 2016, Analisis Data Kependudukan dan KB Hasil Susenas 2015, disajikan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BKKBN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian PRB (Population

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KKBPK SEMESTER I-TAHUN 2016

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KKBPK SEMESTER I-TAHUN 2016 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KKBPK SEMESTER I-TAHUN 2016 Oleh: Plt. Sekretaris Utama BKKBN Ipin ZA Husni Rapat Telaah Tengah Tahun (Review) Program KKBPK Tahun 2016 Jakarta, 4-7 September 2016 SISTEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup cepat. Berdasarkan penelitian Noya, dkk. (2009), penduduk Indonesia pada tahun 1971 berjumlah

Lebih terperinci

RH Costing. Estimasi untuk Perencanaan Kebutuhan untuk KB

RH Costing. Estimasi untuk Perencanaan Kebutuhan untuk KB RH Costing Estimasi untuk Perencanaan Kebutuhan untuk KB Lokakarya Advokasi KB/KR Berbasis Data Kerjasama Aisyiyah dan Program AFP Indonesia 24 25 Juni 2011 1 Apa itu RH Costing? RH costing - model dirancang

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU Oleh BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI MALUKU 2013 KATA

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, September Kepala BKKBN, Prof. dr. H. Fasli Jalal, PhD, SpGK. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii ii

SAMBUTAN. Jakarta, September Kepala BKKBN, Prof. dr. H. Fasli Jalal, PhD, SpGK. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii ii SAMBUTAN Sesuai amanat Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangaan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN mengalami pengayaan muatan program, selain menangani program Keluarga Berencana,

Lebih terperinci

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007) GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007) I. Pendahuluan Propinsi Bengkulu telah berhasil melaksanakan Program Keluarga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi Indonesia di bidang kependudukan. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 200 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang diperkirakan selama kurun waktu 40 tahun program keluarga berencana (KB) telah berperan penting dalam peningkatan contraceptive prevalence

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka

Lebih terperinci

hampir semua negara berkembang di dunia. Perubahan penduduk dipengaruhi oleh

hampir semua negara berkembang di dunia. Perubahan penduduk dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi hampir semua negara berkembang di dunia. Perubahan penduduk dipengaruhi oleh tiga komponen demografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah utama di Indonesia adalah penduduk yang cukup tingi. Laju pertumbuhan penduduk bervariasi pada tahun 2009 sebesar 2,4%, sedangkan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai laju pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah penduduk dari tahun 1971 yang berjumlah 119. 208. 229 orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49% per tahun. Jika laju pertumbuhan tidak ditekan maka jumlah penduduk

Lebih terperinci

Pengaturan Akses Serta Penyelenggaraan Pelayanan dan Pembiayaan KB MOP dan MOW di Kota Salatiga

Pengaturan Akses Serta Penyelenggaraan Pelayanan dan Pembiayaan KB MOP dan MOW di Kota Salatiga Pengaturan Akses Serta Penyelenggaraan Pelayanan dan Pembiayaan KB MOP dan MOW di Kota Salatiga Nama Inovasi Pengaturan Akses Serta Penyelenggaraan Pelayanan dan Pembiayaan KB MOP dan MOW di Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk seharusnya menjadi sumber daya yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan penduduk, namun sumber daya sering sebaliknya menjadi beban berat pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak era reformasi digulirkan, program Keluarga Berencana (KB) dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun 1967 telah terjadi penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi modern memainkan peranan penting untuk menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian ibu. Kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah meningkatkan angka prevalensi kontrasepsi (CPR) di Indonesia dari 26 persen tahun 1976 menjadi 62 persen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk dunia saat ini 7,2 milyar jiwa (menurut CIA World Factbook Tahun 2015). Indonesia menduduki urutan keempat dengan jumlah penduduk terbanyak setelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Pada saat ini telah banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah penduduk mencapai 7.608.405 jiwa, sedangkan hasil sensus penduduk tahun 2000 mencatat jumlah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DALAM JAMPERSAL

KEBIJAKAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DALAM JAMPERSAL KEBIJAKAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DALAM JAMPERSAL Disampaikan oleh : Edy Purwoko, pada Forum Nasional II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Di Makasar, 28-30 September

Lebih terperinci

SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017

SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017 SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017 Mariet Tetty Nuryetty Badan Pusat Statistik Forum Informatika Kesehatan Indonesia ke 5 Mercure Hotel Surabaya, 9 November 2017 SDKI? salah satu survei sosial

Lebih terperinci

Operations Research Meningkatkan RagamMetode Kontrasepsi (Method Mix) di Jatim dan NTB

Operations Research Meningkatkan RagamMetode Kontrasepsi (Method Mix) di Jatim dan NTB Operations Research Meningkatkan RagamMetode Kontrasepsi (Method Mix) di Jatim dan NTB 2012-2016 Fitri Putjuk Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Center for Communication Programs (JHU.CCP)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan termasuk pembangunan dibidang kesehatan harus didasarkan pada dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan keluarga berencana (KB) telah dipromosikan menjadi bagian dari kesehatan reproduksi sejak International

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan keluarga berencana (KB) telah dipromosikan menjadi bagian dari kesehatan reproduksi sejak International BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan keluarga berencana (KB) telah dipromosikan menjadi bagian dari kesehatan reproduksi sejak International Conference on Population and Development (ICPD) 1994.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya sangat padat. Hal ini terlihat dari angka kelahiran yang terjadi di setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini cukup tinggi.

Lebih terperinci

HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Laju pertumbuhan penduduk satu dasawarsa terakhir ini lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah kependudukan merupakan masalah yang terus mendapatkan perhatian pemerintah dan lembaga terkait. Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, tercatat saat ini jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa (menurut sensus 2010) dan laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jumlah penduduk Indonesia, menempati posisi keempat terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan laju pertumbuhan yang relatif tinggi. Program KB merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Untuk mewujudkan penduduk Indonesia yang berkualitas maka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) merupakan bagian program pembangunan nasional di Indonesia yang sudah dimulai sejak masa awal pembangunan lima tahun (1969) yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, maupun sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia mengalami suatu keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator pelayanan KB yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk merupakan masalah di suatu negara apabila tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008) menunjukkan pada tahun 2007,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia pada tahun 2013 mengalami peningkatan lebih tinggi dari perkiraan dua tahun yang lalu. Jumlah penduduk dunia pada bulan Juli 2013 mencapai

Lebih terperinci

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi 2015 Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 (Berdasarkan Proyeksi Penduduk

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Bali dari periode ke periode, selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 1971 jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan tidak diinginkan merupakan tantangan sosial dan kesehatan global meliputi kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted) dan kehamilan terjadi lebih cepat dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara sedang berkembang yang tidak luput dari masalah kependudukan. Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PROGRAM KB DI PROVINSI BENGKULU ( HASIL MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS )

PERKEMBANGAN PROGRAM KB DI PROVINSI BENGKULU ( HASIL MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS ) PERKEMBANGAN PROGRAM KB DI PROVINSI BENGKULU ( HASIL MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS 25 28) 1. Latar Belakang Perkembangan kependudukan diarahkan pada pengendalian kuantitas penduduk, pengembangan kualitas

Lebih terperinci

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional adalah program untuk membantu keluarga termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik sehingga

Lebih terperinci

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 merupakan survey yang berskala Nasional, sehingga untuk menganalisa tingkat propinsi perlu dilakukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat dalam tingkat jumlah penduduk terbesar di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

PARAMETER KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

PARAMETER KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA PARAMETER KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA DR. Sudibyo Alimoeso, MA Sekretaris Utama BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL JAKARTA, 2011 MARI KITA RENUNGKAN APA YANG MENJADI TANGGUNG JAWAB

Lebih terperinci

Oleh: (Tentativ) BKKBN. Disampaikan pada Kegiatan Review/ Telaah Program KKBPK Tahun 2016

Oleh: (Tentativ) BKKBN. Disampaikan pada Kegiatan Review/ Telaah Program KKBPK Tahun 2016 Oleh: (Tentativ) BKKBN Disampaikan pada Kegiatan Review/ Telaah Program KKBPK Tahun 2016 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jakarta, 5-6 September 2016 BKKBN MENDUKUNG AGENDA PRIORITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk adalah subyek dan obyek

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DI PUSKESMAS POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia

Lebih terperinci

ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU

ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU Pendahuluan Karakteristik pembangunan antara lain dilaksanakan melalui pengendalian pertumbuhan penduduk, Keluarga Berencana, dan dengan cara pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian ibu adalah kematian wanita dalam masa kehamilan atau dalam waktu 42 hari setelah pemberhentian kehamilan tanpa memandang usia dan tempat kehamilan, oleh sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang terjadi merupakan suatu permasalahan yang dihadapi Indonesia, maka diperlukan perhatian serta penanganan yang sungguh sungguh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Indonesia dengan perkiraan jumlah penduduk sebanyak 252 juta jiwa pada tahun 2014 menempati peringkat keempat dunia sebagai negara dengan jumlah populasi

Lebih terperinci

Kesesuaian Pilihan Metode KB dengan Motivasi Kontrasepsi, serta Upaya Peningkatan MKJP

Kesesuaian Pilihan Metode KB dengan Motivasi Kontrasepsi, serta Upaya Peningkatan MKJP Kesesuaian Pilihan Metode KB dengan Motivasi Kontrasepsi, serta Upaya Peningkatan MKJP Dwini Handayani SE MSI (Lembaga Demografi FEUI) Yusna Afrilda, SPd, MSi (BKKBN Propinsi Lampung) Latarbelakang ICPD

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 249 juta. Dengan Angka Fertilitas atau Total Fertelitity Rate (TFR) 2,6, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron,

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI. DETERMINAN PEMAKAIAN METODE KONTRASEPSI IMPLANT DAN IUD DI JAWA TIMUR (Analisis Data SUSENAS 2015)

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI. DETERMINAN PEMAKAIAN METODE KONTRASEPSI IMPLANT DAN IUD DI JAWA TIMUR (Analisis Data SUSENAS 2015) SKRIPSI DETERMINAN PEMAKAIAN METODE KONTRASEPSI IMPLANT DAN IUD DI JAWA TIMUR (Analisis Data SUSENAS 2015) Oleh: MONITA DESTIWI UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM SARJANA PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan ekonomi, masalah

Lebih terperinci

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 2.6 terhadap PUS umur terhadap PUS 40-49 Umur 40-49 1 Bengkulu Selatan 2,7 3,8 2 Rejang Lebong 3,6 4,7 3 Bengkulu Utara 3,6 5,3 4

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE Ika Wahyu Mayangsari 1, Retno Heru Setyorini 2, Cahyaning Setyo Hutomo 2 1 Mahasiswa Akademi Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% pertahun hingga 2,49% pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:

Lebih terperinci

CAPAIAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA DI INDONESIA: Sudah Setarakah Kita?

CAPAIAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA DI INDONESIA: Sudah Setarakah Kita? CAPAIAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA DI INDONESIA: Sudah Setarakah Kita? Anggriyani Wahyu Pinandari @track20project www.track20.org ICPD Cairo and SDGs Universal access to reproductive health

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individual maupun bagi negara. Manfaat-manfaat tersebut antara lain; dengan

BAB I PENDAHULUAN. individual maupun bagi negara. Manfaat-manfaat tersebut antara lain; dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga Berencana banyak manfaat yang bisa dirasakan baik secara individual maupun bagi negara. Manfaat-manfaat tersebut antara lain; dengan adanya program Keluarga

Lebih terperinci

TUJUAN 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

TUJUAN 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu TUJUAN 5 Meningkatkan Kesehatan Ibu 57 Tujuan 5: Meningkatkan Kesehatan Ibu Target 6: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990 dan 2015. Indikator: Angka kematian ibu. Proporsi

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN KEPATUHAN AKSEPTOR KB PIL DENGAN KEGAGALAN KONTRASEPSI PIL DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Helmi Yenie* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Prevalensi kegagalan KB pil di

Lebih terperinci

Oleh; Drs. Ipin.Z.A Husni, MPA Kepala Biro Perencanaan BKKBN

Oleh; Drs. Ipin.Z.A Husni, MPA Kepala Biro Perencanaan BKKBN Oleh; Drs. Ipin.Z.A Husni, MPA Kepala Biro Perencanaan BKKBN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL Jakarta, 2 Mei 2016 KEBIJAKAN DAK T.A 2017 Mendukung implementasi Nawacita: Ketiga: membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berencana (KB) merupakan program yang bertujuan membantu individu dan pasangannya membatasi dan menjarakkan kelahiran anak melalui penggunaan kontrasepsi (Graff

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA BATURSARI KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA BATURSARI KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA BATURSARI KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK FACTORS AFFECTING WOMEN OF CHILDBEARING AGE (WUS) SELECTION

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keterbatasan. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan terbatasnya lahan sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. keterbatasan. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan terbatasnya lahan sebagai sumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan kepadatan populasi semakin meningkat. Hal ini akan berpengaruh pada daya dukung lingkungan yang memiliki keterbatasan.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia semakin meningkat. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memprediksikan tahun 2016 jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 miliyar, tahun

Lebih terperinci

Proyeksi Pembiayaan Pelayanan Kontrasepsi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan

Proyeksi Pembiayaan Pelayanan Kontrasepsi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan Proyeksi Pembiayaan Pelayanan Kontrasepsi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan Siswanto Agus Wilopo Althaf Setiawan Firdaus Hafidz Fakultas Kedokteran UGM LATAR BELAKANG Tujuan umum Tersusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan kehidupannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization merekomendasikan untuk mengatur jarak kehamilan minimal 24 bulan dari persalinan sebelumnya supaya dapat menurunkan risiko kematian maupun

Lebih terperinci

TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI

TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI Dr. Junaidi, SE, M.Si (Disampaikan pada Rapat Koordinasi Perwakiltan BKKBN Provinsi Jambi tanggal 1 September 2016) I. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2010 2035 Dr. Sukamdi Agus Joko Pitoyo, M.A. Eddy Kiswanto, M.Si M. Arif Fahrudin Alfana PENDAHULUAN Proyeksi penduduk merupakan cara penggambaran jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ISTILAH-ISTILAH 2.1.1 Dinamika Penduduk [Population Dynamics] Dinamika penduduk adalah proses perubahan yang terjadi secara terus menerus yang mempengaruhi jumlah penduduk

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran

Lebih terperinci