BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Dasar Hukum dan Prinsip Zakat. sistem ekonomi Islam yang mempengaruhi tingkah laku ekonomi seorang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Dasar Hukum dan Prinsip Zakat. sistem ekonomi Islam yang mempengaruhi tingkah laku ekonomi seorang"

Transkripsi

1 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Zakat 1. Pengertian, Dasar Hukum dan Prinsip Zakat Zakat merupakan salah satu nilai instrumental yang sangat strategis dalam sistem ekonomi Islam yang mempengaruhi tingkah laku ekonomi seorang muslim, masyarakat dan pembangunan ekonomi pada umumnya. Yusuf Qardhawi (1999 : 34) mengartikan zakat dalam bukunya yang dibagi menjadi dua yaitu menurut bahasa (lughah) dan menurut syara (hukum fikih). a. Menurut bahasa (lughah) adalah suci, bersih, tumbuh, bertambah, berkah, dan terpuji. b. Menurut syara (hukum fikih) bermakna pemberian yang wajib diberikan dari harta tertentu, menurut sifat - sifat dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu. Kalau dipertautkan antara pengertian bahasa yang sangat mendasar dengan rumusan fikih, maka bermakna jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih dan kekayaannya bersih pula. Sedangkan menurut Mahmudi (2009 : 151) Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh Muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Menurut Undang-undang No. 38 Tahun 1999 yang terdapat dalam Lembaran Negara Nomor 164 (1999 : Pasal 1 ayat 2) Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan usaha yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Dasar hukum diwajibkannya zakat disebutkan dalam Al-Qur an, As-Sunnah dan Ijma ulama. Ayat ayat Al-Qur an yang dijadikan landasan diwajibkannya zakat disebutkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia dalam Al Qur an

2 20 dan Terjemahannya (1992 : 15,427,307,781) antara lain pada surat Al-Baqarah ayat 43, surat At-Taubah ayat 103, surat Al-An am ayat 141 dan surat An-Nuur ayat 56, dan masih banyak lagi ayat ayat lain dalam Al-Qur an yang menjadi dasar hukum diwajibkannya zakat. Sedangkan dasar hukum yang bersumber dari As-Sunnah, yang dikemukakan Departemen Agama Republik Indonesia dalam Al-Qur an dan Terjemahannya (Ibid : 74) salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari : dari Ibnu Abbas, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengirim Mu adz bin Jabal ke Yaman dan bersabda : Kau akan berada di tengah tengah umat ahli kitab. Ajaklah mereka mengakui bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan saya adalah Rasul-Nya. Bila mereka menerima, beritahukanlah kepada mereka bahwa mereka diwajibkan shalat lima kali dalam sehari semalam. Bila mereka menjalankannya, beritahukan pula bahwa mereka diwajibkan mengeluarkan zakat yang dipungut dari orang orang kaya dan dikembalikan kepada orang orang miskin. Dan bila mereka menjalankannya, maka kau harus melindungi kekayaan mereka itu, dan takutlah kepada do a orang orang yang teraniaya, karena antara do a orang yang teraniaya dengan Allah tidak terdapat penghalang. Dari dasar dasar hukum di atas dapat disimpulkan bahwa hukum zakat adalah wajib bagi setiap orang Islam. Mannan dalam buku Triyuwono dan As udi (2001 : 31) menjelaskan tentang urgensi dikeluarkannya zakat yang mengacu pada salah satu faktor untuk mengurangi tingkat kemiskinan bahwa : zakat adalah poros keuangan Negara Islami. Zakat meliputi bidang moral, sosial dan ekonomi. Dalam bidang moral zakat mengikis habis ketamakan dan keserakahan si kaya. Dalam bidang sosial, zakat bertindak sebagai alat yang khas yang diberikan Islam untuk menghapus kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka miliki. Sedangkan zakat dalam bidang ekonomi mencegah pemupukan kekayaan yang mengerikan dalam tangan segelintir orang dan memungkinkan kekayaan untuk disebarkan sebelum sempat menjadi besar dan sangat berbahaya di tangan para pemiliknya.

3 21 2. Sifat Umum Zakat Yusuf Qardhawi (1999 : 999) menjelaskan bahwa Pajak dan zakat mempunyai kemiripan bila ditinjau dari sisi unsur paksaan untuk melunasinya, disetor kepada lembaga khusus dan tidak adanya kontra prestasi secara langsung serta dari sisi tujuannya zakat dan pajak digunakan untuk kesejahteraan masyarakat. Zakat memiliki sifat sifat yang tidak sama dengan pajak, Sifat sifat tersebut dinyatakan secara terperinci oleh Hedeko Sato dalam buku Harahap (2001 : 299) sebagai berikut: a. zakat merupakan salah satu dari hukum Islam yang mencakup syahadat, shalat, zakat, shaum, dan haji. Zakat berhubungan erat dengan rukun Islam lainnya. Misalnya shalat adalah kewajiban badan, zakat kewajiban mengenai harta, b. hasil zakat harus digunakan dan dibayarkan kepada orang orang tertentu yang disebut dalam Al-Qur'an dalam surat At-Taubah ayat 60 yaitu : fakir, miskin, amil, muallaf, orang yang berhutang, orang yang dibebaskan dari perbudakan, fisabilillah, dan musafir, c. tarif zakat sudah ditetapkan di dalam hadits, sesuai dengan jenis kegiatan ekonomi, d. zakat dikenakan hanya kepada pribadi muslim, walaupun demikian bagi perusahaan yang memiliki badan hukum yang independen dari pemegang saham, perusahaan ini dianggap merupakan subjek wajib zakat, e. utang tidak termasuk di dalam perhitungan harta yang wajib zakat, zakat hanya dikenakan pada aktiva bersih oleh karena harus dikurangkan, f. kekayaan yang wajib zakat harus melebihi batas jumlah tertentu (nisab) yang diatur dalam hadits. Batas merupakan jumlah harta yang diperlukan dan pendapatan yang memberikan kebutuhan dasar dari pemilik dan keluarganya, g. harta yang merupakan subjek zakat adalah harta yang telah melebihi satu tahun (haul). Walaupun demikian, mengangsur zakat tidak dilarang, h. harta yang merupakan subjek zakat adalah harta yang dimiliki dengan sempurna, tidak ada kontrol dari pihak lain, i. harta yang wajib zakat bersifat tumbuh dan berkembang dan bukan untuk kepentingan pribadi, akan tetapi sebagai harta yang dapat memberikan keuntungan, misalnya persediaan.

4 22 Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwasanya antara zakat dan pajak memiliki karakteristik yang berbeda. 3. Batasan batasan (Nisab) Zakat Zakat dikeluarkan setelah mencapai batas minimal atas kewajiban yang dikeluarkannya zakat. Harta dalam Islam dapat menggolongkan pemiliknya ke dalam golongan orang orang kaya menurut pengertian zakat, zakat wajib dikeluarkan apabila telah memenuhi dua syarat seperti yang dikemukakan oleh Muhammad (2005 : 160), yaitu: a. harta itu telah sampai kepada batas minimal yang diistilahkan dengan nisab. Batas minimal ini diperkirakan untuk barang barang komoditi seharga 20 dinar emas, b. pemilik harta tetap memiliki se-nisab ini dalam masa satu tahun penuh, selebihnya dari kebutuhan kebutuhannya yang asli seperti tempat tinggal, makanan, dan pakaian. April Purwanto (2009 : 14-37) batas minimum terhadap barang atau harta yang dimiliki seperti emas dan perak, barang tambang dan harta karun, binatang ternak, produk pertanian, barang komersial dan industri telah tetap pengaturannya. a. Emas dan Perak Bila seseorang memiliki emas sebesar 20 dinar atau perak 200 dirham dan sudah setahun, maka ia telah terkena wajib zakat yakni sebesar 2,5% b. Barang barang Tambang dan Harta Karun Zakat yang dikeluarkan berkisar antara 2,5 % hingga 20 % c. Binatang Ternak zakatnya dihitung seperti zakat pertanian kalau sudah mencapai nisab (85 gram emas maka wajib dikeluarkan zakatnya 2,5 % s/d 10%). d. Produk Pertanian

5 23 Besarnya zakat pertanian berkisar antara 5% hingga 10% tergantung dari mudah susahnya, dan biaya yang dikeluarkan selama proses perawatan selama tanam hingga panen. e. Barang barang Komersial dan Industri Zakat dikenakan adalah 2,5% dari semua barang komersial. B. Konsep tentang Pengelolaan Zakat Berdasarkan Undang-Undang No. 38 tahun Pengertian Pengelolaan Zakat Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dan keputusan dan keputusan menteri Agama Republik Indonesia Nomor 581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat : a. pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat (Pasal 1 Ayat (1)) b. muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat (Pasal 1 Ayat (3)) c. mustahik adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat (Pasal 1 Ayat (4)) 2. Azas dan Tujuan Pengelolaan Zakat Agar tujuan sumber dana dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat perlu adanya pengelolaan zakat secara profesional dan bertanggung jawab yang dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah. Dalam hal ini

6 24 pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan dan pelayanan kepada muzakki, mustahik dan pengelola zakat. Untuk maksud tersebut, maka dalam pengelolaan zakat tersebut harus berdasarkan iman dan taqwa agar dapat mewujudkan keadilan sosial, kemashlahatan keterbukaan dan kepastian hukum sesuai jiwa pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 (Pasal 4). Adapun tujuan pengelolaan zakat paling tidak adalah meliputi hal-hal berikut : a. meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penunaian dan dalam pelayanan ibadah zakat sesuai dengan tuntutan agama. b. meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahtraan masyarakat dan keadilan sosial. c. meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat (Pasal 5). 3. Organisasi Pengelolaan Zakat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di Ibu kota Negara dibentuk oleh presiden atas usul menteri, sedangkan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) berkedudukan di Ibu kota Prospinsi, Kabupaten dan Kecamatan dibentuk oleh Gubernur, Bupati/Walikota dan Camat atas usul kepala kantor Departemen Agama setempat. Di setiap kelurahan dan desa dapat dibentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) oleh BAZ Kecamatan. Demikian pula BAZNAS dan BAZDA yang lain dapat dibentuk UPZ di instansi Pemerintah dan swasta sesuai dengan tingkatannya dan sesuai kebutuhan. Susunan dan tata kerja BAZ dan UPZ diatur lebih lajut dengan keputusan Menteri. Selain oleh BAZ, pengelolaan zakat juga dapat dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang didirikan oleh

7 25 masyarakat dan keberadaannya dikukuhkan oleh pemerintah setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. 4. Persayaratan Lembaga Pengelola Zakat Mahmudi (2009 : 12) salah satu syarat pendirian LAZ adalah berbadan hukum yayasan. berdasarkan Undang-undang yayasan, struktur organisasi yayasan terdiri atas tiga unsur yaitu pembina pengurus dan pengawas. Yusuf Al- Qardhawi (Ibid : 551) menyatakan seorang amil zakat atau pengelola zakat harus memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut: 1. beragama Islam. 2. mukallaf. Yaitu orang yang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap menerima tanggu jawab mengurus ummat 3. memiliki sifat amanah atau jujur. 4. mengerti dan memahami hukum-hukum zakat, akan mengundang kepercayaan dari masyarakat. 5. memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaikbaiknya. 6. kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugasnya. Di Indonesia, berdasarkan keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 581 Tahun 1999, dikemukakan bahwa lembaga zakat harus memiliki persyaratan teknis antara lain adalah : 1. berbadan hukum ; 2. memiliki data muzakki dan mustahik ; 3. memiliki program kerja yang jelas ;

8 26 4. memiliki pembukuan yang baik ; 5. melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit. Persyaratan tersebut tentu mengarah pada profesionalitas dan transparansi dari setiap lembaga pengelola zakat. C. Konsep Zakat Badan Usaha 1. Pengertian Zakat dan Dasar Hukum Secara fikih perusahaan tidak merupakan objek yang wajib membayar zakat maka yang wajib itu bukan perusahaan tapi pemiliknya. Menurut Hasbi Ash- Shiddiqi dalam buku Sofyan Syafri Harahap (2001 : 301) bahwa Pada tahun kedua hijriyah syara menentukan jenis harta yang wajib dizakati, diantaranya yaitu emas dan perak, perniagaan, peternakan, tanaman, dan barang barang temuan (rikaz) atau harta karun. Dalam konteks zakat badan usaha, maka secara syariah, zakat ini merupakan peng-qiyas-an dari zakat perniagaan. Zakat perusahaan kadarnya dihitung berdasarkan neraca perusahaan yang besarnya 2,5%. Namun dalam kaitan dengan pajak, zakat yang digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak berdasarkan laporan laba/rugi. Dengan demikian, akan terjadi kesamaan antara pendapatan yang diperoleh melalui kegiatan usaha perusahaan seperti itu dan penghasilan para pedagang yang diharuskan mengeluarkan zakat perdagangannya ketika mereka menjual hasil perdagangannya. 2. Standar Akuntansi Zakat Badan Usaha Dari pandangan secara makro maka tujuan akuntansi syariah dikemukakan oleh Triyuwono (2001 : 27) adalah:

9 27 a. merupakan dasar dalam perhitungan zakat, b. memberikan dasar dalam pembagian keuntungan, distribusi kesejahteraan dan pengungkapan terhadap kejadian dan nilai nilai, c. untuk meyakinkan bahwa usaha yang dilakukan perusahaan bersifat Islami dan hasil (laba) yang diperoleh tidak merugikan masyarakat. Oleh sebab itu maka Harahap (2001 : 322) mengemukakan standar akuntansi terhadap zakat yang terpenting adalah sebagai berikut: a. penilaian current exchange value (nilai tukar sekarang) atau harga pasar. Kebanyakan para ahli fikih mendukung bahwa harta perusahaan pada saat menghitung zakat harus dinilai berdasarkan harga pasar, b. aturan satu tahun. Untuk mengukur nilai aktiva, kalender bulan harus dipakai kecuali untuk zakat pertanian. Aktiva harus diberlakukan lebih dari satu tahun, c. aturan mengenai independensi. Peraturan ini berkaitan dengan standar di atas. Zakat yang dihitung tergantung pada kekayaan akhir tahun. Piutang pendapatan yang bukan pendapatan tahun ini dan pendapatan yang dipindahkan ke depan tidak termasuk, d. standar realisasi. Kenaikan jumlah diakui pada tahun yang bersangkutan apakah transaksi selesai atau belum. Piutang (transaksi kecil) harus dimasukkan dalam perhitungan zakat, e. yang dikenakan zakat, nisab harus dihitung menurut hadits dimana tidak ditagih zakat dari orang yang tidak cukup kekayaannya senisab, f. net total (gross) memerlukan net income. Setelah satu tahun penuh, biaya, hutang, dan penggunaan keluarga harus dikurang dari income yang akan dikenakan zakat, g. kekayaan aktiva, apakah di Negara Islam atau bukan, jika pemiliknya adalah Islam, maka harus dimasukkan dalam perhitungan kekayaannya yang akan dikenakan zakat dan dihitung nisab. Triyuwono ( 2001 : 81 ) menjelaskan bahwa yang termasuk dalam aktiva yang dikenai kewajiban zakat (selain aktiva tetap) adalah kas dan setara kas, piutang, aktiva yang diperoleh untuk diperdagangkan dan aktiva pembiayaan. a. Kas dan Setara Kas Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro, sedangkan setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat liquid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan yang signifikan.

10 28 b. Piutang Piutang adalah klaim tehadap pihak lain atas penyerahan barang atau jasa dalam rangka kegiatan usaha perusahaan. Piutang di sini adalah piutang netto setelah dikurangi provisi untuk piutang ragu ragu. c. Aktiva yang diperoleh untuk diperdagangkan (seperti persediaan, surat berharga, real estate dan lain - lain). Aktiva yang diperoleh untuk diperdagangkan harus diukur pada nilai ekivalen tunainya pada saat zakat sampai haul dan nisab-nya. d. Aktiva Pembiayaan (seperti mudharabah, musyarakah, salam, istishna dan lain - lain). Aktiva Pembiayaan haruslah merupakan aktiva bersih (netto) dari semua provisi untuk semua nilai atau non-collectibility-nya. Dana dana yang digunakan untuk mendapatkan aktiva tetap yang berhubungan dengan aktiva pembiayaan harus dikurangkan. Mengenai masalah pengklarifikasian aktiva tersebut, Gambling dan Karim dalam Buku Muhammad (2005 : 164) menyatakan bahwa Pengklarifikasian aktiva menjadi aktiva lancar (current asset) dan aktiva tetap (non-current asset) mempunyai arti yang berbeda dalam pandangan syariah Islam. Dari kacamata syariah tentunya pengklarifikasian aktiva tersebut digunakan untuk mengidentifikasi aktiva yang terkena zakat (zakatable assets). 3. Nisab dan Perhitungan Zakat Badan Usaha Dalam menentukan kapan sebuah perusahaan dapat dikenakan zakat dari hasil usahanya harus memenuhi syarat syarat yang telah diatur dalam fikih. Sementara itu para ahli fikih menyatakan perhitungan zakat perusahaan masih menemui kesulitan karena adanya perbedaan format perhitungan serta elemen laporan keuangan yang berbeda dengan format baku saat ini dengan menurut fikih. Perbedaan itu misalnya dalam menghitung laba, menghitung biaya, aktiva tetap, dan sebagainya. Oleh sebab itu, maka Muhammad (2005 : 164) mencoba untuk memberikan penjelasan dalam hal pengukuran zakat ini yaitu Untuk kepentingan zakat, pengukuran yang lebih relevan digunakan adalah net cost

11 29 accounting atau net realizable value atau Continuously Contemporary Accounting (CoCoA) dan tidak menggunakan historical cost accounting. Dalam perbankan syariah, telah diatur suatu standar untuk pembuatan laporan keuangannya yang berbeda dengan perbankan konvensional pada umumnya. Dengan dikeluarkannya PSAK No. 59 yang walaupun diakui belum sepenuhnya murni bersifat syariah karena merupakan penggabungan dari PSAK yang ada. Prinsip prinsip akuntansi yang berlaku umum serta standar lain yang diadopsi dari luar negeri, maka ada beberapa jenis laporan keuangan harus disajikan oleh sebuah lembaga keuangan syariah yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No. 59 tentang Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah (2009 : Paragraf 68): a. komponen laporan keuangan mencerminkan kegiatan komersial: (1) laporan posisi keuangan (2) laporan laba rugi (3) laporan arus kas (4) laporan perubahan ekuitas, b. komponen laporan keuangan mencerminkan kegiatan sosial : (1) laporan sumber dan penggunaan dana zakat ; dan (2) laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan c. komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut Lebih jauh lagi Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No. 59 tentang Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah (Ibid : Paragraf 41) menyebutkan bahwa: Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi

12 30 juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang diterima di masa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna dalam pengambilan keputusan. Kemudian Ikatan Akuntan Indonesia masih dalam buku yang sama PSAK No. 59 tentang Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah (Ibid : Paragraf 42) menyatakan penghitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil usaha menggunakan dasar kas. Walaupun sebenarnya untuk paragraf 42 dalam PSAK 59 masih dalam proses perdebatan yang panjang, karena sebagian dari praktisi bank syariah menilai tidak sesuai diterapkan dalam lembaga perbankan yang berbasis syariah. Hamidi (2003 : 224) berpendapat bahwa Bank syariah akan mengalami kerugian apabila ia dipaksa untuk mengikuti PSAK 59, khususnya harus mencatat pengakuan pendapatan laporan keuangan dengan dasar accrual, dikarenakan akan sulit dilakukan pencatatan untuk pembiayaan mudharabah dan musyarakah mengingat pendapatan yang diperoleh tidak dapat dipastikan besarnya. Konsekuensi dari keadaan ini adalah bank syariah akan menanggung pajak yang sudah harus dibayarkan, sementara sebenarnya penerimaan tersebut belum pasti menjadi milik bank. Pengaruh yang paling besar kepada pembayaran zakat adalah bahwa apabila zakat telah dikeluarkan, tetapi ternyata di akhir periode pendapatan yang belum nyata itu tidak dapat diperoleh sehingga berakibat tidak sesuainya pengeluaran zakat dengan laba yang diperoleh. Walaupun demikian, PSAK No. 59 ini tetap diberlakukan dengan tetap mempertimbangkan keadaan. Dari beberapa penjelasan dan teori teori yang ada di atas, baik itu tentang konsep zakat badan usaha maupun tata cara perhitungan zakat perusahaan, maka

13 31 penulis mencoba untuk memberikan sebuah contoh laporan keuangan sebuah perusahaan sebagai dasar dalam perhitungan zakat perusahaan. Tabel 2.1 Contoh Neraca Badan Usaha Syariah PT. BANK ABC Neraca Per 31 Desember 2006 Aktiva Jumlah Passiva Jumlah Kas dan setara kas Rp ,00 Utang lancar Rp ,00 Piutang bersih ,00 Wesel bayar ,00 Pembiayaan mudha- Utang lain-lain ,00 rabah ,00 Pembiayaan musya- Cadangan untuk resiko rakah ,00 investasi ,00 Istishna' ,00 Utang jangka panjang ,00 Real estate yang diperdagangkan Total utang , ,00 Surat berharga yang Modal investasi terbatas ,00 diperdagangkan ,00 Persediaan ,00 Penyertaan minoritas ,00 Investasi yang diper- Penyertaan Modal: dagangkan ,00 Investasi yang tidak Kenaikan modal ,00 diperdagangkan ,00 Total Aktiva Lancar ,00 Cadangan ,00 Aktiva/Bangunan yang Laba ditahan ,00 disewakan ,00 Aktiva tetap yang dipa- Laba bersih tahun berkai ,00 jalan ,00 Total Aktiva tetap ,00 Total modal Rp ,00 Total Aktiva Rp ,00 Total Passiva Rp ,00 Sumber : diolah oleh penulis Informasi tambahan: a. penyertaan modal termasuk penyertaan modal dari pemerintah, penyertaan lembaga atau organisasi non-profit dan sumbangan sebesar Rp ,-, b. nilai setara kas untuk asset yang diperdagangkan adalah:

14 32 Tabel 2.2 Nilai Setara Kas untuk Asset yang Diperdagangkan Akun Penilaian berdasarkan Nilai Kas dan pada laporan keuangan Setara Kas Selisih Surat berharga Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Persediaan , , ,00 Bangunan/Properti , , ,00 Investasi lainnya , , ,00 Total Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Sumber : diolah oleh penulis Dari contoh laporan keuangan di atas, Harahap (2001 : 307) menyebutkan beberapa metode dalam menghitung zakat perniagaan khususnya untuk perusahaan yang dikemukakan oleh beberapa tokoh seperti T.E. Gambling dan R.A Karim, Yusuf Qardhawi, Bazis DKI, Syarikat Takaful Malaysia Sdn. Berhad dan Bank Muamalat Indonesia. a. Menurut T.E. Gambling dan R.A. Karim Zakat perdagangan dikenakan pada nilai bersih kekayaan, yaitu: (modal + laba bersih) x 2,5% atau atas modal kerja atau laba bersih. b. Menurut Yusuf Qardhawi Seseorang yang memiliki kekayaan perdagangan yang sudah satu tahun dan se-nisab pada akhir tahun itu, maka wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5% dihitung dari modal dan keuntungan (zakat dikenakan dari pangkal dan pertumbuhannya), bukan dari keuntungannya saja. Sedangkan untuk aktiva tetap maka tidak diwajibkan atas zakat kecuali jika aktiva tetap itu menghasilkan keuntungan atau pendapatan, maka zakat atas aktiva tetap besarnya 10% dari hasil bersih setelah dikurangi biaya biaya yang dikeluarkan. Tetapi hasil bersih tidak mungkin untuk diketahui, maka zakat dikenakan atas seluruh hasil sebesar 5%. c. Bazis DKI Bazis DKI menghitung zakat dari aktiva lancar sesuai dengan neraca tahunan, yaitu uang yang ada di Kas dan Bank, surat surat berharga, persediaan, dikurangi dengan kewajiban yang harus dibayar dengan ketentuan nisab 98 gram emas murni dan tarif zakat 2,5%. Dalam perhitungan ini aktiva tetap dan utang jangka panjang tidak diperhitungkan. d. Menurut Syarikat Takaful Malaysia Sdn. Berhad Zakat dihitung sebesar 2,5% dari keuntungan sebelum pajak. e. Menurut Bank Muamalat Indonesia

15 33 Zakat perusahaan dihitung 2,5% dari laba perseroan sebelum pajak. (laba dihitung menurut prinsip akuntansi) yang berlaku (PSAK). f. Menurut BPRS Al-Washliyah Zakat perusahaan dihitung 2,5% dari keuntungan bagi hasil nasabah setiap bulannya, Jadi tidak dapat diperhitungkan satu persatu. Dan tidak dapat ditentukan besarnya zakat yang diperoleh dari laba usahanya, dikarenakan zakat dihitung dari keuntungan bagi hasil dari setiap nasabah yang bersipat sukarela. Dari beberapa konsep perhitungan yang dikemukakan di atas, maka penulis mencoba melakukan perhitungan zakat berdasarkan contoh yang ada. a. Menurut T.E. Gambling dan R.A. Karim Berdasarkan contoh di atas maka kewajiban zakat adalah sebagai berikut: (modal + cadangan aktiva tetap) + Laba Bersih x 2,5% = (Rp Rp ) + Rp x 2,5% = (Rp Rp ) x 2,5% = Rp x 2,5% = Rp maka zakat yang dikeluarkan sebesar Rp Keterangan : modal = total modal laba bersih tahun berjalan. b. Menurut Yusuf Qardhawi Berdasarkan contoh diatas maka perhitungan zakat perusahaan adalah sebagai berikut: 1) (modal + laba bersih) x 2,5% (Rp Rp ) x 2,5% = Rp

16 34 2) Keuntungan dari aktiva tetap yang disewakan yaitu sebesar Rp dan keuntungan bersih diasumsikan sebesar Rp tarif zakat 10%, maka zakat yang wajib dibayar adalah Rp x 10% = Rp ,-. c. Bazis DKI Berdasarkan contoh diatas maka zakat dapat dihitung sebagai berikut: (aktiva lancar - utang lancar) x 2,5% = (Rp Rp ) x 2,5% = Rp x 2,5% = Rp ,65 Keterangan : aktiva lancar = total aktiva lancar investasi yang tidak diperdagangkan utang lancar = total utang utang jangka panjang. d. Menurut Syarikat Takaful Malaysia Sdn. Berhad Laba bersih tahun berjalan dalam laporan keuangan di atas adalah Rp. 6,000,000,- maka diasumsikan bahwa laba perusahaan sebelum dikurangi pajak adalah sebesar Rp perhitungan zakatnya adalah sebagai berikut: Rp x 2,5% = Rp e. Menurut Bank Muamalat Indonesia Berdasarkan contoh di atas maka zakat dihitung sebagai berikut: Rp x 2,5% = Rp f. Menurut BPRS Al-Washliyah

17 35 Tidak berdasarkan contoh dikarenakan perhitungan zakatnya dihitung berdasarkan keuntungan bagi hasil nasabah dikalikan 2,5 % yang bersipat sukarela. Misalnya : Rp x 2.5 % = Penilaian dan pengukuran akun akun laporan keuangan syariah sangat berkaitan erat dengan metode pengukuran zakat. Adapun metode pengukuran zakat Harahap (2001 : 315) ada 2 yaitu metode aktiva bersih dan metode dana yang diinvestasikan bersih. a. Metode Aktiva Bersih (Net Asset) 1) subjek zakat terdiri dari kas dan setara kas, piutang bersih (total piutang dikurangi piutang ragu - ragu), aktiva yang diperdagangkan seperti persediaan, surat berharga, real estate dan lain lain dan pembiayaan mudharabah, musyarakah, salam, dan istishna ), aktiva tetap bukan merupakan subjek zakat, 2) aktiva yang dimaksudkan untuk diperdagangkan kembali diukur pada nilai kas ekivalen dari aktiva tersebut pada saat kewajiban zakat dibayarkan. b. Metode Dana yang Diinvestasikan Bersih (Net Invested Funds) Metode Net Invested Funds sebagai dasar dalam menghitung zakat perusahaan telah diterapkan oleh sistem perhitungan zakat di Arab Saudi. Pos pos yang terdapat dalam dasar perhitungan zakat perusahaan dengan metode Net Invested Funds adalah sebagai berikut: 1) Modal disetor (paid up capital) atau tambahan modal yaitu modal pemilik dan setiap tambahan/kenaikan modal selama satu tahun, 2) Cadangan yang tidak dikurangkan dari aktiva, 3) Laba ditahan termasuk laba ditahan yang digunakan sebagai cadangan, 4) Laba bersih yang belum dibagikan. Dikurangi : 1) Aktiva tetap bersih, 2) Investasi yang tidak digunakan dalam perdagangan, misalnya gedung yang disewakan, 3) Kerugian yang terjadi selama satu tahun.

18 36 Mufraini (2006 : 128) Formula perhitungan zakat dengan metode net asset adalah: zakat = [ (kas dan setara kas + piutang bersih + pembiayaan + aktiva yang diperdagangkan) - (utang lancar + modal investasi tak terbatas + Dasar penilaian penyertaan dalam menghitung minoritas + zakat: penyertaan dari pemerintah + endowment + lembaga social + organisasi non provit penyertaan lembaga sosial, enwoodment dan lembaga Tabel non 2.3 profit ) ] x 2,5 % Metode Aktiva Bersih Tabel 2.3 Metode Aktiva Bersih Dasar Penilaian Aktiva : Kas dan Setara Kas Nilai Kas atau setara kas Piutang Bersih Nilai Kas atau setara kas Pembiayaan Mudharabah Nilai Kas atau setara kas Pembiayaan Musyarakah Nilai Kas atau setara kas Salam Istishna Nilai Kas atau setara kas Aktiva yang diperdagangkan : Nilai Kas atau setara kas Persediaan Nilai Kas atau setara kas Surat Berharga Nilai Kas atau setara kas Real Estate Nilai Kas atau setara kas Utang : Utang lancer Nilai Buku Wesel Bayar Nilai Buku Utang Lain lain Nilai Buku Modal Investasi Tak Terbatas Nilai Buku Penyertaan dari pemerintah, penyertaan lembaga Nilai Buku Penyertaan Minoritas Nilai Buku Sumber : Sofyan Syafri Harahap, 2001 Formula perhitungan zakat dengan menggunakan metode net invested funds adalah sebagai berikut: zakat = [ (tambahan modal + cadangan + cadangan yang tidak dikurangkan dari aktiva + laba ditahan + laba bersih + utang jangka Dasar penilaian panjang dalam - menghitung (aktiva tetap zakat + : investasi yang tidak diperdagangkan + kerugian)] x 2,5 % Tabel 2.4

19 37 Tabel 2.4 Metode Dana yang Diinvestasikan Bersih Metode Net Invested Funds Aktiva yang diperdagangkan : Gedung yang disewakan Lain lain Aktiva tetap Bersih Cadangan yang tidak dikurangkan dari aktiva Utang Lancar dan Wesel Bayar Modal pemilik : Tambahan Modal Cadangan Laba Ditahan Laba Bersih Sumber : Sofyan Syafri Harahap, 2001 Dasar Penilaian Nilai Buku Nilai Buku Nilai Buku Nilai Buku Nilai Buku Nilai Buku Nilai Buku Nilai Buku Dari contoh sebelumnya maka perhitungan zakat menurut kedua metode tersebut di atas adalah: Tabel 2.5 Perhitungan Zakat dengan Metode Aktiva Bersih (Net Asset) Aktiva Subjek Zakat Rp Rp Kas dan setara kas ,00 Piutang bersih ,00 Pembiayaan Mudharabah ,00 Pembiayaan Musyarakah ,00 Istishna' ,00 Persediaan ,00 Surat berharga ,00 Real estate yang diperdagangkan ,00 Investasi lainnya yang diperdagangkan ,00 Total ,00 Dikurangi: Utang Utang lancar ,00 Wesel bayar ,00 Utang lainnya ,00 Penyertaan pemerintah dan organisasi non profit/sosial, dll ,00 Penyertaan minoritas ,00 Modal investasi tak terbatas ,00 Total ,00 Dasar perhitungan zakat ,00 Zakat periode berjalan = X2,5% ,75 Sumber : diolah oleh penulis

20 38 Tabel 2.6 Perhitungan Zakat dengan Metode Dana yang Diinvestasikan Bersih (Net InvestedFunds) Rp Rp Total modal (dikurangi penyertaan pemerintah dan sumbangan) ,00 Ditambah: Selisih nilai aktiva yang diperdagangkan dalam neraca dan nilai setara kas ,00 Utang jangka panjang ,00 Cadangan untuk resiko investasi ,00 Total ,00 Dikurangi: Aktiva yang disewakan ,00 Investasi bukan untuk diperdagangkan ,00 Aktiva tetap ,00 Total ,00 Dasar perhitungan zakat ,00 Zakat periode berjalan= 258,188,070.00X2,5% ,75 Sumber : diolah oleh penulis Baik dengan metode aktiva bersih maupun dengan metode dana yang diinvestasikan bersih, menghasilkan jumlah akhir zakat periode berjalan yang sama yaitu sebesar Rp ,75. D. Konsep Pajak Penghasilan 1. Pengertian Pajak Penghasilan Kata pajak penghasilan memiliki dua pengertian, yaitu pengertian pajak dan pengertian penghasilan. Waluyo (2006 : 2) mendefinisikan pajak yaitu:...pajak sebagai iuran kepada warga Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh wajib pajak, membayarnya menurut peraturan peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

21 39 Lain halnya dengan definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. Sumitro yang dikutip oleh Waluyo (Ibid : 3) bahwa Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sedangkan penghasilan menurut Judisseno (2002 : 76) adalah Jumlah uang yang diterima atas usaha yang dilakukan orang perorangan, badan, dan bentuk usaha lainnya yang dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi seperti mengkonsumsi, dan/atau menimbun serta menambah kekayaan. Hal di atas juga senada dengan definisi pajak penghasilan menurut Undang undang pajak penghasilan Nomor 36 (2008 : Pasal 4 ayat 1) yaitu Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak tersebut. Jika dipandang dari sudut akuntansi sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia yaitu menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 46 (2009 : Paragraf 7) pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan. 2. Subjek Pajak Penghasilan Menurut Undang undang perpajakan Nomor 36 (2008 : Pasal 2 ayat 1) tentang Pajak Penghasilan Orang pribadi yang menjadi subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada diindonesia ataupun diluar Indonesia. Selanjutnya

22 40 Judisseno (2002 : 79) memberikan penjelasan tentang kewajiban pajak orang pribadi, badan, warisan dimulai dan berakhir pada : a. orang pribadi dilahirkan, berada atau berniat bertempat tinggal di Indonesia dan berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama lamanya, b. badan didirikan atau berkedudukan di Indonesia dan berakhir pada saat dibubarkan atau tidak lagi berkedudukan di Indonesia, c. timbulnya warisan dan berakhir pada saat warisan tersebut selesai dibagikan. Menurut Waluyo (2006 : 61) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka memberikan kepastian hukum, penentuan saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif, yaitu: a. orang pribadi bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada diindonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada diindonesia dan mempunyai nia untuk bertempat tinggal di Indonesia b. bagi badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia. c. bagi orang yang tidak bertempat tinggal diindonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang didirikan dan tidak bertempat kedudukan diindonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usahan diindonesia, kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada saat orang pribadi atau badan tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap diindonesia. d. bagi orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau berada diindonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan diindonesia yang dapat memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau kegiatan usaha tetap diindonesia, kewajiban pajak sunjektifnya dimulai pada saat orang pribadi atau badan tersebut memperoleh penghasilan dari Indonesia dan berakhir pada saat tidak lagi menerima penghasilan tersebut. 3. Objek Pajak Penghasilan dan Penghasilan Kena Pajak Menurut Undang undang Perpajakan Nomor 36 (2008 : Pasal 4 ayat 1) tentang Pajak Penghasilan yang menjadi objek pajak penghasilan yaitu setiap

23 41 tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Menurut Waluyo (2006 : 67), penghasilan yang menjadi objek pajak dapat digolongkan menjadi: 1. penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notarim aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya. 2. penghasilan dari usaha dan kegiatan. 3. penghasilan dari modal yang berupa harta gerak maupun harta tak gerak seperti bunga, deviden, royalti, sewa dan keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha. 4. penghasilan lain lain seperti pembebasan hutang dan hadiah Perhitungan penghasilan kena pajak dari suatu badan usaha dihitung berdasarkan laba bersih yang belum dikurangkan pajak maupun zakat. Lapisan penghasilan kena pajak yang diatur dalam Undang undang Perpajakan untuk wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yaitu: Penerapan tarif pajak atas penghasilan berdasarkan Undang-undang pajak penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 perhitungan pajak terhutang untuk wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 25%. Untuk keperluan penerapan tarif pajak penghasilan, jumlah penghasilan kena pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh. Misalnya diketahui penghasilan kena pajak sebesar Rp ,00. Untuk keperluan penerapan tarif pajak penghasilan, penghasilan kena pajak tersebut dibulatkan ke bawah menjadi Rp ,00 4. Hubungan antara Zakat Badan Usaha dengan Pajak Penghasilan

24 42 Hubungan yang paling mendasar antara Undang undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dan Undang undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yaitu laba bersih tahun berjalan dari suatu usaha dapat dikurangkan dengan zakat yang dibayarkan oleh muzakki sehingga penghasilan kena pajak dapat berkurang. Dalam Undang undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dan Undang undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, terdapat kaitan yang cukup erat. Dengan adanya UU tersebut umat Islam baik sebagai pribadi maupun sebagai pemilik badan usaha, dapat memperhitungkan zakat yang telah dibayarkan untuk dikurangkan atas penghasilannya dalam menentukan besarnya pajak penghasilan. Peraturan dalam kedua Undang undang tersebut tercatat dalam Lembaran Negara Nomor 127 (2000 : Pasal 14 ayat 3) dinyatakan Zakat yang telah dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Berkaitan dengan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan di atas, terdapat hal hal yang dijadikan pedoman yaitu: 1. zakat yang dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak adalah hanya zakat atas penghasilan, dan sepanjang berkenaan dengan penghasilan yang menjadi objek pajak, 2. dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi muslim dan wajib pajak badan yang dimiliki muslim,

25 43 3. pembayaran zakat yang dapat diakui sebagai pengurang penghasilan kena pajak adalah kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah, 4. zakat yang diterima oleh Badan Amil Zakat, Lembaga Amil Zakat dan mustahik tidak termasuk objek pajak. E. Tinjauan Peneliti Terdahulu Penelitian mengenai analisis Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, perhitungan pajak penghasilan sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Tabel 2.7 Tinjauan Peneliti Terdahulu No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Ancas Sulchantifa Pelaksanaan Pengelolaan menurut Masih banyaknya kendala yang dihadapi dalam pelaksananaan Pribadi, SH Undang-undang No. pengelolaan zakat, diantaranya 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan kurangnya pemahaman zakat pada masyarakat Zakat (Studi di BAZ Kota Semarang) 2. Romy C. Analisis Perhitungan perhitungan zakat yang telah Maurung Zakat Badan Usaha dilakukan oleh manajemen PT. Syariah Dan Bank Muamalat Indonesia,

26 44 Hubungannya Dengan Tbk. Cabang Medan telah Pajak penghasilan sesuai dengan aturan yang ada, pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, tbk. Cabang Medan baik itu secara konsep UU Pajak Penghasilan dan UU No 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat serta standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia 3. Qurratul Aini Pengelolaan Zakat menunjukan implentasi Wara Hastuti Untuk Pengembangan Usaha Kecil pengelolaan zakat menurut hukum Islam telah dilaksanakan pada propinsi NTB berdasarkan UU Nomor 38 Tahun F. Kerangka Konseptual Adapun alur pelaksanaan penelitian yang akan penulis lakukan mengenai permasalahan yang akan dibahas adalah pemaparan mengenai adanya beberapa pendapat fikih dalam Islam yang berbeda-beda dalam menyikapi permasalahan kewajiban pengeluaran zakat bagi suatu badan usaha hingga peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam bentuk peraturan perundang-undangan baik yang berhubungan dengan perpajakan maupun tentang pengelolaan zakat itu sendiri. Untuk lebih jelasnya maka penulis dapat

27 45 menguraikan alur yang digambarkan dalam sebuah kerangka konseptual sebagai berikut: Konsep Fikih Islam Dalam Masalah Zakat Konsep Pengelolaan Zakat Format Baku dalam Islam Bahasa Fikih Kontemporer Undang-undang No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Metode Syarikat Tafakul Malaysia Sdn. Berhad Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (Deductable Exspense) PT. BANK Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al- Wshliyah Medan Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual diatas menjelaskan bahwa permasalahan seputar pengelolaan dan perhitungan zakat atas suatu badan usaha disebabkan oleh adanya perbedaan format perhitungan antara format baku yang ada saat ini dengan bahasa fikih kontemporer. pada mulanya konsep perhitungan zakat diambil berdasarkan konsep hukum Islam atau bahasa fikih, Islam sendiri tidak mengatur secara khusus dalam perhitungan zakat badan usaha sehingga memunculkan beberapa pendapat dari intelektual muslim yang memberikan metode-metode perhitungan zakat badan usaha. Dari berbagai metode perhitungan zakat tersebut maka

28 46 ditetapkanlah perhitungan yang dipakai adalah Metode Syarikat Tafakul Malaysia Sdn. Berhad. Metode ini mempunyai kesesuaian dengan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, Undang-undang tersebut membolehkan menggunakan metode tersebut. PT. Bank Pembiayaan Rakyat syariah (BPRS) Al-Wasliyah menggunakan format perhitungan yang sama dengan Metode Syarikat Tafakul Malaysia Sdn. Berhad.karena ada kesesuaian dengan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Ditambah lagi bahwa sesuai dengan Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan, dimana zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak. Dimana hal ini telah pula di akomodasi oleh PT. Bank Pembiayaan Rakyat syariah (BPRS) Al-Wasliyah Medan. 1. Hipotesis Berdasarkan hal-hal yang telah diungkapkan di awal, maka peneliti menetapkan hipotesis akan masalah yang diteliti adalah : a. analisis Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat pada PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Washliyah Medan yang dilakukan sesuai dengan konsep undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang pengelolaan zakat serta standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemilik harta dari sifat tama, syirik, kikir dan bakhil. Dikatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemilik harta dari sifat tama, syirik, kikir dan bakhil. Dikatakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teoritis A. Zakat Zakat menurut bahasa (lughat) berasal dari kata zaka (bentuk masdar) yang berarti: berkah, tumbuh, bersih, suci dan baik. Dikatakan berkah, karena

Lebih terperinci

BAB IV. Paparan Data dan Hasil Penelitian. Sulton2 bergerak dalam bidang perdagangan retail (eceran). Perusahaan tersebut

BAB IV. Paparan Data dan Hasil Penelitian. Sulton2 bergerak dalam bidang perdagangan retail (eceran). Perusahaan tersebut BAB IV Paparan Data dan Hasil Penelitian 4.1 Paparan Data Hasil Penelitian 4.1.1. Profil Toko Emas Sulton2 Perusahaan dagang Toko Sulton2 adalah perusahaan yang didirikan pada tahun 1989, lokasi Toko Sulton2

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200 LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200 008 Nomor 7 Seri E.1 PERATURAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PANJANG,

Lebih terperinci

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan PERPAJAKAN II Modul ke: Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Penelitian yang dilakukan Umah dan Kristin,(2011) yang berjudul Penerapan

BAB II LANDASAN TEORI. a. Penelitian yang dilakukan Umah dan Kristin,(2011) yang berjudul Penerapan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai zakat dapat dikatakan masih sangat terbatas. Adapun penelitian terdahulu yang mendasari dalam penelitian ini beserta persamaan dan perbedaannya,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH 1 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Munawir (2010; 96) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi- transaksi tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu serta menjadi unsur dari rukun Islam. Zakat merupakan pilar utama dalam Islam khususnya dalam perannya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 164, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa zakat merupakan salah satu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1830, 2014 KEMENAG. Zakat. Usaha Produktif. Penghitungan. Syarat. Tata Cara. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENGHITUNGAN ZAKAT MAL DAN ZAKAT FITRAH SERTA PENDAYAGUNAAN ZAKAT UNTUK USAHA PRODUKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 34 UUD 1945 menyatakan: Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 34 UUD 1945 menyatakan: Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 34 UUD 1945 menyatakan: Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Ketentuan pasal tersebut mengamanatkan kepada Negara untuk memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zakat merupakan komponen pokok bagi tegaknya pondasi perekonomian umat. Selain itu zakat termasuk rukun islam yang ketiga dari kelima rukunnya dan wajib dikeluarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 23 SERI E.23 ================================================================= PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 15 TAHUN 20085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Syariah Menurut Hasbi Ramli (2005 : 56 ), Akuntansi syariah adalah suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi, pendataan dan pelaporan melalui proses perhitungan

Lebih terperinci

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan Yang termasuk subjek pajak Orang pribadi Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan

Lebih terperinci

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain)

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain) NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 AKTIVA LANCAR K E T E R A N G A N 2003 2002 Kas dan setara kas 5,048,154 5,040,625 Piutang usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 19,943,324 21,928,185 Pihak ketiga-setelah

Lebih terperinci

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa zakat sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 SERI E NOMOR 1 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa penunaian Zakat merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

Lebih terperinci

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 Copyright 2002 BPHN UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 *8679 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU)

Lebih terperinci

BAB II LAPORAN ARUS KAS

BAB II LAPORAN ARUS KAS 12 BAB II LAPORAN ARUS KAS 2.1. Laporan Arus Kas 2.1.1. Pengertian Laporan Arus Kas Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:PSAK No.2) menyatakan bahwa: Laporan arus kas adalah laporan yang memberi informasi

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT Menimbang : a. Mengingat : 1. PERATURAN GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Zakat menurut terminologi merupakan sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah disebutkan di dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan

Lebih terperinci

II. LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASURANSI SYARIAH

II. LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASURANSI SYARIAH Lampiran merupakan bagian tidak terpisahkan dari PSAK 101 Laporan keuangan entitas syariah yang lengkap terdiri atas: neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan sumber

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

PAJAK PENGHASILAN (PPh) PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pengaturan PPh UU No. 7/1983 UU No. 7/1991 UU No. 10/1994 UU No. 17/2000 UU No. 36/2008 tentang PPh Subjek Pajak Orang pribadi atau badan yang memenuhi syarat subjektif (berdomisili

Lebih terperinci

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa pembayaran zakat fitrah dan harta

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2007 SERI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA,

Lebih terperinci

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG

PEMERINTAH KOTA PADANG PADANG KOTA TERCINTA PEMERINTAH KOTA PADANG Menimbang PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, : a. bahwa kewajiban

Lebih terperinci

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Syarat Transaksi sesuai Syariah a.l : Tidak Mengandung unsur kedzaliman Bukan Riba Tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu fungsi akuntansi adalah mencatat transaksi-transaksi yang terjadi serta pengaruhnya terhadap aktiva, utang modal,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004 PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa mengeluarkan

Lebih terperinci

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) 2 0 DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL 1B KELOMPOK / JENIS HARTA BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) NILAI SISA BUKU FISKAL AWAL TAHUN PENYUSUTAN / AMORTISASI KOMERSIAL METODE HARTA BERWUJUD

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin kemerdekaan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANGNOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesungguhnya seluruh kebutuhan manusia telah diciptakan Allah SWT, sehingga manusia tidak perlu khawatir lagi tidak akan memperoleh bagian rezeki. Namun, pada

Lebih terperinci

ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN LAPORAN KEUANGAN BAZIS PROVINSI PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN ACUAN PSAK 109

ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN LAPORAN KEUANGAN BAZIS PROVINSI PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN ACUAN PSAK 109 ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN LAPORAN KEUANGAN BAZIS PROVINSI PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN ACUAN PSAK 109 Nama : Ira Ilama Yulyani NPM : 27210029 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Dra. Peni Sawitri,.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan Metode Penelitian 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Metode Penelitian Pendekatan penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode Terapan atau Pengembangan. Menurut Umar (1997) penelitian jenis ini adalah melakukan

Lebih terperinci

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Imam Subaweh

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Imam Subaweh AKUNTANSI BANK SYARIAH Imam Subaweh Akuntansi Perbankan Syariah Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah (KDPPLK Bank Syariah) landasan konseptual jika tidak diatur, berlaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 Secara umum pendapatan dapat diartikan sebagai peningkatan penghasilan yang diperoleh perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi 1. Pengertian Akuntansi Akuntansi menurut Weygandt dkk. (2007:4) adalah sebagai berikut : Suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengomunikasikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa pembayaran zakat fitrah dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN IV.1. Proses Pencatatan, Pengukuran, dan Pelaporan tansi Zakat dan Infak/Sedekah Pada BAZIS DKI Jakarta Tujuan utama akuntansi keuangan lembaga amil zakat adalah untuk menyajikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Penyusunan laporan keuangan sangatlah penting bagi perusahaan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan dan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Koperasi Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Analisis Pengertian analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Yuniarsih dan Suwatno (2008:98) adalah: Analisis adalah penguraian suatu pokok atas

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) Maupun keuntungan ( gain ). Definisi penghasilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menggunakan arus kas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menggunakan arus kas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Laporan Arus Kas Laporan arus kas yang disajikan sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan yaitu sebagai dasar untuk menilai kemampuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BUOL

PEMERINTAH KABUPATEN BUOL PEMERINTAH KABUPATEN BUOL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUOL NOMOR 03 TAHUN 2009 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KABUPATEN BUOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUOL, Menimbang

Lebih terperinci

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008 KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008 1 FUNGSI BANK SYARIAH Manajer Investasi Mudharabah Agen investasi Investor Penyedia jasa keuangan

Lebih terperinci

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109) PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109) Ilham Maulana Saud Dlingo, 28 Agustus 2016 DASAR HUKUM PENGELOLAAN ZAKAT Dasar Hukum 1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dalam menjalankan kelangsungan hidup perusahaan, berikut beberapa pendapat mengenai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kas 2.1.1.1 Pengertian Kas Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas. Kas diperlukan untuk membiayai operasi

Lebih terperinci

AKUNTANSI BANK SYARIAH

AKUNTANSI BANK SYARIAH AKUNTANSI BANK SYARIAH Akuntansi Perbankan Syariah Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah (KDPPLK Bank Syariah) landasan konseptual jika tidak diatur, berlaku KDPPLK umum,

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH Oleh : Junaedi,SE,M.Si Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan: Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan

Lebih terperinci

Menurut Rudianto (2010:9), tujuan koperasi adalah untuk memberikan kesejahteraan dan manfaat bagi para anggotanya

Menurut Rudianto (2010:9), tujuan koperasi adalah untuk memberikan kesejahteraan dan manfaat bagi para anggotanya 8 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Peraturan Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 04/Per/M.Kukm/Vii/2012, Koperasi adalah :

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN 8A-1 PERUSAHAAN INDUSTRI LAMPIRAN KHUSUS 8A-1 MANUFAKTUR 1. KAS DAN SETARA KAS 1. HUTANG USAHA PIHAK KETIGA 2. INVESTASI SEMENTARA 2. 3. PIUTANG USAHA PIHAK KETIGA 3. HUTANG BUNGA PIUTANG USAHA PIHAK YANG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA Istutik (2013) meneliti mengenai penerapan standar akuntansi Zakat Infak/Sedekah (PSAK: 109) pada pertanggungjawaban keuangan atas aktivitas penerimaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI KOTA DUMAI Hasil Rapat Bersama DPRD Tanggal 10 Juli 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 04 Tahun 2008 Seri : D Nomor 04 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan penerimaan negara yang paling utama, untuk itu pajak merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan pelaksanaan

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO Oleh: I s r o a h, M.Si. isroah@uny.ac.id PRODI/JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 PAJAK PENGHASILAN UMUM

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang: Mengingat: a. bahwa menunaikan zakat merupakan salah satu kewajiban

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Arus Kas 1. Pengertian Arus Kas Perusahaan yang menggunakan teknik manajemen kas yang modern akan menginvestasikan kelebihan kas yang bersifat sementara pada aktiva yang

Lebih terperinci

SIMULASI SYARAT DAN TATA CARA MENGHITUNG ZAKAT

SIMULASI SYARAT DAN TATA CARA MENGHITUNG ZAKAT SIMULASI SYARAT DAN TATA CARA MENGHITUNG ZAKAT KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BIDANG BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM Zakat, merupakan salah satu rukun Islam yang harus dijalankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN Pertemuan 1 PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN Pertemuan 1 6 P1.1 Teori Pajak Penghasilan Umum Dan Norma Perhitungan Pajak Penghasilan A. UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan. 1) Sumber daya modal atau uang berhubungan dengan sejumlah uang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan. 1) Sumber daya modal atau uang berhubungan dengan sejumlah uang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoretis 1. Sumber Daya Perusahaan a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan Sumber daya perusahaan merupakan alat yang digunakan perusahaan dalam mencapai tujuannya (Amirullah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Republik Indonesia menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk beribadat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Lampiran 8 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi zakat, PSAK 109, Lembaga Amil Zakat dan rerangka pemikiran. Selain itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi zakat, PSAK 109, Lembaga Amil Zakat dan rerangka pemikiran. Selain itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II menjelaskan mengenai landasan teori dan konsep yang mendukung penelitian, yaitu pengertian zakat, infak/sedekah, kompetensi sumber daya manusia, akuntansi zakat, PSAK 109,

Lebih terperinci

P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007

P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007 P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007 P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar Perpajakan II.1.1. Definisi dan Fungsi Pajak Definisi atau pengertian pajak yang mengacu pada pendapat Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidup organisasi pengelola zakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidup organisasi pengelola zakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan organisasi pengelola zakat di Indonesia semakin pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini tidak terlepas dari dukungan masyarakat dalam menjaga

Lebih terperinci

Dr. Aset Ijarah 1,000,000,000

Dr. Aset Ijarah 1,000,000,000 Soal 1 SOAL IJARAH Harga 1,000,000,000 Nilai sisa 200,000,000 Fair Value 250,000,000 Biaya perbaikan 120,000,000 Pendapatan sewa bersih pertahun 30,000,000 Perhitungan sewa per tahun : keuntungan pertahun

Lebih terperinci

Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Untuk Pengakuan Pendapatan Dan Beban Bunga Pada PT. Bank Bjb Kantor Cabang Majalengka

Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Untuk Pengakuan Pendapatan Dan Beban Bunga Pada PT. Bank Bjb Kantor Cabang Majalengka Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-04-18 Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pendapatan dan Beban Menurut Akuntansi 1. Pendapatan Menurut Akuntansi Suatu perusahaan didirikan untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya dengan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Para penganut sistem ekonomi kapitalisme berpendapat bahwa inti masalah ekonomi adalah masalah produksi. Mereka berpendapat bahwa penyebab kemiskinan adalah

Lebih terperinci

Repositori STIE Ekuitas

Repositori STIE Ekuitas Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2015-12-22 Tinjauan Atas Penerapan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (Agency Theory) menyebutkan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Hutang 1. Pengertian Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang KUP No. 16 Tahun 2009 Pasal 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

RINGKASAN EKSEKUTIF : : : DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 (a). Ringkasan Eksekutif - Rencana dan Langkah-Langkah Strategis (b). Ringkasan Eksekutif - Indikator Keuangan BPR dengan modal inti

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER)

KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER) KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER) MASALAH YANG TERKAIT DENGAN ZAKAT DESKRIPSI MASALAH Terjadinya perubahan

Lebih terperinci