SAMBUTAN. Jakarta, September Kepala BKKBN, Prof. dr. H. Fasli Jalal, PhD, SpGK. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii ii

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SAMBUTAN. Jakarta, September Kepala BKKBN, Prof. dr. H. Fasli Jalal, PhD, SpGK. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii ii"

Transkripsi

1

2 SAMBUTAN Sesuai amanat Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangaan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN mengalami pengayaan muatan program, selain menangani program Keluarga Berencana, juga program Pengendalian Penduduk. Terkait tugas fungsi tentang Pengendalian Penduduk tersebut, diharapkan BKKBN menjadi rujukan data terutama yang berkaitan erat dengan isu kependudukan, seperti: kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, pertanian dan pangan. Buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia ini diterbitkan dengan berorientasi kepada 5 bidang atau isu yang terkait erat dengan isu kependudukan tersebut. Diuraikan pengertian dan ilustrasi data dari variabel-variabel yang merepresentasikan bidang kesehatan, pendidikan, ketengakerjaan, pertanian dan pangan. Saya menyambut gembira dengan diterbitkannya Buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia ini. Diharapkan melalui Buku Profil ini, dapat diidentifikasi permasalahan kependudukan di Indonesia. Selanjutnya dengan diketahuinya besaran masalah kependudukan, diharapkan seluruh sektor pembangunan dapat merumuskan alternatif solusi pemecahannya. Semoga penyusunan buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di tingkat Nasional Indonesia ini memberikan manfaat bagi pengembangan program pembangunan nasional yang berwawasan kependudukan. Jakarta, September 2013 Kepala BKKBN, Prof. dr. H. Fasli Jalal, PhD, SpGK. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii ii

3 KATA PENGANTAR Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), diharapkan Indonesia mencapai kondisi Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS), yang ditandai dengan TFR sebesar 2,1 dan NRR=1. Untuk mencapai kondisi PTS tersebut, program pembangunan nasional perlu diarahkan agar selaras dengan kebijakan pembangunan yang berwawasan kependudukan. Untuk menyusun program yang berwawasan kependudukan, maka diperlukan data dasar (baseline) yang berisi profil kependudukan pada tingkat nasional. Untuk itulah disusun buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di tingkat Nasional Indonesia. BKKBN sebagai institusi pemerintah yang menangani bidang Pengendalian Penduduk serta Keluarga Berencana, berkewajiban menyediakan data dasar berupa Profil Kependudukan tersebut. Profil Kependudukan dan Pembangunan pada jangka panjang, hendaknya tidak saja memotret situasi kependudukan di tingkat nasional, namun juga mengerucut semakin detil pada tingkat provinsi, kabupaten/kota,kecamatan, bahkan bila memungkinkan sampai tingkat desa/ kelurahan. Tujuannya, agar secara spesifik dapat dipetakan permasalahan kependudukan terjadi pada wilayah yang mana. Dengan demikian, akan lebih memudahkan penentu kebijakan terkait dalam mengidentifikasi sekaligus menangani wilayah manakah yang memiliki permasalahan kependudukan. Buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di tingkat Nasional Indonesia ini disusun atas kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan (PUSDU) dengan Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk (DITRENDUK). Penyajian Profil dengan menggabungkan variabel-variabel secara lintas sektor atau bidang. Untuk itu, diperlukan kesepakatan tidak saja antar komponen BKKBN, namun yang lebih penting antar sektor. Dengan demikian, dokumen buku Profil ini disepakati dan disetujui oleh seluruh pihak, dan menjadi sumber referensi atau rujukan utama dalam bidang Pengendalian Penduduk di Indonesia. Akhir kata, kami mengharapkan masukan secara konstruktif terhadap dokumen ini, terutama menyangkut variabel-variabel yang dibahas dalam buku Profil Kependudukan dan Pembangunan tingkat Nasional Indonesia ini. Terima kasih. Jakarta, Agustus 2013 Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN Dr. Wendy Hartanto, MA. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii iii

4 DAFTAR ISI SAMBUTAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR.... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR TABEL LAMPIRAN... x BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Kerangka Pikir Sumber Data.. 3 BAB 2. DINAMIKA PENDUDUK Kuantitas Penduduk Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Perubahan struktur umur menurut jenis kelamin penduduk Persebaran penduduk Fertilitas dan Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan dan pola fertilitas Pola perkawinan Kesertaan ber KB Pasangan usia subur Contraceptive prevalence rate dan mix kontrasepsi Kebutuhan Pelayanan Kontrasepsi yang tidak Terpenuhi Alasan tidak memakai kontrasepsi Median lama dan frekuensi menyusui secara eksklusif Mortalitas dan Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan dan pola mortalitas Penyebab Kematian Migrasi Kecenderungan dan pola migrasi risen Kecenderungan dan pola migrasi seumur hidup BAB 3. PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN Pencapaian Pembangunan Manusia Pembangunan Gender Penduduk Rentan Ketersedian Pelayanan Kesehatan. 30 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii iv

5 3.4.2 Pendidikan Sanitasi dan Air Bersih Listrik Kesehatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pubertas Kespro PraNikah Pengetahuan tentang HIV/AIDS dan IMS Kesehatan Anak Cakupan Imunisasi Pemberian makan pada anak Kesehatan Ibu Jumlah Bumil Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care/ANC) Penolong Persalinan Insiden HIV/AIDS Pendidikan Literasi (AMH) Pendidikan yang ditamatkan penduduk 15 tahun ke atas Partisipasi Sekolah Rata-rata lama sekolah Ekonomi dan Ketenagakerjaan Ekonomi Ketenagakerjaan Pertanian Pangan Pangan Nasional Produktivitas Pertanian Produksi Perikanan Produksi Perkebunan Produksi Peternakan.. 59 BAB 4. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii v

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kerangka Pikir Hubungan antara Dinamika Kependudukan dan Pembangunan Berkelanjutan... 2 Gambar 2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun Gambar 2.2 Piramida Penduduk Indonesia Tahun Gambar 2.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan 3 Kelompok Umur Besar Tahun Gambar 2.4 Rasio Ketergantungan Tahun Gambar 2.5 Proyeksi Rasio Ketergantungan Tahun Gambar 2.6 Tren Rasio Jenis Kelamin Tahun Gambar 2.7 Persebaran Penduduk di Indonesia Tahun Gambar 2.8 Urbanisasi di Indonesia Tahun Gambar 2.9 Kepadatan Penduduk di Indonesia Tahun Gambar 2.10 Angka Kelahiran Kasar di Indonesia Gambar 2.11 TFR Indonesia Tahun Gambar 2.12 Rasio Anak Terhadap Wanita Tahun Gambar 2.13 Rata-rata Umur Kawin Pertama Perempuan Tahun Gambar 2.14 Median Usia Kawin Pertama Wanita Tahun Gambar 2.15 Pemakaian Alat/Cara KB (CPR) Gambar 2.16 Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Metode Kontrasepsi Modern Gambar 2.17 Sumber Pelayanan Kontrasepsi di Indonesia Tahun Gambar 2.18 Unmet Need di Indonesia Tahun Gambar 2.19 Alasan Tidak Ingin Memakai Kontrasepsi Gambar 2.20 Rata-rata Pemberian ASI Eksklusif Untuk Semua Anak (Bulan) Gambar 2.21 Estimasi Kematian Kasar Gambar 2.22 Angka Kematian Bayi dan AnakTahun Gambar 2.23 Angka Kematian Ibu Tahun Gambar 2.24 Angka Harapan Hidup Indonesia Tahun Gambar 3.1 Perbandingan IPM Negara-negara ASEAN Tahun Gambar 3.2 Indeks Ketimpangan Gender di Negara ASEAN Gambar 3.3 Perkembangan IPG Periode Tahun Gambar 3.4 Banyaknya SDM Kesehatan Tahun Gambar 3.5 Banyaknya Sarana Puskesmas Tahun Gambar 3.6 Banyaknya Sarana Rumah Sakit Tahun Gambar 3.7 Banyaknya Klinik Pelayanan KB di Indonesia Tahun Gambar 3.8 Jumlah Sekolah di Indonesia Tahun Gambar 3.9 Banyaknya Tenaga Guru di Indonesia Tahun Gambar 3.10 Persentase Fasilitas Buang Air Besar dalam Rumah Tangga PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

7 Gambar 3.11 Persentase Fasilitas Air Minum dalam Rumah Tangga Gambar 3.12 Persentase Sumber Penerangan dalam Rumah Tangga Gambar 3.13 Persentase Pria dan Wanita Umur yang Pernah Mendengar AIDS Menurut Pendidikan, Indonesia Tahun Gambar 3.14 Kasus HIV/AIDS dan Kematian Gambar 3.15 Angka Melek Huruf Tahun Gambar 3.16 Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk 15 Tahun ke Atas Gambar 3.17 Angka Partisipasi Sekolah Tahun Gambar 3.18 Angka Partisipasi Murni SD/MI/Paket A Tahun Gambar 3.19 Angka Partisipasi Murni SMP/MTs/Paket B Tahun Gambar 3.20 Angka Partisipasi Murni SMA/MA/Paket C Tahun Gambar 3.21 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Tahun , Indonesia Gambar 3.22 Persentase Pertumbuhan Ekonomi Tahun Gambar 3.23 Persentase Penduduk Miskin Tahun Gambar 3.24 Tingkat Partisipasi Angkatan kerja Indonesia (persen) Tahun Gambar 3.25 Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia (persen) Tahun ii vi PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

8 DAFTAR TABEL ii vii Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 2.2 Fertilitas Menurut Kelompok Umur Tahun Tabel 2.3 Fertilitas Menurut Kelompok Umur dan Tempat Tinggal Tahun Tabel 2.4 Pasangan Usia Subur Tahun Tabel 2.5 Pengetahuan Tentang Alat/Cara KB Tabel 2.6 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini pada Wanita Tabel 2.7 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini Menurut Karakteristik Latar Belakang Wanita Berstatus Kawin Tabel 2.8 Sumber Pembiayaan Kontrasepsi Tabel 2.9 Jenis Penyakit dan penyebab Kematian Tahun Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tren Data Parameter Kependudukan yang Terkait dengan Migrasi Risen Indonesia, Tahun Tren Data Parameter Kependudukan yang Terkait dengan Migrasi Seumur Hidup Indonesia, Tabel 3.1 Tren HDI Indonesia Tahun Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tren Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Rasio (IPG/IPM), Tahun Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Mengalami Kesulitan Rasio Jumlah Penduduk Usia Sekolah per Jumlah Sekolah di Indonesia Tahun 2009/ Persentase pengetahuan remaja tentang perubahan fisik masa pubertas Persentase sumber pengetahuan tentang perubahan fisik saat pubertas Tabel 3.7 Persentase umur remaja wanita pertama kali mendapat haid Tabel 3.8 Persentase Pengetahuan Remaja tentang Anemia Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tren Cakupan Imunisasi Lengkap Tanpa Hepatitis B di Indonesia Tahun Persentase Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI Menurut Kelompok Umur, Indonesia Tahun Persentase wanita hamil yang melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan Tabel 3.12 Persentase Pemeriksaan Kehamilan Tabel 3.13 Komponen Pemeriksaan Kehamilan Tabel 3.14 Persentase wanita yang melahirkan di fasilitas kesehatan PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii viii

9 Tabel 3.15 Persentase Penolong Persalinan Kualifikasi Tertinggi Tabel 3.16 Jumlah Pendapatan per Kapita Indonesia Tahun Tabel 3.17 Jumlah Pendapatan Domestik Regional Bruto Indonesia (juta rupiah) Tahun Tabel 3.18 Tren Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tabel 3.19 Tingkat Pengangguran Terbuka Tabel 3.20 Perkembangan Konsumsi Pangan Nasional Secara Kuantitas pada Tahun Tabel 3.21 Produktivitas Padi Tahun Tabel 3.22 Produktivitas Jagung Tahun Tabel 3.23 Produktivitas Kedelai Tahun Tabel 3.24 Produktivitas Ubi Kayu Tahun Tabel 3.25 Volume Produksi Perikanan (ton) Tahun Tabel 3.26 Produktivitas Tanaman Perkebunan Tahun Tabel 3.27 Produktivitas Peternakan Tahun PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii ix

10 DAFTAR TABEL LAMPIRAN Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Laju Pertumbuhan Penduduk di Indonesia menurut Provinsi Tahun Rasio ketergantungan di Indonesia menurut Provinsi Tahun Rasio Jenis Kelamin di Indonesia menurut Provinsi Tahun Tabel 2.4 Tingkat Urbanisasi di Indonesia menurut Provinsi Tahun Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Kepadatan Penduduk di Indonesia menurut Provinsi Tahun Estimasi Angka Kelahiran Kasar (CBR) di Indonesia Menurut Provinsi Tahun Angka Fertilitas Total di Indonesia menurut Provinsi Tahun Tabel 2.8 Rasio Anak Wanita di Indonesia menurut Provinsi Tahun Tabel 2.9 Tabel 2.10 Rata-Rata Usia Kawin Pertama di Indonesia menurut Provinsi Tahun Median Umur Kawin Pertama Wanita Umur tahun Menurut Provinsi, Indonesia Tabel 2.11 Kebutuhan Ber-KB yang tidak Terpenuhi di Indonesia Tahun Tabel 2.12 Tabel 2.13 Tabel 2.14 Median lamanya pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia menurut Provinsi Tahun Angka Kematian Bayi dan Anak di Indonesia menurut Provinsi Tahun Estimasi Angka Harapan Hidup (Tahun) di Indonesia Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 2.15 Penyebab Kematian di Indonesia Menurut Provinsi Tahun Tabel 2.16 Tabel 2.17 Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi Risen Tahun Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi Seumur Hidup Tahun Tabel 3.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Provinsi Tahun 2005 dan Tabel 3.2 Indeks Pembangunan Gender (IPG) Menurut Provinsi Tahun 2005 Tabel 3.3 dan Penduduk Rentan Karena Kesulitan Fungsional di Indonesia menurut Provinsi Tahun PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii x

11 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Rasio Sumberdaya Manusia Kesehatan (Dokter dan Bidan) Per penduduk menurut Provinsi Tahun Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) di Indonesia menurut Provinsi Tahun Tabel 3.6 Klinik pelayanan KB di Indonesia menurut Provinsi, tahun Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Tabel 3.15 Tabel 3.16 Tabel 3.17 Tabel 3.18 Sarana Pendidikan (sekolah) di Indonesia menurut Provinsi Tahun Rasio jumlah penduduk usia sekolah terhadap jumlah sekolah di Indonesia tahun Jumlah Tenaga Guru di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2008 s/d Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Buang Air Besar Tahun Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Air Minum Tahun Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Sumber Penerangan, Persentase dan Cakupan Imunisasi pada Balita di Indonesia menurut Provinsi Tahun Persentase Wanita Umur tahun yang sedang Hamil di Indonesia menurut Provinsi Tahun Persentase yang dilahirkan di Fasilitas Kesehatan di Indonesia menurut Provinsi Tahun Persentase penolong persalinan di Indonesia menurut Provinsi Tahun Jumlah Kumulatif Kasus HIV dan AIDS Berdasarkan Provinsi Tahun 2013 (sd Juni) Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Kepandaian Membaca dan Menulis Tahun 2006 dan Tabel 3.19 Angka Partisipasi Sekolah ( A P S ) Menurut Provinsi, Tabel 3.20 Tabel 3.21 Tabel 3.22 Tabel 3.23 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan Formal dan Non Formal Tahun Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun Jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia menurut Provinsi Tahun Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Provinsi, (Juta Rupiah) Tabel 3.24 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi, (Juta Rupiah) PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii xi

12 Tabel 3.25 Tabel 3.26 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii xii

13 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga mengamanatkan bahwa penduduk harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan terencana di segala bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi kemampuan dan kebutuhan generasi mendatang, sehingga menunjang kehidupan bangsa. Undang-undang no. 52 tahun 2009 memberi tanggungjawab pengendalian penduduk di Indonesia kepada BKKBN, yang dirubah namanya menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Pada tahun 2012, BKKBN menetapkan visi Penduduk Tumbuh Seimbang Tahun Visi tersebut mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun Kondisi penduduk tumbuh seimbang ditandai dengan angka fertilitas total (TFR) sebesar 2,1 anak per wanita atau angka reproduksi neto (NRR) sebesar 1. Misi dari BKKBN adalah mewujudkan pembangunan berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Visi dan misi tersebut akan diwujudkan melalui pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas penduduk, serta pengembangan kualitas penduduk pada seluruh dimensinya. Upaya ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Dalam UU No. 52 Tahun 2009 diatur pula kewenangan dan tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota untuk mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas. Sejalan dengan paradigma pembangunan berkelanjutan, perencanaan pembangunan harus disusun berdasarkan data dan informasi kependudukan. Perencanaan pembangunan berbasis data kependudukan merupakan strategi yang penting dalam rangka meningkatkan relevansi, efektivitas serta efisiensi kebijakan dan program pembangunan di Indonesia. Penggunaan data yang akurat dalam proses perencanaan telah diatur dalam peraturan perundangan. Pada Pasal 31 UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diatur bahwa Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Ketentuan tersebut ditekankan kembali pada Pasal 152 UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah yang menyebutkan Perencanaan pembangunanan daerah didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Secara rinci, pada Pasal 49 UU No. 52/2009 diatur bahwa: 1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data dan informasi mengenai kependudukan dan keluarga ; 2) Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui sensus, survei, dan pendataan keluarga; dan 3) Data dan informasi kependudukan dan keluarga wajib digunakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sebagai dasar penetapan kebijakan, penyelenggaraan, dan pembangunan. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 1

14 1.2 TUJUAN Publikasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi tentang kondisi kependudukan Indonesia yang diamati dari berbagai aspek: kesehatan, pendidikan, pertanian, ketenagakerjaan dan Keluarga Berencana. 1.3 KERANGKA PIKIR Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia secara berkelanjutan, dengan cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber alam yang menopangnya dalam suatu ruang wilayah daratan, lautan, dan udara sebagai satu kesatuan. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan tidak bisa dilepaskan dengan pemanfaatan ruang wilayah beserta potensi sumber daya yang ada bagi tujuan pembangunan manusia atau masyarakatnya itu sendiri. Agenda utama pembangunan berkelanjutan adalah upaya untuk memadukan, mengintegrasikan, dan memberi bobot yang sama bagi tiga pilar utama pembangunan, yaitu ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan hidup. Penduduk merupakan titik sentral dalam proses pembangunan berkelanjutan karena penduduk merupakan pelaku sekaligus penerima manfaat pembangunan. Konsep ini diterjemahkan lebih lanjut dalam konsep pembangunan berwawasan kependudukan. Gambar 1.1 Kerangka Pikir Hubungan antara Dinamika Kependudukan dan Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan berwawasan kependudukan, yaitu pembangunan yang berpusat pada penduduk (people-centered development), adalah pembangunan yang direncanakan dengan memperhatikan kondisi dan dinamika penduduk. Semua perencanaan pembangunan harus population responsive, yaitu memperhatikan dan mempertimbangkan data dan informasi kependudukan secara lengkap, mulai dari jumlah, pertumbuhan, struktur umur, persebaran, maupun kualitas penduduk. Di sisi lain, pemerintah juga harus mampu merumuskan kebijakan pengelolaan kependudukan agar tercapai kondisi kependudukan yang kita harapkan (population-influencing policies). PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 2

15 1.4 SUMBER DATA Data yang digunakan untuk menyusun Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia dikumpulkan dari berbagai sumber yang telah dipublikasikan, seperti: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, Sensus Penduduk, Sakernas, Profil Kesehatan Indonesia, Profil Anak Indonesia, Statistik Kesejahteraan Rakyat, Human Development Report, Statistik Indonesia, Pelayanan Kontrasepsi. Disamping itu beberapa data yang disajikan juga merupakan data proyeksi sementara yang dihitung oleh Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk pada tahun PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 3

16 DINAMIKA PENDUDUK Kuantitas Penduduk Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah Penduduk Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun , jumlah penduduk Indonesia mengalami kenaikan menjadi dua kali lipat selama hampir 40 tahun dari sekitar 118 juta pada tahun 1971 menjadi 237 juta pada tahun 2010 (Lihat Tabel 2.1). Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Jenis Kelamin Kelompok Jumlah % Umur Laki-Laki Perempuan , , , , , , , , , , , , , , , , , ,3 Total ,0 Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 2010 Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak jiwa. Menurut kelompok umur, jumlah penduduk usia 0-4 tahun sebanyak jiwa (9,54 persen), sedangkan penduduk usia tahun sebanyak jiwa (66 persen), dan kelompok penduduk usia 65 tahun keatas sebanyak jiwa (5,1 persen). Laju Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari periode menurun dari 2,33 persen menjadi 1,44 persen pada periode Penurunan sampai dengan 1,44 persen tersebut masih memperhitungkan Provinsi Timor-Timur sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), apabila provinsi Timor-Timur PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 4

17 dikeluarkan maka LPP Indonesia diperkirakan berada pada angka 1,40 persen (Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Indonesia, BPS, 2011 Hal. 26). Pada periode Laju pertumbuhan penduduk mengalami kenaikan menjadi 1,49 persen. Gambar 2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010 Berdasarkan wilayah, LPP tertinggi menurut SP tahun 2010 berada pada provinsi Papua (5,39 persen) dan terendah di provinsi Jawa Tengah (0,37 persen). LPP menurut provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel Perubahan Struktur Umur menurut Jenis Kelamin Penduduk Piramida Penduduk Tren Piramida penduduk Indonesia tahun 1971 sampai dengan 2010 menggambarkan perubahan struktur umur penduduk Indonesia. Bentuk Piramida Penduduk berubah menjadi tipe expansive pada tahun 2010 dimana jumlah penduduk usia muda lebih banyak daripada usia dewasa maupun tua. Gambar 2.2 Piramida Penduduk Indonesia Tahun Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 5

18 Pada piramida penduduk tahun 2010, kelompok umur tahun menunjukkan keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) pada tahun Apabila dibandingkan dengan kelompok umur di bawahnya (0-19 tahun) terlihat adanya peningkatan kelahiran pada periode setelah tahun Selain itu, bagian puncak piramida menunjukkan peningkatan pada jumlah penduduk lanjut usia (lihat Gambar 2.2). Distribusi Penduduk Menurut 3 Kelompok Umur Besar Meskipun secara absolut jumlah penduduk usia muda (umur 0-14 tahun) mengalami kenaikan, akan tetapi persentasenya terus mengalami penurunan yakni dari 30,44 persen pada SP tahun 2000, menjadi 28,87 persen pada SP tahun Disisi lain, penduduk usia produktif (umur tahun) persentasenya mengalami peningkatan, yakni dari 65,03 persen pada tahun 2000 menjadi 66,09 persen pada tahun Kondisi tersebut berpengaruh terhadap turunnya rasio ketergantungan (bonus demografi) dan membuka jendela peluang dalam bidang ekonomi sebagai akibat melonjaknya penduduk usia produktif serta menurunnya penduduk usia tidak produktif. Gambar 2.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan 3 Kelompok Umur Besar Tahun 2010 Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 2010 Penduduk usia lanjut (umur 65+) juga mengalami peningkatan dari 4,53 persen pada tahun 2000 menjadi 5,04 persen pada tahun Persentase ini diproyeksikan akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup, sehingga akan berdampak pada peningkatan rasio ketergantungan. Rasio Ketergantungan Tren rasio ketergantungan secara nasional mengalami penurunan dari data SP 1971 yaitu 86,86 per 100 orang usia produktif menjadi 51,31 per 100 orang usia produktif pada tahun Kondisi ini menggambarkan banyaknya jumlah penduduk yang harus ditanggung oleh penduduk usia kerja telah mengalami penurunan. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 6

19 Gambar 2.4 Rasio Ketergantungan Tahun BONUS DEMOGRAFI Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010 Tingkat rasio ketergantungan di wilayah provinsi pada saat ini berbeda-beda, provinsi DKI Jakarta dengan tingkat rasio ketergantungan terendah pada tahun 2010 yakni 36,94 per 100 orang. Sebaliknya pada Provinsi NTT dengan rasio ketergantungan 73,21 per 100 orang usia produktif masih belum memasuki peluang dimaksud. Disparitas tingkat rasio ketergantungan pada provinsi ini dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan kematian pada masing-masing provinsi. Lihat lampiran Tabel 2.2 untuk rasio ketergantungan menurut Provinsi. Banyaknya jumlah penduduk pada kelompok usia produktif dibandingkan kelompok usia non-produktif dapat memberikan manfaat bagi pembangunan nasional terutama pada sektor ekonomi. Akan tetapi untuk memanfaatkan kondisi tersebut, kualitas SDM harus ditingkatkan secara maksimal antara lain melalui pendidikan, pelayanan kesehatan dan penyediaan lapangan pekerjaan. Hasil perhitungan sementara Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk BKKBN pada tahun 2013 menunjukkan bahwa window of opportunity di Indonesia diperkirakan terjadi pada rentang waktu tahun 2020 sampai tahun 2035, dengan nilai rasio ketergantungan terendah berada pada tahun 2020 sampai dengan tahun 2030 yakni 46,28 serta 46,29 per 100 orang usia produktif (lihat pada fokus Gambar 2.4). Gambar 2.5 Proyeksi Rasio Ketergantungan Tahun ,86 53,51 43,96 79,08 55,84 40,91 59,58 67,84 36,65 53,78 65,03 66,09 67,09 68,36 68,43 68,35 67,88 30,44 BONUS DEMOGRAFI 51,31 49,05 28,87 27,44 WINDOW OF OPPORTUNITY 46,28 46,13 46,29 47,30 25,46 24,14 22,76 21,72 2,52 3,25 3,77 4,53 5,04 5,47 6,18 7,43 8,88 10, < 15 Th Th 64+ DR Sumber data: SP Perhitungan sementara Ditrenduk, BKKBN Tahun 2013 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 7

20 Rasio Jenis Kelamin (sex ratio) Para Demografer menyatakan bahwa perbandingan antara bayi laki-laki dengan bayi perempuan pada waktu lahir berkisar antara bayi laki-laki per 100 bayi perempuan (LDUI, 2010 Hal. 32). Berdasarkan hasil sensus penduduk rasio jenis kelamin meningkat dari 97,18 orang laki-laki berbanding 100 orang perempuan pada tahun 1971 menjadi 101 orang lakilaki berbanding 100 orang perempuan pada tahun Kondisi tersebut menunjukkan bahwa jumlah laki-laki di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan jumlah perempuan. Gambar 2.6 Tren Rasio Jenis Kelamin di Indonesia tahun Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010 Besar kecilnya Rasio Jenis kelamin pada suatu daerah dipengaruhi oleh pola Mortalitas atau pola Migrasi. Provinsi Papua dengan Rasio Jenis Kelamin tertinggi tahun 2010 yakni 113 orang laki-laki berbanding 100 orang perempuan, diperkirakan terjadi karena banyaknya penduduk laki-laki yang masuk untuk bekerja pada sektor pertambangan. Sedangkan pada Provinsi NTB dengan Rasio Jenis Kelamin terendah tahun 2010 yakni 94 orang laki-laki per 100 orang perempuan, diperkirakan terjadi karena banyaknya penduduk laki-laki yang keluar dari wilayah tersebut untuk bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri. Lebih lanjut tentang rasio jenis kelamin menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel Persebaran Penduduk Persebaran Penduduk Secara demografis persebaran penduduk di Indonesia juga tidak merata. Sebagian besar penduduk Indonesia berdasarkan SP tahun 2010 menghuni pulau Jawa (57,5 persen) serta sebagian kecil berada di pulau Maluku dan Papua (2,6 pesen). PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 8

21 Gambar 2.7 Persebaran Penduduk di Indonesia Tahun Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010 Dalam waktu lima dekade terlihat adanya pengurangan persentase penduduk yang bertempat tinggal di pulau Jawa yaitu dari 63,9 persen pada tahun 1971 menjadi 57,5 persen tahun Hal ini diikuti dengan kenaikan persentase penduduk yang bertempat tinggal di pulau Sumatera dari 17,6 persen pada tahun 1971 menjadi 21,3 persen pada tahun Dengan demikian, seperti terlihat pada Gambar 2.6, kecenderungan migrasi keluar sebagian besar menuju pulau Sumatera, sedangkan di wilayah lainnya relatif tetap. Urbanisasi Urbanisasi menunjukkan persentase penduduk suatu wilayah yang tinggal di daerah perkotaan. Proses urbanisasi bukan hanya proses perpindahan penduduk dari perdesaan ke perkotaan, namun juga termasuk pertumbuhan alamiah penduduk perkotaan, perluasan wilayah perkotaan maupun perubahan status wilayah dari daerah perdesaan ke perkotaan. Gambar 2.8 Urbanisasi di Indonesia Tahun Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1990, 2000, 2010 Persentase penduduk di daerah perkotaan meningkat dari 42,1 persen pada tahun 2000, menjadi 49,8 persen pada tahun Angka ini diproyeksikan akan terus meningkat terutama untuk beberapa provinsi khususnya Jawa dan Bali. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 9

22 Provinsi DKI jakarta sebagai Ibu Kota Negara memiliki tingkat urbanisasi tertinggi, sementara provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi dengan tingkat urbanisasi terendah tahun 2010 yakni sebesar 19,3 persen. Lebih lanjut tentang Urbanisasi menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.4. Kepadatan Penduduk Data kepadatan penduduk berdasarkan data SP, mengalami peningkatan dari 107 jiwa per km 2 pada tahun 2000, menjadi 124 jiwa per km 2 pada tahun Kepadatan penduduk Indonesia antara provinsi yang satu dengan provinsi yang lain tidak seimbang. Sebagian besar penduduk Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa. Padahal, luas wilayah pulau Jawa hanya 6,8 persen dari luas wilayah negara Indonesia. Gambar 2.9 Kepadatan Penduduk di Indonesia Tahun Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010 Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, tampaknya menjadi daya tarik masyarakat untuk mencari kehidupan ekonomi yang lebih baik sehingga memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu 14,469 jiwa per km 2. Sedangkan, provinsi dengan tingkat kepadatan terendah adalah Papua Barat dengan tingkat kepadatan hanya 8 jiwa per km 2. Lihat lampiran Tabel 2.5 untuk kepadatan penduduk menurut Provinsi. 2.2 Fertilitas dan Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan dan Pola Fertilitas Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) Angka Kelahiran Kasar (CBR) menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Angka kelahiran kasar di Indonesia mengalami kenaikan dari 17,4 kelahiran per 1000 penduduk (SP 2000) menjadi 17,9 kelahiran per 1000 penduduk (SP 2010). PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 10

23 Sementara menurut hasil SDKI, Angka Kelahiran Kasar Indonesia terus mengalami penurunan dari 25,1 pada survey tahun 1991, menjadi 20,4 pada tahun Gambar 2.10 Angka Kelahiran Kasar di Indonesia Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1990, 2000 dan 2010 SDKI 1991, 1994, 1997, 2002, 2007, 2012 Berdasarkan wilayah, angka kelahiran Kasar tertinggi menurut SP 2010 berada pada Provinsi Kepulauan Riau yakni 22,5 kelahiran per 1000 penduduk dan terendah pada provinsi DI Yogyakarta yakni 14,4 per 1000 penduduk (data Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.6). Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) Berdasarkan data SDKI, TFR nasional mengalami penurunan dari 3,03 anak per wanita usia subur pada tahun 1991 menjadi 2,60 anak per wanita usia subur pada tahun 2002/2003. Sejak periode tahun 2002/2003 angka fertilitas total hanya mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan survey terakhir tahun 2012 yakni menjadi 2,59 anak per wanita usia subur. Menurut SDKI 2012, TFR tertinggi terdapat di provinsi Papua Barat (3,70 anak per wanita usia subur) dan TFR terendah di provinsi DIY Jogjakarta (2,10 anak per wanita usia subur). Lebih lanjut tentang TFR menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.7. Gambar 2.11 TFR Indonesia Tahun Sumber data : SDKI 1991, 1994, 1997, 2002, 2007, 2012 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 11

24 Angka Fertilitas Menurut Kelompok Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR) ASFR adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran per perempuan pada kelompok umur tertentu antara tahun. Data tren Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukan ada pergeseran puncak ASFR dari kelompok umur tahun pada tahun 1991 menjadi tahun pada tahun Pada tahun 2012, jumlah kelahiran pada kelompok umur tahun adalah 143 per 1000 perempuan tahun. Sedangkan kelompok umur dengan jumlah kelahiran terendah adalah kelompok umur tahun yakni 4 per 1000 perempuan tahun. Kel. Umur Wanita (Age Group) Tabel 2.2 Fertilitas Menurut Kelompok Umur Tahun / (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) TFR 3,03 2,85 2,79 2,56 2,59 2,59 Sumber data: SDKI Tahun 1991, 1994, 1997, 2002/2003, 2007 dan 2012 Secara umum, ASFR di daerah perkotaan lebih rendah dari perdesaan, hal ini terlihat dari adanya perbedaan pada pola kelahiran, dimana puncak kelahiran di perkotaan terjadi pada kelompok usia tahun, sedangkan di perdesaan terjadi pada kelompok usia tahun. Namun demikian yang perlu diperhatikan adalah ASFR kelompok usia tahun di Desa, dimana pada tahun 2012 kondisinya masih sangat tinggi yakni sebesar 69, angka tersebut lebih dari 2 kali lipat bila dibandingkan dengan ASFR tahun di kota yaitu sebesar 32. Tabel 2.3 Fertilitas Menurut Kelompok Umur dan Tempat Tinggal Tahun Kelompok Umur Wanita / (Age Group) Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Total TFR 2,40 2,98 2,45 2,70 2,32 2,83 2,45 2,77 Sumber Data : SDKI Tahun 1997, 2002/03, 2007, dan 2012 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 12

25 Rasio Anak terhadap Wanita (Child Woman Ratio/CWR) Rasio anak terhadap wanita menggambarkan perbandingan antara jumlah anak di bawah lima tahun (0-4 tahun) terhadap 1000 penduduk perempuan usia tahun. Berdasarkan data SP, tren rasio anak terhadap wanita usia subur mengalami penurunan dari 667 per 1000 wanita usia subur pada tahun 1971 menjadi 348 per 1000 wanita usia subur di tahun Gambar 2.12 Rasio Anak terhadap Wanita Tahun Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010 Berdasarkan wilayah, Provinsi Maluku merupakan Provinsi dengan Rasio Anak terhadap Wanita tertinggi menurut hasil SP 2010 yakni 484 per 1000 wanita usia subur, sedangkan DI Yogyakarta menjadi Provinsi dengan Rasio Anak terhadap Wanita terendah yakni 272 per 1000 wanita usia subur. Lihat lampiran Tabel 2.8 untuk CWR menurut Provinsi Pola Perkawinan Umur Kawin Pertama Perempuan (Singulate Mean Age at First Marriage/SMAM) SMAM adalah perkiraan/estimasi rata-rata umur kawin pertama berdasarkan jumlah penduduk yang tetap lajang (belum kawin). SMAM Indonesia berdasarkan SP tahun 2010 adalah 22,3 tahun, angka tersebut menurun dibandingkan hasil SP 2000 yang hanya 22,5 tahun. Gambar 2.13 Rata-rata Umur Kawin Pertama Perempuan Tahun Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1990, 2000 dan 2010 Sumber SMAM 1980: Indonesia Assessment-Population and Human Resources, Gavin W. Jones,Terence H. Hull, Hal.2 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 13

26 SMAM tertinggi untuk wilayah provinsi berdasarkan SP 2010 terdapat pada Provinsi Kepulauan Riau yakni 24,4 tahun, sedangkan angka terendah berada pada Provinsi Kalimantan Tengah yakni 21,0 tahun. Lihat lampiran Tabel 2.9 untuk SMAM menurut Provinsi. Median Usia Kawin Pertama Usia kawin pertama adalah usia saat wanita melakukan perkawinan secara hukum dan biologis yang pertama kali. Usia kawin pertama yang dilakukan oleh setiap wanita memiliki resiko terhadap persalinannya. Semakin muda usia kawin pertama seorang wanita, maka semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak. Selain itu, usia kawin pertama juga berpengaruh besar pada tingkat fertilitas wanita maupun jumlah penduduk, sebagai akibat dari lamanya waktu reproduksi wanita. Gambar 2.14 Median Usia Kawin Pertama Wanita Tahun Sumber data: SDKI 1991, 1994, 1997, , 2007, 2012 Hasil SDKI tahun 2007 menunjukkan median usia kawin pertama berada pada usia 20,1 tahun, angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan hasil SDKI yakni 19,8 tahun (lihat gambar 2.13). Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SDKI 2007 menempati posisi terendah usia kawin pertama wanita yakni pada usia 18,7 tahun, sedangkan DKI Jakarta menempati angka tertinggi yakni 22,5 tahun. Lebih jelas tentang Median Usia Kawin Pertama menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel Kesertaan ber KB Pasangan Usia Subur (PUS) Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami-istri yang istrinya berumur antara tahun, dan secara operasional pula pasangan suami-istri yang istri berumur kurang dari 15 tahun dan telah kawin atau istri berumur lebih dari 49 tahun tapi belum menopause (BKKBN, 2007). Tingkat kesertaan ber-kb diukur dari angka persentase PUS yang menjadi peserta KB. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 14

27 Data BKKBN menunjukkan Pasangan Usia Subur di Indonesia berjumlah pada tahun 2000, angka tersebut terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yakni pada tahun 2010 dan pada tahun Tabel 2.4 Pasangan Usia Subur (Ribuan) Tahun Tahun PUS Sumber data: Biren dan Ditlaptik, BKKBN Contraceptive Prevalence Rate dan Mix Kontrasepsi Pengetahuan Mengenai Alat/Cara KB Tabel 2.5 menunjukkan pengetahuan tentang metode kontrasepsi untuk semua wanita, wanita pernah kawin dan pria berstatus kawin. Hampir semua wanita dan wanita pernah kawin di Indonesia (98 persen dan 99 persen) pernah mendengar dan mengetahui paling tidak satu alat/cara KB. Persentase ini relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan sejak SDKI Suntikan dan pil merupakan alat/cara KB yang paling dikenali dan diketahui oleh wanita di Indonesia 96 persen. Diantara metode kontrasepsi modern, kontrasepsi darurat yang diketahui adalah diafragma dan metode amenore laktasi (MAL). Secara umum, pria kurang mengetahui tentang metode kontrasepsi tertentu daripada wanita, kecuali untuk kontrasepsi kondom dimana pengetahuan pria lebih tinggi daripada wanita. Tabel 2.5 Pengetahuan Tentang Alat/Cara KB Metode Semua Wanita Wanita Berstatus Menikah Wanita Umur Subur belum Menikah Pria Berstatus Kawin Suatu Alat/Cara KB Cara KB Modern Sterilisasi Wanita Sterilisasi Pria Pil IUD Suntikan Susuk KB Kondom Diafragma Metode Amenore Laktasi (MAL) Kontrasepsi Darurat Cara KB tradisional Jumlah wanita /pria 45,607 33, ,306 Sumber data: SDKI 2012 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 15

28 Pemakaian Kontrasepsi dan Kecenderungannya Tabel 2.6 menunjukkan bahwa 62 persen wanita berstatus kawin menggunakan kontrasepsi. Metode tradisional tidak umum digunakan di Indonesia; 58 persen wanita berstatus kawin umur yang menggunakan metode kontrasepsi modern dan 4 persen wanita berstatus kawin menggunakan metode tradisional. Suntik KB adalah metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan, diikuti oleh pil (masing-masing sebesar 32 persen dan 14 persen). Program yang mendorong partisipasi pria untuk ber-kb telah dilakukan selama beberapa tahun, namun penggunaan metode kontrasepsi ini masih rendah. Hanya sedikit wanita berstatus kawin umur tahun yang suaminya menggunakan kondom pria dan sanggama terputus (masing-masing 2 persen), dan 1 persen menggunakan pantang berkala. Selanjutnya, tingkat penggunaan sterilisasi pria masih kurang dari 1 persen. Tabel 2.6 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini : Wanita Tabel 2.6 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini pada Wanita Umur Suatu cara Cara Modern Suatu cara Sterilisasi Sterilisasi Susuk modern wanita Pria Pil IUD Suntik KB Kondom MAL Lainnya Sumber data: Sumber: SDKI Pemakaian Kontrasepsi Menurut Karakteristik Latar Belakang Cara Tradisional Suatu cara Pantang Sanggama Tidak Jumlah tradisional berkala terputus Lainnya pakai Total wanita Semua wanita , , , , , , ,407 Total ,607 Wanita berstatus kawin , , , , , ,633 Total ,465 Tabel 2.7 menunjukkan bahwa angka prevalensi kontrasepsi hampir sama di daerah perkotaan dan pedesaan (62 persen). Suntik KB digunakan oleh wanita perkotaan dan perdesaan, tetapi wanita di perdesaan memiliki persentase penggunaan suntik KB yang lebih besar daripada wanita di perkotaan (masing-masing 35 persen dan 28 persen). Penggunaan metode kontrasepsi juga bervariasi menurut tingkat pendidikan. Suntik KB merupakan metode yang paling populer pada semua kategori pendidikan wanita. IUD, kondom dan sterilisasi wanita lebih banyak digunakan oleh wanita berstatus kawin dengan tingkat pendidikan lebih tinggi. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 16

29 Tabel 2.7 Pemakaian kontrasepsi masa kini menurut karakteristik latar belakang wanita berstatus kawin Sumber data: SDKI 2012 Gambar 2.14 menunjukkan pemakaian alat/cara KB meningkat hampir 1 persen per tahun selama periode sebelas tahun antara SDKI tahun 1991 dan SDKI tahun Selama satu dekade setelah SDKI tahun , peningkatan pemakaian alat/cara KB kurang dari 2 persen. Gambar 2.15 Pemakaian Alat/Cara KB (CPR) Sumber data: SDKI 1991, 1994, 1997, , 2007, 2012 Gambar 2.15 menunjukkan tingkat popularitas beberapa metode kontrasepsi modern. Penggunaan IUD terus menurun selama 20 tahun terakhir, dari 28,3 persen pada tahun 1991 dan saat ini sebesar 6,7 persen. Di sisi lain, penggunaan suntikan meningkat dari 24,9 persen pada tahun 1991 menjadi 55,1 persen pada Sementara pil adalah metode modern yang paling umum digunakan pada tahun 1991 dan tahun 1994, serta suntik KB PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 17

30 merupakan metode kontrasepsi modern yang paling populer digunakan sejak SDKI tahun Gambar 2.16 Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Metode Kontrasepsi Modern Sumber data: SDKI 2012 Biaya Pemakaian Kontrasepsi Berdasarkan SDKI 2012 sebanyak 23 persen dari seluruh pemakai kontrasepsi memperoleh cara atau alat kontrasepsi dari tempat pelayanan pemerintah, dan sebagian besar dari mereka (16 persen) membayar untuk metode dan jasa pelayanannya. Tabel 2.8 Sumber Pembiayaan Kontrasepsi Sumber data: SDKI 2012 Kemandirian pemakaian kontrasepsi menurut SDKI 2012 dua persen lebih rendah dibandingkan dengan SDKI 2007 (masing-masing 89 persen dan 91 persen). Pemakai kontrasepsi suntik, pil dan kondom cenderung membayar dalam mendapatkan alat/obat kontrasepsinya (masing-masing 96 persen, 95 persen dan 95 persen) dibandingkan pemakai alat/cara kontrasepsi lain. Dua per tiga dari pemakai IUD, 62 persen pemakai sterilisasi pada wanita dan 55 persen dari pemakai implan membayar untuk mendapatkan alat/metode kontrasepsinya. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 18

31 Tabel 2.8 juga menjelaskan tentang sumber pelayanan kontrasepsi yang dikategorikan kedalam 3 tempat pelayanan yakni Pemerintah, Swasta, dan Lainnya. Pelayanan kontrasepsi ini diarahkan pada kemandirian dan partisipasi sektor swasta. Gambar 2.17 Sumber Pelayanan Kontrasepsi di IndonesiaTahun 2012 Sumber data: SDKI 2012 Gambar 2.16 menunjukkan beberapa alat/cara KB masih menjadi domainnya pemerintah seperti sterilisasi wanita dan pria, selebihnya kebanyakan dilayani oleh pihak swasta. Sedangkan alat kontrasepsi yang dapat diperoleh di toko obat adalah pil dan kondom Kebutuhan Pelayanan Kontrasepsi yang tidak Terpenuhi (Unmet Need) Unmet need menggambarkan persentase wanita usia subur yang tidak menggunakan alat/cara kontrasepsi namun menginginkan penundaan kehamilan (penjarangan sampai dengan 24 bulan) atau berhenti sama sekali (pembatasan). Gambar 2.18 Unmet Need di Indonesia Tahun Sumber data: SDKI 1991, 1994, 1997, , 2007, 2012 Definisi unmet need pada SDKI tahun 2012 mengalami perubahan dari definisi SDKI tahun Dalam rangka menyediakan data yang dapat dibandingkan, maka telah dilakukan perhitungan total unmet need dengan menggunakan definisi baru. Hasilnya terjadi penurunan unmet need pada wanita berstatus PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 19

32 kawin umur dari 17.0 persen pada tahun 1991, turun menjadi 15,3 persen pada tahun 1994, dan 11,4 persen pada tahun Menurut SDKI 2012, kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) pada wanita berstatus kawin umur tahun adalah 11,4 persen; 5 persen untuk penundaan kelahiran, dan 6,9 persen untuk membatasi kelahiran. Unmet need Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel Alasan Tidak Memakai Kontrasepsi Sebagian besar wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi pada saat survey berkaitan dengan alasan fertilitas yaitu sebesar 40,2 persen. Diantara mereka 19,1 persen adalah yang telah memasuki masa menopause, 9,2 persen ingin memiliki anak banyak, 7,4 persen abstinensi, 3 persen tidak subur dan fatalistic 1,6 persen (lihat Gambar 2.18). Gambar 2.19 Alasan tidak ingin memakai Kontrasepsi Sumber data: SDKI 2012 Adapun wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi berkaitan dengan alasan atau cara KB sebesar 23,4 persen, dimana 11,5 persen dari mereka adalah yang takut dengan efek samping, 7,8 persen berkaitan dengan masalah kesehatan, 2,3 persen merasa tidak nyaman menggunakan alat kontrasepsi, 1 persen menjadi gemuk atau kurus, dan selebihnya karena alasan kurangnya akses dan biaya yang terlalu mahal Median lama dan frekuensi menyusui secara eksklusif Secara umum median lama menyusui di Indonesia adalah selama 21,4 bulan, dengan durasi meannya selama 20,5 bulan. Namun demikian median durasi ASI eksklusif kurang dari 1 bulan dengan durasi meannya 3 bulan. Seperti dapat dilihat pada Gambar Lampiran Tabel 2.12 untuk melihat Median lama menyusui menurut Provinsi. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 20

33 Gambar 2.20 Rata-rata pemberian Asi Eksklusif untuk Semua Anak (bulan) Sumber data: SDKI Mortalitas dan Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan dan Pola Mortalitas Kematian Kasar (Crude Death Rate/CDR) Estimasi angka Kematian Kasar berdasarkan United Nation (UN) Population Prospect menurun dari 13 per 1000 penduduk pada periode tahun 1970 sampai dengan 1975, menjadi 6 per 1000 penduduk pada periode tahun 2005 sampai dengan Penurunan angka kematian kasar ini memberikan gambaran peningkatan kesejahteraan penduduk, sebagai dampak dari kemajuan di bidang kesehatan. Gambar 2.21 Estimasi Kematian Kasar di Indonesia Sumber data: World Population Prospects The 2012 Revision, UN Angka Kematian Bayi (Infant MortaIity Rate/IMR) Kematian bayi menggambarkan peluang untuk meninggal antara kelahiran dan sebelum mencapai umur tepat satu tahun. Angka kematian Bayi dapat dibagi menjadi dua bagian yakni kematian neonatum dan post-neonatum. Kematian Neonatum menggambarkan peluang untuk meninggal dalam bulan pertama setelah lahir, sedangkan kematian post-neonatum menggambarkan peluang untuk setelah bulan pertama tetapi sebelum umur tepat satu tahun. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 21

34 Gambar 2.22 Angka Kematian Bayi dan Anak Tahun Sumber data: SDKI Tahun 1991, 1994, 1997, 2002, 2007 dan 2012 Kematian bayi berusia di bawah satu tahun menurun dari 67,8 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun Berdasarkan data provinsi kasus kematian bayi tertinggi terdapat di Papua Barat (74 per 1000 kelahiran hidup) dan terendah di provinsi Kalimatan Timur (21 per 1000 kelahiran hidup). Lihat Lampiran Tabel 2.13 untuk Angka Kematian Bayi menurut Provinsi. Angka Kematian Anak (1-4 Tahun) Kematian anak menggambarkan peluang untuk meninggal antara umur satu tahun dan sebelum tepat lima tahun. Gambar 2.21 menunjukan bahwa kematian anak usia 1-4 tahun telah turun sejak tahun 1991, dari 31,7 per 1000 kelahiran anak usia 1-4 tahun menjadi 9 per 1000 kelahiran anak usia 1-4 tahun pada tahun Provinsi dengan angka kematian anak usia 1-4 tahun tertinggi adalah Papua (64 per 1000 anak usia 1-4 tahun) dan terendah adalah Jambi (3 per 1000 anak usia 1-4 tahun). Lihat Lampiran Tabel 2.13 untuk Angka Kematian Anak menurut Provinsi. Angka Kematian Balita (Under Five Mortality Rate/U5MR) Kematian balita menggambarkan peluang untuk meninggal antara kelahiran dan sebelum umur tepat lima tahun. Pada tahun 1991, kasus kematian balita adalah sebanyak 97,4 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun. Angka tersebut terus menurun mencapai 40 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun pada tahun Provinsi dengan angka kematian balita tertinggi adalah Papua (115 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun) dan terendah adalah Riau (28 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun). Lihat Lampiran Tabel 2.13 untuk Angka Kematian Balita menurut Provinsi. Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate/MMR) Kasus Kematian Ibu yang disebabkan karena komplikasi kehamilan dan kelahiran anak di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data SDKI, angka kematian ibu mengalami tren penurunan dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007 yakni 390 per 100,000 kelahiran hidup pada tahun 1994, kemudian turun menjadi 228 per PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 22

35 100,000 kelahiran hidup pada tahun Jumlah tersebut pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 359 per kelahiran hidup. Gambar 2.23 Angka Kematian Ibu Tahun Sumber data: SDKI Tahun 1994, 1997, 2002, 2007 dan 2012 Angka Harapan Hidup (Life Expectancy) Angka harapan hidup (AHH) merupakan rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Berdasarkan tren data SP, AHH di Indonesia telah meningkat dari tahun 1971 yaitu 45,7 tahun menjadi 70,7 tahun pada tahun Berdasarkan jenis kelamin, AHH perempuan lebih tinggi (72,6 tahun) daripada AHH laki-laki (68,7 tahun). AHH disetiap provinsi pada tahun 2010 (SP2010) berbeda-beda dari yang tertinggi provinsi DKI Jakarta yaitu 74,7 tahun sampai dengan yang terendah provinsi Gorontalo yaitu 63,2 tahun (lihat Lampiran Tabel 2.14 untuk AHH menurut Provinsi). Gambar 2.24 Angka Harapan Hidup Indonesia Tahun Sumber data: SP Tahun 1971, 1980, 1990, 2000 dan Penyebab Kematian Pada tahun 2011, berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI, jenis penyakit dengan jumlah kematian tertinggi di Indonesia disebabkan oleh demam berdarah dengue (DBD) yaitu sebanyak 816 jiwa. Kasus tertinggi terjadi di provinsi Jawa Barat dengan 167 jiwa (data provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 2.15). PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 23

36 Tabel 2.9 Jenis Penyakit dan Penyebab Kematian tahun 2011 Jenis Penyakit Jumlah Penderita Jumlah Kematian (1) (2) (3) DBD Pneumonia Difteri Tetanus Neonatorum Leptospirosis Diare Flu Burung 9 9 Campak Sumber: Dirjen PP dan PL, Profil Kesehatan Indonesia Migrasi Kecenderungan dan Pola Migrasi Risen Berdasarkan SP tahun 2010, angka migrasi risen baik keluar maupun masuk mengalami penurunan. Migrasi risen masuk pada tahun 2000 sebesar 5,536,317 jiwa, menurun menjadi 5,396,419 jiwa pada tahun Sedangkan data migrasi risen keluar pada tahun 2000 adalah 5,440,239 jiwa, menurun menjadi 5,235,778 jiwa pada tahun Sementara berdasarkan jenis kelamin, Jumlah penduduk Lakilaki Migran masuk risen pada tahun 2010 berjumlah jiwa, sedangkan Perempuan berjumlah jiwa. Tabel 2.10 Tren Data Parameter Kependudukan yang terkait dengan Migrasi Risen Indonesia, Parameter (1) (2) (3) Migrasi Risen (jiwa): Masuk Keluar Sumber data: BPS, Sensus Penduduk 2000 dan 2010 Provinsi Jawa Barat mendapatkan migran masuk risen terbanyak yaitu 1,048,964 jiwa sedangkan terendah adalah provinsi Maluku Utara (24,462 jiwa). Untuk migran keluar risen terbanyak terdapat di Provinsi Jawa tengah (979,860 jiwa) dan yang terendah adalah Maluku Utara (14,887 jiwa). Lihat Lampiran Tabel 2.16 untuk Angka Migrasi Risen Menurut Provinsi Kecenderungan dan Pola Migrasi Seumur Hidup Angka migrasi seumur hidup mengalami kenaikan baik keluar maupun masuk. Migrasi seumur hidup masuk pada tahun 2000 adalah 20,260,484 jiwa, meningkat menjadi 27,975,612 jiwa pada tahun Sedangkan data migrasi seumur hidup keluar pada tahun 2000 adalah 20,161,012 jiwa, meningkat menjadi 27,736,130 jiwa PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 24

37 pada tahun 2010 (Lihat Lampiran Tabel 2.17 untuk Angka Migrasi Seumur Hidup menurut Provinsi). Sementara berdasarkan jenis kelamin, Jumlah penduduk Lakilaki Migran masuk seumur hidup pada tahun 2010 berjumlah jiwa, sedangkan Perempuan berjumlah jiwa. Tabel 2.11 Tren Data Parameter Kependudukan yang terkait dengan Migrasi Seumur Hidup Indonesia, Parameter (1) (2) (3) Migrasi Seumur Hidup (jiwa): Masuk Keluar Sumber data: BPS, Sensus Penduduk 2000 dan 2010 Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan migran masuk seumur hidup terbanyak yaitu 5,225,271 jiwa sedangkan terendah adalah provinsi Gorontalo (64,585 jiwa). Untuk migran keluar seumur hidup terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Tengah (6,829,637 jiwa) dan yang terendah adalah Papua (48,955 jiwa). PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 25

38 PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN Pencapaian Pembangunan Manusia Persoalan pembangunan manusia di Indonesia sudah mendapat perhatian y a n g serius. Berbagai masalah mengenai pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan mulai terlihat bergeser dan berkembang ke arah kondisi yang lebih baik. Sebagai gambaran tentang perkembangan tersebut, kondisi Indonesia dapat diperbandingkan dengan negara ASEAN. Indeks Pembangunan Manusia adalah salah satu indeks yang mengukur tentang tingkat pembangunan manusia berdasarkan tiga indikator yaitu kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan. Pada tahun 2012 IPM Indonesia berada pada peringkat 121 dari 187 Negara. IPM Indonesia antara tahun 1980 sampai dengan 2012 mengalami peningkatan sebesar 49 persen yakni dari 0,422 menjadi 0,629, angka tersebut menunjukkan rata-rata peningkatan sebesar 1,3 persen setiap tahunnya. Tahun Tabel 3.1 Tren IPM Indonesia Tahun Life expectancy at birth Expected years of schooling Mean years of schooling GNI per capita (2005 PPP$) HDI value , , , , , , , , , Sumber data: Human Development Report, UNDP Tabel 3.1 Menunjukkan tren peningkatan pada masing-masing indikator IPM di Indonesia. Harapan hidup saat lahir antara tahun 1980 sampai dengan 2012 meningkat sebesar 12,2 tahun, sedangkan lama waktu bersekolah yang diharapkan meningkat sebesar 2,7 tahun dan diharapkan akan meningkat sampai dengan 4,6 tahun. Di Indonesia Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per Kapita juga mengalami peningkatan sekitar 225 persen antara tahun 1980 sampai dengan tahun Perbandingan IPM antar negara ASEAN menunjukkan disparitas yang cukup tinggi sejak tahun Peningkatan IPM tidak secara langsung menggambarkan peringkat kualitas pembangunan manusia. Sebagai contoh, meskipun selama dua dekade IPM Myanmar telah meningkat secara signifikan, namun Myanmar tetap menjadi negara dengan IPM terkecil dikawasan ASEAN. Angka IPM Myanmar merupakan yang terkecil dibandingkan Negara ASEAN lainnya yaitu 0,498 pada tahun Peringkat terendah berikutnya adalah Laos dan Cambodia dengan nilai IPM di tahun 2012 yakni 0,543. Di sisi lain, Negara-negara dengan nilai IPM tinggi di kawasan ASEAN berturut-turut adalah Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia masing-masing dengan IPM 0,895, 0,855, dan 0,769 untuk tahun Untuk PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 26

39 Negara ASEAN, Indonesia berada pada posisi ke 6, dengan nilai capaian sebesar 0,629. Rata-rata IPM dunia tahun 2012 adalah 0,694 (gambar 3.1). Gambar 3.1 Perbandingan IPM Negara-Negara ASEAN Tahun Sumber data: Human Development Report, UNDP Pada tahun 2011, IPM kawasan Sumatera, Jawa dan Bali pada umumnya berada di atas rata-rata nasional (72,77). Sedangkan IPM kawasan di luar Jawa, Sumatera dan Bali (Indonesia Tengah dan Timur) pada umumnya dibawah rata-rata nasional, kecuali Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara. Sementara itu daerah tertinggal seperti NTT, NTB dan Papua juga telah mengalami kemajuan tingkat IPM yang lebih pesat dibanding daerah lainnya. Hal ini seperti yang tersaji dalam lampiran Indeks Pembangunan Manusia Provinsi dan Indonesia tahun Untuk lebih jelasnya tentang IPM Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel Pembangunan Gender Indeks ketimpangan gender (Gender Inequality Index) mencerminkan ketimpangan perempuan yang dilihat dalam tiga dimensi yaitu kesehatan reproduksi, pemberdayaan, dan pasar tenaga kerja. Indeks yang terbentuk menunjukkan kehilangan dalam pembangunan manusia yang diakibatkan oleh adanya perbedaan gender. Nilainya berkisar dari 0, yang menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki kehilangan kesempatan yang sama, dan 1, yang menunjukkan bahwa perempuan kehilangan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Dimensi kesehatan diukur menggunakan dua indikator yaitu tingkat kematian ibu (maternal mortality rate) dan tingkat kesuburan remaja (adolescent fertility rate). Dimensi pemberdayaan juga didekati dengan dua indikator yaitu proporsi kursi parlemen dipegang oleh laki-laki atau perempuan, dan capaian tingkat pendidikan menengah dan tinggi dari tiap gender. Dimensi tenaga kerja diukur dengan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja. Indeks Ketimpangan Gender (IKG) dirancang untuk mengungkapkan sejauh mana prestasi nasional dalam aspek pembangunan manusia yang hilang akibat adanya perlakuan ketidaksetaraan gender, dan juga untuk menyediakan data empiris untuk analisis kebijakan dan upaya advokasi. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 27

40 Gambar 3.2 Indeks Ketimpangan Gender di Negara-negara ASEAN Tahun Sumber data: Human Development Report (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, tahun 2012) Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh HDR (Human Development Report), dalam kurun waktu 15 tahun telah terjadi penurunan indeks ketimpangan gender di kawasan Negara-negara ASEAN. Hal ini berarti telah terjadi penurunan ketimpangan akibat adanya perbedaan gender. Gambar 3.3 Perkembangan IPG di Indonesia Periode Tahun Sumber data: BPS Secara umum pencapaian pembangunan gender di Indonesia dari waktu ke waktu memperlihatkan perkembangan yang semakin membaik. Hal ini dapat diindikasikan dengan adanya peningkatan Indeks Pembangunan Gender (IPG) selama kurun waktu (Gambar 3.3). Pada tahun 2004 IPG secara nasional telah mencapai 63,94, kemudian naik menjadi 65,81 pada tahun 2007 dan bergerak naik lagi secara perlahan hingga menjadi 67,80 pada tahun PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 28

41 Tabel 3.2 Tren Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Rasio (IPG/IPM), Sumber data: BPS Sedangkan bila dilihat kondisi di Provinsi berdasarkan Rasio IPM dan IPG, maka Provinsi yang mempunyai Rasio IPG 2011 tertinggi berada pada provinsi NTT dan yang terendah adalah provinsi Kepulauan Riau (85,37 persen). Data IPG di setiap Provinsi tersaji dalam Lampiran Tabel Penduduk Rentan Informasi berkaitan dengan kesulitan fungsional dapat digunakan sebagai pendekatan dalam menentukan program kebijakan pembangunan yang berkaitan dengan penyandang cacat. Seseorang dapat memiliki satu atau lebih jenis kesulitan, dengan tingkat ringan maupun parah. Jumlah terbanyak dari kesulitan yang dialami penduduk usia 10 tahun ke atas pada tahun 2010 adalah berjalan atau naik tangga yakni sebesar 654,600 orang. Sementara tingkat kesulitan terendah yang dialami penduduk adalah mendengar yakni sebanyak 456,047 orang (data Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.3). Tabel 3.3 Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang mengalami Kesulitan Tidak ada Ada kesulitan Kesulitan Jumlah Kesulitan Sedikit Parah (1)= (2)= (3)= (4)= (5)=(2)+(3)+(4) Melihat Mendengar Berjalan atau Naik Tangga Berkonsentrasi/Berkomunikasi karena Kondisi Fisik/Mental Mengurus Diri Sendiri Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 2010 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 29

42 3.4 Ketersediaan Pelayanan Kesehatan Tenaga Kesehatan (Dokter dan Bidan) Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, diketahui bahwa jumlah tenaga Dokter yang terdiri dari dokter spesialis, dokter umum, dan dokter gigi, mengalami peningkatan dari Dokter pada tahun 2010 menjadi Dokter pada tahun Jumlah tersebut sama dengan dengan 24,7 Dokter per Penduduk pada tahun Jumlah Bidan juga mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir yakni Bidan pada tahun 2009, kemudian meningkat menjadi Bidan pada tahun 2009, dan Bidan pada tahun Jumlah tersebut setara dengan 51,5 Bidan per penduduk pada tahun Gambar 3.4 Banyaknya SDM Kesehatan tahun Sumber data: Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, 2009, 2010, 2011 Berdasarkan wilayah diketahui bahwa Provinsi Jawa Tengah memiliki tenaga Dokter terbanyak yakni Dokter pada tahun 2011, sedangkan provinsi dengan jumlah Dokter terendah berada pada Provinsi Papua Barat yakni 243 Dokter. Kondisi yang sama juga terjadi pada jumlah Bidan, dimana provinsi Jawa Tengah memiliki jumlah Bidan terbanyak yakni Bidan pada tahun 2011, sedangkan Papua Barat berada pada provinsi dengan kepemilikan Bidan terendah yakni 600 Bidan. Lihat Lampiran Tabel 3.4 untuk Sumber daya manusia Kesehatan menurut Provinsi. Sarana Layanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai salah satu sumber layanan kesehatan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah Puskesmas tercatat sebanyak pada tahun 2007, meningkat menjadi Puskesmas pada tahun 2008, dan Puskesmas pada tahun PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 30

43 Gambar 3.5 Banyaknya Sarana Puskesmas tahun Sumber data: Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, 2009, 2011 Berdasarkan wilayah, jumlah Puskesmas terbanyak berada pada Provinsi Jawa Barat yakni sejumlah Puskesmas, sedangkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki jumlah Puskesmas terendah yakni 58 Puskesmas (lihat Lampiran Tabel 3.5). Gambar 3.6 Banyaknya Sarana Rumah Sakit tahun Sumber data: Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2007, 2008, 2009, 2011 Pada tahun 2011 jumlah Rumah Sakit (RS Umum dan RS Khusus) di Indonesia juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (lihat Gambar 3.6). Pada tahun 2007 jumlah Rumah Sakit tercatat sebanyak Rumah Sakit, meningkat menjadi pada tahun 2008, dan pada tahun 2011 (Profil Kesehatan Indonesia). Sementara berdasarkan wilayah, jumlah RS terendah berada pada Provinsi Sulawesi Barat yakni 7 Rumah Sakit, sedangkan jumlah RS terbanyak berada pada Provinsi Jawa Tengah yakni 225 Rumah Sakit. Lihat Lampiran Tabel 3.5 untuk Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) menurut Provinsi. Klinik Keluarga Berencana (KB) Klinik pelayanan KB baik melalui jalur pemerintah maupun swasta terus mengalami kenaikan. Data BKKBN menunjukkan pada tahun 2010 klinik pelayanan KB melalui jalur pemerintah berjumlah klinik, meningkat menjadi klinik pada tahun Kondisi yang sama juga terjadi pada klinik pelayanan KB jalur swasta, dimana PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 31

44 terjadi peningkatan yakni dari klinik pada tahun 2010, menjadi klinik pada tahun Lihat Lampiran Tabel 3.6 untuk klinik pelayanan KB menurut Provinsi. Gambar 3.7 Banyaknya Klinik Pelayanan KB di Indonesia *) Klinik Pemerintah Klinik Swasta Sumber data: Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN *) Data sampai dengan bulan Agustus Pendidikan Sarana Pendidikan (Sekolah) Tren jumlah Sekolah di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) maupun pada Kementerian Agama (Kemenag) pada tahun 2008/ /2011 terus mengalami peningkatan. Sekolah yang dimaksud di sini adalah tingkatan Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah (MA). Berdasarkan data statistik indonesia jumlah Sekolah Dasar (SD) di indonesia tercatat sebanyak pada tahun ajaran 2010/2011, jumlah tersebut merupakan yang terbanyak dari semua jenis sekolah baik pada tingkatan pendidikan dasar maupun lanjutan. Sedangkan sekolah dengan jumlah sarana terendah adalah Madrasah Aliyah (MA) yakni sebanyak pada tahun ajaran 2010/2011. Gambar 3.8 Jumlah Sekolah di Indonesia Tahun Sumber data: Statistik Indonesia 2012 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 32

45 Provinsi Jawa Timur pada tahun ajaran 2010/2011 memiliki jumlah Sekolah Dasar tertinggi sebesar Sedangkan pada tahun tahun sebelumnya Jawa Barat yang memiliki jumlah Sekolah Dasar terbanyak. Lebih lanjut tentang Sarana Pendidikan menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.7. Rasio Penduduk Usia Sekolah Per Sekolah Rasio penduduk usia sekolah per sekolah yang diolah dari data sensus tahun 2010 (jumlah penduduk) dan statistik indonesia (jumlah sekolah) untuk tingkat sekolah dasar adalah 168 siswa per sekolah dasar. Jumlah tersebut menjadi lebih tinggi pada sekolah-sekolah tingkat lanjutan yakni 305 siswa dan 491 siswa per sekolah untuk tingkat SMP dan SMA. Sementara Rasio tertinggi berada pada tingkat perguruan tinggi, yakni siswa per perguruan tinggi. Selengkapnya untuk rasio penduduk Usia sekolah per sekolah menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 3.8. Tabel 3.4 Rasio Jumlah Penduduk Usia Sekolah per Jumlah Sekolah Di Indonesia tahun 2009/2010 Kelompok Umur Jumlah Penduduk Usia Sekolah Jumlah Sekolah 2009/2010 Sumber data: SP 2010, Statistik Indonesia BPS RI Rasio 5-6 (TK) , (SD/MI) , (SMP/MTs) , (SMA/SMK/MA) , (PT) ,6 Jumlah ,8 Tenaga Pengajar Jumlah guru menurut Statistik Indonesia 2012, tertinggi yaitu jumlah guru Sekolah Dasar (SD) sebanyak pada tahun ajaran 2010/2011 dan jumlah guru paling sedikit yaitu Madrasah Aliyah (MA) sebesar pada tahun ajaran 2008/2009. Gambar 3.9 Banyaknya Tenaga Guru di Indonesia Tahun Sumber data: Statistik Indonesia 2012 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 33

46 Dari Statistik Indonesia 2012, rata-rata tenaga pengajar terbanyak yaitu guru Sekolah Dasar (SD) dan Provinsi Jawa Timur memiliki jumlah tenaga pengajar terbanyak. Pada tahun ajaran 2010/2011 tenaga pengajar Sekolah Dasar (SD) berjumlah Data tentang Tenaga Pengajar (Guru) menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel Sanitasi dan air bersih Rumah tangga yang memiliki fasilitas buang air besar sendiri terus meningkat menjadi 65,20 persen pada tahun 2011 dan persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasiltas buang air besar terus menurun menjadi 17,78 persen pada tahun yang sama (Persentase fasilitas buang air besar dalam rumah tangga menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.10). Gambar 3.10 Persentase Fasilitas Buang Air Besar dalam Rumah Tangga Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 Sementara itu, rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum sendiri sudah melebihi 50 persen. Hanya saja dari data statistik kesejahteraan rakyat, persentase rumah tangga yang memiliki fasiltas air minum sendiri mengalami penurunan dari 60 persen pada tahun 2010 menjadi 58,69 persen tahun Sedangkan, rumah tangga yang menggunakan fasilitas air minum bersama dan tidak memiliki fasilitas sama sekali mengalami peningkatan dari survey sebelumnya (Persentase fasilitas buang air besar dalam rumah tangga menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.11). PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 34

47 Gambar 3.11 Persentase Fasilitas Air Minum dalam Rumah Tangga Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010, Listrik Rumah tangga yang menggunakan Listrik PLN sebagai sumber penerangan mengalami peningkatan menjadi persen pada tahun Pada tahun yang sama, dari hasil survey Sosial Ekonomi Nasional sebanyak 3,84 persen rumah tangga menggunakan Listrik Non PLN, dan sebanyak 4,08 persen memakai penerangan lainnya. Gambar 3.12 Persentase Sumber Penerangan dalam Rumah Tangga 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 7,27 6,45 5,85 5,17 4,08 3,27 4,25 4,68 4,32 3,84 89,46 89,29 89,47 90,51 92, Listrik PLN Listrik Non-PLN Lainnya Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 Lebih lanjut tentang Persentase sumber penerangan dalam rumah tangga dapat dilihat pada Lampiran Tabel PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 35

48 3.5 Kesehatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pubertas Pengetahuan dan Pengalaman Pubertas Menurut data SKRRI 2012, hanya satu dari sepuluh remaja pria dan wanita tidak dapat menyebutkan perubahan fisik pada seorang anak pria dan wanita pada saat pubertas. Pria kurang mengetahui tanda-tanda pubertas pada seorang wanita dibandingkan dengan wanita. Dua puluh persen remaja pria dan 5 persen remaja wanita tidak mampu menyebutkan tanda-tanda pubertas pada seorang wanita. Sebagian pria mengetahui perubahan fisik sebagai tanda pubertas seorang pria adalah pertumbuhan rambut di bagian wajah, kemaluan, dan ketiak. Sedangkan wanita yang mengetahui tanda-tanda pubertas pada pria adalah perubahan suara 69 persen, pertumbuhan buah jakun 53 persen, dan pertumbuhan rambut di bagian tubuh 43 persen. Sebagian besar wanita 83 persen lebih sering menyebutkan menstruasi dan pertumbuhan buah dada sebagai tanda-tanda pubertas pada seorang anak wanita dari pada pria 73 persen. Sebagian besar pria mengetahui tanda-tanda pubertas pada wanita adalah pertumbuhan buah dada 58 persen dan menstruasi 43 persen. Indikator perubahan fisik Tabel 3.5 Persentase Pengetahuan remaja tentang perubahan fisik masa pubertas tahun Wanita belum kawin tahun Jumlah tahun Pria belum kawin tahun Jumlah Remaja pria Pertumbuhan otot 22,4 29,3 24,4 18,4 22,7 20,0 Perubahan suara 69,3 66,7 68,6 50,3 45,5 48,5 Pertumbuhan rambut di 43,4 42,5 43,1 50,2 49,7 50,0 muka, sekitar kemaluan, dada, kaki, lengan Meningkatnya gairah seksual 3,1 6,0 3,9 4,8 8,1 6,1 Mimpi basah 28,8 32,0 29,7 34,6 32,9 34,0 Tumbuh jakun 55,4 46,5 52,9 35,3 23,2 30,7 Pengerasan putting susu 0,4 0,9 0,5 0,4 0,6 0,5 Lainnya 8,3 13,8 9,9 20,5 25,0 22,2 Tidak tahu tanda apapun 10,1 9,6 10,0 11,1 10,2 10,8 Remaja wanita Pertumbuhan rambut pada sekitar kemaluan, ketiak 31,7 31,7 31,7 22,0 21,8 21,9 Pertumbuhan buah dada 72,4 73,9 72,8 57,3 58,9 57,9 Pertumbuhan paha 28,8 21,8 26,8 19,4 15,7 18,0 Meningkatnya gairah seksual 3,0 6,3 3,9 2,8 3,9 3,2 Haid 81,9 85,1 82,8 42,4 44,5 43,2 Lainnya 11,9 14,5 12,6 12,4 14,8 13,3 Tidak tahu tanda apapun 4,7 4,8 4,7 21,2 19,2 20,4 Jumlah Sumber data: SKRRI 2012 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 36

49 Pengetahuan tentang Perubahan Fisik Pada Pubertas Data SKRRI 2012, menunjukkan bahwa wanita umur cenderung menyebutkan guru sebagai sumber pengetahuan tentang perubahan fisik 61 persen. Sumber informasi dari guru ini lebih dominan dijumpai pada remaja wanita pada kelompok umur tahun 66 persen. Sumber informasi perubahan fisik yang lain bagi remaja wanita diperoleh dari teman dan media bacaan masing-masing 29 persen dan 25 persen. Bagi remaja pria cenderung lebih menyebutkan teman dan guru sebagai sumber informasi perubahan fisik remaja masing-masing 48 persen dan 46 persen. Pada kelompok umur tahun mereka lebih dominan 54 persen menyebutkan teman sebagai sumber informasi, sedangkan pada kelompok umur tahun cenderung lebih menyebutkan guru sebagai sumber informasi perubahan fisik remaja. Dari SKRRI 2012 ini nampak ada perubahan pola sumber informasi perubahan fisik yang diterima remaja wanita dibandingkan dengan survei SKRRI tahun Pada survei SKRRI 2012, sumber informasi tentang perubahan fisik yang dominan adalah guru diikuti oleh teman, sedangkan dari survei sebelumnya sumber informasi perubahan fisik yang dominan adalah guru. Tabel 3.6 PersentaseSumber pengetahuan tentang perubahan fisik saat pubertas Wanita belum kawin Sumber informasi tahun tahun Jumlah tahun tahun Jumlah Teman 27,3 34,3 29,3 43,7 53,8 47,5 Ibu 16,1 21,3 17,6 3,4 3,9 3,6 Ayah 1,4 3,4 2,0 2,4 2,5 2,5 Saudara kandung 4,2 5,4 4,6 1,3 1,8 1,5 Kerabat 3,9 6,1 4,5 2,0 2,4 2,1 Guru 65,7 48,9 60,9 53,0 33,1 45,5 Petugas kesehatan 2,1 3,3 2,5 0,9 2,2 1,4 Pemimpin agama 1,8 1,9 1,8 3,0 3,5 3,2 Televisi 6,7 11,1 8,0 10,0 13,9 11,5 Radio 1,4 2,8 1,8 1,8 3,1 2,3 Buku/majalah/surat kabar 23,5 27,6 24,7 13,3 14,9 13,9 Internet 4,5 7,6 5,4 4,5 6,2 5,1 Lainnya 12,5 19,7 14,5 13,8 23,5 17,5 Tidak satupun 1,2 1,9 1,4 2,1 2,9 2,4 Jumlah Sumber data: SKRRI 2012 Pria belum kawin Menstruasi Berdasarkan hasil SKRRI 2012, menstruasi pertama kali dialami oleh 29 persen pada umur 13 tahun, 24 persen pada umur 14 tahun, dan 23 persen pada umur 12 tahun. Ada fenomena yang menarik, 7 persen wanita mengalami haid pertamanya pada umur tahun. Hanya sedikit sekali (0,5 persen) remaja wanita yang belum mendapat menstruasi. Secara keseluruhan, 89 persen wanita mengalami haid pertama pada umur tahun. Temuan ini serupa dengan studi yang dilaksanakan oleh Lembaga Demografi Universitas Indonesia yang menunjukkan bahwa 84 persen wanita mengalami haid pertama pada umur tahun (Lembaga Demografi PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 37

50 Universitas Indonesia, et al. 2002). Sebagian besar wanita 53 persen membicarakan pengalaman haid pertama mereka dengan teman dan 41 persen dengan ibunya. Umur saat survei (tahun) Kespro Pra Nikah Pengetahuan tentang Anemia Tabel 3.7 Persentase Umur remaja wanita pertama kali mendapat haid Umur saat mendapat haid pertama (tahun) Sumber data: SDKI 2012 Tidak pernah haid < Tidak menjawab 15 2,3 8,1 26,2 39,1 19,9 3,0 0,1 0,2 0,0 0,9 16 1,7 6,8 23,7 30,7 25,2 10,3 0,7 0,0 0,4 0,4 17 2,1 4,3 22,2 24,8 28,9 14,8 2,5 0,3 0,0 0,2 18 1,2 4,4 22,6 29,0 22,3 15,8 3,1 1,4 0,0 0,1 19 1,2 2,7 22,5 24,1 27,2 16,8 4,7 0,7 0,1 0,0 20 0,7 4,1 21,6 28,7 22,6 14,4 5,6 2,1 0,0 0,2 21 1,8 3,8 16,8 27,9 25,3 15,2 6,0 3,3 0,0 0,0 22 0,3 6,4 19,7 25,0 24,5 15,6 5,3 2,6 0,2 0,3 23 3,7 2,0 22,9 25,8 22,1 15,5 3,8 3,3 0,8 0,0 24 1,9 4,5 21,4 25,6 19,7 15,9 6,5 3,5 1,0 0,0 Jumlah 1,7 5,2 22,7 29,3 24,1 12,4 3,0 1,1 0,2 0,3 Pada SKRRI 2007 tiga kategori pengetahuan anemia yaitu hemoglobin (Hb) rendah, kekurangan zat besi, dan kekurangan sel darah merah yang dilaporkan remaja wanita dan pria tidak lebih dari 25 persen. Rendahnya pengetahuan wanita tentang anemia jelas akan berdampak pada risiko pengalaman kesehatan reproduksi mereka kelak. Risiko anemia pada remaja lebih tinggi terjadi pada waktu seorang wanita hamil. Anemia memungkinkan terjadinya peningkatan risiko kematian pada wanita penderita anemia yang mengalami pendarahan berat, juga risiko memiliki berat bayi lahir rendah (BBLR) dan bayi dengan kelainan bawaan lahir. Risiko anemia tidak hanya terjadi pada wanita, tetapi juga pria. Menurut data SDKI tahun 20012, sebagian besar wanita dan pria memiliki persepsi yang kurang benar tentang anemia. Baik wanita maupun pria memiliki persepsi bahwa anemia adalah kekurangan darah. Persepsi tidak benar bahwa anemia adalah kurang darah terjadi pada 69 persen wanita dan 56 persen pria. Hanya 25 persen wanita dan 11 persen pria yang dapat menjawab dengan benar pertanyaan tentang arti anemia. Kondisi pengetahuan remaja tentang anemia tahun 2012 masih tidak lebih baik dibandingkan dengan kondisi mereka pada tahun PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 38

51 Persepsi tentang anemia Tabel 3.8 Persentase pengetahuan remaja tentang anemia Wanita belum kawin (umur) Pria belum kawin (umur) Jumlah Jumlah Hemoglobin rendah (Hb) 3,5 5,8 4,2 1,6 2,2 1,8 Kurang zat besi 4,6 9,5 6,2 1,7 3,3 2,3 Kurang sel darah merah 13,7 16,0 14,5 6,5 6,9 6,7 Kurang darah 65,3 75,4 68,5 49,0 66,5 56,2 Kurang vitamin 2,2 1,8 2,1 1,0 1,1 1,1 Tekanan darah rendah 2,4 3,0 2,6 0,8 1,9 1,3 Lainnya 4,5 4,0 4,3 8,5 7,3 8,0 Tidak tahu 17,1 5,9 13,5 37,5 20,5 30,5 Tidak menjawab 0,0 0,0 0,0 0,1 0,1 0,1 Jumlah Sumber data: SKRRI Pengetahuan HIV/AIDS dan IMS Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan penyakit yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). Jenis virus ini merusak sistem kekebalan tubuh seseorang membuat tubuh lebih rentan, sulit sembuh dari berbagai penyakit opurtunistik yang dapat mengalami kematian. Gambar 3.13 Persentase Pria dan Wanita Umur yang Pernah Mendengar AIDS Menurut Pendidikan, Indonesia wanita tahun pria kawin tahun Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak Tamat SMA Tamat SMA Tamat SMA+ Sumber data: SDKI 2012 Gambar 3.13 menunjukkan rendahnya pendidikan berpengaruh pada pengetahuan seseorang terhadap AIDS. Semakin tinggi pendidikannya semakin luas pengetahuan terhadap informasi tentang AIDS. Perilaku seks bebas dan penyalahgunaan narkotika jenis suntik dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit tersebut. Segmentasi penyebaran penyakit ini terjadi pada mereka yang berpendidikan rendah dan berperilaku negatif, meskipun ada beberapa kasus seseorang kena AIDS karena kelalaian medis (pengggunaan jarum suntik). PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 39

52 3.5.2 Kesehatan Anak Cakupan Imunisasi Menurut WHO, anak dinyatakan telah diimunisasi lengkap apabila telah mendapatkan satu kali imunisasi mencegah tuberkulosis (BCG), tiga kali imunisasi DPT, tiga kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak. Secara nasional, persentase cakupan imunisasi lengkap tanpa pemberian hepatitis B anak umur bulan meningkat dalam tiga periode SDKI yaitu 2002/2003, 2007 dan Tabel 3.9 Tren Cakupan Imunisasi Lengkap Tanpa Hepatitis B di Indonesia tahun Imunisasi SDKI 2003 SDKI 2007 SDKI 2012 BCG 82,5 85,4 89,3 DPT 3 58,3 66,7 72 Polio 3 66,1 73,5 75,9 Campak 71,6 76,4 80,1 Total 51,5 58,6 65,6 Sumber data: SDKI 2002/2003, SDKI 2007 dan SDKI 2012 Terjadi perubahan definisi cakupan imunisasi dalam SDKI Dalam SDKI 2012, seorang anak dikategorikan menerima imunisasi lengkap jika telah menerima 1 kali imunisasi mencegah tuberkulosis (BCG), 3 kali imunisasi DPT, 3 kali imunisasi polio, 1 kali imunisasi campak serta 4 kali vaksin Hepatitis B. Persentase anak umur bulan yang mendapatkan imunisasi lengkap termasuk hepatitis B sebesar 40,3 persen. Sedangkan persentase anak yang telah hepatitis 3 sebesar 42,4 persen (Lihat Lampiran Tabel 3.13 untuk Cakupan Imunisasi pada Balita menurut Provinsi) Pemberian Makan Pada Anak (ASI dan Makanan pendamping ASI) Pemberian makanan yang benar sangat penting bagi kelangsungan hidup, pertumbuhan, perkembangan serta kesehatan bayi dan anak balita. Air susu ibu (ASI) mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam enam bulan pertama setelah dilahirkan. Setelah anak berusia enam bulan sesuai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan bayi, maka ASI harus ditambahkan dengan cairan lain dan makan padat yang memberikan gizi yang memadai. Cairan dan makan padat tersebut biasanya disebut makanan pendamping ASI (MPASI), yang diberikan sampai anak berumur dua tahun. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 40

53 Tabel 3.10 Persentase Pemberian ASI dan Makanan pendamping ASI menurut kelompok umur, Indonesia tahun Makanan tambahan Asi Ekslusif lainnya Umur (bulan) SDKI 2007 SDKI 2012 SDKI 2007 SDKI ,3 50,8 12,2 9, ,4 48,9 27,2 16, ,8 27,1 48,1 43, ,5 3,4 73,2 78, ,8 1,1 79,1 76, ,5 1,0 76,4 72, ,7 0,7 55,5 58,4 Sumber data: SDKI 2007, 2012 Tabel 3.11 menunjukkan persentase bayi yang menerima ASI ekslusif terus menurun setelah 2 bulan pertama. Sedangkan persentase bayi yang menerima makanan tambahan lainnya terus meningkat setelah enam bulan pertama. Secara nasional terjadi peningkatan persentase pemberian ASI ekslusif kepada bayi sampai dengan umur 4-5 bulan dalam SDKI 2012 dibandingkan SDKI Peningkatan yang sama juga terjadi pada pemberian makanan tambahan kepada bayi setelah enam bulan pertama Kesehatan Ibu Kesehatan ibu yang dalam hal ini adalah ibu hamil dipengaruhi oleh pemeriksaan kehamilan, komplikasi kehamilan dan persalinan, perawatan masa nifas, serta masalah akses pelayanan kesehatan yang meliputi tempat layanan dan tenaga medis. Selain itu, kesehatan ibu hamil berkaitan erat dengan jumlah ibu hamil Jumlah Ibu Hamil Sarana layanan kesehatan dan jumlah tenaga medis sebaiknya memperhatikan jumlah ibu hamil, karena semakin tinggi jumlah ibu hamil maka akan semakin besar pula resiko komplikasi kehamilan dan persalinan, sarana layanan kesehatan, serta jumlah tenaga medis yang dibutuhkan. Jumlah persentase ibu hamil Indonesia sebesar 4,3 persen berdasarkan jumlah total dari WUS yang berhasil diwawancarai, yaitu wanita. Sedangkan persentase wanita hamil menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan) Di Indonesia, pemeriksaan kehamilan didefinisikan sebagai pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga medis profesional (dokter umum, dokter ahli kebidanan dan kandungan, perawat, bidan, atau bidan di desa). Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan, menurut jadwal yaitu: paling sedikit sekali kunjungan dalam trisemester pertama, paling sedikit sekali kunjungan dalam trisemester kedua, dan paling sedikit dua kali kunjungan dalam trisemester ketiga. Pemeriksaan kehamilan meliputi; tenaga pemeriksa kehamilan, jumlah kunjungan pemeriksaan PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 41

54 kehamilan dan saat kunjungan pertama, serta komponen pemeriksaan kehamilan. Tabel 3.11 Persentase wanita hamil yang melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan Jumlah dan waktu kunjungan pemeriksaan Jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan Daerah tempat tinggal Perkotaan Perdesaan Jumlah Tidak pernah 1,3 4,8 3,1 1 0,9 2,2 1, ,6 9,1 6, ,7 82,9 87,8 Tidak tahu/tidak terjawab 0,6 0,9 0,7 Jumlah Paling sedikit sekali kunjungan selama trimester I, atau trimester II, dan paling sedikit 2 kali kunjungan selama trimester III 79,6 67,5 73,5 Umur kandungan dalam bulan pada saat kunjungan pertama pemeriksaan kehamilan Tidak diperiksa 1,3 4,8 3,1 <4 84,8 76,2 80, ,7 12,7 11, ,6 4,3 3,5 8+ 0,4 1,3 0,9 Tidak tahu/tidak terjawab 0,2 0,6 0,4 Jumlah Jumlah wanita 7,358 7,424 14,782 Median bulan umur kandungan pada kunjungan pertama (untuk ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan) 2,1 2,6 2,4 Jumlah wanita melakukan pemeriksaan 7,26 7,066 14,327 kehamilan Sumber data: SDKI 2012 Tabel 3.12 di atas memperlihatkan bahwa 93 persen ibu hamil yang tinggal di perkotaan dan 83 persen ibu hamil yang tinggal di perdesaan melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan lebih dari empat kali. Mayoritas dari ibu hamil yang tinggal di perkotaan (85 persen) dan perdesaan (76 persen) melakukan kunjungan pertama untuk pemeriksaan pada usia kehamilan kurang dari empat bulan. Pada Tabel 3.13 dapat dilihat bahwa cakupan pemeriksaan kehamilan mencapai 90 persen atau lebih tinggi dalam semua kelompok. Namun terkecuali ibu yang urutan kehamilan ke enam atau lebih (83 persen), dan ibu yang tidak sekolah dan tidak tamat SD (masing-masing 64 persen dan 89 persen), dan ibu dengan indeks kekayaan kuintil terbawah (87 persen). PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 42

55 Karakteristik Latar Belakang Tabel 3.12 Persentase pemeriksaan kehamilan Umur Saat Melahirkan <20 1,0 8,3 85,4 1,5 0,6 0,1 3, ,7 1, ,5 20,3 74,4 0,7 0,4 0,4 2, ,1 11, ,5 19,1 73,7 0,7 0,2 0,9 4, ,3 2,41 Urutan Kelahiran 1,00 1,5 20,0 76,3 0,4 0,3 0,1 1, ,7 5, ,4 20,7 73,9 0,7 0,5 0,5 2, ,0 7, ,6 13,0 77,0 1,6 0,5 1,2 5, ,6 1, ,4 4,4 76,8 2,6 0,3 0,4 14, ,5 536,00 Daerah tempat tinggal Perkotaan 1,2 27,9 69,1 0,1 0,3 0,5 0, ,2 7,36 Perdesaan 1,7 10,2 81,3 1,4 0,5 0,4 4, ,3 7,42 Pendidikan ibu Tidak Sekolah 1,2 3,2 59,6 4,9 0,5 0,8 29, ,0 274,00 SD 1,1 4,9 82,5 2,1 0,7 0,3 8, ,5 1,24 Tamat SD 1,2 5,5 87,4 1,3 0,7 0,8 3, ,0 3,52 SMTA 1,6 9,6 86,2 0,5 0,3 0,3 1, ,4 3,97 Tamat SMTA 1,8 26,8 69,7 0,2 0,3 0,3 0, ,4 4,02 Tinggi 2 1,1 61,7 36,3 0,1 0,0 0,5 0, ,1 1,77 Indeks Kuintil Kekayaan Terbawah 1,6 3,3 82,1 2,8 0,8 0,7 8, ,9 3,04 bawah 1,7 8,5 85,6 0,6 0,7 0,5 2, ,8 2,88 Menengah 1,5 13,4 82,8 0,2 0,2 0,4 1, ,7 2,94 Atas 1,5 23,7 73,8 0,1 0,2 0,4 0, ,0 3,11 Teratas 1,1 47,2 51,1 0,0 0,2 0,2 0, ,4 2,82 Jumlah 1,40 19,00 75,30 0,80 0,40 0,40 2, ,7 14,78 Catatan : Dokter Umum Jika lebih dari satu tenaga pemeriksa yang disebutkan. Hanya tenaga pemeriksa dengan kualifikasi tertinggi yang dicantumkan dalam tabel ini. Sumber data : SDKI 2012 Dokter Kandung an Tenaga Pemeriksa Kehamilan Dukun Lainnya/ Tidak Tahu Perawat /Bidan/ Bidan di Desa Tidak Terjawab Sumber data: SDKI 2012 Tidak Periksa Jumlah Persentase yang Periksa Hamil dari Tenaga Medis Profesional Jumlah Ibu Komponen pemeriksaan kehamilan meliputi: informasi tentang tanda-tanda komplikasi kehamilan, pemeriksaan urine, pemeriksaan darah. Tabel berikut ini menyajikan tentang komponen pemeriksaan kehamilan. Tabel 3.14 memperlihatkan bahwa jumlah ibu hamil yang tinggal di perkotaan cenderung lebih tinggi dalam hal mencari informasi tentang tanda-tanda komplikasi kehamilan, pemeriksaan urine, serta pemeriksaan darah. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 43

56 Karakteristik Latar belakang Umur saat melahirkan Tabel 3.13 Komponen Pemeriksaan Kehamilan Informasi tentang tandatanda komplikasi kehamilan Pemeriksaan urine Sumber data: SDKI 2012 Pemeriksaan darah Jumlah ibu <20 49,8 43,9 38,6 1, ,3 47,9 40,7 10, ,8 48,7 43,8 2,293 Urutan kelahiran 1 56,8 49,8 42,1 5, ,9 48,1 41,0 6, ,8 43,2 39,2 1, ,0 31,3 33,8 457 Daerah tempat tinggal Perkotaan 57,1 52,3 45,4 7,26 Perdesaan 48,7 42,9 36,5 7,066 Pendidikan Tidak sekolah 27,8 30,2 39,8 190 Tidak tamat SD 35,4 36,9 36,6 1,136 Tamat SD 48,1 43,3 41,7 3,38 Tidak tamat SMTA 51,3 48,9 39,0 3,897 Tamat SMTA 60,3 52,1 41,2 3,974 Perguruan tinggi 63,6 52,6 46,9 1,751 Indeks kuintil kekayaan Jenis pelayanan kesehatan yang didapatkan ibu yang mempunyai anak lahir hidup terakhir dalam lima tahun sebelum survei Terbawah 42,1 35,7 35,0 2,746 Menengah bawah 49,9 45,2 41,2 2,797 Menengah 53,7 47,7 41,1 2,884 Menengah atas 57,5 53,2 42,1 3,089 Teratas 61,0 55,9 45,4 2,809 Jumlah 53,0 47,7 41,0 14, Penolong Persalinan Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap tingginya kematian ibu adalah terbatasnya tempat persalinan yang memadai. Sumber Tempat Persalinan Tabel 3.15 di bawah menyajikan tentang tempat persalinan yang dimanfaatkan oleh wanita yang melahirkan dalam lima tahun sebelum survei. Dapat dilihat bahwa ibu umur di bawah 20 tahun yang melahirkan di fasilitas kesehatan cenderung lebih kecil dibandingkan dengan ibu yang lebih tua. Terjadi kenaikan persentase melahirkan di fasilitas kesehatan dari 46 persen (SDKI 2007) menjadi 63 persen (SDKI 2012). Persentase yang dilahirkan di fasilitas kesehatan menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 44

57 Tabel 3.14 Persentase wanita yang melahirkan di fasilitas kesehatan Karakteristik Latar belakang Umur saat melahirkan Pemerintah Swasta Rumah Lainnya Tidak terjawab Jumlah <20 16,8 36,6 46,0 0,2 0,5 100,0 53,4 1, ,4 48,0 34,9 0,1 0,6 100,0 64,4 12, ,9 41,1 35,8 0,2 1,0 100,0 63,0 2,665 Urutan kelahiran 1 18,4 50,9 30,2 0,1 0,4 100,0 69,3 6, ,0 47,2 34,9 0,2 0,7 100,0 64,2 7, ,0 32,4 50,1 0,1 1,4 100,0 48,4 1, ,1 19,1 67,1 0,0 0,6 100,0 32,3 672 Jumlah kunjungan periksa kehamilan Tidak pernah 4,7 5,8 77,3 0,4 11,6 100,0 10, ,6 22,9 66,3 0,1 0,0 100,0 33,5 1, ,7 50,7 30,5 0,1 0,0 100,0 69,4 12,974 Tidak tahu/tidak terjawab 13,5 33,1 53,3 0,0 0,2 100,0 46,6 109 Daerah tempat tinggal Perkotaan 20,4 59,5 19,3 0,0 0,6 100,0 80,0 8,405 Perdesaan 14,2 32,5 52,4 0,3 0,6 100,0 46,7 8,543 Pendidikan ibu Tidak Sekolah 10,7 10,4 76,1 1,2 1,6 100,0 21,1 365 Tidak tamat SD 15,4 22,6 61,3 0,2 0,5 100,0 38,0 1,457 Tamat SD 14,4 32,8 51,5 0,2 1,1 100,0 47,1 3,976 Tidak Tamat SMTA 15,6 45,4 38,5 0,1 0,4 100,0 61,0 4,438 Tamat SMTA 20,8 59,0 19,7 0,1 0,3 100,0 79,8 4,594 Perguruan Tinggi 2 20,9 65,5 12,8 0,0 0,8 100,0 86,4 2,119 Indeks kuintil kekayaan Terbawah 14,0 15,6 68,9 0,3 1,1 100,0 29,7 3,727 Menengah bawah 20,5 36,7 41,8 0,3 0,7 100,0 57,2 3,255 Menengah 18,5 47,7 33,2 0,1 0,5 100,0 66,2 3,311 Menengah Atas 17,7 61,4 20,5 0,1 0,3 100,0 79,1 3,437 Teratas 16,1 72,0 11,5 0,0 0,4 100,0 88,1 3,218 Jumlah 17,3 45,9 36,0 0,2 0,6 100,0 63,2 16,948 1 Hanya untuk anak yang dilahirkan lima tahun sebelum survei 2 Perguruan Tinggi adalah: Diploma, S1/S2/S3 Fasilitas kesehatan Persentase persalinan di fasilitas kesehatan Jumlah kelahiran Sumber data: SDKI 2012 Sumber data: SDKI 2012 Tenaga Kesehatan yang Menolong Persalinan Upaya mengurangi resiko kesehatan ibu dengan cara meningkatkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan professional. Kementrian Kesehatan menetapkan target bahwa 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2015 (MOH, 2008). Peningkatan proporsi bayi yang dilahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan yang professional adalah langkah yang sangat penting untuk mengurangi resiko kesehatan ibu dan anak. Penanganan medis yang tepat dan memadai selama melahirkan dapat menurunkan resiko komplikasi yang menyebabkan kesakitan serius pada ibu dan bayinya. Tabel berikut ini menyajikan tentang penolong persalinan berkualifikasi tinggi, yaitu orang yang dirujuk ibu jika mendapat masalah kesehatan selama persalinan. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 45

58 Persentase kelahiran yang dibantu oleh tenaga medis lebih rendah diantara ibu yang berumur dibawah 20 tahun dibandingkan dengan ibu yang berumur lebih tua, dan menurun dengan meningkatnya urutan kelahiran. Persalinan yang dibantu oleh tenaga medis meningkat sejalan dengan meningkatnya pendidikan ibu dan status kekayaan. Begitu pula trennya mengalami kenaikan dari data SDKI 2007 sebesar 73 persen menjadi 83 persen dalam SDKI Lihat Lampiran Tabel 3.16 untuk persentase wanita yang persalinannya dibantu oleh tenaga kesehatan menurut Provinsi. Karakteristik Latar Belakang Tabel Persentase Penolong Persalinan Kualifikasi Tertinggi Dokter Umum Umur Saat Melahirkan Dokter Ahli Kandun gan Perawat/ Bidan/Bi dan di Desa Penolong Persalinan Dukun Saudara Lainnya Bayi /Teman Tidak Ada Tidak Jumlah Terjawab <20 0,8 11,4 63,0 21,5 2,4 0,1 0,3 0,4 100,0 75,3 5, ,9 20,4 62,9 12,7 2,0 0,3 0,3 0,6 100,0 84,2 12, ,4 23,0 58,0 13,0 2,8 0,2 0,4 1,0 100,0 82,5 14, Urutan Kelahiran 1 1,1 23,1 63,3 10,6 1,2 0,2 0,2 0,3 100,0 87,5 14, ,0 20,0 63,0 12,9 1,9 0,3 0,1 0,8 100,0 84,0 12, ,0 12,6 59,3 20,4 3,9 0,5 0,9 1,4 100,0 73,0 8, ,4 8,5 48,6 30,3 9,9 0,5 1,2 0,7 100,0 57,5 4,5 672 Tempat Persalinan Fasilitas kesehatan 1,5 31,5 66,6 0,2 0,1 0,1 0,0 0,1 100,0 99,5 19, Lainnya 0,1 0,3 55,5 37,0 5,8 0,5 0,8 0,0 100,0 55,9 0, Tidak terjawab 0,0 1,8 0,5 0,0 0,0 0,8 0,0 96,9 100,0 2,3 2,0 106 Daerah Tempat Tinggal Perkotaan 1,3 27,7 62,8 6,7 0,6 0,2 0,1 0,7 100,0 91,8 16, Perdesaan 0,7 12,4 61,5 20,2 3,7 0,4 0,5 0,6 100,0 74,6 7, Pendidikan Ibu Persentase Persalinan oleh Penolong Profesional Persentase dengan Bedah Caesar Jumlah Kelahiran Tidak Sekolah 0,2 5,1 26,5 33,9 28,6 2,1 1,8 1,8 100,0 31,8 2,7 365 Tidak tamat SD 0,7 8,7 51,7 33,3 4,5 0,2 0,4 0,6 100,0 61,1 6, Tamat SD 0,6 10,8 61,4 22,6 2,6 0,3 0,6 1,1 100,0 72,8 6, Tidak Tamat SMTA 0,7 13,9 71,1 12,0 1,4 0,1 0,2 0,5 100,0 85,7 7, Tamat SMTA 1,2 26,6 66,5 4,6 0,5 0,2 0,0 0,3 100,0 94,3 18, Perguruan Tinggi 2 2,3 45,8 48,7 1,8 0,4 0,3 0,0 0,7 100,0 96,8 24, Indeks Kuintil Kekayaan Terbawah 0,9 6,2 50,3 32,4 7,6 0,6 0,8 1,1 100,0 57,5 3, Menengah bawah 0,7 14,6 66,6 15,5 1,5 0,1 0,3 0,7 100,0 81,8 9, Menengah 0,7 15,9 73,1 8,7 0,7 0,2 0,2 0,5 100,0 89,7 11, Menengah Atas 1,5 24,4 67,3 5,9 0,1 0,3 0,0 0,5 100,0 93,2 15, Teratas 1,1 40,9 54,6 2,5 0,3 0,1 0,0 0,4 100,0 96,6 23, Jumlah 1,0 20,0 62,2 13,5 2,2 0,3 0,3 0,7 100,0 83,1 12, Catatan : Jika responden menjawab lebih dari satu penolong persalinan, yang ditabulasi adalah penolong persalinan berkualifikasi tertinggi dalam tabel ini. 1 Penolong profesional termasuk dokter, perawat, bidan, bidan di desa.. 2 Perguruan Tinggi adalah: Diploma, S1/S2/S3 Sumber data: SDKI 2012 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 46

59 3.5.4 Insiden HIV/AIDS Meskipun pada tahun 2009 kasus HIV sempat mengalami penurunan, akan tetapi secara umum Pengidap HIV terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 penderita HIV tercatat sejumlah penderita, angka tersebut naik pada tahun 2008 menjadi penderita, dan pada tahun 2012 jumlahnya sudah mencapai penderita. Data Kemenkes juga mencatat kasus AIDS pada tahun 2012 mengalami penurunan, yakni dari penderita pada tahun 2011 menjadi penderita pada tahun Gambar 3.14 Kasus HIV/AIDS dan Kematian Sumber data: Ditjen PP dan PL Kemenkes Sementara itu, jumlah meninggal karena kasus HIV/AIDS terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 jumlah meninggal karena virus HIV/AIDS sejumlah 825 orang, angka tersebut mengalami kenaikan pada tahun 2008 yakni 917 orang meninggal, dan sampai dengan tahun 2012 jumlah meninggal karena kasus ini sudah mencapai orang (Lihat Lampiran Tabel 3.17 untuk melihat kumulatif Kasus HIV dan AIDS menurut Provinsi) 3.6 Pendidikan Literasi (Angka Melek Huruf/AMH) Persentase penduduk laki-laki usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis dari data tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 masih berkisar di angka 95 persen. Sementara itu, persentase penduduk perempuan yang melek huruf mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai 2010 sebelum akhirnya mengalami sedikit penurunan pada tahun AMH perempuan tahun 2007 adalah 88,62 persen meningkat menjadi 90,52 persen tahun 2010 dan kemudian menurun menjadi 90,07 persen pada tahun PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 47

60 Gambar 3.15 Angka Melek Huruf Tahun Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 Provinsi dengan angka melek huruf tertinggi terdapat di Sulawesi Utara yaitu laki-laki 99,01 persen dan perempuan sebesar 98,69 persen. Sedangkan provinsi dengan AMH terendah terdapat pada provinsi Papua dimana laki-laki sebanyak 70,72 persen dan AMH perempuan sebanyak 56,74 persen. Lihat Lampiran Tabel 3.18 untuk Angka Melek Huruf menurut Provinsi Pendidikan yang ditamatkan penduduk 15 tahun ke atas Tingkat pendidikan penduduk Indonesia mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya tren persentase penduduk yang tamat SMP dan SM+ atau sederajat dan menurunnya tren persentase penduduk yang tidak sekolah. Gambar 3.16 Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk 15 Tahun ke Atas Sumber data: BPS, Susenas Partisipasi Sekolah Jumlah penduduk yang bersekolah cenderung menurun dengan meningkatnya usia. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak penduduk di kelompok usia produktif yang tidak melanjutkan pendidikannya yang diperkirakan mereka segera bekerja atau menikah (Lihat lampiran 3.19 untuk Angka Partisipasi sekolah menurut provinsi). PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 48

61 Gambar 3.17 Angka Partisipasi Sekolah Tahun Sumber data: BPS, Susenas Partisipasi Murni Sekolah Dasar Angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar (SD) formal di Indonesia baik laki-laki maupun perempuan mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun Akan tetapi data tahun 2011 menunjukan angka partisipasi murni SD mengalami penurunan. Angka partisipasi murni SD Laki-laki pada tahun 2007 sebanyak 93,88 persen menjadi 91,48 persen tahun Sedangkan angka partisipasi murni SD perempuan pada tahun 2007 sebesar 93,62 persen menjadi 90,37 persen pada tahun Gambar 3.18 Angka Partisipasi Murni SD/MI/Paket A Tahun Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 Provinsi dengan angka partisipasi murni SD formal dan non formal tertinggi adalah Provinsi Sumatera Barat. Angka partisipasi laki-laki SD di Sumatera Barat pada tahun 2011 adalah 94,25 persen dan perempuan 92,58 persen. Sedangkan, provinsi dengan angka partsipasi murni SD formal dan non formal terendah adalah Papua. Pada tahun 2011, angka partisipasi murni SD laki-laki 70,56 persen dan perempuan 69,63 persen. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 49

62 Partisipasi Murni Sekolah Menengah Pertama APM Sekolah Menengah Pertama (SMP) formal perempuan di Indonesia lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Pada tahun 2007, APM SMP laki-laki dari 66,01 persen meningkat menjadi 66,86 pada tahun Sedangkan, APM SMP perempuan pada tahun 2007, 67,3 persen meningkat menjadi 69,19 persen tahun Gambar 3.19 Angka Partisipasi Murni SMP/MTs/Paket B Tahun Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 Provinsi dengan angka partisipasi murni SMP formal dan non formal tertinggi adalah Provinsi Aceh. Angka partisipasi laki-laki SMP di Aceh pada tahun 2011 adalah 72,58 persen dan perempuan 77,09 persen. Sedangkan, provinsi dengan angka partsipasi murni SMP formal dan non formal terendah adalah Papua. Pada tahun 2011, angka partisipasi murni SMP laki-laki 45,34 persen dan perempuan 46,85 persen. Partisipasi Murni Sekolah Menengah Atas APM Sekolah Menengah Atas (SMA) formal laki-laki di Indonesia meningkat dari data tahun 2007 (44,82 persen) sampai dengan data tahun 2011 (47,47 persen). Akan tetapi, data APM SMA formal perempuan di Indonesia mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai tahun 2010 (antara 44,29 persen sampai 44,53 persen). Setelah itu, APM SMA formal perempuan meningkat menjadi 48,19 persen pada tahun Gambar 3.20 Angka Partisipasi Murni SMA/MA/Paket C Tahun Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 50

63 Provinsi dengan angka partisipasi murni SMA formal dan non formal tertinggi adalah Provinsi Aceh. Angka partisipasi laki-laki SMA di Aceh pada tahun 2011 adalah 61,82 persen dan perempuan 61,02 persen. Sedangkan, provinsi dengan angka partsipasi murni SMA formal dan non formal terendah adalah Papua. Pada tahun 2011, angka partisipasi murni SMA laki-laki 32,54 persen dan perempuan 32,34 persen. Lihat lampiran table 3.20 untuk Angka partisipasi murni SD, SMP, dan SMA baik formal maupun non formal menurut provinsi Rata-Rata Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas dalam jenjang pendidikan formal sejak tahun mengalami sedikit peningkatan. Berdasarkan data statistik kesejahteraan rakyat rata-rata lama sekolah laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Pada tahun 2007, rata-rata lama sekolah laki-laki adalah 8 tahun dan meningkat menjadi 8,3 tahun pada tahun 2010 sampai dengan Sedangkan, rata-rata lama sekolah perempuan pada tahun 2007 adalah 7 tahun dan mengalami peningkatan menjadi 7,5 tahun pada tahun 2010 sampai dengan Gambar 3.21 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Penduduk Usia 15 tahun ke AtasTahun , Indonesia Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 Provinsi dengan rata-rata lama sekolah tertinggi adalah provinsi DKI Jakarta. Ratarata lama sekolah laki-laki di DKI Jakarta pada tahun 2011 adalah 10,9 tahun dan perempuan 9,9 tahun. Sedangkan, provinsi dengan rata-rata lama sekolah terendah adalah Papua. Pada tahun 2011, rata-rata lama sekolah laki-laki 6,6 tahun dan perempuan 5 tahun. Rata-rata Lama sekolah menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel Ekonomi dan Ketenagakerjaan Ekonomi Laju Pertumbuhan Ekonomi Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi cukup signifikan PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 51

64 pada tahun 2009 dari 6.01 persen pada tahun 2008 menjadi 4.58 persen. Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi kembali menguat, menjadi 6,20 persen dan terus meningkat mencapai 6,46 persen pada tahun 2011 kemudian menurun kembali di tahun 2012 sebesar 6,23. Gambar 3.22 Persentase Pertumbuhan Ekonomi Tahun Sumber data: BPS, Pendapatan Nasional Indonesia tahun 2007, 2008, 2009, 2010*, 2011** dan 2012*** *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita terdiri atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan Pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku terus meningkat dari ,58 rupiah tahun 2007 menjadi ,73 pada tahun Demikian pula dengan pendapatan perkapita atas dasar harga konstan 2000, meningkat dari ,98 rupiah menjadi ,09 rupiah pada tahun Tabel 3.16 Jumlah Pendapatan per Kapita Indonesia Tahun Jumlah Pendapatan per *) 2012**) kapita per tahun Atas dasar harga berlaku 15,125, ,774, ,731, ,759, ,298, ,516, Atas dasar harga konstan ,344, ,797, ,916, ,412, ,025, ,490, Sumber data: BPS 2007, 2008, 2009, 2010 *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) terdiri atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan PDRB atas dasar harga berlaku terus meningkat dari juta rupiah tahun 2007 menjadi juta rupiah pada tahun Begitu pula dengan PDRB atas dasar harga konstan 2000, meningkat dari juta rupiah menjadi juta rupiah pada tahun PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 52

65 Tabel 3.17 Jumlah Pendapatan Domestik Regional Bruto Indonesia (juta rupiah) Tahun Jumlah Pendapatan Domestik Regional Bruto per tahun (juta rupiah) Atas dasar harga berlaku 3,556,333,628 4,271,044,592 4,653,539,247 5,293,856,970 6,020,994,080 Atas dasar harga konstan ,890,607,083 1,999,046,591 2,094,358,009 2,222,763,051 2,363,341,719 Sumber data: BPS 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 Berdasarkan harga berlaku, Provinsi dengan PDRB terendah pada tahun 2011 adalah Provinsi Maluku Utara dengan pendapatan bruto ,74 juta rupiah. Sementara Provinsi Gorontala memiliki pendapatan bruto terendah berdasarkan harga konstan yakni ,12 juta rupiah. Provinsi DKI jakarta dengan PDRB harga berlaku dan harga konstan masing-masing ,96 juta rupiah dan ,82 menempati perolehan tertinggi dalam Pendapatan Domestik Regional Bruto di Indonesia untuk tahun Lihat Lampiran Tabel 3.22 dan 3.23 untuk Pendapatan Domestik Bruto menurut Provinsi. Kemiskinan Kemiskinan adalah sebuah kondisi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan kesehatan. Bank Dunia mendefiniskan kemiskinan ini dengan kehidupan dengan pendapatan $ 1 USD per hari. Gambar 3.23 Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Tahun Sumber data: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia tahun Gambar 3.23 menunjukkan persentase penduduk miskin di indonesia berdasarkan Perkembangan Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia tahun terus mengalami penurunan. Persentase jumlah penduduk miskin di indonesia tahun 2009 adalah 14,15 persen, angka tersebut sampai dengan tahun 2013 turun menjadi 11,37 persen dari total jumlah penduduk di Indonesia. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 53

66 Provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak adalah Jawa Timur dengan jumlah penduduk miskin mencapai juta jiwa. Sedangkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berada pada posisi terendah yakni jiwa penduduk miskin. Lihat Lampiran Tabel 3.24 untuk melihat jumlah dan persentase penduduk miskin menurut Provinsi Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) TPAK adalah persentase penduduk yang bekerja terhadap jumlah seluruh penduduk usia kerja (15-64 tahun). Gambar 3.24 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Indonesia (persen) Tahun Sumber data: Sakernas 2007,2008, 2009, 2010 Pada tahun 2011 tingkat partisipasi angkatan kerja belum berdasarkan jenis kelamin, hasil sakernas pada tahun 2011 dan 2012 data pada bulan februari tahun 2011 sebesar persen kemudian tingkat partisipasi angkatan kerja menurun sampai dengan bulan Agustus tahun 2011 sebesar persen. Pada tahun 2012 bulan Februari naik kembali sebesar persen kemudian kembali menurun pada bulan agustus sebesar Pada tahun 2013 tingkat partisipasi angkatan kerja hanya tersedia sampai bulan Februari yaitu sebesar 69,21 persen (TPAK menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.25). Tabel 3.18 Tren Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (persen) Februari 69,96 69,66 69,21 Agustus 68,34 67,88 - Sumber data: Sakernas 2011, 2012, 2013 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 54

67 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) TPT adalah persentase penduduk yang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dari jumlah angkatan kerja yang ada. Gambar 3.25 Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia (persen) Tahun Sumber data: Sakernas 2007,2008, 2009, 2010, 2011 Tingkat Pengangguran terbuka Indonesia dari hasil Sakernas pada tahun 2012 sampai dengan bulan Februari sebesar 6.32 dan pada bulan Agustus turun sebesar Pada tahun 2013 pada bulan februari tingkat pengangguran terbuka sebesar 5.92, sementara data bulan agustus belum tersedia (Tingkat penganguran terbuka menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.26). Tabel 3.19 Tingkat Pengangguran Terbuka Tingkat Pengangguran Terbuka Februari Agustus *) Pengangguran Terbuka : Mencari Pekerjaan, Mempersiapkan Usaha, Merasa Tidak Mungkin Mendapat Pekerjaan, Sudah Punya Pekerjaan tetapi belum dimulai 3.8 Pertanian Pangan Pangan Nasional Terdapat penurunan kuantitas konsumsi pangan nasional di tingkat rumah tangga sekitar 5,05 persen disebabkan menurunnya konsumsi beras dari 281,71 gram/kap/hari di tahun 2011 menjadi 267,49 gram/kap/hari pada tahun PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 55

68 Tabel 3.20 Perkembangan Konsumsi Pangan Nasional Secara Kuantitas pada Tahun Kelompok Bahan Pangan Konsumsi Gram/kap/hari Kg/kap/thn Padi-padian a. Beras 281,71 267,49 102,82 97,63 b. Jagung 4,30 5,19 1,57 1,90 c. Terigu 29,93 27,24 10,92 9,94 Umbi-umbian a. Singkong 27,59 20,02 10,07 7,31 b. Ubi jalar 8,11 6,59 2,96 2,41 c. Kentang 4,31 4,02 1,57 1,47 d. Sagu 1,33 1,19 0,48 0,44 e. Umbi lainnya 1,84 1,22 0,67 0,45 Pangan Hewani a. Daging ruminansia 5,54 7,63 2,02 2,79 b. Daging unggas 13,03 12,04 4,75 4,40 c. Telur 19,56 19,16 7,14 6,99 d. Susu 5,74 4,63 2,09 1,69 e. Ikan 51,99 48,27 18,98 17,62 Minyak dan Lemak a. Minyak kelapa 4,11 2,82 1,50 1,03 b. Minyak sawit 18,09 20,51 6,60 7,49 c. Minyak lainnya 0,57 0,33 0,21 0,12 Buah/biji berminyak a. Kelapa 5,12 4,75 1,87 1,73 b. Kemiri 0,89 0,70 0,32 0,26 Kacang-kacangan a. Kedelai 20,71 19,41 7,56 7,08 b. Kacang tanah 0,92 0,77 0,34 0,28 c. Kacang hijau 0,78 0,75 0,28 0,27 d. Kacang lain 0,28 0,62 0,10 0,23 Gula a. Gula pasir 20,23 17,75 7,38 6,48 b. Gula merah 1,98 1,45 0,72 0,53 Sayuran dan Buah a. Sayur 133,70 129,98 48,80 47,44 b. Buah 63,61 69,14 23,22 25,24 Lain-lain a. Minuman 49,89 49,64 18,21 18,12 b. Bumbu-bumbuan 11,33 10,73 4,13 3,92 Sumber : Susenas Triwulan I, BKPS diolah BKP Produktivitas Pertanian Berdasarkan angka sementara (Asem) BPS, produksi padi nasional tahun 2013 mencapai juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Artinya mengalami kenaikan sebesar 1,81 juta ton atau 2,62 persen dibanding Tabel 3.21 Produktivitas Padi Tahun Jenis Luas Panen Produktivitas Produksi Tahun Tanaman (Ha) (ku/ha) (Ton) (1) (2) (3) (4) (5) Padi , Padi , Padi 2013*) , Sumber data : BPS Tahun 2013 *) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 56

69 Kenaikan produksi padi nasional tersebut berasal dari kenaikan produksi di Jawa sebesar ribu ton dan di luar Jawa sebesar ribu ton. Produksi komoditas padi meningkat seiring peningkatan luas panen 324,29 ribu hektare (2,41 persen) dan kenaikan produktivitas sebesar 0,1 kuintal per hektare. Tabel 3.22 Produktivitas Jagung Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi Jenis Tanaman Tahun (Ha) (ku/ha) (Ton) (1) (2) (3) (4) (5) Jagung , Jagung , Jagung 2013*) , Sumber data: BPS Tahun 2013 *) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara Produktivitas jagung mengalami penurunan dari (ku/ha) tahun 2012 menjadi (ku/ha) pada tahun 2013, kondisi tersebut seiring dengan turunnya Luas Panen dari (Ha) tahun 2012 menjadi (Ha) pada tahun Tabel 3.23 Produktivitas Kedelai Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi Jenis Tanaman Tahun (ha) (ku/ha) (Ton) (1) (2) (3) (4) (5) Kedelai , Kedelai , Kedelai 2013*) , Sumber data: BPS Tahun 2013 *) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara Penurunan luas panen juga terjadi pada komoditas kedelai yakni dari 567,624 (Ha) tahun 2012 menjadi 554,132 (Ha) pada tahun Kondisi tersebut berakibat pada turunnya produktivitas kedelai tahun 2013 sebesar 0,28 (ku/ha) bila dibandingkan tahun Tabel 3.24 Produktivitas Ubi Kayu tahun Luas Panen Produktivitas Produksi Jenis Tanaman Tahun (ha) (ku/ha) (Ton) (2) (3) (4) (5) (6) Ubi Kayu , Ubi Kayu , Ubi Kayu 2013*) , Sumber data: BPS Tahun 2013 *) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara Produksi Ubi kayu pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 1,32 juta ton dibandingkan dengan tahun Peningkatan tersebut seiring dengan meningkatnya produktivitas dari 214,02 (ku/ha) pada tahun 2012 menjadi 224,18 pada tahun PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 57

70 3.8.3 Produkivitas Perikanan Perikanan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis. Peningkatan produktivitas perikanan hasil tangkapan baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir sebagai berikut : Tabel Tabel Volume Volume Produksi Produksi Perikanan Perikanan (ton) (ton) No. Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Perikanan Perikanan Tangkap Laut Perairan Umum Perikanan Budidaya Budidaya Laut Tambak Kolam Keramba Jaring Apung Sawah TOTAL Sumber data: Perikanan dan Kelautan dalam Angka, Kementerian Kelautan dan Perikanan 2012 Produktivitas nelayan dan pembudidaya ikan perikanan Indonesia menunjukkan peningkatan. Tahun 2011 perikanan tangkap meningkat 0,49 persen dan perikanan budidaya meningkat 4,4 persen. Peningkatan produktifitas perikanan tersebut dikarenakan adanya peningkatan produktivitas tambak dan peningkatan produktivitas alat tangkap perairan umum, serta meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan pembudidayaan ikan. Namun, tingkat konsumsi ikan nasional pada 2010 mencapai 30,48 kg/kapita/tahun sedangkan pada 2011 rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional sebesar 31,64 kg/kapita atau dapat dikatakan mengalami peningkatan ratarata 3,81 persen dibandingkan konsumsi tahun Produktivitas Perkebunan Perkebunan merupakan usaha pertanian dengan lahan luas untuk menghasilkan komoditas perdagangan berbasis pertanian. Tabel 3.27 menyajikan berbagai komoditas perkebunan dalam 6 (enam) tahun terakhir. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 58

71 Tabel 3.26 Produktivitas Tanaman Perkebunan Tahun Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan 2013, Kementerian Pertanian Produktivitas Peternakan Peternakan merupakan kegiatan mengembang biakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut. Berikut ini gambaran produktivitas peternakan selama 3 tahun terakhir: Tabel 3.27 Produktivitas Peternakan Tahun No. Kegiatan Utama * 1. Sapi Potong ** 2. Sapi Perah ** 3. Kerbau ** 4. Kuda Kambing Domba Babi Ayam Buras Ayam Ras Petelur Ayam Ras Pedaging Itik Sumber : Direktorat jenderal Peternakan *Angka Sementara **Berdasarkan hasil pendataan lengkap sapi potong, sapi perah, dan kerbau tahun 2011 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 59

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 merupakan survey yang berskala Nasional, sehingga untuk menganalisa tingkat propinsi perlu dilakukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).

Lebih terperinci

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU I. Pendahuluan Propinsi Bengkulu telah berhasil melaksanakan Program Keluarga Berencana ditandai dengan penurunan fertilitas dari 3% hasil

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS

ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS 2015 (Disarikan dari Hartanto, W 2016, Analisis Data Kependudukan dan KB Hasil Susenas 2015, disajikan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BKKBN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program

Lebih terperinci

DAFTAR PARAMETER DASAR KEPENDUDUKAN TINGKAT NASIONAL, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

DAFTAR PARAMETER DASAR KEPENDUDUKAN TINGKAT NASIONAL, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA LAMPIRAN 1. DAFTAR PARAMETER DASAR KEPENDUDUKAN TINGKAT NASIONAL, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA No Tabel A KUANTITAS 1 Jumlah penduduk Banyaknya orang yang sudah SP (2000, SP (2000, SP (2000, BPS Sensus

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, tercatat saat ini jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa (menurut sensus 2010) dan laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi Indonesia di bidang kependudukan. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka

Lebih terperinci

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) BAB I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk adalah subyek dan obyek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup cepat. Berdasarkan penelitian Noya, dkk. (2009), penduduk Indonesia pada tahun 1971 berjumlah

Lebih terperinci

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia ==================================================================================== BAB I Pendahuluan Secara harfiah kata Demografi

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara sedang berkembang yang tidak luput dari masalah kependudukan. Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. Dari hasil penelitian diketahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk merupakan masalah utama yang sedang dihadapi negaranegara berkembang.

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU Oleh BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI MALUKU 2013 KATA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, maupun sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional adalah program untuk membantu keluarga termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik sehingga

Lebih terperinci

HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Laju pertumbuhan penduduk satu dasawarsa terakhir ini lebih tinggi

Lebih terperinci

hampir semua negara berkembang di dunia. Perubahan penduduk dipengaruhi oleh

hampir semua negara berkembang di dunia. Perubahan penduduk dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi hampir semua negara berkembang di dunia. Perubahan penduduk dipengaruhi oleh tiga komponen demografi

Lebih terperinci

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 200 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan termasuk pembangunan dibidang kesehatan harus didasarkan pada dinamika

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KKBPK SEMESTER I-TAHUN 2016

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KKBPK SEMESTER I-TAHUN 2016 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KKBPK SEMESTER I-TAHUN 2016 Oleh: Plt. Sekretaris Utama BKKBN Ipin ZA Husni Rapat Telaah Tengah Tahun (Review) Program KKBPK Tahun 2016 Jakarta, 4-7 September 2016 SISTEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya sangat padat. Hal ini terlihat dari angka kelahiran yang terjadi di setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk dunia saat ini 7,2 milyar jiwa (menurut CIA World Factbook Tahun 2015). Indonesia menduduki urutan keempat dengan jumlah penduduk terbanyak setelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk

I. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk merupakan modal dasar dan faktor dominan dalam pembangunan serta menjadi titik sentral dalam pembangunan

Lebih terperinci

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU irdsall, Kelley dan Sinding eds (2001), tokoh aliran Revisionis dalam masalah demografi membawa pemikiran adanya hubungan antara perkembangan penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian merupakan barometer status kesehatan, terutama kematian ibu dan kematian bayi. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia semakin meningkat. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memprediksikan tahun 2016 jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 miliyar, tahun

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013

ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013 ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA i NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya Perkawinan Anak, Moralitas Seksual, dan Politik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN SUMBER DATA

PENDAHULUAN SUMBER DATA PENDAHULUAN Masalah penduduk sangat mempengaruhi gerak pembangunan. KB merupakan salah satu program pembangunan di bidang kependudukan. Masalah kependudukan masih tetap mendapat perhatian yang besar dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah penduduk mencapai 7.608.405 jiwa, sedangkan hasil sensus penduduk tahun 2000 mencatat jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi 2015 Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 (Berdasarkan Proyeksi Penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan masalah besar bagi Negara di dunia khususnya Negara berkembang. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan telah menjadi perhatian pemerintah Indonesia sejak ditandatanganinya deklarasi mengenai kependudukan oleh para pemimpin dunia termasuk presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian terhadap penduduk terutama jumlah, struktur dan pertumbuhan dari waktu ke waktu selalu berubah. Pada zaman Yunani dan Romawi kuno aspek jumlah penduduk sangat

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007) GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007) I. Pendahuluan Propinsi Bengkulu telah berhasil melaksanakan Program Keluarga

Lebih terperinci

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA ii Kata Pengantar i DAFTAR ISI Kata Pengantar...i Daftar Isi... iii Daftar Tabel...v Daftar Gambar...xi Bab I KEPENDUDUKAN... 1 Bab II INDIKATOR GENDER... 9 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development

Lebih terperinci

TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI

TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI Dr. Junaidi, SE, M.Si (Disampaikan pada Rapat Koordinasi Perwakiltan BKKBN Provinsi Jambi tanggal 1 September 2016) I. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara termasuk Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia kurang lebih berjumlah 248,8 juta jiwa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian PRB (Population

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah kependudukan yang masih terjadi di Indonesia. Indonesia berada di urutan keempat negara dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang terjadi merupakan suatu permasalahan yang dihadapi Indonesia, maka diperlukan perhatian serta penanganan yang sungguh sungguh

Lebih terperinci

GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010-2035 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA PROVINSI JAWA TENGAH Bekerjasama dengan PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan lingkungan strategis baik nasional, regional maupun internasional, telah memberi pengaruh pada program keluarga berencana nasional di Indonesia. Perubahan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai laju pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah penduduk dari tahun 1971 yang berjumlah 119. 208. 229 orang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PROGRAM KB DI PROVINSI BENGKULU ( HASIL MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS )

PERKEMBANGAN PROGRAM KB DI PROVINSI BENGKULU ( HASIL MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS ) PERKEMBANGAN PROGRAM KB DI PROVINSI BENGKULU ( HASIL MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS 25 28) 1. Latar Belakang Perkembangan kependudukan diarahkan pada pengendalian kuantitas penduduk, pengembangan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak era reformasi digulirkan, program Keluarga Berencana (KB) dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun 1967 telah terjadi penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2010 2035 Dr. Sukamdi Agus Joko Pitoyo, M.A. Eddy Kiswanto, M.Si M. Arif Fahrudin Alfana PENDAHULUAN Proyeksi penduduk merupakan cara penggambaran jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49% per tahun. Jika laju pertumbuhan tidak ditekan maka jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan merupakan basis utama dan fokus dari segala persoalan pembangunan. Hampir semua kegiatan pembangunan baik yang bersifat sektoral maupun lintas sektor terarah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk terbesar di dunia adalah negara Republik Rakyat Cina, India, Amerika Serikat dan Indonesia merupakan negara terbesar ke empat di dunia. 1 Indonesia

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang semakin meningkat, penyebaran

Lebih terperinci

Ambon, 20 Mei Drs. Djufry Assegaff Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku. iii

Ambon, 20 Mei Drs. Djufry Assegaff Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku. iii KATA PENGANTAR Menyatukan persepsi atau pemahaman tentang penting dan strategisnya Program Kependudukan dan Keluarga Berencana bagi kesejahteraan dan kemajuaan daerah atau bangsa di masa depan merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilakukan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) merupakan bagian program pembangunan nasional di Indonesia yang sudah dimulai sejak masa awal pembangunan lima tahun (1969) yang bertujuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sangat berkaitan erat dengan kualitas masyarakat. Penduduk yang besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan berharga

Lebih terperinci

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 Laporan Pendahuluan Badan Pusat Statistik Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kementerian Kesehatan MEASURE DHS ICF International 1 Survei Demografi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN

LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN Http://arali2008.wordpress.com LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN OLEH Arsad Rahim Ali Staf Dinas Kesehatan Kab Polewali Mandar Analisa kependudukan dibatasi pada analisa distribusi jenis kelamin dan usia,

Lebih terperinci

SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003

SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003 SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003 BAB I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Secara kuantitatif demografis Program KB Nasional mempunyai fungsi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan kehidupannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memungkinkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

POLA, PERBEDAAN, DAN DETERMINAN KELUARGA BERENCANA. Perilaku praktek keluarga berencana (family planning practice):

POLA, PERBEDAAN, DAN DETERMINAN KELUARGA BERENCANA. Perilaku praktek keluarga berencana (family planning practice): POLA, PERBEDAAN, DAN DETERMINAN KELUARGA BERENCANA Perilaku praktek keluarga berencana (family planning practice): praktek masa kini (current practice): pemakaian (use), pemilihan (choice). dinamika praktek

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU dr. Budihardja, DTM&H, MPH Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Pertemuan Teknis Program Kesehatan Ibu Bandung,

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU

ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU 1. Sensus Penduduk 2010 dan penyebaran tingkat Kabupaten/Kota Penduduk Provinsi Bengkulu hasil sensus penduduk tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka kelahiran adalah melalui program keluarga berencana nasional. Program KB

BAB I PENDAHULUAN. angka kelahiran adalah melalui program keluarga berencana nasional. Program KB BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kondisi kependudukan di Indonesia saat sekarang ini baik dari segi kuantitas, kualitas, dan persebarannya masih merupakan tantangan yang berat bagi pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara berkembang (Saifuddin, 2005). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini cukup tinggi.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci