Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015"

Transkripsi

1 Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Surakarta Tahun 2015 Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page i

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga Laporan Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) Partisipatif Kota Surakarta Tahun 2015 dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini merupakan hasil partisipasi stakeholder di bidang ekonomi yang menjadi salah satu strategi pembangunan ekonomi wilayah yang tercantum dalam rencana pembangunan nasional dari Bappenas. Strategi ini sangat cocok untuk mendukung ekonomi wilayah yang mandiri dan berkelanjutan melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal. Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ekonomi daerah Kota Surakarta dengan berbasis pada potensi lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah. Fokus laporan ini adalah pada proses penilaian/persepsi dari stakeholder terkait kondisi PEL Kota Surakarta dan menghasilkan beberapa isu penting yang dapat dijadikan acuan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surakarta Tahun Kajian PEL dilaksanakan dengan melalui beberapa tahap, antara lain: mengevaluasi dokumen-dokumen terkait PEL Kota Surakarta yang sudah ada, pengumpulan pendapat stakeholder melalui kuesioner I dan II dari Bappenas, pengolahan data melalui RALED, perbandingan status PEL Tahun 2007 dan 2015, dan analisis program kegiatan PEL yang sudah dilakukan. Selanjutnya, laporan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang dapat menjelaskan berbagai permasalahan dan penerapan kebijakan PEL, dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya untuk kepentingan perencanaan dan evaluasi pembangunan daerah. Laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, namun harapan kami. Selanjutnya dalam kesempatan ini, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini. Surakarta Tahun Kepala Bappeda Kota Surakarta Ir. AHYANI, M.A. Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page ii

3 Daftar Isi Kata Pengantar ii Daftar Isi....iii Daftar Gambar.vi Daftar Tabel...vii BAB I PENDAHULUAN...1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Maksud dan Tujuan... 3 I.3 Manfaat... 4 I.4. Sasaran.4 I.5 Alur Pikir... 4 I.6. Keluaran/Output 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...9 II.1 Pengertjan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) II.2 Dimensi Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN...15 III.1 Metode Penelitian III.2 Data Primer Dan Data Sekunder...16 BAB IV ANALISIS FAKTOR PENGUNGKIT DAN STATUS PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL) DI KOTA SURAKARTA TAHUN IV.1 Dimensi Kelompok Sasaran IV.2 Dimensi Faktor Lokasi IV.3 Dimensi Kesinergian dan Fokus Kebijakan IV.4 Dimensi Pembangunan Berkelanjutan IV.5 Dimensi Tata Pemerintahan IV.6 Dimensi Proses Manajemen IV.7 Status Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta BAB V ANALISIS PEBANDINGAN PEL 2007 DAN PEL V.1 Dimensi 1 Kelompok Sasaran V.1.1 Isu 1: Pusat layanan investasi Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page iii

4 V.1.2 Isu 2 : Fasilitasi pelatihan kewirausahaan bagi usaha baru V.1.3 Isu 3 : Pendampingan dan monitoring bisnis pelaku usaha dan UKM...39 V.1.4 Isu4: Kampanye peluang usaha V.1.5 Isu 5 : Dukungan Pemerintah Kota Surakarta terhadap promosi produk UKM V.2 Dimensi 2 Faktor Lokasi V.2.1 Isu 1 : Pelayanan Perijinan Satu Atap V.2.2 Isu 2 : Fasilitas Umum dan Sosial V.2.3 Isu 3 : Kualitas Lingkungan V.2.4 Isu 4 : Kualitas Fasilitas Pendidikan V.2.5 Isu 5 : Kualitas Pelayanan Kesehatan V.3 Dimensi 3 - Sinergi dan Fokus Kebijakan V.3.1 Isu 1 : Kebijakan pembangunan kawasan industri...49 V.3.2 Isu 2 : Kebijakan pengembangan pusat pertumbuhan di pedesaan (agropolitan) dan perkotaan V.4 Dimensi 4 Pembangunan Berkelanjutan V.4.1 Isu 1 : Kontribusi PEL terhadap Peningkatan Kualitas Hidup dan Kesejahteraan Masyarakat Lokal...51 V.4.2 Isu 2 : Pengembangan Industri Pendukung untuk Keberlanjutan Sistem Industri 52 V.4.3 Isu 3 : Kebijakan Pemecahan Permasalahan Lingkungan V.4.4 Isu 4 : Pengelolaan dan Pendaur-ulangan Limbah V.5 Dimensi 5 Tata Pemerintahan V.5.1 Isu 1 : Status Asosiasi industri/komoditi/ Forum Bisnis Isu 2 : Reformasi sistem insentif pengembangan SDM aparatur dan insentif V.5.2 Isu 3 : Restrukturisasi organisasi pemerintah dengan mengadakan business forum,.. 56 V.6 Dimensi 6 Proses Manajemen..., V.6.1 Isu 1 : Sinkronisasi lintas sektoral dan spasial dalam perencanaan PEL.57 V.6.2 Isu 2 : Penggunaan hasil diagnosis sebagai dasar perencanaan PEL V.6.3 Isu 3 : Frekuensi dilakukan evaluasi mandiri (self-evaluation) PEL Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page iv

5 BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan VI.2 Rekomendasi Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page v

6 Daftar Gambar Gambar I.1: Alur Pikir Kajian PEL 5 Gambar 2.1: Heksagonal PEL 12 Gambar 4.1 Indeks Dimensi Kelompok Sasaran di Kota Surakarta. 19 Gambar 4.2 Faktor Pengungkit Dimensi PEL Kelompok Sasaran di Kota Surakarta...20 Gambar 4.3 Nilai Indeks Dimensi Faktor Lokasi di Kota Surakarta. 21 Gambar 4.4. Faktor Pengungkit PEL dimensi Faktor Lokasi di kota Surakarta..23 Gambar 4.5. Indeks Dimensi Kesinergian dan Fokus Kebijakan di Kota Surakarta. 24 Gambar 4.6. Faktor Pengungkit Kesinergian dan Fokus Kebijakan di Kota Surakarta...26 Gambar 4.7 Nilai indeks dimensi Pembangunan Berkelanjutan di Kota Surakarta...27 Gambar 4.8 Faktor Pengungkit Pembangunan Berkelanjutan di Kota Surakarta 29 Gambar 4.9. Nilai indeks dimensi Tata Pemerintahan di Kota Surakarta.. 30 Gambar 4.10 Faktor Pengungkit dimensi Tata Pemerintahan di Kota Surakarta 31 Gambar Nilai indeks dimensi Proses Manajemen di Kota Surakarta...32 Gambar 4.12 Faktor Pengungkit dimensi proses manajemen di Kota Surakarta. 33 Gambar 4.13 Status Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta. 34 Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page vi

7 Daftar Tabel Tabel 4.1. Status PEL Kota Surakarta 35 Tabel 5.1 Perbandingan faktor pengungkit kelompok sasaran PEL 2007 dan Tabel 5.2 Perbandingan faktor pengungkit faktor lokasi PEL 2007 dan Tabel 5.3 Perbandingan fokus dan sinergi kebijakan PEL 2007 dan Tabel 5.4 Perbandingan pembangunan berkelanjutan PEL 2007 dan Tabel 5.5 Perbandingan tata pemerintahan PEL 2007 dan Tabel 5.6 Perbandingan proses manajemen PEL Tahun 2007 dan Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page vii

8 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pencapaian keunggulan daya saing suatu daerah perlu diupayakan salah satunya melalui kajian Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL). Dari kajian PEL ini diharapkan daerah mampu mengidentifikasi produk-produk unggulan, kebijakankebijakan yang menunjang untuk menciptakan iklim unggulan dan teridentifikasinya potensi ekonomi melalui pemetaan wilayah kecamatan yang ada di daerah. Informasi produk unggulan dan potensi ekonomi antar wilayah suatu daerah dapat untuk menciptakan sentra-sentra unggulan masing-masing wilayah atau suatu produk yang akhirnya menjadi produk unggulan. Produk unggulan hanya dapat dihasilkan oleh perusahaan/industri unggulan yaitu perusahaan/industri yang mampu mengatasi perubahan dan persaingan pasar, untuk memperbesar pangsa pasar, skala usaha dan keuntungan. Perusahaan/industri unggulan ini hanya dapat tercipta pada sentra unggulan yaitu kelompok usaha yang saling terkait yang menghasilkan produktivitas yang tinggi. Sentra unggulan ini hanya dapat diciptakan pada daerah unggulan yaitu suatu daerah yang mampu memberikan iklim usaha yang paling kondusif bagi dunia usaha dan industri. Pengembangan Ekonomi Lokal didefinisikan sebagai usaha mengoptimalkan sumber daya lokal dengan melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal dan organisasi masyarakat madani untuk mengembangkan ekonomi pada suatu wilayah. Tujuan dari pelaksanaan PEL adalah bahwa nantinya daerah memiliki perencanaan strategi dan agenda program PEL yang terinternalisasi ke dalam kebijakan dan strategi daerah dan RPJMD. Selain itu tujuan akhirnya adalah bahwa daerah nantinya dapat mengimplementasikan berbagai program dan kegiatan dalam rangka Pengembangan Ekonomi Lokal. PEL merupakan pendekatan yang bersifat holistik dan komprehensif serta menekankan pada keterkaitan dan sinergi pembangunan yang ada dalam suatu wilayah tertentu. PEL menyediakan ruang dan membuka kesempatan kepada Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 1

9 seluruh komponen dalam suatu komunitas baik pemerintah, swasta, organisasi non profit dan masyarakat sipil lokal untuk bekerja sama memperbaiki perekonomian lokal. Jadi pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal merupakan pendekatan yang terintegrasi/terpadu yang terdiri dari : 1). Perencanaan (strategi dan program) Pengembangan Ekonomi Lokal yang terintegrasi ke dalam kebijakan dan strategi pembangunan daerah yang lebih luas, 2). Keterpaduan dalam stakeholder-multi stakeholder, 3). Keterpaduan dalam sektor-multi sektor. PEL diharapkan tidak hanya mampu memecahkan permasalahan ekonomi, tetapi juga aspek pembangunan lainnya yaitu peningkatan kualitas pembangunan dan perbaikan pada komunitas lokal dalam bentuk pengurangan tingkat kemiskinan, peningkatan kemandirian dan pemenuhan kebutuhan dasar manusia serta peningkatan daya saing daerah Oleh karena itu sangat penting untuk menyusun rancangan awal strategi dan program PEL sebagai dasar pelaksanaan kegiatan PEL dalam jangka menengah. Hasil dari kajian PEL ini berupa teridentifikasinya produkproduk unggulan, berbagai kebijakan yang telah disusun dan dijalankan serta inventarisasi potensi ekonomi masing-masing wilayah kecamatan di Kota Surakarta. Landasan hukum pelaksanaan kajian dan pemetaan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) adalah: Sesuai Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 47 Tahun 2014 Tentang Pedoman Umum Forum Economic Development and Employment Promotion pasal 1 ayat 7 menugaskan SKPD Provinsi Jawa Tengah yang memiliki tugas pokok dan fungsi untuk mendukung pelaksanaan Program Pengembangan Ekonomi Lokal melalui Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Pasal 8 menyebutkan Pengembangan Ekonomi Lokal yang selanjutnya disingkat PEL adalah forum kemitraan terlembaga bagi para pelaku ekonomi di daerah yang relevan yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan ekonomi melalui usaha-usaha/kegiatan bersama berbasis potensi lokal. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan Undang-Undang no 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dapat ditarik benang merah dari kedua undang-undang Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 2

10 tersebut bahwa urusan pemerintahan di bidang ekonomi (pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan,pertambangan, industri, pariwisata, dll) secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Dalam hal ini Pemerintah Daerah dituntut untuk membuat keputusan lokal dalam mendesain dan menerapkan strategi (penetapan isu PEL dan rencana aksi) pembangunan ekonomi lokal (PEL). PEL merupakan pendekatan yang bersifat holistik dan komprehensif serta menekankan pada keterkaitan dan sinergi pembangunan yang ada dalam suatu wilayah tertentu. PEL menyediakan ruang dan membuka kesempatan kepada seluruh komponen dalam suatu komunitas baik pemerintah, swasta, organisasi non profit dan masyarakat sipil lokal untuk bekerja sama memperbaiki perekonomian lokal. Jadi pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal merupakan pendekatan yang terintegrasi/terpadu yang terdiri dari : 1). Perencanaan (strategi dan program) Pengembangan Ekonomi Lokal yang terintegrasi ke dalam kebijakan dan strategi pembangunan daerah yang lebih luas, 2). Keterpaduan dalam stakeholder-multi stakeholder, 3). Keterpaduan dalam sektor-multi sektor. PEL diharapkan tidak hanya mampu memecahkan permasalahan ekonomi, tetapi juga aspek pembangunan lainnya yaitu peningkatan kualitas pembangunan dan perbaikan pada komunitas lokal dalam bentuk pengurangan tingkat kemiskinan, peningkatan kemandirian dan pemenuhan kebutuhan dasar manusia serta peningkatan daya saing daerah Oleh karena itu sangat penting untuk menyusun rancangan awal strategi dan program PEL sebagai dasar pelaksanaan kegiatan PEL dalam jangka menengah. Hasil dari kajian PEL ini berupa teridentifikasinya produkproduk unggulan, berbagai kebijakan yang telah disusun dan dijalankan serta inventarisasi potensi ekonomi masing-masing wilayah kecamatan di Kota Surakarta. I.2. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Maksud dari kegiatan kajian Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 3

11 adalah : Untuk mencari faktor pengungkit baru dalam bidang ekonomi dengan pemberdayaan ekonomi local. 2. Tujuan Tujuan dari kegiatan Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal adalah : a. Mengidentifikasi laporan, aktivitas dan kebijakan pemerintah daerah yang telah dilaksanakan dan dirasakan oleh stakeholder. b. Mengumpulkan hasil penilaian kinerja Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) oleh stakeholder dan instansi terkait sebagai masukan penyusunan kebijakan dan strategi daerah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). I.3. Manfaat 1. Sebagai bahan masukan/referensi bagi para pengambil kebijakan di Kota Surakarta dalam upaya Pengembangan Ekonomi Lokal. 2. Sebagai upaya dalam memfokuskan arah kebijakan dan strategi Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta. 3. Sebagai upaya dalam mensinergikan dan mengintegrasikan keseluruhan program Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta. I.4. Sasaran 1. Sebagai dokumen acuan Pemerintah Kota Surakarta dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta 2. Sebagai masukan penyusunan RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Kota Surakarta. 3. Mengidentifikasi potensi masalah, capaian dan tujuan PEL Kota Surakarta. I.5. Alur Fikir Adapun alur kerangka berfikir kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015 adalah sebagai berikut: Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 4

12 Identifikasi Stakeholder Pengembangan dan Penguatan Kemitraan TAHAP I PenetapanFa ktor Pengungkit PEL Pemetaan Status PEL Analisis Data Pengumpulan Data TAHAP II Penyusunan Rencana Tindak dan Pembiayaan Adopsi dalam Dokumen Rencana Daerah Penyusunan Rencana Bisnis RPJMD RKPD TAHAP III APBD Pelaksanaan PEL TAHAP IV Monitoring dan Evaluasi TAHAP V 6 Gambar I.1: Alur Pikir Kajian PEL a. Tahap I. Pengembangan dan Penguatan Kemitraan Strategis PEL Langkah 1 Identifikasi Stakeholder 1) Tujuan:Mengindentifikasi stakeholder kunci yang berperan dalam mempengaruhi dan yang terkena dampak suatu kebijakan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal 2) Output:Diketahuinya stakeholder kunci dalam Pengembangan Ekonomi Lokal 3) Caranya: melalui forum KPEL (bila ada) atau Bappeda dan asosiasi/forum bisnis Langkah 2 Pembentukan dan Pengembangan Forum Kemitraan PEL 1) Tujuan:Membangun kemitraan strategis antara pemerintah-dunia usaha pada daerah yang belum membentuk forum kemitraan PEL, dan Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 5

13 memperluas keanggotaan forum kemitraan PEL pada daerah yang sudah memiliki forum kemitraan PEL 2) Output:Dibentuk dan diperluasnya forum kemitraan PEL 3) Peran forum adalah; Membantu pemerintah dalam menyusun rencana dan anggaran yg berkaitan dengan PEL Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Lokal Memberi masukan dan saran kepada pemerintah dalam menyusun kebijakan PEL b. Tahap II Kajian Cepat Status PEL Langkah 3 Pengumpulan Data 1) Tujuan:Mengumpulkan data dasar PEL maupun data yang sesuai dengan kuesioner 2) Output:Terkumpulnya data dan informasi tentang PEL 3) Caranya : melalui FGD mengisi instrumen tersedia. Langkah 4 Analisis Data 1) Tujuan:Menganalisis data dengan menggunakan Rapid Assessment Techniques for Local Economic Development (RALED) 2) Output:Hasil Analisis PEL Langkah 5 Pemetaan Status PEL 1) Tujuan:Memetakan status PEL pada suatu wilayah ataupun status PEL suatu komoditi pada suatu wilayah 2) Output:Status PEL suatu wilayah ataupun status PEL suatu komoditi pada suatu wilayah 3) Hasilnya: Peta aspek PEL : < 50% buruk, 50-75% baik, > 75% sangat baik. Peta status PEL komoditas/wilayah Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 6

14 Langkah 6 Identifikasi Faktor Pengungkit PEL 1) Tujuan: Mengidentifikasi faktor pengungkit dari setiap aspek/komponen dari Heksagonal PEL 2) Output: Faktor pengungkit dari setiap aspek/komponen Heksagonal PEL c. Tahap III Penyusunan Rencana dan Anggaran Langkah 7 Penyusunan Rencana Tindak dan Pembiayaan PEL Tujuan: Menyusun rencana tindak PEL dan anggarannya berdasarkan faktor pengungkit PEL yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan melibatkan pemangku kepentingan lainnya secara partisipatif. Output: Rencana tindak PEL dan anggaran partisipatif terutama faktor pengungkit menjadi prioritas. Rencana tindak dimaksud: di sektor pemerintah setiap SKPD menyusun rencana tindak secara terpadu dengan SKPD lain dengan dikoordinasikan oleh Bappeda Kota Surakarta. Langkah 8 Penyusunan Rencana Bisnis 1) Tujuan: Menyusun rencana bisnis berdasarkan faktor pengungkit PEL yang dilaksanakan oleh dunia usaha dan organisasi masyarakat madani 2) Output: Rencana bisnis PEL Langkah 9 Integrasi ke dalam Dokumen Perencanaan Daerah 1) Tujuan: Memasukkan rencana tindak dan rencana bisnis ke dalam dokumen perencanaan daerah baik dalam jangka pendek maupun jangka menengah 2) Output: Dokumen perencanaan daerah yang telah memuat rencana tindak dan rencana bisnis PEL. Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 7

15 Langkah 10 Pelaksanaan PEL 1) Tujuan: Melaksanakan rencana tindak dan rencana bisnis PEL yang telah disusun oleh seluruh pemangku kepentingan kunci sesuai dengan tugas pokok dan fungsi mereka 2) Output: Kebijakan yang mendukung PEL d. Tahap V Monitoring dan Evaluasi PEL Langkah 11 Monitoring dan Evaluasi PEL 1) Tujuan: Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan PEL secara partisipatif oleh seluruh pemangku kepentingan kunci 2) Output: Pembangunan ekonomi wilayah yang berkelanjutan I.6. Keluaran/output Tersusunnya Dokumen Kajian analisis hasil penilaian Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) Kota Surakarta Tahun Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 8

16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) a. World Bank: Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) sebagai proses yang dilakukan secara bersama oleh pemerintah, usahawan, dan organisasi non pemerintah untuk menciptakan kondisi yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di tingkat lokal. b. Blakely and Bradshaw: Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) adalah proses dimana pemerintah lokal dan organisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang, memelihara, aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan c. International Labour Organization (ILO): Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) adalah proses partisipatif yang mendorong kemitraan antara dunia usaha dan pemerintah dan masyarakat pada wilayah tertentu, yang memungkinkan kerjasama dalam perancangan dan pelaksanaan strategi pembangunan secara umum, dengan menggunakan sumberdaya lokal dan keuntungan kompetitif dalam konteks global, dengan tujuan akhir menciptakan lapangan pekerjaan yang layak dan merangsang kegiatan ekonomi. d. A. H. J. Helming: Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) adalah suatu proses dimana kemitraan yang mapan antara pemerintah daerah, kelompok berbasis masyarakat, dan dunia usaha mengelola sumber daya yang ada untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan merangsang (pertumbuhan) ekonomi pada suatu wilayah tertentu. Menekankan pada kontrol lokal, dan penggunaan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik. e. Pengembangan Ekonomi Lokal Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) didefinisikan sebagai usaha mengoptimalkan sumber daya lokal dengan melibatkan pemerintah, dunia Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 9

17 usaha, masyarakat lokal dan organisasi masyarakat madani untuk mengembangkan ekonomi pada suatu wilayah. Tujuan dari pelaksanaan PEL adalah bahwa nantinya daerah memiliki perencanaan strategi dan agenda program PEL yang terinternalisasi ke dalam kebijakan dan strategi daerah dan RPJMD. Selain itu tujuan akhirnya adalah bahwa daerah nantinya dapat mengimplementasikan berbagai program dan kegiatan dalam rangka Pengembangan Ekonomi Lokal. PEL merupakan pendekatan yang bersifat holistik dan komprehensif serta menekankan pada keterkaitan dan sinergi pembangunan yang ada dalam suatu wilayah tertentu. PEL menyediakan ruang dan membuka kesempatan kepada seluruh komponen dalam suatu komunitas baik pemerintah, swasta, organisasi non profit dan masyarakat sipil lokal untuk bekerja sama memperbaiki perekonomian lokal. Jadi pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal merupakan pendekatan yang terintegrasi/terpadu yang terdiri dari : 1). Perencanaan (strategi dan program) Pengembangan Ekonomi Lokal yang terintegrasi ke dalam kebijakan dan strategi pembangunan daerah yang lebih luas, 2). Keterpaduan dalam stakeholder-multi stakeholder, 3). Keterpaduan dalam sektor-multi sektor. Dari berbagai definisi di atas maka dapat didefinisikan PEL adalah usaha mengoptimalkan sumber daya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal dan organisasi masyarakat madani untuk mengembangkan ekonomi pada suatu wilayah. Fokus PEL Definisi PEL tersebut memfokuskan kepada: 1) Peningkatan kandungan lokal; 2) Pelibatan stakeholders secara substansial dalam suatu kemitraan strategis; 3) Peningkatan ketahanan dan kemandirian ekonomi; 4) Pembangunan berkelanjutan; 5) Pemanfaatan hasil pembangunan oleh sebagian besar masyarakat lokal; 6) Pengembangan usaha kecil dan menengah; Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 10

18 7) Pertumbuhan ekonomi yang dicapai secara inklusif; 8) Penguatan kapasitas dan peningkatan kualitas sumber daya manusia; 9) Pengurangan kesenjangan antar golongan masyarakat, antar sektor dan antar daerah; 10) Pengurangan dampak negatif dari kegiatan ekonomi terhadap lingkungan. Batasan PEL Batasan batasan PEL adalah sebagai berikut: 1) Pengertian lokal yang terdapat dalam definisi PEL tidak merujuk pada batasan wilayah administratif tetapi lebih pada peningkatan kandungan komponen lokal maupun optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal. 2) PEL sebagai inisiatif daerah yang dilakukan secara partisipatif. 3) PEL menekankan pada pendekatan pengembangan bisnis, bukan pada pendekatan bantuan sosial yang bersifat karikatif. 4) PEL bukan merupakan upaya penanggulangan kemiskinan secara langsung. 5) PEL diarahkan untuk mengisi dan mengoptimalkan kegiatan ekonomi yang dilakukan berdasarkan pengembangan wilayah, pewilayahan komoditas,tata ruang, atau regionalisasi ekonomi. Tujuan dan sasaran PEL Tujuan dan sasaran meliputi : 1) Terlaksananya upaya percepatan Pengembangan Ekonomi Lokal melalui pelibatan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal, dan organisasi masyarakat madani dalam suatu proses yang partisipatif. 2) Terbangun dan berkembangnya kemitraan dan aliansi strategis dalam upaya percepatan Pengembangan Ekonomi Lokal diantara stakeholder secara sinergis. 3) Terbangunnya sarana dan prasarana ekonomi yang mendukung upaya percepatan Pengembangan Ekonomi Lokal. 4) Terwujudnya pengembangan dan pertumbuhan UKM secara ekonomis dan berkelanjutan. 5) Terwujudnya peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 11

19 6) Terwujudnya peningkatan pendapatan masyarakat, berkurangnya pengangguran, menurunnya tingkat kemiskinan. 7) Terwujudnya peningkatan pemerataan antar kelompok masyarakat, antar sektor dan antar wilayah. 8) Terciptanya ketahanan dan kemandirian ekonomi masyarakat lokal. II.2. Dimensi Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) Terdapat enam dimensi dalam Pengembangan Ekonomi Lokal, keenam dimensi atau aspek dalam Hexagonal PEL, yaitu (1) Dimensi Kelompok Sasaran, (2) Dimensi Faktor Lokasi, (3) Dimensi Kesinergian dan Fokus Kebijakan, (4) Dimensi Pembangunan Berkelanjutan, (5) Dimensi Tata Pemerintahan, dan (6) Dimensi Proses Manajemen. Keenam dimensi ini digambarkan pada hegsagonal PEL sebagai berikut: Heksagonal PEL Kelompok Sasaran Proses Manajemen Tata Kepemerintahan Pengembangan Ekonomi Wilayah Berkelanjutan Faktor Lokasi Pembangunan Berkelanjutan Kesinergian dan Fokus Kebijakan 14 Gambar 2.1: Heksagonal PEL Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 12

20 a. Kelompok Sasaran Kelompok sasaran ini terdidi dari: 1) Investor luar: Peraturan ttg kemudahan investasi, informasi prospek bisnis, kapasitas berusaha dan hukum, keamanan, kampanye, pusat pelayanan investasi 2) Pelaku Usaha Lokal : Modal, promosi, peningkatan teknologi, manajemen & kelembagaan 3) Pelaku Usaha Baru: Pelatihan kewirausahaan, pendampingan & monitoring, insentif, kecepatan ijin b. Faktor Lokasi Faktor lokasi meliputi: 1) Faktor lokasi terukur: Akses ke dan dari lokasi, akses ke pelabuhan laut dan udara, sarana transportasi, infrastruktur komunikasi, infrastruktur energi, ketersediaan air bersih, tenaga kerja trampil, Jumlah Lembaga Keuangan lokal, 2) Faktor lokasi tdk terukur untuk dunia usaha: Peluang kerjasama, Lembaga Penelitian 3) Faktor lokasi tidak terukur individual: Kualitas: pemukiman, lingkungan, fasilitas pendidikan dan pelatihan, pelayanan kesehatan, fasilitas sosial & fasilitas umum, etos kerja SDM c. Keterkaitan dan fokos kebijakan 1) Perluasan Ekonomi: Kebijakan: investasi, promosi, persaingan usaha, peran Perusahaan Daerah, jaringan usaha, informasi tenaga kerja, pengembangan keahlian 2) Pemberdayaan Masyarakat. & Pengembangan Komunitas Kebijakan: Pemberdayaan Masyarakat berbasis kemitraan swasta, pengurangan kemiskinan Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 13

21 3) Pembangunan Wilayah : Kebijakan: kawasan industri, pusat pertumbuhan, pengembangan komunitas, kerjasama antar daerah, tata ruang PEL, jaringan usaha antar sentra, sistem industri berkelanjutan d. Pembangunan Berkelanjutan 1) Ekonomi: Pengembangan Industri pendukung, perusahaan dengan Business Plan, perusahaan dengan inovasi 2) Sosial :Kontribusi terhadap kesejahteraan, PEL & adat/kelembagaan lokal 3) Lingkungan : - Penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), daur ulang, kebijakan Konservasi Sumber Daya Alam e. Tata Pemerintahan 1) Kemitraan Pemerintah & dunia usaha: Kemitraan: infrastrukturdan supra struktur, promosi & perdagangan, pembiayaan 2) Reformasi Sektor Publik :Reformasi: sistem insentif, restrukturisasi organisasi pemerintahan, prosedur pelayanan publik 3) Pengembangan Organisasi: asosiasi industri: status, peran, manfaat f. Proses Manajemen 1) Diagnosa secara partisipatif : Analisis & Pemetaan: potensi ekonomi, daya saing, kondisi politik lokal, serta identifikasi stakeholder 2) Perencanaan dan Implementasi secara partisipatif: Diagnosis vs perencanaan, jumlah stakeholder, sinkronisasi (sektoral dan spasial), implementasi vs perencanaan 3) Monev secara partisipatif : Keterlibatan stakeholder: indikator & monitoring dan evaluasi (monev), frekuensi: monev & diskusi pemecahan masalah, hasil monev vs perencanaan yg akan datang Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 14

22 BAB III METODE PELAKSANAAN III.1. Metode Penelitian 1. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner tentang Penentuan Nilai Indikator Pengembangan Ekonomi Lokal yang diterbitkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional kepada pemangku kepentingan yang meliputi instansi terkait, kelompok pelaku usaha dan akademisi. 2. Analisis Data Melakukan perhitungan NILAI Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) Kota Surakarta dan mencari faktor pengungkit dengan metode Analisis Rapid Assessment Techniques for Local Economic Development (RALED). Dilakukan terhadap keenam dimensi atau aspek dalam Hexagonal PEL, yaitu (1) Dimensi Kelompok Sasaran, (2) Dimensi Faktor Lokasi, (3) Dimensi Kesinergian danfokus Kebijakan, (4) Dimensi Pembangunan Berkelanjutan, (5) Dimensi Tata Pemerintahan, dan (6) Dimensi Proses Manajemen. 3. Melakukan FGD Dengan data dan faktor pengungkit dilanjutkan dengan analisis Faktor pengungkit PEL melalui Forum diskusi Kelompok (FGD) melibatkan pemangku kepentingan terhadap 6 dimensi faktor PEL tersebut III.2. Data Primer dan Data Sekunder 1. Data primer Data primer diambil dari para pemangku kepentingan yang terdiri dari pejabat dinas terkait, para pelaku usaha, akademisi dan kelompok sosial lainnya dengan menggunakan kuesioner tentang Penentuan Nilai Indikator Pengembangan Ekonomi Lokal yang diterbitkan Badan Perencanaan Pembangunan Nsional. Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 15

23 2. Data sekunder data-data laporan yang terkait PEL termasuk data hasil analisis PEL Tahun 2007 Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 16

24 BAB IV ANALISIS FAKTOR PENGUNGKIT DAN STATUS PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL) DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 Dalam rancangan pembangunan Bappenas, Pengembangan Ekonomi Lokal atau yang dikenal PEL merupakan salah satu strategi yang telah diterapkan diseluruh kabupaten dan kota di Indonesia. PEL merupakan metode perencanaan pembangunan dengan pendekatan partisipatif seluruh pemangku kepentingan (stakeholder). Pendekatan ini melibatkan dan pemberdayaan aktor lokal sebagai subyek sekaligus obyek, sehingga keberhasilan dan keberlanjutan PEL diharapkan dapat tercapai. Pada dasarnya upaya pengembangan ekonomi lokal partisipatif sudah diterapkan di Kota Surakarta. Upaya-upaya telah dilakukan dalam rangka mendukung PEL Kota Surakarta, antara lain dalam bentuk kajian status dan faktor pengungkit PEL yang dilakukan dengan model RALED (Rapid Assessment Techniques for Local Economic Development). Raled menggunakan enam dimensi atau aspek dalam Hexagonal PEL untuk menganalisis faktor penggerak dan menentukan status ekonomi suatu daerah atau kota. Dimensi tersebut adalah (1) Dimensi Kelompok Sasaran, (2) Dimensi Faktor Lokasi, (3) Dimensi Kesinergian dan Fokus Kebijakan, (4) Dimensi Pembangunan Berkelanjutan, (5) Dimensi Tata Pemerintahan, dan (6) Dimensi Proses Manajemen Pada Tahun 2007, Kota Surakarta pernah melakukan kajian status dan faktor pengungkit PEL. Tetapi dinamika yang terjadi selama implementasi PEL sedikit banyak telah mengubah status PEL dan permasalahan yang muncul ketika pelaksanaan pembangunan ekonomi di wilayah Kota Surakarta. Karena itu muncul kebutuhan kajian penentuan kondisi dan status PEL di Kata Surakarta saat ini. Hasil kajian ini selanjutnya menjadi alternatif masukan dalam Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 17

25 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) K ota Surakarta yang berakhir pada Tahun Kajian ini adalah bagian awal yang berisi review hasil pendapat stakeholder terhadap kondisi PEL Kota Surakarta dan hasil perhitungan Raled berupa status PEL dan faktor pengungkit dari keenam dimensi PEL. Selanjutnya hasil kajian berupa status dan faktor pengungkit PEL akan publikasikan ke stakeholder. Lalu melalui kegiatan Workshop, Focus Group Discussion (FGD) para Stakeholder secara partisipatif akan menyepakati permasalahan dan usulan perbaikan berdasarkan informasi dan pengetahuan yang dimiliki. Rekomendasi yang dihasilkan selanjutnya menjadi alternatif masukan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tahun Berikut ini akan diuraikan secara singkat status dan faktor pengungkit dari masing-masing dimensi Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta disajikan sebagai berikut : IV.I. Dimensi Kelompok Sasaran Ditinjau dari dimensi kelompok sasaran, nilai indeks Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta menunjukkan nilai sebesar 72,59 Hasil ini jauh lebih baik dari pada hasil kajian Tahun 2007 sebesar 69,64. Hal ini berarti bahwa dimensi kelompok sasaran dalam program PEL di Kota Surakarta berada dalam kondisi Cukup Baik dan terjadi peningkatan status sebesar 2,95 point. Secara skematis nilai kelompok sasaran dapat dilihat pada gambar berikut 1.1 Ditinjau dari dimensi kelompok sasaran, nilai indeks Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta menunjukkan nilai sebesar 72,59 Hasil ini jauh lebih baik dari pada hasil kajian Tahun 2007 sebesar 69,64. Hal ini berarti bahwa dimensi kelompok sasaran dalam program PEL di Kota Surakarta berada dalam kondisi Cukup Baik dan terjadi peningkatan status Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 18

26 sebesar 2,95 point. Secara skematis nilai kelompok sasaran dapat dilihat pada gambar berikut 4.1 Kelompok Sasaran 60 UP 40 Other Distingishing Features , GOOD 0 BAD Real Fisheries References Anchors -40 DOWN -60 Fisheries Sustainability Gambar 4.1 Indeks Dimensi Kelompok Sasaran di Kota Surakarta Faktor pengungkit (Leverage Factor) utama dari dimensi Kelompok Sasaran di Kota Surakarta agar kondisinya lebih baik lagi, apabila dilakukan beberapa program dan kegiatan. Menurut urutan prioritasnya adalah sebagai berikut : (1) Pusat Layanan Investasi (2) Fasilitasi pelatihan kewirausahaan bagi usaha baru, (3) Pendampingan dan monitoring bisnis pelaku usaha baru, (4) Kampanye Peluang Berusaha dan (5) Promosi Produk UKM dari Pemerintah Kota. Faktor Pengungkit ini selanjutnya dapat dijadikan dasar untuk menyusun rencana tindak PEL di Kota Surakarta secara rinci dapat dilihat pada gambar 4.2. berikut ini. Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 19

27 Leverage of Kelompok Sasaran Kecepatan pengurusan ijin bagi investasi baru 1, Insentif pemda dalam bentuk pemberian dana stimulan, dan keringanan biaya perijinan Pendampingan dan monitoring bisnis pelaku usaha baru Fasilitasi Pelatihan Kewirausahaan bagi Pelaku Usaha Baru Upaya Pemda untuk Peningkatan Teknologi, Manajemen dan Kelembagaan Lokal 1, , , , Attribute Promosi Produk UKM dari Pemda Upaya Fasilitasi Permodalan dari Pemda Pusat Layanan Investasi 1, , , Kampanye Peluang Berusaha 2, Keamanan 2, Kepastian Berusaha dan Hukum 2, Informasi Prospek Bisnis 1, Peraturan tentang Kemudahan Investasi 1, ,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100) Gambar 4.2 Faktor Pengungkit Dimensi PEL Kelompok Sasaran di Kota Surakarta Dari gambar di atas juga dapat diketahui bahwa kondisi yang dirasa oleh stakeholder yang menjadi responden adalah sudah cukup baik dan harus dipertahankan adalah Peraturan tentang Kemudahan Investasi, dan Insentif Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 20

28 pemda dalam bentuk pemberian dana stimulan, dan keringanan biaya perijinan. IV.2. Dimensi Faktor Lokasi Hasil analisis RALED terhadap dimensi Faktor Lokasi di Kota Surakarta menunjukkan nilai sebesar 86,32. Hal ini berarti dimensi Faktor Lokasi terjadi peningkatan status sebesar 27,20 poin jika dibandingkan dengan Tahun 2007 sebesar 57,12 poin. Nilai ini menunjukkan Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta dalam sangat baik. Secara Skematis nilai indeks dimensi Faktor Lokasi diperlihatkan pada gambar 4.3 Faktor Lokasi UP Other Distingishing Features , BAD GOOD Real Fisheries References Anchors -40 DOWN -60 Fisheries Sustainability Gambar 4.3 Nilai Indeks Dimensi Faktor Lokasi di Kota Surakarta Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 21

29 Faktor Pengungkit ( Laverage Factor) utama dari dimensi Faktor Lokasi di Kota Surakarta yang diurutkan berdasarkan prioritasnya adalah sebagai berikut: (1) Tenaga kerja trampil (2) Lembaga penelitian dan (3) Kualitas pemukiman. Hasil analisis atribut pengungkit dimensi ini disajikan pada gambar 4.4 Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 22

30 Leverage Faktor Lokasi Etos kerja SDM 0, Fasilitas umum dan fasilitas sosial 0, Kualitas Pelayanan Kesehatan 0, Kualitas dari fasilitas pendidikan 0, Kualitas Lingkungan 0, Kualitas Pemukiman 3, Lembaga penelitian 4, Attribute Peluang kerjasama dalam industri sejenis maupun industri hulu-hilir Jumlah Lembaga keuangan lokal 0, , Tenaga kerja trampil 4, ketersediaan air bersih 1, Infrastruktur Energi 1, Infrastruktur Komunikasi 1, Sarana Transportasi 1, Akses ke Pelabuhan Udara 0, Akses ke Pelabuhan Laut 0, Akses dari dan ke lokasi 0, ,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100) Gambar 4.4 Faktor Pengungkit PEL dimensi Faktor Lokasi di kota Surakarta Dari gambar di atas, kondisi PEL yang dirasa oleh stakeholder yang sudah cukup baik dan harus dipertahankan adalah Etos kerja SDM dan Fasilitas umum dan fasilitas sosial. Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 23

31 IV.3. Dimensi Kesinergian dan Fokus Kebijakan Jika hasil analisis RALED terhadap dimensi Kesinergian dan Fakus Kebijakan pata Tahun 2007 menunjukkan nilai sebesar 51,47 atau dalam kondisi agak baik (nyaris buruk), maka hasil Tahun 2015 menujukkan kemajuan yang sangat pesat dengan poin sebesar 72,34 atau terjadi peningkatan sebesar 20,87 poin. Secara grafis nilai Kesinergian dan Fakus Kebijakan diperlihatkan pada gambar 4.5 Kesinergian dan Fokus Kebijakan 60 UP 40 Other Distingishing Features , BAD GOOD Real Fisheries References Anchors -40 DOWN -60 Fisheries Sustainability Gambar 4.5 Indeks Dimensi Kesinergian dan Fokus Kebijakan di Kota Surakarta Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 24

32 Faktor pengungkit utama dari dimensi Kesinergian dan Fokus Kebijakan yang diurutkan berdasarkan urutan prioritasnya adalah sebagai berikut: (1) Kebijakan Pengembangan keahlian, (2) Kebijakan informasi bursa tenaga kerja, (3) Kebijakan pembangunan kawasan industri dan (4) Kebijakan pengembangan pusat pertumbuhan di perdesaan (agropolitan) dan perkotaan. Hasil analisis atribut pengungkit dimensi ini disajikan pada gambar 4.6. Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 25

33 Leverage Kesinergian dan Fokus Kebijakan Kebijakan pengembangan jaringan usaha antar sentra usaha 1, Kebijakan tata ruang PEL 0, Attribute Kebijakan kerjasama antar daerah/pemda Kebijakan pengembangan komunitas sep:perbaikan lingkungan, perbaikan kampung Kebijakan pengembangan pusat pertumbuhan di perdesaan (agropolitan) dan perkotaan Kebijakan pembangunan kawasan industri hinterland/ industri Kebijakan pengurangan kemiskinan secara partisipatif Kebijakan pemberdayaan masyarakat berbasis kemitraan dengan dunia usaha Kebijakan Pengembangan keahlian 2, , , , , , , Kebijakan informasi bursa tenaga kerja Kebijakan pengembangan jaringan usaha antar pelaku ekonomi Kebijakan peningkatan peran Perusahaan Daerah 2, , , Kebijakan pemberdayaan UKM 1, Kebijakan persaingan usaha 1, Kebijakan promosi daerah 1, Kebijakan peningkatan investasi 0, ,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100) Gambar 4.6 Faktor Pengunkit dimensi Kesinergian dan Fokus Kebijakan di Kota Surakarta Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 26

34 Kebijakan PEL yang dirasa oleh stakeholder yang sudah cukup baik dan harus dipertahankan adalah Kebijakan peningkatan investasi dan Kebijakan tata ruang PEL. IV.4. Dimensi Pembangunan Berkelanjutan Hasil analisis dimensi Pembangunan Berkelanjutan dalam pengembangunan ekonomi lokal di Kota Surakarta Tahun 2015 menunjukkan nilai 65,16 dan ini berati tidak terjadi perubahan signifikan dari Tahun 2007 sebesar 65,15. Hal ini berarti bahwa dimensi Pembangunan Berkelanjutan di kota Surakarta berada dalam masih dalam kondisi cukup baik. Secara grafis nilai indeks dimensi Pembangunan Berkelanjutan dapat dilihat pada gambar 4.7 Pembangunan Berkelanjutan 60 UP 40 Other Distingishing Features , GOOD 0 BAD Real Fisheries References Anchors -40 DOWN -60 Fisheries Sustainability Gambar 4.7 Nilai indeks dimensi Pembangunan Berkelanjutan di Kota Surakarta Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 27

35 Faktor Pengungkit utama dari dimesi Pembangunan Berkelanjutan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta yang diurutkan berdasarkan prioritasnya adalah sebagai berikut : (1) Kontribusi PEL terhadap peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat lokal, (2) Pengembangan industri pendukung untuk keberlanjutan sistem industri, (3) Kebijakan pemecahan permasalahan lingkungan dan (4) Pengelolaan dan pendaur ulangan limbah. Hasil analisis atribut pengungkit (lavegare atributes) untuk dimensi Pembangunan berkelanjutan di Kota Surakarta secara rinci disajikan pada gambar 4.8 Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 28

36 Leverage Pembangunan Berkelanjutan Kebijakan konservasi sumber daya alam dalam PEL 2, Pengelolaan dan pendaur ulangan limbah 2, Kebijakan pemecahan permasalahan lingkungan 2, PEL mempertimbangkan Keberadaan adat dan kelembagaan lokal 2, Attribute Kontribusi PEL terhadap peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat lokal 3, Jumlah perusahaan yang melakukan Inovasi pengembangan produk dan pasar 2, Jumlah perusahaan yang telah memiliki Business plan 2, Pengembangan industri pendukung untuk keberlanjutan sistem industri 3, Sistem industri yang berkelanjutan 2, ,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100) Gambar 4.8 Faktor Pengungkit dimensi Pembangunan Berkelanjutan di Kota Surakarta. IV.5. Dimensi Tata Pemerintahan Jika pada Tahun 2007, status dimensi tata pemerintahan dalam kajian PEL di Kota Surakarta memiliki nilai indeks sebesar 56,10, maka pada Tahun 2015 meningkat sebesar 5,14 poin menjadi 61,24 poin. Hasil ini menunjukkan nilai tata pemerintahan berada dalam kondisi Cukup baik. Secara grafis nilai indeks Tata Pemerintahan disajikan pada gambar 4.9 Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 29

37 Tata Pemerintahan 60 UP 40 Other Distingishing Features BAD GOOD 61, Real Fisheries References Anchors -40 DOWN -60 Fisheries Sustainability Gambar 4.9 Nilai indeks dimensi Tata Pemerintahan di Kota Surakarta Faktor Pengungkit ( laverage factor) utama dari dimensi Tata Pemerintahan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta yang diurutkan berdasarkan prioritasnya adalah sebagai berikut : (1) Prosedur pelayanan administrasi publik (2) Status Asosiasi industri/komoditi/ Forum Bisnis, (3) Reformasi sistem insentif pengembangan SDM aparatur dan (4) Restrukturisasi organisasi pemerintah. Surakarta secara rinci disajikan pada gambar 4.10 Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 30

38 Leverage Tata Pemerintahan Manfaat asosiasi/organisasi bagi anggotanya 0, Peran Asosiasi industri/komoditi/ Forum bisnis terhadap perbaikan kebijakan pemerintah di bidang PEL 1, Status Asosiasi industri/ komoditi/ Forum Bisnis 3, Prosedur pelayanan administrasi publik 3, Attribute Restrukturisasi organisasi pemerintah 2, Reformasi sistem insentif pengembangan SDM aparatur 3, Kemitraan di bidang pembiayaan usaha 2, Kemitraan di bidang promosi dan perdagangan 2, Kemitraan di bidang infrastruktur 1, ,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100) Gambar 4.10 Faktor Pengungkit dimensi Tata Pemerintahan di Kota Surakarta. Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 31

39 IV.6. Dimensi Proses Manajemen Pada Tahun 2007, dimensi Proses Manajemen dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta berada pada kondisi buruk dengan skor nilai indeks sebasar 45,53 atau berada dibawah angka 50. Maka pada Tahun 2015 hasil penilaian dari para stakehoder saat ini terjadi sedikit peningkatan sebesar 7,72 atau pada pososi nilai indeks sebesar 53,25. Hal ini berarti bahwa dimensi Proses Manajemen terjadi peningkatan status kondisi cukup baik. Secara grafis nilai indeks Proses Manajemen disajikan pada gambar 6.1 Proses Manajemen 60 UP 40 Other Distingishing Features , GOOD 0 BAD Real Fisheries References Anchors -40 DOWN -60 Fisheries Sustainability Gambar 4.11 Nilai indeks dimensi Proses Manajemen di Kota Surakarta Faktor Pengungkit (laverage factor) utama dari dimensi Proses Manajemen dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta yang diurutkan berdasarkan prioritasnya adalah sebagai berikut : (1) Analisis dan pemetaan potensi ekonomi, (2) Penggunaan hasil evaluasi dalam perbaikan Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 32

40 perencanaan, (3) frekuensi dilakukannya diskusi bagi proses pemecahanan masalah dan (4) Penilaian terhadap daya saing wilayah. Leverage Proses Manajemen Penggunaan hasil evaluasi dalam perbaikan perencanaan Frekuensi dilakukan diskusi bagi proses pemecahan permasalahan 0, , Frekuensi dilakukan evaluasi mandiri (self evaluation) 0, Keterlibatan stakeholder dalam proses monitoring dan evaluasi 0, Keterlibatan Stakholder dalam proses penyusunan indikator evaluasi 0, Attribute Kesesuaian implementasi dengan perencanaan Sinkronisasi lintas sektoral dan spasial dalam perencanaan PEL Jumlah stakeholder yang terlibat dalam proses perencanaan PEL Penggunaan hasil diagnosis sebagai dasar perencanaan PEL 0, , , , Identifikasi stakeholder PEL 0, Pemetaan kondisi politik lokal 0, Penilaian terhadap daya saing wilayah 0, Analisis dan pemetaan potensi ekonomi 0, ,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100) Gambar 4.12 Faktor Pengungkit dimensi Proses Manajemen di Kota Surakarta. Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 33

41 Proses manajemen yang dirasa oleh stakeholder yang sudah cukup baik dan harus dipertahankan adalah Identifikasi stakeholder PEL, Keterlibatan stakeholder dalam proses monitoring dan evaluasi dan Keterlibatan Stakeholder dalam proses penyusunan indikator evaluasi IV.7. Status Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Status Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Kelompok Sasaran ,59 Proses Manajemen 53, Faktor Lokasi 86,32 0 Tata Pemerintahan 61,24 65,16 72,34 Kesinergian dan Fokus Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Gambar 4.13 Status Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Dari hasil analisis RALED yang didukung dengan diagram layang-layang, dapat disimpulkan bahwa lima dari enam dimensi Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) di Kota Surakarta berada pada kondisi atau status cukup baik, ada satu dimensi memiliki nilai diatas 80 dan lima dimensi memiliki nilai atara 50 hingga 80. Berdasarkan data tersebut maka dalam rangka Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta, dimensi Proses manajemen harus mendapatkan perhatian serius. Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 34

42 Sedangkan status PEL Kota Surakarta adalah Cukup baik dengan nilai total (setelah dikalikan dengan bobot) sebesar 72,34. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4.1. Status PEL Kota Surakarta No ASPEK PEL Indek Aspek PEL Bobot Gabungan Jumlah 1 Kelompok Sasaran 72,59 0,372 27,04 2 Faktor Lokasi 86,32 0,262 22,60 3 Fokus dan Sinergi Kebijakan 72,34 0,046 3,32 4 Pembangunan Berkelanjutan 65,16 0,169 10,99 5 Tata Pemerintahan 61,24 0,055 3,34 6 Proses Manajemen 53,25 0,095 5,06 72,34 Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 35

43 BAB V ANALISIS PERBANDINGAN HASIL PEL 2007 DAN PEL 2015 Berikut ini dijelaskan perbandingan prioritas faktor pengungkit Tahun 2007 dan V.1. Dimensi 1 Kelompok Sasaran Terdapat kesamaan faktor pengungkit yang ada di Tahun 2007 dan 2015 yakni Pusat layanan investasi, Fasilitasi pelatihan kewirausahaan bagi usaha baru dan Kampanye peluang usaha. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga indikator tersebut tetap menjadi prioritas pemerintah kota Surakarta untuk meningkatkan ekonomi lokal. Tabel 5.1 Perbandingan faktor pengungkit kelompok sasaran PEL Tahun 2007 dan 2015 No Tahun Pusat layanan investasi Pusat Layanan Investasi 2 Keamanan Fasilitasi pelatihan kewirausahaan bagi usaha baru 3 Promosi produk UKM dari Pemda Pendampingan dan monitoring bisnis pelaku usaha baru, Produk UKM dari Pemda 4 Kampanye peluang usaha Kampanye Peluang Berusaha 5 Fasilitas pelatihan kewirausahaan bagi usaha baru Promosi Produk UKM dari Pemda ini adalah : Program yang sudah dilakukan untuk menyelesaikan masalah indikator Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 36

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 71 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Status Keberlanjutan dan Faktor Pengungkit Aspek Kelompok Sasaran Dari hasil RapAnalysis diketahui nilai indeks keberlanjutan Kelompok Sasaran dalam Pengembangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 39 III. METODOLOGI KAJIAN 3. Kerangka Pemikiran Pengembangan ekonomi lokal merupakan usaha untuk mengoptimalkan sumberdaya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal, dan organisasi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

PENENTU DAYA SAING NASIONAL

PENENTU DAYA SAING NASIONAL PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL 1 PENENTU DAYA SAING NASIONAL STRATEGI PERUSAHAAN, STRUKTUR, DAN PERSAINGAN KONDISI FAKTOR KONDISI PERMINTAAN INDUSTRI TERKAIT DAN INDUSTRI PENDUKUNG MICHAEL PORTER, 1990 PENENTU

Lebih terperinci

BAB V. kelembagaan bersih

BAB V. kelembagaan bersih 150 BAB V ANALISIS KEBERLANJUTAN 5.1 Analisis Dimensional Analisis keberlanjutan pengelolaan air baku lintas wilayah untuk pemenuhan kebutuhan air bersih DKI Jakarta mencakup empat dimensi yaitu dimensi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DAN DAERAH PRODUK UNGGULAN KARET KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

ANALISIS PEMETAAN STATUS PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL) DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS PEMETAAN STATUS PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL) DI KABUPATEN SUKOHARJO SEPA : Vol. 9 No.1 September 2012 : 50 63 ISSN : 1829-9946 ANALISIS PEMETAAN STATUS PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL) DI KABUPATEN SUKOHARJO R. KUNTO ADI Staf Pengajar Program Studi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Kerja (Renja) SKPD merupakan dokumen perencanaan dan pendanaan yang berisi program dan kegiatan SKPD sebagai penjabaran dari RKPD dan Renstra SKPD dalam satu

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik senantiasa melaksanakan perbaikan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG,

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG, PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendorong percepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Lampung adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, yang merupakan penjabaran dari Rencana

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA BATAM BATAM, 8 DESEMBER 2011

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA BATAM BATAM, 8 DESEMBER 2011 PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA BATAM 3 BATAM, 8 DESEMBER 2011 VISI TATANAN PERADABAN Pendorong kesejahteraan: OPTIMALISASI DAN PENGEMBANGAN BANDAR INTERNASIONAL. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

KABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK

KABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK PEMERINTAH KABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 Kata Pengantar Rencana Kerja ( Renja ) Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Tahun 2016

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Jawa Barat adalah suatu muara keberhasilan pelaksanaan pembangunan Jawa Barat. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mengemban

Lebih terperinci

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan tentang studi pengembangan wilayah di Kapet Bima dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kapet Bima memiliki beragam potensi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Sumbawa pada tahun anggaran 2017 telah menyusun tema pembangunan daerah yang berorientasi pada upaya Pemantapan Pelayanan Publik dan Percepatan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR JL. GAYUNG KEBONSARI NO. 167 SURABAYA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA Sungailiat, 14 Maret 2017 Oleh: Dr. YAN MEGAWANDI, SH., M.Si. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung OUTLINE PERIODESASI DOKUMEN PERENCANAAN CAPAIAN

Lebih terperinci

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Lampiran. 200 20 202 203 204 2 3 4 5 6 7 8 9 PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 67,7 68 68,5 7 72,2 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA. Meningkatkan indek kualitas pembangunan manusia

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan Judul : Analisis Keberlanjutan Usahatani Kedelai melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Kabupaten Jember Peneliti : Titin Agustina 1 Mahasiswa Terlibat : Dewina Widyaningtyas 2 Sumberdana :

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Misi adalah rumusan umum mengenai

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi a. Visi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) sebagai bagian integral dari Pemerintah Kuantan Singingi

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Penyediaan Air Minum. Sanitasi. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL INDUSTRI ALAS KAKI YANG BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL INDUSTRI ALAS KAKI YANG BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BOGOR Kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal Industri Alas Kaki yang Berkelanjutan (R. Kusumawati et al.) ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL INDUSTRI ALAS KAKI YANG BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BOGOR

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Bengkulu Utara selama lima tahun, yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun

Lebih terperinci

Perencanaan dan Perjanjian Kerja

Perencanaan dan Perjanjian Kerja BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kerja 2.1 Rencana Strategis Renstra Bappeda Litbang disusun adalah dalam rangka mewujudkan visi dan misi daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Kebijakan Pemerintahan Daerah telah termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL I A Program Percepatan Pembangunan Daerah pusat produksi daerah 1. Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) atau Support for Poor and Disadvantaged Area (SPADA) merupakan salah satu program dari pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016-2020 DENGAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018 SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018 Gorontalo, 3-4 April 2018 S U L AW E S I B A R AT MELLETE DIATONGANAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Pembaharuan tata kelola pemerintahan, termasuk yang berlangsung di daerah telah membawa perubahan dalam berbagai dimensi, baik struktural maupun kultural. Dalam hal penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 PAPARAN Palangka Raya, 20 Maret 2017 FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 KEPALA BAPPEDALITBANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI 8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif

Lebih terperinci

Bambang P.S Brodjonegoro FEUI & KPPOD

Bambang P.S Brodjonegoro FEUI & KPPOD DAYA SAING DAERAH Bambang P.S Brodjonegoro FEUI & KPPOD Desentralisasi Sebagian besar kewenangan pemerintahan sudah beralih ke daerah Daerah menjadi unit ekonomi yang mandiri dan bertanggung g jawab terhadap

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2007-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kubu Raya Tahun 2009-2029, bahwa RPJMD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N Lampiran : Peraturan Bupati Semarang Nomor : 46 Tahun 2013 Tanggal : 30 Mei 2013 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II)

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II) RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN 2013-2018 (PERUBAHAN II) B a d a n P e r e n c a n a a n P e m b a n g u n a n D a e r a h y a n g P r o f e s i o n a l, A n d a l d a n K r e d i b e l Untu

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM Deputi Meneg PPN/Kepala Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan UKM Rakornas Gubernur dan Bupati/Walikota dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pencapaian tujuan daerah diawali dengan perumusan perencanaan yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan mengemukakan beberapa isu strategis

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Misi adalah rumusan umum

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah,

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah, KATA PENGANTAR Alhamdulillaah, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan petunjuk- Nya kami telah menyusun dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi Disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Pusat Statistik (BPS) dalam mengukur kemiskinan menggunakan konsep kemampuan seseorang memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) A.1. Visi dan Misi Visi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 2018 adalah Terwujudnya masyarakat Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai

Lebih terperinci

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) Deputi Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Rapat Pedoman Teknis Perumusan RAN TPB Jakarta, 23 Juni 2016 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

IX. KETERKAITAN ANTARA ALTERNATIF STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN IDENTIFIKASI WILAYAH CIANJUR SELATAN

IX. KETERKAITAN ANTARA ALTERNATIF STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN IDENTIFIKASI WILAYAH CIANJUR SELATAN 147 IX. KETERKAITAN ANTARA ALTERNATIF STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN IDENTIFIKASI WILAYAH CIANJUR SELATAN Beberapa permasalahan yang terjadai dalam proses pembangunan wilayah di Kabupaten Cianjur diantaranya

Lebih terperinci

Pendahuluan. Latar Belakang

Pendahuluan. Latar Belakang Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan yang dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2008 2013 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Namun

Lebih terperinci

Visi TERWUJUDNYA KOTA JAMBI SEBAGAI PUSAT PERDAGANGAN DAN JASA BERBASIS MASYARAKAT YANG BERAKHLAK DAN BERBUDAYA. Misi

Visi TERWUJUDNYA KOTA JAMBI SEBAGAI PUSAT PERDAGANGAN DAN JASA BERBASIS MASYARAKAT YANG BERAKHLAK DAN BERBUDAYA. Misi BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH 2.1. VISI MISI Visi dan Misi yang telah dirumuskan dan dijelaskan tujuan serta sasarannya perlu dipertegas dengan bagaimana upaya atau cara untuk mencapai tujuan dan

Lebih terperinci

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL TAHUN 2009-2014 A. Rencana Strategis BKPM Tahun 2009-2014 Rencana Strategis (Renstra) BKPM yang disusun merupakan fungsi manajemen untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan

Lebih terperinci