SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI LOKAL DENGAN DAGING SAPI IMPOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI LOKAL DENGAN DAGING SAPI IMPOR"

Transkripsi

1 SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI LOKAL DENGAN DAGING SAPI IMPOR (Studi Kasus di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta) SKRIPSI YUKI MASILIANA BERNADIEN H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 RINGKASAN YUKI MASILIANA BERNADIEN. Sikap dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal dengan Daging Sapi Impor (Studi Kasus di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta). Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA) Daging sapi adalah salah produk daging yang memiliki nilai perekonomian dan permintaan pasar yang tinggi. Hal ini dibuktikan dari peningkatan permintaan daging sapi sebesar 5 persen per tahunnya. Sayangnya peningkatan permintaan tersebut masih belum diimbangi oleh produksi daging sapi yang memadai sehingga untuk memenuhi permintaan tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengimpor. Adanya kebijakan impor inilah yang kemudian memberikan dua jenis daging sapi di pasaran, yaitu daging sapi lokal dan daging sapi impor. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi karakteristik konsumen daging sapi lokal dan daging sapi impor, (2) mengidentifikasi sikap konsumen untuk daging sapi lokal dengan daging sapi impor, dan (3) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi tersebut. Penelitian dilakukan dari bulan Maret hingga April 2012 di Kecamatan Setiabudi, Jakarta. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan dua tahap. Pertama, menentukan secara acak sederhana dua kelurahan yang akan dijadikan tempat pengambilan sampel. Kedua, memilih masing-masing 25 responden dari dua kelurahan tersebut, sehingga total responden dalam penelitian ini terdiri dari 50 orang. Responden dalam penelitian dipilih secara purposive sampling berdasarkan tempat tinggal serta kesediaan mereka untuk diwawancarai dan mengisi kuesioner yang disediakan. Metode pengolahan dilakukan secara kuantitatif dan deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik responden daging sapi lokal dan impor. Sedangkan analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan model sikap multiatribut Fishbein dan analisis regresi. Secara umum karakteristik responden yang sering mengkonsumsi daging sapi lokal dengan responden yang sering mengkonsumsi daging sapi impor tidak banyak perbedaan. Masing-masing memiliki karakteristik berusia antara 17 hingga 26 tahun, wanita, memiliki latar belakang pendidikan terakhir adalah SMA, berpenghasilan antara Rp Rp , memiliki jumlah anggota keluarga antara 4 hingga 6 orang serta memiliki anggaran belanja (pengeluaran) untuk kelompok daging sebesar Rp Rp per bulan. Perbedaan karakteristik responden daging sapi lokal dengan daging sapi impor terletak pada karakteristik pekerjaan. Responden daging sapi lokal kebanyakan memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sementara responden daging sapi impor kebanyakan adalah pegawai swasta. Dilihat dari pola konsumsi daging sapi mereka, responden daging sapi lokal lebih sering membeli daging sapi rata-rata 0,5-1,5 kg per bulan di pasar tradisional. Selain itu responden daging sapi lokal juga lebih banyak yang menyajikan hidangan berbahan baku daging sapi sebanyak 1-2 kali seminggu di

3 rumah mereka. Sementara untuk responden daging sapi impor rata-rata mereka membeli daging sapi sebanyak 1,51-2,5 kg per bulan di supermarket. Responden daging sapi impor lebih banyak menyajikan hidangan berbahan baku daging sapi sebanyak 3-4 kali seminggu di rumah mereka. Berdasarkan hasil dari Multiatribut Fishbein, secara keseluruhan konsumen di Kecamatan Setiabudi memiliki sikap yang lebih positif terhadap daging sapi lokal dibandingkan daging sapi impor karena responden menilai semua atribut daging sapi lokal lebih baik daripada atribut daging sapi impor. Meskipun begitu beberapa atribut dari daging sapi lokal perlu ditingkatkan kualitasnya agar semakin banyak orang yang mengkonsumsinya. Berdasarkan hasil analisis regresi, faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi pembelian daging sapi lokal adalah frekuensi konsumsi dan jumlah anggota keluarga. Sementara faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi pembelian daging sapi impor adalah frekuensi konsumsi dan usia.

4 SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI LOKAL DENGAN DAGING SAPI IMPOR (Studi Kasus di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta) YUKI MASILIANA BERNADIEN H Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

5 Judul Skripsi : Sikap dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembellian Daging Sapi Lokal dengan Daging Sapi Impor (Studi Kasus di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta) Nama NIM : Yuki Masiliana Bernadien : H Disetujui, Pembimbing, Ir. Netti Tinaprilla, M.MA NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus:

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Sikap dan Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal dengan Daging Sapi Impor (Studi Kasus di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2012 Yuki Masiliana Bernadien H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 Desember 1990 sebagai anak dari pasangan Bapak Masduki Dullah Zaini dan Ibu Rahayu Kriswiyani. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara. Penulis mengawali pendidikannya pada tahun 1995 di TK Tegal, Jakarta. Kemudian melanjutkan ke SD Perguruan Cikini, Jakarta pada tahun 1996 dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya ke SMP Negeri 115 Jakarta dan lulus tahun Setelah menempuh pendidikan menengah pertama, di tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 26 Jakarta dan lulus pada tahun Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat, pertolongan dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berjudul Sikap dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal dengan Daging Sapi Impor (Studi Kasus di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta). Sikap konsumen merupakan salah satu faktor yang menjadi bagian dari perilaku konsumen dimana nantinya akan menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada. Sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dengan daging sapi impor perlu diketahui agar para pelaku usaha daging sapi mengetahui bagaimana sikap konsumen terhadap dua jenis daging tersebut serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi pembelian tersebut sehingga mereka dapat mengembangkan produk daging sapi yang sesuai dengan keinginan konsumen. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Juli 2012 Yuki Masiliana Bernadien

9 UCAPAN TERIMAKASIH Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik dari segi moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Ir. Netti Tinaprilla, M.MA, yang telah memberikan bimbingan, masukan serta wawasan yang tidak ternilai harganya selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Febriantina Dewi, SE, MSc selaku dosen penguji utama yang telah memberikan koreksi, masukan, dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. 3. Ibu Siti Jahroh, Ph.D selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan koreksi, masukan dan saran untuk penulisan yang lebih baik. 4. Bapak Sekretaris Camat yang telah membantu memberikan masukan serta informasi yang sangat berharga bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini. 5. Ibu, Ayah dan Kakakku yang senantiasa memberikan bantuan, dukungan, dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan tetap semangat dalam menjalani semuanya. 6. Sahabat-sahabatku yang selama ini telah menyemangatiku dalam menulis skripsi ini. 7. Temanku Farah Ratih yang bersedia menjadi pembahas seminar dan telah memberikan kritik dan sarannya yang sangat berharga. 8. Teman-teman seperjuanganku Fitri, Dian dan Ruri. Terima kasih atas masukan, dukungan, bantuan dan kebersamaannya selama ini. 9. Rekan-rekan Agribisnis angkatan 45, terima kasih atas keceriaan dan kebersamaannya selama ini. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberkati dan melimpahkan kasih dan karunia-nya.

10 Mudah-mudahan segala perhatian, doa dan bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini menjadi amal baik dan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Bogor, Juli 2012 Yuki Masiliana Bernadien

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA Pola Konsumsi Daging Sapi Atribut-atribut yang Diperhatikan Konsumen Ketika Membeli Daging Sapi Alat Analisis untuk Mengukur Sikap Konsumen... 8 III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perilaku Konsumen Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Sikap dan Fungsi Sikap Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penentuan Sampel Data dan Instrumentasi Metode Pengolahan Data Analisis Deskriptif Model Sikap Atribut Fishbein Analisis Regresi Definisi Operasional V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Daging Sapi Lokal dan Daging Sapi Impor Usia Jenis Kelamin dan Status Pernikahan Pendidikan Terakhir Pekerjaan Pendapatan per Bulan iii

12 6.1.6 Jumlah Anggota Keluarga Pengeluaran untuk Kelompok Daging Kelompok Daging yang Sering Dikonsumsi Pola Konsumsi Daging Sapi Frekuensi Konsumsi dan Jumlah Pembelian Daging Sapi Alasan Mengkonsumsi Daging Sapi Tempat Pembelian Daging Sapi Cara Pembelian Daging Sapi Pendapat Responden Mengenai Isu Penyakit pada Sapi Potong VII. SIKAP KONSUMEN TERHADAP DAGING SAPI LOKAL DENGAN DAGING SAPI IMPOR Sikap Konsumen terhadap Daging Sapi Lokal dengan Daging Sapi Impor Komponen Evaluasi (Tingkat Kepentingan) Komponen Kepercayaan (Tingkat Pelaksanaan) Sikap Responden terhadap Atribut Daging Sapi Lokal dan Daging Sapi Impor VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI Model Regresi Hasil Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal dan Impor Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Impor Implikasi Pemasaran IX. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

13 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Konsumsi Rata-rata per Kapita Setahun Beberapa Jenis Daging Segar Tahun Asal Daging Sapi Impor Negara Indonesia dan Tetangga Tahun Jumlah Kelurahan, Kelurahan Terpilih dan Responden Terpilih Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta Luas Wilayah, Jumlah Kepala Keluarga, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Tahun Jumlah Pasar Menurut Kelurahan dan Jenis Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Usia Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Status Pernikahan Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pekerjaan Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendapatan (Uang Saku) per Bulan Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengeluaran per Bulan untuk Kelompok Daging Kelompok Daging yang Sering Disajikan di Rumah Frekuensi Penyajian Hidangan Berbahan Baku Daging Sapi di Rumah dalam Periode Satu Bulan Jenis Karkas Daging yang Sering Dibeli Jumlah Pembelian Daging Sapi per Bulan Motivasi Responden dalam Mengkonsumsi Daging Sapi Tempat Pembelian Daging Sapi Alternatif Tempat Pembelian Daging Sapi Cara Memutuskan Pembelian Daging Sapi v

14 23. Nilai Kepentingan (ei) dan Kategori Tingkat Kepentingan Atribut Daging Sapi Nilai Kepercayaan Atribut (bi) dan Tingkat Pelaksanaan Atribut Daging Sapi Hasil Analisis Sikap terhadap Daging Sapi Lokal dan Daging Sapi Impor Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Impor vi

15 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Alur Kerangka Pemikiran Sikap dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal dengan Daging Sapi Impor Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir di Perguruan Tinggi Indikator yang Dipertimbangkan dalam Pembelian Daging Sapi Sumber Informasi Responden Ketika Memilih Daging Sapi Sebaran Jawaban Responden terhadap Implikasi Adanya Isu Penyakit Pada Sapi Potong vii

16 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Hasil Pengolahan Analisis Regresi Jumlah Pembelian Daging Sapi Lokal Hasil Pengolahan Analisis Regresi Jumlah Pembelian Daging Sapi Impor Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov untuk Daging Sapi Lokal dan Daging Sapi Impor Hasil Uji Homoskedastisitas Daging Sapi Lokal Hasil Uji Homoskedastisitas Daging Sapi Impor Kuesioner Penelitian viii

17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan memegang peranan yang strategis dalam perekonomian dan pembangunan sumberdaya manusia. Peranan strategis tersebut dapat dilihat dalam beberapa hal berikut, seperti penyedia protein hewani bagi masyarakat, peningkatan pendapatan peternak serta penyumbang pajak negara dan berkontribusi dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Karena peranan strategis itulah, produk-produk peternakan merupakan salah satu produk yang sangat penting dalam kehidupan (Ditjennak Jambi 2009). Produk utama asal ternak yang sangat penting dalam memenuhi gizi masyarakat serta menjadi komoditas ekonomi yang strategis adalah daging, telur, dan susu. Dari ketiga produk pangan tersebut, komoditas daging khususnya daging sapi adalah salah satu dari lima komoditas strategis yang diharapkan akan mencapai swasembada pada tahun 2014 mendatang. Hal ini dikarenakan permintaan akan komoditas ini yang cenderung berfluktuasi setiap tahunnya seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan konsumsi rata-rata per kapita untuk daging cenderung tidak mengalami perubahan dari tahun Dari tabel juga dapat dilihat bahwa pertumbuhan konsumsi rata-rata yang paling besar ada di daging sapi. Peningkatan konsumsi daging yang cukup besar ini membuktikan bahwa daging sapi merupakan salah satu produk yang memiliki nilai perekonomian serta permintaan pasar yang tinggi. Kebutuhan akan daging sangat erat kaitannya dengan suplai daging dari dalam negeri. Sejauh ini, tingginya permintaan daging dalam negeri masih belum diimbangi oleh suplai yang memadai. Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan produksi daging sapi nasional pada tahun 2010 mencapai ton sementara menurut data dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyebutkan bahwa setiap tahun masyarakat Indonesia membutuhkan sekitar ton daging sapi. Adanya kesenjangan antara permintaan dan pasokan inilah yang kemudian membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan impor daging sapi untuk memenuhi permintaan dalam negeri sehingga di pasaran terdapat dua pilihan daging sapi, yaitu daging sapi lokal dan daging sapi impor.

18 Tabel 1. Konsumsi Rata-rata per Kapita Setahun Beberapa Jenis Daging Segar, (kg/kapita/tahun) No Daging segar Komoditi Tahun Pertumbuhan 2010 dengan 2009 (%) 1 Sapi 0,313 0,417 0,365 0,313 0,365 16,67 2 Kerbau 0,052 0,000 0,000 0,000 0,000-3 Kambing 0,052 0,052 0,052 0,000 0,000-4 Babi 0,261 0,261 0,209 0,209 0,209 0,00 5 Ayam (ras dan kampung) 3,024 4,119 3,806 3,598 4,171 15,94 6 Unggas lainnya 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052 0,00 7 Daging lainnya 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052 0,00 Daging diawetkan 1 Abon 0,010 0,021 0,016 0,104 0,104 0,00 2 Lainnya 0,000 0,052 0,000 0,052 0,052 0,00 Lainnya 1 Hati 0,052 0,104 0,052 0,052 0,052 0,00 2 Jeroan selain hati 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052 0,00 3 Tetelan 0,104 0,104 0,052 0,052 0,052 0,00 4 Tulang 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052 0,00 5 Lainnya 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052 0,00 Sumber : Susenas Badan Pusat Statistik dalam Kementrian Pertanian (2011) Ada dua pola impor daging sapi yang berlaku, yaitu pola impor daging sapi berbasis zona (zone based) dan berbasis negara (country based) 1. Zone based memiliki arti pernyataan impor daging sapi bebas penyakit kuku dan mulut (PMK) ditentukan per wilayah dalam satu negara, sedangkan untuk country based berarti pernyataan impor daging sapi bebas PMK ditentukan berdasarkan seluruh wilayah di negara pengimpor. Indonesia sendiri merupakan negara yang menganut pola impor sapi berbasis negara (country based), artinya selama ini impor daging yang dilakukan di Indonesia berasal dari negara-negara yang dinyatakan bebas sapi gila, PMK, dan penyakit-penyakit lainnya yang dapat membahayakan manusia. Oleh karena itu, negara yang selama ini menjadi negara pengimpor daging sapi di Indonesia adalah Australia dan Selandia Baru. 1 Anonim. Soal Rencana Mengubah Impor Daging Sapi Berbasis Negara Menjadi Zonasi. SAPI-BERBASIS-NEGARA-MENJADI-ZONASI.html. [27 Februari 2012]. 2

19 Tabel 2. Asal Daging Sapi Impor Negara Indonesia dan Tetangga Tahun 2007 Negara Asal Daging Australia US NZ India Amerika Selatan Indonesia 58% 0% 41% - - Malaysia 5% 0% 0% 83% 7% Filipina 17% 3% 6% 52% 30% Singapura 26% 1% 12% - 61% Thailand 67% 2% 21% - 4% Sumber: MLA (Meat and Livestock Australia) dalam food review (2011) 2 Di Indonesia sendiri terdapat beberapa jenis sapi lokal yang telah beradaptasi baik dengan lingkungan setempat dan telah secara turun temurun dipelihara oleh para peternak. Macam-macam sapi lokal tersebut adalah sapi Bali, Peranakan Ongole (PO), Sumba Ongole (SO), sapi Madura dan Aceh (Ditjennak 2010). Masing-masing sapi lokal ini memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan jenis sapi lain. Misalnya sapi Bali yang memiliki tulang yang terbilang kecil dibandingkan sapi jenis lain namun memiliki persentase daging yang lebih tebal atau sapi PO yang memiliki kualitas daging yang baik. Ada beberapa perbedaan antara daging sapi lokal dengan daging sapi impor. Dari segi tekstur, daging sapi impor memiliki tekstur yang lebih lembut daripada daging sapi lokal. Perbedaan tekstur ini dikarenakan proses beternak yang lebih terjamin sehingga otot sapi impor tidak sekeras sapi lokal 3. Sementara dari ketebalan dagingnya, daging sapi impor memiliki ketebalan daging yang lebih daripada daging sapi lokal 4. Namun dilihat dari segi kepastian kehalalan, masyarakat jauh lebih mempercayai kehalalan daging sapi lokal dibandingkan daging sapi impor. Hal ini dikarenakan cara pemotongannya yang sudah disesuaikan dengan kaidah Islam dan terpantau oleh MUI setempat. Begitu juga dari segi kesegaran daging. Daging sapi impor biasanya dijual dalam bentuk daging beku, sementara daging sapi lokal banyak di jual dalam bentuk segar. 2 Syarif, H. Maret Asal Daging Sapi Impor Negara Indonesia dan Tetangga. Food Review 6 (3): hlm Puspitasari, A Begini Cara Mengempukkan Daging Sapi. [27 Februari 2012]. 4 Sompotan, J Iga Sapi versus Impor. [27 Februari 2012]. 3

20 Semakin banyaknya pilihan jenis daging sapi serta keunggulan dari masing-masing jenis daging tersebut kemudian mengantarkan konsumen untuk dapat memilih daging mana yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka, apakah daging sapi lokal ataukah daging sapi impor. Sikap konsumen terkait kedua jenis daging ini menjadi penting untuk dipelajari lebih dalam lagi. Diharapkan dari hasil studi tentang sikap daging sapi lokal dengan daging sapi impor ini dapat memberikan pengetahuan kepada produsen akan jenis daging sapi yang lebih disukai oleh masyarakat Perumusan Masalah Daging sapi merupakan salah satu kebutuhan strategis masyarakat yang kebutuhannya saat ini banyak dipenuhi oleh pasokan dalam negeri dan impor. Hal ini dikarenakan produksi daging sapi lokal yang belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri sebanyak ton daging sapi setiap tahunnya. Karena adanya kesenjangan antara permintaan dan suplai daging sapi inilah yang membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan impor daging sapi. oleh karena itu saat ini di pasaran terdapat dua pilihan daging sapi, yaitu daging sapi lokal dan daging sapi impor. DKI Jakarta merupakan salah satu daerah dengan konsumsi daging sapi terbesar di Indonesia. Setiap tahunnya Jakarta membutuhkan daging sapi sebanyak kurang lebih ton. Sayangnya daerah ini merupakan daerah yang ketersediaan daging sapinya tergantung dari luar Jakarta. Daerah pemasok daging sapi ke Jakarta adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali dan NTT. Hal ini disebabkan karena tidak ada peternakan sapi di daerah ini oleh sebab itu dari seratus persen daging sapi yang dijual di Jakarta, sebanyak 70 persennya merupakan daging sapi impor sementara sisanya merupakan daging sapi lokal. Ketersediaan daging sapi lokal yang sedikit ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa masyarakat di daerah Jakarta lebih sering mengkonsumsi daging sapi impor dibandingkan daging sapi lokal. Hal ini dikarenakan jumlah daging sapi impor yang lebih banyak sehingga ada kekhawatiran masyarakat yang sudah terbiasaa mengkonsumsi daging sapi impor enggan beralih mengkonsumsi daging sapi lokal. 4

21 Seiring peningkatan pendapatan masyarakat jumlah masyarakat golongan menengah pun juga semakin meningkat. Jika menggunakan indikator bank dunia maka rata-rata warga DKI Jakarta menurut data susenas yang dikeluarkan BPS merupakan masyarakat golongan menengah. Adanya peningkatan perekonomian membuat permintaan akan daging sapi berkualitas pun semakin meningkat. Kemudian jika masyarakat, khususnya warga Jakarta, dihadapkan pada dua jenis daging sapi, daging sapi lokal dengan daging sapi impor, beserta keunggulankeunggulan dari masing-masing jenis daging sapi tersebut pilihan mana yang kemudian akan diambil oleh warga dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi mereka dalam memilih pilihan tersebut, itulah yang menjadi pembahasan utama dari penelitian ini. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana karakteristik responden daging sapi lokal dan impor di daerah penelitian? 2. Bagaimana sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dengan daging sapi impor? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembelian konsumen terhadap daging sapi yang mereka pilih? 1.3. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dengan daging sapi impor. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi karakteristik responden daging sapi lokal dan daging sapi impor di daerah penelitian. 2. Mengidentifikasi sikap konsumen untuk daging sapi lokal dengan daging sapi impor. 3. Mengidentifikasi pengaruh karakteristik konsumen dalam memilih daging sapi tersebut. 5

22 1.4. Manfaat Penelitian A. Bagi pelaku usaha Manfaat penelitian bagi pelaku usaha adalah memberikan informasi mengenai karakteristik konsumen daging sapi serta sebagai masukan kepada produsen daging sapi untuk mengembangkan produknya. B. Bagi penulis Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah sebagai bahan pembelajaran mengenai konsep perilaku konsumen, khususnya mengenai sikap daging sapi. 6

23 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Daging Sapi Daging adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia (Pramono 2001). Salah satu daging ternak yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah daging sapi. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat sikap konsumen terhadap daging sapi yang ada di pasaran (Pahar 2008, Purba 2006, Dano 2004, Maharany 2002, Pramono 2001, Liyanah 2001, Curtis 2006, Umberger 2003 dan Tambunan 2001). Beberapa diantara penelitian tersebut menggarisbawahi pola konsumsi daging yang ada di masyarakat. Dilihat dari pola konsumsi masyarakat, konsumen biasanya membeli daging sapi seminggu sekali bahkan kadang mereka membeli hingga sebulan sekali (Dano 2004 dan Maharany 2002). Alasan utama mereka membeli daging sapi tersebut adalah pemenuhan gizi (Pahar 2008 dan Pramono 2001) dan karena selera (Maharany 2002). Hal ini menandakan bahwa frekuensi pembelian daging sapi sangat bervariasi dan biasanya sangat dipengaruhi oleh selera konsumen. Potongan daging yang paling banyak dibeli adalah daging has karena konsumen menilai daging ini lebih bersih, lebih padat dan tidak berlemak (Pramono 2001). Selain itu potongan daging ini juga lebih mudah untuk diolah menjadi berbagai masakan karena dagingnya yang lembut (Maharany 2002). 2.2 Atribut-atribut yang Diperhatikan Konsumen Ketika Membeli Daging Sapi Daging sapi merupakan produk pangan yang cenderung meningkat permintaannya seiring dengan perkembangan ekonomi masyarakat. Selain perkembangan ekonomi, faktor-faktor lain yang juga mendukung peningkatan permintaan daging sapi adalah pertambahan penduduk, perbaikan tingkat pendidikan serta perubahan gaya hidup di masyarakat. Perkembanganperkembangan di dalam masyarakat itulah yang kemudian membawa konsumen daging sapi pada suatu kebutuhan akan daging sapi ideal (Tambunan 2001). Setiap konsumen biasanya memperhatikan beberapa atribut yang dijadikan pegangan untuk memilih produk yang akan mereka beli (Dano 2004). Hal ini pula yang terjadi ketika konsumen dihadapkan pada pilihan daging sapi segar yang 7

24 akan dibeli, baik di pasar tradisional maupun daging sapi yang dibeli di pasar modern. Setidaknya ada enam atribut yang paling diperhatikan konsumen dalam membeli daging sapi, yaitu rasa, harga, kesegaran, keamanan, keempukan, dan tidak berlemak (Curtis 2006). Berdasarkan kualitas fisik daging sapi, biasanya konsumen tersebut akan memilih daging sapi yang berwarna merah segar, kenyal dengan lemak yang sedikit (Pahar 2008 dan Tambunan 2001). Selain itu konsumen juga cenderung memilih daging sapi yang permukaannya mengkilap dan agak basah, serta memiliki tekstur daging yang halus (Tambunan 2001). Sementara Purba (2006) menambahkan bahwa kesesuaian harga dengan kualitas daging serta ada atau tidaknya sertifikat daging merupakan atribut yang juga diperhatikan konsumen dalam melakukan pembelian daging sapi. Alasan utama konsumen memilih sifat-sifat fisik di atas sebagai daging sapi yang ideal menurut mereka, seperti yang dijelaskan Tambunan (2001), karena mereka yakin bahwa ciri-ciri fisik tersebut menandakan bahwa daging tersebut masih segar. Hal ini dapat dilihat misalnya dari segi kekenyalan dan kilap dari daging sapi tersebut. Daging sapi yang sudah tidak kenyal lagi dan permukaannya sudah suram kemungkinan besar berasal dari daging sapi yang tidak habis terjual hari sebelumnya. Atribut harga, meskipun termasuk atribut yang sangat penting bagi konsumen, namun memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan atribut fisik lain yang juga memiliki tingkat kepentingan atribut sangat penting (Curtis dkk 2006). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian konsumen menganggap atribut harga tidak lebih penting dibandingkan atribut fisik daging sapi (Pahar 2008, Umberger 2003 dan Maharany 2002) sedangkan sebagian konsumen akan lebih menyoroti harga dari daging sapi dibandingkan atribut fisiknya (Purba 2006 dan Dano 2004). 2.3 Alat Analisis untuk Mengukur Sikap Konsumen Selama ini penelitian mengenai sikap cenderung melihat perilaku konsumen secara eksplisit, padahal penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa sebenarnya orang memiliki dua sikap yang berbeda terhadap satu objek yang sama di waktu yang sama. Kedua sikap tersebut adalah sikap eksplisit dan sikap implisit (Friese 2006). Greenwald & Banaji dalam Friese (2006) mendefinisikan 8

25 sikap implisit sebagai respon positif atau negatif terhadap suatu objek yang muncul karena pengalaman masa lalu, dimana orang tersebut tidak menyadarinya. Adanya respon evaluatif dari konsumen terhadap suatu barang tentunya akan mempengaruhi konsumen ketika mereka akan melakukan proses pengambilan keputusan. Untuk menilai sikap implisit konsumen, Friese (2006) menggunakan IAT (Implicit Association Test). IAT terbukti sebagai salah satu alat yang sangat berguna dalam meneliti sikap konsumen, baik secara umum maupun implisit. hal ini dapat dilihat dari banyaknya penelitian yang berhasil mengidentifikasi merek tertentu dilihat dari sikap eksplisit dan implisit konsumen. Meskipun begitu, Friese menambahkan IAT sendiri masih belum bisa menjelaskan interpretasi absolut dari skor IAT. Oleh karena itu apabila didapat sikap implisit subjek lebih positif untuk BMW daripada untuk Mercedez bukan berarti sikap implisit subjek tersebut terhadap Mercedez adalah negatif. Selain menggunakan IAT, salah satu alat analisis yang banyak digunakan untuk mengukur sikap adalah analisis multiatribut Fishbein. Disebut model sikap multiatribut karena difokuskan pada kepercayaan konsumen tentang multiatribut suatu merek atau produk. Model multiatribut ini menerangkan proses integrasi yang mengkombinasikan pengetahuan produk (evaluasi dan kepercayaan utama) untuk membentuk sikap yang menyeluruh. Selain dapat memperkirakan sikap terhadap suatu produk, model multiatribut juga sangat berguna untuk mengidentifikasi ciri atau atribut mana yang paling penting (atau paling utama) bagi konsumen sehingga biasanya para pemasar menggunakan model ini untuk merumuskan strategi permasaran. Calder (1975) menyatakan bahwa meskipun alasan dibaliknya seringnya model ini digunakan dalam penelitian perilaku konsumen masih belum jelas, alasan yang umum digunakan adalah karena model multiatribut ini memberikan informasi mengenai struktur sikap yang menjadi dasar dalam memprediksi perilaku. Pengetahuan tentang struktur sikap tentunya menambah pemahaman atas pengambilan keputusan konsumen terhadap suatu objek. Oleh karena itu alat analisis yang digunakan untuk menguji sikap dalam penelitian ini adalah analisis multiatribut Fishbein. 9

26 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Perilaku Konsumen Pemahaman tentang perilaku konsumen berkaitan dengan segala cara yang dilakukan orang untuk mendapatkan barang konsumsi terkait dengan peran mereka sebagai konsumen. Solomon (1992) menjelaskan perilaku konsumen adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pada saat seorang individu baik sendiri maupun berkelompok, melakukan pembelian, penggunaan, atau pembuangan barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Tindakan membeli ini terwujud pada pilihan-pilihan konsumen terhadap merek, atribut, jumlah produk, tempat, waktu dan frekuensi pembelian Selain definisi yang diungkapkan di atas, beberapa ahli juga memiliki definisi sendiri mengenai perilaku konsumen. Misalnya Schiffman dan Kanuk (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang memperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan dapat memuaskan kebutuhan mereka. Sedangkan perilaku konsumen menurut Engel (1994) adalah tindakan-tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut. Berdasarkan ketiga definisi perilaku konsumen di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan segala bentuk aktivitas orang-orang maupun konsumen untuk mendapatkan, menghabiskan, mengkonsumsi barangbarang ekonomi dan jasa yang diharapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Perilaku konsumen dalam prakteknya cenderung mengarah pada perilaku yang berhubungan dengan pencarian, pembelian, dan penggunaan produk atau jasa. Menurut Setiadi (2010) dalam banyak hal, sikap terhadap produk tertentu akan mempengaruhi apakah konsumen jadi membeli atau tidak. Sikap positif terhadap produk tertentu akan memungkinkan konsumen melakukan pembelian terhadap produk tersebut, tetapi sebaliknya sikap negative akan menghalangi konsumen untuk melakukan pembelian. 10

27 Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli muncul melalui tahapan-tahapan tertentu. Ada lima tahap-tahap proses proses keputusan pembelian konsumen menurut Kotler (2002), yaitu: pengenalan kebutuhan. pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian. A. Pengenalan Kebutuhan Awal mula proses pembelian adalah saat pembeli mengenal suatu kebutuhan yang dipicu oleh suatu rangsangan, baik rangsangan internal maupun rangsangan eksternal. Penganalisaan kebutuhan ini ditujukan untuk mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Sehingga pada hakikatnya tahapan ini bergantung pada berapa banyak ketidaksesuaian antara keadaan yang dihadapi konsumen sekarang dan keadaan yang dinginkan konsumen. B. Pencarian Informasi Tahapan ini merupakan tahapan lanjutan setelah konsumen mengenali kebutuhannya. Pada tahapan ini konsumen akan meninjau lingkungannya untuk mendapatkan data yang sesuai untuk membuat keputusan pembelian. Solomon (2006) menyatakan bahwa pencarian informasi dapat dilakukan konsumen dengan dua cara, yaitu : 1. Pencarian internal dan pencarian eksternal Pencarian internal didapat dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan para konsumen atas berbagai produk. Sedangkan pencarian eksternal didapat dari pengumpulan informasi dimana konsumen mendapatkan informasi yang mereka butuhkan melalui iklan, teman, atau orang-orang disekitarnya. 2. Pencarian sengaja dan tidak sengaja (kebetulan) Pencarian sengaja disebut sebagai pencarian aktif, sedangkan pencarian tidak sengaja merupakan cara yang lebih pasif dalam mendapatkan informasi. Pencarian sengaja merupakan hasil dari pembelajaran konsumen yang didapat pada waktu sebelumnya dimana konsumen, pada saat itu, telah melakukan pencarian informasi yang relevan atas suatu produk atau telah merasakan 11

28 beberapa alternatif produk secara langsung. Sementara pencarian tidak sengaja merupakan hasil dari stimuli iklan dan kegiatan promosi penjualan dari suatu produk yang dilakukan secara terus menerus sehingga orang akan terus mengingat produk tersebut. Dengan orang mengingat suatu produk tertentu, diharapkan, mereka akan membeli produk tersebut jika suatu hari nanti mereka membutuhkannya. C. Evaluasi Alternatif Setelah melalui tahap pencarian informasi, maka tahapan selanjutnya adalah evaluasi alternatif dimana konsumen mengevaluasi berbagai alternatif serta membuat pertimbangan nilai terbaik untuk memenuhi kebutuhan. Kriteria alternatif yang sering digunakan konsumen antara lain harga, kepercayaan akan merek, negara asal, dan kriteria yang bersifat hedonik (Kotler 1997). Menurut Kotler konsumen melihat setiap produk sebagai satu set atribut dengan kemampuan yang beragam untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pada tahap evaluasi alternatif, konsumen membangun suatu brand beliefs untuk setiap atribut yang ada pada masing-masing merek. Dari brand belief ini konsumen kemudian membentuk brand image atas suatu produk berdasarkan pengalaman konsumen yang telah menggunakan produk tersebut. Umumnya dari brand image itulah konsumen akan mengumpulkan beberapa alternatif produk untuk dipertimbangkan dalam proses keputusan pembelian. D. Keputusan Pembelian Menurut Solomon (2006) konsumen mempertimbangkan beberapa atribut produk dengan menggunakan aturan yang berbeda, bergantung pada kompleksitas dan kepentingan dari keputusan tersebut bagi mereka. Salah satu cara untuk membedakan aturan tersebut adalah dengan mengelompokkannya ke dalam : 1. Non-compensatory decision rules Konsumen akan mengeliminasi produk-produk yang tidak sesuai dengan beberapa standar yang ditentukan. Semakin terkenal suatu merek maka akan semakin besar kemungkinan konsumen ini memilih merek tersebut untuk memenuhi kebutuhannya atas suatu kelompok barang. 12

29 2. Compensatory decision rules Konsumen akan lebih melihat suatu produk secara utuh. Ketika kemampuan konsumen dalam mengolah informasi terbatas, biasanya konsumen ini akan lebih memilih produk yang memiliki atribut yang bernilai positif lebih banyak. Namun jika konsumen menghadapi situasi yang lebih rumit, konsumen juga akan mempertimbangkan kepentingan relatif dari atribut bernilai positif serta bobot kepentingan dari merek produk. E. Perilaku Setelah Pembelian Tahapan ini merupakan tahapan yang akan membentuk sikap dan keyakinan konsumen akan produk yang dibeli karena konsumen akan mengevaluasi hasil pembeliannya. Apabila konsumen puas, maka akan terbentuk sikap dan kepercayaan yang positif atas pembelian selanjutnya, dan sebaliknya. Solomon (2006) menyatakan bahwa kepuasan dari konsumen ini sangat dipengaruhi oleh harapan mereka atas kualitas dari produk yang mereka gunakan. Jika produk dapat memenuhi harapan konsumen, maka pengaruh positif akan diberikan konsumen terhadap produk tersebut, sebaliknya jika produk gagal memenuhi harapan konsumen maka pengaruh negatif akan diberikan konsumen terhadap produk. Ketika konsumen memberikan pengaruh negatif terhadap produk atau jasa yang mereka konsumsi, itu artinya mereka tidak puas dengan apa yang mereka dapatkan. Ketika hal ini terjadi ada kemungkinan tindakan yang akan diambil konsumen, yaitu: 1. Voice response: Konsumen dapat meminta ganti rugi keoada penjual. 2. Private response: Menyatakan ketidakpuasan terhadap produk atau toko kepada teman dan/atau keluarga. 3. Third-party response: Konsumen dapat menuliskan keluhan mereka di Koran atau bahkan mengambil tindakan hukum terhadap penjual Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Keputusan konsumen untuk membeli biasanya berbeda antara yang satu dengan yang lain. Hal ini bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian tersebut. Setiadi (2010) mengemukakan ada empat faktor utama yang mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen, yaitu 13

30 kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi dari pembeli. Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar tetapi harus benar-benar diperhitungkan. oleh karena itu penting untuk membanhas pengaruh tiap faktor terhadap perilaku pembelian. Setiadi (2010) menjelaskan dengan lebih rinci keempat faktor yang mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian tersebut di bawah ini. 1. Faktor-faktor Kebudayaan Kebudayaan Kebudaayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk makhluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari. Subbudaya Setiap kebudayaan terdiri dari subbudaya-subbudaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Subbudaya dapat dibedakan menjadi empat jenis : kelompok nasionalisme, kelomok ras, dan area geografis. Kelas sosial Kelas-kelas sosial adalah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan yang keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa. 2. Faktor-faktor Sosial Kelompok referensi Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok referensi dibagi menjadi empat, yaitu : (1) kelompok primer, (2) kelompok sekunder, (3) kelompok aspirasi, (4) kelompok diasosiatif. Keluarga Keluarga dibedakan menjadi dua kelompok dalam kehidupan pembeli, yaitu keluarga orientasi dan keluarga prokreasi. Keluarga orientasi merupakan orang tua seseorang dimana dari orang tualah seseorang 14

31 mendapatkan pandangan tentang agama, politik, ekonomi dan merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri dan cinta. Sedangkan keluarga prokreasi merupakan pasangan hidup anak-anak seseorang keluarga yang merupakan organisasi pembeli yang paling penting. Peran dan status Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasi dalam peran dan status. 3. Faktor Pribadi Umur dan tahapan dalam siklus hidup Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Pekerjaan Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yan gmemiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu. Keadaan ekonomi Keadaaan ekonomi terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan hartanya, kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap membelanjakan uang. Gaya hidup Adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat, dan pendapat seseorang. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu di balik kelas social seseorang. Kepribadian dan konsep diri Adalah karakteristik psikologis yang brbeda dari setiap orang yang memandang responsnya terhadap lingkungan yang relative konsisten. Kepribadian merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisis perilaku konsumen. bila jenis-jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antara jenis-jenis kepribadian tersebut dan berbagai pilihan produk atau merek. 15

32 4. Faktor-faktor psikologis Motivasi Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, haus, resah tidak nyaman. Adapun kebutuhan lain bersifat psikogenik, yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri dan kebutuhan untuk diterima. Persepsi Adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda dari objek yang sama oleh karena itu pemasar harus bekerja keras menyatukan persepsi produk yang ditawarkan kepada konsumen. Proses belajar Menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Kepercayaan dan sikap Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Sedangkan sikap adalah evaluasi keseluruhan terhadap objek Sikap dan Fungsi Sikap Sikap disebut juga sebagai konsep yang paling khusus dan sangat dibutuhkan dalam psikologis social kontemporer. Sikap juga merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen. Peter (1999) mendefinisikan sikap (attitude) sebagai evaluasi konsep secara menyeluruh yang dilakukan seseorang. Sementara evaluasi adalah tanggapan pengaruh pada tingkat intensitas dan gerakan yang relatif rendah. Evaluasi dapat diciptakan oleh sistem afektif maupun kognitif. Sistem pengaruh secara otomatis memproduksi suatu tanggapan segera dan langsung pada rangsangan tertentu. Tanggapan afektif yang menyenangkan atau tidak menyenangkan tersebut muncul tanpa pemrosesan kognitif yang disadari terhadap 16

33 informasi produk tertentu. Kemudian, melalui proses pengkondisian klasik, evaluasi tersebut dapat dikaitkan dengan produk atau merek tertentu, sehingga menciptakan suatu sikap. Hal ini memiliki arti bahwa sikap mewakili perasaan senang atau tidak senang konsumen terhadap objek yang dipertanyakan. Kepercayaan (kognisi) dan keinginan untuk bertindak (conation) dipandang memiliki hubungan dengan sikap tetapi merupakan konsep kognitif yang terpisah bukan bagian dari sikap itu sendiri (Setiadi 2010). Dilihat dari fungsinya, Daniel Kazt dalam Setiadi (2010) mengklasifikasikan empat sikap, yaitu : 1. Fungsi Utilitarian Adalah fungsi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar imbalan dan hukuman. Disini konsumen mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar apakah suatu produk memberikan kepuasan atau kekecewaan. 2. Fungsi Ekspresi Nilai Konsumen mengembangkan sikap terhadap suatu merek produk bukan didasarkan atas mafaat produk itu, tetapi lebih didasarkan atas kemampuan merek produk itu mengekspresikan nilai-nilai yang ada pada dirinya. 3. Fungsi Mempertahankan Ego Sikap yang dikembangkan oleh konsumen cenderung untuk melindunginya dari tantangan eksternal maupun perasaan internal, sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego. 4. Fungsi Pengetahuan Sikap membantu konsumen mengorganisasikan informasi yang begitu banyak yang setiap hari dipaparkan pada dirinya. Fungsi pengetahuan dapat membantu konsumen mengurangi ketidakpastian dan kebingungan dalam memilah-milah informasi yang relevandan tidak relevan dengan kebutuhannya Kerangka Pemikiran Operasional Daging sapi merupakan salah satu kebutuhan strategis masyarakat yang kebutuhannya saat ini banyak dipenuhi oleh pasokan dalam negeri dan impor. Hal 17

34 ini dikarenakan setiap tahun permintaan akan daging sapi ini terus meningkat, yaitu sebesar 5 persen per tahun, sementara kebutuhan daging dalam negeri masih belum bisa terpenuhi secara mandiri sehingga untuk memenuhi pemintaan tersebut pemerintah harus mengimpor 5. Fokus dari penelitian ini adalah konsumen daging sapi yang berada di DKI Jakarta, tepatnya di Kecamatan Setiabudi. Daging sapi sendiri dipilih karena selama ini 70 persen daging sapi yang dijual di Jakarta merupakan daging sapi impor 6. Sementara itu pemerintah mencanangkan program swasembada daging 2014 dengan harapan 90 persen kebutuhan daging sapi dalam negeri dipenuhi oleh daging sapi lokal. Namun, jika melihat kondisi yang terjadi di Jakarta, secara tidak langsung menyatakan bahwa masyarakat di daerah ini lebih terbiasa mengkonsumsi daging sapi impor dibandingkan daging sapi, karena jumlahnya yang lebih banyak tadi sehingga ada kekhawatiran masyarakat yang sudah terbiasa memakan daging sapi impor enggan beralih ke daging sapi lokal. Oleh karena itu penelitian ini berusaha melihat bagaimana sikap masyarakat di daerah ini terhadap daging sapi lokal dengan daging sapi impor. Untuk melihat sikap konsumen terhadap daging sapi dengan daging sapi impor, dilakukan penilaian terhadap tiga kategori, yaitu karakteristik konsumen daging sapi, atribut daging sapi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian konsumen terhadap daging sapi lokal dengan daging sapi impor. Untuk mendapatkan hasil tersebut, maka masing-masing kategori tersebut dinilai dengan alat analisis yang sesuai. Penilaian terhadap karakteristik konsumen daging sapi dilakukan dengan analisis deskriptif yang dapat menduga seperti apa karakteristik konsumen daging sapi di lokasi penelitian. Sementara untuk melihat atribut-atribut produk yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli daging sapi digunakan alat analisis multiatribut Fishbein. Adapun atribut-atribut daging sapi yang diteliti dalam penelitian ini adalah harga, kesegaran, sertifikasi, rasa, keempukan, lemak, kekenyalan, warna, dan tekstur daging. Sedangkan untuk melihat faktor-faktor 5 6 Setiadi A. Maret Pertaruhan Program Swasembada Daging Sapi Food Review 6 (3): hlm 22. Anonim DKI Butuh Kuota Khusus Daging. Februari 2012] 18

35 yang mempengaruhi pembelian konsumen terhadap daging sapi yang dibelinya digunakan analisis regresi. Adapun variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini umur, pendapatan, pengeluaran untuk kelompok daging, harga daging sapi, tingkat pendidikan, frekuensi konsumsi daging sapi dan jumlah anggota keluarga. Alur kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 1. 19

36 Kebutuhan daging sapi nasional belum bisa terpenuhi secara mandiri. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan impor daging sapi. Sehingga ada dua jenis daging sapi di pasaran, yaitu daging sapi lokal dan impor Sosial ekonomi konsumen daging sapi lokal dan impor Konsumen Atribut daging sapi lokal dan impor Proses pengambilan keputusan Analisis deskriptif Multiatribut Fishbein Karakteristik konsumen daging sapi lokal dan impor Sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dan impor Analisis regresi Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi tersebut Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Sikap dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal dengan Daging Sapi Impor 20

37 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dan impor ini dilakukan di DKI Jakarta, tepatnya di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta Selatan. DKI Jakarta dipilih secara purposive karena selama ini 70 persen daging sapi yang ada di Jakarta merupakan daging impor 7 dan Kecamatan Setiabudi sendiri dipilih dengan pertimbangan bahwa kecamatan ini merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat karena merupakan kawasan bisnis dan penduduk di wilayah ini merupakan orang-orang dengan tingkat ekonomi menengah hingga menengah ke bawah. Pengambilan data dilakukan dari bulan Maret sampai dengan April Metode Penentuan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah menentukan secara acak sederhana dua kelurahan yang akan dijadikan tempat pengambilan sampel. Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua, yaitu memilih responden dari masing-masing kelurahan tersebut. Setiap kelurahan terpilih akan diwakili oleh 25 responden sehingga total responden dalam penelitian ini adalah 50 orang. Tabel 3. Jumlah Kelurahan, Kelurahan Terpilih dan Responden Terpilih Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Kecamatan Kelurahan Kelurahan Terpilih Responden Terpilih Setiabudi 8 Menteng Atas 25 orang Pasar Manggis 25 orang Jumlah 50 orang Responden dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling dimana responden dipilih secara sengaja berdasarkan tempat tinggal mereka, apakah di Kelurahan Pasar Manggis atau di Kelurahan Menteng Atas serta kesediaan mereka untuk diwawancarai dan mengisi kuesioner yang telah disediakan. Syaratsyarat pemilihan responden dalam penelitian ini diantaranya, dapat berkomunikasi dengan baik, dewasa dengan batasan umur minimal 17 tahun dan umur maksimal 7 Loc.cit 21

38 65 tahun serta memiliki wewenang sendiri dalam menentukan pengeluarannya untuk berbelanja misalnya ayah/suami, ibu/istri, pelajar/mahasiswa Data dan Instrumentasi Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan wawancara dengan responden rumah tangga sebagai konsumen daging sapi. Sementara data sekunder yang digunakan merupakan data penunjang dan pelengkap penelitian yang diperoleh dari berbagai instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Perpustakaan IPB dan sumber-sumber lain yang terkait dengan topik penelitian Metode Pengolahan Data Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisa karakteristik responden, yaitu umur, jenis kelamin, status pernikahan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan, pendapatan serta pendidikan. Analisis ini disajikan dalam bentuk tabulasi sederhana dengan mengelompokkan responden berdasarkan jawaban yang sama dan kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah responden Model Sikap Multiatribut Fishbein Model sikap Multiatribut Fishbein digunakan untuk memperoleh konsistensi antara sikap dan perilaku konsumen. Berdasarkan model ini, sikap terhadap objek tertentu didasarkan pada peringkat kepercayaan yang diringkas mengenai atribut objek yang bersangkutan yang diberi bobot oleh evaluasi terhadap atribut produk. Tujuan dilakukannya analisis atribut untuk daging sapi lokal dan daging sapi impor adalah untuk membandingkan sikap dari kedua jenis daging sapi tersebut. Dalam hal ini yang digunakan sebagai pembanding antara kedua jenis daging sapi adalah atribut produk. Secara simbolis, formulasi model Fishbein dapat dirumuskan sebagai berikut : bi. ei 22

39 Keterangan : Ao : Sikap terhadap objek bi : Tingkat kepercayaan bahwa objek memiliki atribut i ei : Evaluasi kepentingan terhadap atribut i n : Jumlah atribut yang dimiliki oleh objek Langkah pertama yang dilakukan dalam menghitung sikap adalah menentukan atribut objek. Atribut yang digunakan dalam analisis ini berjumlah sembilan atribut yang terdiri dari harga, kesegaran, sertifikasi, rasa, keempukan, lemak, kekenyalan, warna, dan tekstur daging. Penentuan kesembilan atribut ini didasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan di wilayah penelitian serta berdasarkan artikel-artikel dan buku-buku yang terkait dengan penelitian. Langkah kedua adalah menentukan pengukuran terhadap komponen kepercayaan (bi) dan komponen evaluasi (ei). Komponen bi menggambarkan seberapa kuat konsumen percaya bahwa objek memiliki atribut yang diberikan. Kekuatan kepercayaan biasanya diukur pada skala dengan 5 (lima) angka dari kemungkinan yang disadari yang berjajar dari sangat setuju (5), setuju (4), biasa (3), tidak setuju (2), sampai sangat tidak setuju (1). Sebagai contoh : Harga daging sapi lokal murah Sangat setuju Sangat tidak setuju Konsumen akan menganggap atribut produk memiliki tingkat kepentingan yang berbeda. Evaluasi atribut mengukur seberapa senang konsumen terhadap atribut dari suatu produk. Adapun komponen ei yaitu menggambarkan evaluasi (tingkat kepentingan) konsumen terhadap atribut daging sapi secara menyeluruh. Evaluasi (tingkat kepentingan) ini dilakukan pada skala evaluasi 5 (lima) angka, dimana hal tersebut menunjukkan nilai sangat penting (5), penting (4), biasa (3), tidak penting (2) dan sangat tidak penting (1). Atribut yang digunakan untuk komponen bi harus sama dengan atribut yang digunakan untuk komponen ei. Sebagai contoh : Apakah harga daging sapi penting bagi Anda Sangat penting Sangat tidak penting 23

40 Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan keseluruhan respon untuk bi dan ei. Setiap skor kepercayaan (bi) harus terlebih dahulu dikalikan dengan skor evaluasi (ei) yang sesuai. Kemudian seluruh hasil perkalian harus dijumlahkan sehingga dari hasil tabulasi dapat diketahui sikap konsumen (Ao) terhadap produk dengan membandingkannya dengan skala interval dengan rumus sebagai berikut. Keterangan : Skala Interval = m n b : Skor tertinggi yang mungkin terjadi : Skor terendah yang mungkin terjadi : Jumlah skala penilaian yang terbentuk Maka besarnya range untuk tingkat kepercayaan dan tingkat evaluasi (kepentingan) adalah : 5 1 0,8 5 Sehingga pembagian kelas berdasarkan tingkat kepercayaan dan tingkat kepentingan adalah : Skor Interpretasi Tingkat Kepercayaan Interpretasi Tingkat Kepentingan 1-1,8 Sangat tidak baik Sangat tidak penting 1,8-2,6 Tidak baik Tidak penting 2,6-3,4 Biasa Biasa 3,4-4,2 Baik Penting 4,2-5 Sangat baik Sangat penting Sementara besarnya range untuk kategori sikap adalah : 5x5 1x1 4,8 5 Sehingga pembagian kelas berdasarkan nilai sikap (Ao) adalah : Skor Interpretasi Sikap (A o ) 1-5,8 Sangat negatif 5,8-10,6 Negatif 10,6-15,4 Netral 15,5-20,2 Positif 20,3-25 Sangat positif 24

41 Analisis Regresi Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan analisis regresi dengan menggunakan program komputer Minitab 14 untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi pembelian konsumen daging sapi lokal dan impor. Variabel untuk faktor-faktor tersebut bersumber dari penelitian terdahulu serta hasil pendugaan di lapangan. Analisis regresi adalah suatu teknik statistika yang berguna untuk memeriksa dan memodelkan hubungan berbagai variabel yaitu bagaimana pengaruh variabel tidak bebas terhadap variabel bebas. Bentuk umum rumusan model regresi adalah : β X ε Dimana : Yi = peubah tidak bebas, dengan i = 1,2,,n (sampel) = intersesp (konstantan) β = parameter penduga bagi X (koefisien regresi dari variabel bebas) X = variabel bebas ke-n dengan n= 1,2,., n ε = error (galat) Pendugaan model tersebut dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) yang didasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut (Nasution 2009) : 1. Nilai rata-rata untuk kesalahan pengganggu sama dengan nol, yaitu Eε = 0, untuk i = 1,2,3,,k. 2. Ragam ε σ 2 sama untuk semua kesalahan pengganggu (asumsi homoscedasticity). 3. Tidak ada autikorelsi antara kesalahan pengganggu, berarti kovarian (ε, ε ) = 0, untuk i j. dengan demikian antara ε dan ε tidak saling bergantung. 4. Peubah bebas X saling bebas atau tidak ada kolinearitas ganda diantara peubah bebas X. 5. Peubah bebas X 1,X 2,X 3,.,X k konstan dalam pengambilan sampel terulang dan bebas terhadap kesalahan pengganggu. 25

42 6. Kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal dengan rata-rata nol dan varian σ 2. Apabila asumsi-asumsi di atas dapat terpenuhi, maka koefisien regresi (parameter) yang diperoleh merupakan penduga linear terbaik yang tidak bias (BLUE = Best Linear Unbiased Estimator). Beberapa asumsi yang mendasari model tersebut adalah terjadinya multikolinearitas, memiliki ragam homogen atau disebut juga adanya masalah heteroskedastisitas, tidak adanya hubungan antar peubah atau autokorelasi (Nasution 2009). Oleh karena itu dilakukan uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji homoskedastisitas untuk melihat apakah asumsi-asumsi tersebut terpenuhi. Uji autokorelasi sendiri tidak dilakukan dalam penelitian ini karena menggunakan data cross section, yaitu data yang diambil pada satu satuan waktu. Asumsi tersebut jarang dilanggar untuk jenis data cross section. 1. Uji Normalitas Asumsi normalitas mengharuskan nilai residual dalam model menyebar atau terdistribusi secara normal. Untuk mengetahuinya dilakukan uji Kolmogrov-Smirnov dengan memplotkan nilai standar residual dengan probabilitasnya pada tes normal. Jika pada grafik Kolmogrov-Smirnov titik-titik residual yang ada tergambar segaris dan nilai P value lebih besar atau sama dengan 0,05 (α = 5 persen), maka dapat disimpulkan bahwa model terdistribusi secara normal. 2. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas merupakan situasi adanya korelasi variabel-variabel bebas diantara satu dengan yang lainnya. Multikolinearitas dalam model dapat dilihat dari nilai Variance Factor (VIF) pada masing-masing variabel bebasnnya. Jika nilai VIF kurang dari sepuluh (10), maka menunjukkan bahwa persamaan tersebut tidak mengalami masalah multikolinieritas yang serius. Sebaliknya jika nilai VIF peubah bebasnya lebih besar dari sepuluh (10), maka menunjukkan persamaan tersebut mengalami masalah multikolinieritas yang serius. 26

43 3. Uji Homoskedastisitas Uji homoskedastisitas ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai-nilai Y bervariasi dalam satuan yang sama. Untuk menguji asumsi ini dibuat plot antara standardized residual dengan faktor X. jika tidak terdapat suatu pola dalam plot tersebut maka dikatakan bahwa data tersebut homogeny (Nasution 2009). Untuk menguji ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam model dilakukan dengan metode Bartlett. Apabila B hitung < X 2 tabel maka terima H 0, artinya data homogen. Sebaliknya apabila B hitung > X 2 tabel maka tolak H 0, artinya data tidak homogen. Setelah data diuji dan terbukti memenuhi asumsi-asumsi tersebut, maka dilanjutkan dengan melakukan analisis regresi untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal dan impor. Berikut ini adalah model pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal dan impor : Dimana : Yi = Permintaan daging sapi lokal dan impor X 1 = Umur (tahun) D 2 = Dummy Pendapatan D 2 = 1, untuk pendapatan lebih besar atau sama dengan Rp per bulan D 2 = 0, untuk pendapatan kurang dari Rp per bulan X 3 = Pengeluaran (rupiah/bulan) X 4 = Harga (rupiah/kg) D 5 = Dummy Pendidikan D 5 = 1, untuk responden yang telah atau sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. D 5 = 0, untuk responden yang tidak atau belum menempuh pendidikan di perguruan tinggi. D 6 = Dummy frekuensi konsumsi D 6 = 1, untuk responden yang mengkonsumsi daging sapi lebih dari atau sama dengan 3 kali sebulan. 27

44 D 6 = 0, untuk responden yang mengkonsumsi daging sapi kurang dari 3 kali sebulan. X 7 = Jumlah anggota keluarga (orang). = Intersep = Koefisien regresi yang diduga (i=1,2,,7) = unsur galat/error Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai jawaban sementara terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal dan impor adalah : 1. Umur Umur mempunyai pengaruh negatif terhadap jumlah pembelian daging sapi, dimana semakin lanjut usia orang akan mengurangi pembelian daging sapi karena alasan kesehatan. 2. Pendapatan Pendapatan rumah tangga berpengaruh positif terhadap pembelian daging sapi, dimana semakin besar pendapatan rumah tangga, maka akan meningkatkan jumlah pembelian daging sapi pada setiap tingkat harga yang berlaku. 3. Pengeluaran untuk kelompok daging Pengeluaran atau anggaran belanja untuk kelompok daging memiliki pengaruh positif terhadap pembelian daging sapi, dimana semakin tinggi pengeluaran untuk kelompok daging, maka jumlah pembelian daging sapi akan meningkat. 4. Harga daging sapi Semakin rendah harga daging sapi, maka akan semakin tinggi jumlah pembelian daging sapi. 5. Pendidikan Konsumen dengan tingkat pendidikan yang tinggi mengetahui manfaat dari daging sapi untuk pemenuhan gizi seimbang sehingga jumlah pembelian daging sapi juga akan semakin meningkat. 28

45 6. Frekuensi konsumsi daging sapi Frekuensi konsumsi daging sapi berpengaruh positif dengan jumlah pembelian daging sapi, dimana semakin sering konsumen mengkonsumsi daging sapi maka jumlah pembelian daging sapi pun meningkat. 7. Jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga berpengaruh positif terhadap pembelian daging sapi, dimana semakin banyak jumlah anggota keluarga maka jumlah pembelian daging sapi juga akan semakin meningkat. Model yang dianalisis membutuhkan pengujian terhadap hipotesishipotesis yang dilakukan. Pengujian hipotesis secara statistic bertujjuan untuk melihat nyata atau tidaknya oengaruh peubah-peubah bebas yang dipilih terhadap peubah tidak bebas yang diteliti. 1. Koefisien Determinasi (Goodness of Fit) Untuk menguji kemampuan (kebaikan) model untuk dugaan dilakukan dengan menghitung nilai R 2 dan F-hitung. Nilai koefisien determinasi (nilai R 2 ) digunakan untuk mengukur keragaman dari variabel tidak bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Nilai R 2 berkisar antara nol sampai satu, semakin besar nilai R 2 berarti model semakin baik. 2. Uji t statistik Uji t statistik bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing peubah bebas yang terdapat dalam model berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas yang diteliti. Nilai kritis dalam pengujiaan terhadap koefisien regresi ditentukan dengan menggunakan tabel distribusi normal serta memperhatikan tingkat signifikansi (taraf nyata) Definisi Operasional 1. Rumah tangga adalah keluarga inti (suami, istri, dan anak-anak) ditambah kerabat atau lainnya yang tinggal dalam satu rumah dan makan dari satu dapur. Yang dimaksud dengan satu dapur adalah pembiayaan keperluan jika pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola secara bersama-sama. 2. Konsumen rumah tangga adalah satu keluarga yang mengkonsumsi daging sapi, baik lokal maupun impor untuk kebutuhan anggota keluarga. 29

46 3. Pendapatan rumah tangga meliputi pendapatan ayah, ibu dan anak (bila sudah bekerja) yang tinggal dalam satu keluarga/rumah tangga dan dinyatakan dalam satuan rupiah. 4. Jumlah anggota keluarga adalah semua orang yang menjadi tanggungan dalam keluarga yang tinggal salam satu rumah tangga. 5. Harga daging sapi adalah harga yang harus dibayar oleh konsumen terhadap daging sapi lokal maupun impor yang dibeli. 6. Sertifikasi daging sapi adalah penetapan dari pihak ketiga bahwa daging sapi telah memenuhi standar. 7. Kesegaran daging adalah daging yang belum diolah dan diberi bumbu. 8. Keempukan daging adalah tingkat kehalusan tekstur potongan daging sapi sehingga daging mudah dikunyah, contohnya : daging has dalam. 9. Kekenyalan daging adalah daging yang apabila ditekan dengan jari tangan bentuknya kembali seperti semula. 10. Tekstur daging adalah kandungan jaringan ikat serta ukuran berkas otot. Tekstur daging sapi dibagi menjadi tiga, yaitu halus, sedang, dan kasar. 30

47 V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Setiabudi merupakan salah satu kecamatan di Kotamadya Jakarta Selatan yang memiliki luas wilayah sebesar 8,85 km 2. Secara geografis, kecamatan ini terletak pada ,8 LS dan ,0 BT dan merupakan daerah dataran yang berada pada ketinggian 26,2 m di atas permukaan laut. Secara umum batas wilayah Kecamatan Setiabudi adalah : Utara : Berbatasan dengan Kali Malang Kota Administrasi Jakarta Pusat. Timur : Berbatasan dengan Jl. Prof. Dr. Sahardjo Kecamatan Tebet. Selatan: Berbatasan dengan Jl. Jend Gatot Subroto Kecamatan Kebayoran Baru. Barat : Berbatasan dengan Jl. Jend Sudirman Kota Administrasi Jakarta Pusat. Secara Administratif, Kecamatan Setiabudi terdiri dari 8 (delapan) kelurahan, 50 RW, dan 514 RT. Delapan kelurahan tersebut adalah Karet Semanggi, Kuningan Timur, Karet Kuningan, Karet, Guntur, Setiabudi, Menteng Atas, dan Pasar Manggis. Dari kedelapan kelurahan itu kelurahan yang paling banyak penduduknya adalah Kelurahan Menteng Atas dan Kelurahan Pasar Manggis. Hal ini dikarenakan kedua kelurahan tersebut merupakan daerah pemukiman padat penduduk, tidak seperti kelurahan lainnya yang didominasi oleh gedung-gedung perkantoran. Data mengenai penduduk dan ketenagakerjaan di Kecamatan Setiabudi, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat di Tabel 4. Berdasarkan data yang dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah, jumlah penduduk di Kecamatan Setiabudi adalah jiwa atau KK dengan kepadatan penduduk mencapai jiwa/km 2. Sementara, dilihat dari komposisi penduduk antara laki-laki dan perempuan, Kecamatan Setiabudi memiliki lebih banyak penduduk laki-laki dibandingkan penduduk perempuan dengan sex ratio yang berarti rata-rata setiap 100 perempuan terdapat 104 laki-laki. 31

48 Tabel 4. Luas Wilayah, Jumlah Kepala Keluarga, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan, No Kelurahan Luas (km 2 ) KK Jumlah Kepadatan Penduduk Penduduk 1 Karet Semanggi 0, Kuningan Timur 2, Karet Kuningan 1, Karet 0, Menteng Atas 0, Pasar Manggis 0, Guntur 0, Setiabudi 0, Jumlah 8, Sumber : BPS Kecamatan Setiabudi (2011) Tabel 5 menunjukkan dengan jelas banyaknya penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Setiabudi, yaitu sebanyak jiwa dari total penduduk di Kecamatan Setiabudi merupakan penduduk laki-laki dan sisanya sebanyak jiwa merupakan penduduk perempuan. Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin, Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin Sumber : BPS Kecamatan Setiabudi (2011) Jumlah penduduk menurut pendidikan di Kecamatan Setiabudi menurut data yang tercatat terdiri dari lulusan/tamatan sarjana sebanyak orang, lulusan SMA/sederajat sebanyak orang, lulusan SMP/sederajat sebanyak orang, lulusan SD/sederajat sebanyak orang. Berdasarkan data tersebut dapat terlihat jelas bahwa penduduk di Kecamatan Setiabudi umumnya adalah tamatan SMA/sederajat yang berarti dapat dikatakan penduduk di wilayah ini memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pentingnya protein hewani bagi keluarga mereka. Berdasarkan tabel di bawah dapat dilihat bahwa di Kecamatan Setiabudi terdapat tiga pasar inpres, empat pasar tradisional, sepuluh pasar swalayan, tujuh mal (mall), empat waserda, dan dua minimarket. Diantara pasar-pasar yang ada di Kecamatan Setiabudi, Pasar Rumput dan Pasar Menteng Pulo merupakan dua 32

49 pasar yang cukup terkenal di wilayah ini karena barang-barang yang di jual atau ditawarkan di kedua pasar ini cukup lengkap, mulai dari barang kebutuhan seharihari hingga jasa penyewaan dan harga yang ditawarkan juga terjangkau. Tabel 6. Jumlah Pasar Menurut Kelurahan dan Jenis, 2010 No Kelurahan Pasar Pasar Pasar Mini Mall Waserda Inpres Tradisional Swalayan Market 1 Karet Semanggi Kuningan Timur Karet Kuningan Karet Menteng Atas Pasar Manggis Guntur Setiabudi Jumlah Sumber : BPS Kecamatan Setiabudi (2011) 33

50 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik Responden Daging Sapi Lokal dan Daging Sapi Impor Karakteristik responden yang diamati meliputi usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan (uang saku) per bulan, dan jumlah anggota keluarga. Responden dalam penelitian ini sebanyak 50 orang yang bertempat tinggal di dua kelurahan di Kecamatan Setiabudi, yaitu Kelurahan Pasar Manggis dan Kelurahan Menteng Atas. Responden yang dipilih adalah mereka yang telah membeli dan mengkonsumsi daging sapi lokal dan daging sapi impor dengan harapan responden dapat memberikan pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka mengenai kedua daging sapi tersebut Usia Responden berdasarkan kelompok usia dibagi menjadi lima kelompok, yaitu kelompok usia tahun, tahun, tahun, tahun dan kelompok usia 57 tahun keatas. Dengan jumlah masing-masing kelompok berturut adalah 24 responden (48 persen), 8 responden (16 persen), 3 responden (6 persen), 7 responden (14 persen) dan 8 responden (16 persen). Pada Tabel 7 dapat dilihat perbandingan tiap-tiap kelompok usia antara responden daging sapi lokal dengan responden daging sapi impor. Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Usia Usia Daging Sapi Lokal Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % tahun tahun tahun tahun > 57 tahun Jumlah Berdasarkan data pada Tabel 7 tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang pernah membeli dan mengkonsumsi daging sapi lokal dan daging sapi impor berada pada kelompok usia tahun. Pada kelompok usia ini, sebanyak 60 persennya merupakan responden yang sering mengkonsumsi daging sapi lokal, sementara 36 persen merupakan responden yang sering mengkonsumsi daging sapi impor. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang membeli daging sapi, baik lokal maupun impor termasuk dalam kelompok anak muda yang 34

51 umumnya memiliki berbagai aktivitas sehingga membutuhkan bahan pangan ini untuk memenuhi asupan gizi yang seimbang Jenis Kelamin dan Status Pernikahan Berdasarkan jenis kelaminnya, responden yang telah membeli dan mengkonsumsi daging sapi lokal dan impor memiliki jenis kelamin perempuan, yaitu sebesar 72 persen atau sebanyak 36 orang. Hal ini dikarenakan perempuan lebih berperan dalam urusan belanja rumah tangga daripada kaum lelaki. Secara lebih jelas ini dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Daging Sapi Lokal Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Perempuan Laki-laki Jumlah Sementara jika dilihat dari status pernikahan responden tidak ada perbedaan yang signifikan antara mereka yang telah menikah dengan mereka yang belum menikah. Sebanyak 23 responden (46 persen) merupakan responden yang telah menikah dan sisanya sebanyak 27 responden (54 persen) merupakan responden yang belum menikah. Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Status Pernikahan Status Daging Sapi Lokal Daging Sapi Impor Pernikahan Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Menikah Belum menikah Jumlah Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa responden laki-laki lebih banyak mengkonsumsi daging sapi impor dibandingkan daging sapi lokal. Ini dikarenakan daging sapi impor lebih praktis untuk dimasak karena dagingnya yang cepat empuk dibandingkan daging sapi lokal. Sementara responden perempuan lebih menyukai daging sapi lokal karena umumnya mereka telah memiliki langganan penjual daging yang sering menjual daging sapi lokal sehingga mereka banyak membeli dan mengkonsumsi daging sapi lokal. Selain itu faktor kehalalan juga menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh kelompok ini ketika memilih daging sapi yang akan mereka konsumsi. 35

52 Pendidikan Terakhir Responden daging sapi lokal dan impor di Kecamatan Setiabudi berdasarkan pendidikan terakhir mereka beragam, mulai dari SD sampai dengan pascasarjana. Namun mayoritas responden merupakan lulusan SMA/sederajat yaitu sebanyak 18 responden (36 persen), diikuti oleh kelompok pendidikan sarjana sebanyak 13 responden (26 persen), kelompok pendidikan SMP/sederajat sebanyak 6 orang (12 persen), kelompok pendidikan diploma sebanyak 5 orang (10 persen), kelompok pendidikan pascasarjana dan pendidikan lainnya masingmasing sebanyak 3 orang serta kelompok pendidikan SD/sederajat sebanyak 2 orang (4 persen). Secara lengkap ini dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Daging Sapi Lokal Daging Sapi Impor Terakhir Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma Sarjana Pascasarjana Lainnya Jumlah Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa tiga responden memiliki pendidikan terakhir di kelompok lainnya. Mereka yang berada pada kelompok ini memiliki pendidikan terakhir berupa pendidikan profesi. Mayoritas responden yang telah membeli dan mengkonsumsi daging sapi lokal dengan daging sapi impor tidak berbeda, yaitu mereka yang memiliki pendidikan terakhir SMA/sederajat diikuti dengan kelompok sarjana. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk di Kecamatan Setiabudi merupakan lulusan SMA/sederajat. 36

53 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir di Perguruan Tinggi IMPOR 62% LOKAL 38% Gambar 2. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir di Perguruan Tinggi Jika dilihat berdasarkan kelompok responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir di perguruan tinggi (diploma, sarjana dan pascasarjana) maka lebih banyak responden yang mengkonsumsi daging sapi impor dibandingkan daging sapi lokal. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan seseorang, selain dapat mempengaruhi pola pikir dan wawasan mereka, juga dapat menentukan tingkat pendapatan dan kelas sosial konsumen tersebut (Amelia 2008). Hal ini mungkin karena responden tersebut memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan responden lain, mereka juga akan lebih memilih daging yang menurut mereka lebih berkualitas, meskipun harganya lebih mahal Pekerjaan Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaannya didominasi oleh ibu rumah tangga sebanyak 14 responden (28 persen) diikuti oleh pegawai swasta dan pelajar masing-masing sebanyak 13 responden (26 persen), pegawai negeri sebanyak 4 orang (8 persen), wiraswasta sebanyak 2 orang (4 persen) dan sebanyak 4 orang (8 persen) memiliki profesi lain. Untuk lebih jelasnya ini dapat dilihat pada Tabel 11. Responden yang sering mengkonsumsi daging sapi lokal mayoritas adalah kelompok ibu rumah tangga, yaitu sebesar 36 persen sementara responden yang sering mengkonsumsi daging sapi impor adalah mereka yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta, yaitu sebesar 32 persen. Hal ini dikarenakan kelompok 37

54 ibu rumah tangga biasanya telah memiliki langganan penjual daging sendiri yang lebih sering menjual daging sapi lokal. Oleh karena itu mereka lebih sering membeli dan mengkonsumsi daging sapi lokal. Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Daging Sapi Lokal Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Pelajar/Mahasiswa Pegawai negeri Pegawai swasta Wiraswasta Ibu rumah tangga Lainnya Jumlah Sementara untuk kelompok pegawai swasta, karena memiliki penghasilan yang memadai dan lebih sering berbelanja di supermarket dekat kantornya, mereka lebih banyak memilih daging sapi impor. Selain itu daging sapi impor juga dipilih karena dagingnya yang cepat empuk ketika dimasak sehingga menurut mereka lebih praktis Pendapatan (Uang Saku) per Bulan Berdasarkan tingkat pendapatan per bulan, responden dengan tingkat pendapatan antara Rp Rp per bulan merupakan kelompok mayoritas, yaitu sebanyak 33 responden (66 persen), diikuti oleh kelompok berpendapatan Rp Rp per bulan sebanyak 9 orang (18 persen), Rp Rp sebanyak 4 orang (8 persen) dan kelompok dengan pendapatan di bawah Rp sebanyak 4 orang (8 persen). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendapatan (Uang Saku) per Bulan Daging Sapi Lokal Daging Sapi Impor Pendapatan (Uang Saku) Jumlah Jumlah Jumlah per Bulan % % (orang) (orang) (orang) % < Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Jumlah Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa responden yang sering mengkonsumsi daging sapi impor adalah responden dengan penghasilan yang tinggi. Hal ini dikarenakan pendapatan merupakan penentu terhadap daya beli 38

55 seseorang, semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin besar pula daya belinya. Terutama untuk produk daging impor, karena harganya kini relatif tinggi semenjak adanya pembatasan daging impor oleh pemerintah, maka hanya orang-orang dengan penghasilan yang besar yang membelinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Aulia dkk (2005) yang menyatakan bahwa daging sapi impor umumnya lebih disenangi oleh masyarakat kalangan menengah atas di Indonesia Jumlah Anggota Keluarga Responden daging sapi lokal dan daging sapi impor di Kecamatan Setiabudi mayoritas merupakan kelompok yang memiliki anggota keluarga berjumlah 4-6 orang, yaitu sebanyak 27 responden (54 persen), diikuti oleh kelompok dengan jumlah anggota keluarga 1-3 orang sebanyak 14 responden (28 persen), kelompok dengan jumlah anggota keluarga 7-9 orang sebanyak 7 responden (14 persen) dan kelompok dengan jumlah anggota keluarga orang sebanyak 2 orang (4 persen). Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Anggota Daging Sapi Lokal Daging Sapi Impor Keluarga Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % 1-3 orang orang orang orang Jumlah Tabel 13 memperlihatkan dengan jelas karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga. Berdasarkan data tersebut, konsumen yang mengkonsumsi daging sapi baik lokal maupun daging sapi impor kebanyakan memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 4-6 orang keluarga. Keluarga ini biasanya terdiri dari ayah, ibu, dan dua hingga empat anak Pengeluaran untuk Kelompok Daging Pengeluaran per bulan responden untuk kelompok daging beragam dari Rp hingga Rp dengan rata-rata pengeluaran untuk daging di Kecamatan Setiabudi adalah Rp per bulan. Untuk melihat sebaran data berdasarkan pengeluaran daging per bulan, responden dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok dengan pengeluaran perbulan sebesar Rp Rp 39

56 , kelompok pengeluaran per bulan Rp Rp , kelompok dengan pengeluaran per bulan Rp Rp dan kelompok dengan pengeluaran per bulan lebih dari Rp secara lengkap ini dapat dilihat pada Tabel 14. Faktor utama yang mendukung keberagaman pengeluaran belanja responden adalah jumlah anggota keluarga responden itu sendiri. Rata-rata responden yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari empat orang memiliki pengeluaran untuk kelompok daging mendekati Rp per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga, akan semakin banyak pula konsumsi daging mereka sehingga pengeluaran mereka untuk kelompok daging juga akan semakin besar. Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengeluaran per Bulan untuk Kelompok Daging Pengeluaran per Bulan Daging Sapi Lokal Daging Sapi Impor Jumlah Jumlah Jumlah % % (orang) (orang) (orang) % Rp Rp Rp Rp Rp Rp >Rp Jumlah Kelompok Daging yang Sering Dikonsumsi Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, didapatkan keterangan bahwa 33 responden menyatakan lebih sering menyajikan daging ayam di rumah mereka karena menurut mereka daging ayam harganya lebih terjangkau. Sementara untuk daging sapi sendiri, hanya empat responden saja yang menyatakan lebih sering menyajikan daging sapi di rumah mereka dengan alasan keluarga mereka lebih menyukai daging sapi dibandingkan kelompok daging lainnya. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat di tabel berikut. Tabel 15. Kelompok Daging yang Sering Disajikan di Rumah Kelompok Daging Daging Sapi Lokal Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Daging Ayam Daging Ikan Daging Sapi Jumlah

57 Alasan utama sedikitnya jumlah responden yang memilih daging sapi sebagai makanan yang sering disajikan di rumah adalah faktor kesehatan. Kebanyakan responden berpendapat bahwa daging sapi memiliki tingkat kolesterol yang tinggi sehingga mereka takut hal tersebut dapat mengganggu kesehatan mereka padahal apabila daging tersebut diolah dengan benar dan konsumsinya tidak berlebihan, daging merah aman untuk kesehatan. Selain itu daging merupakan sumber protein yang sangat baik karena protein yang terkandung di dalam daging memiliki asam amino esensial 6.2. Pol Konsumsi Daging Sapi Frekuensi Konsumsi dan Jumlah Pembelian Daging Sapi Mayoritas responden daging sapi lokal dan impor di Kecamatan Setiabudi sebesar 46 persen menyajikan hidangan berbahan baku daging sapi di rumah mereka sebanyak 3-4 kali sebulan. Sementara sebanyak 40 persen responden menyajikan hidangan berbahan baku daging sapi 1-2 kali sebulan dan hanya 14 persen responden yang menyajikan hidangan berbahan baku daging sapi 5-6 kali sebulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16 berikut. Tabel 16. Frekuensi Penyajian Hidangan Berbahan Baku Daging Sapi di Rumah dalam Periode Satu Bulan Frekuensi Daging Sapi Lokal Daging Sapi Impor Penyajian Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % 1-2 kali kali kali Jumlah Jumlah pembelian daging sapi per bulan oleh responden dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok pertama untuk jumlah pembelian 0,5-1,5 kg, kelompok kedua untuk jumlah pembelian 1,51-2,5 kg, kelompok ketiga untuk jumlah pembelian 2,51-3,5 kg dan kelompok keempat untuk jumlah pembelian di atas 3,5 kg. Berdasarkan empat kelompok terebut, didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden membeli daging sapi dengan jumlah 0,5-1,5 kg per bulan yaitu sebanyak 24 responden (48 persen). Jenis karkas daging yang sering dibeli oleh konsumen adalah daging has. Hal ini dikarenakan daging has memiliki lemak yang sedikit. Selain itu daging has 41

58 juga dipilih karena daging ini cocok untuk diolah menjadi berbagai masakan berbahan dasar daging, terutama masakan daging rendang. Tabel 17. Jenis Karkas Daging yang Sering Dibeli Jenis karkas Daging Sapi Lokal Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Has Paha Sengkel Iga Jumlah Berdasarkan data, responden daging sapi lokal cenderung lebih sering membeli 0,5-1,5 kg daging sapi per bulan, sementara responden daging sapi impor cenderung lebih sering membeli 1,51-2,5 kg daging sapi per bulan. Sedangkan secara keseluruhan, jumlah pembelian daging sapi, baik lokal maupun impor, oleh responden di wilayah ini adalah 0,5 kg per bulan. Tabel 18. Jumlah Pembelian Daging Sapi per Bulan Jumlah Daging Sapi Lokal Daging Sapi Impor Pembelian Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % 0,5-1,5 kg ,51-2,5 kg ,51-3,5 kg > 3,5 kg Jumlah Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa responden daging sapi impor cenderung membeli daging sapi dalam jumlah yang cukup besar serta cenderung lebih sering menyajikan hidangan berbahan baku daging sapi di rumah mereka dibandingkan responden daging sapi lokal. Hal ini dikarenakan umumnya responden daging sapi impor merupakan responden dengan pendapatan yang lebih besar dibandingkan responden daging sapi lokal. Besar atau kecilnya pendapatan responden menentukan daya beli mereka, oleh sebab itu akan sangat memungkinkan bagi responden daging sapi impor untuk membeli daging sapi dengan jumlah yang lebih besar sehingga mereka juga lebih sering menyajikan hidangan berbahan baku daging sapi di rumah mereka dibandingkan responden daging sapi lokal Alasan Mengkonsumsi Daging Sapi Motivasi responden dalam mengkonsumsi daging sapi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemungkinan apakah kebutuhan mereka akan 42

59 daging sapi yang diinginkan, baik itu daging sapi lokal maupun dagingg sapi impor. Pada Tabel 19 berikut ditunjukkann bahwa motivasi/alasan utama yang mendasari respondenn dalam membeli dan mengkonsumsi daging sapi adalah karena gizi yang terkandung di dalamnya. Daging sapi tidak hanya mengandung protein hewani dan lemak saja, tetapi juga mengandung vitamin dan mineral dalam kadar yang cukup tinggi, seperti vitamin B1, vitamin B2, zat besi dan kalsium yang juga sangat berguna bagi tubuh. Tabel 19. Motivasi Responden dalam Mengkonsumsi Daging Sapi Motivasi Daging Sapi Lokal Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Jumlah (orang) Kandungan gizi Kualitas Rasa Selera Lainnya Jumlah % Ketika melakukan pembelian daging sapi, sebagian besar responden menggunakan indikator warna daging sebagai pertimbangan dalam melakukan keputusan pembelian. Hal ini dilakukan karena menurut responden indikator warna merupakan indikator yang paling mudah digunakan untuk menentukann baik buruknya daging sapi. Pendapat responden tersebut juga didukung oleh Faturrahman (2008) yang menyatakan bahwa salah satu kriteria yang digunakan untuk mengetahui kualitas daging yang baik adalah melalui warna dagingg sapi tersebut, yaitu yang berwarna merah cerah (terang) 8. jumlah responden Indikator yang Dipertimbangkan dalam Pembelian Daging Sapi Warna Kesegaran Keempukan Bau Indikator Lokal Impor Lokal & Impor Gambar 3. Indikator yang Dipertimbangkan dalam Pembelian Daging Sapi 8 Faturrahman, E Penanganan Daging = [1 Mei 2012]. Sapi. 43

60 Terkait dengan warna daging sapi, Standar Nasional Indonesia (SNI) membagi syarat mutu karkas sapi berdasarkan karakteristik warna menjadi tiga, yaitu mutu I dengan karakteristik warna merah khas daging, mutu II dengan karakteristik warna merah khas daging dan agak heterogen, serta mutu III dengan karakteristik warna merah khas daging dan heterogen Tempat Pembelian Daging Sapi Pasar tradisional merupakan tempat yang paling sering dikunjungi oleh responden untuk membeli daging sapi yang mereka inginkan. Sebanyak 33 responden (66 persen) memilih pasar tradisional sebagai tempat yang pertama kali akan mereka kunjungi untuk membeli daging sapi. Alasan utama responden memilih pasar karena letaknya yang dekat dengan rumah mereka. Untuk lebih lengkapnya ini dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Tempat Pembelian Daging Sapi Tempat Daging Sapi Lokal Daging Sapi Impor Pembelian Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Pasar tradisional Supermarket Jumlah Responden daging sapi impor lebih sering membeli di supermarket, sedangkan responden daging sapi lokal lebih sering membeli di pasar tradisional. Hal ini dikarenakan pasar-pasar tradisional yang berada di wilayah penelitian tidak menjual daging sapi impor, sehingga responden yang senang berbelanja daging sapi impor di pasar tradisional harus mencari pasar lain di luar wilayah penelitian, seperti Pasar Rumput atau Pasar Senen, untuk mendapatkan daging yang mereka inginkan. Tabel 21. Alternatif Tempat Pembelian Daging Sapi Motivasi Daging Sapi Lokal Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Pasar dekat rumah Pasar besar Supermarket Lainnya Jumlah Tabel di atas memperlihatkan alternatif tempat pembelian yang akan dikunjungi oleh responden ketika daging sapi yang mereka inginkan tidak tersedia di tempat mereka biasa membelinya. Mayoritas responden memilih untuk pergi ke 44

61 supermarket ketika daging sapi yang biasaa mereka beli tidak tersedia di tempat awal. Alasan mereka memilih supermarket adalah kelengkapan barang dan kenyamanan berbelanja. Mereka juga cenderung tidak khawatir dengan harga daging sapi yang adaa di supermarket karenaa menurut mereka harga daging baik di pasar maupun di supermarket relatif sama. Terdapat satu responden daging sapi lokal dan satu responden dagingg sapi impor yang memilih alternatif lainnya. Satu respondenn daging sapi lokal memilih untuk menunda pembeliannya apabila daging yang dicari tidak tersedia di tempatnyaa biasa berbelanja sedangkan satu responden daging sapi impor memilih untuk berbelanja di tukang sayur apabilaa hal ini terjadi. Hal ini dikarenakan respondenn daging sapi lokal tersebut sangat loyal dengan penjual dagingg sapi tersebut. Sementara responden daging sapi impor yang lebih memilih untuk berbelanjaa di tukang sayur berpendapat bahwa dengann berbelanjaa di tukang sayur lebih hemat karena mereka tidak perlu mengeluarka an uang/ongkos perjalanan, seperti biaya ojek. Sumber Informasi Responden Ketika Memilih Tempat Pembelian Dagingg Sapi keluarga pengetahuan sendiri teman media cetak tetangga lokal impor lokal&impor Gambar 4. Sumber Informasi Responden Ketika Memilih Dagingg Sapi Cara Pembelian Dagingg Sapi Ada tiga kemungkinann cara responden melakukan pembelian, yaitu dengan melakukannya secara terencana, mendadak ataupun tergantung situasi. Mayoritas respondenn (76 persen) melakukan cara pembelian secara terencana yang artinya responden akan merencanakann untuk membeli daging sapi meskipun persediaan daging sapi di rumah belum habis. Di urutan kedua, sebanyak 20 45

62 persen responden memilih untuk melakukan pembelian daging sapi dengann cara tergantungg situasi, artinya responden akan membeli daging sapi apabila persediaan mereka dirumah telah habis. Sedangkan cara pembelian secara mendadak hanya dilakukan oleh 4 persen responden. Ini berarti hanya sedikit respondenn yang berniat untuk membeli daging sapi saat mereka berada di tempat berbelanja. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel 22. Cara Memutuskan Pembelian Daging Sapi Caraa Memutuskan Pembelian Terencana Tergantung Situasi Mendadak Jumlah Daging Sapi Lokal Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Pendapat Responden Mengenai Isu Penyakit pada Sapi Potong Pemerintah telah menetapkan aturan ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) dalam mendistribusikan serta memasarkan daging sapi dengan tujuan melindungi masyarakat. Salah satu penyakit pada sapi yang dapat membahayakan konsumenn adalah penyakit sapi gila. Sebanyak 50 responden ditanya pendapat apakah mereka pernah berhenti mengkonsumsi dagingg sapi saat ada isu penyakit sapi gila, hasilnya sebanyak 52 persen menyatakan tidak pernah berhenti mengkonsumsi karena mereka yakin dengann daging yang mereka pilih sudah baik dan aman untuk dikonsumsi. Sedangkan sebanyak 48 persen menyatakan mereka pernah berhenti mengkonsumsi daging sapi karena takut. Pendapat Responden Mengenai Isu Penyakit pada Sapi Potong Tidak berhenti konsumsi 52% Berhenti konsumsi 48% Gambar 5. Sebaran Jawaban Responden terhadap Implikasi Adanya Isu Penyakit pada Sapi Potong 46

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perilaku Konsumen Pemahaman tentang perilaku konsumen berkaitan dengan segala cara yang dilakukan orang untuk mendapatkan barang konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin kompleksnya kebutuhan suatu negara, hampir tidak satupun negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin kompleksnya kebutuhan suatu negara, hampir tidak satupun negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin kompleksnya kebutuhan suatu negara, hampir tidak satupun negara mampu memenuhi sendiri kebutuhannya. Sehingga hal yang lazim disaksikan adalah adanya kerjasama

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dan impor ini dilakukan di DKI Jakarta, tepatnya di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk

Lebih terperinci

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaan akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang terlibat didalamnya. Cara dan

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerbau merupakan salah satu ternak yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Kerbau sangat bermanfaat bagi petani di Indonesia yaitu sebagai tenaga kerja untuk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah orang yang melakukan tindakan menghabiskan nilai barang dan jasa setelah mengeluarkan sejumlah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Konsumsi dan Konsumen Konsumsi berasal dari bahasa Belanda consumptie. Pengertian konsumsi secara tersirat dikemukakan oleh Holbrook

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Perilaku Konsumen dan Proses Keputusan Pembelian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Perilaku Konsumen dan Proses Keputusan Pembelian 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemasaran Menurut Kotler (1999:4), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang dibutuhkan dan inginkan melalui penciptaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen, yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen, yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Perilaku Konsumen Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen, yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemasaran Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Ahmad Alhadi (2008) dengan judul Analisis Pengaruh Bauran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Ahmad Alhadi (2008) dengan judul Analisis Pengaruh Bauran 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebagai landasan penelitian terdahulu, peneliti mengambil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Alhadi (2008) dengan judul Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi Telur dan Daging Broiler pada Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009

PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi Telur dan Daging Broiler pada Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak perusahaan yang bergerak di bidang perunggasan, baik dari segi pakan unggas, komoditi unggas, dan pengolahan produk unggas dalam skala besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang dikenal

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang dikenal PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang dikenal dengan sebutan ayam buras (ayam bukan ras) atau ayam sayur. Ayam kampung memiliki kelebihan pada daya adaptasi tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan produk cair berwarna putih yang mengandung nilai gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina dengan tujuan utama untuk

Lebih terperinci

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI DWIANA SILVI LEUNAWATI A14103669 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor peternakan merupakan salah satu pilar dalam pembangunan agribisnis di Indonesia yang masih memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Komoditi peternakan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Banyak ahli yang telah memberikan definisi atas pemasaran. Pemasaran yang diberikan sering berbeda antara ahliyang satu dengan ahli yang lain. Perbedaan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA KEPUTUSAN PEMBELIAN DAGING SAPI SEGAR PADA KONSUMEN MENENGAH KE ATAS DI KOTA BOGOR (STUDI KASUS DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR)

ANALISIS GAYA KEPUTUSAN PEMBELIAN DAGING SAPI SEGAR PADA KONSUMEN MENENGAH KE ATAS DI KOTA BOGOR (STUDI KASUS DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR) ANALISIS GAYA KEPUTUSAN PEMBELIAN DAGING SAPI SEGAR PADA KONSUMEN MENENGAH KE ATAS DI KOTA BOGOR (STUDI KASUS DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR) Oleh RANI ELVINA ANGGRELYSA PANDJAITAN H24102063 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK)

ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK) ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK) PADA GAPOKTAN SILIH ASIH DESA CIBURUY KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI IPO MELANI SINAGA H34076081 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari Departemen Pertanian, bahwa komoditas daging sapi. pilihan konsumen untuk meningkatkan konsumsi daging sapi.

BAB I PENDAHULUAN. dari Departemen Pertanian, bahwa komoditas daging sapi. pilihan konsumen untuk meningkatkan konsumsi daging sapi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk yang meningkat diiringi dengan perkembangan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, dan perubahan gaya hidup yang terjadi di masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI 8.1. Model Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal dan Impor Model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Banyak cara yang dilakukan perusahaan untuk dapat mencapai tujuan organisasinya. Salah satunya adalah merancang strategi pemasaran yang efektif. Pemasaran merupakan

Lebih terperinci

SIKAP KONSUMEN TERHADAP DAGING SAPI LOKAL DENGAN DAGING SAPI IMPOR

SIKAP KONSUMEN TERHADAP DAGING SAPI LOKAL DENGAN DAGING SAPI IMPOR VII. SIKAP KONSUMEN TERHADAP DAGING SAPI LOKAL DENGAN DAGING SAPI IMPOR 7.1. Sikap Konsumen terhadap Daging Sapi Lokal dengan Daging Sapi Impor Sikap konsumen terhadap atribut produk daging sapi lokal

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. permasalahan penelitian yang dimuat oleh peneliti untuk mempermudah peneliti

BAB II KERANGKA TEORI. permasalahan penelitian yang dimuat oleh peneliti untuk mempermudah peneliti BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori merupakan suatu kumpulan teori-teori yang mendukung dalam permasalahan penelitian yang dimuat oleh peneliti untuk mempermudah peneliti dalam pengaplikasiannya saat

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR Oleh : NOVA RESKI SEPTINA K A14104117 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Menurut Kotler dan Keller (2009:213) Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, dan pengalaman

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR Oleh : Endang Pudji Astuti A14104065 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembeli yaitu ketika konsumen benar-benar membeli produk. Dimana. mengarah kepada keputusan pembelian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembeli yaitu ketika konsumen benar-benar membeli produk. Dimana. mengarah kepada keputusan pembelian. 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keputusan pembelian Keputusan pembelian merupakan tahap dari proses keputusan pembeli yaitu ketika konsumen benar-benar membeli produk. Dimana konsumen mengenal masalahnya,

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN AYAM GEPREK ISTIMEWA BOGOR

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN AYAM GEPREK ISTIMEWA BOGOR ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN AYAM GEPREK ISTIMEWA BOGOR SKRIPSI KARINA KARTIKA SARI H34066069 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ANALISIS KEPUASAN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu 1. Baros (2007) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh atribut produk terhadap terbentuknya citra merek (Brand Image) di PT. Radio Kidung Indah Selaras

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI SUSU CAIR (Pada Hypermarket Carrefour, Lebak Bulus, Jakarta) Oleh : ASMA NASUTION H

SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI SUSU CAIR (Pada Hypermarket Carrefour, Lebak Bulus, Jakarta) Oleh : ASMA NASUTION H SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI SUSU CAIR (Pada Hypermarket Carrefour, Lebak Bulus, Jakarta) Oleh : ASMA NASUTION H 34066025 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. bermanfaat bagi manusia. Daging banyak dikonsumsi oleh manusia untuk

PENDAHULUAN. bermanfaat bagi manusia. Daging banyak dikonsumsi oleh manusia untuk I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditas hasil ternak yang sangat bermanfaat bagi manusia. Daging banyak dikonsumsi oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Terdapat banyak

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI DEFIETA H34066031 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RINGKASAN DEFIETA.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Proses pengambilan keputusan dan aktivitas masing-masing individu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Proses pengambilan keputusan dan aktivitas masing-masing individu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen 2..1 Defenisi perilaku konsumen Ada beberapa definisi dari perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para ahli, di antaranya: The American Assosiation dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA (Kasus: Restoran Kentucky Fried Chicken (KFC) Taman Topi dan Rahat Cafe di Bogor) SKRIPSI BESTARI DEWI NOVIATNI

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Memahami keinginan konsumen dan mempelajari perilaku konsumen sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan untuk mengetahui bagaimana perilaku

Lebih terperinci

syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di

syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan (makanan dan minuman) yang halal dan baik merupakan syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. teknologi, dan perubahan gaya hidup manusia modern, maka jenis dan tingkat

LANDASAN TEORI. teknologi, dan perubahan gaya hidup manusia modern, maka jenis dan tingkat II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Kegiatan pemasaran adalah kegiatan penawaran suatu produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi,

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Oleh : THOMSON BERUTU A

Oleh : THOMSON BERUTU A ANALISIS MANAJEMEN STRATEGI GIANT (PT. HERO SUPERMARKET, Tbk.) DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN RITEL DI KOTA BOGOR (Studi Kasus di Giant PT. Hero Supermarket, Tbk. Botani Square) Oleh : THOMSON BERUTU A 14105616

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR SKRIPSI EGRETTA MELISTANTRI DEWI A 14105667 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menganalisis tentang preferensi konsumen terhadap paket wisata Kusuma Agrowisata. Kerangka pemikiran teoritis disusun berdasarkan penelusuran

Lebih terperinci

ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango)

ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango) ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango) DISUSUN OLEH: EFENDY A14104121 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Aqua (Studi pada Masyarakat Desa Slimbung Kecamatan Ngadiluwih

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG SKRIPSI HESTI FANNY AULIA SIHALOHO H34066060 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan yang bernilai gizi tinggi sangat dibutuhkan untuk menghasilkan generasi yang cerdas dan sehat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut pangan hewani sangat memegang

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN, LOYALITAS, DAN PREFERENSI KONSUMEN MARTABAK AIR MANCUR BOGOR

ANALISIS KEPUASAN, LOYALITAS, DAN PREFERENSI KONSUMEN MARTABAK AIR MANCUR BOGOR ANALISIS KEPUASAN, LOYALITAS, DAN PREFERENSI KONSUMEN MARTABAK AIR MANCUR BOGOR SKRIPSI GRACE MAHARANI H34053276 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KUNJUNGAN KONSUMEN KAFE BACA DI BUKU KAFE, DEPOK JAWA BARAT

ANALISIS SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KUNJUNGAN KONSUMEN KAFE BACA DI BUKU KAFE, DEPOK JAWA BARAT ANALISIS SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KUNJUNGAN KONSUMEN KAFE BACA DI BUKU KAFE, DEPOK JAWA BARAT OLEH : FANNY RAMA A. 14104547 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan langsung yang terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive), IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI MOHAMAD IKHSAN H34054305 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PRODUK CREPE (Kasus: D Crepes dan Crepes Co Pangrango Plaza - Bogor)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PRODUK CREPE (Kasus: D Crepes dan Crepes Co Pangrango Plaza - Bogor) ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PRODUK CREPE (Kasus: D Crepes dan Crepes Co Pangrango Plaza - Bogor) Oleh: ARYA SAJIWA A14103660 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen 2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Pengertian Menurut Prasetijo (2005:15) perilaku konsumen dimaknai sebagai proses yang dialalui oleh seseorang dalam mencari,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama suatu negara, tingkat

I. PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama suatu negara, tingkat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama suatu negara, tingkat kesejahteraan masyarakat serta merta akan menjadi satu tolak ukur dalam menilai keberhasilan pembangunan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Konsumen Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1 Jenis-jenis produk pangan IPB 2 Jenis produk. Bio yoghurt. Chicken nugget stick & wings Jambu Taiwan IPB 02

PENDAHULUAN. Tabel 1 Jenis-jenis produk pangan IPB 2 Jenis produk. Bio yoghurt. Chicken nugget stick & wings Jambu Taiwan IPB 02 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Petani yang sejahtera, kondisi ketahanan pangan yang baik, dan kemandirian teknologi tentu dapat menjadi pilar yang kokoh dalam memajukan perekonomian nasional (Hatta, 29 November

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging sapi merupakan sumber protein hewani yang bermutu tinggi dan perlu dikonsumsi untuk kebutuhan protein manusia, daging sapi digolongkan sebagai salah satu produk

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN DAN SENSITIVITAS HARGA BEBERAPA MEREK KECAP MANIS DI KOTA DEPOK (Kasus Kecap Merek Bango, ABC, dan Nasional)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN DAN SENSITIVITAS HARGA BEBERAPA MEREK KECAP MANIS DI KOTA DEPOK (Kasus Kecap Merek Bango, ABC, dan Nasional) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN DAN SENSITIVITAS HARGA BEBERAPA MEREK KECAP MANIS DI KOTA DEPOK (Kasus Kecap Merek Bango, ABC, dan Nasional) Oleh : BERTHA ELIZABET A14104131 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh manusia guna memenuhi asupan gizi dan sebagai faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Salah satu

Lebih terperinci

FOOD SECURITY : ANALISIS AKSES DAN KETERSEDIAAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH : RHEMO ADIGUNO AGRIBISNIS

FOOD SECURITY : ANALISIS AKSES DAN KETERSEDIAAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH : RHEMO ADIGUNO AGRIBISNIS FOOD SECURITY : ANALISIS AKSES DAN KETERSEDIAAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH : RHEMO ADIGUNO 090304120 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain ikan dan telur, guna memenuhi kebutuhan akan protein.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini memberikan andil terhadap perbaikan gizi masyarakat, khususnya protein hewani yang sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK SKRIPSI MARUDUT HUTABALIAN A14105571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program

Lebih terperinci

Pasar Konsumen dan Perilaku Konsumen.

Pasar Konsumen dan Perilaku Konsumen. Pasar Konsumen dan Perilaku Konsumen. A. Model Perilaku Konsumen. Sebuah perusahaan yang memahami bagaimana pelanggan /konsumen akan bereaksi terhadap berbagai bentuk produk, harga, iklan, maka perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DAN ATRIBUT IDEAL MAKANAN TRADISIONAL GEPUK DAN IKAN BALITA KARUHUN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PEMASARAN

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DAN ATRIBUT IDEAL MAKANAN TRADISIONAL GEPUK DAN IKAN BALITA KARUHUN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PEMASARAN ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DAN ATRIBUT IDEAL MAKANAN TRADISIONAL GEPUK DAN IKAN BALITA KARUHUN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PEMASARAN Oleh : Husnul Chotimah A07400149 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR Ahmad Ridha Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Email : achmad.ridha@gmail.com

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis, oleh karena itu Indonesia memiliki keanekaragaman buah-buahan tropis. Banyak buah yang dapat tumbuh di Indonesia namun tidak dapat tumbuh

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Menurut Xiaoyan dan Junwen (2007), serta Smith (2010), teknologi terkait erat dengan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT Oleh: NIA YAMESA A14105579 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen MODUL PERKULIAHAN Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen 14 Abstract Membahas proses dalam pengambilan keputusan pembelian.

Lebih terperinci