BAB II KERANGKA TEORI. diharapkan dan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (actual return),

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KERANGKA TEORI. diharapkan dan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (actual return),"

Transkripsi

1 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Manajemen Risiko Pengertian Resiko adalah besarnya penyimpangan antara tingkat pembelian yang diharapkan dan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (actual return), semakin besar penyimpangan semakin besar tingkat resikonya (Halim, 2002:34) Resiko menurut Vaughan: 1. Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian) Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu kejadian di mana terdapat sesuatu keterbukaan (Exposure) terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. 2. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian) Possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu. 3. Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian) Tampaknya ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Dari berbagai defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu peluang yang mungkin terjadi dan berdampak pada pencapaian sasaran, resiko juga merupakan ketidakpastian atau kemungkinan terjadinya sesuatu, yang jika terjadi akan menimbulkan kerugian. Sedangkan manajemen risiko adalah suatu cara untuk mengalisa atau mengindentifikasi ketidakpastian yang ditunjukkan untuk memperkecil kemungkinan dari risiko yang terjadi atau dihadapi. 5

2 6 Kebanyakan pengusaha ingin berada di zona yang aman pada hal risiko bisa terjadi kapan saja, risiko merupakan sebuah ancaman bagi pengusaha akan tetapi pengusaha harus menghadapi risiko tersebut dengan berbagai cara yang dapat memperkecil tingkat risiko yang berdampak pada kerugian. Untuk itu risiko harus dianalisa secara baik dan benar Jenis Jenis Risiko Ada beberapa jenis risiko yang dikelompokkan menjadi: 1. Risiko berdasarkan sifat meliputi: a. Risiko spekulatif (Speculative risk), yaitu risiko yang memang sengaja diadakan untuk mengharapkan hal-hal yang menguntungkan. b. Risiko murni (Pure risk), yaitu risiko yang tidak sengaja, yang jika terjadi dapat menimbulkan kerugian secara tiba-tiba. 2. Risiko berdasarkan dapat tidaknya dialihkan: a. Risiko yang dapat dialihkan, yaitu rsiko yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai objek terkena risiko kepada perusahaan asuransi dengan membayar sejumlah premi. b. Risiko yang tidak dapat dialihkan, yaitu semua risiko yang termasuk dalam risiko spekulatif yang tidak dapat dipertanggung jawabkan pada perusahaan asuransi. 3. Risiko berdasarkan asal timbulnya: a. Risiko internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan. b. Risiko eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau lingkungan luar perusahaan.

3 7 Banyaknya jenis-jenis risiko menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan atau perorangan, disamping itu pengelompokan risiko menjadi salah satu unsur penting dalam menganalisa risiko walaupun kebanyakan datangnya risiko sebagai ketidakpastian terhadap kejadian yang akan datang. Akan tetapi dengan mengamati jenis-jenis risiko maka akan memperkecil tingkat risiko yang akan dihadapi. Tergantung pada pendekatan yang dilakukan perusahaan atau perorangan dalam menyikapi risiko Penyebab Risiko Risiko adalah suatu peluang yang mungkin terjadi dan berdampak pada pencapaian sasaran, risiko juga merupakan ketidakpastian atau kemungkinan terjadinya sesuatu yang jika terjadi akan menimbulkan kerugian. Jika tidak terdapat risiko dalam sebuah perusahaan perorangan maka tidak adanya risiko, disamping itu risiko bisa terjadi kapan saja. Akan tetapi risiko yang timbul dapat dianalisa sehingga memperkecil potensi risiko yang muncul. Ada dua faktor yang bekerja sama yang menimbulkan kerugian yaitu bencana (peril) dan bahaya (hazard). Bencana (peril) dapat didefenisikan sebagai penyebab langsung kerugian. Orang-orang dapat terkena kerugian atau kerusakan karena berbagai peril atau bencana. Bencana yang pada umumnya adalah kebakaran, angin topan, ledakan, tubrukan, penyakit, kecerobohan, ketidakjujuran dan lain-lain. Sehingga bencana dapat menimpa harta dan penghasilan yang berakibat pada kerugian. Bahaya (hazard) dapat didefenisikan sebagai keadaan yang menimbulkan atau meningkatkan terjadinya chance of loss dari suatu bencana tertentu. Jadi, halhal seperti kecerobohan pemeliharaan rumah tangga yang buruk, jalan raya yang

4 8 jelek, mesin yang tidak terpelihara, dan pekerjaan yang berbahaya adalah hazard, karena ini adalah keadaan yang meningkatkan chance of loss (kemungkinan kerugian). Sebagaimana di atas telah disebutkan bahwa Hazard (bahaya) adalah suatu keadaan yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril (bencana). Pengertian tersebut dapat diperluas meliputi berbagai keadaan yang dapat menimbulkan suatu kerugian. Bahaya dapat diklasifikasikan dalam 4 bentuk yaitu (Herman Darmawi 2014:22): 1. Physical Hazard, adalah suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik secara fisik dari suatu objek yang dapat memperbesar terjadinya suatu kerugian. Misalnya pada musim kemarau yang panjang hutan-hutan mengalami kekeringan, pohon-pohon banyak yang gersang karena daundaunya berguguran. Bila angin bertiup kencang pokok pohon-pohon itu sering bergesekan dan menimbulkan suatu panas yang mudah sekali menimbulkan percikan api. Kondisi yang demikian dapat memperbesar kumungkinan bahaya kebakaran. 2. Moral Hazard, adalah suatu kondisi yang bersumberdari orang yang bersangkutan yang berkaitan dengan sikap mental atau pandangan hidup serta kebiasaannya yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu bencana ataupun suatu kerugian. Misalnya seseorang mempertanggungkan rumahnya terhadap risiko kebakaran, pada suatu hari rumah yang dipertanggungkan terbakar, sebenarnya kebakaran itu dapat dicegah seandainya ia berusaha memadamkan sewaktu api itu masih kecil. Namun hal itu tidak dilakukan, dalam kondisi demikian itu tampak sikap mental dari

5 9 orang yang bersangkutan yaitu memperbesar kemungkinan-kemungkinan terjadinya suatu kerugian. 3. Morale Hazard, adalah bahaya yang ditimbulkan oleh sikap ketidak hatihatian dan kurangnya perhatian sehingga dapat meningkatkan terjadinya kerugian. Misalnya seseorang yang memiliki mobil dan ia telah mengasuransikannya; karena merasa bahwa mobilnya telah diasuransikan maka sering kali sikapnya kurang hati-hati. Contohnya dalam menyimpan atau mengendarai mobil dibandingkan apabila mobil tersebut tidak diasuransikan. Sikap yang demikian itu akan memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril atau kerugian. Bedanya bahaya moral dan morale adalah: bahaya moral timbul apabila si tertanggung menciptakan kerugian untuk mendapatkan keuntungan berdasarkan polis asuransi, sedangkan bahaya morale timbul karena si tertanggung tidak melindungi hartanya atau ia menjadi lalai karena merasa hartanya diasuransikan. 4. Legal Hazard, yaitu seringkali berdasarkan peraturan-peraturan ataupun perundang-undangan yang bertujuan melindungi masyarakat justru diabaikan atau pun kurang diperhatikan sehingga dapat memperbesar terjadinya suatu peril. Misalnya adanya keharusan asuransi kecelakaan kerja untuk para karyawan perusahaan yang relatif besar karena sudah memenuhi hal tersebut maka kewajiban-kewajiban hukum lainnya seperti keselamatan kerja, jam kerja berkelanjutan sering diabaikan. Kondisi semacam ini akan dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril ataupun kerugian.

6 Sumber Risiko Menentukan sumber risiko merupakan hal penting karena mempengaruhi cara penenganannya. Sumber risiko dapat diklasifikasikan menjadi berikut: 1. Risiko Sosial. Sumber utama risiko ini adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari harapan kita. Contohnya shoplifting (pencurian), vandalism (perusakan), arson (membakar rumah sendiri untuk mengagih asuransi), riot (huru-hara), dan peperangan. 2. Risiko Fisik. Sebagian besar risiko fisik berasal dari fenomena alam, sedangkan lainnya disebabkan oleh kesalahan manusia. Contohnya kebakaran (dapat disebabkan oleh alam, seperti petir, atau oleh penyebab fisik, seperti kabel yang cacat, atau keteledoran manusia), cuaca (banjir, kekeringan, badai salju), petir (menyebabkan kebakaran yang selanjutnya merusak harta, membunuh atau mencederai orang), tanah longsor (gempa bumi). 3. Risiko Ekonomi. Risiko yang dihadapi perusahaan banyak bersifat ekonomi. Contohnya inflasi (selama periode inflasi daya beli ruang merosot), fluktuasi lokal, ketidakstabilan perusahaan, dan sebagainya. Walaupun perusahaan atau perorangan telah menggunakan jasa asuransi, tidak menutup kemungkinan bahwa risiko akan kerugian yang akan dihadapi sepenuhnya terlindung dari bencana yang berdampak pada bahaya yang terjadi. Asuransi merupakan alternatif bagi pengusaha untuk menghindari risiko penuh yang menghambat pergerakan bisnis bagi perusahaan atau perorangan dimana asuransi akan mengganti biaya kerugian yang terjadi akibat risiko, akan tetapi jasa asuransi juga tidak mertanggung jawab penuh akan kerugian yang timbul

7 11 diperusahaan atau perorangan. Semua tergantung dari keputusan yang diambil sewaktu risiko belum timbul atau sebaliknya, karena itu manajemen risiko merupakan suatu hal yang wajib atau keharusan dalam setiap usaha, baik perusahaan atau perorangan. Program manajemen risiko pertama-tama bertugas untuk mengidentifikasi risiko-risiko usaha yang dihadapi. Kemudian mengadakan evaluasi dan pengukuran risiko, selanjutnya menentukan metode penanganannya. Disamping itu program risiko memerlukan strategi tertentu agar dapat diimplementasikan sehingga program berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga risiko yang akan timbul semakin tidak menagakibatkan keparahan yang dapat merugikan perusahaan atau perorangan. Identifikasi risiko merupakan proses yang secara sistematis dan terusmenerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian terhadap kekayaan, utang, dan personil perusahaan sebelum terjadinya peril. Jadi, yang didefenisikan adalah peril yang dapat menimpa harta milik dan personil perusahaan serta kewajiban yang menimbulkan kerugian. Kegiatan pengidentifikasian sangat penting bagi manajer risiko sebab seorang manajer risiko yang tidak mengidentifikasi semua kerugian potensial tidak akan dapat menyusun strategi yang lengkap untuk menanggulangi semua kerugian potensial. Pengukuran risiko adalah usaha untuk mengetahui besar/kecilnya risiko yang akan terjadi. Hal ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya risiko yang dihadapi perusahaan serta dampak dari risiko terhadap kinerja perusahaan, sekaligus melakukan prioritasi risiko, yang mana paling relevan. Untuk itu setiap perusahaan atau perorangan harus melakukan evaluasi, dimana evaluasi ini

8 12 berguna untuk proses penilaian apakah strategi yang digunakan sudah sangat efektif dalam memperkecil risiko untuk mencegah kerugian yang timbul. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengelola risiko pada usaha, antara lain dengan cara penghindaran, ditangani sendiri, dipindahkan kepihak lain (asuransi). 2.2 Proses Manajemen Risiko Proses manajemen risiko hendaknya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen umum. Ia harus masuk dan menjadi bagian dari budaya organisasi. Proses manajemen risiko meliputi lima kegiatan, yaitu komunikasi dan konsultasi, menentukan konteks, asesmen risiko, perlakuan risiko serta monitoring dan review Komunikasi dan Konsultasi Komunikasi dan konsultasi dengan pemangku kepentingan internal maupun eksternal harus dilakukan se-intensif mungkin sesuai dengan kebutuhan dan pada setiap tahapan manajemen risiko. Oleh karena itu sejak awal harus disusun suatu rencana komunikasi dan konsultasi dengan para pemangku pemangku kepentingan. Rencana ini harus menunjuk pada risiko yang terjadi, dampaknya, dan perlu dilakukan untuk mengatasinya, serta hal-hal lain yang terkait. Komunikasi dan konsultasi yang efektif, baik internal maupun eksternal, haruslah membuahkan kejelasan bagi pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk menerapkan proses manajemen risiko dan para pemangku yang terkait. Pendekatan konsultasi secara kelompok sangat disarankan untuk menghasilkan hal-hal berikut, tetapi tidak terbatas pada: 1. Penentuan konteks yang benar;

9 13 2. Memastikan bahwa kepentingan para pemangku kepentingan telah dimengerti dan dipertimbangkan dengan baik; 3. Memperoleh manfaat dari berbagai keahlian yang ada untuk menganalisis risiko (multidisiplin); 4. Memastikan bahwa semua risiko telah diidentifikasikan dengan baik; 5. Memastikan bahwa berbagai pandangan dipertimbangkan dalam melakuakn evaluasi risiko; 6. Meningkatkan proses manajemen perubahan ketikan pelaksanaa proses manajemen risiko; 7. Memperoleh persetuuan dan dukungan untuk tindakan perlakuan risiko; serta 8. Mengembangkan rencana komunikasi dan konsultasi internal maupun eksternal; Komunikasi dan konsultasi dengan pemangku kepentingan sangat penting karena mereka memberikan pertimbangan penilaian terhadap risiko yang didasarkan pada persepsi mereka terhadap risiko tersebut. Persepsi terhadap risiko ini sangat berbeda bagi masing-masing pemangku kepentingan, baik dari segi nilai, konsep, kebutuhan maupun kepentingan mereka, apabila pandangan mereka mempunyai pengaruh yang menentukan dalam pengambilan keputusan maka menjadi sangat penting untuk dapat mengidentifikasi persepsi mereka. Hal tersebut perlu dicatat dan dijadikan bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Rencana komuniksi dan konsultasi hendaknya: 1. Merupakan forum untuk bertukar informasi di antara para pemangku kepentingan;

10 14 2. Tempat untuk menyampaikan pesan secara jujur, akurat, mudah dimengerti dan didasarkan pada fakta yang ada; 3. Bermanfaat dan besar kontribusinya harus dapat dinilai Menetapkan Konteks Dengan menetapkan konteks berarti manajemen organisasi menentukan batasan antara parameter internal dan eksternal yang akan dijadikan pertimbangan dalam pengolahan risiko, konteks internal dan eksternal dimana organisasi tersebut mengupayakan pencapaian sasaran yang ditetapkannya memahami konteks internal penting untuk memastikan siapa saja pemangku kepentingan eksternal, apa saja kepentingan dan sasarannya sehingga dapat dipertimbangkan dalam menentukan kriteria risiko. Proses penentuan kriteria risiko ini dilakukan dengan mempertimbangkan konteks organisasi secara luas, tetapi dengan memahami ketentuan hukum dan peraturan prundangan secara lebih rinci, persepsi para pemangku kepentingan, dan aspek lain yang lebih spesifik dari risiko tertentu pada proses manajemen risiko. Konteks internal adalah lingkungan internal di mana organisasi tersebut mengupayakan pencapaian sasaran yang ditetapkan. Konteks proses manajemen risiko adalah konteks di mana proses manajemen risiko diterapkan. Hal ini meliputi sasaran organisasi, strategi, lingkup, parameter kegiatan organisasi, atau bagian lain dimana manajemen risiko diterapkan. Penerapan manajemen risiko dilaksanakan dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat dalam pelaksanaannya. Sumber daya, tanggung jawab, akuntabilitas, kewenangan, dan pencatatan/dokumentasi proses yang diperlukan, harus ditentukan dengan baik. Konteks manajemn risiko akan

11 15 berubah sesuai dengan kebutuhan organisasi. Hal ini dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut: 1. Penerapan tanggung jawab untuk proses manajemen risiko; 2. Penetapan lingkungan kegiatan manajemn risiko, baik dari luas maupun kedalamannya, termasuk bila ada hal-hal khusus yang harus diperhatikan atau tidak dicakup; 3. Penentuan tujuan, sasaran, lokasi, maupun tempat dari kegiatan, proses, fungsi, proyek, produk jasa dan harta yang terkena kegiatan manajemen risiko; 4. Penentuan hubungan dari proyek atau kegiatan khusus organisasi dengan proyek dan kegiatan lain organisasi 5. Penentuan metode untuk melakukan asesmen risiko; 6. Penentuan kriteria penilaian kinerja manajemen risiko; 7. Melakukan identifikasi dan spesifikasi keputusan-keputusanyang harus diambil; 8. Melakukan identifikasi, lingkup, ataupun kerangka kajian studi yang diperlukan, termasuk luas dan sasaran serta sumber daya yang diperlukan untuk melakukan kajian tersebut. Faktor-faktor diatas dan faktor lain yang relavan dapat membantu mengetahui apakah pendekatan proses manajemen risiko yang digunakan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan dampaknya terhadap risiko-risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi.

12 Identifikasi Risiko Organisasi harus melakukan identifikasi sumber risiko, area dampak risiko, peristiwa dan penyebabnya, serta potensi akibatnya. Sasaran dari tahapan ini adalah membuat daftar risiko secara komprehensif dan luas yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran, baik meningkatkan, menghalangi, memperlambat, atau bahkan menggagalkan sasaran pencapaian organisasi. Perlu juga diidentifikasi risiko-risiko yang terjadi bila peluang yang ada tidak kita ambil. Proses identifikasi risiko ini penting untuk dilakukan secara meluas dan mendalam serta komprehensif, kerena risiko yang tidak teridentifikasi pada tahap ini tidak akan diikutsertakan pada proses-proses berikutnya. Identifikasi risiko ini dilakukan terhadap sumber-sumber risiko, baik yang ada dalam kendali maupun yang diluar kendali organisasi. Teknik identifikasi yang digunakan oleh organisasi hendaknya sesuai dengan sasaran, kemampuan dan jenis risiko yang dihadapi oleh organisasi. Informasi yang relevan dan terkini sangat penting dalam proses identifikasi risiko. Bila memungkinkan hendaknya juga digali latar belakang informasi tersebut. Orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang risiko terkait atau proses/kegiatan terkait hendaknya dilibatkan dalam proses indentifikasi risiko. Setelah mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi. Bagaimana skenario yang memungkinkan hal tersebut terjadi dan bagaimana besar dampaknya. Semua hal yang secara signifikan dapat menimbulkan risiko harus dipertimbangkan dan diperhatikan. Banyak metode yang digunakan dalam mengidentifikasi risiko salah satunya adalah failure mode and effect analysis (FMEA). FMEA merupakan teknik untuk mengidentifikasi risiko dalam mencegah terjadinya kegagalan dalam dampaknya sebelum terjadi, ada sepuluh

13 17 langkah untuk menerapkan yaitu (Leo J.Susilo & Victor Riwu Kaho, 2014: ): 1. Peninjauan proses Tim FMEA harus meninjau ulang peta proses atau bagan alir yang ada untuk dianalisis. Ini perlu dilakukan untuk mendapatkan kesamaan pahaman terhadap proses tersebut.ini perlu dilakukan untuk mendapatkan kesamaan pemahaman terhadap proses tersebut. Dengan menggunakan peta, seluruh anggota tim harus melakukan peninjauan lapangan untuk meningkatkan pemahaman terhadap proses yang dianalisis. 2. Brainstorming potensi kesalahan/kegagalan proses Setelah melakukan peninjauan dilapangan terhadap proses yang akan dianalisis maka setiap anggota melakukan proses brainstorming. Proses ini dilakukan lebih dari satu kali untuk memperoleh satu daftar yang komprehensif terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi. Hasil brainstorming ini kemudian dikelompokan menjadi beberapa penyebab kesalahan, seperti manusia, mesin/peralatan, material, metode kerja dan lingkungan kerja. Cara lain untuk mengelompokan adalah menurut jenis kesalahan itu sendiri, misalnya kesalahan pada pelaksanaan elektrik, kesalhan mekanis dan lain-lain. Pengelompokan ini mempermudah proses analisis nantinya dan mengetahui dampak suatu kesalahan yang mungkin menimbulkan kesalahan lain. 3. Menyusun daftar dampak masing-masing kesalahan Setelah diketahui semua daftar kesalahan yang mungkin terjadi maka disusun dampak dari masing-masing kesalahan. Untuk setiap kesalahan dampak yang

14 18 terjadi mungkin satu atau lebih dari satu. Proses ini harus dilaksanakan dengan cermat dan teliti, karena apa yang terlewatkan dari proses ini tidak akan mendapat perhatian untuk ditangani. 4. Penilaian tingkat dampak kesalahan Penilaian terhadap tingkat dampak adalah perkiraan besarnya dampak negatif yang diakibatkan apabila kesalahan terjadi. Bila pernah terjadi maka penilaian akan mudah, tetapi bila belum pernah terjadi maka penilaian berdasarkan perkiraan. 5. Penilaian kemungkinan terjadinya kesalahan Sama dengan langkah ke-4. Bila tersedia cukup data maka dapat dihitung probabilitas atau frekuensi kemungkinan terjadinya kesalahan tersebut. Bila tidak tersedia maka harus digunakan estimasi berdasarkan pendapat para ahli. 6. Penilaian kemungkinan terjadinya kesalahan Penilaian yang diberikan menunjukan seberapa jauh kita dapat mendeteksi terjadinya kesalahan atau timbul dampak terhadap suatu kesalahan. Hal ini dapat diukur seberapa jauh pengendalian/indicator terhadap hal tersebut tersedia. Bila tidak ada maka nilainya rendah, tetapi bila banyak indikator sehingga kecil kemungkinan tidak terdeteksi maka nilainya tinggi. 7. Perhitungan tingkat prioritas risiko RPN Nilai prioritas risiko (RPN) merupakan hasil perkalian dari; RPN = (nilai dampak) x (nilai kemungkinan) x (nilai deteksi) Total nilai RPN ini dihitung untuk setiap kesalahan yang mungkin terjadi. Bila proses tersebut terdiri dari kelompok-kelompok tertentu maka jumlah keseluruhan RPN pada kelompok tersebut dapat menunjukana betapa

15 19 gawatnya kelopok proses tersebut bila suatu kesalahan terjadi. Jadi, terdapat tingkat prioritas tertinggi untuk jenis kesalahan dan jenis kelompok proses. 8. Menyusun prioritas kesalahan yang harus ditangani Setelah dilakukannya perhitungan RPN untuk masing-masing potensi kesalahan maka dapat disusun prioritas berdasarkan nilai RPN tersebut. Apabila digunakan skala 10 untuk masing-masing variable maka nilai RPN tertingi adalah RPN = 10 x 10 x 10 = bila digunakan skala 5 maka nilai tertinggi RPN = 5 x 5 x 5 = 125. Terhadap nilai RPN tersebut dapat dibuat klasifiksi tinggi, sedang dan rendah atau ditentukan nilai secara umum bahwa nilai RPN diatas 250 (cut of points) harus dilakukan penangan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dan dampaknya, serta pengendalian deteksinya. Penentuan klasifikasi atau nilai batas penanganan ditentukan oleh kepala tim atau manajemen sesuai dengan proses yang dianalisis. 9. Melakukan mitigasi untuk mencegah kesalahan dengan dampak yang tinggi Idealnya semua kesalahan yang ditimbulkan dampak tinggi harus dihilangkan sepenuhnya. Penanganan dilakuakan secara serentak untuk ketiga aspek, meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi kesalahan, mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan mengurangi dampak terjadinya kesalhan bila terjadi. 10. Menghitung ulang RPN setelah langkah penanganan dilakukan Segara setelah tindak lindung risiko dilaksanakan, harus dilakukan pengukuran ulang atau perkiraan nilai deteksi, nilai dampak dan kemungkinan timbul kesahan. Setelah itu, dilakukan perhitungan nilai tingkat

16 20 prioritas risiko kesalahan terjadi. Hasil tindak lindung tadi harus menghasilkan penurunan nilai RPN yang cukup signifikan ketingkat yang cukup aman. Bila belum tercapai maka dilakukan tindak lebih lanjut Analisis Risiko Analisis risiko adalah upaya untuk memahami risiko lebih dalam. Hasil risiko ini akan menjadi masukan bagi evaluasi risiko dan untuk proses pengambilan keputusan mengenai perlakuan terhadap risiko tersebut. Termasuk dalam pengertian ini adalah cara dan strategi yang tepat dalam memperlakukan risiko tersebut. Analisis risiko meliputi kegiatan-kegiatan yang menganalisis sumber risiko dan pemicu terjadinya risiko, dampak positif dan negatifnya, serta kemungkinan terjadinya. Organisasi harus mengidentifikasikan baik faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya risiko dan dampaknya. Risiko dianalisis dengan menentukan dampak kemungkianan terjadinya, serta atribut lain risiko. suatu kejadian dapat mempunyai dampak yang beragam dan dapat mempengaruhi berbagai macam saran organisasi. Pengendalian risiko yang ada harus diperiksa efektifitasnya serta herus dimasukkan dalam pertimbangan analisis risiko. Cara menyatakan besaran dampak dan besaran kemungkinan terjadinya risiko serta cara penghubung untuk menentukan kegawatan risiko akan bervariasi sesuai dengan jenis risiko. Ini semua harus disesuaikan dengan informasi yang tersedia dan bagaimana hasil asesmen ini akan digunakan. Semua proses ini harus sesuai dan konsisten dengan kriteria risiko yang telah ditetapkan sebelumnya. Perlu juga memperhatikan ketergantungan berbagai macam risiko dengan sumber risikonya. Dalam menentukan tingkat kepercayaan dan sensitivitas risiko, proses analisis risiko harus mempertimbangkan kondisi awal dan asumsi

17 21 yang digunakan. Hal ini harus dikomunikasikan secara jelas kepada para pengambil keputusan dan para pemangku kepentingan yang terkait. Faktor-faktor seperti perbedaan pendapat para ahli atau keterbatasan model yang digunakan, harus dinyatakan secara jelas dan bila perlu digaris bawahi. Analisis risiko dapat dilaksanakan dengan tingkat kerincian yang bervariasi, tergantung dari jenis risiko, sasaran analisis risiko informasi, data, dan sumber daya yang tersedia. Analisis dapat dilakukan secara kuantitatif, semi kuantitatif, kualitatif, atau kombinasi dari cara ini tergantung kondisi yang ada. Dalam praktik biasanya dilakukan analisis kualitatif terlebih dahulu untuk mendapatkan indikasi umum tingkat kegawatan risiko dan mengetahui peta risiko serta risiko-risiko yang gawat. Setelah itu sesuai dengan keperluan, harus dilaksanakan langkah berikut dengan melakukan analisis yang lebih spesifik dan secara kuantitatif. Besaran dampak risiko dapat ditentukan dengan membuat model akibat dari suatu peristiwa atau kumpulan peristiwa atau dengan menggunakan ekstrapolasi dari hasil suatu kajian atau data yang tersedia. Dampak risiko dapat dinyatakan dalam besaran yang terukur ataupun tidak terukur (intangible). Dalam hal-hal tertentu dampak risiko dapat juga dinyatakan dalam beberapa macam ukuran atau sebutan untuk dapat lebih menggambarkan akibat risiko tersebut sesuai dengan waktu dan tempat peristiwa, misalnya gabungan dampak finansial, kecelakaan fisik rusaknya reputasi dan sebagainya. Tujuan dari analisis risiko adalah melakukan analisis dampak kemungkinan semua risiko yang dapat menghambat tercapainya sasaran organisasi, juga semua peluang yang mungkin dihadapi organisasi. Kondisi ini

18 22 tercapai apabila beberapa hal berikut dapat dipenuhi (Leo J.Susilo & Victor Riwu Kaho, 2014:136): 1. Proses analisis risiko dilaksanakan secara komprehensif dan mencakup semua risiko serta peluang yang ditemui dalam proses identifikasi riiko sebelumnya dan telah masuk ke dalam daftar risiko; 2. Semua yang terkait dengan risiko tersebut (para pemangku risiko) telah terlibat dalam proses analisis berdasarkan informasi, data, serta pengetahuan yang mereka miliki dengan baik; 3. Proses analisis ini didampingi atau ditunjang dengan pengetahuan mengenai menajemen risiko yang memadai; 4. Waktu yang dialokasikan untuk proses ini cukup memadai; 5. Ukuran kemungkinan dan dampak yang digunakan harus konsisten dan sesuai dengan organisasi tersebut Evaluasi Risiko Tujuan dari evaluasi risiko dalah membantu proses pengambilan keputusan berdasarkan hasil analisis risiko. Proses evaluasi risiko akan menentukan risiko-risiko mana yang memerlukan perlakuan dan bagaimana prioritas implementasi perlakuan risiko-risiko tersebut. Keluaran dari proses evaluasi risiko ini akan menjadi masukan untuk diolah lebih lanjut pada tahap berikutnya. Analisis risiko merupakan proses mengevaluasi tingkat kegawatan masing-masing risiko menggunakan kriteria yang telah ditentukan pada saat menentukan konteks. Bila tingkat kegawatan risiko tidak masuk dalam kriteria yang ditetapkan maka perlakukan terhadap risiko tersebut tidak perlu dipertimbangkan lagi. Dalam mengambil keputusan terhadap perlakuan atas

19 23 risiko, organisasi perlu juga memperhatikan konteks yang lebih luas, yaitu kemampuan memikul risiko pihak lain yang terlibat. Keputusan harus diambil dalam konteks hukum, peraturan perundangan, serta ketentuan lain yang terkait. Dalam kondisi tertentu. Proses analisis risiko dapat menuju ke arah keperluan analisis yang lebih dalam. Analisis risiko juga dapat juga menghasilkan keputusan, hanya tetapi mempertahankan pengendalian risio yang sudah ada, atau hanya memperkuat pengendalian itu. Proses pengambilan keputusan melalui analisis risiko ini sangat dipengaruhi oleh selera risiko, sikap terhadap risiko atau budaya risiko, dan kriteria risiko yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil analisis risiko menjadi masukan untuk dievaluasi lebih lanjut menjadi urutan prioritas perlakuan risiko, sekaligus menyaring risiko-risiko tertentu untuk tidak ditindaklanjuti atau diperlakukan khusus. Keputusan-keputusan tindak lanjut tersebut mancakup: 1. Apakah suatu risiko butuh penanganan? 2. Apakah suatu tindakan penanganan perlu dilakukan? 3. Bagaimana prioritas perlakuan risiko disusun? Keputusan dalam mengevaluasi risiko biasanya didasarkan pada peringkat risiko yang telah diperoleh dari hasil analisis risiko tetap dapat juga didasarkan atas nilai ambang yang ditetapkan sesuai dengan: 1. Tingkat dampak yang telah ditentukan; 2. Kemungkinan timbulnya suatu kejadian tertentu; 3. Efek kumulatif dari beberapa kejadian; 4. Rentang ketidak pastian terhadap tingkat-tingakat risiko pada suatu level kepercayaan.

20 24 Akan tetapi masih terdapat kemungkinan distorsi dalam penyusunan kriteria ini. Penyebab-penyebab tersebut antara lain : 1. Pertimbangan nilai-nilai pribadi Pertimbangan nilai-nilai pada kriteria evaluasi sebenarnya secara implisit terkandung dalam setipa kriteria. Akan tetapi, pertimbangan ini tergantung pada kebiasaan masing-masing individu menghadapi risiko, tingkat kepercayaan terhadap efektifitas pengolahan risiko yang ada, serta persepisi terhadap risiko dan manfaat kegiatan tersebut. 2. Pengaruh kejadian-kejadian yang lalu Kriteria untuk memutuskan apakah suatu risiko ditangani sering kali mengacu pada kegiatan yang sama pada masa lalu atau berdasarkan pengalaman sehari-hari. Namun, data ini dapat mengalami penyimpangan karena: a. Insiden besar, bencana yang baru satu kali terjadi atau keuntungan besar yang tak disangka-sangka, akan sangat mendominasi bank data. b. Penurunan tingkat risiko karena peningkatan sistem pengendalian setelah belajar dari insiden yang lalu, atau adanya perbaikan standar pegendalian. c. Perubahan kegiatan, proses atau lingkungan yang tidak sesuai lagi dengan situasi masa lalu. Menyususn kriteria evaluasi berdasarkan pengalaman risiko masa lalu harus memperhatikan permasalahan yang mungkin muncul, yaitu: 1. Suatu risiko memerlukan perlakuan pada suatu kondisi tertentu, tetapi pada kondisi lain tidak perlu ditangani.

21 25 2. Dengan metode analisis terbaru, risiko yang dapat diterima di masa lalu kini tidak dapat di terima lagi. Begitu pula ada risiko yang menurut standart sosial ini tidak dapat ditolerir lagi. 3. Lain pandang lain belalang, latar belakang risiko yang berbeda-beda menimbulkan pertanyaan apakah standart evaluasi risiko harus disusun sesuai dengan masing-masing situasi, ataukah dapat bersifat universal Perlakuan Risiko Hasil dari evaluasi risiko adalah suatu daftar yang berisi peringkat risiko yang berisi peringkat risiko yang memerlukan perlakuan yang lebih lanjut. Majamen organisasi harus melakukan kajian dan menentukan jenis serta bentuk perlakuan risiko yang diperlukan. Perlakuan risiko ini tidak harus bersifat khusus untuk satu situasi tertentu, juga tidak harus berlaku umum. Ini berarti, setiap risiko memerlukan bentuk perlakukan yang khas untuk tiap risiko itu sendiri. Untuk setiap risiko yang memerlukan perlakuan risiko, perlu dilakukan pemeriksaan ulang yang cukup komprehensif terhadap informasi dan data hasil analisis risiko. Hal ini diperlukan untuk memahami sumber atau penyebab risiko, apa pemicu timbulnya risiko, bagaimana besar kemungkinan terjadinya, serta seberapa besar dampaknya. Selain itu, perlu juga dipahami kondisi lingkungan (hukum, sosial, politik, ekonomi, dll.) serta siapa saja yang terlibat dalam kegitan yang berisiko tersebut. Pengkajian awal yang cukup mendalam sering kali menimbulkan suatu pilihan perlakuan risiko yang tidak hanya bermanfaat untuk satu risiko, tetapi juga untuk risiko-risiko lainya. Artinya, suatu perlakuan risiko untuk beberapa risiko. dilain pihak, mungkin untuk satu macam risiko diperlukan beberapa macam

22 26 perlakuan risiko. Secara umum, perlakuan terhadap suatu risiko dapat berupa salah satu dari empat perlakuan sebagai berikut: 1. Menghindari risiko (risk avoidance), berarti tidak melaksanakan atau meneruskan kegiatan yang menimbulkan risiko tersebut. 2. Berbagi risiko (risk sharing/transfer), yaitu suatu tindakan untuk mengurangi kemungkinan timbulnya risiko atau dampak risiko. Hal ini dilaksanakan antara lain melalui asuransi, outsourcing, subcountracting, tindak lindung transaksi nilai mata uang asing, dll. 3. Mitigasi (mitigation), yaitu melakukan perlakuan risiko untuk mengurangi kemungkinan timbulnya risiko, atau mengurangi dampak risiko bila terjadi, atau mengurangi keduanya, yaitu kemungkinan dan dampak. 4. Menerima risiko (risk acceptance), yaitu tidak melakukan perlakuan apapun terhadap risiko tersebut Monitoring Monitoring dapat dilaksanakan secara terus menurus (ongoiang) atau terpisah (separate evaluation). Aktivitas monitoring terus-menerus tercermin pada aktivitas supervise, rekonsilasi, dan aktivitas rutin lainnya. Monitoring biasanya dilakukan untuk penugasan tertentu. Pada monitoring ini ditentukan Scope tugas, frekuensi, proses evaluasi metodelogi, dokumentsi, dan action plan. Pada proses monitoring perlu dicermati adanya kendala seperti reporting dedeficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau berlebihan (tidak relevan). Kendala ini timbul dari berbagai faktor, seperti sumber informasi, materi pelaporan, pihak yang disampaikan laporan, dan arahan bagi pelaporan.

23 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Masalah No. Nama Peneliti Penelitian Penelitian Apa saja sumber-sumber risiko pada peternakan ayam broiler di Kota Sawahlunto? Bagaimana pengaruh risiko produksi dan risiko harga terhadap Analisis Risiko pendapatann Usaha peternak ayam Peternakan broileryang Ayam Broiler bermitra atau Primalia 1 Dengan Pola tidak bermitra di Prawita Kemitraan Dan Kota Mandiri Di Kota Sawahlunto? Sawahlunto/Kab Bagaimana. Sijunjung alternatif strategi dalam mengatasi risiko produksi pada peternakan ayam broiler di Kota Sawahlunto? Kesimpulan Dalam menjalankan usaha peternakan ini menghadapi risiko produksi yang disebabkan oleh cuaca, penyakit, afkir, hama predator, dan lain-lain. Risiko-risiko yang dihadapi sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh usaha peternak plasma dan peternak mandiri yang menyebabkan pendapatan mengalami fluktuasi. Alternative penanganan risiko untuk peternak mandiri dan peternak plasma telah disesuaikan dengan risiko yang dihadapi masingmasing peternak. 2 Analisis Bagaimana 1. Belum ada SOP Manajemen rumah sakit khusus secara Risiko (Studi tentara tertulis yang Yohanna Sari Kasus Pada pematangsiantar mengatur karyawan Damanik Gudang Obat menerapkan unit farmasi dan Rumah Sakit manajemen tata cara perlakuan Tentara risiko di gudang obat-obatan Pematang obatnya? 2. Peringkat risiko

24 28 Siantar) yang terdapat di rumah sakit tentara hanya terbagi atas 3 peringkat risiko, yaitu 15 risiko dengan peringkat risiko sangat kecil, 11 jenis risiko dengan peringkat risiko kecil dan 1 jenis risiko pada peringkat risiko sedang. Presentasi peringkat risiko yang terdapat pada rumah sakit tentara adalah 3,7% risiko peringkat sedang, 55,5% risiko peringkat sangat kecil dan 40,7% risiko dengan peringkat kecil Manajemen risiko bukan hanya merupakan tanggung jawab UMKM semata Bagaimana akan tetapi juga analisis risiko merupakan tanggung beserta jawab Pemerintah dan dampaknya lembaga-lembaga M. Farid terhadap bisnis terkait pengelolaan Wadji, Anton Manajemen UMKM yang risiko bisnis. Agus Risiko Bisnis 3 bisa Dampak dari bencana Setiawan, UMKM Di Kota dikembangkan yang merupakan salah Syamsudin, Surakarta untuk satu risiko bisnis bagi Muzakar Isa mengantisipasi UMKM dapat dampak bencana dialihkan pada Sumber: Diolah Oleh Peneliti (2017) di Kota Surakarta? Asuransi sebagai lembaga yang dapat membantu penjaminan terhadap kerugian yang diakibatkan oleh bencana.

25 Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis manajemen risiko sebagai formulasi dan bahan evaluasi terhadap penerapan manajemen risiko pada suatu usaha. Jenis risiko, penyebab risiko, dan sumber risiko dapat dianalisis melalui proses manajemen risiko. Kerangka pemikiran menunjukkan proses dalam mengidentifikasi risiko hingga perlakuan risiko. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 1. Jenis Risiko Proses Manajemen Analisis Manajemen 2. Penyebab Risiko Risiko Risiko 3. Sumber Risiko Sumber: Diolah Peneliti (2017)

BAB II KAJIAN TEORI. Ada beberapa defenisi tentang risiko, antara lain (Kasidi, 2010 : 5) : 1. Risiko adalah kemungkinan yang tidak diharapkan.

BAB II KAJIAN TEORI. Ada beberapa defenisi tentang risiko, antara lain (Kasidi, 2010 : 5) : 1. Risiko adalah kemungkinan yang tidak diharapkan. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Manajemen Risiko 2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko Ada beberapa defenisi tentang risiko, antara lain (Kasidi, 2010 : 5) : 1. Risiko adalah kemungkinan yang tidak diharapkan. 2.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Langkah-langkah Penanggulangan Risiko:

PENDAHULUAN. Langkah-langkah Penanggulangan Risiko: PENDAHULUAN Langkah-langkah Penanggulangan Risiko: 1) Berusaha untuk mengidentifikasi unsur-unsur ketidakpastian dan tipe-tipe risiko yang dihadapi bisnisnya. 2) Berusaha untuk menghindari dan menanggulangi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN.

PENDAHULUAN. PENDAHULUAN Langkah-langkah Penanggulangan Risiko: 1) Berusaha untuk mengidentifikasi unsur-unsur ketidakpastian dan tipe-tipe risiko yang dihadapi bisnisnya. 2) Berusaha untuk menghindari dan menanggulangi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

Kewirausahaan III. Kewirausahaan & Manajemen resiko. Mustika Sari, MMTr. Modul ke: Fakultas Fasilkom. Program Studi Sistem Informasi

Kewirausahaan III. Kewirausahaan & Manajemen resiko. Mustika Sari, MMTr. Modul ke: Fakultas Fasilkom. Program Studi Sistem Informasi Kewirausahaan III Modul ke: Kewirausahaan & Manajemen resiko Fakultas Fasilkom Mustika Sari, MMTr Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id RISIKO Risiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak

Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak Kerugian yang tidak diharapkan Risiko Penyimpangan dari yang diharapkan Kejadian yang tidak menguntungkan Menurut Emmaett J. Vaughan dan Curtis M. Elliott

Lebih terperinci

PENGERTIAN INVESTASI

PENGERTIAN INVESTASI MATERI 1 1 PENGERTIAN INVESTASI Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. DEFINISI INVESTASI Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penulusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah resiko. Berbagai macam risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain dijalan,

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah resiko. Berbagai macam risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain dijalan, Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah resiko. Berbagai macam risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain dijalan, risiko terkena banjir dimusim hujan dan sebagainya, dapat

Lebih terperinci

RESIKO DALAM ASURANSI

RESIKO DALAM ASURANSI RESIKO DALAM ASURANSI PENGERTIAN RISIKO Arthur Williams dan Richard, M.H Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode waktu tertentu. A.Abas Salim Risiko adalah ketidakpastian

Lebih terperinci

Pengambilan Risiko. Widi Wahyudi,S.Kom, SE, MM. Modul ke: Fakultas Desain & Teknik Kreatif. Program Studi Desain Produk.

Pengambilan Risiko. Widi Wahyudi,S.Kom, SE, MM. Modul ke: Fakultas Desain & Teknik Kreatif. Program Studi Desain Produk. Modul ke: Pengambilan Risiko Widi Wahyudi,S.Kom, SE, MM. Fakultas Desain & Teknik Kreatif Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari bab ini, para mahasiswa

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dasar Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Terdapat tiga karakteristik risiko, yaitu

Lebih terperinci

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO 1. Pengertian Manajemen Resiko Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah disepakati kepada tertanggung apabila risiko tersebut benar-benar terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. sudah disepakati kepada tertanggung apabila risiko tersebut benar-benar terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi Jiwa merupakan salah satu industri dibidang jasa yang memberikan perlindungan pada calon pemegang polis apabila terjadi risiko di masa mendatang. Pihak asuransi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terkait Dari topik yang akan penulis ambil untuk penelitian ini, penulis mencari beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan untuk dijadikan referensi. Diharapkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

Asuransi Jiwa

Asuransi Jiwa Bab 1: Pengantar Asuransi Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Asuransi Jiwa Asuransi Jiwa Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian risiko yang berupa perjanjian antara nasabah asuransi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO & EVALUASI AKTIVITAS PENGENDALIAN TERPASANG

ANALISIS RISIKO & EVALUASI AKTIVITAS PENGENDALIAN TERPASANG ANALISIS RISIKO & EVALUASI AKTIVITAS PENGENDALIAN TERPASANG PENILAIAN RISIKO SIKLUS PENYELENGGARAAN SPIP Statement of Resposibility Penilaian Risiko 4 UNSUR SPIP (PP 60/ 2008) Penilaian Risiko Suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB IV RISIKO DALAM ASURANSI

BAB IV RISIKO DALAM ASURANSI BAB IV RISIKO DALAM ASURANSI A. Definisi Risiko RISIKO adalah : a. Risiko adalah kans kerugian b. Risiko adalah kemungkinan kerugian c. Risiko adalah ketidak pastian d. Risiko adalah penyimpangan kenyataan

Lebih terperinci

MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI

MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI Pengertian Risiko Sesuatu yang buruk (tidak diinginkan), baik yang sudah diperhitungkan maupun yang belum diperhitungkan, yang merupakan suatu akibat dari suatu

Lebih terperinci

PENGAMBILAN RESIKO. Kode Mata Kuliah : OLEH Endah Sulistiawati, S.T., M.T. Irma Atika Sari, S.T., M.Eng.

PENGAMBILAN RESIKO. Kode Mata Kuliah : OLEH Endah Sulistiawati, S.T., M.T. Irma Atika Sari, S.T., M.Eng. PENGAMBILAN RESIKO Kode Mata Kuliah : 0040520 Bobot : 2 SKS OLEH Endah Sulistiawati, S.T., M.T. Irma Atika Sari, S.T., M.Eng. PENDAHULUAN Konsep resiko selalu dikaitkan dengan adanya ketidakpastian pada

Lebih terperinci

ASPEK RESIKO. aderismanto01.wordpress.com

ASPEK RESIKO. aderismanto01.wordpress.com ASPEK RESIKO Istilah resiko dalam manajemen mempunyai berbagai makna. Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu atau probabilitas sesuatu hasil/outcome yang

Lebih terperinci

1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa

1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa 1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa bumi Badai angin, dan perang 2. Ancaman karena kesalahan

Lebih terperinci

A. Risiko B. Klasifikasi Risiko C. Perils & Hazards D. Manajemen Risiko. Diskusi Kelompok (Group Discussion) Pertanyaan (Questions)

A. Risiko B. Klasifikasi Risiko C. Perils & Hazards D. Manajemen Risiko. Diskusi Kelompok (Group Discussion) Pertanyaan (Questions) 1. RISIKO & ASURANSI A. Risiko B. Klasifikasi Risiko C. Perils & Hazards D. Manajemen Risiko Diskusi Kelompok (Group Discussion) Pertanyaan (Questions) Tujuan Pembelajaran (Learning Objectives): Setelah

Lebih terperinci

MEMAHAMI INVESTASI, RESIKO, & RETURN. Dr. Budi S. Purnomo, SE., MM., MSi.

MEMAHAMI INVESTASI, RESIKO, & RETURN. Dr. Budi S. Purnomo, SE., MM., MSi. MEMAHAMI INVESTASI, RESIKO, & RETURN Dr. Budi S. Purnomo, SE., MM., MSi. PENGERTIAN INVESTASI Semua pengorbanan sumberdaya (finansial/ non finansial) saat ini untuk mendapatkan manfaat di masa yang akan

Lebih terperinci

04PASCA. Entrepreneurship and Innovation Management

04PASCA. Entrepreneurship and Innovation Management Modul ke: Fakultas 04PASCA Entrepreneurship and Innovation Management Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata Program

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: 04 Entrepreneurship and Inovation Management Analisis Resiko Bisnis Fakultas Ekonomi Dr. Tukhas Shilul Imaroh,MM Program Studi Paska Sarjana www.mercubuana.ac.id 1. Rencana Kuliah 2. Pengertian

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN RISIKO. 2. Pembiayaan Risiko (Risk financing)

PENANGGULANGAN RISIKO. 2. Pembiayaan Risiko (Risk financing) PENANGGULANGAN RISIKO 1. Penanganan Risiko (Risk control) 2. Pembiayaan Risiko (Risk financing) 1. Menghindarinya 2. Mengendalikan 3. Memisahkan 4. Melakukan kombinasi atau pooling 5. Memindahkan 1. Pemindahan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Dalam menjalankan kehidupan, risiko merupakan bagian yang tidak dapat dihindari. Menurut Kountur (2004), risiko didefinisikan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

BAB XIII ASPEK RESIKO SYAFRIZAL HELMI

BAB XIII ASPEK RESIKO SYAFRIZAL HELMI BAB XIII ASPEK RESIKO SYAFRIZAL HELMI Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu atau probabilitas sesuatu hasil/outcome yang ebrbeda dengan yang diharapkan.

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN RISIKO. 2. Pembiayaan Risiko (Risk financing)

PENANGGULANGAN RISIKO. 2. Pembiayaan Risiko (Risk financing) PENANGGULANGAN RISIKO. Penanganan Risiko (Risk control). Pembiayaan Risiko (Risk financing). Menghindarinya. Mengendalikan. Memisahkan. Melakukan kombinasi atau pooling 5. Memindahkan. Pemindahan risiko

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dari suatu perbuatan atau tindakan. Dengan kata lain, risiko merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. dari suatu perbuatan atau tindakan. Dengan kata lain, risiko merupakan BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Manajemen Risiko 2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko Menurut kamus besar bahasa Indonesia di kutip dari (Tony Pramana, 2011), risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan,

Lebih terperinci

FE Unlam Banjarmasin Abdul Hadi, 2010

FE Unlam Banjarmasin Abdul Hadi, 2010 MANAJEMEN RISIKO MENGURANGI KERUGIAN OUTLINE 2 Pengertian Mengurangi Kerugian Langkah-langkah Mengurangi Kerugian Langkah-langkah Khusus Kelayakan Ekonomis Pengertian Mengurangi 3 Kerugian Pendapat Mehr

Lebih terperinci

PENGANTAR MANAJEMEN RESIKO

PENGANTAR MANAJEMEN RESIKO PENGANTAR MANAJEMEN RESIKO Risiko merupakan kata yang sudah kita dengar hampir setiap hari. Biasanya kata tersebut mempunyai konotasi yang negatif, sesuatu yang tidak kita sukai, sesuatu yang ingin kita

Lebih terperinci

DASAR-DASAR MANAJEMEN RISIKO/ RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO

DASAR-DASAR MANAJEMEN RISIKO/ RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO DASAR-DASAR MANAJEMEN RISIKO/ RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO Manajemen Risiko ANDRI HELMI M, SE., MM. Pengertian Risiko Menurut Emmaett J. Vaughan dan Curtis M. Elliott Kans kerugian the change of loss

Lebih terperinci

PERENCANAAN BISNIS (PEMAHAMAN TENTANG RISIKO )

PERENCANAAN BISNIS (PEMAHAMAN TENTANG RISIKO ) PERENCANAAN BISNIS (PEMAHAMAN TENTANG RISIKO ) PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN FEB UNPAD 2013 Prof. Dr. Yuyus Suryana S. SE.,MS 11/01/2013 YUYUS. S.S 1 Pengertian Resiko kesempatan timbulnya kerugian probabilitas

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko - 11 - LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL A. Proses Manajemen Proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori yang menjadi landasan atau dasar dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Dari pembahasan bab ini nantinya diharapkan dapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN I METODE DAN PENDEKATAN ANALISIS KESELAMATAN

LAMPIRAN I METODE DAN PENDEKATAN ANALISIS KESELAMATAN LAMPIRAN I METODE DAN PENDEKATAN ANALISIS KESELAMATAN I-101. Lampiran I berisi beberapa pertimbangan yang mungkin bermanfaat dalam melakukan analisis keselamatan untuk suatu reaktor penelitian. Pendekatan

Lebih terperinci

International trade and risks

International trade and risks INTRODUCTION After studying this chapter, students are able to: Define risks and risk analysis Mention reasons to analyze risks Mention PICs assigned for analyzing risks Explain the uncertainty of risks

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN Manajemen Resiko Bisnis

KEWIRAUSAHAAN Manajemen Resiko Bisnis KEWIRAUSAHAAN Manajemen Resiko Bisnis Erizal, S.Si,M.Kom PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Manajemen Resiko Bisnis Manajemen Resiko Manajemen risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan resiko dari nasabah kepada perusahaan asuransi.

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan resiko dari nasabah kepada perusahaan asuransi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya asuransi adalah suatu perjanjian antara nasabah asuransi (tertanggung) dengan perusahaan asuransi (penanggung) mengenai pengalihan resiko dari nasabah

Lebih terperinci

Manajemen Resiko Proyek Sistem Informasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS)

Manajemen Resiko Proyek Sistem Informasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) Manajemen Resiko Proyek Sistem Informasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) 1. Identifikasi Resiko Karakteristik Resiko Uncertainty : tidak ada resiko yang 100% pasti muncul, sehingga tetap harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soeharto (1999), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soeharto (1999), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Proyek Menurut Soeharto (1999), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan

Lebih terperinci

Komunikasi risiko 1 LAMPIRAN 2. Definisi dan tujuan

Komunikasi risiko 1 LAMPIRAN 2. Definisi dan tujuan 218 Penyakit bawaan makanan: fokus pendidikan kesehatan LAMPIRAN 2 Komunikasi risiko 1 Definisi dan tujuan Komunikasi risiko merupakan pertukaran informasi dan pandangan mengenai risiko serta faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit atau terluka atau bahkan meninggal dunia karena suatu kecelakaan. Bangunan atau pabrik yang

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan dan Perspektif Pengembangan Asuransi Pertanian pada Usahatani Padi dan Jagung

Analisis Kelayakan dan Perspektif Pengembangan Asuransi Pertanian pada Usahatani Padi dan Jagung LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2007 Analisis Kelayakan dan Perspektif Pengembangan Asuransi Pertanian pada Usahatani Padi dan Jagung Oleh : A. Rozany Nurmanaf Sumaryanto Sri Wahyuni Ening Ariningsih Yana

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko

Kebijakan Manajemen Risiko Kebijakan Manajemen Risiko PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITM), berkomitmen untuk membangun sistem dan proses manajemen risiko perusahaan secara menyeluruh untuk memastikan tujuan strategis dan tanggung

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam menyelesaikan kajian risiko pada Proyek Pembangunan Transmisi Saluran udara tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv Malingping Bayah ini terdapat beberapa langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan apartemen adalah salah satu pembangunan yang menimbulkan risiko tinggi bagi proyek tersebut maupun lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan pembangunan

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENULISAN. Objek penulisan Laporan Akhir ini melakukan PKL atau magang di PT. Asuransi

III. METODELOGI PENULISAN. Objek penulisan Laporan Akhir ini melakukan PKL atau magang di PT. Asuransi III. METODELOGI PENULISAN 3.I Objek Objek penulisan Laporan Akhir ini melakukan PKL atau magang di PT. Asuransi Parolamas Lampung yang terletak di jalan W.R. Monginsidi No 122 Bandar Lampung. Penulis melakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pemasaran menurut Philip Kotler dan Amstrong. individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pemasaran menurut Philip Kotler dan Amstrong. individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran menurut Philip Kotler dan Amstrong Pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan

Lebih terperinci

PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR

PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR RUMAH SAKIT VITA INSANI JL. MERDEKA NO. 329 PEMATANGSIANTAR DAFTAR ISI Daftar Isi... i Lembar Pengesahan... ii BAB I PENDAHULUAN...1

Lebih terperinci

Pengertian Manajemen Risiko

Pengertian Manajemen Risiko Manajemen Risiko Pengertian Resiko Kans kerugian Kemungkinan kerugian Penyimpangan kenyataan dari hasil yang diharapkan Probabilitas bahwa suatu hasil berbeda dari yang diharapkan 2 Pengertian Resiko Resiko

Lebih terperinci

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) KEADAAN DARURAT Keadaan darutat adalah situasi atau kondisi atau kejadian yang tidak normal o Terjadi tiba tiba o Menggangu kegiatan

Lebih terperinci

Penataan Kota dan Permukiman

Penataan Kota dan Permukiman Penataan Kota dan Permukiman untuk Mengurangi Resiko Bencana Pembelajaran dari Transformasi Pasca Bencana Oleh: Wiwik D Pratiwi dan M Donny Koerniawan Staf Pengajar Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan

Lebih terperinci

Pengambilan Risiko. Kuliah 5

Pengambilan Risiko. Kuliah 5 Pengambilan Risiko Kuliah 5 Seiring dengan perkembangan usaha yang biasanya diikuti dengan perubahan gaya manajemen, maka pada saat yang sama para wirausahawan dihadapkan pada berbagai risiko. Bagi sebagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi 1. Pengertian Asuransi Apabila seseorang menginginkan supaya sebuah resiko tidak terjadi, maka seharusnyalah orang tersebut mengusahakan

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #3 Genap 2015/2016. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #3 Genap 2015/2016. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #3 Definisi 2 Risiko: Ukuran dari probabilitas/kemungkinan. Penilaian Kuantitatif Risiko (Penilaian Risiko): Perkiraan risiko untuk berbagai fenomena lingkungan. Contoh: risiko dari badai, banjir,

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Manajemen

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Manajemen BAB 2 STUDI PUSTAKA Proyek konstruksi menyangkut manajemen yang diterapkan. Manajemen proyek meliputi manajemen sumber daya, waktu, biaya, mutu, dan manajemen risiko (Ronny Kountur Dms, 2006) 2.1 Manajemen

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ASURANSI. Inhouse Training Jakarta, 10 November 2015

DASAR-DASAR ASURANSI. Inhouse Training Jakarta, 10 November 2015 DASAR-DASAR ASURANSI Inhouse Training Jakarta, 10 November 2015 RESIKO & PERIL Resiko adalah : Sesuatu yang datangnya tidak terduga dan berdampak pada timbulnya suatu kerugian. Peril adalah : Penyebab

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran

Lebih terperinci

JUDUL UNIT : Melakukan Komunikasi Di Tempat Kerja

JUDUL UNIT : Melakukan Komunikasi Di Tempat Kerja Sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi Bidang Programer komputer KODE UNIT : TIK.PR01.001.01 JUDUL UNIT : Melakukan Komunikasi Di Tempat Kerja DESKRIPSI UNIT : Unit ini menentukan kompetensi yang diperlukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

BAB IV RISIKO DAN MANAJEMEN RESIKO

BAB IV RISIKO DAN MANAJEMEN RESIKO BAB IV RISIKO DAN MANAJEMEN RESIKO A. Pengertian Risiko Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah risiko. Berbagai macam risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan,

Lebih terperinci

GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN

GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN Oleh : Suharno LOKAKARYA BUDAYA KESELAMTAN INSTALASI NUKLIR Jakarta 17 20 Mei 2005 1. PENDAHULUAN Kelemahan dapat memicu terjadinya keadaan keselamatan yang tidak stabil

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang didasari pada tuntutan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Asuransi Kerugian Dalam perkembangan dunia usaha tidak seorang pun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang secara tepat, setiap ramalan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI SISTEM INFORMASI ASURANSI Materi 1 PENGENALAN ASURANSI Dr. Kartika Sari U niversitas G unadarma Materi 1-1 Pengertian Asuransi Asuransi adalah: Suatu mekanisme pemindahan risiko dari tertanggung (nasabah)

Lebih terperinci

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI Halaman 1 dari 1 KRONOLOGI DOKUMEN Tanggal Revisi Ke Keterangan (Tuliskan sub-bab & perihal yang diubah serta alasan perubahan) 14-10-2011 0 Penentuan baru 25-11-2013 1 Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun

Lebih terperinci

VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO

VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO 7.1 Analisis Probabilitas Risiko Operasional Usaha pemasaran benih ikan patin sering kali dihadapkan pada risiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem

BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem 130 BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem Pengendalian Internal Pemerintah pada Badan Kantor Pertanahan Nasional

Lebih terperinci

LAMPIRAN SK NO. 422/AAUI/06

LAMPIRAN SK NO. 422/AAUI/06 KLAUSUL KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DAN ATAU RODA TIGA Dengan ini dicatat dan disepakati, bahwa : 1. Menyimpang dari definisi kendaraan bermotor yang dicantumkan dalam Polis, kata kendaraan bermotor harus

Lebih terperinci

BAB IX ASURANSI ANEKA

BAB IX ASURANSI ANEKA BAB IX ASURANSI ANEKA Jika di depan telah dipaparkan tentang asuransi jiwa dan asuransi kerugian secara panjang lebar, berikut ini akan dipaparkan asuransi aneka. Uraian-uraian berikut ini mencakup macam-macam

Lebih terperinci

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana Rahmawati Husein Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana PP Muhammadiyah Workshop Fiqih Kebencanaan Majelis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah, UMY,

Lebih terperinci

1. Kebakaran. 2. Kekeringan

1. Kebakaran. 2. Kekeringan 1. Kebakaran Salah satunya kebakaran hutan adalah bentuk kebakaran yang tidak dapat terkendali dan seringkali terjadi di daerah hutan belantara. Penyebab umum hal ini seperti petir, kecerobohan manusia,

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit Standar Prof SA Seksi 3 1 2 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). yang diperkirakan (Lifson & Shaifer, 1982).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). yang diperkirakan (Lifson & Shaifer, 1982). 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Definisi resiko: 1. Kejadian yang sering terjadi pada event tertentu atau faktor yang terjad selama proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). 2. Hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dan Terminologi Proyek (Soeharto, 1999) mendefinisikan kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODOLOGI

BAB III ANALISIS METODOLOGI BAB III ANALISIS METODOLOGI Pada bagian ini akan dibahas analisis metodologi pembangunan BCP. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa metodologi pembangunan yang terdapat dalam literatur

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO KONSTRUKSI PADA PROYEK RUSUNAMI KEBAGUSAN CITY JAKARTA

ANALISA RISIKO KONSTRUKSI PADA PROYEK RUSUNAMI KEBAGUSAN CITY JAKARTA TUGAS AKHIR RC 091380 ANALISA RISIKO KONSTRUKSI PADA PROYEK RUSUNAMI KEBAGUSAN CITY JAKARTA RENDY KURNIA DEWANTA NRP 3106100038 DOSEN PEMBIMBING M. Arif Rohman, ST., MSc Ir. I Putu Artama Wiguna, MT.,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum 1. Risiko Definisi risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau

Lebih terperinci

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2 TATA CARA / PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN ( IKP ) 1 dari 2 Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atau berpotensi

Lebih terperinci

MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS)

MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS) PEDOMAN TEKNIS MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS) RUMAH SAKIT MULIA INSANI TAHUN 2016 TIM K3RS/ TIM MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT MULIA INSANI TANGERANG

Lebih terperinci

BAB X ASURANSI A. DEFINISI ASURANSI

BAB X ASURANSI A. DEFINISI ASURANSI BAB X ASURANSI Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada saat ini sangat memberikan manfaat dan kemudahan bagi kehidupan manusia, dampak positif yang ada sangat mendukung manusia modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko selalu melekat pada kegiatan apapun yang kita kerjakan, baik dalam mengelola suatu proyek, mengendarai mobil, menentukan prioritas kerja, melakukan transaksi

Lebih terperinci

PENGENALAN ASURANSI. Sistem Informasi Asuransi dan Keuangan

PENGENALAN ASURANSI. Sistem Informasi Asuransi dan Keuangan PENGENALAN ASURANSI Sistem Informasi Asuransi dan Keuangan APAKAH ASURANSI ITU? Asuransi adalah: Suatu mekanisme pemindahan risiko dari tertanggung (nasabah) kepada penanggung (pihak asuransi). Dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA - 2 - KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI (PIE) 1.1. Lampiran ini menjelaskan definisi

Lebih terperinci